Anda di halaman 1dari 21

SMF/Bagian Ilmu Kesehatan Mata REFERAT

RSUD Prof. Dr. W. Z. Johannes Kupang Mei 2019


Fakultas Kedokteran
Universitas Nusa Cendana

HORDEOLUM

Disusun Oleh

Monica S. Wulang, S. Ked

(1308012042)

Pembimbing :

dr. Eunike Cahyaningsih, Sp.M

DIBAWAKAN DALAM RANGKA KEPANITERAAN KLINIK


SMF/BAGIAN ILMU KESEHATAN MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS NUSA CENDANA
RSUD PROF. DR. W. Z. JOHANNES
KUPANG
2019
2

BAB 1
PENDAHULUAN

Kelopak mata atau palpebra adalah bagian mata yang sangat penting.

Kelopak mata melindungi kornea dan berfungsi dalam pendisribusian dan

eliminasi air mata. Penutupan kelopak mata berguna untuk menyalurkan air mata

ke seluruh permukaan mata dan memompa air mata melalui punctum lakrimalis.5,6

Beberapa kelainan yang didapat pada kelopak mata cukup banyak, mulai

dari yang jinak sampai keganasan, proses inflamasi, infeksi maupun masalah

struktur seperti ektropion, entropion dan blepharoptosis.5,6

Hordeolum adalah salah satu penyakit yang cukup sering terjadi pada

kelopak mata. Secara klinis kelainan ini sering sulit dibedakan dengan kalazion

akut. Hordeolum merupakan infeksi lokal atau proses peradangan pada kelopak

mata. Bila kelenjar Meibom yang terkena disebut hordeolum internum, sedangkan

bila kelenjar Zeiss atau Moll yang terkena maka disebut hordeolum eksternum.2,5

Hordeolum biasanya menyerang pada dewasa muda, namun dapat juga

terjadi pada semua umur, terutama orang-orang dengan taraf kesehatan yang

kurang. Mudah timbul pada individu yang menderita blefaritis dan konjungtivitis

menahun.2,4,5

Hordeolum disebabkan oleh adanya infeksi dari bakteri yang akan

menyebabkan inflamasi atau peradangan pada kelenjar di kelopak mata.

Hordeolum eksternum timbul dari blokade dan infeksi dari kelenjar zeiss atau

moll. Hordeolum internum timbul dari infeksi pada kelenjar meibom yang terletak

di dalam tarsus dan jaringan sekitarnya.3,4,7


3

Diagnosis hordeolum ditegakkan berdasarkan gejala klinis dan

pemeriksaan mata sederhana. Pemeriksaan penunjang tidak diperlukan untuk

mendiagnosis hordeolum. Namun harus dibedakan hordeolum dengan penyakit

lain.2,4
4

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Palpebrae

Kelopak mempunyai lapis kulit yang tipis pada bagian depan sedang di

bagian belakang ditutupi selaput lendir tarsus yang disebut konjungtiva tarsal.

Konjungtiva tarsal hanya dapat dilihat dengan melakukan eversi kelopak.

Konjungtiva tarsal melalui forniks menutup bulbus okuli. Konjungtiva merupakan

membran mukosa yang mempunyai sel goblet yang menghasilkan musin.1

Pada kelopak mata terdapat beberapa kelenjar yang jika terjadi peradangan

dapat menyebabkan penyakit yang disebut hordeolum dan kalazion.1

Kelopak mata terdiri dar 5 jaringan utama yaitu dari superfisial ke profunda

terdapat lapisan kulit, otot rangka (musculus orbicularis oculi), jaringan areolar,

jaringan fibrosa (lempeng tarsus), dan lapisan membran mukosa (konjungtiva

palpebralis).

1) Lapisan kulit

Kulit palpebrae berbeda dari kulit di kebanyakan bagian lain tubuh karean

tipis, longgar, dan elastis, dengan sedikit folikel rambut serta tanpa lemak

subkutan.2,3,4

2) Musculus orbicularis oculi

Fungsi M. Orbicularis oculi adalah menutup palpebral. Serat – serat

ototnya mengelilingi fisure palpebral secara konsentris dan menyebar dalam

jarak pendek mengelilingi tepi orbita. Sebagian serat berjalan ke pipi dan dahi.
5

Pada dekat tepi margo palpebral terdapat otot orbicularis oculi yang disebut M.

Rioland. M. Palpebral, yang berorigo pada annulus foramen orbita dan

berinsersi pada tarsus atas dengan sebagian menembus M. Orbicularis oculi

menuju kulit kelopak bagian tengah. Otot ini dipersarafi oleh N.

