Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN KASUS

ODS Kalazion
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Salah Satu Syarat
Dalam Menempuh Program Pendidikan Profesi Dokter
Bagian Ilmu Penyakit Mata RST dr. Soedjono Magelang

Disusun Oleh:

Nindya Riesmania P

30101206686

Pembimbing:

dr. Dwidjo Pratiknjo, Sp. M.

dr. YB. Hari Trilunggono, Sp. M.

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG

2018
LEMBAR PENGESAHAN

“ODS Kalazion”

Diajukan untuk memenuhi syarat Ujian Kepaniteraan Klinik

Bagian Ilmu Penyakit Mata RST Tingkat II

dr. Soedjono Magelang

Telah disetujui dan dipresentasikan

pada tanggal: Maret 2018

Disusun oleh:

Nindya Riesmania P

30101206686

Dosen Pembimbing,

dr. Dwidjo Pratiknjo, Sp.M dr. YB. Hari Trilunggono, Sp.M

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
rahmat dan karunia-Nya lah penulis dapat menyelesaikan laporan kasus yang
berjudul “ODS Kalazion”. Laporan kasus ini dibuat untuk memenuhi salah satu
syarat Kepaniteraan Klinik Bagian Ilmu Penyakit Mata.
Penyusunan laporan ini terselesaikan atas bantuan dari banyak pihak yang
turut membantu terselesaikannya laporan ini. Untuk itu, dalam kesempatan ini
penulis ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada dr.
Dwidjo Pratiknjo, Sp.M dan dr. Hari Trilunggono, Sp.M selaku pembimbing dan
seluruh teman kepaniteraan klinik Ilmu Penyakit Mata atas kerjasamanya selama
penyusunan laporan ini.
Penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca guna
perbaikan yang lebih baik. Semoga laporan ini dapat bermanfaat baik bagi penulis
sendiri, pembaca maupun bagi semua pihak-pihak yang berkepentingan.

Magelang, Maret 2018

Penulis

2
BAB I
STATUS PASIEN
1. IDENTITAS PASIEN
Nama : Nn. A
Usia : 21 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Mertoyudan, Magelang
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wiraswasta
Status : Belum menikah
Agama : Islam
Datang ke Rumah Sakit : 20 Februari 2018
Anamnesis dilakukan secara : Autoanamnesis

ANAMNESA
a. Keluhan Utama
Benjolan pada kelopak mata kanan dan kiri yang mengganjal sejak 5
bulan sebelum masuk rumah sakit.
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke Poli RST dr. Soedjono dengan keluhan benjolan pada
kelopak mata kiri dialami penderita sejak 5 bulan yang lalu. Pada awalnya
benjolan yang muncul hanya berupa benjolan kecil pada kelopak mata atas
sisi dalam. Benjolan tersebut kemudian membesar sehingga pasien
merasakan seperti ada yang mengganjal. Benjolan tersebut terkadang
disertai rasa gatal, benjolan tidak sakit, tidak merah, dan teraba kenyal saat
diraba. Pasien tidak demam saat keluahan ini muncul.
Satu bulan kemudian muncul benjolan yang kedua pada kelopak mata
kanan bagian atas yang muncul secara mendadak. Benjolan tersebut tidak
nyeri, tidak merah, dan saat diraba teraba kenyal, pasien juga tidak pernah
mengalami demam saat keluhan ini muncul. Benjolan terkadang mengecil
sendiri namun terkadang membesar kembali tanpa diketahui penyebabnya.

3
Pasien tidak pernah mengalami keluhan serupa sebelumnya.
Sebelum muncul benjolan, pasien tidak pernah mengalami trauma, matanya
tidak pernah merah dan tidak berair. Pasien mengaku tidak memiliki riwayat
alergi dan riwayat penyakit yang sama pada keluarga disangkal. Riwayat
keluarga dan lingkungan sekitar yang mengalami sakit yang sama tidak ada.
c. Riwayat Penyakit Dahulu
 Riwayat keluhan serupa disangkal
 Riwayat trauma disangkal
 Riwayat hipertensi disangkal
 Riwayat diabetes mellitus disangkal
 Riwayat mengkonsumsi obat-obatan tertentu disangkal
d. Riwayat Penyakit Keluarga
Tak ada keluarga yang mengalami keluhan serupa
e. Riwayat Pengobatan
Pasien sudah pernah memeriksakan keluhannya di puskesmas namun
keluhan tidak kunjung membaik.
f. Riwayat Sosial Ekonomi
Pasien seorang wiraswasta dan bekerja sebagai admin di toko. Biaya
pengobatan dengan menggunakan BPJS. Kesan ekonomi cukup.

