Anda di halaman 1dari 36

BAGIAN ILMU KESEHATAN MATA LAPORAN KASUS

FAKULTAS KEDOKTERAN AGUSTUS 2016


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

ULKUS KORNEA CUM HIPOPION

Oleh :

Humairah Bachmid
10542 0287 11

PEMBIMBING :
dr. Soraya Taufik, Sp.M

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


BAGIAN ILMU KESEHATAN MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2016
LEMBAR PENGESAHAN

Yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa:

Nama : Humairah Bachmid


Nim : 10542 0287 11
Judul Laporan Kasus : Ulkus kornea cum hipopion

Telah menyelesaikan tugas dalam rangka kepaniteraan klinik pada bagian Ilmu Kesehatan Mata
Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Makassar.

Makassar, Agustus 2016

Pembimbing

dr. Soraya Taufik Sp.M


KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas karunia, rahmat, kesehatan, dan
keselamatan kepada penulis sehingga mampu menyelesaikan laporan kasus ini dengan judul
ulkus kornea cum hipopion . Tugas ini ditulis sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan
Kepanitraan Klinik di Bagian Ilmu Kesehatan Mata.
Berbagai hambatan dialami dalam penyusunan tugas laporan kasus ini. Namun berkat
bantuan, saran, kritikan dan motivasi dari pembimbing serta teman-teman sehingga tugas ini
dapat terselesaikan.
Secara khusus penulis sampaikan rasa hormat dan terima kasih yang mendalam kepada
dr.Soraya Taufik Sp.M selaku pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu dengan tekun
dan sabar dalam membimbing, memberikan arahan dan koreksi selama proses penyusunan tugas
ini hingga selesai.
Penulis menyadari bahwa laporan kasus ini masih memiliki kekurangan dan jauh dari
kesempurnaan, oleh sebab itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk
menyempurnakan laporan kasus ini.Akhir kata, penulis berharap agar laporan kasus ini dapat
memberi manfaat kepada semua orang.

Makassar, Agustus 2016

Penulis
STATUS PASIEN
A. IDENTIFIKASI PASIEN
Nama : Tn. S
Umur : 72 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pekerjaan : Petani
Alamat : Enrekang
Tanggal masuk rumah sakit : 22 juli 2016

B. ANAMNESIS
Keluhan Utama : Pasien mengeluh mata kiri terasa perih sejak sebulan yang lalu.

Keluhan tambahan: Mata terasa merah, nyeri, berair sejak sebulan yang lalu, dan dalam
seminggu terakhir muncul cairan putih yang mengganggu lapangan penglihatan.

Riwayat Penyakit Sekarang:

Seorang pasien datang ke BKMM dengan keluhan os terasa perih, berair dan merah yang
dialami sejak sebulan yang lalu. Awal kejadiannya mata kiri pasien terkena rumput saat di
sawah. Saat terkena rumput pasien merasa ada benda asing yang memasuki mata pasien dan
mata pasien mulai terasa sangat perih dan berair. Pasien juga sempat mengucek ngucek
matanya berharap benda asing tadi keluar. Setelah kejadian, pasien pulang kerumah dengan
keluhan yang masih perih. Pasien masih bisa menahan rasa perih tersebut jadi dibiarkan
terus seperti itu dalam beberapa hari. Setelah beberapa hari pasien merasa keluhannya belum
berkurang, malah penglihatannya mulai kabur barulah pasien datang kepuskesmas untuk
berobat dan diberilah obat tetes mata. Pasien tidak ingat obat apa yang diberikan dan pasien
pun tidak membawanya saat berobat diBKMM.
Saat setelah menggunakan obat dari puskesmas, keluhannya mulai berkurang tapi
keluhan mata merahnya tetap saja ada dan fungsi penglihatannya tetap saja berkurang.
Pasien datang berobat kedua kalinya dengan keluhan yang sama dan fungsi penglihatannya
semakin hari semakin menurun dan pada bagian tengah matanya mulai muncul cairan putih.
Saat itulah pasien diberikan rujukan keBKMM dan 2 hari kemudian pasien datang berobat
keBKMM.
Pada hari pasien datang keBKMM keluhan matanya masih perih, berair dan merah serta
fungsi penglihatannya menurun. Setelah diperiksa pasien diberikan terapi dan disuruh
datang 3 hari kemudian.

Riwayat Penyakit Terdahulu :


Riwayat penyakit dengan keluhan yang sama sebelumnya (-). Riwayat diabetes melitus
(disangkal) riwayat hipertensi (disangkal), riwayat alergi (-).

Riwayat Pengobatan :
Pasien mengatakan biasa minum obat yang dibeli diwarung (panadol) untuk nyeri kepalanya.
Riwayat Penyakit Keluarga dan sosial
Tidak ada riwayat penyakit yang sama pada keluarga pasien.

C. STATUS GENERALIS
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Compos Mentis
Tanda Vital : Tekanan Darah : 130/90mmHg
Nadi : 84 kali/menit
Respirasi : 20 kali/menit
Suhu : 36,5C
Kepala : Normocephali, rambut hitam disertai uban
Mulut : Higiene cukup
THT : MAE lapang, deviasi septum hidung (-), T1-T1 tenang tidak
hiperemis
Jantung : Bunyi jantung I-II reguler, murmur (-) gallop (-)
Paru : Suara nafas vesikuler, ronkhi (-/-) wheezing (-/-)
Abdomen : Supel, datar, bising usus (+) normal
Ekstremitas : Akral hangat, tidak sianosis atau edema

D. STATUS OFTALMOLOGIS

KETERANGAN OKULO DEXTRA (OD) OKULO SINISTRA (OS)


1. VISUS
Tajam /60 20/20
Penglihatan
Axis Visus - -
Koreksi - -
Addisi - -
Distansia Pupil - -
Kacamata Lama - -

2. KEDUDUKAN BOLA MATA


Eksoftalmos - -
Enoftalmos - -
Deviasi - -
Gerakan Bola Baik ke semua arah Baik ke semua arah
Mata

3. SUPERSILIA
Warna Hitam Hitam
Simetris Simetris Simetris

4. PALPEBRA SUPERIOR DAN INFERIOR


Edema - -
Nyeri tekan - -
Ektropion - -
Entropion - -
Blefarospasme - -
Trikiasis - -
Sikatriks - -
Fissura palpebra - -
Ptosis - -
Hordeolum - -
Kalazion - -

5. KONJUNGTIVA TARSALIS SUPERIOR DAN INFERIOR


Hiperemis + -
Folikel - -
Papil - -
Sikatriks - -
Anemis - -
Kemosis - -

6. KONJUNGTIVA BULBI
Sekret + -
Injeksi + -
Konjungtiva
Injeksi Siliar + -
Injeksi - -
Subkonjungtiva
Pterigium - -
Pinguekula - -
Nevus - -
Pigmentosus
Kista Dermoid - -

