Anda di halaman 1dari 55

LUKA BAKAR THERMAL

Oleh: Charan Kamal Kaur Toor


1740312409
Perceptor : dr. Deddy Saputra, Sp.BP
BAB 1 PENDAHULUAN

Luka bakar adalah cedera Wanita di Asia Tenggara


pada kulit atau jaringan mengalami luka bakar
organic lainnya yang lebih sering 27%
disebabkan oleh panas atau daripada negara lainnya
termasuk radiasi, radioaktif, dan 70% lebih banyak
listrik, atau kontak dengan daripada wilayah
bahan kimia. Luka bakar sekitarnya. Frekuensi
dapat terjadi bila kulit atau tersebut kebanyakan
jaringan lainnya dirusak disebabkan oleh ledakan
oleh cairan panas, benda kompor gas.
panas atau api .

Luka bakar menjadi


masalah, karena angka
morbiditas dan mortalitas
yang tinggi. Terutama pada
luka bakar derajat II dan III
yang lebih dari 40%, dengan
angka kematian 37,38 %.
 Tujuan Penulisan
 Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk menambah pengetahuan dan pemahaman mengenai luka
bakar.

 Batasan Masalah
 Makalah ini menbahas mengenai definisi, epidemiologi, eetiologi, pathogenesis, diagnosis, komplikasi,
diagnosis banding, terapi, pencegahan dan laporan kasus luka bakar.

 Metode Penulisan
 Metode penulisan makalah ini adalah tinjauan teori dari berbagai kepustakaan, laporan kasus dari
pasien, serta pembahasan antara teori yang ada dengan kasus yang didapatkan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi dan fisiologi
kulit

Kulit adalah organ terbesar di tubuh,


tidak hanya berfungsi sebagai sawar
mekanis antara lingkungan eksternal
dan jaringan dibawahnya. Kulit terdiri
dari tiga lapisan, epidermis disebelah
luar dan dermis disebelah dalam dan
hypodermis.
lapisan jaringan ikat yang
mengandung banyak serat elstin Reseptor-reseptor di ujung perifer
(untuk peregangan) dan serat serat saraf aferen di dermis
kolagen (untuk kekuatan), serta mendeteksi tekanan,suhu,nyeri,dan
sejumlah besar pembuluh darah dan masukkan somatosensorik lainnya.
ujung-ujung saraf khusus

DERMIS

Superficial yang tipis yang dikenal


Dan bagian yang paling tebal yang
dengan papilary layer, terdapat
dikenal dengan reticular layer,
fibroblast, serat elastin dan kolagen
terdapat serat kolagen tipe 2, terisi
tipe 3 serta banyak terdapat
matriks ekstrasel.
kapiler.
Fungsi dermis sendiri yaitu :

 Melindungi dari trauma dengan elastisitas, daya tahan dan komponennya.


 Menjaga keseimbangan cairan melalui regulasi aliran darah kulit
 Termoregulasi melalui control aliran darah.
 Faktor pertumbuhan dan arah kontak pada replikasi epidermis dan perbaikan dermis.
Hypodermis merupakan bagian dalam dari
lapisan reticular layer. Jaringan
penyambung jarang terbungkus oleh
Kelenjar eksokrin kulit terdiri dari kelenjar
serabut kolagen, serta banyak mengandung
sebasea,yang menghasilkan sebum.
jaringan lemak terutama bagian perut dan
pinggul yg dapat mencapai ketebalan 3 cm
→ lapisan ini disebut panniculus adiposus.

HYPODERMIS
2.2 Definisi Luka Bakar

Menurut WHO, luka bakar adalah luka yang terjadi akibat sentuhan permukaan tubuh
dengan benda-benda yang menghasilkan panas seperti, api secara langsung (flame)
maupun tidak langsung (flash), terkena air panas (scald), tersentuh benda panas,
sengatan matahari (sunburn), listrik, maupun bahan kimia, dan lain-lain
2.4 Klasifiasi Luka Bakar

 Luka bakar dapat diklasifikasikan berdasarkan penyebab luka bakar, derajat keparahan luka dan
bedasarkan kedalaman lukanya.

