ALERGI IMUNOLOGI
ALERGI OBAT
- Reaksi simpang obat yang tidak diinginkan akibat interaksi agen farmakologi dan sistem
imun manusia.
- Reaksi Immunologi (Gell & Coombs) :
- Hipersensitivitas Tipe 1 (IgE)
- Hipersensitivitas Tipe 2 (Sitotoksik)
- Hipersensitivitas Tipe 3 (Kompleks Imun)
- Hipersensitivitas Tipe 4 (Imun Selular)
- Biasa terjadi setelah 30 menit sampai beberapa minggu
S O P
Manifestasi : Pemfis : Non Farmakologis :
- Ruam maculopapular - Sesak, - Stop Obat yang dicurigai
dikulit - Hipotensi,
- Paru, ginjal, darah - Limfadenopati Farmakologis :
- Ronchi, Wheezing - Reaksi ringan, stop obat
- Riw. Penggunaan obat- - Angioedema, eritema
obatan (biasa antibiotic (multiforme), - Reaksi berat, kortikosteroid
& kortikosteroid) maculopapular sistemik,
- Reaksi obat yang pernah - Edema Prednisone 60-100 mg
timbul - Kemerahan sendi sampai gejala terkendali
- Gejala hilang saat Selanjutnya diturunkan
penghentian pemberian Penunjang : bertahap selama 1-2
obat - DL, Fx Ginjal, Fx minggu
- Gejala : Hepar
- sesak, - Urinalisis lengkap - Tatalaksana anafilaksis (bila
- pingsan, - Foto Thorax ada rx anafilaksis)
- priuritus, - Radio Allergo
- demam, Absorbent test (RAST) - Urtikaria, Anti Histamin
- nyeri sendi, - Coombs indirek
- mual - Fiksasi komplemen, Diphenhidramin 10 mg/12
reaksi aglutinasi jam/IV
- Skin prick test Dexamethasone 5 mg/8 jam/IV
- Uji kulit intradermal
- Patch test
- Inflamasi mukosa saluran napas, dari trakea sampai bronkiolus terminal, sering
dibronkus.
- DD :
- Sindrom hiperventilasi, serangan panic, obstruksi saluran napas atas dan aspirasi
benda asing, disfungsi pita suara, PPOK, penyakit paru parenkim difus, gagal
jantung
Keterangan :
- Spirometri
- VEP1 (volume ekspirasi paksa dalam 1 menit)
a. VEP1 > 12% dan 200 cc setelah pemberian bronkodilator →
Reversibel penyempitan jalan napas
- KVP (Kapasitas Vital Paksa)
- APE (Arus Puncak Ekspirasi)
KLASIFIKASI (DEWASA)
Sesak Siang Sesak Malam APE/FEV Variabilitas APE
Intermitten Bulanan - > 80 <20%
Persisten Ringan Mingguan Bulanan > 80 20-30%
Persisten Sedang Harian Mingguan 60-80 >30%
Persisten Berat - Harian <60 >30%
- Keterangan :
- Bulanan : Sesak < 1x/minggu atau 1-4x/bulan
- Mingguan : Sesak >1x/minggu atau hampir setiap hari
- Harian : Sesak setiap hari
KLASIFIKASI (ANAK)
Episodik Jarang Episodik Sering Asma Persisten
Frek ser. <1x/bulan >1x/bulan Sering
Lama ser. < 1 minggu >1 minggu Hampir Sepanjang tahun
Intensitas ser. Ringan Sedang Berat
FEV 1 >80% 60-80% <60%
PEMERIKSAAN ASMA
- SPIROMETRI : GOLD STD
- Obstruktif : Sumbatan (+), paru normal
- Restriktif : Sumbatan (-), paru bermasalah (mengecil/atelectasis)
- FEV1/APE : Nilai Sumbatan Paru (sekali ekspirasi)
- FVC : Nilai Ukuran paru (sekali inspirasi)
Obstruktif Restriktif Campuran
APE/FEV1 80% N 80%
FVC N 80% 80%
FEV : FVC <0,7 >0,7 0,7
Contoh kasus : Asma, PPOK Pneumthorax & PPOK +
Atelektasis Pneumothorax
TERAPI ASMA :
a. Reliever/Pelega : SESAK → Bronkodilator
- 2 Agonis Short Acting : Salbutamol (Ventolin)/Terbutalin
- Metilsantin : Teofilin (IV), Aminofilin
- Antikolinergrik : Ipratropium Bromida (Combivent)
- Kortikosteroid Sistemik : Oral (ser. Ringan-sedang), IV (berat, mengancam jiwa)
Kortikosteroid IV
Epinephrine IV
S O P
Demam, batuk, sakit kepala, Pemeriksaan FIsik : - Konseling & Suportif
diare - TTV, identifikasi bekas - Tangani infeksi
Riw. Perilaku seksual suntikan oportunistik
(berganti-ganti pasangan) - Profilaksis Cotrimoxazol
Riw. Penggunaan NAPZA Pemeriksaan Penunjang : - ART
suntik - Screening : Rapid test
Riw. TB 3x jika (-), ulang 3-6
Riw. IMS bulan kemudian
- Diagnosis : Western Blot
(Mencari Antibodi HIV),
ELISA
- CD4 → Untuk terapi
AIDS
- Profilaksis Cotrimoxazol
- Pada pneumonia & infeksi toxoplasmosis dengan CD4 < 200 sel/mm3
- Profilaksis Primer : 1 tablet/hari
- ART
Std 1 dan 2 CD4 < 350/L → terapi
Std 3 dan 4 CD4 Berapapun → Langsung terapi
AIDS + TB aktif Terapi dulu TBnya selama 8 Minggu → kemudian mulai ART
(CD4 berapapun) (TOLERANSI OBAT TB)
Rekomendasi Regimen lini pertama pada yang belum pernah terapi ARV
a. Dewasa & Remaja: TEL b. BUMIL :
- Tenofovir 300 mg, - Zidovudin 300 mg/Tenofovir 200 mg
- Efavirenz 600 mg, - Nevirapine 200 mg/ Efavirenz 600 mg,
- Lamivudin 150 mg - Lamivudin 150 mg
Untuk pasien HIV dgn lab normal:
ZNL Efavirenz 600 mg tidak boleh digunakan
- Zidovudin 300 mg ditrimester pertama
- Nevirapine 200 mg Tenofovir 300 mg bisa dijadikan pilihan
- Lamivudin 150 mg pada ibu hamil
SYOK
HB seharusnya = 10; k = 3
- Etiologi
- Gigitan serangga,
- reaksi alergi zat kontras radiografi,
- alergi antibiotic (penisilin)
- Faktor Resiko :
- Usia, jenis kelamin, rute pajanan, riw. Atopi
b. Syok Sepsis : SIRS + Fokus Infeksi + Demam + TD . Diagnosis (SOFASCORE)
Px : Laktat
Tx : Vasopressin dalam 3 jam + Antibiotik + RL 30cc/kgbb
Norepinfrine dalam 6 jam
e. Syok Neurogenik & Syok Spinal → Riw. Trauma kepala/ medulla spinalis
Syok spinal → Lumpuh Flaccid dibawah lesi + sfingter ani tak menjepit saat RT
Tx : Epinferine
f. Syok Obstruktif → tamponade jantung & Tension pneumothorax
ALGORITMA TATALAKSANA SYOK ANAFILAKTIK
Gejala :
• Tanda Syok : TD ↓, N ↑, R↑, CRT > 3 detik
• Sesak napas, urtikaria atau angioedema
• Berlangsung akut, terjadi setelah terpapar alergen
• Riw. Alergi zat tertentu
Posisi Tredelenburg :
Berbaring, kaki diposisikan lebih tinggi dari jantung
Amankan ABCDE :
• Airway : bebaskan sumbatan jalan napas, suction bila ada
cairan
• Breathing : cek saturasi, berikan O2 sesuai saturasi
• Circulation : Pasang IV line
• Dewasa : kristaloid 500-1000 cc
• Anak : kristaloid 20 cc/kgbb
• Disability : Cek respon/kesadaran
• Exposure : kontrol suhu, buka pakaian
Epinefrine :
Dewasa : 0.3-0.5mg/IM,
Anak : 0.01 mg/kgbb/IV
diulang per 5 menit sampai Stabil
• Diphenhydramine
o Dewasa : 10 mg/bolus (1amp)
o Anak : 250 mg/Bolus (1/4 amp)
Water Tissue
60 % (100) 40 %
KEBUTUHAN CAIRAN
- Kebutuhan cairan normal :
- Laki-laki : 40 cc/kgbb/24 jam Jenis cairan :
- Perempuan : 35 cc/kgbb/24 jam < 2 tahun : D5%
2-5 tahun : Asering
- Atau gunakan rumus Holiday Segard : > 5 tahun : RL
- Dewasa :
- 10 Kg pertama : 1000 ml
- 10 kg kedua : 500 ml
- Sisa BB : 20 ml x sisa BB
Contoh : BB 56 Kg
- 1000 + 500 + (20x36) = 2200 ml/2.2 L → Kemudian masukan
jumlah kebutuhan cairan ke rumus hitung tetesan per menit
- Anak : Rumus Holiday segar (4-2-1)
- (10 kg pertama x 4),
- (10 kg kedua x 2),
- (sisa bb x 1), kemudian → cc/jam → masukan rumus tpm
- Cara hitung IWL bayi (Infus neonatus/bayi) → Rumus IWL x KgBB/24 jam
- 750 – 1000 gram → 64 ml
- 1001 – 1250 gram → 56 ml
- 1251 – 1500 gram → 38 ml
- 1501- 1700 gram → 23 ml
- 1751 – 2000 gram → 20 ml
- 2001 – 3250 gram → 20 ml
- Contoh :
- Bayi 2700 gram → 20cc x 2,7 kg/24 jam → 54 ml/24 jam → 2.25 cc/jam
- Tetesan :
54 x 60 (mikro) → 2.25 tpm
24 jam x 60 menit
URTIKARIA
S O
- Riw. Urtikaria berulang Pemeriksaan Fisik :
- Riw. Pencetus - berbatas jelas,
- bentol (Wheal), - eritem disekelilingi,
- terasa gatal, - pucat bagian tengah,
- bersifat sementara, gejala puncak 3-6 - bersifat sementara,
jam, menghilang dalam 24 jam - gejala puncak 3-6 jam,
- Predileksi : seluruh permukaan kulit - menghilang dalam 24 jam
Pemeriksaan Penunjang :
- Darah Lengkap,
- Urin Lengkap
- Fx hati & Ginjal
- Tes Alergi
- IgE Atopi
P
- Hindari pencetus
- Self Limiting
- Lini 1 : Anti Histamin 1 atau 2 per oral
- Lini 2 : Kortikosteroid
ASAM-BASA
HAFAL NER!!!
pH 7,35-7,45
PCO2 35-45 (40)
pHCO3 22-26 (24)
DIABETES MELITUS
KLASIFIKASI DM
Destruksi sel beta/defisiensi insulin absolut
DM Tipe 1 a. Immunologik
b. Idiopatik
DM Tipe 2 Resistensi insulin, defisiensi insulin relative, gangguan
sekresi insulin bersama resistensi insulin
DM Tipe lain a. Defek fungsi sel beta
b. Defek genetika kerja insulin
c. Penyakit eksokrin pancreas
d. Karena Obat/zat kimia : vacor, pentamidin, asam
nikotinat, glukokortikoid, hormone tiroid,
aldostrenoma, somatostatinoma.
e. Endokrinopati : akromegali, sindrom cushing,
hipertiroidisme.
f. Infeksi : Rubella, CMV
g. Immunologi (jarang)
h. Sindrom genetic lain
DM GESTATIONAL
KRITERIA DIAGNOSA DM
Keluhan Klasik DM (Poliouri, Polifagi, Polidipsi)
a. Keluhan klasik (+) + GDS > 200 mg/dl atau GDP > 126 mg/dl → DM
b. Keluhan Klasik (+) + GDS < 200 mg/dl atau GDP < 126 mg/dl → Ulangi GDS &
GDP
Setelah diulangi :
- Bila GDS > 200 mg/dl atau GDP > 126 mg/dl → DM
- Bila GDS < 200 mg/dl atau GDP < 126 mg/dl → TTGO GD 2 jam
c. Keluhan Klasik (-) + GDS > 200 mg/dl atau GDP > 126 mg/dl
d. Keluhan Klasik (-) + GDS 100-125 atau GDP 140-199 → TTGO GD 2 jam
e. Keluhan Klasik (-) + GDS < 100 mg/dl atau GDP < 140 mg/dl → Normal
f. TTGO GD 2 jam
- > 200 mg/dl → DM
- 140-199 mg/dl → GDPT
- < 140 mf/dl → Normal
- CARA TTGO
a. Puasa 8 jam sebelum pemeriksaan (mulai malam hari), boleh minum air tanpa
kandungan gula
b. Cek GDS
c. Beri glukosa 75 gram orang dewasa, 1,75 gram/KgBB anak-anak + air 250 cc,
minum selama 5 menit
d. Puasa kembali selama 2 jam
e. Cek kembali GDS
f. Selama pemeriksaan, pasien harus istirahat dan tak merokok
- TATALAKSANA DM :
- Non farmakologi :
a. Menjaga BBI pasien DM → BBI = 90% (TB (cm)-100) x 1 kg
Untuk Laki-laki <160 cm dan perempuan <150cm → (TB (cm)-100) x 1 kg
Interpretasi :
- Normal : BBI 10%
- Kurus : < (BBI-10%)
- Gemuk : > (BBI+ 0%)
- Farmakologis
Cek HbA1c !!!
- <7 → life style
- 7-8 → life style + monoterapi
- 8-9 → life style + Dual terapi
- 9-10 → life style + Triple terapi (3 obat atau 2 obat + Insulune basal)
- > 10 → INSULIN (GDS > 300)
a. Gol. Sekretagogue
- rangsang sekresi Insulin
- Indikasi : Pasien kurus/ BB normal
- Kontraindikasi : Obesitas → Karena menambah BB
- Cara pemberian : Diberikan 15-30 menit SEBELUM MAKAN
- Jenis Obat
- Sulfonilurea :
- GLIBENKLAMID Sediaan : 2,5-5 mg, Dosis : 2,5-15 mg (1-2x)
- GLIMEPIRID Sediaan : 1,2,3,4 mg, Dosis 0,5-6 mg (1x1)
DPP 4 Inhibitor
SGLT-2 Inhibitor
HbA1c GDP
6 126
7 154
8 183
9 212
10 240
11 269
12 298
Jenis Insulin :
- POST PRANDIAL(yang dikasih 3x) :
GDS → berikan setelah makan (kerja cepat/short acting)
- Rapid : (analog/buatan/bukan dari manusia) NOVORAPID
- Short : Homolog (dari manusia), Insulin Regular → Humulin R Vial (syringe 1
cc)
KRITERIA PENGENDALIAN DM
- GDP = 80-130
- GD2pp = < 180
- HbA1c = < 7
KOMPLIKASI DM
Akut : Syok Hipoglikemik, KAD, HONK
Kronik : Mikroangiopati, Makroangiopati
Akut
1. Syok Hipoglikemik → GDS < 70mg/dl
Etiologi : OHO sekretagogue & Insulin, asupan makan tidak adekuat, kegiatan fisik
berlebihan, hipoglikemia post prandial (genetik)
Gejala : Lapar, mual, TD menurun, lemah, lesu, sulit bicara, keringat dingin, bibir atau
tangan bergetar, biasa tidak sadar kalau berat
PENURUNAN KESADARAN + RIW. DM → Curiga HIPOGLIKEMIA
Klasifikasi : Ringan ( 50-70), Sedang (35-50), Berat (<35)
Tx : Sadar →
- Larutan gula 20-30 gr (2 sendok makan gula murni atau makanan mengandung
karbohidrat
- Stop OHO
Tidak sadar →
a. D40% 2 flacon (50 cc) Bolus
b. D10%/IV (8jam) per kolf (bila tak ada penyulit)
c. Periksa GDS (pakai glucometer bila perlu) :
GDS < 50 = 2 flacon D40% (50 cc) Bolus
GDS < 100 = 1 flacon D40 % (25 cc) Bolus
d. Periksa GDS per 15 menit setelah diberikan D40% :
GDS < 50 = 2 flacon D40% (50 cc) Bolus
GDS < 100 = 1 flacon D40 % (25 cc) Bolus
GDS 100-200 = Hanya infus D10% tanpa Bolus
GDS > 200 = turunkan tetesan Infus D10%
e. GDS >100 mg/dl 3x berturut → pantau GDS per 2 jam
GDS > 200 → ganti infus dengan D10% atau NaCl 0,9%
f. GDS >100 mg/dl 3x berturut selang 2 jam → pantau GDS per 4 jam
GDS > 200 → ganti infus dengan D10% atau NaCl 0,9%
g. GDS >100 mg/dl 3x berturut selang 4 jam → pantau GDS sesuai kebutuhan
sampai efek obat OHO sdh habis dan pasien dapat makan
h. Hipoglikemia belum teratasi → Glukagon 0,5-1 mg/IV atau IM
i. Pasien belum sadar + hipoglikemia teratasi → cari penyebab lain atau sdh
terjadi brain damage akibat hipoglikemia dalam waktu yang Panjang
Kronik
1. Mikroangiopati → Retinopati diabetic, Nefropati Diabetik
2. Makroangiopati → Stroke, ACS, Kaki diabetic
Penanganan Hiperglikemia :
- Beri nacl 0.9% 2-4 kolf, dihabiskan 15-30 menit
Bila ada masalah jantung, cukup 2 kolf
- Setelah itu ukur GDS
- Bila GDS masih diatas 500 → berikan 10 IU novorapid/IV dan siapkan 50 IU insulin
novorapid dalam 50 cc nacl via syringe pump.
- Setelah 10 IU novorapid masuk → cek gds → berapapun hasilnya, tetap dibagi 100.
Contoh : GDS 630 → 630 dibagi 100 → 6.3 → jadi syringe pump jalan di 6.3 cc/jam
KAKI DIABETIK
- Riw. DM lama + luka dibagian tubuh terutama kaki + riw.infeksi
- Px fisik :
- Vaskular
Palpasi pulsasi arteri, perubahan warna kulit, edema, perubahan suhu, atrofi kulit.
- Neuropati
Sensasi halus dengan kapas, sensasi suhu, pinprick untuk nyeri, nyeri tungkai saat
istirahat
- Kulit
Kulit kering, ada callus, fissure, ulkus, gangrene, infeksi, akantosis nigikans,
dermopati
- Tx Kaki Diabetik
- Pencegahan (bila belum ada luka dikaki pada pasien beresiko/pasien DM)
a. Tidak boleh berjalan tanpa alas kaki
b. Rutin periksa kaki setiap hari, periksakan kedokter bila ada luka, kemerahan,
atau kulit terkelupas.
c. Cek alas kaki setiap ingin memakai dari benda asing
d. Jaga kaki tetap bersih, tidak basah, dan jaga kelembaban kaki
e. Potong kuku secara teratur
f. Gunakan kaos kaki berbahan katun, dan ujungnya tak terlipat saat dipakai
g. Kalau ada callus atau mata ikan, tipiskan secara halus
h. Sepatu jangan terlalu longgar atau terlalu sempit
i. Hindari kontak bahan panas
Indikasi nekrotomi/Debridement
- debris dan jaringan nekrosis (derajat 2)
- kerusakan jaringan dan pus pada ulkus yang terinfeksi
Indikasi Amputasi
- jaringan nekrotis luas,
- iskemik jaringan (tak dapat direkonstruksi)
- gagal revaskularisasi
- charcot foot
- infeksi akut dengan ancaman kematian (gas gangrene)
- infeksi tdk membaik dengan terapi adekuat
- deformitas berat tak terkontrol, ulkus berulang
DAWN PHENOMENOM → Kadar insulin ↓ (pada malam hari), growth hormon ↑ (akibat
inadekuat terapi → Efek normal pada pasien DM → Tx : Naikan dosis obat/insulin
- Sindrom akibat resistensi insulin, ditandai dengan obesitas, menstruasi tidak teratur,
tanda androgen berlebih (hirsituisme, jerawat). Ada kista multiple dalam ovarium.
- Etiologi → Tidak jelas
- Kriteria diagnosa (Eshre/Asrm Rotterdam 2003)
- Menstruasi tidak teratur dan infertilitas akibat disfungsi ovulasi.
- Hiperandrogenisme (ada bukti klinis atau lab)
- USG Pelvis atau Transvaginal ovarium ditemukan > 10 kista folikular.
- Lab →
- GDP/GDS → untuk cek ada tanda sindrom metabolic
- Kortisol pada 08.00 pagi hari → singkirkan DD Cushing syndrome
- 17-hidroksi progesterone → singkirkan virilisme adrenal
- DHEAS ( dehydroepiandosterone)
- USG
- Tx → sesuai gejala
- Metformin
- Progesterone (10-12 hari) tiap 1-22 bulan
DISPLIPDEMIA
- Kelainan metabolisme lipid yang ditandai peningkatan atau penurunan fraksi lipid
plasma.
- Kelainan fraksi lipid → Kolesterol total, LDL, HDL, Trigliserida
- EAS (European Athersclerosis Society)
a. Hiperkolesterolemia → > 240 mg/dL
b. Hipertrigliserida → > 200 mg/dL
c. Dislipdemia campuran → Kol. > 240 mg/dL, Trig > 200 mg/dL
- Kol. Total
- < 200 mg/dl - Normal
- < 240 mg/dl - Tinggi
- > 240 mg/dl - Sangat tinggi
- HDL (40-60)
- < 40 mg/dl - Rendah
- > 60 mg/dl - Tinggi
- Faktor resiko
- PJK, DM, gagal ginjal kronik, stroke, aneurisma aorta abdominal
- Merokok
- Hipertensi
- HDL rendah < 40 mg/dl
- Riw. PJK dini (ayah <55 thn, Ibu < 65 thn)
- Usia : Pria (> 45 thn), wanita (> 55 thn)
- Tatalaksana :
a. Pasien Hiperkolesterolemia
- Mengurangi makanan berlemak jenuh (makanan berminyak, soft drink)
- Konsumsi asam lemak omega 3, makanan tinggi serat
- Kurangi BB dam tingkatkan aktivitas fisik
- Bila respon diet terlihat dalam 3-4 minggu, tingkatkan aktivitas fisik dan
olahraga, hentikan rokok dan minuman beralkohol, Hipertensi,
hipertrigliseridemia, atau obesitas sentral.
- Pertahankan dan turunkan berat badan
- Bila tidak ada perubahan selama 6 minggu, pertimbangkan untuk terapi
farmakologis dan meneruskan pengaturan makan dan aktivitas fisik
- Tx Farmakologis
- Gol. Statin (kol. Total , LDL )
- Simvastatin 2x5 mg/1x10-20 mg (max 40 mg)
- Atorvastatin 1x10-20 mg mg (max 40 mg)
- Bile acid sequestrant (kalau LDL tidak turun)
- Koelstiramin 4-16 mg
- Nicotic Acid 2x100 mg (kol. Total , LDL )
b. Pasien Hipertrigliserida
- Non farmakologis, seperti pasien hiperkolesterol
- Farmakologis
- HDL > 30 mg/dl dari LDL
- Obat penurun kolesterol LDL atau
- Nicotinic acid atau fibrat : (kol. Total , Trigliserida )
- Trigliserida < 400 → Statin
- Trigliserida > 400 → Gemfibrosil 2x 600 mg atau 1x 900 mg
- Fenofobrat 1x200 mg
- Statin dan fibrat tidak boleh digabung
TIROID
- Benjolan dileher diikuti gerakan menelan → SKRINING TSH (utama), FT3, FT4
- Skrining normal? → Eutiroid = Curiga Tumor → USG thyroid (Hot atau cold nodul)
→ Cold nodul? →BIOPSI/FNAB → Ca Thyroid (80% tipe papiller)
→ Hot Nodul? → Hipertiroid
- Gejala Ca Thyroid = Pembesaran thyroid, BB , Suara serak
- Tiroiditis
- Akut : Benjolan dileher + Demam + fungsi tiroid normal
- Subakut : disebabkan virus De Quarvian
- Kronik : Hashimoto, Riedel
HIPERTIROID (TSH , T4 )
HIPERTIROID Grave’s Disease Tiroktosikosis
Berdebar, berkeringat, BB Hipertiroid (+), Hipertiroid (+),
Eksoftalmus (+), autoimun Gangguan ttv (demam),
TSH , T4 ; Stellwag sign (+) Kesadaran
Subklinis → TSH , T4 N Mata kurang berkedip dan
Ibu hamil → TSH N, T4 menutup tidak sempurna
TSH , T4
Autoimun : Anti TSH (+)
Terapi Hipertiroid :
PTU/Propiltiourasil (3x100-200 mg) Metimazole
300-600 mg terbagi Grave : 10-20 mg/hari PO
Aman untuk ibu hamil (trimester 1) Hipertiroid ringan : 3 x 5 mg
Hambat konversi T3-T4 diperifer Hipertiroid sedang : 3 x 10 mg
Hipertiroid berat : 3 x 20 mg
Komplikasi Operasi
- Hipotiroid seumur hidup
- Cedera N. Laryngeus Recurrens
- Hipoparatiroid primer
HIPOTIROID (TSH T4 )
Hipotiroid/ Hashimoto Krisis Hipotiroid/
Myxedem Tiroiditis koma Myxedem
Lemas, malas, gemuk, Hipotiroid Hipotiroid + Kesadaran
tidak tahan dingin Perempuan Lebih banyak
Myxedem = Bengkak kulit Autoimun
TSH T4 TSH T4
Subklinis = TSH T4 N Anti TPO (+)
PA : banyak jaringan limfoid
Goiter Endemik = def. dalam folikel tiroid
iodium
Hipotiroid kongenital =
ibu riw minum PTU
Tx :
- Levotiroksin 25 mg (1x1)
- Koma Myxedem =
- Loading = 1 x 200-500 mcg, kemudian 50-100 mcg/hari sampai pasien stabil
HIPERPARATIROID
PRIMER SEKUNDER
Etiologi : Adenoma, Hiperplasia primer Etiologi : Renal Failure
Px : PTH , Kalsium Px : PTH , Kalsium
HIPOPARATIROID (PTH)
- Primer : Riw Op + paratiroid terangkat
- Sekunder : Ada penyakit sebelumnya
Kejang tetani → Kalsium , PTH
GEJALA :
- Chvostek sign (+) → Ketuk pipi
- Trosseau (+) → fleksi telapak tangan saat ditensi (carpopedal spasme)
EKG : Long QT syndrome (Hipocalcemia)
Lab : Hipokalsemia, hiperfosfatemia
Terapi :
- Ca Glukonas (100mg/cc) (@10cc) atau,
- Kalsium oral dosis tinggi ( 1g) (Calcium lactate tab 500 mg) + Vit D (1-3 mg/hari)
(40.000-120.000 U/hari)
- Diuretic tiazid
ADRENAL
- CUSHING SYNDROME
ACTH Independent, kelainan dari bawah
Tumor adrenal = Feokromasitoma = Hipertensi + Nyeri kepala + palpitasi + diaphoresis
Kortisol dari luar = Ex. Jamu
ACTH , Kortisol , Tes supresi dosis rendah (-)
Note :
- Tes supresi dosis tinggi = malam minum dexa 8 mg, keesokan harinya diukur
kortisol menurun.
- Tes supresi dosis rendah = malam minum dexa 2 mg, kesekokan harinya diukur
kortisol tetap
- Tx= Replacement terapi
HIPOFISIS
- DM Insipidus = sering BAK, GDS normal
- D.I Sentral → ADH dari hipofisi posterior tidak ada, Tes Osmolaritas setelah
diberikan desmopressin
- D.I Nefrogenik → ggn dari ginjal, Tes Osmolaritas tetap
Tx= Vasopressin → ADH
DISPEPSIA
(Kriteria rome III : Epigastrical pain, post prandial fullness)
Gejala : nyeri ulu hati, nyeri epigastric, begah
Curiga ggn organik : (RUJUK ENDOSKOPI)
- Usia > 45 tahun
- BB turun, melena, anemia,
- Demam, riw. Kanker lambung
Tx :
- Prokinetik : Domperidone 10 mg (3x1)/ Metoklopramide 10 mg (3x1) (mempercepat
pengosongan lambung)
- Step up → Antasida doen 200 mg (3x1) atau Ranitidin 15 mg (2x1), baru PPI
- Tx Ibu hamil : Antasida, ranitidine, ondansetron
- Sucralfat dapat diberikan untuk faktor definitif
Efek samping
- MgOH → mencret, diare
- AI OH3 → Konstipasi
- Prokinetik → EPS, Meto > Dompe
ULKUS
Nyeri Ulu hati + melena
Gaster Peptic Duodenal
Membaik setelah makan, Nyeri saat perut kosong, Nyeri saat perut kosong (2-3
Nyeri saat perut Nyeri Setelah makan jam setelah makan)
terisi/makan Membaik setelah makan
Luka dicorpus/fundus Luka dipylorus Luka di duodenum
Px = Sederhana → Barium meal/ oesofageal maag duodenografi (OMD)
Gold → Endoskopi, ada H.Pilori (+) ? → Gastritis
Komplikasi = perforasi → Defans Muskular (+)
Tx = Step Down → PPI Dosis tinggi → OMZ 2x20 mg/ Lanso 1x30 mg lalu diturunkan
Mucoprotector → Sucralfat
DIARE
Berdasarkan kejadian :
- Akut → <14 hari
- Kronik → >14 hari (bukan infeksi)
- Persisten → >14 hari (infeksi)
- Diare Berdarah
Etiologi :
- EHEC : Enterohaemorrhagic E.Coli , Shigella, Amoebiasis (Tidak demam) →
Daging setengah masak
- EIEC : Enteroinvasive E.Coli (Demam) → Susus mentah/Keju
Tx E.Coli : Ciprofloxacin 2x500 mg (3-5 hari)/ Cotrimoxazole 240 mg 2x1 (3 hari)
Shigellosis
BAB Cair > 10x/hari + Demam + Dehidrasi
Px : Feses rutin → Leukosit ; Kultur SS agar : merah terang, Roeleaux
Tx : Ciprofolxacin 2x500 mg (3hari)/ Cotrimoxazole 2x960 mg (3 hari)
Amoebiasis
BAB cair < 10x/hari + nyeri perut + Ludwig sign (+) massa dikanan atas (riw.
Abses hepar ) + feses bau asam
Px : Kista inti 4, tropozoit inti eritrosit, pseudopodia
Penyebaran : tropozoit melalui kista
Tx : Metronidazole 4x 500 mg (7-14 hari)
INFEKSI CLOSTRIDIUM
- Keracunan makanan
- Clostridium Botolinum
Riw. Makan makanan kaleng, gejala lumpuh otot wajah
Tx : Antitoksin botulinum, Humana Botulism Ig (BIG-IV) SD 50 mg/kg
- Clostridium Perfringens
Riw. Makan daging busuk → Diare, atau luka bau gangrene
- Keracunan obat
- Clostridium difficile/Pseudomembran
Diare karena riw. Konsumsi antibiotic lama
Tx : stop AB, ganti metronidazole 500 mg (4x1) 7-14 hari
Tx umum : Rehidrasi, koreksi ggn elektrolit dan asam basa, simptomatik (antiemetic→
domperidone), ventilasi mekanik bila gagal napas
Tx diare :
- Cairan :
- Dehidrasi minimal : 103/100 x 30-40 mL/KgBB/hari
- Dehidrasi ringan sedang : 109/100 x 30-40 mL/KgBB/hari
- Dehidrasi berat : 112/100 x 30-40 mL/KgBB/hari
- Terapi Simptomatik :
- Attalpugit → inaktivasi toksin bakteri penyebab diare
- Probiotik → berkompetisi dengan pathogen untuk nutrisi dan reseptor sal. Cerna
- Loperamid → antimotilitas → kurangi frekuensi BAB → jgn diberikan pada
bayi/anak, sebabkan ileus paralitik, ibu hamil → abortus.
- Bismuth → kurangi volume tinja → diberikan per 4 jam
HEMATEMEMESIS MELENA
Muntah darah kehitaman → Tanda perdarahan saluran cerna atas/proksimal lig. Treitz
Mual + Kembung + nyeri abdomen
Riw. Konsumsi NSAID jangka panjang, merokok, alcohol
Keparahan dinilai dari skor Glasgow-blatchford
Px: endoskopi saluran cerna
Tx :
Awal :
- O2
- Infus 2 line RL
- Transfusi PRC → Bila blood loss >30% atau Hct < 18% (menurun > 6%) sampai target
dewasa muda 20-25%, dewasa tua 30%
- Transfusi FFP →bila trombositopenia
- Rawat ICU bila → syok, perdarahan aktif, penyakit komorbid serius
Farmakologi :
- Non Varises
- PPI (lanso)/ Antagonis H2 (Ranitidine) per IV
- Sitoprotektor : Sucralfat 3-4x1
- Varises :
- Somatostatin bolus 250 ug + drip 250 ug/jam per IV
- Vassopresin 50 unit dalam 100 cc D5% → 0,5-1 mg/menit/IV selama 20-60 menit,
bisa diulang per 3-6 jam
Dilanjutkan per infus 0,1-0,5 U/ menit
Vassopresin bisa ditambahkan nitrat → cegah insufiensi aorta mendadak
Nitrogliserin iv → dosis awal : 40 mcg/menit → titrasi sampai 400 mcg/menit
- Propanolol 2x10 mg → bisa ditingkatkan sampai diastolic turun 20 mmhg/ nadi
turun 20%
- ISDN 2x1/hari sampai KU stabil
- Metoklorpramid 3x10 mg/ hari
- Pecah varises/ penyakit hati kronik/ sirosis hati → Laktulosa 4x1 Cth +
Ciprofloksasin 2x500 mg/cephalosporin gen 3→ berikan sampai konsistensi dan
frekuensi tinja normal
Varises Esofagus
hematememesis, melena, nyeri terbakar episgastrium, Riw. Alcohol, riw. Hepatitits.
Asites, edema perifer, TD, anemia, spider nevi, eritema palmaris
HEMATOKEZIA
BAB darah merah segar.
Px : Kolonoskopi atau angiografi
Tx :
- Resusitasi dan penilaian awal
- Identifikasi sumber perdarahan
- Intervensi teraupetik → hentikan perdarahan
- Endoskopi
- Angiografi
- Bedah
KONSTIPASI
Ggn motilitas kolon akibat terganggun fungsi motoric dan sensorik kolon.
Gejala → sulit defekasi atau rasa tidak puas saat defekasi.
Kriteria Rome III → gejala muncul dalam 3 bulan terakhir atau dimulai sejak 6 bulan
sebelum terdiagnosa
- Terdapat 2 gejala berikut :
- Mengejan sedikitnya 25% dari defekasi
- Feses keras sedikitnya 25% dari defekasi
- Sensasi tidak puas saat evakuasi sedikitnya 25% dari defekasi
- Sensasi Obstruksi anorectal sedikitnya 25% dari defekasi
- Manuver manual
- Jarang feses lunak tanpa penggunaan laksatif
- Bukan Sindrom kolon rektal
Tx :
Non-farmakologis :
- Hentikan obat penyebab
- Bowel training → defekasi saat pagi saat kolon dalam keadaan aktif, 30 menit setelah
makan (reflex gastrocolon) → untuk rangsang BAB
- Asupan cairan dan diet tinggi serat
- Aktivitas dan olahraga teratur
Farmakologis :
- Laksatif stimultan → Bisacodyl 5 mg (max.3x1)
Rujuk bedah bila terapi tidak ada perkembangan
Konstipasi pada ibu hamil → biasa pada kehamilan lanjut → akibat sekresi hormone
progesterone yang memperlambat motilitas GI tract.
