Anda di halaman 1dari 22

BAGIAN ILMU KESEHATAN MATA LAPORAN KASUS

FAKULTAS KEDOKTERAN NOVEMBER 202


UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

LAPORAN KASUS
DRY EYE

Disusun Oleh:
Andi Muh Muslih Rijal
11120202150

Pembimbing
Dr. dr. Marliyanti Akib, Sp.M (K), M.Kes

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


BAGIAN ILMU KESEHATAN MATA
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2022

LEMBAR PENGESAHAN

1
Yang bertandatangan di bawah ini menyatakan bahwa :

Nama : Andi Muh Muslih Rijal

NIM : 11120202150

Universitas : Universitas Muslim Indonesia

Judul Laporan Kasus : Dry Eye

Telah menyelesaikan tugas Laporan Kasus berjudul “Dry Eye” dan telah

disetujui serta telah dibacakan dihadapan dokter pendidik klinik dalam

rangka kepaniteraan klinik pada bagian Ilmu Kesehatan Mata Fakultas

Kedokteran Universitas Muslim Indonesia.

Makassar, November 2022

Dokter Pendidik Klinik Mahasiswa

Dr. dr. Marliyanti Akib, Sp.M (K), M.Kes Andi Muh Muslih Rijal

2
KATA PENGANTAR

Segala puji dan rasa syukur penulis panjatkan kehadirat Allah

SWT, karena berkat limpahan rahmat, hidayah dan inayah-Nya maka

laporan kasus ini dapat diselesaikan dengan baik. Salam dan salawat

semoga selalu tercurah pada baginda Rasulullah Muhammad SAW

beserta para keluarga, sahabat-sahabatnya dan orang-orang yang

mengikuti ajaran beliau hingga akhir zaman.

Laporan kasus yang berjudul “Dry Eye” disusun sebagai

persyaratan untuk memenuhi kelengkapan bagian.

Penulis menyadari bahwa laporan ini belum sempurna, untuk

saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan dalam

penyempurnaan penulisan laporan kasus ini. Terakhir penulis berharap,

semoga laporan kasus ini dapat memberikan hal yang bermanfaat dan

menambah wawasan bagi pembaca dan khususnya bagi penulis juga.

Makassar, November 2022

Penulis

3
DAFTAR ISI

SAMPUL................................................................................................1

LEMBAR PENGESAHAN......................................................................2

KATA PENGANTAR..............................................................................3

DAFTAR ISI...........................................................................................4

BAB I PENDAHULUAN.........................................................................5

BAB II LAPORAN KASUS.....................................................................7

2.1. Identitas Pasien.............................................................................7

2.2. Anamnesis.....................................................................................7

2.3. Pemeriksaan Fisik.........................................................................8

2.4. Stasus Oftalmologi........................................................................9

2.5. Diagnosis.......................................................................................11

2.6. Tatalaksana...................................................................................11

2.7. Prognosis.......................................................................................11

2.8. Resume.........................................................................................12

BAB III PEMBAHASAN..........................................................................13

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................20

4
1 BAB I

PENDAHULUAN

Mata merupakan indra dan organ optik yang berfungsi untuk

mengumpulkan cahaya dari lingkungan sekitarnya. Air mata adalah

bagian dari organ mata yang dihasilkan oleh kelenjar lakrimal yang

terletak di daerah temporal bola mata. Air mata berfungsi untuk melicinkan

permukaan kornea, melindungi mata dari pertumbuhan mikroorganisme,

dan menjaga ketajaman penglihatan. Salah satu gangguan pada air mata

adalah kekeringan pada mata atau dry eye syndrome.

Dry eye atau mata kering menurut International Dry Eye Workshop

(DEWS) adalah penyakit air mata dan lapisan permukaan air mata yang

bersifat multifaktorial dengan gejala klinis berupa rasa tidak nyaman,

gangguan penglihatan serta ketidak stabilan tear film yang berpotensi

merusak lapisan permukaan air mata. Data dari DEWS di tahun 2007

sekitar 5-30% individu berusia di atas 50 tahun menderita dry eye. Dry

eye terbagi menjadi 2 golongan. Golongan pertama yaitu yang didasarkan

pada peningkatan penguapan air mata dan golongan kedua yang

berdasarkan penurunan produksi air mata.

Kriteria untuk mendiagnosis dry eye belum ada keseragaman hingga

kini, seperti yang dinyatakan oleh Susiyanti dalam tulisannya mengenai

5
dry eye dalam buku ajar Oftalmologi Fakultas Kedokteran Indonesia.