7. SISTEM LAKRIMALIS
Punctum Terbuka Terbuka
Lakrimalis
Tes Anel Tidak dilakukan Tidak dilakukan

8. SKLERA
Warna Putih kemerahan Putih
Ikterik - -
Nyeri Tekan - -

9. KORNEA
Kejernihan Keruh Jernih
Permukaan Terdapat ulkus 3 mm Licin
Ukuran 12 mm 12 mm
Sensibilitas Baik Baik
Infiltrat + -
Keratik Presipitat - -
Sikatriks - -
Ulkus + -
Perforasi - -
Arkus Senilis - -
Edema + -
Tes Placido Tidak dilakukan Tidak dilakukan

10. BILIK MATA DEPAN


Kedalaman Sulit dinilai Normal
Kejernihan Keruh Jernih
Hifema - -
Hipopion + BMD -
Efek Tyndall - -

11. IRIS
Warna Sulit dinilai Coklat kehitaman
Kripte + +
Sinekia - -
Koloboma - -

12. PUPIL
Letak Di tengah Di tengah
Bentuk Sulit dinilai Bulat
Ukuran Sulit dinilai 3 mm
Refleks Cahaya Sulit dinilai Positif
Langsung
Refleks Cahaya Sulit dinilai Positif
Tak
Langsung

13. LENSA
Kejernihan Sulit dinilai Jernih
Letak Di tengah Di tengah
Shadow Test Sulit dinilai Negatif

14. BADAN KACA


Kejernihan Tidak dilakukan Tidak dilakukan

15. FUNDUS OKULI


Batas Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Warna Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Ekskavasio Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Rasio Arteri : Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Vena
C/D Ratio Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Makula Lutea Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Retina Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Eksudat Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Perdarahan Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Sikatriks Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Ablasio Tidak dilakukan Tidak dilakukan

16. PALPASI
Nyeri Tekan + -
Massa Tumor - -
Tensi Okuli Normal per palpasi Normal per palpasi
Tonometri Schiotz Tidak dilakukan Tidak dilakukan

17. LAPANG PANDANG


Tes Konfrontasi Tidak sama Sama dengan
dengan pemeriksa pemeriksa

I. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tidak dilakukan

II. RESUME
Seorang pasien datang ke BKMM dengan keluhan os terasa perih, berair dan
merah yang dialami sejak sebulan yang lalu. Awal kejadiannya mata kiri pasien terkena
rumput saat di sawah. Beberapa hari kemudian pasien merasa keluhannya belum
berkurang, malah penglihatannya mulai kabur barulah pasien datang kepuskesmas untuk
berobat dan diberilah obat tetes mata. Pasien tidak ingat obat apa yang diberikan.
Terdapat riwayat trauma dan kemasukan benda asing pada mata kanan os yaitu terkena
rumput. Pada pemerikasaan visus didapat pada mata kanan 20/20 dan visus mata kiri
/60. Konjungtiva bulbi kiri hiperemis dan terdapat sekret jernih mengalir keluar dengan
injeksi konjungtiva dan perikorneal. Kornea keruh dan terdapat ulkus sebesar kira-kira
3mm dengan terdapat infiltrat dan edem kornea. Terdapat juga hipopion menutupi bilik
mata depan dan tidak jernih. Pada palpasi okuli sinistra didapatkan nyeri tekan.

III. DIAGNOSIS KERJA


a. Okuli Sinistra (OS):
Ulkus kornea cum hipopion

IV. DIAGNOSIS BANDING


Keratitis
V. PENATALAKSANAAN
Medika mentosa
1. Ketoconazole 2x100mg (hr1)
1x100 mg (hr 2-5)
2. Natacen 4x1 tts
3. Vigamox 6x1tts
4. Cendo tropin (dipoli)

Non medika mentosa


1. Edukasi untuk menghindari paparan debu
2. Jangan mengucek mata bila terasa gatal

VI. PROGNOSIS
OKULO DEXTRA (OD) OKULO SINISTRA (OS)
Ad Vitam : Bonam Bonam
Ad Fungsionam : Bonam Dubia ad Bonam
Ad Sanationam : Bonam Bonam
DISKUSI

I. DEFINISI

Ulkus kornea adalah keadaan patologik kornea yang ditandai oleh adanya infiltrat
supuratif disertai defek kornea bergaung, diskontinuitas jaringan kornea dapat terjadi dari epitel
sampai stroma. Ulkus kornea yang luas memerlukan penanganan yang tepat dan cepat untuk
mencegah perluasan ulkus dan timbulnya komplikasi berupa descematokel, perforasi,
endoftalmitis, bahkan kebutaan.Ulkus kornea termasuk kasus kegawat daruratan pada penyakit
mata. Dimana mata terancam akan kehilangan fungsi penglihatan atau terjadi kebutaan bila tidak
dilakukan tindakan ataupun pengobatan secepatnya. Hal ini dapat diakibatkan oleh penyakit atau
kelainan mata dan trauma mata.Kebanyakan gangguan penglihatan ini dapat dicegah, namun
hanya bila diagnosis penyebabnya ditetapkan secara dini dan diobati secara memadai. Sehingga
penatalaksanaan yang tepat akan dapat mengurangi komplikasi yang dapat ditimbulkan.1,2

II. ANATOMI DAN FISIOLOGI KORNEA

Kornea merupakan dinding depan bola mata, berupa jaringan transparan dan
avaskular.Bentuk kornea agak elips dengan diameter horizontal 12,6mm dan diameter vertikal
11,7 mm. Jari-jari kelengkungan depan 7,84 mm dan jari-jari kelengkungan belakang 7 mm tebal
kornea pusat 0,6 mm dan tebal bagian tepi 1 mm. Kornea mempunyai lima lapisan yang berbeda-
beda: lapisan epitel (yang bersambung dengan epitel konjungtiva bulbaris), lapisan Bowman,
stroma, membran Descement, dan lapisan endotel. Batas antara sklera dan kornea disebut limbus
kornea.

