Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

Corpus alienum atau benda asing pada telinga, hidung, dan tenggorok
(THT) adakalanya merupakan masalah kesehatan keluarga, yang biasanya terjadi
pada anak-anak. Bahan- bahan asing yang sering ditemukan biasanya merupakan
makanan, mainan, dan peralatan rumah tangga yang kecil. Diagnosis pada pasien
sering terlambat karena penyebab biasanya tidak terlihat, dan gejalanya tidak
spesifik, dan sering terjadi kesalahan diagnosis pada awalnya. Sebagian besar
benda asing pada telinga dan hidung dapat dikeluarkan oleh dokter yang sudah
terlatih dengan komplikasi yang minimal. Pengeluaran benda asing lazim
dilakukan dengan forceps, irigasi dengan air, dan kateter hisap. Benda asing pada
faring atau trakea merupakan keadaan yang darurat dan memerlukan konsultasi
bedah. Hasil pemeriksaan radiografi biasanya normal. Endoskopi lunak ataupun
kaku sering digunakan untuk memperkuat diagnosis dan untuk mengeluarkan
benda asing. Dokter harus memiliki beberapa kecurigaan untuk benda asing pada
anak-anak dengan gejala saluran nafas atas yang tidak dapat diterangkan. Sangat
penting untuk mengetahui anatomi dan indikasi untuk dirujuk pada subspesialis.
Kekerapan benda asing pada bidang THT terjadi pada anak maupun
dewasa dengan atau tanpa penyakit mental. Dokter keluarga biasanya dapat
mengeluarkan benda asing tersebut, namun hal ini bergantung pada beberapa
faktor seperti lokasi dari benda asing, bahan material benda asing, apakah benda
berupa bahan yang mudah diambil ( lebut dan irregular) atau tidak mudah diambil
(keras dan bulat), ketrampilan dokter dan kerjasama pasien.
BAB II
LAPORAN KASUS

2.1 IDENTITAS PASIEN


 Nama : An. Z
 Umur : 3,5 tahun
 Jenis kelamin : Perempuan
 Alamat : Jl.Yulius Usman, No.61, RT.21,
Kel.Pematang Sulur,
Telanaipura, Jambi
 Agama : Islam
 Pekerjaan Orang Tua : Swasta
 Pendidikan Pasien :-

2.2 ANAMNESIS

 Keluhan Utama
Orang tua An.Z mengeluh hidung berbau pada anaknya selama + 3
minggu.
 Riwayat Perjalanan Penyakit
1 bulan yang lalu An.Z kemasukan kacang pada hidungnya, orang tuanya
membawa An.Z pada bidan setempat. Oleh bidan hidung An.Z diperiksa
dan berusaha mengeluarkan kacang yang ada. Dilakukan pengeluaran
kacang melalui rongga hidung dengan cara menarik kacang tersebut,
namun kacang susah keluar. Akhirnya bidan memutuskan mendorong
kacang tersebut ke arah belakang, kacang keluar melalui mulut dengan
jumlah 1 biji. Bidan memeriksa kembali dan memberitahu bahwa kacang
sudah tidak ada lagi. Namun setelah itu orang tua mengeluh hidung An.Z
dan sempat mengalami pilek dengan sekret yang kental. Hidung berbau
dikeluhkan selama + 3 minggu. Akhirnya Orang Tua An.Z memutuskan
membawa An.Z ke RSUD Raden Mattaher Jambi untuk pemeriksaan lebih
lanjut.
 Riwayat Pengobatan
+ 1 bulan yang lalu An.Z/Pasien berobat pada klinik di Sungai Duren
dengan keluhan kemasukan kacang dan diberi Obat Oral
 Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat alergi obat (-), riwayat asma (-).
 Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada anggota keluarga lain yang menderita penyakit yang sama
dengan pasien. Riwayat gastritis (+), hipertensi, asma dan DM dalam
keluarga di sangkal.