Diagnosis ditegakkan dengan mengkombinasikan informasi riwayat

penyakit pada anamnesis dan pemeriksaan mata serta pemeriksaan

penunjang.

6
2 BAB II

LAPORAN KASUS

2.1 Identitas Pasien

Nama : Ny. SC
Alamat : Jl. Andalas
Umur : 53 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : IRT
Suku : Makassar
No. RM : 012-006-20-93
Tgl Masuk : 1 November 2022
2.2 Anamnesis

Keluhan Utama :

Mata terasa kering

Riwayat Penyakit Sekarang

Seorang Pasien perempuan datang ke poli JEC Orbita dengan

keluhan Mata Kering, Keluhan sudah lama dirasakan . pasien bekerja

sebagai IRT dan selalu bermain HP setiap hari. Riwayat pernah

menggunakan obat tetes mata namun keluhan tidak membaik. Riwayat

menggunakan kacamata (-) Riwayat HT dan DM (-).

Riwayat Penyakit Dahulu

Tidak ada

Riwayat Penyakit Keluarga

Tidak ada

7
Riwayat Pengobatan

Pasien pernah menggunakan obat tetes mata

2.3 Pemeriksaan Fisik

Gambaran Klinis Mata Pasien

(OD) (OS)

(ODS)

8
Keadaan Umum :

a. Keadaan Umum ։ Baik

b. Kesadaran ։ Compos Mentis, GCS E4M6V5

Tanda-tanda Vital : Dalam batas normal

Status Generalis

 Kepala/Leher : Dalam Batas Normal

 Toraks : Dalam Batas Normal

 Abdomen : Dalam Batas Normal

 Ekstremitas : Dalam Batas Normal

2.4 Status Oftalmologi

2.4.1 Pemeriksaan Visus

OD VISUS OS

20/30 Visus jauh tanpa koreksi 20/20 f2

- Koreksi -

- -
Visus jauh dengan koreksi

- Visus dekat -

- Koreksi -

- -
Visus dekat dengan koreksi

9
2.4.2 Pemeriksaan Segmen Anterior

OD PEMERIKSAAN OS

Edema (-) Palpebra Edema (-)

Trikiasis(-), sekret(-) Silia Trikiasis(-), sekret(-)

Lakrimasi(-) Apparatur Lakrimalis Lakrimasi(-)

Injeksi konjungtiva(-) Konjungtiva Injeksi konjungtiva(-)

Hiperemis (-) Hiperemis (-)

Jernih Kornea Jernih

Normal BMD Normal

Cokelat, kripte(+) Iris Cokelat, kripte(+)

Bulat, sentral, diameter Pupil Bulat, sentral, diameter

normal normal

+/+ RCL dan RCTL +/+

- RAPD -

Jernih Lensa Jernih

6 detik TBUT 8 detik

2.4.3 Tes Kesejajaran Bola Mata

A. Cover Test : Tidak dilakukan pemeriksaan

B. Uncover Test : Tidak dilakukan pemeriksaan

C. Pergerakan Bola Mata : Tidak dilakukan Pemeriksaan

2.4.4 Tes Lapang Pandang

Tidak dilakukan pemeriksaan

10
2.4.5 Pemeriksaan Tekanan Intraokular

OD Metode Pemeriksaan OS

Tidak dilakukan Palpasi Tidak dilakukan

Tidak Dilakukan Tonometri Non-Contact Tidak Dilakukan

2.4.6 Pemeriksaan Palpasi

OD Palpasi OS

Tidak dilakukan Nyeri Tekan Tidak dilakukan

Tidak dilakukan Massa Tumor Tidak dilakukan

Tidak dilakukan Glandula Preaurikular Tidak dilakukan

2.4.7 Tes Buta warna

Tidak Dilakukan Pemeriksaan

2.4.8 Pemeriksaan Segmen Posterior

Tidak Dilakukan Pemeriksaan

2.5 Diagnosa

ODS Dry Eye

2.6 Tatalaksana

- Lyteers ED 4x1 ODS

- Oculenta MD 2x1 ODS

2.7 Prognosis

Quo ad vitam : bonam

Quo ad functionam : bonam

11
Quo ad sanationam : bonam

Quo ad cometicam : bonam

2.8 Resume

Seorang Pasien perempuan datang ke poli JEC Orbita dengan

keluhan Mata Kering, Keluhan sudah lama dirasakan . pasien bekerja

sebagai IRT dan selalu bermain HP setiap hari. Riwayat pernah

menggunakan obat tetes mata namun keluhan tidak membaik. Riwayat

menggunakan kacamata (-) Riwayat HT dan DM (-). Pada pemeriksaan

oftalmologi didapatkan visus OD 20/30 dan OS 20/20 f2. Pada

pemeriksaan Tear Film Break Up Time didapatkan OD 6 detik dan OS 8

detik.