Oculomotorius, yang berfungsi untuk mengangkat kelopak mata atau membuka

mata. Bagian otot yang terdapat didalam palpebral dikenal sebagai bagian

pratarsal, bagian diatas septum orbital adalah bagian praseptal. Segmen di luar

palpebral disebut bagian orbita. Orbicularis oculi dipersarafi oleh N.

Fascialis.2,3,4

3) Jaringan areolar

Jaringan areolar submuscular yang terdapat di bawah musculus orbicularis

oculi berhubungan dengan lapisan subaponeurotik kulit kepala.2,3,4

4) Tarsus

Struktur penyokong palpebral yang utama adalah lapisan jaringan fibrosa

padat yang bersama sedikit jaringan elastik disebut lempeng tarsus. Terdiri atas

jaringan ikat yang merupakan jaringan penyokong kelopak dengan kelenjar

meibom (40 buah di kelopak superior dan 20 buah di kelopak inferior). Sudut

lateral dan medial serta juluran tarsus tertambat pada tepi orbita dengan adanya

ligamen palpebral lateralis dan medialis. Lempeng tarsus superior dan inferior

juga tertambat pada tepi atas dan bawah orbita oleh fasia yang tipis dan padat.

Fasia tipis ini membentuk septum orbital.2,3,4


6

5) Konjungtiva Palpebrae

Bagian posterior palpebrae dilapisi selapis membran mukosa, konjungtiva

palpebra, yang melekat erat pada tarsus. Insisi bedah melalui garis kelabu

tepian palpebral membelah palpebral menjadi lamella anterior dan muskulus

orbicularis oculi serta lamella posterior lempeng tarsal dan konjungtiva

palpebral.2,3,4

Tepian Palpebral dipisahkan oleh garis kelabu (batas mukokutan) menjadi tepian

anterior dan posterior. Tepian anterior terdiri dari bulu mata, glandula Zeiss dan

Moll.

a) Tepian anterior

1) Bulu mata

Bulu mata muncul dari tepian palpebral dan tersusun tidak teratur. Bulu

mata atas l;ebih panjang dan lebih banyak dari pada bulu mata bawah serta

melengkung ke atas, bulu mata bawah melengkung ke bawah.

2) Glandula Zeiss

Struktur ini merupakan modifikasi kelenjar sebasea kecil, yang bermuara

ke dalam folikel rambut pada dasar bulu mata.

3) Glandula Moll

Struktur ini merupakan modifikasi kelenjar keringat yang bermuara

membentuk satu barisan dekat bulu mata.


7

b) Tepian posterior

Tepian posterior berkontak dengan bola mata, dan sepanjang tepian ini

terdapat muara-muara kecil dari kelenjar sebasesa yang telah dimodifikasi

(glandula Meibom atau tarsal).2,3,4

c) Punctum lacrimale

Punktum lakrimalis terletak pada ujung medial dari tepian posterior palpebra.

Punktum ini berfungsi menghantarkan air mata ke bawah melalui kanalikulus

lalu ke sakus lakrimalis.2,3,7


8

2.2 Definisi

Hordeolum merupakan infeksi atau peradangan supuratif pada kelenjar di

tepi kelopak mata bagian atas maupun bagian bawah yang disebabkan oleh

infeksi bakteri. Hordeolum dapat timbul pada satu kelenjar mata atau lebih.

Kelenjar kelopak mata tersebut meliputi kelenjar meibom, zeiss, dan

moll.1,2,5,6

2.3 Epidemiologi

Data epidemiologi internasional menyebutkan bahwa hordeolum

merupakan jenis penyakit infeksi kelopak mata yang paling sering

ditemukan. Insiden tidak tergantung pada ras dan jenis kelamin. Dapat

mengenai semua usia, tapi lebih sering menyerang pada dewasa muda.4,5,9

2.4 Etiologi

Hordeolum merupakan infeksi bakteri Staphylococcus dan Streptococcus

pada kelenjar di kelopak mata. Staphylococcus aureus merupakan agen

infeksi pada 90 – 95 % kasus hordeolum.5,6


9

2.5 Klasifikasi

1) Hordeolum Eksternum

Merupakan infeksi pada kelenjar zeiss atau moll dengan penonjolan

terutama ke daerah kulit kelopak. Pada hordeolum eksternum, nanah dapat

keluar dari pangkal rambut. Tonjolannya ke arah kulit, mengikuti dengan

pergerakan kulit dan mengalami supurasi, memecah sendiri ke arah kulit.4,5,8

Biasanya lesi akan muncul berulang pada keadaan kelemahan atau

kelelahan, diet yang kurang dan stress. Karakteristik lesi berupa benjolan

nyeri pada tepi palpebral. Pada kebanyakan kasus, lesi pecah sendiri 3 – 4

hari setelah muncul.