3. PEMERIKSAAN FISIK
1) Status Umum
 Kesadaran : Compos mentis
 Aktivitas : Normoaktif
 Kooperatif : Kooperatif
 Status gizi : Baik
2) Vital Sign
 TD : 120/80 mmHg
 Nadi : 85 x.menit
 RR : 20 x/menit
 Suhu : 36,5ºC

4
3) Ilustrasi ( 20 Februari 2018)

kalazion kalazion

Gambar 1. Skema ilustrasi


4) Status Ophthalmicus
No Pemeriksaan Oculus Dexter Ocuulus sinister
1 Visus 6/6 6/6
2 Bulbus oculi
- Gerakan bola mata Baik ke segala arah Baik ke segala arah
- Enoftalmus - -
- Eksoftalmus - -
- Strabismus - -
3 Suprasilia Normal Normal
4 Palpebra superior
- Edema - -
- Hematom - -
- Hiperemi - -
- Massa - -
- Entropion - -
- Ektropion - -

5
- Blefarospasme - -
- Silia Trikiasis (-) Trikiasis (-)
- Krusta - -
- Ptosis - -
- Pseudoptosis Tidak ditemukan Tidak ditemukan
5 Palpebra Inferior
- Edema - -
- Hematom - -
- Hiperemi - -
- Massa Ukuran 2 x 1 x 0.5, Ukuran 1 x 0.5 x 0.5,
teraba kenyal teraba kenyal
- Entropion - -
- Ektropion - -
- Blefarospasme - -
- Silia Trikiasis (-) Trikiasis (-)
- Krusta - -
6 Konjungtiva
- Hiperemi - -
- Injeksi konjungtiva - -
- Injeksi siliar - -
- Sekret - -
- Perdarahan konjungtiva - -
- Banguunan patologis - -
- Semblefaron - -
- Jaringan fibrovaskular - -

6
7 Kornea
- Kejernihan Jernih Jernih
- Edema - -
- Infiltrat - -
- Sikatrik - -
- Ulkus - -
- Keratic presipitat - -
- Bangunan patologis - -
8 COA
- Kedalaman Normal Normal
- Hipopion - -
- Hifema - -
9 Iris
- Kripta Normal Normal
- Edema - -
- Sinekia - -
- Atrofi - -
10 Pupil
- Bentuk Bulat Bulat
- Diameter 3 mm 3 mm
- Refleks pupil + +
- Sinekia - -
11 Lensa
- Kejernihan Jernih Jernih
- Iris shadow - -
12 Corpus Vitreum
- Floaters - -
- Hemoftalmus - -
13 Fundus refleks Cemerlang Cemerlang
14 Funduskopi
Fokus 0 0

7
1. Papil N.II Bulat, batas tegas, Bulat, batas tegas,
CDR 0,3 CDR 0,3
 Myopic cresent - -

2. Vasa
 AV rasio 2:3 2:3
 Mikroaneurisma - -
 Neovaskularisasi - -
3. Macula
 Fovea refleks + +
 Eksudat - -
 Edema - -
4. Retina
 Edema - -
 Bleeding - -
 Ablation retina - -
 Fundus tigroid - -
15 TIO Normal Normal

4. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tidak dilakukan pemeriksaan penunjang

5. DIAGNOSA BANDING
ODS Kalazion
1) ODS Kalazion
Pasien mengatakan benjolan pada mata kanan sejak 5 bulan yang
lalu (bersifat kronis), dari pemeriksaan fisik ditemukan benjolan teraba
kenyal, tidak hiperemis dan tidak ada nyeri tekan pada benjolan, dan pasien
tidak mengalami demam. Selain itu juga terdapat benjolan pada mata kiri
tumbuh 4 bulan yang lalu saat dilakukannya pemeriksaan fisik.

