Anda di halaman 1dari 394

INTERNA (ILMU PENYAKIT DALAM)

ALERGI IMUNOLOGI

ALERGI OBAT
- Reaksi simpang obat yang tidak diinginkan akibat interaksi agen farmakologi dan sistem
imun manusia.
- Reaksi Immunologi (Gell & Coombs) :
- Hipersensitivitas Tipe 1 (IgE)
- Hipersensitivitas Tipe 2 (Sitotoksik)
- Hipersensitivitas Tipe 3 (Kompleks Imun)
- Hipersensitivitas Tipe 4 (Imun Selular)
- Biasa terjadi setelah 30 menit sampai beberapa minggu

S O P
Manifestasi : Pemfis : Non Farmakologis :
- Ruam maculopapular - Sesak, - Stop Obat yang dicurigai
dikulit - Hipotensi,
- Paru, ginjal, darah - Limfadenopati Farmakologis :
- Ronchi, Wheezing - Reaksi ringan, stop obat
- Riw. Penggunaan obat- - Angioedema, eritema
obatan (biasa antibiotic (multiforme), - Reaksi berat, kortikosteroid
& kortikosteroid) maculopapular sistemik,
- Reaksi obat yang pernah - Edema Prednisone 60-100 mg
timbul - Kemerahan sendi sampai gejala terkendali
- Gejala hilang saat Selanjutnya diturunkan
penghentian pemberian Penunjang : bertahap selama 1-2
obat - DL, Fx Ginjal, Fx minggu
- Gejala : Hepar
- sesak, - Urinalisis lengkap - Tatalaksana anafilaksis (bila
- pingsan, - Foto Thorax ada rx anafilaksis)
- priuritus, - Radio Allergo
- demam, Absorbent test (RAST) - Urtikaria, Anti Histamin
- nyeri sendi, - Coombs indirek
- mual - Fiksasi komplemen, Diphenhidramin 10 mg/12
reaksi aglutinasi jam/IV
- Skin prick test Dexamethasone 5 mg/8 jam/IV
- Uji kulit intradermal
- Patch test

- Komplikasi : Anafilaksis, anemia imbas obat, serum sickness, kematian.


- Prognosis : Baik bila obat penyebab dihentikan
ASMA BRONKIAL

- Etiologi : Genetik (riw. Keluarga dan atopi) dan lingkungan


- Faktor resiko : Obesitas, allergen, udara dingin, polusi, obat, stress

- Inflamasi mukosa saluran napas, dari trakea sampai bronkiolus terminal, sering
dibronkus.

- Penyempitan saluran napas terjadi akibat


- kontraksi otot polos saluran napas,
- edema saluran napas,
- penebalan saluran napas akibat remodeling,
- hipersekresi mucus
S O P
- Sesak napas berulang, Wheezing (+) Non Farmako :
- Batuk, rasa berat didada Eksaserbasi berat : - Hindari paparan allergen
terutama saat malam - Sianosis. dan penggunaan obat
dan dini hari - Delirium, pemicu asma,
- Gejala muncul setelah - kesulitan bicara. - penurunan BB pada
terpapar allergen atau - Takikardi, pasien obes
udara dingin, atau setelah - dada hiperinflasi,
olahraga - penggunaan otot Farmako :
- Gejala membaik dengan pernapasan tambahan, - Short Acting 2-Agonis
obat asma - retraksi intercostal Inhalasi/antikolinergik
- Riw. Keluarga inhalasi/ 2-Agonis oral
(+)/Penyakit atopi Penunjang : dan teofilin kerja singkat
- Spirometri (Gold Std) Bisa ditambah dengan :
- IgE serum total, IgE - Kortikosteroid inhalasi
spesifik (RAST) dosis rendah
- Foto Thorax (Budenoside 200-400
- Skin Prick Test g)
- LABA

- DD :
- Sindrom hiperventilasi, serangan panic, obstruksi saluran napas atas dan aspirasi
benda asing, disfungsi pita suara, PPOK, penyakit paru parenkim difus, gagal
jantung
Keterangan :
- Spirometri
- VEP1 (volume ekspirasi paksa dalam 1 menit)
a.  VEP1 > 12% dan 200 cc setelah pemberian bronkodilator →
Reversibel penyempitan jalan napas
- KVP (Kapasitas Vital Paksa)
- APE (Arus Puncak Ekspirasi)

KLASIFIKASI ASMA TERKONTROL


Karakteristik Gejala pembatas Gejala Penggunaan Fungsi Paru
harian aktivitas malam/terbangun obat (APE/VEP1)
saat malam hari
Terkontrol Tidak Tidak ada Tidak ada Tidak Normal
ada/<2x ada/<2x
seminggu seminggu
Terkontrol >2x/minggu Ada Ada >2x/minggu <80%
sebagian
Belum 3 atau lebih dari keadaan pada asma terkontrol sebagian
terkontrol

KLASIFIKASI BERDASARKAN DERAJAT SERANGAN


Serangan Sesak napas saat Berbicara Mengi Frek. Nadi APE
RINGAN Berjalan Kalimat Sedang < 100 >80%
SEDANG Berbicara Frase Keras 100-120 60-80%
BERAT Istirahat Kata Biasanya Keras >120 <60%

KLASIFIKASI (DEWASA)
Sesak Siang Sesak Malam APE/FEV Variabilitas APE
Intermitten Bulanan - > 80 <20%
Persisten Ringan Mingguan Bulanan > 80 20-30%
Persisten Sedang Harian Mingguan 60-80 >30%
Persisten Berat - Harian <60 >30%
- Keterangan :
- Bulanan : Sesak < 1x/minggu atau 1-4x/bulan
- Mingguan : Sesak >1x/minggu atau hampir setiap hari
- Harian : Sesak setiap hari

KLASIFIKASI (ANAK)
Episodik Jarang Episodik Sering Asma Persisten
Frek ser. <1x/bulan >1x/bulan Sering
Lama ser. < 1 minggu >1 minggu Hampir Sepanjang tahun
Intensitas ser. Ringan Sedang Berat
FEV 1 >80% 60-80% <60%
PEMERIKSAAN ASMA
- SPIROMETRI : GOLD STD
- Obstruktif : Sumbatan (+), paru normal
- Restriktif : Sumbatan (-), paru bermasalah (mengecil/atelectasis)
- FEV1/APE : Nilai Sumbatan Paru (sekali ekspirasi)
- FVC : Nilai Ukuran paru (sekali inspirasi)
Obstruktif Restriktif Campuran
APE/FEV1  80% N  80%
FVC N  80%  80%
FEV : FVC <0,7 >0,7 0,7
Contoh kasus : Asma, PPOK Pneumthorax & PPOK +
Atelektasis Pneumothorax

- Bedakan obstruktif → Tes Bronkodilator


- Asma → Reversibel : Perbaikan > 15% (Hipersekresi mucus)
- PPOK → Irreversibel : Perbaikan <15%

TERAPI ASMA :
a. Reliever/Pelega : SESAK → Bronkodilator
- 2 Agonis Short Acting : Salbutamol (Ventolin)/Terbutalin
- Metilsantin : Teofilin (IV), Aminofilin
- Antikolinergrik : Ipratropium Bromida (Combivent)
- Kortikosteroid Sistemik : Oral (ser. Ringan-sedang), IV (berat, mengancam jiwa)

b. Controller : saat TIDAK SESAK untuk cegah sesak muncul


- 2 agonis Long acting → Formoterol, Olodaterol, Salmeterol
- Steroid Inhalasi : Budenoside (ringan 200-400 g, Sedang 400-800 g, berat >800
g
ALGORITMA ASMA :
- Nebu (Salbutamol/Ipratropium bromida) bisa diulang 3x bila sesak berulang
setelah nebu, dan bila masih sesak
- Kortikosteroid IV, bila memberat
- Epinephrine IV, bila memberat
- Pasien masukan ke ICU, pasangkan Ventilator dan beri MIDAZOLAM IV

NEBU (max 3x)

Kortikosteroid IV

Epinephrine IV

ICU, pasang ventilator, beri MIDAZOLAM IV


AIDS

- Infeksi HIV, menyerang sel-sel kekebalan tubuh


- Stadium AIDS (WHO) :
Stadium Gejala Klinis
Stadium 1 Limfadenopati Generalisata (pembesaran KGB seluruh tubuh)
Stadium 2 BB <10% + Riw. Herpes Zooster + Riw. Ispa berulang + kelainan
kulit
Stadium 3 BB >10% + diare/demam >1bulan + TB Paru + Candidiasis oral +
oral hairy Leukoplakia + Pneumonia,Piomiositis
Stadium 4 BB >10% + diare/demam >1bulan + wasting syndrome + meningitis
jamur + toxoplasma cerebral + infeksi CMV + TB ekstraparu +
Ensefalopati HIV + infeksi mukokutan > 1 bulan
Keterangan :
- Kelainan kulit → Manifestasi mukokutan minor (dermatitis seboroik, prurigo,
infeksi jamur kuku, ulkus oral rekuren, chellitis angularis)

S O P
Demam, batuk, sakit kepala, Pemeriksaan FIsik : - Konseling & Suportif
diare - TTV, identifikasi bekas - Tangani infeksi
Riw. Perilaku seksual suntikan oportunistik
(berganti-ganti pasangan) - Profilaksis Cotrimoxazol
Riw. Penggunaan NAPZA Pemeriksaan Penunjang : - ART
suntik - Screening : Rapid test
Riw. TB 3x jika (-), ulang 3-6
Riw. IMS bulan kemudian
- Diagnosis : Western Blot
(Mencari Antibodi HIV),
ELISA
- CD4 → Untuk terapi
AIDS

- Profilaksis Cotrimoxazol
- Pada pneumonia & infeksi toxoplasmosis dengan CD4 < 200 sel/mm3
- Profilaksis Primer : 1 tablet/hari
- ART
Std 1 dan 2 CD4 < 350/L → terapi
Std 3 dan 4 CD4 Berapapun → Langsung terapi
AIDS + TB aktif Terapi dulu TBnya selama 8 Minggu → kemudian mulai ART
(CD4 berapapun) (TOLERANSI OBAT TB)

AIDS + Hepatitis CD4 Berapapun → Langsung terapi


AIDS + BUMIL CD4 Berapapun → Langsung terapi → SC
Trimester 1 viral load dibawah 1000 → Bisa normal
IBU MENYUSUI BISA DIBERIKAN ART

Sebelum ARV, cek dulu


- HB,
- SGOT/SGPT,
- Fx Ginjal (kreatinine darah),
- profil lipid
- GDS

Rekomendasi Regimen lini pertama pada yang belum pernah terapi ARV
a. Dewasa & Remaja: TEL b. BUMIL :
- Tenofovir 300 mg, - Zidovudin 300 mg/Tenofovir 200 mg
- Efavirenz 600 mg, - Nevirapine 200 mg/ Efavirenz 600 mg,
- Lamivudin 150 mg - Lamivudin 150 mg
Untuk pasien HIV dgn lab normal:
ZNL Efavirenz 600 mg tidak boleh digunakan
- Zidovudin 300 mg ditrimester pertama
- Nevirapine 200 mg Tenofovir 300 mg bisa dijadikan pilihan
- Lamivudin 150 mg pada ibu hamil

c. HIV TB : d. HIV HBV :


- Tenofovir 300 mg/ Zidovudin 300 mg - Tenofovir 300 mg + Lamivudin 150 mg
- Efavirenz 600 mg/ Nevirapine 200 mg - FTC + Efavirenz 600 mg/Nevirapine 200
- Lamivudin 150 mg mg
Terapi TB dulu selama 8 minggu Screening HBsAg sebelum beri terapi
kemudian mulai ARV

- Efek Samping Obat


- Tenofovir : Asthenia (badan lemah), nyeri kepala, diare, mual, muntah, sering
flatus, Sindrom Fanconi, Insufiensi ginjal, Osteomalacia, penurunan densitas
tulang, Hep B eksaserbasi akut
- Efavirenz : Rx hipersensitivitas, SSJ, Hepatotoksik, Hiperlipidemia,
Ginekomastia (laki-laki), efek teratogenic pada kehamilan
- Lamivudin : aman
- Zidovudin : Supresi sum-sum tulang, anemia makrositik, neutropenia,
intoleransi Gastrointestinal, insomnia, asthenia, pigmentasi kulit dan kuku
- Nevirapine : Rx hipersensitivitas, SSJ, Hepatotoksik, Hiperlipidemia

Pemeriksaan Lanjutan : Pemeriksaan HIV sebaiknya ditawarkan


- Serologi Hepatitis B & C pada :
- BTA SPS dan/atau Foto Thorax - Ibu Hamil,
- Kultur BTA (butuh waktu yang lama) - Ps. TB
- Diare → Analisis Feses - Ps. Ada gejala infeksi oportunistik
- Infeksi Otak → rawat bersama Sp.S - Pa. IMS
- Pengguna Narkoba suntik, PSK, LSL
RENJATAN ANAFILAKSIS

- Anafilaksis → Rx Hipersensitivitas Tipe 1 (Tipe Cepat), sistemik, dan mengancam jiwa


→ Menyebabkan syok (syok anafilaksis), harus ditangani dengan cepat
- Etiologi
- Gigitan serangga,
- reaksi alergi zat kontras radiografi,
- alergi antibiotic (penisilin)

SYOK

- Merupakan gangguan perfusi jaringan

a. Syok hipovolemik → kekurangan cairan tanpa sumber perdarahan (diare, DBD)


b. Syok Haemorrhagic → kekurangan cairan ada sumber perdarahan (riw. Trauma, fraktur)

DERAJAT PERDARAHAN WHO


I II III IV
Blood loss <15% atau 15-30% atau 30-40% atau >40% atau
(750 ml) (750-1000 ml) (1500-2000 ml) ( > 2000 ml)
TD Normal Normal  
N N 100-120 120-140 >140
Tx - Kristaloid Transfusi Transfusi

Transfusi = (Hb seharusnya-Hb saat ini) x 3 x BB

HB seharusnya = 10; k = 3

Whole Blood → 1:6


PRC → 1:3
PRC lebih cepat menaikan HB
1 bag = 250 cc

c. Syok Kardiogenik → Syok + Riw. IMA/Nyeri dada


Terapi : DOPA Syok
a. TD 70-100 + tidak syok /akral hangat → Dobutamin 2-20 mcg
b. TD 70-100 + Syok/akral dingin → Dopamin 2-20 mcg
c. TD < 70 → Norepinefrine 0,5-30 mcg/menit
d. Syok distributive
a. Syok Anafilaktik
- Anafilaksis → Rx Hipersensitivitas Tipe 1 (Tipe Cepat), sistemik, dan
mengancam jiwa → Menyebabkan syok (syok anafilaksis), harus ditangani
dengan cepat

- Etiologi
- Gigitan serangga,
- reaksi alergi zat kontras radiografi,
- alergi antibiotic (penisilin)
- Faktor Resiko :
- Usia, jenis kelamin, rute pajanan, riw. Atopi
b. Syok Sepsis : SIRS + Fokus Infeksi + Demam + TD . Diagnosis (SOFASCORE)
Px : Laktat
Tx : Vasopressin dalam 3 jam + Antibiotik + RL 30cc/kgbb
Norepinfrine dalam 6 jam
e. Syok Neurogenik & Syok Spinal → Riw. Trauma kepala/ medulla spinalis
Syok spinal → Lumpuh Flaccid dibawah lesi + sfingter ani tak menjepit saat RT
Tx : Epinferine
f. Syok Obstruktif → tamponade jantung & Tension pneumothorax
ALGORITMA TATALAKSANA SYOK ANAFILAKTIK

Gejala :
• Tanda Syok : TD ↓, N ↑, R↑, CRT > 3 detik
• Sesak napas, urtikaria atau angioedema
• Berlangsung akut, terjadi setelah terpapar alergen
• Riw. Alergi zat tertentu

Posisi Tredelenburg :
Berbaring, kaki diposisikan lebih tinggi dari jantung

Amankan ABCDE :
• Airway : bebaskan sumbatan jalan napas, suction bila ada
cairan
• Breathing : cek saturasi, berikan O2 sesuai saturasi
• Circulation : Pasang IV line
• Dewasa : kristaloid 500-1000 cc
• Anak : kristaloid 20 cc/kgbb
• Disability : Cek respon/kesadaran
• Exposure : kontrol suhu, buka pakaian

Epinefrine :
Dewasa : 0.3-0.5mg/IM,
Anak : 0.01 mg/kgbb/IV
diulang per 5 menit sampai Stabil

Tatalaksana henti jantung bila perlu


(RJP:VTP)

bila keadaan telah stabil, berikan :

• Diphenhydramine
o Dewasa : 10 mg/bolus (1amp)
o Anak : 250 mg/Bolus (1/4 amp)

• Dexamethasone : 5 mg/bolus (1amp)


bila keadaan telah stabil pasca syok,


berikan :
• Diphenhydramine tab 3x25 mg
• Methylprednisolone 2x4 mg

TERAPI CAIRAN
- Elektrolit → molekul terionisasi yang terdapat dalam darah, jaringan, dan sel tubuh.
- Fx → osmosis
- Molekul → kation (+) dan anion (-) → membantu mempertahankan pH dan
asam basa dalam tubuh
Body
100%

Water Tissue
60 % (100) 40 %

Intracellular space Extracellular space


40 % (60) 20 % (40)

Interstitial space Intravascular space


15 % (30) 5 % (10)

- Kebutuhan Kalium dan Natrium :


- Bayi dan anak :
- Kalium 2,5 mEq/kgBB/hari
- Natrium 2-4 mEq/kgBB/hari
- Dewasa :
- Kalium 1-2 mEq/kgBB/hari
- Natrium 2-3 mEq/kgBB/hari

KEBUTUHAN CAIRAN
- Kebutuhan cairan normal :
- Laki-laki : 40 cc/kgbb/24 jam Jenis cairan :
- Perempuan : 35 cc/kgbb/24 jam < 2 tahun : D5%
2-5 tahun : Asering
- Atau gunakan rumus Holiday Segard : > 5 tahun : RL
- Dewasa :
- 10 Kg pertama : 1000 ml
- 10 kg kedua : 500 ml
- Sisa BB : 20 ml x sisa BB

Contoh : BB 56 Kg
- 1000 + 500 + (20x36) = 2200 ml/2.2 L → Kemudian masukan
jumlah kebutuhan cairan ke rumus hitung tetesan per menit
- Anak : Rumus Holiday segar (4-2-1)
- (10 kg pertama x 4),
- (10 kg kedua x 2),
- (sisa bb x 1), kemudian → cc/jam → masukan rumus tpm

- Kebutuhan cairan upnormal


- Dehidrasi :
- Tentukan Derajat dehidrasi:
- Ringan → 4% x BB (L)
- Manifestasi Interstitial minimal, manifestasi vaskular tak ada
- Sedang → 8% x BB (L)
- Manifestasi interstitial jelas, manifestasi intravaskular minimal
- Berat → 12% x BB (L)
- Manifestasi interstitial dan intravaskular sangat jelas
- Syok → >12% x BB (L)
- Rehidrasi :
- derajat x BB → Kebutuhan cairan (syok) liter, diberikan dengan cara :
- 50% pertama 8 jam → cara berinya :
- 1 jam pertama 20 cc/kgbb
- 7 jam berikutnya sisanya
- 50 % kedua 16 jam

- Rumus Tetesan (Rumus TPM)


Tetesan = Kebutuhan Cairan x 20/60 → (Makro = 20 tpm, Mikro = 60 tpm)
Berapa jam x 60 menit
- Mikro → < 8 kg
- Makro → > 8 Kg

- Cara hitung IWL bayi (Infus neonatus/bayi) → Rumus IWL x KgBB/24 jam
- 750 – 1000 gram → 64 ml
- 1001 – 1250 gram → 56 ml
- 1251 – 1500 gram → 38 ml
- 1501- 1700 gram → 23 ml
- 1751 – 2000 gram → 20 ml
- 2001 – 3250 gram → 20 ml
- Contoh :
- Bayi 2700 gram → 20cc x 2,7 kg/24 jam → 54 ml/24 jam → 2.25 cc/jam
- Tetesan :
54 x 60 (mikro) → 2.25 tpm
24 jam x 60 menit
URTIKARIA

- Akut = < 6 minggu


Kronik = > 6 minggu

S O
- Riw. Urtikaria berulang Pemeriksaan Fisik :
- Riw. Pencetus - berbatas jelas,
- bentol (Wheal), - eritem disekelilingi,
- terasa gatal, - pucat bagian tengah,
- bersifat sementara, gejala puncak 3-6 - bersifat sementara,
jam, menghilang dalam 24 jam - gejala puncak 3-6 jam,
- Predileksi : seluruh permukaan kulit - menghilang dalam 24 jam

Pemeriksaan Penunjang :
- Darah Lengkap,
- Urin Lengkap
- Fx hati & Ginjal
- Tes Alergi
- IgE Atopi
P
- Hindari pencetus
- Self Limiting
- Lini 1 : Anti Histamin 1 atau 2 per oral
- Lini 2 : Kortikosteroid

ASAM-BASA

HAFAL NER!!!
pH 7,35-7,45
PCO2 35-45 (40)
pHCO3 22-26 (24)

a. RESPIRATORIK → pH & PCO2 berbanding terbalik ( atau )


 = Asidosis Respiratorik (PPOK, Asma)
 = Alkalosis Respiratorik (Serangan panik, hiperoksemia)
pH normal = Full Compensated
HCO3 Normal = Uncompensated

b. METABOLIK → pH & HCO3 berbanding lurus ( atau )


 = Alkalosis Metabolik (KAD, Dehidrasi)
 = Asidosis Metabolik (Muntah proyektil)
pH Normal = Full Compensated PCO2 Normal = Uncompensated
METABOLIK ENDOKRIN

DIABETES MELITUS

- Kelompok penyakit metabolic dengan karakteristik hiperglikemia kronik akibat kelainan


sekresi insulin, kerja insulin, atau keduanya.
- Yang paling sering → DM tipe 2

KLASIFIKASI DM
Destruksi sel beta/defisiensi insulin absolut
DM Tipe 1 a. Immunologik
b. Idiopatik
DM Tipe 2 Resistensi insulin, defisiensi insulin relative, gangguan
sekresi insulin bersama resistensi insulin
DM Tipe lain a. Defek fungsi sel beta
b. Defek genetika kerja insulin
c. Penyakit eksokrin pancreas
d. Karena Obat/zat kimia : vacor, pentamidin, asam
nikotinat, glukokortikoid, hormone tiroid,
aldostrenoma, somatostatinoma.
e. Endokrinopati : akromegali, sindrom cushing,
hipertiroidisme.
f. Infeksi : Rubella, CMV
g. Immunologi (jarang)
h. Sindrom genetic lain
DM GESTATIONAL

KRITERIA DIAGNOSA DM
Keluhan Klasik DM (Poliouri, Polifagi, Polidipsi)
a. Keluhan klasik (+) + GDS > 200 mg/dl atau GDP > 126 mg/dl → DM

b. Keluhan Klasik (+) + GDS < 200 mg/dl atau GDP < 126 mg/dl → Ulangi GDS &
GDP
Setelah diulangi :
- Bila GDS > 200 mg/dl atau GDP > 126 mg/dl → DM
- Bila GDS < 200 mg/dl atau GDP < 126 mg/dl → TTGO GD 2 jam

c. Keluhan Klasik (-) + GDS > 200 mg/dl atau GDP > 126 mg/dl

d. Keluhan Klasik (-) + GDS 100-125 atau GDP 140-199 → TTGO GD 2 jam

e. Keluhan Klasik (-) + GDS < 100 mg/dl atau GDP < 140 mg/dl → Normal
f. TTGO GD 2 jam
- > 200 mg/dl → DM
- 140-199 mg/dl → GDPT
- < 140 mf/dl → Normal

- CARA TTGO
a. Puasa 8 jam sebelum pemeriksaan (mulai malam hari), boleh minum air tanpa
kandungan gula
b. Cek GDS
c. Beri glukosa 75 gram orang dewasa, 1,75 gram/KgBB anak-anak + air 250 cc,
minum selama 5 menit
d. Puasa kembali selama 2 jam
e. Cek kembali GDS
f. Selama pemeriksaan, pasien harus istirahat dan tak merokok

- Pemeriksaan HbA1c digunakan untuk follow up terapi DM

- TATALAKSANA DM :
- Non farmakologi :
a. Menjaga BBI pasien DM → BBI = 90% (TB (cm)-100) x 1 kg
Untuk Laki-laki <160 cm dan perempuan <150cm → (TB (cm)-100) x 1 kg
Interpretasi :
- Normal : BBI  10%
- Kurus : < (BBI-10%)
- Gemuk : > (BBI+ 0%)

Atau bisa juga dengan hitung IMT → BB (kg)/TB (m2)


Interpretasi :
- BB kurang : < 18,5
- BB Normal : 18,5-22,9
- BB lebih : > 23
- Dengan resiko : 23-24,9
- Obes 1 : 25-29,9
- Obes 2 : > 30

b. Kebutuhan Kalori Basal


- Pria : BBI x 30 kal/KgBB
- Wanita : BBI x 25 kal/KgBB
c. Edukasi :
- Karbo : mengurangi makanan berkarbo dan utamakan
makanan berserat, makan 3x sehari dengan selingan buah
- Lemak : batasi makanan berlemak jenuh (LDL) : daging
berlemak, susu
- Protein : kurangi bila pasien nefropati, contoh makanan seperti
seafood, daging merah, ayam tanpa kulit, kacang-kacangan, tahu,
tempe, susu rendah lemak.
- Na : gunakan garam rendah Na, vetsin, soda, dan makanan
berpengawet
- Latihan : olahraga rutin seperti aerobic, jalan kaki, sepeda
santai, jogging, renang, 4-5x seminggu selama <30 menit

- Farmakologis
Cek HbA1c !!!
- <7 → life style
- 7-8 → life style + monoterapi
- 8-9 → life style + Dual terapi
- 9-10 → life style + Triple terapi (3 obat atau 2 obat + Insulune basal)
- > 10 → INSULIN (GDS > 300)

a. Gol. Sekretagogue
- rangsang sekresi Insulin
- Indikasi : Pasien kurus/ BB normal
- Kontraindikasi : Obesitas → Karena menambah BB
- Cara pemberian : Diberikan 15-30 menit SEBELUM MAKAN
- Jenis Obat
- Sulfonilurea :
- GLIBENKLAMID Sediaan : 2,5-5 mg, Dosis : 2,5-15 mg (1-2x)
- GLIMEPIRID Sediaan : 1,2,3,4 mg, Dosis 0,5-6 mg (1x1)

b. Gol. Non sekretagogue


- BIGuanide : menurukan gluneogenesis dihepar dan meningkatkan
sensitivitas insulin
- Indikasi : pasien GEMUK
- Kontraindikasi : Gagal ginjal (pake insulin saja)
- Efek Samping : mual, muntah, diare, laktat asidosis
- Cara pemberian : SESUDAH MAKAN
- Jenis Obat
- METFORMIN Sediaan : 500 mg dan 850 mg, Dosis : 250-3000
mg (3x1)
Thiazolidinedione : meningkatkan sensitivitas terhadap insulin
Indikasi : Pasien kontraindikasi METFORMIN, Dislipidemia
KontraIndikasi : Pasien HT, Pasien ggn jantung
Cara pemberian : Tidak bergantung jadwal makan
Jenis Obat : PIOGLITAZON Sediaan : 4 mg Dosis : 4-8 mg (2x1)

-glukosidase inhibitor : Hambat absorbs gula diusus,


Efek Samping : flatus, perut kembung, diare
Cara pemberian : Setelah Suapan pertama
Jenis Obat : ACARBOSE Sediaan : 50 mg, 100 mg; Dosis : 100-300 mg

DPP 4 Inhibitor
SGLT-2 Inhibitor

HbA1c GDP
6 126
7 154
8 183
9 212
10 240
11 269
12 298

Indikasi terapi INSULIN :


- Mutlak :
- DM Tipe 1
- Absolut :
- Gagal Obat (OHO) dosis optimal (3-6 bulan)
- HbA1c > 10
- GDS > 300 mg/dl; GDP > 250
- Pasien Infeksi/Sepsis/TB + DM
- Kaki diabetic terinfeksi
- Riw. Pankreotomi
- Kehamilan
- Komplikasi Akut/Kronik
- Akut : KAD & HONK
- Kronik : Makro & Mikro
Efek Samping → HIPOGLIKEMIA
Cara pemberian Insulin basal bolus :
- Hitung Total dosis insulin : 0.5 IU x KgBB
- Kemudian hitung dosis insulin prandial, 60% dari total dosis insulin
- 60% x 30 IU = 18 IU
- 18 U dibagi 3x pemberian : 18/3 = 6
- Pagi 6 - siang 6- malam 6
- Kemudian hitung dosis insulin basal, 40% dari total dosis insulin
- 40% x 30 IU = 12 IU, diberikan pukul 22.00 (sebelum tidur)

Jenis Insulin :
- POST PRANDIAL(yang dikasih 3x) :
 GDS → berikan setelah makan (kerja cepat/short acting)
- Rapid : (analog/buatan/bukan dari manusia) NOVORAPID
- Short : Homolog (dari manusia), Insulin Regular → Humulin R Vial (syringe 1
cc)

- BASAL (yang dikasih 1x malam) :  GDP


- Intermediate : Homolog (Zinc Insulin, NPH, Humulin N)
- Long : Glargin (LANTUS), Detemir (LEVEMIR)

KRITERIA PENGENDALIAN DM
- GDP = 80-130
- GD2pp = < 180
- HbA1c = < 7

KOMPLIKASI DM
Akut : Syok Hipoglikemik, KAD, HONK
Kronik : Mikroangiopati, Makroangiopati

Akut
1. Syok Hipoglikemik → GDS < 70mg/dl
Etiologi : OHO sekretagogue & Insulin, asupan makan tidak adekuat, kegiatan fisik
berlebihan, hipoglikemia post prandial (genetik)
Gejala : Lapar, mual, TD menurun, lemah, lesu, sulit bicara, keringat dingin, bibir atau
tangan bergetar, biasa tidak sadar kalau berat
PENURUNAN KESADARAN + RIW. DM → Curiga HIPOGLIKEMIA
Klasifikasi : Ringan ( 50-70), Sedang (35-50), Berat (<35)
Tx : Sadar →
- Larutan gula 20-30 gr (2 sendok makan gula murni atau makanan mengandung
karbohidrat
- Stop OHO
Tidak sadar →
a. D40% 2 flacon (50 cc) Bolus
b. D10%/IV (8jam) per kolf (bila tak ada penyulit)
c. Periksa GDS (pakai glucometer bila perlu) :
GDS < 50 = 2 flacon D40% (50 cc) Bolus
GDS < 100 = 1 flacon D40 % (25 cc) Bolus
d. Periksa GDS per 15 menit setelah diberikan D40% :
GDS < 50 = 2 flacon D40% (50 cc) Bolus
GDS < 100 = 1 flacon D40 % (25 cc) Bolus
GDS 100-200 = Hanya infus D10% tanpa Bolus
GDS > 200 = turunkan tetesan Infus D10%
e. GDS >100 mg/dl 3x berturut → pantau GDS per 2 jam
GDS > 200 → ganti infus dengan D10% atau NaCl 0,9%
f. GDS >100 mg/dl 3x berturut selang 2 jam → pantau GDS per 4 jam
GDS > 200 → ganti infus dengan D10% atau NaCl 0,9%
g. GDS >100 mg/dl 3x berturut selang 4 jam → pantau GDS sesuai kebutuhan
sampai efek obat OHO sdh habis dan pasien dapat makan
h. Hipoglikemia belum teratasi → Glukagon 0,5-1 mg/IV atau IM
i. Pasien belum sadar + hipoglikemia teratasi → cari penyebab lain atau sdh
terjadi brain damage akibat hipoglikemia dalam waktu yang Panjang

Cara Tatalaksana hipoglikemia dewasa di RS :


- Penanganan Awal :
- Bila GDS < 50 → 50cc D40% = (2 flacon D40%)
- Bila GDS < 100 → 25cc D40% = (1 flacon D40%)
- Kalau tidak ada D40 → pakai D10% 150 cc dalam 15 menit
- Maintanance → D5% 1 kolf/6 jam atau D10% 1 kolf/5 jam (100 cc/jam) →
sampai pasien bisa makan
- Evaluasi gds per 15 menit/30 menit/1 jam
- Observasi ICU

2. KAD (Ketoasidosis Metabolik)


Etiologi : Riw. DM Tipe 1 atau Riw. DM tipe 2 dengan keton (+)
Px : Napas bau buah + Keton Urin (+), GDS > 250, Nafas Kusmaull, pH 
Cek GDS + Elektrolit + Analisa Gas Darah
Grade KAD :
a. Mild → pH > 7.5
b. Moderate → pH > 7-7.5
c. Severe → pH < 7
Tx KAD:
- Rehidrasi Resusitasi NaCl 0,9% (Untuk perbaiki perfusi jaringan dan menurunkan
hormone regulator)
- 1000-2000 cc (100cc/kgBB) → 1 jam pertama
- 1000 cc → 1 jam kedua
- Insulin post prandial setelah 2 jam rehidrasi
- Awal → Bolus IV 10 UI atau 0,15 UI/KgBB
- Infus Regular (kerja pendek) 0,1 UI/KgBB/Jam atau 5 UI/Jam
- Naikan dosis insulin 1 UI per 1-2 jam bila penurunan GD < 10% atau status
asam basa tidak membaik
- Kurangi dosis bila GD < 250 mg/dl, keadaan klinis membaik, dan kadar GD
yang turun > 75 mg/dl→ (0,05-0,1 UI/KgBB/jam)
- Jangan menurunkan infus insulin < 1 UI/jam
- Pertahankan GD 140-180 mg/dl
- Bila < 100 mg/dl → ganti cairan dengan D10%
- Bila pasien sdh dapat makan → pertimbangkan insulin subkutan
- Insulin IV jangan dihentikan bila insulin subkutan dimulai, lanjutkan 1-2 jam
- Bila pasien pernah terapi insulin dan GD sdh terkontrol Kembalikan ke dosis
awal
- Bila pasien belum pernah terapi insulin → berikan insulin SC 0,6/KgBB/hari
(basal-prandial 50:50)
- Cek kalium → Insulin dapat menurunkan kalium (<6)
- Bila pH <7 (Asidosis Metabolik) → Na.Bicarbonat

Dosis terapi Insulin :


Syringe Pump → 50 UI Insulin dalam 50 cc NaCl 0,9%
- GDS > 300 mg/dl → 6 UI/Jam
- GDS 200-300 mg/dl → 3 UI/Jam
- GDS < 200 mg/dl → 1,5 UI/Jam
Mikrodrips → 24 UI insulin dalam 100 cc NaCl 0,9%
- GDS > 300 mg/dl → 24 tpm
- GDS 200-300 mg/dl → 12 tpm
- GDS < 200 mg/dl → 6 tpm

SEBELUM BERIKAN INSULIN HARUS DIBERIKAN CAIRAN YANG ADEKUAT


BILA TIDAK AKAN MENYEBABKAN HIPOTENSI, KOLAPS VASKULAR,
KEMATIAN!

3. HONK ( Hiperosmolar Non Ketotik)


Etiologi : Riw. DM tipe 2
Px : GDS > 600 + Osmolaritas > 320 mOSm/kg
Tx : sama seperti KAD
TERAPI KRISIS HIPERGLIKEMIA
- Tx:
- Rehidrasi Nacl 0.9% → 15-20 cc/kgbb/jam (hati-hati pasien gangguan
jantung dan ginjal)
- 1 jam pertama → 3 kolf → 30 menit pertama 2 kolf; 30 menit
kedua 1 kolf
- 1 jam kedua → 2 kolf
- 1 jam ketiga → 1 kolf
- 1 jam keempat → 1 kolf
- 1 jam kelima → ½ kolf
- Bila na > 150 mmol/l → ganti dengan Nacl 0.45%
- Bila GD < 200 mg/dl → ganti dengan D5%
- Insulin :
- Bolus 0,15 U/Kgbb lanjut Syringe Pump 0,1 U/KgBB/Jam
- Cek gds per jam
- Jika dalam 1 jam gds tidak turun 50 mg/dl → cek hidrasi → bila
adekuat → naik dosis insulin 2x lipat → target penurunan 50-75
mg/dl
- Jika GD < 200 pada KAD/< 300 pada HONK → turunkan insulin
0.05-0.1 U/KgBB/Jam, kemudian infus D5%/D10%
- Jika GD Stabil 200-300 mg/dl dalam 12 jam dan pasien sdh bisa
makan → turunkan insulin 1-2 U/Jam
- Cek Keton → bila (-) → stop syringe pump, lanjut insulin basal
bolus
- Monitor GD per 1-2 jam, bila stabil → per 4 jam
- Saat hentikan syringe pump → suntikan terlebih dahulu insulin
rapid acting → tunggu 2 jam → stop syringe pump → lanjut insulin
rapid acting

- Bila tidak ada syringe pump → lakukan secara SC/IM


- 0.4-0.6U/kgbb :
a. 50% dibolus IV
b. 50% di SC/IM → lanjut 0.1U/KgBB/Jam/SC/IM

Kronik
1. Mikroangiopati → Retinopati diabetic, Nefropati Diabetik
2. Makroangiopati → Stroke, ACS, Kaki diabetic

Penanganan Hiperglikemia :
- Beri nacl 0.9% 2-4 kolf, dihabiskan 15-30 menit
Bila ada masalah jantung, cukup 2 kolf
- Setelah itu ukur GDS
- Bila GDS masih diatas 500 → berikan 10 IU novorapid/IV dan siapkan 50 IU insulin
novorapid dalam 50 cc nacl via syringe pump.
- Setelah 10 IU novorapid masuk → cek gds → berapapun hasilnya, tetap dibagi 100.
Contoh : GDS 630 → 630 dibagi 100 → 6.3 → jadi syringe pump jalan di 6.3 cc/jam

KAKI DIABETIK
- Riw. DM lama + luka dibagian tubuh terutama kaki + riw.infeksi
- Px fisik :
- Vaskular
Palpasi pulsasi arteri, perubahan warna kulit, edema, perubahan suhu, atrofi kulit.
- Neuropati
Sensasi halus dengan kapas, sensasi suhu, pinprick untuk nyeri, nyeri tungkai saat
istirahat
- Kulit
Kulit kering, ada callus, fissure, ulkus, gangrene, infeksi, akantosis nigikans,
dermopati

a. Derajat 0 : Tidak ada lesi


b. Derajat 1 : Ulkus Superficial
c. Derajat 2 : Ulkus dalam, menembus tendon dan tulang
d. Derajat 3 : Abses dalam, dengan atau tanpa osteomyelitis
e. Derajat 4 : Gangren distal kaki, dengan atau tanpa selulitis
f. Derajat 5 : Gangren seluruh kaki atau sebagian tungkai

- Tx Kaki Diabetik
- Pencegahan (bila belum ada luka dikaki pada pasien beresiko/pasien DM)
a. Tidak boleh berjalan tanpa alas kaki
b. Rutin periksa kaki setiap hari, periksakan kedokter bila ada luka, kemerahan,
atau kulit terkelupas.
c. Cek alas kaki setiap ingin memakai dari benda asing
d. Jaga kaki tetap bersih, tidak basah, dan jaga kelembaban kaki
e. Potong kuku secara teratur
f. Gunakan kaos kaki berbahan katun, dan ujungnya tak terlipat saat dipakai
g. Kalau ada callus atau mata ikan, tipiskan secara halus
h. Sepatu jangan terlalu longgar atau terlalu sempit
i. Hindari kontak bahan panas

- Perawatan Kaki Diabetik dengan luka


Kontrol mekanik
- Istirahatkan kaki
- Hindari tekanan didaerah yang luka
- Gunakan bantal saat baring dibagian tubuh menonjol
- Memakai Kasur anti decubitus
- Distribusi beban tekanan
Kontrol luka
- Evaluasi jaringan nekrotik
- Balut luka dengan pembalut basah atau lembab
- Debridemen dan nekrotomi
- Amputasi
Kontrol Infeksi (mikrobiologi)
- Antibiotik → metronidazole
Kontrol metabolic dan control vaskular

Indikasi nekrotomi/Debridement
- debris dan jaringan nekrosis (derajat 2)
- kerusakan jaringan dan pus pada ulkus yang terinfeksi

Indikasi Amputasi
- jaringan nekrotis luas,
- iskemik jaringan (tak dapat direkonstruksi)
- gagal revaskularisasi
- charcot foot
- infeksi akut dengan ancaman kematian (gas gangrene)
- infeksi tdk membaik dengan terapi adekuat
- deformitas berat tak terkontrol, ulkus berulang

Berikan Protein + Vit A + Vit B Comp

DAWN PHENOMENOM → Kadar insulin ↓ (pada malam hari), growth hormon ↑ (akibat
inadekuat terapi → Efek normal pada pasien DM → Tx : Naikan dosis obat/insulin

SOMOGYI EFFECT → Kompensasi hiperglikemia muncul dipagi hari karena


hipoglikemia pada malam hari (dosis insulin terlalu tinggi) → Tx : Turunkan dosis obat atau
insulin
SINDROM POLIKISTIK OVARIUM (PCOS)

- Sindrom akibat resistensi insulin, ditandai dengan obesitas, menstruasi tidak teratur,
tanda androgen berlebih (hirsituisme, jerawat). Ada kista multiple dalam ovarium.
- Etiologi → Tidak jelas
- Kriteria diagnosa (Eshre/Asrm Rotterdam 2003)
- Menstruasi tidak teratur dan infertilitas akibat disfungsi ovulasi.
- Hiperandrogenisme (ada bukti klinis atau lab)
- USG Pelvis atau Transvaginal ovarium ditemukan > 10 kista folikular.
- Lab →
- GDP/GDS → untuk cek ada tanda sindrom metabolic
- Kortisol pada 08.00 pagi hari → singkirkan DD Cushing syndrome
- 17-hidroksi progesterone → singkirkan virilisme adrenal
- DHEAS ( dehydroepiandosterone)
- USG
- Tx → sesuai gejala
- Metformin
- Progesterone (10-12 hari) tiap 1-22 bulan
DISPLIPDEMIA

- Kelainan metabolisme lipid yang ditandai peningkatan atau penurunan fraksi lipid
plasma.
- Kelainan fraksi lipid →  Kolesterol total, LDL, HDL, Trigliserida
- EAS (European Athersclerosis Society)
a. Hiperkolesterolemia → > 240 mg/dL
b. Hipertrigliserida → > 200 mg/dL
c. Dislipdemia campuran → Kol. > 240 mg/dL, Trig > 200 mg/dL

- Klasifikasi kadar kolesterol NCEP ATP III (2001) :


- LDL
- < 100 mg/dl - Normal
- < 130 mg/dl - Hampir Normal
- < 160 mg/dl - Tinggi
- > 190 mg/dl - Sangat Tinggi

- Kol. Total
- < 200 mg/dl - Normal
- < 240 mg/dl - Tinggi
- > 240 mg/dl - Sangat tinggi

- HDL (40-60)
- < 40 mg/dl - Rendah
- > 60 mg/dl - Tinggi

- Faktor resiko
- PJK, DM, gagal ginjal kronik, stroke, aneurisma aorta abdominal
- Merokok
- Hipertensi
- HDL rendah < 40 mg/dl
- Riw. PJK dini (ayah <55 thn, Ibu < 65 thn)
- Usia : Pria (> 45 thn), wanita (> 55 thn)

- Tatalaksana :
a. Pasien Hiperkolesterolemia
- Mengurangi makanan berlemak jenuh (makanan berminyak, soft drink)
- Konsumsi asam lemak omega 3, makanan tinggi serat
- Kurangi BB dam tingkatkan aktivitas fisik
- Bila respon diet terlihat dalam 3-4 minggu, tingkatkan aktivitas fisik dan
olahraga, hentikan rokok dan minuman beralkohol, Hipertensi,
hipertrigliseridemia, atau obesitas sentral.
- Pertahankan dan turunkan berat badan
- Bila tidak ada perubahan selama 6 minggu, pertimbangkan untuk terapi
farmakologis dan meneruskan pengaturan makan dan aktivitas fisik

- Tx Farmakologis
- Gol. Statin (kol. Total , LDL )
- Simvastatin 2x5 mg/1x10-20 mg (max 40 mg)
- Atorvastatin 1x10-20 mg mg (max 40 mg)
- Bile acid sequestrant (kalau LDL tidak turun)
- Koelstiramin 4-16 mg
- Nicotic Acid 2x100 mg (kol. Total , LDL )

- Pantau profil lipid per 6 minggu


- Koleterol capai target → pantau per 4-6 bulan
- Belum capai target? → intensifkan atau naikan dosis atau kombinasikan

b. Pasien Hipertrigliserida
- Non farmakologis, seperti pasien hiperkolesterol
- Farmakologis
- HDL > 30 mg/dl dari LDL
- Obat penurun kolesterol LDL atau
- Nicotinic acid atau fibrat : (kol. Total , Trigliserida )
- Trigliserida < 400 → Statin
- Trigliserida > 400 → Gemfibrosil 2x 600 mg atau 1x 900 mg
- Fenofobrat 1x200 mg
- Statin dan fibrat tidak boleh digabung
TIROID

- Benjolan dileher diikuti gerak menelan


- Benjolan/struma nodusa
- Gejala (+) → Struma Nodusa Toksik
- Gejala (-) → Struma Nodusa Non toksik
- Struma Difusa
- Gejala (+) → Struma Difusa Toksik
- Gejala (-) → Struma Difusa Non Toksik

- Benjolan dileher diikuti gerakan menelan → SKRINING TSH (utama), FT3, FT4
- Skrining normal? → Eutiroid = Curiga Tumor → USG thyroid (Hot atau cold nodul)
→ Cold nodul? →BIOPSI/FNAB → Ca Thyroid (80% tipe papiller)
→ Hot Nodul? → Hipertiroid
- Gejala Ca Thyroid = Pembesaran thyroid, BB , Suara serak

- Gejala tiroid = Keringat, BB , berdebar

- Tiroiditis
- Akut : Benjolan dileher + Demam + fungsi tiroid normal
- Subakut : disebabkan virus De Quarvian
- Kronik : Hashimoto, Riedel
HIPERTIROID (TSH , T4 )
HIPERTIROID Grave’s Disease Tiroktosikosis
Berdebar, berkeringat, BB  Hipertiroid (+), Hipertiroid (+),
Eksoftalmus (+), autoimun Gangguan ttv (demam),
TSH , T4 ; Stellwag sign (+)  Kesadaran
Subklinis → TSH , T4 N Mata kurang berkedip dan
Ibu hamil → TSH N, T4  menutup tidak sempurna

TSH , T4 
Autoimun : Anti TSH (+)

KRISIS HIPERTIROID : Demam + TSH , T4 


HIPERTIROID SEKUNDER : Tumor Hipofisis + TSH , T4 

Terapi Hipertiroid :
PTU/Propiltiourasil (3x100-200 mg) Metimazole
300-600 mg terbagi Grave : 10-20 mg/hari PO
Aman untuk ibu hamil (trimester 1) Hipertiroid ringan : 3 x 5 mg
Hambat konversi T3-T4 diperifer Hipertiroid sedang : 3 x 10 mg
Hipertiroid berat : 3 x 20 mg

Hambat uptake iodium


Aman untuk ibu hamil trimester 2 dan 3

Terapi KRISIS TIROID :


- Cairan diguyur
- PTU Loading : 600-1000 mg atau metimazole 6x20 mg
- Lugol : 6-8 tts/8jam (lugol = iodium t=radioaktif l 131), mengecilkan tiroid sebelum
operasi

Komplikasi Operasi
- Hipotiroid seumur hidup
- Cedera N. Laryngeus Recurrens
- Hipoparatiroid primer
HIPOTIROID (TSH  T4 )
Hipotiroid/ Hashimoto Krisis Hipotiroid/
Myxedem Tiroiditis koma Myxedem
Lemas, malas, gemuk, Hipotiroid Hipotiroid +  Kesadaran
tidak tahan dingin Perempuan Lebih banyak
Myxedem = Bengkak kulit Autoimun

TSH  T4  TSH  T4 
Subklinis = TSH  T4 N Anti TPO (+)
PA : banyak jaringan limfoid
Goiter Endemik = def. dalam folikel tiroid
iodium

Hipotiroid kongenital =
ibu riw minum PTU

Creatinisme = Cebol, gemuk, bodoh (def. hormone tiroid)


Dwarfisme = Cebol, pintar (def. growth hormone)

Tx :
- Levotiroksin 25 mg (1x1)
- Koma Myxedem =
- Loading = 1 x 200-500 mcg, kemudian 50-100 mcg/hari sampai pasien stabil

HIPERPARATIROID
PRIMER SEKUNDER
Etiologi : Adenoma, Hiperplasia primer Etiologi : Renal Failure
Px : PTH , Kalsium  Px : PTH , Kalsium 

HIPOPARATIROID (PTH)
- Primer : Riw Op + paratiroid terangkat
- Sekunder : Ada penyakit sebelumnya
Kejang tetani → Kalsium , PTH 
GEJALA :
- Chvostek sign (+) → Ketuk pipi
- Trosseau (+) → fleksi telapak tangan saat ditensi (carpopedal spasme)
EKG : Long QT syndrome (Hipocalcemia)
Lab : Hipokalsemia, hiperfosfatemia
Terapi :
- Ca Glukonas (100mg/cc) (@10cc) atau,
- Kalsium oral dosis tinggi ( 1g) (Calcium lactate tab 500 mg) + Vit D (1-3 mg/hari)
(40.000-120.000 U/hari)
- Diuretic tiazid
ADRENAL

INSUFIENSI ADRENAL :  Hormon adrenal


- Primer : Addison disease
Etiologi : Autoimun, Kelenjar adrenal rusak
Gejala : BB  + Hiperpigmentasi kulit (hitam)
Px : ACTH  + Kortisol  (fx adrenal), Hipoglikemia, Hiperkalsemia

- Sekunder : Riw. Penghentian steroid mendadak

- Krisis adrenal : Addison disease, lemas, Hipotensi


Px : Hiponatremia, Hiperkalemia, asidosis metabolic

Tx Addison dan Krisis adrenal


Awal → Infus NaCl 0,9%
Kemudian → Bolus kortikosteroid 100 mg, Lanjut → Kortikosteroid 100 mg/4-6 jam

CUSHING :  Hormom Adrenal


Gejala : Moon face, striae, Buffalo hump
Lab : Hiperglikemia, Kortisol 
- CUSHING DISEASE
ACTH dependent, kelainan dari atas (Hipofisis)
Adenoma Hipofisis = Cushing + Nyeri kepala + Hemianopsia
ACTH , Kortisol , tes supresi dosis tinggi (+)

- CUSHING SYNDROME
ACTH Independent, kelainan dari bawah
Tumor adrenal = Feokromasitoma = Hipertensi + Nyeri kepala + palpitasi + diaphoresis
Kortisol dari luar = Ex. Jamu
ACTH , Kortisol , Tes supresi dosis rendah (-)

Note :
- Tes supresi dosis tinggi = malam minum dexa 8 mg, keesokan harinya diukur
kortisol menurun.
- Tes supresi dosis rendah = malam minum dexa 2 mg, kesekokan harinya diukur
kortisol tetap
- Tx= Replacement terapi

HIPOFISIS
- DM Insipidus = sering BAK, GDS normal
- D.I Sentral → ADH dari hipofisi posterior tidak ada, Tes Osmolaritas  setelah
diberikan desmopressin
- D.I Nefrogenik → ggn dari ginjal, Tes Osmolaritas tetap
Tx= Vasopressin → ADH

- Tumor Hipofisis = Nyeri kepala, ggn penglihatan, hiperprolaktinemia (hipofisis


anterior) = keluar air susu (prolaktinoma), menurun libido, ggn menstruasi
Lab → MRI, Ct scan, FSH-LH, ACTH, TSH FT4
Tx → Bedah mikro, Radioterapi
OBESITAS
Penumpukan jaringan adiposa berlebih.
Kriteria diagnose → Ukur IMT BB(KG)/TB (m2)
< 18,5 → Kurang
18,5-22,9 → Normal
> 23,0 → BB lebih
23,0-24,9 → Beresiko
Obes Tingkat 1 → 25,0-29,9
Obes Tingkat 2 → > 30,0
Tx
Beresiko Nutrisi + aktivitas fisik+ perilaku
Obes 1 Nutrisi + aktivitas fisik+ perilaku + obat
Obes 2 Nutrisi + aktivitas fisik+ perilaku + obat + pembedahan
Nutrisi → diet kalori 500-1000 kkal/hari
Aktivitas fisik → olahraga 30-45 menit/hari. 3-5x seminggu
Terapi perilaku → Gaya hidup sehat
Obat → Orlistat 120 mg (3x1) (dihentikan bila penurunan <5% dalam 12 minggu)
GASTRO

DISPEPSIA
(Kriteria rome III : Epigastrical pain, post prandial fullness)
Gejala : nyeri ulu hati, nyeri epigastric, begah
Curiga ggn organik : (RUJUK ENDOSKOPI)
- Usia > 45 tahun
- BB turun, melena, anemia,
- Demam, riw. Kanker lambung
Tx :
- Prokinetik : Domperidone 10 mg (3x1)/ Metoklopramide 10 mg (3x1) (mempercepat
pengosongan lambung)
- Step up → Antasida doen 200 mg (3x1) atau Ranitidin 15 mg (2x1), baru PPI
- Tx Ibu hamil : Antasida, ranitidine, ondansetron
- Sucralfat dapat diberikan untuk faktor definitif
Efek samping
- MgOH → mencret, diare
- AI OH3 → Konstipasi
- Prokinetik → EPS, Meto > Dompe

ULKUS
Nyeri Ulu hati + melena
Gaster Peptic Duodenal
Membaik setelah makan, Nyeri saat perut kosong, Nyeri saat perut kosong (2-3
Nyeri saat perut Nyeri Setelah makan jam setelah makan)
terisi/makan Membaik setelah makan
Luka dicorpus/fundus Luka dipylorus Luka di duodenum
Px = Sederhana → Barium meal/ oesofageal maag duodenografi (OMD)
Gold → Endoskopi, ada H.Pilori (+) ? → Gastritis
Komplikasi = perforasi → Defans Muskular (+)
Tx = Step Down → PPI Dosis tinggi → OMZ 2x20 mg/ Lanso 1x30 mg lalu diturunkan
Mucoprotector → Sucralfat

GASTRITIS (Infeksi Bakteri Pylori)


- Gejala ulkus (nyeri ulu hati) + tanda infeksi H. Pylori + Nafas bau pesing/ammonia
- Px : Urea breath test (+) dengan syarat tdk minum OMZ/Antibiotik 2 minggu
sebelumnya, tidak makan tinggi serat 2 hari sebelumnya. Gold : Histopatologi/kultur
- Tx =
- Triple Therapy PAC = PPI (OMZ 2x20 mg) + Amoxiciline 2x1000 mg +
Clarithtomycin 2x 500 mg (7-14 hari)
GERD ( Gastro Esophageal Reflux Disease)
- Etiologi : kelemahan sfingter
- Faktor Resiko : Obes, alcohol, merokok, Hamil, usia
- Gejala : Nyeri terbakar ulu hati (heart burn) + asam dimulut
- DD : Diseksi aorta : dada teriris
: Mallory Weiss tear : esophagus robek akibat alcohol → muntah hebat
: Aneurisma Aorta Abdominal = tampak pulsasi diepigastric
- Tx : Non farmakologis
Kurangi makan makanan menstimulasi asam (kopi, coklat, keju,
soda)
Naikan posisi kepala saat tidur
Makan 2 jam sebelum tidur
: Farmakologis → PPI + Antasida
- Komplikasi : Granuloma laring → Karena asam lambung terbentuk cobblestone
: Esofgitis korosif → Baret esophagus → Ca → tidak boleh bilas
lambung!!!

INFLAMATORY BOWEL DISEASE (IBD)


Colitis Ulcerative Chrone disease
Colon saja Mulut sampai anus
Sering di rectosigmoid Sering di ileocaecal
Makroskopis : diare berdarah (jelas) Makroskopis : diare berdarah (tidak jelas)
Px : Barium Enema Px : Barium enema
→ Loss of haustra/Lead pipe (haustra → Skip lesion + string sign (ada daerah
tampak lurus semua) yang sakit dan sehat)
PA : Abses crypte PA : Granuloma (+), cobblestone (+)
Resiko tumor (++) (radang pada usus)
Resiko tumor (+)
IRRITABLE BOWEL SYNDROME (IBS) (Kriteria Rome 4)
- Gejala → Nyeri perut + pemeriksaan fungsional normal (bukan organik) +
Meningkat saat stress, membaik setelah BAB
- IBS tipe diare → Loperamide 2 mg (3x1), kalau diare karena infeksi/berdarah →
Atapulgit (antitoksin)
- IBS tipe Konstipasi → Bisacodyl 5mg (1x1) (dulcolax)
- IBS tipe nyeri perut (melilit) → Papaverin 40 mg (3x1)

DIARE
Berdasarkan kejadian :
- Akut → <14 hari
- Kronik → >14 hari (bukan infeksi)
- Persisten → >14 hari (infeksi)

- Diare Berlemak (steatore)


etiologi : Giardia lamblia (parasite berekor)
Tx : Metronidazole 250 mg (3x1) (3 hari)

- Diare Cucian beras


Etiologi : Vibrio cholera
Tx : Doksisiklin 300 mg SD/ Azitromisin 1 gr SD/ Tetrasiklin 3x500 mg (3 hari)
Px : Kultur TCBS (Tiosulfat sitrat bile salt) → Kuning keemasan

- Diare tidak berdarah


Etiologi : Rotavirus → tidak berdarah, tak ada lendir → one day care
: ETEC : Enterotoxicgenic E.Coli → Darah (-), Demam (-)
Traveller diare, biasa sama bayi
: EPEC : Enteropathogenic E.Coli → Darah (-), Demam (+)
Tx E.Coli = Ciprofloxacin 2x500 mg (3-5 hari)/ Cotrimoxazole 240 mg 2x1 (3 hari)

- Diare Berdarah
Etiologi :
- EHEC : Enterohaemorrhagic E.Coli , Shigella, Amoebiasis (Tidak demam) →
Daging setengah masak
- EIEC : Enteroinvasive E.Coli (Demam) → Susus mentah/Keju
Tx E.Coli : Ciprofloxacin 2x500 mg (3-5 hari)/ Cotrimoxazole 240 mg 2x1 (3 hari)

Shigellosis
BAB Cair > 10x/hari + Demam + Dehidrasi
Px : Feses rutin → Leukosit ; Kultur SS agar : merah terang, Roeleaux
Tx : Ciprofolxacin 2x500 mg (3hari)/ Cotrimoxazole 2x960 mg (3 hari)
Amoebiasis
BAB cair < 10x/hari + nyeri perut + Ludwig sign (+) massa dikanan atas (riw.
Abses hepar ) + feses bau asam
Px : Kista inti 4, tropozoit inti eritrosit, pseudopodia
Penyebaran : tropozoit melalui kista
Tx : Metronidazole 4x 500 mg (7-14 hari)

INFEKSI CLOSTRIDIUM
- Keracunan makanan
- Clostridium Botolinum
Riw. Makan makanan kaleng, gejala lumpuh otot wajah
Tx : Antitoksin botulinum, Humana Botulism Ig (BIG-IV) SD 50 mg/kg
- Clostridium Perfringens
Riw. Makan daging busuk → Diare, atau luka bau gangrene
- Keracunan obat
- Clostridium difficile/Pseudomembran
Diare karena riw. Konsumsi antibiotic lama
Tx : stop AB, ganti metronidazole 500 mg (4x1) 7-14 hari
Tx umum : Rehidrasi, koreksi ggn elektrolit dan asam basa, simptomatik (antiemetic→
domperidone), ventilasi mekanik bila gagal napas

Tx diare :
- Cairan :
- Dehidrasi minimal : 103/100 x 30-40 mL/KgBB/hari
- Dehidrasi ringan sedang : 109/100 x 30-40 mL/KgBB/hari
- Dehidrasi berat : 112/100 x 30-40 mL/KgBB/hari
- Terapi Simptomatik :
- Attalpugit → inaktivasi toksin bakteri penyebab diare
- Probiotik → berkompetisi dengan pathogen untuk nutrisi dan reseptor sal. Cerna
- Loperamid → antimotilitas → kurangi frekuensi BAB → jgn diberikan pada
bayi/anak, sebabkan ileus paralitik, ibu hamil → abortus.
- Bismuth → kurangi volume tinja → diberikan per 4 jam
HEMATEMEMESIS MELENA
Muntah darah kehitaman → Tanda perdarahan saluran cerna atas/proksimal lig. Treitz
Mual + Kembung + nyeri abdomen
Riw. Konsumsi NSAID jangka panjang, merokok, alcohol
Keparahan dinilai dari skor Glasgow-blatchford
Px: endoskopi saluran cerna

Tx :
Awal :
- O2
- Infus 2 line RL
- Transfusi PRC → Bila blood loss >30% atau Hct < 18% (menurun > 6%) sampai target
dewasa muda 20-25%, dewasa tua 30%
- Transfusi FFP →bila trombositopenia
- Rawat ICU bila → syok, perdarahan aktif, penyakit komorbid serius

Farmakologi :
- Non Varises
- PPI (lanso)/ Antagonis H2 (Ranitidine) per IV
- Sitoprotektor : Sucralfat 3-4x1
- Varises :
- Somatostatin bolus 250 ug + drip 250 ug/jam per IV
- Vassopresin 50 unit dalam 100 cc D5% → 0,5-1 mg/menit/IV selama 20-60 menit,
bisa diulang per 3-6 jam
Dilanjutkan per infus 0,1-0,5 U/ menit
Vassopresin bisa ditambahkan nitrat → cegah insufiensi aorta mendadak
Nitrogliserin iv → dosis awal : 40 mcg/menit → titrasi sampai 400 mcg/menit
- Propanolol 2x10 mg → bisa ditingkatkan sampai diastolic turun 20 mmhg/ nadi
turun 20%
- ISDN 2x1/hari sampai KU stabil
- Metoklorpramid 3x10 mg/ hari
- Pecah varises/ penyakit hati kronik/ sirosis hati → Laktulosa 4x1 Cth +
Ciprofloksasin 2x500 mg/cephalosporin gen 3→ berikan sampai konsistensi dan
frekuensi tinja normal

Varises Esofagus
hematememesis, melena, nyeri terbakar episgastrium, Riw. Alcohol, riw. Hepatitits.
Asites, edema perifer,  TD, anemia, spider nevi, eritema palmaris

HEMATOKEZIA
BAB darah merah segar.
Px : Kolonoskopi atau angiografi
Tx :
- Resusitasi dan penilaian awal
- Identifikasi sumber perdarahan
- Intervensi teraupetik → hentikan perdarahan
- Endoskopi
- Angiografi
- Bedah

ILEUS PARALITIK (adynamic ileus)


Usus gagal/tidak mampu peristaltic
Faktor resiko : riw. Op peritoneum, hematom retroperitoneal, fraktur vertebra, kalkulus
uretral, pielonefritis berat, penyakit paru (pneumonia lobus bawah), fraktur
iga, IMA, hypokalemia, iskemik usus.
Gejala : Rasa tidak nyaman diperut tanpa nyeri kolik, sering muntah, sendawa,
sulit BAB, demam.
Px Fisik : Distensi abdomen (+), Bising usus menurun-hilang, colok dubur → tidak
ada kontraksi
Radiologi : Foto polos abdomen → air fluid level (ragu? → gunakan kontras)
Tx :
Non-Farmakologis :
- Puasa → sampai bising usus positif atau flatus
- Pasang NGT bila perlu
- Pasang Kateter urin
Farmakologis :
- Infus 2,5-3 liter/hari
- Nutrisi Parenteral
- Metoklorpramid 10 mg (3x1) → gastroparesis
- Cisapride 5 mg → Ileus paralitik pasca operasi
- Klonidin 0,15 mg→ Ileus karena obat-obatan

KONSTIPASI
Ggn motilitas kolon akibat terganggun fungsi motoric dan sensorik kolon.
Gejala → sulit defekasi atau rasa tidak puas saat defekasi.
Kriteria Rome III → gejala muncul dalam 3 bulan terakhir atau dimulai sejak 6 bulan
sebelum terdiagnosa
- Terdapat  2 gejala berikut :
- Mengejan sedikitnya 25% dari defekasi
- Feses keras sedikitnya 25% dari defekasi
- Sensasi tidak puas saat evakuasi sedikitnya 25% dari defekasi
- Sensasi Obstruksi anorectal sedikitnya 25% dari defekasi
- Manuver manual
- Jarang feses lunak tanpa penggunaan laksatif
- Bukan Sindrom kolon rektal
Tx :
Non-farmakologis :
- Hentikan obat penyebab
- Bowel training → defekasi saat pagi saat kolon dalam keadaan aktif, 30 menit setelah
makan (reflex gastrocolon) → untuk rangsang BAB
- Asupan cairan dan diet tinggi serat
- Aktivitas dan olahraga teratur
Farmakologis :
- Laksatif stimultan → Bisacodyl 5 mg (max.3x1)
Rujuk bedah bila terapi tidak ada perkembangan

Konstipasi pada ibu hamil → biasa pada kehamilan lanjut → akibat  sekresi hormone
progesterone yang memperlambat motilitas GI tract.
Tx : asupan tinggi serat + laksatif stimultan
CA GASTER
- Jenis
- Mukosa → Non neoplastic polip &Neoplastik polip
- Non mukosa → Mesenkim & vascular
- Gejala & Px → BB , nyeri epigastrium, muntah, keluhan pencernaan, anoreksia,
disfagia, nausea, kelemahan, sendawa, hematememesis, regurgitasi, cepat kenyang.
- Rad →
- USG abdomen,
- Gastroskopi dan biposi (curiga ganas bila mukosa merah dan erosi dipermukaan,
tidak ada pedikle),
- Endoskopi ultrasound,
- Pemeriksaan darah pada tinja → darah samar (+), tes benzidine
- Sitologi → px papanicolau dari cairan lambung
- Tx → Reseksi tumor + Kemoterapi + Radiasi

CA KOLOREKTAL
- Terbagi atas → Polip kolon dan ca kolon
- Faktor resiko
- Usia → 60-70 thn
- Polip (+) → tumor jinak
- Riw. Kanker
- Merokok
- Makanan → konsumsi tinggi daging merah dan kurang buah segar makanan
berserat, sayuran, ikan, unggas.
- Fisik tidak aktif
- Penyakit hati kronis
- Radang usus
- Alcohol
- Gejala
→ Perubahan pola BAB, hematokezia, konstipasi,
→ Gejala obstruksi (biasa tumor dikolon kiri)
→ Parsial : nyeri abdomen ( menjalar);
→ Total : Nausea, muntah, distensi, obstipasi.
→ Invasi local → menembus tenesmus, hematuria, isk berulang, obstruksi uretra
→ Metastasis → ke hepar
- Lab → darah samar feses atau DR → Anemia def besi
- Rad → Kolonoskopi
- Histopatologi
- Tx :
- OAINS → Sulindac 200 mg dan celecoxib 200 mg → cegah adenoma berulang
pada pasien FAP (familial adenomatous polyposis)
- Endoskopi dan operasi
- < 5 mm → biopsy/elektrokoagulasi bipolar
- Hemikolektomi → bila tumor dicaecum, colon ascending, transversal, tapi lesi
difleksura lienalis dan colon descending
- Kemoterapi adjuvant
BILIER
Gejala → Nyeri kolik (batu)/Demam (infeksi) + riw. Makan berlemak + murphy sign (+)

Batu system bilier


Jenis batu empedu → Batu Kolesterol (>70%), batu pigmen coklat, batu calcium
bilirubinate, batu pigmen hitam
Faktor resiko
- Usia (lanjut), jenis kelamin (wanita), Diet tinggi lemak,
- kehamilan dan paritas ( empedu lithogenic →  Estrogen →  sekresi kolesterol &
supersaturated bile.
-  BB terlalu cepat →  sekresi kolesterol & musin → beri urdafalk 600 mg/hari
- Obat-obatan → Estrogen, ceftriaxone, somatostatin
- Abnormalitas metabolism lemak
- Penyakit sistemik → Obes, dm, Crohn disease
- Trauma saraf spinal → ggn relaksasi empedu → statis empedu

Penyakit batu system billier :


Kolelitiasis
- Nyeri Kolik perut kanan atas
- Tx : As. Ursodeosikolik 250 mg (3x1) (kecilkan batu dan  bilirubin), batu divesika
fellea atau ESWL (batu harus single, < 20 mm)
Koledokolitihasis
- Nyeri Kolik + Ikterus , batu diduktus koledokus
- tx : As. Ursodeosikolik 250 mg (3x1) atau 8-10 mg/hari (6 bulan-2 tahun) (Single, <
6 mm/ 6-10 mm)

Infeksi system billier


Kolesistitis (infeksi ductus sistikus)
- Etiologi → E.coli, Sterp. Fecallis, Klebsiella
- Patof → Kuman mendekonjungasi garam empedu, hasilkan asam empedu toksik,
merusak dinding mukosa
- Faktor resiko → statis cairan empedu, infeksi kuman, iskemik dinding kandung
empedu, wanita, obes. Usia > 40 thn.
- Gejala → Demam + Murphy sign (+) ( menjalar dari epigastric sampai scapula) 60
menit tanpa reda, tengah malam sampai pagi hari
- Px → Leukositosis, SGOT, SGPT, Bilirubin , USG ABDOMEN, Bil total > 5 mg/dl
→ susp batu
- Tx → Ceftriaxone 1gr/8jam + Kolesistektomi,
Kolangitis
- Akibat koledokolithiasis, pemasangan stent, keganasan.
- Etiologi → E.Coli, Klebsiella, Enterococcus Sp, Bacteroides fragills
- Gejala → Demam + Murphy sign (+) + Ikterus (Trias Charcot), Infeksi seluruh
saluran billier (trias charcot). Nyeri hilang timbul dan tiba-tiba, menggigil dan kaku
Tx → AB → Ceftriaxone 1 gr/ 8 jam

- Akut kolesistisis/Empiema kandung empedu → Demam tinggi + Nyeri perut kanan


atas → ada sumbatan diduktus sistikus + supurasi (pus) di gall blader → USG : ada air
dikandung empedu

- Px :
lab → ALP , Gamma Globulin tranferase 
rad. → USG Abdomen, Gold std → Endoscopy Retrogrde Cholangio-Pancreatography
(ERCP)
Hepatitis → SGOT  + SGPT 
TUMOR SISTEM BILIER
- Klasifikasi :
- Kandung empedu
- Tumor Jinak → Polip kolesterol, adenoma
- Karsinoma → Adenokarsinoma, adenoskuamosa, karsinoma sel skuamosa,
small cell carcinoma
- Saluran Empedu
- Intrahepatik → Cholangicarcinoma
- Ekstrahepatik → Papiloma, adenomioma, fibroma, tumor sel granular.
- Karsinoma Kandung empedu
- Jenis :
- Adenokarsinoma papillar (sering),
- adenoskuamosa,
- karsinoma sel skuamosa,
- small cell carcinoma
- Faktor resiko → batu empedu, perempuan, porcelain gallbladder, obesitas, usia
lanjut, kista koledokus, abnormalitas ductus bilier, polip kandung empedu, paparan
bahan kimia, tifoid kronik, riw. Keluarga.
- Gejala → Nyeri abdomen kuadran kanan atas, BB  , ikterik, mual, muntah,
nafsu makan menurun, bengkak abdomen.
- Penunjang → Fx hati (SGOT, SGPT, Bilirubin), Tumor marker (CA 19-9),
Pemriksaan urin-feses, USG Abdomen ( ada massa dilumen kandung empedu), Ct-
scan abdomen, MRI, Endoscopic Retrgrade cholangiopancreatography (ERCP) →
lihat sumbatan, Percutaneus transhepatic cholangigraphy (PTC) → ambil sampel
cairan/jaringan, Laparoskopi, Biopsi.
- Staging
- 0 (insitu) : Sel abnormal dimukosa kandung empedu, menyebar ke jar. normal
- 1 : menyebar antara mukosa kepembuluh darah atau otot
- 2 : menyebar dilapisan otot dan jaringan ikat sekitar otot
- 3A : menyebar dijar. Yang lapisi empedu dan/atau organ sekitar.
- 3B : menyebar diKGB
- 4A : menyebar kepembuluh darah utama hepar atau min. 2 organ terdekat.
- 4B : menyebar ke KGB sepanjang arteri besar diabdomen, tulang
belakang, organ jauh dari empedu
- Tx → Kolesistektomi, Radiasi, Kemoterapi.

- Kolangiokarsinoma
- Keganasan pada sel epitel bilier → Adenokarsinoma (sering).
- Jenis adenokarsinoma (berdasarkan bentuk pertumbuhannya) :
- Sklerosis → jaringan fibrosis, cepat menginvasi dinding ductus. (sering)
- Noduler → lesi anular, mengkonstriksi ductus bilier (sangat invasi)
- Papiller → Lesi jelas diduktus biliaris communis, sebabkan obstruksi bilier
sejak awal.
- Faktor resiko :
- Riw. Kolitis ulseratif
- Usia > 60 tahun
- Jenis kelamin : laki-laki
- Penyakit-penyakit pada hepar.
- Klasifikasi Kolangiokarsinoma (bismuth-corlette) untuk diperihilar :

- Tipe 1 → didistal peretemuan ductus hepatikus kiri dan kanan


- Tipe 2 → didaerah pertemuan kedua ductus
- Tipe 3 → didaerah ductus hepaticus communis dan salah satu ductus
hepaticus. (kanan → 3A, Kiri → 3B)
- Tipe 4 → Multisentrik atau mencapai dareah pertemuan kedua ductus dan
ductus kanan- kiri.
- Gejala & Px → Nyeri tumpul abdomen kanan atas, BB , hepatomegaly,
courvoiser sign, demam, tinja berwarna dempul, urin berwarna gelap
pruritus,timbul gejala nanti obstruksi.
- Lab → CA 19-9, SGOT-SGPT, Bilirubin.
- Rad → USG Abdomen, Ct-scan (intrahepatic), MRCP, Kolangigrafi, ERCP,
Endoscopy USG
- Tx → Reseksi, Radipterapi, Brakiterapi intralumen, Kemoterapi, Fotodinamik.
PANKREATITIS
- Gejala → Nyeri perut bag. atas + riw. Minum alcohol (sering)/ Riw. Batu empedu +
mual-muntah, pasien sulit tidut dan biasa membungkuk (knee chest position) +
demam+ takikardia + hipotensi + defans muskular
- Patof → Auto digestif oleh enzim pancreas
- Lab → Amilase , Lipase  + USG abdomen
- Px → Grey turner sign (+)→ lebam dipinggang, Culen sign (+)→ Lebam umbilicus
- Tx → Hentikan alcohol, diet rendah lemak, analgetik, infus, antibiotic profilaksis

TUMOR PANKREAS
- Paling sering → adenokarsinoma ductus → 90%
- Skrining → CA 19-9
- Gejala : Nyeri epigastrium, Ikterik, Courvoiser sign
- Rasa tidak nyaman diperut,  BB, riw. Merokok, Nyeri epigastrium, diabetes
new onset, mual, muntah, priuritus, letargi,
- Penyakit komorbid → pankreatitis kronis
- Px → Ikterik, Courvoiser sign (kantung empedu teraba), cachexia, tanda bekas
garukan.
- Lab → DR, amilase, lipase, bilirubin, albumin
- Rad → Ct-scan, MRI
- Laparoskopi dan EUS-FNAB
- Tx → Pancreoticoduocectomy/whipple + Kemoterapi adjuvant + Simptomatik

IKTERUS
Kuning pada tubuh akibat deposit bilirubin (> 3mg/gl)
- Pre Hepatik ( patologi yang terjadi sebelum dihati) → Anemia hemolitik → anemia →
Bil Indirek , Bil Direk (N)
- Hepatik (patologi dihati) → Hepatitis → Bil Indirek , Bil DIrek 
- Post hepatic (patologi setelah konjugasi bilirubin dalam hati)→ Feses Acholic/Pucat,
BAB dempul, Ggn. Tractus bilier, urobilinogen (-), Bil Direk 
HEPAR

Hepatitis → Demam + Hepar membesar


Fatty Liver → Demam (-) + Hepar membesar
Sirosis → Hepar tidak teraba
Hepatoma → Hepar teraba berbenjol → AFP (+)
Abses Hepar → Demam + Teraba massa diperut kanan

HEPATITIS → Inflamasi pada hepar


- Akut → < 6 bln → Tipe A & E (feco-oral)
- Kronik → > 6 bln → Tipes B,C,D (parenteral/jarum suntik)
- SGOT-SGPT  + Hepatomegali

Hepatitis Imbas obat


- Obat dapat yang memicu → As. Valproat, Halotan, INH, PCT, Na.Dic, Metrothexate,
aspirin, Vit. A, Rifampisin, pirazinamid.
- Gejala & Px → Ikterik, Hepatosplenomegali, Riw. Konsumsi obat/jamu 5-90 hari
terakhir, Riw. Hepatotoksik, ruam, demam, priuritus (kadang
- Lab → DR, SGOT, SGPT, Bilirubin, HBsag
- Radiologi → USG abdomen, CT-scan
- Tx : Suportif dan HENTIKAN OBAT PENYEBAB!!!