 Berdasarkan penyebabnya luka bakar bakar dapat dibedakan menjadi luka bakar yang disebabkan
oleh api, air panas, radiasi, radioaktif, listrik, atau kimia.

 Berdasarkan derajat keparahannya luka bakar dibagi menjadi 3 kelompok yaitu derajat ringan,
derajat sedang, dan derajat berat.
Kriteria derajat keparahan luka bakar
2.5 Klasifikasi berdasarkan kedalaman Luka Bakar

Derajat luka bakar dibedakan menjadi 3 tingkatan berdasarkan kedalaman luka merusak lapisan kulit, yaitu :

I. Luka Bakar Derajat I (Superficial burn)


 Luka bakar derajat I hanya mengenai epidermis dan biasanya sembuh dalam 5-7 hari. Luka tampak sebagai
eritema dengan keluhan rasa nyeri atau hipersensitifitas setempat dan tidak ada bulla. Contoh luka bakar
derajat I seperti akibat tersengat matahari. Luka dapat sembuh tanpa bekas. Karena tidak berbahaya,
luka bakar derajat I tidak memerlukan pemberian cairan intravena.
II. Luka Bakar Derajat II (Partial thickness burn)
 Luka bakar derajat II kedalaman luka mencapai lapisan dermis. Tetapi masih ada elemen epitel vital yang
menjadi dasar regenerasi dan epitelisasi.
 Luka dapat sembuh sendiri dalam 2-3 minggu. Gejala yang timbul adalah kemerahan / campuran,
epidermis rusak, nyeri, sensitif terhadap udara, bengkak, permukaan basah dan berair serta terdapat
gelembung atau bulla berisi cairan eksudat yang keluar dari pembuluh darah karena permeabilitas
meningkat.
Derajat IIA (Superficial partial thickness burn)
 Kerusakan mengenai bagian epidermis dan lapisan atas dari dermis. Penyembuhan terjadi secara spontan
dalam waktu 10-14 hari tanpa terbentuk sikatriks.
Derajat IIB (Deep partial thickness burn)
 Kerusakan mengenai hampir seluruh bagian dermis dan sisa-sisa jaringan epitel sehat tinggal sedikit.
Penyembuhan terjadi lebih lama dan disertai parut hipertrofi. Biasanya penyembuhan terjadi dalam
waktu > 1 bulan.
III. Luka Bakar Derajat III (Full thickness burn)
 Luka bakar derajat III kerusakannya meliputi seluruh kedalaman kulit dan mungkin subkutis atau organ
yang lebih dalam.
 Kulit tampak pucat abu-abu gelap atau hitam, dengan permukaan lebih rendah dari jaringan sekeliling
yang masih sehat, tidak ada bulla dan tidak terasa nyeri.
Kriteria Berat Ringannya Luka Bakar
( American Burn Association )
a. Kriteria luka bakar ringan:
 Luka bakar derajat II < 15%.
 Luka bakar derajat II < 10% pada anak-anak.
 Luka bakar derajat III< 2%.
b. Kriteria luka bakar sedang:
 Luka bakar derajat II 10-25% pada orang dewasa.
 Luka bakar derajat II 10-20% pada anak-anak.
 Luka bakar derajat III <10%.
c. Kriteria luka bakar berat:
 Luka bakar derajat II 25% atau lebih pada orang dewasa.
 Luka bakar derajat II 20% atau lebih pada anak-anak.
 Luka bakar derajat III 10% atau lebih.
 Luka bakar mengenai tangan, wajah, telinga, mata, kaki, dan genitalia/perineum.
 Luka bakar dengan cedera inhalasi, listrik, disertai trauma lain.
2.6 ETIOLOGI LUKA BAKAR