Kornea memiliki indeks refraksi 1,37. Kornea memberikan kontribusi 74 % atau setara
dengan 43,25 dioptri (D) dari total 58,60 kekuatan dioptri mata manusia. Kornea juga merupakan
sumber astigmatisme pada sistem optik.Dalam nutrisinya, kornea bergantung pada difusi glukosa
dari aqueus humor dan oksigen yang berdifusi melalui lapisan air mata.Sebagai tambahan,
kornea perifer disuplai oksigen dari sirkulasi limbus.Kornea adalah salah satu organ tubuh yang
memiliki densitas ujung-ujung saraf terbanyak dan sensitifitasnya adalah 100 kali jika
dibandingkan dengan konjungtiva.1

Kornea terdiri dari 5 lapisan dari luar kedalam:

Gambar 1 : Lapisan kornea dari luar ke dalam5

Kornea dalam bahasa latin cornum artinya seperti tanduk, merupakan selaput bening
mata, bagian dari mata yang bersifat tembus cahaya, merupakan lapis dari jaringan yang
menutup bola mata sebelah depan dan terdiri atas :2,3,4

1. Epitel

Terdiri dari sel epitel squamos yang bertingkat, terdiri atas 5 lapis sel epitel tidak bertanduk
yang saling tumpang tindih; sel poligonal dan sel gepeng. Tebal lapisan epitel kira-kira 5 %
(0,05 mm) dari total seluruh lapisan kornea. Epitel dan film air mata merupakan lapisan
permukaan dari media penglihatan. Pada sel basal sering terlihat mitosis sel, dan sel muda ini
terdorong ke depan menjadi lapis sel sayap dan semakin maju ke depan menjadi sel gepeng,
sel basal berikatan erat dengan sel basal di sampingnya dan sel poligonal di sampingnya
melalui desmosom dan makula okluden. Ikatan ini menghambat pengaliran air, elektrolit dan
glukosa melalui barrier.Sel basal menghasilkan membran basal yang melekat erat kepadanya.
Bila terjadi gangguan akan mengakibatkan erosi rekuren. Sedangkan epitel berasal dari
ektoderm permukaan.Epitel memiliki daya regenerasi.

2. Membran bowman

Membran yang jernih dan aselular, Terletak di bawah membran basal dari epitel. Merupakan
lapisan kolagen yang tersusun tidak teratur seperti stroma dan berasal dari epitel bagian
depan stroma. Lapisan ini tidak mempunyai daya regenerasi.

3. Stroma

Lapisan ini mencakup sekitar 90% dari ketebalan kornea.Merupakan lapisan tengah pada
kornea. Bagian ini terdiri atas lamel fibril-fibril kolagen dengan lebar sekitar 1 m yang
saling menjalin yang hampir mencakup seluruh diameter kornea, pada permukaan terlihat
anyaman yang teratur sedang di bagian perifer serta kolagen ini bercabang, terbentuknya
kembali serat kolagen memakan waktu lama, dan kadang sampai 15 bulan.

4. Membran Descemet

Merupakan membran aselular dan merupakan batas belakang stroma kornea yang dihasilkan
oleh endotel. Bersifat sangat elastis dan jernih yang tampak amorf pada pemeriksaan
mikroskop elektron, membran ini berkembang terus seumur hidup dan mempunyai tebal + 40
m.

5. Endotel
Berasal dari mesotelium, terdiri atas satu lapis sel berbentuk heksagonal, tebal antara 20-40
m melekat erat pada membran descemet melalui taut.Endotel dari kornea ini dibasahi oleh
aqueous humor. Lapisan endotel berbeda dengan lapisan epitel karena tidak mempunyai daya
regenerasi, sebaliknya endotel mengkompensasi sel-sel yang mati dengan mengurangi
kepadatan seluruh endotel dan memberikan dampak pada regulasi cairan, jika endotel tidak
lagi dapat menjaga keseimbangan cairan yang tepat akibat gangguan sistem pompa endotel,
stroma bengkak karena kelebihan cairan (edema kornea) dan kemudian hilangnya
transparansi (kekeruhan) akan terjadi. Permeabilitas dari kornea ditentukan oleh epitel dan
endotel yang merupakan membrane semipermeabel, kedua lapisan ini mempertahankan
kejernihan daripada kornea, jika terdapat kerusakan pada lapisan ini maka akan terjadi edema
kornea dan kekeruhan pada kornea.2,3,5

Kornea dipersarafi oleh banyak saraf sensoris terutama berasal dari saraf siliar longus,
saraf nasosiliar, saraf ke V, saraf siliar longus yang berjalan suprakoroid, masuk ke dalam
stroma kornea, menembus membran Bowman melepas selubung Schwannya. Seluruh lapis epitel
dipersarafi sampai pada kedua lapis terdepan.Sensasi dingin oleh Bulbus Krause ditemukan pada
daerah limbus.1,2,5

III. FISIOLOGI KORNEA

Kornea berfungsi sebagai membran pelindung dan jendela yang dilalui berkas cahaya
menuju retina.Sifat tembus cahayanya disebabkan oleh strukturnya yang uniform, avaskuler dan
deturgesensi.Deturgesensi atau keadaan dehidrasi relatif jaringan kornea, dipertahankan oleh
pompa bikarbonat aktif pada endotel dan oleh fungsi sawar epitel dan endotel. Dalam
mekanisme dehidrasi ini, endotel jauh lebih penting daripada epitel, dan kerusakan kimiawi atau
fisis pada endotel berdampak jauh lebih parah daripada kerusakan pada epitel. Kerusakan sel-sel
endotel menyebabkan edema kornea dan hilangnya sifat transparan. Sebaliknya, kerusakan pada
epitel hanya menyebabkan edema stroma kornea lokal sesaat yang akan meghilang bila sel-sel
epitel telah beregenerasi. Penguapan air dari lapisan air mata prekorneal menghasilkan
hipertonisitas ringan lapisan air mata tersebut, yang mungkin merupakan faktor lain dalam
menarik air dari stroma kornea superfisial dan membantu mempertahankan keadaan
dehidrasi.2,3,7

Penetrasi kornea utuh oleh obat bersifat bifasik.Substansi larut-lemak dapat melalui epitel
utuh dan substansi larut-air dapat melalui stroma yang utuh. Karenanya agar dapat melalui
kornea, obat harus larut-lemak dan larut-air sekaligus.2,3,7. Epitel adalah sawar yang efisien
terhadap masuknya mikroorganisme kedalam kornea. Namun sekali kornea ini cedera, stroma
yang avaskular dan membran bowman mudah terkena infeksi oleh berbagai macam organisme,
seperti bakteri, virus, amuba, dan jamur.2,3,4

IV. ETIOLOGI

Penyakit kornea adalah penyakit mata yang serius karena menyebabkan gangguan tajam
penglihatan, bahkan dapat menyebabkan kebutaan.Ulkus kornea merupakan hilangnya sebagian
permukaan kornea akibat kematian jaringan kornea.Ulkus biasanya terbentuk akibat infeksi oleh
bakteri (misalnya stafilokokus, pseudomonas, atau pneumokokus), jamur virus (misalnya herpes)
atau protozoa akantamuba.Selain itu ulkus kornea disebabkan reaksi toksik, degenerasi, alergi
dan penyakit kolagen vaskuler.Kekurangan vitamin A atau protein, mata kering (karena kelopak
mata tidak menutup secara sempurna dan melembabkan kornea).Faktor resiko terbentuknya
antara lain adalah cedera mata, ada benda asing di mata, dan iritasi akibat lensa kontak. 1,5

