Anda di halaman 1dari 20

PRESENTASI KASUS

KALAZION

Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Program Kepaniteraan Klinik Bagian


Ilmu mata Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun oleh :

Disusun Oleh :

Dori Isnawan
20174011173

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2018

1
HALAMAN PENGESAHAN

Telah disetujui dan disahkan, presentasi kasus dengan judul

KALAZION

Disusun Oleh :

Dori Isnawan

20174011173

Telah dipresentasikan

Hari/tanggal: Juli 2018

Disahkan oleh:

Dokter pembimbing,

dr. M. Faisal Luthfi, Sp. M

2
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT atas segala limpahan nikmat, petunjuk dan
kemudahan yang telah diberikan, sehingga penulis dapat menyelesaikan presentasi kasus
yang berjudul:
“KALAZION”
Penulisan presentasi kasus ini dapat terwujud atas bantuan berbagai pihak, oleh karena itu
maka pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. dr. M. Faisal Luthfi, Sp. M selaku dokter pembimbing dan dokter spesialis
mata RSUD Wonosobo.
2. Perawat di poli mata atas bantuannya dalam penulisan persentasi kasus.
3. Teman-teman coass atas dukungan, kerjasamanya dan doanya.
Dalam penyusunan presentasi kasus ini penulis menyadari bahwa masih memiliki
banyak kekurangan. Penulis mengharapkan saran dan kritik demi kesempurnaan
penyusunan di masa yang akan datang. Semoga dapat menambah pengetahuan bagi penulis
khususnya dan pembaca pada umumnya.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb
Wonosobo, Mei 2018

3
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL 1
HALAMAN PENGESAHAN 2
KATA PENGANTAR 3
DAFTAR ISI 4
BAB I STATUS PASIEN 5
Identitas pasien 5
Anamnesis 5
Pemeriksaan fisik 6
Diagnosis kerja 8
Diagnosis banding 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Pendahuluan 9
Anatomi palpebral 9
Definisi 11
Etiologi 12
Patofisiologi 12
Gejala klinis 13
Diagnosis 14
Faktor resiko 5
Penatalaksanaan 15
Komplikasi 16
Prognosis 16
BAB III PEMBAHASAN 18
TINJAUAN PUSTAKA 20

4
BAB I
STATUS PASIEN

IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. F
Umur : 17 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Wonosobo
Tanggal Periksa : 17 Juli 2018

ANAMNESIS

Keluhan Utama
Ada benjolan pada kelopak mata kanan atas

Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien datang ke Poli Mata RSUD Wonosobo dengan keluhan ada benjolan
pada kelopak mata kanan atas kira kira sebesar biji kedelai sejak 1 bulan, awalnya
benjolan hanya kecil kemerahan sekitar sselama 3 hari sejak muncul benjolan terasa
gatal, pasien mengira hanya tergigit semut, akan tetapi semakin hari semakin
membesar dan setelah 3 hari rasa gatal menghilang dengan sendirinya serta
benjolan tidak terasa nyeri. Pasien mengaku saat hari pertama munculnya benjolan
pasien demam dan demam menghilang dengan sendirinya.

Pasien menyangkal adanya gangguan penglihatan seperti pandangan kabur,


keluar air mata berlebihan, mata terasa pedas, pasien hanya mengeluh merasa
terganggu dengan adanya benjolan di kelopak mata kanan atas karena benjolan
mengganjal. Sebelumnya pasien belum pernah menjalani pengobatan, karena dirasa
benjolan mengganggu dan tidak kunjung sembuh akhirnya pasien datang ke poli
mata dan akhirnya benjolan di operasi.

Riwayat Penyakit Dahulu


Pasieng menyangkal adanya keluhan serupa sebelumnya, dan hipertensi disangkal
DM disangkal

5
Riwayat Penyakit Keluarga
Adanya anggota keluarga yang memiliki keluhan yang sama disangkal oleh
keluarga pasien hipertensi dan DM disangkal.