 Cairan panas (air, minyak, kuah)


 Api (Bensin, Minyak tanah, Gas LPG)
 Listrik (PLN, Petir )
 Zat kimia (Asam, Basa, Kosmetik )
 Radiasi (Matahari, Radioterapi, Bom)
2.7 PATHOFISIOLOGI
2.8 FASE LUKA BAKAR

FASE LUKA BAKAR


1.FASE AKUT / FASE SYOK / FASE AWAL
 - PROBLEM PERNAFASAN, CIRCULATION, DAN CAIRAN
 - LUKA

 2.FASE SUBAKUT
 - DALAM PERAWATAN
 - PROBLEM LUKA, INFEKSI, SEPSIS

 3.FASE LANJUT
 - SETELAH BEROBAT JALAN
 - PROBLEM PARUT, KONTRAKTUR
Menurut Jackson Model pada tahun 1947
2.9 PENILAIAN LUAS LUKA BAKAR

(Rule of nine)
Lund and Browder Chart Rumus Luas Permukaan
Telapak Tangan
2.9.1 Penanganan Luka Bakar

Penanganan pasien korban kebakaran dapat dilakukan berdasarkan structure of EMSB, yaitu survei
primer, FATT, survei sekunder.
Penatalaksanaan jalan napas dan manajemen tulang servikal

 Nilai patensi jalan napas, cara termudah adalah berbicara dengan pasien. Jika tidak paten, bersihkan
jalan napas dari benda asing dan membuka jalan napas dengan manuver chin lift/jaw thrust. Jaga
gerakan tulang servikal seminim mungkin dan jangan melakukan fleksi dan ekstensi kepala dan leher.
 Manajemen tulang belakang servikal (terbaik dengan rigid collar).

Pernapasan dan Ventilasi


 Paparkan dada dan pastikan bahwa ekspansi rongga toraks adekuat dan simetri.
 Berikan oksigen 100% (15 L/menit) menggunakan non–rebreather mask .
 Bila diperlukan, ventilasi menggunakan bag dan sungkup atau, intubasi bila perlu.
 Keracunan karbon monoksida dapat menyebabkan pasien bewarna merah–buah cherry, dan pasien tidak
bernapas.
Sirkulasi dan Kontrol Perdarahan
 Lakukan penekanan pada pusat perdarahan
 Pucat menunjukkan kehilangan 30% volume darah.
 Perubahan status mental terjadi pada kehilangan 50% volume darah.
 Periksa pulsasi sentral – apakah kuat atau lemah?
 Periksa tekanan darah
 Periksa capillary refill (sentral dan perifer) – normal bila ≤2 detik. Bila >2 detik menunjukkan
hipovolemia atau kebutuhan untuk eskarotomi pada tungkai bersangkutan, periksa tungkai lainnya.
 Masukkan 2 buah kateter IV

Disabilitas: Status Neurologis


 - Tetapkan derajat kesadaran:
 A– dari Alert (Sadar, waspada)
 V– dari Vocal (Respon terhadap rangsang suara)
 P– dari Pain (Respon terhadap rangsang nyeri)
 U– dari Unresponsive (Tidak memberi respon)
Exposure
 - Lepaskan semua pakaian dan perhiasan termasuk anting dan jam tangan
 - Miringkan pasien untuk visualisasi sisi posterior
 - Jaga agar pasien tetap hangat

B. FATT (Fluids, Analgesia, Test, Tube)


 - Kristaloid (misal: larutan Hartmann atau Plasmalyte) adalah cairan yang direkomendasikan.
 - Separuh cairan berdasarkan perhitungan diberikan dalam delapan jam pertama, sisanya
diberikan selama enam belas jam berikutnya.
 Rumus Baxter = 3cc x % luas luka bakar x berat badan (kg)
 Hasil yang didapatkan, separuhnya diberikan dalam 8 jam pertama, sisanya diberikan dalam 16 jam. Hari
pertama terutama diberikan elektrolit yaitu Ringer laktat karena defisit ion Na. Hari kedua diberikan
setengah cairan pertama. Pemberian cairan dapat ditambah jika perlu, seperti pada keadaan syok atau
jika diuresis kurang.
Analgesia
 Nyeri: berikan morfin iv 0. 05–0.1 mg/kg