V. PATOFISIOLOGI
Bila pertahanan normal pada mata seperti epitel kornea mengalami gangguan,
resiko terjadinya infeksi sangat tinggi. Penyebab yang mungkin seperti trauma langsung pada
kornea, penyakit alis mata yang kronis, abnormalitas tear film yang mengganggu keseimbangan
permukaan bola mata dan trauma hipoksia akibat pemakaian lensa kontak. 2,4
Koloni bakteri patologi pada lapisan kornea bersifat antigen dan akan melepaskan enzim
dan toksin. Hal ini akan mengaktifkan reaksi antigen antibodi yang mengawali proses inflamasi.
Sel-sel PMN pada kornea akan membentuk infiltrat. PMN berfungsi memfagosit bakteri. Lapisan
kolagen stroma dihancurkan oleh bakteri dan enzim leukosit dan proses degradasi berlanjut
meliputi nekrosis dan penipisan. Karena penipisan lapisan ini, dapat terjadi perforasi
menyebabkan endoftalmitis. Bila kornea telah sembuh, dapat timbul jaringan sikatrik yang
menyebabkan penurunan tajam penglihatan. Bakteri gram positif lebih banyak menjadi penyebab
infeksi bakterialis di dunia bagian selatan. Psaeudomonas aeruginosa paling banyak ditemukan
pada ulkus kornea dan keratitis karena lensa kontak. 5
Terbentuknya ulkus pada kornea mungkin banyak ditentukan oleh adanya kolagenase
yang dibentuk oleh sel epitel baru dan sel radang. Dikenal ada 2 bentuk tukak pada kornea, yaitu
sentral dan marginal/perifer.Tukak kornea sentral disebabkan oleh infeksi bakteri, jamur, dan
virus. Sedangkan perifer umumnya disebabkan oleh reaksi toksik, alergi, autoimun, dan
infeksi. Infeksi pada kornea perifer biasanya disebabkan oleh kuman Stafilokok aureus, H.
influenza, dan M. lacunata.

VI. KLASIFIKASI
Ulkus Kornea Sentral
Ulkus kornea sentral dapat disebabkan oleh pseudomonas, streptococcus, pneumonia,
virus, jamur, dan alergi. Pengobatan ulkus kornea secara umum adalah dengan pemberian
antibiotika yang sesuai dan sikloplegik. Pembentukan parut akibat ulserasi kornea adalah
penyebab utama kebutaan dan gangguan penglihatan di seluruh dunia.Kebanyakan gangguan
penglihatan ini dapat dicegah, namun hanya bila diagnosis penyebabnya ditetapkan secara dini
dan diobati secara memadai. Ulserasi supuratif sentral dahulu hanya disebabkan oleh S
pneumonia.Tetapi akhir-akhir ini sebagai akibat luasnya penggunaan obat-obat sistemik dan
lokal (sekurang-kurangnya di negara-negara maju), bakteri, fungi, dan virus opurtunistik
cenderung lebih banyak menjadi penyebab ulkus kornea daripada S pneumonia. 1-5

Ulkus Dan Infiltrat Marginal


Kebanyakan ulkus kornea marginal bersifat jinak namun sangat sakit. Ulkus ini timbul
akibat konjungtivitis bakteri akut atau menahun khususnya blefarokonjungtivitis
stafilokokus.Ulkus timbul akibat sensitisasi terhadap produk bakteri, antibodi dari pembuluh
limbus bereaksi dengan antigen yang telah berdifusi melalui epitel kornea.Infiltrat dan ulkus
marginal mulai berupa infiltrat linier atau lonjong terpisah dari limbus oleh interval bening dan
hanya pada akhirnya menjadi ulkus dan mengalami vaskularisasi. Proses ini sembuh sendiri
umumnya setelah 7 sampai 10 hari. Terapi terhadap blefaritis umumnya dapat mengatasi
masalah ini, untuk beberapa kasus diperlukan kortikosteroid topikal untuk mempersingkat
perjalanan penyakit dan mengurangi gejala.Sebelum mamekai kortikosteroid perlu dibedakan
keadaan ini yang dulunya dikenal sebagai ulserasi kornea catarrhal dari keratitis marginal.

Klasifikasi Berdasarkan Organisme Penyebabnya


Ulkus Kornea Bakterialis
Ulkus kornea yang khas biasanya terjadi pada orang dewasa yang bekerja di bidang
konstruksi, industri, atau pertanian yang memungkinkan terjadinya cedera mata.Terjadinya ulkus
biasanya karena benda asing yang masuk ke mata, atau karena erosi epitel kornea.Dengan
adanya defek epitel, dapat terjadi ulkus kornea yang disebabkan oleh mikroorganisme patogen
yang terdapat pada konjungtiva atau di dalam kantong lakrimal. Banyak jenis ulkus kornea
bakteri mirip satu sama lain dan hanya bervariasi dalam beratnya penyakit. Ini terutama berlaku
untuk ulkus yang disebabkan bakteri oportunitik (misalnya Streptococcus alfa-hemolyticus,
Staphylococcus aureus, Staphylococcus epidermidis, Nocardia, dan M fortuitum-chelonei), yang
menimbulkan ulkus indolen yang cenderung menyebar perlahan dan superficial.
Ulkus sentral yang disebabkan Streptococcus beta-hemolyticus tidak memiliki ciri
khas.Stroma kornea disekitarnya sering menunjukkan infiltrat dan sembab, dan biasanya terdapat
hipopion yang berukuran sedang.Kerokan memperlihatkan kokus gram (+) dalam bentuk
rantai.Obat-obat yang disarankan untuk pengobatan adalah Cefazolin, Penisillin G, Vancomysin
dan Ceftazidime.Ulkus kornea sentral yang disebabkan Staphylococcus aureus, Staphylococcus
epidermidis, dan Streptococcus alfa-hemolyticus kini lebih sering dijumpai daripada sebelumnya,
banyak diantaranya pada kornea yang telah terbiasa terkena kortikosteroid topikal. Ulkusnya
sering indolen namun dapat disertai hipopion dan sedikit infiltrat pada kornea sekitar. Ulkus ini
sering superficial, dan dasar ulkus teraba padat saat dilakukan kerokan.Kerokan mengandung
kokus gram (+) satu-satu, berpasangan, atau dalam bentuk rantai.Keratopati kristalina infeksiosa
telah ditemukan pada pasien yang menggunakan kortikosteroid topikal jangka panjang, penyebab
umumnya adalah Streptococcus alfa-hemolyticus.