Tx : asupan tinggi serat + laksatif stimultan
CA GASTER
- Jenis
- Mukosa → Non neoplastic polip &Neoplastik polip
- Non mukosa → Mesenkim & vascular
- Gejala & Px → BB , nyeri epigastrium, muntah, keluhan pencernaan, anoreksia,
disfagia, nausea, kelemahan, sendawa, hematememesis, regurgitasi, cepat kenyang.
- Rad →
- USG abdomen,
- Gastroskopi dan biposi (curiga ganas bila mukosa merah dan erosi dipermukaan,
tidak ada pedikle),
- Endoskopi ultrasound,
- Pemeriksaan darah pada tinja → darah samar (+), tes benzidine
- Sitologi → px papanicolau dari cairan lambung
- Tx → Reseksi tumor + Kemoterapi + Radiasi
CA KOLOREKTAL
- Terbagi atas → Polip kolon dan ca kolon
- Faktor resiko
- Usia → 60-70 thn
- Polip (+) → tumor jinak
- Riw. Kanker
- Merokok
- Makanan → konsumsi tinggi daging merah dan kurang buah segar makanan
berserat, sayuran, ikan, unggas.
- Fisik tidak aktif
- Penyakit hati kronis
- Radang usus
- Alcohol
- Gejala
→ Perubahan pola BAB, hematokezia, konstipasi,
→ Gejala obstruksi (biasa tumor dikolon kiri)
→ Parsial : nyeri abdomen ( menjalar);
→ Total : Nausea, muntah, distensi, obstipasi.
→ Invasi local → menembus tenesmus, hematuria, isk berulang, obstruksi uretra
→ Metastasis → ke hepar
- Lab → darah samar feses atau DR → Anemia def besi
- Rad → Kolonoskopi
- Histopatologi
- Tx :
- OAINS → Sulindac 200 mg dan celecoxib 200 mg → cegah adenoma berulang
pada pasien FAP (familial adenomatous polyposis)
- Endoskopi dan operasi
- < 5 mm → biopsy/elektrokoagulasi bipolar
- Hemikolektomi → bila tumor dicaecum, colon ascending, transversal, tapi lesi
difleksura lienalis dan colon descending
- Kemoterapi adjuvant
BILIER
Gejala → Nyeri kolik (batu)/Demam (infeksi) + riw. Makan berlemak + murphy sign (+)
- Px :
lab → ALP , Gamma Globulin tranferase
rad. → USG Abdomen, Gold std → Endoscopy Retrogrde Cholangio-Pancreatography
(ERCP)
Hepatitis → SGOT + SGPT
TUMOR SISTEM BILIER
- Klasifikasi :
- Kandung empedu
- Tumor Jinak → Polip kolesterol, adenoma
- Karsinoma → Adenokarsinoma, adenoskuamosa, karsinoma sel skuamosa,
small cell carcinoma
- Saluran Empedu
- Intrahepatik → Cholangicarcinoma
- Ekstrahepatik → Papiloma, adenomioma, fibroma, tumor sel granular.
- Karsinoma Kandung empedu
- Jenis :
- Adenokarsinoma papillar (sering),
- adenoskuamosa,
- karsinoma sel skuamosa,
- small cell carcinoma
- Faktor resiko → batu empedu, perempuan, porcelain gallbladder, obesitas, usia
lanjut, kista koledokus, abnormalitas ductus bilier, polip kandung empedu, paparan
bahan kimia, tifoid kronik, riw. Keluarga.
- Gejala → Nyeri abdomen kuadran kanan atas, BB , ikterik, mual, muntah,
nafsu makan menurun, bengkak abdomen.
- Penunjang → Fx hati (SGOT, SGPT, Bilirubin), Tumor marker (CA 19-9),
Pemriksaan urin-feses, USG Abdomen ( ada massa dilumen kandung empedu), Ct-
scan abdomen, MRI, Endoscopic Retrgrade cholangiopancreatography (ERCP) →
lihat sumbatan, Percutaneus transhepatic cholangigraphy (PTC) → ambil sampel
cairan/jaringan, Laparoskopi, Biopsi.
- Staging
- 0 (insitu) : Sel abnormal dimukosa kandung empedu, menyebar ke jar. normal
- 1 : menyebar antara mukosa kepembuluh darah atau otot
- 2 : menyebar dilapisan otot dan jaringan ikat sekitar otot
- 3A : menyebar dijar. Yang lapisi empedu dan/atau organ sekitar.
- 3B : menyebar diKGB
- 4A : menyebar kepembuluh darah utama hepar atau min. 2 organ terdekat.
- 4B : menyebar ke KGB sepanjang arteri besar diabdomen, tulang
belakang, organ jauh dari empedu
- Tx → Kolesistektomi, Radiasi, Kemoterapi.
- Kolangiokarsinoma
- Keganasan pada sel epitel bilier → Adenokarsinoma (sering).
- Jenis adenokarsinoma (berdasarkan bentuk pertumbuhannya) :
- Sklerosis → jaringan fibrosis, cepat menginvasi dinding ductus. (sering)
- Noduler → lesi anular, mengkonstriksi ductus bilier (sangat invasi)
- Papiller → Lesi jelas diduktus biliaris communis, sebabkan obstruksi bilier
sejak awal.
- Faktor resiko :
- Riw. Kolitis ulseratif
- Usia > 60 tahun
- Jenis kelamin : laki-laki
- Penyakit-penyakit pada hepar.
- Klasifikasi Kolangiokarsinoma (bismuth-corlette) untuk diperihilar :
TUMOR PANKREAS
- Paling sering → adenokarsinoma ductus → 90%
- Skrining → CA 19-9
- Gejala : Nyeri epigastrium, Ikterik, Courvoiser sign
- Rasa tidak nyaman diperut, BB, riw. Merokok, Nyeri epigastrium, diabetes
new onset, mual, muntah, priuritus, letargi,
- Penyakit komorbid → pankreatitis kronis
- Px → Ikterik, Courvoiser sign (kantung empedu teraba), cachexia, tanda bekas
garukan.
- Lab → DR, amilase, lipase, bilirubin, albumin
- Rad → Ct-scan, MRI
- Laparoskopi dan EUS-FNAB
- Tx → Pancreoticoduocectomy/whipple + Kemoterapi adjuvant + Simptomatik
IKTERUS
Kuning pada tubuh akibat deposit bilirubin (> 3mg/gl)
- Pre Hepatik ( patologi yang terjadi sebelum dihati) → Anemia hemolitik → anemia →
Bil Indirek , Bil Direk (N)
- Hepatik (patologi dihati) → Hepatitis → Bil Indirek , Bil DIrek
- Post hepatic (patologi setelah konjugasi bilirubin dalam hati)→ Feses Acholic/Pucat,
BAB dempul, Ggn. Tractus bilier, urobilinogen (-), Bil Direk
HEPAR
Hepatitis A
- Etiologi → Picornavirus (RNA Virus)
- Gejala → Demam + Ikterus + Riw jajan sembarang + Riw. Orang disekitar ada
yang sama + Mual-muntah
- Px → IgM anti HAV (akut), IgG anti HAV (kronik)
- Tx → Curcuma 200 mg (3x1) (hepatoprotektor) + Suportif karena SELF
LIMITING DISEASE!!!
Hepatitis B
- Etiologi → Hepadravirus (DNA Virus) → kronik bisa jadi sirosis hepatis
- Kronik → bila HbsAG (+) 2x pemeriksaan dalam 6 bulan
- Gejala → Riw. Pakai jarum suntik + narkoba (parenteral), Riw Ibu ke anak. Fatigue,
malaise, anoreksia, icterus.
- Px :
- HbsAg → Replikatif
- Anti Hbs → Riw. Imunisasi, riw. Hep B dan sembuh, (>10)
- HbcAg → Tidak khas
- HbeAg → Infeksius
- IgM Anti HBV → Akut
- IgG Anti HBV → Kronik
- IgM anti HBC (+), HbsAg (-) → Window period
- IgM Anti HBC (-), HbsAg (+) → Carrier
- Anti Hbs (+), Anti HbC (+) → riw. Hep B
- Bilirubin, USG Hepar, Biopsi hati, AFP
- Periksa per 6 bulan
Tx :
- Interferon → 1 x 5 juta unit/SC? 4-5 bln bila HbeAg (+), 1 tahun untuk HbeAg (-)
- Lamivudine 1x100 mg
- Adefovir 1x10 mg
- PEG IFN -2a (mono terapi) = 180 gram atau PEG IFN -2 1,5 ug/KgBB
- Entecavir 1x0,5 mg
- Telbivudine 1x 600 mg
- Tenofovir 1x300 mg
- Thymosin 1 (6 bulan)
- Curcuma
Hepatitis C
- Etiologi → Paramyxovirus (RNA Virus) → Lebih kronik dari Hep. B
- Gejala → Riw. Pakai jarum suntik + narkoba (parenteral), Riw Ibu ke anak. Fatigue,
malaise, anoreksia, icterus.
- Px → IgM Anti HCV → Akut
→ IgG Anti HCV → Kronik
- Tx → ARV Ribavirin + Interferon
- INTERFERON → PEG IFN -2a= 180 gram atau PEG IFN -2b 1,5 ug/KgBB
- RIBAVIRIN
Bila pakai interferon :
- < 75 kg = 1000 mg
- > 75 kg = 1200 mg
Bila pakai interferon → 15 mg/kgbb ( 2 dosis terbagi)
- Interferon tidak berhasil bisa diganti dengan → Asam Urceodeaxycholic 600
mg/hari
Hepatitis D
- Terjadi bersamaan dengan Hep.B
- Px → IgM anti HDV (+) dan HbsAg (+)
- Tx : sama dengan Hep B
FATTY LIVER (PERLEMAKAN HATI)/ STEATOSIS
Adanya lemak dihati (sebagian besar trigliserida) > 5% dari berat hati akibat gagal
metabolism lemak dihati yang disebabkan defek hepatosit, proses transport lemak berlebih,
melebihi kapasitas sel hati untuk sekresi lemak. (first hit dan second hit)
- Gejala & Px → Hepatomegali (mengganjal diperut kanan atas) + Tanpa demam
- Lab → SGOT + SGPT normal,
→ Gold std → Biopsi Hepar
→ USG ABDOMEN
- Klasifikasi
- Alkoholik → AST > ALT
- Non- alkoholik → Obes, DM, Hipertrigliserida, Riw. Konsumsi alcohol < 20 gram
per hari
- Perlemakan hati sederhana → Steatohepatitis → Steatohepatitis + fibrosis & Sirosis
- Tx :
- Non-Farmakologis
→ BB, Kurangi asupan lemak dan karbo, Olahraga
- Farmakologis
→ Antidiabetik
→ Metformin 3x500 mg (4 bulan),
→ Tiazolindindion (pioglitazon 30 mg)
→ Anti Hiperlipidemia
→ Gemfibrosil 300 mg (2x1),
→ Atorvastatin 20 mg atau simvastatin 10 mg (2x1)
→ Antioksidan : Vit E
SIROSIS HEPATIS
Penyakit herpar kronis ditandai hilang arsitektur lobules normal oleh fibrosis, destreksi sel
parenkim, regenerasi membentuk noduls
- Gejala & Px → Riw. Hepatitis/ Riw. Alkohol + Hepar tak teraba + Sclera ikterik +
edema perifer + pembengkakan abdomen + hematememesis + BB + Riw.
Keluarga (penyakit hati)
- Klasifikasi
→ Kompensata
→ gejala → mudah lelah, lemas, nafsu makan, perut kembung, mual, BB
→ Patof : Estrogen (fase kompensasi)
→ Px :Eritem palmar, spider nevi, atrofi tenar, ginekomastia
→ Dekompensata
→ Hilang rambut badan, ggn tidur, demam subfebris, perut membesar (asites),
hilang dorongan seksualitas.
→ Patof : gagal fase kompensasi
Hipertensi porta sebabkan sumbatan
- Lab → SGOT & SGPT, Alkali fostafase, Bilirubin, albumin, DR
- Rad. → USG HEPAR, Ct-scan, Biopsi hati
- Tx:
→ Istirahat cukup
→ Dekompensata + asites → diet rendah garam
→ Laktulosa → target BAB 2-3 x sehari
→ Terapi etiologi
ABSES HEPAR
- Rongga patologis pada jaringan hati akibat infeksi yang bersumber dari saluran cerna, a,
oda proses supurasi membentuk pus terdiri dari jaringan nekrotik, sel-sel inflamasi, sel
darah diparenkim hepar.
- Penyebaran hematogen atau langsung dari periteoneum.
- Bentuk → soliter & multiple
- Jenis → Amoebik & Piogenik
- Piogenik
- Etiologi → Enterobactericeae, microerophilic streptococci, anerobic streptococci,
klebsiella pneuominiae, bacteriodes, fusobacterium, syaphiloccus aerues,
salomnella typhi.
- Patof
- Infeksi tractus billier,
- komplikasi sfingterektomi endoskopik pada batu saluran empedu,
- 3-6 minggu setelah anastomosis bilier,
- komplikasi bakteremia di organ pencernaan,
- riw. Periodontal berat (40%)
- Gejala → demam, nyeri perut kanan atas, jalan membungkuk, mual, muntah,
penurunan BB, kurang nafsu makan, malaise, icterus (ringan), BAK berwarna
gelap. Bila didiafragma → nyeri dibahu kanan, batuk, atelectasis.
- Multipel, laki-laki = perempuan, semua lobus hati, subakut
- Px → Hepatomegali, Asites (kronik), Tanda hipertensi porta
- Lab → DR. USG ABDOMEN/FOTO polos abdomen, Ct scan abdomen,
albumin, SGOT-SGPT, Kultur bakteri
- Tx → AB spek luas + Drainase
→ bed rest, diet tinggi kalori, tinggi protein
→ AB spek luas (Ceftriaxone) ( beta lactam genI/gen III dengan atau tanpa
aminoglikosida, atau cephalosporin gen III, klindamisin atau metronidazol),
evaluasi 4-72 jam → tidak ada perbaikan klinis → kultur
Parenteral 14 hari lanjut oral 6 minggu.
Bila strepto → AB dosis tinggi sampai 6 bulan
→ Gagal konservatif/abses >5cm → drainase terbuka cairan abses
→ Abses kecil → aspirasi berulang
→ Surgical drainase → bila drainase perkutan tidak komplit, ikterik, ggn ginjal,
rupture abses.
- Amoebik
- Etiologi → Entamoeba hystolitica
- Patof → Trofozoit disal. Cerna → invasi kolon → menuju hepar
- Gejala → diare berdarah, nyeri perut kanan atas, demam (<10 hari),
malaise, myalgia, atralgia, Ikterik (jarang, bila ada, pertanda buruk), tidur
cenderung baring sebelah kiri
- Lab dan rad → seperti piogenik
- Single, laki-laki> perempuan, Lobus kanan dekat difragma, akut, ikterik
sedang
- Tx : AB + drainase
- Sebelum aspirasi, berikan METRONIDAZOL 3x750 mg (7-10 hari)
- Amebisid Luminal :
- Iodoquinol 3x650 mg (20 hari)
- Diloxanide furoat 3x500 mg (10 hari)
- Aminosidin (paromomisin) 25-35 mg/kgbb, dosis terbagi, (7-10 hari)
- Indikasi Aspirasi cairan abses :
- Tidak ada respon perbaikan pemberian AB setelah 5-7 hari
- Lobus kiri (dekat pericardium)
- Merah kecoklatan → tanda amebic
HEPATOMA
- BB turun, nyeri perut kanan atas, benjolan perut kanan atas, anoreksia, malaise,
nausea, jaundice
- Lab → DR, SGPT, SGOT, Bilirubin. AFP, Biomarker
- Rad → USG Abdomen, Ct scan abdomen denan kontras.
RHEUMATOLOGI
GOUT ARTHRITIS
- Hiperurisemia → as. Urat pria = >7 mg/dl, wanita = > 6 mg/dl, disebabkan
produksi as.urat, ekskresi as. Urat atau keduanya. Hiperurisemia berkepanjangan →
timbulkan gout.
- Gout/Pirai → penyakit metabolic, sering pada pria > 40 thn dan perempuan pasca
menopause. Terjadi penumpukan Kristal monosodium urat (MSU) dijaringan.
- Gout arthritis → radang akut pada jaringan sendi akibat endapan Kristal monosodium
urat.
- Gejala → nyeri dan bengkak (podagra) disendi (sering MTP-1), onset tiba-tiba,
eritema, hangat, bengkak, nyeri tekan. Biasa ada gejala sistemik → demam, malaise,
mengigil.
- Klasifikasi :
- Hiperurisemia asimptomatik : Asam urat + tak ada gejala (nodul)
- GA akut : Asam urat + Bengkak + nyeri sendi
- GA Kronik/interkritikal : Asam urat + Bengkak sendi + tak nyeri
- Predileksi → sendi-sendi tungkai (tangan dan lengan)
- Bila gout akut tak terobat → destruksi sendi, deformitas sendi, dan tofus.
- Tx
- Non farmakologis:
- Diet rendah purin (jeroan, seafood, kacang-kacangan, sayuran hijau,
santan, bayam emping, nangka)
- Hidrasi yang cukup.
- Turunkan BB ke ideal
- Hindari alcohol dan obat (etambutol, pirazinamid, tiazid)
- Olahraga ringan
- Farmakologis :
- Akut/Nyeri → Kolkisin 0,5 mg (max 2x1). NSAID → indometasin 150-200
mg/hari. Acetaminophen → PCT 500 mg (3x1)
- Kronik/Tidak Nyeri → Allopurinol 100 mg (3x1) → penghambat xantin
oxidase/ probenesid (urikosurik) → ekskresi rendah
- Kortikosteroid
- Komplikasi → tofus, deformitas sendi, nefropati gout, gagal ginjal, BSK
- Pseudogout → penimbunan (Kristal kalsium piro fosfat dehydrogenase) → gejala GA
tanpa peningkatan asam.urat
OSTEOARTHRITIS
- Etiologi :
- Primer : Degeneratif
- Sekunder : Orang gemuk/atlet
- Gejala → Nyeri sendi unilateral/asimetris + sendi besar + krepitasi
+pembengkakan tulang tidak teraba hangat
- Lab → LED < 40 mm/jam, RF : <1:40, Cairan Sinovial petanda OA (jernih, viscous,
leukosit < 2000/mm3), Foto Rad.
- OA → gagal perbaikan kerusakan sendi → stress mekanik → jejas mikro ditulang
subchondral dan rawan sendi.
- Faktor resiko → genetic, usia (> 50 thn), jenis kelamin (perempuan), obesitas, riw
trauma, riw pekerjaan berat.
- Spondilosis : OA pada vertebrae
- Klasifikasi Kellgren & Lawrence (berdasarkan rad) :
- Grade 1 → Osteofit (spur formation)
- Grade 2 → Osteofit (spur formation) + penyempitan celah sendi
- Grade 3 → Osteofit (spur formation) + penyempitan celah sendi + sclerosis
- Grade 4 → Kissing knee/destruksi tulang.
- Tx :
- Non farmakologi → turunkan BB, berenang, sepeda statis, hindari aktovotas berat.
- Farmakologi (NSAID + Kortikosteroid)
- Grade 1 → life style + knee support + NSAID (meloxicam, Na. Diclofenac)
- Grade 2 → Inj. Kortikosteroid + As. Hyaluronat intraarticular
- Grade 3 → Inj. Kortikosteroid + As. Hyaluronat intraarticular
- Grade 4 → Total knee replacement
- Komplikasi
- Tangan → Nodus Horbeden, Nodus Bouchard
- Genu → Varus : O, Valgus : X
RHEUMATOID ARTHRITIS
- Autoimun. Infeksi EBV
- Gejala → bengkak sendi-sendi kecil bilateral + kaku pagi hari > 20 menit/> 1 jam (
membaik saat aktivitas), kelemahan, kelelahan, anoreksia, demam ringan.
- AR awal :
- Palindromic rheumatism → monoarthritis 3-5 hari, diselingi remisi sempurna.
- Pauciarticular rheumatism → gejala oligoartikuler.
- Lab → RF, LED, Anti Cyclic Citrlinated peptide, DR Analisa cairan sendi (leukosit >
2000/mm3)
- Rad → Foto manus → soft tissue swelling + bone eruption
- Tx :
- Non farmakologi :
- Edukasi, dynamic strength training 30 menit 2-3x/minggu.
- Suplementasi minyak ikan, asam lema esensial.
- Farmakologi :
- Awal → NSAID = meloxicam 15 mg, piroxicam 10 mg, Na.Dic 25-50 mg
- Tepat → DMARD (disease modifying anti rheumatoid drugs) → metroteksat
7,5 mg (7,5-25 mg), klorokuin 150 mg (400-600 mg), sulfasalazine
- Intervensi bedah → bila nyeri berat, gerak terbatas, rupture tendon, kompresi saraf.
- Komplikasi : Panus (bengkak sendi), swan neck
- Juvenile rheumatoid arthritis → inflamasi sendi > 6 mgg pada anak < 16 thn
SYSTEMIC LUPUS ERYTHEMATOUS (SLE)
- Autoimun, reumatik, inflamasi sistemik → bisa kena organ lain.
- Gejala (Dopamin Rash) → malar rash, oral discoid (sariawan), Nyeri sendi.
- Pemeriksaan :
- Skrining → ANA test, Ct scan untuk SLE organ dalam
- Diagnosis → Anti Ds DNA (sensitive), Anti SM (spesifik)
- Komplikasi → nefritis lupus (sering) → ggl ginjal
- Tx :
- Awal → Kortikosteroid (methylprednisolone 4 mg)
- Tepat → DMARDS (metroteksat 7,5 mg, Klorokuin 150 mg)
ARTHRITIS
- SEPTIK
- Gejala → demam, bengkak, nyeri sendi (hanya satu sendi) + aspirasi cairan
sendi (PMN/leukosit) warna purulent. Disebabkan staphylococcus aureus.
- Faktor resiko → Infeksi kulit dengan prosthesis, usia > 80 thn, DM, RA
immunosupresif, riw, tindakan articular, SLE, trauma sendi.
- Lab → DR, aspirasi cairan synovial, rad → nilai kerusakan sendi, bukan dx.
- Tx :
- Aspirasi cairan sendi
- Antibiotik IV → sesuai kultur bakteri
- Latihan sendi → dilakukan setelah infeksi sembuh.
- REITER SINDROM → bengkak sendi + PMN (-) (Trias : Konjunctivitis, urethritis,
NGO, oligoarthritis bilateral)
POLIMIYALGIA RHEUMATOID
- Nyeri bahu + pinggang pada usia tua → Tx : Kortikosteroid
FIBROMIALGIA
- Sindrom kronik → Nyeri otot dan sendi → akibat kelelahan, sulit tidur, ggn kognitif,
anxietas, depresi.
- Kriteria diagnose → ACR 2010
- Tx :
- Non farmako :
- Edukasi, aerobic, pemanasan, CBT, terapi kolam panas, relaksasi, fisioterapi.
- Farmako :
- Analgetik : Tramadol 100 mg, PCT 500 mg,
- Antidrepesan : Amitriptilin 25 mg, fluoxetine 20 mg
- Anticonvulsant : Pregabalin 75 mg, Gabapentin 300 mg.
OSTEOPOROSIS
- Penurunan kekuatan tulang → tulang mudah patah.
- Patogenesis → bone resorption > bone formation
- Etiologi → menopause.
- Faktor resiko :
- Riw. Kortikosteroid, hormone tiroid, anti konvulsan, warfarin.
- Penyakit lain → penyakit ginjal kronik, saluran cerna, hati, hipertiroidisme,
hipogonadisme, sindrom cushing, insufiensi pancreas, RA.
- Merokok, alcohol, riw. Haid, menarche, menopause dini, kontrasepsi, riw. Keluarga,
diet rendah kalsium.
- Gejala → tidak keluhan sampai fraktur
- Penunjang :
- Rad → foto polos (fraktur panggul/vertebra)
- Dua energy X-ray Absorptiometry → ukur BMD
- Tx :
- Latihan beban tulang, paparan sinar matahari yang cukup.
- Kalsium > 1200 mg/hari, Vit. D 800-1000U/hari.
- Bifosfonat :
- Alendronate → 10 mg/hari atau 70 mg/minggu PO
RESPIRASI
- EKG
- Tx :
- Ventilasi mekanik → identifikasi dulu pengurangan tekanan atrium kiri.
- Cairan + diuretic → untuk kurangi tek. Atrium kiri → monitor hipoperfusi dan
hiipotensi
- Kortikosteroid dosis rendah
BRONKIETASIS
- Dilatasi jalan napas yang irreversibel
- Batuk pagi hari + Bau mulut (fetor ex ore) + dahak 3 lapis + demam + sesak
Usia muda, keluhan berulang, merokok (-), sputum banyak tiap pagi, batuk darah,
sputum ada P.aureginosa
- Px → Wheezing (+), retraksi dinding dada, kurang gerakan pada daerah dada yang
sakit, pergeseran mediastinum.
- Penunjang :
- Pem. Sputum → P. Aureginosa
- Immunoglobulin serum
- Rad → multiple kistik kesan Honey comb app. → pelebaran alveoli
- Faal Paru
- Tx :
- Non farmako :
- Dirawat diruang hangat dan udara kering,
- Cegah debu dan asap
- Atur posisi tempat tidur
- Latihan kekuatan otot pernapasan
- Farmako :
- Drainase postural → 10-20 menit 2-4 kali setiap hari. Sampai sputum tidak ada.
Tepuk punggung pasien
- Nebulisasi + Mucolitik + kortikosteroid (oral/inhalasi) + antibiotic 7-10 hari.
- itrakonazol (bila infeksi jamur)
- Sindrom kartagener → bronkietasis kongenital, silia bronkus imotil, situs invertus,
sinusitis paranasal tanpa frontalis
- Bronkietasis akibat infeksi mikobakterium non tuberculosis →
- kultur sputum min 2x (+) + min. 1 x pem brochoaveolar lavage (+)
- atau Kultur sputum/ cairan pelura min. 1 hasil (+) + biopsy histopatologi →
mikobakterium non tb ( granuloma-pewarnaan asam basa (+).
BRONKITIS
- gejala → batuk berdahak tanpa demam
- Akut → <3 bulan
- Kronik → > 3 bulan
- Tx → Mucolitik → bromheksin 8 mg, asetilsistein 200 mg, ambroxol 30 mg.
- Rad → corakan bronkial meningkat
PNEUMONIA
- Infeksi parenkim paru
- Gejala & px→ Batuk + demam + sesak + retraksi dada + rhonchi (+) + dahak purulent +
Rhonchi.
- Rad → perselubungan inhomogen + air bronchogram sign (gambaran bronkus)
- Klasifikasi :
- CAP ( Community Acquired Pneumoniae) → streptococcus pneumoniae
- HAP ( Hospital Acquired penumoniae) → muncul saat > 48 jam dirawat dirs.
- Onset dini → muncul 4-5 hari; Onset lambat → muncul > 5 hari.
- HCAP ( Health Care Associated pneumonia).
- Pneumonia aspirasi → akibat aspirasi benda asing
- Pneumonia terkait ventilator → muncul > 48 jam setelah pemasangan alat intubasi
- Pneumonia pada kehamilan → AB : ceftriaxone.
- Pneumonia tipikal → demam + batuk produktif dan purulent
- Pneumonia atipikal :
- demam kurang tinggi + batuk non produktif (mucoid)
- Ronki (+)
- Lab : kadang leukositosis, trombositopenia, LED , SGOT-SGPT
- Foto thoraks → infiltrate dilobus paru
- Tx :
- Hindari rokok, istirahat banyak, minum yang banyak
- Makrolid : Eritromisin 250-500 mg (4x1), Klaritomisin 500 mg (2x1),
Azitromisin 500 mg (1x1)
- Doksisiklin 100 mg (2x1)
- Mukolitik, antipiretik untuuk nyeri pleuritic (na.dic, pct)
- Kontrol 48 jam, tidak membaik? → ranap
- Bronkopneumoniae → bercak infiltrate
- Pneumonia lobaris → kena 1 lobus
- Tx : AB , mucolitik, antipiretik (eritromisin 500 mg 3x1, Asetilsistein 200 mg 3x1,
paracetamol 500 mg (3x1)
- Antibiotik spectrum luas → beta lactam (cephalosporin), cefadroxyl 500 mg
- Rawat jalan tanpa komorbid: Makrolida PO atau doksisiklin PO
- Rawat jalan dengan komorbid: Beta laktam PO + makrolid PO
- Rawat inap tanpa komorbid: Makrolid IV atau Beta laktam IV
- Rawat inap dengan komorbid: - Beta laktam IV + makrolid IV atau Fluoroquinolon
IV
- ICU tanpa risiko pseudomonas: Beta laktam IV
- ICU dengan risiko pseudomonas: -Beta laktam + azitromisin atau Beta laktam +
Fluoroquinolon
- Pneumonia Aspirasi: Ampisilin, Klindamisin
EMBOLI PARU
- Kelainan jaringan paru akibat ada embolus pada arteri pulmonalis paru.
- Emboli paru → komplikasi dari DVT.
- Faktor predisposisi thrombosis vena :
- Trias Virchow :
- Statis → Imobilitas, tirah baring, anastesi, gagal jantung kongestif/kor
pulmonal, riw. thrombosis vena sebelumnya.
- Hiperkoagulabilitas → keganasan, antibody, sindrom nefrotik, thrombosis
esensial, terapi estrogen, heparin induced trombositopenia, IBD, def. protein C
dan S, def. antitrombin III.
- Kerusakan dinding pembuluh darah → trauma, pembedahan
- Keganasan, riw. Thrombosis, preprat estrogen.
- Gejala dan px :
- Emboli kecil
- Gejala → sesak napas saat aktivitas berulang sampai berbulan, mudah lelah
dan pingsan saat aktivitas.
- Px → Takipneu, takikardia, demam, sianosis, pleural rub, tanda efusi pleura.
- Emboli sedang
- Gejala → Sesak napas + batuk darah + nyeri pleura
- Px → demam, pleural rub, suara napas dan gerak berkurang pada sisi yang
kena, fremitus rava mengeras, perkusi redup yang terkena, bronchial dan
egofoni mengeras, efusi pleural + wheezing (kadang).
- Emboli masif
- Gejala → sinkop mendadak, renjatan, pucat, sesak berat.
- Px → tanda ggl jantung kanan akut (berkeringat, JVP , bunyi P2 mengeras,
murmur sistolik daerah katup pulmonal).
- Penunjang :
- Lab → DPL, hemostasis ( PT, APTT, INR, aktivitas prothrombin, kadar
fibrinogen), kadar protein C dan S, ACA.
- Urin lengkap.
- Analisa gas darah → hipoksemia, alkalosis respiratorik.
- D-Dimer plasma → meningkat
- Foto thorax → Hampton sign, westermark sign, Palla’s sign, biasa tak ada kelainan
- EKG →T inverted V1-V4, kadang ada RBBB, atrium fibrilasi.
Emboli paru masif → RAD, P pulmonal, S1 Q3 T3 (mc ginn white pattern)
- Echokardiografi → bila ada peningkatan volume ventrikel kanan tanpa penyebab yang
jelas.
- Perfusion lung scan
- USG tungkai → bila hasil lung scan non high probability lung scan + gejala klinis (+).
- Angiografi pulmoner (gold std)
- Penilaian klinis → skor Geneva dan skor wells.
- Tx :
- Supportif :
- O2
- Infus cairan
- Dobutamin drip (bila hipotensi atau tanda ggl jantung)
- Vasopressor (sesuai indikasi)
- Anti aritmia (sesuai indikasi)
- Analgetik
- Emboli akut :
- UFH/Unfraction heparin :
- Inisial → Bolus 80 IU/KgBB (5000 IU) lanjut drip18 IU/kgBB/jam
- Pantau APTT/6jam : target < 1.2 kali control.
- Perubahan dosis Heparin berdasarkan APTT :
- < 35 detik (<1.2 kali control) → bolus 80 IU/KgBB, 4U/kgbb/jam.
- < 35-45 detik (1.2-1.5 kali control) → Bolus 40 IU/KgBB, 3U/KgBB/jam
- < 46-70 detik ( 1.5-2.3 kali control) → tak berubah
- <71-90 detik (2.3-3.0 kali control) → 2U/KgBB/Jam
- > 90 detik ( >3.0 control) → stop infus selama 1 jam, selanjutnya
3U/KgBB/jam
- Low Molecular Weight heparin (LWMH) : berikan SC per 12 jam
- Enoxaparin → 1 mg/kgbb/SC
- Dalteparin → 200 IU.kgbb/SC
- Nadroparin → 0,1 ml/kgbb
- Tinzaparin → 175 U/kgbb/hari
- Fondaparinux/hari → < 50 kg (5mg), 50-100 kg ( 7,5 mg), > 100 kg (10
mg)
- Emboli paru :
- Trombolitik → emboli paru massif, tanpa ggn hemodinamik, beresiko tinggi
untuk sub massif. Kurangi obstruksi dan perbaiki hemodinamik.
- Sterptokinase → loading 250.000 IU dalam NaCl 0.9%/ D5% per IV (
30 menit). Dilanjutkan 100.000 IU/jam (selama 24-72 jam), evaluasi
per 24 jam.
- Urokinase → 4400 U/KgBB 12-24 jam. Evaluasi per 12 jam.
- rTPA → 100 mg dalam 2 jam atau 0.6 mg/kgBB dalam 15 menit. Max 50
mg.
-Kontraindikasi
- Relatif → TIA dalam 6 bulan, konsumsi antikoagulan oral,
kehamilan-1 mgg pasca melahirkan, hipertensi refrakter (sistol > 180
mmhg), penyakit hati, endocarditis lanjut, ulkus peptic aktif,
traumatic resuscitation.
- Absolut → Stroke, rusak ssp, keganasan ssp, riw operasi kepala, row.
Trauma kepala, perdarahn saluran cerna (1 bulan), perdarahan.
- Percutaneus catheter embolectomy and fragmentation :
- Tujuan : untuk hilangkan obstruksi arteri pulmonal,
- Indikasi : dilakukan bila ada kontraindikasi dan bila bypass pulmonal tak
bisa dilakukan
- Trombektomi
- IVC filter
- Terapi preventif :
- Resiko rendah (<10%) → operasi minor + pasien bisa gerak → gerak secara
dini
- Resiko sedang (10-20%) → Operasi umum + pasien bed rest → UFH 5000 U
SC
- Resiko Tinggi (40-80%) → Operasi Ortopedik, trauma susunan saraf belakang
→ Fondaparinux, warfarin.
- Terapi jangka panjang :
- warfarin → berikan saat awal pemberian heparin, dosis awal (5 mg/hari)
- Pantau INR setiap 1-3 hari → target 2-3 → bila < 2 naikan ½ tab, bila > 3
turunkan, bila 2-3 INR dipertahankan.