Tube
 Pemasangan NGT dan kateter
 Insersi NGT pada luka bakar luas (> 10% pada anak–anak,> 20% pada dewasa) bila dijumpai cedera
penyerta, atau untuk melakukan dekompresi saluran cerna. Gastroparesis merupakan hal yang umum
terjadi.

Secondary Survey ( HEAD TO TOE )


Riwayat Penyakit:
 A – Alergy
 M – Medicine (obat–obatan yang baru dikonsumsi)
 P – Past illness (penyakit sebelum terjadi trauma)
 L – Last meal (makan terakhir)
 E – Event (peristiwa yang terjadi saat trauma)

Penanganan Lokal
Luka bakar derajat satu dan dua diharapkan sembuh sendiri, asal dijaga agar
elemen epitel tersebut tidak hancur atau rusak karena infeksi

Pada luka lebih dalam, perlu diusahakan secepat mungkin pembuangan


jaringan kulit yang mati dan memberi obat topikal

Perawatan setempat dapat dilakukan secara terbuka atau tertutup

Luka akibat asam hidrofluorida perlu dilavase (cuci bilas) sebanyak-banyaknya


dan diberi gel kalsium glukonat topikal. Pemberian kalsium sistemik

Penderita yang sudah mulai stabil keadaanya memerlukan fisioterapi untuk


memperlancar peredaran darah dan mencegah kekakuan sendi.
Tindakan Bedah
Eskarotomi • luka bakar derajat tiga yang melingkar pada ekstremitas atau tubuh

• sedini mungkin untuk membuang jaringan mati dengan eksisi tangensial


• Biasanya eksisi dilakukan hari ke-3 sampai hari ke-7
Debridemant • sebaiknya tidak dilakukan lebih dari 10% luas permukaan tubuh, karena dapat
menyebabkan perdarahan yang cukup banyak

Skin graft • dapat dilakukan sebelum hari ke-10, yaitu sebelum terjadi granulasi
Nutrisi
Minuman Makanan Tambahan

• segera setelah peristaltik • segera setelah dapat minum • Vitamin A, B dan D


menjadi normal tanpa kesulitan • Vitamin C 500 mg
• sebanyak 25mL/kgBB/hari • sedapat mungkin 2500 kalori/ • Fe Sulfat 500 mg
• sampai diuresis mencapai hari • mukoprotektor
sekurang-kurangnya 30 • sedapat mungkin mendapat
mL/jam 100 - 150 gram protein/hari
Kriteria merujuk pasien luka bakar yang perlu dirujuk ke pusat luka bakar menurut American Burn
Association, sebagai berikut:

 Luka bakar der. II dan III >10% luas permukaan tubuh pada pasien berumur <10 tahun atau >50 tahun.
 Luka bakar der. II dan III >20% di luar usia tersebut diatas.
 Luka bakar der. II dan III yang mengenai wajah, mata, telinga, tangan, kaki, genitalia, atau perineum
atau yang mengenai kulit sendi-sendi utama.
 Luka bakar der. III >5% luas permukaan tubuh pada semua umur.
 Luka bakar listrik, termasuk tersambar petir (kerusakan jaringan bawah kulit hebat dan menyebabkan
gagal ginjal akut serta komplikasi lain).
 Luka bakar kimia
 Trauma inhalasi
 Luka bakar pada pasien yang karena penyakit yang sedang dideritanya dapat mempersulit penanganan,
memperpanjang pemulihan, atau dapat mengakibatkan kematian.
 Luka bakar dengan cedera penyerta yang menambah resiko morbiditas dan mortalitas, ditangani
dahulu di UGD sampai stabil, baru dirujuk ke pusat luka bakar.
Komplikasi
Syok hipovolemik

