Anda di halaman 1dari 118

Abortus .

KET, dan Molahidatidosa

Kelompok 1
Kasus I

Seorang ibu bernama Ny. Nihta 29 tahun, G3P2A2 usia


kehamilan 14 minggu datang ke Bidan Ryah dengan ekspresi muka
menyeringai dan merasa perutnya mulas, keluar bercak darah dari
jalan lahir sejak 2 jam yang lalu. Hasil anamnesa : ditemukan riwayat
kehamilan sebelumnya mengalami keguguran sebanyak 2 kali

Hasil pemeriksaan fisik ditemukan : TD : 130/70 mmHg, Nadi :


88 x/menit, Respirasi : 24 x/menit. Palpasi abdomen: TFU
pertengahan pusat-simfisis. Genital : terdapat bercak darah,
Pembukaan : 1-2 cm, tidak teraba sisa jaringan di OUI.
Bidan melakukan penanganan dan asuhan pasca keguguran dengan
adekuat, termasuk pemantauan dan informasi pasca tindakan. Saat
kondisi klien sudah pulih, bidan pun memberikan informasi
pengantar mengenai kontrasepsi pasca keguguran (mengingat riwayat
pada kehamilan-kehamilan sebelumnya kurang baik)
1. Menurut anda apa diagnosis yang tepat pada kasus di atas?

G3P0A2 usia kehamilan 14 minggu dengan susp. Abortus


insipiens
2. Data apa saja yang kurang untuk menunjang diagnosis anda?

Diagnosis abortus insipiens:

Diagnosis Perdarahan serviks Uterus Gejala/tanda Tes Urin

Abortus Sedang hingga Terbuka Sesuai usia Kram atau positif


insipiens masif/banyak mendatar kehamilan nyeri perut
bawah
Belum terjadi
ekspulsi hasil
konsepsi
Abortus insipiens ditandai dengan serviks telah mendatar dan
ostium uteri telah membuka, akan tetapi hasil konsepsi masih
dalam kavum uteri dan dalam proses pengeluaran. Penderita
akan merasa mulas karena kontraksi yang semakin sering dan
kuat, perdarahannya bertambah sesuai dengan pembukaan
serviks uterus dan mur kehamilan.
Besar uterus masih sesuai dengan umur kehamilan dengan tes
urin kehamilan yang positif. Pada pemeriksaan USG akan
didapati pembesaran uterus yang masih sesuai dengan umur
kehamilan, gerak janin dan gerak jantung janin masih jelas
walau mungkin sudah mulai tidak normal, biasanya terlihat
penipisan serviks uterus atau pembukaannya,
Jadi data yang kurang untuk menunjang diagnosis tersebut
adalah : hasil tes urin dan jumlah perdarahan
3. Apa penyebab terjadinya kasus diatas?

Kasus tersebut terjadi karena ibu memiliki riwayat aborsi


sebelumnya. Ibu dengan riwayat aborsi dapat mengalami
aborsi berulang. Mulas yang dirasakan ibu terjadi karena
adanya kontraksi dari uterus sehingga dari kontraksi tersebut
dapat menyebabkan pembukaan serviks, pembukaan tersebut
mengakibatkan perdarahan dan akan semakin bertambah
sesuai dengan pembukaan serviks uterus. Karena pembukaan
itulah terjadilah abortus insipiens (abortus yang sedang
mengancam).
4. Bagaimana patofisiologi terjadinya kasus di atas?

Abortus terjadi karena adanya perdarahan desidua basalis yang


berdampak terjadi nekrosis jaringan sekitar sehingga sebagian
atau seluruh hasil konsepsi keluar dan menyebabkan uterus
menjadi berkontraksi. Hasil konsepsi kurang dari
umur kehamilan 8 minggu, vili korialis belum menembus
desidua secara dalam.
Jadi hasil konsepsi dapat dikeluarkan seluruhnya pada kehamilan
8 sampai 14 minggu, penembusan sudah lebih dalam hingga
plasenta tidak dilepaskan sempurna dan menimbulkan banyak
perdarahan. Pada kehamilan lebih dari 14 minggu, janin
dikeluarkan lebih dahulu dari plasenta. Hasil konsepsi keluar
dalam berbagai bentuk, seperti kantong kosong amnion atau
benda kecil yang tidak jelas bentuknya, janin lahir mati, janin
masih hidup, mola kruenta, fetus kompresus, maserasi atau fetus
papi raseus.
5. Apa saja klasifikasi/jenis-jenis abortus? Jelaskan!

Jenis-Jenis Abortus

1. Abortus spontan

Pengeluaran hasil konsepsi tak disengaja sebelum umur


kehamilan 20 minggu
2. Abortus iminens
Keadaan dimana perdarahan berasal dari intrauterin yang
timbul sebelum umur kehamilan 20 minggu, dengan atau
tanpa kolik uterus, tanpa pengeluaran hasil konsepsi dan
tanpa dilatasi serviks
3. Abortus Insipiens
Keadaan perdarahan dari intrauterin yang terjadi dengan
dilatasi serviks kontinu dan progesif, tetapi tanpa pengeluaran
hasil konsepsi sebelum umur kehamilan 20 minggu
4. Abortus Kompletus

Keluarnya seluruh hasil konsepsi sebelum umur kehamilan 20 minggu

5. Abortus inkompletus

Keluarnya sebagian hasil konsepsi sebelum umur kehamilan 20 minggu

6. Missed abortion

Abortus yang embrio atau janinnya meninggal dalam uterus sebelum


umur kehamilan 20 minggu, tetapi hasil konsepsi tertahan dalam
uterus selama 8 minggu atau lebih
7. Abortus habitualis

Terjadinya tiga atau lebih abortus spontan berturut-turut

8. Abortus infeksiosus

Abortus yang disertai infeksi organ genital

9. Abortus sepsis

Abortus yang terinfeksi dengan penyebaran mikroorganisme dan


produknya ke dalam sirkulasi sistemik ibu
6. Apa tanda, gejala, penyebab serta penatalaksanaan dari masing
masing abortus?

Abortus dapat terjadi karena beberapa sebab, yaitu:


1. Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi, biasanya menyebabkan
abortus pada kehamilan sebelum usia 8 minggu. Faktor yang
menyebabkan kelainan ini adalah
a. Kelainan kromosom
b. Lingkungan sekitar tempat implantasi kurang sempurna
c. Pengaruh teratogen akibat radiasi, virus, obat-obatan,
tembakau dan alkohol
2. Kelainan pada plasenta
3. Faktor maternal
4. Kelainan traktur genitalia, seperti inkompetensi serviks,
retroversi uteri, mioma uteri dan kelainan bawaan uterus
Faktor GENETIK Kelainan Kongenital Uterus
Translokasi parental Anomali duktus Mulleri
Mendelian Septum uterus
Multifaktor Uterus bikornis
Robertsonian Inkompetensi serviks
Resiprokal uterus
Mioma uteri
Sindroma Asherman
Autoimun Defek fase luteal
Aloimun Faktor endokrin
Mediasi imunitas eksternal
humoral Antibodi antitiroid
Mediasi imunitas hormon
seluler Sintesis LH yang tinggi