8
2) ODS Hordeolum
Disingkirkan karena pada hordeolum didapatkan benjolan yang
bersifat akut yaitu 2-3 hari, saat pemeriksaan fisik benjolan teraba lunak,
tedapat hiperemis dan ada nyeri tekan pada benjolan, dan biasnya disertai
demam. Sedangkan pada pasien benjolan bersifat kronis yaitu muncul 5
bulan yang lalu pada mata kanan dan 4 bulan yang lalu pada mata kiri, saat
pemeriksaan fisik didapatkan benjolan teraba kenyal, tidak hiperemis, tidak
ada nyeri, dan pasien tidak demam.

6. DIAGNOSA
ODS Kalazion

7. TERAPI
1) Non Medikamentosa
Kompres air hangat 5-10 menit 4x/hari
2) Medikamentosa
 Oral
Tidak diberikan
 Topikal
Gentamicin salep mata 0,3% 3x1 ODS
 Parenteral
Tidak diberikan
 Operatif
Insisi + Ekskokleasi kalazion

8. EDUKASI
 Menjelaskan bahwa keluhan benjolan di kelopak mata bawah kanan
dan kiri pasien merupakan akibat dari penyumbatan kelenjar di
kelopak mata yang disebut kalazion
 Menjelaskan pada pasien bahwa benjolan pada kelopak mata bawah
kanan dan kiri dapat timbul kembali di tempat yang sama atau di
tempat lainnya dan penyakitnya ini tidak menular. Mata yang sehat
dapat terkena penyakit benjolan juga.

9
 Bila terjadirekurensi (berulang), lakukan
o Kompres hangat 10-20 menit 4 kali sehari
o Antibiotik topikal dan steroid disertai kompres panas dan
bila tidak berhasil dalam waktu 2 minggu maka dilakukan
pembedahan.
 Menjelaskan kepada pasien bahwa untuk mencegah agar tidak
terjadi benjolan berulang biasakan mencuci tangan sebelum
menyentuh kulit di sekitar mata. Kemudian bersihkan minyak
berlebih yang ada di kelopak mata secara perlahan serta gunakan
pelindung mata, seperti kacamata, saat berada di jalan raya atau
tempat-tempat berdebu
 Mencegah mata yang sakit untuk tidak sering dikucek/disentuh
 Karena dirasa mengganggu (penglihatan atau gerakan kelopak
mata), maka dilakukan tindakan operatif untuk mengeluarkan isinya

9. KOMPLIKASI
 Kalazion berulang
 Trikiasis

10. RUJUKAN
Dalam kasus ini belum diperlukan rujukan ke disiplin Ilmu Kedokteran
lainnya ataupun ke RS dengan fasilitas penunjang yang lebih lengkap.

11. PROGNOSIS
Oculus Dexter Oculus Sinister
Quo ad visam : Ad Bonam Ad bonam
Quo ad sanam : Ad bonam Ad bonam
Quo ad functionam : Ad bonam Ad bonam
Quo ad cosmetican : Ad bonam Ad bonam
Quo ad vitam : Ad bonam Ad bonam

10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Palpebra
2.1.1 Anatomi Palpebra1
Palpebra (kelopak mata) superior dan inferior adalah modifikasi lipatan
kulit yang dapat mentup dan melindungi bola mata bagian anterior. Berkedip
membantu menyebarkan lapisan tipis air mata, yang melindungi kornea dan
konjungtiva dari dehidrasi. Palpebra superioe berakhir pada alis mata, palpebra
inferior menyatu dengan pipi.