TELINGA HIDUNG TENGGOROK LARING


Gatal : -/- Rinore : +/- Sukar Menelan : - Suara parau : -
Dikorek : -/- Buntu : +/- Sakit Menelan : - Afonia : -
Nyeri : -/- Bersin : + Trismus :- Sesak napas : -
Bengkak : -/- * Dingin/Lembab : - Ptyalismus : - Rasa sakit : -
Otore : -/- * Debu Rumah :- Rasa Ngganjal : - Rasa ngganjal : -
Tuli : -/- Berbau : +/- Rasa Berlendir : -
Tinitus :-/- Mimisan : -/- Rasa Kering : -
Vertigo : - Nyeri Hidung : -/-
Mual :- Suara sengau : -
Muntah : -

2.3 PEMERIKSAAN FISIK


 Kesadaran : compos mentis
 Pernapasan : 20 x/i
 Suhu : 36,7 °C
 Nadi : 95x/i
 TD : 130/80 mmHg
 BB : 15 kg
 Anemia : -/-
 Sianosis : -/-
 Stridor inspirasi : -/-
 Retraksi suprasternal : -
 Retraksi interkostal : -/-
 Retraksi epigastrial : -/-

a. Telinga
Daun Telinga Kanan Kiri
Anotia/mikrotia/makrotia - -
Keloid - -
Perikondritis - -
Kista - -
Fistel - -
Ott hematoma - -
Nyeri tekan tragus - -
Nyeri tarik daun telinga - -
Liang Telinga Kanan Kiri
Atresia - -
Serumen - -
Epidermis prop - -
Korpus alineum - -
Jaringan granulasi - -
Exositosis - -
Osteoma - -
Furunkel - -
Membrana Timpani Kanan Kiri
Hiperemis - -
Retraksi - -
Bulging - -
Atropi - -
Perforasi - _
Bula - -
Sekret + -
Refleks Cahaya Arah jam 5 Arah jam 7
Retro-aurikular Kanan Kiri
Fistel - -
Kista - -
Abses - -
Pre-aurikular Kanan Kiri
Fistel - -
Kista - -
Abses - -

b. Hidung
Rinoskopi Kanan Kiri
Anterior
Vestibulum nasi Hiperemis (-), Bisul (-), Hiperemis (-), Bisul (-),
Krusta (-), Raghade (-) Krusta (-), Raghade (-)
Kavum nasi Sekret (+), hiperemis (+), Sekret (-), hiperemis (-
Edema mukosa (+) ), Edema mukosa (-)
Selaput lendir + +
Septum nasi Deviasi (-) Deviasi (-), luka (-)
Konka inferior Hipertrofi (-), hiperemis Hipertrofi (-),
(+), livid (-) hiperemis(-), livid (-)
Meatus nasi DBN DBN
inferior
Polip - -
Korpus alineum + -
Massa tumor - -
Rinoskopi Kanan Kiri
Posterior
Kavum nasi Sekret (+), hiperemis (+), Sekret (-), hiperemis (-),
Edema mukosa (+) Edema mukosa (-)
Selaput lendir + +
Koana DBN DBN
Septum nasi Deviasi (-) Deviasi (-)
Konka superior Hiperemis (+), livid (-), Hiperemis (-), livid (-),
hipertrofi (-) hipertrofi (-)
Adenoid DBN DBN
Massa tumor - -
Fossa - -
rossenmuller
Transiluminasi Kanan Kiri
Sinus
Tidak dilakukan

c. Mulut
Hasil
Selaput lendir mulut DBN
Bibir Sianosis (-) raghade (-)
Lidah Atropi papil (-), tumor (-)
Gigi Caries (-)
Kelenjar ludah DBN

d. Faring

Hasil
Uvula Bentuk normal, terletak ditengah
Palatum mole hiperemis (-), benjolan (-)
Palatum durum Hiperemis (-), benjolan (-)
Plika anterior Hiperemis (-)
Tonsil Dekstra : tonsil T1, hiperemis (-),
permukaan rata, kripta tidak melebar
detritus (-)
Sinistra : tonsil T1, hiperemis (-),
permukaan rata, kripta tidak melebar
detritus (-)
Plika posterior Hiperemis (-)
Mukosa orofaring Hiperemis (-), granula (-)