Infeksi

Perubahan dari saluran cerna

Iskemik

Jaringan parut dan kontraktur

Gangguan fungsi paru

atelektasis, pneumonia atau insufisiensi fungsi paru pascatrauma


Prognosis

 Prognosis pasien luka bakar ditentukan oleh:


 Derajat luka bakar (dalam)
 Luas permukaan
 Daerah
 Usia
 Keadaan kesehatan
BAB III
LAPORAN KASUS
Identitas Pasien

 Nama :Tn. MN
 Nomor Rekam Medis : 01 03 39 30
 Jenis kelamin : Laki-laki
 Usia : 35 tahun
 Alamat : Kuranji
 Pekerjaan : Buruh
 Pendidikan Terakhir : SMU
 Status pernikahan : Menikah
 Tanggal masuk : 29 November 2018
 Tanggal pemeriksaan : 30 November 2018
A. ANAMNESIS
 Seorang pasien laki-laki usia 35 tahun datang ke IGD RSUP DR M Djamil dengan :

Keluhan Utama
 Luka bakar api pada muka, leher, kedua tungkai atas bawah dan punggung sejak 12 jam SMRS.

Primary Survey
 Airway : Paten, tidak ada trauma tulang servikal, tidak ada stridor.
 Breathing : Spontan , RR: 18 x/menit
 Circulation : Hemodinamik stabil HR: 88x/menit, TD: 110/70 mmHg CRT<2 detik
 Disability : Kesadaran penuh GCS 15
 Exposure : Sudah dilakukan di Rumah Sakit Siti Rahmah sebelum dirujuk.
 Terapi cairan: (Parkland – Baxter Modified formula )
 Cairan IVFD = 3 x 60 x 25 =4500 cc → (8 jam pertama) 2250 cc kristaloid
 Parasetamol Infus 3x1 g
 Cek Darah Lengkap, EKG
 Rontgen thoraks
 Pasang Kateter urin
Riwayat Penyakit Sekarang
 - Luka bakar api di muka, leher, kedua tungkai atas dan bawah dan punggung sejak 12 jam SMRS.
 - Awalnya pasien sedang duduk dan menghidupkan mobil, kemudian api dari kaburator membakar muka,
pundak, leher kedua tungkai atas dan bawah. Setelah itu pasien langsung membuka pintu mobil dan
keluar dari mobil.
 - Pasien tetap sadar setelah kejadian.
 - Pasien sadar setelah kejadian, kepala pusing (-), kejang (-)
 - Pasien masih ingat kejadian sebelum dan saat terbakar
 - Pandangan gelap pada kedua mata setelah kejadian(-), nyeri pada kedua mata (-)
 - Pendengaran berkurang (-), telinga berdenging (-), sakit pada telinga (-), keluar darah dari telinga (-)
 - Keluar darah dari hidung (-), nyeri pada hidung (-)
 - Sesak napas (-), suara serak (-), nyeri pada dada (-), batuk (-)
 - Mual (-), muntah (-), terakhir makan 3 jam SMRS
 - BAK lancar, warna kuning
 - BAB belum ada setelah kejadian
Riwayat Penyakit Dahulu
 - Riwayat Epilepsi(-)
 - Riwayat amputasi (-)
 - Diabetes Melitus (-)
 - Hipertensi (-)
 - Penyakit Jantung (-)
 - Ginjal (-)
 - Hati (-)