Infeksi
Hematologi
Lingkungan
Abortus Iminens

Kira-kira 12-15 persen dari seluruh kehamilan berakhir spontan sebelum


umur kehamilan 20 minggu. Sehingga, tidak mungkin mengetahui pada
permulaan, apakah abortus iminens akan berlanjut ke abortus insipiens,
inkomplit atau kompletus

Diagnosis abortus iminens diduga bila perdarahan berasal dari


intrauterin muncul selama pertengahan pertama kehamilan dengan atau
tanpa kolik uterus tanpa pengeluaran hasil konsepsi dan tanpa dilatasi
serviks
Gejala saat ini :

Perdarahan pervaginam adalah gejala paling khas dan dapat


bervariasi dari sekret vagina berdarah sampai sedikit bercak atau
minimum. Biasanya perdarahan kurang dari haid normal. Tidak ada
jaringan plasenta yang dikeluarkan

Nyeri abdomen suprapubik,intermiten dan bersifat kram. Nyeri ini


dapat tidak ada, minimum atau ringan. Beberapa pasien mungkin
mengeluh nyeri punggung bawah

Riwayat haid : Biasanya pasien sadar satu atau lebih siklus haid
terlewatkan

Gejala kehamilan: Selama kehamilan viabel, biasanya tidak ada


perubahan gejala kehamilan subjektif: nyeri tekan payudara, mual
pagi hari dan seterusnya.
Pada pemeriksaan pelvis : pada pemeriksaan spekulum, biasanya
hanya ada sedikit darah atau secret kecoklatan di dalam vagina.
Ostium uteri tertutup. Pada pemeriksaan bimanual, uterus
membesar, lunak dan tidak nyeri tekan. Besar uterus sesuaidengan
riwayat haid. Serviks tertutup, tidak mendatar dan mempunyai
konsistensi hamil normal.
Penatalaksanaan

Bila kehamilan masih utuh :


Rawat jalaan
Tidak diperlukan tirah baring total
Anjurkan untuk tidak melakukan aktivitas berlebihan atau
hubungan seksual
Bila perdarahan berhentilanjutkan jadwal pemeriksaan
kehamilan selanjutnya
Bila perdarahan terus berlangsung, nilai ulang kondisi janin
(Usg) 1 mgu kemudian
Bila hasil USG meragukan, ulangi pemeriksaan Usg 1-2 minggu
kemudian
Bila hasil USG tidak baik, terminasi kehamilan
Abortus insipiens

Keadaan perdarahan dari intrauterin yang terjadi dengan dilatasi


serviks kontinu dan progesif, tetapi tanpa pengeluaran hasil
konsepsi sebelum umur kehamilan 20 minggu.
Gejala saat ini :
Nyeri abdomen : Kram superpubik intermiten, progesif
diakibatkan oleh kontraksi uterus yang menimbulkan
pendataran dan dilatasi serviks
Perdarahan per vaginam : Jumlah perdarahan cenderung
sangat bervariasi. Beberapa pasien mengalami perdarahan
hebat, sementara yang lainnya mungkin hanya mengalami
gejala minimum
Riwayat haid : Meskipun sebagian besar abortus timbul
sebelum 12 minggu setelah siklus haid terakhir, namun abortus
yang lambat dapat terjadi selama trimester kedua
Kebocoran cairan amnion : Abortus bersifat insipiens, bila
selaput amnion pecah.
Pemeriksaan Dalam
Ostium terbuka
Buah kehamilan masih dalam rahim
Ketuban utuh, dapat menonjol
Penatalaksanaan

Pasien harus dirawat dirumah sakit. Karena tidak ada


kemungkinan kelangsungan hidup bagi janin pada abortus
insipiens, maka oksitosin diberikan secara IV untuk memajukan
kelahiran janin. Analgesik mungkin dibutuhkan untuk
menghilangkan nyeri dan ketakutan
Setelah janin lahir, kuretase mungkin diperlukan bila ada
kemungkinan jaringan plasenta tertinggal.
Pasien Rh negatif dan tidak tersensitisasi harus diberikan profilaksis
globulin imun Rh
Abortus Inkompletus

Keluarnya sebagian hasil konsepsi sebelum umur kehamilan 20


minggu
Tanda dan Gejala

Nyeri abdomen : Nyeri kram suprapubik terjadi akibat


kontraksi uterus dalam usaha mengeluarkan isi uterus. Mula-
mula nyeri cenderung ringan dan intermiten, tetapi secara
bertahap menjadi lebih berat
Perdarahan pervaginam : ini merupakan gejala yang paling
khas dari abortus inkompletus. Jumlah perdarahan cenderung
lebih banyak darapada darah haid biasa; perdarahan mungkin
hebat dan bahkan cukup berlebihan untuk menyebabkan syok
hipovolemik.
Sela jaringan plasenta tetap melekat sebagian dinding uterus,
maka kontraksi miometrium terganggu
Tanda dan Gejala

Gejala haid : Biasanya pasien telah melewatkan dua siklus haid,


karena abortus inkompletus cenderung terjadi kira-kira 10
minggu setelah mulainya siklus haid terakhir.
Gejala kehamilan : Banyak pasien sadar akan hilangnya gejala
kehamilan subjektif. Gejala ini mungkin menandakan kematian
janin intrauterin yang mendahului abortus spontan
Pada pemeriksaan dalam :
ostium uteri terbuka
Teraba sisa jaringan buah kehamilan
Penatalaksanaan

Bila terjadi Syok, atasi dulu syoknya untuk memperbaiki


keadaan umum.
Tranfusi jika Hb> 8 gr/dl
Evakuasi harus diindikasikan segera
Beri uterotonika (metil ergometrin tablet 3 dd 0.125 mg)
Beri antibiotika berspekulum luas selama 3 hari
Abortus Komplit

Keluarnya seluruh hasil konsepsi sebelum umur kehamilan 20


minggu
Tanda dan gejala

Perdarahan dari jalan lahir sedikit


Pernah keluar buah kehamilan

Pemeriksaan dalam :
Ostium biasanya tertutup, bila ostium terbuka teraba rongga
uterus kosong
Penatalaksanaan

Beri antibiotika selama 3 hari


Uterotonika
Missed Abortion

Abortus yang embrio atau janinnya meninggal dalam uterus


sebelum umur kehamilan 20 minggu, tetapi hasil konsepsi
tertahan dalam uterus selama 8 minggu atau lebih
Tanda dan Gejala

Perdarahan bisa ada atau tidak

Pemeriksaan dalam :
Fundus uteri kecil pada masa kehamilan
Bunyi jantung janin tidak terdengar
Penatalaksanaan

Lakukan USG untuk memastikan janin meninggal


Evakuasi. Pada umumnya kanalis servikalisnya tertutup,
sehingga perlu tindakan dilatasi. Tindakan kuretase hendaknya
dilakukan dengan hati-hati karena pada keadaan ini biasanya
plasenta bisa melekat sangat erat sehingga prosedur kuretase
lebih sulit dan dapat berisiko perdarahan pasca kuretase
Uterotonika pasca evakuasi
Antibiotika selama 3 hari
Abortus infesiosus

Abortus yang disertai infeksi, biasanya ditandai rasa nyeri dan


febris
Tanda dan Gejala

Mungkin disertai syok septik

Pemeriksaan dalam :
Ostium uteri umunya terbuka
Teraba sisa jaringan
Baik uterus maupun adneksi terasa nyeri pada perabaan
Fluksus berbau
Penatalaksanaan

Perbaiki keadaan umum jika terjadi syok septik


Posisi fowler
Antibiotika yang adekuat (berspektrum luas, aerob dan
anaerob) dilanjutkan dengan tindakan kuretase
Uterotonika
7. Apa kemungkinan kegawatdaruratan yang dapat terjadi dalam
kasus abortus?