Gambar 2. Anatomi Palpebra

Gambar 3. Glandula palpebra

11
1) Struktur Palpebra
a. Lapisan Kulit
Kulit palpebra berbeda dengan kulit di kebanyakan bagian tubuh
lain karena tipis, longgar dan elastis, dengan sedikit folikel rambut
serta tanpa lemak subkutan.
b. Muskulus orbikularis Okuli
Fungsi muskulus orbikularis okuli adalah menutup palpebra, serat-
serat ototnya mengelilingi fissura palpebrae secara konsentris dan
menyebar dalam jarak pendek mengelilingi tepi orbita. Sebagian
serat berjalan ke pipi dan dahi. Bagian otot terdapat di dalam
palpebra dikenal sebagai bagian pratarsal, bagian di atas septum
orbitale adalah bagian praseptal. Segmen di luar palpebra disebut
bagian orbita. Orbikularis okuli dipersarafi oleh nervus facialis.
c. Jaringan Areolar
Jaringan areolar submuskular yang terdapat di bawah musculus
orbikularis oculi berhubungan dengan lapisan subaponeurotik kulit
kepala.
d. Tarsus
Struktur penyokong palpebra yang utama adalah lapisan jaringan
fibrosa padat yang bersama sedikit jaringan elastic disebut
lempengan tarsus.
e. Konjungtiva Palpebrae
Bagian posterior palpebra dilapisi oleh selapis membran mukosa,
konjungtiva palpebra, yang melekat erat pada tarsus.
2) Tepian Palpebra
Panjang tepian bebas palpebra adalah 25-30 mm dan lebarnya 2 mm. Tepian
ini dipisahkan oleh garis kelabu (sambungan mukokutan) menjadi tepian
anterior dan posterior.
a. Tepian anterior
- Bulu mata
Bulu mata muncul dari tepian palpebra dan tersusun tidak
teratur. Bulu mata atas lebih panjang dan lebih banyak

12
daripada bulu mata bawah serta melengkung ke atas, bulu
mata bawah melengkung ke bawah.
- Glandula Zeis
Struktur ini merupakan modifikasi kelenjar sebasea kecil,
yang bermuara ke dalam folikel rambut pada dasar bulu
mata.
- Glandula Moll
Struktur ini merupakan modifikasi kelenjar keringat yang
bermuara membentuk suatu barisan dekat bulu mata.
b. Tepian posterior
Tepian palpebra superior berkontak dengan bulu mata dan sepanjang
tepian ini terdapat muara-muara kecil kelenjar sebasea yang telah
dimodifikasi (kelenjar Meibom atau tarsal)
c. Punctum lacrimale
Pada ujung median tepian posterior palpebra terdapat peninjolan
kecil di pusat yang terlihat pada palpebra superior dan inferior.
Punctum ini berfungsi menghantarkan air mata ke bawah melalui
kanalikusnya ke saccus lakrimalis.
3) Fissura Palpebra
Fissura palpebrae adalah ruang bentuk elips diantara kedua palpebra
yang terbuka. Fissura ini berakhir di kantus medialis dan lateralis. Kantus
lateralis kira-kira 0.5 cm di tepian lateral orbita dan bermuara membentuk
sudut tajam. Kantus medialis lebih tipis dari kantus lateralis dan
mengelilingi lacus lacrimalis
4) Septum Orbitale
Septum orbitale adalah fasia di belakang bagian otot orbikularis
yang terletak di antara tepian orbita dan tarsus serta berfungsi sebagai sawar
antara palpebra dan orbita.
5) Refraktor Palpebrae
Refraktor palpebrae berfungsi membuka palpebra. Mereka dibentuk
oleh kompleks muskulofacialis dengan komponen otot rangka dan polos,