e. Laringoskopi Indirect
Hasil
Pangkal lidah
Epiglotis
Sinus piriformis
Aritenoid DBN
Sulcus aritenoid
Corda vocalis
Massa

f. Kelenjar Getah Bening Leher

Kanan Kiri
Regio I DBN DBN
Regio II DBN DBN
Regio III DBN DBN
Regio IV DBN DBN
Regio V DBN DBN
Regio VI DBN DBN
area Parotis DBN DBN
Area postauricula DBN DBN
Area occipital DBN DBN
Area supraclavicula DBN DBN
g. Pemeriksaan Nervi Craniales

Kanan Kiri
Nervus III, IV, VI DBN DBN
Nervus VII DBN DBN
Nervus IX DBN
Regio XII DBN

2.4 PEMERIKSAAN AUDIOLOGI


Tes Pendengaran Kanan Kiri
Tes rinne
Tes weber Sulit Dinilai
Tes schwabach

2.5 DIAGNOSIS
Curpus Alienum Nasal Dextra

2. PENATALAKSANAAN
Pengangkatan dapat dilakukan di klinik pada anak yang kooperatif, setelah
sebelumnya dioleskan suatu anastetik topical dan vasokonstriktor misalnya
kokain. Suatu kait buntu yang diselipkan di belakang benda tersebut atau
suatu forsep alligator yang kecil akan sangat membantu. Kadang diperlukan
anestesi umum untuk mengeluarkan benda tersebut.
KIE (Komunikasi, Informasi dan Edukasi)
Menjelaskan kepada kedua orang tua pasien untuk memperhatikan
lingkungan, makanan dan bermain anaknya. Menjelaskan juga akibat dan
komplikasi dari kejadian tersebut..

2.8 PROGNOSIS

Quo ad vitam : dubia ad bonam


Quo ad fungsionam : dubia ad bonam
BAB III
CORPUS ALIENUM

3.1 DEFINISI
Corpus alienum adalah benda asing yang berasal dari luar atau dalam
tubuh yang dalam keadaan normal tidak ada pada tubuh.1

3.2 JENIS-JENIS
Benda asing yang berasal dari luar tubuh disebut benda asing eksogen,
biasanya masuk melalui hidung atau mulut. Sedangkan yang berasal dari dalam
tubuh disebut benda asing endogen. Benda asing eksogen terdiri dari benda padat,
cair atau gas. Benda asing eksogen padat terdiri dari zat organic seperti kacang-
kacangan (yang berasal dari tumbuhan-tumbuhan), tulang (yang berasal dari
kerangka binatang) dan zat anorganik seperti paku, jarum, peniti, batu, dan lain-
lain. Benda asing eksogen cair dibagi dalam benda cair yang bersifat iritatif,
seperti zat kimia, dan benda cair non-iritatif, yaitu cairan dengan pH 7,4. Benda
asing endogen dapat berupa secret kental, darah atau bekuan darah, nanah, krusta,
perkijuan, membran difteri, bronkolit. Cairan amnion, mekonium dapat masuk ke
dalam saluran napas bayi pada saat proses persalinan.2

3.3 CORPUS ALIENUM PADA PASIEN THT


a. Benda Asing di Telinga
Liang telinga luar terdiri dari cartilago dan tulang yang dilapisi
oleh periosteum dan kulit. Bagian tulang merupakan bagian yang sangat
sensitive. Karena itulah percobaan mengeluarkan benda asing di telinga
terasa sangat sakit. Liang telinga luar menyempit pada bagian
persambungan antara cartilago dan tulang. Benda asing dapat terjepit disini
sehingga membuat semakin sulit pada pengangkatan benda asing.
Percobaan mengambil benda asing dapat membuat benda tersebut semakin
masuk kedalam dan tersangkut pada tempat penyempitan tersebut. Maka
dari itu perlu pencahayaan yang kuat dan alat yang memadai. Biasanya alat
yang digunakan adalah alat yang masuk ke telinga, magnet untuk bahan
dari logam, irigasi telinga, dan mesin dengan alat hisap.3