TB PARU
- Gejala :
- batuk> 2 minggu
- gejala pernafasan (nyeri dada, sesak, hemoptisis)
- gejala sistemik (demam, tidak nafsu makan, BB, keringat malam)
- Klasifikasi :
- Kasus baru → belum berobat/ berobat < 1 bulan
- Putus obat → berobat > 1 bulan dan berhenti
- Gagal → akhir fase lanjutan, BTA (+) 0,2,5, bulan.
- Relaps → berobat 6 bulan → sembuh → kambuh.
- MDR → Resisten R & H
- Monoresisten → resisten 1 obat lini pertama
- XDR → Resisten R&H + 1 lini obat kedua (flurokuinolon, kanamisin,
kapseimisin, amikasin).
- Poli TB resisten → resisten 1 obat lini pertama dan 1 obat tambahan.
- Pemeriksaan :
- Lab → BTA 0,2,5-6 bulan
- SPS : 1x (+)→ ulangi
2x (+)→ terapi
3x (-)→ radiologi (+)→ TB kat.3
Kultur TB → Lowerstein jansen, bactec. Pewarnaan : Ziehl neilsen (ZN)
- Rad → Foto thorax → TB aktif → kavitas
TB Lama → Kalsifikasi + garis fibrosis
TB milier → infiltrat seluruh lapang paru
- DD :
- Abses paru → kavitas + batuk bau → klindamisin 600 mg IV/8 jam atau Oral, bisa
diganti metronidazole.
- Ca Paru → batuk berdahak + coin lesion (foto thorax) → biopsy.
- Tx :
Indikasi :
- Kat. 1 → Kasus baru dgn BTA (+), putus obat, TB ekstra paru
- Kat. 2 → Gagal, relaps, putus obat > 2 bulan
- Kat. 3 → BTA (-) tapi Rad (+), MDR
- Kat. 4 → MDR
Obat :
- Kat.1 & Kat.3 → 2 RHZE (fase intensif) + 4 R3H3 (fase lanjutan)
- Kat.2 → 2 RHZES + 1RHZE + 5 (R3H3E3) → 8bulan
- Bila setelah fase intensif atau fase lanjutan sputum (+) → berikan sisipan 1RHZE
- TB ekstra paru → Kat.1 9-12 bulan → 2RHZE + 7 RH3
- TB berat → tambah kortikosteroid
- TB + HIV → toleransi Obat TB 2-8 minggu setelah itu lanjut ARV.
- Ibu hamil kontra dengan Sterptomisin. Ibu menyusui bisa.
- Anak-anak kontra dengan etambutol.
BB DOSIS KDT DOSIS STREPTOMISIN
(fase apapun) (stepto untuk tambahan Kat.2)
< 37 Kg 2 tab + 500 mg
37-55 Kg 3 tab + 750 mg
55-70 Kg 4 tab + 1000 mg
> 70 Kg 5 tab + 1000 mg
- Resep TB :
- R/ FDC dewasa fase intensif Kat.1 No.XC
S.1 dd Tab III
- Efek samping :
- R : kencing merah, efektifitas turun bila diminum bersama obat kejang, KB,
OAD, flu like syndrome, tdk nafsu makan, mual, nyeri perut
Bila purpura atau syok → stop rifampisin
- H : keram, kesemutan, gatal, neuritis perifer → Vit B6 50-100 mg/hari
- Z : Hepatotoksik, GA, nyeri sendi → analgetik
- E : Ggn penglihatan → Hambat kuman → stop etambutol
- S : ototoksik, nefrotoksik → ganti ke etambutol
- Komplikasi pengobatan :
- Hepatitis imbas obat :
- TB ringan → hentikan semua obat, TB berat → hentikan 3 obat (R3H3Z)
- Jika RHZ → Kuning → SE 18-24 bulan
- Jika RZ → Kuning → 2 HES + 10 HE
- Jika H → kuning → 6-9 RZE
- DAFTAR OBAT TB
NAMA OBAT SEDIAAN DOSIS
Rifampisin (C) Kaps 300 mg, 450 mg, 600 Intensif & lanjutan :
mg 10 mg/kgbb/hari
Syr. 100 mg/5 ml
Semua kat.
Intensif : 1 tab/kali/hari
Lanjutan : 1 tab/kali/hari
Isoniazid (C) Tab 100 mg, 300 mg Intensif : 5 mg/kgbb/hari
Syr. 100 mg Lanjutan : 10 mg/kgbb/hari
Semua kat.
Intensif : 1 tab/kali/hari
Lanjutan : 2 tab/kali/hari
Pyrazinamide (C) Tab 500 mg Intensif : 25 mg/kgbb/hari
Lanjutan : 35 mg/kgbb/hari
Semua Kat.
Intensif : 3 tab/kali/hari
Lanjutan : -
Etambutol (E) Tab 250 mg, 500 mg Intensif & lanjutan : 15
mg/kgbb/hari
Kat 1 :
Intensif : 3 tab/kali/hari
Lanjutan : -
Kat 2 :
Intensif : 3 tab/kali/hari
Lanjutan : 1 tab
Streptomycin Injeksi Vial 1 gr Dosis Umum
Sulfate (D) Dewasa : 1-2 gr/hari dibagi
2-4 dosis
Anak : 20-40 mg/kgbb/hari
dosis dibagi 2-4 dosis
PNEUMOKONIOSIS (Pneumonia akibat kerja) → hentikan rokok
- Asbestosis → riw kerja di galangan kapal, insulator, pabrik, atap, insulaton.
- Rad → ground glass app
GAGAL NAPAS
- Kondisi gagal system pernapasan dalam pertukaran oksigen. PaCO2 > 45 mmhg (6.0
kPa) dana tau PaO2 < 60 mmhg (8.0 kPa).
- Gagal napas :
- Kegagalan paru → hipokesemia → perfusi tak seimbang
- Kegagalan pompa → Hiperkapnia → tidak mampu eliminasi CO2
- Penunjang :
- DR, analisa gas darah, foto thoraks
- Tx :
- Obati penyakit dasar
- Oksigen
- Ventilasi mekanik ( bila ARDS)
- Bronkodilator → terbutaline, albuterol, antikolirnergik
- AB, kortikosteroid, ekspektoran
- Fisioterapi dada.
PPOK
- Faktor resiko : perokok aktif/pasif, tinggal dilingkup berpolusi, def. a1 antitripsin.
- Gejala → Sesak (diperberat latihan), batuk kronis, produktif, faktor resiko (+),
Respi meningkat, retraksi costal, Barrel chest (+), diafragma letak rendah, suara napas
melemah, ronchi (+) dan wheezing (+), suara jantung melemah.
- Gejala eksaserbasi → sesak napas bertambah, wheezing, bertambahnya batuk dan
sputum, spirometry menurun
- PPOK berat → ggl jantung kanan, cor pulmonal : bunyi jantung II meningkat, distensi
vena jugular, kongesti hati, edema mata kaki.
- Barrel chest → meningkat diameter anteroposterior (hiperinflasi)
- Penunjang :
- Spirometri (gold std) → VEP < 70&
- Foto Thorax → Hiperinflasi paru, diafragma mendatar.
- Analisa gas darah.
- Tx :
- PPOK Stabil :
- Non farmako :
- Stop merokok
- Latihan fisik, latihan pernapasan
- Terapi Oksigen jangka panjang (>15 jam/hari)
- Nutrisi
- Pembedahan : bullectomy, tranplantasi paru, lung volume reduction surgery
- Farmako : (dianjurkan kombinasi daripada meningkatkan dosis)
- Bronkodilator/antikolinergik + Steroid + Mukolitik/antioksidan
- Bronkodilator : salbutamol 4 mg, terbutaline
- Antikolinergik : Ipratropium bromide (combivent) (4x sehari)
- Metilxantin
- Steroid : utama pada eksaserbasi.
- Mukolitik, antioksidan (asetilsitein).
- PPOK Eksaserbasi :
- Terapi oksigen
- Bronkodilator (dosis dan frek ditingkatkan) + antilonergik + aminofilin (0,5
mg/kgbb/jam)
- Steroid : prednisone (5 mg) 30-40 mg PO (10-14 hari)
- Antibiotic
- Ventilasi mekanik → bila gagal napas atau PaCO2 > 45 mmHg
PENYAKIT PLEURA
- EFUSI PLEURA
- Akumulasi cairan berlebih dalam rongga pleura.
- Etiologi :
- tek. Hidrostatik dalam sirkulasi mikrovaskular (ggl jantung)
- tek. onkotik dalam sirkulasi mikrovaskular (hipoalbumin berat)
- tek. dalam rongga pleura (kolaps paru)
- permeabilitas sirkulasi mikrovaskular (pneumonia)
- Gangguan drainase limfatik dari rongga pleura (efusi maligna)
- Perpindahan cairan dari rongga peritoneal (Ascites)
- Gejala :
- Nyeri unilateral, tajam, bertambah parah saat batuk dan inspirasi, dapat
menjalar ke bahu leher abdomen.
- Sesak.
- Riw. Trauma dada.
- Riw penyakit komorbid (CHF, sirosis, sindrom nefrotik, TB, emboli paru,
tumor mediastinum).
- Riw penggunaan obat (bromokriptin, amiodarone).
- Px :
- pergerakan dinding dada restriksi ipsilateral,
- Fremitus taktil menghilang,
- perkusi redup,
- bunyi napas menurun,
- splinting (pada paru yang kena)
- Penunjang :
- Radiologis :
- foto thorax PA: sudut kostofrenikus tumpul dan bergeser kemedial
- hemidiafragma atau perluasan bayangan lambung akibat terisi gas.
- Batas paru kiri bawah → curiga efusi subpulmonal
- Efusi > 300 cc → terlihat pada foto thorax
- Efusi 150-300 cc → terlihat pada foto thorax lateral decubitus
- PNEUMOTHORAX
- Akumulasi udara pada rongga pleura.
- Etiologi :
- Perforasi pleura visceral dan gas masuk kedalam paru.
- Penetrasi dinding dada, diafragma, mediastinum, esophagus.
- Produksi gas oleh bakteri pada empyema.
- Jenis Pneumothorax :
- Spontan Pneumothorax :
- Primer → terjadi tanpa ada penyakit komorbid
- Sekunder → terjadi ada penyakit komorbid.
- Traumatik Pneumothorax→ terjadi akibat jejas didada dengan/tanpa
penetrasi.
- Tension Pneumothorax → terjadi tekanan positif pada rongga pleura selama
respirasi.
- Gejala → Sesak, onset mendadak, sulit bernapas, nyeri dada terlokalisir. Riw
trauma thorax. Riw penyakit paru komorbid.
- Px → Takipnea, gerak dada tertinggal pada daerah yang kena, fremitus taktil
menghilang, bunyi napas menghilang.
- Tension Pneumothorax :
- KU : sakit berat
- N >140x/m
- Hipotensi
- Takipneu, pernapasan berat
- Sianosis
- Diaforesis
- Deviasi trakea kesisi kontralateral
- Deviasi vena leher
- Penunjang :
- Foto thorax PA → tepi luar pleura visceral terpisah dari pleura parietal oleh
ruang lusen
- Sputum, bilasan bronkus, BAL (saluran napas bawah) → pada pasien intubasi
- Bronkoskopi, pungsi pleura
- Analisa gas darah, Fx hpar, Fx Ginjal, GDS, Elektrolit, PT/APTT, d-dimer
(meningkat pada kasus berat), prokalsitonin, pem. Feses dan urin.
- PEMANTAUAN
1. Pemantauan serial setiap 1-3 hari, disesuaiakan kondisi klinis
2. Pemeriksaan laboratorium:
- Hematologi → HB,WBC, Neutrofil, limfosit, NLR, PLT
- CRP, procalcitonin
- Ferritin (acute phase reactant)
- AGD
- Elektrolit
- Pem. Tambahan :
- Hemostatis → PT, aPTT, D-Dimer
- Fx ginjal → ureum, creatinine
- Fx Hati → SGOT, SGPT
- Pem. Sesuai komorbid
- PCR
Penjelasan terapi :
- Isolasi mandiri (14 hari) → pantau via telpon → setelah isolasi mandiri kontrol
difktp
- Edukasi :
- Pasien untuk Ukur suhu pagi dan malam, etika batuk, tempat terpisah,
peralatan makan terpisah, pakaian terpisah
- Gunakan masker, Cuci tangan, physical distancing
- Segera kedokter bila suhu tubuh >38OC
- Dikamar → perhatikan ventilasi udara dan cahaya (buka secara berkala).
Bersihkan kamar setiap hari dengan disinfektan
- Anggota keluarga pasien sebaiknya memeriksakan diri dirumah, pakai
masker, jaga jarak min. 1 meter, cuci tangan, jangan sentuh daerah wajah
kalau tidak yakin tangan bersih, perhatikan sirkulasi udara, bersihkan rumah
lebih sering
- Farmakologi →
- Vit C non acidic 500 mg 3x1 (14 hari), + zinc 20 mg (1x1)
- bisa juga :
- tablet hisap 500 mg/12 jam PO (30 hari),
- Multivitamin mengandung VIT C 1-2 tab 1x1 (30 hari)
- Multivitamin mengandung VIT C, B,E, Zinc
- Penjelasan terapi
- Rujuk → Isolasi di RS
- Istirahat total, intake kalori adekuat, control elektrolit, status hidrasi, saturasi
oksigen
- Pemantauan Darah lengkap, bila memungkinkan → CRP, fungsi ginjal, fungsi
hati dan ronsen dada secara berkala.
- Farmakologi :
- Vitamin C ampul 200 – 400 mg/8 jam dalam 100 cc NaCl 0,9% habis
dalam 1 jam per IV
- Klorokuin fosfat 250 mg (1x2) oral (untuk 5-7 hari) ATAU
- Hidroksiklorokuin (sediaan yg ada 200 mg) hari pertama 400 mg/12
jam/oral, selanjutnya 400 mg/24 jam/oral (untuk 5-7 hari)
- Azitromisin 500 mg (1x1) per iv atau per oral (untuk 5-7 hari) atau,
- Levofloxacin 750 mg/24 jam per iv atau per oral (untuk 5-7 hari)
- Pengobatan simtomatis (Parasetamol dan lain-lain).
- Antivirus : Oseltamivir 75 mg (2x1) oral ATAU
- Favipiravir (Avigan sediaan 200 mg) loading dose 1600 mg/12 jam/oral
hari ke-1 dan selanjutnya 2 x 600 mg (hari ke 2-5)
4. Gejala berat →
- Dewasa → demam atau dalam pengawasan infeksi saluran napas/pneumonia,
ditambah satu dari:
- R > 30 x/menit,
- distress pernapasan berat, atau
- saturasi oksigen (SpO2) <93% pada udara kamar atau rasio PaO2/FiO2 <
300.
- Anak → batuk atau kesulitan bernapas, ditambah setidaknya satu dari berikut
ini:
- sianosis sentral atau SpO2 <90%;
- distres pernapasan berat (seperti mendengkur, tarikan dinding dada yang
berat);
- tanda pneumonia berat: ketidakmampuan menyusui atau minum, letargi
atau penurunan kesadaran, atau kejang.
- Tanda lain dari pneumonia yaitu: tarikan dinding dada +
- + takipnea :
- <2 bulan, ≥60x/menit;
- 2–11 bulan, ≥50x/menit;
- 1–5 tahun, ≥40x/menit;
- >5 tahun, ≥30x/menit.
- Tx :
- Rujuk → Isolasi RS
- Non Farmakologis
- Istirahat total, Oksigen, intake kalori adekuat, kontrol elektrolit,
status hidrasi (terapi cairan).
- Pemantauan Darah Lengkap, CRP, fungsi ginjal, fungsi hati,
Hemostasis, LDH, D-dimer.
- Pemeriksaan foto toraks serial bila perburukan
- Monitor tanda-tanda sebagai berikut;
- Takipnea, frekuensi napas ≥ 30x/min,
- Saturasi Oksigen ≤93% (dijari),
- PaO2/FiO2 ≤ 300 mmHg,
- Peningkatan sebanyak >50% di keterlibatan area paru-paru pada
pencitraan thoraks dalam 24-48 jam,
- Limfopenia progresif,
- Peningkatan CRP progresif,
- Asidosis laktat progresif.
- Monitor keadaan kritis :
- Gagal napas yg membutuhkan ventilasi mekanik, shock atau
gagal Multiorgan yang memerlukan perawatan ICU. Bila gagal
napas/ARDS → ventilator mekanik (alur gambar 1)
- 3 langkah yang penting dalam pencegahan perburukan penyakit,
yaitu sebagai berikut
- Gunakan high flow nasal canulla (HFNC) atau non-
invasive mechanical ventilation (NIV) pada pasien dengan
ARDS atau efusi paru luas. HFNC lebih disarankan
dibandingkan NIV. (alur gambar 1)
- Pembatasan resusitasi cairan, terutama pada pasien dengan
edema paru.
- Posisikan pasien sadar dalam posisi tengkurap (awake
prone position).
5. Kritis
Pasien dengan gagal napas, Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS), syok sepsis
dan/atau multiple organ failure.
- Keterangan :
- Untuk anak dosis harap disesuaikan
- Vitamin C diberikan dengan dosis tertinggi sesuai dengan ketersediaan di rumah
sakit
- Bila tidak tersedia Oseltamivir maupun Favipiravir (Avigan), maka sebagai
pilihan dapat diberikan tablet kombinasi
- Lopinavir + Ritonavir ( 2 x 400/100 mg) selama 10 hari ATAU
- Remdisivir 200 mg IV drip, dilanjutkan 1 x 100 mg IV, semua diberikan
dalam drip 3 jam, selama 9 – 13 hari.
- Favipiravir (Avigan) tidak boleh diberikan pada wanita hamil atau yang
merencanakan kehamilan
- Azitro + Klorokuin → QT prolong → EKG Serial
- Gejala ringan + jantung → rawat
- Trichuris Trichuria → Fase infeksi : telur bentuk tempayan dengan dua ujung
runcing, mucoid plak.
- Gejala → Prolaps rectum (benjolan melingkar dari anus seperti sosis)
- Tx → Mebendazole 100 mg 2x1 (3 hari) atau SD 500 mg
- Cestoda :
- Jenis :
- Taenia Solium → Babi
- Taenia Saginata → Sapi
- Fase infektif → Sistiserkus (Cacing dewasa) → Sistiserkosis
Ada diotak dan hati berbentuk bulat-bulat
- Makan daging sapi/babi yang mengandung cacing pita → Taeniasis
- Fase Proglotid: T. Solium : 5-10 segmen uterus; T.Saginata = 15-30 segmen uterus.
- Trematoda/cacing hati :
- Gejala : pasien dari danau lindu, bengkak kaki atau perut, anemia
- Fase Infeksi : Masuk tubuh siput → telur → serkaria → dimakan manusia → cacing
dewasa
- Fasciolopsos buski
- Schistosoma Japonicum
- Diphyllobothrium latum → makan ikan setengah masak
- Fasciola Hepatica
- Telur Schistosoma → ada tanduk/knob/operculum ditelurnya
- Japonicum → danau lindu
- Mansoni → afrika
- Japonicum & mansomi timbulkan BAB berdarah
- Hematobium → Kencing darah
- Cacing lain
- Filiariasis/Kaki gajah
- Gejala : Kaki bengkak + unilateral + kencing putih (seperti nanah)
- Filiaria tinggal di saluran limfe → limfedem sekunder
- Wucherieria bancrofti = anopheles
- Brugia malayi = culex
- Brugia timori = culex
- Px → Pewarnaan Giemsa → dilakukan pukul 22.00-02.00
- Fase infeksius → Larva 3 → manusia → tinggal dilimfe
- Tx → Dietilcarbamazin (DEC) → 6 mg/KgBB → 3x6 mg/hri/12 hari
- Ivermectin 150 mcg SD + Albendazol 400 mg SD
MALARIA
- Etiologi : Plasmodium (falsiparum, vivax, ovale, malariae, knowlesi)
- Ditularkan nyamuk anopheles betina → plasmodium hidup berkembang dieritrosit.
- Gejala → Trias malaria (demam, menggigil, keringat) + riw. Berpergian daerah
endemis + sakit kepala, mual, muntah diare, nyeri otot, gangguan kesadaran
- Kriteria diagnosis menurut WHO (2010)
- Resiko rendah (malaria inkomplikata) → riw demam 3 hari terakhir tanpa ada
penyakit akut lain + riw. Berpergian daerah endemis.
- Resiko tinggi → demam 24 jam terakhir dan/atau anemia (telapak tangan pucat
pada anak)
- Tertiana → demam hari ke-3 (ovale,vivax)
- Kuartana → demam hari ke-4 (malariae)
- Tropicana → pola demam bebas (falciparum)
- Px → Demam > 37.5OC, Konjunctiva anemis, tangan pucat, sklera ikterik,
hepatosplenomegali.
- Jenis malaria :
- Falciparum
- gametosit bentuk pisang, banana shape
- Tropozoit : ring form + titik achole (bentuk headphone), khas titik mauer
- Komplikasi : malaria cerebral
- Tidak kambuhan, suka sama eritrosit tua.
- Vivax & Ovale
- Suka eritrosit muda, kambuhan karena ada hipnozoit dihepar (dorman
dihepar).
- Vivax → eritrosit membesar, edema, titik schuffner, membesar 2x
- Ovale → eritrosit tidak membesar, titik schuffner
- Malariae
- Gametosit : Band form/basket form, khas titik zieman
- Penunjang :
- Sediaan darah tebal atau tipis (+) plasmodium
- darah tebal untuk ketahui adanya plasmodium
- darah tipis untuk bedakan jenis plasmodium
- serologi malaria (+)
- Tx :
- Malaria tanpa komplikasi : ACT (Dihidroartemisin-primakuin (DHP))/ Artesunat-
amodiakuin + primakuin
- Falsiparum : ACT 1x1 (3 hari) + Primakuin 0,75 mg/KgBB (hari pertama
saja)
- ACT :
- < 5 Kg atau 0-1 bulan = ¼ tab
- 6-10 kg atau 2-11 bulan = ½ tab
- 11-17 Kg atau 1-4 tahun = 1 tab
- 18-30 Kg atau > 5 tahun = 1 ½ tab
- 31-40 Kg atau > 10 tahun = 2 tab
- 41-49 Kg atau > 15 tahun = 3 tab
- > 50 Kg = 4 tab
- Primakuin :
- 11-17 Kg atau 1-4 tahun = ¾ tab
- 18-30 Kg atau 5-9 tahun = 1 ½ tab
- 31-59 Kg atau 10-14 tahun = 2 tab
- > 60 Kg atau > 15 tahun = 3 Tab
-
- Vivax : ACT 1x/hari selama 3 hari + primakuin 0.25 mg/kgbb (14 hari)
- DHP + Primakuin
- DHP :
- < 5 Kg atau 0-1 bulan = ¼ tab
- 6-10 kg atau 2-11 bulan = ½ tab
- 11-17 Kg atau 1-4 tahun = 1 tab
- 18-30 Kg atau > 5 tahun = 1 ½ tab
- 31-40 Kg atau > 10 tahun = 2 tab
- 41-59 Kg atau > 15 tahun = 3 tab
- > 60 Kg = 4 tab
- PRIMAKUIN :
- 11-17 Kg atau 1-4 tahun = ¼ tab
- 18-30 Kg atau 5-9 tahun = ½ tab
- 31-40 Kg atau 10-14 tahun = ¾ tab
- > 41 Kg = 1 Tab
- ACT + PRIMAKUIN
- ACT :
- < 5 Kg atau 0-1 bulan = ¼ tab
- 6-10 kg atau 2-11 bulan = ½ tab
- 11-17 Kg atau 1-4 tahun = 1 tab
- 18-30 Kg atau > 5 tahun = 1 ½ tab
- 31-40 Kg atau > 10 tahun = 2 tab
- 41-49 Kg atau > 15 tahun = 3 tab
- > 50 Kg = 4 tab
- PRIMAKUIN :
- 11-17 Kg atau 1-4 tahun = ¼ tab
- 18-30 Kg atau 5-9 tahun = ½ tab
- 31-40 Kg atau 10-14 tahun = ¾ tab
- > 41 Kg = 1 Tab
- Vivax Relaps (Kambuh)
- Indikasi : sudah diberikan primakuin 0.25 mg/KgBB/Hari selama 14 hari namun
pasien sakit kembali, parasit (+) dalam 3 minggu-3bulan setelah pengobatan.
- Tx : ACT 1x/hari (3 hari) + Primakuin 0.5 mg/KgBB
- Ovale
- ACT (dosis sama dengan vivax) (1x/hari (3hari))
- ACT :
- < 5 Kg atau 0-1 bulan = ¼ tab
- 6-10 kg atau 2-11 bulan = ½ tab
- 11-17 Kg atau 1-4 tahun = 1 tab
- 18-30 Kg atau > 5 tahun = 1 ½ tab
- 31-40 Kg atau > 10 tahun = 2 tab
- 41-49 Kg atau > 15 tahun = 3 tab
- > 50 Kg = 4 tab
- Malariae
- ACT 1x/hari (3hari) tanpa primakuin
- ACT + PRIMAKUIN
- ACT :
- < 5 Kg atau 0-1 bulan = ¼ tab
- 6-10 kg atau 2-11 bulan = ½ tab
- 11-17 Kg atau 1-4 tahun = 1 tab
- 18-30 Kg atau > 5 tahun = 1 ½ tab
- 31-40 Kg atau > 10 tahun = 2 tab
- 41-49 Kg atau > 15 tahun = 3 tab
- > 50 Kg = 4 tab
- PRIMAKUIN :
- 11-17 Kg atau 1-4 tahun = ¼ tab
- 18-30 Kg atau 5-9 tahun = ½ tab
- 31-40 Kg atau 10-14 tahun = ¾ tab
- > 41 Kg = 1 Tab
- Note :
- (Artesunat 4 mg/kgbb; amodiakuin basa : 10 mg/Kgbb)
- Utamakan dosis berdasarkan BB
- Bila obes, sesuaikan dosis dengan bb ideal
- MALARIA BERAT
- Non perawatan :
- Artemeter/IM 3.2 mg/KgBB
- Rujuk kefaskes ranap
- Perawatan :
- Artemeter/IV 2.4 mg/KgBB (3x jam 0,12,24), lanjut dosis yang sama per
24 jam sampai penderita mampu minum obat.
- Bila penderita mampu minum obat : ACT 3 hari + primakuin (sesuai
jenis plasmodiumnya
- Kemasan dan cara pemberian :
- Artesunat parenteral (vial 60 mg serbuk kering) + pelarut
na.bikarbonat 5%.
- Campur, jadi 1 cc larutan na.artesunat
- 1 cc larutan na.artesunat encerkan dengan D5% atau NaCl
0.9% sebanyak 5 cc didapatkan konsentrasi 60mg/6ml (10mg/ml),
bolus pelan
- Alternatif :
- Artemeter
- Artemeter IM 3.2 mg/KgBB dihari pertama, lanjut 1.6
mg/KgBB per hari sampai penderita mampu minum obat.
- Bila sdh minum obat, sesuaikan dosis ACT dan Primakuin
sesuai plasmodiumnya.
- Kina drip
- Dewasa :
- 4 jam pertama = Loading : 20 mg/KgBB Kina dilarutkan
dalam 500 cc D5%/NaCl 0.9%.
- 4 jam kedua = hanya D5%/NaCL 0.9%
- 4 jam ketiga = Kina 10 mg/KgBB dalam 500 cc
D5%/NaCl 0.9%
- 4 jam keempat : hanya D5%/NaCl 0.9%
- Selanjutnya Kina 10 mg/KgBB dalam 500 cc D5%/NaCl
0.9% sampai bisa minum obat.
- Bila sdh bisa minum obat = berikan
- Kina tab PO 10mg/KgBB/Kali per 8 jam
- Berikan bersama doksisiklin/tetrasiklin pada dewasa;
Klindamisin pada Ibu Hamil
- Dosis total kina terhitung sejak pertama kali infus.
- Anak :
- Kina HCL 25%/IV 10 mg/KgBB (< 2 bulan = 6-8
mg/KgBB) encerkan 5-10 cc D5%/NaCl 0.9% berikan
selama 4 jam. Dapat diulangi per 8 jam sampai bisa minum
obat.
- Kemasan : ampul kina dihidroklorida 25% (500 mg/2
ml).
- Note :
- Kina tak boleh bolus → berefek pada jantung dan
menimbulkan kematian.
- Dosis Max Dewasa kina : 2000 mg/hari.
DBD
- Etiologi → aedes aegypty dan aedes albopictus
- Patof → infeksi sekunder dengan serotype berbeda
- Demam dengue → tidak ada gangguan permeabilitas
- DBD → ada ggn permeabilitas → Edem/efusi, Hct > 20%
- Gejala umum :
- demam, nyeri otot, nyeri sendi, injekasi konjunctiva, mual muntah, nyeri
belakang mata
Derajat Gejala Terapi
1 Rumple leed (+) 3-5 cc/kgbb
2 Perdarahan spontan (epistaksis, perdarahan 6-7 cc/kgbb
gusi)
3 Gejala syok, TD < 20, nadi , akral dingin 10-20 cc/kgbb (30 menit)
4 DSS (dengue shock syndrome) 20-30 cc/Kgbb
, TD tidak terukur, akral dingin
Volume cairan kristaloid yang dibutuhkan → 1500 + 20 X (BBkg-20)
- Pemfis :
- Hepatomegali
- Tanda perdarahan : Ptekie, purpura, ekimosis
- Tanda kebocoran plasma : efusi pleura, ascites, edema
- Penunjang :
- DR → Trombositopenia (< 100.000) ranap!!! → transfusi tromobosit bila <
50.000, HCT > 20% (banding standar normal sesuai umur & jenis kelamin)
- Hari 1-3 → NS 1
Hari 4-5 → IgM-IgG Antigen (serologi)
- Terapi
- Protokol Tx DBD :
- Protokol 1 → Probable DBD dewasa tanpa syok
- Protokol 2 → tx cairan susp. DBD diperawatan
- Protokol 3 → Tx DBD dengan Hct > 20%
- Protokol 4 → Tx DBD dewasa dengan perdarahan spontan
- Protokol 5 → DSS
- Protokol 5 ( DSS) :
- Awal :
- Patensi jalan napas : O2 1-2 lpm dgn nasal kateter atau sungkup wajah
- Infus kristaloid 10-20 cc/kgbb secepatnya (< 10 menit)
- Perhatikan respon pemberian cairan → hipovolemi, hypervolemia, overload
- Perbaikan → 7cc/kgbb/jam (evaluasai 1 jam) → 5 cc/kgbb/jam →stop infus
- Tidak membaik → guyur 30 cc/kgbb/jam (20-30 menit) → Ht naik, syok, atau
turun?
- Ht Naik → koloid 10-20 cc/kgbb/jam (10-15 menit) → syok? → koloid 30
cc/kgbb/jam → Syok? → Kateter vena sentral
(bila dosis max, koloid bisa diulang sampai 30 menit : sasaran tek benasentral
15-18 smH2O)
- Hipovolemik → Kristaloid 10-15 menit → syok → normovolemik
- Normovolemik → koreski ggn asam basa, elektrolit, hipoglikemia, anemia,
KID, infeksi sekunder → Inotropok, vasopressor, vasodilator → perbaikan?
→ kombinasi kristaloid dan koloid → perbaikan
- HT turun → transfuse darah 10cc/kgbb, dapat diulang sesuai kebutuha
CHIKUNGUNYA
- Gejala:
- gejala berlangsung (3-10 hari),
- Demam (39-40OC) (sampai 1 minggu),
- nyeri sendi berat, nyeri otot, nyeri kepala,
- mual muntah, konjuncitvitis.
- bintik merah muncul 2-3 hari setelah demam,
- Penunjang :
- DR → Trombositopenia, leukopenia
- Fx Hati → meningkat
- LED dan CRP → meningkat
- IgM Chikungunya
- Kriteria diagnose
- Suspek : demam akut (>38.5OC), atralgia berat, riw. Berkunjung ke daerah endemis
(2 mgg terakhir), tanpa ada pemeriksaan konfirmasi.
- Konfirmasi : Gejala + salah satu hasil pemeriksaan spesfik CHIKV positif
- Isolasi virus
- Deteksi virus RNA dan RT-PCR
- IgM Chikungunya → positif → diambil pada fase akut
- Tatalaksana → simptomatik
INTOKSIKASI OPIAT
- Opiat → morfin, petidin, heroin, pentazokain, kodein, loperamid, dekstrometorfan.
- Patof → Opiat berikatan dengan reseptor opiate di SSP → terjadi inhibisi jalur
ascending → sebabkan perubahan persepsi dan respon terhadap stimulus nyeri.
Opiat juga bekerja di neurotransmitter lain seperti dopamine, GABA, dan glutamate.
- Gejala
- riw konsumsi morfin, heroin, kodein, loperamide + ada bekas tusukan jarum +
kesadaran menurun + miosis pupil + hipotensi + sinus bradikardia + kelemahan
otot + bising usus menurun + apneu + depresi napas + koma + kejang
- Penunjang
- Opiat urin/darah, analisa gas darah, elektrolit, gula darah, ro thorax
- Tx :
- Resusitasi ABC
- Glukosa (D5W + tiamin (vit B1) 100 mg + nalokson 2 mg → diberikan pada
pasien perubahan kesadaran atau keracunan makanan
- Tanpa hipoventilasi → nalokson 0.4 mg (= 1 cc) bolus pelan (bisa
diencerkan)
- Hipoventilasi → nalokson 1-2 mg bolus pelan
- Tak ada respon → nalokson 1-2 mg bolus pelan ulang per 5-10 menit hingga
respon membaik atau capai dosis max 10 mg → kalau tidak ada respon
kemungkinan bukan intoksikasi opiate.
- Pantau TTV, kesadaran dan perubahan pupil dalam 24 jam → cegah
overdosis, efek nalokson berkurang dalam 20-40 menit.
- Pencegahan → drips nalokson 1 amp dalam NaCl 0.5% atau D5% diberikan 4-
6 jam
- Pasang pipa endotracheal → bila napas tdk adekuat setelah pemberian
nalokson
- Puasakan 6 jam → cegah spasme pilorik
- Pasang NGT → cegah aspirasi atau bilas lambung
- Choracoal → 30 gram dalam 240 cc cairan → bisa sampe 100 gram
- Kejang → diazepam iv 5-10 mg, dapat diulang bila perlu.
ENVENOMASI/GIGITAN ULAR
- Gejala
- Riw. Gigitan ular
- Gejala local → edema, nyeri tekan pada luka gigitan, ekimosis (30 menit-24 jam)
- Gejala sistemik → hipotensi, kelemahan otot, berkeringat, menggigil, mual,
hipersalivasi, muntah, nyeri kepala, pandangan kabur
- Penunjang → DR, CT(> 10 menit → koagulopati, BT, D-Dimer, APTT, fx hepar,
fibrinogen, urea, Pem. Urin (hematuria, glikosuria, proteinuria), EKG, Foto Thorax
- Tx →
- Istirahat posisi horizontal terhadap luka gigitan
- Jangan memanipulasi area gigitan
- Jangan berjalan dan minum alcohol
- Gejala berlangsung cepat dan antibisa tidak ada → ikat area proksimal
gigitan (harus < 30 menit setelah terjadi gigitan) → tahan aliran limfe
- Resusitasi ABC
- Luka gigitan diverban ketat, luas diatas luka.