Ulkus Kornea Fungi


Ulkus kornea fungi, yang pernah banyak dijumpai pada pekerja pertanian, kini makin
banyak diantara penduduk perkotaan, dengan dipakainya obat kortikosteroid dalam pengobatan
mata.Sebelum era kortikosteroid, ulkus kornea fungi hanya timbul bila stroma kornea kemasukan
sangat banyak mikroorganisme.Mata yang belum terpengaruhi kortikosteroid masih dapat
mengatasi masukkan mikroorganisme sedikit-sedikit.Ulkus fungi itu indolen, dengan infiltrate
kelabu, sering dengan hipopion, peradangan nyata pada bola mata, ulserasi superficial, dan lesi-
lesi satelit (umumnya infiltrat, di tempat-tempat yang jauh dari daerah utama laserasi). Lesi
utama merupakan plak endotel dengan tepian tidak teratur dibawah lesi kornea utama, disertai
dengan reaksi kamera anterior yang hebat dan abses kornea.
Kebanyakan ulkus fungi disebabkan organisme oportunistik seperti Candida, Fusarium,
Aspergillus, Penicillium, Cephalosporium, dan lain-lain.Tidak ada ciri khas yang membedakan
macam-macam ulkus fungi ini.Kerokan dari ulkus kornea fungi, kecuali yang disebabkan
Candida umumnya mengandung unsur-unsur hifa; kerokan dari ulkus Candida umumnya
mengandung pseudohifa atau bentuk ragi, yang menampakkan kuncup-kuncup khas.

Ulkus Kornea Virus


Keratitis Herpes Simpleks
Keratitis herpes simpleks ada dua bentuk yaitu primer dan rekurens.Keratitis ini adalah
penyebab ulkus kornea paling umum dan penyebab kebutaan kornea paling umum di Amerika.
Bentuk epitelialnya adalah padanan dari herpes labialis yang memiliki ciri-ciri imunologik dan
patologik sama juga perjalanan penyakitnya. Perbedaan satu-satunya adalah bahwa perjalanan
klinik keratitis dapat berlangsung lama karena stroma kurang vaskuler sehingga menghambat
migrasi limfosit dan makrofag ke tempat lesi. Penyakit stroma dan endotel tadinya diduga
hanyalah respons imunologik terhadap partikel virus atau perubahan seluler akibat virus, namun
sekarang makin banyak bukti yang menunjukkan bahwa infeksi virus aktif dapat timbul di dalam
stroma dan mungkin juga sel-sel endotel selain di jaringan lain dalam segmen anterior seperti iris
dan endotel trabekel. Kortikosteroid topikal dapat mengendalikan respons peradangan yang
merusak namun memberi peluang terjadinya replikasi virus.Jadi setiap kali menggunakan
kortikosteroid topikal harus ditambahkan obat anti virus.

Keratitis Virus Varicella-Zoster


Infeksi virus varicella-zoster (VZV) terjadi dalam dua bentuk yaitu primer (varicella) dan
rekurens (zoster).Manifestasi pada mata jarang terjadi pada varicella namun sering pada zoster
oftalmik.Berbeda dari keratitis HVS rekurens yang umumnya hanya mengenai epitel, keratitis
VZV mengenai stroma dan uvea anterior pada awalnya.Lesi epitelnya keruh dan amorf kecuali
kadang-kadang ada pseudodendritlinier yang sedikit mirip dendrit pada keratitis HSV.Kekeruhan
stroma disebabkan oleh edema dan sedikit infiltrat sel yang awalnya hanya subepitel.Kehilangan
sensasi kornea selalu merupakan ciri mencolok dan sering berlangsung berbulan-bulan setelah
lesi kornea tampak sembuh.Acyclovir intravena dan oral telah dipakai dengan hasil baik untuk
mengobati herpes zoster oftalmik.Kortikosteroidtopikal mungkin diperlukan untuk mengobati
untuk mengobati keratitis berat, uveitis dan glaukoma sekunder. 2,4

Ulkus Mooren
Penyebab ulkus mooren belum diketahui namun diduga autoimun.Ulkus ini termasuk
ulkus marginal.Pada 60-80 kasus unilateral dan ditandai ekstravasi limbus dan kornea perifer
yang sakit dan progresif dan sering berakibat kerusakan mata. Ulkus mooren paling sering
terdapat pada usia tua namun agaknya tidak berhubungan dengan penyakit sistemik yang sering
diderita orang tua. Ulkus ini tidak responsif terhadap antibiotik maupun
kortikosteroid.Belakangan ini telah dilakukan eksisi konjungtiva limbus melalui bedah dalam
usaha untuk menghilangkan substansi perangsang.Keratoplasi tektonik lamelar telah dipakai
dengan hasil baik pada kasus tertentu.Terapi imunosupresif sistemik ada manfaatnya untuk
penyakit yang telah lanjut.

VII. DIAGNOSIS

Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan


klinis dengan menggunakan slit lamp dan pemeriksaan laboratorium. Anamnesis pasien penting
pada penyakit kornea, sering dapat diungkapkan adanya riwayat trauma, benda asing, abrasi,
adanya riwayat penyakit kornea yang bermanfaat, misalnya keratitis akibat infeksi virus herpes
simplek yang sering kambuh. Hendaknya pula ditanyakan riwayat pemakaian obat topikal oleh
pasien seperti kortikosteroid yang merupakan predisposisi bagi penyakit bakteri, fungi, virus
terutama keratitis herpes simplek. Juga mungkin terjadi imunosupresi akibat penyakit sistemik
seperti diabetes, AIDS, keganasan, selain oleh terapi imunosupresi khusus.1

Gejala klinis pada ulkus kornea secara umum dapat berupa :

- Eritema kelopak mata dan konjungtiva


- Sekret mukopurulen
- Merasa ada benda asing di mata
- Pandangan kabur
- Bintik putih pd kornea pd lokasi ulkus
- Mata berair
- Silau
- Nyeri
Pada pemeriksaan fisik didapatkan gejala obyektif berupa adanya injeksi siliar, kornea
edema, terdapat infiltrat, hilangnya jaringan kornea. Pada kasus berat dapat terjadi iritis yang
disertai dengan hipopion.

Disamping itu perlu juga dilakukan pemeriksaan diagnostik seperti :

Ketajaman penglihatan
Tes air mata
Pemeriksaan slit-lamp
Respon reflek pupil
Pewarnaan kornea dengan zat fluoresensi.
Goresan ulkus untuk analisa atau kultur (pulasan gram, giemsa atau KOH)1,2

Pada ulkus kornea disebabkan oleh jamur dilakukan :


1. Pemeriksaan kerokan kornea
Pemeriksaan kerokan kornea sebaiknya dengan menggunakan spatula kimura yaitu dari
dasar dan tepi ulkus dengan biomikroskop. Dapat dilakukan pewarnaan KOH, Gram, Giemsa
atau KOH + Tinta India, dengan angka keberhasilan masing-masing 20-30%, 50-60%, 60-75%
dan 80%.

2. Biopsi Jaringan kornea


Diwarnai dengan Periodic acid schiff atau Methenamine Silver.