Hepatitis A
- Etiologi → Picornavirus (RNA Virus)
- Gejala → Demam + Ikterus + Riw jajan sembarang + Riw. Orang disekitar ada
yang sama + Mual-muntah
- Px → IgM anti HAV (akut), IgG anti HAV (kronik)
- Tx → Curcuma 200 mg (3x1) (hepatoprotektor) + Suportif karena SELF
LIMITING DISEASE!!!

Hepatitis B
- Etiologi → Hepadravirus (DNA Virus) → kronik bisa jadi sirosis hepatis
- Kronik → bila HbsAG (+) 2x pemeriksaan dalam 6 bulan
- Gejala → Riw. Pakai jarum suntik + narkoba (parenteral), Riw Ibu ke anak. Fatigue,
malaise, anoreksia, icterus.
- Px :
- HbsAg → Replikatif
- Anti Hbs → Riw. Imunisasi, riw. Hep B dan sembuh, (>10)
- HbcAg → Tidak khas
- HbeAg → Infeksius
- IgM Anti HBV → Akut
- IgG Anti HBV → Kronik
- IgM anti HBC (+), HbsAg (-) → Window period
- IgM Anti HBC (-), HbsAg (+) → Carrier
- Anti Hbs (+), Anti HbC (+) → riw. Hep B
- Bilirubin, USG Hepar, Biopsi hati, AFP
- Periksa per 6 bulan

Tx → ARV (Lamivudin 100 mg (1x1)) → boleh pada ibu hamil UK berapapun


Bayi dari ibu HbsAg (+) lahir → IM hep B(0) 0,5 ml/im < 12 jam setelah lahir

Tx :
- Interferon → 1 x 5 juta unit/SC? 4-5 bln bila HbeAg (+), 1 tahun untuk HbeAg (-)
- Lamivudine 1x100 mg
- Adefovir 1x10 mg
- PEG IFN -2a (mono terapi) = 180 gram atau PEG IFN -2 1,5 ug/KgBB
- Entecavir 1x0,5 mg
- Telbivudine 1x 600 mg
- Tenofovir 1x300 mg
- Thymosin 1 (6 bulan)
- Curcuma

Hepatitis C
- Etiologi → Paramyxovirus (RNA Virus) → Lebih kronik dari Hep. B
- Gejala → Riw. Pakai jarum suntik + narkoba (parenteral), Riw Ibu ke anak. Fatigue,
malaise, anoreksia, icterus.
- Px → IgM Anti HCV → Akut
→ IgG Anti HCV → Kronik
- Tx → ARV Ribavirin + Interferon
- INTERFERON → PEG IFN -2a= 180 gram atau PEG IFN -2b 1,5 ug/KgBB
- RIBAVIRIN
Bila pakai interferon  :
- < 75 kg = 1000 mg
- > 75 kg = 1200 mg
Bila pakai interferon  → 15 mg/kgbb ( 2 dosis terbagi)
- Interferon tidak berhasil bisa diganti dengan → Asam Urceodeaxycholic 600
mg/hari

Hepatitis D
- Terjadi bersamaan dengan Hep.B
- Px → IgM anti HDV (+) dan HbsAg (+)
- Tx : sama dengan Hep B
FATTY LIVER (PERLEMAKAN HATI)/ STEATOSIS
Adanya lemak dihati (sebagian besar trigliserida) > 5% dari berat hati akibat gagal
metabolism lemak dihati yang disebabkan defek hepatosit, proses transport lemak berlebih,
melebihi kapasitas sel hati untuk sekresi lemak. (first hit dan second hit)
- Gejala & Px → Hepatomegali (mengganjal diperut kanan atas) + Tanpa demam
- Lab → SGOT + SGPT normal,
→ Gold std → Biopsi Hepar
→ USG ABDOMEN
- Klasifikasi
- Alkoholik → AST > ALT
- Non- alkoholik → Obes, DM, Hipertrigliserida, Riw. Konsumsi alcohol < 20 gram
per hari
- Perlemakan hati sederhana → Steatohepatitis → Steatohepatitis + fibrosis & Sirosis
- Tx :
- Non-Farmakologis
→  BB, Kurangi asupan lemak dan karbo, Olahraga
- Farmakologis
→ Antidiabetik
→ Metformin 3x500 mg (4 bulan),
→ Tiazolindindion (pioglitazon 30 mg)
→ Anti Hiperlipidemia
→ Gemfibrosil 300 mg (2x1),
→ Atorvastatin 20 mg atau simvastatin 10 mg (2x1)
→ Antioksidan : Vit E
SIROSIS HEPATIS
Penyakit herpar kronis ditandai hilang arsitektur lobules normal oleh fibrosis, destreksi sel
parenkim, regenerasi membentuk noduls
- Gejala & Px → Riw. Hepatitis/ Riw. Alkohol + Hepar tak teraba + Sclera ikterik +
edema perifer + pembengkakan abdomen + hematememesis + BB  + Riw.
Keluarga (penyakit hati)
- Klasifikasi
→ Kompensata
→ gejala → mudah lelah, lemas,  nafsu makan, perut kembung, mual, BB 
→ Patof : Estrogen  (fase kompensasi)
→ Px :Eritem palmar, spider nevi, atrofi tenar, ginekomastia

→ Dekompensata
→ Hilang rambut badan, ggn tidur, demam subfebris, perut membesar (asites),
hilang dorongan seksualitas.
→ Patof : gagal fase kompensasi
Hipertensi porta sebabkan sumbatan
- Lab → SGOT & SGPT, Alkali fostafase, Bilirubin, albumin, DR
- Rad. → USG HEPAR, Ct-scan, Biopsi hati
- Tx:
→ Istirahat cukup
→ Dekompensata + asites → diet rendah garam
→ Laktulosa → target BAB 2-3 x sehari
→ Terapi etiologi

ABSES HEPAR
- Rongga patologis pada jaringan hati akibat infeksi yang bersumber dari saluran cerna, a,
oda proses supurasi membentuk pus terdiri dari jaringan nekrotik, sel-sel inflamasi, sel
darah diparenkim hepar.
- Penyebaran hematogen atau langsung dari periteoneum.
- Bentuk → soliter & multiple
- Jenis → Amoebik & Piogenik

- Piogenik
- Etiologi → Enterobactericeae, microerophilic streptococci, anerobic streptococci,
klebsiella pneuominiae, bacteriodes, fusobacterium, syaphiloccus aerues,
salomnella typhi.
- Patof
- Infeksi tractus billier,
- komplikasi sfingterektomi endoskopik pada batu saluran empedu,
- 3-6 minggu setelah anastomosis bilier,
- komplikasi bakteremia di organ pencernaan,
- riw. Periodontal berat (40%)
- Gejala → demam, nyeri perut kanan atas, jalan membungkuk, mual, muntah,
penurunan BB, kurang nafsu makan, malaise, icterus (ringan), BAK berwarna
gelap. Bila didiafragma → nyeri dibahu kanan, batuk, atelectasis.
- Multipel, laki-laki = perempuan, semua lobus hati, subakut
- Px → Hepatomegali, Asites (kronik), Tanda hipertensi porta
- Lab → DR. USG ABDOMEN/FOTO polos abdomen, Ct scan abdomen,
albumin, SGOT-SGPT, Kultur bakteri
- Tx → AB spek luas + Drainase
→ bed rest, diet tinggi kalori, tinggi protein
→ AB spek luas (Ceftriaxone) ( beta lactam genI/gen III dengan atau tanpa
aminoglikosida, atau cephalosporin gen III, klindamisin atau metronidazol),
evaluasi 4-72 jam → tidak ada perbaikan klinis → kultur
Parenteral 14 hari lanjut oral 6 minggu.
Bila strepto → AB dosis tinggi sampai 6 bulan
→ Gagal konservatif/abses >5cm → drainase terbuka cairan abses
→ Abses kecil → aspirasi berulang
→ Surgical drainase → bila drainase perkutan tidak komplit, ikterik, ggn ginjal,
rupture abses.

- Amoebik
- Etiologi → Entamoeba hystolitica
- Patof → Trofozoit disal. Cerna → invasi kolon → menuju hepar
- Gejala → diare berdarah, nyeri perut kanan atas, demam (<10 hari),
malaise, myalgia, atralgia, Ikterik (jarang, bila ada, pertanda buruk), tidur
cenderung baring sebelah kiri
- Lab dan rad → seperti piogenik
- Single, laki-laki> perempuan, Lobus kanan dekat difragma, akut, ikterik
sedang
- Tx : AB + drainase
- Sebelum aspirasi, berikan METRONIDAZOL 3x750 mg (7-10 hari)
- Amebisid Luminal :
- Iodoquinol 3x650 mg (20 hari)
- Diloxanide furoat 3x500 mg (10 hari)
- Aminosidin (paromomisin) 25-35 mg/kgbb, dosis terbagi, (7-10 hari)
- Indikasi Aspirasi cairan abses :
- Tidak ada respon perbaikan pemberian AB setelah 5-7 hari
- Lobus kiri (dekat pericardium)
- Merah kecoklatan → tanda amebic

HEPATOMA
- BB turun, nyeri perut kanan atas, benjolan perut kanan atas, anoreksia, malaise,
nausea, jaundice
- Lab → DR, SGPT, SGOT, Bilirubin. AFP, Biomarker
- Rad → USG Abdomen, Ct scan abdomen denan kontras.
RHEUMATOLOGI

GOUT ARTHRITIS
- Hiperurisemia → as. Urat pria = >7 mg/dl, wanita = > 6 mg/dl, disebabkan 
produksi as.urat,  ekskresi as. Urat atau keduanya. Hiperurisemia berkepanjangan →
timbulkan gout.
- Gout/Pirai → penyakit metabolic, sering pada pria > 40 thn dan perempuan pasca
menopause. Terjadi penumpukan Kristal monosodium urat (MSU) dijaringan.
- Gout arthritis → radang akut pada jaringan sendi akibat endapan Kristal monosodium
urat.
- Gejala → nyeri dan bengkak (podagra) disendi (sering MTP-1), onset tiba-tiba,
eritema, hangat, bengkak, nyeri tekan. Biasa ada gejala sistemik → demam, malaise,
mengigil.
- Klasifikasi :
- Hiperurisemia asimptomatik :  Asam urat + tak ada gejala (nodul)
- GA akut :  Asam urat + Bengkak + nyeri sendi
- GA Kronik/interkritikal :  Asam urat + Bengkak sendi + tak nyeri
- Predileksi → sendi-sendi tungkai (tangan dan lengan)

- Px penunjang → AS.urat, DR, Radiologi sendi (bila perlu) (erosi ditepi)


- Gold std → Aspirasi cairan sendi
- Gout → Kristal monosodium urat
- Pseudogout → Kristal birefringent

- Bila gout akut tak terobat → destruksi sendi, deformitas sendi, dan tofus.
- Tx
- Non farmakologis:
- Diet rendah purin (jeroan, seafood, kacang-kacangan, sayuran hijau,
santan, bayam emping, nangka)
- Hidrasi yang cukup.
- Turunkan BB ke ideal
- Hindari alcohol dan obat (etambutol, pirazinamid, tiazid)
- Olahraga ringan
- Farmakologis :
- Akut/Nyeri → Kolkisin 0,5 mg (max 2x1). NSAID → indometasin 150-200
mg/hari. Acetaminophen → PCT 500 mg (3x1)
- Kronik/Tidak Nyeri → Allopurinol 100 mg (3x1) → penghambat xantin
oxidase/ probenesid (urikosurik) → ekskresi rendah
- Kortikosteroid
- Komplikasi → tofus, deformitas sendi, nefropati gout, gagal ginjal, BSK
- Pseudogout → penimbunan (Kristal kalsium piro fosfat dehydrogenase) → gejala GA
tanpa peningkatan asam.urat

OSTEOARTHRITIS
- Etiologi :
- Primer : Degeneratif
- Sekunder : Orang gemuk/atlet
- Gejala → Nyeri sendi unilateral/asimetris + sendi besar + krepitasi
+pembengkakan tulang tidak teraba hangat
- Lab → LED < 40 mm/jam, RF : <1:40, Cairan Sinovial petanda OA (jernih, viscous,
leukosit < 2000/mm3), Foto Rad.
- OA → gagal perbaikan kerusakan sendi → stress mekanik → jejas mikro ditulang
subchondral dan rawan sendi.
- Faktor resiko → genetic, usia (> 50 thn), jenis kelamin (perempuan), obesitas, riw
trauma, riw pekerjaan berat.
- Spondilosis : OA pada vertebrae
- Klasifikasi Kellgren & Lawrence (berdasarkan rad) :
- Grade 1 → Osteofit (spur formation)
- Grade 2 → Osteofit (spur formation) + penyempitan celah sendi
- Grade 3 → Osteofit (spur formation) + penyempitan celah sendi + sclerosis
- Grade 4 → Kissing knee/destruksi tulang.
- Tx :
- Non farmakologi → turunkan BB, berenang, sepeda statis, hindari aktovotas berat.
- Farmakologi (NSAID + Kortikosteroid)
- Grade 1 → life style + knee support + NSAID (meloxicam, Na. Diclofenac)
- Grade 2 → Inj. Kortikosteroid + As. Hyaluronat intraarticular
- Grade 3 → Inj. Kortikosteroid + As. Hyaluronat intraarticular
- Grade 4 → Total knee replacement
- Komplikasi
- Tangan → Nodus Horbeden, Nodus Bouchard
- Genu → Varus : O, Valgus : X

RHEUMATOID ARTHRITIS
- Autoimun. Infeksi EBV
- Gejala → bengkak sendi-sendi kecil bilateral + kaku pagi hari > 20 menit/> 1 jam (
membaik saat aktivitas), kelemahan, kelelahan, anoreksia, demam ringan.
- AR awal :
- Palindromic rheumatism → monoarthritis 3-5 hari, diselingi remisi sempurna.
- Pauciarticular rheumatism → gejala oligoartikuler.
- Lab → RF, LED, Anti Cyclic Citrlinated peptide, DR Analisa cairan sendi (leukosit >
2000/mm3)
- Rad → Foto manus → soft tissue swelling + bone eruption

- Tx :
- Non farmakologi :
- Edukasi, dynamic strength training 30 menit 2-3x/minggu.
- Suplementasi minyak ikan, asam lema esensial.
- Farmakologi :
- Awal → NSAID = meloxicam 15 mg, piroxicam 10 mg, Na.Dic 25-50 mg
- Tepat → DMARD (disease modifying anti rheumatoid drugs) → metroteksat
7,5 mg (7,5-25 mg), klorokuin 150 mg (400-600 mg), sulfasalazine
- Intervensi bedah → bila nyeri berat, gerak terbatas, rupture tendon, kompresi saraf.
- Komplikasi : Panus (bengkak sendi), swan neck
- Juvenile rheumatoid arthritis → inflamasi sendi > 6 mgg pada anak < 16 thn
SYSTEMIC LUPUS ERYTHEMATOUS (SLE)
- Autoimun, reumatik, inflamasi sistemik → bisa kena organ lain.
- Gejala (Dopamin Rash) → malar rash, oral discoid (sariawan), Nyeri sendi.

- Pemeriksaan :
- Skrining → ANA test, Ct scan untuk SLE organ dalam
- Diagnosis → Anti Ds DNA (sensitive), Anti SM (spesifik)
- Komplikasi → nefritis lupus (sering) → ggl ginjal
- Tx :
- Awal → Kortikosteroid (methylprednisolone 4 mg)
- Tepat → DMARDS (metroteksat 7,5 mg, Klorokuin 150 mg)

ARTHRITIS
- SEPTIK
- Gejala → demam, bengkak, nyeri sendi (hanya satu sendi) + aspirasi cairan
sendi (PMN/leukosit) warna purulent. Disebabkan staphylococcus aureus.
- Faktor resiko → Infeksi kulit dengan prosthesis, usia > 80 thn, DM, RA
immunosupresif, riw, tindakan articular, SLE, trauma sendi.
- Lab → DR, aspirasi cairan synovial, rad → nilai kerusakan sendi, bukan dx.
- Tx :
- Aspirasi cairan sendi
- Antibiotik IV → sesuai kultur bakteri
- Latihan sendi → dilakukan setelah infeksi sembuh.
- REITER SINDROM → bengkak sendi + PMN (-) (Trias : Konjunctivitis, urethritis,
NGO, oligoarthritis bilateral)

POLIMIYALGIA RHEUMATOID
- Nyeri bahu + pinggang pada usia tua → Tx : Kortikosteroid

CUTAEUS LUPUS ERYTHEMATOUS (CLE)


- Akut → Buterfly rush diwajah + gejala sistemik (arthritis)
- Subakut → Tanpa gejala sistemik + lesi seperti psoriasis/tinea
- Kronik → Tanpa gejala sistemik + lesi discoid

FIBROMIALGIA
- Sindrom kronik → Nyeri otot dan sendi → akibat kelelahan, sulit tidur, ggn kognitif,
anxietas, depresi.
- Kriteria diagnose → ACR 2010
- Tx :
- Non farmako :
- Edukasi, aerobic, pemanasan, CBT, terapi kolam panas, relaksasi, fisioterapi.
- Farmako :
- Analgetik : Tramadol 100 mg, PCT 500 mg,
- Antidrepesan : Amitriptilin 25 mg, fluoxetine 20 mg
- Anticonvulsant : Pregabalin 75 mg, Gabapentin 300 mg.

OSTEOPOROSIS
- Penurunan kekuatan tulang → tulang mudah patah.
- Patogenesis → bone resorption > bone formation
- Etiologi → menopause.
- Faktor resiko :
- Riw. Kortikosteroid, hormone tiroid, anti konvulsan, warfarin.
- Penyakit lain → penyakit ginjal kronik, saluran cerna, hati, hipertiroidisme,
hipogonadisme, sindrom cushing, insufiensi pancreas, RA.
- Merokok, alcohol, riw. Haid, menarche, menopause dini, kontrasepsi, riw. Keluarga,
diet rendah kalsium.
- Gejala → tidak keluhan sampai fraktur
- Penunjang :
- Rad → foto polos (fraktur panggul/vertebra)
- Dua energy X-ray Absorptiometry → ukur BMD
- Tx :
- Latihan beban tulang, paparan sinar matahari yang cukup.
- Kalsium > 1200 mg/hari, Vit. D 800-1000U/hari.
- Bifosfonat :
- Alendronate → 10 mg/hari atau 70 mg/minggu PO
RESPIRASI

ACUTE RESPIRATORY DISTRESS SYNDROME (ARDS)


- Paru alami jejas berat yang tersebar → pengaruhi kemampuan paru dalam mengambil O2.
- Jejas paru direk → pneumonia, aspirasi cairan lambung, kontusi paru, jejas inhalasi,
tenggelam
Jejas paru indirek → Sepsis, Trauma thorax, transfuse multiple, overdosis, pankreatitis,
pasca bypass cardio pulmonal.
- Kriteria diagnose ALI dan ARDS :
- ALI → PaO2/FIO2 < 300 mmHg + PCWP < mmHg atau tidak adanya bukti
peniingkatan tek. Atrium kiri
- ARDS → PaO2/FIO2 < 200 mmHg
- Gejala → Saturasi  (khas), takipneu, takikardia, ronchi difus, demam + jejas paru.
- Penunjang :
- Lab → DR, analisa gas darah, elektrolit, plasma brain natriuretic peptide.
- Rad → foto thorax → infiltrate bilateral, edema paru.

- EKG
- Tx :
- Ventilasi mekanik → identifikasi dulu pengurangan tekanan atrium kiri.
- Cairan + diuretic → untuk kurangi tek. Atrium kiri → monitor hipoperfusi dan
hiipotensi
- Kortikosteroid dosis rendah

BRONKIETASIS
- Dilatasi jalan napas yang irreversibel
- Batuk pagi hari + Bau mulut (fetor ex ore) + dahak 3 lapis + demam + sesak
Usia muda, keluhan berulang, merokok (-), sputum banyak tiap pagi, batuk darah,
sputum ada P.aureginosa
- Px → Wheezing (+), retraksi dinding dada, kurang gerakan pada daerah dada yang
sakit, pergeseran mediastinum.
- Penunjang :
- Pem. Sputum → P. Aureginosa
- Immunoglobulin serum
- Rad → multiple kistik kesan Honey comb app. → pelebaran alveoli

- Faal Paru
- Tx :
- Non farmako :
- Dirawat diruang hangat dan udara kering,
- Cegah debu dan asap
- Atur posisi tempat tidur
- Latihan kekuatan otot pernapasan
- Farmako :
- Drainase postural → 10-20 menit 2-4 kali setiap hari. Sampai sputum tidak ada.
Tepuk punggung pasien
- Nebulisasi + Mucolitik + kortikosteroid (oral/inhalasi) + antibiotic 7-10 hari.
- itrakonazol (bila infeksi jamur)
- Sindrom kartagener → bronkietasis kongenital, silia bronkus imotil, situs invertus,
sinusitis paranasal tanpa frontalis
- Bronkietasis akibat infeksi mikobakterium non tuberculosis →
- kultur sputum min 2x (+) + min. 1 x pem brochoaveolar lavage (+)
- atau Kultur sputum/ cairan pelura min. 1 hasil (+) + biopsy histopatologi →
mikobakterium non tb ( granuloma-pewarnaan asam basa (+).

BRONKITIS
- gejala → batuk berdahak tanpa demam
- Akut → <3 bulan
- Kronik → > 3 bulan
- Tx → Mucolitik → bromheksin 8 mg, asetilsistein 200 mg, ambroxol 30 mg.
- Rad → corakan bronkial meningkat
PNEUMONIA
- Infeksi parenkim paru
- Gejala & px→ Batuk + demam + sesak + retraksi dada + rhonchi (+) + dahak purulent +
Rhonchi.
- Rad → perselubungan inhomogen + air bronchogram sign (gambaran bronkus)

- Klasifikasi :
- CAP ( Community Acquired Pneumoniae) → streptococcus pneumoniae
- HAP ( Hospital Acquired penumoniae) → muncul saat > 48 jam dirawat dirs.
- Onset dini → muncul 4-5 hari; Onset lambat → muncul > 5 hari.
- HCAP ( Health Care Associated pneumonia).
- Pneumonia aspirasi → akibat aspirasi benda asing
- Pneumonia terkait ventilator → muncul > 48 jam setelah pemasangan alat intubasi
- Pneumonia pada kehamilan → AB : ceftriaxone.
- Pneumonia tipikal → demam + batuk produktif dan purulent
- Pneumonia atipikal :
- demam kurang tinggi + batuk non produktif (mucoid)
- Ronki (+)
- Lab : kadang leukositosis, trombositopenia, LED , SGOT-SGPT 
- Foto thoraks → infiltrate dilobus paru
- Tx :
- Hindari rokok, istirahat banyak, minum yang banyak
- Makrolid : Eritromisin 250-500 mg (4x1), Klaritomisin 500 mg (2x1),
Azitromisin 500 mg (1x1)
- Doksisiklin 100 mg (2x1)
- Mukolitik, antipiretik untuuk nyeri pleuritic (na.dic, pct)
- Kontrol 48 jam, tidak membaik? → ranap
- Bronkopneumoniae → bercak infiltrate
- Pneumonia lobaris → kena 1 lobus
- Tx : AB , mucolitik, antipiretik (eritromisin 500 mg 3x1, Asetilsistein 200 mg 3x1,
paracetamol 500 mg (3x1)
- Antibiotik spectrum luas → beta lactam (cephalosporin), cefadroxyl 500 mg
- Rawat jalan tanpa komorbid: Makrolida PO atau doksisiklin PO
- Rawat jalan dengan komorbid: Beta laktam PO + makrolid PO
- Rawat inap tanpa komorbid: Makrolid IV atau Beta laktam IV
- Rawat inap dengan komorbid: - Beta laktam IV + makrolid IV atau Fluoroquinolon
IV
- ICU tanpa risiko pseudomonas: Beta laktam IV
- ICU dengan risiko pseudomonas: -Beta laktam + azitromisin atau Beta laktam +
Fluoroquinolon
- Pneumonia Aspirasi: Ampisilin, Klindamisin

EMBOLI PARU
- Kelainan jaringan paru akibat ada embolus pada arteri pulmonalis paru.
- Emboli paru → komplikasi dari DVT.
- Faktor predisposisi thrombosis vena :
- Trias Virchow :
- Statis → Imobilitas, tirah baring, anastesi, gagal jantung kongestif/kor
pulmonal, riw. thrombosis vena sebelumnya.
- Hiperkoagulabilitas → keganasan, antibody, sindrom nefrotik, thrombosis
esensial, terapi estrogen, heparin induced trombositopenia, IBD, def. protein C
dan S, def. antitrombin III.
- Kerusakan dinding pembuluh darah → trauma, pembedahan
- Keganasan, riw. Thrombosis, preprat estrogen.
- Gejala dan px :
- Emboli kecil
- Gejala → sesak napas saat aktivitas berulang sampai berbulan, mudah lelah
dan pingsan saat aktivitas.
- Px → Takipneu, takikardia, demam, sianosis, pleural rub, tanda efusi pleura.
- Emboli sedang
- Gejala → Sesak napas + batuk darah + nyeri pleura
- Px → demam, pleural rub, suara napas dan gerak berkurang pada sisi yang
kena, fremitus rava mengeras, perkusi redup yang terkena, bronchial dan
egofoni mengeras, efusi pleural + wheezing (kadang).

- Emboli masif
- Gejala → sinkop mendadak, renjatan, pucat, sesak berat.
- Px → tanda ggl jantung kanan akut (berkeringat, JVP , bunyi P2 mengeras,
murmur sistolik daerah katup pulmonal).
- Penunjang :
- Lab → DPL, hemostasis ( PT, APTT, INR, aktivitas prothrombin, kadar
fibrinogen), kadar protein C dan S, ACA.
- Urin lengkap.
- Analisa gas darah → hipoksemia, alkalosis respiratorik.
- D-Dimer plasma → meningkat
- Foto thorax → Hampton sign, westermark sign, Palla’s sign, biasa tak ada kelainan
- EKG →T inverted V1-V4, kadang ada RBBB, atrium fibrilasi.
Emboli paru masif → RAD, P pulmonal, S1 Q3 T3 (mc ginn white pattern)
- Echokardiografi → bila ada peningkatan volume ventrikel kanan tanpa penyebab yang
jelas.
- Perfusion lung scan
- USG tungkai → bila hasil lung scan non high probability lung scan + gejala klinis (+).
- Angiografi pulmoner (gold std)
- Penilaian klinis → skor Geneva dan skor wells.
- Tx :
- Supportif :
- O2
- Infus cairan
- Dobutamin drip (bila hipotensi atau tanda ggl jantung)
- Vasopressor (sesuai indikasi)
- Anti aritmia (sesuai indikasi)
- Analgetik
- Emboli akut :
- UFH/Unfraction heparin :
- Inisial → Bolus 80 IU/KgBB (5000 IU) lanjut drip18 IU/kgBB/jam
- Pantau APTT/6jam : target < 1.2 kali control.
- Perubahan dosis Heparin berdasarkan APTT :
- < 35 detik (<1.2 kali control) → bolus 80 IU/KgBB,  4U/kgbb/jam.
- < 35-45 detik (1.2-1.5 kali control) → Bolus 40 IU/KgBB,  3U/KgBB/jam
- < 46-70 detik ( 1.5-2.3 kali control) → tak berubah
- <71-90 detik (2.3-3.0 kali control) →  2U/KgBB/Jam
- > 90 detik ( >3.0 control) → stop infus selama 1 jam, selanjutnya 
3U/KgBB/jam
- Low Molecular Weight heparin (LWMH) : berikan SC per 12 jam
- Enoxaparin → 1 mg/kgbb/SC
- Dalteparin → 200 IU.kgbb/SC
- Nadroparin → 0,1 ml/kgbb
- Tinzaparin → 175 U/kgbb/hari
- Fondaparinux/hari → < 50 kg (5mg), 50-100 kg ( 7,5 mg), > 100 kg (10
mg)
- Emboli paru :
- Trombolitik → emboli paru massif, tanpa ggn hemodinamik, beresiko tinggi
untuk sub massif. Kurangi obstruksi dan perbaiki hemodinamik.
- Sterptokinase → loading 250.000 IU dalam NaCl 0.9%/ D5% per IV (
30 menit). Dilanjutkan 100.000 IU/jam (selama 24-72 jam), evaluasi
per 24 jam.
- Urokinase → 4400 U/KgBB 12-24 jam. Evaluasi per 12 jam.
- rTPA → 100 mg dalam 2 jam atau 0.6 mg/kgBB dalam 15 menit. Max 50
mg.

-Kontraindikasi
- Relatif → TIA dalam 6 bulan, konsumsi antikoagulan oral,
kehamilan-1 mgg pasca melahirkan, hipertensi refrakter (sistol > 180
mmhg), penyakit hati, endocarditis lanjut, ulkus peptic aktif,
traumatic resuscitation.
- Absolut → Stroke, rusak ssp, keganasan ssp, riw operasi kepala, row.
Trauma kepala, perdarahn saluran cerna (1 bulan), perdarahan.
- Percutaneus catheter embolectomy and fragmentation :
- Tujuan : untuk hilangkan obstruksi arteri pulmonal,
- Indikasi : dilakukan bila ada kontraindikasi dan bila bypass pulmonal tak
bisa dilakukan
- Trombektomi
- IVC filter
- Terapi preventif :
- Resiko rendah (<10%) → operasi minor + pasien bisa gerak → gerak secara
dini
- Resiko sedang (10-20%) → Operasi umum + pasien bed rest → UFH 5000 U
SC
- Resiko Tinggi (40-80%) → Operasi Ortopedik, trauma susunan saraf belakang
→ Fondaparinux, warfarin.
- Terapi jangka panjang :
- warfarin → berikan saat awal pemberian heparin, dosis awal (5 mg/hari)
- Pantau INR setiap 1-3 hari → target 2-3 → bila < 2 naikan ½ tab, bila > 3
turunkan, bila 2-3 INR dipertahankan.

TB PARU
- Gejala :
- batuk> 2 minggu
- gejala pernafasan (nyeri dada, sesak, hemoptisis)
- gejala sistemik (demam, tidak nafsu makan, BB, keringat malam)
- Klasifikasi :
- Kasus baru → belum berobat/ berobat < 1 bulan
- Putus obat → berobat > 1 bulan dan berhenti
- Gagal → akhir fase lanjutan, BTA (+) 0,2,5, bulan.
- Relaps → berobat 6 bulan → sembuh → kambuh.
- MDR → Resisten R & H
- Monoresisten → resisten 1 obat lini pertama
- XDR → Resisten R&H + 1 lini obat kedua (flurokuinolon, kanamisin,
kapseimisin, amikasin).
- Poli TB resisten → resisten 1 obat lini pertama dan 1 obat tambahan.
- Pemeriksaan :
- Lab → BTA 0,2,5-6 bulan
- SPS : 1x (+)→ ulangi
2x (+)→ terapi
3x (-)→ radiologi (+)→ TB kat.3
Kultur TB → Lowerstein jansen, bactec. Pewarnaan : Ziehl neilsen (ZN)
- Rad → Foto thorax → TB aktif → kavitas
TB Lama → Kalsifikasi + garis fibrosis
TB milier → infiltrat seluruh lapang paru
- DD :
- Abses paru → kavitas + batuk bau → klindamisin 600 mg IV/8 jam atau Oral, bisa
diganti metronidazole.
- Ca Paru → batuk berdahak + coin lesion (foto thorax) → biopsy.
- Tx :
Indikasi :
- Kat. 1 → Kasus baru dgn BTA (+), putus obat, TB ekstra paru
- Kat. 2 → Gagal, relaps, putus obat > 2 bulan
- Kat. 3 → BTA (-) tapi Rad (+), MDR
- Kat. 4 → MDR
Obat :
- Kat.1 & Kat.3 → 2 RHZE (fase intensif) + 4 R3H3 (fase lanjutan)
- Kat.2 → 2 RHZES + 1RHZE + 5 (R3H3E3) → 8bulan
- Bila setelah fase intensif atau fase lanjutan sputum (+) → berikan sisipan 1RHZE
- TB ekstra paru → Kat.1 9-12 bulan → 2RHZE + 7 RH3
- TB berat → tambah kortikosteroid
- TB + HIV → toleransi Obat TB 2-8 minggu setelah itu lanjut ARV.
- Ibu hamil kontra dengan Sterptomisin. Ibu menyusui bisa.
- Anak-anak kontra dengan etambutol.
BB DOSIS KDT DOSIS STREPTOMISIN
(fase apapun) (stepto untuk tambahan Kat.2)
< 37 Kg 2 tab + 500 mg
37-55 Kg 3 tab + 750 mg
55-70 Kg 4 tab + 1000 mg
> 70 Kg 5 tab + 1000 mg
- Resep TB :
- R/ FDC dewasa fase intensif Kat.1 No.XC
S.1 dd Tab III
- Efek samping :
- R : kencing merah, efektifitas turun bila diminum bersama obat kejang, KB,
OAD, flu like syndrome, tdk nafsu makan, mual, nyeri perut
Bila purpura atau syok → stop rifampisin
- H : keram, kesemutan, gatal, neuritis perifer → Vit B6 50-100 mg/hari
- Z : Hepatotoksik, GA, nyeri sendi → analgetik
- E : Ggn penglihatan → Hambat kuman → stop etambutol
- S : ototoksik, nefrotoksik → ganti ke etambutol
- Komplikasi pengobatan :
- Hepatitis imbas obat :
- TB ringan → hentikan semua obat, TB berat → hentikan 3 obat (R3H3Z)
- Jika RHZ → Kuning → SE 18-24 bulan
- Jika RZ → Kuning → 2 HES + 10 HE
- Jika H → kuning → 6-9 RZE
- DAFTAR OBAT TB
NAMA OBAT SEDIAAN DOSIS
Rifampisin (C) Kaps 300 mg, 450 mg, 600 Intensif & lanjutan :
mg 10 mg/kgbb/hari
Syr. 100 mg/5 ml
Semua kat.
Intensif : 1 tab/kali/hari
Lanjutan : 1 tab/kali/hari
Isoniazid (C) Tab 100 mg, 300 mg Intensif : 5 mg/kgbb/hari
Syr. 100 mg Lanjutan : 10 mg/kgbb/hari

Semua kat.
Intensif : 1 tab/kali/hari
Lanjutan : 2 tab/kali/hari
Pyrazinamide (C) Tab 500 mg Intensif : 25 mg/kgbb/hari
Lanjutan : 35 mg/kgbb/hari

Semua Kat.
Intensif : 3 tab/kali/hari
Lanjutan : -
Etambutol (E) Tab 250 mg, 500 mg Intensif & lanjutan : 15
mg/kgbb/hari

Kat 1 :
Intensif : 3 tab/kali/hari
Lanjutan : -

Kat 2 :
Intensif : 3 tab/kali/hari
Lanjutan : 1 tab
Streptomycin Injeksi Vial 1 gr Dosis Umum
Sulfate (D) Dewasa : 1-2 gr/hari dibagi
2-4 dosis
Anak : 20-40 mg/kgbb/hari
dosis dibagi 2-4 dosis
PNEUMOKONIOSIS (Pneumonia akibat kerja) → hentikan rokok
- Asbestosis → riw kerja di galangan kapal, insulator, pabrik, atap, insulaton.
- Rad → ground glass app

- Dapat sebabkan kanker mesothelioma.


- Oksigen, simptomatik
- Silikosis → Sand Blaster, Mine, keramik
- Rad → Egg shell app, snow storm

- Tx → suportif, rehabilitative, oksigen

FLU BURUNG (H5N1)


- Gejala :
- Demam, batuk, radang tenggorokan, nyeri kepala, menggigil, myalgia, malaise,
- Diare, riw. Kontak unggas dalam 7 hari terakhir
- Klasifikasi :
- Observasi → demam 38OC + salah satu (nyeri tenggorokan, pilek, sesak napas
(pneumonia, riw kontak belum jelas)
- Possible/Suspek → batuk + demam + sesak (pneumonia) + riw. Kontak unggas/ada
unggas mati mendadak, leukopenia < 3000/uL, Titer antibody H5
- Probable → Suspek + foto thorax (pneuomoniae) + titer antibody H5 (+)
- Confirmed → Gold std H5N1 (+)→ kultur virus H5N1 (+), PCR influenza A (+),
IFA test (+)
- Indikasi Ranap :
- Suspek + sesak napas berat (R > 30x/m; N > 100x/m), ggn kesadaran, KU lemah
- Leukopenia, rad → pneumonia
- Probable dan konfirmasi flu burung.
- Tx : simptomatik + Oseltamivir (tamiflu) 75 mg 5 hari
- Profilaksis → Oseltamivir (tamiflu) 75 mg (1x1) 1-6 minggu

GAGAL NAPAS
- Kondisi gagal system pernapasan dalam pertukaran oksigen. PaCO2 > 45 mmhg (6.0
kPa) dana tau PaO2 < 60 mmhg (8.0 kPa).
- Gagal napas :
- Kegagalan paru → hipokesemia → perfusi tak seimbang
- Kegagalan pompa → Hiperkapnia → tidak mampu eliminasi CO2
- Penunjang :
- DR, analisa gas darah, foto thoraks
- Tx :
- Obati penyakit dasar
- Oksigen
- Ventilasi mekanik ( bila ARDS)
- Bronkodilator → terbutaline, albuterol, antikolirnergik
- AB, kortikosteroid, ekspektoran
- Fisioterapi dada.

PPOK
- Faktor resiko : perokok aktif/pasif, tinggal dilingkup berpolusi, def. a1 antitripsin.
- Gejala → Sesak (diperberat latihan), batuk kronis, produktif, faktor resiko (+),
Respi meningkat, retraksi costal, Barrel chest (+), diafragma letak rendah, suara napas
melemah, ronchi (+) dan wheezing (+), suara jantung melemah.
- Gejala eksaserbasi → sesak napas bertambah, wheezing, bertambahnya batuk dan
sputum, spirometry menurun
- PPOK berat → ggl jantung kanan, cor pulmonal : bunyi jantung II meningkat, distensi
vena jugular, kongesti hati, edema mata kaki.
- Barrel chest → meningkat diameter anteroposterior (hiperinflasi)
- Penunjang :
- Spirometri (gold std) → VEP < 70&
- Foto Thorax → Hiperinflasi paru, diafragma mendatar.
- Analisa gas darah.
- Tx :
- PPOK Stabil :
- Non farmako :
- Stop merokok
- Latihan fisik, latihan pernapasan
- Terapi Oksigen jangka panjang (>15 jam/hari)
- Nutrisi
- Pembedahan : bullectomy, tranplantasi paru, lung volume reduction surgery
- Farmako : (dianjurkan kombinasi daripada meningkatkan dosis)
- Bronkodilator/antikolinergik + Steroid + Mukolitik/antioksidan
- Bronkodilator : salbutamol 4 mg, terbutaline
- Antikolinergik : Ipratropium bromide (combivent) (4x sehari)
- Metilxantin
- Steroid : utama pada eksaserbasi.
- Mukolitik, antioksidan (asetilsitein).
- PPOK Eksaserbasi :
- Terapi oksigen
- Bronkodilator (dosis dan frek ditingkatkan) + antilonergik + aminofilin (0,5
mg/kgbb/jam)
- Steroid : prednisone (5 mg) 30-40 mg PO (10-14 hari)
- Antibiotic
- Ventilasi mekanik → bila gagal napas atau PaCO2 > 45 mmHg

PENYAKIT PLEURA
- EFUSI PLEURA
- Akumulasi cairan berlebih dalam rongga pleura.
- Etiologi :
-  tek. Hidrostatik dalam sirkulasi mikrovaskular (ggl jantung)
-  tek. onkotik dalam sirkulasi mikrovaskular (hipoalbumin berat)
-  tek. dalam rongga pleura (kolaps paru)
-  permeabilitas sirkulasi mikrovaskular (pneumonia)
- Gangguan drainase limfatik dari rongga pleura (efusi maligna)
- Perpindahan cairan dari rongga peritoneal (Ascites)
- Gejala :
- Nyeri unilateral, tajam, bertambah parah saat batuk dan inspirasi, dapat
menjalar ke bahu leher abdomen.
- Sesak.
- Riw. Trauma dada.
- Riw penyakit komorbid (CHF, sirosis, sindrom nefrotik, TB, emboli paru,
tumor mediastinum).
- Riw penggunaan obat (bromokriptin, amiodarone).
- Px :
- pergerakan dinding dada restriksi ipsilateral,
- Fremitus taktil menghilang,
- perkusi redup,
- bunyi napas menurun,
- splinting (pada paru yang kena)
- Penunjang :
- Radiologis :
- foto thorax PA: sudut kostofrenikus tumpul dan bergeser kemedial
-  hemidiafragma atau perluasan bayangan lambung akibat terisi gas.
- Batas paru kiri bawah → curiga efusi subpulmonal
- Efusi > 300 cc → terlihat pada foto thorax
- Efusi 150-300 cc → terlihat pada foto thorax lateral decubitus

- USG dan CT-scan.


- Thoracocentesis (pungsi pleura).+ analisa cairan pleura
- Biopsi pleura
- Thoracoscopy → bila susp. keganasan.
- Tx :
- Efusi karena gagal jantung :
- Turunkan afterload → diuretic (furosemide 20 mg amp/40 mg tab,
hidroklortiazid 25 mg, spironolakton 25 mg) dan inotropic (digoxin 0,25 mg,
dobutamin 250 mg/5 cc) sesuai indikasi.
- Torakosintesis diagnostic, indikasi :
- Efusi menetap dengan pemberian diuretic
- Efusi unilateral
- Efusi bilateral, ketinggian cairan bermakan
- Efusi + febris
- Efusi + nyeri dada pleuritic.
- Efusi parapneuomonia/EMpiema
- Torakosintesis → drainase
- Antibiotik sesuai indikasi
- Efusi pleura karena pleuritis tuberculosis
- OAT (min. 9 bulan) + kortikosteroid dosis 0.75 mg/ 1mg/kgbb/hari selama
2-3 minggu → ada respon, turunkan bertahap + torakosintesis bila sesak atau
efusi lebih tinggi dari sela iga III
- Efusi pleura karena keganasan → konsul pulmo
- Chylothorax → thoracostomy/chest tube sementara kemudian pasan
pleuroperitoneal shunt.
- Hemothorax → thoracostomy/chest, bila darah > 200 cc/jam → Torakotomi.
- Efusi karena penyebab lain → atasi penyakit primer.

- PNEUMOTHORAX
- Akumulasi udara pada rongga pleura.
- Etiologi :
- Perforasi pleura visceral dan gas masuk kedalam paru.
- Penetrasi dinding dada, diafragma, mediastinum, esophagus.
- Produksi gas oleh bakteri pada empyema.
- Jenis Pneumothorax :
- Spontan Pneumothorax :
- Primer → terjadi tanpa ada penyakit komorbid
- Sekunder → terjadi ada penyakit komorbid.
- Traumatik Pneumothorax→ terjadi akibat jejas didada dengan/tanpa
penetrasi.
- Tension Pneumothorax → terjadi tekanan positif pada rongga pleura selama
respirasi.
- Gejala → Sesak, onset mendadak, sulit bernapas, nyeri dada terlokalisir. Riw
trauma thorax. Riw penyakit paru komorbid.
- Px → Takipnea, gerak dada tertinggal pada daerah yang kena, fremitus taktil
menghilang, bunyi napas menghilang.

- Tension Pneumothorax :
- KU : sakit berat
- N >140x/m
- Hipotensi
- Takipneu, pernapasan berat
- Sianosis
- Diaforesis
- Deviasi trakea kesisi kontralateral
- Deviasi vena leher
- Penunjang :
- Foto thorax PA → tepi luar pleura visceral terpisah dari pleura parietal oleh
ruang lusen

- USG → cepat, bisa langsung diagnosis.


- CT scan → bedakan pneumothorax terlokulasi dari kista atau bullae.
- Analisa gas darah → hipoksemia
- Tx :
- Oksigenasi
- Aspirasi → pakai kanul 16-18 G

SINDROM VENA CAVA SUPERIOR


- Kumpulan gejala akibat obstruksi dinding vena kava superior tipis, sehingga terjadi
penurunan venous return, dari kepala, leher, dan ekstremitas atas.
- Etiologi :
- Keganasan → Ca. Paru (small cell dan squamous cell pada 85% kasus), limfoma
(pada usia muda), dan tumor metastasis.
- Non-Keganasan → Aneurisma aorta, thyromegaly, thrombosis, mediastinitis
fibrosing akibat radiasi, histoplasmosis, sindroma behcet, alat intravascular.
- Gejala → sesak, batuk berdarah, suara serak, sakit kepala, hidung tersumbat, epistaksis
kesulitan menelan, sinkop dengan onset tak diketahui. Keluhan diperberat dalam posisi
membungkuk atau tidur terlentang.
- Px → letargi, bengkak pada tangan, wajah daerah mata (sering), kadang pada leher dan
laring, distensi vena jugular, phletora, sianosis, sumbatan pada hidung. Edema cerebri →
jarang tp tanda prognosis buruk, kejang.
- Penunjang :
- Foto thorax PA : Pelebaran mediastinum superior, terutama pada sisi kanan.

- Ct-scan, venografi (cari sumber obstruksi)


- Tx :
- Elevasi kepala. Jaga patensi napas, bed rest, diet rendah garam, Infus
- O2
- Furosemide 40 mg/IV,
- Deksametason 16-20 mg/IV atau metilprednisolon 125 mg per hari
- Antikoagulan
- Kemoterapi, radioterapi,pemasangan stent, operasi.
CA PARU
- Klasifikasi :
- Epitelial tumor → benign preinvasive lesion, maligna
- Soft tissue tumor → mesothelial tumours, Miscellaneous Tumours,
Lumphoproliferative disease.
- Secondary tumour
- Unclassified tumours
- Tumour like lesion
- Faktor resiko :
- Merokok
- Polusi lingkungan kerja : udara, radiasi
- Gejala → Asimptomatis, batuk, hemoptysis, nyeri dada, dyspnea. Kalau metastasis →
nyeri tulang, sakit kepala, suara serak, sulit menelan, sesak napas.
- Px → wheezing, stridor, abses, atelectasis. Bisa aritmia, SVKS, pembesaran KGB.
- Penunjang :
- tumor marker :
- CEA (carcinoma embryonic antigen),
- NSE ( neuron spesifik enolase),
- Cyfra 21-2 (cytokeratin fragments 19)
- Foto thorax, ct-scan, MRI

- Bone Scanning → bila ada metastasis


- Sitologi sputum
- Histopatologi
- Staging → TNM
- Tx → Kemoterapi kombinasi dan radioterapi

SLEEP APNEA/SLEEP DISORDER BREATHING


- Kelainan napas saat tidur : Kondisi hilang napas secara parsial atau seluruhnya, terjadi
beberapa kali sepanjang malam → bahaya kematian.
- Gejala → tidur ngorok, ada jeda napas dan tidur terganggu, mengantuk berlebihan saat
siang hari dan mengganggu kewaspadaan, mengganggu keseharian (hubungan
interpersonal, sulit konsentrasi.
- Px → Hipertensi, obesitas, kelainan saluran napas (kongesti nasal, rhinitis, sinusitis),
Kelainan craniofacial ( mikrognatia, retrognatia), Tanda hipotiroidisme/akromegali.
- Penunjang :
- Polisomnografi, EEG. EKG
- Tx :
- Posisi tidur lateral decubitus
- Turunkan BB
- Oksigenasi, VTP
- Operasi : trakeostomi, uvulapalatofaringoplasti
SSRI : Fluoxetine 20 mg (4-6 minggu).

CORONA VIRUS DISEASE 2019 (COVID-19)


- Virus RNA strain tunggal positif berkapsul tak bersegmen.
- Terdapat protein S/spike protein permukaan kapsulnya, berfungsi untuk penempelan dan
masuknya virus kedalam sel host. (interaksi protein S dengan reseptor di sel inang)

- Corona virus sensitif pada :


- panas
- dapat diinaktifkan disinfektan klorin,
- pelarut lipid dengan suhu 56OC selama 30 menit,
- eter,
- alcohol,
- asam perioksiasetat,
- detergen non ionic,
- formalin,
- oxidizing agent dan kloroform.
- Corona bisa hidup > 5 hari disuhu 22-25OC dan kelembapan relative 40-45% dan bisa
inaktif karena sinar UV, Kondisi basa (pH > 12) atau kondisi asam (pH < 3)
- Infeksi corona virus biasa terjadi pada musim dingin atau musim semi. Virus ini
menyukai suhu dingin dan kelembaban yang tak terlalu tinggi.
- Infeksi virus ini sangat progresif pada orang tua, ibu hamil, immunocompromised.
- Patogenesis :
Virus masuk ke saluran napas atas → bereplikasi di sel epitel sakulran napas atas →
menyebar kesaluran napas bawah. Infeksi akut → terjadi shedding virus dari saluran
napas dan virus dapat di GI tract → respon imun innate dan spesifik.
Virus ke sel host diperantarai Protein S (ada dipermukaan virus) → protein S berikatan
dengan enzim ACE-2/angiotensin converting enzyme 2 (reseptor disel host) → translasi
replikasi gen dari RNA genom virus → replikasi dan transkripsi.
Virus masuk → induksi sitokin dalam jumlah tinggi (IL1B, IFNy, IP10, MCP 1, Th1) →
konsentrasi tinggi? → Cytokine strom → berkaitan dengan derajat keparahan.
- Masa inkubasi sampai gejala muncul : 3-7 hari.

- Perjalanan penyakit : tidak berkomplikasi → pneumonia ringan → Pneumonia berat →


ARDS → Sepsis → Syok Septik → Kematian
- Tidak berkomplikasi → Gejala utama tanpa komplikasi ( dehidrasi, sepsis, napas
pendek)
- Pneumonia ringan : pada anak → takipnea + tak ada tanda pneumonia berat.
- Definisi takipnea pada anak:
- < 2 bulan : ≥ 60x/menit 

- 2-11 bulan : ≥ 50x/menit 

- 1-5 tahun : ≥ 40x/menit. 

- Pneumonia berat :
- Dewasa → demam, takipnea (R > 30x/m), distress napas berat, saturasi O 2
<90% udara luar.
- Anak → Batuk, sesak, demam + salah satu gejala berikut :
- Sianosis Central atau SpO <90%
- Distress napas berat (retraksi dada berat)
- Tak mau menyusu atau minum, letargi atau penurunan kesadaran,
kejang.
- ARDS → Hipokesemia : PaO2 dibagi FIO2 < 300 mmHg.
- Sepsis →Infeksi + disfungsi organ (perubahan status mental, susah bernapas,
respirasi cepat, saturasi O2 rendah, keluaran urin berkurang, nadi meningkat,
trombositopenia, asidosis, tinggi laktat, hiperbilirubinema) → Skor SOFA.
- Syok Septik
- Gejala → demam (>38OC), batuk, pilek,sesak, rasa tak nyaman dileher, onset 10
hari terakhir, riw. Berpergian dari daerah wabah. hidung berair, nyeri kepala, hidung
tersumbat. Fatigue, myalgia, diare
- PDP :
- Gejala Utama/ + Pneumonia ringan/berat/ + Radiologis (+) groun glass opacities
+ riw. Perjalanan dari daerah wabah (14 hari terakhir)/riw. Terpapar ISPA tanpa
diketahui riwayatnya.
- ISPA ringan-berat + riw. Kontak pada pasien covid-10 (probable/tekonfirmasi)
atau Riw. Kontak hewan penular atau riw dari tempat terinfeksi atau wilayah
infeksi.
- ODP :
- Gejala utama ada/tanpa pneumonia + riw berpergian kedaerah wabah + 1 riw
paparan atau lebih seperti kontak dengan pasien covid-19/ mengunjungi tempat
atau wilayah wabah/ riw. Kontak hewan penular.
- Probable : PDP dengan hasil pemeriksaan COVID-19 inkonklusif atau positif pan
coronavirus atau beta coronavirus.
- Kasus Terkonfirmasi : (+) PCR
- Pemfis :
- Respirasi , Nadi , Suhu  atau TTV ↑, Saturasi O2 ↓,
- retraksi otot pernapasan,
- Thorax :
- inspeksi → asimetris dan dinamis,
- Palpasi → fremitus raba mengeras,
- Perkusi → redup didaerah konsolidasi,
- Auskultasi → bronkovesikuler atau bronkial dan ronki
- Penunjang :
- DR : leukosit ↓ (bisa normal), limfosit , LED & CRP 
- Serologi → Rapid test
- PCR (+), Ig M (-), Ig G (-) → Infeksi Baru mulai (hari ke 1-7)
- PCR (+), Ig M (+), Ig G (-) → infeksi akut Lagi menuju puncak infeksi (hari
ke 7-14)
- PCR (+), Ig M (+), Ig G (+) → Infeksi di puncak mulai menurun menuju
sembuh (14-21) → Makanya isolasi 2 minggu.

- PCR (+), Ig M (-), Ig G (+) → Infeksi menuju sembuh (hari ke 21-28)


- PCR (-), Ig M (-) , Ig G (+) → infeksi lebih dari 1 bulan dan menjadi sembuh
- Swab nasofaring dan orofaring (saluran napas atas)
- RT-PCR SARS-CoV-2 atau Serologi → 2-4 hari, minimal 2x negative serta
klinis membaik min. 24 jam
- Radiologi : Foto thorax, ct-scan thorax, atau USG thorax
- Ground glass app, opasitas bilateral, konsolidasi 
subsegmental, kolaps
paru.

Foto Thorax PA → Konsolidasi dan infiltrat dominan dibawah perifer,


bilateral

- Sputum, bilasan bronkus, BAL (saluran napas bawah) → pada pasien intubasi
- Bronkoskopi, pungsi pleura
- Analisa gas darah, Fx hpar, Fx Ginjal, GDS, Elektrolit, PT/APTT, d-dimer
(meningkat pada kasus berat), prokalsitonin, pem. Feses dan urin.

Protokol laboratorium pasien terkonfirmasi maupun belum terkonfirmasi COVID-19:


- SKRINING dan Diagnosis
1. Hematologi
a. Hitung limfosit absolut → <1500/μL
b. Neutrophil Lymphocyte Ratio (NLR) >3,13
2. CRP > 10mg/L
3. Pemeriksaan molekuler (TCM, Real Time PCR), atau
4. Rapid Test Antigen/Antibodi (bila pemeriksaan molekular tidak tersedia)
5. Kalau diagnosis bisa di Kombinasi rapid test antibody dan PCR
(konvensional/TCM/Real Time PCR)

- PEMANTAUAN
1. Pemantauan serial setiap 1-3 hari, disesuaiakan kondisi klinis
2. Pemeriksaan laboratorium:
- Hematologi → HB,WBC, Neutrofil, limfosit, NLR, PLT
- CRP, procalcitonin
- Ferritin (acute phase reactant)
- AGD
- Elektrolit
- Pem. Tambahan :
- Hemostatis → PT, aPTT, D-Dimer
- Fx ginjal → ureum, creatinine
- Fx Hati → SGOT, SGPT
- Pem. Sesuai komorbid
- PCR

- SURVEILANS/ CONTACT TRACING


- Pemeriksaan Laboratorium: Kombinasi rapid test antibodi dan PCR
- (konvensional/TCM/Real Time RT-PCR)

PROTOKOL TATALAKSANA PASIEN KONFIRMASI COVID-19


1. OTG → riw. Terpapar covid-19/riw. Berkunjung tempat penyebaran + tanpa gejala
Tx → Isolasi mandiri (14 hari) + VIT C 500 mg (3x1) (ISOVIT)

Penjelasan terapi :
- Isolasi mandiri (14 hari) → pantau via telpon → setelah isolasi mandiri kontrol
difktp
- Edukasi :
- Pasien untuk Ukur suhu pagi dan malam, etika batuk, tempat terpisah,
peralatan makan terpisah, pakaian terpisah
- Gunakan masker, Cuci tangan, physical distancing
- Segera kedokter bila suhu tubuh >38OC
- Dikamar → perhatikan ventilasi udara dan cahaya (buka secara berkala).
Bersihkan kamar setiap hari dengan disinfektan
- Anggota keluarga pasien sebaiknya memeriksakan diri dirumah, pakai
masker, jaga jarak min. 1 meter, cuci tangan, jangan sentuh daerah wajah
kalau tidak yakin tangan bersih, perhatikan sirkulasi udara, bersihkan rumah
lebih sering
- Farmakologi →
- Vit C non acidic 500 mg 3x1 (14 hari), + zinc 20 mg (1x1)
- bisa juga :
- tablet hisap 500 mg/12 jam PO (30 hari),
- Multivitamin mengandung VIT C 1-2 tab 1x1 (30 hari)
- Multivitamin mengandung VIT C, B,E, Zinc

2. Gejala Ringan/Tanpa komplikasi → (demam >38OC, batuk, nyeri tenggorokan)


- gejala tidak spesifik seperti demam, lemah, batuk (dengan atau tanpa produksi
sputum),anoreksia, malaise, nyeri otot, sakit tenggorokan, sesak, kongesti hidung,
sakit kepala.
- usia tua dan immunocompromised gejala atipikal
Tx → (ISOVIT K2A1 500) + Ose 75 mg (2x1)
- Isolasi mandiri 14 hari + simptomatik + VIT C 500 mg (3x1) (14 hari),
- + Klorokuin fosfat 500 mg (2x1) (5 hari) + azitromisin 500 (1x1) (5 hari)
- Bila perlu + Oseltamivir 75 mg (2x1)

- Penjelasan terapi Farmakologi →


- Vit C non acidic 500 mg 3x1 (14 hari), + zinc 20 mg (1x1)
- bisa juga :
- tablet hisap 500 mg/12 jam PO (30 hari),
- Multivitamin mengandung VIT C 1-2 tab 1x1 (30 hari)
- Multivitamin mengandung VIT C, B,E, Zinc
- Klorokuin fosfat 250 mg (1x2) PO (untuk 5 hari), atau
- Hidroksiklorokuin (sediaan yg ada 200 mg) 400 mg/24jam/oral (untuk 5
hari) (Hidroksiklorokuin 200 mg 1x2/hari/PO (5 hari)
- Azitromisin 500 mg (1x1) PO (5 hari), atau
- Levofloxacin 750 mg/24 jam (5 hari)
- Pengobatan simtomatis → paracetamol bila demam
- Bila diperlukan dapat diberikan Antivirus : Oseltamivir 75 mg (2x1) PO,
atau
- Favipiravir (Avigan) 600mg/12 jam / oral (untuk 5 hari)

3. Gejala Sedang : HARUS RUJUK !!!


- Dewasa → Konfirmasi pneumonia (demam, batuk sesak, RO : GGO App) +
tidak butuh suplementasi O2
- Anak → pneumonia tidak berat (demam, batuk, sesak, napas cepat)
Tx :
- Rujuk → ISOrs
- VITamp 1-2 ampul (dalam 100 cc nacl) (3x1)
- K2A1 500 (5-7 hari) → Azitro bisa IV
- Ose 75 mg (2x1)
- Simptomatik

- Penjelasan terapi
- Rujuk → Isolasi di RS
- Istirahat total, intake kalori adekuat, control elektrolit, status hidrasi, saturasi
oksigen
- Pemantauan Darah lengkap, bila memungkinkan → CRP, fungsi ginjal, fungsi
hati dan ronsen dada secara berkala.
- Farmakologi :
- Vitamin C ampul 200 – 400 mg/8 jam dalam 100 cc NaCl 0,9% habis
dalam 1 jam per IV
- Klorokuin fosfat 250 mg (1x2) oral (untuk 5-7 hari) ATAU
- Hidroksiklorokuin (sediaan yg ada 200 mg) hari pertama 400 mg/12
jam/oral, selanjutnya 400 mg/24 jam/oral (untuk 5-7 hari)
- Azitromisin 500 mg (1x1) per iv atau per oral (untuk 5-7 hari) atau,
- Levofloxacin 750 mg/24 jam per iv atau per oral (untuk 5-7 hari)
- Pengobatan simtomatis (Parasetamol dan lain-lain).
- Antivirus : Oseltamivir 75 mg (2x1) oral ATAU
- Favipiravir (Avigan sediaan 200 mg) loading dose 1600 mg/12 jam/oral
hari ke-1 dan selanjutnya 2 x 600 mg (hari ke 2-5)

4. Gejala berat →
- Dewasa → demam atau dalam pengawasan infeksi saluran napas/pneumonia,
ditambah satu dari:
- R > 30 x/menit,
- distress pernapasan berat, atau
- saturasi oksigen (SpO2) <93% pada udara kamar atau rasio PaO2/FiO2 <
300.
- Anak → batuk atau kesulitan bernapas, ditambah setidaknya satu dari berikut
ini:
- sianosis sentral atau SpO2 <90%;
- distres pernapasan berat (seperti mendengkur, tarikan dinding dada yang
berat);
- tanda pneumonia berat: ketidakmampuan menyusui atau minum, letargi
atau penurunan kesadaran, atau kejang.
- Tanda lain dari pneumonia yaitu: tarikan dinding dada +
- + takipnea :
- <2 bulan, ≥60x/menit;
- 2–11 bulan, ≥50x/menit;
- 1–5 tahun, ≥40x/menit;
- >5 tahun, ≥30x/menit.

- Tx :
- Rujuk → Isolasi RS
- Non Farmakologis
- Istirahat total, Oksigen, intake kalori adekuat, kontrol elektrolit,
status hidrasi (terapi cairan).
- Pemantauan Darah Lengkap, CRP, fungsi ginjal, fungsi hati,
Hemostasis, LDH, D-dimer.
- Pemeriksaan foto toraks serial bila perburukan
- Monitor tanda-tanda sebagai berikut;
- Takipnea, frekuensi napas ≥ 30x/min,
- Saturasi Oksigen ≤93% (dijari),
- PaO2/FiO2 ≤ 300 mmHg,
- Peningkatan sebanyak >50% di keterlibatan area paru-paru pada
pencitraan thoraks dalam 24-48 jam,
- Limfopenia progresif,
- Peningkatan CRP progresif,
- Asidosis laktat progresif.
- Monitor keadaan kritis :
- Gagal napas yg membutuhkan ventilasi mekanik, shock atau
gagal Multiorgan yang memerlukan perawatan ICU. Bila gagal
napas/ARDS → ventilator mekanik (alur gambar 1)
- 3 langkah yang penting dalam pencegahan perburukan penyakit,
yaitu sebagai berikut
- Gunakan high flow nasal canulla (HFNC) atau non-
invasive mechanical ventilation (NIV) pada pasien dengan
ARDS atau efusi paru luas. HFNC lebih disarankan
dibandingkan NIV. (alur gambar 1)
- Pembatasan resusitasi cairan, terutama pada pasien dengan
edema paru.
- Posisikan pasien sadar dalam posisi tengkurap (awake
prone position).

- Prinsip terapi oksigen:


- NRM : 15 liter per menit.
- HFNC
- Jika dibutuhkan, tenaga kesehatan harus menggunakan
respirator (PAPR, N95).
- Batasi flow agar tidak melebihi 30 liter/menit.
- Lakukan pemberian HFNC selama 1 jam, → evaluasi.
- Jika pasien mengalami perbaikan dan mencapai kriteria
ventilasi aman
- indeks ROX >4.88 pada jam ke-2, 6, dan 12 → tidak
membutuhkan ventilasi invasif
- ROX <3.85 →butuh intubasi
- Indeks ROX = (SpO2 / FiO2) / laju napas
- NIV :
- Jika dibutuhkan, tenaga kesehatan harus menggunakan respirator
(PAPR, N95).
- Lakukan pemberian NIV selama 1 jam, → evaluasi.
- Jika pasien mengalami perbaikan dan mencapai kriteria ventilasi
aman volume tidal [VT] <8 ml/kg, tidak ada gejala kegagalan
pernapasan atau peningkatan FiO2/PEEP) maka lanjutkan ventilasi
dan lakukan penilaian ulang 2 jam kemudian.
- Bila ARDS berat → ventilasi invasif.
- NIV tidak boleh pada pasien dengan syok.
- Kombinasi Awake Prone Position + HFNC / NIV 2 jam 2 kali sehari
dapat memperbaiki oksigenasi dan mengurangi kebutuhan akan
intubasi pada ARDS ringan hingga sedang. Hindari penggunaan
strategi ini pada ARDS berat.19

- Untuk mengurangi risiko akibat terbentuknya aerosol, maka alat


ventilasi dan metode yang digunakan sebaiknya yang paling sedikit
menimbulkan aerosol.
- NIV dan HFNC → lakukan diruangan bertekanan negatif/ruang
isolasi karena banyak timbulkan aerosol dan pakai APD →
sebaiknya ventilasi mekanik invasif
- Untuk mengurangi aeorosol pada penggunaan HFNC, pada pasien
sebaiknya dipasang masker surgical dan titrasi flow rate HFNC
<30 liter/menit.
- Bila pasien masih belum mengalami perbaikan klinis maupun
oksigenasi setelah dilakukan terapi oksigen ataupun ventilasi
mekanik non invasif, maka harus dilakukan penilaian lebih lanjut.
- Farmakologis :
- Klorokuin fosfat
- Hari 1-3 → 500 mg (2x2 tab) PO (@250 mg)
- Hari 4-10 → 250 mg (2x1) ATAU
- Hidroksiklorokuin dosis 400 mg /24 jam/oral (untuk 5 hari),
- setiap 3 hari kontrol EKG
- Azitromisin 500 mg (1x1) (5 hari) atau
- levofloxacin 750 mg/24 jam/intravena (5 hari)
- Sepsis → Kultur darah dan kultur sputum → beri AB sesuai kultur
- Antivirus : Oseltamivir 75 mg (2x1) oral (5 hari) ATAU
- Favipiravir (Avigan sediaan 200 mg) loading dose 1600 mg/12
jam/oral hari ke-1 dan selanjutnya 2 x 600 mg (hari ke 2-5)
- Vitamin C 200 – 400 mg (3x1) dalam 100 cc NaCl 0,9% habis dalam
1 jam diberikan secara drips Intravena (IV) selama perawatan
- Vitamin B1/IV (1x1)
- Hydroxycortison 100 mg/24 jam/ intravena (3 hari pertama)
- Pengobatan komorbid dan komplikasi yang ada
- Obat suportif lainnya

5. Kritis
Pasien dengan gagal napas, Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS), syok sepsis
dan/atau multiple organ failure.

- Keterangan :
- Untuk anak dosis harap disesuaikan
- Vitamin C diberikan dengan dosis tertinggi sesuai dengan ketersediaan di rumah
sakit
- Bila tidak tersedia Oseltamivir maupun Favipiravir (Avigan), maka sebagai
pilihan dapat diberikan tablet kombinasi
- Lopinavir + Ritonavir ( 2 x 400/100 mg) selama 10 hari ATAU
- Remdisivir 200 mg IV drip, dilanjutkan 1 x 100 mg IV, semua diberikan
dalam drip 3 jam, selama 9 – 13 hari.
- Favipiravir (Avigan) tidak boleh diberikan pada wanita hamil atau yang
merencanakan kehamilan
- Azitro + Klorokuin → QT prolong → EKG Serial
- Gejala ringan + jantung → rawat

TATALAKSANA COVID DI PUSKESMAS


- Simptomatik
- N-Asetilsistein 3x200 mg
- Batuk berdarah → Codein 3x10 mg → bila gejala berkurang, di tapp off
- Paracetamol → 3x500 mg
- Oseltamivir 2x75 mg (1-5 hari) → >5 hari stop obat, atau
- Avigan (Favipiravir)
- Hari 1 : 2x8 tab (2x1600 mg) (@200 mg)
- Hari 2-5 : 2x3 tab (2x600 mg)
- Vit B (1x1)
- Vit C ( 2 atau 3 x 500 mg)
- Zinc 1x20 mg
- Vit D 1x5000 IU atau 1000 IU
INFEKSI

INFEKSI CACING : Nemathelmintes


- Nematoda → Cacing usus (Nemus)
- Cestoda → cacing pita (C-Pit)
- Tremaroda → cacing hati (Tremati)

- Nematoda : Fase infektif → telur termakan


- Enterobius Vermicularis/oxyuris vermicularis → Cacing kremi, seperti parutan
kelapa (15-40 mm)
- Gejala → Gatal pada anus dimalam hari
- Px → Adhesive Scotch type (isolasi temple dianus, kemudin cabut, ada telur)
- Tx : Pirantel Pamoat : anak 10 mg/kgbb/hari, dewasa : 500 mg SD

- Trichuris Trichuria → Fase infeksi : telur bentuk tempayan dengan dua ujung
runcing, mucoid plak.
- Gejala → Prolaps rectum (benjolan melingkar dari anus seperti sosis)
- Tx → Mebendazole 100 mg 2x1 (3 hari) atau SD 500 mg

- Ascaris Lumbricoides → Fase infeksi telur dinding 3 lapis (albuminoid, hyaline,


vitelin)
- Gejala → anemia + anak gangguan belajar
- Tx → Albendazole 400 mg per hari SD (bunuh semua std cacing)
- Komplikasi → Lofler syndrome = muntah cacing, obstruksi usus
- Hook Worm/ Cacing tambang → Fase infektif, larva filiform menembus kulit.
- Etiologi :
- Diusus : ancylostoma duodenale, necator americanus
- Dikaki : cutaneous larva migrans → lesi serpiginosa → ancylostoma
brazilensis/ancylostoma caninum
- Tx →Albendazole 400 mg SD/hari; Brazilensis → 3 hari + etil spray,
cryoterapi.

- Cestoda :
- Jenis :
- Taenia Solium → Babi
- Taenia Saginata → Sapi
- Fase infektif → Sistiserkus (Cacing dewasa) → Sistiserkosis
Ada diotak dan hati berbentuk bulat-bulat
- Makan daging sapi/babi yang mengandung cacing pita → Taeniasis
- Fase Proglotid: T. Solium : 5-10 segmen uterus; T.Saginata = 15-30 segmen uterus.

