Diajukan kepada :
Pembimbing : dr. Retno Wahyuningsih, Sp.M
Disusun oleh :
Radita Dwihaning Putri
H2A011035
Disusun Oleh:
Radita Dwihaning Putri
H2A010043
Tanda Tangan
.............................
Mengesahkan:
Koordinator Kepaniteraan Ilmu Penyakit Mata
Rumah Sakit Umum Daerah Ambarawa
Tanggal
.............................
BAB I
LAPORAN KASUS
A. IDENTITAS PASIEN
Nama
: Tn. K
Usia
: 44 tahun
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Agama
: Islam
Suku
: Jawa
Alamat
Pekerjaan
: Wiraswasta
No. RM
: 087269
Tanggal Periksa
: 26 September 2015
B. ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis pada hari Sabtu, 26 September
2015 pukul 10.30 WIB
Keluhan Utama
Pasien mengeluh mata kiri merah
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke poli mata RSUD Ambarawa dengan mata kiri merah
sejak 1 minggu yang lalu. Mata kiri merah terjadi tiba-tiba, disertai dengan
rasa perih dan sedikit nyeri. Pasien mengaku pandangan sedikit kabur dan
silau bila terkena sinar matahari. Selain itu, pasien mengeluh mata kirinya
sering berair namun tidak terdapat kotoran pada mata. Mata sebelah kanan
tidak ada keluhan. Riwayat demam serta pusing disangkal oleh pasien.
Riwayat Pengobatan
Pasien sudah memberi obat tetes Insto selama mata merah namun tidak ada
perubahan pada matanya.
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat penyakit yang sama
Riwayat hipertensi
Riwayat DM
Riwayat alergi obat
Riwayat trauma mata
Riwayat operasi mata
:
:
:
:
:
:
Disangkal
Diakui
Disangkal
Disangkal
Disangkal
Disangkal
: 23,44
Kesan
: Gizi Cukup
e. Status Generalis
f. Status Oftalmologis
No.
1. Supercilia
2.
Palpebra
superior
inferior
3.
Pemeriksaan
Trikiasis
Distikiasis
Madarosis
Silia
Hiperemis
et
Spasme
Edema
Ptosis
Konjungtiva Edema
Hiperemis
palpebra
Papil
Oculi Dextra
-
Oculi Sinistra
-
Normal
-
Normal
-
+
-
superior
4.
inferior
Konjungtiva Hiperemis
Corpus alienum
forniks
Konjungtiva Injeksi konjungtiva
Injeksi siliar
bulbi
Edema
Perdarahan subkonjungtiva
Trantas Dot
Corpus alienum
Bulbus
Gerakan
Okuli
5.
6.
et Cobblestone
Corpus alienum
Sklera
Kornea
Kedudukan
Nistagmus
Strabismus
Exo/Endofthalmus
Ikteris
Warna
Neovaskularisasi
Sikatrik
Infiltrat
Udema
Warna
Kedalaman
Hipopion
Hifema
Warna
Kripte
Sinekia
Bentuk
Letak
Reguler/ireguler
Diameter
7.
COA
8.
Iris
9.
Pupil
10.
11.
12.
12.
13.
14.
+
-
+
-
Jernih
Dalam
Bulat
Central
Reguler
4mm
+/+
+/+
Tidak dilakukan
6/15
6/45
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Fluorescein (+)
Bintik-bintik
hijau di bagian
tengah kornea
Gambar :
OD
OS
Bintik-bintik hijau
Flurescein (+)
D. RESUME
Pasien Tn. K usia 44 tahun, datang ke poli mata RSUD Ambarawa
Injeksi silier
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Anatomi dan Fisiologi Kornea2,3,4
3. Etiologi
Keratitis dapat disebabkan oleh banyak faktor, diantaranya:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
Virus
Bakteri
Jamur
Paparan sinar ultraviolet seperti sinar matahari.
Iritasi dari penggunaan berlebihan lensa kontak.
