Anda di halaman 1dari 33

Referat Disentri

Pembimbing : dr. Fadjar Aribowo, Sp. A


Penyusun : Richard Edwin Nerchan
Disentri adalah kumpulan gejala yang
terdiri dari diare berdarah, lendir dalam
tinja, dan nyeri saat mengeluarkan tinja.
Praktisnya, diare berdarah dapat digunakan
sebagai tanda kecurigaan terhadap disentri.

Definisi
Etiologi
● Disentri -> bakteri atau amuba

○ Disentri basiler -> bakteri (Shigella paling sering)

■ Grup A : Shigella dysenteriae

■ Grup B : Shigella flexneri

■ Grup C : Shigella boydii

■ Grup D : Shigella sonnei

○ Disentri Amuba -> Entamoeba hystolytica


Shigellosis
Epidemiologi Dunia : 188 juta kasus/thn, 1 juta kematian/thn

Negara berkembang : 1,5jt kasus/thn, serotipe terbanyak yaitu


S. flexneri

Terbanyak pada anak-anak : 28/100.000 anak (<4 thn), dan


25/100.000 anak (4-11 thn)

Amebiasis
Sebagian besar di negara berkembang -> sanitasi rendah dan
kontaminasi tinja

Global : 50 jt orang terinfeksi, >100.000 kematian tiap tahun

Sumber utama -> air/makanan terkontaminasi feses


mengandung E. hystolytica
Faktor Resiko

01. 02. 03.


RUTE UTAMA SANITASI & HIGIENITAS TEMPAT RAMAI
Konsumsi air/makanan RENDAH DAN BERIKLIM
terkontaminasi feses mengandung TROPIS
bakteri/E.hystolytica

04. 05. 06.


RIWAYAT TEMPAT TINGGAL SISTEM IMUN
BERPERGIAN DI RAMAI / COMMUNAL RENDAH
AREA ENDEMIS LIVING
PATOGENESI
S DAN
PATOFISIOLO
GI
AMUBIASIS

●Entamoeba hystolytica adalah protozoa enterik invasif.


●Infeksi biasanya diawali dengan penelanan kista matur yang ditemukan di makanan atau
air minum yang terkontaminasi feses.
●Eksistasi -> usus halus, melepaskan trofozoit yang bergerak -> migrasi ke usus besar
●Trofozoit -> membelah diri -> membentuk kista -> keluar bersamaan dengan feses
●Kista -> mampu bertahan diluar dan menular krn punya proteksi dinding sel
●Trofozoit -> cepat hancur diluar tubuh dan di asam lambung

●Trofozoit mampu menempel dan melisis epitel colon dan menyebar hematogen melalui
system vena porta (peritoneum, liver, paru, otak)
●Penempelan dan kolonisasi melalui Gal/GalNAc lectin -> target N-acetyl-D-galactosamine
SHIGELLOSIS
● Transmisi melalui jalur fekal-oral
● Tertelan -> melewati barrier as. Lambung -> berkembang biak di usus halus
● Di usus halus -> menghasilkan enterotoxin (meningkatkan sekresi air & elektrolit ->
diare sekretorik)
● Memasuki usus besar -> invasi ke mukosa usus besar
● Di usus besar -> menimbulkan inflamasi parah, menimbulkan ulserasi mukosa dan
mikroabses (manifestasi diare dengan feses bercampur pus dan darah)
● Hemolytic Uremic Syndrome (HUS) -> o/ S. dysenteriae tipe 1 mengeluarkan Shiga
toxin
Gambaran
Klinis
Disentri
Basiler
Disentri Basiler AKUT
Tipe Umum Tipe Ringan
Onset akut Gejala intestinal ringan
Demam : temp 39-40 C Sedikit nyeri abdomen + BAB 2-4x/hari
Mual, muntah nyeri kepala Feses berair/lembek tanpa pus/darah
Beberapa jam kemudian -> nyeri abdomen + diare Nyeri abdomen berkurang stlh BAB
BAB sampai 10-20x/hari Kebanyakan pasien tidak demam/demam ringan
Awalnya feses cair -> menjadi purulent dan darah
Pem Fis : nyeri tekan RLQ + BU meningkat +
tenesmus