- Tx → Praziquantel 10 mg/KgBB Single dose (membuat edema tubuh cacing dan


pecah)

- Trematoda/cacing hati :
- Gejala : pasien dari danau lindu, bengkak kaki atau perut, anemia
- Fase Infeksi : Masuk tubuh siput → telur → serkaria → dimakan manusia → cacing
dewasa
- Fasciolopsos buski
- Schistosoma Japonicum
- Diphyllobothrium latum → makan ikan setengah masak
- Fasciola Hepatica
- Telur Schistosoma → ada tanduk/knob/operculum ditelurnya
- Japonicum → danau lindu
- Mansoni → afrika
- Japonicum & mansomi timbulkan BAB berdarah
- Hematobium → Kencing darah

- Tx : Japonicum : 3x20 mg/hari; mansoni dan haemotobium 2x20 mg/hari

- Cacing lain
- Filiariasis/Kaki gajah
- Gejala : Kaki bengkak + unilateral + kencing putih (seperti nanah)
- Filiaria tinggal di saluran limfe → limfedem sekunder
- Wucherieria bancrofti = anopheles
- Brugia malayi = culex
- Brugia timori = culex
- Px → Pewarnaan Giemsa → dilakukan pukul 22.00-02.00
- Fase infeksius → Larva 3 → manusia → tinggal dilimfe
- Tx → Dietilcarbamazin (DEC) → 6 mg/KgBB → 3x6 mg/hri/12 hari
- Ivermectin 150 mcg SD + Albendazol 400 mg SD
MALARIA
- Etiologi : Plasmodium (falsiparum, vivax, ovale, malariae, knowlesi)
- Ditularkan nyamuk anopheles betina → plasmodium hidup berkembang dieritrosit.
- Gejala → Trias malaria (demam, menggigil, keringat) + riw. Berpergian daerah
endemis + sakit kepala, mual, muntah diare, nyeri otot, gangguan kesadaran
- Kriteria diagnosis menurut WHO (2010)
- Resiko rendah (malaria inkomplikata) → riw demam 3 hari terakhir tanpa ada
penyakit akut lain + riw. Berpergian daerah endemis.
- Resiko tinggi → demam 24 jam terakhir dan/atau anemia (telapak tangan pucat
pada anak)
- Tertiana → demam hari ke-3 (ovale,vivax)
- Kuartana → demam hari ke-4 (malariae)
- Tropicana → pola demam bebas (falciparum)
- Px → Demam > 37.5OC, Konjunctiva anemis, tangan pucat, sklera ikterik,
hepatosplenomegali.
- Jenis malaria :
- Falciparum
- gametosit bentuk pisang, banana shape
- Tropozoit : ring form + titik achole (bentuk headphone), khas titik mauer
- Komplikasi : malaria cerebral
- Tidak kambuhan, suka sama eritrosit tua.
- Vivax & Ovale
- Suka eritrosit muda, kambuhan karena ada hipnozoit dihepar (dorman
dihepar).
- Vivax → eritrosit membesar, edema, titik schuffner, membesar 2x
- Ovale → eritrosit tidak membesar, titik schuffner
- Malariae
- Gametosit : Band form/basket form, khas titik zieman
- Penunjang :
- Sediaan darah tebal atau tipis (+) plasmodium
- darah tebal untuk ketahui adanya plasmodium
- darah tipis untuk bedakan jenis plasmodium
- serologi malaria (+)
- Tx :
- Malaria tanpa komplikasi : ACT (Dihidroartemisin-primakuin (DHP))/ Artesunat-
amodiakuin + primakuin
- Falsiparum : ACT 1x1 (3 hari) + Primakuin 0,75 mg/KgBB (hari pertama
saja)
- ACT :
- < 5 Kg atau 0-1 bulan = ¼ tab
- 6-10 kg atau 2-11 bulan = ½ tab
- 11-17 Kg atau 1-4 tahun = 1 tab
- 18-30 Kg atau > 5 tahun = 1 ½ tab
- 31-40 Kg atau > 10 tahun = 2 tab
- 41-49 Kg atau > 15 tahun = 3 tab
- > 50 Kg = 4 tab
- Primakuin :
- 11-17 Kg atau 1-4 tahun = ¾ tab
- 18-30 Kg atau 5-9 tahun = 1 ½ tab
- 31-59 Kg atau 10-14 tahun = 2 tab
- > 60 Kg atau > 15 tahun = 3 Tab
-
- Vivax : ACT 1x/hari selama 3 hari + primakuin 0.25 mg/kgbb (14 hari)
- DHP + Primakuin
- DHP :
- < 5 Kg atau 0-1 bulan = ¼ tab
- 6-10 kg atau 2-11 bulan = ½ tab
- 11-17 Kg atau 1-4 tahun = 1 tab
- 18-30 Kg atau > 5 tahun = 1 ½ tab
- 31-40 Kg atau > 10 tahun = 2 tab
- 41-59 Kg atau > 15 tahun = 3 tab
- > 60 Kg = 4 tab

- PRIMAKUIN :
- 11-17 Kg atau 1-4 tahun = ¼ tab
- 18-30 Kg atau 5-9 tahun = ½ tab
- 31-40 Kg atau 10-14 tahun = ¾ tab
- > 41 Kg = 1 Tab

ATAU BISA GUNAKAN

- ACT + PRIMAKUIN
- ACT :
- < 5 Kg atau 0-1 bulan = ¼ tab
- 6-10 kg atau 2-11 bulan = ½ tab
- 11-17 Kg atau 1-4 tahun = 1 tab
- 18-30 Kg atau > 5 tahun = 1 ½ tab
- 31-40 Kg atau > 10 tahun = 2 tab
- 41-49 Kg atau > 15 tahun = 3 tab
- > 50 Kg = 4 tab
- PRIMAKUIN :
- 11-17 Kg atau 1-4 tahun = ¼ tab
- 18-30 Kg atau 5-9 tahun = ½ tab
- 31-40 Kg atau 10-14 tahun = ¾ tab
- > 41 Kg = 1 Tab
- Vivax Relaps (Kambuh)
- Indikasi : sudah diberikan primakuin 0.25 mg/KgBB/Hari selama 14 hari namun
pasien sakit kembali, parasit (+) dalam 3 minggu-3bulan setelah pengobatan.
- Tx : ACT 1x/hari (3 hari) + Primakuin 0.5 mg/KgBB

- Ovale
- ACT (dosis sama dengan vivax) (1x/hari (3hari))
- ACT :
- < 5 Kg atau 0-1 bulan = ¼ tab
- 6-10 kg atau 2-11 bulan = ½ tab
- 11-17 Kg atau 1-4 tahun = 1 tab
- 18-30 Kg atau > 5 tahun = 1 ½ tab
- 31-40 Kg atau > 10 tahun = 2 tab
- 41-49 Kg atau > 15 tahun = 3 tab
- > 50 Kg = 4 tab

- Malariae
- ACT 1x/hari (3hari) tanpa primakuin

- Infeksi campur : P.faciparum + vivax/ovale


- ACT 1x/hari (3hari) + Primakun 0.25 mg/KgBB (14 hari)
- DHP + Primakuin
- DHP :
- < 5 Kg atau 0-1 bulan = ¼ tab
- 6-10 kg atau 2-11 bulan = ½ tab
- 11-17 Kg atau 1-4 tahun = 1 tab
- 18-30 Kg atau > 5 tahun = 1 ½ tab
- 31-40 Kg atau > 10 tahun = 2 tab
- 41-59 Kg atau > 15 tahun = 3 tab
- > 60 Kg = 4 tab
- PRIMAKUIN :
- 11-17 Kg atau 1-4 tahun = ¼ tab
- 18-30 Kg atau 5-9 tahun = ½ tab
- 31-40 Kg atau 10-14 tahun = ¾ tab
- > 41 Kg = 1 Tab

ATAU BISA GUNAKAN

- ACT + PRIMAKUIN
- ACT :
- < 5 Kg atau 0-1 bulan = ¼ tab
- 6-10 kg atau 2-11 bulan = ½ tab
- 11-17 Kg atau 1-4 tahun = 1 tab
- 18-30 Kg atau > 5 tahun = 1 ½ tab
- 31-40 Kg atau > 10 tahun = 2 tab
- 41-49 Kg atau > 15 tahun = 3 tab
- > 50 Kg = 4 tab
- PRIMAKUIN :
- 11-17 Kg atau 1-4 tahun = ¼ tab
- 18-30 Kg atau 5-9 tahun = ½ tab
- 31-40 Kg atau 10-14 tahun = ¾ tab
- > 41 Kg = 1 Tab

- Note :
- (Artesunat 4 mg/kgbb; amodiakuin basa : 10 mg/Kgbb)
- Utamakan dosis berdasarkan BB
- Bila obes, sesuaikan dosis dengan bb ideal

- MALARIA PADA IBU HAMIL


- Pemberian obat disesuaikan usia kehamilan
- ACT tidak boleh trimester 1; Primakuin tidak boleh sama sekali
- Falciparum :
USIA KEHAMILAN PENGOBATAN
Trimester 1 (0-3 bulan) Kina 3x2 tab + Klindamisin 2x300mg (7hari)
Trimester 2 (4-6 bulan) ACT 1x1 (3 hari)
Trimester 3 (7-9 bulan) ACT 1x1 (3 hari)
- Vivax :
USIA KEHAMILAN PENGOBATAN
Trimester 1 (0-3 bulan) Kina 3x2 tab (7hari)
Trimester 2 (4-6 bulan) ACT 1x1 (3 hari)
Trimester 3 (7-9 bulan) ACT 1x1 (3 hari)

- MALARIA BERAT
- Non perawatan :
- Artemeter/IM 3.2 mg/KgBB
- Rujuk kefaskes ranap
- Perawatan :
- Artemeter/IV 2.4 mg/KgBB (3x jam 0,12,24), lanjut dosis yang sama per
24 jam sampai penderita mampu minum obat.
- Bila penderita mampu minum obat : ACT 3 hari + primakuin (sesuai
jenis plasmodiumnya
- Kemasan dan cara pemberian :
- Artesunat parenteral (vial 60 mg serbuk kering) + pelarut
na.bikarbonat 5%.
- Campur, jadi 1 cc larutan na.artesunat
- 1 cc larutan na.artesunat encerkan dengan D5% atau NaCl
0.9% sebanyak 5 cc didapatkan konsentrasi 60mg/6ml (10mg/ml),
bolus pelan
- Alternatif :
- Artemeter
- Artemeter IM 3.2 mg/KgBB dihari pertama, lanjut 1.6
mg/KgBB per hari sampai penderita mampu minum obat.
- Bila sdh minum obat, sesuaikan dosis ACT dan Primakuin
sesuai plasmodiumnya.
- Kina drip
- Dewasa :
- 4 jam pertama = Loading : 20 mg/KgBB Kina dilarutkan
dalam 500 cc D5%/NaCl 0.9%.
- 4 jam kedua = hanya D5%/NaCL 0.9%
- 4 jam ketiga = Kina 10 mg/KgBB dalam 500 cc
D5%/NaCl 0.9%
- 4 jam keempat : hanya D5%/NaCl 0.9%
- Selanjutnya Kina 10 mg/KgBB dalam 500 cc D5%/NaCl
0.9% sampai bisa minum obat.
- Bila sdh bisa minum obat = berikan
- Kina tab PO 10mg/KgBB/Kali per 8 jam
- Berikan bersama doksisiklin/tetrasiklin pada dewasa;
Klindamisin pada Ibu Hamil
- Dosis total kina terhitung sejak pertama kali infus.
- Anak :
- Kina HCL 25%/IV 10 mg/KgBB (< 2 bulan = 6-8
mg/KgBB) encerkan 5-10 cc D5%/NaCl 0.9% berikan
selama 4 jam. Dapat diulangi per 8 jam sampai bisa minum
obat.
- Kemasan : ampul kina dihidroklorida 25% (500 mg/2
ml).

- Note :
- Kina tak boleh bolus → berefek pada jantung dan
menimbulkan kematian.
- Dosis Max Dewasa kina : 2000 mg/hari.

- MALARIA BERAT PADA IBU HAMIL


- Trimester 1 = Kina HCL drip/IV
- Trimester 2 dan 3 = Artemeter injeksi
- PEMANTAUAN PENGOBATAN
- Hitung parasite minimal per 24 jam : target pada H1 50% H0 dan H3 < 25%
H0.
- Pemeriksaan diulangi 3x berturut, sampai taka da ditemukan parasit.

- PENCEGAHAN (WHO) Metode ABCD


- Awarness (Pengetahuan)
- Resiko malaria, habitat anopheles, gejala utama dan masa inkubasi.
- Bite Prevention
- Hindari gigitan nyamuk menjelang senja hingga fajar, dengan cara :
- Membatasi aktivitas pada waktu tersebut
- Memakai pakaian menutup sebagian besar tubuh
- Tutup jendela dan pintu, gunakan kelambu, gunakan insektisida
- Gunakan spray atau lotion anti nyamuk yang mengandung
diethytoluamide.
- Bersihkan daerah yang memungkinkan jadi sarang nyamuk
- Tutup rapat bak tampungan air
- Kuras bak mandi dan membuang genangan-genangan secara rutin
- Mengubur kaleng bekas atau wadah kosong kedalam tanah.
- Kemoprofilaksis
- Doksisiklin :
- diberikan 1-2 hari sebelum keberangkatan kedaerah pandemic
malaria, minum waktu yang sama tiap harinya, sampai 4 minggu
setelah meninggalkan daerah tersebut.
- Tak boleh diberikan pada anak < 8 tahun dn ibu hamil.
- Dosis dewasa : 1x100 mg
- Dosis anak : 2 mg/kgbb/hari (max.100 mg)
- Primakuin :
- untuk daerah pandemic vivax
- Tidak boleh diberikan pada pasien def. G6PD, ibu hamil dan
menyusui (kecuali ada bukti G6PD normal).
- Dosis dewasa : 1 x 30 mg
- Dosis anak : primakuin basa 0.5 mg/kgbb/hari (max.30 mg/hari),
saat makan.
- Bisa sbg anti-relaps vivax dan ovale = diberikan 14 hari setelah
meninggalkan daerah endemis.
LEPTOSPIROSIS
- Gejala → Demam, riw. Banjir, tidak pakai sandal
- Ringan → hematom subkonjunctiva + nyeri tekan gastrocnemius
- Berat (weils disease) → Oligouri + Acute Kidney Injury + Ikterus + perdarahan
(paru) + syok refrakter
- Etiologi → Leptospira → Kencing tikus. Menginfeksi melalui mukosa atau abrasi kulit
- Patof → leptospira tumbuh dalam epitel tubulus ginjal, terus menerus mengalir dalam
filtrate urin. Masa inkubasi 2-26 hari (rata-rata 10 hari)
- Pemeriksaan :
- Mikroscopic Agglutination Therapy (MAT) (gold std),
- DR → Leukositosis atau Leukopenia (ada gambaran neutrophil), LED meninggi,
anemia hemolitik, trombositopeni
- Urinalisis → proteinuria, leukosituria.
- Mikroskopik lap. Gelap,
- Kultur darah, setelah 2 minggu → kultur urin
- Weils disease →  blood urea nitrogen, kreatinin serum
- Tx :
- Ringan → Doksisiklin 2x100 mg (7 hari)
- Amoxicilin 4 x 500 mg (7 hari)
- Ampisilin 4x500 mg (7 hari)
- Azitromisin 1x1 gram hari pertama, selanjutnya 1x500 mg (hari 2-3)
- Berat → Penisilin G IV 1.5 juta IU (5 hari)
- Ceftriaxone 1 gram/24 jam (7 hari)
- Doksisiklin IV 100 mg/12 jam (7hari)
- Cefotaxime 1 gram/6 jam (7hari)
- DD :
- Yersinia pestis → demam + pembesaran kel. inguinal
DEMAM TIFOID
- Gejala :
- Demam > 1 minggu (mulai demam sore-malam hari)
- lidah kotor
- ggn. Sal. Cerna (anak diare, dewasa konstipasi) + apatis,
- napas bau
- Pemfis :
- Bradikardi relative ( 1OC tidak diikuti  nadi 8x/m) , Rose spot,
hepatosplenomegali, napas bau (foetor ex Ore)
- Penunjang :
- DR → leukopenia, anemia, trombositopenia
- IgM, IgG anti-salmonella
- Gold std :
- Kultur empedu (mahal dan susah)
- Kultur darah (mgg 1), kultur feses (mgg 2), kultur Urin (mgg 3)
- Bila semua kultur negative tapi gejala (+) tifoid → periksa biopsy specimen
sum-sum tulang
- Widal → setelah 1 mgg
- Serologi : tubex → sebelum 1 mgg (+) bila > 6 (4-6 tanda infeksi, 3 borderline →
ulangi beberapa hari kemudian, <2 negatif)
- (bisa dilakukan hari 4-5 untuk infeksi primer, hari 2-3 bila infeksi
sekunder)
- Uji typhidot, ELISA
- Tx :
- Dewasa → Quinolon → Ciprofloxacin 500 mg 2x1 (7 hari)
- bisa juga kloramfenikol 4x500 mg (7 hari),
- cotrimoxazole 2x960 mg ( 2 mgg)
- Ceftri, cefoperazone, cefotaxim
- Ibu hamil → Amoxicilin, Ceftriaxone
- Anak → Kloramfenikol (7 hari) (sediaan 250 mg, syr 125 mg/5 ml) → Efek
samping : depresi sum-sum tulang, pada bumil : gray baby syndrome
- Komplikasi :
- Meningitis tifosa,
- perforasi usus → nyeri defans muscular : minggu 2-3 → tx : kortikosteroid
- Toksik tifoid → Demam tifoid + ggn kesadaran , biasa ada ggn neurologis
- Tx Toksik tifoid
- Kloramfenikol 4x500mg + Ampisilin 4x1 gram + prednisone 20-40 mg SD
(selama 3 hari pertama)
- Bila delirium, koma, syok → injeksi dexa 3 mg/kgbb (awal), lanjutkan 1
mg/kgbb/ 6 jam selama 2 hari
- Tifoid Karier → feses mengandung s.typhi setelah 1 tahun demam tifoid tanpa gejala
klinik
- Tanpa kolelitiasis → Cotrimoxazole 2x2 tab/ hari (3 bulan)
- Kolelitiasis → Ciprofloxacin 2x750 mg (28 hari)

DBD
- Etiologi → aedes aegypty dan aedes albopictus
- Patof → infeksi sekunder dengan serotype berbeda
- Demam dengue → tidak ada gangguan permeabilitas
- DBD → ada ggn permeabilitas → Edem/efusi, Hct  > 20%
- Gejala umum :
- demam, nyeri otot, nyeri sendi, injekasi konjunctiva, mual muntah, nyeri
belakang mata
Derajat Gejala Terapi
1 Rumple leed (+) 3-5 cc/kgbb
2 Perdarahan spontan (epistaksis, perdarahan 6-7 cc/kgbb
gusi)
3 Gejala syok, TD < 20, nadi , akral dingin 10-20 cc/kgbb (30 menit)
4 DSS (dengue shock syndrome) 20-30 cc/Kgbb
, TD tidak terukur, akral dingin
Volume cairan kristaloid yang dibutuhkan → 1500 + 20 X (BBkg-20)
- Pemfis :
- Hepatomegali
- Tanda perdarahan : Ptekie, purpura, ekimosis
- Tanda kebocoran plasma : efusi pleura, ascites, edema
- Penunjang :
- DR → Trombositopenia (< 100.000) ranap!!! → transfusi tromobosit bila <
50.000, HCT > 20% (banding standar normal sesuai umur & jenis kelamin)
- Hari 1-3 → NS 1
Hari 4-5 → IgM-IgG Antigen (serologi)

- Terapi
- Protokol Tx DBD :
- Protokol 1 → Probable DBD dewasa tanpa syok
- Protokol 2 → tx cairan susp. DBD diperawatan
- Protokol 3 → Tx DBD dengan Hct > 20%
- Protokol 4 → Tx DBD dewasa dengan perdarahan spontan
- Protokol 5 → DSS

- Protokol 1 (Probable DBD dewasa tanpa syok)


- Rawat jalan
- Hb, Hct, plt normal → rawat jalan, obs DR/24 jam
- Hb Hct normal, Plt 100.00-150.000 → rawat jalan, obs DR/24 jam
- Ranap
- Hb, Hct Normal, Plt < 100.000 → Rawat → protocol 2
- Hb, Hct meningkat, Plt normal/turun → rawat → protocol 2

- Protokol 2 (DBD diperawatan)


- Trombo < 100.000 → infus kristaloid per 24 jam
- Trombo < 100.000 + Hct 10-20 % → Infus kristaloid per 12 jam
- Trombo < 100.000 + Hct > 20% → Protokol 3
- Setelah cairan diberikan → periksa DR per 24 jam
- Hb,Ht  10-20%, plt < 100.000 → jumlah pemberian cairan sesuai rumus, per
12 jam
- Hb, Ht  > 20%, plt < 100.000  → jumlah cairan diberikan sesuai protocol

- Protokol 3 (DBD dengan Hct > 20%)


- Awal 6-7 cc/kgbb/jam → evaluasi per 3-4 jam → ada perbaikan atau tidak?
- Perbaikan → (hct, Nadi turun, TD membaik, produksi urin meningkat) →
kurangi infus 5 cc/kgbb/jam → kurangi infus 3 cc/kgbb/jam → hentikan
setelah 24-48 jam (selalu kurangi bila ada perbaikan!)
- Tidak membaik → (hct dan nandi meningkat, TD menurun < 20, produksi urin
menurun) → infus RL 10 cc/kgbb/jam → tidak membaik → ulangi
10cc/kgbb/jam → tidak membaik → tx syok

- Protokol 4 (DBD dewasa dengan perdarahan spontan)


- Tx DBD perdarahan spontan : Terapi cairan + Transfusi PRC (Hb < 10) +
Transfusi trombosit (< 50.000-100.000)

- Protokol 5 ( DSS) :
- Awal :
- Patensi jalan napas : O2 1-2 lpm dgn nasal kateter atau sungkup wajah
- Infus kristaloid 10-20 cc/kgbb secepatnya (< 10 menit)
- Perhatikan respon pemberian cairan → hipovolemi, hypervolemia, overload
- Perbaikan → 7cc/kgbb/jam (evaluasai 1 jam) → 5 cc/kgbb/jam →stop infus
- Tidak membaik → guyur 30 cc/kgbb/jam (20-30 menit) → Ht naik, syok, atau
turun?
- Ht Naik → koloid 10-20 cc/kgbb/jam (10-15 menit) → syok? → koloid 30
cc/kgbb/jam → Syok? → Kateter vena sentral
(bila dosis max, koloid bisa diulang sampai 30 menit : sasaran tek benasentral
15-18 smH2O)
- Hipovolemik → Kristaloid 10-15 menit → syok → normovolemik
- Normovolemik → koreski ggn asam basa, elektrolit, hipoglikemia, anemia,
KID, infeksi sekunder → Inotropok, vasopressor, vasodilator → perbaikan?
→ kombinasi kristaloid dan koloid → perbaikan
- HT turun → transfuse darah 10cc/kgbb, dapat diulang sesuai kebutuha
CHIKUNGUNYA
- Gejala:
- gejala berlangsung (3-10 hari),
- Demam (39-40OC) (sampai 1 minggu),
- nyeri sendi berat, nyeri otot, nyeri kepala,
- mual muntah, konjuncitvitis.
- bintik merah muncul 2-3 hari setelah demam,
- Penunjang :
- DR → Trombositopenia, leukopenia
- Fx Hati → meningkat
- LED dan CRP → meningkat
- IgM Chikungunya
- Kriteria diagnose
- Suspek : demam akut (>38.5OC), atralgia berat, riw. Berkunjung ke daerah endemis
(2 mgg terakhir), tanpa ada pemeriksaan konfirmasi.
- Konfirmasi : Gejala + salah satu hasil pemeriksaan spesfik CHIKV positif
- Isolasi virus
- Deteksi virus RNA dan RT-PCR
- IgM Chikungunya → positif → diambil pada fase akut
- Tatalaksana → simptomatik

FEVER OF UNKNOWN ORGIN (FUO)


- demam yang belum diketahui penyebab pastinya
- Terapi → Simptomatik
INTOKSIKASI ORGANOFOSFAT
- Hambat asetilkolinesterase → sebabkan akumulasi asetilkolin pada sinaps kolinergik →
asetilkolin berlebihan menyebabkan stimulasi berlebih disistem saraf pusat, otot, dan
neuromuscular junction.
- Gejala :
- Gejala muskarinik :
- Riw. Minum racun rumput/racun serangga + diare + banyak berkemih,
miosis, bradikardia, bronchorrhoea, bronkokonstriksi, emesis, lakrimasi,
salivasi, hipotensi, aritmia
- Gejala Nikotinik :
- Fasikulasi, tremor, kelemahan otot, gagal napas, hipertensi, takikardi,
berkeringat, midriasis
- Gejala SSP :
- Ggn kesadaran, kejang
- Penunjang → EKG : bradikardi, pemanjangan QT, torsado de pointes ventricular
takikardi, ventricular fibrilasi.
- Tx
- Non-Farmaka
- Bebaskan jalan napas
- Lepas pakaian
- Cuci kulit dengan air sabun
- Tempatkan pasien posisi lateral decubitus kiri
- Farmaka
- Resusitasi → O2 + NaCl 0.9%
- Bilas Lambung → gunakan air atau NaCl
- PROSEDUR KUMBAH LAMBUNG :
- Pasang ngt dan siapkan spuit 50cc atau 20cc
- Nacl 0.9 2 kolf hangatkan di air hangat-panas, baru itu pertama dlu di
masukkan, tembak masuk, tarik, tembak masuk, tarik, tembak masuk tarik
sampai keluar ulg itu nacl
- Baru masukkan susu dancow atau susu kental manis yg ada saja, kasih
manis pokoknya, jgn kasih cmn warnanya putih, tapi harus jadi
konsistensi cairan basa, masukkan itu 2 liter, kayak pertama, tembak
masuk tarik, tembak masuk tarik, sampai keluar ulg
- Baru yg ketiga, 1 atau 2 tab, di tumbuk halus, campur dgn air minum,
tembak 1 kali, tarik, tembak 2 kali, biarkan dia di dalam lambung
- Kejadian di < 1 jam → bisa kumbah lambung
- Kejadian > 1 jam → langsung obati penyebab
- Gejala muskarinik :
- Bradikardi, hipotensi,
- sesak, batuk, keluar cairan dari hidung
- mual, muntah, air liur banyak, nyeri perut, diare
- tidak bisa menahan kencing
- banyak keringat
- bila gejala muskarinik → beri Antagonis muskarinik :
- Atropin 1-3 mg bolus → 5 menit setelahnya periksa ttv pupil,
keringat, auskultasi dada
- tak ada perubahan? → ulang dosis awal! → pantau per 5
menit → tak ada perubahan → gandakan dosis awal
- Ada perubahan? → gunakan dosis awal atau lebih kecil
- Atropin diberikan sampai N >80x/m dan TD > 80 mmhg,
lapang paru bersih
Pasien stabil? → infus tarpon 10-20% dari dosis yang dibutuhkan per jam
- Gejala nikotinik :
- trimedoxime/metithoxime/ pralidoxime → 2 gr/IV (20-30 menit) lanjut
0.5 – 1 gr dalam NaCl 0.9%
- Diberikan sampai atropine tidak digunakan selama 12-24 jam
- Kejang/intoksikasi alkohol, beri → diazepam 2-10 mg, max 30 mg
- Charcoal 50 mg → PO/cangkir/sedotan/NGT
- Ventilasi mekanik → bila gagal napas

INTOKSIKASI OPIAT
- Opiat → morfin, petidin, heroin, pentazokain, kodein, loperamid, dekstrometorfan.
- Patof → Opiat berikatan dengan reseptor opiate di SSP → terjadi inhibisi jalur
ascending → sebabkan perubahan persepsi dan respon terhadap stimulus nyeri.
Opiat juga bekerja di neurotransmitter lain seperti dopamine, GABA, dan glutamate.
- Gejala
- riw konsumsi morfin, heroin, kodein, loperamide + ada bekas tusukan jarum +
kesadaran menurun + miosis pupil + hipotensi + sinus bradikardia + kelemahan
otot + bising usus menurun + apneu + depresi napas + koma + kejang
- Penunjang
- Opiat urin/darah, analisa gas darah, elektrolit, gula darah, ro thorax
- Tx :
- Resusitasi ABC
- Glukosa (D5W + tiamin (vit B1) 100 mg + nalokson 2 mg → diberikan pada
pasien perubahan kesadaran atau keracunan makanan
- Tanpa hipoventilasi → nalokson 0.4 mg (= 1 cc) bolus pelan (bisa
diencerkan)
- Hipoventilasi → nalokson 1-2 mg bolus pelan
- Tak ada respon → nalokson 1-2 mg bolus pelan ulang per 5-10 menit hingga
respon membaik atau capai dosis max 10 mg → kalau tidak ada respon
kemungkinan bukan intoksikasi opiate.
- Pantau TTV, kesadaran dan perubahan pupil dalam 24 jam → cegah
overdosis, efek nalokson berkurang dalam 20-40 menit.
- Pencegahan → drips nalokson 1 amp dalam NaCl 0.5% atau D5% diberikan 4-
6 jam
- Pasang pipa endotracheal → bila napas tdk adekuat setelah pemberian
nalokson
- Puasakan 6 jam → cegah spasme pilorik
- Pasang NGT → cegah aspirasi atau bilas lambung
- Choracoal → 30 gram dalam 240 cc cairan → bisa sampe 100 gram
- Kejang → diazepam iv 5-10 mg, dapat diulang bila perlu.

ENVENOMASI/GIGITAN ULAR
- Gejala
- Riw. Gigitan ular
- Gejala local → edema, nyeri tekan pada luka gigitan, ekimosis (30 menit-24 jam)
- Gejala sistemik → hipotensi, kelemahan otot, berkeringat, menggigil, mual,
hipersalivasi, muntah, nyeri kepala, pandangan kabur
- Penunjang → DR, CT(> 10 menit → koagulopati, BT, D-Dimer, APTT, fx hepar,
fibrinogen, urea, Pem. Urin (hematuria, glikosuria, proteinuria), EKG, Foto Thorax
- Tx →
- Istirahat posisi horizontal terhadap luka gigitan
- Jangan memanipulasi area gigitan
- Jangan berjalan dan minum alcohol
- Gejala berlangsung cepat dan antibisa tidak ada → ikat area proksimal
gigitan (harus < 30 menit setelah terjadi gigitan) → tahan aliran limfe
- Resusitasi ABC
- Luka gigitan diverban ketat, luas diatas luka.
- Serum Anti Bisa Ular (SABU) polivalen 1 ml
- Indikasi : edema dan gejal venerasi sistemik.
- Cara pemberian 2 vial (@ 5cc) dalam 500 cc NaCl 0.5% atau D5% 40-
80 tpm → max 100 cc ( 20 vial) → tdk boleh diberikan infiltrasi pada
luka.
NEFROLOGI (GINJAL)

ISK (Infeksi Saluran Kemih)


- Etiologi → E.Coli (sering)
- Jenis :
- ISK Atas → Pielonefritis : Nyeri CVA + Demam
- ISK Bawah → Cystitis : Nyeri Suprapubik, nyeri saat BAK, sering kencing
- Px → Kultur urin (gols std) → midstream > 105 (100.000 per ml urin segar) , Pungsi
supra pubik 103
- Tx :
- ISK ATAS → Pielonefritis → Ceftriaxone/IV
- ISK BAWAH → Sistitis → Ciprofloxacin 3 x 500 mg, anak : cotrimoxazole 3 x
240 mg, Bumil → Amoxicilin 3 x 500 mg
- Klasifikasi :
- ISK Komplikata → Riw. Hamil, pake kateter, batu. Tx → 10-14 hari
- ISK Unkomplikata → Tidak ada riwayat apa apa. Tx → 3-5 hari
- ISK pada pria → prostatitis : nyeri saat kencing → RT : prostat membesar
- Sistitis Interstitiel → Nyeri suprapubic, gejala ISK > 6 mgg, Urin = tak ada
bakteri
- ISK pada wanita hamil
- Gejala → wanita tua, paritas tinggi, riw. Isk sebelumnya.
- Penunjang → Kultur urin : > 105 atau 103/ml bakteri + gejala ISK
- Tx → Amoxicilin, ceftriaxone, cefaperazone
- ISK akibat Infeksi Jamur
- Etiologi → candida
- Jenis
- Infeksi simple : kultur urin >105/ml
- Infeksi complex : ISK atas + kultur darah (+)
- Gejala → riw. Immunosupressan, diabetes, pengguna
antibiotic/kortikosteroid jangka panjang, pengguna kateter lama
- Pemfis → sama seperti isk
- Penunjang → kultur urin, urinalisis, CT-Scan dan IVP ada fungal ball
- Tx :
- Infeksi simple → stop AB, lepas kateter → tidak berhasil? → irigasi
saluran kemih dengan amfoterisin B (50 mg/L sebanyak 4 ml/jam)
- Infeksi Kompleks → amfoterisin B/IV
SINDROM NEFROTIK
- Gejala →
- Proteinuria masif (>3,5 gram/hari),
- Hipoalbuminemia (3.5 g/L),
- Lipid/kolesterol meningkat,
- Edema anasarka (bawah keatas)
- Px → Biopsi Ginjal/PA (Gold std), Proterin urin : kualitatif : urinalisis +1+2+3+4,
Kuantitatif : Esbach, Profil lipid, albumin
- Tx :
- Istirahat
- Diet protein, kolesterol, berhenti merokok, diet rendah garam
- Diuretik loop → Furosemide 40 mg (1x1) (max 80 mg) → untuk edema
- Statin → simvastatin 10mg/20mg (1x1)
- Ace-I atau ARB → hipertensi
- Kortikosteroid
- Fase Continous Day → prednisone 60 mg (4 minggu) → akhir bulan cek
protein, urin 3x(3hari) → (-) alternating dose; (+) resisten steroid
- Fase Alternating → ditappering
- Klasifikasi :
- Relaps jarang → kambuh <2x dalam 6 bulan atau <4x dalam 1 tahun
- Relaps sering → Kambuh >2x dalam 6 bulan atau < 4x dalam 1 tahun
- Idiopatik → SN saja
- Resisten steroid → protein (+) setelah terapi prednisone 60 mg (4 mgg)
- Dependen Steroid → fase continuous (-)→ fase alternating (+)→ butuh steroid
- Resolusi → Spontan 3x protein urin (-), Partial ada yang (+)
- Komplikasi → CKD
- Penghentian steroid tiba-tiba → Insufiensi adrenal

SINDROMA NEFROTIK = Proteinuria, Edema Anasarka


SINDROMA NEFRITIK = Hematuria, Hipertensi
GAGAL GINJAL AKUT (AKI)
- Acute Kidney Injury (AKI)
- Gejala :
- Riw. Konsumsi diuretic, NSAID, ACE-I, ARB,
- Penurunan fx ginjal dalam 48 jam, tidak anemia, reversible (kembali
normal),
- kolik pinggang menjalar ke area genital, nocturia,
- riw. Prostat, batu ginjal, atau keganasan pelvic
- Etiologi :
- Pre-Renal : Dehidrasi, syok hipovolemik/hemoragik
- Renal : Akut Tubular nekrosis, vasculitis
- Post Renal : Batu → obstruksi
- Pemfis :
- Hipotensi ortostatik, takikardia, tek. vena jugular menurun, turgor menurun,
membrane mukosa kering.
Perut kembung, nyeri suprapubic → pembesaran kandung kemih
- Urin Normal = 0.5 cc-1 cc/KgBB/Jam, Oligouri = < 0.5 cc/jam
- KLASIFIKASI RIFLE :
- Risk : Oligouri 6 jam →  25% dari Normal
- Injury : Oligouri 12 jam →  50% dari Normal
- Failure : Oligouri 24 jam, anuri 12 jam →  75% dari Normal
- Loss : Loss of function > 1 bulan
- CKD : Lost of Function > 3 bulan
- Penunjang :
- DR, urinalisis (ur, cr), sedimen urin
- Rad : usg ginjal dan traktus urinarius, CT-Scan, Pielografi antegrad atau
retrograde, MRI
- Biopsi ginjal
- Tx : sesuai penyebab  50% dari Normal reversible
- HD/Hemodialisis Cito : uremic syndrome, Ur=200, Cr=5
- Uremic syndrome menyebabkan :
- Ensefalopati Uremicum : Tidak sadar
- Uremic lung : sesak
- Gastropati uremicum : mual, muntah
- Indikasi HD Cito : AIUEO (asisdosis metabolic, ingestion, Uremia, Elektrolit,
Overload).
CHRONIC KIDNEY DISEASE (CKD)
- Etiologi : DM, HT, Asam Urat, Sindrom nefrotik
- Riw. Penyakit ginjal +  fx ginjal + tanda kerusakan ginjal dalam > 3 bulan terakhir
- KLASIFIKASI GFR :
- Stage 1 → > 90 → Tatalaksana komorbid
- Stage 2 → 60-89 → Atasi Komplikasi
- Stage 3a → 45-59 → Atasi komplikasi
- Stage 3b → 30-44 → Atasi Komplikasi
- Stage 4 → 15-29 → Siapkan HD
- Stage 5 → < 15 → HD
- AKI → Harian, Reversible, Anemia (-)
- CKD → > 3 bulan, Irreversible, Anemia (+) (Karena Defisiensi Eritrpoetin)
- Penunjang :
- DR, Ur, Cr
- Foto polos abdomen, BNO IVP, Biopsi ginjal.
- Glomerular filtration rate ( GFR ) yaitu laju rata-rata penyaringan darah yang terjadi
di glomerulus yaitu sekitar 25% dari total curah jantung per menit,± 1,300 ml .
- Rumus :
- Pria → ((140-umur)xBB) / (72 x Serum Cr)
- Wanita → Hasil pria x 0.85
- Nilai normal GFR
- Usia 20-29, nilai LFG rata-rata 116.
- Usia 30-39, nilai LFG rata-rata 107
- USia 40-49, nilai LFG rata-rata 99
- Usia 50-59, nilai LFG rata-rata 85.
- Usia diatas 70 tahun, nilai LFG rata-rata 75.
- Tx :
- Kontrol tekanan darah
- Hindari obat dm
- Koreksi anemia → > 10
- Koreski asidosis metabolic, target HCO3 20-22 mEq/l
- Koreksi Hiperkalemia
- Koreksi dislipdemia → LDL < 100 mg/dl
PENYAKIT GLOMERULAR
- Peradangan glomerulus → primer, sekunder

a. GLOMERULONEFRITIS POST STREPTOCOCCUS (GNAPS)


- Gejala :
- anak (2-14 thn) bisa org tua, riw. Faringitis streptococcus, riw. Impetigo
- nyeri kepala, malaise, anoreksia, nyeri pinggang
- Lab :
- Urin : kultur streptococcus (+)
- Titer ASO , anti dna-se atau antibody antihyaluronidase, biopsy ginjal
(jarang)
- Tx : kontrol hipertensi, edema, antibiotik, dialysis bila perlu.

b. NEFRITIS LUPUS
- Gejala :
- Ruam kulit, fotosensitif
- Lab :
- anti dna-se atau antibody hipoklopomentemia.
- Tx :
- Steroid
KARDIOLOGI

- Fisiologi Aktivitas Elektrik Jantung

Untuk memahami dan mampu menginterpretasikan gambaran elektrokardiografi (EKG)


dengan baik, kita harus memahami lebih dulu bagaimana fisiologi elektrik yang terjadi
dalam jantung. Berikut akan dipaparkan secara perlahan.

Jantung memiliki sistem konduksi mulai dari SA node sampai serat Purkinje. Dapat
dilihat pada gambar seperti berikut:

- Sinoatrial (SA) node: merupakan pacemaker dominan, terletak pada atrium kanan,
dengan laju intrinsik 60–100 denyut per menit. Ini yang dijadikan panduan detak
jantung normal.

- Internodal Pathway: impuls langsung antara SA node dan AV node dan menyebar
di sekitar otot-otot atrium.

- Atrioventrikular (AV) node: bagian dari jaringan AV junction, yaitu sebagian


jaringan sekitarnya, dan terhubung dengan Bundle of His. Di AV node ini konduksi
berjalan lambat karena terdapat delay electrical impuls menuju ventrikel. Laju
intriksi di AV node ini mencapai 40–60 denyut per menit.

- Bundle of His: terletak di atas septum interventrikel. Serat saraf ini terentang dari
AV node ke percabangan bundle tersebut.

- Left Bundle Branch: mengkonduksi impuls elektrik ke ventrikel kiri

- Right Bundle Branch: mengkonduksi impuls elektrik ke ventrikel kanan

- Sistem Purkinje: Di berkas cabang ini impuls akan disebarkan ke dinding ventrikel.
Kecepatan intrinsik mencapai 20–40 denyut per menit.

Selain itu terdapat 2 aktivitas utama elektrik jantung, yaitu depolarisasi dan repolarisasi.
Untuk lebih mudah memahaminya, dapat dilihat pada gambar berikut:
Terdapat 1 sel yang mengalami depolarisasi

Sel tersebut menimbulkan gelombang depolarisasi ke sel sebelahnya

Ketika semua sel terdepolarisasi, gelombang akan berhenti

Repolarisasi akan merestorasi polaritas dari tiap sel

Namun dalam tampilan makro, proses depolarisasi dan repolarisasi akan berlangsung
progresif dan simultan seperti gambar dibawah:

Elektrokardiograf (EKG) bekerja dengan mendeteksi aktivitas elektrik pada permukaan kulit.
Aktivitas elektrik jantung dapat diketahui dengan mengukur perbedaan voltase antar
elektroda lalu diamplifikasi dan ditampilkan dalam monitor.

Satu elektrode mewakili satu sudut pandang (arah) aktivitas jantung, sehingga beberapa
elektrode dapat menggambarkan aktivitas jantung secara menyeluruh. Namun kesalahan
dalam meletakkan elektrode juga dapat menimbulkan kesalahan dalam interpretasi.
Pembacaan EKG
Untuk membaca EKG perlu kita ketahui standar dalam pembacaan. Kecepatan perekaman
standar yaitu 25 mm/detik.

Interpretasi EKG dapat mudah dilakukan secara sistematis dengan menyebutkan komponen-
komponen sebagai berikut:
- Ritme
- Laju
- Morfologi gelombang P
- Interval PR
- Kompleks QRS
- Segmen ST
- Gelombang T
- Interval Qt
- Kelainan yang ada: misal infark, LVH, RVH, RBBB, LBBB, dll.

Ritme: liat Lead II panjang


reguler dan ireguler, lihat interval P-P atau R-R, bila sama berarti reguler.
Gunakan kertas kosong untuk menandai interval P-P atau R-R.
reguler: interval konsisten
regularly irreguler: terdapat pola iregular yang berulang
ireguler: tidak ada pola sama sekali

Laju: liat Lead II panjang. Ada 3 metode:


300 dibagi jumlah kotak besar R-R
1500 dibagi jumlah kotak kecil antara R-R
Hitung jumlah gelombang QRS dalam 6 detik (1 detik ada 5 kotak besar),
kemudian dikalikan 10 (metode ini untuk sinus aritmia saja). Atau jika
memungkinkan hitung R-R dalam 60 detik.
rate normal 60–100 denyut per menit
bradikardia itu <60 denyut per menit
takikardia itu >100 denyut per menit

Morfologi Gelombang P: liat Lead II panjang, gelombang P selalu positif (menghadap atas)
normal /\
berlekuk /\/\ = dilatasi atrium kiri
runcing tinggi /\ = dilatasi atrium kanan
inversi \/ = dilatasi atrium kiri
jika tidak ada gelombang P, artinya irama junctional atau ventrikular

Interval PR: liat Lead II


normal: 0,12–0,20 detik (3–5 kotak kecil) dan konstan

Kompleks QRS: liat Lead I, aVF, dan Lead II


Axis: liat Lead I dan lead aVF, tentukan resultan “arah gaya”-nya, normal
bila -300 sampai +1100 namun bila sudah Lead I dan aVF positif sudah pasti normo
axis
Durasi: liat Lead II
kurang dari 0,10 detik (kecuali bila ada gangguan konduksi intraventrikel)

Interval QT: Jarak dari awal QRS ke akhir gelombang T. Jika ada maka liat aja dari bacaan
analisis EKG, normalnya 0.3–0.44 detik, atau kurang dari setengah interval R-R. QTc
interval yaitu QT/akar dari R-R interval.

KELAINAN PADA EKG

Infark: liat segment ST, gelombang Q, dan gelombang T

Segmen ST: liat lead yang berdekatan


Elevasi bermakna bila:
elevasi ≥ 1 kotak kecil pada sadapan ekstremitas
elevasi ≥ 2 kotak kecil pada sadapan prekordial di dua atau lebih sadapan yang
menghadap daerah anatomi jantung yang sama
Lokasi Infark, ada beberapa yaitu:
Anterior = V3, V4
Anteroseptal = V1, V2, V3, V4
Anterior ekstensif = I, aVL, V2-V6
Anterolateral = I, aVL, V3, V4, V5, V6
Inferior = II, III, aVF
Lateral = I, aVL, V5, V6
Septum = V1, V2
Posterior = V7, V8, V9
Ventrikel Kanan = V3R, V4R

Gelombang Q patologis: menunjukkan adanya infark lama


gelombang Q berdurasi 0.04 detik
dalamnya minimal 1/3 tinggi gelombang R pada kompleks QRS yang sama

Gelombang T: normalnya <5 mm pada lead ekstremitas atau <10 mm pada lead prekordial.
Curigai adanya infark akut bila ada tall-T (infark fase hiperakut) atau T wave inverted (infark
fase akut lanjutan).

Pembesaran Atrium:
Pembesaran Atrium Kiri:
durasi P > 11 detik
gelombang P berlekuk/notched di lead I, II, aVL, disebut P mitral
gelombang P bifasik di lead V1 dengan inversi lebih dominan
Pembesaran Atrium Kanan:
gelombang P tinggi > 2.5 mm di lead II, III, aVF, disebut P pulmonal
gelombang P bifasik di lead V1 dan dominan defleksi positif

Hipertrofi Ventrikel
Hipertrofi Ventrikel Kiri: tinggi gelombang R di aVL ≥ 11 mm, atau tinggi
gelombang R di V5 atau V6 > 27 mm, atau dalamnya gelombang S di V1 + tinggi
gelombang R di V5 atau V6 > 35 mm
Hipertrofi Ventrikel Kanan: deviasi aksis ke kanan, gelombang R tinggi
disertai depresi segment ST dan T terbalik di lead II, III, aVF, atau gelombang R
tinggi di lead V1, rasio R/S > 1 atau durasi R > 0.03 detik

Blok Berkas Cabang


Right Bundle Branch Block (RBBB): pola rSR’ di lead aVR dan V1 = kuping
kelinci, gelombang S lebar (durasi ≥ 0.04 detik) dan tumpul (slurred) di lead I, aVL,
V5, dan V6, durasi kompleks QRS > 0.12 detik (blok komplit) atau antara 0.10–0.12
detik (blok tidak komplit)
Left Bundle Branch Block (LBBB): kompleks QRS lebar dan bertakik
(berbentuk huruf M) di lead I, aVL, V5, dan V6, tidak dijumpai gelombang Q di lead
I, V5, dan V6, kadang disertai depresi segment ST dan gelombang T inversi di
sadapan I, aVL, V5, dan V6, durasi kompleks QRS > 0.12 detik (blok komplit) atau
antara 0.10–0.12 detik (blok tidak komplit

Sindrom Long/Short QT:


Long QT: interval Qtc (corrected QT) >0.44 dianggap abnormal
Short QT: interval Qtc (corrected QT) ≤ 0.30 dianggap abnormal

Ventricular Extra Systole (VES) atau Premature Ventricular Complex (PVC):


Uniformis atau multiformis
R on T: gelombang R dari PVC jatuh pada gelombang T denyutan sebelumnya
Berpasangan (couplet)
Bigeminal: 1 PVC di antara 2 kompleks QRS
Trigeminal: 1 PVC di antara 3 kompleks QRS
Quadrigeminal: 1 PVC di antara 4 kompleks QRS

Blok AV (kuncinya lihat interval PR)


Derajat 1: interval PR >0.20 detik namun konstan/tetap
Derajat 2:
Tipe 1: interval PR semakin lama makin panjang sampai suatu saat ada P yang
tidak diikuti QRS. Pada tipe ini blok terjadi di nodus AV
Tipe 2: interval PR konstan namun tidak diikuti QRS. Pada tipe ini blok
terjadi pada berkas cabang
Derajat 3: interval P-P konstan namun QRS jalan sendiri. Pada tipe ini tidak
ada hantaran sama sekali dari atrium ke ventrikel

Gambaran EKG pada Kondisi Lain

Pacu jantung: adanya spike. Bila ada 1 berarti terpasang di salah satu chamber [atrium kanan
(akan terlihat spike diikuti gelombang P) atau ventrikel kanan (spike diikuti QRS)]. Bisa
terdapat 2 spike bila terpasang di 2 chamber dan berjalan secara simultan menyerupai
fisiologis jantung normal.

Efek Obat Digitalis: adanya depresi segmen ST asimetris berbentuk sekop, pemendekan
interval QT, pemanjangan PR, gelombang T datar atau inverted

Hiperkalemia: gelombang T tinggi, kalau kalium >8 bisa asistol

Hipokalemia: depresi segmen ST, pemanjangan interval QT, flat-T, serta muncul gelombang
U

Hipokalsemia: pemanjangan interval QT, segmen ST mendatar dan bertambah lebar

Hiperkalsemia: pemendekan interval QT dan segmen ST memendek

Perikarditis: sinus takikardia dengan elevasi segmen ST difus hampir di semua sadapan, dan
ada depresi segmen PR di lead II

Emboli paru akut: adanya hipertrofi ventrikel kanan, adanya pola S1Q3T3 (S lebar di lead I,
adanya gelombang Q dan T inverted di lead III. Sinus takikardia, mungkin ada RAD, RBBB.

Kelainan SSP: kelainan berupa stroke non-hemoragik atau perdarahan subarachnoid, yakni
terdapat sinus bradikardia, inversi gelombang T difus yang dalam dan lebar, gelombang U
menonjol

PPOK: dilatasi atrium kanan dan hipertrofi ventrikel kanan, deviasi aksis ke kanan, kompleks
dengan amplitudo rendah

Kesimpulan: EKG merupakan alat yang sangat baik untuk mendeteksi kelainan jantung.
Kesalahan dalam posisi elektrode dapat menyebabkan kesalahan interpretasi. EKG normal
tidak dapat mengeksklusi penyakit jantung. Tatalaksana penyakit jantung tidak semata
melihat EKG namun lebih melihat kepada tanda dan gejala klinis pasien yang kita hadapi.
KELAINAN JANTUNG

ARITMIA : bedakan dengan melihat gel. R

SVT (SupraVentricular Tachycardia)


- Cuma ada 1 gel diantara R
- Gejala → Sering pingsan (ggn nodus AV) → paling sering AVRT/AVRNT
- EKG → Reguler, HR>150 (takikardia), 1 gel P diantara R, gel P. tertutup T

- Tx :
- Lini 1 : Manuver Vagal 10-15 menit (pijat karotis)
Indikasi MV : SVT
Kontraindikasi MV : TIA atau Stroke, ipsilateral caroid stenosis, ipsilateral carotid
bruit.

- Lini 2 : ADENOSIN 6mg/iv → tak respon → 12 mg/IV
Atau → CCB : Verapamil 80-120 mg (3x1) atau Diltiazem 10 mg (3 menit)
Atau → BB

- Lini 3 : bila tidak stabil, ada syok, atau ada nyeri dada, narrow regular →
lakukan KARDIOVERSI 50-100 Joule

Manuver vagal (NEJM)


- Posisikan supinasi dan kepala ekstensi kepala pasien
- Auskultasi karotis → cegah adanya ipsilateral carotid bruit
- Pasang EKG
- Identifikasi cartilage thyroidea pakai jari telunjuk dan tengah, arahkan kemedial,
palpasi pulsasi di arteri karotis.
- Pijat karotis jangan seirama sinus
- Lakukan pijatan sambal memonitor ekg
- Jangan lebih dari 5 detik saat pijat karotis
- Normal bila penururnan irama sinus secara transien, perlambatan konduksi AV
node, penurun amplitude gel P, hipotensi ringan

Note :
Sediaan : diltiazem 30 mg, verapamil 40-80 mg
ADA 2 GEL. DIANTARA R

SINUS BRADIKARDIA
- Ada 2 gel. diantara R
- Tanda → reguler, jarak antar R > 5 kotak sedang, HR < 60x/m

-
- Tx :
- ATROPIN SULFAT 0,5 mg/IV (diulang 3-5 menit), max: 3 mg

- Atropine tak berhasil → Transcutan packing/infus dopamine/infus epinfrine
-
- Note :
- PEA : (pulseless Electrical Activity) tanpa nadi → RJP + Epinferine
- Sediaan : atropine sulfat 0.25 mg/ml (@1ml)

SINUS TAKIKARDIA
- Ada 2 gel. diantara R.
- Tanda → R-R < 3 kotak sedang, HR > 100x/m

- Tx :
- AMIODARONE 300 mg/IV (10-20 mnit)

- Maintenance : 150mg/iv/Inj II dengan dosis 4 mg/kgbb/8 jam
- Note :
- amiodarone menyebabkan fibrosis paru
- Sediaan : Amiodarone 50 mg/ml (@3ml)
ADA > 3 gel diantara R

ATRIAL FLUTTER
- Tanda → Reguler, Saw Tooth, atrial rate 250-350 bpm

- Tx :
- Lini 1 (stabil) → Bisoprolol 1x5-10 mg (BB Selektif)
Atau Verapamil : 2x40 mg / 1x240 mg
Diltiazem : 3x30 mg/ 1x200 mg
- Lini 2 (tak stabil) → Kardioversi 50-100 Joule
- Note :
- AF + CHF : DIGOXIN 1 x 0,5 mg
- Digoxin → obat aritmia

ATRIAL FIBRILASI
- Tanda → IRREGULER, Gel. P dan T tak terlihat, atrial rate > 350 BPM,
Pulsus deficit : pulsasi Nadi < pulsasi jantung
- Komplikasi : NHS, Strike emboli

- Tx → Warfarin, Kardioversi 120 Joule


Tidak ada gel. diantara R

- Sama lebar, sama tinggi, reguler

- Ventrikel Takikardi/ VT Monomorfik → 1 jenis gel.

- VT Polimorfik → QRS Kompleks bervariasi (>1 jenis)

- Irreguler
- Torsado de pointes

- Tx :
- Definitif : AMIODARON 300 mg/ Prokianamid 20-50 mg
- Stabil/reguler/ada nadi → VT monomorfik & polimorfik → Kardioversi 100 J
- Tak stabil/irregular/tak ada nadi → Torsado de pointes → Defibrilasi

- Tidak sama gel


- Ventrikel Fibrilasi (VF)
- Tanda → gel tak teratur dan kecil (seperti rumput)

- Tx :
- DEFIBRILASI → bifasik : 200 joule; Monofasik : 360 Joule
VENTRIKEL EKSTRASISTOL (VES)/PVC
- Akibat ggn elektrolit → ada gel ekg abnormal muncul diekg normal, banyak jenis.

- VES Uniform (1 jenis gel. abnormal)

- VES Multiform (>1 jenis gel.abnormal)

- VES Bigemini (gel. abnormal muncul digel. Normal kedua)

- VES Trigemini (gel. abnormal muncul digel. Normal ketiga)

- Tx :
- Lini 1 (stabil) → Bisoprolol 1x5-10 mg (BB Selektif)
- Lini 2 : Verapamil : 2x40 mg / 1x240 mg; Diltiazem : 3x30 mg/ 1x200 mg
- tak stabil → Kardioversi 50-100 Joule

- MULTIFOCAL ATRIAL TACHYCARDIA (MAT)


- Tanda → Irreguler + gel. P
Jenis Shock
- Kardioversi : dilakukan kejutan saat ada nadi (untuk perbaiki irama),
- gunakan joule paling rendah
- Defibrilasi : saat tidak ada nadi, untuk hentikan irama jantung dan digantikan
arus listrik baru
- bifasik : 200 joule
- Monofasik : 360 Joule

VT/VES : Shock > RJP 1 siklus > Monitor ekg 2 menit > VT + Shock > RJP >
epinferine > amiodarone
ADULT CARDIAC ARREST ALGORTIHM 2018 AHA
GANGGUAN KONDUKSI (Gejala : Shock)

A. INTERVAL PR
- Ggn SA node ke AV node
- Normal Interval PR : 0.12-0.20

a. SINDROM WPW (wolf-parkinson-white)


- Tanda → Interval PR pendek + Delta Wave
- Jalan pintas AV node-SA node

b. AV BLOK
- AV BLOK 1
- Ggn dinodus AV (akibat digoxin, ccb, bb)
- Tanda :
- Interval PR panjang (>5 kotak kecil/>0.02 m/s),
- Jarak PR sama panjang antar gel.
- Ada gel. lain diantara PR

- Tx : Observasi

- AV BLOK 2
- Tanda → Drop beat (QRS tiba-tiba hilang)
- Kelainan diserabut purkinje (akibat digoxin, ccb, bb, iskemik, iskemik
LCA)
- Jenis AV BLOK 2 :
- Mobitz 1 (PR memanjang + drop beat)

Tx : OBSERVASI
- Mobitz 2 ( PR sama panjang + drop beat)

Tx : Observasi + Pacemaker

- AV BLOK 3
- Blok total AV-Ventrikel akibat iskemik LCA
- Tanda → AV dislocation, PR jalan masing-masing, tidak berpola

- Tx → PACEMAKER
INTERVAL QRS
- Block Bundle Branch (BBB), QRS melebar
- (ada telinga kelinci, slurred S)

- lihat di (V1-V2 & V5-V6)


- RBBB → klinis : Pulmonari Emboli
- V1/V2 rs’R (R aksen); V5/V6 (Deep S)
- LBBB → Klinis : STEMI (kriteria Sgarbossa)
- V1/V2 Deep S; V5/V6 rs’R (R aksen)

GELOMBANG T → untuk lihat kalium


- Kadar kalium : normal 3.5-5.5
- EKG
- Hiperkalemia : T-tall

- Tx :
- Ca Glukonas 10 % 20 cc/IV (life saving)
- Insulin regular 10 IU dalam 50 cc D40% + Lanjut infus D5%

- Hipokalemia : T melandai dengan gel. U

Tx : KCL 20cc mEq/IV


INTERVAL QT → untuk lihat Kalsium
- Kalsium normal → 8.5-10.5 mg/dl
- EKG :
- Hipokalsemia → QT memendek
- Hiperkalsemia → QT memanjang

- Tx :
- Hiperkalsemia :
- Rehidrasi → Normal Saline 2-4 L/IV
- Furosemide 20-40 mg/IV/Hari
- Hidrokortisone 200 mg 3x1
- Calcitonin 4-8 IU/Kgbb/3x Sehari
- Hipokalsemia :
- Ca Glukonas 10% 20 cc/iv selama 10 menit
MORFOLOGI JANTUNG
- ATRIUM → Lihat GEL P di lead II
- Hipertrofi Atrium Kanan → P pulmonal → P Tinggi
- Klinis → Stenosis tricuspid, Cor Pulmonal kronik

- Hipertrofi Atrium Kiri → P mitral → P lebar


- Rontgen → Double Contour, pinggang jantung menghilang,
- Klinis → stenosis mitral
- VENTRIKEL
- Hipertrofi Ventrikel Kanan → Edema
- Radiologi → Apex terangkat
- EKG :
- Lihat gel. R atau S di V1 dan Lead 1 → V1 > tinggi dari lead 1
- Gel. S persisten di V5 & V6

- Hipertrofi Ventrikel Kiri → Riw. Hipertensi


- Radiologi → Apex tertanam
- EKG :
- Gel. S di V1 + gel. R di V5/V6 → > 35 kotak kecil (sokolow lyon), atau
- Gel. S di V3 dan gel R di aVL → Pria > 2.8 mV; wanita > 2.0 mV
COR PULMONAL
- AKUT → sesak tiba-tiba → emboli paru, riw. Dvt, fraktur terbuka
- RO : westermark sign + Palla sign
- EKG : RBBB + T-Inverted → S1Q3T3 Pattern
- Tx → Antikoagulan : HEPARIN

- KRONIK → kaki bengkak, riw. Merokok lama → PPOK, Pembesaran jantung kanan
- EKG → P Pulmonal (P tinggi)
GANGGUAN KATUP
- Stenosis katup atas → Aorta (ICS 2 kanan) dan pulmonal ( ICS 2 kiri) → SISTOL
- Stenosis katup bawah → Trikuspid (ICS 4 parasternal kiri) dan Mitral ICS 5/6
(midclavicular) → DIASTOL.
- Selain dari itu, regurgitasi
- Note :
- Stenosis : tak membuka
- Regurgitasi : tak menutup
- Efek menilai kelianan katup dari EKG
- Stenosis : membesar kebelakang,
- Mitral Stenosis : Atrium kiri, ventrikel kanan
- Regurgitasi : membesar kedepan
- Regurgutasi tricuspid : Atrium kanan, dan ventrikel kanan

- Gold std : Echocardiography


SINDROM KORONER AKUT/ACUTE CORONARY SYNDROME

- Sindrom Koroner → Nyeri dada tipikal yang disebabkan oleh ketidakseimbangan


antara kebutuhan dan suplai aliran arteri koroner yang diperberat aktivitas

- Faktor resiko SKA/ACS :


- Merokok, Hipertensi, ↑ LDL dan Kol. Total, ↓ HDL, DM, usia lanjut,
Obesitas, Riw.keluarga PJK usia muda.

- Patogenesis → penumpukan lipoprotein dalam lapisan intima.

- KLASIFIKASI :
- PJK :
▪ Angina pectoris stabil
- Sindrom koroner akut :
▪ Angina pektoris tidak stabil
▪ Infark miokard tanpa ST elevasi
▪ Infark miokard akut dengan ST elevasi

- Derajat angina (canadian cardiovascular society/CCS)


- CCS kelas 1 → nyeri saat aktivitas berat lama
- CCS kelas 2 → nyeri saat aktivitas lebih berat dari biasanya
- CCS kelas 3 → nyeri saat aktivitas lebih ringan dari biasanya.

- Angina pectoris (TRIAS) :


- Nyeri dada < 20 menit substernal, leher, rahang, bahu, lengan
- Memberat saat aktivitas,
- Membaik saat istirahat dan/atau diberi nitrat

- Lab ; EKG, DR, Enzim jantung, profil lipid.


- APS → Trias (+) → Penunjang : treadmill
- UAP → 1 atau 2 gejala dari TRIAS + Enzim jantung normal → Penunjang :
EKG
- Angina Prinzmetal → nyeri saat vasospasme pembuluh darah coroner

ACS Gejala Enzim jantung EKG


UAP + Normal ST DEPRESI
NSTEMI (sumbatan parsial) +  ST DEPRESI
STEMI (Sumbatan total) +  ST ELEVASI

ENZIM JANTUNG Muncul (jam) Puncak (jam) Hilang


Mioglobin (<170 ng/ml) <3 6-7 12-24 jam
CK-MB ( <10 ng/ml) 3-6 12-24 3 hari
TROPONIN-I ( <0.05) 6 24 1 minggu
Troponin-T (0.01) → disemua otot
VASKULARISASI JANTUNG
- Untuk liat posisi infark → Tanda infark yaitu ST-Elevasi dan ST-Depresi

II, III, aVF : INFERIOR (RCA)


- STEMI INFERIOR → syok kardiogenik → tak boleh beri NITRAT

V1-V2 : Septal (LCA)


V3-V4 : Anterior (LCA)
V5-V6 : Lateral (LCA)
V1-V6 : Anterior ekstensif ( Left main)

I, aVL, V5-V6 : High Lateral (LCX)

- EKG :
- Sindrome koroner kronis :
▪ deviasi segmen ST/T atau T inversi → iskemia
▪ Q patologis → Nekrosis lama
- Tatalaksana Angina Pectoris :
- UMUM → OANM
- O2 → 4 lpm nasal canul bila sat. <90%
- Aspirin → loading 1x80-160 mg, bisa pakai clopidogrel 1x75 mg (loading
300 mg)→ cpg lebih bagus untuk pasien dengan riw. Penyakit arteri perifer atau
riw. Stroke.
- Nitrat → maksimal 3x5-10 mg → tak membaik → kasih nitrogliserin/IV jalan
di 5 mg/5 menit. (mononitrai 2 x 20 mg)
- Morfin → Inj. 2-4 mg atau Oral 5-10 mg

- Anti-hipertensi → Bisoprolol 1x2.5 mg (sediaan 2.5 mg, 5 mg, 10 mg)


- Anti koagulan → fondaparinux 2.5 mg bolus iv diikuti 2.5 mg/hari (maksimal
8 hari)
- Statin

- Definitif :
- STEMI → reperfusi
- Bila < 90-120 menit → PCI (percutaneous Coronary Intervention) (gold
std)
- Bila < 12 jam → Streptokinase 1.5 jt unit selama 30-60 menit, kalau alergi
→ alteplase 15 mg/bolus/IV (KI : Stroke, perdarahan)
- Bila > 12 jam → Antikoagulan
- NSTEMI → Anti Koagulan (Anti Koagulan) → Fondaparinux 2.5 mg SC;
Enoxaparin 1 mg/kg 2x1
EDEMA PARU → Sesak + Rhonchi
- Radiologi → batwing app/butterfly app, garis kerley

- Tatalaksana Edema paru → ONFM


- O2 + Intubasi bila perlu
- Nitrat sublingual/nitrogliserin IV
- Furosemide 0.5-1mg/KgBB/IV (40 mg/hari)
- Morfin/IV 2-4 mg

GAGAL JANTUNG KONGESTI (CHF/CHRONIC HEART FAILURE)


- KRITERIA FIRMINGHAM

- Diagnosa CHF → min. 2 mayor + 1 minor; atau 1 mayor + 2 minor


- Gagal jantung kanan → EDEM;
- Gagal jantung kiri → Sesak (akut);
- CHF → keduanya
- Gagal jantung akut/ADHF
- Riw. Gagal jantung sebelumnya, sekarang memberat
- Gejala → Sesak dan edem
KLASIFIKASI GAGAL JANTUNG
NYHA 1 : tak sesak AHA (A) : tanpa gejala, tidak ada
kelainan structural, ada faktor resiko
NYHA 2 : sesak saat aktivitas berat AHA (B) : tak sesak, ada kelainan
(naik tangga, jalan > 100 m) structural, ada faktor resiko
NYHA 3 : sesak saat aktivitas ringan AHA (C) : gejala, sesak
( mau ke wc, jalan < 100 m)
NYHA 4 : sesak saat istirahat AHA (D) : Gejala berat
- Penunjang :
- EKG,

- Foto Thorax PA → kardiomegali, edema paru


- Lab : NT Pro-BNP (Barium Natrium peptide),
- Radiologi : Echocardiografi (Ejeksi fraksi <35%), Normal > 45%
- Tx → turunkan NYHA → ABSD
- Furosemide untuk sesak dan oedem : bila kongesti hilang, stop
- Ace-I/ARB + BB + Spironolakton
- Digoxin (stop semua obat dan ganti dengan digoxin) → inotropic kuat
- CHF + AF → Digoxin
- Spironolakton : Tab 25 mg, 100 mg (2x1)
- Intoksikasi digitalis → AV blok, downslopping, ST depresi (Salvador dal), QT
memendek, T bifasik/datar/inverted. Tx → Charcoal, antiaritmia, kolestiramin.

HIPERTENSI
- HT → > 140/90 mmhg
- Klasifikasi Hipertensi :
- HT Primer → tak ada penyebab spesifik. 95% kasus HT
- HT Sekunder → ada penyebab komorbid lain seperti ggn ginjal, ggn obat,
stress akut, kerusakan vascular.
- White Coat HT → TD diklinik > TD dirumah diukur dengan ABPM/HBPM
- Masked HT → TD diklinik < TD dirumah
- HT resisten → TD yang resisten thd pengobatan 3 obat antihipertensi berbeda
golongan dalam dosis maksimal + sdh intervensi gaya hidup.
- Faktor resiko → pria, riw. Merokok, aktivitas fisik yang tinggi, riw. Konsumsi
alkohol, kecemasan, stress, obesitas, CKD, riw. HT
- Klasifikasi TD :
Kategori Sistolik Diastolik
Optimal <120 dan <80
Normal 120-129 Dan/atau 80-84
Normal tinggi 130-130 Dan/atau 85-89
HT grade 1 140-159 Dan/atau 90-99
HT grade 2 160-179 Dan/atau 100-109
HT grade 3 >180 Dan/atau >110
Isolated Systolic HT > 140 dan < 90

- JNC 7 (lihat diastole) :


- Normal : 90-110/60-79
- Pre : 120-139/80-89
- Gr. 1 : 140-159/90-99
- Gr. 2 : >160/>100

- HT refrakta : TD tetap tidak turun setelah minum obat > 3 jenis.

- JNC 8 (untuk target terapi)


- < 60 thn/DM atau CKD : <140/90
- > 60 thn : <150/90

- Patogenesis Hipertensi:
- Tekanan darah = cardiac output X tahanan perifer
- Cardiac Output = Stroke volume X denyut jantung
- Stroke volume dipengaruhi kontraktilitas jantung, preload, dan afterload

- Pem. Penunjang → DR, GDS, Ur, Cr, SGOT, SGPT, Elektrolit

- Tx Hipertensi :
- Non farmako:
- Intervensi gaya hidup :
▪ Menurunkan BB
▪ Diet rendah garam < 5 gram/hari (tdk lebih 1 sendok per hari)
▪ Hindari alkohol
▪ Olahraga → jalan kaki 30 menit/minggu
▪ Diet buah, sayur, kacang rendah lemak.
- Farmakologis :
- OBAT ANTI HIPERTENSI ORAL :
Lini Pertama :
▪ Thiazide-type diuretic :
• Obat :
o Hidroklortiazid (HCT) : dosis (25-50 mg) (1x1),
sediaan (25 mg)
• KontraIndikasi :
o Absolut → gout
o Relatif → Sindrome metabolik, Intoleransi glukosa,
Hiperkalsemia, Hipokalemia, Kehamilan
▪ ACE-I :
• Obat :
o Captopril → dosis : 12,5 mg-150 mg (2 atau 3x1),
sediaan 12.5, 25 mg, 50 mg
o Lisinopril → dosis: 10-40 mg (1x1), sediaan 5 mg, 10
mg, 20 mg
o Ramipril → dosis: 2.5-10 mg (1 atau 2x1), sediaan 2.5
mg, 5 mg, 10 mg
• Kontraindikasi :
o Absolut → Kehamilan, Edema, Hiperkalemia (Kalium
> 5.5 mEq/L), Stenosis Arteri renalis bilateral, ggn fx
ginjal
o Relatif → wanita subur usia produktif

▪ ARB :
• Obat :
o Candesartan → dosis: 8-32 mg (1x1), Sediaan 8 mg,
16 mg
o Valsartan → dosis : 80-320 mg (1x1), sediaan 80 mg,
160 mg
• Kontraindikasi :
o Kontraindikasi :
▪ Absolut → kehamilan, hiperkalemia (> 5.5
mEq/L), stenosis arteri renalis bilateral
▪ Relatif → wanita subur usia produktif
▪ CCB Dihidropiridine :
• Obat :
o Amlodipin → dosis : 2.5-10 mg (1x1), sediaan 5 mg,
10 mg
o Nifedipin OROS → dosis : 30-90 mg (1x1), sediaan 30
mg
o Nifedipine → dosis : 3x10 mg UNTUK IBU HAMIL
• Kontraindikasi :
o Relatif → Takiaritmia, gagal jantung, edema tungkai
berat
▪ CCB Non-dihidropiridine :
• Obat :
o Diltiazem SR → dosis : 20-80 mg (2x1)
o Diltiazem CD → dosis : 100-200 (1x1)
o Verapamil SR → dosis : 120-480 mh (1 atau 2x1)
• Kontraindikasi :
o Absolut → gangguan ventrikel kiri, bradikardi, SA/AV
blok
o Relatif → Konstipasi
- Lini kedua
▪ Loop Diuretik
• Obat :
o Furosemide → dosis : 20-80mg (2x40 mg), sediaan
ampul 2 mg/2 ml, tab 40 mg
▪ Diuretik antagonis aldosteron
• Obat :
o Spironolakton → dosis : 25-100 mg (1x1), sediaan : 25
mg, 100 mg
▪ Betablocker :
• Kardioselektif :
o Bisoprolol (concor)→ dosis : 2.5-10 mg (1x1), sediaan
: 2.5 mg, 5 mg, 10 mg
• Non-Kardioselektif :
o Propanolol IR → 160-480 mg (2x1)
o Propnolol LA → 80-320 mg (1x1)
o Sediaan 10, 40 mg

▪ Alfa-1 blocker :
• Obat :
o Terazosin → dosis : 1-20 mg (1-2x1)
▪ Agonis alfa 2 sentral :
• Obat :
o Metildopa → dosis : 250-1000 mg (2x1), sediaan 250
mg

- IBU hamil hipertensi : Metildopa 250 mg (2-3/hari), atau nifedipine 3x10


mg
- PENATALAKSANAAN HIPERTENSI :
▪ HT tanpa komplikasi :
• Inisial → Kombinasi 2 obat
o ACE-I/ARB + CCB/diuretik
▪ HT derajat 1 resiko rendah atau usia > 80 tahun
→ berikan obat tunggal
• Langkah 2 → Kombinasi 3 obat
o ACE-I/ARB + CCB + diuretik
• Langkah 3 → Kombinasi 3 obat + spironolakton/obat lain
o ACE-I/ARB + CCB + diuretik + Spironolakton 25-
50 mg 1x1/hari (bisa diuretik lain, alfa bloker, beta
bloker)
o Indikasi BB :
▪ Gagal jantung, nyeri dada angina, Infark
miokard, atrial fibrilasi, perempuan muda
hamil atau merencanakan kehamilan

▪ HT dengan Penyakit arteri koroner :


• Obat :
o ACE-I/ARB +BB/CCB atau CCB+diuretik/BB atau
BB+ diuretik
o Bila resisten → tambah spironolakton

▪ HT dengan Penyakit Ginjal Kronik :


• Obat :
o Inisial → kombinasi 2 obat
▪ ACE-I/ARB + CCB, atau ACE-I/ARB +
diuretik (atau loop diuretik)
o Langkah 2 → kombinasi 3 obat
▪ ACE-I/ARB + CCB + diuretik (atau loop
diuretik)
o Langkah 3 → kombinasi 3 obat + spironlakton (HT
Resisten)
▪ ACE-I/ARB + CCB + diuretik (atau loop
diuretik) + Spironolakton
• Note :
o ACE-I atau ARB dapat sebabkan ↓ eLFG dan ↑ Cr
o ↑ Cr >30% perlu dievaluasi kembali kemungkinan ada
kelainan pembuluh darah ginjal.
o PGK → bila eLFG < 60 ml/menit/1.72 m2 dengan/tanpa
proteinuria
o Bila eLFG < 30 ml/menit/1.72 m2 → gunakan LOOP
DIURETIK
o Spironolakton dapat menyebabkan hiperkalemia pada
eLFG <45 ml/menit/1.72 m2

▪ HT dengan gagal jantung fraksi ejeksi menurun


• Inisial → Kombinasi dua obat
o ACE-I/ARB+CCB+Diuretik (atau loop diuretik)
• Langkah 2 → kombinasi 3 obat
o ACE-I/ARB+CCB+Diuretik (atau loop diuretik) +
BB + diuretik antagonis aldosteron

▪ HT dengan Atrial Fibrilasi (HT dengan AF)


• Inisial → kombinasi 2 obat
o ACE-I/ARB + BB atau CCB non-dihidropiridine,
atau
o BB + CCB
• Langkah 2 → kombinasi 3 obat
o ACE-IARB + BB + CCB dihidropiridine atau
diuretik, atau
o BB + CCB dihidropiridine + diuretik
• Tidak direkomendasi kan kombinasi BB + CCB
nondihidropiridine → resiko penurunan denyut jantung
bermakna

KRISIS HIPERTENSI
- Urgensi (180/120) → tanpa organ damage, mual, muntah, nyeri kepala
- Tx → Captopril SL 25 mg (max 50 mg)
- Emergensi → (220/110) ada organ damage
- Tx →
- Nitroprusside :
• inisial : 0,3 ug/kg/menit (10 menit)
• Biasa = 2-4 ug/kg/menit (10 menit)
• Max = 10 ug/kg/menit (10 menit)
- Nicardipine 0.5-0.6 mcg/KgBB/Menit/IV
• Awal : 5 mg/jam
• Titrasi : 2.5 mg/jam
• Max : 15 mg/jam
- Nitrogliserin :
• Inisial : 5 ug/menit
• Titrasi : 5 ug/menit tiap interval 3-5 menit sampai 20 ug/menit
- Diltiazem 5-15 mcg/KgBB/Menit
- Tak boleh diturunkan > 25% MAP

- OBAT-OBATAN KRISIS HIPERTENSI


- Nicardipine : Onset (5-15 menit), lama kerja (30-40 menit)
▪ Dosis : 5-15 mg/jam/IV/Kontinu
• Mulai 5 mg/jam, naikan per 15-30 menit dengan 2.5 mg sampai
target TD
• Kemudian turunkan 3 mg/jam
▪ Indikasi →
• hipertensi maligna dengan atau tanpa gagal ginjal akut
• Hipertensi ensefalopati, diseksi aorta
▪ Kontra indikasi :
• Kegagalan fungsi hati
▪ Efek samping → pusing kepala, refleks takikardia
- Nitrogliserin : Onset (1-5 menit), lama kerja (3-5 menit)
▪ Dosis : 5-200 mg/menit
• Mulai 5 mg/menit, naikan tiap 5 menit
▪ Indikasi :
• Koroner akut
• Edema paru (+ loop diuretik)
• Diseksi aorta
▪ Efek samping → Sakit kepala

INFEKSI KARDIO
- PERIKARDITIS
- Gejala → Nyeri dada, memberat saat supinasi
- EKG → ST ELEVASI semua lead + Pleural friction (nyeri saat Tarik napas)
- MYOCARDITIS
- Gejala → Nyeri dada, gejala CHF, mati tiba-tiba pada remaja akibat infeksi
cornibacterium
- EKG → ST ELEVASI semua lead
- ENDOKARDITIS
- Demam rematik → bila ASTO (+) = Steptococcus grup A (rx hipersenstivitas tipe
3)
- Kriteria Jones → ASTO (+) + 2 mayor atau 1 mayor 2 minor

- Tanpa karditis : demam rematik;


- Karditis : bising jantung (+)→ penyakit jantung rematik
- Endocarditis Bakterial → ASTO (-) = Stafilokokus, riw penggunaan jarum suntik,
infeksi kulit (duke’s criteria)
- Tx :
- Penisilin 2 x 250 mg/hari atau Eritromisin 2x250 mg/hari
- Profilaksis :
- Tanpa karditis : Penisilin 1x/bulan ( 5 tahun)
- Karditis : 10 tahun
- Persisten valvular heart disease

ACLS

ACS/SKA (Acute Coronary Syndrome/Sindrome Koroner Akut)

SKA/ACS → gejala iskemik miokard akut


Contoh :
- Aterosklerosis coroner
- UAP, Infark Miokard Non ST Elevasi, Infark Miokard dengan ST Elevasi,
Cardiac Arrest

Etiologi :
- Trombosis koroner
- Robekan plak
- Spasme arteri koroner

Patofisiologi :
- Formasi plak dini → formasi plak signifikan → robekan dan thromus →
sumbatan
▪ Sumbatan komplit → STEMI → ↑ Ckmb/Troponin → thrombus
platelet fibrin
▪ Sumbatan Parsial → APS → Troponin bisa ↑ atau normal → thrombus
putih

Faktor Resiko :
- Merokok,
- HT, DM, Dislipdemia
- Riw. Keluarga, PJK premature
- Hati-hati dengan angina ekuivalen atipikal pada pasien DM, geriatri, wanita

Kriteria Diagnosa SKA : ( minimal 2 dari 3 kriteria)


- Nyeri dada angina →
▪ nyeri dada seperti tertindih benda berat, menjalar keleher, lengan kiri,
epigastrium, punggung, bahu,
▪ mual, muntah, keringat dingin, perasaan melayang
▪ berdebar, sesak, pingsan
- EKG → Segmen ST-T
- Enzim jantung → Troponin T atau I
MEGACODE SKA/ACS
Kasus : Laki-laki tahun, keluhan nyeri dada, saturasi 89%, EKG belum tersedia

1. Perkenalkan diri
2. Cek saturasi :
▪ sat. >94% → Nasal Canul
▪ sat. < 94% → Sungkup
▪ sat. < 90% → NRM
3. pasang Infus → normal saline
4. pasang Monitor → pantau TD dan nadi
5. pasang EKG → pantau LEAD II panjang → cth : sinus takikardi, curiga ST
elevasi
6. Anamnesis → OPQRST
▪ Onset → sejak kapan?
▪ Provacation → penyebab nyeri?
▪ Quality → kualitas nyeri ? seperti tertindih benda berat, nyeri seperti
dirobek?
▪ Radiation → nyeri menjalar kebahu lengan kiri, leher, perut.
Keringat dingin, mual, muntah, riw, pingsan, perasaan melayang.
▪ Scale → skala nyeri ?
▪ Time → < 12 jam atau > 12 jam → menentukan terapi
• Riw. Berbaring lama, riw. Op tulang belakang,
Riw. Trauma thorax, Riw. Penyakit paru lama.
• Perhatikan DD :
o Diseksi aorta, emboli paru akut, tamponade jantung,
tension pneumothorax, pericarditis, gerd.
7. Pemeriksaan fisik singkat → untuk lihat adanya komplikasi acs dan singkirkan
diagnosis banding
Cara lakukan pemfis singkat
▪ Auskultasi paru → rh atau wheezing
▪ Auskultasi jantung → murmur, gallop

8. Menentukan diagnosa → ACS

9. Tatalaksana ACS → prinsip OANM

- O2 :
▪ sat. >94% → Nasal Canul
▪ sat. < 94% → Sungkup
▪ sat. < 90% → NRM

- ASPIRIN : 2x80 mg kunyah (160-325 mg (non salut selaput))

- NITRAT → ISDN 5 mg/SL atau nitrogliserin 400-500 mcg/SL → rasa


odol
▪ Pastikan tidak ada kontraindikasi sebelum pemberian nitrat :
• Hipotensi → sistol < 90 mmhg
• Bradikardia (<50x/m); Takikardia (>150x/m)
• Infark Ventrikel kiri
• Riw. Penggunaan :
o Sildenafil 24 jam terakhir
o Tadalafil 48 jam terakhir
▪ Evaluasi per 5 menit, Max. 3x pengulangan, jika tidak ada
kontraindikasi dan nyeri dada tidak berkurang
▪ Bila 3x nitrat tidak berefek → perimbangkan Morfin Sulfat

- Morfin Sulfat :
▪ Efek samping → depresi napas, hipotensi
▪ Syarat pemberian morfin sulfat :
• TD stabil → sistol tidak boleh < 90 mmhg
• RR → tidak boleh < 8x/m
• Siapkan resusitasi kit dan naloxone sbg antidotum
▪ Cara pemberian : (1 amp (1ml/1mg))
• Morfin 1amp + 10cc D5% → bolus lambat
• Bisa diulang 2x per 5 menit
- Pantau perubahan gejala

- Bila Morfin gagal → ISDN/Nitrogliserin Drips (antiiskemia)


▪ Nitrogliserin drips → Mulai dari 10 mcg/menit (max. 200
mcg/menit)
▪ ISDN drips → 1 mg/jam (max. 10 mg/jam)
▪ Uptitrasi sesuaikan klinis dan pertahanan dosis sampai gejala
berkurang dan hilang/hipotensi/dosis maksimal
▪ Sedian nitrat : 1 amp = 10 mg, 50 mg/ amp

- Evaluasi EKG 12 lead → cth kasus : ST elevasi v1-v6 → stemi anterior


ST elevasi → 2 lead bersinggungan
▪ II, III, AvF → Inferior
▪ V1,V2 → Septal
▪ V3, V4 → Anterior
▪ Lateral → I, AvL, V5, V6 → Lateral
Bisa ceklis fibrinolsis : enzim jantung, elektrolit, faktor koagulasi, foto thorax

- Rencana TERAPI PERFUSI :


▪ Indikasi reperfusi → onset < 12 jam
▪ Evaluasi resiko STEMI → onset > 12 jam
▪ Informed Consent Fibrinolitik :
• Manfaat : lisiskan thrombus yang sumbat pembuluh darah
• Resiko : Perdarahan, aritmia, gagal reperfusi, henti jantung
▪ Evaluasi Kontraindikasi fibrinolisis
• Perdarahan intracranial,
• Tumor Intracranial
• Kelainan vascular cerebral
• Stroke iskemik < 3 bulan dan > 3 jam
• Cedera kepala/cedera wajah dalam 3 bulan
terakhir/pembedahan
• Diseksi aorta
• Perdarahan internal aktif/ggn sistem perdarahan →
perdarahan lambung/BAB Hitam
▪ Evaluasi Waktu → untuk Primary PCI

- Pemilihan terapi reperfusi :


FIBRINOLISIS PCI/INVASIF
- Onset < 3 jam - Onset < 12 jam
- tidak ada fasilitas PCI - Onset > 12 jam (on going
- akses vascular sulit iskemik
- Penundaan PCI > 120 menit - Ada ahli pci, bisa dijangkau <
- Tidak ada kontra indikasi 120 menit sebelum serangan
fibrinolisis - Kontraindikasi fibrinolisis,
- Target door to needle < 30 Perdarahan, perdarahan
menit intracerebral
- STEMI resiko tinggi (CHF,
Killip > 3)
- Diagnosa Stemi diragukan
- Pemberian Fibrinolitik (fibrinolitik non spesifik) :
▪ Streptokinase
• Dosis : 1.5 juta Unit + D5% 100 cc → drips (30-60 menit)
• Evaluasi → perdarahan, alergi, hipotensi, aritmia
• Tanda keberhasilan fibrinolitik :
o Nyeri dada hilang
o ST elevasi menurun > 50%
o Aritmia Reperfusi

▪ Bisa rTPA (fibrinolitik spesifik) :


• Dosis : 15 mg/IV
o Lanjut → 0.75 mg/kgbb/iv/30menit
o Lanjut → 0.5 mg/kgbb/iv/60 menit
o Max 100 mg

- ST DEPRESI
▪ Bila iskemik, bila ada gejala acs
▪ Pertimbangkan hasil troponin bila :
• Nyeri dada iskemik refrakter
• Deviasi segmen ST rekuren/persisten
• VT
• Hemodinamik tidak stabil
▪ Tanda gagal jantung → mulai tatalaksana tambahan → nitrogliserin,
heparin sesuai indikasi
ALGORITMA ACS

Cek ABC :
- Airway = Bebaskan jalan napas, bila ada cairan, suction.
- Breathing = Cek saturasi, Beri Oksigen
- Circulation = cek TD, N, CRT, Monitor/EKG

Anamnesis Singkat Terarah (QRST)

- Onset = Sejak Kapan ?