- Serum Anti Bisa Ular (SABU) polivalen 1 ml
- Indikasi : edema dan gejal venerasi sistemik.
- Cara pemberian 2 vial (@ 5cc) dalam 500 cc NaCl 0.5% atau D5% 40-
80 tpm → max 100 cc ( 20 vial) → tdk boleh diberikan infiltrasi pada
luka.
NEFROLOGI (GINJAL)
b. NEFRITIS LUPUS
- Gejala :
- Ruam kulit, fotosensitif
- Lab :
- anti dna-se atau antibody hipoklopomentemia.
- Tx :
- Steroid
KARDIOLOGI
Jantung memiliki sistem konduksi mulai dari SA node sampai serat Purkinje. Dapat
dilihat pada gambar seperti berikut:
- Sinoatrial (SA) node: merupakan pacemaker dominan, terletak pada atrium kanan,
dengan laju intrinsik 60–100 denyut per menit. Ini yang dijadikan panduan detak
jantung normal.
- Internodal Pathway: impuls langsung antara SA node dan AV node dan menyebar
di sekitar otot-otot atrium.
- Bundle of His: terletak di atas septum interventrikel. Serat saraf ini terentang dari
AV node ke percabangan bundle tersebut.
- Sistem Purkinje: Di berkas cabang ini impuls akan disebarkan ke dinding ventrikel.
Kecepatan intrinsik mencapai 20–40 denyut per menit.
Selain itu terdapat 2 aktivitas utama elektrik jantung, yaitu depolarisasi dan repolarisasi.
Untuk lebih mudah memahaminya, dapat dilihat pada gambar berikut:
Terdapat 1 sel yang mengalami depolarisasi
Namun dalam tampilan makro, proses depolarisasi dan repolarisasi akan berlangsung
progresif dan simultan seperti gambar dibawah:
Elektrokardiograf (EKG) bekerja dengan mendeteksi aktivitas elektrik pada permukaan kulit.
Aktivitas elektrik jantung dapat diketahui dengan mengukur perbedaan voltase antar
elektroda lalu diamplifikasi dan ditampilkan dalam monitor.
Satu elektrode mewakili satu sudut pandang (arah) aktivitas jantung, sehingga beberapa
elektrode dapat menggambarkan aktivitas jantung secara menyeluruh. Namun kesalahan
dalam meletakkan elektrode juga dapat menimbulkan kesalahan dalam interpretasi.
Pembacaan EKG
Untuk membaca EKG perlu kita ketahui standar dalam pembacaan. Kecepatan perekaman
standar yaitu 25 mm/detik.
Interpretasi EKG dapat mudah dilakukan secara sistematis dengan menyebutkan komponen-
komponen sebagai berikut:
- Ritme
- Laju
- Morfologi gelombang P
- Interval PR
- Kompleks QRS
- Segmen ST
- Gelombang T
- Interval Qt
- Kelainan yang ada: misal infark, LVH, RVH, RBBB, LBBB, dll.
Morfologi Gelombang P: liat Lead II panjang, gelombang P selalu positif (menghadap atas)
normal /\
berlekuk /\/\ = dilatasi atrium kiri
runcing tinggi /\ = dilatasi atrium kanan
inversi \/ = dilatasi atrium kiri
jika tidak ada gelombang P, artinya irama junctional atau ventrikular
Interval QT: Jarak dari awal QRS ke akhir gelombang T. Jika ada maka liat aja dari bacaan
analisis EKG, normalnya 0.3–0.44 detik, atau kurang dari setengah interval R-R. QTc
interval yaitu QT/akar dari R-R interval.
Gelombang T: normalnya <5 mm pada lead ekstremitas atau <10 mm pada lead prekordial.
Curigai adanya infark akut bila ada tall-T (infark fase hiperakut) atau T wave inverted (infark
fase akut lanjutan).
Pembesaran Atrium:
Pembesaran Atrium Kiri:
durasi P > 11 detik
gelombang P berlekuk/notched di lead I, II, aVL, disebut P mitral
gelombang P bifasik di lead V1 dengan inversi lebih dominan
Pembesaran Atrium Kanan:
gelombang P tinggi > 2.5 mm di lead II, III, aVF, disebut P pulmonal
gelombang P bifasik di lead V1 dan dominan defleksi positif
Hipertrofi Ventrikel
Hipertrofi Ventrikel Kiri: tinggi gelombang R di aVL ≥ 11 mm, atau tinggi
gelombang R di V5 atau V6 > 27 mm, atau dalamnya gelombang S di V1 + tinggi
gelombang R di V5 atau V6 > 35 mm
Hipertrofi Ventrikel Kanan: deviasi aksis ke kanan, gelombang R tinggi
disertai depresi segment ST dan T terbalik di lead II, III, aVF, atau gelombang R
tinggi di lead V1, rasio R/S > 1 atau durasi R > 0.03 detik
Pacu jantung: adanya spike. Bila ada 1 berarti terpasang di salah satu chamber [atrium kanan
(akan terlihat spike diikuti gelombang P) atau ventrikel kanan (spike diikuti QRS)]. Bisa
terdapat 2 spike bila terpasang di 2 chamber dan berjalan secara simultan menyerupai
fisiologis jantung normal.
Efek Obat Digitalis: adanya depresi segmen ST asimetris berbentuk sekop, pemendekan
interval QT, pemanjangan PR, gelombang T datar atau inverted
Hipokalemia: depresi segmen ST, pemanjangan interval QT, flat-T, serta muncul gelombang
U
Perikarditis: sinus takikardia dengan elevasi segmen ST difus hampir di semua sadapan, dan
ada depresi segmen PR di lead II
Emboli paru akut: adanya hipertrofi ventrikel kanan, adanya pola S1Q3T3 (S lebar di lead I,
adanya gelombang Q dan T inverted di lead III. Sinus takikardia, mungkin ada RAD, RBBB.
Kelainan SSP: kelainan berupa stroke non-hemoragik atau perdarahan subarachnoid, yakni
terdapat sinus bradikardia, inversi gelombang T difus yang dalam dan lebar, gelombang U
menonjol
PPOK: dilatasi atrium kanan dan hipertrofi ventrikel kanan, deviasi aksis ke kanan, kompleks
dengan amplitudo rendah
Kesimpulan: EKG merupakan alat yang sangat baik untuk mendeteksi kelainan jantung.
Kesalahan dalam posisi elektrode dapat menyebabkan kesalahan interpretasi. EKG normal
tidak dapat mengeksklusi penyakit jantung. Tatalaksana penyakit jantung tidak semata
melihat EKG namun lebih melihat kepada tanda dan gejala klinis pasien yang kita hadapi.
KELAINAN JANTUNG
- Tx :
- Lini 1 : Manuver Vagal 10-15 menit (pijat karotis)
Indikasi MV : SVT
Kontraindikasi MV : TIA atau Stroke, ipsilateral caroid stenosis, ipsilateral carotid
bruit.
- Lini 2 : ADENOSIN 6mg/iv → tak respon → 12 mg/IV
Atau → CCB : Verapamil 80-120 mg (3x1) atau Diltiazem 10 mg (3 menit)
Atau → BB
- Lini 3 : bila tidak stabil, ada syok, atau ada nyeri dada, narrow regular →
lakukan KARDIOVERSI 50-100 Joule
Note :
Sediaan : diltiazem 30 mg, verapamil 40-80 mg
ADA 2 GEL. DIANTARA R
SINUS BRADIKARDIA
- Ada 2 gel. diantara R
- Tanda → reguler, jarak antar R > 5 kotak sedang, HR < 60x/m
-
- Tx :
- ATROPIN SULFAT 0,5 mg/IV (diulang 3-5 menit), max: 3 mg
- Atropine tak berhasil → Transcutan packing/infus dopamine/infus epinfrine
-
- Note :
- PEA : (pulseless Electrical Activity) tanpa nadi → RJP + Epinferine
- Sediaan : atropine sulfat 0.25 mg/ml (@1ml)
SINUS TAKIKARDIA
- Ada 2 gel. diantara R.
- Tanda → R-R < 3 kotak sedang, HR > 100x/m
- Tx :
- AMIODARONE 300 mg/IV (10-20 mnit)
- Maintenance : 150mg/iv/Inj II dengan dosis 4 mg/kgbb/8 jam
- Note :
- amiodarone menyebabkan fibrosis paru
- Sediaan : Amiodarone 50 mg/ml (@3ml)
ADA > 3 gel diantara R
ATRIAL FLUTTER
- Tanda → Reguler, Saw Tooth, atrial rate 250-350 bpm
- Tx :
- Lini 1 (stabil) → Bisoprolol 1x5-10 mg (BB Selektif)
Atau Verapamil : 2x40 mg / 1x240 mg
Diltiazem : 3x30 mg/ 1x200 mg
- Lini 2 (tak stabil) → Kardioversi 50-100 Joule
- Note :
- AF + CHF : DIGOXIN 1 x 0,5 mg
- Digoxin → obat aritmia
ATRIAL FIBRILASI
- Tanda → IRREGULER, Gel. P dan T tak terlihat, atrial rate > 350 BPM,
Pulsus deficit : pulsasi Nadi < pulsasi jantung
- Komplikasi : NHS, Strike emboli
- Irreguler
- Torsado de pointes
- Tx :
- Definitif : AMIODARON 300 mg/ Prokianamid 20-50 mg
- Stabil/reguler/ada nadi → VT monomorfik & polimorfik → Kardioversi 100 J
- Tak stabil/irregular/tak ada nadi → Torsado de pointes → Defibrilasi
- Tx :
- DEFIBRILASI → bifasik : 200 joule; Monofasik : 360 Joule
VENTRIKEL EKSTRASISTOL (VES)/PVC
- Akibat ggn elektrolit → ada gel ekg abnormal muncul diekg normal, banyak jenis.
- Tx :
- Lini 1 (stabil) → Bisoprolol 1x5-10 mg (BB Selektif)
- Lini 2 : Verapamil : 2x40 mg / 1x240 mg; Diltiazem : 3x30 mg/ 1x200 mg
- tak stabil → Kardioversi 50-100 Joule
VT/VES : Shock > RJP 1 siklus > Monitor ekg 2 menit > VT + Shock > RJP >
epinferine > amiodarone
ADULT CARDIAC ARREST ALGORTIHM 2018 AHA
GANGGUAN KONDUKSI (Gejala : Shock)
A. INTERVAL PR
- Ggn SA node ke AV node
- Normal Interval PR : 0.12-0.20
b. AV BLOK
- AV BLOK 1
- Ggn dinodus AV (akibat digoxin, ccb, bb)
- Tanda :
- Interval PR panjang (>5 kotak kecil/>0.02 m/s),
- Jarak PR sama panjang antar gel.
- Ada gel. lain diantara PR
- Tx : Observasi
- AV BLOK 2
- Tanda → Drop beat (QRS tiba-tiba hilang)
- Kelainan diserabut purkinje (akibat digoxin, ccb, bb, iskemik, iskemik
LCA)
- Jenis AV BLOK 2 :
- Mobitz 1 (PR memanjang + drop beat)
Tx : OBSERVASI
- Mobitz 2 ( PR sama panjang + drop beat)
Tx : Observasi + Pacemaker
- AV BLOK 3
- Blok total AV-Ventrikel akibat iskemik LCA
- Tanda → AV dislocation, PR jalan masing-masing, tidak berpola
- Tx → PACEMAKER
INTERVAL QRS
- Block Bundle Branch (BBB), QRS melebar
- (ada telinga kelinci, slurred S)
- Tx :
- Ca Glukonas 10 % 20 cc/IV (life saving)
- Insulin regular 10 IU dalam 50 cc D40% + Lanjut infus D5%
- Tx :
- Hiperkalsemia :
- Rehidrasi → Normal Saline 2-4 L/IV
- Furosemide 20-40 mg/IV/Hari
- Hidrokortisone 200 mg 3x1
- Calcitonin 4-8 IU/Kgbb/3x Sehari
- Hipokalsemia :
- Ca Glukonas 10% 20 cc/iv selama 10 menit
MORFOLOGI JANTUNG
- ATRIUM → Lihat GEL P di lead II
- Hipertrofi Atrium Kanan → P pulmonal → P Tinggi
- Klinis → Stenosis tricuspid, Cor Pulmonal kronik
- KRONIK → kaki bengkak, riw. Merokok lama → PPOK, Pembesaran jantung kanan
- EKG → P Pulmonal (P tinggi)
GANGGUAN KATUP
- Stenosis katup atas → Aorta (ICS 2 kanan) dan pulmonal ( ICS 2 kiri) → SISTOL
- Stenosis katup bawah → Trikuspid (ICS 4 parasternal kiri) dan Mitral ICS 5/6
(midclavicular) → DIASTOL.
- Selain dari itu, regurgitasi
- Note :
- Stenosis : tak membuka
- Regurgitasi : tak menutup
- Efek menilai kelianan katup dari EKG
- Stenosis : membesar kebelakang,
- Mitral Stenosis : Atrium kiri, ventrikel kanan
- Regurgitasi : membesar kedepan
- Regurgutasi tricuspid : Atrium kanan, dan ventrikel kanan
- KLASIFIKASI :
- PJK :
▪ Angina pectoris stabil
- Sindrom koroner akut :
▪ Angina pektoris tidak stabil
▪ Infark miokard tanpa ST elevasi
▪ Infark miokard akut dengan ST elevasi
- EKG :
- Sindrome koroner kronis :
▪ deviasi segmen ST/T atau T inversi → iskemia
▪ Q patologis → Nekrosis lama
- Tatalaksana Angina Pectoris :
- UMUM → OANM
- O2 → 4 lpm nasal canul bila sat. <90%
- Aspirin → loading 1x80-160 mg, bisa pakai clopidogrel 1x75 mg (loading
300 mg)→ cpg lebih bagus untuk pasien dengan riw. Penyakit arteri perifer atau
riw. Stroke.
- Nitrat → maksimal 3x5-10 mg → tak membaik → kasih nitrogliserin/IV jalan
di 5 mg/5 menit. (mononitrai 2 x 20 mg)
- Morfin → Inj. 2-4 mg atau Oral 5-10 mg
- Definitif :
- STEMI → reperfusi
- Bila < 90-120 menit → PCI (percutaneous Coronary Intervention) (gold
std)
- Bila < 12 jam → Streptokinase 1.5 jt unit selama 30-60 menit, kalau alergi
→ alteplase 15 mg/bolus/IV (KI : Stroke, perdarahan)
- Bila > 12 jam → Antikoagulan
- NSTEMI → Anti Koagulan (Anti Koagulan) → Fondaparinux 2.5 mg SC;
Enoxaparin 1 mg/kg 2x1
EDEMA PARU → Sesak + Rhonchi
- Radiologi → batwing app/butterfly app, garis kerley
HIPERTENSI
- HT → > 140/90 mmhg
- Klasifikasi Hipertensi :
- HT Primer → tak ada penyebab spesifik. 95% kasus HT
- HT Sekunder → ada penyebab komorbid lain seperti ggn ginjal, ggn obat,
stress akut, kerusakan vascular.
- White Coat HT → TD diklinik > TD dirumah diukur dengan ABPM/HBPM
- Masked HT → TD diklinik < TD dirumah
- HT resisten → TD yang resisten thd pengobatan 3 obat antihipertensi berbeda
golongan dalam dosis maksimal + sdh intervensi gaya hidup.
- Faktor resiko → pria, riw. Merokok, aktivitas fisik yang tinggi, riw. Konsumsi
alkohol, kecemasan, stress, obesitas, CKD, riw. HT
- Klasifikasi TD :
Kategori Sistolik Diastolik
Optimal <120 dan <80
Normal 120-129 Dan/atau 80-84
Normal tinggi 130-130 Dan/atau 85-89
HT grade 1 140-159 Dan/atau 90-99
HT grade 2 160-179 Dan/atau 100-109
HT grade 3 >180 Dan/atau >110
Isolated Systolic HT > 140 dan < 90
- Patogenesis Hipertensi:
- Tekanan darah = cardiac output X tahanan perifer
- Cardiac Output = Stroke volume X denyut jantung
- Stroke volume dipengaruhi kontraktilitas jantung, preload, dan afterload
- Tx Hipertensi :
- Non farmako:
- Intervensi gaya hidup :
▪ Menurunkan BB
▪ Diet rendah garam < 5 gram/hari (tdk lebih 1 sendok per hari)
▪ Hindari alkohol
▪ Olahraga → jalan kaki 30 menit/minggu
▪ Diet buah, sayur, kacang rendah lemak.
- Farmakologis :
- OBAT ANTI HIPERTENSI ORAL :
Lini Pertama :
▪ Thiazide-type diuretic :
• Obat :
o Hidroklortiazid (HCT) : dosis (25-50 mg) (1x1),
sediaan (25 mg)
• KontraIndikasi :
o Absolut → gout
o Relatif → Sindrome metabolik, Intoleransi glukosa,
Hiperkalsemia, Hipokalemia, Kehamilan
▪ ACE-I :
• Obat :
o Captopril → dosis : 12,5 mg-150 mg (2 atau 3x1),
sediaan 12.5, 25 mg, 50 mg
o Lisinopril → dosis: 10-40 mg (1x1), sediaan 5 mg, 10
mg, 20 mg
o Ramipril → dosis: 2.5-10 mg (1 atau 2x1), sediaan 2.5
mg, 5 mg, 10 mg
• Kontraindikasi :
o Absolut → Kehamilan, Edema, Hiperkalemia (Kalium
> 5.5 mEq/L), Stenosis Arteri renalis bilateral, ggn fx
ginjal
o Relatif → wanita subur usia produktif
▪ ARB :
• Obat :
o Candesartan → dosis: 8-32 mg (1x1), Sediaan 8 mg,
16 mg
o Valsartan → dosis : 80-320 mg (1x1), sediaan 80 mg,
160 mg
• Kontraindikasi :
o Kontraindikasi :
▪ Absolut → kehamilan, hiperkalemia (> 5.5
mEq/L), stenosis arteri renalis bilateral
▪ Relatif → wanita subur usia produktif
▪ CCB Dihidropiridine :
• Obat :
o Amlodipin → dosis : 2.5-10 mg (1x1), sediaan 5 mg,
10 mg
o Nifedipin OROS → dosis : 30-90 mg (1x1), sediaan 30
mg
o Nifedipine → dosis : 3x10 mg UNTUK IBU HAMIL
• Kontraindikasi :
o Relatif → Takiaritmia, gagal jantung, edema tungkai
berat
▪ CCB Non-dihidropiridine :
• Obat :
o Diltiazem SR → dosis : 20-80 mg (2x1)
o Diltiazem CD → dosis : 100-200 (1x1)
o Verapamil SR → dosis : 120-480 mh (1 atau 2x1)
• Kontraindikasi :
o Absolut → gangguan ventrikel kiri, bradikardi, SA/AV
blok
o Relatif → Konstipasi
- Lini kedua
▪ Loop Diuretik
• Obat :
o Furosemide → dosis : 20-80mg (2x40 mg), sediaan
ampul 2 mg/2 ml, tab 40 mg
▪ Diuretik antagonis aldosteron
• Obat :
o Spironolakton → dosis : 25-100 mg (1x1), sediaan : 25
mg, 100 mg
▪ Betablocker :
• Kardioselektif :
o Bisoprolol (concor)→ dosis : 2.5-10 mg (1x1), sediaan
: 2.5 mg, 5 mg, 10 mg
• Non-Kardioselektif :
o Propanolol IR → 160-480 mg (2x1)
o Propnolol LA → 80-320 mg (1x1)
o Sediaan 10, 40 mg
▪ Alfa-1 blocker :
• Obat :
o Terazosin → dosis : 1-20 mg (1-2x1)
▪ Agonis alfa 2 sentral :
• Obat :
o Metildopa → dosis : 250-1000 mg (2x1), sediaan 250
mg
KRISIS HIPERTENSI
- Urgensi (180/120) → tanpa organ damage, mual, muntah, nyeri kepala
- Tx → Captopril SL 25 mg (max 50 mg)
- Emergensi → (220/110) ada organ damage
- Tx →
- Nitroprusside :
• inisial : 0,3 ug/kg/menit (10 menit)
• Biasa = 2-4 ug/kg/menit (10 menit)
• Max = 10 ug/kg/menit (10 menit)
- Nicardipine 0.5-0.6 mcg/KgBB/Menit/IV
• Awal : 5 mg/jam
• Titrasi : 2.5 mg/jam
• Max : 15 mg/jam
- Nitrogliserin :
• Inisial : 5 ug/menit
• Titrasi : 5 ug/menit tiap interval 3-5 menit sampai 20 ug/menit
- Diltiazem 5-15 mcg/KgBB/Menit
- Tak boleh diturunkan > 25% MAP
INFEKSI KARDIO
- PERIKARDITIS
- Gejala → Nyeri dada, memberat saat supinasi
- EKG → ST ELEVASI semua lead + Pleural friction (nyeri saat Tarik napas)
- MYOCARDITIS
- Gejala → Nyeri dada, gejala CHF, mati tiba-tiba pada remaja akibat infeksi
cornibacterium
- EKG → ST ELEVASI semua lead
- ENDOKARDITIS
- Demam rematik → bila ASTO (+) = Steptococcus grup A (rx hipersenstivitas tipe
3)
- Kriteria Jones → ASTO (+) + 2 mayor atau 1 mayor 2 minor
ACLS
Etiologi :
- Trombosis koroner
- Robekan plak
- Spasme arteri koroner
Patofisiologi :
- Formasi plak dini → formasi plak signifikan → robekan dan thromus →
sumbatan
▪ Sumbatan komplit → STEMI → ↑ Ckmb/Troponin → thrombus
platelet fibrin
▪ Sumbatan Parsial → APS → Troponin bisa ↑ atau normal → thrombus
putih
Faktor Resiko :
- Merokok,
- HT, DM, Dislipdemia
- Riw. Keluarga, PJK premature
- Hati-hati dengan angina ekuivalen atipikal pada pasien DM, geriatri, wanita
1. Perkenalkan diri
2. Cek saturasi :
▪ sat. >94% → Nasal Canul
▪ sat. < 94% → Sungkup
▪ sat. < 90% → NRM
3. pasang Infus → normal saline
4. pasang Monitor → pantau TD dan nadi
5. pasang EKG → pantau LEAD II panjang → cth : sinus takikardi, curiga ST
elevasi
6. Anamnesis → OPQRST
▪ Onset → sejak kapan?
▪ Provacation → penyebab nyeri?
▪ Quality → kualitas nyeri ? seperti tertindih benda berat, nyeri seperti
dirobek?
▪ Radiation → nyeri menjalar kebahu lengan kiri, leher, perut.
Keringat dingin, mual, muntah, riw, pingsan, perasaan melayang.
▪ Scale → skala nyeri ?
▪ Time → < 12 jam atau > 12 jam → menentukan terapi
• Riw. Berbaring lama, riw. Op tulang belakang,
Riw. Trauma thorax, Riw. Penyakit paru lama.
• Perhatikan DD :
o Diseksi aorta, emboli paru akut, tamponade jantung,
tension pneumothorax, pericarditis, gerd.
7. Pemeriksaan fisik singkat → untuk lihat adanya komplikasi acs dan singkirkan
diagnosis banding
Cara lakukan pemfis singkat
▪ Auskultasi paru → rh atau wheezing
▪ Auskultasi jantung → murmur, gallop
- O2 :
▪ sat. >94% → Nasal Canul
▪ sat. < 94% → Sungkup
▪ sat. < 90% → NRM
- Morfin Sulfat :
▪ Efek samping → depresi napas, hipotensi
▪ Syarat pemberian morfin sulfat :
• TD stabil → sistol tidak boleh < 90 mmhg
• RR → tidak boleh < 8x/m
• Siapkan resusitasi kit dan naloxone sbg antidotum
▪ Cara pemberian : (1 amp (1ml/1mg))
• Morfin 1amp + 10cc D5% → bolus lambat
• Bisa diulang 2x per 5 menit
- Pantau perubahan gejala
- ST DEPRESI
▪ Bila iskemik, bila ada gejala acs
▪ Pertimbangkan hasil troponin bila :
• Nyeri dada iskemik refrakter
• Deviasi segmen ST rekuren/persisten
• VT
• Hemodinamik tidak stabil
▪ Tanda gagal jantung → mulai tatalaksana tambahan → nitrogliserin,
heparin sesuai indikasi
ALGORITMA ACS
Cek ABC :
- Airway = Bebaskan jalan napas, bila ada cairan, suction.
- Breathing = Cek saturasi, Beri Oksigen
- Circulation = cek TD, N, CRT, Monitor/EKG
Diagnosa : ACS
STEMI
NSTEMI ACS Resiko rendah
(ST elevasi 2 sandapan)
Observasi-Monitor
>12JAM Cek Troponin ↑
Rawat ICVCU
Reperfusi :
- Fibrinolitik : Streptokinase 1.5 Juta + diencerkan 100cc Nacl 0.9% (30-60 menit)
Kontraindikasi Fibrinolitik :
o Riw. Stroke > 3 jam sampai < 3 bulan
o Head Trauma/Pembedahan < 3 bulan
o Tumor Intracranial
o Active internal bleeding
o Diseksi Aorta
- Definisi : Cairan interstitial paru ke aveolar karena kelebihan kapasitasi, akibat ggn
drainase darah ke vena pulmonal → pengaruhi tekanan hidrostatik dan limfa
- Patofisiologi :
- Gangguan beban pengisian (preload) dan beban pengosongan (afterload)
karena gagal kompensasi cardiovascular → sehingga terjadi penumpukan
darah diluar jatung kiri dan vascular paru (bendungan vascular) → Terjadi
ekstravasasi ke jar. Intertitial dan alveoli.
1. Perkenalkan diri
2. Cek saturasi :
▪ sat. >94% → Nasal Canul
▪ sat. < 94% → Sungkup
▪ sat. < 90% → NRM 15 LPM
3. pasang Infus → normal saline
4. pasang Monitor → pantau TD dan nadi
5. pasang EKG → lead II panjang
6. Posisikan pasien → Setengah duduk
7. Pemfis →
▪ Rh basah, wheezing,
▪ suara jantung → susah dievaluasi
8. Diagnosa → Edema paru akut
9. Pem. Lab bila memungkinkan : AGD, Ro Thorax
10. Tatalaksana :
- Lini pertama :
▪ NITRAT :
• ISDN 5 mg SL, atau
• nitrogliserin 400-500 mcg/SL → rasa odol
• Pastikan tidak ada kontraindikasi sebelum pemberian nitrat
o Hipotensi → sistol < 90 mmhg
o Bradikardia (<50x/m); Takikardia (>150x/m)
o Infark Ventrikel kiri
o Riw. Penggunaan :
▪ Sildenafil 24 jam terakhir
▪ Tadalafil 48 jam terakhir
• Bila masih sesak → bisa diulangi Max. 3x per 5 menit
• Bila masih sesak lagi → Furosemide
▪ FUROSEMIDE :
• Beri FUROSEMIDE : 0.5-1 mg/kgbb/bolus (1-2 menit)
o Bila tdk respon → 2 mg/kgbb/bolus
o Bisa diulang 2x
o Pasang kateter urin
o Bila masih sesak → MORFIN SULFAT
▪ MORFIN SULFAT :
• Efek samping → depresi napas, hipotensi
• Syarat pemberian morfin sulfat :
o TD stabil → sistol tidak boleh < 90 mmhg
o RR → tidak boleh < 8x/m
• Siapkan resusitasi kit dan naloxone sbg antidotum
• Berikan MORFIN SULFAT : 2 mg/2 amp + D5% 10 cc → bolus
lambat
• Evaluasi per 5 menit
• Bisa diulang 2x
• Bila MORFIN gagal → Lini Kedua
- Lini Kedua
▪ Bila TD normal/Tinggi :
• Nitrogliserin/IV → 10-20 ug/menit (max. 200 ug/menit)
• ISDN/IV → 1 mg/jam (max 10 mg/jam)+ 50 cc D5% atau Nacl
0.9% → bisa uptitrasi hingga sesak berkurang, hipotensi, atau dosis
max tercapai
▪ Bila TD turun :
• Dopamin → 2-20 ug/kgbb/menit/iv
• Dobutamin → 2-20 ug/kgbb/menit/iv
▪ Bila lini kedua tidak berhasil → Lini ketiga
- Lini ketiga
▪ Rencanakan monitor, tindakan invasif arterial line, CVF,ABP, PCI, swan
ganz, bedah pintas coroner
▪ Rujuk ke faskes yang memadai
ALGORITMA EDEMA PARU AKUT, SYOK, HIPOTENSI
Vasopressor :
- TD < 70 dgn syok = Norepinefrine 0.1-0.5 ug/kgbb/menit/IV
- TD 70-100 dgn syok = Dopamine 2-20 ug/kgbb/menit/IV
- TD 70-100 tanpa Syok = Dobutamine 2-20 ug/kgbb/menit/IV
ALGORITMA EDEMA PARU
Lini Pertama
- Pasang O2, Intubasi bila perlu (<85%)
- Beri Nitrat :
o ISDN 5 mg/SL (max.3x per 5 menit), atau
o Nitrogliserin 300-400 ug
o Perhatikan Kontraindikasi nitrat :
▪ Hipotensi ( Sistol < 90)
▪ Takikardia/bradikardia
▪ Tidak dalam menggunakan sildenafil (24 jam), tadalafil (48 jam)
▪ Tidak ada infark left ventrikel
- Beri Furosemide :
o 0.5-1 mg/kgbb/bolus (bila TD > 90 mmhg)
o Bila tidak respon, tingkatkan dosis 2 mg.kgbb/IV (1-2 menit)
o Bisa diulang 2x
o Pasang kateter
- Bila masih sesak, beri Morfin :
o 2-4 mg/IV (10 mg/1 amp, encerkan D5% 10 cc, bolus pelan)
o Evaluasi 5 menit
o Bisa diulang 2x
▪ Sedia resusitasi kit dan naloxone saat pemberian morfin, sebabkan
hipotensi dan distress napas
▪ Kontraindikasi :
• RR < 8x/m
• TD < 90 mmhg
Lini Kedua
Bila stabil (TD normal/Tinggi), berikan :
- Nitrogliserin/IV = 10-20 ug/menit dalam D5% 50 cc
(max 200 ug/menit)
- ISDN/IV = 1 mg/jam dalam D5% 50 cc (max. 10
mg/jam)
- Klasifikasi Takikardia :
- Takikardia QRS sempit (qrs <0.12 detik)
▪ Teratur (reguler) :
• sinus takikardi, P-SVT, Atrial flutter,
• atrial takikardia, Junctional takikardia
▪ Tidak teratur (ireguler) :
• Atrial Fibrilasi, Multifocal atrial takikardia
- Takikardia QRS lebar (qrs >0.12 detik)
▪ Teratur (reguler) : VT monomorfik, SVT aberans
▪ Tidak teratur ireguler : VT polimorfik, Atrial fibrilasi aberans
• Perkenalkan diri
• Tanyakan keluhan?
- Onset keluhan
- Penyebab keluhan
- Ada nyeri dada?
• Cek saturasi → pasang O2
- sat. >94% → Nasal Canul
- sat. < 94% → Sungkup
- sat. < 90% → NRM
• Cek tensi dan nadi
• Pasang monitor dan EKG lead II panjang
- cth kasus : takikardia qrs sempit, reguler → SVT
• Cek tanda stabil
- Hipotensi
- Ggn kesadaran akut
- Nyeri dada
- Gagal jantung
- Akral dingin
Yang ditanyakan cek tanda stabil :
- Sesak, nyeri dada, berdebar, akral dingin
- Evaluasi TD, N, EKG
• Pemeriksaan fisik (singkat terarah)
- Cek suara napas → rh, wh
- Cek suara jantung → reguler, ireguler, murmur, gallop → di 4 posisi
- Cek akral
• Diagnosa → kasus : takikardia qrs sempit + reguler + hemodinamik stabil → SVT
• Pasang EKG 12 lead dan IV line (vena brachial)
• Tatalaksana :
- Vagal manuver → pijar sinus carotis
▪ Indikasi vagala manuver → takikardi qrs sempit reguler
▪ Kontraindikasi :
• Riw. Infark miokard, VF, VT
• Bruit carotis
• Riw. TIA/Stroke 3 bulan terakhir
▪ Sebelum lakukan pijat carotis, tanyakan :
• Riw. Serangan, henti, pijat jantung
• Riw. Kejut listrik jantung
• Riw. Stroke
• Cek bruit carotis kanan dan kiri
▪ Cara lakukan vagal manuver/pijat carotis :
• Pastikan terpasang monitor ekg
• Posisi pasien terlentang, kepala ekstensi menghadap kontralateral dari
sisi yang akan dipijat
• Cari titik a.carotis kiri/kanan dileher setinggi mungkin
• Pijar a.carotis → gerakan memutar sirkular 5-10 detik, perhatikan
monitor
• Bila tidak berhasil → ulangi disisi sebelahnya
• Evaluasi tensi dan keluhan? Nyeri dada atau sesak napas
• Bila manuver vagal gagal → berikan Adenosin
MEGACODE BRADIKARDIA
• Kasus : Laki-laki 40 thn, Nyeri dada.
• Perkenalkan diri
• Cek saturasi → pasang O2
- sat. >94% → Nasal Canul
- sat. < 94% → Sungkup
- sat. < 90% → NRM
• Cek tensi dan nadi
• Pasang monitor dan EKG lead II panjang
• Cek tanda stabil
- Hipotensi
- Ggn kesadaran akut
- Nyeri dada
- Gagal jantung
- Akral dingin
Yang ditanyakan cek tanda stabil :
- Sesak, nyeri dada, berdebar, akral dingin
- Evaluasi TD, N, EKG
- Definisi : Kondisi tidak ada aktivitas listrik jantung, nadi tidak teraba
- Dosis SC shock
▪ Bifasik : 120-200 joule
▪ Monofasik : 360 joule
- Kasus : laki-laki 60 thn, rujukan pkm, datang dengan diagnosis STEMI ANTERIOR,
Onset 1 jam, datang ke IGD dengan kondisi gelisah.
Saat diperiks, pasien tiba-tiba kejang dan tidak sadarkan diri.
MEGACODE ASISTOL
• Kasus : pasien observasi IGD alami penurunan kesadaran, sdh terpasang IV line,
Monitro ekg menunjukan asistol
Henti Jantung
- Cek respon
- Aktifkan code blue/call 119
- Cek nadi 10 detik
- RJP (2 menit/sampai bantuan datang)
- Pasang O2, Monitor/Defibrilator
- Lanjut RJP
- Lanjut RJP 2 menit - Siapkan shock ketiga
- Pasang IV line - Shock !!!