3. Nomarski differential interference contrast microscope


Untuk melihat morfologi jamur dari kerokan kornea (metode Nomarski)6
Gambar 5: Tes menggunakan slitlamp5

Gambar 6: Pewarnaan kornea dengan zat fluoresensi, tampak ulkus kornea (warna fluoresens
kehijauan) setelah disinari sinar biru menunjukkan hasil positif (+)5

VIII. PENATALAKSANAAN
Pengobatan pada ulkus korne bertujuan untuk menghalangi hidupnya bakteri dengan
antibiotik dan mengurangi reaksi radang dengan steroid.Ulkus korne adalah keadaan darurat
yang harus segera ditangani oleh spesialis mata agar tidak terjadi cedera yang lebih parah pada
kornea.Pengobatan pada ulkus tergantung kepada penyebabnya, diberikan obat tetes mata yang
mengandung antibiotik, antivirus atau anti jamur.Untuk mengurangi peradangan bisa diberikan
tetes mata kortikosteroid. 2-5
Yang harus diperhatikan dalam terapi ulkus kornea adalah bahwa ulkus kornea tidak
boleh dibebat, karena akan menaikkan suhu sehingga berfungsi sebagai inkubator, selain itu
debridement juga sangat membantu dalam keberhasilan penyembuhan. Pengobatan ulkus
dihentikan bila sudah terjadi epitelisasi dan mata terlihat tengan kecuali bila penyebabnya
pseudomonas yang memerlukan pengobatan ditambah 1-2 minggu.Pada ulkus kornea dilakukan
keratoplasti atau pembedahan apabila dengan terapi medikamentosa tidak sembuh, terjadi
jaringan parut yang menganggu penglihatan, penurunan visus yang menganggu pekerjaan
penderita, kelainan kornea yang tidak disertai kelainan ambliopia.

Terapi ulkus kornea secara umum

Tujuan pengobatan ulkus kornea secara umum adalah untuk mencegah berkembangnya bakteri
dan mengurangi reaksi radang.

1. Benda asing dan bahan yang merangsang harus lekas dihilangkan. Erosi kornea yang
sekecil apapun harus diperhatikan dan diobati sebaik-baiknya.

2. Pemberian sikloplegika

Sikloplegika yang sering digunakan adalah sulfas atropin karena bekerjannya lama 1-2 minggu.
Efek kerja atropin adalah sebagai berikut :

Sedatif, menghilangkan rasa sakit


Dekongestif, menurunkan tanda radang
Menyebabkan paralise m.siliaris dan m.konstriktor pupil. Dengan lumpuhnya
m.siliaris mata tidak mempunyai daya akomodasi sehingga mata dalam keadaan
istirahat. Dengan lumpuhnya m.konstriktor pupil, terjadi midriasis, sehingga
sinekia posterior yang telah terjadi dapat dilepaskan dan dicegah pembentukan
sinekia posterior yang baru.
3. Antibiotik

Antibiotik yang diberi harus sesuai dengan kuman penyebabnya atau yang berspektrum luas
dapat diberikan sebagai salep, tetes, atau suntikan subkonjungtiva.

4. Bedah (keratoplasti)

Indikasi keratoplasti

Dengan pengobatan tidak sembuh


Terjadinya jaringan parut yang menganggu penglihatan terutama apabila letak
sentral
Kedalaman ulkus telah mengancam terjadinya perforasi
Ada dua jenis keratoplasti yaitu:

1. Keratoplasti penetrans, berarti penggantian kornea seutuhnya. Donor lebih muda


lebih disukai untuk keratoplasti penetrans; terdapat hubungan langsung antara umur
dengan kesehatan dan jumlah sel endotel. Karena sel endotel sangat cepat mati, mata
hendaknya diambil segerea setelah donor meninggal dan segera dibekukan. Mata utuh
harus dimanfaatkan dalam 48 jam. Media penyimpan modern memungkinkan
penyimpanan lebih lam. Tudung korneo sklera yang disimpan dalam media nutrien
boleh dipakai sampai 6 hari setelah donor meninggal dan pengawetan dalam media
biakan jaringan dapat tahan sampai 6 minggu.
2. Keratoplasti lamelar, berarti penggantian sebagian dari ketebalan kornea. Untuk
korneoplasti lamelar kornea itu dapat dibekukan, didehidrasi, atau disimpan dalam
lemari es selama beberapa minggu; sel endotel tidak penting untuk prosedur ini.5
Terapi berdasarkan etiologi

Ulkus kornea karena bakteri

Penatalaksanaan ulkus kornea bakteri menggunakan antibiotik. Keputusan pemberian


antibiotik awal harus didasarkan pada :
1. Gambaran klinik berat ringannya ulkus kornea bakteri pada pemeriksaan awal
2. Enterpretasi dari hasil pulasan gram
3. Efektivitas dan keamanan antibiotik

Pada kasus ulkus kornea bakteri terdapat 2 prinsip terapi antibiotik yaitu :
1. Kombinasi antibiotik berspektrum luas, fortified secara intensif tanpa memperhatikan hasil
pulasan (shoot gun therapy)
2. Antibiotik tunggal spesifik berpedoman pada hasil pemeriksaan mikrobiologi. Cara ini
diindikasikan untuk ulkus kornea bakteri ringan dan pemeriksaan pulasan gram hanya
ditemukan satu jenis bakteri.
Pengobatan awal dinilai setelah 24-48 jam.

Tabel 1. Evaluasi klinis pengobatan ulkus kornea bakteri

Tanda Perbaikan Perburukan

Ukuran defek epitel Tidak berubah/mengecil Meluas

Infiltrasi stroma Menurun Meningkat

- Batas Lebih jelas Kurang jelas


- dalam
Tidak berubah Lebih dalam

- ukuran Tidak berubah/mengecil Lebih luas


Reaksi sel darah putih pada
stroma Menurun/terlokalisasi Meningkat

Reaksi pada bilik mata Menurun Meningkat


depan

Terapi awal dilanjutkan jika respon klinik terhadap pengobatan membaik


walaupun pada hasil uji resistensi menunjukkan bakteri resisten. Untuk merubah
pengobatan awal perlu dipertimbangkan respon klinik terhadap pengobatan awal, hasil
kultur, dan hasil uji resistensi. Jenis antibiotik dapat diubah jika secara klinis terjadi
perburukan dan hasil uji resistensi menunjukkan organisme resisten. 5
Obat-obatan penunjang :
1. Sikloplegi
2. Kortikosteroid
3. Inhibitor enzim
4. Lensa kontak lunak
5. Antioksidan
Tidak terdapat kesepakatan waktu dihentikannya atau dikuranginya pemberian
antibiotik pada ulkus kornea bakteri. Keberhasilan eradikasi kuman tergantung pada
jenis bakteri, lamanya infeksi, beratnya supurasi dan faktor-faktor lain.
Tanda yang memperlihatkan perbaikan adalah :
1. Reepitelisasi
2. Infiltrat seluler yang berkurang
3. Stroma supurasi menjadi kasa
4. Edema pada perbatasan antara ulkus dengan stroma berkurang5
Ulkus kornea karena jamur

Untuk penatalaksanaan jamur pada kornea pengobatan didasarkan pada jenis dari jamur.