12
BAB III

PEMBAHASAN

Menurut Dry eye Workshop (DEWS) tahun 2007, definisi mata kering

adalah suatu penyakit multifaktorial pada Lapisan Air Mata (LAM) dan

permukaan okuler yang menyebabkan gejala tidak nyaman, gangguan

penglihatan, dan ketidakstabilan lapisan air mata dengan potensi

rusaknya permukaan okuler. Gejala-gejala ini disertai peningkatan

osmolaritas lapisan air mata dan inflamasi pada permukaan okuler. 5

Kejadian sindroma mata kering di Amerika dan sekitarnya berkisar

7,8% dari total populasi, sedangkan di Asia mencapai 93,2% dari total

populasi. Hal ini dapat terjadi karena dua hal: pertama, secara lokasi

geografi dan populasi yang didapatkan, kedua, tidak ada standarisasi dari

tiap populasi dalam pengukuran sindrom mata kering baik itu berdasarkan

kuesioner, tes, dan pengetahuan tentang kriteria diagnostik sindroma

mata kering.7

Prevalensi dry eye syndrome berdasarkan jenis kelamin dapat terjadi

pada siapa saja, baik pada laki-laki maupun perempuan. Akan tetapi pada

beberapa penelitian epidemiologi menunjukkan adanya prevalensi yang

lebih tinggi pada perempuan dibandingkan laki-laki.Hasil sebuah studi

didapatkan lebih banyak pasien dry eye syndrome yang berjenis kelamin

perempuan (25%) daripada laki-laki (17,2%).Hal ini dapat dijelaskan

13
berdasarkan hipotesis penurunan sekresi air mata akibat rendahnya

estrogen pada wanita menopause, meskipun pada beberapa studi

menyatakan bahwa wanita yang menjalani terapi pengganti hormone

memiliki faktor risiko lebih tinggi untuk terkena dry eye.7

Banyak penyebab sindrom mata kering mempengaruhi lebih dari

satu komponen film air mata atau menyebabkan perubahan permukaan

okular yang secara sekunder menyebabkan ketidakstabilan film air mata.