- Provocation = Nyeri Saat Istirahat/aktivitas?
- Quality = Nyeri seperti tertindih benda bera/dirobek?
- Radiation = Penjalaran dilengan kiri, bahu, Epigastrium, punggung?
- Severity = derajat nyeri?
- Timing = lama nyeri?, nyeri ACS > 20 menit

Pemeriksaan fisik terarah


- Auskultasi Paru dan Jantung

Diagnosa : ACS

Tatalaksana Awal ACS :

- O2 = Cek saturasi, beri O2 Nasal Canul 2 lpm


- A = Aspirin 160 mg-325 mg ( 2x 80 mg kunyah-kunyah)
- N = Nitrat
o ISDN 5 mg/SL atau Nitrogliserin 400 ug/SL, bisa ulang 2x
o Kontraindikasi :
▪ Tidak Hipotensi (< 90 mmhg)
▪ Tidak severe takikaridia/bradikardia (<50x/m/>150x/m)
▪ Pemberian Sildenafil/Tedalafil (24-48 jam)
▪ Infark Left Ventrikel
- M = Morfin (2-4 mg/IV)
o 10 mg (1 amp) + diencerkan 10cc D5% bolus lambat,
bisa diulang 2x per 5 menit
o Kontraindikasi :
▪ Hipotensi (<90 mmhg)
▪ Depresi napas (RR < 8x/m)

Cek List Fibrinolisis


Cek Enzim jantng, elektrolit, faktor koagulasi
Foto Thorax Portable, EKG 12 Lead
Setelah EKG 12 lead

STEMI
NSTEMI ACS Resiko rendah
(ST elevasi 2 sandapan)

Observasi-Monitor
>12JAM Cek Troponin ↑
Rawat ICVCU

<12JAM Pertimbangkan Strategi Invasif bila :


- Nyeri dada iskemik
- Deviasi segmen ST
- VT
- Hemodinamik tidak stabil
- Tanda gagal jantung

Mulai tatalaksana nitrogliserin, heparin,


sesuai indikasi

Reperfusi :
- Fibrinolitik : Streptokinase 1.5 Juta + diencerkan 100cc Nacl 0.9% (30-60 menit)
Kontraindikasi Fibrinolitik :
o Riw. Stroke > 3 jam sampai < 3 bulan
o Head Trauma/Pembedahan < 3 bulan
o Tumor Intracranial
o Active internal bleeding
o Diseksi Aorta

- Trombolitik : rTPA = 15 mg/IV (max. 100 mg)


o Lanjut 0.75 mg/kgbb/bolus
o Lanjut 0.5 mg/kgbb/bolus
EDEMA PARU AKUT

- Definisi : Cairan interstitial paru ke aveolar karena kelebihan kapasitasi, akibat ggn
drainase darah ke vena pulmonal → pengaruhi tekanan hidrostatik dan limfa

- Jenis Edema paru :


- Kardiogenik → terbanyak
- Non kardiogenik

- Patofisiologi :
- Gangguan beban pengisian (preload) dan beban pengosongan (afterload)
karena gagal kompensasi cardiovascular → sehingga terjadi penumpukan
darah diluar jatung kiri dan vascular paru (bendungan vascular) → Terjadi
ekstravasasi ke jar. Intertitial dan alveoli.

- Perbedaan edema paru kardiogenik dan non kardiogenik


Edema paru kardiak Edema paru non kardiak
Riw. - Riw. Penyakit jantung - Riw. Penyakit diluar
Penyakit akut/kronik/dekompensasi jantung
akut
Klinis - Akral dingin - Akral hangat
- S3 gallop (+) - S3 gallop (-)
- Distensi vena jugular (+) - Distensi vena jugular (-)
- Rh basah, wheezing (+) - Rh kering, wheezing (+)
Lab - EKG : LVH, iskemia, infark - EKG = Normal
- Ro Thorax : kardiomegali, - RO : Kardiomegali,
distribusi edema perihiler distribusi edema perifer
- Enzim jantung meningkat - Enzim jantung normal
MEGACODE EDEMA PARU AKUT

Kasus : Laki-laki 70 thn, Sesak napas berat

1. Perkenalkan diri
2. Cek saturasi :
▪ sat. >94% → Nasal Canul
▪ sat. < 94% → Sungkup
▪ sat. < 90% → NRM 15 LPM
3. pasang Infus → normal saline
4. pasang Monitor → pantau TD dan nadi
5. pasang EKG → lead II panjang
6. Posisikan pasien → Setengah duduk
7. Pemfis →
▪ Rh basah, wheezing,
▪ suara jantung → susah dievaluasi
8. Diagnosa → Edema paru akut
9. Pem. Lab bila memungkinkan : AGD, Ro Thorax
10. Tatalaksana :
- Lini pertama :
▪ NITRAT :
• ISDN 5 mg SL, atau
• nitrogliserin 400-500 mcg/SL → rasa odol
• Pastikan tidak ada kontraindikasi sebelum pemberian nitrat
o Hipotensi → sistol < 90 mmhg
o Bradikardia (<50x/m); Takikardia (>150x/m)
o Infark Ventrikel kiri
o Riw. Penggunaan :
▪ Sildenafil 24 jam terakhir
▪ Tadalafil 48 jam terakhir
• Bila masih sesak → bisa diulangi Max. 3x per 5 menit
• Bila masih sesak lagi → Furosemide

▪ FUROSEMIDE :
• Beri FUROSEMIDE : 0.5-1 mg/kgbb/bolus (1-2 menit)
o Bila tdk respon → 2 mg/kgbb/bolus
o Bisa diulang 2x
o Pasang kateter urin
o Bila masih sesak → MORFIN SULFAT

▪ MORFIN SULFAT :
• Efek samping → depresi napas, hipotensi
• Syarat pemberian morfin sulfat :
o TD stabil → sistol tidak boleh < 90 mmhg
o RR → tidak boleh < 8x/m
• Siapkan resusitasi kit dan naloxone sbg antidotum
• Berikan MORFIN SULFAT : 2 mg/2 amp + D5% 10 cc → bolus
lambat
• Evaluasi per 5 menit
• Bisa diulang 2x
• Bila MORFIN gagal → Lini Kedua

- Lini Kedua
▪ Bila TD normal/Tinggi :
• Nitrogliserin/IV → 10-20 ug/menit (max. 200 ug/menit)
• ISDN/IV → 1 mg/jam (max 10 mg/jam)+ 50 cc D5% atau Nacl
0.9% → bisa uptitrasi hingga sesak berkurang, hipotensi, atau dosis
max tercapai
▪ Bila TD turun :
• Dopamin → 2-20 ug/kgbb/menit/iv
• Dobutamin → 2-20 ug/kgbb/menit/iv
▪ Bila lini kedua tidak berhasil → Lini ketiga

- Lini ketiga
▪ Rencanakan monitor, tindakan invasif arterial line, CVF,ABP, PCI, swan
ganz, bedah pintas coroner
▪ Rujuk ke faskes yang memadai
ALGORITMA EDEMA PARU AKUT, SYOK, HIPOTENSI

Klinis : syok, hipoperfusi, agal jantung


kongestif, edema paru akut

A : jaga patensi jalan napas, suction dan keluarkan sumbatan


B : cek saturasi, beri O2
C : pasang IV line, pasang monitor,
Cek TD, irama, EKG

Sesak Napas berat + ronchi


Syok tanpa masalah irama Syok dengan masalah irama
(edema paru)

Fluid Challenge Algoritma


2-4 cc/kgbb/10 menit Takikardia atau bradikardia

Respon baik? Respon tidak baik?


Ulangi fluid challenge! Masalah Pompa jantung!
2-4 cc/kgbb/10 menit Evaluasi TD
Pertimbangkan Vasopresor

Bila gagal fluid challenge


Pertimbangkan vasopressor

Vasopressor :
- TD < 70 dgn syok = Norepinefrine 0.1-0.5 ug/kgbb/menit/IV
- TD 70-100 dgn syok = Dopamine 2-20 ug/kgbb/menit/IV
- TD 70-100 tanpa Syok = Dobutamine 2-20 ug/kgbb/menit/IV
ALGORITMA EDEMA PARU

Posisikan Setengah duduk


Rh basah, Wheezing, suara Lab : AGD, Foto Thorax
jantung sulit dievaluasi Bila memungkinkan

Lini Pertama
- Pasang O2, Intubasi bila perlu (<85%)
- Beri Nitrat :
o ISDN 5 mg/SL (max.3x per 5 menit), atau
o Nitrogliserin 300-400 ug
o Perhatikan Kontraindikasi nitrat :
▪ Hipotensi ( Sistol < 90)
▪ Takikardia/bradikardia
▪ Tidak dalam menggunakan sildenafil (24 jam), tadalafil (48 jam)
▪ Tidak ada infark left ventrikel
- Beri Furosemide :
o 0.5-1 mg/kgbb/bolus (bila TD > 90 mmhg)
o Bila tidak respon, tingkatkan dosis 2 mg.kgbb/IV (1-2 menit)
o Bisa diulang 2x
o Pasang kateter
- Bila masih sesak, beri Morfin :
o 2-4 mg/IV (10 mg/1 amp, encerkan D5% 10 cc, bolus pelan)
o Evaluasi 5 menit
o Bisa diulang 2x
▪ Sedia resusitasi kit dan naloxone saat pemberian morfin, sebabkan
hipotensi dan distress napas
▪ Kontraindikasi :
• RR < 8x/m
• TD < 90 mmhg

Bila gejala tidak berkurang


Lanjut lini kedua

Lini Kedua
Bila stabil (TD normal/Tinggi), berikan :
- Nitrogliserin/IV = 10-20 ug/menit dalam D5% 50 cc
(max 200 ug/menit)
- ISDN/IV = 1 mg/jam dalam D5% 50 cc (max. 10
mg/jam)

Bila Tidak stabil (TD menurun), berikan :


- Dopamine = 2-20 ug/kgbb/menit/IV
- Dobutamine = 2-20 ug/kgbb/menit/IV
TAKIKARIDIA
- Definisi : Aritmia dgn denyut jantung >100/m; bila > 150x/m menimbulkan gejala ggn
hemodinamik
- Gejala klinis : curah jantung menurun, kebutuhan oksigen miokardium meningkat

- Klasifikasi Takikardia :
- Takikardia QRS sempit (qrs <0.12 detik)
▪ Teratur (reguler) :
• sinus takikardi, P-SVT, Atrial flutter,
• atrial takikardia, Junctional takikardia
▪ Tidak teratur (ireguler) :
• Atrial Fibrilasi, Multifocal atrial takikardia
- Takikardia QRS lebar (qrs >0.12 detik)
▪ Teratur (reguler) : VT monomorfik, SVT aberans
▪ Tidak teratur ireguler : VT polimorfik, Atrial fibrilasi aberans

- Tindakan dan terapi yang digunakan :


- Hemodinamik stabil → obat
▪ QRS sempit reguler : Manuver vagal, adenosine, diltiazem, verapamil
▪ QRS sempit ireguler :
• Rate control : digoxin, diltiazem, verapamil
• Rhythm control : Amiodarone
▪ QRS lebar reguler : Amiodarone atau adenosin ( untuk diagnostik
bedakan VT dan SVT aberans)
▪ CCB non dihidro → bisa diberikan pada atrial fibrilasi, bila fungsi
sistol ventrikel kiri normal
- Hemodinamil tidak stabil → kardioversi →
diberikan kejut listrik pada gel.R
▪ QRS sempit → tingkatkan dosis
▪ QRS lebar → cek nadi
• Nadi (+) → tingkatkan dosis
• Nadi (-) → algoritma cardiac arrest
▪ Kardioversi :
• Pasang IV line
• Sedasi → untuk pasien sadar
• Sync kardioversi
▪ Dosis kardioversi :
• QRS sempit reguler :
o ( bifasik) 50-100 joule,
o monofasik (200 Joule)
• QRS sempit ireguler →
o (bifasik )120-200 joule,
o (monofasik) 200 Joule
• QRS lebar reguler → (bifasik dan monofasik ) 100 joule
• Dosis diberikan bertahap
MEGACODE TAKIKARDIA

QRS sempit + reguler


Kasus → laki-laku 60 tahun, keluhan berdebar-debar

• Perkenalkan diri
• Tanyakan keluhan?
- Onset keluhan
- Penyebab keluhan
- Ada nyeri dada?
• Cek saturasi → pasang O2
- sat. >94% → Nasal Canul
- sat. < 94% → Sungkup
- sat. < 90% → NRM
• Cek tensi dan nadi
• Pasang monitor dan EKG lead II panjang
- cth kasus : takikardia qrs sempit, reguler → SVT
• Cek tanda stabil
- Hipotensi
- Ggn kesadaran akut
- Nyeri dada
- Gagal jantung
- Akral dingin
Yang ditanyakan cek tanda stabil :
- Sesak, nyeri dada, berdebar, akral dingin
- Evaluasi TD, N, EKG
• Pemeriksaan fisik (singkat terarah)
- Cek suara napas → rh, wh
- Cek suara jantung → reguler, ireguler, murmur, gallop → di 4 posisi
- Cek akral
• Diagnosa → kasus : takikardia qrs sempit + reguler + hemodinamik stabil → SVT
• Pasang EKG 12 lead dan IV line (vena brachial)
• Tatalaksana :
- Vagal manuver → pijar sinus carotis
▪ Indikasi vagala manuver → takikardi qrs sempit reguler
▪ Kontraindikasi :
• Riw. Infark miokard, VF, VT
• Bruit carotis
• Riw. TIA/Stroke 3 bulan terakhir
▪ Sebelum lakukan pijat carotis, tanyakan :
• Riw. Serangan, henti, pijat jantung
• Riw. Kejut listrik jantung
• Riw. Stroke
• Cek bruit carotis kanan dan kiri
▪ Cara lakukan vagal manuver/pijat carotis :
• Pastikan terpasang monitor ekg
• Posisi pasien terlentang, kepala ekstensi menghadap kontralateral dari
sisi yang akan dipijat
• Cari titik a.carotis kiri/kanan dileher setinggi mungkin
• Pijar a.carotis → gerakan memutar sirkular 5-10 detik, perhatikan
monitor
• Bila tidak berhasil → ulangi disisi sebelahnya
• Evaluasi tensi dan keluhan? Nyeri dada atau sesak napas
• Bila manuver vagal gagal → berikan Adenosin

- Adenosin (pakai threeway)


▪ Dosis pertama → 6 mg/bolus cepat + 20 cc nacl 0.9%/bolus cepat, tangan
diangkat
▪ Evaluasi :
• rasa berdebar, nyeri dada, sesak napas
• TD, N, EKG
• Bila tidak ada perubahan/ tidak membaik → masukan dosis kedua
▪ Dosis kedua → 12 mg/bolus cepat + 20 cc nacl 0.9%/bolus cepat, tangan
diangkat
▪ Evaluasi, bila tidak ada perubahan, lanjut dosis ketiga (sama dgn dosis
kedua)
▪ bila tidak stabil → Kardioversi

- Kardioversi → bila takikardia qrs sempit + tidak stabil


▪ Informed consent penggunaan sedasi sebelum kardioversi
▪ Sedasi (bila pasien sadar) :
• Midazolam 0.1-0.3 mg/kgbb/bolus lambat, atau
• Propofol 1 mg/kgbb/bolus lambat
▪ Cek kesadaran untuk pastikan obat sedasi sdh bekerja → bangunkan dan
cek refleks kornea
▪ bagging/VTP → bila mulai tertidur
▪ Siapkan defibrilator → Kardioversi sync 50-100 Joule
▪ Kardioversi pertama :
• Atur dosis kardioversi 50 joule
• Tekan tombol sync dimesin defibrilator
• Lumuri kedua pad dengan jelly
• Letakkan pad dipasien
• Pastikan clear → iam clear, youre clear, everybody clear
• Lakukan shock
• Cek monitor ekg → bila masih SVT → siapkan kardioversi kedua
o Bila sinus rhythm → bagging sampai sadar → monitoring →
ICU
o Bila asistol → algoritma cardiac arrest
▪ Kardioversi kedua :
• Atur dosis kardioversi 100 joule
• Tekan tombol sync dimesin defibrilator
• Lumuri kedua pad dengan jelly
• Letakkan pad dipasien
• Pastikan clear → iam clear, youre clear, everybody clear
• Lakukan shock
• Cek monitor ekg → bila masih SVT → siapkan kardioversi naikan
50 Joule (maksimal 500 Joule)
o Bila sinus rhythm → bagging sampai sadar → monitoring
→ ICU
o Bila asistol → algoritma cardiac arrest

QRS lebar + reguler


1. Perkenalkan diri
2. Tanyakan keluhan?
- Onset keluhan
- Penyebab keluhan
- Ada nyeri dada?
3. Cek saturasi → pasang O2
- sat. >94% → Nasal Canul
- sat. < 94% → Sungkup
- sat. < 90% → NRM
4. Cek tensi dan nadi
5. Pasang monitor dan EKG lead II panjang
- cth kasus : takikardia qrs sempit, reguler → SVT
6. Cek tanda stabil
- Hipotensi
- Ggn kesadaran akut
- Nyeri dada
- Gagal jantung
- Akral dingin
Yang ditanyakan cek tanda stabil :
- Sesak, nyeri dada, berdebar, akral dingin
- Evaluasi TD, N, EKG
7. Pemeriksaan fisik (singkat terarah)
- Cek suara napas → rh, wh
- Cek suara jantung → reguler, ireguler, murmur, gallop → di 4 posisi
- Cek akral
8. Diagnosa → kasus : takikardia qrs lebar + reguler + hemodinamik stabil → SVT
9. Pasang EKG 12 lead dan IV line (vena brachial)
10. Adenosin (pakai threeway)
- Dosis pertama → 6 mg/bolus cepat + 20 cc nacl 0.9%/bolus cepat, tangan
diangkat
- Evaluasi : rasa berdebar, nyeri dada, sesak napas, TD, N, EKG
- Bila tidak ada perubahan/ tidak membaik → masukan dosis kedua
- Dosis kedua → 12 mg/bolus cepat + 20 cc nacl 0.9%/bolus cepat, tangan
diangkat
- Evaluasi, bila tidak ada perubahan, lanjut dosis ketiga (sama dgn dosis kedua)
- bila tidak stabil → Kardioversi
11. pertimbangkan antiaritmia → konsul sp.jp
Amiodarone 150 mg/IV/10 menit
ulang bila VT kembali
lanjut rumatan :
- 1 mg/menit 6 jam pertama;
- ½ mg/menit 18 jam kedua
12. Kardioversi → bila takikardia qrs lebar + tidak stabil
- Informed consent penggunaan sedasi sebelum kardioversi
- Sedasi (bila pasien sadar) :
• Midazolam 0.1-0.3 mg/kgbb/bolus lambat, atau
• Propofol 1 mg/kgbb/bolus lambat
• Cek kesadaran untuk pastikan obat sedasi sdh bekerja → bangunkan dan cek
refleks kornea
• bagging/VTP → bila mulai tertidur
• Siapkan defibrilator → Kardioversi sync 100 Joule
• Kardioversi :
• Atur dosis kardioversi 100 joule
• Tekan tombol sync dimesin defibrilator
• Lumuri kedua pad dengan jelly
• Letakkan pad dipasien
• Pastikan clear → iam clear, youre clear, everybody clear
• Lakukan shock
• Cek monitor ekg → bila masih SVT → siapkan kardioversi kedua
a. Bila sinus rhythm → bagging sampai sadar → monitoring →
ICU
b. Bila asistol → algoritma cardiac arrest
ALGORITMA TAKIKARDIA

N ≥ 150x/m, timbul gejala klinis

A : jaga patensi jalan napas


B : cek saturasi, beri O2
C : pasang IV line, pasang monitor,
Cek TD, irama

Cek tanda tidak stabil :


- Hipotensi (sistol < 90 mmhg)
- Ggn Kesadaran
- Syok/akral dingin
- Nyeri dada iskemik
- Tanda gagal jantung (sesak, ↑ JVP, Edem pretibial)

Stabil Tidak Stabil

Bila sadar, berikan sedasi sebelum kardioversi :


QRS lebar QRS Sempit - Midazolam 0.1-0.3 mg/kgbb/bolus lambat, atau
- Propofol 1mg/kgbb/bolus lambat
- Sedia resusitasi kit/trolly emergensi
- Setelah diberikan sedasi, cek kesadaran
- Bantu napas dengan bagging/ETT bila perlu

Jangan lupa informed consent,


kardioversi dapat menyebabkan Lakukan Kardioversi Sync (prinsip seperti defibrilasi)
henti jantung, luka bakar, stroke, Dengan dosis (mulai dengan dosis terendah) :
bahkan kematian - QRS sempit reguler = 50-100 Joule
- QRS sempit irreguler = 120-200 joule
- QRS lebar reguler = 100 joule

Bila QRS sempit reguler dan


tidak ada kardioversi, berikan
Adenosin 6 mg/IV flush nacl 20 Evaluasi irama dan cek tanda tidak stabil
cc (gunakan threeway) Bila sinus dan stabil → bagging pasien sampai bangun
Dianjutkan masing masing 2x kemudian transfer pasien
per 5 menit 12 mg/IV flush
nacl 20 cc
Stabil

QRS Sempit QRS lebar

QRS sempit → Sinus takikardia, p-svt, A.flutter QRS lebar → VT monomorfik


- Akses IV Line + EKG 12 lead - Akses IV Line + EKG 12 lead
- Manuver vagal - Adenosine 6 mg/IV flush nacl
o Indikasi : Takikardia ekstrem, qrs sempit reguler 20 cc bolus cepat
o Kontraindikasi : - Adenosine bisa diulang 2x
▪ Riw. IMA dengan masing-masing dosis 12
▪ Riw. Stroke 3 bulan terakhir mg/IV flush nacl 20 cc bolus
▪ Riw. VF/VT cepat
▪ Bruit carotis
▪ (Riw. Henti, serangan, pijat jantung, kejut
listrik, stroke)
o Cara vagal manuver :
▪ Monitor terpasang
▪ Pasien tidur terlentang, kepala ekstensi,
berpaling kearah kontralateral yang dipijat
▪ Cari titik a.carotis, setinggi mungkin
▪ Lakukan pijat carotis (gerakan sirkular)
selama 5-10 detik
▪ Amati monitor
▪ Bila tidak berhasil, ulangi disebelahnya
▪ Bila masih tidak berhasil → beri adenosin

Pertama : Adenosine 6 mg/IV flush nacl 20 cc bolus cepat angkat tangan,


bisa diulang per 5 menit
Kedua : Adenosine 12 mg/IV flush nacl 20 cc bolus cepat angkat tangan
Ketiga : Adenosine 12 mg/IV flush nacl 20 cc bolus cepat angkat tangan

bila tidak ada adenosine :


- CCB/BB
- Konsul ahli

Sewaktu-waktu bila tidak stabil → lakukan kardioversi


BRADIKARDIA
• Definisi → Nadi <60x/m, bila < 50x/m, timbul gejala klinis
• Bradikardi → fisiologis, patologis, simptomatik, asimptomatik
• Contoh bradikardi → sinus bradikardia, total av block, juntional bradikardia

MEGACODE BRADIKARDIA
• Kasus : Laki-laki 40 thn, Nyeri dada.

• Perkenalkan diri
• Cek saturasi → pasang O2
- sat. >94% → Nasal Canul
- sat. < 94% → Sungkup
- sat. < 90% → NRM
• Cek tensi dan nadi
• Pasang monitor dan EKG lead II panjang
• Cek tanda stabil
- Hipotensi
- Ggn kesadaran akut
- Nyeri dada
- Gagal jantung
- Akral dingin
Yang ditanyakan cek tanda stabil :
- Sesak, nyeri dada, berdebar, akral dingin
- Evaluasi TD, N, EKG

• Bila bradikardia stabil → monitor dan observasi


• Bila Bradikardia tidak stabil :
• Beri Atropin Sulfat/iv : Awal : 0.5 mg (2 amp); Bisa diulangi per 5 menit, max. 3
mg
• Kalau SA tidak efektif :
• Dopamin : 2-20 ug/kgbb/menit bila TD 70-100 mmhg + syok (+), atau
• Epinefrine : 2-20 ug/kgbb/menit
• SA tidak efektif pada high degree AV block : AV block derajat 2 tipe II dan AV
block total → solusi : drips epinefrine/dopamin
• Definitif bradikardia tidak stabil → pacu jantung transvena

8. Cek tanda stabil


- Hipotensi
- Ggn kesadaran akut
- Nyeri dada
- Gagal jantung
- Akral dingin
Yang ditanyakan cek tanda stabil :
- Sesak, nyeri dada, berdebar, akral dingin
- Evaluasi TD, N, EKG
9. Bila tidak stabil → ulangi atropin sulfat
10. cek ekg → stabil → irama sinus normal → observasi dan monitoring berkala
11. bila pace tidak tersedia → maksimalkan dosis dopamin dan epinferine
ALGORTIMA BRADIKARDIA

N ≥ 50x/m, timbul gejala klinis

A : jaga patensi jalan napas


B : cek saturasi, beri O2
C : pasang IV line, pasang monitor, Cek TD, irama

Cek tanda tidak stabil :


- Hipotensi (sistol < 90 mmhg)
- Ggn Kesadaran
- Syok/akral dingin
- Nyeri dada iskemik
- Tanda gagal jantung (sesak, ↑ JVP, Edem pretibial)

Stabil Tidak Stabil

Cek ekg, bila sinus Beri Sulfat Atropin 0/5 mg (2 amp)


lakukan Monitoring Bisa diulang per 5 menit
dan observasi Maksimal 3 mg

Cek tanda tidak stabil

SA tidak efektif pada keadaan High


degree AV block (AV block derajat 2
tipe II dan AV block total) tidak stabil
Bila SA tidak efektif, beri (salah satu) :
Dopamin 2-20mcg/kgbb/menit
Epinefrine 2-10 mcg/kgbb/menit Konsul untuk pasang
Pacu jantung transcutan pacu jantung tansvena
HENTI JANTUNG/CARDIAC ARREST

- Definisi : Kondisi tidak ada aktivitas listrik jantung, nadi tidak teraba

- Jenis henti jantung :


- Irama shockable → VF/pVT
- Tidak shockable → PEA/Asistol

- Dosis SC shock
▪ Bifasik : 120-200 joule
▪ Monofasik : 360 joule

- Dosis therapy henti jantung :


- Epinefrine → 1 mg/IV/ 5 menit
- Amiodarone → 300 mg/iv, dilanjutkan 150mg/iv

- Penyebab reversibel henti jantung (5H+5T)


5H 5T
- Hipovolemia - Tension pneumothorax
- Hypoxemia - Tamponade jantung
- Hypothermia - Toxin
- Hypo/hyperkalemia - Thrombus pulmonar
- Hydrogen ion - Thrombus koroner

MEGACODE HENTI JANTUNG/CARDIAC ARREST

- Kasus : laki-laki 60 thn, rujukan pkm, datang dengan diagnosis STEMI ANTERIOR,
Onset 1 jam, datang ke IGD dengan kondisi gelisah.
Saat diperiks, pasien tiba-tiba kejang dan tidak sadarkan diri.

• Pastikan Lingkungan aman


• Cek respon pasien → tepuk pasien atau beri respon nyeri
• Siapkan troli emergensi dan defibrilator
• Cek nadi dan napas→ 10 detik
• Nadi (+), Napas (+) → recovery position
• Nadi (+), Napas (-) → bantuan napas
• Nadi (-), Napas (-) → RJP

• Bila tidak ada nadi → RJP


• RJP + VTP (30:2) → per 2 menit evaluasi
• Perhatikan high quality cpr
o Push hard → kedalaman 5-6 cm
o Push fast, kec. 100-120x/m
o Complete recoil
o Minimal interuption
o Hindari hiperventilasi
• Pasang monitor, defibrilator → saat monitor terpasang → stop rjp → evaluasi
irama → contoh VF
• Lanjut RJP + siapkan shock pertama
Siapkan defibrilasi : 360 joule monofasik atau 200 joule bifasik
• Lumuri pad dengan jelly
• Tempatkan pad
• Charging sampai full → stop rjp → pastikan clear, iam clear, youre clear,
everybody clear
• Amati irama monitor → lakukan shock pertama!!!
• Lanjut RJP
• Pasang IV line (bila belum terpasang)
• Setelah RJP 2 menit/5 siklus : stop rjp, tukar posisi, analisa irama

• Bila masih VF → siapkan shock kedua


Siapkan defibrilasi : 360 joule monofasik atau 200 joule bifasik
• Lumuri pad dengan jelly
• Tempatkan pad
• Charging sampai full → stop rjp → pastikan clear, iam clear, youre clear,
everybody clear
Amati irama monitor → lakukan shock kedua!!!
• Lanjut RJP → 2 menit/5 siklus
• Beri Epinfefrine 1 mg ( 1 amp) + Flush Nacl 0.9% 20 cc, lalu tangan diangkat
• Sambil RJP + bagging, lakukan Intubasi → cek 5 posisi ett → apex ka-ki, basal
ka-ki, epigastrium (harusnya udara tidak ada)
• Bila intubasi terpasang, → RJP danVTP jalan masing masing → RJP kec. 100-
120x/m; VTP per 6 detik
• Setelah RJP 2 menit/5 siklus → stop rjp, tukar posisi, analisa irama → contoh VF

• Bila masih VF → lanjut RJP + siapkan shock ketiga


Siapkan defibrilasi : 360 joule monofasik atau 200 joule bifasik
• Lumuri pad dengan jelly
• Tempatkan pad
• Charging sampai full → stop rjp → pastikan clear, iam clear, youre clear,
everybody clear
• Amati irama monitor → lakukan shock ketiga!!!
• Lanjut RJP → 2 menit/5 siklus
• Beri Amiodarone 300 mg diencerkan 20 cc D5% bolus lambat sambil rjp
• Cari penyebab henti jantung → Cek elektrolit, AGD
• Setelah 2menit/5 siklus : Stop rjp, switch position, analisa irama → masih VF

• Lanjut RJP + Siapkan Shock keempat


Siapkan defibrilasi : 360 joule monofasik atau 200 joule bifasik
• Lumuri pad dengan jelly
• Tempatkan pad
• Charging sampai full → stop rjp → pastikan clear, iam clear, youre clear,
everybody clear
• Amati irama monitor → lakukan shock keempat!!!
• Lanjut RJP → 2 menit/5 siklus
• Beri Epinfefrine 1 mg ( 1 amp) + Flush Nacl 0.9% 20 cc, lalu tangan diangkat
• Setelah 2menit/5 siklus : Stop rjp, switch position, analisa irama → masih VF

• Lanjut RJP + siapkan Shock kelima


Siapkan defibrilasi : 360 joule monofasik atau 200 joule bifasik
• Lumuri pad dengan jelly
• Tempatkan pad
• Charging sampai full → stop rjp → pastikan clear, iam clear, youre clear,
everybody clear
• Amati irama monitor → lakukan shock kelima!!!
• Lanjut RJP → 2 menit/5 siklus
• Beri Amiodarone 300 mg diencerkan 20 cc D5% bolus lambat sambil rjp
• Setelah 2menit/5 siklus : Stop rjp, switch position, analisa irama → bila sinus →
cek nadi 10 detik
• Bila nadi teraba selama 10 menit → ROSC

Kasus tidak shockable → Henti jantung + asistol/PEA


1. RJP → 5 siklus
2. Beri Epinefrine 1 mg/5 menit/bolus + Flush Nacl 0.9% 20 cc, lalu tangan
diangkat
3. Intubasi + pasang capnography bila perlu
4. Evaluasi irama Shockable atau tidak shocable
5. Bila shockable → Shock setelah 5 siklus rjp → algoritma shockable
6. Bila tidak shockable → RJP 5 siklus

HENTI JANTUNG PADA PASIEN COVID-19


1. Cek kesadaran → tepuk pasien, rangsang nyeri
2. Aktifkan code blue → call 119/panggil bantuan
3. Cek nadi (10 detik) → di a.carotis
4. Bila nadi tidak teraba → mulai hanya RJP + APD lengkap
Perhatikan high quality CPR → kedalaman, kecepatan, tanpa interupsi, complete recoil,
hindari hperventilasi
5. Pasang masker oksigen
6. Setelah RJP 2 menit/5 siklus → stop rjp → analisa irama → contoh VT

7. Lanjut RJP + siapkan defibrilasi


Siapkan defibrilasi : 360 joule monofasik atau 200 joule bifasik
• Lumuri pad dengan jelly
• Tempatkan pad
• Charging sampai full → stop rjp → pastikan clear, iam clear, youre clear,
everybody clear
• Amati irama monitor → contoh VT

8. Lanjut RJP selama 2 menit/5 siklus


9. Stop RJP → Intubasi (tanpa didahului hiperventilasi)
10. Intubasi terpasangkan → hubungkan ventilator ke filter HME
11. Setelah intubasi → lanjut rjp → RJP VTP jalan masing-masing
12. Pasang IV LINE bila belum terpasang
13. Setelah RJP 2 menit → stop, switch, analisa irama → contoh VF
14. Lanjut RJP + siapkan defibrilasi
Siapkan defibrilasi : 360 joule monofasik atau 200 joule bifasik
• Lumuri pad dengan jelly
• Tempatkan pad
• Charging sampai full → stop rjp → pastikan clear, iam clear, youre clear,
everybody clear
• Amati irama monitor
15. Lanjut RJP → identifikasi penyebab henti jantung (5H+5T)
16. Setelah RJP 2 menit → stop, switch, analisa irama → contoh VF

17. Lanjut RJP + siapkan defibrilasi


Siapkan defibrilasi : 360 joule monofasik atau 200 joule bifasik
• Lumuri pad dengan jelly
• Tempatkan pad
• Charging sampai full → stop rjp → pastikan clear, iam clear, youre clear,
everybody clear
• Amati irama monitor
18. Lanjut RJP
19. Berikan Amiodarone 2 amp diencerkan dengan 20 cc D5% bolus lambat
20. Setelah RJP 2 menit → stop, switch, analisa irama → sinus
21. Bila irama sinus → cek nadi → bila teraba → ROSC
22. Konsul DPJP r/ fase post resusitasi
ASISTOL

MEGACODE ASISTOL

• Kasus : pasien observasi IGD alami penurunan kesadaran, sdh terpasang IV line,
Monitro ekg menunjukan asistol

1. Cek irama → true asistol?


• Cek lead, terpasang dengan baik?
• Cek apakah asistol lebih dari 2 lead?
2. Bila true asistol → langsung RJP-VTP (30:2) → perhatikan high quality CPR
3. Pasang IV Line
4. Berikan Epinefrine 1 mg + flush 20 cc nacl 0.9%, tangan diangkat
5. Intubasi + bagging → cek intubasi 5 posisi
Bila intubasi terpasang → RJP dan VTP jalan masing-masing
• RJP kec. 100-120x/m
• VTP 1x per 6 detik
6. Setelah RJP 2 menit → stop, switch, analisa irama → sinus
7. Bila sinus → cek nadi → tidak ada nadi? → PEA

8. Bila PEA → lanjut RJP+VTP


9. Identifikasi penyebab henti jantung (5W+5T), bila ada masalah → koreksi
10. Setelah RJP 2 menit → stop, switch, analisa irama → asistol → cek kembali lead
ekg terpasang dgn baik dan asistol di 2 lead

11. Bila true asistol → RJP dan VTP


12. Beri Epinefrine 1 mg + flush 20 cc nacl 0.9%, tangan diangkat
13. Setelah RJP 2 menit → stop, switch, analisa irama → asistol → cek kembali lead
ekg terpasang dgn baik dan asistol di 2 lead
14. Bila asistol → RJP dan VTP kembali → perhatikan kualitas CPR
• Push hard → kedalaman 5-6 cm
• Push fast, kec. 100-120x/m
• Complete recoil
• Minimal interuption
• Hindari hiperventilasi
15. Setelah RJP 2 menit → stop, switch, analisa irama → Sinus
Bila sinus → cek nadi → bila teraba → ROSC
ALGORITMA HENTI JANTUNG

Henti Jantung

- Cek respon
- Aktifkan code blue/call 119
- Cek nadi 10 detik
- RJP (2 menit/sampai bantuan datang)
- Pasang O2, Monitor/Defibrilator

Setelah bantuan tiba/rjp 2 menit


Stop RJP
Cek Irama
Shockable/non-shockable?

Ya (shockable) Tidak (Non-shockable)


VF atau VT tanpa nadi Asistol/PEA

- Lanjut RJP 2 menit


- Siapkan shock pertama :
o Set dosis : bifasik (120-200 joule)
atau monofasik (200 Joule)
o Lumuri Ped dgn gel
o Posisikan ped (sternum (d), apex (s)) - Lanjut RJP 2 menit
o Charging full → Stop RJP - Amiodarone 300 mg/iv flush 20 cc D5%,
o Pastikan semua clear bolus lambat
o Cek monitor → pastikan irama masih - Atasi penyebab reversibel (5W,5T)
shockable
o Shock!!!

- Lanjut RJP
- Lanjut RJP 2 menit - Siapkan shock ketiga
- Pasang IV line - Shock !!!
VF atau VT tanpa nadi

Setelah RJP 2 menit Setelah RJP 2 menit


- Stop RJP - Stop RJP
- Tukar posisi - Tukar posisi
- Cek irama → - Cek irama →
shockable? shockable?

- Lanjut RJP - Lanjut RJP 2 menit


- Siapkan shock kedua - Epinefrine 1 mg/iv flush 20 cc nacl 0.9%
- Shock !!! - Tangan pasien diangkat
- Pertimbangkan pasang ETT
Tidak (Non-shockable)
Asistol/PEA

Cek true asistol :


- pastikan lead terpasangan dengan baik
- pastikan asistol 2 lead berturut

- RJP 2 menit
- Epinefrine 1 mg/iv flush 20 cc nacl 0.9%, Tangan pasien diangkat
- Pertimbangkan pasang ETT bila belum terpasang
- Bila ett telah terpasang, cek 5 posisi, ETT dan RJP jalan masing-masing

Setelah RJP 2 menit


- Stop RJP Bila shockable → algoritma shockable
- Tukar posisi
- Cek irama → tidak shockable?

- RJP 2 menit
- Atasi penyebab reversibel (5W,5T)

Setelah RJP 2 menit


- Stop RJP
- Tukar posisi
- Cek irama

- Bila ROSC = perawatan pasca henti jantung


- Bila ROSC (-) = RJP + Epinefrine kembali
ROSC (Return of Spontaneus Circulation)

• Yang dievaluasi saat ROSC :


• Ventilasi dan oksigenasi
• Hemodinamik
• Kardiovascular
• Neurologis
• Metabolik

• Vasopressor : digunakan bila syok/TD turun


• Epinefrine/Norepinefrine drips : 0.1-0.5 ug/kgbb/menit
• Dopamine : 5-10 ug/kgbb/menit

• Bila myocard Stunning/hypocalemia :


• Fluid Challenge 2-4 cc/kgbb selama 10 menit
• Dobutamin 5-10 ug/Kgbb/menit
• Intra Aortic Ballon pumo

MEGACODE ROSC

• Kasus : laki-laki 60 thn, rujukan pkm dengan diagnosis STEMI ANTERIOR, onset 1
jam, sempat henti jantung, sekarang dalam keadaan ROSC

1. Airway :
• cek sumbatan jalan napas (suction)
• intubasi → untuk pasien yang tidak sadar → cek kembali intubasi apakah
terpasang dengan baik?
2. Breathing :
• cek napas spontan dan adekuat
• cek saturasi → target > 94%
• lanjut ventilasi 10-12x/m
• pasang capnography bila perlu
3. Circulation :
• Cek kesadaran, TTV, irama jantung
• Bila ada masalah hemodinamik → cek masalah diirama, volume, atau pompa.
• Bila syok :
• fluid challenge 2-4 cc/kgbb selama 10 menit
• pasang kateter urin → balance cairan
• evaluasi setelah 10 menit
• bila :
• TD ↑, N ↓ → beri cairan 500 cc dalam 1 jam
• TD n, N n → ulangi fluid challenge 4 cc/kgbb/10 menit
• TD ↓, N ↑ → masalah pompa (kardiogenik), stop fluid challenge
4. Bila TD ↓ → cek akral
• Beri :
• Dobutamin : 2 ug/kgbb/menit; kemudian up titrasi sampe MAP 65
5. Evaluasi TD
6. bila tensi turun → naikan dobutamin drips : 5 ug/kgbb/menit
7. Evaluasi kembali TD
8. Bila tensi naik → pertahankan dosis dobutamin
9. Konsul Sp.JP untuk pemasangan PCI
10. Cek suhu
11. Cek ekg 12 lead
12. Fotothorax portable, AGD, elektrolit
13. Cek kesadaran
14. Bila kesadaran bagus → pindahkan pasien ke ICVCU untuk PCI
15. Bila kesadaran tidak bagus → targeted temperature management
• Targeted temperature management → dilakukan diICVCU
• Kurangi hipoksia dengan cara buat pasien jadi hipotermia
• Suhu : 32-36OC selama 24 jam
• Naikan 0.25OC/Jam sampai normotermia
SKILLS

BHD diluar RS
1. Amankan lokasi, tempat pasien ditempat yang datar
2. Cek respon dan kesadaran
3. Panggil bantuan → call 119
4. Cek nadi 10 detik di a.carotis
• Bila tidak ada nadi → lepas baju pasien → RJP:VTP (30:2)
• Saat RJP perhatikan
• posisi kompresi ditulang dada setengah bagian bawah
• perhatikan posisi tubuh penolong
• perhatikan high quality cpr
• Kec. 100-120x/m
• Kedalaman 5-6 cm
• Complete chest recoil
• Minimal interuption
5. Bila tidak ada barrier mouth to mouth → RJP saja
6. Bila bantuan datang → stop cpr, switch position, cek nadi
7. Bila tidak ada nadi, tidak ada napas → lanjut RJP:VTP (30:2) 2 menit/5 siklus
8. Bila ada nadi dan napas → recovery position

BHD diRS
1. Amankan lokasi, tempat pasien ditempat yang datar
2. Cek respon dan kesadaran (rangsang taktil)
3. aktifkan code blue
4. Cek nadi 10 detik di a.femoralis atau a. brachialis
• Bila tidak ada nadi → lepas baju pasien → RJP:VTP selama 2 menit/5 siklus
• Saat RJP perhatikan
• Teknik kompresi 2 jari, kedalaman 4-5 cm
• Bila 1 penolong → (30:2)
• Bila 2 penolong → (15:2)
• Saat VTP perhatikan : head tilt, chin lift, C-E Clamp
5. Setelah RJP 2 menit/5 sklus → Stop RJP, cek nadi
6. Lanjutkan RJP sampai defibrilator datang untuk lanjutkan bantuan hidup lanjutan
SUMBATAN JALAN NAPAS DEWASA
• Kasus : Tersedak

1. Kenali tanda umum sumbatan jalan napas


• Batuk tersedak
• Batuk tidak efektif → tidak ada suara, tidak bisa napas, sianosis
• Batuk efektif → ada suara, bisa napas, responsif penuh
• Awitan mendadak
• Kejadian disaksikan
2. Tentukan derajat sumbatan jalan napas
▪ Sumbatan sedang → bisa napas, bisa bicara
▪ Sumbatan berat → tidak bisa napas, tidak sadar
3. Bila sumbatan berat, batuk tidak efektif :
- Sadar : abdominal thrust 5x
▪ Penolong berada dibelakang pasien dengan posisi berdiri
▪ Kaki kanan penolong berada diantara kedua kaki pasien
▪ Lakukan abdominal thrust 5x
- Tidak sadar : RJP
Bila sumbatan sedang, batuk efektif → minta batuk kuat
4. Pada pasien ibu hamil/gendut → chest thrust
5. Evaluasi : bila pasien masih tidak sadarkan diri atau tdk efektif → cek nadi carotis 10
detik
6. Bila nadi tidak teraba → RJP
7. Setelah RJP 2 menit/5 siklus → evaaluasi airway → bila tampak benda asing → finger
swab
8. Evaluasi

SUMBATAN JALAN NAPAS ANAK


1. Nilai keadaan :
- Batuk tidak efektif :
- Sadar : 5x back blows, 5 thrust
- Tidak sadar : RJP
- Batuk efektif : Encourage Cough
2. Evaluasi airway → bila ada benda asing → finger swab
3. Bila batuk tidak efektif, sumbatan tidak terlihat, dan sadar → lakukan abdominal
thrust/chest thrust
- Perhatikan posisi memegang 5x back blows, 5x thrust bergantian
4. Evaluasi : bila tidak sadar → cek nadi femoralis/brachialis → bila tidak teraba → RJP

AED
1. RJP
2. Pasang AED
3. Ikuti instruksi AED
4. Stop RJP
5. Analisa irama
6. Charging, Shock !!!
7. RJP ulang, 2 menit/5 siklus → stop RJP, cek nadi
8. Bila bantuan datang → biarkan diambil alih
9. Lanjutkan proses chain of survival → rujuk pasien dan perawatan pasca henti jantung
PENYAKIT PEMBULUH DARAH

ARTERI
- Gold Std → Angiografi
- Sederhana → Ankle brachial index. TD tangan/Kaki

- Acute limb ischemic/sindrom kompartemen


Pain, Pulseless, Pallor, Paresthesia, Paralysis, Poikilothermic

- Tromboangitis obliterans/Buerger Disease


Jari-jari hitam + Riw. Merokok (radang arterivena)

- Peripheral arteri disease


Riw. DM/Dislipidemia, ada plak atherosclerosis
Klasifikasi fontaine :
1. Asimptomatik
2. Claudicatio Intermittent → nyeri saat aktivitas, hilang saat istirahat
3. Nyeri malam hari
4. Nekrosis/gangrene
- Raynaud disease
Kaki tangan sianosis → karena vasospasme pembuluh darah pada cuaca dingin dan
ketinggian

- Arteritis Takayasu → Beda tensi kanan dan kiri


- Koartisio Aorta → Beda tensi atas dan bawah

VENA
- Chronic Vena Insufiensi
- Gejala → Riw. Berdiri lama, nyeri neuropati,hiperpigmentasi kulit, vena
kako menonjol (varises)

- Pemfis
▪ PERTHEST : Varises tidak ada, kemudian ada
▪ BRODIE TREDELENBURG : Varises ada, kemudian ada makin jelas
- Tx :
▪ Awal → Stocking compression atau injeksi sclerotherapy
▪ Definitif → Striping Vena
- Deep Vein Thrombosis (DVT)
- Gejala → Riw. Duduk lama, imobilisasi lama, ibu hamil, riw. Minum KB,
obesitas

- Pemfis → HOMAN SIGN (+) : Nyeri kaki saat dorsoflexi


- Penunjang → USG DOPPLER (Gold std), CT meningkat, D-Dimer, Wells
Score > 7 : DVT
- Tx → Anti koagulan : Heparin

- Ulkus Varicosum
- Gejala → CVI + DVT + ada luka/ulkus
- Jenis :
▪ Arteria Ulcer : Riw. PAD, tidak nyeri, nadi lemah, eksudat sedikit,
deep/punchout margin
▪ Venous Ulcer : Riw. DVT/CVI, nyeri, eksudat banyak margins flat,
deposit hemosiderin
▪ Trophycum Ulcer : Trauma, infeksi bakteri, vesikel pecah jadi ulkus

- Thrombophlebitis
- Gejala → Riw.pasang infus + ada bekuan darah karena inflamasi
- Tx → Simptomatik : NSAID, Compression stocking, antikoagulan
- Tamponade Jantung/Efusi Perikard
- Gejala → TRIAS BECK (Muffle heart sound (suara jantung menjauh), Syok
(TD menurun), JVP meningkat) + Nadi : pulseless alternans
- EKG → Low voltage
- Tx → Pericardiosintesis (guide dgn EKG atau USG) → bila tak berhasil →
Thoracotomy

- Kardiomiopati
- Hipertrofi Jantung (jantung membesar)
- Dilatasi → disfungsi sistol
- Restriksi
HEMATOLOGI

Morfologi RBC
- UKURAN RBC → MCV: 80-96 fl : Makrositik, Normositik, Mikrositik
- WARNA RBC → MCH : 27-32 pg, MCHC : 32-36 % : Normokrom, hipokrom

ANEMIA → penurunan kadar sel darah merah dalam darah


- laki-laki 13.5 g/dl; perempuan < 12 g/dl
- Px → Cepat lelah, pucat, angina pectoris, takikardia
- Penunjang → Apusan darah tepi
- MCV : Hct x 10/hitung rbc
- MCH : Hb x 10/hitung rbc
- MCHC : hb/hct x 100%

ANEMIA NORMOSITIK NORMOKROM


- Perdarahan, Aplastik, Hemolitik

PERDARAHAN
- Gejala → KU pucat + semua profil darah ↓
- Tx → Tranfusi RBC
- Transfusi = (Hb seharusnya-Hb saat ini) x 3 x BB

- ANEMIA HEMOLITIK
- Gejala → Anemia + Ikterus + Hepatosplenomegali + Retikulosit ↑
- Jenis AH :
▪ Anemia Hemolitik Auto Imun (AHAI) → COOMB TEST (+)
• Sferosit (+) : IgM (Cold AHAI)
• Sferosit (-) : IgG (Hot AHAI)
▪ Anemia Hemolitik Non Imun (AHNI) → COOMB TEST (-)
• Contoh penyakit AHNI :
o Thalasemia, malaria,
o Anemia Def G6PD → HEINZ BODY/BITE CELL →
Akibat penggunaan primakuin, kotrimoksazol
- Tx → Kortikosteroid IV + Transfusi Washed red cell (bila hb < 4) →
Splenektomi

- ANEMIA APLASTIK (Demam + pansitopenia)


- Gejala → anemia+perdarahan+demam+pansitopenia ( WBC,  HB, 
PLT)
- Penunjang → Bone Marrow Puncture Aseluler/agranulositosis
- Tx → Konservatif : immunosupresif (kortikosteroid),
Definitif : Transplantasi sum-sum tulang (gold std)
ANEMIA MIKROSITIK HIPOKROMIK

- Def. Besi, Thalasemia

- ANEMIA DEFISIENSI BESI → fe diabsrobsi dalam bentul FE2+ (Ferro)


diduodenum. hb gagal dibentuk akibat kekurangan zat besi → berperan membentuk
heme → kadar O2 ↓ → RBC jadi kecil dan pucat (Mikrositik Hipokrom)
- Gejala → Anemia + atrofi lidah + kolinikia (kuku sendok) + stomatitis
angularis

- Px → Analisa darah tepi : Sel Pensil (+) (Gold std); DR ( MCV ↓. MCHC
↓), Serum iron ↓, Fe2+ ↓, TIBC ↑ (Total Iron Binding Capacity)

- Tx :
▪ Edukasi → Hindari Susu, Teh, Antasida
▪ Hb>8 : Obat saja
▪ Pilihan Obat : Sulfat Ferous 20% 325 mg (3x1) (65 mg besi) + VIT
C 2x1
▪ Diminum 2-3 bulan setelah HB normal (kembalikan cadangan
besi)
▪ Hb 7-8 :
• Tanpa gejala : Obat saja
o Ada gejala : Obat + Transfusi
o Hb < 7 : TRANSFUSI
- THALASEMIA → ggn rantai globin autosomal
- Gejala → Anemia + facies coley + ikterus + organomegali
Facies coley terjadi akibat banyak zat besi (tulang pipi menonjol, hidung
masuk, hemosiderosis (kulit coklat)).

- Penunjang →:
▪ Apusan darah tepi (MCV dan MCH menurun, Sel target dan sel
tear)
▪ Elektroforesis HB → Gold std
- Tx → Transfusi PRC Seumur Hidup (berkala); Deferoxamin (buang agen
zat besi dari tubuh)

ANEMIA MAKOSITIK/ANEMIA MEGALOBASTIK


- ANEMIA DEFISIENSI VIT B12
- Gejala → Riw. Op Lambung, Riw. Vegetarian
- Penunjang → Schilling test (+), MCV ↑, Hb ↓ (anemia), Apusan darah tepi
(eritrosit membesar, neutrofil bersegmentasi)
- Tx → Vit B 12 80 mcg + transfusi bila perlu

- ANEMIA DEFISIENSI ASAM FOLAT


- Gejala → Riw def. Asam folat, Kehamilan, MCV ↑
Def. Asam folat sebabkan resiko neural tube defect → anensephal/ spina
bifida
- Tx → Tab. Asam folat 400mcg (0,4 mg) atau 1 mg (1x1)
▪ Bila Riw.NTD (+) → asam folat 4000 mcg atau 4 mg/hari
▪ Bila Riw. NTD (-) → asam folat 400 mcg atau 0.4 mg
ANEMIA DENGAN KEGANASAN
- LEUKEMIA
- Gejala → gejala Bisitopenia, organomegaly, Hb ↓, Wb ↑, PLT ↓ (akut), PLT
↑ (kronik)
- Penunjang → PA : Palisade hypercelular
- Klafisikasi :
▪ ANAK → Limfosit:
• Akut/blastik / Sel blast >20%
o ALL: Acute Lymphoblastic Leukemia (sembuh
sempurna) → biasa pada anak

• Kronik/ sistik / Sel Blast < 20%


o CLL: Chronic Lymphositic Leukemia → (cell of
smudge)

▪ DEWASA → Mieloid
• Akut : AML (acute mieloid leukemia) → Auer rods/auer
body (+)

• Kronik : Chronic myeloid leukemia (CML) →


Chromosome of pihladelphia

- Praleukemia/sindroma displesia → Pansitopenia + Thrombosis +


organomegali
POLISTEMIA VERA
- Peningkatan komponen sel darah akibat ploriferasi multipotent dari stem cell
- Gejala → Badan/wajah merah (plethora), becak hiperpigmentasi
- Penunjang → Darah rutin (semua komponen darah meningkat)
- Tx → awal : phlebotomi (target hct < 47% pria, < 42% wanita)
- Hidrostatik → hidroksilurea
- Interferon alfa
- Aspirin 1x80 mg

GANGGUAN PERDARAHAN

a. Gangguan Vaskuler (Henoch Schchenoch Purpura/HSP)


- Gejala → riw. Infeksi (batuk, flu), bintik merah meniggi, nyeri sendi, nyeri perut

- Penunjang → CT, BT, PT, aPTT normal


- Tx → Supportif + NSAID kalau nyeri badan

b. Gangguan trombosit (Idiopatihc Trombosit purpura/ITP)


- Gejala → Riw, Infeksi (batuk, flu), kemerehan ditubuh

- Penunjang → Trombositopenia (< 150rb) + BT ↑, lainnya normal, coomb test (+)


- Tx → Kortikosteroid dosis tinggi, transfusi trombosit bila perlu

c. Gangguan Koagulan
- Gejala → ekimosis (lebam-lebam) biasa ukurannya > 4 mm
- Lab → PT (ekstrinsik) dan aPTT (intrinsik) memanjang
- Ekstrinsik (PT) : faktor 2 aktifkan faktor 7 → calcium → faktor 10,5 dan faktor 3 →
fibrinogen → fibrin
- Intrinsik (aPTT) : 12-12a → 11-11a → 9-9a → 8-8a → calcium → faktor 10.5 dan
faktor 3 → fibrinogen → fibrin
- Jenis penyakit gangguan koagulan :

- Hemofilia : x-linked resesif, akibat gangguan faktor 8 dan gangguan faktor 9


(hemophilia B), sering pada laki-laki
- Klasifikasi :
▪ Hemofilia ringan → faktor 8/9 : < 1%
▪ Hemofilia sedang → faktor 8/9 : 1-5%
▪ Hemofilia berat → faktor 8/9 : 5-25%

- Hemophilia A/klasik : ggn faktor 8


- Hemophilia B /Chrismas : ggn Faktor 9
- Hemofilia C : ggn faktor 11
▪ Px → riw. Perdarahan yang tak sembuh (epistaksis, hemarthrosis)
▪ Lab → aPTT saja memanjang, lainnya normal (CT, BT, PT)
▪ Tx → Transfusi faktor 8/ cryopresipitat/Frost Frozen Plasma

- Hemorrhagic Disease of the Newborn (HDN)/Acquired Prothrombin Complex


Deficiency (APCD)
- Etiologi → Defisiensi Vit. K (faktor 2,7,9,10)
- Px → Sering pada bayi baru lahir
- Lab → PT dan aPTT memanjang, CT dan BT normal
- Tx → Injeksi Vit.K

- Dissaminated Intravascular Coagulation (DIC)


- Terjadi hiperkoagulalitas darah karena berbagai keadaan penyakit → terjadi
penggumpalan darah dalam kapiler dan faktor pembekuan berkurang
- Etiologi → Riw. Infeksi (DBD), riw. Penyakit perdarahan, keganasan
- Px → riw perdarahan masif dalam onset cepat
- Lab → PT, aPTT, BT, CT memanjang; PLT ↓; FDP dan D-Dimer ↑

- Von Wilderbrand Disease


- Faktor von wilderbrand (protein berperan dalam proses aglutinasi trombosit),
tidak bekerja secara normal atau jumlahnya terlalu sedikit
- Lab → aPTT dan BT memanjang
LIMFE

1. LIMFOMA → Keganasan sistem limfe


- Px → Kelenjar membesar + BB menurun
- Dx → FNAB untuk tentukan tipe
- Hodgkin → Red Stenberg Cell (+)/Owl Cell

- Non Hodgkin (Burkitt Lymphoma) → Red sternberg cll (-)/Starry


Sky/Granuloma menyebar

2. LIMFADENOPATI → kelainan ukuran, jumlah dan kepadatan


- Px → kelenjar membesar
- Faktor resiko → HIV

3. LIMFANGITIS → infeksi saluran limfe


- Etiologi → Streptococcus Grup A
- Gejala → Kelenjar membesar dan ada luka disekitarnya

4. LIMFADENITIS → infeksi kelenjar limfe


- Gejala → Kelenjar membesar dan ada penyakit dasar infeksi, bila kelenjar
pecah mengeluarkan produk inflamasi kaseosa (keju) → skofuloderma
5. LIMFEDEMA → pembengkakan akibat sumbatan aliran getah bening. Berupa
pitting (early onset) dan non pitting (late onset)
- Klasifikasi :
▪ Primer → Kongenital
▪ Sekunder → ada penyakit penyerta infeksi
OBSTETRI & GINEKOLOGI

OBSTETRI

A. PERDARAHAN PADA KEHAMLIAN MUDA (Abortus, KET, Molahidatidosa)

a. ABORTUS
- ancaman/pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup diluar
kandungan (< 20 mgg atau berat janin < 500 gram)
- Jenis Abortus
▪ Abortus spontan → abortus berlangsung tanpa tindakan/intervensi
▪ Abortus provokatus → abortus dilakukan sengaja dengan adanya
tindakan
▪ Abortus provokatus medisinalis → berdasarkan pertimbangan dokter
atas dasar keselamatan ibu. Pertimbangan dilakukan minimal 3 orang
dokter (interna, obgyn, Jiwa, dan bila perlu tokoh agama terkait).
▪ Abortus provokatus Kriminalis → sengaja mengugurkan kandungan
→ pembunuhan → tindakan kriminal
▪ Abortus Habitualis → terjadi berulang 3x berturut-turut.

- Jenis berdasarkan proses patologinya

Abortus Iminens (ancaman terjadinya abortus)


▪ Gejala → PPV UK < 20 mgg, OUI tertutup, hasil konsepsi masih baik
dalam kandungan
▪ Px → TTV, KU, DJJ, ANC
▪ Penunjang → HCG, USG transabdomial atau transvaginal (tahan
kencing dulu agar bisa liat acoustic window)

▪ Tx :
• Observasi perdarahan
• Tirah baring → kurangi aktivitas selama kehamilan
• Obat spasmolitik → SPASMINAL (Metamizole Na 500 mg,
belladonna extr 10 mg, papaverine HCl 25 mg) 3x1;
• PAPAVERIN HCL 40 mg (3x1)
• Tablet progesteron 100 mg (1x1) (max. 2x1)
• Dipulangkan bila perdarahan berhenti dan tidak boleh
berhubungan seksual selama 2 minggu
▪ Tx dilapangan :
• Observasi perdarahan
• Tirah baring
• SF 3x625 mg
• Vit C 1x1
• Utrogestan 3x100 mg
• Bila anemia dan ada gejala klinis, pertimbangkan rujuk
• Perdarahan banyak, rujuk
• Perdarahan sedikit, pulangkan

Abortus insipiens (abortus yang sedang mengancam)


▪ Tanda → PPV, OUI membuka, serviks mendatar, hasil konsepsi
masih didalam cavum uteri dalam proses pengeluaran

▪ Px → Hcg (+), Tinggi fundus sesuai kehamilan


▪ Penunjang → DR (anemia),USG Kehamlan
▪ Tx →
• Identifikasi KU dan gangguan Hemodinamik (ABC + Transfusi
bila perlu)
• Kuretase (bila perdarahan banyak) + Uterotonik (oksitosin)
• Post kuret → KU, Uterotonika, Antibiotik profilaksis
(ceftriaxone)
• Atau :
• UK < 16 minggu → AVM. Jika tidak bisa segera AVM → beri
ergometrin 0,2 mg/im (bisa diulang per 15 menit bula
perlu)/oksitosin → rencakan kuretase segera.
• UK > 16 minggu → tunggu hasil konsepsi keluar spontan
dan evakuasi sisa hasil konsepsi didalam uterus. Bila perlu
berikan infus oksitosin 20 IU dalam 500 cc RL/NaCl 0.9%
40 tpm
▪ Tx dilapangan :
• Infus
• Ergometrin (0.2 mg/ml)
• Rujuk
NB :
- OKSITOSIN (uterotonik) (@1ml- 10 IU/ml)
- Oksitosin merangsang otot polos uterus untuk berkontraksi lebih kuat pada
akhir kehamilan, saat persalinan, dan pada masa nifas (reseptor oksitosin di
miometrium meningkat).
- Indikasi : induksi partus aterm, partus lama, partus tak maju, kontrol
perdarahan post partum
- Kontraindikasi : uterus abnormal,kala 1 dan 2, plasenta previa,disporposi
kepala panggul
- DAPAT DIBERIKAN SAAT JALAN LAHIR SUDAH TERBUKA
- Tidak sensitive pada kehamilan muda. Tidak dapat digunakan sebagai
abortivum
- Waktu paruh cepat ( 1 sampai beberapa menit)
- Dosis : untuk induksi persalinan 10 mU/ml (10 U dalam 1 L dextrose 5%)
▪ CARA PEMBERIAN :
• Diberikan per infuse secara bertahap,
• 2 mU/mnt (0,2 ml/mnt = 3-4 tts/mnt)
• evaluasi kontraksi uterusnya dan DJJ
• setiap 15 mnt tetesan ditambah 3-4 tetes sampai maksimal 2
ml/mnt
▪ CARA PEMBERIAN LAIN :
• 2.5-5 IU Oksitosin dalam
• Total dosis maksimal 6.00 mU – 12.000 mU, rata-rata 4.000
mU

Abortus Inkomplit
▪ Tanda → PPV, sebagian hasil konsepsi sudah diluar cavum uteri,
sebagannya lagi masih tertinggal didalam, ada riw. Keluar jaringan,
OUI membuka.

▪ Px → VT teraba jaringan, serviks menonjol.


▪ Penunjang → USG Kehamilan
▪ Tx
• Awasi KU → Syok → Amanakan ABC + Transfusi bila perlu
• Rencana Kuretase
• Post kuret → Uterotonik (oksitosin) + antibiotik (ceftriaxone)
Atau :
• Perdarahan ringan uk < 16 mgg → keluarkan hasil konsepsi
dengan forsep cincin/jari
• Perdarahan berat uk > 16 mgg → AVM → bila tidak segera
dilakukan → beri ERGOMETRIN 0.2 mg/IM (1 amp)
• UK > 16 mgg → oksitosin 20 IU dalam 500 cc RL/NaCl 0.9%
kec. 40 tpm
• Evaluasi ttv per 30 menit selama 2 jam pasca tindakan
• Yang dievaluasi : TTV, PPV, tanda akut abdomen, produksi
urin per 6 jam selama 24 jam.
• Cek kadar hb setelah 24 jam, > 8 g.dl → boleh plg
▪ Tx dilapangan :
• Infus
• Ergometrin (0.2 mg/ml)
• Rujuk

Abortus Komplit
▪ Tanda → Seluruh hasil konsepsi telah keluar dari cavum uteri (uk <
20 mgg atau BJ < 500 gram), OUI menutup, uterus mengecil
▪ Px → Bcg : tetap (+) sampi 7-10 hari post abortus, USG
▪ Tx →
• Observasi keadaan ibu (KU, TTV, perdarahan, perburukan),
• tawarkan pemasangan kontrasepsi,
• bila anemia → beri tablet SF 600 mg (1x1) selama 2 minggu,
anemia berat → transfusi.
• Evaluasi keadaan ibu setelah 2 minggu
▪ Tx dilapangan :
• Evaluasi perdarahan
• Evaluasi anemia, bila berat dan ada gejala klinis, rujuk
• Bila anemia ringan sedang, Beri SF 600 mg (1x1)

Missed Abortion
▪ Tanda → embrio/fetus meninggal di uk < 20 mgg dan fetus
tertahan didalam kandungan. Tidak ada keluhan, pertumbuhan
kehamilan tidak sesuai uk. Di uk 14-20 mgg dirasakan rahim justru
semakin mengecil
▪ Px → Hcg (-) setelah 1 mgg abortus
NB
• kalau > 20 minggu → IUFD
• biasa diawali abortus iminens → tp pertumbuhan janin
terhambat
• bila missed abortion berlangsung > 4 mgg → hati hati ada
hipofibrinogenemia → cek koagulasi sebelum tindakan
evakuasi dan kuretase
▪ Tx :
• UK < 12 mgg, serviks memungkinkan → Kuretase/AVM
• UK > 12 mgg-20 mgg, serviks kaku → induksi (oksitosin 10
IU dalam 500 cc cairan kec. 20 tpm, dapat diulangi sampai 50
IU (5 ampul)) → bila tak berhasil, coba istirahatkan sehari dan
induksi kembali → bisa dilakukan berulang sampai 3x → bila
berhasil → bersihkan dengan kuretase
• Bisa jadi pilihan → protstaglandin sintesis → Mesoprostol
SL 400 mg,bisa diulang 2x jarak 6 jam → kuretase.
• Transfusi bila perlu → hipofibrinogenemia
• Post kuret → oksitosin dan Antibiotik (ceftriaxone)
▪ Tx Lapangan :
• Evaluasi gejala klinis
• Infus
• Rujuk untuk kuretase
- Klasifikasi abortus lainnya
Abortus Habitualis
▪ Abortus spontan terjadi 3x berturut
reaksi antigen limfosit trofoblast cross reaktif → reaksi rendah →
terjadi abortus → tx : transfusi leukosit atau heparin
▪ Inkompetensi serviks → tidak bisa menahan beban biasa akibat
trauma diserviks → pasang cincin pesarium diusia 12-14 mgg → saat
kehamilan aterm, cincin dibuka → persalinan

Abortus septik
▪ Abortus disertai infeksi (biasa digenitalia dan peritoneum)
▪ Gejala → demam tinggi, lelah, menggigil, ppv berbau, nyeri tekan,
TD menurun
▪ Lab → DR (leukositosis)
▪ Tx → antibiotik, kuretase (+ oksitosin) setelah 6 jam pemberian
antibiotik
• Antibiotik (diberikan sampai 2 hari bebas demam, bila tak ada
perubahan, ganti AB)
o Penisilin 4 x 1.2 juta unit atau
o Ampisilin 4x1 gram + gentamisin 2 x 80 mg
o Metronidazol 2 x 1 gram
o Setelah itu diberikan AB sesuai hasil kultur
• Bila curiga tetanus, injeksi ATS
• Bila perburukan → pertimbangkan histerektomi
Blighted ovum/ kehamilan amebrionik
▪ Kehamilan tanpa mudigah, tapi kantong gestasi terbentuk, biasa di
uk7-8 mgg
▪ Kehamilan akan berkembang terus walau tak ada mudigah, di uk 14-16
mgg akan abortus spontan
▪ Penunjang → USG Kehamilan (gold std)

▪ Tx → Kuretase

b. KEHAMILAN EKTOPIK
- Kehamilan dimana pertumbuhan sel telur yang telah dibuahi tidak menempel
didinding endometrium cavum uteri.
- Paling sering di tuba fallopi (95%)
- Bila tempat nidasi tidak bisa menyesuaikan diri dengan besarnya buah
kehamilan → terjadi ruptur → KET
- Lokasi terjadinya KE :
▪ Tuba (95%) → Pars Ampullaris (55%), Pars Ismika (25%), Pars
Fimbriae (17%), Pars Interstitial (2%).
▪ Tempat lain → Serviks, ovarium, Abdominal (awalnya kehamilan
tuba → abortus → meluncur keabdomen lewat ostium tuba pars
abdomimal → reimplantasi dicavum abdomen → biasa dimesenterium,
mesovarium, omentum)
▪ Intraligamenter → sedikit
▪ Heterotopik → 1 janin dicavum uteri, 1 janin lainnya Kehamilan
ektopik

- KE bilateral

- Etiologi → hambatan nidasi embrio ke endometrium


▪ Faktor tuba → radang tuba
▪ Faktor abnormalitas zigot → zigot tumbuh terlalu cepat sehingga
ukuran besar → terhenti dituba → tumbuh disaluran tuba
▪ Faktor ovarium
▪ Faktor hormonal → progesteron membuat gerakan tuba melambat.
▪ Faktor lain → pemasangan IUD, usia, perokok
- Gejala :
▪ KE → tidak khas, gejala hamil muda, sedikit nyeri perut bagian bawah
yang tidak seberapa, biasanya tidak dihiraukan
▪ KET → TRIAS KET (Amenorea (haid memanjang), PPV, nyeri
perut mendadak)
▪ Abortus tuba → gejala dirasakan tidak begitu berat, nyeri perut,
PPV, biasa sering dikira abortus biasa
▪ Ruptur tuba → Membahayakan jiwa (perdarahan masif), tanda akut
abdomen seperti nyeri tekan hebat (defans muscular), muntah,
gelisah, pucat, anemis, syok
- Pemfis → Nyeri goyang serviks (slinger pain), cavum douglas menonjol
(akibat terisi darah), nyeri tekan adnexa
- Penunjang → DR ( Hb turun, leukositosis), plano test, USG
abdomen/transvaginal, kalau tidak ada usg, gunakan teknik Kuldosintesis
▪ Kuldosentesis/pungsi cavum douglas→ cara pemeriksaan untuk
mengetahui apakah terdapat darah dalam kavum Douglas. Cara ini
sangat berguna untuk membuat diagnosis kehamilan ektopik
terganggu.
▪ Teknik kuldosentesis :
• Penderita dibaringkan dalam posisi litotomi.
• Disinfeksi Vulva dan vagina
• Spekulum dipasang dan bibir belakang porsio dijepit dengan
tenakulum,
• kemudian dilakukan traksi ke depan sehingga forniks posterior
ditampakkan
• Jarum spinal no. 18 ditusukkan ke dalam kavum douglas dan
dengan semprit 10 ml dilakukan pengisapan.
• Hasil positif bila dikeluarkan darah berwarna coklat sampai
hitam yang tidak membeku atau berupa bekuan-bekuan kecil.
• Hasil negatif bila cairan yang dihisap berupa:
o Cairan jernih yang mungkin berasal dari cairan
peritoneum normal atau kista ovarium yang pecah.
o Nanah yang mungkin berasal dari penyakit radang
pelvis atau radang appendiks yang pecah (nanah harus
dikultur).
o Darah segar berwarna merah yang dalam beberapa
menit akan membeku, darah ini berasal dari 192rteria
tau vena yang tertusuk.
- Tx : Laparotomi, bisa salpingektomi atau salpingostomi
- Tx Awal :
▪ Liat KU, Syok tidak → Infus RL, bila perlu transfusi
▪ Cek DR → anemia berat langsung transfusi, leukositosis kasih
antibiotik. Cek HCG. USG/Kuldosintesis
▪ Beri analgetik, anti perdarahan
▪ Metrotexat → diberikan bila tidak ada kehamilan intrauterine, belum
ruptur, massa adnexa < 4 cm, Beta Hcg < 10.000 mIU/ml
• Metrotxate → hambat produksi hcg oleh trofoblast, turunkan
progesteron
▪ Rujuk/Konsul → cito

c. MOLAHIDATIDOSA
- Kehamilan yang berkembang tidak wajar, Tinggi Fundus uteri > UK, vili
korialis berubah menjadi degenerasi hidropik.
- Gelembung putih, berisi cairan jernih, ukuran bervariasi 1-2 mm
- Gambaran histopatologi → edema stroma, profilerasi sel-sel trofoblast
- Tanda → Amenorea, PPV, uterus > UK, tidak ada teraba janin, djj (-),
biasa pada trimester kedua.
- Penunjang → Hcg darau atau urin (+), USG kehamilan → snow flake
pattern/honey comb app.