Gambar 1. Letak predileksi benda asing di telinga


Gejala
Pada beberapa kasus pasien dengan benda asing di telinga adalah tanpa
gejala, dan pada anak-anak ditemukan secara kebetulan. Pasien yang lain mungkin
merasa sakit dengan gejala seperti otitis media, pendengaran berkurang, atau rasa
penuh ditelinga. Beberapa kasus sering ditemukan pada anak-anak berumur
kurang dari 8 tahun.
Benda asing yang sering terdapat pada telinga adalah manik-manik,
mainan plastik, kelereng, biji jagung. Serangga lebih sering pada pasien berumur
lebih dari 10 tahun. Terkadang pada anak-anak umur kurang dari 10 tahun
pengambilan benda asing perlu dilakukan anestesi umum.(3)
Diagnosa
Benda asing dalam telinga dapat dilihat oleh dokter yang kompeten
dengan langsung melihat ke dalam telinga menggunakan otoskop. Pada anak-
anak perlu dicurigai adanya benda asing yang jumlahnya lebih dari satu ataupun
lubang lain yang juga terlibat (mulut, dan hidung) yang juga harus diperiksa.(4)
Gambar 2. Pemeriksaan telinga dengan otoskop

Gambar 3. Benda asing dalam liang telinga

Penatalaksanaan
Pada benda yang sangat kecil dapat dicoba untuk mengoyangkan secara
hati-hati. Menarik pinna telinga kearah posterior meluruskan liang telinga dan
benda asing dapat keluar dengan goncangan lembut pada telinga. Jika benda asing
masuk lebih dalam maka perlu diangkat oleh dokter yang kompeten. Tidak
dianjurkan untuk mengorek telinga sendiri karena dapat mendorong lebih kedalam
dan menyebabkan ruptur membran timpani atau dapat melukai liang telinga.(4)
Beberapa tehnik di klinik pada pengeluaran benda asing di teinga:(4)
 Forceps yang sudah dimodifikasi dapat digunakan untuk mengambil benda

dengan bantuan otoskop


 Suction dapat digunakan untuk menghisap benda


 Irigasi liang telinga dengan air hangat dengan pipa kecil dapat membuat
benda-benda keluar dari liang telinga dan membersihkan debris.
 Penggunaan alat seperti magnet dapat digunakan untuk benda dari logam
 Sedasi pada anak perlu dilakukan jika tidak dapat mentoleransi rasa sakit
dan takut.
 Serangga dalam liang telinga biasanya diberikan lidocain atau minyak, lalu
diirigasi dengan air hangat.
 Setelah benda asing keluar, diberikan antibiotik tetes selama lima hari
sampai seminggu untuk mencegah infeksi dari trauma liang telinga.

b. Benda Asing di Hidung

Benda asing sebagai penyebab sumbatan hidung hampir selalu ditemukan


pada anak-anak. Anak-anak cenderung memasukan benda-benda kecil dalam
hidung. Benda asing yang lazim ditemukan adalah manik-manik, kancing, kacang,
kelereng, dan karet penghapus. Bila benda tersebut belum lama dimasukan, maka
tidak atau hanya sedikit mengganggu, kecuali bila benda tersebut tajam atau
sangat besar.(5)

Gejala
Gejala yang lazim adalah obstruksi unilateral dan secret yang berbau.
Benda asing umumnya ditemukan di anterior vestibulum atau pada meatus
inferior sepanjang dasar hidung. Tidak satupun benda asing boleh dibiarkan dalam
hidung oleh karena bahaya nekrosis dan infeksi sekunder yang mukin timbul, dan
kemungkinan aspirasi kedalam saluran pernapasan bawah.(5)
Gambar 4. Letak predileksi benda asing di hidung

Diagnosa
Untuk memeriksa hidung bagian dalam dapat digunakan speculum hidung
dan penlight. Pada inspeksi akan telihat benda asing yang terjepit dalam hidung.(6)