2) Hordeolum Internum

Merupakan infeksi kelenjar meibom yang terletak di dalam tarsus dengan

penonjolan terutama ke daerah konjungtiva tarsal. Hordeolum internum

biasanya berukuran lebih besar di bandingkan hordeolum eksternum.

Benjolan menonjol ke arah konjungtiva dan tidak mengikuti pergerakan

kulit, serta jarang mengalami supurasi dan tidak memecah sendiri.3,4,7


10

2.6 Patofisiologi

Infeksi bakteri Staphylococccus pada kelenjar yang kecil dan sempit

biasanya menyerang kelenjar minyak (glandula meibom) dan akan

mengakibatkan pembentukan abses kearah kulit kelopak mata dan

konjungtiva yang disebut hordeolum internum. Apabila bakteri menyerang

glandula zeiss atau moll maka akan membentuk abses ke arah kulit palpebra

yang disebut hordeolum eksternum. Proses tersebut diawali dengan

pengecilan lumen dan statis hasil sekresi glandula. Statis ini akan

mencetuskan infeksi sekunder oleh bakteri sehingga terjadi pembentukan

pus dalam lumen kelenjar. Secara histologi akan tampak gambaran abses,

dengan ditemukan sel PMN dan debris nekrotik. Obstruksi dari kelenjar –

kelenjar ini memberikan reaksi pada tarsus dan jaringan sekitarnya. Kedua

tipe hordeolum ini dapat timbul dari komplikasi blefaritis. Untuk

membedakan dengan kalazion, dimana gambaran berupa lesi yang fokal,

kronik dan merupakann inflamasi granulomatous dari glandula zeiss atau

glandula meibom. Kalazion timbul dimana awalnya terjadi stasis dari

sekresi glandula (sebum) dikeluarkan ke tarsus dan menekan jaringan untuk

menimbulkan reaksi inflamasi (histiosit, multinucleated giant cell) untuk


11

mengelilingi area yang normal yang akan diisi oleh sebum/lipid sebelum

diserap oleh pelarut untuk proses di jaringan, yang disebut dengan

lipogranuloma. Secara umum, hordeolum memberikan gambaran proses

infeksi akut yang fokal, sedangkan kalazion memberikan gejala kronik, dan

terjadi reaksi noninfeksi granulomatous. Biasanya kalazion berasal dari

hordeolum internum.

2.7 Faktor Risiko

Beberapa kondisi yang dapat menimbulkan hordeolum, adalah:5,6

a) Penyakit kronik d) Riwayat hordeolum

b) Daya tahan tubuh yang lemah e) Hygiene dan lingkungan yang

c) Peradangan kelopak mata kronik tidak bersih.


2.8 Gambaran Klinis

Gejala utama pada hordeolum yaitu tampak benjolan pada kelopak mata

bagian atas atau bawah yang nyeri, bengkak dan merah. Intensitas nyeri

menandakan hebatnya pembengkakan palpebral. Gejala dan tanda yang lain

yaitu, terasa panas dan tidak nyaman seperti ada rasa mengganjal.2,6,9

Ada 2 macam stadium pada hordeolum, yaitu stadium infiltrat yang

ditandai dengan kelopak mata bengkak, kemerahan, nyeri tekan, dan keluar

sedikit kotoran. Stadium supuratif yang ditandai dengan adanya benjolan

yang berisi pus (core), berupa binyik kuning dan putih. Pembentukan

hordeolum biasanya tunggal, tetapi bisa lebih dari satu atau multipel

hordeola. Pseudoptosis dapat terjadi akibat bertambah beratnya kelopak

mata sehingga sukar diangkat.2,6,9

2.9 Diagnosis

Diagnosis hordeolum ditegakkan berdasarkan gejala dan tanda klinis

yang muncul pada pasien dan dengan melakukan pemeriksaan mata yang

sederhana. Karena kekhasan dari manifestasi klinis penyakit, pemeriksaan

penunjang tidak diperlukan dalam mendiagnosis hordeolum.6

2.10 Diagnosis banding

a) Kalazion

Merupakan suatu peradangan granulomatous kelennjar meibom yang

tersumbat. Pada kalazion terjadi penyumbatan kelenjar meibom dengan


13

infeksi ringan yang mengakibatkan peradangan kronis. Bisa timbul

sendiri atau bersamaan dengan episode akut hordeolum internum.