1. Belum diidentifikasi jenis jamur penyebabnya : berikan topikal Amphotericin B 0,25


mg/ml, Thiomerosal 10 mg/ml, Natamycin > 10 mg/ml, golongan Imidazole.
2. Jenis jamur telah diidentifikasi
a. Jamur berfilamen : topikal Amphotericin B, Thiomerosal, Natamycin, Imidazle.
b. Ragi (yeast) : Amphotericin B, Natamycin, Imidazole
c. Golongan Actinomyces yang sebenarnya bukan jamur sejati : Golongan sulfa,
berbagai jenis antibiotik.

Pemberian Amphotericin B subkonjungtival hanya untuk usaha terakhir.Steroid


topikal adalah kontraindikasi, terutama pada saat terapi awal.Diberikan juga obat
siklopegik (atropin) guna mencegah sinekia posterior untuk mengurangi uveitis anterior.

Terapi bedah dilakukan membantu medikamentosa yaitu :


1. Debridement
2. Flap konjungtiva, partial atau total
3. Keratoplasti tembus
Penyembuhan lama dan anti jamur topikal masih diperlukan paling kurang
3 minggu setelah epitelisasi sempurna terjadi
Penanganan yang tidak akurat sering terjadi perforasi kornea dan diakhiri
dengan eviserasi.5

IX. PENCEGAHAN
Pencegahan terhadap ulkus dapat dilakukan dengan segera berkonsultasi kepada ahli
mata setiap ada keluhan pada mata.Sering kali luka yang tampak kecil pada kornea dapat
mengawali timbulnya ulkus dan mempunyai efek yang sangat buruk bagi mata.
- Lindungi mata dari segala benda yang mungkin bisa masuk kedalam mata
- Jika mata sering kering, atau pada keadaan kelopak mata tidak bisa menutup sempurna,
gunakan tetes mata agar mata selalu dalam keadaan basah
- Jika memakai lensa kontak harus sangat diperhatikan cara memakai dan merawat lensa
tersebut.4

X. KOMPLIKASI

Gambar 7: Perforasi ulkus kornea

Pengobatan ulkus yang tidak adekuat dan terlambat dapat menimbulkan komplikasi
yaitu :
Terbentuk jaringan parut kornea sehingga dapat menurunan visus mata
Perforasi kornea
Iritis dan iridosiklitis
Descematokel
Glaukoma sekunder
Endoftalmitis atau panoftalmitis
Katarak5

Penanganan Komplikasi
Bila seseorang dengan ulkus kornea mengalami perforasi spontan, berikan sulfas atropin,
antibiotik dan balut yang kuat.Segera masuk ke tempat tidur dan jangan melakukan gerakan-
gerakan.

Bila perforasinya disertai prolaps iris dan terjadinya baru saja, maka padanya dilakukan :

Iridektomi dari iris yang prolaps


Iris direposisi
Kornea dijahit dan ditutup dengan flap konjunctiva
Beri sulfas atropin dan salep antibiotik
Balut yang kuat
Bila terjadinya prolaps iris telah berlangsung lama, obati seperti ulkus biasa, tetapi prolaps
irisnya dibiarkan saja sampai akhirnya sembuh menjadi leukoma adherens.Antibiotik diberikan
juga secara sistemik. 5
HIPOPION

1. DEFINISI

Hipopion adalah pus steril yang terdapat pada bilik mata depan. Hipopion dapat terlihat
sebagai lapisan putih yang mengendap di bagian bawah bilik mata depan karena adanya
gravitasi. Komposisi dari pus biasanya steril, hanya terdiri dari lekosit tanpa adanya
mikroorganisme patogen, seperti bakteri, jamur maupun virus, karena hipopion adalah reaksi
inflamasi terhadap toxin dari mikroorganisme patogen, dan bukan mikroorganisme itu
sendiri.1,2,5

Gambar 8 : ulkus kornea cum hipopion5

2. PATOFISIOLOGI
Radang iris dan badan siliar menyebabkan penurunan permeabilitas dari blood-aqueous
barrier sehingga terjadi peningkatan protein, fibrin dan sel radang dalam cairan aqueous,
sehingga memberikan gambaran hipopion.Adanya pus di bilik mata depan biasanya memberikan
gambaran lapisan putih. Hipopion yang berwarna kehijauan biasanya disebabkan oleh infeksi
Pseudomonas. Sedangkan hipopion yang berwarna kekuningan bisanya disebabkan oleh jamur.
Karena pus bersifat lebih berat dari cairan aqueous, maka pus akan mengendap di bagian bawah
bilik mata depan. Kuantitas dari hipopion biasanya berhubungan dengan virulensi dari organisme
penyebab dan daya tahan dari jaringan yang terinfeksi. Beberapa organisme menghasilkan pus
lebih banyak dan lebih cepat. Diantaranya Pneumokokus, Pseudomonas, Streptokokus pyogenes
dan Gonokokus.Hipopion pada ulkus fungal biasanya dapat terinfeksi karena jamur dapat
menembus membran Descemet. Bakteri memproduksi hipopion lebih cepat dari jamur
sedangkan infeksi virus tidak menyebabkan hipopion. Apabila ditemukan hipopion pada infeksi
virus, biasanya disebabkan adanya infeksi sekunder oleh bakteri.4

3. ETIOLOGI
Hipopion merupakan reaksi inflamasi di bilik mata depan. Karena itu semua penyakit yang
berhubungan dengan uveitis anterior dapat menyebabkan terjadinya hipopion.Hipopion dapat
timbul setelah operasi atau trauma disebabkan karena adalanya infeksi. Misalnya pada keratitis
dan ulkus kornea. Bakteria, jamur, amoba maupun herpes simplex dapat menyebabkan terjadinya
hipopion. Bakteri patogen yang umumnya ditemukan adalah Streptococcus dan Staphylococcus.
Hipopion karena infeksi jamur jarang ditemukan.
Penyebab-penyebab hipopion terjadi :
Ulkus Kornea. Apabila terjadi peradangan hebat tapi belum terjadi perforasi dari ulkus, maka
toksin dari peradangan kornea dapat sampai ke iris dan badan siliar, dengan melalui membran
Descemet, endotel kornea ke cairan bilik mata depan. Dengan demikian iris dan badan siliar
mengalami peradangan dan timbulah kekeruhan di cairan bilik mata depan disusul dengan
terbentuknya hipopion.
Uveitis Anterior. Peradangan dari iris dan badan siliar. menyebabkan penurunan permeabilitas
dari blood-aqueous barrier sehingga terjadi peningkatan protein, fibrin dan sel radang dalam
cairan aqueous.
Rifabutin. Merupakan terapi profilaksis untuk Mycobacterium avium complex pada penderita
dengan HIV. Uveitis merupakan efek samping yang dapat terjadi pada pemakaian Rifabutin.
Trauma. Corpus alienum, toxic lens syndrome, post operasi.1,2

4. MANIFESTASI KLINIS
Gejala subyektif
Rasa sakit, iritasi, gatal dan fotofobia pada mata yang terinfeksi. Beberapa mengalami penurunan
visus atau lapang pandang, tergantung dari beratnya penyakit utama yang diderita.