Tidak jarang pasien-pasien dengan abortus inkomplit (terutama


abortus buatan), dapat mengalami salah satu atau beberapa
komplikasi serius seperti perdarahan per vaginam yang hebat,
syok, infeksi atau sepsis atau trauma intra-abdomen (perforasi
uterus). Komplikasi tersebut di atas, jarang sekali diakibatkan
oleh komplikasi prosedur AVM (bila dilakukan dengan benar)
yang dilaksanakan pada kasus abortus inkomplit tanpa
komplikasi.
Tanda dan gejala Komplikasi Penanganan

Nyeri abdomen bawah Infeksi/sepsis Mulailah antibiotika sesegera


Nyeri lepas mungkin sebelum melakukan
Uterus terasa lemas aspirasi vakum manual
Perdarahan berlanjut (> 8 (pemberian antibiotika: berikan
hari) ampisilin 2 g IV tiap 6 jam ditambah
Lemah-lesu (gejala seperti gentamisin 5 mg/kgBB IV tiap 24
flu) jam ditambah metronidazole 500
Demam (> 38 C), menggigil mg IV tiap 8 jam sampai ibu bebas
atau berkeringat demam untuk 48 jam.
Sekret vagina berbau
Sekret dan pus dari serviks
Nyeri goyang serviks
Tanda dan gejala Komplikasi Penanganan

Nyeri/kaku pada Perlukaan uterus, vagina Lakukan laparotomi


abdomen atau usus untuk memperbaiki
Nyeri lepas perlukaan dan lakukan
Distensi abdomen aspirasi vakum manual
Abdomen terasa secara berurutan.
tegang dan keras Mintalah bantuan lebih
Nyeri pada bahu lanjut jika dibutuhkan
Mual/muntah
Demam
Tanda dan gejala Komplikasi Penanganan

Nadi cepat dan halus Syok a. Periksa tanda-tanda vital (tetap jaga kehangatan
(>100 x/menit) pasien karena hipotermia akan memperburuk kondisi
Menurunnya TD pasien)
(diastolik < 60 mmHg) b. Bebaskan jalan nafas; bila tersedia berikan O2 6-8
Respirasi cepat (>32 l/menit
x/menit) c. Tinggikan tungkai; posisi ini akan membantu beban
Pucat, (terutama pada kerja jantung
konjungtiva palpebra,
(bila peralatan dan cairan infus tidak memadai, siapkan
telapak tangan, bibir)
rujukan segera)
Berkeringat, gelisah,
a. Perbaiki cairan tubuh; berikan cairan isotonik 1 liter
apatis/bingung atau
dalam 15-20 menit, lanjutkan hingga mencapai 3 liter
pingsan/tidak sadar
(lihat kondisi pasien) dalam 2-3 jam.
b. Transfusi darah
c. Pemeriksaan laboraturium
d. Antibiotika (bila terdapat tanda-tanda infeksi)
Tanda dan gejala Komplikasi Penanganan

Perdarahanberwarna Perdarahan a. Periksa tanda vital


merah segar, banyak, Hebat b. Bebaskan jalan nafas
tanpa atau dengan Pervaginam c. Perbaiki volume cairan tubuh
bekuan darah d. Transfusi darah
Membasahi pakaian, e. Antibiotika (bila terdapat tanda
pembalut atau infeksi), dan serum anti tetanus
kain/handuk (bila terdapat tanda trauma alat
Pucat (terutama pada genitalia/abortus buatan, dan
konjungtiva palpebra, pasien belum memiliki
telapak tangan, bibir) perlindungan terhadap tetanus)
Pusing, gangguan
kesadaran
Tanda dan gejala Komplikasi Penanganan

Perut kembung Perforasi a. Pasang infus dan berikan


Bising usus Uterus antibiotika
melemah b. Beri ergometrin 0,2 mg
Dinding perut kaku intramuskular, ulangi sesuai
dan tegang dengan kebutuhan (hingga 3x
Nyeri lepas-ulang pemberian)
(rebound c. Pantau TTV tiap 10 menit
tenderness) selama 2 jam pertama.
Mual muntah Lakukan persiapan rujukan
Nyeri bahu
Demam (> 38C)
8. Apa kewenangan bidan dalam kegawatdaruratan tersebut?

Tujuan manajemen penanganan ini adalah :

1. Menentukan sumber perdarahan

2. Mengecek keadaan janin jika memungkinkan

3. Memberikan dukungan emosional kepada ibu


Prinsip manajemen tersebut adalah :

1. Menilai keadaan ibu

2. Menilai keadaan janin

3. Memberikan dukungan mental pada ibu dan keluargany

4. Memberitahukan hasil pemeriksaan pada keluarga pada


pasien

5. Memberikan dukungan dan membiarkan pasien meluapkan


bentuk kesedihannya secara verbal.
Asuhan Psikologis

Banyak wanita yang merasa tidak berdaya, sedih, depresi


bahkan merasa tidak mampu memberikan keturunan lagi
pada suaminya. Bidan harus memberikan dukungan mental,
emosional, mengerti keadaan ibu dan berempati terhadap
ibu. Bidan harus menjadi pendengar yang baik terhadap
perasaan klien. Bidan harus memberikan dukungan juga
terhadap keluarga pasien.
Penanganan Segera

1. Mengambil riwayat klien secara akurat

2. Menilai keadaan umum pasien, seperti hidrasi, warna kulit,

dan segala tanda tanda syok

3. Memonitor TTV klien

4. Memeriksa pengeluaran / darah yang ada

5. Melakukan Informed consent untuk tindakan

6. Memberikan infus

7. Menjaga kehangatan pasien dan mempersiapkan rujukan


9. Apa peran bidan sesuai dengan kewenangannya terhadap
masing masing kasus abortus?

Abortus imminens

Tidak perlu pengobatan khusus atau tirah baring total.

Jangan melakukan aktivitas fisik berlebihan atau hubungan


seksual.
Jika perdarahan:

Berhenti; lakukan asuhan antenatal seperti biasa. Lakukan

penilaian jika perdarahan terjadi lagi.

Terus berlangsung; nilai kondisi janin (uji kehamilan atau USG).

Lakukan konfirmasi kemungkinan adanya penyebab lain.

Perdarahan berlanjut, khususnya jika ditemui uterus yang lebih

besar dari yang diharapkan, mungkin menunjukkan kehamilan

ganda atau mola.

Tidak perlu terapi hormonal (estrogen atau progestin) atau tokolitik

(seperti salbutamol atau indometasin) karena obat-obat ini tidak

dapat mencegah abortus.