Kalazion memberikan gejala benjolan pada kelopak mata, tidak

hiperemis, dan tidak ada nyeri tekan, serta adanya pseudoptosis. Tetapi

nyeri bisa timbul bila ukuran besar dan menyebabkan gangguan ujung

saraf sensory.3,7,8

b) Tumor palpebra

Merupakan suatu pertumbuhan sel yang abnormal pada kelopak

mata. Adapun gejala yang membedakan antara tumor palpebral dengan

hordeolum adalah tidak adanya tanda – tanda peradangan seperti

hiperemi dan hangat. Tumor palpebral harus ditegakkan diagnosisnya

dengan biopsi.8,9

c) Selulitis preseptal

Merupakan infeksi umum pada kelopak mata dan jaringan lunak

periorbital yang dikarakteristik dengan adanya eritem pada kelopak mata


14

yang akut dan edema. Yang membedakan selulitis preseptal dengan

hordeolum yaitu perjalanan penyakitnya yang ditandai dengan adanya

demam yang diikuti oleh pembengkakan.8,9

d) Tumor Malignan Palpebrae

Biasanya gejala muncul asimptomatik atau berupa iritasi ringan

palpebrae. Gejala klinis yang biasa ditemukan pada lesi malignan berupa

lesi malignan berupa ulserasi dan inflamasi kulit disertai perubahan

anatomi palpebrae. Perubahan warna, tekstur, dan perdarahan yang

mengarah keganansan. Penyebab seperti karsinoma sel basal, karsinoma

sel squamous, dan karsinoma kelenjar sebasea. Pada karsinoma sel

basal, merupakan tumor malignan palpebral yang paling sering

ditemukan. Biasanya muncul pada usia pertengahan atau pada usia

lanjut berupa nodul yang keras dan berbatas tegas. Kadang pada bagian

tengah lesi terdapat ulserasi. Karsinoma sel basal bukan merupakan

tumor metastasis, tetapi merupakan reaksi lokal yang terutama muncul

pada region media kantus. Karsinoma sel squamous memiliki gambaran

yang mirip dengan karsinoma sel basal. Pada lesi pre-malignant terlihat

seperti lesi eritem. Karsinoma kelenjar sebasea biaanya muncul pada

usia pertengahan atau pada lanjut usia. Biasanya berasal dari glandula

meibom dan menimbulkan bulu mata rontok dan destruksi kelenjar

meibom pada region dimana tumor muncul.8,9


15
16

2.11 Penatalaksanaan

Pada umumnya hordeolum dapat sembuh dengan sendiri dalam waktu 5-7

hari.2,11

a) Non Farmakologi

1. Kompres hangat 4 – 6 kali sehari selama 15 menit tiap kalinya untuk

membantu drainase. Lakukan dengan mata tertutup.

2. Bersihkan kelopak mata dengan air bersih atau pun dengan sabun atau

sampo yang tidak menimbulkan iritasi, seperti sabun bayi. Hal ini

dapat mempercepat proses penyembuhan. Lakukan dengan mata

tertutup.

3. Jangan menekan atau menusuk hordeolum, hal ini dapat menimbulkan

infeksi yang lebih serius.

4. Hindari pemakaian makeup pada mata, karena kemungkinan hal itu

menjadi penyebab infeksi.

5. Jangan memakai lensa kontak karena dapat menyebarkan infeksi ke

kornea.

b) Farmakologi
Antibiotik diindikasikan bila dengan kompres hangat selama 24 jam

tidak ada perbaikan, dan bila proses peradangan menyebar ke sekitar

daerah hordeolum.

1. Antibiotik topikal

Bacitracin atau tobramicin salep mata diberikan setiap 4 jam selama 7-10

hari. Dapat juga diberikan eritromisin salep mata untuk kasus hordeolum

eksterna dan hordeolum interna ringan.


17

2. Antibiotik sistemik

Diberikan bila terdapat tanda-tanda bakterimia atau terdapat tanda

pembesaran kelenjar limfe di preauricular. Pada kasus hordeolum internum

dengan kasus yang sedang sampai berat. Dapat diberikan cephalexin atau

dicloxacilin 500 mg per oral 4 kali sehari selama 7 hari. Bila alergi

penisilin atau cephalosporin dapat diberikan clindamycin 300 mg oral 4

kali sehari selama 7 hari atau klaritromycin 500 mg 2 kali sehari selama 7

hari.

c) Pembedahan
Bila dengan pengobatan tidak berespon dengan baik, maka prosedur

pembedahan mungkin diperlukan untuk membuat drainase pada

hordeolum.