PEMERIKSAAN FISIK
a. Keadaan Umum : Baik
b. Kesadaran : compos mentis
c. Vital Sign :
N : 88 x/menit
R : 20 x/menit
d. Status Generalis
- Kepala : Mesochepal, rambut hitam, distribusi merata
- Mata : Lihat status oftalmikus
- Hidung : Discharge (-), deformitas (-)
- Telinga : Discharge (-), deformitas (-)
- Mulut : Bibir tidak kering, lidah tidak kotor
- Leher : Trakea di tengah, limfonoduli tidak teraba, JVP tidak meningkat
- Thorax
Cor : tidak diperiksa
Pulmo : tidak diperiksa

f. Abdomen : tidak diperiksa


g. Ekstremitas : tidak diperiksa

6
h. Status Oftalmikus

Px OCCULI DEXTRA OCCULI SINISTRA

Visus 5/5 5/5

Kedudukan Ortoforia Ortoforia


bola mata
Pergerakan Bergerak ke segala arah Bergerak ke segala arah
bola mata

Palpebra Edem (+), hematom (-), Edem (-), hematom(-),


Superior entropion (-), ekstropion (-), entropion (-), ekstropion (-),
trikiasis (-) distrikiasis (-) trikiasis (-) distrikiasis (-)

Palpebra Edem (-), hematom (-), Edem (-), hematom (-),


Inferior entropion (-), ekstropion (-), entropion (-), ekstropion (-),
trikiasis (-) distrikiasis (-) trikiasis (-) distrikiasis (-)

Konjungtiva Hiperemis (-), folikel (-), Hiperemis (-), folikel (-), papil
tarsal papil (-), lithiasis (-) (-), lithiasis (-)
superior
Konjungtiva Injeksi silier (-), injeksi Injeksi silier (+), injeksi
bulbi konjungtiva (-), konjungtiva (-),
subkonjungtiva bleeding (-), subkonjungtiva bleeding (-),
pinguecula (-), pterigium (-) pinguecula (-), pterigium (-)

Kornea Jernih Jernih


COA Dangkal Dangkal
Iris Warna coklat Warna coklat
Pupil Tepi regular, reflek cahaya Tepi regular, reflek cahaya (+)
(+) minimal, mid dilatasi
TIO Tidak diukur Tidak diukur

i. Status Lokalis Palpebra dextra


Inspeksi : Tampak massa dengan ukuran 5 mm x 7 mm, kemerahan,
tidak keluar cairan atau darah, batas tegas.

7
Palpasi : Nyeri tekan (-), konsistensi kenyal dan tidak mobile.

DIAGNOSIS KERJA
Kalazion

DIAGNOSIS BANDING

Herdeolum

Karsinoma sel basal

TERAPI

» Cefadroxil 2 x 500 mg

» Asam Mefenamat 3 x 1 tab

» Metil prednisolone 3 x 8 mg

» C. Troboson 6 x II tetes

» C. Micos 1 x I eo

8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. KALAZION

I. PENDAHULUAN
Palpebra adalah lipatan tipis kulit, otot, dan jaringan fibrosa yang berfungsi
melindungi struktur-struktur jaringan mata yang rentan. Palpebra sangat mudah
digerakkan karena kulit di sini paling tipis di antara kulit di bagian tubuh lain. Di
palpebra terdapat rambut halus, yang hanya tampak dengan pembesaran. Di bawah
kulit terdapat jaringan areolar longgar yang dapat meluas pada edema masif.
Muskulus orbikularis oculi melekat pada kulit. Permukaan dalamnya dipersarafi
nervus fascialis (VII), dan fungsinya adalah untuk menutup palpebra.
Kalazion umumnya nodul yang berkembang perlahan dan tidak nyeri pada
palpebra yang disebabkan oleh inflamasi kelenjar meibom (kalazion dalam) atau
kelenjar sebaseus zeis (kalazion superfisial) kalazion sering kronik, tanpa tanda-
tanda peradangan akut.

II. ANATOMI PALPEBRA


Palpebra superior dan inferior adalah modifikasi lipatan kulit yang dapat
menutup dan melindungi bola mata bagian anterior. Berkedip melindungi kornea
dan konjungtiva dari dehidrasi. Palpebra superior berakhir pada alis mata; palpebra
inferior menyatu dengan pipi.

Palpebra terdiri atas lima bidang jaringan utama. Dari superfisial ke dalam
terdapat lapis kulit, lapis otot rangka (orbikularis okuli), jaringan areolar, jaringan
fibrosa (tarsus), dan lapis membran mukosa (konjungtiva pelpebrae).