Gambar 5. Pemeriksaan rhinoskopi anterior


Gambar 6. Benda asing dalam hidung
Penatalaksanaan
Pengangkatan dapat dilakukan di klinik pada anak yang kooperatif, setelah
sebelumnya dioleskan suatu anastetik topical dan vasokonstriktor misalnya
kokain. Suatu kait buntu yang diselipkan di belakang benda tersebut atau suatu
forsep alligator yang kecil akan sangat membantu. Kadang diperlukan anestesi
umum untuk mengeluarkan benda tersebut.5

Rinolit
Rinolit juga dianggap sebagai suatu benda asing tipe khusus yang biasanya
diamati pada orang dewasa. Garam-garam tak larut dalam secret hidung
membentuk suatu masa berkapur sebesar benda asing yang tertahan lama atau
bekuan darah. Sekret sinus kronik dapat mengawali terbentuknya masa seperti itu
di dalam hidung.5

c. Benda Asing di Laring, Trakea, dan Bronkus

Setelah benda asing teraspirasi, maka benda asing tersebut dapat tersangkut pada
3 tempat anatomis yaitu, laring, trakea atau bronkus.
 Dari semua aspirasi benda asing, 80–90% diantaranya terperangkap di
bronkus dan cabang-cabangnya.
 Pada orang dewasa, benda asing bronkus cenderung tersangkut di bronkus
utama kanan, karena sudut konvergensinya yang lebih kecil dibandingkan
bronkus utama kiri.
 Benda asing yang lebih besar lebih banyak tersangkut di laring atau trakea
Gejala
Gejala sumbatan benda asing di dalam saluran napas tergantung pada lokasi
benda asing, derajat sumbatan (total atau sebagian), sifat, bentuk dan ukuran
benda asing. Benda asing yang masuk melalui hidung dapat tersangkut di hidung,
nasofaring, laring, trakea dan bronkus. Benda yang masuk melalui mulut dapat
tersangkut di orofaring, hipofaring, tonsil, dasar lidah, sinus piriformis, esofagus
atau dapat juga tersedak masuk ke dalam laring, trakea dan bronkus. Gejala yang
timbul bervariasi, dari tanpa gejala hingga kematian sebelum diberikan
pertolongan akibat sumbatan total. Seseorang yang mengalami aspirasi benda
asing saluran napas akan mengalami 3 stadium. Stadium pertama merupakan
gejala permulaan yaitu batuk-batuk hebat secara tiba-tiba (violent paroxysms of
coughing), rasa tercekik (choking), rasa tersumbat di tenggorok (gagging) dan
obstruksi jalan napas yang terjadi dengan segera. Pada stadium kedua, gejala
stadium permulaan diikuti oleh interval asimtomatis. Hal ini karena benda asing
tersebut tersangkut, refleks-refleks akan melemah dan gejala rangsangan akut
menghilang. Stadium ini berbahaya, sering menyebabkan keterlambatan diagnosis
atau cenderung mengabaikan kemungkinan aspirasi benda asing karena gejala dan
tanda yang tidak jelas. Pada stadium ketiga, telah terjadi gejala komplikasi dengan
obstruksi, erosi atau infeksi sebagai akibat reaksi terhadap benda asing, sehingga
timbul batuk-batuk, hemoptisis, pneumonia dan abses paru. Benda asing di laring
dapat menutup laring, tersangkut di antara pita suara atau berada di subglotis.
Gejala sumbatan laring tergantung pada besar, bentuk dan letak (posisi) benda
asing. Sumbatan total di laring akan menimbulkan keadaan yang gawat biasanya
kematian mendadak karena terjadi asfiksia dalam waktu singkat. Hal ini
disebabkan oleh timbulnya spasme laring dengan gejala antara lain disfonia
sampai afonia, apnea dan sianosis. Sumbatan tidak total di laring dapat
menyebabkan disfonia sampai afonia, batuk yang disertai serak (croupy cough),
odinofagia, mengi, sianosis, hemoptisis, dan rasa subjektif dari benda asing
(penderita akan menunjuk lehernya sesuai dengan letak benda asing tersebut
tersangkut) dan dispnea dengan derajat bervariasi. Gejala ini jelas bila benda asing
masih tersangkut di laring, dapat juga benda asing sudah turun ke trakea, tetapi
masih menyisakan reaksi laring oleh karena adanya edema.2
Diagnosa
Pada kasus benda asing di saluran napas dapat dilakukan pemeriksaan
radiologis dan laboratorium untuk membantu menegakkan diagnosis. Benda asing
yang bersifat radioopak dapat dibuat rongent foto segera setelah kejadian, benda
asing radiolusen dibuatkan rongent foto setelah 24 jam kejadian, karena sebelum
24 jam kejadian belum menunjukkan gambaran radiologis yang berarti. Biasanya
setelah 24 jam baru tampak tanda-tanda atelektasis atau emfisema.Video
fluoroskopi merupakan cara terbaik untuk melihat saluran napas secara
keseluruhan, dapat mengevaluasi pada saat ekspirasi dan inspirasi dan adanya
obstruksi parsial. Pemeriksaan laboratorium darah diperlukan untuk mengetahui
adanya gangguan keseimbangan asam basa, serta tanda-tanda infeksi saluran
napas.2