Tipe Parah Tipe Toxic


Onset akut + Demam tinggi Sering pd anak 3-7 th biasanya o/k infeksi Shigella
BAB sering hgg 20-30x/hari Onset akut + demam tinggi sampai 40-41 C disertai
Feses purulent + darah nyeri kepala, menggigil, konvulsi, atau ggn
Nyeri Abdomen parah + tenesmus yang jelas sirkulasi
Kasus parah : sensasi dingin pd kaki-tangan, Gjl GI tidak serius, tjd 6-qw jam stlh konvulsi
dehidrasi, ggn kesadaran o/k asidosis Dibagi lagi mjd : tipe syok, tipe otak, tipe
campuran
Disentri Basiler
Disentri Basiler Kronis
berkepanjangan
• Terjadi 2mgg-2thn • Perjalanan penyakit diatas 2 bulan
• o/k disentri basiler akut yang tidak • o/k pengobatan yang terlambat atau
diobati dengan baik tidak tuntas saat std akut
• Demam tinggi (-) • Dapat disebabkan o/ kelemahan
• Sakit perut ringan, nafsu makan individu, malnutrisi, rickettsia,
menurun, BAB lbh sering (dpt parasitisme, anemia, dan resistensi
purulent berdarah / berlendir) obat
• Kultur feses : nilai positif lbh
rendah disbanding std akut
Disentri Amuba
Periode inkubasi : bervariasi 1-
2 mgg hingga beberapa bulan
Tipe asimtomatik Tipe Umum
• Terjadi symbiosis E. • Onset biasa kronis
hystolytica dgn pejamu • Gejala sistemik ringan
• 90% asimtomatik -> • Demam (-)
karier • Sedikit nyeri perut + diare
• Kista amuba (+) pd feses • BAB sekitar 10x/hari
• Feses berdarah dan berlendir
berbau ikan busuk
• Feses mengandung trofozoit
amuba dan agregasi eritrosit
Tipe
Ringan
• Biasanya pada individu sehat dan kuat
• Gejala sedikit
• BAB 3-4x/hari
• Feses seperti pasta/berair
• Bowel movement berubah-ubah antara konstipasi dan diare
• Umumnya hny sakit perut bagian bawah ringan tanpa diare
• Feses mengandung mucus dan sedikit darah, kista & trofozoit
dpt terdeteksi
Tipe Fulminan
• Gejala parah : demam tinggi, delirium, enteroparalysis toxic, nyeri abd
parah, tenesmus, diare
• BAB sangat sering >10x/hari, bahkan inkontinensia
• Feses tampak darah dan cair, sangat berbau, mengandung trofozoit aktif
sangat banyak
• Dpt terjadi muntah, hilangnya cairan tubuh, pingsan, ggn sirkulasi
perifer, ggn kesadaran
• Komplikasi : perdarahan usus, perforasi usus, peritonitis
• Prognosis buruk, terlambat penanganan dpt menyebabkan kematian
Tipe Kronis
• O/K penatalaksanaan inadekuat saat std akut
• Gejala : nyeri perut, distensi perut, diare, dan konstipasi
• Gejala / periode gejala dapat berulang sampai >2bln – bbrp tahun
• Diantara episode gejala pasien tampak sehat
• Faktor penyebab : diet salah, penyalahgunaan alcohol, paparan suhu
dingin, kelelahan
• Colon dapat menebal dan terpalpasi pada RLQ
• Liver sedikit membesar + nyeri tekan
• Feses kekuningan seperti pasta, dapat mengandung pus dan darah
• Kadang dapat terdeteksi trofozoit dan kista
DIAGNOSIS
Disentri
Basiler
01. 02. 03.
DARAH RUTIN PEMERIKSAAN X-RAY
FESES
• Kasus Akut : WBC dan • Feses warna merah cerah • Kasus kronis : x-ray
granulosit neutrophil seperti jeli lengket, tanpa barium enema
meningkat, Shift to the left aroma
• Spasm intestinal
• Kasus Kronis : anemia • Mikroskopis : pus dan
eritrosit banyak, makrofag • stenosis lumen
(+)
• penebalan mukosa
• Kadang dapat ditemukan intestinak
sedikit WBC

• Kultur : bakteri patogenik


04. 05.
PEWARNAAN ANTIBODI PATIENT MONITORING
FLUOROSENS
• Pilihan pemeriksaan cepat untuk • Std Akut : kongesti difus mukosa
diagnosis usus, edema, efusi, ulserasi
superfisial, kadang pseudomembran
• Lebih sensitive daripada kultur
• Std Kronis : Dapat terbentuk
ulserasi/polip

• Pengambilan sampel sekresi dari lesi


untuk kultur dapat meningkatkan nilai
deteksinya
Disentri Amuba
Periode inkubasi : bervariasi 1-
2 mgg hingga beberapa bulan
01. 02. 03.
DARAH RUTIN PEMERIKSAAN KULTUR FESES
FESES
• Tipe umum : WBC normal • Feses merah gelap, • Ditemukannya basilus atau
konsistensi seperti selai, protozoa penyebab disentri
• Tipe fulminan dan kasus bau seperti ikan busuk, dapat menegakkan
dengan komplikasi infeksi ditemukan mucus + darah diagnosis
bakteri -> WBC dan
neutrophil meningkat • Mikros : agregat eritrosit,
leukosit, kristal Charcot-
• Kasus kronis : anemia Leyden
ringan
• Dx -> trofozoit amuba
mengandung eritrosit