9
Gambar anatomi palpebra10

1. Kulit

Kulit pada palpebra berbeda dari kulit bagian lain tubuh karena tipis,
longgar, dan elastis, dengan sedikit folikel rambut, tanpa lemak subkutan.

2. Muskulus Orbikularis okuli

Fungsi otot ini adalah untuk munutup palpebra. Serat ototnya mengelilingi
fissura palpebra secara konsentris dan meluas sedikit melewati tepian orbita.
Sebagian serat berjalan ke pipi dan dahi. Bagian otot yang terdapat di dalam
palpebra dikenal sebagai bagian pratarsal; bagian diatas septum orbitae adalah
bagian praseptal. Segmen luar palpebra disebut bagian orbita. Orbikularis okuli
dipersarafi oleh nervus facialis.

3. Jaringan Areolar

Terdapat di bawah muskulus orbikularis okuli, berhubungan degan lapis


subaponeurotik dari kulit kepala.

4. Tarsus

Struktur penyokong utama dari palpebra adalah lapis jaringan fibrosa padat
yang disebut tarsus superior dan inferior. Tarsus terdiri atas jaringan penyokong
kelopak mata dengan kelenjar Meibom (40 buah di kelopak atas dan 20 buah di
kelopak bawah).

10
5. Konjungtiva Palpebrae

Bagian posterior palpebrae dilapisi selapis membran mukosa, konjungtiva


palpebra, yang melekat erat pada tarsus. Tepian palpebra dipisahkan oleh garis
kelabu (batas mukokutan) menjadi tepian anterior dan posterior. Tepian anterior
terdiri dari bulu mata, glandula Zeiss dan Moll. Glandula Zeiss adalah modifikasi
kelenjar sebasea kecil yang bermuara dalam folikel rambut pada dasar bulu mata.
Glandula Moll adalah modifikasi kelenjar keringat yang bermuara ke dalam satu
baris dekat bulu mata. Tepian posterior berkontak dengan bola mata, dan
sepanjang tepian ini terdapat muara-muara kecil dari kelenjar sebasesa yang
telah dimodifikasi (glandula Meibom atau tarsal).
Punktum lakrimalis terletak pada ujung medial dari tepian posterior
palpebra. Punktum ini berfungsi menghantarkan air mata ke bawah melalui
kanalikulus terkait ke sakus lakrimalis.
Fisura palpebrae adalah ruang elips di antara kedua palpebra yang dibuka.
Fisura ini berakhir di kanthus medialis dan lateralis. Kanthus lateralis kira-kira
0,5 cm dari tepian lateral orbita dan membentuk sudut tajam.
Septum orbitale adalah fascia di belakang bagian muskularis orbikularis
yang terletak di antara tepian orbita dan tarsus dan berfungsi sebagai sawar
antara palpebra orbita. Septum orbitale superius menyatu dengan tendo dari
levator palpebra superior dan tarsus superior; septum orbitale inferius menyatu
dengan tarsus inferior.5
Retraktor palpebrae berfungsi membuka palpebra. Di palpebra superior,
bagian otot rangka adalah levator palpebra superioris, yang berasal dari apeks
orbita dan berjalan ke depan dan bercabang menjadi sebuah aponeurosis dan
bagian yang lebih dalam yang mengandung serat-serat otot polos dari muskulus
Muller (tarsalis superior). Di palpebra inferior, retraktor utama adalah muskulus
rektus inferior, yang menjulurkan jaringan fibrosa untuk membungkus
meuskulus obliqus inferior dan berinsersio ke dalam batas bawah tarsus inferior
dan orbikularis okuli. Otot polos dari retraktor palpebrae disarafi oleh nervus
simpatis. Levator dan muskulus rektus inferior dipasok oleh nervus
okulomotoris.
Pembuluh darah yang memperdarahi palpebrae adalah a. Palpebra.
Persarafan sensorik kelopak mata atas didapatkan dari ramus frontal nervus V,
sedang kelopak mata bawah oleh cabang kedua nervus V.