Abortus Insipiens

Jika usia kehamilan kurang dari 16 minggu, berikan ergometrin 0,2

mg IM (dapat diulang sesudah 15 menit jika perlu) atau misoprostol

400 mcg per oral (dapat diulang sesudah 4 jam jika perlu), setelah itu

lakukan rujukan.

Jika usia kehamilan lebih dari 16 minggu, lakukan infus 20 unit

oksitosin dalam 500 ml cairan IV (garam fisiologik atau RL) dengan

kecepatan 40 tetes per menit, lalu lakukan rujukan.

Pastikan untuk tetap memantau kondisi ibu setelah penanganan.


Abortus Inkomplit

Jika perdarahan banyak atau terus berlangsung dan kehamilan


kurang dari 16 minggu, dan jika evakuasi belum dapat
dilakukan segera; beri ergometrin 0,2 mg IM (diulangi setelah
15 menit jika perlu) atau misoprostol 400 mcg per oral (dapat
diulangi setelah 4 jam jika perlu), lalu lakukan rujukan.

Jika perdarahan banyak atau terus berlangsung dan kehamilan


lebih dari 16 minggu; berikan infus oksitosin 20 unit oksitosin
dalam 500 ml cairan IV (garam fisiologik atau RL) dengan
kecepatan 40 tetes per menit, lalu lakukan rujukan.
Abortus Komplit

Tidak perlu evakuasi lagi

Observasi untuk melihat adanya perdarahan banyak

Pastikan untuk tetap memantau kondisi ibu setelah penanganan

Apabila terdapat anemia sedang, berikan tablet sulfas ferrosus 600

mg/hari selama 2 minggu, jika anemia berat berikan transfusi darah

Konseling Asuhan Pascakeguguran dan pemantauan lanjut.


10. Apa kaitkannya dengan standar pelayanan kebidanan dalam
hal kewenangan bidan pada kasus tersebut?

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia


Nomor 1464/Menkes/Per/X/2010 menyebutkan dalam pasal 9
ayat 1 bahwa bidan dalam menjalankan praktik, berwenang
untuk memberikan pelayanan yang meliputi pelayanan
kesehatan ibu, dan dalam pasal 10 ayat 3 menyebutkan bahwa
bidan dalam memberikan pelayanan, berwenang untuk
penanganan kegawatdaruratan dilanjutkan dengan perujukan.
Merujuk dari Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 1464/Menkes/Per/X/2010 dalam pasal 10 ayat 3, pada
saat ada komplikasi bidan melakukan kolaborasi atau rujukan
dengan tenaga kesehatan lain. Pada kasus ibu hamil dengan
abortus insipiens, bidan berwenang untuk melakukan
kolaborasi dengan dokter Sp.OG, perawat, dan tenaga
kesehatan lain dalam penanganan yang lebih spesifik.
Kasus 2

Seorang ibu dating ke BPS bernama Ny Halimah usia 26 tahun,


G2P1A0 usia kehamilan 7 minggu dengan keadaan sangat kesakitan
pada perut bagian bawah, keluar darah sedikit dari vaginanya.

Bidan Liana melakukan pengkajian, hasilnya adalah sebagai


berikut. Hasil anamnesanya : riwayat kehamilan dan persalinan yang
lalu tidak ada kelainan, anak pertamanya masih berusia 24 bulan.
Kehamilan ini tidak direncanakan, karena ibu masih menggunakan
IUD
Hasil pemeriksaan fisik adalah sebagai berikut, KU : lemas, tampak pucat
dan sangat kesakitan, TD : 80/50 mmHg, nadi cepat dan lemah,
ekstremitas teraba dingin. Palpasi abdomen : TFU belum teraba,
terdapat nyeri tekan dan nyeri lepas di abdomen bagian bawah.

Dari hasil pemeriksaan awal, bidan telah mendiagnosis dan


melakukan penatalaksanaan awal serta rujukan. Setelah dirujuk,
dokter kemudian melakukan pemeriksaan USG. Hasil pemeriksaan
USG: tidak tampak gestasional sack intrauterin, gestasional sack
terdapat di cavum douglas 0 18 ~ 4/5 minggu cairan bebas (+).
1. Menurut anda apa diagnosa yang tepat pada kasus tersebut?

G2P1A0 7 minggu dengan Kehamilan Ektopik Terganggu


2. Data apalagi yang dapat anda gali dan temukan untuk
menunjang diagnose tersebut?

Kehamilan ektopik adalah kehamilan dimana sel telur yang dibuahi

berimplantasi dan tumbuh diluar endometrium kavum uteri. Sebagian

kehamilan ektopik terdapat dituba uterina. Kehamilan ektopik dapat

mengalami abortus dan ruptur pada dinding tuba dan peristiwa ini

disebut kehamilan ektopik terganggu. Diagnosis kehamilan ektopik

terganggu yang mendadak biasanya tidak sulit karena selain gejala

kehamilan muda, juga terdapat nyeri perut bagian bawah, disertai

dengan perdarahan pervaginam.


Tanda-tanda lain adalah lemah, pucat, nyeri tekan perut

bawah, nyeri goyang serviks, syok serta cairan bebas

intraabdomen, penonjolan kavum douglas (pembuktian

melalui kuldosintesis). Pada kehamilan ektopik terganggu yang

kronik dan lama, tanda-tanda spesifik menjadi kurang jelas

sehingga menyulitkan mendiagnosis. Tidak jelas adanya

gangguan haid, gejala, tanda-tanda kehamilan muda, nyeri

akut perut bawah dan penderita tidak tampak terlalu pucat.

Pada kondisi ini, sangat diperlukan alat bantu untuk

memastikan diagnosis.
Faktor Predisposisi

1. Riwayat kehamilan ektopik sebelumnya

2. Riwayat operasi di daerah tuba dan/atau tubektomi

3. Riwayat penggunaan AKDR

4. Infertilitas

5. Riwayat inseminasi buatan atau teknologi bantuan reproduktif

6. Riwayat infeksi saluran kemih dan pelvic inflammatory disease/PID

7. Merokok

8. Riwayat abortus sebelumnya

9. Riwayat promiskuitas

10.Riwayat seksio sesarea sebelumnya


3. Apa penanganan awal yang dapat dilakukan bidan sesuai
dengan kasus tersebut?

Restorasi cairan tubuh dengan cairan kristaloid NaCl 0,9%


atau Ringer

Laktat (500 mL dalam 15 menit pertama) atau 2 L dalam


2 jam pertama.
4. Apa yang harus dilakukan oleh bidan berkaitan dengan proses
rujukan pada kasus tersebut?

Restorasi cairan tubuh dengan cairan kristaloid NaCl 0,9%

atau Ringer

Laktat (500 mL dalam 15 menit pertama) atau 2 L dalam 2

jam pertama.

Segera rujuk ibu ke rumah sakit.