Gambaran histopatologi termasuk munculnya bintik-bintik kering pada

epitel kornea dan konjungtiva, pembentukan filamen, hilangnya sel goblet

konjungtiva, pembesaran abnormal sel epitel nongoblet, peningkatan

stratifikasi seluler, dan peningkatan keratinisasi.4

Kondisi mata kering diklasifikasikan sebagai evaporative dry eye dan

aqueous tear deficient dry eye. Aqueous Tear Deficient Dry Eye dibagi lagi

menjadi Dry Eye sindrom Sjogren dan Dry Eye non-Sjogren. Sindrom

Sjogren adalah gangguan jaringan ikat peradangan kronis yang lebih

sering terjadi pada wanita yang mungkin berusia sekitar 40 tahun. Pasien-

pasien ini mungkin memiliki mata kering dan mulut kering. Sindrom

Sjogren primer tanpa penyakit sistemik sedangkan Sindrom Sjogren

sekunder adalah dengan penyakit sistemik. Dry Eye non-Sjogren terlihat

pada pasien yang menderita penyakit Graft versus Host, trachoma,

gangguan sikatrik konjungtiva dan penggunaan obat-obatan seperti

antihistamin, dekongestan, obat antipsikotik, antidepresan, dan

14
antihipertensi. Dry eye evaporatif paling sering disebabkan oleh penyakit

kelenjar meibom.8

Empat mekanisme inti yang saling terkait yang dianggap

bertanggung jawab atas manifestasi mata kering adalah ketidakstabilan

air mata, hiperosmolaritas air mata, peradangan, dan kerusakan

permukaan mata. Peradangan pada konjungtiva dan kelenjar aksesori

serta permukaan okular terjadi pada 80% pasien dengan KCS dan dapat

menjadi penyebab dan konsekuensi mata kering, penyakit yang

bertambah parah dan berlanjut. Kehadiran peradangan adalah alasan

untuk spesifik tindakan anti-inflamasi seperti terapi steroid. Ada hubungan

yang kuat antara sindrom mata kering dan penurunan kadar androsteron

sulfat sistemik dan epiandrosteron sulfat.3

Gejala sugestif mata kering termasuk iritasi, sensasi benda asing

(berpasir), perasaan kering, gatal, ketidaknyamanan okular non-spesifik

dan mata sakit kronis yang tidak merespons berbagai tetes yang

ditanamkan sebelumnya. Tanda-tanda mata kering meliputi: adanya lendir

berserabut dan materi partikulat dalam film air mata, permukaan okular

yang tidak berkilau, xerosis konjungtiva, garis air mata yang berkurang

atau tidak ada dan perubahan kornea dalam bentuk erosi epitel dan

filamen belang-belang.1

Penegakkan diagnosis diperlukan untuk membedakan antara DED,

infeksi, dan alergi yang mana ketiganya memiliki gejala klinis yang serupa,

15
tetapi penatalaksanaan yang berbeda. Anamnesis lengkap yang meliputi

onset, keluhan, faktor risiko (pekerjaan, lingkungan), riwayat penyakit

sistemik (Grave’s disease, Sjogren syndrome, diabetes mellitus, penyakit

vaskular kolagen), dan riwayat pengobatan harus ditanyakan. Pendekatan

gejala mata kering dapat dinilai dengan menggunakan kuesioner Ocular

Surface Disease Index (OSDI), McMonnies Questionnaire, Women’s

Health Study Questionnaire, atau Dry Eye-Related QoL score (DEQ). Alat

ukur ini telah diuji validitas dan reliabilitasnya untuk skrining DED. Setelah

anamnesis, pemeriksaan oftalmologi yang umumnya dilakukan antara lain

tear film break up time (TBUT), tes Schirmer, pewarnaan kornea-

konjungtiva, pemeriksaan margo palpebra dan orifisium kelenjar Meibom.

Pemeriksaan TBUT menggambarkan kestabilan lapisan air mata,

dilakukan dengan menggunakan zat pewarna fluoresein 1%. Jumlah zat

fluoresein yang ditetes sekitar 1-2 L, pemberian dapat menggunakan pipet

atau kertas strip fluoresein. Setelah itu, pasien diminta untuk mengedipkan

mata sebanyak tiga kali untuk memastikan zat warna bercampur dengan

air mata secara adekuat. Waktu interval yang dibutuhkan antara kedipan

terakhir sampai munculnya bercak gelap pada kornea diukur

menggunakan stopwatch. Waktu kurang dari 10 detik menunjukkan bahwa

pasien memiliki mata kering. Pemeriksaan sekresi air mata dapat dinilai

dengan tes Schirmer I (tanpa anestesi) dan tear film meniscus height

(meniscometry). Tes Schirmer I yang kurang dari 5 mm dalam 5 menit dan

16
tear film meniscus height < 0,25 mm menggambarkan penurunan sekresi

air mata yang ditemui pada penyakit mata kering tipe ADDE.2

Pasien harus memahami bahwa sindrom mata kering adalah kondisi

kronis dan penyembuhan total tidak mungkin terjadi kecuali dalam kasus

ringan ketika perubahan epitel kornea dan konjungtiva reversibel. Air mata

buatan, terutama air mata tanpa bahan pengawet pada kasus yang lebih

lanjut, adalah pengobatan utama. Salep berguna untuk pelumasan yang

berkepanjangan, terutama saat tidur. Bantuan tambahan dapat dicapai

dengan menggunakan pelembap udara, kacamata ruang lembab, atau

kacamata renang.4

Terapi utama untuk sindrom ini adalah menggunakan pengganti air

mata/air mata buatan (dapat berupa tetes mata, gel, dan salep).

Penggunaan air mata buatan bebas pengawet direkomendasikan untuk

menghindari toksisitas pada pasien yang menggunakan terapi ini secara

rutin. Air mata buatan dianggap sebagai terapi lini utama untuk sindrom

mata kering. Penggunaan air mata buatan seringkali memberikan bantuan

sementara untuk mengatasi keluhan akibat sindrom mata kering. Larutan

demulcent merupakan agen mucomimetic untuk menggantikan

glikoprotein yang hilang pada proses perjalanan penyakit. Larutan ini

ditambahkan di dalam larutan pengganti air mata untuk meningkatkan

daya lubrikasinya. Akan tetapi demulcent tidak dapat menggantikan

glikoprotein yang hilang dan sel goblet konjungtiva, juga tidak dapat

17
mengurangi deskuamasi kornea, atau meningkatkan osmolaritas air mata.