III. DEFINISI KALAZION


Kalazion merupakan peradangan lipogranulomatosa kelenjar meibom yang
tersumbat. Pada kalazion terjadi penyumbatan kelenjar meibom dengan
infeksi ringan yang mengakibatkan peradangan kronis kelenjar tersebut. Pada
kalazion terbentuk nodul pada palpebra yang bersifat keras dan tidak nyeri.

11
Awalnya dapat berupa radang ringan dan nyeri tekan mirip hordeolum-
dibedakan dari hordeolum karena tidak ada tanda-tanda radang akut. Kalazion
cenderung membesar lebih jauh dari tepi kelopak mata

IV. ETIOLOGI KALAZION

Penyebab pasti dari kalazion belum diketahui secara pasti, akan tetapi ada
kemungkinan timbul spontan disebabkan oleh sumbatan pada saluran kelenjar atau
sekunder dari hordeolum internum. Kalazion disebabkan oleh minyak dalam
kelenjar terlalu pekat untuk mengalir keluar kelenjar atau saluran kelenjar minyak
yang tersumbat. Oleh karena tidak dapat mengalir keluar, produksi minyak
tertimbun di dalam kelenjar dan membentuk tembel di palpebra. Kelenjar dapat
pecah, mengeluarkan minyak ke jaringan palpebra sehingga menyebabkan nflamasi
dan kadang-kadang jaringan parut. Kalazion dihubungkan dengan disfungsi
kelenjar sebasea dan obstruksi di kulit (seperti komedo, wajah berminyak). Juga
mungkin terdapat akne rosasea berupa kemerahan pada wajah (facial erythema),
teleangiektasis dan spider nevi pada pipi, hidung, dan kulit palpebra.

V. PATOFISIOLOGI

Nodul kalazion terdiri dari berbagai jenis sel imun yang responsif terhadap
steroid, termasuk makrofag jaringan ikat yang dikenal sebagai histiosit, sel-sel
raksasa multinukleat, sel plasma, leukosit PMN, dan eosinofil. Kalazion mungkin
merupakan agregasi sisa sel-sel inflamasi setelah infeksi kelopak mata seperti
hordeolum dan selulitis preseptal, atau mungkin berkembang dari retensi sekresi
kelenjar Meibom.
Kerusakan lipid yang mengakibatkan tertahannya sekresi kelenjar,
kemungkinan karena enzim dari bakteri, membentuk jaringan granulasi dan
mengakibatkan inflamasi. Proses granulomatous ini yang membedakan antara
kalazion dengan hordeolum internal atau eksternal (terutama proses piogenik
yang menimbulkan pustul), walaupun kalazion dapat menyebabkan hordeolum,
begitupun sebaliknya. Secara klinik, nodul tunggal (jarang multipel) yang agak
keras berlokasi jauh di dalam palpebra atau pada tarsal. Eversi palpebra mungkin
menampakkan kelenjar meibom yang berdilatasi.
Secara histopatologik kelainan ini tampak sebagai reaksi granulomatous yang
ditujukan terhadap lemak didalam kelenjar. Terdapat kapsul jaringan ikat disekitar
lesi. Gambaran yang utama adalah pembentukan granuloma fokal dan abses
disekitar lemak yang dikeluarkan dari kelenjar sebasea. Ditemukan juga sel-sel
raksasa, sel epitel, sel limfosit, sel plasma, histiosit, sel PMN dan eosinofil, bahkan
juga ditemukan kristalod, asteroid dan badan Schauman.
Chalazion dapat terjadi infeksi sekunder dan menyebabkan keradangan
supuratif akut. Chalazion asimtomatik tidak memerlukan pengobatan dan akan

12
sembuh spontan dalam beberapa bulan. Seseorang yang menderita chalazion akan
memiliki tendensi untuk kambuh di masa yang akan datang. Hal ini disebabkan oleh
faktor kebersihan pada palpebra dan infeksi lokal yang berulang. Kekambuhan pada
tempat yang sama setelah insisi dan kuretage harus dicurigai karsinoma kelenjar
Meibom. Chalazion dapat pula merupakan sisa dari keradangan pada palpebra
seperti hordeolum, selulitis preseptal dan retensi dari sekresi kelenjar Meibom.
Kalazion terjadi pada semua umur, sementara pada umur yang ekstrim sangat
jarang, kasus pediatrik mungkin dapat dijumpai. Pengaruh hormonal terhadap
sekresi sabaseous dan viskositas mungkin menjelaskan terjadinya penumpukan
pada masa pubertas dan selama kehamilan.