5. Kemungkinan kejadian kegawatdaruratan apa yang dapat
terjadi pada pasien tersebut di atas?

Pada umumnya, ditemui kondisi gawat darurat dan abdominal akut

seperti:

1. Pucat/anemis

2. Kesadaran menurun dan lemah

3. Syok (hipovolemik) sehingga tekanan denyut nadi berkurang serta

meningkatnya frekuensi nadi (diatas 112x/menit)

4. Perut kembung (adanya cairan bebas intraabdomen) dan nyeri tekan

5. Nyeri perut bagian bawah jika tubuh digerakkan

6. Nyeri goyang porsio


6. Apa saja penyebab terjadinya kasus tersebut?

Ada berbagai macam faktor yang dapat menyebabkan kehamilan

ektopik. Namun perlu diingat bahwa kehamilan ektopik dapat terjadi

pada wanita tanpa faktor risiko. Faktor risiko kehamilan ektopik

adalah:

1. Riwayat kehamilan ektopik sebelumnya

Risiko paling besar untuk kehamilan ektopik. Angka kekambuhan

sebesar 15% setelah kehamilan ektopik pertama dan meningkat

sebanyak 30% setelah kehamilan ektopik kedua


2. Penggunaan kontrasepsi spiral dan pil progesteron

Kehamilan ektopik meningkat apabila ketika hamil, masih


menggunakan kontrasepsi spiral (3 4%). Pil yang
mengandung hormon progesteron juga meningkatkan
kehamilan ektopik karena pil progesteron dapat mengganggu
pergerakan sel rambut silia di saluran tuba yang membawa sel
telur yang sudah dibuahi untuk berimplantasi ke dalam rahim
3. Kerusakan dari saluran tuba

Telur yang sudah dibuahi mengalami kesulitan melalui saluran

tersebut sehingga menyebabkan telur melekat dan tumbuh di dalam

saluran tuba. Beberapa faktor risiko yang dapat menyebabkan

gangguan saluran tuba diantaranya adalah :

a. Merokok : kehamilan ektopik meningkat sebesar 1,6 3,5 kali

dibandingkan wanita yang tidak merokok. Hal ini disebabkan karena

merokok menyebabkan penundaan masa ovulasi (keluarnya telur

dari indung telur), gangguan pergerakan sel rambut silia di saluran

tuba, dan penurunan kekebalan tubuh


b. Penyakit Radang Panggul : menyebabkan perlekatan di
dalam saluran tuba, gangguan pergerakan sel rambut silia yang
dapat terjadi karena infeksi kuman TBC, klamidia, gonorea

c. Endometriosis : dapat menyebabkan jaringan parut di sekitar


saluran tuba

d. Tindakan medis : seperti operasi saluran tuba atau operasi


daerah panggul, pengobatan infertilitas seperti bayi tabung -->
menyebabkan parut pada rahim dan saluran tuba
7. Sebutkan dan jelaskan macam-macam tempat terjadinya
kehamilan dengan diagnosis kasus tersebut!

Klasifikasi kehamilan ektopik


berdasarkan tempat terjadinya
implantasi dari kehamilan ektopik,
dapat dibedakan menurut :
a. Kehamilan tuba adalah kehamilan ektopik pada setiap
bagian dari tuba fallopi. Sebagian besar kehamilan ektopik
berlokasi di tuba (95%). Konseptus dapat berimplantasi pada
ampulla (55%), isthmus (25%), fimbrial (17%), atau pun pada
interstisial (2%) dari tuba. Tuba fallopi mempunyai
kemampuan untuk berkembang yang terbatas, sehingga
sebagian besar akan pecah (ruptura) pada umur kehamilan 35-
40 hari.
b. Kehamilan ovarial merupakan bentuk yang
jarang (0,5%) dari seluruh kehamilan ektopik
dimana sel telur yang dibuahi bernidasi di
ovarium. Meskipun daya akomodasi ovarium
terhadap kehamilan lebih besar daripada daya
akomodasi tuba, kehamilan ovarium umumnya
mengalami ruptur pada tahap awal.
c. Kehamilan servikal adalah bentuk dari
kehamilan ektopik yang jarang sekali terjadi.
Nidasi terjadi dalam selaput lendir serviks.
Dengan tumbuhnya telur, serviks
mengembang. Kehamilan serviks jarang
melewati usia gestasi 20 minggu sehingga
umumnya hasil konsepsi masih kecil dan
dievakuasi dengan kuretase.
d. Kehamilan Abdominal, kehamilan ini terjadi satu dalam 15.000 kehamilan, atau kurang
dari 0,1% dari seluruh kehamilan ektopik. Kehamilan Abdominal ada 2 macam :

1) Primer , dimana telur dari awal mengadakan implantasi dalam rongga perut.

2) Sekunder, yaitu pembentukan zigot terjadi ditempat yang lain misalnya di dalam
saluran telur atau ovarium yang selanjutnya berpindah ke dalam rongga abdomen
oleh karena terlepas dari tempat asalnya. Hampir semua kasus kehamilan abdominal
merupakan kehamilan ektopik sekunder akibat ruptur atau aborsi kehamilan tuba
atau ovarium ke dalam rongga abdomen walaupun ada kalanya kehamilan
abdominal mencapai umur cukup bulan, hal ini jarang terjadi, yang lazim ialah
bahwa janin mati sebelum tercapai maturitas (bulan ke 5 atau ke 6) karena
pengambilan makanan kurang sempurna.
e. Kehamilan Heterotopik adalah kehamilan ektopik yang dapat terjadi
bersama dengan kehamilan intrauterin. Kehamilan heterotipik ini sangat
langka, terjadi satu dalam 17.000-30.000 kehamilan ektopik. Kehamilan
heterotopik dapat di bedakan atas :

1) Kehamilan kombinasi (Combined Ectopik Pregnancy) yaitu


kehamilan yang dapat berlangsung dalam waktu yang sama dengan
kehamilan intrautrin normal.

2) Kehamilan ektopik rangkap (Compound Ectopic Pregnancy) yaitu


terjadinya kehamilan intrauterin setelah lebih dahulu terjadi
kehmilan ektopik yang telah mati atau pun ruptur dan kehamilan
intrauterin yang terjadi kemudian berkembang seperti biasa.
f. Kehamilan interstisial yaitu implantasi
telur terjadi dalam pars interstitialis tuba.
Kehamilan ini juga disebut sebagai
kehamilan kornual (kahamilan intrauteri,
tetapi implantasi alasentanya di daerah
kornu, yang kaya akan pembuluh darah).
Karena lapisan myometrium di sini lebih
tebal maka ruptur terjadi lebih lambat kira-
kira pada bulan ke 3 atau ke 4. Kehamilan
interstisial merupakan penyebab kematian
utama dari kehamilan ektopik yang pecah.
g. Kehamilan intraligamenter, kehamilan intraligamenter
berasal dari kehamilan ektopik dalam tuba yang pecah.
Konseptus yang terjatuh ke dalam ruangan ekstra peritoneal ini
apabila lapisan korionnya melekat dengan baik dan
memperoleh vaskularisasi di situ fetusnya dapat hidup dan
berkembang dan tumbuh membesar. Dengan demikian proses
kehamilan ini serupa dengan kehmilan abdominal sekunder
karena keduanya berasal dari kehamilan ektopik dalam tuba
yang pecah.
h. Kehamilan tubouteina merupakan kehamilan yang semula
mengadakan implantasi pada tuba pars interstitialis, kemudian
mengadakan ekstensi secara perlahan-lahan ke dalam kavum uteri.

g. Kehamilan tuboabdominal berasal dari tuba, dimana zigot yang


semula megadakan implantasi di sekitar bagian fimbriae tuba, secara
berangsur mengadakan ekstensi ke kavum peritoneal.

h. Kehamilan tuboovarial digunakan bila kantung janin sebagian


melekat pada tuba dan sebagian pada jaringan ovarium.
8. Bagaimana patofisiologi terhadap terjadinya kasus tersebut di
atas?