• Kronis : dpt ditemukan


kista
04. 05. 06.
RADIOLOGIS IMMUNOLOGIS COLONOSCOPY
• X-ray barium enema : • Antigen amuba dapat • Ditemukan ulserasi
digunakan u/ deteksi tersebar, ukuran
Filling defect, stenosis, antibody spesifik bermacam-macam
atau obstruksi pada
tempat lesi ameboma • Dapat dilakukan • Dasar ulkus lebar dengan
hemagglutinin test bukaan sempit dan tepi
• CT scan : indirek, tes antibody regular
fluorosen indirek, ELISA,
counter • Hapusan dari
Penebalan dinding usus immunoelectrophoresis ulkus/biopsy dapat
dan stenosis lumen deteksi trofozoit
usus • Nilai positif mencapai 60-
80%
Diagnosis Banding

DD disentri menurut organisme Penyebab diare kronis yang lain :


penyebab: • Chron disease
• Salmonella • Hipertiroidisme
• Infeksi E. coli • Intoleransi laktosa
• Infeksi Campylobacter • Celiac disease
• Clostridium difficile • IBS
PENATALAKSANAAN
Di tingkat pelayanan primer semua diare berdarah selama ini dianjurkan
untuk diobati sebagai shigellosis dan diberi antibiotik kotrimoksazol.
● Penanganan dehidrasi dan pemberian nutrisidiare akut.
● Yang paling baik adalah pengobatan yang didasarkan pada hasil pemeriksaan tinja rutin,
apakah terdapat amuba vegetatif.
● Positif metronidazol dosis 50 mg/kg/BB dibagi tiga dosis selama 5 hari.
● Negatif diberikan pengobatan untuk Shigella (ciprofloxasin, cefixim dan asam
nalidiksat)
● Beri tablet zinc sebagaimana pada anak dengan diare cair tanpa dehidrasi.

Pada bayi muda (umur < 2 bulan), jika ada penyebab lain seperti
invaginasi, rujuk anak ke spesialis bedah.
PENATALAKSANAAN
Anak yang datang untuk kunjungan ulang setelah dua hari, jika tidak
terjadi perbaikan setelah dua hari,
● Ulangi periksa feses
● Jika memungkinkan, lakukan kultur feses dan tes sensitivitas
● Periksa apakah ada kondisi lain seperti alergi susu sapi, atau infeksi mikroba lain,
termasuk resistensi terhadap antibiotik yang sudah dipakai.
Jika kedua antibiotik, yang biasanya efektif melawan shigella, telah
diberikan masing-masing selama 2 hari namun tidak menunjukkan
adanya perbaikan klinis:
● Telusuri dengan lebih mendalam ke standar pelayanan medis pediatri
● Rawat anak jika terdapat kondisi lain yang memerlukan pengobatan di rumah sakit .
Tatalaksana oenanganan GIZI
Kembalinya nafsu makan anak merupakan suatu tanda perbaikan yang
penting
• Pemberian ASI harus terus dilanjutkan selama anak sakit
• Anak-anak berumur 6 bulan atau lebih harus menerima makanan mereka yang biasa.
Bujuk anak untuk makan dan biarkan anak untuk memilih makanan yang disukainya.
o Kekurangan kalium, demam tinggi, prolaps
rekti, kejang
o Hiponatremia berat, hipoglikemia berat
o Komplikasi intestinal seperti toksik megakolon,
prolaps rektal, peritonitis dan perforasi
o Disentri basiler : dehidrasi, asidosis, gagal
ginjal, kejang demam, dan hemolytic uremic
syndrome (HUS)
o Disentri amuba : terjadi abses hepar (1-2 bulan
setelah amubiasis intestinal)

KOMPLIKASI
PROGNOSIS
Baik : didiagnosis dan dirawat tepat waktu
Buruk :
• Keterlambatan pengobatan
• Immunocompromised
• Durasi penyakit yang berkepanjangan
(lebih dari 7 hari)
• Usia ekstrim seperti (orang tua/sangat
muda)
• Wanita hamil
• Wanita pascapersalinan
• Neonatus
• Individu yang kekurangan gizi
Prevensi
Menggunakan Air Bersih Yang Cukup
● Ambil air dari sumber air yang bersih
● Simpan air dalam tempat yang bersih dan tertutup serta gunakan gayung khusus untuk mengambil air.
● Jaga sumber air dari pencemaran oleh binatang dan untuk mandi anak-anak
● Cuci semua peralatan masak dan peralatan makan dengan air yang bersih dan cukup.
Mencuci Tangan dengan sabun
Membuang Tinja Bayi dengan Benar
● Kumpulkan segera tinja bayi dan buang di jamban
● Bantu anak buang air besar di tempat yang bersih dan mudah di jangkau olehnya.
● Bila tidak ada jamban, pilih tempat untuk membuang tinja seperti di dalam lubang atau di kebun
kemudian ditimbun.
● Bersihkan dengan benar setelah buang
Thanks!

CREDITS: This presentation template was created by Slidesgo, including


icons by Flaticon, and infographics & images by Freepik and illustrations
by Stories.

Please keep this slide for attribution.

Anda mungkin juga menyukai