- Tx :
- Mola harus dirujuk ke faskes lanjutan!!!
- Perbaiki KU → ABC, Infus cairan cegah syok, transfusi bila perlu, terapi
simptomatik (as. Tranexamat, ondacetron, analgetik)
- Keluarkan jaringan mola :
▪ Vakum kuretase → dilakukan tanpa pembiusan + uterotonik
(oksitosin) → lanjutkan kuretase sendok tumpul → dilakukan sampai
bersih (saat kuret perlu sediakan persiapan darah)
▪ Histerektomi → dilakukan bila cukup umur dan cukup mempunyai
anak. Usia tua menyebabkan keganasan ( 35 tahun dan anak 3) →
cegah koriokarsinoma
▪ AVM (aspirasi vakum manual) + oksitosin 10 IU dalam 500 cc
RL/NaCl 0.9% kec. 40-60 tpm
- Setelah dilakukan semua tindakan → observasi perdarahan → pulang
- Lakukan observasi HCG 2 minggu kemudian
- Bila hasil hcg tetap atau meningkat/ HCG urin menetap selama 8 mgg →
rujuk ke RS tersier → kemoterapi

B. PERDARAHAN PADA KEHAMILAN LANJUT DAN PERSALINAN


- Plasenta pervia,Vasa previa, solutio plasenta, Ruptur uteri

a. PLASENTA PREVIA → plasenta menutupi OUI


- Plasenta berimplantasi disegmen bawah rahim sehingga menutup seluruh
atau sebagian OUI
- Jenis Plasenta Previa :
a) Totalis/komplit → menutupi seluruh OUI
b) Parsial → menutupi sebagian OUI
c) Marginalis → tepi plasenta berada ditepi OUI
d) Letak rendah → plasenta berada dibawah < 2 cm OUI (3-4 cm),
tanda → perdarahan saat mulai persalinan.

- Faktor predisposisi → kehamilan usia lanjut, multiparitas, riw. SC, riw.


Merokok (hipoksemia buat plasenta hipertrofi).
- Tanda → PPV tanpa nyeri (trimiester 2 keatas), darah segar, biasa PPV
berulang
- Pemfis → palpasi abdomen : bagian terbawah janin masih tinggi diatas
simfisis pubis, letak janin tidak memanjang. VT
- Penunjang → USG abdomen

- Tatalaksana umum :
▪ Infus RL dan NaCl,asam tranexamat,
AB,deksa (terminasi), transfusi/SF + Vit C
▪ Bila perdarahan banyak → terminasi dan sc cito tanpa memandang
UK
▪ Bila perdarahan sedikit → observasi, boleh plg, terapi ekpektatif
▪ Syarat terapi ekspektatif :
• Kehamilan pre-term, perdarahan sedikit dan berhenti dengan
atau tanpa pengobatan tokolitik
• Belum ada tanda inpartu
• Keadaan umum ibu cukup baik (Hb normal)
• Janin masih hidup dan kondisi baik
- Tatalaksana khusus :
▪ Konservatif :
• Rawat inap, tirah baring, AB profilaksis
▪ USG → periksa letak plasenta
▪ Bila ada kontraksi → berikan tokolitik :
• MgO4 4 g IV (awal) → lanjut 4 gram/6jam atau,
• Nifedipine 3x20 mg/hari
• (+ deksametason 6 mg/IV)
• SF 60 mg selama 1 bulan, bila anemia berat → transfusi
• Vit C, asam tranexamat
▪ Bila perdarahan berhenti dan waktu 37 minggu masih lama → boleh
dipulangkan namun bila ada perdarahan segera kembali
- Khusus :
▪ Terminasi kehamilan → syarat harus cukup bulan, perdarahan aktif.
▪ SC cito/persalinan

b. VASA PERVIA
- Pembuluh darah janin berada didalam selaput ketuban dan melewati
OUI → bahaya perdarahan saat pembukaan serviks → perdarahan akut yang
banyak.

- Faktor resiko → plasenta letak rendah, plasenta sukseturiata.


- Tx → Atasi KU, Infus, Transfusi, SC Cito

c. SOLUSIO PLASENTA → lebih berbahaya daripada Plasenta previa (plasenta lepas)


- Terlepasnya sebagian atau seluruh permukaan maternal plasenta dari
desidua endometrium sebelum waktu anak lahir. (Plasenta terlepas
sebagian atau semuanya dari desidua endometrium).
- Klasifikasi solusio plasenta :
▪ Ruptur sinus marginalis → terlepas hanya bagian pinggirnya saja
▪ Parsial → terlepas sebagian
▪ Totalis → terlepas keseluruhan.
- Faktor resiko :
▪ usia muda, primipara, solusio plasenta rekuren,
▪ trauma tumpul abdomen (KDRT, Kecelakaan),
▪ kelainan rahim (miom submukosum dibelakang plasenta, uterus
berseptum.
▪ Tekanan darah tinggi, kelainan pembekuan darah
▪ Iatrogenik → riw. Merokok dan kokain
- Gambaran klinis : → Warna PPV relatif kehitaman/merah tua
▪ Solusio plasenta ringan → perdarahan < 250 cc
▪ Solusio plasenta sedang → perdarahan >250-<1000 cc
▪ (nyeri perut, terus menerus, djj cepat, hipotensi, takikardia)
▪ Solusi plasenta berat → perdarahan > 1000 cc
▪ (KU buruk, syok, fetal death) Komplikasi koagulopati dan gagal ginjal
→ ditandai oliguri ( urin kurang (< 1cc/kgbb/jam)
- Penunjang → DR, USG abdomen, Hcg, alfa feto protein serum

- Komplikasi → anemia, syok hipovolemik, gagal ginjal, sindrom seehan,


kematian janin, prematur, kematian perinatal.
- Tx :
▪ Tak boleh ditatalaksana difaskes primer → RUJUK !!!
▪ ABC, KU, INFUS RL/NaCL 0.9 % atau transfusi
▪ Bila perdarahan ringan-sedang/ belum ada tanda syok → periksa DJJ
• DJJ normal → terminasi kehamilan + SC
• DJJ tidak ada, tapi TD Ibu normal → pertimbangkan
Persalinan per vaginam
• DJJ tidak ada, TD ibu bermasalah (syok) → pecahkan
ketuban dengan kocher
▪ Kontraksi jelek → oksitosin
▪ Serviks menutup, tebal, kenyal → terminasi kehamilan + SC
▪ DJJ abnormal (< 100x/>160x) → Persalinan Per Vaginam segera atau
SC kalau tidak memungkinkan
▪ Bila perdarahan hebat/syok →
▪ Pembukaan lengkap → persalinan ekstraksi vakum
▪ Pembukaan belum lengkap → terminasi kehamilan (deksa) → SC

d. RUPTUR UTERI
- Robekan pada rahim dimana terjadi hubungan langsung antara rongga amnion
dan rongga peritoneum
- Tanda → anemia, perburukan KU, syok, nyeri abdomen, djj (-)/gawat janin,
kekuatan his menurun

- Penunjang → USG
- Tx :
▪ Perbaki KU, Infus RL/NaCl 0.9% untuk atasi syok, transfusi bila perlu,
analgetik, antibiotik.
▪ Histerektomi cito

C. PERDARAHAN PASCA PERSALINAN (PPP)


- Atonia uteri, robekan jalan lahir, Retensio plasenta, Inversi uterus, Rest
palsenta
- PPP Primer → < 24 jam; PPP Sekunder → > 24 jam

a. ATONIA UTERI
- Keadaan lemahnya tonus/kontraksi rahim sehingga uterus tak mampu
menutup perdarahan yang terbuka dari tempat implantasi plasenta setelah bayi
dan plasenta lahir.
- Pencegahan :
▪ manajemen kala III,
▪ pemberian misoprostol PP 2-3 tab (400-600 ug) segera setelah bayi
lahir
- Faktor resiko :
▪ Regangan rahim berlebih → karena gemeli, polihidroamnion, anak
besar, grande multipara
▪ Kelelahan ibu → akibat persalinan lama persalinan kasep (macet, >
18 jam)
▪ KU jelek, anemis, riw. Penyakit kronik
▪ Mioma uteri
▪ Infeksi intra uterin → (korioamnionitis)
▪ Riw. Atonia sebelumnya
- Diagnosis :
▪ perdarahan aktif dan banyak segera setelah bayi dan plasenta
lahir (500-1000 cc)
▪ palpasi fundus masih tinggi dan kontraksi uterus lunak
- Tx :
1. Sikap tradelenburg, IV line, O2
2. Pijat uterus/masase uterus → pastikan plasenta lahir lengkap
3. Beri Infus oksitosin 20 IU dalam 1000 cc RL/NaCl 0.9 % Kec. 60
tpm (dan 10 unit IM) → lanjut 20 IU dalam 1000 cc kec. 40 tpm.
• Kalau oksitosin tdk ada → beri ergometrin 0.2 mg/IM atau IV
lambat → dapat diulangi 15 menit kemudian dan per 4 jam bila
diperlukan (jangan > dari 5 dosis atau 1mg!!!!)
4. Bila perdarahan berlanjut → Asam tranexamat 1gram ( 2
ampul)/IV bolus selama 1 menit → bisa diulang per 30 menit
5. Lakukan pemasangan kondom kateter/KBI selama 5 menit
6. RUJUK atau SIAPKAN OP CITO → Laparatomi
7. Saat merujuk → beri infus Oksitosin 20 IU dalam 500 cc RL /jam
8. Selama diperjalanan → kompresi aorta abdominal/KBI
9. Ligasi arteri uterina/hipogastrika atau B-Lynch Method → bila masih
perdarahan → Histerektomi

- NB :

- Kontraksi uterus bisa menyebabkan penghentian perdarahan → karena struktut


miometrum membentuk anyaman → bila kontraksi → pembuluh darah akan terjepit
dan perdarahan terhenti.

b. ROBEKAN JALAN LAHIR (RUPTUR PERINEUM)


- Robekan pada jalan lahir akibat persalinan yang menimbulkan trauma
- Etiologi → pertolongan persalinan yang tidak adekuat, episiotomi, vakum
- Klasifikasi derajat ruptur perineum terdiri dari :
▪ Derajat 1 : Laserasi hanya pada mukosa vagina dan kulit
perineum
▪ Derajat 2 : Laserasi melibatkan otot-otot perineum
▪ Derajat 3A : laserasi pada <50% otot sfingter anal eksterna
▪ Derajat 3B : laserasi pada >50% otot sfingter anal eksterna
▪ Derajat 3C : laserasi pada otot sfingter anal eksterna dan interna
▪ Derajat 4 : laserasi mencapai jaringan epitel anus, robekan
menembus dari epitel vagina hingga epitel anus

- Tx :
▪ Identifikasi KU, Cairan, sumber perdarahan
▪ Disinfeksi luka
▪ Hecting luka
▪ Berikan asam tranexamat 1 gr/IV bolus selama 1 menit → dapat
diulang per 30 menit → rujuk bila derajat 3 dan 4

c. RETENSIO PLASENTA
- Plasenta tidak lahir sampai 30 menit setelah anak lahir
- Etiologi → adhesi kuat antara plasenta-uterus
- Klasifikasi RETENSIO PLASENTA :
▪ Akreta → implantasi menembus desidua basali dan Nitabuch Layer
▪ Inkreta → implantasi menembus miometrium
▪ Perkreta → vili korialis menembus perimetrium
▪ Inkaserata → Plasenta sudah lepas, tapi belum lahir karena tertahan
disegmen bawah rahim
▪ Adhesiva → plasenta masih melekat didinding rahim karena
kontraksi kurang kuat
- Tx :
▪ Oksitosin 10 IU dalam 500 cc RL/NaCl 0.9% kec. 60 tpm + 10 IU/IM
▪ Lanjutkan → 10 IU dalam 500 cc RL/NaCl 0.9% kec. 40 tpm →
sampai perdarahan berhenti
▪ Lakukan tarik pusat terkendali → tak berhasil? → Manual plasenta
▪ Antibiotik profilaksis dosis tunggal → ampisilin 2 gr/IV dan
Metronidazole 500 mg/IV; Ceftriaxone
▪ Infeksi atau perdarahan hebat? → Rujuk

- MANUAL PLASENTA :

- Lakukan anestesia verbal atau analgesia per rektal


- Pasang kateter
- Jepit tali pusat dengan kocher, regangkan tali pusat dengan tangan kiri
- Tangan kanan masuk kevagina menulusuri tali pusat hingga serviks
- Tangan kiri menahan fundus, tali pusat dipegang assisten
- Tangan kanan teruskan temukan tempat implantasi plasenta
- Sisipkan ujung jari diantara plasenta dan dinding uterus
- Gerakan tangan kanan dan kiri secara perlahan, seluruh plasenta dilepaskan
dengan menggunakan ujung jari tangan dalam
- Gunakan tangan luar atau assiten menarik tali pusat untuk keluarkan plasenta
→ sementara tangan didalam → pastikan tak ada sisa plasenta
- Periksa kontraksi uterus dan kemungkinan perdarahan.

d. INVERSIO UTERI
- Keadaan dimana lapisan endometrium turun dan keluar melalui OUE →
bisa komplit/inkomplit
- Faktor resiko → atonia uteri, tali pusat ditarik, tekanan intra abdomnal
- Tanda → syok, perdarahan menggumpal, divulva tampak jaringan
permukaan kasar (seperti kaos kaki) berwarna merah
- Harus cepat ditangani → bisa nekrosis jaringan uterus dan infeksi
- Tx :
▪ Infus, identifikasi KU
▪ Berikan tokolitik/MgSO4 → relaksan otot uterus → Manual Reposisi
▪ Berikan Antibiotik, Transfusi bila perlu
▪ Manual reposisi tidak bisa dilakukan karena jepitan serviks →
laparotomi untuk reposisi; bila nekrosis atau infeksi → Histerektomi
e. REST PLASENTA
- Keadaan tersisa bagian plasenta dalam uterus sesaat setelah plasenta lahir.
- Tx :
▪ Oksitosin 10 IU dalam 500 cc RL/NaCl kec. 60 tpm dilanjut kec. 40
tpm sampai perdarahan berhenti.
▪ Bila serviks terbuka → eksplorasi digital dan keluarkan darah dan
jaringan. Bila serviks sempit → AVM atau dilatasi dan kuretase
▪ Antibiotik profilaksis (Ceftriaxone/Ampisilin 2 gr/IV dan
metronidazole 500 mg)
▪ Perdarahan berlanjut? → tatalaksana seperti atonia uteri

D. HIPERTENSI DALAM KEHAMILAN


- HDK → TD minimal 140/90 pada 2x pemeriksaan berjarak 4-6 jam pada
wanita yang sebelumnya riw. Normotensi.
- Klasifikasi HDK :
a. Hipertensi Kronik :
• ht timbul sebelum (<) UK 20 mgg atau
• ht yang didiagnosa pertamakali setelah UK 20 minggu dan
menetap sampai 12 minggu pasca persalinan
b. Pre-eklampsia → ht timbul setelah (>) 20 mgg + proteinuria
c. Eklampsia → pre-eklamsia + kejang dan/atau koma ( ↓ kesadaran)
d. HT kronik dengan superimposed pre-eklamsia → HT kronik + tanda
pre-eklamsia atau HT kronik + Proteinuria
e. Hipertensi gestational → Ht timbul saat kehamilan, tanpa
proteinuria, menghilang 3 bulan setelah kehamilan

- NB :
▪ HT → TD ≥ 140/90, diukur min. 2x per 4 jam
▪ Proteinuria → urin tampung : 300 mg protein dalam urin/24 jam/ ≥
1+ dipstick

- Faktor Resiko :
▪ Primigravida, primipaternitas
▪ Hiperplasentosis (mola, kehamilan multipel, DM, hidrops fetalis, bayi
besar)
▪ Usia tua
▪ Riw. Keluarga preeklampsia/eklampsia
▪ Penyakit ginjal/riw hipetensi kronik
▪ Obesitas
- Pre-Eklampsia :
a. Pre-Eklamsia Ringan (HT ≥ 140/90 + UK >20 mgg + proteinuria) →
sindrom kehamilan terjadi penurunan perfusi organ sebabkan
vasospasme pembuluh darah dan aktivasi endotel
• Pemfis → TTV ibu, KU, Antenatal care, DJJ
• Penunjang → USG
• Tx :
o Rawat jalan → tirah baring, minim aktivitas, baring miring,
one day care, tak perlu diet garam, tak perlu obat anti
hipertensi.
o Rawat Inap → Tak ada perbaikan TD dan Kadar proteinurin
selama 2 minggu 1/lebih gejala pre-eklamsia berat

b. Pre-eklamsia berat (TD ≥ 160/110, UK > 20 mgg, proteinuria 5 g/24


jam)
• Gejala tambahan → Ggn visus, nyeri epigastrik (abdomen), ggn
fungsi hepar)
• Pembagian pre-eklampsia berat :
o Tanpa impending
o Dengan impending eclamsia → preeklamsia berat + gejala
subjektif (nyteri kepala hebat, ggn visus, muntah-muntah,
nyeri episgastrium, kenaikan progresif tekanan darah)
• Pemfis → TTV ibu, KU, Antenatal care, DJJ
• Tx →
o tirah baring, minim aktivitas, baring miring, tak perlu diet
garam, tak perlu obat anti hipertensi
o Infus RL
o MgSO4 :
▪ Loading/intial dose : 4 gr/IV (40% dlm 10 cc) → drip
dengan RL 500 cc (habis dalam 15 menit)
▪ Maintanance : 6 gr dalam RL/ 6 jam, atau 4-5 gr/IM
dilanjutkan 4gr/IM/4-6 jam
o Syarat pemberian MgSO4 :
▪ Sedia Ca Glukonas 10% : 1 gr/IV/3menit (10% dalam 10
cc)
▪ Refleks patella (+)
▪ R : > 16x/m, tidak ada distress napas
o Hentikan MgSO4 bila :
▪ Ada tanda intoksikasi
▪ Setelah 24 jam pascapersalinan atau setelah 24 jam dari
kejang terakhir
▪ Efek samping : efek flushes → rasa panas
• Tx MgSO4 (dr.melda)
o Gunakan spuit 20 cc
o Loading : MgSO4 40% 4 gr (setara 10 cc) diencerkan
dengan 10 cc Nacl 0.9%/aquadest, kemudian bolus
selama 15 menit
o Maintanance : MgSO4 40% 6 gr (setara 15 cc)
diencerkan dengan RL 500 cc dihabiskan dalam 6 jam,
setelah habis, lanjut MgSO4 40% 10 cc + 10 cc
Pengencer IM per 6 jam Boka-Boki.

ANTI HIPERTENSI
- lini pertama → nifedipine 10-20 mg PO, dapat diulang per 30 menit sampai
max.120 mg dalam 24 jam
- lini kedua →
▪ sodium nitroprusside 0.25 ug iv/kg/menit, ditingkatkan 0.25 ug/iv/kg/5
menit
▪ Diazokside 30-60 mg iv/5 menit atau infus 10 mg/menit dititrasi
▪ Nicardipine 5 mg/jam, dapat dititrasi 2.5 mg/jam per 5 menit hingga 10
mg/jam
▪ Metildopa 2x250 mg (max 2gr/hari)
▪ Diuretik bila edema anasarka, edema paru, CHF.

- Eklamsia → preeklampsia + ggn kesadaran/koma, terapi sama kayak eklamsia


berat, pertimbangkan masuk ICU → ABC + MgSO4 + Nifedipin.

- SINDROM HELLP (Hemolisis, ELevasi enzim hepar, Low Platelet count)


▪ Tanda gejala → Pre-eklamsia atau Eklamsia + Hemolisis, ↑ Fx Hati, ↓
Platelet (< 150.000/ml)
▪ Klasifikasi Missisipi :
• Klas 1: Kadar trombosit : < 50.000/ml, LDH > 6OO IU/I, AST
dan/atau ALT > 40 IU/I
• Kias 2: Kadar trombosit > 50.000 - < 100.000/ml, LDH > 600 IU/I
AST dan/atau ALT > 40 IU/l
• KIas 3: Kadar trombosit > 100.000 < 150.000/ml, LDH > 600 IU/I,
AST dan/atau ALT > 40IU/1

- Terapi :
▪ Terapi preeklamsia/eklamsia
• Observasi trombosit per 12 jam → < 50.000 cek protrombin,
fibrinogen, waktu tromboplastin < 100.000 → Dexa 10 mg/IV (2x1)
• Post partum → dexa 10 mg/iv (2x1) → lanjut 5 mg/IV (2x1) →
stop dexa bila trombosit > 100.000, LDH turun, gejala
eklamsia/preeklamsia membaik
• Transfusi trombosit → bila < 50.000/ml dan antioksidan
PEMERIKSAAN HCG (Human Chorionic Gonadotropin)
- Hormon hcg diproduksi → sel-sel sinsitiotrofoblast
- Dideteksi diurin setelah sekitar 26 hari setelah konsepsi
- Puncak → UK 60-70 hari, menurun bertahap setelah UK 100-130 hari
- Hcg rendah → KET, Abortus Iminens
- Hcg Tinggi → Kehamilan Majemuk, molahidatidosa, koriokarsinoma

ANTENATAL CARE (ANC)


- Upaya preventif pemantaun rutin selama kehamilan
- Jumlah Kunjngan Pemeriksaan Antenatal :
- Trimester 1 → 1x → < mgg ke-14
- Trimester 2 → 1x → < mgg ke-28
- Trimester 3 → 2x → 28-36 mggu dan > 36 mgg
- Suplementasi :
- Tablet Besi 60 mg/hari (tablet 60 mg) (1x1) → ES : mual, muntah, diare,
konstipasi, kurangi teh dan kopi
- Asam Folat 400 mcg/hari (tablet 400 mcg) (1x1)
- Kalsium 1.5-2 gr/hari (tablet 500 mg) → cegah pre-eklamsia
- Aspirin 75 mg (1x1) → cegah pre-eklamsia
- Vit c 1x1
- Vit B comp 1x1

TT (tetanus toxoid) untuk ibu hamil yang belum pernah imunisasi atau tidak tahu
status imunisasinya
- TT 1 → kunjungan pertama/sedini mungkin
- TT 2 → 4 mgg setelah TT 1
- TT 3 → 6 bulan setelah TT 2
- TT 4 → 1 tahun setelah TT 3
- TT 5 → 1 tahun setelah TT 4

Taksiran Persalinan
- Tentukan Hari Pertama Haid Terakhir (HPHT)
- Rumus Naegele → Tanggal +7, Bulan -3/+9, Tahun +1

SITUS → Hubungan antara panjang ibu dan panjang bayi


- Situs memanjang
- Situs Melintang
- Situs Oblik

POSISI → Periksa luar dengan palpasi, ditentukan dengan menetukan letak punggung
janin terhadap dinding perut ibu → PUKA/PUKI

PRESENTASI
- Preskep
- Pres. Belakang kepala
- Pres. Puncak kepala.
- Presentasi Dahi
- Presentasi Muka
- Pres Bokong
- Bokong sempurna (complete breech)
- Bokong murni (frank Breech)
- Bokong kaki
- Pres. Lutut
- Lutut Sempurna
- Lutut tidak sempurna
- Pres. Bahu

Tinggi Fundus Uteri (TFU)

- TFU → UK 20-36 mgg → (UK + 2) cm

PERHATIAN !!!
- Hati-hati UK 36 mgg belum masuk PAP → tali pusat pendek, panggul sempit,,
lilitan tali pusat, plasenta previa atau tumor → RUJUK !!!
- Saat kala 1 → sudah masuk PAP → Bila tidak → CPD → Rujuk!!!

HIS
- Raba kontraksi selama 10 menit
- Fase aktif → 3x/10 menit, durasi > 40 detik
- Jenis His :
- HIS → reguler, makin pendek, makin kuat, punggung dan abdomen, nyeri
tidak bisa dihilangkan dgn obat, pembukaan dan dilatasi serviks progresif
- HIS palsu → Irreguler, Interval dan intensistas kontraksi sama, perut
bagian bawah, hilang dengan obat, tidak ada perubahan serviks

HODGE
- Hodge 1 → PAP
- Hodge 2 → bagian bawah simfisis pubis
- Hodge 3 → Spina ischiadica
- Hodge 4 → Os Coccygeus
FISIOLOGI PERSALINAN
- Persalinan → proses dimana bayi, plasenta, selaput ketuban keluar dari uterus ibu.
- Persalinan normal → persalinan cukup bulan tanpa ada penyulit
- Preterm → < 37 mgg
- Aterm → 38-42 mgg (dihitung dari hpht)
- Postterm → > 42 mgg
- Tanda gejala inpartu : penipisan dan pembukaan serviks, kontraksi meningkat,
cairan vagina lendir bercampur darah
- Persalinan dan kelahiran normal :
- UK 37-42 mgg, Spontan, pres. Belakang kepala
- > 18 jam, tidak ada komplikasi ibu dan janin
- RUJUK BILA ADA PENYULIT → riw. SC, PPV, persalinan prematur, KPD,
Infeksi, Preeklamsia/eklamsia, Gawat janin, gemelli, tali pusat menumbung, syok.

- KALA 1 → Kontraksi semakin meningkat sampai pembukaan lengkap


- Fase Laten → Pembukaan 1-3 (8 jam)
- Fase Aktif → Pembukaan 4-10 (primigravida : 1 cm/jam; Multigravida : 1-2
cm/jam
- Infus bila :
▪ Kehamilan >5x,
▪ Hb <9 g/dl atau hct < 27%,
▪ riw. Perdarahan, sungsng, gemelli, Hipertensi (preeklamsia/eklamsia),
persalinan lama.
Parameter Kala 1 fase laten Kala 1 Fase aktif
Suhu Per 4 jam Per 2 jam
Nadi Per 30-60 menit Per 30-60 menit
DJJ Per 1 jam Per 30 menit
HIS Per 1 jam Per 30 menit
Tekanan Darah Per 4 jam Per 4 jam
Pembukaan Serviks Per 4 jam Per 4 jam
Penurunan Kepala Per 4 jam Per 4 jam
Warna Cairan Amnion Per 4 jam Per 4 jam

- KALA 2 → Pembukaan lengkap sampai lahir bayi


- 3 faktor berperan dalam proses kelahiran bayi:
▪ Power = His ibu
▪ Passage = Jalan Lahir
▪ Passenger = bayi (ukuran dan presentasi)
- 7 cardinal movement :
▪ Engagement → Kepala melayang sebelum masuk PAP
▪ Descend → Kepala masuk PAP,
▪ Fleksi → alami penurunan dan flexi
▪ Paksi dalam
▪ Ekstensi
▪ Paksi Luar
▪ Ekspulsi → Lahir bahu anterior dan posterior
- Proses KALA 2 :
▪ Tanda Gejala Kala 2 : DorRan, TekNus, PerJol, VulKa
▪ Siapkan alat dan bahan, pakai apdm lepas asesoris, siapkan spuit
oksitosin
▪ Pastikan pembukaan lengkap, bia perlu pecahkan ketuban (amniotomi)
▪ Posisikan ibu setengah duduk dan mulai pimpin persalinan
▪ Meneran saat ibu punya dorongan kuat
▪ Nilai djj setelah kontraksi selesai
▪ Bila 60 menit belum ada dorongan, jalan, jongkok, ambil posisi
nyaman
▪ Rujuk/Konsul obgyn bila bayi tidak lahir dalam 2 jam (primi), 1 jam
(multi)
▪ Sediakan kain diatas perut ibu dan dibawah perineum ibu bila VulKa
(diameter 5-6 cm)
▪ Pakai handscun dan ready partus set
▪ Bantu lahir kepala → Fiksasi perineum, tangan di bawah perineum dan
dikepala bayi → periksa lilitan tali pusat → bebaskan tali pusat
▪ Bantu lahir bahu bayi, dada,perut dan tungkai
▪ Evaluasi bayi → cukup bulan? Napas spontan?, Tonus baik?, bila salah
satu tidak → resusitasi bayi
▪ Bila tidak asfiksia → Keringkan bayi, IMD (posisikan bayi diatas dada
ibu)
▪ Evaluasi kembali uterus ibu untuk kemungkinan bayi kedua

- KALA 3 → bayi lahir sampai lahirnya plasenta dan selaput ketuban


- Tanda lepas plasenta :
▪ Perubahan bentuk dan tinggi uterus
▪ Tali pusat memanjang
▪ Semburan darah mendadak
- Prinsip Manajemen aktif kala 2 :
▪ Informed consent untuk menyuntikan oksitosin
▪ Suntik Oksitosin 1 ampul/IM paha anterolateral (1/3 lateral paha)
▪ Regangan tali pusat terkendali (jangan ditarik → cegah inversio
uteri)
▪ Masase fundus (dorso cranial)
▪ Bila tidak ada oksitosin → rangsang puting payudara atau ergometrin
0.2 mg ( tidak boleh pada pada pasien eklamsia, preeklamsia, HDK →
picu sereborvaskular)
▪ Bila plasenta tidak lahir setelah 30-40 detik → tunggu kontraksi dan
ulangi
▪ Bila tidak lahir dalam 15 menit → ulangi oksitosin → masih tidak lahi
15 menit selanjutnya → rujuk.
▪ Bila perdarahan → manual plasenta
▪ Saat lahirkan plasenta lakukan gerakan memutar
▪ Nilai dan evaluasi perdarahan dan derajat robekan perineum

- KALA 4 → setelah lahir plasenta dan berakhir dua jam setelah persalinan
- Pantau 2 jam post partum → 1 jam pertama per 15 menit, 2 jam kedua per
30 menit → TTV, tinggi fundus, perdarahan, suhu
- IMD
▪ Asuhan bayi :
▪ Timbang dan ukur bayi, ukur suhu
▪ Beri Salep/tets mata tetrasikin 1%/cholaramfenicol 1%/ yang lain
▪ Suntik Vit K 1 mg/IM di paha kiri anterolateral bayi (0.5 cc untuk
sediaan 2 mg)
▪ Beri gelang pengenal
▪ Periksa kecacatan (bibir sumbing,atresia ani, defek dinding perut)
dan tanda bahaya pada bayi → KONSUL ANAK
▪ 1 jam setelah vit K → vaksin hepatitis B dipaha kanan
anterolateral bayi
▪ Edukasi ibu ttg cara masase dan kenali tanda gawat untuk segera
hubungi nakes

- AMNIOTOMI → indikasi : pembukaan lengkap tapi ketuban belum pecah


▪ Cara :
• Cek djj → VT
• Tangan kiri pegang koher dituntunt jari tangan kanan
menyentuh selaput ketuban dan robek!
• Identifikasi warna cairan ketuban → keruh = fetal distress →
gawat janin

- EPISIOTOMI → membuka jalan lahir untuk mempercepat kelahiran

PEMULANGAN BAYI → normal pulangkan paling lama 24 jam

KETUBAN PECAH DINI (KPD) → pecahnya selaput ketuban sebelum ada tanda
inpartu/persalinan
- Tanda → Keluar cairan banyak, minta ibu mengedan atau batuk, tidak ada tanda
inpartu
- Px → Tes nitrazin → merah berubah jadi biru, bau cairan khas
- Tx :
- Konservatif :
- Rawat RS!!!
▪ UK < 32 mgg → rawat selama air ketuban keluar sampai air ketuban
tidak keluar
▪ UK 32-37 mgg :
• Inpartu (-), Infeksi (-) → Deksametason, observasi,
terminasi diusia 37 mgg
• Inpartu (+), Infeksi (-) → Deksametason, Tokolitik, induksi
setelah 24 jam
• Inpartu (-), Infeksi (+) → AB + Induksi
▪ Aktif :
• UK > 37 mgg → induksi, bila gagal → SC, bila infeksi → AB
+ terminasi kehamilan
KORIOAMNITIS
- Infeksi Korion, amnion, dan cairan ketuban
- Tanda :
- Demam > 38OC + > Gejala berikut :
- Leukositosis,
- DJJ > 160x/m, Nadi ibu >100x/menit,
- nyeri tekan fundus saat tidak kontraksi,
- cairan amnion bau
- Tx : Rujuk, AB + Terminasi kehamilan

PERSALINAN PRETERM → persalinan diUK 20-37 mgg


- Tx → Tokolitik, deksametasone, AB profilaksis
- Syarat → UK 24-34 mgg, dilatasi < 3 cm, tidak ada infeksi/preeklamsia/
perdarahan aktif, tidak ada gawat janin
- TOKOLITIK → diberikan 48 jam pertama → untuk berikan kesempatan
kortikosteroid
- Nifedipine 10 mg (3x1) PO
- Salbutamol → 10 mg/IV dalam 1000 cc infus 10 tpm → kontraksi masih ada,
naikan 10 tpm per 30 menit sampai kontraksi berhenti atau nadi >120x/m →
dosis dipertahankan hingga 12 jam setelah kontraksi hilang
- PEMATANGAN PARU → bila UK < 35 mgg
▪ Deksametasone 6 mg/IM/12 jam (4x), atau
▪ Betametasone 12 mg/IM/24 jam (2x)

KEHAMILAN POST TERM


- Kehamilan sampai 42 mgg → Serotinus → Induksi

INDUKSI PERSALINAN
→ Tindakan pada ibu hamil dan inpartu, secara tindakan maupun kimiawi yang merangsang
timbulnya kontraksi

SKOR BISHOP → ≥ 6 Induksi


Faktor Nilai
0 1 2 3
Pembukaan (cm) 0 1-2 3-4 ≥5
Pendataran Serviks 0-30 40-50 60-70 ≥80
(%)
Penurunan Kepala -3 -2 -1, 0 +!, +2
dari bidang Hil (cm)
Konsistensi Serviks Keras Sedang Lunak -
Posisi Serviks Ke belakang Searah sumbu lahir Ke depan -

Induksi Oksitosin
- Observasi TTV, HIS, DJJ
- Baring miring kiri
- Catat partograf
- Berikan 2.5-5 IU oksitosin (1/2 atau ¼ amp) dalam 500 cc RL → mulai 8 tpm.
Tambah 4 tpm per 30 menit sampai dosis maximal atau His adekuat (max. 20
IU/menit atau 2 ampul/menit)
- Bila Hiperstimulasi (kontraksi > 60 detik atau > 4x kontraksi/menit), berikan :
- Terbutalin 250 ug/IV (5 menit)
- Salbutamol 10 mg/IV dalam 1000 cc cairan (10 tpm)

PERSALINAN LAMA
- Waktu persalinan memanjang karena kemajuan persalinan yang terhambat.
- Diagnosis :
- Distosia kala 1 fase aktif : grafik pembukaan serviks pada partograf
berada digaris antara waspada dan garis bertindak, atau sudah
memotong garis bertindak.
- Fase ekspulsi KALA 2 memanjang : tidak ada kemajuan penurunan bag.
Terendah janin. Dengan batasan waktu : 2 jam nullipara, 1 jam multipara
atau3 jam nullipara, 2 jam multipara bila pasien gunakan analgesia epidural
- Tx : RUJUK → SC

CEPHALOPELVIC DISPORPOTION (CPD)


- Hambatan jalan lahir akibat disparitas ukuran kepala janin dan pelvis maternal
- Diagnosis
- Kemajuan terhenti, his adekuat → akibat janin besar atau panggul sempit
- Waspadai :
▪ Arkus pubis < 90 derajat
▪ Teraba promontorium, spina iskiadika, linea innominata
▪ Primigravida → bag. Terbawah belum masuk PAP di UK > 36 mgg
- Tx → RUJUK → SC

GAWAT JANIN
- Hipoksia pada janin
- Penyebab :
- Persalinan berlangsung lama
- Induksi oksitosin
- Perdarahan/infeksi
- Tanda :
- <100x/m sampai >180x/m
- DJJ irreguler (demam pada ibu, obat penyebab takikardia, amnioniti).
- Mekonium → kalau sungsang bukan tanda gawat janin
- Tx :
- Stop oksitosin → Baring kiri → Beri O2 → observasi → rujuk
- Terapi simptomatik
- Ekstaksi vakum, cunam, atau SC
HIPEREMESIS GRAVIDARUM (HEG)
- Mual muntah < 16 mgg
- Klasifikasi :
- Derajat 1 : gejala dehidrasi + muntah terus menerus + urin normal
- Derajat 2 : Haus hebat, makan minum dimuntahkan, apatis
- Derajat 3 : ggn kesadaran (delirium-koma), muntah (-), ikterus, sianosis,
proteinuria
- Tx :
1. Nutrisi, vitamin, asam folat, istirahat cukup
2. Ondancetron 4 mg (3x1)/4 (4mg/2ml) + ranitidine 150 mg (30mg/1 ml)
3. Doksilamin 10 mg + vit.b6 10 mg (piridoksin)
4. + dimenhidrinat 50-100 mg (4x1) atau prometazin 5-10 mg (3x1)

MALPOSISI → posisi abnormal vertex kepala janin (penanda = ubun-ubun kecil thd
panggul ibu)
- POSISI OKSIPUT POSTERIOR
a. PEM. ABDOMINAL → bagian terendah datar, baian kecil jnin teraba
dianterior, djj terdengar disamping (flank)
b. PEM. VAGINAL → oksiput kearah sakrum,sinsiput dianterior, mudah diraba
bila Kepala defleksi
- POSISI OKSIPUT LINTANG
c. Posisi oksiput janin masih lintang thd rongga panggul hingga akkhir
persalinan kala 1 akibat gagal rotasi ke posisi oksiput anterior
MALPRESENTASI → bagian terendah janin berada disegmen bawah rahim bukan
belakang kepala
- PRESENTASI DAHI → SULIT PERSALINAN PER VAGINAM!!!
- PEM. ABDOMINAL → kepala janin lebih dari separuh diatas pelvis, DJJ
sepihak dengan bagian kecil
- PEM. VAGINAL → Oksiput > tinggi dari sinsiput, teraba fontanella anterior
dan orbita, bagian kepala yang masuk PAP : tulang orbita dan ubun-ubun
besar

- PRESENTASI MUKA
- PEM. ABDOMEN → Lekukan teraba diantara oksiput dan punggung (sudut
fabre). Djj sepihak dibagian kecil janin
- PEM. VAGINAM → muka mudah teraba, teraba mulut dan rahang, tulang
pipi dan orbita, kepala janin defleksi maksimal
- PRESENTASI MAJEMUK → Prolaps ekstremitas bersama bagian terendah janin
(kepala/bokong)

- PRESENTASI BOKONG → bagian terendah janin bokong, kaki, atau keduanya

- LETAK LINTANG
- PEM. ABDOMINAL → Sumbu panjang janin teraba melintang
- PEM. VAGINAM → tidak ada bagian terendah saat belum inpartu, saat
inpartu teraba bahu, siku, dan tangan
PERSALINAN SUNGSANG → Persalinan dimana letak janin memanjang dengan bagian
terendahnya bokong, kaki, atau keduanya
- JENIS PRESENTASI SUNGSANG
- Bokong Sempurna ( Complete breech)
- Bokong Kaki (Footling breech)
- Bokong Murni (Frank Breech)

- Diagnosa → Gerakan bagian terbawah janin, Pemeriksaan abdomina (kepala diatas),


Pem. Vaginam (teraba bokong/kaki), USG

- Rekomendasi persalinan bokong


- Partus percobaan bila UK > 36 mgg atau BB 2500 gram atau 4000 gram
- Tawarkan partus percobaan bila U 31-35 mgg atau BB 1500-2500 gram
- Tawarkan SC bila < 30 mgg atau BB < 1500 gram
- Kontraindikasi persalinan sungsang :
- Kondisi bayi dan ibu yang tidak memungkinkan
- Presentasi kaki
- Hiperekstensi kepala
- Tidak ada informed consent
- Tidak ada SDM untuk melakukan pertolongan
- Zatuchni andros score → indeks prognosis sungsang, bisa per vaginam atau per
abdominal
d. Interpretasi :
i. < 3 → per abdominal
ii. > 3 → Per vaginam (tapi tidak ada jaminan per vaginam berhasil)

SC lebih aman pada kondisi :


- Primigravida
- Double footling breech
- Pelvis kecil atau malformasi
- Besar janin
- Bekas SC indikasi CPD
- Kepala hiperekstensi/defleksi

PROSEDUR PERSALINAN SUNGSANG


- Prosedur Bracht :
- DISTOSIA BAHU → bahu anterior tidak lahir/tidak dapat lewat dibawah simfisis
pubis setelah kepala lahir → GAWAT DARURAT OBSTETRI → bayi meninggal
bila tidak segera dilahirkan
- Faktor predisposisi → Makrosomia (>4000 gram), riw. Distosia bahu
dipersalinan sebelumnya, DM, Kehamilan postterm
- Gejala :
- kepala lahir, bahu tertahan dan tidak dapat lahir
- tidak terjadi putaran paksi luar
- kepala bayi melekat erat divulva, bahkan tertarik kembali, (turtle sign)
- Kala II memanjang
- Hindari : panic, pulling (tarik kepala), pushing (tekan fundus), pivoting (putar kepala
secara tajam)
- Tindakan → ALARMER !!!

KEHAMILAN GANDA → 1 kehamilan, 2 janin


- Diagnosis :
- Besar Uterus > UK atau lama amenorrhea
- Palpasi abdomen :
▪ Kepala janin kecuil dibandingkan ukuran uterus
▪ Teraba 2 ballotment atau lebih
▪ Terdengar > 2 djj
- Faktor predisposisi :
- Usia ibu > 30 tahun
- Konsumsi Obat kesuburan
- Fertilisasi in vitro
- Faktor keturunan
- Tx → Sebaiknya SC !!!

SECTIO CESAREA (SC) → persalinan buatan, janin dilahirkan melalui insisi dinding perut
dan dinding rahim
- INDIKASI SC :
- Indikasi Ibu
▪ CPD
▪ Pelvis kecil/malformasi
▪ Disfungsi uterus
▪ Distosia jaringan lunak
▪ Plasenta Previa
- Indikasi Janin
▪ Janin sangat besar > 4000 gram
▪ Gawat janin
▪ Presentasi bokong
▪ Double footling breech

KONTRASEPSI
- KONTRASEPSI NON HORMONAL
- Metode Senggama terputus
- Metode lendir serviks
- Metode Amenorea Laktasi (MAL)
- Spermisida
- Kondom pria
- Diafragma
- AKDR (alat kontrasepsi dalam rahim)
- KONTRASEPSI MANTAP
- Tubektomi
- Vasektomi
- KONTRASEPSI
- Pil KB Kombinasi
- Suntikan Kombinasi
- Suntikan progestin
- Pil Progestin (pil mini)
- Implan
GINEKOLOGI
HORMON REPRODUKSI
- GnRH :
Asal → Hipothalamus
Fungsi → stimulasi hipofisis anterior hasilkan FSH dan LH
- FSH :
Asal → Hipofisis Anterior
Fungsi → Pematangan Folikel (difase folikuler), stimulasi LH produksi
steroid
- LH :
Asal → Hipofisis Anterior
Fungsi → bila tinggi, sebabkan Ovulasi.
- Estrogen : (Estradiol, Estron, Estriol)
Fungsi :
▪ Bantu LH picu Ovulasi,
▪ pembentukan ciri-ciri perkembangan seksual wanita
▪ Regenarasi Endometrium
▪ Lendir serviks jadi mudah dilalui sperma
▪ Memelihara struktur tulang (epifisis)
- Progesteron :
Asal → Corpus Luteum
Fungsi → Menjaga kehamilan, hambat kontraksi uterus, lendir serviks sulit
dilalui sperma
SIKLUS HAID (Siklus Ovarium dan Siklus endometrium)
- Siklus Ovarium : Folikulogenesis → Ovulasi → Luteal
Fase Folikulogenesis :
▪ Hari 1-8 :
• FSH dan LH ↑ memicu : Perkembangan folikel → ↓
estrogen dan progesteron
o perkembangan folikel (10-20 folikel dengan 1 folikel
dominan),
• Estrogen meningkat seiring perkembangan folikel

▪ Hari 9-14 : Estrogen ↑ → ↓ FSH dan LH


• Sel folikel yang berkembang → picu sel granulosa → ↑
Estrogen (estradiol)
• Estrogen ↑ → terjadi umpan balik negatif → ↓ FSH dan LH
untuk cegah hiperstimulasi ovarium dan pematangan banyak
folikel
Fase Ovulasi :
▪ Hari 14 :
• Estrogen ↑ → LH ↑ → Ovulasi
o Ovulasi → pembesaran folikel secara cepat, diikuti
dengan protrusi dari permukaan korteks ovarium dan
pecahnya folikel dengan pengeluaran oosit
Fase Luteal :
▪ Hari 15-28 :
• Sel granulosa alami Lutenisasi → menjadi Corpus Luteum
→ ↑ Estrogen dan progesteron
• Corpus luteum beregresi dihari 26-28 → sehingga terjadi
haid
• Jika terjadi konsepsi → CL bertahan dan berubah menjadi CL
gravidarum

- Siklus Endometrium :
Fase proliferasi :
Fase folikular → endometrium dipengaruh estrogen→ diakhir haid,
terjadi proses regenerasi (fase proliferasi) (estrogen sangat menonjol)
Fase Sekretoris :
Setelah ovulasi → progesteron induksi perubahan sekresi endometrium
Kelenjar tampak berliku dan mengembung
Fase Haid :
▪ Terjadi regresi CL + ↓ Estrogen dan progesteron → terjadi kontraksi
spasmodik diarteri spiralis → endometrium jadi iskemik dan nekrosis
→ penglupasan endometrium → terjadi haid
▪ Prostaglandin secara bersamaan → ↑ kontraksi uterus bersamaan
dengan pengeluaran datah haid
- Haid dinilai dari 3 hal :
- Siklus, Lama, Jumlah darah yang keluar

- Haid normal :
- Siklus → 28 hari ± 7 hari (24-35 hari)
- Lama → 4-7 hari
- Jumlah darah haid → ganti pembalut 2-6 kali/hari (30-80 cc/hari)

MENOPAUSE
- Berhentinya masa menopause untuk selamanya bagi wanita uang setiap bulannya
mengalami menstruasi
- Tanda :
- Ggn pola haid
- Ggn Vasomotor → Hot flushes (rasa panas mulai dari wajah, menjalar
keleher, dan dada berlangsung 1-2 menit)
- Gangguan psikologik → takut, gelisah, mudah marah
- Diagnosis→ > 40 thn, tidak haid > 6 bulan, dengan/tanpa keluhan klimaterik,
FSH > 40mIU/ml, E2 < 30 pg/ml
- Kelainan Menopause :
- Menopause prekoks : menopause <40 thn → akibat herediter, ggn gizi,
penyakit menahun yang merusak ovarium
- Menopause terlambat : masih haid sampai > 52 tahun → akibat
fibromioma uteri dan tumor yang menghasilkan estrogen

GANGGUAN HAID
- Gangguan Lama dan Jumlah Darah Haid
- Hipermenorea (menoragia) →jumlah darah haid banyak (>80 cc per
siklus/6x ganti pembalut/hari) dan/atau durasi haid lebih lama (> 7 hari)
▪ Hemostasis dalam endometrium pada siklus haid terkait erat dengan
fibrin dan platelet. Bisa juga karena gangguan anatomi uterus
(mioma, polip, hiperplasia endometrium)
▪ DISARANKAN UNTUK RUJUK → TRANSFUSI DAN USG
- Hipomenorea → jumlah haid lebih sedikit dan/atau durasi haid lebih pendek
▪ Akibat post miomektomi dan ggn endokrin → endometrium tipis

- Gangguan Siklus Haid


- Polimenorea → Siklus < 24 hari
▪ Akibat ggn endokrin (ggn ovulasi, fase luteal memendek, dan kongesti
ovarium karena radang)
- Oligomenorea → Siklus > 35 hari
▪ Androgen ↑ → gangguan ovulasi
▪ Bisa karena stress fisik dan emosi, penyakit kronis, gangguan nutrisi
- Amenorea → Tidak terjadi haid
▪ Tidak haid sampai usia 14 tahun + tidak ada pertumbuhan
kelamin sekunder
▪ Tidak haid sampai 16 tahun + ada pertumbuhan kelamin
sekunder
▪ Tidak haid selama 3 bulan berturut-turut pada perempuan yang
sebelumnya haid
▪ AMENOREA → Primer dan Sekunder
• Primer → Belum pernah haid sama sekali sampai usia 16
tahun
• Sekunder → Pernah haid, tapi siklus terganggun selama 3
siklus berturut atau 6 bulan

- Gangguan perdarahan diluar siklus haid → MENOMETRORAGIA

- Tx Gangguan haid :
- Perdarahan akut dan banyak ;
▪ Atasi gangguan hemodinamik dan perbaiki KU
▪ Dilatasi dan Kuretase → tidak mutlak, untuk curiga eganasan dan
gagal terapi medikamentosa. PUA resiko keganasan bila usia > 35
tahun, obesitas, anovulasi kronis
▪ Medikamentosa :
1. Kombinasi estrogen progestin
a. Pil Kontrasepsi → 2x1 (5-7 hari) → perdarahan lucut
(berkurang) → lanjut 1x1 selama 5-6 siklus. Atau,
b. 4x1 tab (4 hari) → 3x1 (3 hari) → 2x1 (2 hari) → 1x1
tab (3 minggu)
c. Pemakaian pil kontrasepsi kurangi jumlah darah
haid sampai 60%
2. Estrogen
a. Estrogen dosis tinggi 1.25 mg atau estradiol 17β 2 mg
per 6 ham (selama 24 jam)
b. Efek samping → mual
3. Progestin
a. Tab progestin (14 hari) → berhenti tanpa obat (14
hari) → diulang selma 3 bulan
b. Diberikan pada yang kontraindikasi estrogen
c. MPA (medroxyprogesteronasetat) 2x10 mg → cegah
hiperplasia endometrium

- Perdarahan ireguller (metroragia, menometroragia,


oligomenorea,menoragia)
▪ Cek TSH
▪ Cek Prolaktin (bila ada oligo dan hipo)
▪ Pap Smear (bilad ada perdarahan pasca senggama)
▪ USG transvagina
▪ Terapi :
• Kombinasi estrogen progestin → 1x1 selama 3 bulan
• Progestin → diberikan bila ada kontraindikasi pil
kontrasepsi → MPA 10 mg 1x1 (14 hari) → hentikan 14
hari → ulangi 3 bulan
• Gagal obat → Rujuk
- Perdarahan ireguler dalam 2 tahun setelah menarche disebabkaan
karena anovulasi, belum matang poros hipothalamus-hipofisis-ovarium
→ konseling + terapi kombinasi progestine dan estrogen.
- Penanganan medikamentosa nonhormon → diberikan bila tidak ada
kelainan patologi panggul.
▪ NSAID → Asam mefenamat 500 mg (2-4x/hari); Ibuprofen (600-
1.200 mg/hari)
▪ NSAID → memperbaiki hemostasis endometrium dan mampu
menurunkan jumlah darah haid
▪ ANTIFIBRINOLISIS → Asam tranexamat 3x500 mg/hari
• pada menoragia → plasminogen tinggi → asam tranexamat
berfungsi sbg penghambat plasminogen.

- Penanganan dengan Terapi Bedah


▪ Indikasi → bila medika mentosa tidak berhasil
▪ Histerektomi, ablasi (kurangi ketebalan endometrium), miomektomi

- PERDARAHAN UTERUS DISFUNGSI → Ggn haid tanpa adanya gangguan


patologi panggul dan penyakit sistemik
- Etiologi → ggn fungsi hipothalamus-hipofisis-ovarium-endometrium
- Patof → terganggunya kontrol lokal hemostasis dan vasokonstriksi
endometrium saat haid
- Tx → Stabilkan Hemodinamil + Tablet Kombinasi estrogen dan progesteron
▪ Remaja → MPA 10 mg 1x1 (14 hari) → 14 hari berikutnya tanpa
obat → ulang selama 3 bulan
▪ Reproduksi →
• Multipara → MPA 10 mg 1x1 (14 hari) → 14 hari berikutnya
tanpa obat → ulang selama 3 bulan
• Infertilitas dan ingin hamil → obat induksi ovulasi
• Perimenopause → pil kontrasepsi dosis rendah atau injeksi
DMPA

- DISMENOREA → Nyeri saat haid (keram pada abdomen bawah)


- Dismenorea Primer → tanpa kelainan patologi
- Dismenorea Sekunder → ada kelainan patologi
- Terapi :
▪ NSAID → Asam mefenamat 500 mg (3x1) → Hambat sintesis
prostaglandin
▪ Pil kontrasepsi kombinasi → cegah ovulasi dan pertumbuhan
endometrium → kurangi darah haid, sekresi prostaglandin, dan keram
uterus
• MPA 5 mg
• Didrogesteron 2x10 mg (mulai haid hari ke 5-25)

- PRA MESNTRUAL SYNDROME (PMS)


- Gejala → Cemas, lelah, susah konsentrasi, susah tidur, hilang energi,
gangguan tidur, sakit perut, sakit payudara, penurunan minat beraktivitas,
kehilangan kontrol diri dan semuanya mempengaruh aktivitas sehari-hari
- Terapi :
▪ MPA 10 mg dihari ke 16-25 siklus haid
▪ Asam mefenamat 500 mg (3x1)
▪ Kurangi kafein, garam, nikotin, alkohol

GANGGUAN MASA PUBERTAS


- Pubertas Prekoks (pubertas dini) → pertumbuhan ciri seksual sekunder diusia <
8 tahun
- Hormon gonadotrpin diproduksi sebelum usai 8 tahun → muncul gejala pertumbuhan
ciri kelamin sekunder, menarche (haid pertama seorang perempuan, rata -rata pada
usia 13 tahun), kemampuan reproduksi sebelum waktunya
- Pubertas Tarda (Pubertas terlambat) → gagal pematangan seksual usia > 13
tahun, termasuk belum menarche hingga usia 16 tahun

MASA REPRODUKSI → 15-46 tahun

KELAINAN KONGENITAL SISTEM REPRODUKSI PEREMPUAN

- HIPERTROFI LABIALIS → pembesaran labia (salah satu atau keduanya) → Tx :


Labioplasti (bila keluhan selalu timbul dan berulang)

- HIMEN IMPERFORATA → Selaput darah yang tidak memiliki lubang sama


sekali, kelainan ini tidak disadari sebelum menarche
Tanda → tidak ada aliran darah saat terjadi haid
▪ Hematokolpos → himen berwarna biru dan menonjol saat menstruasi
akibat akumulasi darah dalam vagina
▪ Hematometra → Akumulasi darah dalam rahim, sesak pada prut
bagian bawah, nyeri saat menstruasi, teraba diatas simfisis berupa
benjolan padat dan nyeri
▪ Hematosalping → Akumulasi darah ditubafallopi → bisa keronggga
abdomen
Tx → Himenektomi
- ANOMALI VAGINA :
e. SEPTUM VAGINA → pertemuan kedua duktus muller gagal menghilangkan
penyekat kanan dan kiri → dijumpai saat persalinan

f. ATRESIA VAGINA → duktus muller gagal berkembangn dan hanya


merupakan jaringan ikat tebal. Vagina tidak terbentuk dan llubang vagina
hanya merupakan kloaka

g. KISTA PADA LIANG VAGINA

- ANOMALI UTERUS :
- UTERUS DIDELFIS/UTERUS GANDA→ Uterus ada dua

- UTERUS BIKORNU → 2 uterus,1 serviks, 1 vagina


- UTERUS UNIKORNU → Uterus hanya punya 1 tuba fallopi dan 1 ovariumn

- UTERUS BERSEPTUM → ada septum ditengah uterus

RADANG PADA GENITALIA


- PEDIKULOSIS PUBIS
- Etiologi → Pthyrus Pubis
- Penularan → kontak (seksual atau non seksual), berada difolikel rambut
- Gejala → gatal dipubis, lesi makulopapuler divulva
- Tx →
▪ Krim Permethrin 5% atau lotion 1 % → oleskan, tunggu 10 menit,
lalu bilas dengan air (2x dengan jarak 10 hari)
▪ Bersihkan semua pakaian, ruangan , tempat tidur, rendam diair
hangat

- MOLUSKUM KONTAGIOSUM
- Etiologi → virus moluskum kontagiosum/poxvirus (infeksi berbahaya)
- Predileksi → pubis dan genitalia eksterna
- Gejala → papul bulat bentuk kubah, miliar-lentikular, putih seperti lilin,
ditengahnya ada lekukan, jika dipijat akan keluar badan moluskum (massa
warna putih

h. Terapi :
▪ Keluarkan badan moluskum
▪ Eksisi nodul dengan kuret dermal
▪ Asam trikloroasetat → obati dasarnya
▪ Krioterapi dengan nitrogen cair
- KONDILOMA AKUMINATUM
- Etiologi → HPV
- Penularan → Kontak seksual/hubungan seksual
- Predileksi → Vulva dan introitus vagina
- Gejala → lesi seperti kembang kol, berwarna seperti daging atau seperti
mukosa, biasa tidak ada keluhan kecuali ada luka atau infeksi sekunder

- Terapi :
▪ Podofilin 10-25% → oleskan setiap minggu selama 4-6 minggu. Cuci
setelah 6 jam
▪ TCA 80/90% → 1-2 minggu
▪ Krioterapi/electrokuter/terapi laser

RADANG PADA VAGINA

- BAKTERIAL VAGINOSIS
- Etiologi → Gardnerella vaginalis, kekurangan lactobacillus yang hasilkan
hidrogen peroksida
- Faktor resiko → usia reproduktif, aktif seksual, Riw. Penggunaan AKDR,
sering bilas vagina, UK < 30 mgg
- Gejala → gatal, duh tubuh putih berbau amis divagina, disuria

- Diagnosis → Kriteria AMSEL :


▪ Duh vagina berwarna putih dan ber-Ph >4.5
▪ Clue cells pada duh vagina
▪ Amin test (+) → duh vagina ditetesi KOH 10%
- Terapi :
▪ Metronidazole 500 mg (2x1) 7 hari
▪ Metronidazole per vaginam (2x1) 5 hari
▪ Krim Klindamisin per vaginam 2% per vagina (1x1) 7 hari
▪ Klindamisin 300 mg (2x1) 7 hari

- TRIKOMONIASIS
- Etiologi → Trichomonas vaginalis (inkubasi 4-28 hari)
- Penularan → Hubungan sexual
- Gejala :
▪ Akut :
• Dispareunia, perdarahan pasca koitus, perdarahan
intermenstrual
• sekret vagina seropurulen-mukopurulen, warna kuning-
kuning kehijauan, berbuih dan bau.
• Dinding vagina merah dan sembab, strawberry appearance

▪ Kronik :
• Gejala ringan + sekret tidak berbusa
- Penunjang → terdapat parasit trichomonas pasda perwarnaan giemsa

- Terapi :
▪ Metronidazole 2 gram PO/SD → obati dengan pasangan sexnya
▪ Metronidazole 500 mg (2x1) 7 hari

- CANDIDIASIS VAGINALIS
- Etiologi → Candida albicans
- Gejala → gatal, iritasi vagina, disuria, cairan vagina berwarna putih
bergumpal dan tidak bau
- Pemfis → inspekulo → eritema vagina dan ada cairan putih bergumpal
- Diagnosis → KOH 10%-20% → periksa cairan vagina → identifikasi jamur
penyebab
- Terapi
▪ Miconazole atau klotrimazole 200 mg intravaginal (1x1) 3 hari
▪ Klotrimazole 500 mg SD
▪ Flukonazole 150 mg PO/SD
▪ Itrakonazol 200 mg PO/SD
▪ Nystatin 100.000 IU intravagina (7hari)

RADANG SERVIKS UTERI


- INFEKSI CHLAMYDIA
- Etiologi → Chlamydia trachomatis
- Penularan → hubungan sexual
- Gejala → asimptomatik, duh tubuh duh vagina + bercak darah, dispareunia,
nyeri pelvis, perdarahan pasca senggama
- Pemfis → serviks erosi dan rapuh + cairan mukopurulen kuning-hijau
- Diagnosis → Pengecatan gram (> 10 leukosit polimorfonuklear per lapangan
pencelupan minyak), biakan bakteri, sampel endoserviks
- Tx :
▪ Azitromisin 1000 mg PO/SD
▪ Eritromisin 500 mg (4x1) 7 hari
▪ Doksisiklin 100 mg (2x1) 7 hari
▪ Levofloxacin 500 mg (1x1) 7 hari
→ Obati dengan [pasangannya

- GONORRHEA
- Etiologi →Neisseria Gonorrhea
- Cara penularan → hubungan sexual
- Gejala → duh tubuh vagina, perdarahan uterus abnormal, disuria, radang
panggul
- Pemfis → Serviks hiperemis dan erosi. Sekret mukopurulen
- Diagnosis → pengecatan gram, pemeriksaan biakan, pemeriksaan endoserviks
- Tx:
▪ Ceftriaxone 125 mg/im/SD
▪ Cefixime 400 mg/PO
▪ Ciprofloxacin 500 mg/PO
▪ Levofloxacin 250 mg/PO

RADANG PADA KORPUS UTERI


- ENDOMETRITIS → Radang endometrium akibat bakteri patogen, naik dari serviks
ke endometrium
- Etiologi → Chlamydia trachomatis, Neisseria Gonorrhoeae, Cytomegalovirus,
Mycoplasma Hominis
- Gejala :
▪ Endometritis akut : Nyeri tekan uterus + PID
▪ Endometritis Kronik : kadang tidak bergejala + PPV intermenstrual,
perdarahan pasca senggama, menoragia, nyeri tumpul terus menerus
dipinggul bagian bawah
- Diagnosis → Biopsi dan biakan endometrium
- Tx :
▪ Kronik → Doksisiklin 100 mg (2x1) 10 hari

RADANG ADNEXA DAN SEKITARNYA


- PID/RADANG PANGGUL
- Infeksi pada endometrium, tuba fallopi, ovarium, miomerium, parametrium,
dan peritoneum panggul
- Etiologi → N. Gonorrhea/Chlamydia Trichomatis
- Faktor resiko → riw. Seks bebas, IMS, riw. AKDR, Riw. PID sebelumnya
- Gejala → Nyeri abdominopelvik + keluar cairan vagina, perdarah, demam
- Diagnosis → Nyeri gerak serviks, nyeri tekan uterus dan adnexa
▪ Tambahan → demam (>38.8OC), cairan serviks mukopurulen, LED ↑
▪ Biopsi endometrium, USG transvaginal (tuba menebal berisi
cairan dengan atau tanpa cairan bebas dipanggul)
- Tx : → cegah infertilitas akibat rusaknya tuba dan KET
▪ ORAL :
• Terapi A :
o Levofloxacin 500 mg (1x1) 14 hari, dengan/tanpa
o Metronidazole 500 mg oral (2x1) 14 hari
• Terapi B :
o Ceftriaxone 250 mg/IM/SD (atau cefotaxim) +
doksisiklin 100 mg (2x1) 14 hari + dengan/atau
o Metronidazole 500 mg (2x1) 14 hari

KELAINAN-KELAINAN LAIN (ULKUS GENITAL)


- HERPES GENITAL
- Etiologi → HSV Tipe 2 (80%) → Inkubasi 3-7 hari
- Faktor resiko → penggunaan kontrasepsi, riw. Ulkus genital, Riw. Sexual
usia muda.
- Gejala :
▪ demam, malaise, pembesaran kelenjar getah bening regional
▪ parestesia dan rasa panas pada vulva + vesikel berkelompok
(vesikel pecah membentuk ulkus dangkal dan nyeri)
▪ Keluhan berlangsung ± 14 hari (puncak hari ke-7)
▪ Bisa kambuhan dalam 6 bulan pertama

- Tx :
▪ Asiklovir 200 mg (5x1) 5 hari (sed. 200, 400, 800 mg)
▪ Salep Asikovir 3-4x/hari
▪ Bila kambuh → ulang pemberian asiklovir 200 mg (5x1) 5 hari atau
400 mg (2x1) 5 hari
▪ Edukasi → tidak melakukan hubungan sex sampai lesi sembuh
- GRANULOMA INGUINAL
- Etiologi → Klebsiella granulomatis
- Tidak menular, infeksi kronis
- Gejala → Nodul tanpa gejala → ulser merah, tidak nyeri
- Pemeriksaan → pem. Mikroskopis → donovan intrasitoplastik, kerumunan
bakteri tampak seperti peniti (bipolar).

- Tx :
▪ Doksisiklin 100 mg (2x1) 3 minggu
▪ Azitromisin 1 gr/mgg (3 mgg)
▪ Ciprofloxacin 750 mg (2x1) 3 mgg
▪ Kotrimoksazole (160/800 mg) (2x1) 3 minggu

- LIMFAGRANULOMA VENEREUM
- Etiologi → Infeksi kronik jaringan limfe Chlamydia Trachomatis. Masa
inkubasi 4-21 hari
- Gejala → ulkus kecil, dangkal tanpa nyeri sembuh cepat dan spontan
▪ Fase Sekunder → 1- 4 mgg → nyeri inguinal dan perirektal,
pembengkakan kelenjar limfe inguinal
▪ Fase Tersier → Ruptur dan drainase pembengkkan kelenjar limfe
membentuk sinus
- Diagnosis :
▪ aspirasi → ada pus
- Tx :
▪ Doksisiklin 100 mg (2x1) 21 hari

- CHANCROID/KANKROID
- Etiologi → Haemophilus ducreyi
- Penularan → Hubungan sexual
- Gejala → awalnya papul inflamasi, jadi ulkus dangkal + multiple + nyeri
- Diagnosis → pengecatan gram eksudat purulen
- Terapi :
▪ Azitromisin 1 g per Oral/SD
▪ Ceftriaxone 250 mg/IM/SD
▪ Ciprofloxacin 500 mg (2x1) 3 hari
▪ Eritromisin 500 mg (4x1) 7 hari

- SIFILIS
- Etiologi → Treponema pallidum
- Klinis :
▪ Sifilis Primer → ulkus keras, soliter, tidak nyeri, dapat sembuh
spontan
▪ Sifilis Sekunder → ruam makulopapular ditelapak tangan dan kaki,
divulva ada bercak mukosa dan kondiloma lata, lesi abu-abu
meninggi, tidak nyeri
▪ Sifilis Tersier → akibat sifilis yang tidak ditangani, infeksi disistem
lain.
- Terapi :
▪ Sifilis primer dan sekunder :
• Benzatin Penisilin G 2.4 Juta unit/IM/SD,
• Bila alergi penisilin (tidak hamil) → Doksisklin 100 mg (2x1)
2 minggu
• Tetrasiklin 500 mg (4x1) 2 minggu
▪ Sifilis Laten :
• Laten awal (< 1 tahun) → Benzatin Penisilin G 2.4 Juta
unit/IM/SD
• Laten Akhir (> 1 tahun) → Benzatin Penisilin G 7.2 Juta
unit/IM dalam 3 dosis masing-masing 2.4 juta interval 1
minggu.
o Kalau alergi penisilin (tidak hamil) → Doksisiklin
100 mg (2x1) 2 minggu (< 1 tahun), 4 minggu (> 1
tahun)
▪ Sifilis Tersier :
• Benzatin Penisilin G 7.2 Juta unit/IM dalam 3 dosis
masing-masing 2.4 juta interval 1 minggu
o Kalau alergi penisilin (tidak hamil) → Doksisiklin
100 mg (2x1) 2 minggu (< 1 tahun), 4 minggu (> 1
tahun)
- ENDOMETRIOSIS → Jaringan Endometrium diluar cavum uteri dan berfungsi
- ADENOMIOSIS → Jaringan endometrium didalam miometrium
TUMOR JINAK VULVA
- TUMOR KISTIK
- KISTA BARTHOLINI → Pembesaran kistik akibat parut setelah infeksi
(Neisseria Gonorrhea, Streptococcus, Staphylococcus) atau trauma akibat
sumbatan ekskresi kelenjar bartholini
▪ Gejala → Benjolan divulva tanpa nyeri

▪ Terapi → Insisi dinding kista dan drainase cairan kista


(marsupialisasi) + Antibiotik

- KISTA POLISEBASEA → kista yang timbul akibat sumbatan karena infeksi


atau akumulasi material sebum pada duktus sekreterius sebasea. Isi minyak
dan lemak dipitel skuamosa
▪ Gejala → asimtopmatik, kecil, soliter
▪ Tx → INSISI + DRAINASE + ANTIBIOTIK

- TUMOR PADAT VULVA


- FIBROMA VULVA → Tumor jinak berasal dari jaringan ikat vulva,
bertangkai, berada di labium mayor
▪ Gejala → Tumor bertangkai divulva vagina, bertumbuh sampai
mengganggu aktivitas seksual dan mobilitas.
▪ Tx → Eksisi Fibroma

- TUMOR KISTIK FIBROMA


- KISTA INKLUSI
▪ GEJALA → Kista berada di 1/3 bawah vagina/posterior/lateral,
muncul akibat penjahitan laserasi perineum yang kurang sempurna,
kista berisi massa cairan musin yang kental.

▪ Terapi → Eksisi Kista


- KISTA GARTNER
▪ GEJALA → kista berada dianterolateral vagina, asimptomatik

▪ TX → Insisi dinding anterolateral vagina dan eksis untuk keluarkan


kista

- TUMOR JINAK SERVIKS


- KISTA NABOTHIAN
▪ GEJALA → Asimptomatik, ada penonjolan kistik diendoserviks
dengan batas tegas dan warna lebih mu

▪ Tx → Tidak ada terapi khusus


- TUMOR PADAT SERVIKS
- POLIP SERVIKS
▪ GEJALA → Polip berwarna merah pucat, rapuh, dan strukturnya
menyerupai spons, menjulur keluar Ostium serviks, asimtpomatik,
perdarahan intermenstrual, perdarahan post koitus.

▪ Tx → Ekstirpasi
- TUMOR JINAK ENDOMETRIUM
- POLIP ENDOMETRIUM → penonjolan dari endometrium, tumor
bertangkai, ada pembesaran diujungnya
▪ Gejala → PPV diluar siklus haid, polip > kenyal dan warna > merah
dari polip serviks, biasa bertangkai panjang sampai keluar OUI dan
perdarahan, nekrotik, dan peradangan.

▪ Tx → Ekstirpasi, kuretase, histeroskopi

- TUMOR JINAK MIOMETRIUM


- MIOMA UTERI → tumor miometrium yang terbatas, disertai jaringan
fibrosa.
▪ Etiologi → regulasi hormon reproduksi, banyak diusia produktif.
▪ Klasifikasi :

1. Mioma Submukosa → menonjol ke cavum uteri. Biasa


bertangkai sampai keluar OUI
2. Mioma Intramural → miom dimiometrium
3. Miom Subserosa → Miom dilapisan serosa uterus, tumbuh
bertangkai mengarah keluar
▪ Gejala → PUA, Nyeri, Efek penekanan organ pelvis (sering
kencing, sulit BAB), Infertilitas (oklusi tuba ganggu implantasi)
▪ Pemfis → Teraba massa diabdomen padat dengan permukaan
halus, bentuk tidak teratur
▪ Penunjang → USG, MRI
▪ Terapi :
• Konservatif → OBSERVASI bila belum besar dan
asimptomatik
• Medikamentosa :
o NSAID → kurangi dismenorea
o Hormonal → DMPA
• Bedah → Miomektomi (Cuma angkat miom), Histerektomi
(angkat uterus + miom).

- ADENOMIOSIS → Infiltrasi endometrium oleh miometrium

▪ Etiologi → Endometrium menembus membrana basalis, riwayat


kuretase, trauma berulang, kuretase berulang
▪ Gejala → Menoragi, dismenorea, subfertil (susah hamil)
▪ Pemfis → PD (nyeri dan rahim membesar)
▪ Penunjang → USG, MRI
▪ Terapi :
• GnRH agonis (6 bulan)
• Suntik progesteron
• Histerektomi

- TUMOR JINAK OVARIUM


- KISTA OVARIUM → Pembesaran ovarium kistik, padat, bersifat neoplastik.
▪ Klasifikasi :
• Kistik → Non neoplastik, fungsional, non fungsional
• Padat
▪ Gejala → Pembesaran diabdomen, bagian adnexa, perdarahan,
nyeri, sesak, edema tungkai.

▪ Pemfis → RT
▪ Penunjang → USG, Laparoskopi
▪ Terapi → laparotomi
- KEGANASAN SISTEM REPRODUKSI
- CA SERVIKS/ KANKER SERVIKS
▪ Etiologi → Human Papilloma Virus (HPV) tipe 16, 18, 31, 45.
▪ Faktor Resiko → < 16 tahun, berganti pasangan, penderita penyakit
imunosupresi, merokok
▪ Gejala → tanpa gejala atau ditemukan saat skrining
• Gejala awal → Sekret vagina berlebih + PPV diluar
haid/pasca senggama
• Gejala Lanjut → Sekret vagina busuk, Nyeri panggul, nyeri
BAK dan BAB, sering berkemih

▪ Stadium Ca Serviks FIGO 2000

▪ Diagnosis → PAP SMEAR, Foto thorax, tulang belakang, barium


enema, CT-Scan, Pem. Hematologi
▪ Terapi → Pembedahan, radioterapi, kemoterapi
▪ PEMERIKSAAN IVA (Inspeksi Visual Asam Asetat)
• Cara mengamati serviks yang dipulas asam asetat/cuka 3-5%
→ Lesi prakanker (berwarna putih) → aceto white epithelium
• Bisa dilakukan kapan saja bahkan dalam masa menstruasi, saat
nifas, atau pasca keguguran
• Alat dan bahan :
o Alat :
▪ Ranjang dan lampu ginekologi
▪ Spekulum cocor bebek
▪ Ember berisi larutan klorin
o Bahan :
▪ Kapas lidi
▪ Handscun
▪ Spatula kayu
▪ Larutan asam asetat 3-5%
▪ Klorin 0.5%
• Cara identifikasi serviks :
o Kecurigaan kanker atau tidak?
▪ bila ya → Rujuk
▪ Bila tidak → identifikasi Sambungan Skuama
Klomunar (SSK)
• SSK tidak tampak ? → periksa serviks
tanpa olesan asam asetat (misal negatif
tanpa SSK) → pasien dianjurkan periksa
6 bulan kemudian (lebih cepat lebih
baik)
• SSK tampak? → lakukan IVA (oleskan
kapas lidi yang sudah dicelupkan ke
asam asetat 3-5% keseluruh permukaan
serviks) → tunggu hasil selama 1 menit
→ liat bercak putih/aceto white
epithelium
▪ Jika tidak ada bercak → negatif → periksa 6
bulan sekali
▪ Jika ada bercak → Positif → tentukan
tatalaksana yang tepat → Rujuk
• Tatalaksana IVA Positif :
a. Krioterapi, elektrokauterisasi, Eksisi LEEP/LLETZ
▪ PEMERIKSAAN PAP SMEAR
• Tujuan → menilai perubahan sel abnormal (kanker) pada
serviks
• Bahan pemeriksaan → sampel olesan dari endoserviks (pakai
cyto brush) dan ektoserviks (spatula ayre)
• Fiksasi dengan alkohol 95%

- CA ENDOMETRIUM/ KANKER ENDOMETRIUM


▪ Faktor resiko → Obesitas, paparan estorgen jangka panjang,
menopause > 52 tahun, nulipara, siklus anovulsi, hiperplasia
endometrium
▪ Gejala → PUA metroragia atau Perdarahan pascamenopause dan
atau keputihan.