13
yang dikenal sebagai kompleks levator di palpebra superior dan facia
kapsulopalpebra di palpebra inferior.
6) Musculus Levator Palpebrae Superioris
Musculus levator palpebrae muncul sebagai tendo pendek daari
permukaan bawah ala minar ossis sphenoidalis, di atas dan di depan
foramen optikum.
7) Persarafan Sensoris
a. Persarafan sensoris palpebra berasal dari divisi pertama dan kedua
nervus trigeminus (V). Nervus lacrimalis, supraorbitalis,
supratrochlearis, dan nassalis eksterna adalah cabang-cabang divisi
oftalmika nervus cranial kelima infraorbitalis, zygomatikcofacialis
dan zygomaticotemporalis merupakan cabang-cabang divisi
maksilarts (kedua) nervus trigeminus. Pembuluh Darah dan Limfe
b. Pasokan darah palpebra datang dari arteri lacrimalis dan opthtalmica
melalui cabang-cabang lateral dan medialnya, anastomosis di antara
arteria palpebralis lateralis dan medialis membentuk cabang-cabang
tarsal yang terletak di dalam jaringan areolar submuskular.
c. Drainase vena dari palpebra mengalir ke dalam vena opthalmica dan
vena-vena yang membawa darah dari dahi dan temporal. Vena-vena
ini tersusun dalam pleksus pra- dan pascatarsal.
d. Pembuluh limfe segmen lateralis palpebra berjalan ke dalam
kelenjar getah bening preaurikular dan parotis, pembuluh limfe dari
sisi medial palpebra mengalirkan isinya ke dalam kelenjar getah
bening submandibular.
2.2 Kalazion
2.2.1 Definisi
Adalah massa di kelopak mata yang dihasilkan dari peradangan non infeksi
granulomatosa kronis pada kelenjar meibom. Pada kalazion terjadi
penyumbatan kelenjar Meibom dengan infeksi ringan yang mengakibatkan
peradangan kronis tersebut.
2.2.2 Etiologi

14
Kalazion juga disebabkan sebagai lipogranulomatosa kelenjar Meibom.2
Chalazion mungkin timbul spontan disebabkan oleh sumbatan pada
saluran kelenjar atau sekunder dari hordeolum internum. Kalazion
dihubungkan dengan seborrhea, chronic blepharitis, dan acne rosacea.

2.2.3 Epidemiologi
Chalazion terjadi pada semua umur; sementara pada umur yang ekstrim
sangat jarang, kasus pediatrik mungkin dapat dijumpai. Pengaruh
hormonal terhadap sekresi sabaseous dan viskositas mungkin menjelaskan
terjadinya penumpukan pada masa pubertas dan selama kehamilan
2.2.4 Patofisiologi
Kalazion tidak terinfeksious yang merupakan radang granulomatosa
kelenjar Meibom. Nodul terlihat atas sel imun steroid responsive termasuk
jaringan ikat makrofag seperti histiosit, sel raksasa multinucleate sel
plasma, sepolimorfonuklear leukosit dan eosinofil.2
Chalazion akan memberi gejala adanya benjolan pada kelopak, tidak
hiperemik, tidak ada nyeri tekan, dan adanya pseudoptosis. Kelenjar
preaurikuler tidak membesar. Kadang-kadang mengakibatkan perubahan
bentuk bola mata akibat tekanannya sehingga terjadi kelainan refraksi pada
mata tersebut.
Kerusakan lipid yang mengakibatkan tertahannya sekresi kelenjar,
kemungkinan karena enzim dari bakteri, membentuk jaringan granulasi dan
mengakibatkan inflamasi. Proses granulomatous ini yang membedakan
antara chalazion dengan hordeolum internal atau eksternal (terutama proses
piogenik yang menimbulkan pustul), walaupun chalazion dapat
menyebabkan hordeolum, begitupun sebaliknya. Secara klinik, nodul
tunggal (jarang multipel) yang agak keras berlokasi jauh di dalam palpebra
atau pada tarsal. Eversi palpebra mungkin menampakkan kelenjar meibom
yang berdilatasi
2.2.5 Manifestasi klinis
 Benjolan pada kelopaka mata, tidak hiperemis dan tidak ada nyeri
tekan.

15
 Pseudoptosis
 Kelenjar preaurikel tidak membesar. Kadang-kadang
mengakibatkan perubahan bentuk bola mata akibat tekanannya
sehingga terjadi kelainan refraksi pada mata tersebut.
 Pada anak muda dapat diabsobsi spontan
2.2.6 Diagnosis banding
 Hordeoulum
 Dermoid Cyst
 Tear Gland Adenoma
 Blefaritis
 Trikiasis
2.2.7 Diagnosa
Diagnosa ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan
kelopak mata. Kadang saluran kelenjar Meibom bisa tersumbat oleh suatu
kanker kulit, untuk memastikan hal ini maka perlu dilakukan pemeriksaan
biopsi
2.2.8 Penatalaksanaan
Kadang-kadang kalazion sembuh atau hilang dengan sendirinya akibat
diabsorbsi (diserap) setelah beberapa bulan atau beberapa tahun.
1) Kompres hangat 10-20 menit 4kali sehari.
2) Antibiotika topikal dan steroid disertai kompres panas dan bila tidak
berhasil dalam waktu 2 minggu maka dilakukan pembedahan.
3) Bila kecil dapat disuntik steroid dan yang besar dapat dilakukan
pengeluaran isinya.
4) Bila terdapat sisa bisa dilakukan kompres panas.