VF atau VT tanpa nadi
- RJP 2 menit
- Epinefrine 1 mg/iv flush 20 cc nacl 0.9%, Tangan pasien diangkat
- Pertimbangkan pasang ETT bila belum terpasang
- Bila ett telah terpasang, cek 5 posisi, ETT dan RJP jalan masing-masing
- RJP 2 menit
- Atasi penyebab reversibel (5W,5T)
MEGACODE ROSC
• Kasus : laki-laki 60 thn, rujukan pkm dengan diagnosis STEMI ANTERIOR, onset 1
jam, sempat henti jantung, sekarang dalam keadaan ROSC
1. Airway :
• cek sumbatan jalan napas (suction)
• intubasi → untuk pasien yang tidak sadar → cek kembali intubasi apakah
terpasang dengan baik?
2. Breathing :
• cek napas spontan dan adekuat
• cek saturasi → target > 94%
• lanjut ventilasi 10-12x/m
• pasang capnography bila perlu
3. Circulation :
• Cek kesadaran, TTV, irama jantung
• Bila ada masalah hemodinamik → cek masalah diirama, volume, atau pompa.
• Bila syok :
• fluid challenge 2-4 cc/kgbb selama 10 menit
• pasang kateter urin → balance cairan
• evaluasi setelah 10 menit
• bila :
• TD ↑, N ↓ → beri cairan 500 cc dalam 1 jam
• TD n, N n → ulangi fluid challenge 4 cc/kgbb/10 menit
• TD ↓, N ↑ → masalah pompa (kardiogenik), stop fluid challenge
4. Bila TD ↓ → cek akral
• Beri :
• Dobutamin : 2 ug/kgbb/menit; kemudian up titrasi sampe MAP 65
5. Evaluasi TD
6. bila tensi turun → naikan dobutamin drips : 5 ug/kgbb/menit
7. Evaluasi kembali TD
8. Bila tensi naik → pertahankan dosis dobutamin
9. Konsul Sp.JP untuk pemasangan PCI
10. Cek suhu
11. Cek ekg 12 lead
12. Fotothorax portable, AGD, elektrolit
13. Cek kesadaran
14. Bila kesadaran bagus → pindahkan pasien ke ICVCU untuk PCI
15. Bila kesadaran tidak bagus → targeted temperature management
• Targeted temperature management → dilakukan diICVCU
• Kurangi hipoksia dengan cara buat pasien jadi hipotermia
• Suhu : 32-36OC selama 24 jam
• Naikan 0.25OC/Jam sampai normotermia
SKILLS
BHD diluar RS
1. Amankan lokasi, tempat pasien ditempat yang datar
2. Cek respon dan kesadaran
3. Panggil bantuan → call 119
4. Cek nadi 10 detik di a.carotis
• Bila tidak ada nadi → lepas baju pasien → RJP:VTP (30:2)
• Saat RJP perhatikan
• posisi kompresi ditulang dada setengah bagian bawah
• perhatikan posisi tubuh penolong
• perhatikan high quality cpr
• Kec. 100-120x/m
• Kedalaman 5-6 cm
• Complete chest recoil
• Minimal interuption
5. Bila tidak ada barrier mouth to mouth → RJP saja
6. Bila bantuan datang → stop cpr, switch position, cek nadi
7. Bila tidak ada nadi, tidak ada napas → lanjut RJP:VTP (30:2) 2 menit/5 siklus
8. Bila ada nadi dan napas → recovery position
BHD diRS
1. Amankan lokasi, tempat pasien ditempat yang datar
2. Cek respon dan kesadaran (rangsang taktil)
3. aktifkan code blue
4. Cek nadi 10 detik di a.femoralis atau a. brachialis
• Bila tidak ada nadi → lepas baju pasien → RJP:VTP selama 2 menit/5 siklus
• Saat RJP perhatikan
• Teknik kompresi 2 jari, kedalaman 4-5 cm
• Bila 1 penolong → (30:2)
• Bila 2 penolong → (15:2)
• Saat VTP perhatikan : head tilt, chin lift, C-E Clamp
5. Setelah RJP 2 menit/5 sklus → Stop RJP, cek nadi
6. Lanjutkan RJP sampai defibrilator datang untuk lanjutkan bantuan hidup lanjutan
SUMBATAN JALAN NAPAS DEWASA
• Kasus : Tersedak
AED
1. RJP
2. Pasang AED
3. Ikuti instruksi AED
4. Stop RJP
5. Analisa irama
6. Charging, Shock !!!
7. RJP ulang, 2 menit/5 siklus → stop RJP, cek nadi
8. Bila bantuan datang → biarkan diambil alih
9. Lanjutkan proses chain of survival → rujuk pasien dan perawatan pasca henti jantung
PENYAKIT PEMBULUH DARAH
ARTERI
- Gold Std → Angiografi
- Sederhana → Ankle brachial index. TD tangan/Kaki
VENA
- Chronic Vena Insufiensi
- Gejala → Riw. Berdiri lama, nyeri neuropati,hiperpigmentasi kulit, vena
kako menonjol (varises)
- Pemfis
▪ PERTHEST : Varises tidak ada, kemudian ada
▪ BRODIE TREDELENBURG : Varises ada, kemudian ada makin jelas
- Tx :
▪ Awal → Stocking compression atau injeksi sclerotherapy
▪ Definitif → Striping Vena
- Deep Vein Thrombosis (DVT)
- Gejala → Riw. Duduk lama, imobilisasi lama, ibu hamil, riw. Minum KB,
obesitas
- Ulkus Varicosum
- Gejala → CVI + DVT + ada luka/ulkus
- Jenis :
▪ Arteria Ulcer : Riw. PAD, tidak nyeri, nadi lemah, eksudat sedikit,
deep/punchout margin
▪ Venous Ulcer : Riw. DVT/CVI, nyeri, eksudat banyak margins flat,
deposit hemosiderin
▪ Trophycum Ulcer : Trauma, infeksi bakteri, vesikel pecah jadi ulkus
- Thrombophlebitis
- Gejala → Riw.pasang infus + ada bekuan darah karena inflamasi
- Tx → Simptomatik : NSAID, Compression stocking, antikoagulan
- Tamponade Jantung/Efusi Perikard
- Gejala → TRIAS BECK (Muffle heart sound (suara jantung menjauh), Syok
(TD menurun), JVP meningkat) + Nadi : pulseless alternans
- EKG → Low voltage
- Tx → Pericardiosintesis (guide dgn EKG atau USG) → bila tak berhasil →
Thoracotomy
- Kardiomiopati
- Hipertrofi Jantung (jantung membesar)
- Dilatasi → disfungsi sistol
- Restriksi
HEMATOLOGI
Morfologi RBC
- UKURAN RBC → MCV: 80-96 fl : Makrositik, Normositik, Mikrositik
- WARNA RBC → MCH : 27-32 pg, MCHC : 32-36 % : Normokrom, hipokrom
PERDARAHAN
- Gejala → KU pucat + semua profil darah ↓
- Tx → Tranfusi RBC
- Transfusi = (Hb seharusnya-Hb saat ini) x 3 x BB
- ANEMIA HEMOLITIK
- Gejala → Anemia + Ikterus + Hepatosplenomegali + Retikulosit ↑
- Jenis AH :
▪ Anemia Hemolitik Auto Imun (AHAI) → COOMB TEST (+)
• Sferosit (+) : IgM (Cold AHAI)
• Sferosit (-) : IgG (Hot AHAI)
▪ Anemia Hemolitik Non Imun (AHNI) → COOMB TEST (-)
• Contoh penyakit AHNI :
o Thalasemia, malaria,
o Anemia Def G6PD → HEINZ BODY/BITE CELL →
Akibat penggunaan primakuin, kotrimoksazol
- Tx → Kortikosteroid IV + Transfusi Washed red cell (bila hb < 4) →
Splenektomi
- Px → Analisa darah tepi : Sel Pensil (+) (Gold std); DR ( MCV ↓. MCHC
↓), Serum iron ↓, Fe2+ ↓, TIBC ↑ (Total Iron Binding Capacity)
- Tx :
▪ Edukasi → Hindari Susu, Teh, Antasida
▪ Hb>8 : Obat saja
▪ Pilihan Obat : Sulfat Ferous 20% 325 mg (3x1) (65 mg besi) + VIT
C 2x1
▪ Diminum 2-3 bulan setelah HB normal (kembalikan cadangan
besi)
▪ Hb 7-8 :
• Tanpa gejala : Obat saja
o Ada gejala : Obat + Transfusi
o Hb < 7 : TRANSFUSI
- THALASEMIA → ggn rantai globin autosomal
- Gejala → Anemia + facies coley + ikterus + organomegali
Facies coley terjadi akibat banyak zat besi (tulang pipi menonjol, hidung
masuk, hemosiderosis (kulit coklat)).
- Penunjang →:
▪ Apusan darah tepi (MCV dan MCH menurun, Sel target dan sel
tear)
▪ Elektroforesis HB → Gold std
- Tx → Transfusi PRC Seumur Hidup (berkala); Deferoxamin (buang agen
zat besi dari tubuh)
▪ DEWASA → Mieloid
• Akut : AML (acute mieloid leukemia) → Auer rods/auer
body (+)
GANGGUAN PERDARAHAN
c. Gangguan Koagulan
- Gejala → ekimosis (lebam-lebam) biasa ukurannya > 4 mm
- Lab → PT (ekstrinsik) dan aPTT (intrinsik) memanjang
- Ekstrinsik (PT) : faktor 2 aktifkan faktor 7 → calcium → faktor 10,5 dan faktor 3 →
fibrinogen → fibrin
- Intrinsik (aPTT) : 12-12a → 11-11a → 9-9a → 8-8a → calcium → faktor 10.5 dan
faktor 3 → fibrinogen → fibrin
- Jenis penyakit gangguan koagulan :
OBSTETRI
a. ABORTUS
- ancaman/pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup diluar
kandungan (< 20 mgg atau berat janin < 500 gram)
- Jenis Abortus
▪ Abortus spontan → abortus berlangsung tanpa tindakan/intervensi
▪ Abortus provokatus → abortus dilakukan sengaja dengan adanya
tindakan
▪ Abortus provokatus medisinalis → berdasarkan pertimbangan dokter
atas dasar keselamatan ibu. Pertimbangan dilakukan minimal 3 orang
dokter (interna, obgyn, Jiwa, dan bila perlu tokoh agama terkait).
▪ Abortus provokatus Kriminalis → sengaja mengugurkan kandungan
→ pembunuhan → tindakan kriminal
▪ Abortus Habitualis → terjadi berulang 3x berturut-turut.
▪ Tx :
• Observasi perdarahan
• Tirah baring → kurangi aktivitas selama kehamilan
• Obat spasmolitik → SPASMINAL (Metamizole Na 500 mg,
belladonna extr 10 mg, papaverine HCl 25 mg) 3x1;
• PAPAVERIN HCL 40 mg (3x1)
• Tablet progesteron 100 mg (1x1) (max. 2x1)
• Dipulangkan bila perdarahan berhenti dan tidak boleh
berhubungan seksual selama 2 minggu
▪ Tx dilapangan :
• Observasi perdarahan
• Tirah baring
• SF 3x625 mg
• Vit C 1x1
• Utrogestan 3x100 mg
• Bila anemia dan ada gejala klinis, pertimbangkan rujuk
• Perdarahan banyak, rujuk
• Perdarahan sedikit, pulangkan
Abortus Inkomplit
▪ Tanda → PPV, sebagian hasil konsepsi sudah diluar cavum uteri,
sebagannya lagi masih tertinggal didalam, ada riw. Keluar jaringan,
OUI membuka.
Abortus Komplit
▪ Tanda → Seluruh hasil konsepsi telah keluar dari cavum uteri (uk <
20 mgg atau BJ < 500 gram), OUI menutup, uterus mengecil
▪ Px → Bcg : tetap (+) sampi 7-10 hari post abortus, USG
▪ Tx →
• Observasi keadaan ibu (KU, TTV, perdarahan, perburukan),
• tawarkan pemasangan kontrasepsi,
• bila anemia → beri tablet SF 600 mg (1x1) selama 2 minggu,
anemia berat → transfusi.
• Evaluasi keadaan ibu setelah 2 minggu
▪ Tx dilapangan :
• Evaluasi perdarahan
• Evaluasi anemia, bila berat dan ada gejala klinis, rujuk
• Bila anemia ringan sedang, Beri SF 600 mg (1x1)
Missed Abortion
▪ Tanda → embrio/fetus meninggal di uk < 20 mgg dan fetus
tertahan didalam kandungan. Tidak ada keluhan, pertumbuhan
kehamilan tidak sesuai uk. Di uk 14-20 mgg dirasakan rahim justru
semakin mengecil
▪ Px → Hcg (-) setelah 1 mgg abortus
NB
• kalau > 20 minggu → IUFD
• biasa diawali abortus iminens → tp pertumbuhan janin
terhambat
• bila missed abortion berlangsung > 4 mgg → hati hati ada
hipofibrinogenemia → cek koagulasi sebelum tindakan
evakuasi dan kuretase
▪ Tx :
• UK < 12 mgg, serviks memungkinkan → Kuretase/AVM
• UK > 12 mgg-20 mgg, serviks kaku → induksi (oksitosin 10
IU dalam 500 cc cairan kec. 20 tpm, dapat diulangi sampai 50
IU (5 ampul)) → bila tak berhasil, coba istirahatkan sehari dan
induksi kembali → bisa dilakukan berulang sampai 3x → bila
berhasil → bersihkan dengan kuretase
• Bisa jadi pilihan → protstaglandin sintesis → Mesoprostol
SL 400 mg,bisa diulang 2x jarak 6 jam → kuretase.
• Transfusi bila perlu → hipofibrinogenemia
• Post kuret → oksitosin dan Antibiotik (ceftriaxone)
▪ Tx Lapangan :
• Evaluasi gejala klinis
• Infus
• Rujuk untuk kuretase
- Klasifikasi abortus lainnya
Abortus Habitualis
▪ Abortus spontan terjadi 3x berturut
reaksi antigen limfosit trofoblast cross reaktif → reaksi rendah →
terjadi abortus → tx : transfusi leukosit atau heparin
▪ Inkompetensi serviks → tidak bisa menahan beban biasa akibat
trauma diserviks → pasang cincin pesarium diusia 12-14 mgg → saat
kehamilan aterm, cincin dibuka → persalinan
Abortus septik
▪ Abortus disertai infeksi (biasa digenitalia dan peritoneum)
▪ Gejala → demam tinggi, lelah, menggigil, ppv berbau, nyeri tekan,
TD menurun
▪ Lab → DR (leukositosis)
▪ Tx → antibiotik, kuretase (+ oksitosin) setelah 6 jam pemberian
antibiotik
• Antibiotik (diberikan sampai 2 hari bebas demam, bila tak ada
perubahan, ganti AB)
o Penisilin 4 x 1.2 juta unit atau
o Ampisilin 4x1 gram + gentamisin 2 x 80 mg
o Metronidazol 2 x 1 gram
o Setelah itu diberikan AB sesuai hasil kultur
• Bila curiga tetanus, injeksi ATS
• Bila perburukan → pertimbangkan histerektomi
Blighted ovum/ kehamilan amebrionik
▪ Kehamilan tanpa mudigah, tapi kantong gestasi terbentuk, biasa di
uk7-8 mgg
▪ Kehamilan akan berkembang terus walau tak ada mudigah, di uk 14-16
mgg akan abortus spontan
▪ Penunjang → USG Kehamilan (gold std)
▪ Tx → Kuretase
b. KEHAMILAN EKTOPIK
- Kehamilan dimana pertumbuhan sel telur yang telah dibuahi tidak menempel
didinding endometrium cavum uteri.
- Paling sering di tuba fallopi (95%)
- Bila tempat nidasi tidak bisa menyesuaikan diri dengan besarnya buah
kehamilan → terjadi ruptur → KET
- Lokasi terjadinya KE :
▪ Tuba (95%) → Pars Ampullaris (55%), Pars Ismika (25%), Pars
Fimbriae (17%), Pars Interstitial (2%).
▪ Tempat lain → Serviks, ovarium, Abdominal (awalnya kehamilan
tuba → abortus → meluncur keabdomen lewat ostium tuba pars
abdomimal → reimplantasi dicavum abdomen → biasa dimesenterium,
mesovarium, omentum)
▪ Intraligamenter → sedikit
▪ Heterotopik → 1 janin dicavum uteri, 1 janin lainnya Kehamilan
ektopik
- KE bilateral
c. MOLAHIDATIDOSA
- Kehamilan yang berkembang tidak wajar, Tinggi Fundus uteri > UK, vili
korialis berubah menjadi degenerasi hidropik.
- Gelembung putih, berisi cairan jernih, ukuran bervariasi 1-2 mm
- Gambaran histopatologi → edema stroma, profilerasi sel-sel trofoblast
- Tanda → Amenorea, PPV, uterus > UK, tidak ada teraba janin, djj (-),
biasa pada trimester kedua.
- Penunjang → Hcg darau atau urin (+), USG kehamilan → snow flake
pattern/honey comb app.
- Tx :
- Mola harus dirujuk ke faskes lanjutan!!!
- Perbaiki KU → ABC, Infus cairan cegah syok, transfusi bila perlu, terapi
simptomatik (as. Tranexamat, ondacetron, analgetik)
- Keluarkan jaringan mola :
▪ Vakum kuretase → dilakukan tanpa pembiusan + uterotonik
(oksitosin) → lanjutkan kuretase sendok tumpul → dilakukan sampai
bersih (saat kuret perlu sediakan persiapan darah)
▪ Histerektomi → dilakukan bila cukup umur dan cukup mempunyai
anak. Usia tua menyebabkan keganasan ( 35 tahun dan anak 3) →
cegah koriokarsinoma
▪ AVM (aspirasi vakum manual) + oksitosin 10 IU dalam 500 cc
RL/NaCl 0.9% kec. 40-60 tpm
- Setelah dilakukan semua tindakan → observasi perdarahan → pulang
- Lakukan observasi HCG 2 minggu kemudian
- Bila hasil hcg tetap atau meningkat/ HCG urin menetap selama 8 mgg →
rujuk ke RS tersier → kemoterapi
- Tatalaksana umum :
▪ Infus RL dan NaCl,asam tranexamat,
AB,deksa (terminasi), transfusi/SF + Vit C
▪ Bila perdarahan banyak → terminasi dan sc cito tanpa memandang
UK
▪ Bila perdarahan sedikit → observasi, boleh plg, terapi ekpektatif
▪ Syarat terapi ekspektatif :
• Kehamilan pre-term, perdarahan sedikit dan berhenti dengan
atau tanpa pengobatan tokolitik
• Belum ada tanda inpartu
• Keadaan umum ibu cukup baik (Hb normal)
• Janin masih hidup dan kondisi baik
- Tatalaksana khusus :
▪ Konservatif :
• Rawat inap, tirah baring, AB profilaksis
▪ USG → periksa letak plasenta
▪ Bila ada kontraksi → berikan tokolitik :
• MgO4 4 g IV (awal) → lanjut 4 gram/6jam atau,
• Nifedipine 3x20 mg/hari
• (+ deksametason 6 mg/IV)
• SF 60 mg selama 1 bulan, bila anemia berat → transfusi
• Vit C, asam tranexamat
▪ Bila perdarahan berhenti dan waktu 37 minggu masih lama → boleh
dipulangkan namun bila ada perdarahan segera kembali
- Khusus :
▪ Terminasi kehamilan → syarat harus cukup bulan, perdarahan aktif.
▪ SC cito/persalinan
b. VASA PERVIA
- Pembuluh darah janin berada didalam selaput ketuban dan melewati
OUI → bahaya perdarahan saat pembukaan serviks → perdarahan akut yang
banyak.
d. RUPTUR UTERI
- Robekan pada rahim dimana terjadi hubungan langsung antara rongga amnion
dan rongga peritoneum
- Tanda → anemia, perburukan KU, syok, nyeri abdomen, djj (-)/gawat janin,
kekuatan his menurun
- Penunjang → USG
- Tx :
▪ Perbaki KU, Infus RL/NaCl 0.9% untuk atasi syok, transfusi bila perlu,
analgetik, antibiotik.
▪ Histerektomi cito
a. ATONIA UTERI
- Keadaan lemahnya tonus/kontraksi rahim sehingga uterus tak mampu
menutup perdarahan yang terbuka dari tempat implantasi plasenta setelah bayi
dan plasenta lahir.
- Pencegahan :
▪ manajemen kala III,
▪ pemberian misoprostol PP 2-3 tab (400-600 ug) segera setelah bayi
lahir
- Faktor resiko :
▪ Regangan rahim berlebih → karena gemeli, polihidroamnion, anak
besar, grande multipara
▪ Kelelahan ibu → akibat persalinan lama persalinan kasep (macet, >
18 jam)
▪ KU jelek, anemis, riw. Penyakit kronik
▪ Mioma uteri
▪ Infeksi intra uterin → (korioamnionitis)
▪ Riw. Atonia sebelumnya
- Diagnosis :
▪ perdarahan aktif dan banyak segera setelah bayi dan plasenta
lahir (500-1000 cc)
▪ palpasi fundus masih tinggi dan kontraksi uterus lunak
- Tx :
1. Sikap tradelenburg, IV line, O2
2. Pijat uterus/masase uterus → pastikan plasenta lahir lengkap
3. Beri Infus oksitosin 20 IU dalam 1000 cc RL/NaCl 0.9 % Kec. 60
tpm (dan 10 unit IM) → lanjut 20 IU dalam 1000 cc kec. 40 tpm.
• Kalau oksitosin tdk ada → beri ergometrin 0.2 mg/IM atau IV
lambat → dapat diulangi 15 menit kemudian dan per 4 jam bila
diperlukan (jangan > dari 5 dosis atau 1mg!!!!)
4. Bila perdarahan berlanjut → Asam tranexamat 1gram ( 2
ampul)/IV bolus selama 1 menit → bisa diulang per 30 menit
5. Lakukan pemasangan kondom kateter/KBI selama 5 menit
6. RUJUK atau SIAPKAN OP CITO → Laparatomi
7. Saat merujuk → beri infus Oksitosin 20 IU dalam 500 cc RL /jam
8. Selama diperjalanan → kompresi aorta abdominal/KBI
9. Ligasi arteri uterina/hipogastrika atau B-Lynch Method → bila masih
perdarahan → Histerektomi
- NB :
- Tx :
▪ Identifikasi KU, Cairan, sumber perdarahan
▪ Disinfeksi luka
▪ Hecting luka
▪ Berikan asam tranexamat 1 gr/IV bolus selama 1 menit → dapat
diulang per 30 menit → rujuk bila derajat 3 dan 4
c. RETENSIO PLASENTA
- Plasenta tidak lahir sampai 30 menit setelah anak lahir
- Etiologi → adhesi kuat antara plasenta-uterus
- Klasifikasi RETENSIO PLASENTA :
▪ Akreta → implantasi menembus desidua basali dan Nitabuch Layer
▪ Inkreta → implantasi menembus miometrium
▪ Perkreta → vili korialis menembus perimetrium
▪ Inkaserata → Plasenta sudah lepas, tapi belum lahir karena tertahan
disegmen bawah rahim
▪ Adhesiva → plasenta masih melekat didinding rahim karena
kontraksi kurang kuat
- Tx :
▪ Oksitosin 10 IU dalam 500 cc RL/NaCl 0.9% kec. 60 tpm + 10 IU/IM
▪ Lanjutkan → 10 IU dalam 500 cc RL/NaCl 0.9% kec. 40 tpm →
sampai perdarahan berhenti
▪ Lakukan tarik pusat terkendali → tak berhasil? → Manual plasenta
▪ Antibiotik profilaksis dosis tunggal → ampisilin 2 gr/IV dan
Metronidazole 500 mg/IV; Ceftriaxone
▪ Infeksi atau perdarahan hebat? → Rujuk
- MANUAL PLASENTA :
d. INVERSIO UTERI
- Keadaan dimana lapisan endometrium turun dan keluar melalui OUE →
bisa komplit/inkomplit
- Faktor resiko → atonia uteri, tali pusat ditarik, tekanan intra abdomnal
- Tanda → syok, perdarahan menggumpal, divulva tampak jaringan
permukaan kasar (seperti kaos kaki) berwarna merah
- Harus cepat ditangani → bisa nekrosis jaringan uterus dan infeksi
- Tx :
▪ Infus, identifikasi KU
▪ Berikan tokolitik/MgSO4 → relaksan otot uterus → Manual Reposisi
▪ Berikan Antibiotik, Transfusi bila perlu
▪ Manual reposisi tidak bisa dilakukan karena jepitan serviks →
laparotomi untuk reposisi; bila nekrosis atau infeksi → Histerektomi
e. REST PLASENTA
- Keadaan tersisa bagian plasenta dalam uterus sesaat setelah plasenta lahir.
- Tx :
▪ Oksitosin 10 IU dalam 500 cc RL/NaCl kec. 60 tpm dilanjut kec. 40
tpm sampai perdarahan berhenti.
▪ Bila serviks terbuka → eksplorasi digital dan keluarkan darah dan
jaringan. Bila serviks sempit → AVM atau dilatasi dan kuretase
▪ Antibiotik profilaksis (Ceftriaxone/Ampisilin 2 gr/IV dan
metronidazole 500 mg)
▪ Perdarahan berlanjut? → tatalaksana seperti atonia uteri
- NB :
▪ HT → TD ≥ 140/90, diukur min. 2x per 4 jam
▪ Proteinuria → urin tampung : 300 mg protein dalam urin/24 jam/ ≥
1+ dipstick
- Faktor Resiko :
▪ Primigravida, primipaternitas
▪ Hiperplasentosis (mola, kehamilan multipel, DM, hidrops fetalis, bayi
besar)
▪ Usia tua
▪ Riw. Keluarga preeklampsia/eklampsia
▪ Penyakit ginjal/riw hipetensi kronik
▪ Obesitas
- Pre-Eklampsia :
a. Pre-Eklamsia Ringan (HT ≥ 140/90 + UK >20 mgg + proteinuria) →
sindrom kehamilan terjadi penurunan perfusi organ sebabkan
vasospasme pembuluh darah dan aktivasi endotel
• Pemfis → TTV ibu, KU, Antenatal care, DJJ
• Penunjang → USG
• Tx :
o Rawat jalan → tirah baring, minim aktivitas, baring miring,
one day care, tak perlu diet garam, tak perlu obat anti
hipertensi.
o Rawat Inap → Tak ada perbaikan TD dan Kadar proteinurin
selama 2 minggu 1/lebih gejala pre-eklamsia berat
ANTI HIPERTENSI
- lini pertama → nifedipine 10-20 mg PO, dapat diulang per 30 menit sampai
max.120 mg dalam 24 jam
- lini kedua →
▪ sodium nitroprusside 0.25 ug iv/kg/menit, ditingkatkan 0.25 ug/iv/kg/5
menit
▪ Diazokside 30-60 mg iv/5 menit atau infus 10 mg/menit dititrasi
▪ Nicardipine 5 mg/jam, dapat dititrasi 2.5 mg/jam per 5 menit hingga 10
mg/jam
▪ Metildopa 2x250 mg (max 2gr/hari)
▪ Diuretik bila edema anasarka, edema paru, CHF.
- Terapi :
▪ Terapi preeklamsia/eklamsia
• Observasi trombosit per 12 jam → < 50.000 cek protrombin,
fibrinogen, waktu tromboplastin < 100.000 → Dexa 10 mg/IV (2x1)
• Post partum → dexa 10 mg/iv (2x1) → lanjut 5 mg/IV (2x1) →
stop dexa bila trombosit > 100.000, LDH turun, gejala
eklamsia/preeklamsia membaik
• Transfusi trombosit → bila < 50.000/ml dan antioksidan
PEMERIKSAAN HCG (Human Chorionic Gonadotropin)
- Hormon hcg diproduksi → sel-sel sinsitiotrofoblast
- Dideteksi diurin setelah sekitar 26 hari setelah konsepsi
- Puncak → UK 60-70 hari, menurun bertahap setelah UK 100-130 hari
- Hcg rendah → KET, Abortus Iminens
- Hcg Tinggi → Kehamilan Majemuk, molahidatidosa, koriokarsinoma
TT (tetanus toxoid) untuk ibu hamil yang belum pernah imunisasi atau tidak tahu
status imunisasinya
- TT 1 → kunjungan pertama/sedini mungkin
- TT 2 → 4 mgg setelah TT 1
- TT 3 → 6 bulan setelah TT 2
- TT 4 → 1 tahun setelah TT 3
- TT 5 → 1 tahun setelah TT 4
Taksiran Persalinan
- Tentukan Hari Pertama Haid Terakhir (HPHT)
- Rumus Naegele → Tanggal +7, Bulan -3/+9, Tahun +1
POSISI → Periksa luar dengan palpasi, ditentukan dengan menetukan letak punggung
janin terhadap dinding perut ibu → PUKA/PUKI
PRESENTASI
- Preskep
- Pres. Belakang kepala
- Pres. Puncak kepala.
- Presentasi Dahi
- Presentasi Muka
- Pres Bokong
- Bokong sempurna (complete breech)
- Bokong murni (frank Breech)
- Bokong kaki
- Pres. Lutut
- Lutut Sempurna
- Lutut tidak sempurna
- Pres. Bahu
PERHATIAN !!!
- Hati-hati UK 36 mgg belum masuk PAP → tali pusat pendek, panggul sempit,,
lilitan tali pusat, plasenta previa atau tumor → RUJUK !!!
- Saat kala 1 → sudah masuk PAP → Bila tidak → CPD → Rujuk!!!
HIS
- Raba kontraksi selama 10 menit
- Fase aktif → 3x/10 menit, durasi > 40 detik
- Jenis His :
- HIS → reguler, makin pendek, makin kuat, punggung dan abdomen, nyeri
tidak bisa dihilangkan dgn obat, pembukaan dan dilatasi serviks progresif
- HIS palsu → Irreguler, Interval dan intensistas kontraksi sama, perut
bagian bawah, hilang dengan obat, tidak ada perubahan serviks
HODGE
- Hodge 1 → PAP
- Hodge 2 → bagian bawah simfisis pubis
- Hodge 3 → Spina ischiadica
- Hodge 4 → Os Coccygeus
FISIOLOGI PERSALINAN
- Persalinan → proses dimana bayi, plasenta, selaput ketuban keluar dari uterus ibu.
- Persalinan normal → persalinan cukup bulan tanpa ada penyulit
- Preterm → < 37 mgg
- Aterm → 38-42 mgg (dihitung dari hpht)
- Postterm → > 42 mgg
- Tanda gejala inpartu : penipisan dan pembukaan serviks, kontraksi meningkat,
cairan vagina lendir bercampur darah
- Persalinan dan kelahiran normal :
- UK 37-42 mgg, Spontan, pres. Belakang kepala
- > 18 jam, tidak ada komplikasi ibu dan janin
- RUJUK BILA ADA PENYULIT → riw. SC, PPV, persalinan prematur, KPD,
Infeksi, Preeklamsia/eklamsia, Gawat janin, gemelli, tali pusat menumbung, syok.
- KALA 4 → setelah lahir plasenta dan berakhir dua jam setelah persalinan
- Pantau 2 jam post partum → 1 jam pertama per 15 menit, 2 jam kedua per
30 menit → TTV, tinggi fundus, perdarahan, suhu
- IMD
▪ Asuhan bayi :
▪ Timbang dan ukur bayi, ukur suhu
▪ Beri Salep/tets mata tetrasikin 1%/cholaramfenicol 1%/ yang lain
▪ Suntik Vit K 1 mg/IM di paha kiri anterolateral bayi (0.5 cc untuk
sediaan 2 mg)
▪ Beri gelang pengenal
▪ Periksa kecacatan (bibir sumbing,atresia ani, defek dinding perut)
dan tanda bahaya pada bayi → KONSUL ANAK
▪ 1 jam setelah vit K → vaksin hepatitis B dipaha kanan
anterolateral bayi
▪ Edukasi ibu ttg cara masase dan kenali tanda gawat untuk segera
hubungi nakes
KETUBAN PECAH DINI (KPD) → pecahnya selaput ketuban sebelum ada tanda
inpartu/persalinan
- Tanda → Keluar cairan banyak, minta ibu mengedan atau batuk, tidak ada tanda
inpartu
- Px → Tes nitrazin → merah berubah jadi biru, bau cairan khas
- Tx :
- Konservatif :
- Rawat RS!!!
▪ UK < 32 mgg → rawat selama air ketuban keluar sampai air ketuban
tidak keluar
▪ UK 32-37 mgg :
• Inpartu (-), Infeksi (-) → Deksametason, observasi,
terminasi diusia 37 mgg
• Inpartu (+), Infeksi (-) → Deksametason, Tokolitik, induksi
setelah 24 jam
• Inpartu (-), Infeksi (+) → AB + Induksi
▪ Aktif :
• UK > 37 mgg → induksi, bila gagal → SC, bila infeksi → AB
+ terminasi kehamilan
KORIOAMNITIS
- Infeksi Korion, amnion, dan cairan ketuban
- Tanda :
- Demam > 38OC + > Gejala berikut :
- Leukositosis,
- DJJ > 160x/m, Nadi ibu >100x/menit,
- nyeri tekan fundus saat tidak kontraksi,
- cairan amnion bau
- Tx : Rujuk, AB + Terminasi kehamilan
INDUKSI PERSALINAN
→ Tindakan pada ibu hamil dan inpartu, secara tindakan maupun kimiawi yang merangsang
timbulnya kontraksi
Induksi Oksitosin
- Observasi TTV, HIS, DJJ
- Baring miring kiri
- Catat partograf
- Berikan 2.5-5 IU oksitosin (1/2 atau ¼ amp) dalam 500 cc RL → mulai 8 tpm.
Tambah 4 tpm per 30 menit sampai dosis maximal atau His adekuat (max. 20
IU/menit atau 2 ampul/menit)
- Bila Hiperstimulasi (kontraksi > 60 detik atau > 4x kontraksi/menit), berikan :
- Terbutalin 250 ug/IV (5 menit)
- Salbutamol 10 mg/IV dalam 1000 cc cairan (10 tpm)
PERSALINAN LAMA
- Waktu persalinan memanjang karena kemajuan persalinan yang terhambat.
- Diagnosis :
- Distosia kala 1 fase aktif : grafik pembukaan serviks pada partograf
berada digaris antara waspada dan garis bertindak, atau sudah
memotong garis bertindak.
- Fase ekspulsi KALA 2 memanjang : tidak ada kemajuan penurunan bag.
Terendah janin. Dengan batasan waktu : 2 jam nullipara, 1 jam multipara
atau3 jam nullipara, 2 jam multipara bila pasien gunakan analgesia epidural
- Tx : RUJUK → SC
GAWAT JANIN
- Hipoksia pada janin
- Penyebab :
- Persalinan berlangsung lama
- Induksi oksitosin
- Perdarahan/infeksi
- Tanda :
- <100x/m sampai >180x/m
- DJJ irreguler (demam pada ibu, obat penyebab takikardia, amnioniti).