Penatalaksanaan
Untuk dapat menanggulangi kasus aspirasi benda asing dengan cepat dan
tepat, perlu diketahui dengan baik lokasi tersangkutnya benda asing tersebut.
Secara prinsip benda asing di saluran napas dapat ditangani dengan pengangkatan
segera secara endoskopik dengan trauma minimum. Umumnya penderita dengan
aspirasi benda asing datang ke rumah sakit setelah melalui fase akut, sehingga
pengangkatan secara endoskopik harus dipersiapkan seoptimal mungkin, baik dari
segi alat maupun personal yang telah terlatih. Penderita dengan benda asing di
laring harus mendapat pertolongan segera, karena asfiksia dapat terjadi dalam
waktu hanya beberapa menit. Cara lain untuk mengeluarkan benda asing yang
menyumbat laring secara total ialah dengan cara perasat dari Heimlich
(Heimlichmaneuver), dapat dilakukan pada anak maupun dewasa. Menurut teori
Heimlich, benda asing yang masuk ke dalam laring ialah pada saat inspirasi.
Dengan demikian paru penuh dengan udara, diibaratkan sebagai botol plastik
yang tertutup, dengan menekan botol itu, maka sumbatnya akan terlempar keluar.
Komplikasi perasat Heimlich adalah kemungkinan terjadinya ruptur lambung atau
hati dan fraktur kosta. Oleh karena itu pada anak sebaiknya cara menolongnya
tidak dengan menggunakan kepalan tangan tetapi cukup dengan dua buah jari kiri
dan kanan. Pada sumbatan benda asing tidak total di laring perasat Heimlich tidak
dapat digunakan. Dalam hal ini penderita dapat dibawa ke rumah sakit terdekat
yang memiliki fasilitas endoskopik berupa laringoskop dan bronkoskop.2

Gambar 7. Benda asing di laring pada pemeriksaan foto Rontgen

Gambar 8. Duri ikan pada laring tampak pada endoskopi

Gambar 9. Benda asing pada bronkus principalis dekstra


d. Benda Asing di Orofaring dan Esofagus

Benda asing dapat masuk ke saluran cerna bagian atas. Orofaring


terinervasi maka pasien dapat menunjukan benda asing pada orofaring. Luka
gores atau lecet pada mukosa orofaring dapat menimbulkan sensasi benda asing.
Benda asing yang terlalu lama dapat menyebabkan infeksi jaringan lunak sekitar
dari tenggorokan dan leher.7
Esofagus merupakan struktur berbentuk tabung sepanjang 20-25cm. pasien
biasanya dapat menunjukan benda asing jika berada pada esofagus bagian atas
tapi akan sulit jika berada pada esophagus bagiah bawah. Esophagus memiliki 3
tempat penyempitan dimana biasanya benda asing terperangkap yaitu: upper
esophageal sphincter(UES), crossover aorta, lower esophageal sphincter(LES).
Struktur abnormal dari esophagus termasuk striktur, web, divertikel, dan
keganasan meningkatkan kejadian benda asing yang terperangkap dan sama
halnya dengan gangguan motorik seperti scleroderma, spasme esophageal difus,
atau achalasia.7