Untuk mengurangi gejala :

1) Dilakukan ekskokleasi isi abses dari dalamnya atau dilakukan ekstirpasi


kalazion tersebut. Insisi dilakukan seperti insisi pada hordeolum
internum.

16
2) Bila terjadi kalazion yang berulang beberapa klai sebaiknya dilakukan
pemeriksaan histopatologik untuk menghindarkan kesalahan diagnosis
dengan kemungkinan adanya suatu keganasan.

Ekskokleasi Kalazion

Terlebih dahulu mata ditetesi dengan anastesi topikal pentokain.Obat


anestesia infiltratif disuntikan dibawah kulit didepan kalazion. Kalazion dijepit
dengan klem kalazion kemudian klem dibalik sehingga konjungtiva tarsal dan
kalazion terlihat. Dilakukan insisi tegak lurus margo palpebra dan kemudian isi
kalazion dikuret sampai bersih. Klem kalazion dilepas dan diberi salem mata.

Pada abses palpebra pengobatan dilakukan dengan insisi dan pemasangan


drain kalau perlu diberi antibiotik, lokal dan sistemik. Analgetika dan sedatif
diberikan bila sangant diperlukan untuk rasa sakit.

2.2.9 Prognosis
Pasien yang memperoleh perawatan biasanya memperoleh hasil
yang baik. Seringkali timbul lesi baru, dan rekuren dapat terjadi pada
lokasi yang sama akibat drainase yang kurang baik. Kalazion yang tidak
memperoleh perawatan dapat mengering dengan sendirinya, namun sering
terjadi peradangan akut intermiten
2.2.10 Komplikasi
Rusaknya sistem drainase pada kalazion dapat menyebabkan
trichiasis, dan kehilangan bulu mata. Kalazion yang rekuren atau tampat
atipik perlu dibiopsi untuk menyingkirkan adanya keganasan.
Astigmatisma dapat terjadi jika massa pada palpebra sudah mengubah
kontur kornea. Kalazion yang drainasenya hanya sebagian dapat
menyebabkan massa jaringan granulasi prolapsus diatas konjungtiva atau
kulit.

17
DAFTAR PUSTAKA

1. Vaughan, D.G. Oftalmologi Umum, Edisi 14, Cetakan I, Widya Medika, Jakarta,
2000:
2. Sidarta, I. Ilmu Penyakit Mata, Edisi III, Cetakan I, Balai Penerbit FK UI, Jakarta.
2004:
3. SUSAN R. CARTER, M.D., Eyelid Disorders: Diagnosis and Management,
University of California, San Francisco, School of Medicine, San Francisco,
CaliforniaAm Fam Physician. 1998 Jun 1;57(11):2695-
2702.http://www.aafp.org.afp/980600ap/articles.html
4. Joanne car Ff. Opthalmology Referral Guidelines. NHS oxfordshire. 2012:19-20
5. James C. tsai ea. Oxford American Handbook of Opthalmology. first ed. New
York2011. 103-13 p.
6. Ilyas Sidarta H: Ikhtisar penyakit mata. Balai Penerbit FKUI Jakarta.2009. Hal
28-29
7. Kanski JJ. 2009. Clinical Ophthalmology A Synopsis. Butterworth-
Heinemann, Boston
8. Menaravisi. Kalazion. Tanya Dokter (online). 2006-2011. Diunduh dari: URL:
http://www.tanyadokter.com/disease.asp?id=1001124 (diakses 25 Februari 2016).
9. Ophthalmologists of The Internationally Renowned Hospital for Oculoplastic
Surgery (online). Germany. 2006. Diunduh dari: URL:
http://www.palpebra.com/english/clinical_pictures/pic_2007025.html (diakses 25
Februari 2016

18

Anda mungkin juga menyukai