Beberapa hal dibawah ini ada hubungannya dengan terjadinya


kehamilan ektopik:

Pengaruh faktor mekanik

Faktor-faktor mekanis yang menyebabkan kehamilan ektopik antara


lain: riwayat operasi tuba, salpingitis, perlekatan tuba akibat operasi
non-ginekologis seperti apendektomi, pajanan terhadap
diethylstilbestrol, salpingitis isthmica nodosum (penonjolan-
penonjolan kecil ke dalam lumen tuba yang menyerupai divertikula),
dan alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR).
Hal-hal tersebut secara umum menyebabkan perlengketan
intra- maupun ekstraluminal pada tuba, sehingga menghambat
perjalanan zigot menuju kavum uteri. Faktor mekanik lain
adalah pernah menderita kehamilan ektopik, pernah
mengalami operasi pada saluran telur seperti rekanalisasi atau
tubektomi parsial, induksi abortus berulang, tumor yang
mengganggu keutuhan saluran telur.
Pengaruh faktor fungsional

Faktor fungsional yaitu perubahan motilitas tuba yang

berhubungan dengan faktor hormonal. Dalam hal ini gerakan

peristalsis tuba menjadi lamban, sehingga implantasi zigot

terjadi sebelum zigot mencapai kavum uteri. Gangguan

motilitas tuba dapat disebabkan oleh perobahan keseimbangan

kadar estrogen dan progesteron serum.


Dalam hal ini terjadi perubahan jumlah dan afinitas reseptor
adrenergik yang terdapat dalam utrus dan otot polos dari
saluran telur. Ini berlaku untuk kehamilan ektopik yang terjadi
pada akseptor kontrasepsi oral yang mengandung hanya
progestagen saja, setelah memakai estrogen dosis tinggi
pascaovulasi untuk mencegah kehamilan. Merokok pada waktu
terjadi konsepsi dilaporkan meningkatkan insiden kehamilan
ektopik yang diperkirakan sebagai akibat perubahan jumlah
dan afinitas reseptor adrenergik dalam tuba.
Kegagalan kontrasepsi

Sebenarnya insiden sesungguhnya kehamilan ektopik berkurang


karena kontrasepsi sendiri mengurangi insidensi kehamilan. Akan
tetapi dikalangan para akseptor bisa terjadi kenaikan insiden
kehamilan ektopik apabila terjadi kegagalan pada teknik sterilisasi.
Alat kontrasepsi dalam rahim selama ini dianggap sebagai penyebab
kehamilan ektopik. Namun ternyata hanya AKDR yang mengandung
progesteron yang meningkatkan frekuensi kehamilan ektopik. AKDR
tanpa progesteron tidak meningkatkan risiko kehamilan ektopik,
tetapi bila terjadi kehamilan pada wanita yang menggunakan AKDR,
besar kemungkinan kehamilan tersebut adalah kehamilan ektopik.
Peningkatan afinitas mukosa tuba

Dalam hal ini terdapat elemen endometrium ektopik yang berdaya


meningkatkan implantasi pada tuba.

Pengaruh proses bayi tabung

Beberapa kejadian kehamilan ektopik dilaporkan terjadi pada proses


kehamilan yang terjadi dengan bantuan teknik-teknik reproduksi (assisted
reproduction). Kehamilan tuba dilaporkan terjadi pada GIFT (gamete
intrafallopian transfer), IVF (in vitro fertilization), ovum transfer, dan
induksi ovulasi. Induksi ovulasi dengan human pituitary hormone dan
hCG dapat menyebabkan kehamilan ektopik bila pada waktu ovulasi
terjadi peningkatan pengeluaran estrogen urin melebihi 200 mg sehari.
9. Secara teori, apa penatalaksanaan umum kasus tersebut?

Ingat: kehamilan muda yang disertai gejala gejala tidak umum pada daerah abdomen,
hendaknya dipikirkan kehamilan ektopik sebagai salah satu diagnosisi banding

Upayakan untuk dapat menegakkan daignosis karena gejala hamil ektopik sangat variatif
berkaitan dengan tahapan perkembangan penyakit

Kehamilan ektopik (belum atau sudah terganggu) memerlukan penanganan segera di fasilitas
kesehatan yang mempunyai sarana lengkap

Perdarahan yang terjadi dapat mencapai jumlah yang sanagt banyak sehingga diperlukan
penyediaan darah pengganti

Jenis tindakan pada tempat implantasi (tuba, ovarium, ligamentum) tergantung dari upaya
penyelamatan jiwa dan konservasi reproduksi
10. Apa kewenangan bidan dalam penanganan kegawatdaruratan
yang dapat terjadi pada kasus tersebut?

Setelah diagnosis ditegakkan, segera lakukan persiapan untuk


tindakan operatif gawat darurat

Ketersediaan darah pengganti bukan menjadi syarat untuk melakukan


tindakan operatif karena sumber perdarahan harus segera dihentikan

Upaya stabilisasi dilakukan dengan segera merestorasi cairan tubuh


dengan cairan kristaloid NS atau RL (500 ml dalam 15 menit
pertama) atau 2L dalam 2 jam pertama (termasuk selama tindakan
berlangsung)

Merujuk ibu
11. Penanganan pada kasus tersebut berkaitan dengan standar pelayanan
kebidanan yang mana? Dan lakukan analisis terhadap SPK berkaitan
dengan kasus tersebut

Sesuai dengan standar asuhan pelayanan kebidanan, yang dapat bidan lakukan yaitu:

Mengkaji melalui data subjektif dan objektif

Data subjektif: riwayat kehamilan dan persalinan yang lalu tidak ada kelainan, anak
pertamanya masih berusia 24 bulan. Kehamilan ini tidak direncanakan, karena ibu masih
menggunakan IUD.

Data objektif: Hasil pemeriksaan fisik adalah sebagai berikut, KU : lemas, tampak pucat dan
sangat kesakitan, TD : 80/50 mmHg, nadi cepat dan lemah, ekstremitas teraba dingin. Palpasi
abdomen : TFU belum teraba, terdapat nyeri tekan dan nyeri lepas di abdomen bagian
bawah.

Menentukan diagnosa berdasarkan data subjektif dan objektif, bahwa ibu mengalami KET

Menentukan rencana asuhan

Upaya stabilisasi dilakukan dengan segera merestorasi cairan tubuh dengan cairan kristaloid NS
atau RL (500 ml dalam 15 menit pertama) atau 2L dalam 2 jam pertama (termasuk selama
tindakan berlangsung)

Evaluasi

dokumentasi
12. Landasan apa yang memperkuat tindakan/kewenangan
bidandalampenatalaksanaankasustersebut?
Kasus 3
Ny Susana berusia 28 tahun, G2P1A0 usia kehamilan 15 minggu
datang sendiri ke BPM Bidan Anggun dengan keluhan keluar
darah banyak dari vaginanya disertai keluar gelembung-
gelembung seperti anggur.