Gejala obyektif
Biasanya ditemukan aqueous cell and flare, eksudat fibrinous, sinekia posterior dan keratitis
presipitat.2,3
5. DIAGNOSA
Hipopion dapat dideteksi berdasarkan anamnesa dan pemeriksaan menggunakan slit
lamp. Pada anamnesa, ditanyakan adanya riwayat infeksi, pemakaian lensa kontak, trauma,
pemakaian obat serta riwayat operasi.Pada pemeriksaan dengan slit lamp, ditemukan lapisan
berwarna putih pada bagian inferior dari bilik mata depan. Jarang sekali hipopion ini ditemukan
pada bagian lain dari bilik mata depan.Hipopion biasanya dinilai berdasarkan tingginya, diukur
dari dasar bilik mata depan dengan satuan milimeter. Atau bisa juga dengan hitungan kasar,
misalnya. ringan, moderat, setengah bilik mata depan dan seluruh mata depan. Cara terbaik
untuk menilai hipopion adalah dengan terlebih dahulu meminta pasien duduk beberapa saat
supaya hipopion dapat mengendap sempurna. Selanjutnya pasien diminta melihat ke bawah dan
sinar diarahkan dari bagian atas-depan iris.1,4

6. KOMPLIKASI
Struktur dari hipopion yang mengandung fibrin, merupakan reaksi tubuh terhada
inflamasi. Tetapi fibrin-fibrin ini dapat menyebabkan terjadinya perlengketan antara iris dan
lensa (sinekia posterior) Bila seluruh pinggir iris melekat pada lensa disebut seklusio pupil,
sehingga cairan dari cop tidak dapat melalui pupil untuk masuk ke coa, iris terdorong ke depan,
disebut iris bombe dan menyebabkan sudut coa sempit sehingga timbul glaukoma sekunder.
Peradangan di badan silier dapat juga menyebabkan kekeruhan dalam badan kaca oleh sel-sel
radang, yang tampak sebagai kekeruhan seperti debu. Peradangan ini menyebabkan metabolisme
lensa terganggu dan dapat menimbulkan kekeruhan lensa, hingga terjadi katarak.Pada kasus
yang sudah lanjut, kekeruhan badan kaca pun mengalami jaringan organisasi dan tampak sebagai
membrana yang terdiri dari jaringan ikat dengan neovaskularisasi yang berasal dari sistem retina,
disebut retinitis proliferans.Bila membrana ini mengkerut, dapat menarik retina sehingga robek
dan cairan badan kaca melalui robekan itu masuk ke dalam celah retina potensial dan
mengakibatkan ablasi retina.3,4

7. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan hipopion tergantung dari ringan atau beratnya penyakit. Sel darah putih
biasanya akan di reabsorpsi. Tetapi bila hipopion memberikan gambaran yang berat, maka bisa
dilakukan drainase atau parasentesis hipopion.Terapi yang lebih spesifik biasanya tergantung
dari penyakit utama yang menyebabkan hipopion. Apabila terjadi inflamasi, dapat diberikan
kortikosteroid. Anti inflamasi yang biasanya digunakan adalah kortikosteroid, dengan dosis
sebagai berikut:

Dewasa :Topikal dengan dexamethasone 0,1 % atau prednisolone 1 %.


Bila radang sangat hebat dapat diberikan subkonjungtiva atau periokuler :
dexamethasone phosphate 4 mg (1 ml)
prednisolone succinate 25 mg (1 ml)
triamcinolone acetonide 4 mg (1 ml)
methylprednisolone acetate 20 mg
Sikloplegik dapat diberikan dengan tujuan untuk mengurangi nyeri dengan memobilisasi
iris, mencegah terjadinya perlengketan iris dengan lensa anterior ( sinekia posterior ),
yang akan mengarahkan terjadinya iris bombe dan peningkatan tekanan intraocular,
menstabilkan blood-aqueous barrier dan mencegah terjadinya protein leakage (flare) yang
lebih jauh. Agent cycloplegics yang biasa dipergunakan adalah atropine 0,5%, 1%, 2%,
homatropine 2%, 5%, Scopolamine 0,25%, dan cyclopentolate 0,5%, 1%, dan 2%.

Apabila hipopion yang terjadi masif dan berat dapat diberi terapi pencegahan glaucoma
sekunder : asetazolamid 250 mg, 3x/hari. Selanjutnya dapat dilakukan parasentesis
hipopion. Parasentesis hipopion dilakukan pada hipopion yang masif, disertai keadaan
umum yang tidak baik dan terancam glaukoma sekunder. 5
PENUTUP
Ulkus kornea merupakan hilangnya atau diskontinuitas permukaan kornea akibat
kematian jaringan kornea.Pembentukan parut akibat ulserasi kornea adalah penyebab utama
kebutaan dan ganguan penglihatan di seluruh dunia terutamanya jika ulkus kornea terletak
sentral dan bukan perifer.Kebanyakan gangguan penglihatan ini dapat dicegah, namun hanya bila
diagnosis penyebabnya ditetapkan secara dini dan diobati secara memadai. 2,4
DAFTAR PUSTAKA

1. Hartono, Hernowo AT, Sasongko AB. Anatomi mata dan fisiologi penglihatan. Dalam: Ilmu
Kesehatan Mata, Suhardjo, Hartono. FK UGM;2007.hal.3-1,48-1
2. American Academy of Opthalmology. External Disease and Cornea.Section 11. San
Fransisco: MD Association, 2005-2006
3. Ilyas HS. Tajam penglihatan dan kelainan refraksi penglihatan warna; dalam Ilmu penyakit
mata. FKUI; Jakarta:Edisi ketiga. 2007. hal.159-8
4. Ilyas HS, Sri rahayu yulianti. Tajam penglihatan dan kelainan refraksi; dalam Penuntun
Ilmu Penyakit Mata. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Edisi kelima. Jakarta.
Tahun 2015; hal 43, 73
5. Humanity First, Serving Mankind. Eye structure. Diunduh dari :
http://medicinembbs.com/2010/11/eye-structures.html pada 4 April 2011.

Anda mungkin juga menyukai