VI. GEJALA KLINIS


Kalazion akan memberikan gejala adanya benjolan pada kelopak, tidak
hiperemi,
tidak ada nyeri tekan, dan adanya pseudoptosis. Kelenjar preurikel tidak membesar.
Kadang-
kadang mengakibatkan perubahan bentuk bola mata akibat tekanannya
sehingga terjadi kelainan refraksi pada mata tersebut.
Awalnya, pasien datang dengan riwayat singkat adanya keluhan pada palpebra
baru-baru
ini, diikuti dengan peradangan akut (misalnya merah, pembengkakan, perlunakan).
Setelah
beberapa hari, gejala-gejala awal hilang, tanpa rasa sakit, tumbuh lambat, benjolan
tegas
dalam kelopak mata. Kulit di atas benjolan dapat digerakkan secara longgar.
Seringkali
terdapat riwayat keluhan yang sama pada waktu yang lampau, karena kalazion
memiliki
kecenderungan kambuh pada individu-individu tertentu.
Kalazion lebih sering timbul pada palpebra superior, di mana jumlah kelenjar
Meibom
terdapat lebih banyak daripada palpebra inferior. Penebalan dari saluran kelenjar
Meibom
juga dapat menimbulkan disfungsi dari kelenjar Meibom. Kondisi ini
tampak dengan penekanan pada kelopak mata yang akan menyebabkan keluarnya
cairan putih seperti pasta gigi, yang seharusnya hanya sejumlah kecil cairan jernih
berminyak.
Kalazion dihubungkan dengan disfungsi kelenjar sebasea dan obstruksi di kulit
(seperti komedo, wajah berminyak). Juga mungkin terdapat akne rosasea berupa
kemerahan pada wajah (facial erythema), teleangiektasis dan spider nevi pada pipi,
hidung, dan kulit palpebra.

13
Gejala yang mungkin dirasakan pasien dengan kalazion dibedakan menjadi
gelaja subyektif dan obyakif, yaitu:

1. Gejala subyektif
- Benjolan pada kelopak mata
- Gangguan penglihatan
- Sensitif terhadap cahaya
2. Gejala obyektif
- Kelopak mata tebal dan edema
- Benjolan pada kelopak mata dengan konsistensi agak keras
- Nyeri tekan (-), hiperemi (-)
- Pseudoptosis
- Kelenjar preaurikuler tidak membesar
- Terdapat massa kekuningan di ujunag kelenjar Meibom karena sekret yang
tertahan
- Bila terdapat chalazion yang terinfeksi, dapat terjadi jaringan granulasi yang
menonjol keluar

VII. DIAGNOSIS
Dari anamnesis diriwayatkan pembesaran dari waktu ke waktu, dan
mungkin ada riwayat infeksi pada kelopak mata yg nyeri sebelum terbentuk
kalazion, tapi ini tidak selalu terjadi.
Pemeriksaan yang dilakukan meliputi tes penglihatan masing-masing mata dan
inspeksi muka, palpebra, dan mata itu sendiri. Sebagai tambahan dalam memeriksa
kulit palpebra, dokter mata juga akan melihat bagian dalam palpebra superior jika
ada di palpebral superior.
Temuan klinis dan respon terhadap terapi pada pasien kalazion biasanya
spesifik. Materi yang diperoleh dari kalazion menunjukkan campuran sel-sel
inflamasi akut dan kronik. Analisis lipid memberikan hasil asam lemak dengan
rantai karbon panjang. Kultur bakteri biasanya negatif, tapi Staphylococcus
aureus, Staphylococcus albus, atau organisme komensal kulit lainnya bisa
ditemukan. Propionibacterium acnes mungkin ada di dalam isi kelenjar Pencitraan
fotografik infra merah dari kelenjar Meibom dapat menunjukkan dilatasi abnormal
yang tampak pada permukaan tarsal palpebra yang dieversi. Kadang saluran
kelenjar Meibom bisa tersumbat oleh suatu kanker kulit, untuk memastikan hal ini
maka perlu dilakukan pemeriksaan biopsy/histopatologis. Jika kalazion sering
berulang disebabkan terutama karena kurang menjaga kebersihan yang kurang
atau bersamaan dengan blepharitis. Drainase yang tidak adekuat pada saat
melakukan insisi dan kuretase dapat menyebabkan kekambuhan lokal. Bila terjadi
kalazion berulang beberapa kali terutama yang terjadi di tempat yang sama
meskipun telah dilakukan drainase dengan baik sebelumnya, harus
dipertimbangkan adanya suatu keganasan dan sebaiknya dilakukan