Pada insisi hordeolum terlebih dahulu diberikan anestesi topikal

dengan pantokain tetes mata. Dilakukan anestesi filtrasi dengan prokain

atau lidokain di daerah hordeolum dan dilakukan insisi yang bila

hordeolum internum dibuat insisi pada daerah fluktuasi pus, tegak lurus

pada margo palpebra. Hordeolum eksternum dibuat insisi sejajar dengan

margo palpebra. Setelah dilakukan insisi, dilakukan ekskohleasi atau

kuretase seluruh isi jaringan meradang di dalam kantongnya dan kemudian

diberikan salep antibiotik.3,10,11


18

2.12 Komplikasi

Komplikasi hordeolum berupa abses palpebra atau selulitis palpebral

yang merupakan radang jaringan ikat jarang palpebral di depan septum

orbita.6,9
19

2.13 Pencegahan8,9

a) Menjaga kebersihan wajah dan membiasakan mencuci tangan sebelum

menyentuh wajah agar hordeolum tidak mudah terulang.

b) Mengusap kelopak mata dengan lembut menggunakan handuk wajah

hangat untuk memberishkan ekskresi kelenjar lemak.

c) Menjaga kebersihan peralatan make-up mata agar tidak terkontaminasi

kuman.

2.14 Prognosis

Prognosis umumnya dubia ad bonam, karena proses peradangan pada

hordeolum bisa mengalami penyembuhan dengan sendirinya, asalkan

kebersihan daerah mata tetap dijaga dan dilakukan kompres hangat pada

mata yang sakit serta terapi yang sesuai.


20

BAB 3

KESIMPULAN

Hordeolum merupakan infeksi lokal atau proses peradangan pada kelopak

mata. Bila kelenjar Meibom yang terkena disebut hordeolum internum, sedangkan

bila kelenjar Zeiss atau Moll yang terkena maka disebut hordeolum eksternum.

Staphylococcus aureus adalah agent infeksi pada 90 – 95% kasus

hordeolum. Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan

oftalmologis sederhana. Dari hasil anamnesis bisa didapatkan adanya benjolan

pada kelopak mata yang awalnya berupa benjolan kecil berwarna kemerahan

namun makin lama makin membesar dan disertai nyeri bila ditekan. Dari

pemeriksaan oftalmologi ditemukan adanya edema dan hiperemi pada palpebaral

yang disertai dengan nyeri tekan. Benjolan menonjol kearah kulit dan mengikuti

pergerakan kulit merupakan karakteristik hordeolum eksternum. Benjolan

mengarah kearah konjungtiva tarsal dan tidak mengikuti pergerakan kulit

merupakan karakteristik hordeolum internum.

Penatalaksanaan hordeolum berupa penatalaksanaan non farmakologi yaitu

kompres hangat, farmakologi yaitu dengan pemberian antibiotik topical maupun

sistemiuk, dan pembedahan bila tidak adanya perbaikan dengan obat - obatan.
21

DAFTAR PUSTAKA

1. Ischia Ilyas, H.S. Ilmu Penyakit Mata. Fakultas Kedokteran Universitas

Indonesia. Ed.5.2015

2. Ilyas, H.S. Ilmu Penyakit Mata. Fakultas Kedokteran Universitas

Indonesia. Ed.3.2010

3. Lang G, ed. Ophthalmology; A pocket Textbook Atlas 2nd Edition. New

York; Thieme. 2006

4. Khurana AK, ed. Comprehensive Ophthalmology 4th Edition. New delhi;

New Age International (P) Ltd Publishers; 2007

5. Sullivan JH, Shetlar DJ, Whitcer JP. Lids, Lacrimal Apparatus and Tears.

In; Riordan P, Whitcer JP, eds. Vaughan & Asbury’s General

Opthalmology. California; McGraw-Hill.2004

6. Jacquelin K Le. Hordeolum.2019.[cited 2019 May 6]. Available at;

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK441985/

7. Ming AS, Constable IJ, eds. Color Atlas of Ophthalmology 3rd edition.

8. Nessette MJ. Hordeolum and Stye in Emergency Medicine. 2012

9. Sundaran V, et all. Oxford Specialty Training :Training in Ophthalmology

the Essential Clinical Curriculum. UK; Oxford University Press; 2008

10. Schlote T, et all. Pocket Atlas of Ophthalmology. New York: Thieme 2006

11. Skorin, L. Hordeolum Treatment The Full Gamut. Optometry Artikel.2002

12. Carlisle RT, Digiovanni J. Differential Diagnosis of the Swollen Red

Eyelid. Am Fam Physician. 2015 Jul 15;92(2):106-12. [PubMed]

Anda mungkin juga menyukai