▪ Diagnosis → CA-125, biopsi endometrium, histopatologik, USG


transvaginal.
▪ Stadium Kanker Endometrium FIGO 1998
▪ Rute penyebaran kanker → tuba fallopi ke peritoneum, KGB ke
kelenjar paraaorta, pelvis, inguinal/femoral, Pembuluh darah keparu-
paru, hepar, otak, tulang.
▪ Tx → Histerektomi, Radioterapi, Kemoterapi

- KANKER OVARIUM/CA OVARIUM


▪ Etiologi → Genetik, hormon
▪ Gejala → asimptomatik sampai tumor membesar atau metastatis, haid
tidak teratur,sering berkemih (bila tumor menekan kandung kemih),
nyeri tekan perut, distensi. Sesak bila metastasis.

▪ Pemfis → massa tumor padat, irreguler, terfiksir.


▪ Diagnosis → CA-125, Beta HCH, AFP, USG
▪ Terapi → pembedahan
ANAK

RESPIRASI ANAK
a. BRONCHIOLITIS → < 2 thn, batuk, sesak, tanpa demam,
→ Ekspirasi memanjang, hiperinflasi, wheezing (+)
- Etiologi → virus (self limiting)
- Tx → Kotrimoksazole (40mg/kgbb/kali) 2x1, atau
→ Amoxicilin (25mg/kgbb/kali) 2x1
→ Oksigen
→Demam → PCT

b. ASMA BRONCHIAL → > 2 thn, batuk, sesak, tanpa demam


Episodik jarang Episodik sering Asma persisten
Frek. serangan < 1x/bulan >1x/bulan Sering
Lama serangan < 1 minggu >1 minggu Sepanjang tahun
Intensitas Ringan Sedang Berat
serangan
FEV 1 >80% 60-80% <60%
Tx : sama seperti asma biasa

c. PNEUMONIA → Batuk, sesak, demam


- RO → perselubungan inhomogen + ABS
- Tx → antibiotik

d. TB ANAK
Interpretasi skoring :
- > 6 : (+) TB ANAK
- 6 : riw. Kontak (+) → profilaksis INH 6 bulan → cek mantoux → bila (+) →
profilaksis INH 9 bulan
Dosis profilaksis INH anak : 5-10 mg/kgbb/hari (6 bulan
- <6:
- < 5 thn + Riw. Kontak (+) → INH 6 bulan
- < 5 thn + mantoux (+) → INH 9 bulan

Dosis Obat TB Anak


OBAT < 10 kg 10-19 kg 20-32 kg
Isoniazid 50 mg 100 mg 200 mg
Rifampisin 75 mg 150 mg 300 mg
Pirazinamide 150 mg 300 mg 600 mg

Dosis KDT Anak


BB Fase Intensif (2 bulan) Fase Lanjutan (4 bulan)
RHZ (75/50/150) R3H3 (75/50) (3x seminggu)
5-9 Kg 1 tab 1 tab
10-14 Kg 2 tab 2 tab
15-19 Kg 3 tab 3 tab
20-32 Kg 4 tab 4 tab
Resep TB Anak :
- R/ FDC Anak fase intensif kategori 1 No. LX
S. 1 dd tab II

Regimen → 2RHZ + 4R3H3


- INH → 5-15 mg/kgbb/hari (max. 300 mg/hari)
- Rifampisin → 10-20 mg/kgbb/hari (max. 600 mg/hari)
- Pirazinamid → 15-30 mg/kgbb/hari (max. 2.000 mg/hari)
- Etambutol → 15-20mg/kgbb/hari (max. 1250 mg/hari)
- Streptomisin → 15-40 mg/kgbb/hari (max. 1000 mg/hari)
- Etambutol dikasih hanya ada TB ekstraparu/milier

NB :
- TB anak + HIV → Skor 3 mulai terapi
- HIV anak > 5 thn → Profilaksis
- TB anak lainnya tambahkan kortikosteroid 1-2mg/kgbb/hari (3x) selama 2-4
minggu → tapp off jangka 2-6 minggu
NEURO ANAK
a. KEJANG DEMAM → 6 bln-5 thn
- <6bln atau > 5 tahun → susp. Epilepsi atau ensefalitis
▪ KEJANG DEMAM SEDERHANA → < 15 menit, 1x/hari,
general/seluruh tubuh
▪ KEJANG DEMAM KOMPLEKS → > 15 menit, >1x/har,
Fokal/sebagian tubuh
▪ STATUS EPILEPTIKUS → kejang terus menerus tanpa
pemulihan kesadaran, >1x/hari, Kejang > 30 menit

- Tx :
- Diazepam rectal : (stesolid 2.5 ml/5 mg) (bisa ulang 2x)
▪ < 12 kg = 5 mg
▪ > 12 kg = 10 mg

- Diazepam IV : 0.3-0.5 mg/KgBB (max. 20 mg) (ampul = 2 ml/10 mg) bisa


ulang 2x) (bisa ulang 2x)

- Fenitoin IV : 10-20 mg/kgbb (kec. 25 mg/menit) (ampul = 2 ml/100 mg)

- Fenobarbital IV/IM : 10-20 m/kgbb (ampul = 1 ml/50mg)

- ICU → Midazolam = 0,2 mg/kgbb; Fenobarbital = 5-10 mg/kgbb

- Diazepam rectal → saat serangan


- Diazepam IV → bila tak ada serangan, sempat infus
- MENANGANI KEJANG DENGAN OBAT ANTI KEJANG
▪ Obat anti kejang pilihan pertama : Fenobarbital
• Fenobarbital → 100 mg/2ml ampul per IM (Dosis : 30mg =
0,6 ml) per IM (pake syringe 1 cc) → bisa diulangi 1x dalam
dosis yg sama, per 15 menit
▪ Obat anti kejang pilihan kedua : Diazepam
• 5 mg/ml (dalam ampul 1 ml) atau 10 mg/2ml (dalam ampul 2
ml) diberikan per rektal
o Berat < 2500 gram Diberikan 0,25 ml*
o Berat ≥ 2500 gram Diberikan 0,50 ml*
-
- Profilaksis Kejang :
- Rumatan → Fenobarbital 3-4 mg; As. Valproate 15-30 mg
- Bayi-anak → As. Valproat syrup 3x1 cth
- Dewasa : Diazepam
- Fenitoin Kapsul → 3x100 mg
- Fenobarbital → 3x30 mg; 1x100 mg
- Intermitten → Diazepam oral 0.3 mg/kgbb atau Diazepam rectal 0.5 mg/kgbb
per jam bila suhu >38.5OC
b. CEREBRAL PALSY
- Gejala → Riw. Premature, asfiksia, gejala UMN, LMN
- Tipe → Spastik (diplegia,quadriplegia); Ekstrapiramidal (Athetoid, Ataxic)
- Tx → Fisioterapi

KARDIO ANAK
- PJB → SIANOTIK & ASIANOTIK

- ASIANOTIK :
- Atrial Septal Defect (ASD) → Wide Split fixed, S2 memanjang
- Ventrikel Septal Defect (VSD) → bising pansistolik, hipertrofi ventrikel
kanan
- Patent Ductus Arteriosus (PDA) → Bising continous/ bising machinery
- Foramen Ovale Persisten
- Koartasio Aorta → Beda tensi atas-bawah
- Komplikasi PJB Asianotik → Sydrome Eisen Menger (awalnyaasianotik jadi
sianotik) → clubbing finger, desaturase, Hb ↑

- SIANOTIK
- Tetralogy of Fallot (ToF) :
▪ Overidding aorta,
▪ RO : Bootshaped, Apex terangkat → Hipertrofi ventrikel kanan
▪ Stenosis pulmonal,
▪ Bising pansistolik → VSD
▪ Cyanotic spell → Jongkok kalau capek, clubbing finger, ggn tumbuh
kembang
▪ Terapi : O2, Infus, Morfin; Maintanance → Beta Blocker; Surgical
Blalock Tausig Shunt

- Transposition of Great Artery (TGA)


▪ Prognosis buruk, mortilitas tinggi
▪ Terjadi defek percampuran darah kaya O2 dan Non O2
▪ Arteri Pulmonal dan Vena Pulmonal kiri tertukar, begitu juga
sebaliknya
▪ RO : Egg Shaped Appearance
GASTRO ANAK

DIARE
- BAB ≥ 3x/hari, tinja cair atau lembek.
- Diare > 14 hari → Diare Persisten (tanpa dehidrasi), Diare persisten berat
(dengan dehidrasi)
- Disentri → Diare berdarah
- 5 lintas diare → Oralit, zinc (10 hari berturut), Asi dan makan, AB, Nasihat
keluarga
- Tx :
- RENCANA A : KU baik, mata tidak cekung, minum biasa, turgor kembali
normal
▪ (Oralit 6 bkg + zinc 10/20 mg (10 hari))
▪ Oralit : sampai diare behenti, sedikit demi sedikit, beri 6 bungkus
• < 1 tahun = 50-100 cc/BAB
• > 1 tahun = 100-200 cc/BAB
▪ Zinc (tab 20 mg) → 10 hari berturut walau diare berhenti
• < 6 bulan = ½ tab/hari
• > 6 bulan = 1 tab/hari
▪ Makan lebih sering → minyak sayur
▪ Antibiotik
▪ Nasihat → bawa ke layaan kesehatan bila BAB cair, mnah berulang,
sangat haus, makan minum sedikit, demam, berak darah, tidak
membaik 3 hari

- RENCANA B : Gelisah, rewel, mata cekung, ingin minum terus, turgor kembali
lambat
- Oralit/cairan : 75 cc x BB dalam 3 jam

- RENCANA C : Letargi, tidak mau minum, turgor lambat


Terapi C 30 cc/kgbb 70 cc/kgbb 100cc
< 1 tahun 1 jam 5 jam 6 jam
>1 tahun 30 menit 2,5 jam 3 jam
- Bila tidak bisa diinfus → pasang NGT 20 cc/kgbb/jam 6 jam
GINJAL ANAK
- Sindrom Nefritik Akut (SNA)
- Riw. Infeksi pernapasan atau kulit
- Hipertensi, hematuria (kencing seperti air cucian daging/cocacola)
- Nefrotik → Proteinuria, edema (retensi dan hipoalbumin), Hiperlipidemia
- Etiologi → Hipersensitivitas tipe 3
- HT karena retensi Na
- Glomerulonefritis → anak; Sindrom Nefrtitik → Dewasa
- Bila ASTO ↑, C3 ↓ → GNAPS
- Biopsi sel ginjal → sel crescent → Rapidly progressive Glomerulonefritis (RPGN)
- Tx → AB penisilin atau makrolid

ENDOKRIN ANAK
- HIPOTIROID → Gemuk, ggn kognitif, kreatinisme, T4 ↓, kongenital, riw. Ibu
minum PTU saat hamil.
- DWARFISME → Pendek, tidak ada ggn kognitif, GH ↓
- GIGANTISME → GH ↑ diusia tua, tinggi sekali akibat epifisis belum menutup
sempurna
- AKROMEGALI → usia tua, kepalan tangan dan kaki besar (epfisis sudah menutup)

NICU
a. TRAUMA LAHIR
- Caput Succadenum → Lewat sutura, isi air
- Cephal Hematoma → isi darah, anemia
- Hematoma subgleal → Lewat Sutura, isi Darah, Anemia → gejala berat
b. HIPOGLIKEMIA Anak-bayi (GDS < 45 g/dl)
- Sadar → Maintanance D10% 6 cc/kgBB/IV/jam
- Tidak sadar → Bolus D10% 25 cc/KgBB dulu → lanjut maintanance

- Hipoglikemia anak/Hipoglikemia Bayi/ Hipoglikemia neonatus :


- D10% bolus 2 cc/kgbb kemudian rumatan ASERING/D5% → cek
glukosa 30 menit, 1 jam, 3 jam.

c. HIPOTERMIA
- Ringan : 34-36OC
- Sedang : 32-34OC
- Berat : < 32OC

d. IKTERUS
- Fisiologis → Hari 2-14 (hb terbuang) → Tx : jemur bayi
- Patologis → Hari 1 dan >14 (CHAMS)
▪ <1 hari → Inkompatibilitas Rhesus atau gol.darah → sebabkan anemia
hemolitik → Ikterus patologis → Hemolitic Disease Of the Newborn
• Tx :
o Untuk Ibu : Rhogam pada 28 mgg & 72 jam post
partum
o Anak : Kortikosteroid; Coomb test (+) → AHAI (IgG
Warm, IgG Cold)
▪ >14 Hari → CHAMS
• Cephal Hematoma → ↑ Bilirubin Indirek
• Hipotiroid → ↑ Bilirubin Indirek
• Atresia bilier → ↑ Bilirubin direk → BAB dempul, USG :
triangular cord sign. Tx : operasi kasai
• Milk → ↑ Bilirubin Indirek
• Breast Feeding Jaundice → Asi kurang, ikterus < 7 hari
• Breast Milk Jaundice → Kualitas Asi Buruk, ikterus > 7 hari
• Sepsis → ↑ Bilirubin Indirek
RESPIRASI NEONATAL
- Hyaline Membrane Disease (HMD)
- Premature (akibat def. Surfaktan) → Tx : Suntik Surfaktan
- RO:
▪ Grade 1 : bercak retikulogranuler
▪ Grade 2 : air bronchogram sign
▪ Grade 3 : Ground Glass app
▪ Grade 4 : White lung
- Transient Takipneu of The Newborn (TTN)
- Aterm, Riw. SC
- Ro → Wet Lung
- Tx → Sembuh sendiri
- Meconium Aspirasi
- Serotinus
- RO : Paru-paru kasar, Patchy Infiltrat
- Pneuomina Kongenital
- Batuk, Sesak, Demam + aterm + riw. Persalinan tidak steril
- RO → Perselubungan air broncogram sign
- Tx → Ampisilin, gentamisin (antibiotik)
- Px : Skor down dan APGAR
- Skor <4 → Asfiksia ringan → Sungkup O2

- Ballard Skor → > 30 aterm, < 30 preterm


GIZI
- INTOLERANSI LAKSTOSA → feses menyemprot, anus hiperemis, feses bau asam
- Px → Hydrogen breath test
- Tx → Susu bebas laktosa, Ca laktat tablet

- ALERGI SUSU SAPI → Anus gatal, riw. Alergi dikeluarga


- Tx → Anti Histamine + hindari allergen + susu kedelai, susu hidrolisat, susu
asam amino

- DEFISIENSI VITAMIN
- Def. Vit A → Xerophthalmia, rabun senja (nycalopia)
- Def. Vit C (sintesis kolagen) → Scurvy (gusi berdarah)
- Def. Vit D : Rickets/osteomalacia → kaki varus/valgus
- Def. Vit. B :
▪ Vit B1 (thiamin) → beri-beri
▪ Vit B2 (Riboflavin) → stomatitis, dermatitis, chellitis (bibir pecah)
▪ Vit B3 (Niacin) → Pellagra (Dermatitis, Demensia, Diare)
▪ Vit B6 (piridoksin) → HEG, Neuritis perifer
▪ Vit B9 (asam folat) → anemia megaloblastic, NTD, spina bifida,
anencephali
▪ Vit B12 (Cyanocobolamin) → Kram-kram dan diare.

- MARASMUS → Def. Kalori


- Gejala → oldman face, baggy pants, iga gambang.

- KWASHIKOR → Def. Protein


▪ Gejala → edema pretibial, ascites, rambut pirang (Rambut jagung),
Crazy Pavement dermatosis (kulit pecah)

- MARASMUS + KWAHIOKOR → 2 gejala sekaligus


- 10 tatalaksana gizi buruk

- Fase stabilisasi
- Atasi hipotermia → beri selimut tebal
- Atasi Hipoglikemia → D10%
- Atasi Dehidrasi → Resomal
IMUNISASI
INFEKSI ANAK
- MORBILI → Koplik Spot, merah dibelakang lidah, (Coryza, Cough,
Conjunctivitis)
- Tx : Simptomatik + Vit. A
▪ Tx : Vit A
▪ Jadwal suplementasi : Setiap Februari dan Agustus
• < 6 bulan : ½ (kapsul biru) (2 hari)
• 6 bulan - 11 bulan : 100.000 IU (kapsul biru) (2 hari)
• 12 bulan - 59 bulan : 200.000 IU (kapsul merah) (2 hari)
▪ Jika seorang anak belum mendapatkannya dalam 6 bulan terakhir,
berikan satu dosis sesuai umur

- KAWASAKI DISEASE → Demam + infeksi streptococcus pyogenes + Strawberry


tongue, ASTO (+) (swab tenggorok)
- Tx : Penisilin

- Hand Food Mouth Disease (HFMD)/Flu Singapura


- Papul dilidah dan tangan
- Cocsakie Virus

- MUMPS → Paramyxovirus
- Pembengkakan , nyeri telinga, nyeri menelan
MANAJAMEN TERPADU BALITA SAKIT (MTBS)

2 BULAN-5 TAHUN
- RESPIRASI (2 bln- <1 thn = <50x/m; 1 thn- < 5 thn = <40x/m)
a. BATUK BUKAN PNEUMONIA → batuk tanpa demam, tak ada tanda
pneumonia
Tx :
▪ Puyer batuk/obat batuk anak,
▪ kontrol 5 hari
▪ > 14 hari → rujuk
b. PNEUMONIA → Batuk, sesak, demam, napas cepat
Tx :
▪ Amoxicilin 2x1 (3 hari)
▪ Puyer batuk/obat batuk anak
▪ Kontrol 3 hari
▪ > 14 hari → rujuk
c. PNEUMONIA BERAT → Retraksi dinding dada/Saturasi < 90%
Tx :
▪ O2 2-3 lpm
▪ Antibotik
▪ RUJUK

- TELINGA
a. MASTOIDITIS → Nyeri dan bengkak belakang telinga
Tx → Antibiotik + Paracetamol → RUJUK

b. INFEKSI TELINGA AKUT → Nyeri telinga atau Rasa penuh dan keluar
cairan selama < 14 hari.
Tx → Antibiotik (5 hari) + Paracetamol + tampon telinga tampon H2O2
3% → Follow hp 5 hari

c. INFEKSI TELINGA KRONIS → Keluar cairan > 14 hari


Tx → Tampon H2O2 3% + Tetes telinga sesuai + Follow Up 5 hari

- DEMAM
- MALARIA (ada riwayat berpergian didaerah pandemi malaria dalam 1-
2 mgg terakhir)
a. DEMAM MUNGKIN BUKAN MALARIA → DEMAM + RDT (-)
atau ada penyebab lain
• Tx : Paracetamol (>38.5OC) + Antibiotik +
• Kontrol 3 hari
• Demam > 7 hari → rujuk
b. MALARIA → DEMAM + RDT (+)
• Tx : Antimalaria lini pertama + Parasetamol
• Kontrol 3 hari
• Demam > 7 hari → Rujuk
c. PENYAKIT BERAT DENGAN DEMAM → tanda bahaya/Kaku
kuduk
• Tx : Artemeter injeksi + Antibiotik + Paracetamol
• Cegah gula darah tidak turun
• Kontrol 3 hari
• Demam > 7 hari → Rujuk

- CAMPAK → lihat luka dimulut, nanah dimata, keruh pada kornea


a. CAMPAK DENGAN KOMPLIKASI BERAT → tanda bahaya
umum/kekeruhan kornea/luka dimulut yang luas
▪ Tx : Vit A + antibiotik oral + Paracetamol + salep mata tetracyclin
RUJUK SEGERA !!!

b. CAMPAK DENGAN KOMPLIKASI MATA DAN ATAU MULUT →


Pus pada mata atau luka pada mulut
▪ Tx : Vit A + antibiotik oral + Paracetamol + salep mata tetracyclin
+ antiseptik mulut
▪ Follow up 3 hari

c. CAMPAK
▪ Tx : Vit A
▪ Jadwal suplementasi : Setiap Februari dan Agustus
• < 6 bulan : ½ (kapsul biru)
• 6 bulan - 11 bulan : 100.000 IU (kapsul biru)
• 12 bulan - 59 bulan : 200.000 IU (kapsul merah)
▪ Jika seorang anak belum mendapatkannya dalam 6 bulan terakhir,
berikan satu dosis sesuai umur

- DBD (DEMAM BERDARAH DENGUE)


a. DBD → Syok, Muntah bercampur darah (hitam), BAB darah (hitam),
perdarahan spontan hidung atau gusi, petekie, torniquet (+), sering muntah
▪ Tx :
• Bila syok beri O2 dan infus RL,
• bila tidak syok → Infus RL Rumatan
• Oralit
• Paracetamol
▪ RUJUK SEGERA !!!

b. SUSP. DBD → Demam mendadak tinggi, terus menerus, Nyeri Ulu Hati,
Gelisah, Torniquet (-)
▪ Tx :
• Paracetamol + Oralit
• Kontrol per 1 hari bila demam

c. DEMAM MUNGKIN BUKAN DBD → demam tidak spesifik


• Tx : Paracetamol
- GIZI
a. GIZI BURUK DENGAN KOMPLIKASI → Tanda bahaya + BB/TB < -3
SD/LLA <11.5 cm
▪ Tx : Antibiotik (5 hari) + Cegah Hipoglikemia + Hangatkan

b. GIZI BURUK TANPA KOMPLIKASI → Kurus + Edema minimal/tidak


ada sama sekali + BB/TB < -3 SD/LLA <11.5 cm + Tidak ada komplikasi
▪ Tx : Antibiotik (5 hari) + Cegah Hipoglikemia + Penuhi
kebutuhan makan + Periksa kemungkinan penyakit penyerta lain
+ Follow up 7 hari

c. GIZI KURANG → BB/TB > -3 SD sampai < -2 SD atau LLA 11.5


sampai <12.5
▪ Tx : Identifikasi masalah pemberian makan + Nilai kemungkinan
infeksi TB + Follow up 30 hari kemudian

d. GIZI BAIK → BB/TB 2 sampai +2 SD atau LLA > 12.5 cm

- ANEMIA
a. ANEMIA BERAT → Telapak tangan sangat pucat
▪ Tx : Teruskan ASI + RUJUK !!!!

b. ANEMIA → Telapak tangan agak pucat


▪ Tx : Konseling pemberian makan (follow up 7 hari kemudian) +
Tablet FE 1x1 + Pirantel pamoat 10 mg/kgbb/SD + Follow up 14
hari

c. TIDAK ANEMIA

- HIV → Riw Test HIV ibu dan anak, Riw. Asi < 6 mgg, Riw. Kematian atau klinis
berat HIV Ibu.
a. INFEKSI KONFIRMASI HIV → >18 bulan + HIV (+) → RUJUK
b. TERPAJAN HIV → RUJUK
▪ < 18 bulan + HIV (+), atau
▪ Ibu (+), Anak (-) asi kurang dari 6 mgg sebelum di tes HIB
▪ Ibu (+), anak tidak diketahui
c. DIDUGA HIV → RUJUK
▪ <18 bulan HIV (+) + Gejala berat lain
▪ <18 bulan HIV (+) + bercak putih + Riw. Ibu HIV
d. KEMUNGKINAN BUKAN INFEKSI HIV
DOSIS OBAT ANAK
- Puyer batuk :
- Guafenisin (GG) 10 mg/kgbb/hari (3x) → tab 100 mg
- CTM 0.1 mg/kgbb/kali (3x) → Tab 4 mg
- Dexa 0.05 mg/kgbb/kali (3x) → tab 0.5 mg

- Saluran napas
- Ambroxol 0.5-1.5 mg/kgbb/kali (3x) → tab 30 mg
- Metilprednisolone 0.5 mg/kgbb/Hari (3x) → tab 2, 4, 8, 16 mg
- Prednisone 1-2 mg/kgbb/hari (max 60 mg/hari) (3-10 hari) → tab 5
mg
Dewasa → 5-60 mg/hari
- Salbutamol 0.1 mg/kgbb/kali (3x) → tab 2, 4 mg, Syr 2 mg/5 ml

- Antidemam/antipiretik
- Paracetamol 10-15 mg/kgbb/kali (3x) → syr . 125 mg/5 ml, drops
100 mg/ml
- Ibuprofen 5-10 mg/kgbb/hari (3x) tab 400 mg; syr 100 mg/5 cc

- Antiemetik/lambung
- Ranitidine 2-4 mg/kgbb/hari (1x) → tab. 150 mg
- Domperidone 0.25-0.4 mg/kgbb/kali (3x) → syr. 5 mg/5ml, tab. 10
mg
- Omeprazole 1 mg/KgBB/24 jam

- Antibiotik
- Amoxicilin 20-30 mg/kgbb/hari (3x) atau 7.5-25 mg/kgbb/hari (3x)
→ syr. 125 mg/5 cc atau 250 mg/5 cc
- Cefixime 5 mg/kgbb/kali (2x) → tab. 100 mg
- Cefadroxyl 25-50 mg/kgbb/hari (2x) → syr. 125 mg/5ml, tab 500
mg
- Cefoxime 60 mg/KgBB/12 jam
- Gentamisin 4 mg/KgBB/24 jam
- Ampisilin 1 mg/KgBB/12 jam
- Kloramfenikol 50 – 100 mg/kgbb/hari, tifoid (4x), ISK (2x) →
tab 250 mg
- Kotrimoksazol 40 mg/kgbb/hari (2x)
6-10 mg/kgbb/kali (2x)
2-5 bulan → 120 mg (2x1)/ 2x ½ cth
6 bln - 5 thn → 240 mg (2x1)/ 2x1 cth
6-11 tahun → 480 mg (2x1)

- Antivirus Acyclovir 10 mg/kgbb/kali (4x) → tab 400-800 mg


- Cetirizine 0.25 mg/kgbb/hari (2x)
- Vitamin C tablet Dewasa: 250 mg per hari, dalam 4 dosis terbagi.
Anak-anak: 100 mg per hari, dalam 3 dosis terbagi.
Dilanjutkan 100 mg per hari sampai gejala reda (1-3
bulan
- Vitamin C suntik Dewasa: 200 mg per hari.
Anak usia 5 bulan – 1 tahun: 50 mg per hari.
Anak usia 1 tahun – 11 tahun: 100 mg per hari.
Anak usia lebih dari 11 tahun: 200 mg per hari.

Kebutuhan Harian dan Batas Asupan Vitamin C (Asam Askorbat)


Di bawah ini adalah kebutuhan harian vitamin C per hari yang dianjurkan berdasarkan usia
dan jenis kelamin. Jumlah asupan ini bisa didapatkan dari makanan, suplemen, atau gabungan
dari keduanya.

Bayi/anak
Usia Asupan (mg/hari)

0-6 bulan 40

7-12 bulan 50

1-3 tahun 15

4-8 tahun 25

9-13 tahun 45

Pria dewasa
Usia Asupan (mg/hari)

14-18 tahun 75

19 tahun ke atas 90

Wanita dewasa
Usia Asupan (mg/hari)

14-18 tahun 65

19 tahun ke atas 75

80 (≤18 tahun)85 (19 tahun


Ibu hamil
ke atas)

115 (≤18 tahun)120 (19


Ibu menyusui
tahun ke atas)
Khusus bagi perokok, tambahkan 35 mg dari asupan vitamin C harian di atas.
Agar tidak terjadi kelebihan vitamin C, perhatikan batas asupan maksimal vitamin C yang
aman berdasarkan usia di bawah ini:

Usia Asupan (mg/hari)

1-3 tahun 400

4-8 tahun 650

9-13 tahun 1200

14-18 tahun 1800

19 tahun ke atas 2000

PENGGUNAAN OBAT-OBATAN MTBS (OBAT MTBS)


- ANTIBIOTIK
- AMOXICILIN (125 mg/5 cc) → 2x1 (3 hari pneumonia) (7 hari infeksi
telinga akut) (DOSIS : 20-30 mg/kgbb/kali)
▪ 1 cc = 25 mg; ½ cc = 12.5 mg
• < 5 kg → ¼ tab atau 5 cc (1 Cth)
• 5-10 kg → ½ tab atau 10 cc (2 Cth)
• 10-15 kg → 2/3 tab atau 12.5 cc (2½ cth)
• 15-19 kg → ¾ tab atau 15 cc (3 Cth)

- KOTRIMOKSAZOL (240 mg/5 cc) → 2x1 (5 hari)


▪ DOSIS : 40 mg/kgbb/hari (2x)
▪ 1 cc = 48 mg; ½ cc : 24 mg
• 4-6 kg → 2.5 cc/1/2 sendok takar
• 6-10 kg → 5 cc/1 sendok takar
• 10-16 kg → 7.5 cc/1,5 sendok takar
• 16-19 kg → 10 cc/2 sendok takar

- CEFIXIME (100mg/5ml) (DOSIS : 1.5-5 mg/KgBB) → 2x1


▪ 1 cc = 20 mg; ½ cc = 10 mg
• 4-6 kg → 0.5 cc atau 1/16 tab
• 6-10 kg → 1 cc atau 1/8 tab
• 10-16 kg → 2 cc atau ¼ tab
• 16-19 kg → 3 cc atau ½ tab

- METRONIDAZOLE 500 mg → 3x1 (10 hari)


▪ 4-6 kg → 1/8 tab
▪ 6-10 kg → 1/4 tab
▪ 10-16 kg → 1/2 tab
▪ 16-19 kg → 3/4 tab
- AMPISLIN → Dosis : 50 mg/kgbb (4 cc aquadest + 1000 mg) , bisa IM (per
6 jam selama 5 hari)
▪ 4-6 kg → 1.25 cc; 250 mg
▪ 6-8 kg → 1.75 cc; 350 mg
▪ 8-10 kg → 2.25 cc; 450 mg
▪ 10-14 kg → 3 cc; 600 mg
▪ 16-19 kg → 3.75 cc; 750 mg

- GENTAMISIN → Dosis : 7.5 mg/kgbb (sediaan : 80 mg/ 2cc). Bisa IM


▪ 4-6 kg → 1.cc; 40 mg
▪ 6-8 kg → 1.25 cc; 50 mg
▪ 8-10 kg → 1.75 cc; 70 mg
▪ 10-14 kg → 2.5 cc; 100 mg
▪ 16-19 kg → 3 cc; 120 mg

- ANTIPIRETIK/ANAGELTIK
- PARACETAMOL (120 mg/ 5ml) → 3x1 (sampai gejala hilang)
▪ 2 bln – 6 thn/4-7 kg → 2.5 cc (1/2 sendok takar; 1/8 tab 500 mg, ½
tab 100 mg)
▪ 6 bln - < 3 thn/7-14 kg → 5 cc (1 sendok takar; ¼ tab 500 mg, 1 tab
100 mg)
▪ 3 thn-< 5 tahun/14-19 kg → 7.5 CC (1½ Sendok takar; ½ tab 500 mg;
2 tab 100 mg)

- PARACETAMOL SYRUP (120 mg/5 cc) + DISPO 1 cc


▪ 1 cc = 24 mg; ½ cc = 12 mg

- OBAT CACING → diberikan pada usia > 4 Bulan , berikan SD bila belum dapat
obat cacing dalam 6 bulan
- ALBENDAZOLE (400 mg)
▪ 1-2 tahun → ½ tab
▪ 2-5 tahun → 1 tab

- PIRANTEL PAMOAT (125 mg) → BERIKAN SD


▪ 4-9 bulan → ½ tab
▪ 9 bulan-1 tahun → ¾ tab
▪ 1 tahun – 3 tahun → 1 tab
▪ 3 tahun- 5 tahun → 1 ½ tab

- ZAT BESI tab 60 mg atau 30 mg/5cc →(1x1) diberikan selama 4 minggu untuk
usia 6 bulan – 5 tahun
▪ 6 bulan – 12 bulan/ 7-10 kg → ¼ tab atau 2.5 cc/ ½ Sendok takar
▪ 12 bulan – 5 tahun/ 10-19 kg → ½ tab atau 5 cc/ 1 sendok takar
- DIAZEPAM → dosis : 0.3-0.5 mg/kgbb; sediaan 10 mg/ 2cc ampul; rectal 5 mg-10
mg
- Ampul
▪ 2-6 bulan (5-7 kg) → 0.5 cc
▪ 6-12 bulan (7-10 kg) → 1 cc
▪ 12 bulan-3 tahun (10 - <14 kg) → 1.5 cc
▪ 3-5 tahun (14-19 kg) → 2 cc
- Rectal
▪ < 10 kg → 5 mg
▪ > 10 kg → 10 mg

- FENOBARBITAL (Tab 30 mg dan 100 mg; ampul : 50 mg/ml)


- Neonatus : 3-5 mg/kgbb/hari IV/PO (dosis terbagi 2x)
- Infant : 5-6 mg/kgbb/hari IV/PO ( dosis terbagi)
- 1-5 tahun : 6-8 mg/kgbb/hari IV/PO (dosis terbagi)
- 6-12 tahun : 4-6 mg/kgbb/hari IV/PO (dosis terbagi)
- > 12 tahun : 1-2 mg/kgbb/hari IV/PO (dosis terbagi)

- DEPAKEN/ASAM VALPROAT (syr 250 mg/5 ml) (2-3 x 1 cth)

PENGOBATAN ASMA MTBS


- 2.5 mg (1 amp) + Nacl 0.9% 4-6 cc (sesuaikan alat yang dipake)
- Ulangi per 4 jam, bila ada perbaikan ulang per 6-8 jam
- Kalau berat → berikan per jam
- BRONKODILATOR ORAL :
- SALBUTAMOL (3x1) 3 hari : Sediaan 2 mg, 4 mg, Syrup 2 mg/5ml
- < 10 kg/2bln-1thn → 2mg (1/2 tab); 4 mg (1/4 tab)
- 10-19 kg/ 12bln-< 5 thn → 2 mg (1 tab); 4 mg (1/2 tab)

PENGGUNAAN SPACER
- Penggunaan spacer adalah cara untuk mengantarkan bronkodilator secara efektif ke
dalam paru-paru.
- Anak di bawah 5 tahun sebaiknya tidak diberikan inhaler tanpa spacer.
- Bila digunakan dengan benar, spacer bekerja sebaik nebulizer
- Dari salbutamol metered inhaler (100 μg/puff). Berikan 2 puff
- Evaluasi 1 jam pertama setiap 15-20 menit
- Spacer dapat dibuat dengan menggunakan cara sebagai berikut
- Gunakan botol minum kemasan 500 ml atau yang sejenis
- Buat lubang pada dasar botol dengan ukuran sama besar dengan mulut inhaler
(gunakan pisau yang tajam)
- Potong botol antara 1/4 bagian atas dan 3/4 bagian bawah lalu pisahkan bagian atas
botol
- Buat potongan berbentuk V kecil pada pinggiran bagian terbuka botol untuk
menyesuaikan dengan hidung anak lalu gunakan sebagai masker.
- Bakar sudut pinggiran botol dengan lilin agar tidak tajam
- Pada bayi kecil, masker dapat dibuat dengan melubangi gelas plastik (bukan dari
bahan polystyrene). Spacer komersil dapat digunakan jika tersedia.
Menggunakan inhaler dengan spacer :
- Singkirkan tutup inhaler. Kocok inhaler
- Masukkan mulut inhaler melalui lubang dalam botol atau gelas plastik
- Letakkan bukaan botol pada mulut anak dan perintahkan anak untuk bernapas lewat
mulut. Tekan inhaler dan semprotkan salbutamol ke dalam botol sementara anak
bernapas normal
- Tunggu sampai 3 atau empat kali napas lalu ulangi
- Untuk anak yang lebih kecil letakan gelas menutupi mulut dan gunakan spacer
dengan cara yang sama
- Jika spacer digunakan untuk pertama kalinya, semprotkan 4-5 semprot lebih banyak

EPINEFRINE SUBKUTAN → 1:1000(0.1%); Dosis → 0.01 cc/kgbb (max 0.3 cc) → bisa
diulangi 1 dosis bila tidak perbaikan
TINDAKAN MTBS

CARA MENGGUNAKAN TETES/SALEP MATA


- Bersihkan 3xsehari
- Cuci tangan, pejamkan mata, bersihkan nanah dengan kapas
- Berikan tetes/salep mata kloramfenikol atau tetrasklin (3x1)
- ERLAMEYCTIN/
- Cholramphenicol 2% eye ointment Tube . I ( 3 dd 1 u.e OD OS)
- Obati sampai merahnya mata menghilang
- Tidak boleh tetes mata kortikosteroid pada anak

INFEKSI TELINGA
- Kapas buatkan model sumbu, bersihkan telinga, ganti kapas bila ada kotoran
- Teteskan 3-5 gtt H2O2 3% (3x1) → keringkan → tetes kloramfenikol tetes telinga
3x/hari (14 hari) → biarkan 10 menit
- Chloramphenicol 1% + Hydrocortisone 0.5% Ear Drop Fl. 1 (3x2 gtt AD AS)

LUKA DI MUKOSA MULUT


- Basuhi mulut dengan larutan garam/NaCl 0.9% + kain bersih
- Olesi Antiseptik mulut (salep trichloracetic acid)
- Cuci tangan kembali
- Candidiasis mulut gentian violet 1% No.1 (3 dd U.E) atau
- Nystatin drops 100.000-200.000 IU/ml/No.1 (3 dd 1 gtt)

MEREDAKAN BATUK DAN MELEGAKAN TENGGOROKAN


- ASI sampai 6 bulan
- KECAP MANIS + air jeruk nipis
- Tidak boleh atropin, codein, alkohol, dekongestan oral dan nasal

PEMBERIAN CAIRAN PRA RUJUKAN UNTUK DEMAM BERDARAH DENGUE


- JIKA ADA TANDA SYOK, ATASI SYOK DENGAN SEGERA :
- Oksigen 2-4 liter/menit
- Ringer Laktat/Ringer Asetat atau NaCl 0,9% : 20 ml/kgBB dalam 15-30
menit
- Evaluasi setelah 30 menit
- Jika syok teratasi, beri cairan dengan kecepatan 10 ml/kg BB/jam, RUJUK
- Jika syok belum teratasi, ulang pemberian cairan 20 ml/kgBB dalam 15-
30 menit dan RUJUK
- Pantau tanda vital dan diuresis setiap jam

- JIKA TIDAK ADA TANDA SYOK :


- Ringer Laktat/Ringer Asetat atau NaCl 0,9% sesuai dosis → RL (4-2-1)
- turunkan per 2 jam bila ada perbaikan klinis dan lab; parameter Ht (terapi
cairan diharapkan selesai dalam 24-48 jam)
▪ < 15 kg : 7 ml/kgBB/jam (2 jam pertama)
▪ 15-40 kg : 5 ml/kgBB/jam
▪ 15-40 kg : 3 ml/kgBB/jam
- Jika anak bisa minum
- Beri minum apa saja ** (oralit, susu, the manis, jus buah, kaldu atau tajin)
sebanyak mungkin dalam perjalanan ke tempat rujukan.

CATATAN:
* Jika tidak dapat memberi cairan intravena, RUJUK SEGERA, dalam perjalanan beri
Oralit/cairan lain sedikit demi sedikit dan sering.
** Jangan memberi minuman yang berwarna merah atau coklat tua karena sulit dibedakan
jika ada perdarahan lambung.

TINDAKAN PRA RUJUKAN UNTUK ANAK GIZI BURUK DISERTAI DIARE


- Resomal 5 ml/kgBB Per oral atau pipa nasogastrik sebelum dirujuk.
- Cara pembuatan cairan :
▪ Resomal :
• Oralit 1 sachet (untuk 200 ml)
• Gula pasir 10 gram (1 sendok makan peres)
• Mineral Mix 8 ml (1 sendok makan)
• Tambahkan air matang menjadi 400 ml.
▪ Modifikasi Resomal :
• Oralit 1 sachet (untuk 200 ml)
• Gula pasir 10 gram (1 sendok makan peres)
• Bubuk KCl 0,8 gram (seujung sendok makan)
• Tambahkan air matang menjadi 400 ml.
- Bila tidak ada mineral Mix atau KCl :
▪ Encerkan 1 sachet Oralit menjadi 400 ml dan tambahkan gula pasir 10
gram (1 sendok makan peres).
- Jika anak masih mau minum, teruskan pemberian cairan
Resomal/modifikasinya selama perjalanan.

PEMBERIAN GLUKOSA 10% DAN CAIRAN INFUS PRA RUJUKAN UNTUK


ANAK GIZI BURUK DISERTAI SYOK
- glukosa 10%/IV bolus dengan dosis 5 mg/kg BB. → lakukan pelan dan bertahap →
dapat memperberat kerja jantung
- infus 15 ml/kg BB selama 1 jam atau 5 tetes/kgBB/menit.
- RL : D5% (1:1)
- Bila tidak memungkinkan, dapat menggunakan RL dengan dosis sesuai diatas
- RUJUK SEGERA
<2 BULAN
- INFEKSI BAKTERI
- INFEKSI BAKTERI BERAT :
▪ Terdapat salah satu atau lebih tanda berikut :
• Tidak mau minum/muntah
• Riwayat Kejang
• Bayi bergerak distimulasi/tidak bergerak
• R >60x/m atau <30x/m
• Retraksi dada
• S : >37.5 OC atau < 35.5OC
• Pus banyak dimata
• Pusar kemerahan > 1 cm luasnya
▪ Tx :
• Jika ada kejang, tangani kejang
• Cegah agar gula darah tidak turun
• Jika ada gangguan napas, tangani gangguan napas
• Jika ada hipotermia, tangani hipotermia
• Beri dosis pertama antibiotikintramuskular
• Nasihati cara menjaga bayi tetap hangat diperjalanan
• RUJUK SEGERA
- INFEKSI BAKTERI LOKAL → Pusar merah bernanah, Pustul, mata
bernanah
▪ AMOXICILIN → 2x1 (5 hari)
• < 1 bln/ < 4kg → tab 250 mg (1/4 tab); Syr 125 mg/5 cc (1/2
sendok takar)
• 1 bln- < 2 bln → tab 250 mg (1/2 tab); Syr 125 mg/5 cc (1
sendok takar)

- MUNGKIN BUKAN INFEKSI → Tidak ada tanda

- IKTERUS
- IKTERUS BERAT → timbul kuning < 1 hari setelah lahir ATAU Kuning
telapak tangan dan telapak kaki
▪ Tx : Cegah hipoglikemia, hangatkan bayi. RUJUK !!!

- IKTERUS → Timbul kuning > 1-14 hari + Kuning tidak sampai telapak
tangan dan kaki
- Tx : Menyusui lebih sering

- TIDAK ADA IKTERUS → Tidak Kuning


- BERAT BADAN RENDAH DAN MASALAH PEMBERIAN ASI

- BERAT BADAN RENDAH MENURUT UMUR DAN/ATAU MASALAH


PEMBERIAN ASI
▪ Terdapat satu atau lebih gejala berikut :
• Berat badan menurut umur rendah
• ASI kurang dari 8 kali/hari
• Mendapat makanan atau minuman lain selain ASI
• Posisi bayi salah
• Tidak melekat dengan baik
• Tidak mengisap dengan efektif
• Terdapat luka atau bercak putih (thrush) dimulut
• Terdapat celah bibir / langit-langit
• Ibu HIV positif
• Mencampur pemberian ASI dengan makanan lain
▪ Tx :
• Lakukan asuhan dasar bayi muda
• Ajarkan ibu untuk memberikan ASI dengan benar
• Jika menyusu kurang dari 8 kali dalam 24 jam, nasehati ibu
untuk menyusui lebih sering. sesuai keinginan bayi, baik siang
maupun malam
• Jika memberi ASI dengan menggunakan botol, ajari
penggunaan cangkir
• Jika posisi salah atau tidak melekat baik atau tidak mengisap
efektif, ajari Ibu memperbaiki posisi / perlekatan
• Jika ada luka atau bercak putih di mulut, nasihati Ibu untuk
mengobati di rumah
• Jika ada celah bibir/langit-langit, nasihati tentang alternatif
pemberian minum
• Nasihati Ibu kapan kembali segera
• Kunjungan ulang 2 hari untuk masalah pemberian ASI dan
thrush.
• Kunjungan ulang 14 hari untuk masalah berat badan
rendah menurut umur

- BERAT BADAN TIDAK RENDAH DAN TIDAK MASALAH


PEMBERIAN ASI → Tidak ada gejala , Tx : PUJI IBU MEMBERIKAN
ASI
TINDAKAN MTBS < 2 BULAN

MENCEGAH AGAR GULA DARAH TIDAK TURUN


- Jika bayi masih bisa menyusui :
- Ibu diminta tetap menyusui bayinya
- Jika bayi tidak bisa menyusu, tapi masih bisa menelan:
- Beri ASI, perah dengan cangkir kecil atau sendok atau ditetesi dengan pipet.
Berikan 20-50 ml (10 ml/kg) sebelum dirujuk.
- Jika tidak memungkinkan, berikan 20-50 ml (10 ml /kg) air gula atau susu
formula
- Jika bayi tidak bisa menelan :
- Berikan 20-50 ml (10 ml/kg) ASI perah, atau air gula, atau susu formula
melalui pipa lambung

CARA MEMBUAT LARUTAN GULA


- 4 sdt (20 gram) gula + 200 cc air matang

BAYI DAPAT DIRUJUK (SYARAT RUJUKAN):


- Suhu ≥ 35,5˚C
- Denyut jantung ≥ 100 kali per menit (lihat pedoman resusitasi neonatus)
- Tidak ada tanda dehidrasi berat

MENANGANI KEJANG DENGAN OBAT ANTI KEJANG


- Obat anti kejang pilihan pertama : Fenobarbital
- Fenobarbital → 100 mg/2ml ampul per IM (Dosis : 30mg = 0,6 ml) per IM (pake
syringe 1 cc) → bisa diulangi 1x dalam dosis yg sama, per 15 menit

- Obat anti kejang pilihan kedua : Diazepam


- 5 mg/ml (dalam ampul 1 ml) atau 10 mg/2ml (dalam ampul 2 ml) diberikan
per rektal
▪ Berat < 2500 gram Diberikan 0,25 ml*
▪ Berat ≥ 2500 gram Diberikan 0,50 ml*

ANTIBIOTIK IM/INTRAMUSKULAR
RUJUK adalah pilihan terbaik untuk bayi dengan klasifikasi PENYAKIT SANGAT
BERAT.
- Jika rujukan tidak memungkinkan, lanjutkan ampisilin dan gentamisin sampai 5 hari.
- AMPISILIN
- Bayi < 1 mgg → 2x1
- Bayi > 1 mgg → 3x1
- GENTAMISIN → 1x1

CARA MENGOBATI LUKA ATAU "THRUSH" DI MULUT (4x1 selama 7 hari)


- Cuci tangan sebelum mengobati bayi
- Bersihkan mulut dengan kain bersih + larutan garam (200 cc air/1 gelas + seujung
sdt garam)
- teteskan 1 ml suspensi nistatin 4x sehari
- Cuci tangan kembali

CARA MENGOBATI INFEKSI KULIT ATAU PUSAR (2x1 selama 5 hari)


- Cuci tangan sebelum mengobati bayi
- Bersihkan nanah dan krusta dengan air matang dan sabun (NaCl 0.9%) secara
hati-hati
- Keringkan daerah sekitar luka dengan kain bersih dan kering
- Olesi dengan Povidon Iodine
- Cuci tangan kembali

CARA MENGOBATI INFEKSI MATA (3x1 sampai gejala reda)


- Cuci tangan sebelum mengobati bayi
- Bersihkan mata 3x1 menggunakan kapas/kain + air hangat
- Beri salep tetrasiklin 1% atau kloramfenikol 0,25% pada kedua kelopak mata
- Cuci tangan kembali
- Obati sampai kemerahan hilang
BEDAH
BEDAH ORTHOPAEDI
- FRAKTUR
- Fraktur → Diskontunuitas jaringan tulang akibat tekanan pada tulang yang
berlebihan (force)
- Jenis fraktur :
Menurut klinis :
• Fraktur terbuka → tulang terpapar dunia luar
• Fraktur tertutup
Menurut garis fraktur :
• Komplit, Inkomplit
• Transversa, Oblik, Spiral
• Kompresi, simpel komunitif
• Segmental, impaksi

Menurut Lokasi patahan :


• Fraktur epifisis
• Fraktur metafisis
• Fraktur diafisis

- Gejala → riw. Trauma, nyeri, bengkak, deformitas (angulasi, rotasi,


shortening), krepitasi, nyeri tekan, ggn fungsi musculoskeletal, ggn
neurovasculer
- Px → Krepitasi (+)
Prinsip 4 R → Recognition, Reduction, Retension, Rehabilitation
- Px Radiologi → X-ray AP-Lateral
- Tatalaksana fraktur :
▪ Prinsip tatalaksana fraktur → Reposisi (mengembalikan) dan
Imobilisasi (pertahankan)
• Cara 1 → Proteksi → mitela, arm sling
o Fraktur iga, clavicula, vertebra dengan kompresi
minimal
• Cara 2 → Imobilisasi luar tanpa reposisi → spalak
o Fraktur tungkai bawah tanpa dislokasi
• Cara 3 → Reposisi manipulatif + imobilisasi
o Fraktur radius distal
• Cara 4 → reposisi dan traksi dalam waktu tertentu

PERKIRAAN PENYEMBUHAN FRAKTUR ORANG DEWASA


- Falang, metacarpal, metatarsal, costa → 3-6 minggu
- Distal Radius → 6 minggu
- Klavikula → 6 minggu
- Kondilus femur-tibia → 8-10 minggu
- Humerus → 10-12 minggu
- Panggul → 10-12 minggu
- Vertebra → 12 minggu
- Diafisis Radius-ulna → 12 minggu
- Femur → 12-16 minggu
- Tibia-fibula → 12-16 minggu

PENILAIAN PENYEMBUHAN FRAKTUR


- Mal-union → salah sambung
- Delayed Union → lambat tersambung (3 bulan untk ekstremitas atas, 5 bulan
untuk ekstremitas bawah)
- Non-Union → tidak tersambung 6-8 bulan

FRAKTUR TERBUKA
Gustillo anderson classification
▪ Grade 1 → Luka < 1cm + Luka bersih/kontaminasi minimal
▪ Grade 2 → Luka > 2cm + Luka bersih/kontaminasi minimal
▪ Grade 3 :
• Grade 3a → Luka > 10cm + Terkontaminasi + jaringan (+)
• Grade 3b→ Luka > 10 cm + Terkontaminasi + jaringan (-)
• Grade 3c → Luka > 10cm + Terkontaminasi + Kerusakan
mayor vaskular
o (kontaminasi) → jatuh ditanah/selokan/, kontaminasi
minimal → jatuh diaspal

- FRAKTUR PADA ANAK


- Greenstick fraktur → fraktur inkomplit + pembengkokan
▪ Klasfikasi Salter-Harris → Fraktur pada anak yang struktur
tulangnya masih ada lempeng epifisis

• Tipe 1 → pemisahan total lempeng epifisis tanpa ada fraktur


tulang
o Tx → dilatasi dan reduksi → karena perlekatan
periosteum masih intak
o Prognosis → baik bila direposisi cepat
• Tipe 2 (sering) → fraktur sepanjang epifisis dan membelok ke
metafisis → buat fragmen segitiga (Thurston-holland)
• Tipe 3 → Fraktur intraartikuler sampai epifisis
o Tx → ORIF
• Tipe 4 → Fraktur intraartikuler sampai metafisis (fraktur
condylus lateralis humeri)
o Tx → Reduksi terbuka + ORIF
• Tipe 5 → Epifisis hancur
- Fraktur sering pada anak
- Fraktur supracondylar

- Subluksasi Elbow → akibat orang tua sering tarik tangan anak

- Fraktur Radius-Ulna
- Galeazzi → Radius (GR) → 1/3 distal radius + Dislokasi sendi radio-ulnar

- Montegia → Ulna (MU) → 1/3 proximal ulna + dislokasi Caput Radius


- Fraktur Distal Radius
- Colles → Fraktur distal radius +dislokasi segmen distal kearah dorsal
(posterior tubuh)
▪ Mekanisme trauma → jatuh dengan posisi tangan dorsoflexi
(pronasi)
▪ Foto AP-LATERAL → dinner fork deformity

Fraktur colles

- Smith → fraktur distal radius + dislokasi segmen ke ventral (anterior)


▪ AP-LATERAL → garden spade deformitas

- Fraktur Patologis → Orang tua = osteporosis, Dewasa/anak = Tumor.


- FRAKTUR CLAVICULA

Paling sering → middle


i. Tx → Arm Sling 2-3 minggu atau ORIF

- FRAKTUR COLLUM FEMUR → Tx : Hernioarthroplasti

- FRAKTUR PELVIS
- Gejala → Syok Hemoragik, Retensi Urin (ruptur uretra)
▪ Tile Classification

- Tx → Awal : Pelvic Binder → Rujuk


- KOMPLIKASI
- AKUT :
▪ Syok Hemoragik
▪ Sindrom Kompartemen → jangan dibidai kuat, cek NVD. ELEVASI
→ Fasciotomy
▪ Infeksi → OSTEOMIELITIS
▪ AVN (avascular necrosis)

- KRONIK :
▪ Callus terbentuk dalam 2-3 minggu

▪ Proses penyatuan tulang :


• Extremitas atas 6-9 minggu;
• Ekstremitas bawah : 12-18 minggu

• Mal-union → Salah sambung, deformitas (+)


o Tx → Osteotomi, refraktur.
• Non-Union → Gagal sambung, pseudoarthritis (+)
• Delayed-Union (3-6 bulan) → lama sambung, Callus (+),
proses penyatuan lama
• Penyatuan tulang terhambat karena merokok, kurangnya
nutrisi.

a. Reduction
▪ Close Reduction → Fraktur tertutup + stabil → Cth : fraktur
transversal
• Tx : close reduction under nercose/anasthesia
▪ Open Reduction → Fraktur tidak stabil → cth : fraktur obliq,
komunitif, spiral, terbuka.

b. Retention
▪ Close Reduction under nercose :
• Sederhana → Spala/bidai melewati 2 sendi
• Definitif → Gips
▪ OPERASI :
• ORIF → Fraktur tertutup

• OREF → Fraktur terbuka

- Fraktur transversal stabil, selebihnya tidak stabil


WEDGE FRACTURE
BICONCAVE FRACTURE

CRUSH FRACTURE

JENIS-JENIS FRACTURE TULANG BELAKANG


- CEDERA SARAF
- Nervus Radius :
▪ Low : daerah distal, thumb sign (-) → cth : fraktur galeazzi
▪ High : Wrist drop/drop hand/Saturday night palsy → cth : fraktur
shaft humeri.

▪ Very High :
• N. Axillaris → tidak bisa mengangkat tangan → cth : fraktur
femur.
• N. Musculocutaneus : flexi lengan (-)

- Nervus Medianus
▪ OK sign (-), Ape Hand, Benedict Hand

- Nervus Ulnaris
▪ Low → Abduksi dan adduksi (-) → Cth : fraktur montegia
▪ High → Claw Hand (tidak bisa meluruskan jari 4 dan 5) → Cth :
fraktur supracondyler, fraktus epicondylus medial.

- Nervus Perineus Communis → Etiologi : fraktur collum fibula


▪ Drop foot → dorsoflexi (-)/high stepping gait.
- Nervus Tibialis Posterior → plantar flexi (-) /Tidak rasa didaerah plantar
- Nervus Ischiadicus → Dorso Plantar flexi (-)
- Deep peroneal nerve → sensoris (-) jari 1 dan 2

- CEDERA PLEXUS BRACHIALIS → sering pada neonatus yang alami distosia


bahu
- Erb Palsy → Cedera C5-C6/ Trunkus posterior
▪ Tangan ekstensi, internal rotasi, supinasi → Waiters tip deformity

- Klumpke Palsy → Cedera C8-T1/trunkus inferior


▪ Tangan flexi, Claw hand, internal rotasi

- DISLOKASI → tulang/sendi tidak pada posisinya


- Px : Krepitasi (-) → dislokasi
- Dislokasi Glenohumeral Joint :
▪ Dislokasi anterior → ekstensi, eksternal rotasi, abduksi (paling
sering)

▪ Tx → Manuver hippocrates, traksi counter traksi


- Dislokasi Hip
▪ Dislokasi posterior → Dashboard Injury → Flexi, Internal rotasi,
adduksi
▪ Tx → Mannuver Allice Bigelow, Manuver Stimpson
▪ Komplikasi→ Sciatic nerve injury

- PENJEPITAN SARAF
- Carpal Tunnel Syndrome (CTS) → mononeuropati akibat kompresi n.
Medianus pada Carpal Tunnel
- Px → Rasa baal/paresthesia/Nyeri di jari 1,2,3 dan ½ lateral jari 4
▪ Flick sign → gejala berkurang jari dikibaskan
▪ Tinnel Sign → ketuk bagian volar tangan → nyeri (+) menjalar
kedaerah inervasi n.medianus

▪ Phalen test → flexi kedua tangan 90O selama 1 menit, (+) bila nyeri

▪ Tx :
• Awal → NSAID, antikonvulsan (gabapentin),
Kortikosteroid oral
• Non farmaka → bidai malam/wrist splint (3-4 minggu)
• Lanjutan → Injeksi kortikosteroid (bila awal gagal)
• Definitif → Operasi (bila atrofi thenar)
- Cubital Tunnel Syndrome → mononeuropati karena kompresi n.Ulnaris
pada guyon canal atau cubital tunnel
▪ Px → rasa baal/paresthesia/ nyeri ½ medial jari 4 dan 5
▪ Gejala :
• Claw hand → posisi tangan mencakar

• Warternberg sign → deformitas dengan posisi abduksi


kelingking

• Frommet sign → deformitas dengan posisi adduksi jari jempol

▪ Tx :
1. Awal → NSAID, antikonvulsan (gabapentin),
Kortikosteroid oral
2. Non farmaka → bidai malam/wrist splint (3-4 minggu)
3. Lanjutan → Injeksi kortikosteroid (bila awal gagal)
4. Definitif → Operasi (bila atrofi thenar)

- Tarsal Tunnel Syndrome → Mononeuropati karena komresi N. Tibialis


posterior pada tarsal tunnel
▪ Px → rasa baal/paresthesia/ nyeri menjalar sampai telapak kaki
Keram tangan dan kaki → stocking gloves distribution

DD → Polineuropathy diabetik
→ Pasien DM
Tx → Gabapentin + Vit B 12
- RADIKULOPATI
- Radikulopati Plexus Brachialis/Cervical Syndrome
▪ Spurling test/Lhermitte → interpretasi : nyeri menjalar ke bahu dan
jempol (N.C5-C6)
▪ Tx :
• Awal → NSAID
• Definitif → Laminektomi

- Tortikolis → Kongenital (bayi) dan Sekunder (dewasa)


▪ Px → Leher terputar, kaku, dan nyeri

▪ Tx → Inj. Toxin Botolinum atau definitif → Operasi

- Polimialgia Rheumatoid
▪ Gejala → nyeri bahu, leher, pinggang pada orang tua > 50 tahun, kaku
pagi hari > 1 jam

▪ Tx → Injeksi kortikosteroid

- Hernia Nucleus Pulposus


▪ Ruptur nucleus pulposus sehingga terjadi penonjolan annulus
fibrosus kedalam canalis spinalis dan menekan radiks saraf
(radikulopati plexus lumbalis)
▪ Klasifikasi HNP :
• Derajat 1 → degenerasi diskus → nucleus pulposus
kehilangan cairan dan berdegenerasi
• Derajat 2 → Protrusi → prolaps nucleus ke lapisan annulus,
tp belum ruptur sempurna
• Derajat 3 → Ekstrusi → ruptur lig. Longitudinal posterior,
nucleus migrasi ke ruang epidural anterior
• Derajat 4 → Sequester → fragmen bebas nucleus diruang
epidural
▪ Gejala → Nyeri menjalar diarah inervasi plexus lumbal
• LBP → nyeri menjalar + riw. Trauma (+) + MRI (-)
• HNP → nyeri menjalar + riw. Trauma (+) + MRI (+)
▪ Tes khusus :
• Lasegue sign → cedera N.L5-S1 (inervasi bokong, paha, betis,
belakangkaki)
o (+) → nyeri menjalar kebelakang saat tungkai flexi 90O
o (-) → lakukan Bergard Sicard test → Lasegue +
dorsoflexi kaki/ibu jari kaki

• Femoral Raise test → cedera N.L4-L5 (inervasi bokong, paha,


lutut,, tulang kering, punggung kaki)
o (+) → nyeri menjalar kedepan bila tungkai flexi 90O

• Nafzinger test
o (+) → nyeri menjalar saat penekanan vena jugularis
bilateral
Tx :
o Awal → life style modification (kurangi beban berat,
kurangi BB, berenang, sepeda statis) + NSAID
(Na.Diclofenac)
o Definitif → Laminektomi
- VERTEBRA
- SPONDILOSIS → OA Vertebra

- SPONDILOLISIS → fraktur pars intraarticular tanpa displacement


corpus ke anterior.
▪ X-ray → Scotty dog

- SPONDILITIS → Infeksi vertebra

- SPONDILOLISTHESIS → pergeseran 2 segmen vertebra


- SPONDILOARTHROSIS → Pergeseran > 2 segmen vertebra
- LORDOSIS → vertebra melengkung ke belakang (dada membusung)
- KIFOSIS → vertebra melengkung ke depan (membungkuk)
- SKOLIOSIS → vertebra melengkung ke samping (bengkok)
▪ Gejala → Bahu tidak sama tinggi
▪ Cobb’s angle :
• <25O → Observasi
• 25 -45
O O
→ Brace
• > 45 O
→ Operasi
▪ Tx → Awal : NSAID ; Definitif : Laminektomi

- INFEKSI TULANG
- Inflamasi → KDRT + Functio Laesa
▪ Kalor = Panas
▪ Dolor = Nyeri
▪ Rubor = Merah
▪ Tumor = Pembengkakan
▪ Functio Laesa = Ggn fx
• Kalor-Rubor → akibat dilatasi pembuluh darah → respon
vaskular thd inflamasi
• Tumor →akibat ↑ Tekanan Hidrostatik, permeabilitas
kapiler, migrasi leukosit dikapiler → terbentuk eksudat
• Dolor → ↑ Tekanan dijaringan
• Functio laesa → timbul karena nyeri dan pembengkakan,
destruksi tulang rawan

- OSTEOMIELITIS
▪ Definisi → infeksi tulang dan medula baik karena infeksi piogen dan
non-piogen
▪ Penyebaran → hematogen
▪ Faktor resiko :
• Umur → bayi, anak
• Jenis kelamin → Laki-laki > perempuan (4:1)
• Trauma → hematoma metafisis
• Lokasi → metafisis → tempat pertumbuhan tulang
• Nutrisi, lingkungan, imunitas yang buruk
▪ Patofisiologi :
• Teori vaskuler (trueta) → pembuluh darah dimetafisis
berkelok-kelok, bentuk sinus → sehingga aliran darah lambat
→ jadi tempat berkembangnya bakteri.
a. Bayi → infeksi bisa ke metafisis dan diafisis → karena
vaskularisasi foetal. (epifisis lebih resisten thd infeksi)
b. Anak → resiko infeksi berkurang karena epifisis sbg
barrier terbentuk sempurna dan osifikasi. Bisa karena
infeksi intraartikuler
c. Dewasa → jarang terjadi karena epifisis hilang, Bisa
karena infeksi intraartikuler
• Teori Fagositosis → Metafisis area pembentuk retikulo-
endotelial. Bila infeksi, bakteri akan difagosit oleh sel fagosit
matur.
• Teori Trauma → ada hematoma lempeng epifisis → infeksi

▪ Skema perjalanan osteomielitis


• Fokus infeksi pada tulang akan berkembang → timbul edema
periosteal + pembengkakan jaringan lunak
• Fokus infeksi kemudian berkembang → bentuk eksudat →
timbul abses periosteal → bisa selulitis jaringan lunak
• Terjadi elevasi periosteum diatas lesi → infeksi periosteum →
bentuk abses jaringan lunak → abses mengalir keluar sinus
dikulit
• Nekrosis timbulkan sekuestrum dan infeksi cavum medula

▪ Akut →
• Etiologi :
o Stafilokokus aureus hemolitikus(hematogeous
spread), jarang sterptokokus
o Haemofilus influenza → < 4 tahun
• Gejala → < 2 minggu, sering pada anak, progresif, demam,
malaise, nafsu makan menurun
o Dewasa → riw infeksi torakolumbal akibat
torakosentesis, dm, malnutrisi, obat-obatan
• Pemfis → nyeri tekan, ggn fungsi gerak
• Penunjang
o DR → Leukositosis, LED ↑
o Radiologi (AP-LATERAL)→ ditemukan kelainan
dalam 10 hari (2 minggu)
▪ Soft Tissue Swelling
▪ Osteolisis/destruksi tulang,
▪ reaksi periosteal

• Terapi :
o Rest
o Analgetik,
o Antibiotik (3-6 minggu) → LED normal → lanjut 2
minggu
o Cairan → transfusi bila perlu
o Drainase bedah → bila antibiotik gagal dalam 24 jam
→Cuci NaCl 0.9% + antibiotik + pasang drain
- Subakut → 2-4 minggu
▪ Gejala → 2-4 minggu, anak-remaja, demam (-), nyeri dan bengkak
ekstremitas
▪ Penunjang :
• DR → WBC normal, LED ↑
• Radiologi → Sclerosis ring, abses brodie

Terapi :
- Antibiotik 6 minggu,
- biopsi,
- kuretase

- Kronik
▪ Gejala dan pemfis
• > 4 minggu, cairan keluar dari luka post operasi, menahun
• Demam, nyeri lokal
• Sinus, fistel, nyeri tekan
• Riw. Fraktur terbuka atau operasi
▪ Penunjang :
• DR → leukositosis, LED ↑
• Titer antibody stafilokokus → ↑
• Kultur bakteri → pus → gold std
• Radiologi →
o Foto polos AP-Lateral :
▪ Involcrum (korteks menebal) → tulang baru
disekitar tulang yang nekrosis)
▪ Sequester (Bone lytic dgn scar puss → warna
hitam dengan titik ditengahnya)

• Tx → Antibiotic : ceftriaxone/IV → DRAINASE

- OSTEOMIELITIS e.c FRAKTUR TERBUKA


- OSTEOMIELITIS PASCA OPERASI
- OSTEOMIELITIS :
- Akut : Merah, teraba hangat (+), nyeri tekan (+), X-ray kelainan (-)
- Kronik : Hitam, Fistel, cairan/pus, teraba hangat (-), nyeri tekan (-)
- X-ray :
▪ Periosteal reactum (penebalan periosteum)
▪ Lytic lesion
▪ Sequestrum (tulang mati)
▪ Involcrum ( reaksi tubuh melndungi bagian tubuh yang lain agar tidak
infeksi

- SPONDILITIS
- SPONDILITIS TB (POTTS DISEASE)
▪ BB ↓, Gibbus (+), sel datia langhans.

▪ TB menyebar melalui plexus batson


▪ Tersering : T8-L3

- SPONDYLITIS ANKYLOSE (Bekhterev disease)


▪ Gejala → Kaku badan seperti papan, >> laki-laki dewasa muda, nyeri
lumbal
▪ X-ray → bamboo spine
- TUMOR TULANG
- OSTEOSARCOMA → Usia muda (10-20 tahun), kena metafisis, Nyeri.
▪ RO → Codman triangle, Sunburst

- CHONDROSARCOMA → Usia tua


▪ RO → Cauliflower + pop corn App

- EWING SARCOMA → 5-25 tahun, tumor paling sering kedua pada anak,
didiafisis tulang
- OSTEOID OSTEOMA → dewasa muda (>20-30 tahun), Nyeri pada malam
hari
▪ RO → Nidus radioluscent dikelilingi pinggiran sklerotik

- GENETIK
- MULTIPLE MYELOMA (MM)
▪ Gejala → OLD CRAB
• Old → Tua
• C → Ca2+ (hiperkalsemia)
• R → Renal Failure
• A → Anemia normositik normokrom, mudah lelah.
• B → Bone Lytic lesion → rentan fraktur

▪ Pemeriksaan penunjang :
• Elektrofisis → IGM (+)
• Apusan darah tepi → RBC rouleaux
• Urinalisis → benc jones protein
• BMP → sel fried egg (pansitopenia)
• RO → Punched out lytics
- PAGET DISEASE (OSTEITIS DEFORMANS)
▪ Px → alkaline fosfate ↑, osteoclast ↑, deformitas tulang
▪ RO → Penebalan Korteks + Trabekula kasar

- DEVELOPMENT DISLOCATION OF THE HIP (DDH)


▪ Gejala → pemendekan tungkai ipsilateral → akibat caput femur
terlepas dari acetabulum.
▪ Px → Barlow test (+), ortolani test (+), Trandelenburg test (+)

▪ RO → FOTO POLOS PELVIC → Acetabular angle


▪ Tx :
• Panggul bayi tidak stabil sampai usia 3 bulan
• Bidai panggul selama 2-3 minggu → evaluasi → lanjut
follow up
• Usia > 3 bulan tidak membaik → rencanakan operasi
diortopedi

- DUSCHENE MUSCULAR DYSTROPHY


▪ Gejala → Usia 3-5 tahun, atrofi otot skeletal (tangan, kaki, badan,
bahu).
▪ Px → Gower Sign (+)

- KONGENITAL
- CONGENITAL TALIPES EQUINUS VARUS (CTEV)
▪ Gejala → Midfoot cavus, Forefoot Adductus, Hindfoot varus dan
Equinus.
▪ Tx → Gips/serial casting
▪ Usia 6 minggu → gips bertahap selama 3-4 bulan → gips diganti per
1-2 minggu
▪ Bila 6 minggu masih ada → rujuk operasi
- RICKETS
▪ Banyak pada anak, dewasa → OSTEOMALACIA
▪ Etiologi → Vitamin D3
▪ Px → Kaki O (bowed leg), craniotabes, roseary breads, greenstick
fracture

- OSTEOGENESIS IMPERFECTA (BRITTLE BONE DISEASE)


▪ Etiologi → ggn sintesis kolagen type 1
▪ Px → Sklera biru, fraktur multiple, deformitas gigi, skoliosis, postur
pendek
- LIGAMEN
- Px → Gold Std → MRI (menilai partial dan complete rupture); USG (nilai
complete tear).
- Tx → awal : RICE (Rest, Ice, Compression, Elevation)
- ACL (ANTERIOR CRUCIATE LIGAMENT)
▪ Sering pada atlit (pemain bola)
▪ Mekanisme trauma → Hiperekstensi kaki, twist

▪ Px → efusi, hemarthrosis, pain,pop/flop.


▪ Tes khusus :
• Anteior drawer test (+),
• Lachman test (+),
• Pivot test (+),

▪ Tx → awal : posisi flexi

- PCL (POSTERIOR CRUCIATE LIGAMENT)


- Dashboard injury
- Mekanisme trauma → hiperflexi kaki
- Px → efusi, hemarthrosis, instabilitas
- Tes khusus : Posterior drawer test (+), Posterior sag sign (+),
- Tx → Posisi rehab : ekstensi

- MENISCUS TEAR
- Gejala → riw. Squatting, banyak pada atlet basket.
- Px → Sweeling, clicking, locking
- Test khusus :
▪ Mc murray sign (+),
▪ Apley grind sign (+),
▪ Thesally test (+),
▪ Rotasi internal → Meniscus
▪ Rotasi external → Meniscus medial
▪ Tx → Definitif : Meniscotomy
- MCL SPRAIN (Medial Cruciate ligament)
- Tes khusus → Valgus test (luar) (+)

- LCL SPRAIN (Lateral Cruciate Ligament)


▪ Tes khusus → Varus test (dalam) (+)
- ANKLE SPRAIN
▪ Nyeri saat eversi (lig. Deltoid) dan inversi (lig. Anterior
talofibular)

▪ Tes Khusus :
• Thompson test (-)
• Radiologi → MRI
- TENDON
- RUPTUR TENDON ACHILLES
▪ Tes Khusus :
• Thompson (+)
• Ada gap ditumit,
• Tidak bisa plantar flexi

▪ Tx :
• Non-operartif → castfoot plantar position (8-12 minggu)
• Operatif

- TENOSYNOVITIS
▪ Gejala → Riw. Tertusuk benda tajam, edema pada jari
▪ Px → Canavel Sign (+)

▪ Tx → Insisi drainase

- TENDINITIS de Quarvain
▪ Gejala → nyeri saat gerakan jempol (riw. Main hp atau berkendara
motor)

▪ Px → Test finkelstein (+)


- TENNIS ELBOW (EPICONDILITIS LATERALIS)
▪ Nyeri epicondylus lateral (cedera otot ekstensor)

- GOLFER ELBOW (EPICONDILITIS MEDIALIS)


▪ Nyeri epicondylus medialis (cedera otot flexor)
- OSTEOPOROSIS
- Etiologi :
▪ Primer → faktor usia (orang tua, menopause)
▪ Sekunder → faktor eksternal (obat-obatan kortikosteroid)
▪ Osteoblast ↓, Osteoclast ↑

▪ Px → BMD (bone mineral density) normal > -1; Osteopenia = -1


s/d -2,5; Osteoporosis = < -2,5
▪ Tx → Bifosfonat, Calcium oral, estrogen (menopause);
• Olahraga ringan untuk kuatkan tulang.

- HEMARTHROSIS
- Ada penumpukan darah di sendi + Riw. Trauma
- Tx → RICE, Anti nyeri + drainase darah. Bila berat → pembedahan.

- BOXER FRACTURE
- Fraktur metacarpal 4/5 karena memukul benda keras.
- SCAPOID FRACTURE

- ROTATOR CUFF INJURY


- Supraspinatus, Infraspinatus, Teres minor, Subscapularis

- AMELIA
- Tidak ada kaki dan tangan

- ACHONDROPLASIA
- Lengan & Tungkai jari pendek, dahi menonjol, terdapat ruang antara jari
tengah dan jaru manis
BEDAH UROLOGI

- ETIOLOGI GROSS HEMATURIA


- Pre-Renal → Konsumsi obat (rifampicin)
- Renal → Trauma, Tumor, Infeksi, Batu
- Post Renal → Trauma, Tumor, Infeksi, Batu

- EMBRIOLOGI
- Ginjal berasal dari metanefros :
▪ Dorsal Mesonefros
▪ Tonjol ureter
- Metanefros membentuk
▪ Ureter, pielum, kaliks ginjal, parenkim ginjal
▪ Metanefros naik kearah dorsokranial sekitar minggu ke-8 → menyatu
dengan blastema → alami rotasi → sehingga pielum dan hilus terletak
disebelah medial
- Kloaka membentuk :
▪ Sinus urogenital ventral
▪ Rektum
- Sisa ductus mesonefros, membentuk :
▪ Trigonum kandung kemih, Vesikula seminalis, Vas deferens,
epididmis → bertemu jaringan bakal gonad
- Ductus muller
▪ Laki-laki → beregresi
▪ Perempuan → tuba fallopi dan uterus
- Embrio awal manusia → biseks → terjadi diferensiasi seks minggu ke-7
kehamilan
▪ Testis → tinggal diperut sampai bulan ke-7 → kemudian turun
(desensus testis) → keluar lewat canalis inguinalis
• Desensus testis yang tidak selesai → kriptorkismus
• Desensus testis tidak sesuai jalur → ektopia testis
- PATOFISIOLOGI
- SINDROM OBSTRUKSI
▪ Obstruksi uretra sebabkan hipertrofi otot detrussor → sbg kompensasi
atasi obstruksi
▪ Hipertrofi m.detrussor VU → tekanan dalam kandung kemih ↑ →
sebabkan → pelebaran ureter, pielum, hidroureter, hidronefrosis, gagal
ginjal.
▪ Hipertrofi m.deturssor sebabkan trabekulasi (terbentuk sakulus VU
(kantong kecil) → bila sakulus lebih dalam → terbentuk divertikulum
buli-buli.