14
pemeriksaan histopatologik karena adanya kemungkinan benjolan tersebut
merupakan suatu keganasan misalnya karsinoma sel basal, karsinoma kelenjar
sebasea, atau adenokarsinoma.
kalazion sering berulang disebabkan terutama karena kurang menjaga
kebersihan yang kurang atau bersamaan dengan blepharitis . Drainase yang tidak
adekuat pada saat melakukan insisi dan kuretase dapat menyebabkan kekambuhan
lokal.
Bila terjadi kalazion berulang beberapa kali terutama yang terjadi di tempat
yang sama meskipun telah dilakukan drainase dengan baik sebelumnya, harus
dipertimbangkan adanya suatu keganasan dan sebaiknya dilakukan
pemeriksaan histopatologik karena adanya kemungkinan benjolan tersebut
merupakan suatu keganasan misalnya karsinoma sel basal, karsinoma kelenjar
sebasea, atau adenokarsinoma.
Karsinoma sel basal adalah keganasan pada palpebra yang paling sering
dijumpai. 90% keganasan dari karsinoma pada palpebra merupakan karsinoma sel
basal. Karsinoma sel basal
mempunyai presileksi pada palpebra inferior dan kantus medialis. Karsinoma
kelenjar sebasea merupakan bisa menunjukkan gambaran klinis berspektrum luas
biasanya berbentuk nodul yang kecil, keras seperti kalazion. Sering kelihatan
seperti kalazion yang tidak khas atau berulang, menunjukkan konsistensi yang
kenyal. Karsinoma
Kelenjar sebasea adalah keganasan kedua terbanyak pada palpebra.
Adenokarsinoma merupakan keganasan yang terjadi baik berasal dari kelenjar
meibom ataupun zeis. Bentuknya mirip dengan kalazion. Benjolan yang keras, tidak
nyeri, bengkak, dan tidak terfiksasi pada kulit akan tetapi pada jaringan yang ada
dibawahnya.

VIII. FAKTOR RESIKO


Faktor resiko terjadinya kalazion belum diketahui dengan pasti factor
resiko apa yang menyebabkan terjadinya kalazion. Akan tetapi kondisi
hygiene palpebra yang buruk mungkin dapat dihubungkan dengan kalazion
meskipun perannya masih perlu dibuktikan. Selain itu juga, stress juga sering
dihubungkan dengan kalazion namun stress belum dibuktikan sebagai
penyebab dan mekanisme stress dalam menyebabkan kalazion
belumdiketahui.

IX. PENATALAKSANAAN
a. Non medikamentosa
Kompres hangat dengan cara menempelkan handuk basah oleh air hangat
selama limasampai sepuluh menit. Kompres hangat dilakukan empat kali
sehari untuk mengurangi pembengkakan dan memudahkan drainase kelenjar.

15
Meskipun handuk dan air harus bersih, namun tidak perlu steril. Selain itu,
pasien juga bisa memijat dengan lembut area kalazion beberapa kali sehari.
Namun, kalazion tidak boleh digaruk.
Jika kalazion menimbulkan gejala yang berat atau tidak sembuh setelah
berminggu-minggu, mungkin diperlukan operasi. Jika pembengkakan tidak
berakhir dalam beberapa minggu atau muncul gejala penglihatan kabur, dokter
mata akan menyarankan operasi untuk mengangkat kalazion. Jika
penampilan kalazion mengganggu pasien, operasi juga akan menjadi
indikasi.