Mata kering yang disebabkan oleh kelopak mata robek atau tidak
garis pertahanan
vaskularisasi,
yang
mekanisme
pertama.
kornea
Karena tidak
dimodifikasi
oleh
Pemeriksaan
laboratorium
pada
penyakit
kornea
untuk
dengan
PCR
dapat
dilakukan
untuk
dapat
bakteri
dan
fungi
pada
kunjungan
pertama.
Kultur
Sedangkan
keratitis
pungtata
subepitel adalah
keratitis
terkumpul
daerah membran
di
yang
Bowman.
pada
pasien
blefarokonjungtivitis.
setengah
umur
dengan
adanya
Etiologi
2. Keratitis Fungi
(Jamur)
Gambar
8.1,2,3
Terapi inisial untuk keratitis bakteri1
Etiologi
Keratitis jamur dapat disebabkan oleh:
a) Jamur berfilamen (filamentous fungi)
Bersifat multiseluler dengan cabang-cabang hifa, terdiri dari:
1) Jamur bersepta : Furasium sp, Acremonium sp, Aspergillus sp,
Cladosporium sp, Penicillium sp, Paecilomyces sp, Phialophora
sp, Curvularia sp, Altenaria sp.
2) Jamur tidak bersepta : Mucor sp, Rhizopus sp, Absidia sp.
b) Jamur ragi (yeast) yaitu jamur uniseluler dengan pseudohifa dan
tunas : Candida albicans, Cryptococcus sp, Rodotolura sp.
2. Terapi
Obat-obat anti jamur yang dapat diberikan meliputi:
Polyenes termasuk natamycin, nistatin, dan amfoterisin B.
Azoles (imidazoles dan triazoles) termasuk ketoconazole,
Miconazole, flukonazol, itraconazole, econazole, dan clotrimazole.
3. Keratitis Virus
4. Keratitis Herpetik
a. Keratitis Infeksi Herpes Zoster
b. Keratitis Infeksi Herpes Simplek :
Keratitis Dendritik dan Keratitis Disiformis
5. Keratitis Alergi
a. Keratokonjungtivitis
b. Keratokonjungtivitis epidemi
c. Tukak atau ulkus fliktenular
d. Keratitis fasikularis
e. Keratokonjungtivitis vernal
Berdasarkan bentuk klinisnya, keratitis diklasifikasikan menjadi:
1. Keratitis Flikten
2. Keratitis Sika
3. Keratitis Neuroparalitik
4. Keratitis Numuralis
A. Keratitis Virus2,4
1. Etiologi
Herpes Simpleks Virus (HSV) merupakan salah satu infeksi virus tersering
pada kornea. Virus herpes simpleks menempati manusia sebagai host,
merupakan parasit intraselular obligat, dapat ditemukan pada mukosa,
rongga hidung, rongga mulut, vagina dan mata. Penularan dapat terjadi
melalui kontak dengan cairan dan jaringan mata, rongga hidung, mulut,
alat kelamin yang mengandung virus.
2. Patofisiologi
Patofisiologi keratitis herpes simpleks dibagi dalam 2 bentuk :
Pada epitelial : kerusakan terjadi akibat pembiakan virus intraepitelial
mengakibatkan kerusakan sel epitel dan membentuk tukak kornea
superfisial.
Pada stromal : terjadi reaksi imunologik tubuh terhadap virus yang
menyerang yaitu reaksi antigen-antibodi yang menarik sel radang ke
dalam stroma. Sel radang ini mengeluarkan bahan proteolitik untuk
B. Keratitis Alergi2,3,4
1. Etiologi
Reaksi hipersensitivitas tipe I yang mengenai kedua mata, biasanya
penderita sering menunjukkan gejala alergi terhadap tepung sari rumputrumputan.
2. Manifestasi Klinis
Bentuk palpebra: cobble stone (pertumbuhan papil yang besar), diliputi
sekret mukoid.
Bentuk limbus: tantras dot (penonjolan berwarna abu-abu, seperti lilin)
Gatal
Fotofobia
Sensasi benda asing
Mata berair dan blefarospasme
3. Terapi
Biasanya sembuh sendiri tanpa diobati
Steroid topikal dan sistemik
Kompres dingin
Obat vasokonstriktor
Cromolyn sodium topikal
Koagulasi cryo CO2.
Pembedahan kecil (eksisi).