Hasil anamnesa: sejak awal kehamilan ibu mengalami mual


muntah yang hebat. Ibu tidak memilki riwayat penyakit
hipertensi, DM dan penyakit infeksi berat lainnya.

Hasil pemeriksaan fisik ditemukan:


TD: 170/100 mmHg, Nadi: 100 x/menit, Respirasi: 20 x/menit.
Wajah pucat kekuningan, ada pembesaran kelenjar tiroid.
Pemeriksaan payudara dalam batas normal. Abdomen: palpasi
uterus teraba lembek. TFU 3 jari di bawah pusat. DJJ: tidak
ada. Genital: terdapat darah/vesikel-vesikel yang menyerupai
buah anggur, serviks teraba lembut, ada pembukaan 1 cm.
Pemeriksaan lab: Hb 9 gr%, protein urin (++).
Bidan anggun kemudian melakukan penatalaksanaan awal pada
Ny.susana, kemudian merujuknya dengan prinsip
BAKSOKUDO.Pada saat merujuk, tidak ada satupun pihak
keluarga yang menemani.
1. Apa diagnose yang tepat pada kasus tersebut di atas?

Diganosa : G2P1A0 kemungkinan hamil usia 15 minggu dengan

kemungkinan Molahidatidosa

Pengertian Molahidatidosa

Mola hidatidosa adalah suatu kehamilan yangberkembang tidak wajar

dimana tidak ditemukan janin dan hampir seluruh vili korialis

mengalami perubahan berupa degenerasi hidropik. Secara makroskopik,

mola hidatidosa mudah dikenal yaitu berupa gelembung gellembung

putih, tembus pandang, berisi cairan jernih dengan ukuran bervariasi

dan beberapa milimeter sampai 1 atau 2 cm.


2. Pemeriksaan apa yang menurut anda dapat melengkapi
untuk penentuan diagnosis kasus di atas?

Berikut ini adalah beberapa pemeriksaan yang dapat melengkapi

penentuan diagnosis molahidatidosa

Sebelum dikonsultasikan ke dokter :

Keluhan utama biasanya amenore dan perdarahan pervaginam.

Perubahan yang menyertai yaitu uterus lebih besar dari usia

kehamilan

Tidak terdengar DJJ.

Keluar gelembung mola (dalam perdarahan)


Setelah dikonsultasikan ke dokter:

Pemeriksaan kadar hCG. Kadar hCG secara abnormal meningkat

selama kehamilan. Pada kehamilan biasa, hCG darah paling tinggi

100.000 I/L sedangkan pada mola hidatidosa bisa mencapai

5.000.000 IU/L

Hasil pemeriksaan USG, biasanya tidak ditemukan gestasional sac

dan janin, yang terlihat adalah vili yang membesar, bekuan-bekuan,

ovarium yang membesar dan kista ovarium.

Hasil pemeriksaan rontgen pada dada mungkin saja memperlihatkan

adanya benda asing (contohnya virus atau bakteri pneumonia) atau

ada emboli paru.


Dari hasil pemeriksaan darah lengkap mungkin ada penurunan
hemoglobin/hematokrit, eritrosit (jika sebelumnya pernah
kehilangan banyak darah)

Penurunan kadar trombosit jika ada koagulopati

Hasil pemeriksaan hati, kadar transaminase mungkin


meningkat jika ada coexsistent preeclampsia atau koagulopati.
Pemeriksaan fungsi ginjal, kadar Blood Urea Nitrogen (BUN)
dan kreatinin akan meningkat jika ada penurunan fungsi ginjal
karena perdarahan, koagulopati, atau coexsistent preeclampsia.

Pemeriksaan Tiroid, adanya kemungkinan peningkatan kadar


T3 dan T4.

Mungkin terdapat protein dalam urin.


3. Apa penyebab terjadinya kasus di atas?

Sampai sekarang belum diketahui etiologi dari mola hidatidosa, yang


baru diketahui adalah faktor risikonya yaitu:

Usia, mola hidatidosa lebih banyak lebih banyak ditemukan pada


wanita hamil berumur di bawah 20 tahun dan diatas 35 tahun.

Etnik, lebih banyak ditemukan pada mongoloid

Genetik,wanita dengan balance translocatiom mempunyai risiko


lebih tinggi.

Gizi, molahidatidosa banyak ditemukan pada mereka yang


kekurangan protein.
4. Bagaimana patofisiologi terjadinya kasus di atas?

Mola hidatodosa berkembang dari trofoblas ekstraembrionik,


degenerasi dari vili yang disertai pembengkakan hidropik.

Mola hidatidosa dibagi menjadi dua yaitu :

Mola Hidatidosa komplet (MHK), merupakan kehamilan


abnormal ttanpa embrio yang seluruh vili koriolisnya
mengalami degenerasi hidropik yang menyerupai anggu.
Mikroskopik tampak edema stroma vili tanpa vaskularisasi
diserttai hiperplasia dari kedua lapisan trofoblas.
Mola hidatidosa parsial (MHP), seperti pada MHK, tetapi
disini masih ditemukan embrio yang biasanya mati pada masa
dini. Degenerasi hidropik dari vili bersifat setempat, dan yang
mengalami hiperplasi hanya sinsitio trofoblas saja.
5. Kegawatdaruratan yang mungkin terjadi berkenaan kasus diatas

Komplikasi yang dapat terjadi antara lain : Perdarahan hebat,


perdarahan berulang, Anemia, Syok, Infeksi, Perforasi uterus,
Keganasan bila terjadi mola destruens/ koriokarsinoma
6. Kewenangan bidan sehubung dengan penanganan
kegawatdaruratan

Yang terjadi adalah mengurangi komplikasi perdarahan hebat,


perdarahan berulang, anemia, syok,infeksi dengan
a.Penanganan bidan dengan kasus kegawatdaruratan yang terjadi
B. Menegakkan diagnosis yang mungkin terjadi
C. Memperbaiki keadaan umum pasien seperti memberikan infus dan
transfuse darah
D. Melakukan rujukan pasien dan menghubungi keluarga pasien
7, Penanganan kasus diatas secara umum

Lihat bagian perdarahan pada trimester pertama

Rujuk kedokter karena mola perlu diangkat

Mola hidatidosa biasanya jinak, tetapi dapat menjadi penyakit


trofoblas ganas.

Jenis penyakit trofblas ganas.

1) kariokarsinoma : bermetastasis cepat pada awal kehamilan. Dikenal


sebagai kanker yang tumbuhdengan cepat; oleh karena itu, amat
berespons terhadap kemoterapi

2) korioadenoma: tidak bermetastasis cepat. Dapat disembuhkan dengan


hihisterektomi bila tetap berada diuterus
Terapi tindak lanjut untuk mola hidatidosa setelah pengangkatan:

Pantau kadar HCG serum dua minggu sekali sampai temuan


negative, lalu tiap bulan selama 1 tahun. Wanita dianjurkan
untuk tidak hamil lagi setelah setahun kadar negative

Bila pasien rh(d) negative, pasien perlu diberikan rhogam

Bila ganas, rujuk untuk kemoterapi


8. Pada saat merujuk, apa yang harus dilakukan oleh bidan
sehubungan dengan tidak ada satupun pihak keluarga
mengantarkan Ny Susana?