Gambar 10. Anatomi esofagus

Gejala
Gejala orofaring biasanya terdapat sensasi benda asing terutama setelah
memakan ayam ataupun ikan. Rasa tidak nyaman dari ringan sampai berat. Pasien
biasanya mengeluh sulit menelan atau tidak dapat mengontrol air liur. Biasanya
pasien dapat melokalisir benda asing tersebut.7
Gejala esophagus biasanya akut dengan riwayat mencerna.
Ketidaknyamanan padaepigastrium menandakan bahwa benda asing terperangkap
pada LES. Disfagia biasa dikeluhkan oleh pasien dewasa dengan ketidakmampuan
mengendalikan sekresi air liur. Pada pasien anak biasanya tidak terdapat gejala
yang khas. Orang tua biasanya yang memberitahu kepada dokter bahwa anaknya
telah menelan sesuatu. Rasa tersumbat ditenggorok, muntah, dan sakit
tenggorokan biasanya muncul. Jika benda asing berlangsung lama maka biasanya
anak menjadi tidak ingin makan, rewel, gagal tumbuh, demam, stridor, gejala
pulmonal seperti pneumonia yang berulang yang berasal dari aspirasi. Benda
asing esophagus yang besar pada UES dapat mendesak trakea sehingga
menyebabkan stidor dan membahayakan pernafasan.7

Diagnosis
Benda asing pada orofaring biasanya dapat terlihat dan mudah diambil.
Pada pasien yang kooperatif dapat dilakukan laringoskopi indirect atau
nasofaringoskopi serat optik. Foto Rontgen polos esophagus servikal dan torakal
anteroposterior dan lateral dilakukan pada pasien yang menelan benda asing
terutama logam. Sehingga dapat diketahui letak dari benda asing di esophagus.
Endoscopi dilakukan pada pasien dimana jalan nafas ikut terlibat dan sudah
timbul komplikasi. Jika belum jelas maka dapat dilakukan CT scan sebelum
endoskopi.7

Penatalaksanaan
Benda asing di esophagus dikeluarkan dengan esofagoskopi menggunakan
cunam yang sesuai dengan benda asing tersebut. Bila benda asing telah berhasil
dikeluarkan harus dilakukan esofagoskopi ulang untuk melihat adanya kelainan-
kelainan esophagus yang telah ada sebelumnya. Benda asing tajam yang tidak
berhasil dikeluarkan dengan esofagoskopi harus dikeluarkan dengan pembedahan
yaitu servikotomi, torakotomi, atau esofagotomi, tergantung lokasi benda asing.
Bila dicurigai adanya perforasi yang kecil segera dipasang pipa nasogaster agar
pasien tidak menelan makanan ataupun ludah dan diberikan antibiotika
bersprektm luas selama 7-10 hari untuk mencegah timbulnya sepsis.8
Gambar 11. Koin dalam esophagus pada foto Rontgen AP

Gambar 12. Koin dalam esophagus pada foto Rontgen lateral

Gambar 13. Koin dalam esophagus pada pemeriksaan endoskopi


BAB IV
ANALISIS KASUS

An.Z, perempuan 3,5 tahun mengalami kemasukan benda asing ke dalam


hidung atau nasal corpus alienum, berdasarkan keluhan yaitu dengan keluhan
hidung berbau ± 1 minggu, keluar cairan kental dari sebelah hidung (+),
bersin-bersin tidak begitu sering, batuk (-). Pada pemeriksaan didapati :
 Telinga : normal
 Hidung : cavum nasi kanan sekret (+) mukopurulen, cavum nasi kiri :
normal
 Tenggorokan : normal
 Temperatur : 36,7°C
 Berat badan : 15 kg