Antihistamin umumnya tidak efektif
Kontraindikasi untuk pemasangan lensa kontak
Klasifikasi keratitis berdasarkan bentuk klinisnya, yaitu:
A. Keratitis Flikten/Skrofulosa/Eksemtosa3
Flikten merupakan benjolan berdiameter 1-3 mm berwarna abu-abu pada
lapisan superfisial kornea. Epitel diatasnya mudah pecah dan membentuk
ulkus. Ulkus ini dapat sembuh atau tanpa meninggalkan sikatrik. Adapula
ulkus yang menjalar dari pinggir ke tengah, dengan pinggir meninggalkan
sikatrik sedangkan bagian tengah nya masih aktif, yang disebut wander
phlyctaen. Keadaan ini merupakan proses yang mudah sembuh, tetapi
kemudian kambuh lagi di tempat lain bila penyebabnya masih ada dan dapat
menyebabkan kelainan kornea berbentuk bercak-bercak sikatrik, menyerupai
pulau-pulau yang disertai geographic pattern.
B. Keratitis Sika6
Merupakan peradangan konjungtiva dan kornea akibat keringnya permukaan
kornea dan konjungtiva. Penyebab keringnya permukaan konjungtiva dan
kornea, yaitu:
Berkurangnya komponen lemak, seperti pada blefaritis
Berkurangnya airmata, seperti pada syndrome syrogen, setelah memakai
obat diuretik, atropin atau dijumapai pada usia tua.
Berkurangnya komponen musin, dijumpai pada keadaan avitaminosis A,
penyakit-penyakit yang menyebabkan cacatnya konjungtiva, seperti
trauma kimia, Sindrom Steven Johnson, trakoma.
Penguapan yang berlebihan seperti pada kehidupan gurun pasir,
lagoftalmus, keratitis neuroparalitika.
Adanya sikatrik pada kornea.
Gejala klinis yang sering timbul yaitu mengeluh mata terasa gatal, terasa
seperti ada pasir,fotopobi,visus menurun, secret lengket, mata terasa kering.
Dari hasil pemeriksaan didapatkan sekret mukus dengan tanda-tanda
konjungtivitis dengan xerosis konjuntiva, sehingga konjungtiva bulbi edema,
hiperemi, menebal, kering, tak mengkilat, warnanya mengkilat. Terdapat
infiltrat-infiltrat kecil,letak epiteleal,tes fluoresen (+). Terdapat juga benangbenang (filamen) yang sebenarnya sekret yang menempel, karena itu, disebut
juga keratitis filamentosa.
C. Keratitis Numularis6
Diduga dari virus. Pada klinis, tanda-tanda radang tidak jelas, terdapat infiltrat
bulat-bulat subepitelial di kornea, dimana tengahnya lebih jernih, disebut halo
(diduga terjadi karena resorpsi dari infiltrat yang dimulai di tengah). Tes
fluoresen (-). Keratitis ini kalau sembuh meninggalkan sikatrik yang ringan.
2.2.6 Komplikasi2,3
Komplikasi yang paling ditakuti dari keratitis adalah penipisan kornea dan
akhirnya perforasi kornea yang dapat mengakibatkan endophtalmitis sampai
hilangnya penglihatan (kebutaan). Beberapa komplikasi yang lain diantaranya:
2.2.7
Gangguan refraksi
Jaringan parut permanent
Ulkus kornea
Perforasi kornea
Glaukoma sekunder
Prognosis2
Keratitis dapat sembuh dengan baik jika ditangani dengan tepat dan jika
tidak diobati dengan baik dapat menimbulkan ulkus yang akan menjadi sikatriks
dan dapat mengakibatkan hilang penglihatan selamanya.
Prognosis visual tergantung pada beberapa faktor, tergantung dari:
Virulensi organisme
Luas dan lokasi keratitis
Hasil vaskularisasi dan atau deposisi kolagen
American Academy of Ophthalmology. External Eye Disease and Cornea.
p.113116
Mansjoer, Arif M. 2001. Kapita Selekta edisi-3 jilid-1. Jakarta: Media
Aesculapius FKUI. Hal: 56