Riwayat Keluarga
 Tidak ditanyakan

 Riwayat Pekerjaan, Sosial Ekonomi, Alergi dan Kebiasaan


 - Pasien merupakan seorang buruh.
 - Pasien tidak mengkonsumsi alkohol dan tidak merokok.
 - Pasien tidak ada alergi obat atau makanan
SECONDARY SURVEY
B. PEMERIKSAAN FISIK
 Keadaan umum : sakit sedang
 Kesadaran : GCS 15
 Vital Sign
 - TD : 110/70 mmHg
 - Nadi : 88 kali/menit
 - Pernafasan : 20 kali/menit
 - Suhu : 36°C
 - Nyeri : VAS 7

 Status Generalisata
 - Rambut : Hitam dan tidak mudah dicabut.
 - Kepala : Normocephal, tidak ada tanda cedera.
 - Mata : Konjungtiva anemis -/-, Sklera Ikterik -/-
 - Kulit : Kulit berwarna merah sampai kehitaman (status lokalis)
 - Hidung : Permukaan kulit berwarna kehitaman ( Status lokalis )
 - Telinga : Darah (-)
 - Mulut : Tidak terdapat kelaianan, oral hygiene (-)
 - Leher : permukaan kulit berwarna kehitaman (status lokalis)
 - KGB : Tidak ada pembesaran
 - Thoraks: Luka bakar sirkumferensial (-), fraktur klavikula (-), fraktur iga (-)
a. Paru-paru
 Inspeksi : gerakan statis dan dinamis simetris
 Palpasi : fremitus kiri dan kanan sama
 Perkusi : sonor
 Auskultasi : suara napas bronkovesikular, rhonki (-/-), wheezing (-/-)

b. Jantung
 - Inspeksi : iktus cordis tidak terlihat
 - Palpasi : Iktus kordis teraba 1 jari medial linea mid clavicula sinistra RIC V
 -Perkusi : Batas jantung dalam batas normal
 - Auskultasi :bunyi jantung reguler, S1 S2 normal, murmur (-), gallop (-)
c. Abdomen
 - Inspeksi: Distensi (-), luka lecet (-)
 - Auskultasi : : Bising usus (+) Normal
 - Palpasi : Supel, nyeri tekan (-), nyeri lepas (-), hepar dan lien tidak teraba,
 - Perkusi : Timpani (+)

 Anus : Tidak dilakukan pemeriksaan


 Ekstremitas : Status lokalis
 Sensorik : baik, tidak ada parastesi pada ekstremitas atas dan bawah
 Motorik : 555 555
 555 555
Status lokalis

Regio wajah :
 Look : Tampak luka bakar superficial luas 3.5%,
perubahan warna +, Bula -, skin peeling +
 Feel: nyeri tekan (+), Paraestesia (-)

Regio Leher :
 Look : Tampak luka bakar superficial luas 1,0%
Perubahan warna +, bula -, skin peeling -
 Feel : Nyeri tekan (+), paresthesia (-)
 Movement: ROM tidak terbatas
Regio Ekstermitas Atas :
Sinistra
 Look : Tampak luka bakar suprficial 5,5%
Perubahan warna +, skin peeling +
 Feel : Nyeri tekan (+), parastesia (-)
 NVD: Refilling Capiler <2”
Dextra
 Look : Tampak luka bakar suprficial 5,0%
Perubahan warna +, skin peeling +
 Feel : Nyeri tekan (+), parastesia (-)
 NVD: Refilling Capiler <2”
Exterimitas Bawah
Sinistra
 Look : Tampak luka bakar suprficial 3.5%,
Perubahan warna +, skin peeling +
 Feel : Nyeri tekan (+), parastesia (-)
 NVD: Refilling Capiler <2”

Dextra
 Look : Tampak luka bakar suprficial – mid dermal 3.0%
Perubahan warna +, skin peeling +
 Feel : Nyeri tekan (+), parastesia (-)
 NVD: Refilling Capiler <2”
Regio Posterior/Punggung:
 Look : Tampak luka bakar mid- dermal luas 3.0%, perubahan warna +, skin peeling +
 Feel : Nyeri tekan (+), parastesia (-)

Luas total luka bakar : 24.5%


C.DIAGNOSIS KERJA

 Luka bakar superficial – mid dermal luas 24.5% ec api.