Telinga dan tenggorokan yang normal menunjukkan tak adanya


kemungkinan tempat asal keluhan. Temperatur yang tidak meningkat
menyingkirkan kemungkinan terjadinya infeksi.
Yang pertama kali harus di lakukan yaitu mengeluarkan benda asing. Cara
mengeluarkan benda asing di hidungnya ialah dengan memakai pengait (haak)
yang dimasukkan kedalam hidung bagian atas, menyusuri atap kavum nasi
sampai menyentuh nasofaring. Setelah itu pengait diturunkan sedikit dan
ditarik kedepan. Dengan cara ini benda asing akan ikut terbawa keluar. Dapat
pula menggunakan forsep aligator, cunam Nortman atau “wire loop”. Bila
benda asing berbentuk bulat, maka sebaiknya digunakan pengait yang
ujungnya tumpul. Tergantung pada bentuk bendanya.
BAB IV
KESIMPULAN

Benda asing adalah masalah yang lazim pada bidang THT, khususnya
pada bidang THT anak, seringkali diikuti berbagai komplikasi, beberapa
mengalami keparahan. Pada tahun awal kehidupan anak mengalami penjelajahan
dan interaksi dengan lingkungan. Ketika anak mulai dapat merangkak dan
berjalan, anak mulai berrinterkasi dengan banyak benda yang biasanya anak suka
memasukan benda-benda tersebut ke dalam lubang mulut, telinga, hidung, dan
sampai tenggorokan.
Pada pasien dewasa masalah benda asing biasanya terjadi akibat
kesengajaan atau tidak sengaja yang biasanya dapat diakibatkan oleh serangga,
ataupun benda asing lainnya. Karena benda asing bisa menjadi suatu keadaan
yang darurat maka perlu segera dilakukan tindakan untuk mengangkat benda
asing tersebut. Namun terkadang terjadi kesulitan dalam pengangkatan benda
asing dalam THT. Pengangkatan benda asing bergantung pada faktor-faktor dari
benda asing sendiri, dokter yang kompeten dengan alat-alat yang memadai, dan
kerjasama dari pasien.
DAFTAR PUSTAKA

1. Medical dictionary. Corpus Alienum. http://medical-


dictionary.thefreedictionary.com/Corpus+alienum. Diunduh pada tanggal
5 desember 2015.
2. Junizaf MH. Benda Asing di Saluran Napas. In: Soepardi EA, Iskandar N.
Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorokan Kepala dan
Leher edisi 6. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 2008. Hal. 259-65.
3. Heim SW, Maughan KL. Foreign Body in the Ear, Nose, and Throat.
University of Virginia School of Medicine, Charlottesville, Virginia. Am
Fam Physician. 2007, Oct 15; 76(8): 1185-89. Diunduh dari:
http://www.aafp.org/afp/2007/1015/p1185.html pada tanggal 5 desember
2015.
4. Cunha JP. Objects or insects in Ear.
http://www.medicinenet.com/objects_or_insects_in_ear/article.htm.
Diunduh pada 5 desember 2015
5. Hilger PA. Penyakit Hidung. Dalam: BOEIS Buku Ajar Penyakit THT.
Editor: Adams GL, Boeis LR, Higler PA. Edisi ke-6. EGC. 1997. Hal 238-
9.
6. Acute Rhinitis. http://www.wrongdiagnosis.com/a/acute_rhinitis/book-
diseases-5a.htm. Diunduh pada tanggal 5 desember 2015.
7. Munter DW. Gastrointestinal Foreign Bodies in Emergency medicine.
Diunduh dari http://emedicine.medscape.com/article/776566-
overview#a0104 pada 5 desember 2015.
8. Yunizaf M. Benda Asing di Esofagus. In: Soepardi EA, Iskandar N. Buku
Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorokan Kepala dan Leher edisi
6. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 2008. Hal. 301.

Anda mungkin juga menyukai