b. Medikamentosa

Obat tetes mata atau salep mata jika infeksi diperkirakan sebagai
penyebabnya. Injeksi steroid ke dalam kalazion untuk mengurangi inflamasi,
jika tidak ada bukti infeksi. Steroid menghentikan inflamasi dan mengurangi
edema,membantu proses drainase, akan tetapi sering menyebabkan regresi dari
kalazion dalam beberapa minggu kemudian.
Injeksi 0,2 – 2 ml triamsinolon 5 mg/ml secara langsung ke pusat kalazion,
injeksi kedua mungkin diperlukan.
Komplikasi dari penyuntikan steroid meliputi hipopigmentasion, atropi,
dan potensial Infeksi.
c. Pembedahan
Eksisi kalazion bertujuan untuk membersihkan dari kalazion, dilakukan
dengan cara sebagai berikut :

 Jika perlu, buatlah insisi vertikal pada permukaan konjungtiva palpebra.


 Untuk kalazion yang kecil, lakukan kuretase pada granuloma inflamasi pada
kelopak mata.
 Untuk kalazion yang besar, iris granuloma untuk dibuang seluruhnya
 Cauter atau pembuangan kelenjar meibom (yang biasa dilakukan)
 Untuk kalazion yang menonjol ke kulit, insisi permukaan kulit secara
horisontal lebih sering dilakukan daripada lewat konjungtiva untuk pem
 buangan seluruh jaringan yang mengalami inflamasi.

d. Eskokleasi Kalazion
Terlebih dahulu mata ditetes dengan anestesi topikal pentokain.
Obat anestesia infiltratif disuntikkan di bawah kulit di depan kalazion.
Kalazion dijepit dengan kelem kalazion dan kemudian klem dibalik
sehingga konjungitva tarsal dan kalazion terlihat.

16
Dilakukan insisi tegak lurus margo palpebra dan kemudian isi kalazion
dikuret sampai bersih. Klem kalazion dilepas dan diberi salep mata.

X. KOMPLIKASI

Rusaknya sistem drainase pada kalazion dapat menyebabkan trichiasis,


dan kehilangan bulu mata. Kalazion yang rekuren atau tampat atipik
perlu dibiopsi untuk menyingkirkan adanya keganasan. Astigmatisma dapat
terjadi jika massa pada palpebra sudah mengubah kontur kornea. Kalazion
yang drainasenya hanya sebagian dapat menyebabkan massa jaringan granulasi
prolapsus diatas konjungtiva atau kulit.

XI. PROGNOSIS
Terapi bisanya berhasil dengan baik. Jika lesi baru sering terjadi, drainage yang
kurang adekuat mungkin mengikatkan lokal rekurensi ini. Kalazion yang tidak
diobati kadang-kadang terdrainase secara spontan, namun biasanya lebih sering
persisten menjadi inflamasi akut intermitten.
Bila terjadi kalazion berulang beberapa kali sebaiknya dilakukan
pemeriksaan histopatologik untuk menghindari kesalahan diagnosis dengan
kemungkinan keganasan.