D.DIAGNOSIS BANDING
 Tidak ada

E.PEMERIKSAAN PENUNJANG
 Pemeriksaan Laboratorium (29 November 2018)
 Hb : 15.1 gr/dL
 Ht : 46%
 Leukosit : 23.850 /mm3
 Trombosit : 326.000/mm3
 PT : 11.9 detik (C 12.1detik)
 APTT : 40.6 detik (C=35.9 detik)
 Kesan : Leukositosis

Rontgen

Hasil : Dalam batas normal , tidak menunjukan kelainan


Pemeriksaan Kimia Klinik

 Ureum darah : 13 mg/dl


 Kreatinin darah : 0.9 mg/dl
 Natrium : 137 Mmol/L
 Kalium : 4.1 Mmol/
 Klorida serum : 107 Mmol/L
 Total Protein : 7.1 g/dl
 Albumin : 3.9 g/dl
 Globulin : 3.2 g/dl
 SGOT : 48 u/l
 SGPT : 27 u/l
 Kesan : Globulin dan SGOT melebihi nilai rujukan
DIAGNOSIS

 Luka bakar superficial – mid dermal luas 24.5 % ec api.


E. RENCANA TERAPI

Tujuan/ Target Intruksi Pelaksanaan


1. Diagnostik Klinis
2. Diet-Nutrisi Diet MC
3. Terapi Nyeri Paracetamol 3x500 mg
4. Terapi Medikamentosa IVFD RL
( parkand – baxter modified )

3x 60 x 25 =4500 cc
8 jam pertama = 2250 cc
kristaloid

16 jam kedua dilanjutkan


2250cc

Inj. Ceftriaxon 2x1gr iv

Inj Ranitidine 2x 50 mg iv

Inj Tramadol 3 x 1 amp iv

5. Terapi bedah Management luka Terbuka

6. Discharge Planning Perbaikan Keadaan Umum


H. PROGNOSIS

 Quo ad vitam : Dubia ad bonam


 Quo ad sanam : Dubia ad bonam
BAB IV
DISKUSI
Pada primary survey didapatkan airway paten, tidak ada
stridor, tidak ada trauma servikal, pernapasan normal
yaitu spontan, nornochest dan simetris kiri dan kanan Sesuai dengan prinsip penilaian luas luka bakar dengan
dengan jumlah pernafasan permenit 18, sirkulasi normal Lund and Browder Chart, 16 persentase total body
yaitu hemodinamik stabil dengan heart rate 88/min, surface area burn pada pasien ini adalah 24.5%.
tekanan darah 120/70mmHg, dan Capillary Refilling
Time < 2 detik, kesadarah penuh dengan GCS 15.

Laki-laki,usia 35 tahun datang


dengan keluhan utama luka
bakar pada wajah, leher,
extremitas atas dan bawah
akibat api sejak 12 jam SMRS.

Resusitasi cairan berdasarkan formula Parkland- Baxter Berdasarkan klasifikasi EMSB ( Emergency Management
modified yaitu 3cc x % luas luka bakar x berat badan of Severe Burns )7 kedalaman luka bakar pada pasien ini
(kg) adalah derajat I - II A yaitu superficial – mid dermal
burn kerena warna kulit masih merah, bula tidak ada,
capillary refill masih ada, sensasinya nyeri dan ada
penyembuhan pada kulit.
Total : 4410 cc ABA- kriteria luka bakar sedang , yaitu luka bakar
derajat II 15-25% pada orang dewasa.
Tatalaksana
Trauma awal
inhalasi
Debridermant
&balut luka
SS & HA

Penggunaan
obat topical
Bath therapy
Ialuset Plus
TERIMA KASIH.

Anda mungkin juga menyukai