Komunikasikan rencana merujuk dengan ibu dan keluarganya, bila


keluarga tidak ada maka bidan harus menghubungi keluarganya
seperti menelponnya karena rujukan harus medapatkan pesetujuan
dari ibu dan/atau keluarganya. Tenaga kesehatan perlu memberikan
kesempatan, apabila situasi memungkinkan, untuk menjawab
pertimbangan dan pertanyaan ibu serta keluarganya. Beberapa hal
yang disampaikan sebaiknya meliputi:
Diagnosis dan tindakan medis yang diperlukan

Alasan untuk merujuk ibu

Risiko yang dapat timbul bila rujukan tidak dilakukan

Risiko yang dapat timbul selama rujukan dilakukan

Waktu yang tepat untuk merujuk dan durasi yang dibutuhkan


untuk merujuk
Tujuan rujukan

Modalitas dan cara transportasi yang digunakan

Nama tenaga kesehatan yang akan menemani ibu

Jam operasional dan nomer telepon rumah sakit/pusat


layanan kesehatan yang dituju

Perkiraan lamanya waktu perawatan

Perkiraan biaya dan sistem pembiayaan (termasuk


dokumen kelengkapan untuk Jampersal, Jamkesmas, atau asuransi
kesehatan)

Petunjuk arah dan cara menuju tujuan rujukan dengan


menggunakan modalitas transportasi lain

Pilihan akomodasi untuk keluarga


Hubungi pusat layanan kesehatan yang menjadi tujuan rujukan dan
sampaikan kepada tenaga kesehatan yang akan menerima pasien hal-
hal berikut ini:

Indikasi rujukan

Kondisi ibu dan janin

Rencana terkait prosedur teknis rujukan (termasuk kondisi


lingkungan dan cuaca menuju tujuan rujukan)

Kesiapan sarana dan prasarana di tujuan rujukan

Penatalaksanaan yang sebaiknya dilakukan selama dan


sebelum transportasi, berdasarkan pengalaman-pengalaman
rujukan sebelumnya
Hal yang perlu dicatat oleh pusat layanan kesehatan yang akan
menerima pasien adalah:

Nama pasien

Nama tenaga kesehatan yang merujuk

Indikasi rujukan

Kondisi ibu dan janin

Penatalaksanaan yang telah dilakukan sebelumnya

Nama dan profesi tenaga kesehatan yang mendampingi pasien


Saat berkomunikasi lewat telepon, pastikan hal-hal tersebut telah
dicatat dan diketahui oleh tenaga kesehatan di pusat layanan kesehatan
yang akan menerima pasien.

Lengkapi dan kirimlah berkas-berkas berikut ini (secara langsung


ataupun melalui faksimili) sesegera mungkin:

Formulir rujukan pasien (minimal berisi identitas ibu,


hasil pemeriksaan, diagnosis kerja, terapi yang telah diberikan,
tujuan rujukan, serta nama dan tanda tangan tenaga kesehatan
yang memberi pelayanan)
Fotokopi rekam medis kunjungan antenatal

Fotokopi rekam medis yang berkaitan dengan kondisi saat ini

Hasil pemeriksaan penunjang

Berkas-berkas lain untuk pembiayaan menggunakan


jaminan kesehatan
Pastikan ibu yang dirujuk telah mengenakan gelang identifikasi.
Bila terdapat indikasi, pasien dapat dipasang jalur intravena
dengan kanul berukuran 16 atau 18.
Mulai penatalaksanaan dan pemberian obat-obatan sesuai
indikasi segera setelah berdiskusi dengan tenaga kesehatan di tujuan
rujukan. Semua resusitasi, penanganan kegawatdaruratan dilakukan
sebelum memindahkan pasien.
Periksa kelengkapan alat dan perlengkapan yang akan digunakan
untuk merujuk, dengan mempertimbangkan juga kemungkinan yang
dapat terjadi selama transportasi.
Selalu siap sedia untuk kemungkinan terburuk.
Untuk memudahkan dan meminimalkan resiko dalam
perjalanan rujukan, keperluan untuk merujuk ibu dapat
diringkas menjadi baksoku(bidan, alat, keluarga, surat, obat,
kendaraan, dan uang)
Daftar pustaka

Morgan, geri. 2009. Obstetric dan ginekologi Jakarta.EGC


Sarwono, prawirohardjo.2010.ilmu kebidanan.jakarta. PT.Bina pustaka
WHO.Pembelajaran kesehatan ibu dan anak http://www.edukia.org/web/kbibu/2-1-3-sistem-dan-cara-
rujukan/(diakses 29 april 2014)
IBI. 2002. Buku Panduan Praktis Maternal Neonatal. Jakarta: PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Affandi, Biran., dkk. 2002. Paket Pelatihan Klinik Asuhan Pascakeguguran. Jakarta: JNPK-KR/POGI.
Sellers, Pauline. 1993. Midwifery. South Africa: Juta & Co, Ltd.
Bangun, Rospida. 2008. Karakteristik Ibu Penderita Kehamilan Ektopik Terganggu. Diakses pada
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14667/1/09E00840.pdf tanggal 28 April 2014
Saifuddin, dkk. 2002. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta :
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Bilqis : tanda gejala komplikasi ada nyeri bahu.
Kenapa ada nyeri bahu? Apa hubungannya
perforasi uterus dengan nyeri bahu?
Nyeri bahu itu merupakan nyeri alih, ada
hubungan antara saraf dari abdomen ke
bahu. Penanganan abortus yang bisa
dilakukan di BPM ? Iminens

Wina : Bidan bisa mengecek keadaan janin pada


Bagaimana?
Rizki : ab. iminens tidak perlu tirah baring total. Kenapa? Jenis abortus apa yang dapat
ditangani oleh bidan.
Ab. Iminens itu masih bisa dipertahankan, tidak harus dirawat, lebih ke
pembatasan aktivitas.
Ab yang dapat ditangani bidan. Kepmenkes 369 abortus iminens

Dwi : Missed abortion. Kenapa bisa tertahan lama? Apakah ada efek terhadap ibu?
Etiologi nya tidak diketahui diduga karena kadar progesteron, biasanya terjadi
pada pasien dengan riwayat ab. Iminens. Ibu merasa sembuh dan ternyata
pertumbuhan janin terhenti, lakukan tes urin dan usg.
Kurang deteksi, ibu yang tidak memeriksakan kehamilan, banyak faktor lain.
Sebagai bidan kita tidak boleh membiarkan missed abortion terjadi.
Plasenta melekat sangat kuat didalam, o u tertutup jadi tertahan bayinya.
Efeknya : jika tidak terdeteksi kehamilan membatu.

Ika : Bidan harus memberikan dukungan psikologis kepada pasien. Kapan?


Bidan jadi pendengar yang baik dulu, pada fase penerimaan baru berperan. Jangan
memaksakan kehendak. Berkolaborasi dengan keluarga pasien
Asma : bagaimana Penatalaksanaan pasca abortus? (nisa)

Anda mungkin juga menyukai