- Mekonium → kalau sungsang bukan tanda gawat janin
- Tx :
- Stop oksitosin → Baring kiri → Beri O2 → observasi → rujuk
- Terapi simptomatik
- Ekstaksi vakum, cunam, atau SC
HIPEREMESIS GRAVIDARUM (HEG)
- Mual muntah < 16 mgg
- Klasifikasi :
- Derajat 1 : gejala dehidrasi + muntah terus menerus + urin normal
- Derajat 2 : Haus hebat, makan minum dimuntahkan, apatis
- Derajat 3 : ggn kesadaran (delirium-koma), muntah (-), ikterus, sianosis,
proteinuria
- Tx :
1. Nutrisi, vitamin, asam folat, istirahat cukup
2. Ondancetron 4 mg (3x1)/4 (4mg/2ml) + ranitidine 150 mg (30mg/1 ml)
3. Doksilamin 10 mg + vit.b6 10 mg (piridoksin)
4. + dimenhidrinat 50-100 mg (4x1) atau prometazin 5-10 mg (3x1)
MALPOSISI → posisi abnormal vertex kepala janin (penanda = ubun-ubun kecil thd
panggul ibu)
- POSISI OKSIPUT POSTERIOR
a. PEM. ABDOMINAL → bagian terendah datar, baian kecil jnin teraba
dianterior, djj terdengar disamping (flank)
b. PEM. VAGINAL → oksiput kearah sakrum,sinsiput dianterior, mudah diraba
bila Kepala defleksi
- POSISI OKSIPUT LINTANG
c. Posisi oksiput janin masih lintang thd rongga panggul hingga akkhir
persalinan kala 1 akibat gagal rotasi ke posisi oksiput anterior
MALPRESENTASI → bagian terendah janin berada disegmen bawah rahim bukan
belakang kepala
- PRESENTASI DAHI → SULIT PERSALINAN PER VAGINAM!!!
- PEM. ABDOMINAL → kepala janin lebih dari separuh diatas pelvis, DJJ
sepihak dengan bagian kecil
- PEM. VAGINAL → Oksiput > tinggi dari sinsiput, teraba fontanella anterior
dan orbita, bagian kepala yang masuk PAP : tulang orbita dan ubun-ubun
besar
- PRESENTASI MUKA
- PEM. ABDOMEN → Lekukan teraba diantara oksiput dan punggung (sudut
fabre). Djj sepihak dibagian kecil janin
- PEM. VAGINAM → muka mudah teraba, teraba mulut dan rahang, tulang
pipi dan orbita, kepala janin defleksi maksimal
- PRESENTASI MAJEMUK → Prolaps ekstremitas bersama bagian terendah janin
(kepala/bokong)
- LETAK LINTANG
- PEM. ABDOMINAL → Sumbu panjang janin teraba melintang
- PEM. VAGINAM → tidak ada bagian terendah saat belum inpartu, saat
inpartu teraba bahu, siku, dan tangan
PERSALINAN SUNGSANG → Persalinan dimana letak janin memanjang dengan bagian
terendahnya bokong, kaki, atau keduanya
- JENIS PRESENTASI SUNGSANG
- Bokong Sempurna ( Complete breech)
- Bokong Kaki (Footling breech)
- Bokong Murni (Frank Breech)
SECTIO CESAREA (SC) → persalinan buatan, janin dilahirkan melalui insisi dinding perut
dan dinding rahim
- INDIKASI SC :
- Indikasi Ibu
▪ CPD
▪ Pelvis kecil/malformasi
▪ Disfungsi uterus
▪ Distosia jaringan lunak
▪ Plasenta Previa
- Indikasi Janin
▪ Janin sangat besar > 4000 gram
▪ Gawat janin
▪ Presentasi bokong
▪ Double footling breech
KONTRASEPSI
- KONTRASEPSI NON HORMONAL
- Metode Senggama terputus
- Metode lendir serviks
- Metode Amenorea Laktasi (MAL)
- Spermisida
- Kondom pria
- Diafragma
- AKDR (alat kontrasepsi dalam rahim)
- KONTRASEPSI MANTAP
- Tubektomi
- Vasektomi
- KONTRASEPSI
- Pil KB Kombinasi
- Suntikan Kombinasi
- Suntikan progestin
- Pil Progestin (pil mini)
- Implan
GINEKOLOGI
HORMON REPRODUKSI
- GnRH :
Asal → Hipothalamus
Fungsi → stimulasi hipofisis anterior hasilkan FSH dan LH
- FSH :
Asal → Hipofisis Anterior
Fungsi → Pematangan Folikel (difase folikuler), stimulasi LH produksi
steroid
- LH :
Asal → Hipofisis Anterior
Fungsi → bila tinggi, sebabkan Ovulasi.
- Estrogen : (Estradiol, Estron, Estriol)
Fungsi :
▪ Bantu LH picu Ovulasi,
▪ pembentukan ciri-ciri perkembangan seksual wanita
▪ Regenarasi Endometrium
▪ Lendir serviks jadi mudah dilalui sperma
▪ Memelihara struktur tulang (epifisis)
- Progesteron :
Asal → Corpus Luteum
Fungsi → Menjaga kehamilan, hambat kontraksi uterus, lendir serviks sulit
dilalui sperma
SIKLUS HAID (Siklus Ovarium dan Siklus endometrium)
- Siklus Ovarium : Folikulogenesis → Ovulasi → Luteal
Fase Folikulogenesis :
▪ Hari 1-8 :
• FSH dan LH ↑ memicu : Perkembangan folikel → ↓
estrogen dan progesteron
o perkembangan folikel (10-20 folikel dengan 1 folikel
dominan),
• Estrogen meningkat seiring perkembangan folikel
- Siklus Endometrium :
Fase proliferasi :
Fase folikular → endometrium dipengaruh estrogen→ diakhir haid,
terjadi proses regenerasi (fase proliferasi) (estrogen sangat menonjol)
Fase Sekretoris :
Setelah ovulasi → progesteron induksi perubahan sekresi endometrium
Kelenjar tampak berliku dan mengembung
Fase Haid :
▪ Terjadi regresi CL + ↓ Estrogen dan progesteron → terjadi kontraksi
spasmodik diarteri spiralis → endometrium jadi iskemik dan nekrosis
→ penglupasan endometrium → terjadi haid
▪ Prostaglandin secara bersamaan → ↑ kontraksi uterus bersamaan
dengan pengeluaran datah haid
- Haid dinilai dari 3 hal :
- Siklus, Lama, Jumlah darah yang keluar
- Haid normal :
- Siklus → 28 hari ± 7 hari (24-35 hari)
- Lama → 4-7 hari
- Jumlah darah haid → ganti pembalut 2-6 kali/hari (30-80 cc/hari)
MENOPAUSE
- Berhentinya masa menopause untuk selamanya bagi wanita uang setiap bulannya
mengalami menstruasi
- Tanda :
- Ggn pola haid
- Ggn Vasomotor → Hot flushes (rasa panas mulai dari wajah, menjalar
keleher, dan dada berlangsung 1-2 menit)
- Gangguan psikologik → takut, gelisah, mudah marah
- Diagnosis→ > 40 thn, tidak haid > 6 bulan, dengan/tanpa keluhan klimaterik,
FSH > 40mIU/ml, E2 < 30 pg/ml
- Kelainan Menopause :
- Menopause prekoks : menopause <40 thn → akibat herediter, ggn gizi,
penyakit menahun yang merusak ovarium
- Menopause terlambat : masih haid sampai > 52 tahun → akibat
fibromioma uteri dan tumor yang menghasilkan estrogen
GANGGUAN HAID
- Gangguan Lama dan Jumlah Darah Haid
- Hipermenorea (menoragia) →jumlah darah haid banyak (>80 cc per
siklus/6x ganti pembalut/hari) dan/atau durasi haid lebih lama (> 7 hari)
▪ Hemostasis dalam endometrium pada siklus haid terkait erat dengan
fibrin dan platelet. Bisa juga karena gangguan anatomi uterus
(mioma, polip, hiperplasia endometrium)
▪ DISARANKAN UNTUK RUJUK → TRANSFUSI DAN USG
- Hipomenorea → jumlah haid lebih sedikit dan/atau durasi haid lebih pendek
▪ Akibat post miomektomi dan ggn endokrin → endometrium tipis
- Tx Gangguan haid :
- Perdarahan akut dan banyak ;
▪ Atasi gangguan hemodinamik dan perbaiki KU
▪ Dilatasi dan Kuretase → tidak mutlak, untuk curiga eganasan dan
gagal terapi medikamentosa. PUA resiko keganasan bila usia > 35
tahun, obesitas, anovulasi kronis
▪ Medikamentosa :
1. Kombinasi estrogen progestin
a. Pil Kontrasepsi → 2x1 (5-7 hari) → perdarahan lucut
(berkurang) → lanjut 1x1 selama 5-6 siklus. Atau,
b. 4x1 tab (4 hari) → 3x1 (3 hari) → 2x1 (2 hari) → 1x1
tab (3 minggu)
c. Pemakaian pil kontrasepsi kurangi jumlah darah
haid sampai 60%
2. Estrogen
a. Estrogen dosis tinggi 1.25 mg atau estradiol 17β 2 mg
per 6 ham (selama 24 jam)
b. Efek samping → mual
3. Progestin
a. Tab progestin (14 hari) → berhenti tanpa obat (14
hari) → diulang selma 3 bulan
b. Diberikan pada yang kontraindikasi estrogen
c. MPA (medroxyprogesteronasetat) 2x10 mg → cegah
hiperplasia endometrium
- ANOMALI UTERUS :
- UTERUS DIDELFIS/UTERUS GANDA→ Uterus ada dua
- MOLUSKUM KONTAGIOSUM
- Etiologi → virus moluskum kontagiosum/poxvirus (infeksi berbahaya)
- Predileksi → pubis dan genitalia eksterna
- Gejala → papul bulat bentuk kubah, miliar-lentikular, putih seperti lilin,
ditengahnya ada lekukan, jika dipijat akan keluar badan moluskum (massa
warna putih
h. Terapi :
▪ Keluarkan badan moluskum
▪ Eksisi nodul dengan kuret dermal
▪ Asam trikloroasetat → obati dasarnya
▪ Krioterapi dengan nitrogen cair
- KONDILOMA AKUMINATUM
- Etiologi → HPV
- Penularan → Kontak seksual/hubungan seksual
- Predileksi → Vulva dan introitus vagina
- Gejala → lesi seperti kembang kol, berwarna seperti daging atau seperti
mukosa, biasa tidak ada keluhan kecuali ada luka atau infeksi sekunder
- Terapi :
▪ Podofilin 10-25% → oleskan setiap minggu selama 4-6 minggu. Cuci
setelah 6 jam
▪ TCA 80/90% → 1-2 minggu
▪ Krioterapi/electrokuter/terapi laser
- BAKTERIAL VAGINOSIS
- Etiologi → Gardnerella vaginalis, kekurangan lactobacillus yang hasilkan
hidrogen peroksida
- Faktor resiko → usia reproduktif, aktif seksual, Riw. Penggunaan AKDR,
sering bilas vagina, UK < 30 mgg
- Gejala → gatal, duh tubuh putih berbau amis divagina, disuria
- TRIKOMONIASIS
- Etiologi → Trichomonas vaginalis (inkubasi 4-28 hari)
- Penularan → Hubungan sexual
- Gejala :
▪ Akut :
• Dispareunia, perdarahan pasca koitus, perdarahan
intermenstrual
• sekret vagina seropurulen-mukopurulen, warna kuning-
kuning kehijauan, berbuih dan bau.
• Dinding vagina merah dan sembab, strawberry appearance
▪ Kronik :
• Gejala ringan + sekret tidak berbusa
- Penunjang → terdapat parasit trichomonas pasda perwarnaan giemsa
- Terapi :
▪ Metronidazole 2 gram PO/SD → obati dengan pasangan sexnya
▪ Metronidazole 500 mg (2x1) 7 hari
- CANDIDIASIS VAGINALIS
- Etiologi → Candida albicans
- Gejala → gatal, iritasi vagina, disuria, cairan vagina berwarna putih
bergumpal dan tidak bau
- Pemfis → inspekulo → eritema vagina dan ada cairan putih bergumpal
- Diagnosis → KOH 10%-20% → periksa cairan vagina → identifikasi jamur
penyebab
- Terapi
▪ Miconazole atau klotrimazole 200 mg intravaginal (1x1) 3 hari
▪ Klotrimazole 500 mg SD
▪ Flukonazole 150 mg PO/SD
▪ Itrakonazol 200 mg PO/SD
▪ Nystatin 100.000 IU intravagina (7hari)
- GONORRHEA
- Etiologi →Neisseria Gonorrhea
- Cara penularan → hubungan sexual
- Gejala → duh tubuh vagina, perdarahan uterus abnormal, disuria, radang
panggul
- Pemfis → Serviks hiperemis dan erosi. Sekret mukopurulen
- Diagnosis → pengecatan gram, pemeriksaan biakan, pemeriksaan endoserviks
- Tx:
▪ Ceftriaxone 125 mg/im/SD
▪ Cefixime 400 mg/PO
▪ Ciprofloxacin 500 mg/PO
▪ Levofloxacin 250 mg/PO
- Tx :
▪ Asiklovir 200 mg (5x1) 5 hari (sed. 200, 400, 800 mg)
▪ Salep Asikovir 3-4x/hari
▪ Bila kambuh → ulang pemberian asiklovir 200 mg (5x1) 5 hari atau
400 mg (2x1) 5 hari
▪ Edukasi → tidak melakukan hubungan sex sampai lesi sembuh
- GRANULOMA INGUINAL
- Etiologi → Klebsiella granulomatis
- Tidak menular, infeksi kronis
- Gejala → Nodul tanpa gejala → ulser merah, tidak nyeri
- Pemeriksaan → pem. Mikroskopis → donovan intrasitoplastik, kerumunan
bakteri tampak seperti peniti (bipolar).
- Tx :
▪ Doksisiklin 100 mg (2x1) 3 minggu
▪ Azitromisin 1 gr/mgg (3 mgg)
▪ Ciprofloxacin 750 mg (2x1) 3 mgg
▪ Kotrimoksazole (160/800 mg) (2x1) 3 minggu
- LIMFAGRANULOMA VENEREUM
- Etiologi → Infeksi kronik jaringan limfe Chlamydia Trachomatis. Masa
inkubasi 4-21 hari
- Gejala → ulkus kecil, dangkal tanpa nyeri sembuh cepat dan spontan
▪ Fase Sekunder → 1- 4 mgg → nyeri inguinal dan perirektal,
pembengkakan kelenjar limfe inguinal
▪ Fase Tersier → Ruptur dan drainase pembengkkan kelenjar limfe
membentuk sinus
- Diagnosis :
▪ aspirasi → ada pus
- Tx :
▪ Doksisiklin 100 mg (2x1) 21 hari
- CHANCROID/KANKROID
- Etiologi → Haemophilus ducreyi
- Penularan → Hubungan sexual
- Gejala → awalnya papul inflamasi, jadi ulkus dangkal + multiple + nyeri
- Diagnosis → pengecatan gram eksudat purulen
- Terapi :
▪ Azitromisin 1 g per Oral/SD
▪ Ceftriaxone 250 mg/IM/SD
▪ Ciprofloxacin 500 mg (2x1) 3 hari
▪ Eritromisin 500 mg (4x1) 7 hari
- SIFILIS
- Etiologi → Treponema pallidum
- Klinis :
▪ Sifilis Primer → ulkus keras, soliter, tidak nyeri, dapat sembuh
spontan
▪ Sifilis Sekunder → ruam makulopapular ditelapak tangan dan kaki,
divulva ada bercak mukosa dan kondiloma lata, lesi abu-abu
meninggi, tidak nyeri
▪ Sifilis Tersier → akibat sifilis yang tidak ditangani, infeksi disistem
lain.
- Terapi :
▪ Sifilis primer dan sekunder :
• Benzatin Penisilin G 2.4 Juta unit/IM/SD,
• Bila alergi penisilin (tidak hamil) → Doksisklin 100 mg (2x1)
2 minggu
• Tetrasiklin 500 mg (4x1) 2 minggu
▪ Sifilis Laten :
• Laten awal (< 1 tahun) → Benzatin Penisilin G 2.4 Juta
unit/IM/SD
• Laten Akhir (> 1 tahun) → Benzatin Penisilin G 7.2 Juta
unit/IM dalam 3 dosis masing-masing 2.4 juta interval 1
minggu.
o Kalau alergi penisilin (tidak hamil) → Doksisiklin
100 mg (2x1) 2 minggu (< 1 tahun), 4 minggu (> 1
tahun)
▪ Sifilis Tersier :
• Benzatin Penisilin G 7.2 Juta unit/IM dalam 3 dosis
masing-masing 2.4 juta interval 1 minggu
o Kalau alergi penisilin (tidak hamil) → Doksisiklin
100 mg (2x1) 2 minggu (< 1 tahun), 4 minggu (> 1
tahun)
- ENDOMETRIOSIS → Jaringan Endometrium diluar cavum uteri dan berfungsi
- ADENOMIOSIS → Jaringan endometrium didalam miometrium
TUMOR JINAK VULVA
- TUMOR KISTIK
- KISTA BARTHOLINI → Pembesaran kistik akibat parut setelah infeksi
(Neisseria Gonorrhea, Streptococcus, Staphylococcus) atau trauma akibat
sumbatan ekskresi kelenjar bartholini
▪ Gejala → Benjolan divulva tanpa nyeri
▪ Tx → Ekstirpasi
- TUMOR JINAK ENDOMETRIUM
- POLIP ENDOMETRIUM → penonjolan dari endometrium, tumor
bertangkai, ada pembesaran diujungnya
▪ Gejala → PPV diluar siklus haid, polip > kenyal dan warna > merah
dari polip serviks, biasa bertangkai panjang sampai keluar OUI dan
perdarahan, nekrotik, dan peradangan.
▪ Pemfis → RT
▪ Penunjang → USG, Laparoskopi
▪ Terapi → laparotomi
- KEGANASAN SISTEM REPRODUKSI
- CA SERVIKS/ KANKER SERVIKS
▪ Etiologi → Human Papilloma Virus (HPV) tipe 16, 18, 31, 45.
▪ Faktor Resiko → < 16 tahun, berganti pasangan, penderita penyakit
imunosupresi, merokok
▪ Gejala → tanpa gejala atau ditemukan saat skrining
• Gejala awal → Sekret vagina berlebih + PPV diluar
haid/pasca senggama
• Gejala Lanjut → Sekret vagina busuk, Nyeri panggul, nyeri
BAK dan BAB, sering berkemih
RESPIRASI ANAK
a. BRONCHIOLITIS → < 2 thn, batuk, sesak, tanpa demam,
→ Ekspirasi memanjang, hiperinflasi, wheezing (+)
- Etiologi → virus (self limiting)
- Tx → Kotrimoksazole (40mg/kgbb/kali) 2x1, atau
→ Amoxicilin (25mg/kgbb/kali) 2x1
→ Oksigen
→Demam → PCT
d. TB ANAK
Interpretasi skoring :
- > 6 : (+) TB ANAK
- 6 : riw. Kontak (+) → profilaksis INH 6 bulan → cek mantoux → bila (+) →
profilaksis INH 9 bulan
Dosis profilaksis INH anak : 5-10 mg/kgbb/hari (6 bulan
- <6:
- < 5 thn + Riw. Kontak (+) → INH 6 bulan
- < 5 thn + mantoux (+) → INH 9 bulan
NB :
- TB anak + HIV → Skor 3 mulai terapi
- HIV anak > 5 thn → Profilaksis
- TB anak lainnya tambahkan kortikosteroid 1-2mg/kgbb/hari (3x) selama 2-4
minggu → tapp off jangka 2-6 minggu
NEURO ANAK
a. KEJANG DEMAM → 6 bln-5 thn
- <6bln atau > 5 tahun → susp. Epilepsi atau ensefalitis
▪ KEJANG DEMAM SEDERHANA → < 15 menit, 1x/hari,
general/seluruh tubuh
▪ KEJANG DEMAM KOMPLEKS → > 15 menit, >1x/har,
Fokal/sebagian tubuh
▪ STATUS EPILEPTIKUS → kejang terus menerus tanpa
pemulihan kesadaran, >1x/hari, Kejang > 30 menit
- Tx :
- Diazepam rectal : (stesolid 2.5 ml/5 mg) (bisa ulang 2x)
▪ < 12 kg = 5 mg
▪ > 12 kg = 10 mg
KARDIO ANAK
- PJB → SIANOTIK & ASIANOTIK
- ASIANOTIK :
- Atrial Septal Defect (ASD) → Wide Split fixed, S2 memanjang
- Ventrikel Septal Defect (VSD) → bising pansistolik, hipertrofi ventrikel
kanan
- Patent Ductus Arteriosus (PDA) → Bising continous/ bising machinery
- Foramen Ovale Persisten
- Koartasio Aorta → Beda tensi atas-bawah
- Komplikasi PJB Asianotik → Sydrome Eisen Menger (awalnyaasianotik jadi
sianotik) → clubbing finger, desaturase, Hb ↑
- SIANOTIK
- Tetralogy of Fallot (ToF) :
▪ Overidding aorta,
▪ RO : Bootshaped, Apex terangkat → Hipertrofi ventrikel kanan
▪ Stenosis pulmonal,
▪ Bising pansistolik → VSD
▪ Cyanotic spell → Jongkok kalau capek, clubbing finger, ggn tumbuh
kembang
▪ Terapi : O2, Infus, Morfin; Maintanance → Beta Blocker; Surgical
Blalock Tausig Shunt
DIARE
- BAB ≥ 3x/hari, tinja cair atau lembek.
- Diare > 14 hari → Diare Persisten (tanpa dehidrasi), Diare persisten berat
(dengan dehidrasi)
- Disentri → Diare berdarah
- 5 lintas diare → Oralit, zinc (10 hari berturut), Asi dan makan, AB, Nasihat
keluarga
- Tx :
- RENCANA A : KU baik, mata tidak cekung, minum biasa, turgor kembali
normal
▪ (Oralit 6 bkg + zinc 10/20 mg (10 hari))
▪ Oralit : sampai diare behenti, sedikit demi sedikit, beri 6 bungkus
• < 1 tahun = 50-100 cc/BAB
• > 1 tahun = 100-200 cc/BAB
▪ Zinc (tab 20 mg) → 10 hari berturut walau diare berhenti
• < 6 bulan = ½ tab/hari
• > 6 bulan = 1 tab/hari
▪ Makan lebih sering → minyak sayur
▪ Antibiotik
▪ Nasihat → bawa ke layaan kesehatan bila BAB cair, mnah berulang,
sangat haus, makan minum sedikit, demam, berak darah, tidak
membaik 3 hari
- RENCANA B : Gelisah, rewel, mata cekung, ingin minum terus, turgor kembali
lambat
- Oralit/cairan : 75 cc x BB dalam 3 jam
ENDOKRIN ANAK
- HIPOTIROID → Gemuk, ggn kognitif, kreatinisme, T4 ↓, kongenital, riw. Ibu
minum PTU saat hamil.
- DWARFISME → Pendek, tidak ada ggn kognitif, GH ↓
- GIGANTISME → GH ↑ diusia tua, tinggi sekali akibat epifisis belum menutup
sempurna
- AKROMEGALI → usia tua, kepalan tangan dan kaki besar (epfisis sudah menutup)
NICU
a. TRAUMA LAHIR
- Caput Succadenum → Lewat sutura, isi air
- Cephal Hematoma → isi darah, anemia
- Hematoma subgleal → Lewat Sutura, isi Darah, Anemia → gejala berat
b. HIPOGLIKEMIA Anak-bayi (GDS < 45 g/dl)
- Sadar → Maintanance D10% 6 cc/kgBB/IV/jam
- Tidak sadar → Bolus D10% 25 cc/KgBB dulu → lanjut maintanance
c. HIPOTERMIA
- Ringan : 34-36OC
- Sedang : 32-34OC
- Berat : < 32OC
d. IKTERUS
- Fisiologis → Hari 2-14 (hb terbuang) → Tx : jemur bayi
- Patologis → Hari 1 dan >14 (CHAMS)
▪ <1 hari → Inkompatibilitas Rhesus atau gol.darah → sebabkan anemia
hemolitik → Ikterus patologis → Hemolitic Disease Of the Newborn
• Tx :
o Untuk Ibu : Rhogam pada 28 mgg & 72 jam post
partum
o Anak : Kortikosteroid; Coomb test (+) → AHAI (IgG
Warm, IgG Cold)
▪ >14 Hari → CHAMS
• Cephal Hematoma → ↑ Bilirubin Indirek
• Hipotiroid → ↑ Bilirubin Indirek
• Atresia bilier → ↑ Bilirubin direk → BAB dempul, USG :
triangular cord sign. Tx : operasi kasai
• Milk → ↑ Bilirubin Indirek
• Breast Feeding Jaundice → Asi kurang, ikterus < 7 hari
• Breast Milk Jaundice → Kualitas Asi Buruk, ikterus > 7 hari
• Sepsis → ↑ Bilirubin Indirek
RESPIRASI NEONATAL
- Hyaline Membrane Disease (HMD)
- Premature (akibat def. Surfaktan) → Tx : Suntik Surfaktan
- RO:
▪ Grade 1 : bercak retikulogranuler
▪ Grade 2 : air bronchogram sign
▪ Grade 3 : Ground Glass app
▪ Grade 4 : White lung
- Transient Takipneu of The Newborn (TTN)
- Aterm, Riw. SC
- Ro → Wet Lung
- Tx → Sembuh sendiri
- Meconium Aspirasi
- Serotinus
- RO : Paru-paru kasar, Patchy Infiltrat
- Pneuomina Kongenital
- Batuk, Sesak, Demam + aterm + riw. Persalinan tidak steril
- RO → Perselubungan air broncogram sign
- Tx → Ampisilin, gentamisin (antibiotik)
- Px : Skor down dan APGAR
- Skor <4 → Asfiksia ringan → Sungkup O2
- DEFISIENSI VITAMIN
- Def. Vit A → Xerophthalmia, rabun senja (nycalopia)
- Def. Vit C (sintesis kolagen) → Scurvy (gusi berdarah)
- Def. Vit D : Rickets/osteomalacia → kaki varus/valgus
- Def. Vit. B :
▪ Vit B1 (thiamin) → beri-beri
▪ Vit B2 (Riboflavin) → stomatitis, dermatitis, chellitis (bibir pecah)
▪ Vit B3 (Niacin) → Pellagra (Dermatitis, Demensia, Diare)
▪ Vit B6 (piridoksin) → HEG, Neuritis perifer
▪ Vit B9 (asam folat) → anemia megaloblastic, NTD, spina bifida,
anencephali
▪ Vit B12 (Cyanocobolamin) → Kram-kram dan diare.
- Fase stabilisasi
- Atasi hipotermia → beri selimut tebal
- Atasi Hipoglikemia → D10%
- Atasi Dehidrasi → Resomal
IMUNISASI
INFEKSI ANAK
- MORBILI → Koplik Spot, merah dibelakang lidah, (Coryza, Cough,
Conjunctivitis)
- Tx : Simptomatik + Vit. A
▪ Tx : Vit A
▪ Jadwal suplementasi : Setiap Februari dan Agustus
• < 6 bulan : ½ (kapsul biru) (2 hari)
• 6 bulan - 11 bulan : 100.000 IU (kapsul biru) (2 hari)
• 12 bulan - 59 bulan : 200.000 IU (kapsul merah) (2 hari)
▪ Jika seorang anak belum mendapatkannya dalam 6 bulan terakhir,
berikan satu dosis sesuai umur
- MUMPS → Paramyxovirus
- Pembengkakan , nyeri telinga, nyeri menelan
MANAJAMEN TERPADU BALITA SAKIT (MTBS)
2 BULAN-5 TAHUN
- RESPIRASI (2 bln- <1 thn = <50x/m; 1 thn- < 5 thn = <40x/m)
a. BATUK BUKAN PNEUMONIA → batuk tanpa demam, tak ada tanda
pneumonia
Tx :
▪ Puyer batuk/obat batuk anak,
▪ kontrol 5 hari
▪ > 14 hari → rujuk
b. PNEUMONIA → Batuk, sesak, demam, napas cepat
Tx :
▪ Amoxicilin 2x1 (3 hari)
▪ Puyer batuk/obat batuk anak
▪ Kontrol 3 hari
▪ > 14 hari → rujuk
c. PNEUMONIA BERAT → Retraksi dinding dada/Saturasi < 90%
Tx :
▪ O2 2-3 lpm
▪ Antibotik
▪ RUJUK
- TELINGA
a. MASTOIDITIS → Nyeri dan bengkak belakang telinga
Tx → Antibiotik + Paracetamol → RUJUK
b. INFEKSI TELINGA AKUT → Nyeri telinga atau Rasa penuh dan keluar
cairan selama < 14 hari.
Tx → Antibiotik (5 hari) + Paracetamol + tampon telinga tampon H2O2
3% → Follow hp 5 hari
- DEMAM
- MALARIA (ada riwayat berpergian didaerah pandemi malaria dalam 1-
2 mgg terakhir)
a. DEMAM MUNGKIN BUKAN MALARIA → DEMAM + RDT (-)
atau ada penyebab lain
• Tx : Paracetamol (>38.5OC) + Antibiotik +
• Kontrol 3 hari
• Demam > 7 hari → rujuk
b. MALARIA → DEMAM + RDT (+)
• Tx : Antimalaria lini pertama + Parasetamol
• Kontrol 3 hari
• Demam > 7 hari → Rujuk
c. PENYAKIT BERAT DENGAN DEMAM → tanda bahaya/Kaku
kuduk
• Tx : Artemeter injeksi + Antibiotik + Paracetamol
• Cegah gula darah tidak turun
• Kontrol 3 hari
• Demam > 7 hari → Rujuk
c. CAMPAK
▪ Tx : Vit A
▪ Jadwal suplementasi : Setiap Februari dan Agustus
• < 6 bulan : ½ (kapsul biru)
• 6 bulan - 11 bulan : 100.000 IU (kapsul biru)
• 12 bulan - 59 bulan : 200.000 IU (kapsul merah)
▪ Jika seorang anak belum mendapatkannya dalam 6 bulan terakhir,
berikan satu dosis sesuai umur
b. SUSP. DBD → Demam mendadak tinggi, terus menerus, Nyeri Ulu Hati,
Gelisah, Torniquet (-)
▪ Tx :
• Paracetamol + Oralit
• Kontrol per 1 hari bila demam
- ANEMIA
a. ANEMIA BERAT → Telapak tangan sangat pucat
▪ Tx : Teruskan ASI + RUJUK !!!!
c. TIDAK ANEMIA
- HIV → Riw Test HIV ibu dan anak, Riw. Asi < 6 mgg, Riw. Kematian atau klinis
berat HIV Ibu.
a. INFEKSI KONFIRMASI HIV → >18 bulan + HIV (+) → RUJUK
b. TERPAJAN HIV → RUJUK
▪ < 18 bulan + HIV (+), atau
▪ Ibu (+), Anak (-) asi kurang dari 6 mgg sebelum di tes HIB
▪ Ibu (+), anak tidak diketahui
c. DIDUGA HIV → RUJUK
▪ <18 bulan HIV (+) + Gejala berat lain
▪ <18 bulan HIV (+) + bercak putih + Riw. Ibu HIV
d. KEMUNGKINAN BUKAN INFEKSI HIV
DOSIS OBAT ANAK
- Puyer batuk :
- Guafenisin (GG) 10 mg/kgbb/hari (3x) → tab 100 mg
- CTM 0.1 mg/kgbb/kali (3x) → Tab 4 mg
- Dexa 0.05 mg/kgbb/kali (3x) → tab 0.5 mg
- Saluran napas
- Ambroxol 0.5-1.5 mg/kgbb/kali (3x) → tab 30 mg
- Metilprednisolone 0.5 mg/kgbb/Hari (3x) → tab 2, 4, 8, 16 mg
- Prednisone 1-2 mg/kgbb/hari (max 60 mg/hari) (3-10 hari) → tab 5
mg
Dewasa → 5-60 mg/hari
- Salbutamol 0.1 mg/kgbb/kali (3x) → tab 2, 4 mg, Syr 2 mg/5 ml
- Antidemam/antipiretik
- Paracetamol 10-15 mg/kgbb/kali (3x) → syr . 125 mg/5 ml, drops
100 mg/ml
- Ibuprofen 5-10 mg/kgbb/hari (3x) tab 400 mg; syr 100 mg/5 cc
- Antiemetik/lambung
- Ranitidine 2-4 mg/kgbb/hari (1x) → tab. 150 mg
- Domperidone 0.25-0.4 mg/kgbb/kali (3x) → syr. 5 mg/5ml, tab. 10
mg
- Omeprazole 1 mg/KgBB/24 jam
- Antibiotik
- Amoxicilin 20-30 mg/kgbb/hari (3x) atau 7.5-25 mg/kgbb/hari (3x)
→ syr. 125 mg/5 cc atau 250 mg/5 cc
- Cefixime 5 mg/kgbb/kali (2x) → tab. 100 mg
- Cefadroxyl 25-50 mg/kgbb/hari (2x) → syr. 125 mg/5ml, tab 500
mg
- Cefoxime 60 mg/KgBB/12 jam
- Gentamisin 4 mg/KgBB/24 jam
- Ampisilin 1 mg/KgBB/12 jam
- Kloramfenikol 50 – 100 mg/kgbb/hari, tifoid (4x), ISK (2x) →
tab 250 mg
- Kotrimoksazol 40 mg/kgbb/hari (2x)
6-10 mg/kgbb/kali (2x)
2-5 bulan → 120 mg (2x1)/ 2x ½ cth
6 bln - 5 thn → 240 mg (2x1)/ 2x1 cth
6-11 tahun → 480 mg (2x1)
Bayi/anak
Usia Asupan (mg/hari)
0-6 bulan 40
7-12 bulan 50
1-3 tahun 15
4-8 tahun 25
9-13 tahun 45
Pria dewasa
Usia Asupan (mg/hari)
14-18 tahun 75
19 tahun ke atas 90
Wanita dewasa
Usia Asupan (mg/hari)
14-18 tahun 65
19 tahun ke atas 75
- ANTIPIRETIK/ANAGELTIK
- PARACETAMOL (120 mg/ 5ml) → 3x1 (sampai gejala hilang)
▪ 2 bln – 6 thn/4-7 kg → 2.5 cc (1/2 sendok takar; 1/8 tab 500 mg, ½
tab 100 mg)
▪ 6 bln - < 3 thn/7-14 kg → 5 cc (1 sendok takar; ¼ tab 500 mg, 1 tab
100 mg)
▪ 3 thn-< 5 tahun/14-19 kg → 7.5 CC (1½ Sendok takar; ½ tab 500 mg;
2 tab 100 mg)
- OBAT CACING → diberikan pada usia > 4 Bulan , berikan SD bila belum dapat
obat cacing dalam 6 bulan
- ALBENDAZOLE (400 mg)
▪ 1-2 tahun → ½ tab
▪ 2-5 tahun → 1 tab
- ZAT BESI tab 60 mg atau 30 mg/5cc →(1x1) diberikan selama 4 minggu untuk
usia 6 bulan – 5 tahun
▪ 6 bulan – 12 bulan/ 7-10 kg → ¼ tab atau 2.5 cc/ ½ Sendok takar
▪ 12 bulan – 5 tahun/ 10-19 kg → ½ tab atau 5 cc/ 1 sendok takar
- DIAZEPAM → dosis : 0.3-0.5 mg/kgbb; sediaan 10 mg/ 2cc ampul; rectal 5 mg-10
mg
- Ampul
▪ 2-6 bulan (5-7 kg) → 0.5 cc
▪ 6-12 bulan (7-10 kg) → 1 cc
▪ 12 bulan-3 tahun (10 - <14 kg) → 1.5 cc
▪ 3-5 tahun (14-19 kg) → 2 cc
- Rectal
▪ < 10 kg → 5 mg
▪ > 10 kg → 10 mg
PENGGUNAAN SPACER
- Penggunaan spacer adalah cara untuk mengantarkan bronkodilator secara efektif ke
dalam paru-paru.