- NYERI
▪ Nyeri ginjal → nyeri kostovertebra kiri atau kanan
▪ Nyeri kolik → ada obstruksi ureter
▪ Nyeri suprapubik → dari buli-buli

- HEMATURIA → Penyebab → trauma, tumor, inflamasi, batu, diatesis


hemoragik
- DISURIA → Nyeri saat miks- → tanda infeksi

- PERUBAHAN/GANGGUAN MIKSI
▪ Kapasitias VU → 300 cc → respon miksi, kontraksi m.detrussor,
relaksasi sfingter

- BPH (BENIGN PROSTATE HIPERPLASIA)


- Patofisiologi → ↑ DHT rangsang pertumbuhan sel-sel kelenjar prostat (zona
transistsional)
▪ Testosteron ↓ + testosteron berubah jadi estrogen dijaringan
adiposa perifer
▪ Kalau Ca Prostat → pertumbuhan di zona perifer

- Gejala → LUTS (Lower Urinary Tract Syndrome)


▪ Kencing berkali-kali, sering bangun malam, tidak bisa tahan
kencing, Kencing lama keluar, putus-putus, tidak puas kencing,
pancaran lemah
▪ Gejala Obstruktif (Voiding)
• Hesitancy → lama kencing keluar
• Intermitent → kecing terputus-putus
• Strain → Mengedan
• Terminal dribbling → Terasa tahanan diakhir miksi/kencing
menetes-netes
• Rest Urine → tidak lampias habis miksi
• Weak stream → pancaran urin lemah
▪ Gejala Iritatif → (Storage)
• Frekuensi → Kencing berkali-kali
• Urgency → rasa ingin kencing
• Nocturia → sering bangun malam karena kencing
• Inkontinensia → tidak bisa tahan kencing
- Px :
▪ Sederhana → RT → Tentukan derajat RT
• Interpretasi :
o Grade 1 → mudah diraba, capai pole atas
o Grade 2 → mudah diraba, tanpa tekan simfisis pubis,
pole atas sulit dicapai → INDIKASI OPERASI →
TUR (Trans Urethral Resection)
o Grade 3 → pole atas mudah diraba dengan penekanan
simfisis pubis.
o Grade 4 → tidak teraba dengan penekanan simfisis
pubis
• Ukuran prostat : volume prostat
o 1 → 1-2 cm : 10-25 gram
o 2 → 2-3 cm : 25-60 gram
o 3 → 3-4 cm : 60-100 gram
o 4 → > 4 cm : > 100 gram
▪ Urin flow meter
• Interpretasi :
o Grade 1 → < 60 cc
o Grade 2 → 50-100 cc
o Grade 3 → > 150 cc
o Grade 4 → Retensio Urin

▪ SKOR WHO PSS → Tentukan penanganan


• Interpretasi WHO PSS :
o < 15 → Terapi Non Bedah
o > 25/obstruksi → bedah

- Px penunjang :
▪ USG PROSTAT (GOLD STD) → ukur vol. Prostat dan vol. Urin
• Tranrectal USG → TRUS
• Transabdominal USG → TAUS
▪ IVP → Fish Hook App/Indentasi Kaudal
▪ Fx Ginjal (Ur, Cr)

- Tx :
▪ Awal → BPH → Pasang kateter urin
▪ Pasang kateter → diganti per 7-10 hari, maksimal 14 hari.

▪ Farmakoterapi :
• 5 ARI (alpha reductase inhibitor) → efek kerja lebih cepat
o Mekanisme obat → mengecilkan volume prostat → Ex
: Finateride
• Alfa Blocker : Efek kerja lebih lambat
o Mekanisme obat : dilatasi sfingter ani → Ex :
Terazosin, Tamsulosin 0,4 mg (1x1), Prazosin.
Alfazosin
o Tidak boleh dipakai lama
▪ Operasi :
• Kecil → TUR-P
• Besar → Ukuran > 80 gram/ > 100 ml
- DD :
▪ Prostatitis → infeksi prostat, >> E.Coli, demam, nyeri tekan, difus.
▪ Ca. Prostat → prostat teraba keras dan berbenjol-benjol, PSA > 10
→ Operasi. Normal → < 4
- RETENSI URIN
- Tidak dapat kencing ketika VU sudah penuh
- Etiologi →
▪ sumbatan mekanik disaluran kencing
▪ gangguan fungsional kandung kemih dan sfingter nya

- Retensi urin kronik bisa sebabkan inkontinensia → karena terjadi obstruksi


yang semakin hebat sehingga kandung kemih berdilatasi → urin keluar terus
menerus karena kapasitas kandung kemih terlampaui → Iskuria paradoks

- INKOTINENSIA URIN
- URGENSI INKONTINENSIA
▪ Patof → hilang inhibisi saraf S2-S3
▪ Etiologi → Stroke, cedera medulla spinalis
▪ Tx → AntiKolinergik

- STRESS INKONTINENSIA
▪ Patof → Sphincter lemah
▪ Etiologi → khamilan, obesitas, post operasi urologi, kelemahan otot
dasar panggul
▪ Px → Uji batuk → refluks
▪ Tx → Alfa agonis

- OVERFLOW INKONTINENSIA
▪ Patof → ggn pada uretra sebabkan kapasitas buli menjadi penuh
▪ Etiologi → Vesicolithiasis, BPH, Fecal Impaction.
▪ Tx → Alfa Blocker → Relaksasi Sphincter

- FUNGSIONAL INKONTINENSIA (Eneuresis Fungsional)


▪ Kencing-kencing tanpa penyebab atau kelainan klinis
▪ Etiologi → Kondisional (ex : stress saat ujian)

- ENKOPRESIS
▪ Tidak mampu menahan BAB, biasa pada anak-anak
- ENURESIS NOCTURNA
▪ Ngompol
▪ Terapi :
• Kencing sebelum tidur
• Desmopressin 0.2 mg (2x1) (3x1)

BATU SALURAN KEMIH/UROLITHIASIS

- ETIOLOGI :
- Idiopatik
- Gangguan aliran urin : Fimosis, striktur meatus, BPH, refluks vesiko
urethral,ureterokel.
- Ggn metabolisme → Hiperparatiroid, hiperurisemia, hiperkalsuria
- ISK → proteus mirabilis → bisa buat urease
- Dehidrasi
- Benda asing
- Nekrosis jaringan

- NEFROLITHIASIS (BATU GINJAL)


- Gejala → Nyeri ketok costovertebrae (+), Demam (-)
- Lokasi → pelvis renal → bentuk batu seperti tanduk rusa
- Komplikasi → Hidronefrosis (palpasi = ginjal teraba)

- URETEROLITHIASIS (BATU URETER)


- Gejala → Nyeri Kolik menjalar hilang timbul berulang (+), Hematuria
(+), mual (+)
▪ Batu 1/3 proximal → Menjalar ke umblicus (T10)
▪ Batu 1/3 middle → Menjalar ke skrotum/perineum (L1-L3)
▪ Batu 1/3 distal → menjalar ke penis (S2-S3) + disuria

- BATU PROSTAT
- Tidak bergejala, berasal dari uri secara retrograd terdolong kebelakang
- Tidak butuh tindakan bedah

- VESIKOLITHIASIS (BATU BULI-BULI)


- Px → Retensi urin dipengaruhi posisi + Nyeri suprapubik (+)

- URETROLITHIASIS (BATU URETRA)


- Batu terbawah dari saluran kemih dari atas ke bawah, menyangkut ditempat
yang agak lebar → Pars prostatika, pars bulbosa, dan fossa naviculare
- Px → Retensi Urin :
▪ Uretra Anterior → Benjolan keras dipenis, Nyeri (+)
▪ Uretra posterior → Nyeri perineum/Rektum

- PENUNJANG :
- Lab : Urinalisa, faal ginjal (Ur, Cr, Elektrolit)
- Gold std → CT SCAN
- Sederhana → BNO IVP
▪ BNO (lihat bagian yang radioopaque)
• PH asam → batu struvit → Staghorn, oksalat
• PH basa → batu calcium oksalat
▪ IVP (lihat batu radiolusen, bila gejala (+) dan batu tidak tampak)
• PH asam → Asam Urat
• PH basa → semi opak → batu sistein (Calcium oksalat)
• Syarat IVP : UR (<60), CR (<1,5)
• Bila tidak bisa IVP → Retrograde pyelografi (pakai kontras)

• USG bila ibu hamil → Acustic shadow

- TERAPI :
- Non farmakologi → sering minum
- Farmakologi :
▪ Awal → NSAID → Ketorolac
▪ Tamsulosin 0.4 mg 1x1 → menurunkan batu
▪ Na. Bicarbonat 500 mg (3x1) → melisiskan batu asam urat
▪ Allopurinol 100 mg (3x1) → Batu asam urat
▪ Diuretik → Furosemide 40 mg (max. 3x1) → efek miksi membantu
mendorong batu)
▪ Solutin G → irigasi vesicolithiasis

- Operatif :
▪ Indikasi operasi :
• Obstruksi saluran kemih
• Infeksi
• Nyeri menetap atau berulang
• Batu tumbuh cepat

▪ Jenis operasi :
• Sistoskop/ureteroskop
• Bedah terbuka → Pielolitotomi, ureterolitotomi,
sistolitotomi
• Litotripsi Perkutan → Nefrostomi
• Noninvasif → litotripsi
BERDASARKAN UKURAN BATU :
▪ < 5 mm → Minum air
▪ < 3 cm → ureteroskopi (batu distal), ESWL (batu proximal)
▪ > 3 cm → PNL

PENCEGAHAN :
▪ Kurangi makanan mengandung :
• Asam urat → sayuran hijau, kacang-kacangan
• Kalsium
• Vit D
• Oksalat → Bayam, teh, kopi, coklat

PNEUMATURIA
- pengeluaran gas bersama kemih. Gas berasal dari usus → tanda ada fistel diusus dan
saluran kemih
TRAUMA SALURAN KEMIH

- Etiologi :
- trauma tumpul abdomen → avulsi pedikel ginjal atau robekan tunika intima
a.renalis → timbulkan trombosis
- trauma tajam
- tumor, hidornefrosis, ginjal polikistik

- TRAUMA GINJAL
- Pembagian trauma ginjal secara patologis :
▪ Kontusio
▪ Laserasi
▪ Cedera pedikel
- Gejala → Nyeri kostovertebra + Jejas/luka dilumbal + gross
hematuria/mikroskopik + Riw. Trauma
- Px → nyeri tekan pinggang
- Penunjang → Gold Std → CT-Scan, sederhana → BNO-IVP

- Klasifikasi :

▪ Grade 1 → Kontusio ginjal → perdarahan ginjal (+); kerusakan


jaringan
▪ Grade 2 → Hematom Subscapular
▪ Grade 3 → Laserasi korteks < 1 cm
▪ Grade 4 → Laserasi korteks > 1 cm
▪ Grade 5 → Avulsi pembuluh darah ginjal
▪ Grade 1-3 → ekstravasasi urin (-); Grade 4-5 → ekstravasasi urin (+)
- Tx :
▪ Grade 1-4 → observasi hemodinamik, HB, Produksi urin
▪ Grade 5 → Nefroktomi
▪ Syok ? → laparotomi cito
▪ Indikasi eksplorasi ginjal → Syok tidak teratasi/berulang

- TRAUMA URETER
- Jarang, iatrogenik
- Gejala → Hematuria, anuria
- Tx → rekonstruksi ureter

- TRAUMA BULI-BULI
- Etiologi → trauma, fraktur pelvis
- Jenis trauma buli :
▪ Intraperitoneum
• Ekstravasasi kontras ke cavum peritoneum (jarang)

• Ruptur keatas
• Cedera saat buli-buli full
• Tx → laparoskopi

▪ Ekstraperitoneum → akibat tertusuk fragmen tulang pada fraktur


pelvic
• Ekstravasasi ke dalam VU

• Ruptur kebawah
• Cedera saat buli-buli kosong
• Tx → indwelling kateter urin (7-14 hari)

- Gejala → jejas, hematom suprapubik, nyeri tekan suprapubik, pain


hematuria
- Penunjang → retrograde sistografi
- Tx :
▪ Atasi syok
- RUPTUR URETRA
- Jenis ruptur uretra :
▪ Stretching → memar
▪ Parsial
▪ Total → uretra terpisah seluruhnya dan lig.puboprostatikum robek →
tidak bisa BAK
▪ Urethra bulbosa → cedera akibat terduduk, terkangkang

- Gejala :
▪ memar/hematom penis-skrotum,
▪ meatal bleeding,
▪ nyeri suprapubik/perut bagian bawah

- Berdasarkan anatomi :
▪ Ruptur uretra anterior → Straddle injury/trauma
perineum/Butterfly hematom → distal diafragma urogenital →
pemasangan kateter, businasi, bedah endoskopi.
• Pemfis : Straddle injury/trauma perineum/Butterfly
hematom
▪ Ruptur uretra posterior → Floating prostate → proksimal
diafragma urogenital → akibat fraktur pelvis → robekan pars
membranasea → prostat dan uretra prostatika tertarik ke kranial
bersama fragmen fraktur, uretra membranasea terikat didiafragma
urogenital.
• Pemfis : Trauma simfisis pubis, Floating prostate
- Penunjang → retrograde uretrosistografi
- Tx :
▪ Awal → open sistostomi (pungsi suprapubic)
▪ Ruptur uretra posterior → sistostomi kemudian reparasi uretra (2-3
hari kemudian)
▪ Komplikasi → striktur uretra → tx: businasi

- STRIKTUR URETRA
- Obstruksi anterior akibat trauma atau inflamasi (GO)
- Gejala → kencing bercabang sampai retensi urin, disebabkan terbentuk
jaringan parut dicorpus spongiosum
- Tx → dilatasi pakai dilator (metal/plastik),uretrotomi, uretroplasti,
rekonstruksi multiple
PENIS
- FIMOSIS
- Gejala → Preputium tidak bisa, traksi keproksimal
- Tx → definitif sirkumsisi
- Komplikasi :
▪ Balanitis → infeksi gland, merah dan nyeri
• Tx → antibiotik dan antinyeri → radang reda → sirkumsisi
- PARAFIMOSIS
- Gejala → Preputium bisa traksi keproksimal, tapi tidak bisa reposisi kedistal
- Tx → dorsum slit/sirkumsisi
- Komplikasi → nekrosis glands penis

- PRIAPISMUS → ereksi terus menerus > 4 jam, penyebab idiopatik, riw. Konsumsi
alkohol dan penggunaan obat-obatan

- Klasifikasi :
▪ Non Iskemik → high flow → nyeri (-) → tx : aspirasi darah
▪ Iskemik → Low flow → nyeri (+) → tx : surgical
shunting/fenilepinefrin

▪ Tx → Awal : kompress dingin


TESTIS
- VARIKOKEL
- Patof → sumbatan/dilatasi plexus pampiniformis
- Gejala → nyeri (+) saat berdiri, berkurang saat duduk
- Pemfis → testis bengkak, teraba seperti cacing (bag worm), transluminasi (-
)

- Komplikasi → atrofi testis, infertile (ggn produksi sperma)

- HIDROKEL TESTIS
- Gejala → Nyeri (-)
- Pemfis → Testis membesar, berisi cairan, Transluminasi (+) → ada cairan
diantara yunika vaginalis
▪ Susp. Seminoma (tumor testis) → kalau teraba keras
▪ Hernia scrotalis → kalau peristaltik

- Tx →
▪ Ligase proc. Vaginalis
▪ Anak → ditunggu sampai 1-2 tahun, sembuh sendiri
▪ Aspirasi dan operasi
▪ Indikasi operasi :
• Hidrokel menekan pembuluh darah
• Kosmetik
• Mengganggu aktivitas sehari-hari

- SPERMATOKEL
- Gejala → sperma berbentuk kista, lunak, kenyal, mobile,, batas tegas, riw.
Benjolan diatas testis
- Pemfis → transluminasi (-)
- TORSIO TESTIS
- Gejala → Nyeri akut/tiba-tiba (+), demam (-)
- Px
▪ Angel Sign (+) → testis horizontal
▪ Phern sign (-) → nyeri menetap testis dengan elvasi testis
▪ Deming sign (+) → tinggi testis berbeda jauh
▪ Refleks kremaster (-) → N. L1-L2
- Tx :
▪ < 6 jam → detorsi manual (dibantu usg untuk lihat aliran darahnya),
orchiodopexy
▪ > 6 jam → orchiodectomy (testis nekrosis)

- ORCHIOEPIDIDIMITIS
- Gejala → nyeri (+), demam (+),
- Orchitis : Anak → mumps, Dewasa → GO
- Pemfis :
▪ Phern sign (+) → nyeri berkurang saat elevasi testis
▪ Refleks kremaster (+) → N. L1-L2
- Tx :
▪ Anak → sembuh sendiri
▪ Dewasa → antibiotik untuk GO

- UDENSENSUS TESTIS / KRIPTOKIDISMUS


- Etiologi → def. B-hcg
- Px → palpasi tidak ada testis, rugae sedikit, dewasa → infertile
- Tx :
▪ < 6 bulan → observasi
▪ 6-12 bulan :
• unilateral → orchidopexy;
• Bilateral → terapi hormon B-Hcg
• Tidak membaik? → operasi
▪ > 12 bulan → operasi

- RETRACTILE TESTIS
- Gejala → testis naik turun karena tidak ada fiksasi gubernaculum
- Jenis :
▪ Ektopik testis → teraba dilipatan paha
▪ Agenesis testis → tidak ada kedua testis

- BALANITIS → radang glands


- POSTITIS → radang preputium
- BALANOSPOSTITIS → radang keduanya
BEDAH DIGESTIF

LAPISAN DINDING ABDOMEN


- KULIT :
- Epidermis CLG-SB (corneum, lucidum, granulosum, spinosum, basale)
- Dermis
- SUBKUTAN :
- Fascia Camper (superficial) → lapisan lemak
- Fascia Scarpa (profunda) → lapisan membranosa
- LAPISAN OTOT :
- Aponeurosis fibrosa, m. Oblikus externus,
- m. Oblikus internus
- m. Transversus abdominis
- FASCIA TRANSVERSALIS
- PERITONEUM :
- Peritoneum Parietal
- Peritoneum Visceral
- CAVUM ABDOMEN

GAWAT ABDOMEN
- Embriologi organ intrabdominal :
- Foregut (usus depan) → Trunkus seliakus
- Midgut (usus tengah) → A. Mesenterica superior
- Hindgut (usus belakang) → A. Mesenterica inferior
- Pertumbuhan saluran cerna terjadi pada UK 2-3 minggu berasai dari ENDODERM
- UK 4 minggu tumbuh menjadi saluran cerna yang lain

- Organ rongga abdomen dibagi atas :


- INTRAPERITONEUM → Hati, Lien, Limpa (HLL) sebagian usus halus
dan usus besar, sigmoid rectum. → Langsung timbulkan gejala bila ada
masalah.
- RETROPERITONEUM → Pankreas, Ginjal, Ureter, Vesica urinaria,
sebagian usus halus, usus besar, sigmoid, rectum → tidak langsung
timbulkan gejala bila ada masalah

- Lapisan Saluran Cerna :


- Mukosa – Sub Mukosa – Tunica muscularis (otot) – Serosa
▪ Mukosa → sbg barrier, transport makanan, dan absorbsi
▪ Submukosa → proteksi infeksi, tdpt banyak nodus limfatikus
▪ Otot → penggerak makanan, gerak peristaltik

- NYERI PERUT
- Jenis nyeri perut :
▪ NYERI VISCERAL
• timbul akibat rangsang nyeri organ perut karena cedera atau
radang → pasien tidak spesifik menunjukan lokasi nyeri
yang tepat.
• Peritoneum visceral menyelimuti organ abdomen diinervasi
saraf otonom → tidak respon nyeri pada perabaan atau
pemotongan
• Bila diregangkan, tarikan, atau kontraksi → sebabkan
iskemik → timbul nyeri.
• Pola nyeri visceral :
d. Foregut → Hepar, lien, lambung → Nyeri epigastrik
e. Midgut → Nyeri umbilikus
f. Hindgut → Nyeri perut bagian bawah

▪ NYERI SOMATIK
• Timbul akibat rangsangan ditepi saraf → seperti regangan
diperitoneum parietal atau luka didinding perut.
• Nyeri speerti ditusuk/disayat
• Pasien dapat menunjukan lokasi nyeri dengan tepat

- PERSARAFAN SENSORIK ORGAN PERUT


Diafragma bagian tengah N. Frenikus C3-C5
Tepi Diafragma, lambung, Plexus Seliakus Th 6-9
pankreas, kandung
empedu, usus halus
Appendiks, proksmial plexus mesenterikus Th 10-11
colon, organ panggul
Kolon distal, rectum, N. splanikus kaudal Th 11-L1
ginjal, ureter, testis
Buli-buli, recto sigmoid Plexus Hipogastricus S2-S4

- SIFAT-SIFAT NYERI
- NYERI ALIH → nyeri pada segmen saraf yang menginervasi lebih dari 1
area
▪ Contoh → nyeri belikat pada kolesistitis akut
- NYERI PROYEKSI → nyeri timbul akibat rangsang sensorik akibat cedera
atau peradangan saraf.
- HIPERESTESIA/HIPERALGESIA → nyeri pada kulit namun dibawahnya
terdapat peradangan → biasa pada peritonitis lokal atau umum.
- NYERI KONTINU → nyeri yang berlangsung terus menerus karena
reaksi radang berlangsung pada peritoneum parietal.
- NYERI KOLIK → Nyeri viseral, serangan tajam, hilang timbul, tidak
berkurang karena perubahan posisi, akibat spasme otot polos berongga
atua obstruksi.
▪ Timbul akibat hipoksia jaringan
▪ Trias kolik → nyeri hilang timbul, mual muntah, gerak paksa
- NYERI ISKEMIK → nyeri hebat, menetap, tidak berkurang, tanda dari
jaringan yang terancam nekrotik, biasa diikuti dengan gejala intoksikasi,
seperti takikardia, syok.
- NYERI PINDAH → nyeri yang berubah sesuai perkembangan patologi
penyakit → contoh nyeri APP
PERITONITIS
- Definisi → peradangan dalam rongga peritoneum disebabkan agen tertentu (bakteri,
virus, jmur)
- Etiologi → perforasi saluran cerna, Organ berongga > 24 jam, organ solid < 8 jam.
- Klasifikasi :
- Peritonitis Bakterial :
▪ Primer → Tidak berhubungan langsung dengan kelainan abdomen →
Bacterial peritonitis → disebabkan sterptokokkus, infeksi tanpa
riwayat trauma atau tindakan pembedahan.
▪ Sekunder → ada infeksi langsung dari intraabdominal → trauma
tembus abdomen, ada perforasi infeksi menuju peritoneum
▪ Tersier → masih infeksi setelah pemberian terapi → laparotomi
tidak efektif pada kasus ini karena infeksi sdh sistemik
▪ Peritonitis TB → Fenomena papan catur (perkusi pekak-timpani
bergantian)
- Peritonitis Kimiawi :
▪ Peritonitis akibat zat kimia
- Berdasarkan lokasi :
▪ Peritonitis lokal → peradangan pada bagian tertentu diperitoneum
▪ Peritonitis general → peradangan diseluruh peritoneum
- Gejala →
- nyeri abdomen (memberat saat bergerak)
- Demam, mual, muntah, kembung
- Px →
- nyeri tekan difus, distensi abdomen, Defans muscular,
- RT → ↓ Tonus sfiingter ani
- Pekak hepar menghilang → tanda perforasi

- Penunjang →
- DR → leukositosis
- Foto Polos Abdomen 3 posisi
▪ Udara subdiafragma (pneumoperitoneum) → posisi erect (jika
perforasi)
▪ Peritoneal fat line kelihatan/psoas line menghilang → jika perforasi

- Terapi :
- Konservatif
▪ Pasang NGT, kateter, IV Line
▪ Antibiotik
- Operasi → Laparotomi
ILEUS
- Definisi :
- isi lumen tidak bisa disalurkan kedistal karena akibat :
▪ kelumpuhan tunica muscularis pada dinding usus
▪ adanya sumbatan mekanik pada lumen usus
- Gangguan pergerakan isi usus/peristaltik usus yang dapat menyebabkan
gangguan pasase usus
- Etiologi Ileus :
- Anak → Invaginasi, hirschprung, volvulus, ascariasis ball
- Dewasa → Hernia inkarserata, tumor colon, adhesi (riwayat operasi)

- ILEUS OBSTRUKTIF (DINAMIK) → ada sumbatan mekanik pada usus


- Etiologi → penekanan intralumen, lumen, ekstralumen
- Klasifikasi ileus obstruktif :
▪ Berdasarkan letak obstruksi :
• Letak tinggi → Proksimal Lig. Treitz (flexura duojejunalis)
→ dominan vomiting
• Letak Rendah → Distal Lig. Treitz → dominan distensi
abdomen
▪ Berdasarkan gangguan pasase usus
• Parsial → Konservatif, op bisa ditunda
• Total → CITO
- Etiologi :
▪ Hernia, volvulus, invaginasi, adhesi
▪ Tumor, faecolith, Ascariasis ball, peny. Kongenital, iatrogenik akibat
operasi
- Gejala →
▪ nyeri kolik abdomen, muntah
▪ BAB (-), flattus (-) (lower GIT),
▪ demam dan dehidrasi
- Px :
▪ Inspeksi :
• Distensi abdomen,
• darm contour (kentara bentuk usus),
• darm steifung (kentara gerak peristaltik),
▪ Auskultasi :
• bising usus ↑/metallic sound,
▪ Palpasi : defans muscular → sdh peritonitis
• RT → ampulla recti kolaps
▪ Perkusi : Hipertimpani

- Penunjang :
▪ DR, elektrolit darah, fx hati, fx ginjal, tumor marker bila perlu
▪ USG ABDOMEN → untuk cari tau metastase
▪ Colon in loop, barium meal, endoscopy, ct-scan abdomen
▪ Foto polos abdomen 3 posisi →
Hearring bone Appearance, stepladder app (air fluid level)
- Tx →
▪ Non bedah :
• Puasakan, Pasang ngt
• Posisi tidur setengah duduk, Monitoring cairan
• Antibiotik spektrum luas → profilaksis
• Antiemetik, antipiretik
▪ BEDAH → Laparotomi

- ILEUS PARALITIK (FUNGSIONAL) → peristaltik usus tidak adekuat akibat


hambatan neuromuskular, tinus simpatis berlebih
- Etiologi → Imbalance elektrolit, darah, faktor infeksi
- Px →
▪ Kembung muntah
▪ Distensi abdomen,
▪ bising usus menghilang/Silent abdomen, hipertimpani,
▪ ampulla recti intake
- Penunjang →
▪ foto polos abdomen 3 posisi → air fluid level, dilatasi usus difus

- Tx → Koreksi ggn elektrolit


APPENDISITIS/APP/USUS BUNTU
- Definisi → Peradangan pada semua lapisan organ appendix vermiformi
- Varian letak appendiks :
- Pre-Ileal
- Post ileal
- Promontoria
- Pelvic
- Subcaecal
- Paracaecal
- Retrocaecal
- ANATOMI :
- Appendix vermiformis, berbentuk tabung, panjang ± 10 cm, berpangkal di
caecum
- Lumen → sempit diproximal, lebar didistal
- Inervasi :
▪ Parasimpatis → cabang n. Vagus
▪ Simpatis → cabang n. Thoracalis X → oleh karena itu nyeri
visceralnya dari umbilikus
- Vaskularisasi → a. Appendikularis (cab. A.mesenterica superior)
pada bayi bentuknya kerucut → kurang insidensi app pada bayi
- Lapisan :
▪ Tunica serosa
▪ Tunica Muskularis eksterna (longtudinal luar, sirkular dalam)
ganglion parasimpatis → plexus mesenterikus)
▪ Tunica submukosa → Pembuluh darah
▪ Tunica muskularis interna
• Lamina propia → pembuluh limfa
• Kelenjar interstitial
• Epitel pelapis dan sel goblet
▪ Lumen
▪ 65% kasus app terletak diIntraperitoneal → selebihnya
diretroperitoneal → dibelakang caecum, colon ascendens, atau tepi
lateral kolon asenden
- Fisiologis :
- appendiks hasilkan lendir 1-2 L/hari, mengalir ke caecum
- bila obstruksi → timbul appendisitis.
- Appendiks sekresi IgA → bila diangkat tak mengapa
- Etiologi :
- Fecalith
- Obstruksi lumen → kongesti vaskuler → iskemik → nekrotik → infeksi
- Hiperplasia folikel limfoid
- Caranoid atau tumor lainnya
- Benda asing
- Parasit (ascariasis
- Sembelit → ↑ Flora kolon → App mukosa → App Komplit
- Katup ileosaekal kompeten → tekanan dalam caecum ↑ → App muksa →
App komplit
- Erosi muksa karena E. Hystolitica → App komplit
- Pengosangan lumen appendix terhambat karena stenosis, adhesi,
mesoappendiks pendek
- Patofisiologi :
- App terjadi dalaam 24-36 jam setelah muncul gejala, abses terjadi setelah 2-3
hari
- App obstruksi mukosa (App fragmentosa) → Infeksi (bakteri, virus, Jamur) →
↑ tekanan dalam caecum → gangguan aliran → edema → obstruksi vena →
iskemik jaringan → infark → gangren → invasi infeksi ke dinding → muncul
gejala ( demam, nyeri, takikardia, leukositosis) →
- gejala ( demam, nyeri, takikardia, leukositosis) → eksudat inflamasi
memenuhi dinding appendix → Iritasi jaringan sekitar (sesuai letak app) →
- Iritasi jaringan sekitar (sesuai letak app) →
▪ Iritasi jaringan sekitar :
• Peritoneum paritetal → serabut saraf somatik terkativasi →
nyeri
• Otot → Psoas, obturatorius
• Vesica urinaria → hematuria, Piuria, sering BAK
▪ kompensasi pertahanan tubuh ( menutup dengan omentum, usus halus,
adnexa) → massa periappendikuler infiltrat → abses
- Abses :
▪ Perforasi
▪ Sembuh sendiri → terbentuk jaringan parut yg melengket kesekitar →
meradang kembali → eksaserbasi akut
- Gejala :
- nyeri epigastric-umbilicus (nyeri visceral), kemudian berpindah diperut
kanan bawah dan nyeri lebih tajam (Nyeri somatik)
▪ Retrosekal Retroperitoneal → nyeri saar berjalan → karena
kontraksi otos psoas mayor
▪ Rongga Pelvic → peristaltik ↑
▪ Vesicaurinary → Miksi berulang
▪ Peritoneum → nyeri saat berjalan dan batuk diregio kanan bawah
▪ Ibu hamil →
• Trimester pertama → nyeri perut, mual, muntah
• Trimester kedua → nyeri lumbar dextra → organ terdorng ke
kraniolateral
- Demam (>38,5OC → sups. Peritonitis), mual, muntah, nafsu makan menurun
- Pemfis :
- INSPEKSI :
▪ Distensi → tanda perforasi
▪ Penonjolan perut kanan bawah → massa atau abses
periappendikuler
- AUSKULTASI
▪ Peristaltik → normal atau menghilang → app perforata → peritonitis
eneralisata → ileus paralitik
- PALPASI :
▪ Tanda rangsang perineum lokal :
• Peritonitis lokalisata :
o Blumberg sign → nyeri tekan lepas perut kanan bawah
(mc burney sign)
o Rovsing sign → nyeri tekan lepas perut kiri bawah
o Dunphy sign → nyeri perut bila batuk
• App arah kebelakang :
g. Obturator sign → nyeri perut saat rotasi interna
panggul
h. Psoas sign → nyeri perut saat ekstensi panggul kanan
▪ RT → nyeri arah jam 9-11
▪ WAHL SIGN :
• Nyeri perkusi di lumbar dextra pada SHERREN
TRIANGLE
• SHERREN TRIANGLE :
o Puncak krista iliaca
o Tuberkulum pubis
o umbilikus

- KALASARAN SCORE :
(+) (-)
Mual +7 -10
Muntah +11 -15
Demam +7 -27
Nyeri batuk +15 -20
Nyeri Ketok +5 -23
Defans Lokal +10 -13
Leukosit >10.000 + 15 -11
Interpretasi :
▪ > 20 → Operasi
▪ -49 s/d 20 → Observasi
▪ < -49 → Bukan App

- ALVARADO SCORE → MATRELS


- Migrain pain (1)
- Anoreksia (1)
- Nausea (1)
- Tenderness (2)
- Rebound pain (1)
- Elevated temp (1)
- Leukositosis (2) → > 10.000/mm3
- Shif to the left (1) → > 75% neutrofil
- Interpetasi :
▪ 9-10 → Definite app
▪ 7-8 → Probable app
▪ 5-6 → possible app
▪ < 5 → unlikely app
- Penunjang →
- DR : leukositosis, ↑ neutrofil, LED >20/40
- Urinalisa → hematuria ringan
- USG → Gold std → massa echoic tdk ada, massa hypoechoic (+)
- Appendikografi → gunakan BaSO4 diencerkan air (suspensi barium) per Oral
▪ (+) appendicogram-filling : fullfing atau Partial filling
▪ (-) Appendicogram-non filling : tidak mengisi
- CT-Scan → pasien obesitas, presentasi klinis tidak jelas, curiga abses
- Tx :
- Perioperatif → Observasi TTv, resusitasi cairan, tirah baring, antibiotik
spektrum luas
- Operatif → Appendektomi → Insisi transversal (davis rockey), Insisi
oblique (mc arthur-mc burney)
- Komplikasi → perforasi usus → Periappendicular infiltrat (PAI) → App dibungkus
omentum
- Preoperatif :
▪ Massa periappendikuler → proses radang ditutupi ometum, usus,
adnexa berbentuk massa pada hari ke-4 sejak awal radang (bila tidak
terjadi peritonitis)
▪ Appendicitis Perforata → peritonitis
- Postoperatif :
▪ ILO (infeksi luka operasi) → superfisial, dalam,organ/ruang
▪ Ileus postoperatif
▪ Perdarahan post operatif
HERNIA
- Pengertian :
- Protusi organ akibat defek lokus minores
- Penonjolan isi rongga melalui defek dinding rongga yang bersangkutan (defek
lapisan muskulo-aponeurotik dinding perut)
- Hernia terdiri dari → cincin, kantong, dan isi hernia
- Etiologi :
- 3 mekanisme :
▪ Canalis Inguinalis berjalan miring
▪ Obliqus internus abdominis yang menutup annulus inguinalis
internus berkontraksi
▪ Fasia transversa sbg dasar trigonum hasselbach tidak dapat
menahan
- Faktor yang berperan
▪ Prosesus vaginalis terbuka
▪ Peninggian tekanan intraabdomen (batuk kronik, hipertrofi prostat,
konstipasi, asites)
▪ Kelemahan otot dinding perut karena usia atau kerusakan
N.Ilioinguinalis dan N.iliofemoralis (akibat appendectomy)

- Klasifikasi Hernia :
- Berdasarkan terjadinya :
▪ Hernia kongenital
▪ Hernia dapatan/akuisita
- Berdasarkan sifatnya :
▪ Hernia reponible → isi hernia dapat keluar-masuk kembali.
keluar saat berdiri/mengedan, masuk saat baring atau dimasukan
kembali dengan sengaja → reponible, nyeri (-), obstruksi (-)
▪ Hernia Irreponible → isi hernia tidak dapat masuk keluar
kembali. Disebabkan perlekatan isi kantong pada peritoneum kntong
hernia
• Hernia akreta → hernia tidak dapat keluar-masuk akibat
perlekatan karena fibrosis,
o IRREPONIBLE (+), Nyeri (-), ggn pasase usus (-)
• Hernia Inkarserata → hernia tidak dapat keluar masuk
akibat isi cincin terjepit oleh cincin hernia → isi kantong
terperangkap dan tidak dapat kembali, harus CITO
o IRREPONIBLE (+) + Nyeri (+), Gangguan passase
(+)
▪ Hernia strangulata → terjadi jepitan isi cincin oleh cincin hernia
yang menyebabkan vaskularisasi terganggu dari bendungan
vskularisasi sampai nekrosis
• IRREPOBIBLE (+) + Nyeri (+) + Gangguan Vaskularisasi
(+)
• Strangulasi yang menjepit sebagian dinding perut →
HERNIA RICHTER
- Berdasarkan letaknya :
▪ Hernia inguinalis :
• (HIM) Medial/Direk → Trigonum Hasselbach
o Trigonum hasselbach dibentuk oleh
▪ m. Rectus abdominis,
▪ a. Epigastrica inferior,
▪ ligamentum inguinalis
• (HIL) Lateral/Indirek → Canalis inguinalis
o HIL → hernia keluar dari periteoneum lewat annulus
inguinalis internus → canalis ingunialis → annulus
inguinalis externus → jika berlanjut akan sampai
skrotum → jadi HERNIA SKROTALIS → kantong
hernia ada didalam m.Cremaster
o Inervasi regio inguinalis :
▪ N. Ilioinguinalis
▪ N. Iliofemoralis
o Regio inguinalis :
▪ Batas kanalis inguinalis :
• Kraniolateral → annulus inguinalis
internus → bagian terbuka dari fascia
transversalis dan aponeurosis
m.transversus abdominis.
• Medial bawah → annulus inguinalis
eksternus → bagian terbawah
aponeurosis m.oblikus eksternus
abdominis
• Atap → aponeurosis . obliqus rectus
abdominis
• Bawah → Lig. Ingunale
▪ Hernia umbilical → def. Asam folat
▪ Hernia scrotalis → defek ke scrotum
▪ Hernia diafragmatika → defek lewat foramen bochdalek
▪ Hernia femoralis → lewat dibawah lig.inguinalis
▪ Hernia ventralis
▪ Hernia insisional

- Klasifikasi lain :
▪ Hernia Eksterna → hernia menonjol keluar lewat dinding perut,
pinggang, atau perineum
▪ Hernia Interna → Hernia menonjol tanpa kantung hernia, melalui
lubang dalam rongga perut, seperti foramen winslow, resessus
rektosekalis
▪ Hernia insipien → Hernia indirek pada kanalis inguinalis yg ujungnya
tidak keluar dari annulus eksternus
▪ Hernia Interparietalis/interstitial → hernia yang kantongnya
menjorok kecelah lapisan antar dinding perut
▪ Sliding hernia → hernia yg sebagian dinding kantongnya terbentuk
dari isi hernia (caecum, kolon descenden, VU)
▪ Hernia epigastrika → hernia menonjol lewat defek linea alba
▪ Hernia Spieghel → hernia muncul dari tempat lemah antara tepi
lateral m.recuts abdominis dengan linea semisirkularis/ hernia
interstitial yang terletak di antara m. Tranversus abdominis dan m.
Obliquus abdominis internus
▪ Hernia Lumbalis → hernia pada dinding perut lateral
▪ Hernia obturatoria → hernia pada foramen obturatoria
▪ Hernia Littre → hernia berisi divertikulum meckel
- Gejala :
- Benjolan pada lipatan paha (muncul saat berdiri, batuk, bersin, mengedan,
menghilang/tdk menghilang setelah berbaring, ketika tekanan intraabdomen
meningkat)
- Nyeri epigastrium atau paraumblilical (nyeri visceral) → jarang
- Mual muntah → pada inkarserata
- Pemfis :
- Sederhana :
▪ Finger test :
• Gunakan jari 2 atau jari 5
• Masukan lewat skrotum lewat annulus eksternus inguinal ke
kanal inguinalis
• Instruksikan pasien batuk
o Impuls ujung jari → HIL
o Impuls disamping jari → HIM
▪ Ziemen test :
• Pasien posisi baring
• Benjolan dimasukan dulu (biasa oleh penderita)
• Periksa hernia gunakan tangan kanan
• Instuksikan pasien batuk :
o Rangsang jari ke-2 → HIL
o Rangsang jari ke-3 → HIM
o Rangsang jari ke-4 → Hernia Femoralis
▪ Thumb test :
• Annulus internus ditekan dengan ibu jari pemeriksa
• Pasien disuruh mengejan
• Bila keluar benjolan → HIM
• Bila tidak keluar benjolan → HIM
- Auskultasi → Bising usus (+) pada benjolan hernia

- Terapi :
- Konservatif → Reposisi bimanual → tangan kiri memegang isi hernia sambiil
membentuk corong, tangan kanan mendorong cincin hernia dengan sedikit
tekanan sampai te reposisi
- Operatif :
▪ Reponible dan irreponible → Hernioraphy/hernioplasty (elektif) →
memperkecil annulus inguinalis internus dan perkuat dinding kanalis
inguinalis
• Metode bassini
• Metode Lothessien mcvay
• Metode shouldice
• Metode Lichstein tension free
▪ Inkarserata dan strangulata → Herniotomi (Cito) → pembebasan
kantong hernia sampai kelehernya, kantong dibuka dan isi hernia
dibebaskan kalau ada perlekatan dan direposisi, kantong hernia dijahit
setinggi mungkin lalu dipotong
▪ Hernia Umbilikalis → < 1 tahun observasi, > 1 tahun bedah

- DD
Hidrocele → mengedan ukuran tetap + transluminasi (+), kalau hernia
-
mengedan ukuran membesar
- Elephanthiasis
- Limfadenitis
- Orchitis
- Komplikasi → abses lokal, fistel, peritonitis
HEMORRHOID
- Definisi → penebalan jaringan submukosa, terdiri dari venula arteriola dan jaringan
otot polos pada kanalis analis
- Jenis :
HEMORRHOID INTERNA HEMORRHOID EXTERNA
Etiologi Pelebaran plexus hemorrhoidalis Pelebaran plexus hemorrhoidalis
internal (dibentuk vena rectalis externa (dibentuk vena rectalis
superior media) inferior)
Letak diatas linea dentata Dibawah linea dentata
Asal endoderm ektoderm

Ditutupi epitel simplex columnar canalis Epithelium stratificatum


analis columnar
Inervasi Tidak nyeri Nyeri
Gejala Hemarokezia (+), Nyeri (-), Hematokezia (-), Nyeri (+),
Benjolan (-) benjolan warna keunguan
Grade Grade 1 : Benjolan (-) Akut : pembengkakan bulat
Grade 2 : benjolan dapat keluar kebiruan disektar anus
masuk sendiri (hematoma), nyeri dan gatal
Grade 3 : benjolan tidak dapat Kronik : Skin tag
keluar masuk sendiri, harus
dimasukan manual
Grade 4 : Benjolan tidak dapat
dimasukan kembali
Tx Grade 1 : - diet tinggi serat,
- diet tinggi serat, - sitz bath,
- sitz bath, - Medikamentosa
- Medikamentosa - anti hemorrhoid supp
- anti hemorrhoid 1x1;
supp 1x1; - Rhodium 3x1
- Rhodium 3x1 - NSAID, Antibiotik,
- Salep buraginol 2x1 Antiperdarahan
- NSAID, Antibiotik, - Hemorrhoidektomi
Antiperdarahan
Grade 2 :
- Ligasi a.hemorrhoidalis
+ terapi grade 1
Grade 3 :
- Hemorrhoidektomi
- Hemorrhoidektomi
stapler + terapi grade 2
Grade 4 :
- Hemorrhoidektomi
(CITO)
PROLAPS RECTI → benjolan melingkar dianus (seperti sosis), ada lipatan mukosa
konsetris
ABSES PERIANAL → ada benjolan sekitar anus berfluktuatif
FISTULA PERIANAL → Riw Abses pecah sehingga terdapat saluran terhubung kefeses
PROKTITIS → Infeksi Rectum, disertai nanah dan darah
FISURA ANI → Luka anus

CARCINOMA COLORECTAL
- Fungsi utama colon → absorbsi air
- Ca. Colon ascenden :
- BAB darah + lendir
- Test occult blood (+) → anemia penyakit kronis

- Ca. Colon Descendens : → fx menyerap air


- BAB keras (semisolid), berdarah (tidak masif) + obstipasi

- Ca Colon Rectosigmoid :
- BAB keras (semisolid), berdarah (tidak masif) + obstipasi
- Rasa tidak puas BAB, feses seperti kotoran kambing, BAB darah segar
- RT → teraba massa bulat konsistensi keras
▪ 1/3 distal → <7 cm
▪ 1/3 medial → 7-12 cm
▪ 1/3 proximal → > 12 cm
- Lab → CEA (+)
- Radiologi → BARIUM ENEMA (applecore appearance)
- Biopsi → Gold std
- Tx :
▪ Ca Rectosigmoid 1/3 distal → miles prosedure
▪ Definitif → biopsi, rektoskopi/protoskopi

- Divertikulum → kantong diusus, Diverticulosis → banyak, Divertikulitis → infeksi


kantong usus

TRAUMA DIGESTIF

- Trauma Limpa → disisi kiri perut bagian atas


- Gejala :
▪ Traub sign → jejas disisi kiri perut bagian atas
▪ Keher sign → nyeri menjalar kebahu kiri
▪ Syok hemoragik

- Trauma Hepar → disisi kanan perut bagian atas


- Px :
▪ Boa sign → nyeri menjalar ke bahu kanan
- Penunjang trauma abdomen :
▪ FAST (Focused assesment Sonography on trauma) →
hemoperitoneum
▪ DPL (Deep peritoneal lavage) → bila tidak ada usg dan CT-Scan
▪ CT Scan → bila pasien stabil

TRAUMA TAJAM ABDOMEN


- Thorax → tidak perlu fiksasi
- Abdomen → perlu fiksasi karena dinding abdomen elastis
BEDAH ANAK

PENYAKIT AGANGLIONIK → plexus auerbach


- ACHALASIA ESOFAGUS
- Gejala → awalnya bisa makan dan minum, lama kelamaan hanya bisa makan
saja.
- RO → Barium meal/OMD → bird beak/mouse tail appearance (dilatasi
esofagus distal)

- Tx → hyeler myotomi

- HIRSCHPRUNG DISEASE → 80% directosigmoid


▪ Gejala → meconium terlambat (>24 jam setelah lahir), muntah hijau
(billier)
▪ Px : RT → feces menyemprot
▪ Ro → Barium enema → mouse tail appearance (dilatasi usus distal)
atau sawtooth appearance

Gold std → biopsi jaringan usus


▪ Tx → operasi → potong bagian aganglionik

ATRESIA ESOFAGUS
- Gejala → riw. Ibu saat hamil alami polihidroamnion, saat lahir bayi mulut
tampak berbusa, muntah tiap kali minum/makan
- Px :
▪ RO → NGT follow through (Masukan ngt, lalu lakukan foto thorax)
→ NGT terlipat, gasless abdomen, biasa disertai fisteltrakeo esofagus

▪ Komplikasi → resiko pneumonia aspirasi


AGENESIS RENAL (SINDROM POTTER)
- Gejala → riw. Ibu saat hamil mengalami oligohidroamnion, produksi urin (-)

HYPERTROPHY PYLORIC STENOSIS (HPS)


- Gejala → muntah proyektil berwarna hitam seperti kopi
- Px → teraba massa dikuadran kanan atas, gangguan pertumbuhan, olive shape
diumbilikus
- RO → foto polos abdomen → single bubble OMD → umbrella sign

- Tx → perbaiki KU, pasang NGT, bedah

ATRESIA DUODENUM
- Gejala → muntah proyektil warna hijau
- RO → foto polos abdomen → double bubble

- Tx → perbaiki KU, NGT dekompresi, bedah

ATRESIA JEJUNUM
- Gejala → muntah proyektil berwarna hijau bilier
- RO → Foto polos abdomen → triple bubble → satu gelembung dibawah lig. Treitz

- Tx → perbaiki KU, NGT dekompresi, bedah


PENYAKIT GINJAL
- NEFROBLASTROMA (WILMS TUMOR)
- Gejala → perut membesar, hematuria, tidak lewat garis tengah tubuh

- NEUROBLASTOMA (tumor non ginjal)


▪ Hepar limpa → Melewati garis tengah tubuh

- POLIKISTIK RENAL
▪ Gejala → kista-kista kecil pada ginjal → anak autosomal resesif,
dewasa autosomal dominan
GASTROSCHISIS
- Gejala → usus keluar tanpa selaput

- Tx → bungkus kasa dibasahi Nacl 0.9%

OMPHALOCELE
- Gejala → usus keluar dengan selaput pembungkus

- Tx → bungkus usus dengan kasa yang dibasahi Nacl 0.9%

OMPHALITIS
- Gejala → infeksi pada umbilicus → umbilicus merah, bengkak, bernanah

- Tx → Antibiotik (ceftriaxone), antiseptik lokal


INVAGINASI/INTUSUSEPSI
- Segmen usus proksimal, masuk ke segmen distal → sering di Ileum terminalis ke
cpolon ascendens
- Gejala :
- usia beberapa bulan,
- diare lendir darah (red currant jelly stool),
- tiba-tiba nangis, tiba-tiba diam
- Pemfis :
- Distensi abdomen,
- Sausage Sign (teraba massa seperti sosis diumbilical)
- Dance Sign (teraba daerah kosong setelah sausage shaped)
- RT → portio like sign → ujung jari teraba seperi portio
- RO :
- USG → Doughnut Sign (+), target sign (+), Sandwich sign (+)

- Barium enema → coiled spring

NECROTIZING ENTEROCOLITIS (ENC)


- Gejala → riw, bayi baru lahir, umur beberapa hari, premature
- Px → distensi abdomen + bising usus menurun/menghilang
- RO → foto polos abdomen
VOLVULUS
- Gejala → nyeri perut, tidak bisa BAB/flattus, gejala ileus
- Px :
- Distensi abdomen → akibat usus terpelintir
- Bising usus ↑
- RO → foto polos abdomen → pseudokidney/ coffee bean sign

MALFORMASI ANORECTAL (MAR)


- Gejala → tidak ada anus
- Px → RO → foto polos abdomen, invertogram (knee chest position)
- Letak rendah < 1cm → businasi + PSARP
- Letak tinggi > 1 cm → Colostomy + PSARP

DIVERTIKULUM MECKEL
- Gejala → painless rectal bleeding
- Etiologi → kongenital
- Px → massa diumbilicus
- Tx → bedah
- Komplikasi → intususepsi

DIVERTIKULUM ZENKER
- Px → kantong pada esofagus (diatas sfingter esofagus proximal)
- RO → BARIUM MEAL → paryngeal puch setinggi C5-C6 didinding posterior faring
BEDAH ONKO
TUMOR MARKERS
- Ovarium → Ca.125
- Payudara → Ca.135, BRCA 1 dan 2
- Hepatoma → Alfa Feto Protein
- Prostat → PSA
- Colon → CEA
- Pankreas → Ca-19-9

KARSINOGENESIS
- Overexpresi/aktivasi protoenkogen dan/atau Growth Factor
- Inaktivasi Tumor Supressor Gen
- Repair DNA (↓↑) → gagal? → Apoptosis → gagal? → Mutasi (proliferasi
sel dan proses karsinogenesis)
▪ Repair DNA → berhasil? → Sel X membelah → X dan Xx (sel
normal)
▪ Apoptosis berlangsung di S, bila apoptosis gagal → sel kanker
▪ G1 → S → G2 → M → Kembali ke G1

TUMOR MAMMAE
- 6 Tatalaksana :
- Diagnosa
- Stadium
- Status penampilan (karnofsky score, WHO, ECOG)
- Rencana terapi
- Pelaksanaan terapi
- Follow up
▪ Rehabilitasi dan rekonstruksi

- DIAGNOSA (anamnesis, pemfis, penunjang)


- Anamnesis
▪ Keadaan umum
▪ Riw. Faktor resiko : riwayat paparan estrogen (makin lama paparan
estrogen > besar resiko)
▪ Menarche/haid pertama → makin muda > beresiko
▪ Usia pernikahan/tidak menikah → makin tua > beresiko
▪ Usia hamil/tidak punya anak → makin tua > beresiko
▪ Riw. Menyusui
▪ Jumlah Melahirkan
▪ Usia menopause
▪ Tumor :
• Disadari Sejak kapan, ukuran, jumlah, lokasi
• Progresifitas pembesaran benjolan
• Keluaran cairan dari puting?
• Puting retraksi?meninggi?melipat?
• Nyeri? Demam?
▪ Nodus Limfatikus :
• Benjolan diketiak kanan kiri? Supraclavicula?
Infraclavicula? Parasternum?
• Jumlah benjolan? Mobile? Terfixir?
• Ada luka borok nyeri?
▪ Metastase :
• Nyeri tulang? Sesak? Batuk?, nyeri kepala? Benjolan tempat
lain?
▪ Riw. Sebelumnya :
• Riw. Tumor sebelumnya
• Riw. Terpapar radiasi
▪ Riw. Keluarga :
• Riw. Genetik
• Riw. Kanker lain
• Usia menopause
- Pemfis
▪ Inspeksi : (gejala keganasan)
• Simetris kedua payudara?/perubahan bentuk payudara?
• Benjolan tampak/tidak?
• Ukuran secara subjektif?
• Perubahan warna?
• Peau d’orange?
• Skin dimpling? Kulit tertarik?
• Nipple discharge/keluaran cairan dari puting?
• Retraksi papil → papil tertarik kedalam?
▪ Palpasi :
• Ukuran → Cm (pakai mistar),
• Konsistensi →
o solid → padat
▪ Padat keras,
▪ padat kenyal,
▪ padat lunak
o Kistik → berisi cairan
o Permukaan halus/berbenjol-benjol
• Mobilitas →
o Mobile
o Terfixir :
▪ Terfixir kulit
▪ Terfixir dinding dada
▪ Terfixir keduanya
• Jumlah → Soliter atau Multipel
• Letaknya → kuadran mana
• Nyeri tekan
• Pembengkakan KGB → supraclavicula atau infraclavicula
• Nipple discharge
▪ Penunjang
• USG abdomen → massa hypoechoic
• Mammografi
• FNAB → bisa false negatif
• Histopatologi → BIOPSI → eksisi (< 3 cm), Insisi (>3 cm) →
tentukan benigna atau maligna
• Foto thorax → multiple coin lession
• Foto Lumbosacral → bone lytic

- STATUS PENAMPILAN
- Karnofsky score :
▪ 100 → normal
▪ 90 → aktivitas normal, gejala tanda minor dari penyakit
▪ 80 → aktivitas normal dengan usaha, gejala tanda penyakit (+)
▪ 70 → tidak mampu aktivitas normal, mampu merawat diri
▪ 60 → kadang butuh bantuan, mampu rawat kebutuhan pribadi
▪ 50 → butuh perawatan dan bantuan medis rutin
▪ 40 → lumpuh, butuh bantuan dan perhatian lebuh
▪ 30 → lumpuh parah
▪ 20 → sangat sakit, butuh perawatan RS, butuh terapi supportif dan
aktif
▪ 10 → sekarat, proses fatal berlangsung cepat
▪ 0 → mati
- Eastern Cooperative Oncology Group/WHO
▪ 0 → asimptomaptik, mampu lakukan aktifitas sepenuhnya tanpa
hambatan
▪ 1 → simptomatik, bisa berjalan, kegiatan fisik terbatas
▪ 2 → simptomatik, < 50% berada ditempat tidur sepanjang hari, dapat
berjalan dan merawat diri, tidak bisa kerja
▪ 3 → Simptomatik, > 50% ditempat tidur, > 50% terbangun
▪ 4 → Lumpuh total, tidak bisa rawat diri, sepenuhnya harus ditempat
tidur
▪ 5 → mati

- STADIUM
- TNM CA MAMMAE (2-5) : Tiroid (2-4)
▪ T:
• Tis/Tx → belum bisa dipastikan tumor, ductus carcinoma
insitu, lobular carcinoma insitu.
• T0 → tidak ada tumor, sdh dikonfirmasi pemeriksaan
• T1 → tumor < 2 cm
• T2 → Tumor 2-5 cm
• T3 → Tumor > 5 cm
• T4 → berapapun ukurannya ;
o T4a → Fiksasi dinding dada
o T4b → fiksasi kulit
o T4c → fiksir keduanya
o T4d → Mastitis karsinomatosis ( tumor merah dan
nyeri) → > 3 bulan + berobat
▪ N:
• N0 → tidak ada metastase KGB
• N1→ menyebar axilla ipsilateral, dapat digerakan
• N2 → melekat satu sama lain (konglomerasi)/ melekat pada
struktur lengan, menyebar diaxilla, sulit digerakan
• N3 → menyebar ke supraclavicular ipasilateral lymph node,
mammary lymph node

▪ M:
• Mx → belum dipastikan metastase (belum diperiksa lebih
lanjut)
• M0 → tidak ada metastase (sdh diperiksa lanjut)
• M1 → Metastase organ jauh → STADIUM 4
▪ Metastase Ca mammae :
• Paru-paru → foto thorax → multiple coin lesion
• Hepar → Usg Abdomen → bernodul
• Tulang belakang → foto vertebra, lumbal, thoracal, cervical
→ bone lytic lesion

▪ Pembengkakan Nodul lymph pada ca mammae :


• KGB axilla
• Mammaria interna → parasternal
• Infraclavicula
• Supraclavicula

- BREAST CANCER dibagi atas :


▪ EARLY BREAST CANCER → I-III C
▪ ADVANCE BREAST CANCER → > III C
▪ MASSIVE BREAST CANCER → 4

▪ Stadium :
• 0 → Tis N0 M0
• I → T1 N0 M0
→ T0 N1 M0
• II A → T1 N1 M0
→ T2 N0 M0
• II B → T2 N1 M0
→ T3 N0 M0
• III A → T0 N2 M0
→ T1 N2 M0
→ T2 N2 M0
→ T3 N1/N2 M0
• III B → T4 N(apa saja) M0
• III C → T(apa saja) N3 M0
• IV → T(apa saja) N(apa saja) M1 (MASSIVE BREAST
CANCER)
- RENCANA TERAPI :
- Kuratif → Std I, II, III A
- Paliatif → Std III B, IV → ↑ quality of life
▪ OPERATIF
• Tumorectomy, subcutaneus mastektomi, radikal
mastektomi, Modified radical mastektomi, simple
mastektomi
• KALAU MALIGNA → SIMPLE MASTEKTOMI →
karena lanjut kemoterapi
• → Lumpektomi, mastektomi, kuadranektomi, breast cancer
therapy)
▪ KEMOTERAPI →
• neo adjuvant (non operable) → sebelum pembedahan → 4
siklus → evaluasi respon
• Fx Neo-adjuvant :
o Perkecil ukuran tumor
o Mengontrol metastasis
• Tentukan respon regimen terapi
o Respon kemoterapi :
▪ Komplit → tumor mengecil > 50%
▪ Minimal → tumor mengecil > 25
▪ No change → tidak ada perubahan
▪ Progresif → tumor membesar → ganti regimen
kemoterapi
▪ Adjuvant → kemoterapi setelah pembedahan
▪ Regimen kemoterapi :
• First line → Ciklofosfamid (500x BSA), adriomisin
(50xBSA), 5-fluorourasil (500x BSA)
• Second Line → Paclitaksel, Doxorubisin
▪ Radioterapi
• Indikasi :
• Lokal residif, ada nodul bekas jahitan
• Ragu apakah tepi sayatan bebas tumor atau tidak
▪ Hormonal terapi →
• pengangkatan kedua ovarium (salpingooforektomi bilateral)
• Anti Estrogen → tamoxifen
▪ Targetting terapi
• Pada saat PA → Periksa ER, PR, HER-2 → bila negatif semua
→ prognosis buruk
• Golongan obat MAB → targetting terapi pada breast cancdr
▪ Immuno terapi

- Rencana terapi maksimal tapi pelaksanaan terapi tidak maksimal karena


fasilitas, sosial, ekonomi, operator
- Follow UP → seumur hidup, 1 tahun pertama per 1 bulan → follow up foto thorax
(dll)
- Breast cancer laki-laki → 1%
JENIS TUMOR PAYUDARA/TUMOR MAMMAE
- Usia Muda
- FIBROADENOMA MAMMAE (FAM)
▪ 15-25 tahun
▪ Px :
• Mobile, nyeri (-), kenyal,
• batas tegas, tidak dipengaruhi haid.
• Tx : Lumpektomi, quadranectomi, cryoablasi

- FIBROKISTIK
▪ 25-40 tahun
▪ Px :
• Mobile, nyeri (+),
• batas tidak tegas, irreguler, dipengaruhi haid
• Aspirasi → cairan hijau
- Usia Dewasa
- PHYLLODES TUMOR
▪ > 40 tahun
▪ Px → Tumor besar (20-30 cm), jinak, progresif, kulit meregang (leaf
like pattern)

- CARCINOMA MAMMAE
▪ > 40 tahun
▪ Px → retraksi nipple mengeluarkan darah + Peau d’orange
▪ Tx → Mastekrtomi Radikal Modifikasi, kemoterapi

- PAGET DISEASE (CARCINOMA DUCTAL)


▪ Karsinoma Insitu → puting bengkak dan merah

- Px :
▪ Usia muda (<35 tahun) → USG → bisa bedakan massa solid/kistik
▪ Usia Tua (> 35 tahun) → Mammografi
TIROID
- Massa ikut bergerak dengan menelan, suara serak
- Px :
- USG : Cold Nodul, Skrining TSHs & FT4 → Eutiroid
- FNAB : ada tumor
- Klasifikasi
- Tipe Papillar : paling sering, 80% dari Ca. Tiroid;
▪ Tx : total tiroidektomi
- Tipe Folikulare →
▪ Tx →
• Karsinoma : total tiroidektomi;
• adenoma : lobektomi
j. Tipe Kistik →
▪ Tx :
• < 4 cm → observasi
• > 4 cm → lobektomi

KISTA
- KISTA DERMOID (TERATOMA) → berisi rambut, kuku, asal dari jaringan
embrional (ectoderm)
- KISTA EPIDERMOID → dinding tebal, isi seperti bubur nasi
- KISTA ATHEROMA → bulat, kistik, pungta (+) (bermata/titik hitam ditengah),
fluktuatif
- KISTA GANGLION → nyeri (+), dipersendian, asal dari selaput synovial. Sarung
tendon,, isi cairan bening dan kental.
- KISTA LIPOMA → mobile, tidak membesar, nyeri (-), multipel, serinf diklavikulas
- BAKER’S CYST → benjolan dibelakang lutut (condylus medialis), herniasi
membrane atau cairan bursa synovial.
- NEUROFIBROMATOSIS TIPE 1 → Von recklinhausen sindrom → banyak kista-
kista diseluruh tubuh
- Tx :
- Kista → diambil kulitnya (ekstirpasi/keluarkan bersama kapsul), bila abses →
insisi
BEDAH PLASTIK
- CLEFT LIP PALATE / LABIAPALATOGLATOSCHISIS
- Etiologi → def. Asam folat
- Klasifikasi :
▪ Labioschisis → celah bibir
• Syarat Operasi → rule of 10
o BB > 10 pound (4.5 kg)
o HB > 10
o Usia > 10 minggu
o Leukosit < 10.000
▪ PALATOSCHISIS/GNATOSCHISIS
▪ PALATOSCHISIS → operasi usia > 12 bulan
• Komplikasi → ggn menelan
▪ GNATOSCHISIS → operasi usia 6 tahun
• Komplikasi → ggn pertumbuhan gigi

- EPISPADIA DAN HIPOSPADIA


- EPISPADIA → OUE di dorsal penis
- HIPOSPADIA → OUE di ventral penis

- Tx → Uretroplasty
- Komplikasi → infertile
- LUKA BAKAR
- Klasifikasi :
▪ Grade 1 → nyeri (+), merah (+), bulla (-), epidermis
▪ Grade 2a → nyeri (+), merah (+), bulla (+), superficial dermis
▪ Grade 2b →, nyeri (-), pucat, bulla (+), deep dermis
▪ Grade 3 → nyeri (-) , pucat, bulla (-), hipodermis

- Px → Rule of nine :
- Tx :
▪ Awal → guyur di air mengalir
▪ Lanjut :
• Kristaloid (max 50%)
o Rumus BAXTER : 4 ml x BB x Presentase luka
bakar
▪ 50% pertama → dalam 8 JAM
▪ 50% kedua → dalam 16 JAM selanjutnya
o Rule of nine :

• Antibiotic → sulfadiazine 1%, (burnazine krim)


• Aspirasi bullae → jangan pencet
• Zinc + Vit c → percepat penyembuhan luka
- Indikasi Rawat Inap :
▪ Grade 2 > 10%
▪ Luka bakar listrik/kimia
▪ Trauma inhalasi/genital

- Komplikasi :
▪ Syok hipovolemik → luka bakar luas
▪ Sindrom kompartemen → escarectomy
▪ Infeksi
▪ Trauma inhalasi → sputum ada jelaga, jejas leher, ali bulu mata
terbakar
▪ Tx → ETT. GCS > 8 → ETT + Midazolam

- HEMANGIOMA
- Gejala → sering pada infant → self limited disease
- Etiologi → Karena proliferasi endotel vaskuler
- Kontraindikasi → biopsi
- Klasifikasi :
▪ Cherry hemangioma → pink dan tidak progresif
▪ Cavernous hemangioma → ungu dan progresif
▪ Port Wine Strain → lebam diwajah

- TRAUMA MAXILLOFACIAL
- Px → Lembam mata + diplopia (penglihatan ganda) → blow out (fraktur
didinding orbita)
- Klasifikasi :
BEDAH SARAF
TRAUMA CAPITIS
- Klasifikasi :
- Berdasarkan morfologi :
▪ Local :
• Mild : contusio
• Severe : EDH, SDH, PIS/PSA
▪ Global :
• Mild : Commotion
• Severe : DAI (Diffuse Axonal Injury), DVI

▪ CONTUSIO CEREBRI:
• Penurunan kesadaran > 10 menit, muntah (+)
▪ COMMOTIO CEREBRI :
• Penurunan kesadaran < 10 menit, muntah (-)

▪ EDH (EPIDURAL HEMATOM)


• Etiologi → ruptur a.meningea media
• Gejala → riw. Trauma + Lucid interval
• Pemfis → Pupil anisokor (karena herniasi uncal yang
menekan mesencefalon)
• Penunjang → Ct-scan → bikonveks

▪ SDH (SUB DURAL HEMATOM)


• Etiologi → Bridging Vein pecah
• Gejala → Riw. Trauma + nyeri kepala kronik
• Penunjang → CT-Scan → Crescent Sign
- PERDARAHAN SUB ARACHNOID (PSA)
i. Gejala → Riw. Trauma kepala + nyeri kepala hebat tiba-tiba
ii. Penunjang → CT scan → stellata (darah mengisi gyrus)

- PERDARAHAN INTRA SEREBRAL (PIS)


▪ Gejala → Riw. Trauma Kepala + penurunan kesadaran/lateralisasi
▪ CT-scan → bulat hiperdens

▪ CEDERA MEDULLA SPINALIS


• Gejala → Riw. jatuh dari ketinggian tiba-tiba
• Px → paralisis
• Tx →
o Mobiliasi,
o Rawat inap,
o Methylprednisolone dosis tinggi 30 mg/kgbb bolus 15
menit untuk 24 jam
o Lanjut Methylprednisolone 5.4 mg/kgbb/jam

- FRAKTUR BASIS CRANII


▪ Gejala :
• Hematoma Butterfly
• Racoon eyes,
• Rinorrhea berdarah
• Battle sign, Otorrhea berdarah
• Halo sign
SPINA BIFIDA
- Etiologi → defisiensi asam folat
- Klasifikasi :
▪ Spina Bifida Occulta → vertebra terbuka, tidak menyatu, kantung (-)
▪ Spina Bifida Sistika :
• Meningocele → kantung berisi cairan
• Meningomyocele → kantung berisi medulla spinalis dan cairan
→ lumph

▪ Tx :
• Bila ada anak riw. NTD beri ibu asam folat 4000 mg
• Bila tidak ada riw. NTD beri ibu asam folat 400 mg

HIDROSEFALUS
- Pada anak
▪ Etiologi → infeksi toxoplasma
▪ Patofisiologi → produksi lcs meningkat → sutura belum menyatu →
hydrocephalus communicans
▪ Px → LK lebih besar dari normalnya
• Sunset phenomenom, pelebaran vena kepala
• Cerebral cry, cracked pot sign
▪ Penunjang → CT scan kepala
▪ Terapi → av shunt/vp shunt
- Pada Dewasa
▪ Gejala → nyeri kepala
▪ Etiologi → tumor (tersering)
▪ Patofisiologi → produksi lcs meningkat → sutura belum menyatu →
hydrocephalus non communicans
BTKV
FLAIL CHEST
- Fraktur costae >2 + paradoxal breathing

- Tx :
▪ Gulung dada dengan kain → rujuk
- Contusio pulmonum → bercak darah diparu-paru

EFUSI PLEURA
- Gejala → Sesak
- Px :
- dada asimetris,
- perkusi → redup
- Vocal fremitus menurun
- Elis daemoceau (+)
- Uji Rivalta → cairan pleura, kalau eksudat → kerut (tanda infeksi), transudat
cair → gagal jantung, serohemoragik = tumor
- RO → foto thorax PA → konsolidasi homogen, meniscus sign, sudut costophrenicus
tumpul

- Tx :
- WSD (bedah)
- Pungsi pleura (interna) → ics 9-10 dipunggung belakang

PNEUMOTHORAX
- Gejala → riw. Trauma, sesak
- Px →
- dada asimetris,
- shucking,
- perkusi hipersonor,
- trakea terdorong kesisi yang sehat,
- vocal fremitus menurun
- Klasifikasi :
- Open pneumothorax → ada luka
- Tension pneumothorax → JVP meningkat + hipotensi
- Simple closed pneumothorax → tidak ada peningkatan JVP
- RO → Hiperlusin avaskuler, tracheal shift (kearah yang sehat, pelebaran sela iga

- Tx :
- Open pneumothorax → kasa 3 sisi
- Tension pneumothorax → needel decompression ICS II lalu pasang WSD
- Simple Pneumothorax → pasang WSD diICS 4/5 linea mid axillaris

- HEMOTHORAX
- Darah dicabum pleura
- Px → perkusi pekak, riw. Trauma, jejas (+)
- RO → mirip dengan gambaran efusi, bedakan dgn cara pungsi

- HIDROPNEUMOTHORAX
- Cairan dan udara dalam cavum pleura
- RO → airfluid level

- EMPYEMA
- Nanah dalam cavum pleura
- Tx : pungsi pleura

- ATELEKTASIS
- RO : trakea tertarik kesisi sakit
- TUMOR PARU
- Gejala → batuk darah, BB turun, riw, merokok
- RO → foto thorax PA → ada coin lession diparu
- Px → gold std → biopsi = small cell/non small cell
- Cairan pleura
- Transudat → jernih
Etiologi → ketidakseimbangan tekanan hidrostatik dan onkotik, kadar
protein rendah
Eksudat → Keruh
Etiologi → inflamasi pleura → terjadi peningkatan sel misotel dan
kapiler → terjadi akumulasi cairan di cavum pleura, kadar protein
tinggi

TRIAS OF DEATH BEDAH


- Hipotensi, Hipotermi, Koagulopati
TERAPI OKSIGEN

- Metode Pemberian Terapi O2


k. Nasal Canul :
i. FIO2 : 24-44%
ii. Aliran : 1-6 lpm
iii. Setiap 1 lpm ↑ 4%
l. Simple Mask :
i. FIO2 : 60%
ii. Aliran : 6-10 lpm
m. NRM :
i. FIO2 : 80%
ii. Aliran : 8-12 lpm
NEUROLOGI/SARAF

- STROKE
NHS → Sadar + Hemiparese + Bicara pelo
Tatalaksana NHS :
• < 3 jam → RTPA (0.9-90 mg/kgbb)
10 % dari dosis dibolus, sisanya drips selama 1 jam
• > 3 jam → Aspilet 1x80 mg; Clopidogrel 1x75mg
• Neuroprotektor :
a. Citicolin 250 mg/ 8 jam/IV atau
b. Citicolin 500 mg/12 jam/IV → (2 ml/250 mg atau 4
ml/500 mg)
c. Cek Fx hati dan ginjal
• Piracetam : 7,2 gr/hari/ dibagi 3 dosis (3 gr/15 ml) = 2,4
gr/kali pemberian (3x)
o Pastikan bukan HS sebelum memberikan piracetam →
menimbulkan perdarahan lebih banyak
o Cek Fx Ginjal, Fx Hepar sebelum berikan → tunda bila
tinggi
o Diet rendah Na saat pemberian piracetam
• Neurosanbe/IM
• Turunkan TD, GD, & Lipid

HS → Tidak sadar + Muntah proyektil + Nyeri Kepala


Tatalaksana HS :
• Mannitol 20% = (bisa diganti NaCl 3%)
o Awal → 0.5-1 gr/kgbb/20 menit
o Lanjut → 0.25-0.5 gr/kgbb/ 4-6 jam
o Biasa dipakai awal 200 cc dalam 20 menit dilanjutkan
100 cc 4-6 jam
o Sediaan mannitol 20% → 500 cc/ 100cc
▪ 20 gr → 100 cc
▪ 1000 gram → 500 cc
• Asam tranexamat 500 mg/8 jam/IV (500 mg/5 ml)
• CCB/Nimodipin 15 mg/kgbb/jam → obs 2 jam → tidak ada
penurunan → 30 mg/kgbb/jam
• Rawat ICU
- CEPHALGIA
- MIGRAIN → Nyeri kepala sebelah, berdenyut
▪ Tanpa Aura
▪ Aura → ( ada kilatan cahaya, telinga berdengung, 30 menit sebelum
serangan)
Etiologi → Coklat, Kontrasepsi Oral, Kafein, alkohol, anxietas, travel,
exercise.
Tx :
• Hindari pencetus
• Ergotamine 2x1 mg
• Flunarizine 1x5mg/10mg

- TTH → Nyeri Kepala occipital, frontal, leher tegang, kaku


Tx :
Flunarizine 1x5mg/10mg
As. Mefenamat 3x500 mg
Paracetamol 3x500 mg

- CLUSTER → Migrain + Mata berair + Rasa tertusuk


Tx :
O2 masker 10-12 lpm
Ergotamine 2x1 mg
Flunarizine 1x5mg/10mg

- NEURALGIA TRIGEMINAL → Nyeri rasa tertusuk + rasa terbakar,


muncul saat sakit gigi/ makan (nyeri neuropati)
Tx → Carbamazepine 200 mg (1x1)

- NEURALGIA POST HERPETIK → Nyeri neuropati + riw. Herpes


Tx → Gabapentin 300 mg (1x1)

NEUROINFEKSI
- RABIES → Riw. Digigit anjing + demam, mual, muntah, takut cahaya, liur berlebih
Tx :
▪ Cuci air sabun 10-15 menit
▪ Jika luka resiko minimal ( bekas gigitan, anjing sehat) → VAR
▪ Jika luka resiko tinggi (robek, anjing sakit atau tidak diketahui) →
SAR
• VAR → 0.5 cc/IM (deltoid kanan/kiri) → Hari-0 (2x), Hari-7
(1x), Hari 21 (1x)
• SAR → heterolog 40 IU/KgBB + VAR 0
→ Homolog 20 IU/KgBB + VAR 0
• Kontak liur tanpa ada luka → tak perlu vaksin
▪ Boleh ditambahkan Antinyeri dan Antibiotik
- TETANUS → Trismus (Kejang rahang) + Opistotonus (Kaku badan)
Klasifikasi Tetanus :
▪ Grade 1 → Trismus > 3 cm + Opistotonus
▪ Grade 2 → Trismus 1-3 cm + kejang refleks, RR > 30 x/m
▪ Grade 3 → Trismus < 1 cm + Kejang spontan, RR > 40 x/m, N > 120x/m
▪ Grade 4 → Grade 1-3 + demam, hipertensi, takikardia (gangguan otonom)

Pemeriksaan fisik : Tes spatula → liat refleks menelan


Tx :
▪ Atasi kejang terlebih dahulu → bila kejang Diazepam/IV 0.3-0.5
mg/kgbb/kali, bisa diulang 2-4 jam bila masih kejang
▪ Antibiotik :
• Penisilin prokain 50.000 IU/kg/kali per 12 jam
• Metronidazole : Loading : 15 mg/kgbb/jam → Lanjut : 7.5
mg/kgbb/6 jam
▪ ANTI TETANUS SERUM (ATS) → 20.000-50.000 IU (dibagi 3
dosis) 0 (1x)-7 (1x)-21 (1x)
• Human Tetano Immunoglobulin manusia (HTIG) →
TETAGAM Single dose (3000-5000 IU)
• Diberikan saat : Luka < 6 jam, kedalaman < 1 cm, tidak
ada kontaminasi

- MENINGITIS → Demam + Kaku Kuduk + Nyeri Kepala


- Meningitis purulenta → ada keluaran cairan ditelinga
▪ Pemeriksaan fisik → Kernig sign (+) Brudzinski neck sign (+)