Siklosporin A 0.05% digunakan sebagai terapi untuk komponen reaksi

peradangan pada sindrom mata kering. Siklosporin ini berfungsi

memodulasi respons peradangan permukaan bola mata dan diharapkan

dapat mengurangi kerusakan pada kelenjar asinus kelenjar air mata

utama dan meningkatkan respons neural, sehingga dapat meningkatkan

daya sekresi kelenjar air mata. Serum/plasma yang diketahui

mengandung albumin dan bermacam faktor pertumbuhan serta faktor anti

peradangan, dapat digunakan untuk mengatasi keratokonjungtivitis sicca

yang terkait dengan Sindrom Sjögren, dan dapat memacu penyembuhan

defek pada epitel kornea. Plasma autolog juga dilaporkan dapat

menyembuhkan keratopati neuropatik pada sindrom mata kering, karena

proses pembuatan yang sulit dan biaya dalam mempersiapkan serum

tetes, serta potensi kontaminasi mikroba, serum autolog ini hanya

disediakan bagi pasien dengan penyakit berat yang tidak responsif

terhadap terapi lain.9

Pendekatan gaya hidup untuk pengelolaan mata kering termasuk

memastikan asupan cairan yang memadai, mengurangi penggunaan

alkohol, menggunakan pelembab udara atau kacamata pelindung, dan

bila memungkinkan, menghindari AC dan pemanas udara paksa. Kurang

tidur dapat memicu gejala mata kering, jadi tidur yang cukup juga

penting.10

18
Sebuah meta-analisis pada diet mendukung peran terapeutik untuk

asam lemak tak jenuh ganda. Makanan tertentu, seperti ikan dan biji rami,

mengandung n-3 dan n-6 asam lemak. Wanita yang mengonsumsi dua

atau lebih porsi tuna setiap minggu cenderung melaporkan gejala mata

kering dibandingkan wanita dengan tingkat konsumsi tuna yang lebih

rendah. Penggunaan suplemen asam lemak n-3 dapat meningkatkan

produksi dan kualitas air mata. Baru-baru ini menyelesaikan uji klinis acak

terkontrol menunjukkan bahwa suplemen harian 3000 mg asam lemak n-3

selama 12 bulan tidak menghasilkan hasil yang lebih baik secara

signifikan daripada plasebo. Suplemen fitoestrogen telah dikaitkan dengan

penurunan tanda dan gejala penyakit mata kering, dan minyak biji rami

oral telah dilaporkan mengurangi peradangan, yang menyebabkan

perbaikan gejala pada pasien dengan sindrom Sjögren.10

19
DAFTAR PUSTAKA

1. Khurana, A.K. (2007). Comprehensive Opthalmology. 4th Edition, New

Age International, New Delhi

2. Casey A, Marina S. (2021). Klasifikasi, diagnosis, dan pengobatan saat ini

untuk penyakit mata kering: tinjauan pustaka. Intisari Sains Medis.

3. F. Salmon, J. (2020). Kanski Clinical Ophthalmology. 9th Edition. Elsevier.

4. Eva, Paul Riordan, Emmett T,Cunningham Jr (2011). Vaughan & Asbury's

General Ophthalmology. 18th Edition.

5. Buku Ajar Bagian Ilmu Kesehatan Mata. (2017). Fakultas Kedokteran UMI.

Dry Eye. Hal 185 – 188

6. Rouen PA,White ML. (2018) Dry Eye Disease Prevelance,Assesment, and

Management Vol 36.

7. Septivianti, R., & Triningrat, A. (2018). "Karakteristik pasien dry eye

syndrome di Desa Tianyar Timur, Kecamatan Kubu, Kabupaten

Karangasem”. E-Journal Medika Udayana, 7(3), 113–116.

8. Rathi, Varsha M., & Sangwan, Virender, S Sangwan (2017). “Prevention,

diagnosis & management of dry eye in South Asia”. Community Eye

Health Journal Volume 29.

9. Soebagjo, H.D. (2019). "Penyakit Sistem Lakrimal". Airlangga University.

10. Clayton, Janine Austine. (2018) “Dry Eye” The new england journal of

medicine

20
21
22

Anda mungkin juga menyukai