- Anak di bawah 5 tahun sebaiknya tidak diberikan inhaler tanpa spacer.
- Bila digunakan dengan benar, spacer bekerja sebaik nebulizer
- Dari salbutamol metered inhaler (100 μg/puff). Berikan 2 puff
- Evaluasi 1 jam pertama setiap 15-20 menit
- Spacer dapat dibuat dengan menggunakan cara sebagai berikut
- Gunakan botol minum kemasan 500 ml atau yang sejenis
- Buat lubang pada dasar botol dengan ukuran sama besar dengan mulut inhaler
(gunakan pisau yang tajam)
- Potong botol antara 1/4 bagian atas dan 3/4 bagian bawah lalu pisahkan bagian atas
botol
- Buat potongan berbentuk V kecil pada pinggiran bagian terbuka botol untuk
menyesuaikan dengan hidung anak lalu gunakan sebagai masker.
- Bakar sudut pinggiran botol dengan lilin agar tidak tajam
- Pada bayi kecil, masker dapat dibuat dengan melubangi gelas plastik (bukan dari
bahan polystyrene). Spacer komersil dapat digunakan jika tersedia.
Menggunakan inhaler dengan spacer :
- Singkirkan tutup inhaler. Kocok inhaler
- Masukkan mulut inhaler melalui lubang dalam botol atau gelas plastik
- Letakkan bukaan botol pada mulut anak dan perintahkan anak untuk bernapas lewat
mulut. Tekan inhaler dan semprotkan salbutamol ke dalam botol sementara anak
bernapas normal
- Tunggu sampai 3 atau empat kali napas lalu ulangi
- Untuk anak yang lebih kecil letakan gelas menutupi mulut dan gunakan spacer
dengan cara yang sama
- Jika spacer digunakan untuk pertama kalinya, semprotkan 4-5 semprot lebih banyak
EPINEFRINE SUBKUTAN → 1:1000(0.1%); Dosis → 0.01 cc/kgbb (max 0.3 cc) → bisa
diulangi 1 dosis bila tidak perbaikan
TINDAKAN MTBS
INFEKSI TELINGA
- Kapas buatkan model sumbu, bersihkan telinga, ganti kapas bila ada kotoran
- Teteskan 3-5 gtt H2O2 3% (3x1) → keringkan → tetes kloramfenikol tetes telinga
3x/hari (14 hari) → biarkan 10 menit
- Chloramphenicol 1% + Hydrocortisone 0.5% Ear Drop Fl. 1 (3x2 gtt AD AS)
CATATAN:
* Jika tidak dapat memberi cairan intravena, RUJUK SEGERA, dalam perjalanan beri
Oralit/cairan lain sedikit demi sedikit dan sering.
** Jangan memberi minuman yang berwarna merah atau coklat tua karena sulit dibedakan
jika ada perdarahan lambung.
- IKTERUS
- IKTERUS BERAT → timbul kuning < 1 hari setelah lahir ATAU Kuning
telapak tangan dan telapak kaki
▪ Tx : Cegah hipoglikemia, hangatkan bayi. RUJUK !!!
- IKTERUS → Timbul kuning > 1-14 hari + Kuning tidak sampai telapak
tangan dan kaki
- Tx : Menyusui lebih sering
ANTIBIOTIK IM/INTRAMUSKULAR
RUJUK adalah pilihan terbaik untuk bayi dengan klasifikasi PENYAKIT SANGAT
BERAT.
- Jika rujukan tidak memungkinkan, lanjutkan ampisilin dan gentamisin sampai 5 hari.
- AMPISILIN
- Bayi < 1 mgg → 2x1
- Bayi > 1 mgg → 3x1
- GENTAMISIN → 1x1
FRAKTUR TERBUKA
Gustillo anderson classification
▪ Grade 1 → Luka < 1cm + Luka bersih/kontaminasi minimal
▪ Grade 2 → Luka > 2cm + Luka bersih/kontaminasi minimal
▪ Grade 3 :
• Grade 3a → Luka > 10cm + Terkontaminasi + jaringan (+)
• Grade 3b→ Luka > 10 cm + Terkontaminasi + jaringan (-)
• Grade 3c → Luka > 10cm + Terkontaminasi + Kerusakan
mayor vaskular
o (kontaminasi) → jatuh ditanah/selokan/, kontaminasi
minimal → jatuh diaspal
- Fraktur Radius-Ulna
- Galeazzi → Radius (GR) → 1/3 distal radius + Dislokasi sendi radio-ulnar
Fraktur colles
- FRAKTUR PELVIS
- Gejala → Syok Hemoragik, Retensi Urin (ruptur uretra)
▪ Tile Classification
- KRONIK :
▪ Callus terbentuk dalam 2-3 minggu
a. Reduction
▪ Close Reduction → Fraktur tertutup + stabil → Cth : fraktur
transversal
• Tx : close reduction under nercose/anasthesia
▪ Open Reduction → Fraktur tidak stabil → cth : fraktur obliq,
komunitif, spiral, terbuka.
b. Retention
▪ Close Reduction under nercose :
• Sederhana → Spala/bidai melewati 2 sendi
• Definitif → Gips
▪ OPERASI :
• ORIF → Fraktur tertutup
CRUSH FRACTURE
▪ Very High :
• N. Axillaris → tidak bisa mengangkat tangan → cth : fraktur
femur.
• N. Musculocutaneus : flexi lengan (-)
- Nervus Medianus
▪ OK sign (-), Ape Hand, Benedict Hand
- Nervus Ulnaris
▪ Low → Abduksi dan adduksi (-) → Cth : fraktur montegia
▪ High → Claw Hand (tidak bisa meluruskan jari 4 dan 5) → Cth :
fraktur supracondyler, fraktus epicondylus medial.
- PENJEPITAN SARAF
- Carpal Tunnel Syndrome (CTS) → mononeuropati akibat kompresi n.
Medianus pada Carpal Tunnel
- Px → Rasa baal/paresthesia/Nyeri di jari 1,2,3 dan ½ lateral jari 4
▪ Flick sign → gejala berkurang jari dikibaskan
▪ Tinnel Sign → ketuk bagian volar tangan → nyeri (+) menjalar
kedaerah inervasi n.medianus
▪ Phalen test → flexi kedua tangan 90O selama 1 menit, (+) bila nyeri
▪ Tx :
• Awal → NSAID, antikonvulsan (gabapentin),
Kortikosteroid oral
• Non farmaka → bidai malam/wrist splint (3-4 minggu)
• Lanjutan → Injeksi kortikosteroid (bila awal gagal)
• Definitif → Operasi (bila atrofi thenar)
- Cubital Tunnel Syndrome → mononeuropati karena kompresi n.Ulnaris
pada guyon canal atau cubital tunnel
▪ Px → rasa baal/paresthesia/ nyeri ½ medial jari 4 dan 5
▪ Gejala :
• Claw hand → posisi tangan mencakar
▪ Tx :
1. Awal → NSAID, antikonvulsan (gabapentin),
Kortikosteroid oral
2. Non farmaka → bidai malam/wrist splint (3-4 minggu)
3. Lanjutan → Injeksi kortikosteroid (bila awal gagal)
4. Definitif → Operasi (bila atrofi thenar)
DD → Polineuropathy diabetik
→ Pasien DM
Tx → Gabapentin + Vit B 12
- RADIKULOPATI
- Radikulopati Plexus Brachialis/Cervical Syndrome
▪ Spurling test/Lhermitte → interpretasi : nyeri menjalar ke bahu dan
jempol (N.C5-C6)
▪ Tx :
• Awal → NSAID
• Definitif → Laminektomi
- Polimialgia Rheumatoid
▪ Gejala → nyeri bahu, leher, pinggang pada orang tua > 50 tahun, kaku
pagi hari > 1 jam
▪ Tx → Injeksi kortikosteroid
• Nafzinger test
o (+) → nyeri menjalar saat penekanan vena jugularis
bilateral
Tx :
o Awal → life style modification (kurangi beban berat,
kurangi BB, berenang, sepeda statis) + NSAID
(Na.Diclofenac)
o Definitif → Laminektomi
- VERTEBRA
- SPONDILOSIS → OA Vertebra
- INFEKSI TULANG
- Inflamasi → KDRT + Functio Laesa
▪ Kalor = Panas
▪ Dolor = Nyeri
▪ Rubor = Merah
▪ Tumor = Pembengkakan
▪ Functio Laesa = Ggn fx
• Kalor-Rubor → akibat dilatasi pembuluh darah → respon
vaskular thd inflamasi
• Tumor →akibat ↑ Tekanan Hidrostatik, permeabilitas
kapiler, migrasi leukosit dikapiler → terbentuk eksudat
• Dolor → ↑ Tekanan dijaringan
• Functio laesa → timbul karena nyeri dan pembengkakan,
destruksi tulang rawan
- OSTEOMIELITIS
▪ Definisi → infeksi tulang dan medula baik karena infeksi piogen dan
non-piogen
▪ Penyebaran → hematogen
▪ Faktor resiko :
• Umur → bayi, anak
• Jenis kelamin → Laki-laki > perempuan (4:1)
• Trauma → hematoma metafisis
• Lokasi → metafisis → tempat pertumbuhan tulang
• Nutrisi, lingkungan, imunitas yang buruk
▪ Patofisiologi :
• Teori vaskuler (trueta) → pembuluh darah dimetafisis
berkelok-kelok, bentuk sinus → sehingga aliran darah lambat
→ jadi tempat berkembangnya bakteri.
a. Bayi → infeksi bisa ke metafisis dan diafisis → karena
vaskularisasi foetal. (epifisis lebih resisten thd infeksi)
b. Anak → resiko infeksi berkurang karena epifisis sbg
barrier terbentuk sempurna dan osifikasi. Bisa karena
infeksi intraartikuler
c. Dewasa → jarang terjadi karena epifisis hilang, Bisa
karena infeksi intraartikuler
• Teori Fagositosis → Metafisis area pembentuk retikulo-
endotelial. Bila infeksi, bakteri akan difagosit oleh sel fagosit
matur.
• Teori Trauma → ada hematoma lempeng epifisis → infeksi
▪ Akut →
• Etiologi :
o Stafilokokus aureus hemolitikus(hematogeous
spread), jarang sterptokokus
o Haemofilus influenza → < 4 tahun
• Gejala → < 2 minggu, sering pada anak, progresif, demam,
malaise, nafsu makan menurun
o Dewasa → riw infeksi torakolumbal akibat
torakosentesis, dm, malnutrisi, obat-obatan
• Pemfis → nyeri tekan, ggn fungsi gerak
• Penunjang
o DR → Leukositosis, LED ↑
o Radiologi (AP-LATERAL)→ ditemukan kelainan
dalam 10 hari (2 minggu)
▪ Soft Tissue Swelling
▪ Osteolisis/destruksi tulang,
▪ reaksi periosteal
• Terapi :
o Rest
o Analgetik,
o Antibiotik (3-6 minggu) → LED normal → lanjut 2
minggu
o Cairan → transfusi bila perlu
o Drainase bedah → bila antibiotik gagal dalam 24 jam
→Cuci NaCl 0.9% + antibiotik + pasang drain
- Subakut → 2-4 minggu
▪ Gejala → 2-4 minggu, anak-remaja, demam (-), nyeri dan bengkak
ekstremitas
▪ Penunjang :
• DR → WBC normal, LED ↑
• Radiologi → Sclerosis ring, abses brodie
Terapi :
- Antibiotik 6 minggu,
- biopsi,
- kuretase
- Kronik
▪ Gejala dan pemfis
• > 4 minggu, cairan keluar dari luka post operasi, menahun
• Demam, nyeri lokal
• Sinus, fistel, nyeri tekan
• Riw. Fraktur terbuka atau operasi
▪ Penunjang :
• DR → leukositosis, LED ↑
• Titer antibody stafilokokus → ↑
• Kultur bakteri → pus → gold std
• Radiologi →
o Foto polos AP-Lateral :
▪ Involcrum (korteks menebal) → tulang baru
disekitar tulang yang nekrosis)
▪ Sequester (Bone lytic dgn scar puss → warna
hitam dengan titik ditengahnya)
- SPONDILITIS
- SPONDILITIS TB (POTTS DISEASE)
▪ BB ↓, Gibbus (+), sel datia langhans.
- EWING SARCOMA → 5-25 tahun, tumor paling sering kedua pada anak,
didiafisis tulang
- OSTEOID OSTEOMA → dewasa muda (>20-30 tahun), Nyeri pada malam
hari
▪ RO → Nidus radioluscent dikelilingi pinggiran sklerotik
- GENETIK
- MULTIPLE MYELOMA (MM)
▪ Gejala → OLD CRAB
• Old → Tua
• C → Ca2+ (hiperkalsemia)
• R → Renal Failure
• A → Anemia normositik normokrom, mudah lelah.
• B → Bone Lytic lesion → rentan fraktur
▪ Pemeriksaan penunjang :
• Elektrofisis → IGM (+)
• Apusan darah tepi → RBC rouleaux
• Urinalisis → benc jones protein
• BMP → sel fried egg (pansitopenia)
• RO → Punched out lytics
- PAGET DISEASE (OSTEITIS DEFORMANS)
▪ Px → alkaline fosfate ↑, osteoclast ↑, deformitas tulang
▪ RO → Penebalan Korteks + Trabekula kasar
- KONGENITAL
- CONGENITAL TALIPES EQUINUS VARUS (CTEV)
▪ Gejala → Midfoot cavus, Forefoot Adductus, Hindfoot varus dan
Equinus.
▪ Tx → Gips/serial casting
▪ Usia 6 minggu → gips bertahap selama 3-4 bulan → gips diganti per
1-2 minggu
▪ Bila 6 minggu masih ada → rujuk operasi
- RICKETS
▪ Banyak pada anak, dewasa → OSTEOMALACIA
▪ Etiologi → Vitamin D3
▪ Px → Kaki O (bowed leg), craniotabes, roseary breads, greenstick
fracture
- MENISCUS TEAR
- Gejala → riw. Squatting, banyak pada atlet basket.
- Px → Sweeling, clicking, locking
- Test khusus :
▪ Mc murray sign (+),
▪ Apley grind sign (+),
▪ Thesally test (+),
▪ Rotasi internal → Meniscus
▪ Rotasi external → Meniscus medial
▪ Tx → Definitif : Meniscotomy
- MCL SPRAIN (Medial Cruciate ligament)
- Tes khusus → Valgus test (luar) (+)
▪ Tes Khusus :
• Thompson test (-)
• Radiologi → MRI
- TENDON
- RUPTUR TENDON ACHILLES
▪ Tes Khusus :
• Thompson (+)
• Ada gap ditumit,
• Tidak bisa plantar flexi
▪ Tx :
• Non-operartif → castfoot plantar position (8-12 minggu)
• Operatif
- TENOSYNOVITIS
▪ Gejala → Riw. Tertusuk benda tajam, edema pada jari
▪ Px → Canavel Sign (+)
▪ Tx → Insisi drainase
- TENDINITIS de Quarvain
▪ Gejala → nyeri saat gerakan jempol (riw. Main hp atau berkendara
motor)
- HEMARTHROSIS
- Ada penumpukan darah di sendi + Riw. Trauma
- Tx → RICE, Anti nyeri + drainase darah. Bila berat → pembedahan.
- BOXER FRACTURE
- Fraktur metacarpal 4/5 karena memukul benda keras.
- SCAPOID FRACTURE
- AMELIA
- Tidak ada kaki dan tangan
- ACHONDROPLASIA
- Lengan & Tungkai jari pendek, dahi menonjol, terdapat ruang antara jari
tengah dan jaru manis
BEDAH UROLOGI
- EMBRIOLOGI
- Ginjal berasal dari metanefros :
▪ Dorsal Mesonefros
▪ Tonjol ureter
- Metanefros membentuk
▪ Ureter, pielum, kaliks ginjal, parenkim ginjal
▪ Metanefros naik kearah dorsokranial sekitar minggu ke-8 → menyatu
dengan blastema → alami rotasi → sehingga pielum dan hilus terletak
disebelah medial
- Kloaka membentuk :
▪ Sinus urogenital ventral
▪ Rektum
- Sisa ductus mesonefros, membentuk :
▪ Trigonum kandung kemih, Vesikula seminalis, Vas deferens,
epididmis → bertemu jaringan bakal gonad
- Ductus muller
▪ Laki-laki → beregresi
▪ Perempuan → tuba fallopi dan uterus
- Embrio awal manusia → biseks → terjadi diferensiasi seks minggu ke-7
kehamilan
▪ Testis → tinggal diperut sampai bulan ke-7 → kemudian turun
(desensus testis) → keluar lewat canalis inguinalis
• Desensus testis yang tidak selesai → kriptorkismus
• Desensus testis tidak sesuai jalur → ektopia testis
- PATOFISIOLOGI
- SINDROM OBSTRUKSI
▪ Obstruksi uretra sebabkan hipertrofi otot detrussor → sbg kompensasi
atasi obstruksi
▪ Hipertrofi m.detrussor VU → tekanan dalam kandung kemih ↑ →
sebabkan → pelebaran ureter, pielum, hidroureter, hidronefrosis, gagal
ginjal.
▪ Hipertrofi m.deturssor sebabkan trabekulasi (terbentuk sakulus VU
(kantong kecil) → bila sakulus lebih dalam → terbentuk divertikulum
buli-buli.
- NYERI
▪ Nyeri ginjal → nyeri kostovertebra kiri atau kanan
▪ Nyeri kolik → ada obstruksi ureter
▪ Nyeri suprapubik → dari buli-buli
- PERUBAHAN/GANGGUAN MIKSI
▪ Kapasitias VU → 300 cc → respon miksi, kontraksi m.detrussor,
relaksasi sfingter
- Px penunjang :
▪ USG PROSTAT (GOLD STD) → ukur vol. Prostat dan vol. Urin
• Tranrectal USG → TRUS
• Transabdominal USG → TAUS
▪ IVP → Fish Hook App/Indentasi Kaudal
▪ Fx Ginjal (Ur, Cr)
- Tx :
▪ Awal → BPH → Pasang kateter urin
▪ Pasang kateter → diganti per 7-10 hari, maksimal 14 hari.
▪ Farmakoterapi :
• 5 ARI (alpha reductase inhibitor) → efek kerja lebih cepat
o Mekanisme obat → mengecilkan volume prostat → Ex
: Finateride
• Alfa Blocker : Efek kerja lebih lambat
o Mekanisme obat : dilatasi sfingter ani → Ex :
Terazosin, Tamsulosin 0,4 mg (1x1), Prazosin.
Alfazosin
o Tidak boleh dipakai lama
▪ Operasi :
• Kecil → TUR-P
• Besar → Ukuran > 80 gram/ > 100 ml
- DD :
▪ Prostatitis → infeksi prostat, >> E.Coli, demam, nyeri tekan, difus.
▪ Ca. Prostat → prostat teraba keras dan berbenjol-benjol, PSA > 10
→ Operasi. Normal → < 4
- RETENSI URIN
- Tidak dapat kencing ketika VU sudah penuh
- Etiologi →
▪ sumbatan mekanik disaluran kencing
▪ gangguan fungsional kandung kemih dan sfingter nya
- INKOTINENSIA URIN
- URGENSI INKONTINENSIA
▪ Patof → hilang inhibisi saraf S2-S3
▪ Etiologi → Stroke, cedera medulla spinalis
▪ Tx → AntiKolinergik
- STRESS INKONTINENSIA
▪ Patof → Sphincter lemah
▪ Etiologi → khamilan, obesitas, post operasi urologi, kelemahan otot
dasar panggul
▪ Px → Uji batuk → refluks
▪ Tx → Alfa agonis
- OVERFLOW INKONTINENSIA
▪ Patof → ggn pada uretra sebabkan kapasitas buli menjadi penuh
▪ Etiologi → Vesicolithiasis, BPH, Fecal Impaction.
▪ Tx → Alfa Blocker → Relaksasi Sphincter
- ENKOPRESIS
▪ Tidak mampu menahan BAB, biasa pada anak-anak
- ENURESIS NOCTURNA
▪ Ngompol
▪ Terapi :
• Kencing sebelum tidur
• Desmopressin 0.2 mg (2x1) (3x1)
- ETIOLOGI :
- Idiopatik
- Gangguan aliran urin : Fimosis, striktur meatus, BPH, refluks vesiko
urethral,ureterokel.
- Ggn metabolisme → Hiperparatiroid, hiperurisemia, hiperkalsuria
- ISK → proteus mirabilis → bisa buat urease
- Dehidrasi
- Benda asing
- Nekrosis jaringan
- BATU PROSTAT
- Tidak bergejala, berasal dari uri secara retrograd terdolong kebelakang
- Tidak butuh tindakan bedah
- PENUNJANG :
- Lab : Urinalisa, faal ginjal (Ur, Cr, Elektrolit)
- Gold std → CT SCAN
- Sederhana → BNO IVP
▪ BNO (lihat bagian yang radioopaque)
• PH asam → batu struvit → Staghorn, oksalat
• PH basa → batu calcium oksalat
▪ IVP (lihat batu radiolusen, bila gejala (+) dan batu tidak tampak)
• PH asam → Asam Urat
• PH basa → semi opak → batu sistein (Calcium oksalat)
• Syarat IVP : UR (<60), CR (<1,5)
• Bila tidak bisa IVP → Retrograde pyelografi (pakai kontras)
- TERAPI :
- Non farmakologi → sering minum
- Farmakologi :
▪ Awal → NSAID → Ketorolac
▪ Tamsulosin 0.4 mg 1x1 → menurunkan batu
▪ Na. Bicarbonat 500 mg (3x1) → melisiskan batu asam urat
▪ Allopurinol 100 mg (3x1) → Batu asam urat
▪ Diuretik → Furosemide 40 mg (max. 3x1) → efek miksi membantu
mendorong batu)
▪ Solutin G → irigasi vesicolithiasis
- Operatif :
▪ Indikasi operasi :
• Obstruksi saluran kemih
• Infeksi
• Nyeri menetap atau berulang
• Batu tumbuh cepat
▪ Jenis operasi :
• Sistoskop/ureteroskop
• Bedah terbuka → Pielolitotomi, ureterolitotomi,
sistolitotomi
• Litotripsi Perkutan → Nefrostomi
• Noninvasif → litotripsi
BERDASARKAN UKURAN BATU :
▪ < 5 mm → Minum air
▪ < 3 cm → ureteroskopi (batu distal), ESWL (batu proximal)
▪ > 3 cm → PNL
PENCEGAHAN :
▪ Kurangi makanan mengandung :
• Asam urat → sayuran hijau, kacang-kacangan
• Kalsium
• Vit D
• Oksalat → Bayam, teh, kopi, coklat
PNEUMATURIA
- pengeluaran gas bersama kemih. Gas berasal dari usus → tanda ada fistel diusus dan
saluran kemih
TRAUMA SALURAN KEMIH
- Etiologi :
- trauma tumpul abdomen → avulsi pedikel ginjal atau robekan tunika intima
a.renalis → timbulkan trombosis
- trauma tajam
- tumor, hidornefrosis, ginjal polikistik
- TRAUMA GINJAL
- Pembagian trauma ginjal secara patologis :
▪ Kontusio
▪ Laserasi
▪ Cedera pedikel
- Gejala → Nyeri kostovertebra + Jejas/luka dilumbal + gross
hematuria/mikroskopik + Riw. Trauma
- Px → nyeri tekan pinggang
- Penunjang → Gold Std → CT-Scan, sederhana → BNO-IVP
- Klasifikasi :
- TRAUMA URETER
- Jarang, iatrogenik
- Gejala → Hematuria, anuria
- Tx → rekonstruksi ureter
- TRAUMA BULI-BULI
- Etiologi → trauma, fraktur pelvis
- Jenis trauma buli :
▪ Intraperitoneum
• Ekstravasasi kontras ke cavum peritoneum (jarang)
• Ruptur keatas
• Cedera saat buli-buli full
• Tx → laparoskopi
• Ruptur kebawah
• Cedera saat buli-buli kosong
• Tx → indwelling kateter urin (7-14 hari)
- Gejala :
▪ memar/hematom penis-skrotum,
▪ meatal bleeding,
▪ nyeri suprapubik/perut bagian bawah
- Berdasarkan anatomi :
▪ Ruptur uretra anterior → Straddle injury/trauma
perineum/Butterfly hematom → distal diafragma urogenital →
pemasangan kateter, businasi, bedah endoskopi.
• Pemfis : Straddle injury/trauma perineum/Butterfly
hematom
▪ Ruptur uretra posterior → Floating prostate → proksimal
diafragma urogenital → akibat fraktur pelvis → robekan pars
membranasea → prostat dan uretra prostatika tertarik ke kranial
bersama fragmen fraktur, uretra membranasea terikat didiafragma
urogenital.
• Pemfis : Trauma simfisis pubis, Floating prostate
- Penunjang → retrograde uretrosistografi
- Tx :
▪ Awal → open sistostomi (pungsi suprapubic)
▪ Ruptur uretra posterior → sistostomi kemudian reparasi uretra (2-3
hari kemudian)
▪ Komplikasi → striktur uretra → tx: businasi
- STRIKTUR URETRA
- Obstruksi anterior akibat trauma atau inflamasi (GO)
- Gejala → kencing bercabang sampai retensi urin, disebabkan terbentuk
jaringan parut dicorpus spongiosum
- Tx → dilatasi pakai dilator (metal/plastik),uretrotomi, uretroplasti,
rekonstruksi multiple
PENIS
- FIMOSIS
- Gejala → Preputium tidak bisa, traksi keproksimal
- Tx → definitif sirkumsisi
- Komplikasi :
▪ Balanitis → infeksi gland, merah dan nyeri
• Tx → antibiotik dan antinyeri → radang reda → sirkumsisi
- PARAFIMOSIS
- Gejala → Preputium bisa traksi keproksimal, tapi tidak bisa reposisi kedistal
- Tx → dorsum slit/sirkumsisi
- Komplikasi → nekrosis glands penis
- PRIAPISMUS → ereksi terus menerus > 4 jam, penyebab idiopatik, riw. Konsumsi
alkohol dan penggunaan obat-obatan
- Klasifikasi :
▪ Non Iskemik → high flow → nyeri (-) → tx : aspirasi darah
▪ Iskemik → Low flow → nyeri (+) → tx : surgical
shunting/fenilepinefrin
- HIDROKEL TESTIS
- Gejala → Nyeri (-)
- Pemfis → Testis membesar, berisi cairan, Transluminasi (+) → ada cairan
diantara yunika vaginalis
▪ Susp. Seminoma (tumor testis) → kalau teraba keras
▪ Hernia scrotalis → kalau peristaltik
- Tx →
▪ Ligase proc. Vaginalis
▪ Anak → ditunggu sampai 1-2 tahun, sembuh sendiri
▪ Aspirasi dan operasi
▪ Indikasi operasi :
• Hidrokel menekan pembuluh darah
• Kosmetik
• Mengganggu aktivitas sehari-hari
- SPERMATOKEL
- Gejala → sperma berbentuk kista, lunak, kenyal, mobile,, batas tegas, riw.
Benjolan diatas testis
- Pemfis → transluminasi (-)
- TORSIO TESTIS
- Gejala → Nyeri akut/tiba-tiba (+), demam (-)
- Px
▪ Angel Sign (+) → testis horizontal
▪ Phern sign (-) → nyeri menetap testis dengan elvasi testis
▪ Deming sign (+) → tinggi testis berbeda jauh
▪ Refleks kremaster (-) → N. L1-L2
- Tx :
▪ < 6 jam → detorsi manual (dibantu usg untuk lihat aliran darahnya),
orchiodopexy
▪ > 6 jam → orchiodectomy (testis nekrosis)
- ORCHIOEPIDIDIMITIS
- Gejala → nyeri (+), demam (+),
- Orchitis : Anak → mumps, Dewasa → GO
- Pemfis :
▪ Phern sign (+) → nyeri berkurang saat elevasi testis
▪ Refleks kremaster (+) → N. L1-L2
- Tx :
▪ Anak → sembuh sendiri
▪ Dewasa → antibiotik untuk GO
- RETRACTILE TESTIS
- Gejala → testis naik turun karena tidak ada fiksasi gubernaculum
- Jenis :
▪ Ektopik testis → teraba dilipatan paha
▪ Agenesis testis → tidak ada kedua testis
GAWAT ABDOMEN
- Embriologi organ intrabdominal :
- Foregut (usus depan) → Trunkus seliakus
- Midgut (usus tengah) → A. Mesenterica superior
- Hindgut (usus belakang) → A. Mesenterica inferior
- Pertumbuhan saluran cerna terjadi pada UK 2-3 minggu berasai dari ENDODERM
- UK 4 minggu tumbuh menjadi saluran cerna yang lain
- NYERI PERUT
- Jenis nyeri perut :
▪ NYERI VISCERAL
• timbul akibat rangsang nyeri organ perut karena cedera atau
radang → pasien tidak spesifik menunjukan lokasi nyeri
yang tepat.
• Peritoneum visceral menyelimuti organ abdomen diinervasi
saraf otonom → tidak respon nyeri pada perabaan atau
pemotongan
• Bila diregangkan, tarikan, atau kontraksi → sebabkan
iskemik → timbul nyeri.
• Pola nyeri visceral :
d. Foregut → Hepar, lien, lambung → Nyeri epigastrik
e. Midgut → Nyeri umbilikus
f. Hindgut → Nyeri perut bagian bawah
▪ NYERI SOMATIK
• Timbul akibat rangsangan ditepi saraf → seperti regangan
diperitoneum parietal atau luka didinding perut.
• Nyeri speerti ditusuk/disayat
• Pasien dapat menunjukan lokasi nyeri dengan tepat
- SIFAT-SIFAT NYERI
- NYERI ALIH → nyeri pada segmen saraf yang menginervasi lebih dari 1
area
▪ Contoh → nyeri belikat pada kolesistitis akut
- NYERI PROYEKSI → nyeri timbul akibat rangsang sensorik akibat cedera
atau peradangan saraf.
- HIPERESTESIA/HIPERALGESIA → nyeri pada kulit namun dibawahnya
terdapat peradangan → biasa pada peritonitis lokal atau umum.
- NYERI KONTINU → nyeri yang berlangsung terus menerus karena
reaksi radang berlangsung pada peritoneum parietal.
- NYERI KOLIK → Nyeri viseral, serangan tajam, hilang timbul, tidak
berkurang karena perubahan posisi, akibat spasme otot polos berongga
atua obstruksi.
▪ Timbul akibat hipoksia jaringan
▪ Trias kolik → nyeri hilang timbul, mual muntah, gerak paksa
- NYERI ISKEMIK → nyeri hebat, menetap, tidak berkurang, tanda dari
jaringan yang terancam nekrotik, biasa diikuti dengan gejala intoksikasi,
seperti takikardia, syok.
- NYERI PINDAH → nyeri yang berubah sesuai perkembangan patologi
penyakit → contoh nyeri APP
PERITONITIS
- Definisi → peradangan dalam rongga peritoneum disebabkan agen tertentu (bakteri,
virus, jmur)
- Etiologi → perforasi saluran cerna, Organ berongga > 24 jam, organ solid < 8 jam.
- Klasifikasi :
- Peritonitis Bakterial :
▪ Primer → Tidak berhubungan langsung dengan kelainan abdomen →
Bacterial peritonitis → disebabkan sterptokokkus, infeksi tanpa
riwayat trauma atau tindakan pembedahan.
▪ Sekunder → ada infeksi langsung dari intraabdominal → trauma
tembus abdomen, ada perforasi infeksi menuju peritoneum
▪ Tersier → masih infeksi setelah pemberian terapi → laparotomi
tidak efektif pada kasus ini karena infeksi sdh sistemik
▪ Peritonitis TB → Fenomena papan catur (perkusi pekak-timpani
bergantian)
- Peritonitis Kimiawi :
▪ Peritonitis akibat zat kimia
- Berdasarkan lokasi :
▪ Peritonitis lokal → peradangan pada bagian tertentu diperitoneum
▪ Peritonitis general → peradangan diseluruh peritoneum
- Gejala →
- nyeri abdomen (memberat saat bergerak)
- Demam, mual, muntah, kembung
- Px →
- nyeri tekan difus, distensi abdomen, Defans muscular,
- RT → ↓ Tonus sfiingter ani
- Pekak hepar menghilang → tanda perforasi
- Penunjang →
- DR → leukositosis
- Foto Polos Abdomen 3 posisi
▪ Udara subdiafragma (pneumoperitoneum) → posisi erect (jika
perforasi)
▪ Peritoneal fat line kelihatan/psoas line menghilang → jika perforasi
- Terapi :
- Konservatif
▪ Pasang NGT, kateter, IV Line
▪ Antibiotik
- Operasi → Laparotomi
ILEUS
- Definisi :
- isi lumen tidak bisa disalurkan kedistal karena akibat :
▪ kelumpuhan tunica muscularis pada dinding usus
▪ adanya sumbatan mekanik pada lumen usus
- Gangguan pergerakan isi usus/peristaltik usus yang dapat menyebabkan
gangguan pasase usus
- Etiologi Ileus :
- Anak → Invaginasi, hirschprung, volvulus, ascariasis ball
- Dewasa → Hernia inkarserata, tumor colon, adhesi (riwayat operasi)
- Penunjang :
▪ DR, elektrolit darah, fx hati, fx ginjal, tumor marker bila perlu
▪ USG ABDOMEN → untuk cari tau metastase
▪ Colon in loop, barium meal, endoscopy, ct-scan abdomen
▪ Foto polos abdomen 3 posisi →
Hearring bone Appearance, stepladder app (air fluid level)
- Tx →
▪ Non bedah :
• Puasakan, Pasang ngt
• Posisi tidur setengah duduk, Monitoring cairan
• Antibiotik spektrum luas → profilaksis
• Antiemetik, antipiretik
▪ BEDAH → Laparotomi
- KALASARAN SCORE :
(+) (-)
Mual +7 -10
Muntah +11 -15
Demam +7 -27
Nyeri batuk +15 -20
Nyeri Ketok +5 -23
Defans Lokal +10 -13
Leukosit >10.000 + 15 -11
Interpretasi :
▪ > 20 → Operasi
▪ -49 s/d 20 → Observasi
▪ < -49 → Bukan App
- Klasifikasi Hernia :
- Berdasarkan terjadinya :
▪ Hernia kongenital
▪ Hernia dapatan/akuisita
- Berdasarkan sifatnya :
▪ Hernia reponible → isi hernia dapat keluar-masuk kembali.
keluar saat berdiri/mengedan, masuk saat baring atau dimasukan
kembali dengan sengaja → reponible, nyeri (-), obstruksi (-)
▪ Hernia Irreponible → isi hernia tidak dapat masuk keluar
kembali. Disebabkan perlekatan isi kantong pada peritoneum kntong
hernia
• Hernia akreta → hernia tidak dapat keluar-masuk akibat
perlekatan karena fibrosis,
o IRREPONIBLE (+), Nyeri (-), ggn pasase usus (-)
• Hernia Inkarserata → hernia tidak dapat keluar masuk
akibat isi cincin terjepit oleh cincin hernia → isi kantong
terperangkap dan tidak dapat kembali, harus CITO
o IRREPONIBLE (+) + Nyeri (+), Gangguan passase
(+)
▪ Hernia strangulata → terjadi jepitan isi cincin oleh cincin hernia
yang menyebabkan vaskularisasi terganggu dari bendungan
vskularisasi sampai nekrosis
• IRREPOBIBLE (+) + Nyeri (+) + Gangguan Vaskularisasi
(+)
• Strangulasi yang menjepit sebagian dinding perut →
HERNIA RICHTER
- Berdasarkan letaknya :
▪ Hernia inguinalis :
• (HIM) Medial/Direk → Trigonum Hasselbach
o Trigonum hasselbach dibentuk oleh
▪ m. Rectus abdominis,
▪ a. Epigastrica inferior,
▪ ligamentum inguinalis
• (HIL) Lateral/Indirek → Canalis inguinalis
o HIL → hernia keluar dari periteoneum lewat annulus
inguinalis internus → canalis ingunialis → annulus
inguinalis externus → jika berlanjut akan sampai
skrotum → jadi HERNIA SKROTALIS → kantong
hernia ada didalam m.Cremaster
o Inervasi regio inguinalis :
▪ N. Ilioinguinalis
▪ N. Iliofemoralis
o Regio inguinalis :
▪ Batas kanalis inguinalis :
• Kraniolateral → annulus inguinalis
internus → bagian terbuka dari fascia
transversalis dan aponeurosis
m.transversus abdominis.