17
BAB III
PEMBAHASAN

Pasien datang ke Poli Mata RSUD Wonosobo dengan keluhan ada benjolan
pada kelopak mata kanan atas kira kira sebesar biji kedelai sejak 1 bulan, awalnya
benjolan hanya kecil kemerahan sekitar sselama 3 hari sejak muncul benjolan terasa
gatal, pasien mengira hanya tergigit semut, akan tetapi semakin hari semakin
membesar dan setelah 3 hari rasa gatal menghilang dengan sendirinya serta
benjolan tidak terasa nyeri. Pasien mengaku saat hari pertama munculnya benjolan
pasien demam dan demam menghilang dengan sendirinya.
Pasien menyangkal adanya gangguan penglihatan seperti pandangan kabur,
keluar air mata berlebihan, mata terasa pedas, pasien hanya mengeluh merasa
terganggu dengan adanya benjolan di kelopak mata kanan atas karena benjolan
mengganjal. Sebelumnya pasien belum pernah menjalani pengobatan, karena dirasa
benjolan mengganggu dan tidak kunjung sembuh akhirnya pasien datang ke poli
mata dan akhirnya benjolan di operasi.
Setalah dilakukan anamnesis, selanjutnya dilakukan pemeriksaan fisik
didapatkan ada benjolan pada kelopak mata kanan atas, berwarna seperti kulit
sekitar, benjolan teraba keras, tidak dapat digerakkan, tidak nyeri saat ditekan.
Ketika dilihat dari sisi dalam kelopak matan kanan atas, benjolan tampak menonjol.
Benjolan dikelopak mata pasien mirip dengan herdeolum, hal itu patut
dicurigai karena kalazion dan herdeolium memiliki tanda ada benjolan di kelopak
mata. Akan tetapi ada beberapa hal yang dapat membedakan secara pasti bahwa
pada pasien menderita bukan kalazion yaitu:
1. Hordeolum merupakan peradangan supuratif kelenjar kelopak mata.
Hordeolum biasanya merupakan infeksi staphylococcus pada kelenjar sabasea
kelopak mata. Jika hordeolum internum atau radang kelenjar meibom, dengan
penonjolan terutama ke daerah konjungtiva tarsal atau hordeolum eksternum
atau radang kelenjar zeis atau moll, dengan penonjolan terutama ke daerah kulit
kelopakHordeolum secara histopatologik gambarannya seperti abses.
Sedangkan Kalazion merupakan peradangan granulomatosa kelenjar meibom
yang tersumbat. Pada kalazion terjadi penyumbatan kelenjar meibom dengan
infeksi ringan yang mengakibatkan peradangan kronis kelenjar tersebut.
2. Dibedakan dari tanda dan gejalanya hordeolum memiliki tanda pembengkakan,
pembengkakan, perasaan tidak nyaman dan sensasi terbakar pada kelopak
mata. dengan tanda eritema, edema, nyeri bila ditekan di dekat pangkal bulu
mata, seperti gambaran absces kecil. Sedangkan kalazion kelopak mata tebal
dan edema, benjolan pada kelopak mata dengan konsistensi agak keras, nyeri
tekan (-), hiperemi (-), pseudoptosis, kelenjar preaurikuler tidak membesar,
terdapat massa kekuningan di ujunag kelenjar meibom karena sekret yang
tertahan, bila terdapat chalazion yang terinfeksi, dapat terjadi jaringan
granulasi yang menonjol keluar.

18
Dari uraian diatas pasien berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik serta
uraian perbedaan hordeolum dengan kalazion, pasien ini didiagnosis Kalazion.

19
DAFTAR PUSTAKA

Crick RP, Khaw PT. Practical Anatomy and Physiology of The Eye and
Orbit. In: A Textbook of Clinical Ophtalmology. 3thEd. Singapore : FuIsland Offset
Printing (S) Pte Ltd; 2013.
Belden MD. Chalazion. Taken from : www.emedicine.com. 2010
Ilyas S. Glaukoma. Dalam : Ilyas S, Editor. Ilmu Penyakit Mata. Edisi 3.
Jakarta Balai penerbit FKUI; 2008.
The Eye M.D. Association. Glaukoma. In: Basic and Clinical Science
Course American Academy of Ophthalmology. Section 10. Singapore : LEO; 2008.
Vaughan D, Eva PR. Glaukoma. Dalam : Suyono YJ, Editor. Oftalmologi
Umum. Edisi 14. Jakarta: Widya Medika; 2010.
The Eye M.D. Association. Fundamentals and Principles of ophthalmology. In:
Basic
Guyton AC, Hall JE. Fluid System of the Eye. In: Textbook of Medical
Physiology. 11th Ed. Pennyslvania: Elsevier Inc; 2006.
Ming ALS, Constable IJ. Lens and Glaukoma. In : Color Atlas of
Ophtalmology. 3th Ed. New York : World Science; 2006.
Lang GK. Glaukoma. In : Ophtalmology : A Pocket Textbook Atlasy.
Germany : Georg Thieme Verlag; 2007.
Ilyas, Sidarta. Ilmu Penyakit Mata. Katarak kongenital. Ed 3. Balai
Penerbit FKUI: Jakarta. 2010.
Vaughan, Daniel G. Oftalmologi Umum. Ed 17.Jakarta: EGC. 2012
Gerhard K. Ophthalmology. Thieme: New York.

Weng SK, William RL. Ophthakmic Pathology. USA: Blackwell


publishing. 2005.

20

Anda mungkin juga menyukai