Gold std → pungsi lumbal (L4-L5) → kultus csf


Tx :
Ceftriaxone/vancomisin + dexamethasone
Bayi/neonatus → cefotaxime/ampisilin
TB → Kat. 1 selama 9-12 bulan + kortikosteroid
- ENSEFALITIS → demam + kesadaran menurun + kejang
▪ Early Cerebritis (1-3 hari), Late cerebritis (4-9 hari) → Early Capsulated
abses (10-13 hari) → late capsulated abscess (>14 hari)
▪ Pemeriksaan penunjang → CT SCAN → Lesi Hipodens dikelilingi cincin
hiperdens (ring enhancement)

- Riw HIV → Toxoplasma otak → multiple ring enhancment → tx : pirimetamin


- Cryptococcus : meningitis jamur pada HIV → LCS : tinta india → gambaran telur
mata sapi → amfoterisin B

EPILEPSI/KEJANG
- KEJANG PARSIAL → sebagian tubuh
▪ Simple parsial → tanpa ggn kesadaran
▪ Complex parsial → ada ggn kesadaran
▪ Complex parsial generalized → kejang sebagian kemudian seluruh tubuh
• Tx :
o Carbamazepin 2x 200 mg, maintanance 800-1200 mg/hari
o Fenitoin :
▪ Dewasa → awal : 3-4 mg/kgbb (150-300/hari) 2-3x100 mg,
maintanance 200-500 mg/hari
▪ Anak → awal : 5 mg/kgbb/hari, dibagi 2 dosis. Maintanance
: 4-8 mg/kgbb/hari (maks. 300 mg per hari)

- KEJANG UMUM
▪ PETIT MAL/absance/bangkitan lena < 16 tahun → kejang, bengong,
kemudian melanjutkan aktivitas kembali
• Tipikal → bengong < 1 menit (langsung sadar)
• Atipikal → bengong > 1 menit (tidak langsung sadar, sadar berangsur)
• Tx :
o Asam valproate 15 mg/kgbb hari (dibagi 2-3 dosis), max 60
mg/hari)
Kontraindikasi anak < 10 tahun

▪ GENERALIZED TONIC CLONIC SEIZURE (GTCS)/ KEJANG


TONIK KLONIK → Tidak sadar setelah kejang, durasi 30-120 detik
• Tonik (kaku) → Klonik (kejang) → ↓ kesadaran

▪ KEJANG MIKLONIK → kejang + kontraksi otot bilateral + sadar


▪ KEJANG ATONIK → kejang + hilang tonus otot, jatuh tiba tiba
▪ Tx :
• asam valproate 15 mg/kgbb/hari/dibagi 2-3 dosis
• Fenitoin 3x100 mg

- KOMPLIKASI OBAT
▪ Fenitoin → hipertrofi gusi
▪ Carbamazepin → SSJ
▪ Fenobarbital → anak hiperaktif, dewasa depresi

- OBAT KEJANG UNTUK IBU HAMIL → Lamotigrin (1x1), gabapentin, fenitoin


- STATUS EPILPETIKUS → Kejang > 30 menit atau Kejang → tidak sadar →
kejang

NEUROAUTOIMUN

- GUILLAIN BARRE SYNDROME (GBS)


▪ riw. Infeksi kulit dan diare → autoimun (molecular mimicry) → dari kaki ke
atas ( lumpuh ascending) → Lumph LMN (flaccid) simetris + atrofi otot +
ggn, sensorik
▪ Lab :
• Gold std → LCS → disosiasi sito albumin ( peningkatan protein tanpa
diikuti pleositosis
• EMG
▪ Tx : plasmafaresis (mengganti 200-250 cc plasma/kgbb dalam 7-14 hari atau
IVIG (intravena immunoglobulin)

- MYASTHENIA GRAVIS (MG)


▪ Gejala → Lumpuh descenden (dari kelopak mata ke bawah)

▪ Topis → Neuromuscular Junction (NMJ) → menghambat asetilkolin


▪ Penunjang : Gols std → Elektromyografi (EMG)
• Pem. Sederhana :
o Tes Tensilon → berikan edrophonium chloride → ada perbaikan
kontraksi otot
o Tes Warterneberg → melihat 2-3 menit → kelopak mata jatuh
▪ Tx: Asetilkolin Esterase Inhibitor → Neostigmine, Pyridostigmine

- BELL’S PALSY
▪ Gejala → mulut perot, mulut mencong, tidak ada kerutan dahi, mata tidak
menutup kuat
▪ Tx :
• Prednisone dosis tinggi 60 mg/hari (5 hari) (3x4 tab)
• > 5 hari → tapp off 5 mg/hari selama 2 minggu → lanjut fisioterapi

NEUROGENERATIF

- DEMENSIA → ggn kognitif → mengganggu aktivitas sehari-hari


▪ Klasifikasi :
• Demensia Alzheimer (GABA) → Idiopatik/pada orang tua, HT
terkontrol,
o CT-Scan : atrofi lobus temporoparietal,
o Sederhana : MMSE (tes fungsi luhur)
• Demensia Vaskuler → Riw. Stroke + HT tidak terkontrol
• Demensia Lewi Bodies → Demensia + Parkinson
Tx : Donezepil (1x5 mg), Neostigmin (1x 15 mg)

- SINDROM PARKINSON
▪ Gejala → TRAP
• Tremor resting
• Rigiditas (kaku)
• Akinesia (jalan lambat)
• Postural instability (jatuh setiap kali jalan)

▪ Klasifikasi :
• Possible → 2 dari 4 gejala
• Probable → 3 dari 4 gejala
• Definite → 4 dari 4 gejala
▪ Letak Lesi : Substansia Nigra → dopamin rendah
▪ Pemfis → Tes myerson (+) → refleks glabella → berkedip
▪ PA → ada lewi boies
▪ Tx :
• < 50 tahun → amantadin
• 50-59 tahun → bromokriptin
• > 60 tahun → levodopa (2x125 mg) max 8 gram per hari
DIMIELINISASI

- MULTIPLE SCELROSIS → penyakit autoimun kronik dimielin otak


▪ Gejala → diplopia/pandangan kabur + Lumpuh (intracranial)
▪ CT-Scan → banyak kalsifikasi diotak

- AMYOTROPHIC LATERAL SCLEROSIS → Lumpuh UMN dan LMN


bersamaan + ggn bicara

- POLIO → autoimun, riwayat infeksi sebelumnya + Lumpuh flaccid unilateral


Topis → Cornu Anterior Medula Spinalis → ggn motorik tanpa sensoris
Penunjang → LCS → Infeksi Virus

DEKOMPRESI

- CAISSON DISEASE → akibat naik kedarat terlalu cepat


Klasifikasi :
Grade 1 → keram otot
Grade 2 → kena otak dn jantung
Tx : hiperbarik/Oksigen dosis tinggi

APHASIA
DERMATOVENEROLOGI/ILMU KULIT

INFEKSI KULIT
- INFEKSI BAKTERI/ PIODERMA
- Impetigo krustosa (strepto) : lesi koralet (sarang tawon) atau krusta pinggir
bibir
- Impetigo bulosa (staphylo) : bula hipopion diseluruh tubuh
- Ektima/Impetigo Ulseratif (strepto) : ulkus ditutupi krusta
- Furunkel : Abses
- Karbunkel : Bisul besar, bermata banyak
- Folikulitis : bisul ada rambut ditengahnya (inflamasi folikel rambut)
- Furunkulisis : banyak bisul, tapi tidak menyatu
- Px :
▪ Pewarnaan gram → gram positif
▪ Pewarnaan Single → Methylen blue
- Tx :
▪ Jika ada krusta atau ulkus → Kompres PK 1:10.000 atau kompres nacl
0.9%
▪ Krim Asam fusidat 2%, mupirocin 2% (2x1)/(3x1)
▪ Jika lesi luas → Antibiotik oral
• Amoxcicilin 3x500 mg
• Eritromisin 3x250 mg

- Infeksi kulit lain :


▪ Selulitis : batas tidak tegas, merah pucat, bengkak, teraba hangat,
dermal/subdermal (lebih dalam)
▪ Erisipelas : batas tegas, merah terang, dermal
• Tx :
o Erisipelas : Penisilin
o Selulitis : cefalosporin, klindamisin

- INFEKSI VIRUS
- VESIKEL
▪ VARICELLA
• Etiologi → Varicella zooste virus (chickenpox)
• Gejala → Vesikel-vesikel, penyebaran sentrifugal, tear drop
• Px → tzank test → sel datia/giant cell
• Tx →
o Asiklovir : 3-5x 800 (7 hari)/ Valsiklovir 3x1000 mg (7
hari)
o Anak : asiklovir 10-20 mg/8 jam (7 hari)
▪ HERPES ZOOSTER
• Etiologi → reaktivasi VZV, imun menurun, virus dorman
diganglion spinalis
• Gejala → vesikel berkelompok, unilateral, herpetiform →
menyebar sesuai dermatom n. Spinalis
• Herpes Zooster ophtalmica → hutchinson sigh
• Herpes Zooster Otika → ramsay hunt syndrome → ipsilateral
paralysis, ear pain, vesikel

Px → Tzank test

Tx :
o Asiklovir 5x800 mg (7 hari) atau valasiklovir 3x1000
mg (7 hari)
o Nyeri post herpetik : gabapentin 3x100 mg,
amitriptilin 1x74 mg
▪ Kompres dingin
▪ HERPES SIMPLEKS
• HSV 1 → oral atau anak
• HSV 2 → Genital
• Px → tzank test
• Tx :
o Asiklovir 4x200 mg/3x400 mg
o Valasiklovir 2x500 mg (5 hari)
- PAPUL
▪ MOLUSCUM KONTAGIOSUM
• Etiologi → poxvirus
• Gejala → papul seperti kubah, ada badan moluskum (dalle)
ditengah, menyebar melalui kontal kulit.
Dewasa → genital
• Tx :
o Farmako : Canthadrin, imiquimod
o Non Farmako : cryotherapi. Cryo surgery, enukleasi
▪ VERUKA VULGARIS
• Etiologi → HPV 2 dan 4
• Gejala → papul permukaan verukosa
• Tx :
o Asam salisilat keratolitik
o Cryoterapi

- INFEKSI JAMUR
- TINEA CAPITIS → Grey Patch, black do.
- TINEA BARBAE → Jenggot → cukur jenggot, aksh anti jamur
- TINEA FASIALIS → Wajah
- TINEA CORPORIS → Badan
- TINEA MANUS → Tangan
- TINEA UNGUINUM → Kuku → mengelupas
- TINEA CRURIS → Lipatan paha, pantat → lesi merah berskuama
▪ Px :
• lampu wood → mikrosporum (hijau)
• KOH → hifa panjang bersekat dengan artrospora
o Candidia → pseudohifa
▪ Tx :
• Griseofulvin 500 mg/24 jam
• Ketoconazole 1x200 mg/krim
- CANDIDIASIS
▪ Gejala → lesi satelit → koribformis
▪ Candidiasis oral → putih creamy sulit diangkat, jika diangkat
berdarah/eritem
• Tx : Nystatin drop 2ml anak, 3-4 ml dewasa
▪ Px → KOH → Pseudohifa, blastospora
▪ Tx :
• Amfoterisini, nystatin
• Ketoconazole 2% atau 1x200 mg (1x1)

- PITYRIAISIS VERSICOLOR
▪ Etiologi → Malasezzia Fulfur
▪ Gejala → macula hipopigmentasi + skuama + gatal
▪ Px :
• KOH : spagetti and meatball app
• Lampu Wood : kuning keemasan
▪ Tx :
• Ketoconazole 1x200 mg (10 hari)
• Itraconazole 1x200 mg (5-7 hari)
• Shampoo selenium sulfat 2-2.5%
• Shampoo ketoconazole 2%

- INFEKSI PARASIT
- SCABIES
▪ Etiologi → sarcoptes scabiei
▪ Cardinal sign → nocturnal priuritus, kelompok, ada terowongan, tes
cukik kulit, ada parasit
▪ Tx :
• Permethrin 5% (Scabimite) dioleskan seluruh tubuh, diamkan
8 jam lalu bilas.
o Tidak boleh anak < 2 tahun → boleh sulfur presipitatum
4-20%
o Boleh pada ibu hamil
• Cuci semua baju dan seprei
• Terapi berkelompok

- PEDUKULOSIS/KUTU-KUTU
▪ Etiologi → pedikulosis humanis
▪ Predileksi :
• Rambut → ped. Capitiis
• Pubis → ped. Pubis
▪ Tx :
• Permethrin 1% (peditox) → oles keseluruh tubuh kecuali
wajah
• Gameksan 1% → tdk bole ibu hamil dan anak < 6 tahun
• Malathion 0.5%
- CUTANEUS LARVA MIGRAN
▪ Etiologi → Ankylostoma Braziliense, Ankylostoma Caninum
▪ Gejala → Riwayat pergi kepantai, lesi serpiginosa
▪ Tx :
• Etil spray, Cryotherapi
• Albendazole 1x400 mg (3 hari)

DERMATITIS
- DERMATITIS ATOPI
- Etiologi → hipersensitivitas tipe 1
- Gejala → gatal, eritema, vesikel, papul
- Predileksi :
▪ Bayi → pipi
▪ Anak & Dewasa → flexor
- Px : prick test
- Tx : Antihistamin + salep kortikosteroid

- DERMATITIS KONTAK
- DKA → Kontak bahan non iritan
- DKI → Kontak bahan iritan (detergen)
- Tx :
▪ kortikosteroid zalf
▪ Antibiotik bila ada infeksi sekunder
▪ Antihistamin bila gatal

- DERMATITIS POPOK (DIAPER RASH)


- KOH (+) → antijamur
- KOH (-) → kortikosteroid zalf

- NEURODERMATITIS/LIKEN PLANUS SIMPLEKS


- Predileksi → ekstensor, akibat stres
- Tx → Kortikosteroid tinggi → clobetazole 0.05%/mometason 0.1%

- DERMATITIS NUMULAR → Coin Lesion


- DEMATITIS VENENATA → Riw. Digigit serangga

- DERMATITIS ERITROSKUAMOUS
- PITYRIASIS ROSEA
▪ Etiologi → HHV 6&7
▪ Gejala → Herald Patch, penyebaran seperti pohon cemara terbalik
▪ Tx → Sembuh sendiri, simptomatik, antihistamin
- PSORIASIS
▪ Predileksi → Siku, lutut
▪ Gejala :
• makula eritem berskuama
• Auzpit sign → bintik merah saat kulit digores
• Fenomena Kobner → jika digores sisi yang sehat, muncl lesi yg
sama
•Fenomena tetesan lilin → sisi yg sakit jka digores seperti
tetesan lilin
▪ PA → hiperkeratosis dan papillomatosis
▪ Tx → Kortikosteroid potensi tinggi, preparat ter, metotrexat
- DERMATITIS SEBOROIK
▪ Etologi → malesezzia fulfur
▪ Skuama kekuningan
▪ Predileksi → didaerah berbulu
▪ Tx : shampoo selenium sulfat, shampoo ketoconazole 2%

ACNE → Vitamin A, antibiotik, Triamcinolone acetat

- MORBUS HANSEN
- Gejala → Trias : Hipopigmentasi, Hipostesi, Penebalan Saraf
- Klasifikasi :
▪ Pausi Basiler (PB) : Lesi <5, Asimetris, penebalan saraf <1
▪ Multi Basiler (MB) : Lesi >5, Simetris, Penebalan saraf > 1
- Px → Pewarnaan BTA (Ziehl Nielsen) → spesimen kerokan telinga
- Tx : MDT Regimens
▪ PB (6-9 bulan) :
• Hari 1 : Minum depan petugas Rifampisin 600 mg +
Dapson/dds 100 mg
• Hari 2-28 : DDS/Dapson 100 mg/hari
• Seterusnya 6-9 bulan
• Resep Lepra PB/Resep MH PB :
o Hari 1 :
▪ R/ Rifampicin tab 600 mg No.1
S. Single Dose ( 1x/bulan didepan petugas)
▪ R/ Dapsone tab 100 mg No.1
S. Single Dose (1x/bulan didepan petugas)
o Hari 2-28 :
▪ R/ Dapsone tab 100 mg No. XXVII (1 blister)
S.1.dd.tab1
▪ MB (12-28 bulan) :
• Hari 1 : minum depan petugas Rifampisin 600 mg + Clofazim
300 mg + dapson 100 mg
• Hari 2-28 : Clofazim 50 mg + dapson 100 mg
• Seterusnya 12-18 bulan
• Resep Lepra MB/Resep MH MB :
o Hari 1 :
▪ R/ Rifampisin tab 600 mg No.1
Single Dose (1x/bulan didepan petugas)
▪ R/ Dapsone tab 100 mg No.1
Single Dose (1x/bulan didepan petugas)
▪ R/ Clofazimine tab 100 mg N0.III
Single dose (1x/bulan didepan petugas)
o Hari 2-28 :
▪ R/ Dapsone tab 100 mg No. XXVII (1 blister)
S.1dd.tab.1
▪ R/ Clofazimine caps 50 mg No. XXVII (1
blister)
S.1.dd.caps.1
- Komplikasi MH
▪ Reaksi Reversal :
• Etiologi → Rx hipersensitivitas 4
• Muncul diawal minum obat PB
• Gejala → macula hipopigmentasi menjadi putih dan merah,
bengkak, hangat
• Tx : Prednisone 40 mg kemudian tapp off + obat tetap lanjut
▪ Reaksi Eritema Nodosum Leprosum
• Etiologi → Rx hipersensitifitas tipe 3
• Biasa muncul pada MB
• Muncul saat tengah atau akhir pengobatan (>6 bulan)
• Gejala → nodul merah lunak + Nyeri Tekan
• Tx : prednisone 40 mg kemudian tapp off → obat utama tetap
lanjut
▪ Fenomena Lucio
• MH + Luka

- TUMOR KULIT
- Basal Cell Carcinoma
▪ Sering terpapar sinar matahari
▪ Nodul mengkilap
- Squamous Cell Carcinoma
▪ Nodul bersih, mudah berdarah, tidak sembuh, kerationosit bertanduk
- Melanoma Maligna
▪ Nevus Pigmentosa → melanoma maligna

- REAKSI OBAT

- FIXED DRUG ERUPTION


▪ Muncul lesi ditempat yang sama setelah minum obat
- SINDROMA STEVEN JOHNSON
▪ Kulit melepuh <10% luas permukaan tubuh
▪ Kena Mukosa (mata, mulut, genital)
▪ Eritema multiform
- TOXIN EPIDERMATOSIS NECROSIS/TEN
▪ Kulit Melepuh > 30% luas permukaan tubuh
▪ Tes nikolsky (=)
- Tx Reaksi obat :
▪ Stop obat tersangka
▪ Infus untuk cegah syok
▪ Kortikosteroid dosis tinggi

- STAPHYLOCOCCUS SCALDED SKIN SYNDROME (SSSS)


- Pada bayi
- Riwayat Infeksi
KELAMIN
- BAKTERIAL VAGINOSIS
- Gejala → gatal, bau amis
- Px :
▪ Inspekulo → sekret keabuan
▪ Whiff test → bau amis
▪ Mikroskopik → Clue sel
- Tx :
▪ Metronidazole 2x 500 mg (7 hari) atau 2 gr SD
▪ Klindamisin 2x300 mg (7 hari)
- TRIKOMONIASIS VAGINALIS
- Biasa disertai GO
- Sekret banyak, berbuih, perih/Nyeri
- Px → Strawberry serviks (bintik perdarahan dalam vagina, parasit berflagel
- Tx → Metronidazole 2x500 mg (7 hari ) atau SD 2 gr
- CANDIDA VULVOVAGINALIS
- Gejala → sangat gatal, resiko org DM, gemuk, immunicompromised
- Px :
▪ Inspekulo → secret putih kental seperti keju
▪ KOH (+) → pseudohifa
- Tx :
▪ Klotrimazole 200 mg/3 hari intravaginal
▪ Klotrimazole 500 mg intravaginal SD
▪ Nystatin intravaginal 100.000 IU (7 hari)
▪ Belum menikah :
• Itraconazole 1x200 mg SD
• Fluoconazole 1x150 mg SD

INFEKSI MENULAR SEKSUAL


- GO
- Inkubasi → 1-14 hari
- Neisseria gonorrhea
- Sekret → mucopurulen/hijau
- Tx :
▪ Cefixime (1x4 tab) 400 mg SD, atau
▪ Ceftriaxone injeksi 250 mg/IM/SD
▪ Kanamisin Boka 1 gr, Boki 1 gr SD
- Non-GO
- Inkubasi
- Secret → seropurulen/kekuningan
- Tx :
▪ Doksisiklin 2x100 mg (7 hari)
▪ Azitromisin 1 gr SD

- Sifilis
- Etiologi → traponema pallidium
- Grading
▪ Sifilis primer → bersih, soliter,, tdk mudah berdarah, tepi meninggi
▪ Sifilis Sekunder → Skuama, bintik merah ditelapak tangan (roseola
sifilitika), kondiloma lata
▪ Sifilis Tersier → ada deformitas, saddle nose, paresis, meningitis
- Skrining : VDRL
- Dx → serologi TPHA (+), mikroskopik lapangan gelap → berbentuk pita
- Tx :
▪ Benzatin Penisilin 2.4 juta IU/IM/SD (2 amp)
▪ Penisilin Procain 600.000 IU/IM Selama 10 hari (sediaan 3 gr,
encerkan dan ambil 1/5nya)
▪ Alergi penisilin dan tidk hamil :
• Doksisiklin 2x100 mg (30 hari)
• Eritromisin 4x500 mg selama (30 hari)
DAFTAR OBAT DAN DOSIS OBAT

ANTIHISTAMIN
NAMA OBAT SEDIAAN DOSIS
Chlorpheniramine Maleat Tablet 4 mg Anak : 0.1 mg/KgBB/Kali (3x sehari)
(CTM) (B) ss: (4 mg x 3 kali sehari)
Diphenhidramin HCL (B) Tablet 50 mg Dewasa : 1-2 mg/kgbb (50-100 mg) 3-4x
Injeksi 10 mg/ml sehari
(1 amp=2 ml) IV Dewasa : 10-50 mg/IV (max. 400
mg/hari)
IV anak : 5 mg/kgbb/hari terbagi 4 dosis
(max. 300 mg/hari)
Loratadine (B) Tablet 10 mg Anak :
Syrup 5 mg/5 ml 1-2 tahun : 2.5 mg (1x1)
2-12 tahun (< 30 kg) : 5 mg (1x1)
2-12 tahun (> 30 kg) : 10 mg s(1x1)
Dewasa/anak >12 tahun : 10 mg (1x1)
Cetirizine (B) Tablet 5 mg, 10 0.25 mg/kgbb/hari (2x sehari)
mg Anak :
Syrup 5 mg/5 ml 6 bulan-1 tahun : 2.5 mg (1x1)
Drop 10 mg/ml 1-2 Tahun : 2.5- 5 mg (1x1)
2-5 Tahun : 2.5-5 mg (1x1)
6-11 tahun : 5-10 mg (1x1)
Dewasa : 10 mg (1x1)

KORTIKOSTEROID
NAMA OBAT SEDIAAN DOSIS
Prednisone (C) Tablet 5 mg Anak : 1-2 mg/Kgbb/hari (2x1)
(D trimester 1) (maks. 60 mg/hari)
Dewasa : 40-80 mg/hari (2x sehari)
Dexamethasone (C) Tablet 0.5 mg Anak : 0.05-0.3 mg/Kgbb/hari (2-4 x/hari)
Injeski 5 mg/ml Dewasa : 0.2-0.5 mg/Kgbb/Hari (2-4
(1 amp=1 ml) x/hari)
Maks. 9 mg
Methylprednisolone Tablet 4 mg, 8 mg, Dosis : 0.5-1 mg/Kgbb/hari (2-3x)
(C) 16 mg.

Injeksi : 40 mg/ml
(1 ml/amp)
125 mg/vial
500 mg/vial
OBAT RESPIRASI

ANTI ASMA dan PPOK


NAMA OBAT SEDIAAN DOSIS
Salbutamol (C) Tablet 2 mg, 4 mg Dewasa :
Ventolin Syrup 2 mg/5 ml Oral : 0.1-0.15 mg/kgbb (3-
Inhaler 100 mcg/puff 4x/hari)
Vial nebule 2.5 mg/2.5 ml Puff : 1-2 puff (6-8 x/hari)
Inj (Lasal) 0.5 mg/ml (amp 2 ml) Nebu : 2.5-5 mg per nebu
(dicencerkan 2 ml nacl (1:1))
Aminofilin (C) Tab 150 mg, 200 mg Dewasa : 10 mg/kgbb dibagi dua
Inj. 24 mg/ml (@10ml) dosis
Anak : 6 mg/kgbb/12 jam
Teofilin (C) Tab 100 mg, 150 mg Dewasa : 3 mg/kgbb per 8 jam
Asthmasoho tab 130 mg
Ipratropium Br Larutan Inhalasi, 250 mcg/ml Dewasa : 500 mcg
(B) (botol 20 ml) Anak : 250 mcg
Per 20 menit maksimal 3x
Budenoside (B) Inhaler 80-160/puff Controller :
Symbicort (C) Dewasa (160) 2 puff/kali (2x)
Anak (80) 2 puff//kali

MUCOLITIK dan EKSPEKTORAN


NAMA OBAT SEDIAAN DOSIS
N-Acetylcystein (B) Caps 200 mg Dewasa : 3x 200 mg
Syrup 150 mg/ml Anak :
6-14 tahun : 300-600 mg/hari
4-6 tahun : 300 mg/hari
2-4 tahun : 200 mg/hari
< 2 tahun : 100 mg/hari

Ambroxol Tablet 30 mg 1.2-1.6 mg/kgbb/hari (2-3 x/hari)


Syrup 15 mg/5 ml Dewasa dan > 12 thn : 30 mg/ 8-12 jam
Syrup 30 mg/5 ml Anak
Drop 15 mg/ml 6-12 thn : 15 mg/ 8-12 jam
Drop 7.5 mg/ml 2-6 tahun : 7.5 mg/ 8-12 jam
< 2 tahun : 7.5 mg/12 jam
Bromhexine Tablet 8 mg 0,15-0.3 mg/kgbb per 8 jam
Syr 4 mg/ 5 ml 8-16 mg per 8 jam
Inj. 4 mg/ 2 ml

ANTI TUSSIF
NAMA OBAT SEDIAAN DOSIS
CODEIN (C) Tab 10 mg, 15 mg, 20 0.25 mg-0.5 mg/kgbb/ (Dewasa : 15-30
mg mg) per 4-12 jam
Analgetik : 0.5 mg-1 mg/Kgbb (dewasa
15-50 mg) per 4-8 jam
Dextrometorfan (C) Tab 15 mg, 30 mg 3x1
syrup
PILEK
NAMA OBAT SEDIAAN DOSIS
PSEUDOEFEDRINE HCL Drop 7.5 mg/0.8 ml 0.8 ml per 8 jam
(C) 1 mg/kgbb/ 6-8 jam

OBAT ANTIBIOTIK

AMINOGLIKOSIDA
NAMA OBAT SEDIAAN DOSIS
Gentamisin Sulfate (D) Injeksi 40 mg/ml (1 amp= 2ml) Dewasa : 3-5 mg/kgbb/hari
Sagestam Krim 0.1% dibagi 3 dosis
Eye Drop 0.3% atau 0.5% Anak : 6-7.5 mg/kgbb/hari
Salep mata 0.3% Tube 5 gr dibagi 3 dosis
Neonatus : 5 mg/kgbb/hari
dibagi 2 dosis
Topikal : 2-3x/hari
Amikacin Sulfate (D) Injeksi 250 mg/ml (@ amp 2 ml Dewasa : 250-500 mg per
atau 4 ml) 12 jam
Injeksi 125 mg/ml (@ amp 2 ml) Maks. 15 mg/kgbb/hari
dibagi 2 dosis
Neonatus : loading 10
mg/kgbb SD, lanjut 7.5
mg/kgbb per 12 jam
Kanamycin Sulfate (D) Caps 250 mg 15 mg/kgbb/hari dibagi 2-3
Injeksi vial 1 gr/2 gr dosis
Streptomycin Sulfate Injeksi vial 1 gr Dewasa : 1-2 gr/Hari dibagi
(D) 2-4 dosis
Untuk TB Anak : 20-40 mg/kgbb/hari
dibagi 2-4 dosis

SEFALOSPORIN
NAMA OBAT SEDIAAN DOSIS
Cefadroxyl (B) Tablet 250 mg Dewasa : 1-2 gr/hari dibagi 2 dosis
Tab/caps 500 mg Anak : 30 mg/kgbb/hari dibagi 2 dosis
Syr. Kering 125mg/5ml
Drop 150 mg/ml
Cefixime (B) Caps 200 mg, 100 mg, Dewasa : 200-400 mg/hari dibagi 2 dosis
50 mg Anak 6 bulan-12 thn : 8 mg/kgbb/hari
Syr. Kering 100 mg/5 ml dibagi 2 dosis
Drop 30 mg/ml
Cefuroxime (B) Tab 250 mg, 500 mg Dewasa : 750 mg per 8 jam
Anbacim Injeksi vial 1 gr, 750 mg Infeksi berat : 1.5 gr/kali (3-4 kali sehari),
GO : Single dose
Meningitis 3 gr/8 jam
maks. 6 gr/hari
Anak 3 bln-12 thn :
50-100 mg/kgbb/hari dibagi 3 dosis
Infeksi tulang : 150 mg/kgbb/hari dinagi 3
dosis
Meningitis : 200-250 mg/kgbb/hari dibagi
3 dosis

Cefotaxime (B) Injeksi vial 1 gr/500 mg Dewasa : 1 gr/12 jam


Infeksi berat : 3-6 gr/ hari dibagi 3 dosis.
Life threatning sampai 12 gr/hari dibagi 3
dosis
GO : 1 gr SD
Neonatus : 50-200 mg/kgbb/hari dibagi 2-
4 dosis
Anak 1 bulan- 12 tahun : 100-200
mg/kgbb/hari dibagi 2-4 dosis
Ceftriaxone (B) Injeksi vial 1 gr Anak : 50-75 mg/kgbb/hari dibagi 2 dosis.
Maks 2 gr/hari
Meningitis 100 mg/kgbb/hari dibagi 2
dosis. Maks. 4 gr/hari
Dewasa : 1-2 gr/hari dibagi 2 dosis
GO 250 mg/IM/SD
Cefoperazone (B) Injeksi vial 1 gr Dewasa : 2-4 gr/hari dibagi 2 dosis
Cepraz 1-2 gr/12 jam
Maks. 6-16 gr per hari
Anak : 25-60 mg/kgbb per 6-12 jam

PENISILIN
NAMA OBAT SEDIAAN DOSIS
Amoxicilin (B) Caps 500 mg, 250 mg Dewasa : 500 mg (3x1)
amoxiclav Syr. Kering 125 mg/5 ml Anak : 250 mg (3x1)
Syr. Kering 250 mg/5 ml 20-30 mg/kgbb/hari (3x1)
Drop 100 mg/ml (amoksan)
Injeksi vial 1 gr (amoksan)
Ampicilin (B) Caps 250 mg, 500 mg Dewasa : 3-4x 500 mg
Syr. 125 mg/5 ml GO : 3.5 gr SD PO
Syr. 250 mg/5ml Anak :50-100 mg/kgbb/hari
Injeksi vial 1 gr dibagi 3-4 dosis
Injeksi vial 500 mg
Injeksi vial 250 mg
Benzathine Penicilin (B) Sifilis Dewasa : 1.200.000 IU SD
Injeksi 1.200.000 IU/vial Anak : 300.000-600.000 IU SD
Injeksi 2.400.000 IU/Vial Sifilis 2.400.000/IU 3x interval
7 hari

BETA LAKTAM
NAMA OBAT SEDIAAN DOSIS
Meropenem (B) Injeksi Vial 500 mg >50 kg : 500 mg/8 jam
(Lini akhir) Injeksi vial 1000 mg < 50 kg : 10-40 mg/kgbb per 8 jam
KLORAMFENIKOL
NAMA OBAT SEDIAAN DOSIS
Kloramfenikol (C) Caps 250, 500 mg Dewasa :
Syr. 125 mg/5ml Oral : 250-500 mg per 6 jam
Injeksi vial 1 gr IV : 50-100 mg/kgbb/hari, dibagi 4 kali
Salep kulit 2% 15 gr (4x1 gr/hari)
Salep mata 1% 5 ml Tetes telinga : 2-4 tetes/kali (3x1)
Tetes mata 1% Salep mata : 2 tetes (3-4x/sehari)
Tetes telinga 0.5%, 3%
Anak :
Oral 25-50 mg/kgbb/hari dibagi 4 dosis
IV : 50-100 mg/kgbb/hari dibagi 4 dosis

Neonatus : 25 mg/kgbb/hari dibagi 4 dosis


Thiamfenikol Caps 250 mg, caps 500 mg Dewasa : 50 mg/kgbb/hari dibagi 3-4
Syr. 125 mg/5 ml dosis
Syr 250 mg/5 ml Bayi >2 minggu dan anak : 50
mg/kgbb/hari dibagi 3-4 dosis
Bayi < 2 minggu : 25 mg/kgbb/hari dibagi
3-4 dosis

MAKROLID
NAMA OBAT SEDIAAN DOSIS
Erythromicin (B) Caps 250 mg, 500 mg > 50 kg : 250-500 mg (2-4 x/hari)
Syr. 200 mg/5ml < 50 kg : 30-50 mg/kgbb/hari dibagi 2-4 dosis
Spiramycin (C) Tab 250 mg, 500 mg Dewasa : 500 mg-1 gr per 8 jam
Syr. 125 mg/5 ml Infeksi berat : 2-2.5 gr per 12 jam (maks. 8
gr/hari)

Toxoplasmosis :
Trimester 1 : 3 gr/hari dibagi 3-4 kali sehari
Trimester 2-3 : 3 gr/hari selama 3 minggu

Anak :
50-100 mg/kgbb/hari per 12 jam
Azithromycin (B) 250 mg, 500 mg Dewasa : 500 mg 1x1
Injeksi vial 500 mg Maks. 8 gr/hari
Syr. 200 mg/5 ml ISK : 1 gr SD
GO : 2 gr SD
IV : 500 mg/24 jam (2 hari) lanjut oral
Anak 10 mg/kgbb/hari per 24 jam
Clarithromycin (C) Tab 250 mg, 500 mg Dewasa : 250-500 mg (2x1)
Syr. 125 mg per 5 ml Anak : 15 mg/kgbb/hari dibagi 2 dosis
KUINOLON
NAMA OBAT SEDIAAN DOSIS
Ciprofloxacin (C) Tab 250 mg, 500 mg Dewasa : 250-500 mg (2x1)
Eye Drop 3 mg/ml Anak : 10-20 mg/kgbb (2x1)
Injeksi 2 mg/ml
Levofloxacin (C) Tab 250 mg, 500 mg, 750 mg Dewasa : (1x1)
Injeksi 5 mg/ml Anak :
Eye Drop 5 mg/ml > 50 kg (1x1)
< 50 kg : 8mg/kgbb/12 jam

TETRASIKLIN
NAMA OBAT SEDIAAN DOSIS
Tetracycline HCL (D) Caps 250 mg, 500 mg Dewasa : 250-500 mg per 6-12 jam
Anak : 25-50 mg/kgbb/hari dibagi 4 dosis
Doxycyline (D) Caps 50 mg, 100 mg Dewasa : 100 mg (2x1)
Anak > 8 tahun : 2.2-4.4 mg/kgbb/hari
dibagi 2 dosis

GOLONGAN LAIN
NAMA OBAT SEDIAAN DOSIS
Kotrimoksazol Tab 480 mg, 960 mg Dewasa : 2x1/2x2
(trimethropin/sulfmethoxazole) Syr. 240 mg/5 ml Anak : 40 mg/kgbb/hari
(D) dibagi 2 dosis
Klindamycin/Clindamycin (B) Caps 150 mg, 300 mg Dewasa : 150-450 mg per 6
Topikal gel 1% 10 gr jam
Anak : 8-20 mg/kgbb/hari
per 6-8 jam
Topikal : 2x1
Vancomycin HCL (C) Injeksi vial 500 mg Dewasa : 2 gr//hari dosis
terbagi 2-4x/hari (iv lambat
30-60 menit)
Anak : 10 mg/kgbb/hari
setiap 6 jam, IV lambat 60
menit
Neonatus : 10-15 mg/kgbb
per 6-12 jam
Metronidazol (B) Tab 250 mg, 500 mg Dewasa : 3 x 500 mg atau 2
Syr. 125 mg/5 ml gr SD
Infus 5 mg/ml (@100 ml) Anak : 7.5-30 mg/kgbb/hari
Tab supp 500-1000 mg dibagi 3
Vagistin IV : 500 mg per 8 jam
OBAT ANTIJAMUR
NAMA OBAT SEDIAAN DOSIS
Myconazole (C) Salep krim 2% 5,10,15,25 gr (2x1)
Ketoconazole (C) Tab 200 mg Dewasa : 200 mg (1x1)
Krim 2% tube 5 gr, 10 gr Maks. 400 mg/hari
Shampoo Anak > 2 thn : 3.3-6.6 mg/kgbb/hari
Topikal (2x1)
Fluconazole (C) Tab 50 mg, 150 mg, 200 mg Dewasa : 100-400 mg/hari (1x1)
Infus 2 mg/ml (@100ml) Maks. 600 mg/hari
Anak : 3-12 mg/kgbb/hari
Maks. 600 mg/hari
Itraconazole (C) Caps 100 mg (1x1) 1-4 minggu
(2x1)
Griseofulvin (C) Tab 125 mg. 250 mg, 500 mg Dewasa : 500 mg/hari. SD atau dibagi 2-
4 dosis
Bisa 750 mg-1 gr
Anak > 2 thn : 10-20 mg/kgbb/hari
terbagi 2-4 dosis
2-8 minggu
Kuku : 4-6 bulan
Nystatin (C) Tab 500.000 IU Dewasa : 500.1000.000 IU per 8 jam
Salep nystatin 100.000 IU Anak : 100.000 per 6 jam, kumur dahulu
Drop oral 100.000 IU sebelum ditelan
Susp. 100.000 IU Ovula 1-2 tab sekali sehari selama 7-10
Tab vaginal 100.000 IU hari

OBAT ANTIVIRUS
NAMA OBAT SEDIAAN DOSIS
Acyclovir (B) Tab 200 mg, 400 mg Dewasa :
Salep Mata 3% 3 gr Herpes genital : 200 mg per 4 jam (10 hari)
Salep krim 5% 5gr Herpes zooster : 800 mgx 5/hari (7-10 hari)
Lar. Infus 250 mg Varicella : 800 mg x 5/hari (5-10 hari)

Anak :
IV : 10 mg/kgbb/8 jam
Oral : 20 mg/kgbb/dosis (5x1)
< 2 thn : 100-200 mg/dosis (dibagi 5 dosis)
> 2 thn : 200-400 mg/dosis (5x1)

Neonatus : 20 mg.kgbb/kali (14 hari)


Interval :
Usia koreksi < 30 minggu : per 24 jam
30-32 minggu : per 18 jam
> 32 minggu : per 12 jam
Preterm : 10 mg/kgbb/12 jam
IV : 5 mg/kggbb/8 jam

Topikal : 4x/hari (5 hari)


Valacyclovir (B) Tab 500 mg 500-1000 mg/8 jam (5-7 hari)
OBAT ANTIHEMINTIK, ANTIFILARIA
NAMA OBAT SEDIAAN DOSIS
Albendazol (C) Tab 200 mg Dewasa : 400 mg (1x1)
Suspension 200mg/5 ml Anak > 2 tahun : 15
mg/kgbb/hari terbagi 2 dosis
Mebendazole (C) Tab 100 mg, Dewasa : 100 mg (1x1) (2x1)
500 mg
Syr. 100 mg/5 ml
Pyrantel Pamoat (C) Tab 125 mg, 250 mg, 500 mg 10 mg/kgbb/SD
Suspension 125 mg/5 ml
Prazikuantel (C) Tab 300 mg, 600 mg 5-25 mg/kgbb/hari dibagi 3
dosis
OBAT GASTROINTESTINAL & HEPATOBILIER

POMPA PROTON INHIBITOR/PPI


NAMA OBAT SEDIAAN DOSIS
Omeprazole (C) Caps 40 mg 0.4-0.8 mg/kgbb per 12-24 jam
Injeksi Vial 40 mg Dewasa : 20-40 mg
Lansoprazole (B) Caps 30 mg, 15 mg 15-30 mg per 24 jam
Pantoprazole (B) Injeksi Vial 40 mg 1 mg/kgbb per 12-24 jam
Dewasa : 40 mg/24 jam

ANTAGONIS RESEPTOR H2
NAMA OBAT SEDIAAN DOSIS
Ranitidine (B) Tab 150 mg, 300 mg Oral : 2-5 mg/kgbb per 6-12 jam
Injeksi 25 mg/ml (@2ml) (2x150 mg)
Syrup 75 mg/5 ml IV : 1 mg/kgbb/6-12 jam
50 mg/6-8 jam

ANTASIDA
NAMA OBAT SEDIAAN DOSIS
Antasida Doen (bisa ibu Tab kunyah Dewasa : 1-2 tab kunyah per 6-8 jam
menyusui dan ibu hamil) Susp. Per 5 ml Anak 6-12 tahun : ½ - 1 tab per 6-8 jam

GASTROPROTEKTOR
NAMA OBAT SEDIAAN DOSIS
Sucralfate Tab 500 mg 2x per 6 jam (sebelum
Susp. 500 mg/5 ml (@100 makan)
ml,@200 ml)

PROKINETIK
NAMA OBAT SEDIAAN OBAT
Metroclorpramide (B) Tab 5 mg, 10 mg Dewasa : 10-20 mg per 8 jam
Syr. 5 mg/5ml Anak : 0.1-0.3 mg/kgbb/8 jam
Injeksi 5 mg/ml (@2ml)
Drop 4 mg/ml
2mg/ml
1mg/ml

ANTIEMETIK
NAMA OBAT SEDIAAN OBAT
Domperidone (C) Tab 10 mg Dewasa : 10-20 mg per 6-8 jam
Susp. 5 mg/5ml Anak : 0.2-0.5 mg/kgbb/4-8 jam
Drop 5 mg/5ml
Ondancetron (B) Tab 4 mg, 8 mg 0.1-0.2 mg/kgbb per 6-12 jam
Syr. 4 mg/5 ml (maks 8 mg)
Injeksi 2 mg/ml (@2ml, @4ml)
ANTISPASMODIK
NAMA OBAT SEDIAAN OBAT
Buscopan/ Hyoscine Butil Tab 10 mg Dewasa : 0.5 mg/kgbb per 6-8 jam
Bromide (C) Injeksi 20 mg/ml (@1ml) (20-40 mg)
Anak > 12 tahun : 1-2 tab 3x/hari
IV/IM : 1 amp per IV/IM

ANTIDIARE
NAMA OBAT SEDIAAN OBAT
Attapulgit Tab 600 mg Dewasa : 2 tab setiap bab cair, maksimal 12
tab/hari
Anak 6-12 tahun : 1 tab setiap bab, maksimal 6
tab/hari
Loperamide (B) Tab 2 mg Diare akut : Awal 2 tab, lanjut 1 tab setiap bab
Lodia sampai baba padat
Diare kronik : 0.05 mg-0.1 mg/kgbb per 8-12 jam
(2-4 mg)
Maksimal 8 tab/hari
Kaolin-Pectin Tab komb Dewasa : 2.5 tablet per bab cair, maksimal 15
tablet/hari atau 2 sdm per bab, maks. 12 sdm/hari
Anak 6-12 tahun : 1.5 tablet per bab cair,
maksimal 7.5 tab/hari. Atau 1 sdm per bab,
maksimal 6 sdm/hari
Zinc Sulfat Tab 20 mg <6 tahun : 10 mg
Monohidrat Syr. 10 mg/5 ml >6 tahun : 20 mg
Syr. 20 mg/5 ml Diberikan selama 10 hari walau diare sudah
Drop 27.5 mg/5 ml berhenti

PENCAHAR/KATARTIK
NAMA OBAT SEDIAAN DOSIS
Bisacodyl (C) Tab 5 mg < 12 bulan : supp 2.5 mg
Dulcolax Supp 5 mg, 10 mg 1-12 tahun : 5 mg supp atau 5-10 mg oral
>12 tahun : supp 10 mg atau 10-20 mg
oral
Lactulose (B) Syr. 10 g/15 ml Konstipasi : 0.5 ml/kgbb/12 jam
(@60 ml, @120ml, @200 ml)
Konstipasi kronis :
Dosis initial :
Dewasa : 15-45 ml/hari
Anak :
5-14 tahun : 15 ml/hari
1-5 tahun : 5-10 ml/hari
< 5 tahun : 5 ml

Dosis Rumatan :
Dewasa : 10-25ml/hari
Anak :
5-14 tahun : 10 ml/hari
1-5 tahun : 5-10 ml
< 5 tahun : 5 ml
ANTIHEMORRHOID
NAMA OBAT SEDIAAN DOSIS
Rhodium Tab kombinasi Akut :
(Diosmin 450 Hari 1-6 : 6 tab/hari
mg+hesperidine 50 mg) Hari 5-7 : 4 tab/hari
Selanjtunay 2 tab/hari

Kronik : 2-3 tab/hari


Ardium Tab 500 mg Akut :
Hari 1-6 : 6 tab/hari
Hari 5-7 : 4 tab/hari
Selanjutnya 2 tab/hari

Kronik : 2-3 tab/hari


Borraginol-N Tube 15 gr Salep oles 2-3x/hari
Supp. Rectal Atau
3x1 tab supp
Anti Hemoroid DOEN Supp 1-2 supp 1-2x sehari
(bismut)

HEPATOPROTEKTOR DAN KOLELITOLITIK


NAMA OBAT SEDIAAN DOSIS
HEPA-Q Tab Kombinasi 1-2 tab (3x1)
Hepa-Merz Injeksi 500 mg/ml Dewasa : 4 amp/hari
(@10ml) Ensepalopati dan Koma : 4-8 amp/hari
Granul 3 gr/sach
Asam Ursodeoksilat (B) Tab 250 mg Untuk batu kolesterol diameter < 20 mm
Urdafalk Dosis : 8-10 mg/kgbb, 2-3 dosis.
OBAT SISTEM CARDIOVASCULAR

ANTIARITMIA
NAMA OBAT SEDIAAN DOSIS
Amiodarone (D) Tab 200 mg 5 mg/kgbb dalam 1 jam pertama
Injeksi Vial 50 mg/ml (@3ml) Lanjut 1 mg/ menit dalam 6 jam
Kemudian 0.5 mg/menit dalam 18
jam

ACLS :
Dosis pertama : 300 mg/IV
Dosis kedua : 150 mg/IV

Oral : 4 mg/kgbb per 8 jam (max.


200 mg)
Digoxin (C) Tab 0.25 mg Oral : 0.01-0.02 mg/kgbb/hari (1-3
Injeksi 0.25 mg/ml (@2ml) tab/hari)
0.25-0.5 mg/IV (0.01-0.03
mg/kgbb/hari). Diencerkan dalam
10 cc larutan isotonis, bolus
selama 2 menit.
Bila belum terkontrolbolus dapat
diulang 4 jam setelah dosis
pertama dengan dosis maksimal
1.5 mg/24 jam
Adenosine Tab 20 mg Oral : 2-3 tab 3x/hari
Triphosphate Injeksi 10 mg/ml (@2ml) SVT :
Disodium Dosis pertama 6 mg bolus cepat,
diikuti bolus NS 20 ml. Bila msh
SVT, masukan 12 mg diikuti bolus
NS 20 ml. Bila gagal,
pertimbangkan kardioversi.

ANTIANGINA
NAMA OBAT SEDIAAN DOSIS
ISDN (C) Tab 5 mg, 10 mg, 20 mg Sub lingual : 0.1-0.2 mg/kgbb (maks. 10
Injeksi 1 mg/ml (@10 ml) mg) per 5 menit maksimal 3x.
Bila tak berhasi, pertimbangkan nitrat
injeksi
Oral : 15-80 mg/hari dibagi 2-3 dosis
Injeksi : 0.6-2 mcg/kgbb/menit
(saran 1/25-5 mg/jam)
Nitroglycerin (C) Injeksi 1 mg/ml (@10 ml) 0.5-5 mcg/kgbb/menit (5-200 mcg/menit)
10-25 mcg/menit
OBAT VASOAKTIF & INOTROPIK
NAMA OBAT SEDIAAN DOSIS
Dopamine (C) Injeksi 40 mg/ml (@5ml) 1-10 mcg/kgbb/menit
Encerkan 50 cc nacl, 250 cc Awali 2.5 mcg/kgbb/menit, tingkatkan
2.5 mcg/kgbb per 15 menit sampai
hemodinamik stabil
Dobutamine (B) Injeksi 50 mg/ml (@5ml) 2.5-10 mcg/kgbb/menit/ maks. 40
Injeksi 25 mg/ml (@10ml) mcg/kgbb/menit
Awali 2.5 mcg/kgbb/menit, tingkatkan
2.5 mcg/kgbb per 15 menit sampai
hemodinamik stabil
Epinefrine Injeksi 1 mg/ml Anafilaksis
Dewasa : 0.3-0.5 ml/IM paha sisi lateral
Anak : 0.01 ml/kgbb/IM dikaki yg tdk
dimunisasi
Bila IM tidak efektif, encerkan 0.1-0.2
ml kedalam NS 10 cc, bolus pelan

Cardiac arrest/IV : 0.01 mg/kgbb per 3-5


menit sambil rjp

Cardiac Arrest via ETT : 0.1 mg/kgbb


per 3-5 menit diencerkan NS 10 cc

Bradikardi : 2-10 mcg/menit

Pasca henti jantung : 0.1-0.5


mcg/kgbb/menit

Resusitasi Bayi Baru Lahir : 0.1-0.3


ml/kgbb
Norepinefrine (C) Injeksi 1 mg/ml (@4ml) 0.05-2mcg/kgbb/menit. Maks. Dosis 30
Injeksi 1 ml/ml (@8ml) mcg/menit

ACE INHIBITOR
NAMA OBAT SEDIAAN DOSIS OBAT
Captopril (D) Tab 12.5 mg, 25 mg, 50 mg 0.1-0.2 mg/kgbb/8-12 jam
Dosis awal 6.25 mg/8-12 jam. Bisa
dinaikan sampai 50-100 mg per 8-12 jam.
Maks. 450 mg/hari
Ramipril (D) Tab 1.25 mg, Tab 2.5 mg, 2.5-10 mg/hari dibagi 1-2 dosis
Tab 5 mg, Tab 10 mg.
Lisinopril (D) Tab 5 mg, 10 mg, 20 mg 5 mg (1x1) (0.1 mg/kgbb/hari)
Dapat ditingkatkan sampai 0.2-1
mg/kgbb/1x1 (10-40 mg)
BETA BLOCKER
NAMA OBAT SEDIAAN DOSIS OBAT
Propanolol (C) (D untuk Tab 10-40 mg 0.2-0.5 mg/kgbb/6-8 jam (10-
trimester 2-3) 20 mg)
Dapat ditingkatkan maks. 1.5
mg/kgbb per 6-8 jam (maks.
80 mg)
Bisoprolol (C) Tab 1.25 mg, 2.5 mg, 5 mg 0.2-0.4 mg/kgbb per 24 jam
Concor (10-20 mg)

ANTAGONIS KALSIUM
NAMA OBAT SEDIAAN DOSIS OBAT
Amlodipin (C) Tab 5 mg, 10 mg 0.05 mg-0.2 mg/kgbb per 24 jam
2.5 mg-10 mg/hari
Nicardipine HCL (C) Injeksi 1 mg/ml Krisis HT : 0.5-6 mcg/kgbb/menit
(@10 ml) Penurunan HT secara cepat : 10-30
mcg/kgbb/menit
Nifedipine (C) Tab 5 mg, 10 mg 0.25-1 mg/kgbb per 8-12 jam (dewasa
10-40 mg)
Maks. 120 mg/hari
Diltiazem HCL (C) Tab 30 mg, 60 mg Drip 5-15 mcg/kgbb/menit
Caps 100 mg, 200 mg
Injeksi 5 mg/ml (@5ml)
Injeksi 10 mg/ml (@5ml)
Verapamil HCL (C) Tab 80 mg 1-3 mg/kgbb/8-24 jam (80-120 mg)
Kaplet 240 mg

ANTAGONIS ANGIOTENSIN II
NAMA OBAT SEDIAAN DOSIS OBAT
Candesartan (D) Tab 8 mg, 16 mg 0.1-0.3 mg/kgbb/(1x1) (4-16 mg)
Valsartan (D) Tab 40 mg, 80 mg, 160 mg 0.8-3 mg/kgbb (1x1) (40-160 mg)

ANTI HIPERTENSI GOLONGAN LAIN


NAMA OBAT SEDIAAN DOSIS OBAT
Metildopa (B) Tab 250 mg 3-13 mg/kgbb/ 8-24 jam (125-750 mg)
Dopamet (3x1)

DIURETIK
NAMA OBAT SEDIAAN DOSIS OBAT
Hidrochlorthiazide Tab 25 mg, 50 mg Edema pada gagal jantung
(HCT) (D) 1-1.5 mg/kgbb/24 jam (25-50 mg) (1x1)
Furosemide (C) Tab 40 mg Edema pada gagal jantung
Injeksi 10 mg/ml (@2ml) 0.5-1mg/kgbb per 6-24 jam (20-40 mg)
(2x1)
Spironolakton (C) Tab 25 mg, 100 mg 50-100 mg (1x1)
Mannitol 20% (C) Infus 20% 250 ml, 500 ml 0.25-2 gr/kgbb per dosis, diberikan
maksimal setiap 2 jam bila perlu
OBAT SISTEM URINARIA

OBAT HIPERTROFI PROSTAT


NAMA OBAT SEDIAAN DOSIS OBAT
Terazosin HCL (C) Tab 1 mg, 2 mg 0.02 mg/kgbb/hari (1 mg/hari)
Dapat dinaikan 0.04-0.4 mg/kgbb/hari
(2-20 mg/hari)
Tamsulosin HCL (B) Tab 0.4 mg, 0.2 mg 0.2-0.4 mg//hari (1x1)

OBAT DISFUNGSI EREKSI


NAMA OBAT SEDIAAN DOSIS OBAT
Sildenafil Citrat (B) Tab 50 mg, 100 mg 25-100 mg (1x1), 1 jam sebelum
berhubungan sexual
>65 tahun : 25 mg (1x1)
Tadalafil (B) Tabs 10 mg, 20 mg 10-20 mg (1x1), 1 jam sebelum
berhubungan sexual
OBAT SISTEM HEMATOLOGI

ANTI TROMBOTIK
NAMA OBAT SEDIAAN DOSIS OBAT
Clopidogrel (B) Tab 75 mg Dewasa : 75 mg (1x1)
Anak : 0.25 mg/kgbb/(1x1)

Loading infark :
300 mg, dilanjutkan 75 mg/hari
Asam Asetil Salisilat Tab 80 mg, 100 mg, 160 Anti platelet : 5 mg/kgbb/24 jam (80-
Aspilet mg 160 mg) (1x1)
Infark : loading 160 mg-320 mg (maks.
1000 mg.hari)

TROMBOLITIK
NAMA OBAT SEDIAAN DOSIS OBAT
Streptokinase (C) Vial serbuk injeksi 250.000 IV selama 30 menit, selanjutnya
1.500.000 IU 100.000 IU/jam
Infark miokard akit :1.5 juta IU dalam 100 cc
D5% atau NS 0.9% 30-60 menit
Alteplase (C) Injeksi Vial 50 mg Bolus 15 mg, lanjut 0.75 mg/kgbb selama 30
Human rTPA + aqua pro inj 50cc menit, kemudian 0.5 mg/kg selama 60 menit.
Dosis tdk lebih 100 mg

ANTI PERDARAHAN (HEMOSTATIK)


NAMA OBAT SEDIAAN DOSIS OBAT
As. Tranexamat (B) Caps 250 mg, 500 mg Oral : 15-25 mg/kgbb/8 jam (500-1500
Injeksi 50 mg/ml (@5ml) mg)
Inj. 100 mg/ml (@5ml) IV : 10-15 mg/kgbb/8 jam (250-1000 mg)
Vitamin K (C) Tab 10 mg Bayi baru lahir : 1 mg/IM segera sesudah
Inj. 10 mg/ml (@1ml) lahir
Inj. 2mg/ml (@1ml) 0.3 mg/kgbb (maks. 10 mg/IM/IV)
Carbazochome Na Tab 10 mg, 30 mg forte Oral : 10-30 mg/8 jam
Sulphonate (C) Injeksi 5mg/ml (@2ml, IV : 25-100 mg/injeksi/drip IV
Adona @5ml, @10ml)

ANTIKOAGULAN
NAMA OBAT SEDIAAN DOSIS OBAT
OBAT NEUROLOGI & PSIKIATRI (JIWA)

SEDATIF, HIPNOTIK, ANSIOLITIK


NAMA OBAT SEDIAAN DOSIS OBAT
Alprazolam (D) Tab 0.25 mg, 0.5 mg 0.005-0.02 mg/kgbb per 8 jam
1 mg 0.25-1 mg per 8 jam
Diazepam (D) Tab 2 mg, 5mg Anak :
Inj. 5mg/ml (@2ml) IV : 0.3-0.5 mg/kgbb bolus pelan kec. 1-
Tube rectal 10 mg/2.5 ml 2mg/menit atau 1 amp 3-5 menit (maks.
Syr. 2mg/5 ml 20 mg)
Dewasa : 2-10 mg 1-4x/sehari
Buspirone (B) Tab 10 mg 3x5 mg/hari
2x10 mg/hari

ANTI DEPRESSAN
NAMA OBAT SEDIAAN DOSIS OBAT
Amitriptilin (C) Tab 25 mg Dewasa : 25-50 mg/8 jam
Fluoxetine (C) Caps 10 mg, 20 mg 20 mg/24 jam
10 mg/12 jam
Sertraline (C) Tab 50 mg Dewasa : (1x50 mg)
Anak : (1x25 mg)

ANTIPSIKOTIK
NAMA OBAT SEDIAAN DOSIS OBAT
Haloperidol (C) Tab 5 mg, 2 mg,0.5 mg, Akut : 0.1-0.2 mg/kgbb/kali (5-10 mg)
1.5 mg Dapat diulang per 30 menit atau per 1
Inj. 5 mg/ml (@1ml) jam
Inj. 50mg/ml (@1ml) Maks. 100 mg/hari
Drop 2 mg/ml
Maintenance : 0.5-10 mg per 12 jam
Risperidone (C) Tab 2 mg, 3 mg, 1 mg (1x1)
Chlorpromazine (C) Tab 25 mg, 100 mg Dewasa : 3x25 mg (maks. 300 mg/hari)
Inj. 25 mg/ml (@2ml)
Inj. 5 mg/ml (@2ml)

ANTI KONVULSAN
NAMA OBAT SEDIAAN DOSIS OBAT
Fenitoin (D) Caps 100 mg, 30 mg Loading : 10-20 mg/kgbb diencerkan 50
Phenytoin Tabs 100 mg cc NS, kec. Maks. 50 mg/menit.
Inj. 50 mg/ml (@2ml, Maintanance :4-8 mg/kgbb/24 jam
@5ml)
Preterm : 2 mg/kgbb/12 jam
Minggu 1 : 3mg/kgbb/12 jam
Minggu 1-4 tahun : 3 mg/kgbb/8 jam
Anak 5-12 tahun : 3mg/kgbb/8 jam
> 12 tahun : 2 mg/kgbb/8 jam
Fenobarbital (D) Tab 30 mg,100 mg Loading : 15-20 mg/kgbb diencerkan
Injeksi 50 mg/ml (@2ml) dgn NS, kec. Maks 100 mg/menit.
Injeksi 100 mg/ml (@2ml) Maintanance : 4-5 mg/kgbb/24 jam,
dimulai 12 jam setelah dosis awal
Rumatan oral : 8-10 mg/kgbb/hari dibagi
2 dosis selama 2 hari
Rumatan Oral jangka panjang : 3-4
mg/kgbb/hari dibagi 2 dosis, diberikan
sampai 1 tahun bebas kejang. Kemudian
dihentikan bertahap selama 1-2 bulan
Asam Valproat (D) Syr. 250 mg/5 ml 10-15 mg/kgbb/hari (maks. 60 mg/hari)
Depakote Tab 150 mg, 250 mg, 500 15-40 mg/kgbb/hari
mg
Carbamazepine (D) Tab 200 mg, 100 mg Dewasa : 100-200 mg per 12-24 jam
Bangetol Syr. 100 mg/5 ml Anak : 100 mg/24 jam
Gabapentin (C) Caps 100 mg, 300 mg 3x300 mg/ 3x100 mg
Pregabalin (C) Caps 50 mg, 75 mg, 150 50-100 mg/8 jam (maks. 600 mg/hari)
mg 300 mg

OBAT ADHD, NEURODEGENERATIF, ANTI PARKINSON


NAMA OBAT SEDIAAN DOSIS OBAT
Metilfenidat (C) Tab 10 mg 20-30 mg/hari (maks. 60 mg/hari)
Donezepil (C) Tab 5 mg (1x1)
Rivastigmine (C) Caps 1.5 mg, 3 mg, 4.5 3 mg (1-2x1)
mg, 6 mg
Tryhexyphenidil HCL Tab 2 mg (1x1)
(C) (THP)

ANTI VERTIGO, AKTIVATOR CEREBRAL, VASOLDILATOR PERIFER


NAMA OBAT SEDIAAN DOSIS OBAT
Citicolin Tab 500 mg 2x500 mg atau 1x1000 mg
Inj. 125 mg/ml (@4ml)
Betahistine Mesylate Tab 6 mg, 8 mg 3x1
Flunarizine Tab 5 mg, 10 mg (1x1)
Ergotamine Tab 1 mg Akut : 2 tablet, bisa tambah 1 tab per 30
menit, maks. 6 tab per serangan, 10
tablet per minggu
(2x1)

NOOTROPIK dan NEUROTROPIK


NAMA OBAT SEDIAAN DOSIS OBAT
Piracetam Tab 400 mg, 800 mg, 2400-4800 mg/hari, dosis terbagi
1200 mg
Injeksi. 200 mg/ml (@15
ml)
Syr. 500 mg/5 ml
Mecobalamine Caps 500 mcg, 250 mcg 1500 mcg/hari/dosis terbagi
Inj. 500 mcg/ml (@1ml)
ANALGETIK/ANTINYERI

ANALGETIK OPIAT
NAMA OBAT SEDIAAN DOSIS OBAT
Tramadol (C) Caps 50 mg (2x1)
Analtram Supp 100 mg Supp : 1x1 maks. 4 supp/hari
Inj. 50 mg/ml (@2ml) Infus 2-8 mcg/kgbb/menit
Rapid onset : 50-100 mg per 4-6 jam
(maks. 400-600 mg/hari)
Pethidine (B) Inj. 50 mg/ml (@2ml) IV : 0.1-0.4/kgbb/jam
(D) kalau dipakai Dewasa : 25-100 mg/3-4 jam bolus
dalam waktu lama dan pelan (maks. 200 mg/hari/IV)
dosis tinggi diakhir Anak : 0.5-2 mg/kgbb/3-4 jam
kehamilan
Morphine Sulphate (C) Tab 10 mg 10 mg per 12 jam
Inj. 10 mg/ml (@1ml) IV : 0.05-1 mg/kgbb/ 4-6jam

ANALGETIK NON OPIAT, ANTI PIRETIK, OAINS


NAMA OBAT SEDIAAN DOSIS OBAT
Paracetamol (B) Tab 500 mg, 650 mg 10-15 mg/kgbb/6-8 jam
IV (C) Syr. 120 mg/5 ml (maks. 4000 mg/hari) (maks. 1000
Drop 100 mg/ml mg/kali)
Larutan Infus 10 mg/ml (3x1) (3x2)
Asam Mefenamat (C) Caps 250 mg Dewasa : 3x1 (maks. 7 hari)
Kaplet 500 mg Anak : 10 mg/kgbb/8 jam
Tdk boleh < 12 tahun
Ibuprofen (C) Tab 200 mg, 400 mg, Anak : 5-10 mg/kgbb/4-8 jam
600 mg. Dewasa : 200-400 mg/4-8 jam (maks.
Chew Tab 100 mg 2400 mg/24 jam)
Suspensi 100 mg/5 ml
Suspensi 200 mg/5ml
Natrium Diclofenac (C) Tab 25 mg, 50 mg 25-50 mg/8-12jam (maks. 200 mg/hari)
Inj. 25 mg/ml (@3ml)
Metimazole Na Tab 500 mg 3-4x 500 mg/hari (maks oral 2000
Santagesik Inj. 500 mg/ml (@2ml) mg.hari, maks IV 5000 mg/hari)
Ketorolac (C) Tab 10 mg 10-30 mg/4-6 jam (maks. 120 mg/hari)
Inj. 10 mg/ml (@1ml) Untuk nyeri akut (maks. 2 hari)
Inj. 30 mg/ml (@1ml)
Ketoprofen Supp 100 mg Dewasa : 50-100 mg per 6-12 jam
Tab 50 mg, 100 mg (maks. 200 mg/hari)
Inj. 50 mg/ml (@2ml) Anak : 1-2 mg/kgbb/6-12 jam
Dexketoprofen Tab 25 mg Oral : 25 mg/8 jam (maks. 75 mg/hari)
Trometamol Injeksi. 25 mg/ml IM/IV : 50 mg/ 8 jam ( maks. 250
(@2ml) mg/hari)
Meloxicam (C) Tab 7.5 mg, 15 mg 0.15-0.3 mg/kgbb/24 jam
Supp 15 mg 7.5-15 mg (1x1)
Inj. 15 mg/1.5 ml
(@amp1.5ml)
Piroxicam (C) Caps 10 mg, 20 mg 0.2-0.4 mg/kgbb/24 jam
Counterpain topikal 10-20 mg/24 jam
Topikal 3-4x/hari
Celecoxib (C) Caps 100 mg, 200 mg 100-200 mg (2x1) (1x1)
Sulfasalazin (B) Caps 500 mg 40-60 mg/kgbb/24 jam dosis terbagi 2-6
kali sehari
(1000-2000 mg/hari)
(2x500)

ANTIPIRAI & OBAT MUSCULOSKELETAL


NAMA OBAT SEDIAAN DOSIS OBAT
Allopurinol (C) Tab 100 mg, 300 mg 1x100 mg, 2x100 mg, 3x100 mg
1x300 mg maks per dosis
Maks. 900 mg/ 24 jam
Anak : 10-20/kgbb/24 jam
Kolkisin (D) Tab 0.5 mg 1x0.5 mg
Recolvar 2x0.5 mg
Eperisone Hcl Tab 50 mg 3x50 mg
Pyridostigmine (C) Tab 60 mg (1x1)
Dewasa : 30 mg/8 jam sampai 120 mg/4
jam (maks. 960 mg/24 jam)
Anak : 0.5 mg-1mg/kgbb/4-6 jam, bisa
sampai 2-3 mg/kgbb/4-6 jam
Neostigmine Injeksi 0.5 mg/ml (@1ml) Dewasa : 1-2.5 mg (5-20 mg/24 jam)
methylsulfate (C) Neonatus : 0.05-0.25 mg per 2-4 jam,
sampai umur 8 minggu
Anak : 0.2-0.5/IM
Na Hyaluronate Inj. 10 mg/ml, pre filled 20-25 mg per 7 hari selama 5 minggu
syringe 2 ml, 2.5 ml
Inj. 20 mg/ml, pre fille
syringe 2 ml
OBAT HORMON REPRODUKSI

OBAT UTERUS
NAMA OBAT SEDIAAN DOSIS OBAT
Oxytocin (x) Inj. 10 IU per ml (@1ml) Perdarahan post partum : 10-20 IU
dalam NS 500 cc/D5% 20 tpm
Manajamen kala II : 10 IU IM Paha atau
deltoid
Methylergometrine Tab 125 mcg Oral : 125-250 mcg per 8 jam (5 hari)
Maleat (x) Inj. 200 mcg/ml (@1ml) IM : 1 amp/IM, dpt diulang per 2-4 jam
sesuai kebutuhan
IV : 1 amp bolus lambat
Misoprostol (x) 200 mcg 25-50 mcg (1/8-1/4 tab per vaginam)
fidorniks poesterior setiap 4-6 jam

ANDROGEN
NAMA OBAT SEDIAAN DOSIS OBAT
Testosterone Undecanoate Caps 40 mg 60-80 mg per 12 jam (2-3 minggu)
(X)
Danazol (X) Caps 200 mg 100-200 mg/12 jam (3-6 bulan) maks. 9 bulan

PROGESTERON, ESTROGEN
NAMA OBAT SEDIAAN DOSIS OBAT
Progesteron Caps 100 mg, 200 mg 1x 200 mg, 2x200 mg
Utrogestan

Preabor Tab 5 mg 3 x 5 mg
OBAT PENYAKIT METABOLIK

OBAT HIPERGLIKEMIK ORAL (OHO)


NAMA OBAT SEDIAAN DOSIS OBAT
Glibenclamide (C) Tab 2.5 mg, 5 mg 5 mg (1x1). Maks. 15 mg/hari
Glimepiride (C) Tab 1,2,3,4 mg 1-2 mg (1x) (bisa ditingkatkan 3-4
mg/hari dgn interval 1-2 minggu) (maks.
8 mg/hari)
Acarbose (B) Tab 50, 100 mg 25 mg/8 jam, evaluasi 4-8 minggu), bisa
dinaikan 50 mg 8 jam ( maks/ 300
mg/hari (3x100 mg))
Metformin (B) Tab 500 mg 500 mg/8 jam

OBAT DISLIPIDEMIA
NAMA OBAT SEDIAAN DOSIS OBAT
Simvastatin (x) Tab 5 mg, 10 mg, 20 5-40 mg/hari
mg, 40 mg 10-20 mg (1x1)/hari
(maks. 80 mg/hari)
Atorvastatin (x) Tab 10, 20, 40 mg 10-20 mg (1x1) (maks. 80 mg/hari)
Fenofibrate (C) Caps 100 mg, 160 mg, 145 mg/hari (maks. 400 mg/hari)
300 mg
Gemfibrozil Tab 300 mg, 00 mg, 2x600 mg (maks. 1500 mg/hari)
900 mg, 450 mg

OBAT PENYAKIT TIROID


NAMA OBAT SEDIAAN DOSIS OBAT
Levothyroxine Na (A) Tab 50 mcg, 100 mcg 100-125 mcg/hari (evaluasi 6-8 minggu)
(maks. 200 mcg/hari)
Anak : 25 mcg/hari
Neonatus : 10-15 mcg/kgbb/hari
Propiltiourasil (PTU) Tab 50 mg, 100 mg 100-150 mg/hari (maks. 600 mg/hari)
(D)
Lugol Solution (D) 30 ml Dewasa : 1-5 tts/8 jam
Anak : 6-10 tts/ 8 jam
< 1 tahun : 3-5 tts/ 8 jam

OBAT METABOLISME TULANG


NAMA OBAT SEDIAAN DOSIS OBAT
Alendronate (C) Tab 10 mg, 70 mg (1x1)
Calcitrol (C) Caps 0.5 mcg, 0.25 mcg 0.25 mcg per 12 jam
Orlistat (B) Caps 120 mg 120 mg per 8 jam
PREPARAT TOPIKAL

ANTIBIOTIK TOPIKAL MATA


NAMA OBAT SEDIAAN DOSIS OBAT
Ciprofloxacin ED (C) ED 0.3% 5 ml 1-2 tts per 2 jam selama 2 hari, lanjut 2
tts per 4 jam selama 5 hari (saat bangun)
Levofloxacin ED (C) ED 5 mg/ml (5ml) Hari 1-2 : 1-2 tts per 2 jam saat bangun
Hari 3-7 : 1-2 tts per 4 jam
Tobramycin (B) ED 0.3% 5 ml 1-2 tts per 4 jam
Tobro Berat : 1-2 tts per jam sampai ada
perbaikan
Gentamycin Sulfate (D) ED 3 mg/ml Oles : 2-3x/hari
Sagestam Salep mata 0.3% Tetes : 1-2 tts per 4 jam
Berat : 2 tts per jam
Chloaramphenicol (C) ED 0.5% Oles : 3-4x/hari
Salep mata 1% 1-2 tts per 2-6 jam (5 hari)

KORTIKOSTEROID TOPIKAL MATA


NAMA OBAT SEDIAAN DOSIS OBAT
Bethametasone (C) ED 0.1% 5 ml 1-2 tts per 2 jam sampai membaik
1 tts per 4 jam
Bethametasone + tobramycin ED 1-2 tts per 2-6 jam
Tobrozon
Dexamethasone + polymixin B ED 1-2 tts per 4-6 jam
Sulfate + neomycin Sulfate Berat : 1-2 tts per 1 jam
Cendo Xytrol

ANTIGLAUKOMA
NAMA OBAT SEDIAAN DOSIS OBAT
Acetozolamide (C) Tab 250 mg 250 mg per 6-24 jam
Timolol Maleate (C) ED 0.25 %, 0.5 % 0.25% : 1 tts 2x1
Cendo Timol 0.5% : 1 tts 2x1

DEKONGESTAN, ANASTESI, ANTI INFLAMASI MATA


NAMA OBAT SEDIAAN DOSIS OBAT
Na Hyaluronate ED drop 0.1% 1-2 tts 3-6 kali sehari
Halid, Hyaloph Dry Eye
Cromolyn Na ED 2% 1-2 tts 4-6 kali sehari
Tetrakain HCL ED 0.5% 1-2 tts per prosedur,diulangi 5-10 menit,
Pantocain maksimal 3-5x
PREPARAT TOPIKAL TELINGA
NAMA OBAT SEDIAAN DOSIS OBAT
Gentamycin (D) Ear D 3 mg/ml Bersihkan telinga, tetes 2-3 tts, 3-4 kali
per hari, pagi malam
2-3 tts/2x/hari
Ofloxacin (C) Ear D 3 mg/ml 3 bln-13 thn : 5 tts/1x1 (7 hari)
Dewasa : 10 tts/1x1/7 hari
Chloramphenicol (C) Ear D 3% 4 tts (4x1)
Forumen 5 mg/ml Scukupnya, 2 malam berturut
Na Docusate 3x2
Karbogliserin Ear D 10% 3 tts, 3-5 kai sehari (2-5 hari)

PREPARAT TOPIKAL MULUT


NAMA OBAT SEDIAAN DOSIS OBAT
Povidone Iodine Obat Kumur 1% Kumur 30 detik, ulangi 3-4x
Triamcinolone Pasta Oral base 0.1% 5 gr Oles pada lesi malam sebelum tidur.
Acetonide (C) Bila perlu 2-3x setelah makan
TCA

ANTIBIOTIK TOPIKAL KULIT


NAMA OBAT SEDIAAN DOSIS OBAT
Asam Fusidat/Fucidix Krip 2% tube 5,10,15 gr Oles tipis 3-4x sehari
Acid
Mupirocin (B) Krim 2% Oles 3x sehari (10 hari)
Chloramphenicol salep 2% Oles tipis 3-4x sehari
Gentamycin (D) Salep/krim 0.1% Oles tipis 3-4x sehari
Clindamycin (B) 1% 2x sehari Untuk acne
Azelaic acid (B) Krim 20% 2x sehari untuk acne
Silver Sulfadiazin (B) Krim 1% Tube 35 gr, Oles 1-2x sehari secara steril, segera
500 gr oles bila krim terhapus
Neomisin + ekstrak Gel topikal Oles 4-6x sehari
plasenta
Bioplacenton

ANTIJAMUR TOPIKAL KULIT


NAMA OBAT SEDIAAN DOSIS OBAT
Myconazole (C) Krim 2% 2x1
Ketoconazole (C) Krim 2% 2x1
Shampoo 20 mg/ml

KORTIKOSTEROID TOPIKAL KULIT


NAMA OBAT SEDIAAN DOSIS OBAT
Hydrocortrison Acetate (C) Krim 1%, 2.5% Oles tipis 2-4 kali sehari
Betamethasone (C) Krim 0.05%, 0.1% Oles 1-2x sehari
Desoximethasone (C) 0.25%, 0.5% Oles 2x sehari
Clobetasol (C) Krim 0.05% Oles 2x sehari (4 minggu)

Anda mungkin juga menyukai