• Medial bawah → annulus inguinalis
eksternus → bagian terbawah
aponeurosis m.oblikus eksternus
abdominis
• Atap → aponeurosis . obliqus rectus
abdominis
• Bawah → Lig. Ingunale
▪ Hernia umbilical → def. Asam folat
▪ Hernia scrotalis → defek ke scrotum
▪ Hernia diafragmatika → defek lewat foramen bochdalek
▪ Hernia femoralis → lewat dibawah lig.inguinalis
▪ Hernia ventralis
▪ Hernia insisional
- Klasifikasi lain :
▪ Hernia Eksterna → hernia menonjol keluar lewat dinding perut,
pinggang, atau perineum
▪ Hernia Interna → Hernia menonjol tanpa kantung hernia, melalui
lubang dalam rongga perut, seperti foramen winslow, resessus
rektosekalis
▪ Hernia insipien → Hernia indirek pada kanalis inguinalis yg ujungnya
tidak keluar dari annulus eksternus
▪ Hernia Interparietalis/interstitial → hernia yang kantongnya
menjorok kecelah lapisan antar dinding perut
▪ Sliding hernia → hernia yg sebagian dinding kantongnya terbentuk
dari isi hernia (caecum, kolon descenden, VU)
▪ Hernia epigastrika → hernia menonjol lewat defek linea alba
▪ Hernia Spieghel → hernia muncul dari tempat lemah antara tepi
lateral m.recuts abdominis dengan linea semisirkularis/ hernia
interstitial yang terletak di antara m. Tranversus abdominis dan m.
Obliquus abdominis internus
▪ Hernia Lumbalis → hernia pada dinding perut lateral
▪ Hernia obturatoria → hernia pada foramen obturatoria
▪ Hernia Littre → hernia berisi divertikulum meckel
- Gejala :
- Benjolan pada lipatan paha (muncul saat berdiri, batuk, bersin, mengedan,
menghilang/tdk menghilang setelah berbaring, ketika tekanan intraabdomen
meningkat)
- Nyeri epigastrium atau paraumblilical (nyeri visceral) → jarang
- Mual muntah → pada inkarserata
- Pemfis :
- Sederhana :
▪ Finger test :
• Gunakan jari 2 atau jari 5
• Masukan lewat skrotum lewat annulus eksternus inguinal ke
kanal inguinalis
• Instruksikan pasien batuk
o Impuls ujung jari → HIL
o Impuls disamping jari → HIM
▪ Ziemen test :
• Pasien posisi baring
• Benjolan dimasukan dulu (biasa oleh penderita)
• Periksa hernia gunakan tangan kanan
• Instuksikan pasien batuk :
o Rangsang jari ke-2 → HIL
o Rangsang jari ke-3 → HIM
o Rangsang jari ke-4 → Hernia Femoralis
▪ Thumb test :
• Annulus internus ditekan dengan ibu jari pemeriksa
• Pasien disuruh mengejan
• Bila keluar benjolan → HIM
• Bila tidak keluar benjolan → HIM
- Auskultasi → Bising usus (+) pada benjolan hernia
- Terapi :
- Konservatif → Reposisi bimanual → tangan kiri memegang isi hernia sambiil
membentuk corong, tangan kanan mendorong cincin hernia dengan sedikit
tekanan sampai te reposisi
- Operatif :
▪ Reponible dan irreponible → Hernioraphy/hernioplasty (elektif) →
memperkecil annulus inguinalis internus dan perkuat dinding kanalis
inguinalis
• Metode bassini
• Metode Lothessien mcvay
• Metode shouldice
• Metode Lichstein tension free
▪ Inkarserata dan strangulata → Herniotomi (Cito) → pembebasan
kantong hernia sampai kelehernya, kantong dibuka dan isi hernia
dibebaskan kalau ada perlekatan dan direposisi, kantong hernia dijahit
setinggi mungkin lalu dipotong
▪ Hernia Umbilikalis → < 1 tahun observasi, > 1 tahun bedah
- DD
Hidrocele → mengedan ukuran tetap + transluminasi (+), kalau hernia
-
mengedan ukuran membesar
- Elephanthiasis
- Limfadenitis
- Orchitis
- Komplikasi → abses lokal, fistel, peritonitis
HEMORRHOID
- Definisi → penebalan jaringan submukosa, terdiri dari venula arteriola dan jaringan
otot polos pada kanalis analis
- Jenis :
HEMORRHOID INTERNA HEMORRHOID EXTERNA
Etiologi Pelebaran plexus hemorrhoidalis Pelebaran plexus hemorrhoidalis
internal (dibentuk vena rectalis externa (dibentuk vena rectalis
superior media) inferior)
Letak diatas linea dentata Dibawah linea dentata
Asal endoderm ektoderm
CARCINOMA COLORECTAL
- Fungsi utama colon → absorbsi air
- Ca. Colon ascenden :
- BAB darah + lendir
- Test occult blood (+) → anemia penyakit kronis
- Ca Colon Rectosigmoid :
- BAB keras (semisolid), berdarah (tidak masif) + obstipasi
- Rasa tidak puas BAB, feses seperti kotoran kambing, BAB darah segar
- RT → teraba massa bulat konsistensi keras
▪ 1/3 distal → <7 cm
▪ 1/3 medial → 7-12 cm
▪ 1/3 proximal → > 12 cm
- Lab → CEA (+)
- Radiologi → BARIUM ENEMA (applecore appearance)
- Biopsi → Gold std
- Tx :
▪ Ca Rectosigmoid 1/3 distal → miles prosedure
▪ Definitif → biopsi, rektoskopi/protoskopi
TRAUMA DIGESTIF
- Tx → hyeler myotomi
ATRESIA ESOFAGUS
- Gejala → riw. Ibu saat hamil alami polihidroamnion, saat lahir bayi mulut
tampak berbusa, muntah tiap kali minum/makan
- Px :
▪ RO → NGT follow through (Masukan ngt, lalu lakukan foto thorax)
→ NGT terlipat, gasless abdomen, biasa disertai fisteltrakeo esofagus
ATRESIA DUODENUM
- Gejala → muntah proyektil warna hijau
- RO → foto polos abdomen → double bubble
ATRESIA JEJUNUM
- Gejala → muntah proyektil berwarna hijau bilier
- RO → Foto polos abdomen → triple bubble → satu gelembung dibawah lig. Treitz
- POLIKISTIK RENAL
▪ Gejala → kista-kista kecil pada ginjal → anak autosomal resesif,
dewasa autosomal dominan
GASTROSCHISIS
- Gejala → usus keluar tanpa selaput
OMPHALOCELE
- Gejala → usus keluar dengan selaput pembungkus
OMPHALITIS
- Gejala → infeksi pada umbilicus → umbilicus merah, bengkak, bernanah
DIVERTIKULUM MECKEL
- Gejala → painless rectal bleeding
- Etiologi → kongenital
- Px → massa diumbilicus
- Tx → bedah
- Komplikasi → intususepsi
DIVERTIKULUM ZENKER
- Px → kantong pada esofagus (diatas sfingter esofagus proximal)
- RO → BARIUM MEAL → paryngeal puch setinggi C5-C6 didinding posterior faring
BEDAH ONKO
TUMOR MARKERS
- Ovarium → Ca.125
- Payudara → Ca.135, BRCA 1 dan 2
- Hepatoma → Alfa Feto Protein
- Prostat → PSA
- Colon → CEA
- Pankreas → Ca-19-9
KARSINOGENESIS
- Overexpresi/aktivasi protoenkogen dan/atau Growth Factor
- Inaktivasi Tumor Supressor Gen
- Repair DNA (↓↑) → gagal? → Apoptosis → gagal? → Mutasi (proliferasi
sel dan proses karsinogenesis)
▪ Repair DNA → berhasil? → Sel X membelah → X dan Xx (sel
normal)
▪ Apoptosis berlangsung di S, bila apoptosis gagal → sel kanker
▪ G1 → S → G2 → M → Kembali ke G1
TUMOR MAMMAE
- 6 Tatalaksana :
- Diagnosa
- Stadium
- Status penampilan (karnofsky score, WHO, ECOG)
- Rencana terapi
- Pelaksanaan terapi
- Follow up
▪ Rehabilitasi dan rekonstruksi
- STATUS PENAMPILAN
- Karnofsky score :
▪ 100 → normal
▪ 90 → aktivitas normal, gejala tanda minor dari penyakit
▪ 80 → aktivitas normal dengan usaha, gejala tanda penyakit (+)
▪ 70 → tidak mampu aktivitas normal, mampu merawat diri
▪ 60 → kadang butuh bantuan, mampu rawat kebutuhan pribadi
▪ 50 → butuh perawatan dan bantuan medis rutin
▪ 40 → lumpuh, butuh bantuan dan perhatian lebuh
▪ 30 → lumpuh parah
▪ 20 → sangat sakit, butuh perawatan RS, butuh terapi supportif dan
aktif
▪ 10 → sekarat, proses fatal berlangsung cepat
▪ 0 → mati
- Eastern Cooperative Oncology Group/WHO
▪ 0 → asimptomaptik, mampu lakukan aktifitas sepenuhnya tanpa
hambatan
▪ 1 → simptomatik, bisa berjalan, kegiatan fisik terbatas
▪ 2 → simptomatik, < 50% berada ditempat tidur sepanjang hari, dapat
berjalan dan merawat diri, tidak bisa kerja
▪ 3 → Simptomatik, > 50% ditempat tidur, > 50% terbangun
▪ 4 → Lumpuh total, tidak bisa rawat diri, sepenuhnya harus ditempat
tidur
▪ 5 → mati
- STADIUM
- TNM CA MAMMAE (2-5) : Tiroid (2-4)
▪ T:
• Tis/Tx → belum bisa dipastikan tumor, ductus carcinoma
insitu, lobular carcinoma insitu.
• T0 → tidak ada tumor, sdh dikonfirmasi pemeriksaan
• T1 → tumor < 2 cm
• T2 → Tumor 2-5 cm
• T3 → Tumor > 5 cm
• T4 → berapapun ukurannya ;
o T4a → Fiksasi dinding dada
o T4b → fiksasi kulit
o T4c → fiksir keduanya
o T4d → Mastitis karsinomatosis ( tumor merah dan
nyeri) → > 3 bulan + berobat
▪ N:
• N0 → tidak ada metastase KGB
• N1→ menyebar axilla ipsilateral, dapat digerakan
• N2 → melekat satu sama lain (konglomerasi)/ melekat pada
struktur lengan, menyebar diaxilla, sulit digerakan
• N3 → menyebar ke supraclavicular ipasilateral lymph node,
mammary lymph node
▪ M:
• Mx → belum dipastikan metastase (belum diperiksa lebih
lanjut)
• M0 → tidak ada metastase (sdh diperiksa lanjut)
• M1 → Metastase organ jauh → STADIUM 4
▪ Metastase Ca mammae :
• Paru-paru → foto thorax → multiple coin lesion
• Hepar → Usg Abdomen → bernodul
• Tulang belakang → foto vertebra, lumbal, thoracal, cervical
→ bone lytic lesion
▪ Stadium :
• 0 → Tis N0 M0
• I → T1 N0 M0
→ T0 N1 M0
• II A → T1 N1 M0
→ T2 N0 M0
• II B → T2 N1 M0
→ T3 N0 M0
• III A → T0 N2 M0
→ T1 N2 M0
→ T2 N2 M0
→ T3 N1/N2 M0
• III B → T4 N(apa saja) M0
• III C → T(apa saja) N3 M0
• IV → T(apa saja) N(apa saja) M1 (MASSIVE BREAST
CANCER)
- RENCANA TERAPI :
- Kuratif → Std I, II, III A
- Paliatif → Std III B, IV → ↑ quality of life
▪ OPERATIF
• Tumorectomy, subcutaneus mastektomi, radikal
mastektomi, Modified radical mastektomi, simple
mastektomi
• KALAU MALIGNA → SIMPLE MASTEKTOMI →
karena lanjut kemoterapi
• → Lumpektomi, mastektomi, kuadranektomi, breast cancer
therapy)
▪ KEMOTERAPI →
• neo adjuvant (non operable) → sebelum pembedahan → 4
siklus → evaluasi respon
• Fx Neo-adjuvant :
o Perkecil ukuran tumor
o Mengontrol metastasis
• Tentukan respon regimen terapi
o Respon kemoterapi :
▪ Komplit → tumor mengecil > 50%
▪ Minimal → tumor mengecil > 25
▪ No change → tidak ada perubahan
▪ Progresif → tumor membesar → ganti regimen
kemoterapi
▪ Adjuvant → kemoterapi setelah pembedahan
▪ Regimen kemoterapi :
• First line → Ciklofosfamid (500x BSA), adriomisin
(50xBSA), 5-fluorourasil (500x BSA)
• Second Line → Paclitaksel, Doxorubisin
▪ Radioterapi
• Indikasi :
• Lokal residif, ada nodul bekas jahitan
• Ragu apakah tepi sayatan bebas tumor atau tidak
▪ Hormonal terapi →
• pengangkatan kedua ovarium (salpingooforektomi bilateral)
• Anti Estrogen → tamoxifen
▪ Targetting terapi
• Pada saat PA → Periksa ER, PR, HER-2 → bila negatif semua
→ prognosis buruk
• Golongan obat MAB → targetting terapi pada breast cancdr
▪ Immuno terapi
- FIBROKISTIK
▪ 25-40 tahun
▪ Px :
• Mobile, nyeri (+),
• batas tidak tegas, irreguler, dipengaruhi haid
• Aspirasi → cairan hijau
- Usia Dewasa
- PHYLLODES TUMOR
▪ > 40 tahun
▪ Px → Tumor besar (20-30 cm), jinak, progresif, kulit meregang (leaf
like pattern)
- CARCINOMA MAMMAE
▪ > 40 tahun
▪ Px → retraksi nipple mengeluarkan darah + Peau d’orange
▪ Tx → Mastekrtomi Radikal Modifikasi, kemoterapi
- Px :
▪ Usia muda (<35 tahun) → USG → bisa bedakan massa solid/kistik
▪ Usia Tua (> 35 tahun) → Mammografi
TIROID
- Massa ikut bergerak dengan menelan, suara serak
- Px :
- USG : Cold Nodul, Skrining TSHs & FT4 → Eutiroid
- FNAB : ada tumor
- Klasifikasi
- Tipe Papillar : paling sering, 80% dari Ca. Tiroid;
▪ Tx : total tiroidektomi
- Tipe Folikulare →
▪ Tx →
• Karsinoma : total tiroidektomi;
• adenoma : lobektomi
j. Tipe Kistik →
▪ Tx :
• < 4 cm → observasi
• > 4 cm → lobektomi
KISTA
- KISTA DERMOID (TERATOMA) → berisi rambut, kuku, asal dari jaringan
embrional (ectoderm)
- KISTA EPIDERMOID → dinding tebal, isi seperti bubur nasi
- KISTA ATHEROMA → bulat, kistik, pungta (+) (bermata/titik hitam ditengah),
fluktuatif
- KISTA GANGLION → nyeri (+), dipersendian, asal dari selaput synovial. Sarung
tendon,, isi cairan bening dan kental.
- KISTA LIPOMA → mobile, tidak membesar, nyeri (-), multipel, serinf diklavikulas
- BAKER’S CYST → benjolan dibelakang lutut (condylus medialis), herniasi
membrane atau cairan bursa synovial.
- NEUROFIBROMATOSIS TIPE 1 → Von recklinhausen sindrom → banyak kista-
kista diseluruh tubuh
- Tx :
- Kista → diambil kulitnya (ekstirpasi/keluarkan bersama kapsul), bila abses →
insisi
BEDAH PLASTIK
- CLEFT LIP PALATE / LABIAPALATOGLATOSCHISIS
- Etiologi → def. Asam folat
- Klasifikasi :
▪ Labioschisis → celah bibir
• Syarat Operasi → rule of 10
o BB > 10 pound (4.5 kg)
o HB > 10
o Usia > 10 minggu
o Leukosit < 10.000
▪ PALATOSCHISIS/GNATOSCHISIS
▪ PALATOSCHISIS → operasi usia > 12 bulan
• Komplikasi → ggn menelan
▪ GNATOSCHISIS → operasi usia 6 tahun
• Komplikasi → ggn pertumbuhan gigi
- Tx → Uretroplasty
- Komplikasi → infertile
- LUKA BAKAR
- Klasifikasi :
▪ Grade 1 → nyeri (+), merah (+), bulla (-), epidermis
▪ Grade 2a → nyeri (+), merah (+), bulla (+), superficial dermis
▪ Grade 2b →, nyeri (-), pucat, bulla (+), deep dermis
▪ Grade 3 → nyeri (-) , pucat, bulla (-), hipodermis
- Px → Rule of nine :
- Tx :
▪ Awal → guyur di air mengalir
▪ Lanjut :
• Kristaloid (max 50%)
o Rumus BAXTER : 4 ml x BB x Presentase luka
bakar
▪ 50% pertama → dalam 8 JAM
▪ 50% kedua → dalam 16 JAM selanjutnya
o Rule of nine :
- Komplikasi :
▪ Syok hipovolemik → luka bakar luas
▪ Sindrom kompartemen → escarectomy
▪ Infeksi
▪ Trauma inhalasi → sputum ada jelaga, jejas leher, ali bulu mata
terbakar
▪ Tx → ETT. GCS > 8 → ETT + Midazolam
- HEMANGIOMA
- Gejala → sering pada infant → self limited disease
- Etiologi → Karena proliferasi endotel vaskuler
- Kontraindikasi → biopsi
- Klasifikasi :
▪ Cherry hemangioma → pink dan tidak progresif
▪ Cavernous hemangioma → ungu dan progresif
▪ Port Wine Strain → lebam diwajah
- TRAUMA MAXILLOFACIAL
- Px → Lembam mata + diplopia (penglihatan ganda) → blow out (fraktur
didinding orbita)
- Klasifikasi :
BEDAH SARAF
TRAUMA CAPITIS
- Klasifikasi :
- Berdasarkan morfologi :
▪ Local :
• Mild : contusio
• Severe : EDH, SDH, PIS/PSA
▪ Global :
• Mild : Commotion
• Severe : DAI (Diffuse Axonal Injury), DVI
▪ CONTUSIO CEREBRI:
• Penurunan kesadaran > 10 menit, muntah (+)
▪ COMMOTIO CEREBRI :
• Penurunan kesadaran < 10 menit, muntah (-)
▪ Tx :
• Bila ada anak riw. NTD beri ibu asam folat 4000 mg
• Bila tidak ada riw. NTD beri ibu asam folat 400 mg
HIDROSEFALUS
- Pada anak
▪ Etiologi → infeksi toxoplasma
▪ Patofisiologi → produksi lcs meningkat → sutura belum menyatu →
hydrocephalus communicans
▪ Px → LK lebih besar dari normalnya
• Sunset phenomenom, pelebaran vena kepala
• Cerebral cry, cracked pot sign
▪ Penunjang → CT scan kepala
▪ Terapi → av shunt/vp shunt
- Pada Dewasa
▪ Gejala → nyeri kepala
▪ Etiologi → tumor (tersering)
▪ Patofisiologi → produksi lcs meningkat → sutura belum menyatu →
hydrocephalus non communicans
BTKV
FLAIL CHEST
- Fraktur costae >2 + paradoxal breathing
- Tx :
▪ Gulung dada dengan kain → rujuk
- Contusio pulmonum → bercak darah diparu-paru
EFUSI PLEURA
- Gejala → Sesak
- Px :
- dada asimetris,
- perkusi → redup
- Vocal fremitus menurun
- Elis daemoceau (+)
- Uji Rivalta → cairan pleura, kalau eksudat → kerut (tanda infeksi), transudat
cair → gagal jantung, serohemoragik = tumor
- RO → foto thorax PA → konsolidasi homogen, meniscus sign, sudut costophrenicus
tumpul
- Tx :
- WSD (bedah)
- Pungsi pleura (interna) → ics 9-10 dipunggung belakang
PNEUMOTHORAX
- Gejala → riw. Trauma, sesak
- Px →
- dada asimetris,
- shucking,
- perkusi hipersonor,
- trakea terdorong kesisi yang sehat,
- vocal fremitus menurun
- Klasifikasi :
- Open pneumothorax → ada luka
- Tension pneumothorax → JVP meningkat + hipotensi
- Simple closed pneumothorax → tidak ada peningkatan JVP
- RO → Hiperlusin avaskuler, tracheal shift (kearah yang sehat, pelebaran sela iga
- Tx :
- Open pneumothorax → kasa 3 sisi
- Tension pneumothorax → needel decompression ICS II lalu pasang WSD
- Simple Pneumothorax → pasang WSD diICS 4/5 linea mid axillaris
- HEMOTHORAX
- Darah dicabum pleura
- Px → perkusi pekak, riw. Trauma, jejas (+)
- RO → mirip dengan gambaran efusi, bedakan dgn cara pungsi
- HIDROPNEUMOTHORAX
- Cairan dan udara dalam cavum pleura
- RO → airfluid level
- EMPYEMA
- Nanah dalam cavum pleura
- Tx : pungsi pleura
- ATELEKTASIS
- RO : trakea tertarik kesisi sakit
- TUMOR PARU
- Gejala → batuk darah, BB turun, riw, merokok
- RO → foto thorax PA → ada coin lession diparu
- Px → gold std → biopsi = small cell/non small cell
- Cairan pleura
- Transudat → jernih
Etiologi → ketidakseimbangan tekanan hidrostatik dan onkotik, kadar
protein rendah
Eksudat → Keruh
Etiologi → inflamasi pleura → terjadi peningkatan sel misotel dan
kapiler → terjadi akumulasi cairan di cavum pleura, kadar protein
tinggi
- STROKE
NHS → Sadar + Hemiparese + Bicara pelo
Tatalaksana NHS :
• < 3 jam → RTPA (0.9-90 mg/kgbb)
10 % dari dosis dibolus, sisanya drips selama 1 jam
• > 3 jam → Aspilet 1x80 mg; Clopidogrel 1x75mg
• Neuroprotektor :
a. Citicolin 250 mg/ 8 jam/IV atau
b. Citicolin 500 mg/12 jam/IV → (2 ml/250 mg atau 4
ml/500 mg)
c. Cek Fx hati dan ginjal
• Piracetam : 7,2 gr/hari/ dibagi 3 dosis (3 gr/15 ml) = 2,4
gr/kali pemberian (3x)
o Pastikan bukan HS sebelum memberikan piracetam →
menimbulkan perdarahan lebih banyak
o Cek Fx Ginjal, Fx Hepar sebelum berikan → tunda bila
tinggi
o Diet rendah Na saat pemberian piracetam
• Neurosanbe/IM
• Turunkan TD, GD, & Lipid
NEUROINFEKSI
- RABIES → Riw. Digigit anjing + demam, mual, muntah, takut cahaya, liur berlebih
Tx :
▪ Cuci air sabun 10-15 menit
▪ Jika luka resiko minimal ( bekas gigitan, anjing sehat) → VAR
▪ Jika luka resiko tinggi (robek, anjing sakit atau tidak diketahui) →
SAR
• VAR → 0.5 cc/IM (deltoid kanan/kiri) → Hari-0 (2x), Hari-7
(1x), Hari 21 (1x)
• SAR → heterolog 40 IU/KgBB + VAR 0
→ Homolog 20 IU/KgBB + VAR 0
• Kontak liur tanpa ada luka → tak perlu vaksin
▪ Boleh ditambahkan Antinyeri dan Antibiotik
- TETANUS → Trismus (Kejang rahang) + Opistotonus (Kaku badan)
Klasifikasi Tetanus :
▪ Grade 1 → Trismus > 3 cm + Opistotonus
▪ Grade 2 → Trismus 1-3 cm + kejang refleks, RR > 30 x/m
▪ Grade 3 → Trismus < 1 cm + Kejang spontan, RR > 40 x/m, N > 120x/m
▪ Grade 4 → Grade 1-3 + demam, hipertensi, takikardia (gangguan otonom)
EPILEPSI/KEJANG
- KEJANG PARSIAL → sebagian tubuh
▪ Simple parsial → tanpa ggn kesadaran
▪ Complex parsial → ada ggn kesadaran
▪ Complex parsial generalized → kejang sebagian kemudian seluruh tubuh
• Tx :
o Carbamazepin 2x 200 mg, maintanance 800-1200 mg/hari
o Fenitoin :
▪ Dewasa → awal : 3-4 mg/kgbb (150-300/hari) 2-3x100 mg,
maintanance 200-500 mg/hari
▪ Anak → awal : 5 mg/kgbb/hari, dibagi 2 dosis. Maintanance
: 4-8 mg/kgbb/hari (maks. 300 mg per hari)
- KEJANG UMUM
▪ PETIT MAL/absance/bangkitan lena < 16 tahun → kejang, bengong,
kemudian melanjutkan aktivitas kembali
• Tipikal → bengong < 1 menit (langsung sadar)
• Atipikal → bengong > 1 menit (tidak langsung sadar, sadar berangsur)
• Tx :
o Asam valproate 15 mg/kgbb hari (dibagi 2-3 dosis), max 60
mg/hari)
Kontraindikasi anak < 10 tahun
- KOMPLIKASI OBAT
▪ Fenitoin → hipertrofi gusi
▪ Carbamazepin → SSJ
▪ Fenobarbital → anak hiperaktif, dewasa depresi
NEUROAUTOIMUN
- BELL’S PALSY
▪ Gejala → mulut perot, mulut mencong, tidak ada kerutan dahi, mata tidak
menutup kuat
▪ Tx :
• Prednisone dosis tinggi 60 mg/hari (5 hari) (3x4 tab)
• > 5 hari → tapp off 5 mg/hari selama 2 minggu → lanjut fisioterapi
NEUROGENERATIF
- SINDROM PARKINSON
▪ Gejala → TRAP
• Tremor resting
• Rigiditas (kaku)
• Akinesia (jalan lambat)
• Postural instability (jatuh setiap kali jalan)
▪ Klasifikasi :
• Possible → 2 dari 4 gejala
• Probable → 3 dari 4 gejala
• Definite → 4 dari 4 gejala
▪ Letak Lesi : Substansia Nigra → dopamin rendah
▪ Pemfis → Tes myerson (+) → refleks glabella → berkedip
▪ PA → ada lewi boies
▪ Tx :
• < 50 tahun → amantadin
• 50-59 tahun → bromokriptin
• > 60 tahun → levodopa (2x125 mg) max 8 gram per hari
DIMIELINISASI
DEKOMPRESI
APHASIA
DERMATOVENEROLOGI/ILMU KULIT
INFEKSI KULIT
- INFEKSI BAKTERI/ PIODERMA
- Impetigo krustosa (strepto) : lesi koralet (sarang tawon) atau krusta pinggir
bibir
- Impetigo bulosa (staphylo) : bula hipopion diseluruh tubuh
- Ektima/Impetigo Ulseratif (strepto) : ulkus ditutupi krusta
- Furunkel : Abses
- Karbunkel : Bisul besar, bermata banyak
- Folikulitis : bisul ada rambut ditengahnya (inflamasi folikel rambut)
- Furunkulisis : banyak bisul, tapi tidak menyatu
- Px :
▪ Pewarnaan gram → gram positif
▪ Pewarnaan Single → Methylen blue
- Tx :
▪ Jika ada krusta atau ulkus → Kompres PK 1:10.000 atau kompres nacl
0.9%
▪ Krim Asam fusidat 2%, mupirocin 2% (2x1)/(3x1)
▪ Jika lesi luas → Antibiotik oral
• Amoxcicilin 3x500 mg
• Eritromisin 3x250 mg
- INFEKSI VIRUS
- VESIKEL
▪ VARICELLA
• Etiologi → Varicella zooste virus (chickenpox)
• Gejala → Vesikel-vesikel, penyebaran sentrifugal, tear drop
• Px → tzank test → sel datia/giant cell
• Tx →
o Asiklovir : 3-5x 800 (7 hari)/ Valsiklovir 3x1000 mg (7
hari)
o Anak : asiklovir 10-20 mg/8 jam (7 hari)
▪ HERPES ZOOSTER
• Etiologi → reaktivasi VZV, imun menurun, virus dorman
diganglion spinalis
• Gejala → vesikel berkelompok, unilateral, herpetiform →
menyebar sesuai dermatom n. Spinalis
• Herpes Zooster ophtalmica → hutchinson sigh
• Herpes Zooster Otika → ramsay hunt syndrome → ipsilateral
paralysis, ear pain, vesikel
•
Px → Tzank test
•
Tx :
o Asiklovir 5x800 mg (7 hari) atau valasiklovir 3x1000
mg (7 hari)
o Nyeri post herpetik : gabapentin 3x100 mg,
amitriptilin 1x74 mg
▪ Kompres dingin
▪ HERPES SIMPLEKS
• HSV 1 → oral atau anak
• HSV 2 → Genital
• Px → tzank test
• Tx :
o Asiklovir 4x200 mg/3x400 mg
o Valasiklovir 2x500 mg (5 hari)
- PAPUL
▪ MOLUSCUM KONTAGIOSUM
• Etiologi → poxvirus
• Gejala → papul seperti kubah, ada badan moluskum (dalle)
ditengah, menyebar melalui kontal kulit.
Dewasa → genital
• Tx :
o Farmako : Canthadrin, imiquimod
o Non Farmako : cryotherapi. Cryo surgery, enukleasi
▪ VERUKA VULGARIS
• Etiologi → HPV 2 dan 4
• Gejala → papul permukaan verukosa
• Tx :
o Asam salisilat keratolitik
o Cryoterapi
- INFEKSI JAMUR
- TINEA CAPITIS → Grey Patch, black do.
- TINEA BARBAE → Jenggot → cukur jenggot, aksh anti jamur
- TINEA FASIALIS → Wajah
- TINEA CORPORIS → Badan
- TINEA MANUS → Tangan
- TINEA UNGUINUM → Kuku → mengelupas
- TINEA CRURIS → Lipatan paha, pantat → lesi merah berskuama
▪ Px :
• lampu wood → mikrosporum (hijau)
• KOH → hifa panjang bersekat dengan artrospora
o Candidia → pseudohifa
▪ Tx :
• Griseofulvin 500 mg/24 jam
• Ketoconazole 1x200 mg/krim
- CANDIDIASIS
▪ Gejala → lesi satelit → koribformis
▪ Candidiasis oral → putih creamy sulit diangkat, jika diangkat
berdarah/eritem
• Tx : Nystatin drop 2ml anak, 3-4 ml dewasa
▪ Px → KOH → Pseudohifa, blastospora
▪ Tx :
• Amfoterisini, nystatin
• Ketoconazole 2% atau 1x200 mg (1x1)
- PITYRIAISIS VERSICOLOR
▪ Etiologi → Malasezzia Fulfur
▪ Gejala → macula hipopigmentasi + skuama + gatal
▪ Px :
• KOH : spagetti and meatball app
• Lampu Wood : kuning keemasan
▪ Tx :
• Ketoconazole 1x200 mg (10 hari)
• Itraconazole 1x200 mg (5-7 hari)
• Shampoo selenium sulfat 2-2.5%
• Shampoo ketoconazole 2%
- INFEKSI PARASIT
- SCABIES
▪ Etiologi → sarcoptes scabiei
▪ Cardinal sign → nocturnal priuritus, kelompok, ada terowongan, tes
cukik kulit, ada parasit
▪ Tx :
• Permethrin 5% (Scabimite) dioleskan seluruh tubuh, diamkan
8 jam lalu bilas.
o Tidak boleh anak < 2 tahun → boleh sulfur presipitatum
4-20%
o Boleh pada ibu hamil
• Cuci semua baju dan seprei
• Terapi berkelompok
- PEDUKULOSIS/KUTU-KUTU
▪ Etiologi → pedikulosis humanis
▪ Predileksi :
• Rambut → ped. Capitiis
• Pubis → ped. Pubis
▪ Tx :
• Permethrin 1% (peditox) → oles keseluruh tubuh kecuali
wajah
• Gameksan 1% → tdk bole ibu hamil dan anak < 6 tahun
• Malathion 0.5%
- CUTANEUS LARVA MIGRAN
▪ Etiologi → Ankylostoma Braziliense, Ankylostoma Caninum
▪ Gejala → Riwayat pergi kepantai, lesi serpiginosa
▪ Tx :
• Etil spray, Cryotherapi
• Albendazole 1x400 mg (3 hari)
DERMATITIS
- DERMATITIS ATOPI
- Etiologi → hipersensitivitas tipe 1
- Gejala → gatal, eritema, vesikel, papul
- Predileksi :
▪ Bayi → pipi
▪ Anak & Dewasa → flexor
- Px : prick test
- Tx : Antihistamin + salep kortikosteroid
- DERMATITIS KONTAK
- DKA → Kontak bahan non iritan
- DKI → Kontak bahan iritan (detergen)
- Tx :
▪ kortikosteroid zalf
▪ Antibiotik bila ada infeksi sekunder
▪ Antihistamin bila gatal
- DERMATITIS ERITROSKUAMOUS
- PITYRIASIS ROSEA
▪ Etiologi → HHV 6&7
▪ Gejala → Herald Patch, penyebaran seperti pohon cemara terbalik
▪ Tx → Sembuh sendiri, simptomatik, antihistamin
- PSORIASIS
▪ Predileksi → Siku, lutut
▪ Gejala :
• makula eritem berskuama
• Auzpit sign → bintik merah saat kulit digores
• Fenomena Kobner → jika digores sisi yang sehat, muncl lesi yg
sama
•Fenomena tetesan lilin → sisi yg sakit jka digores seperti
tetesan lilin
▪ PA → hiperkeratosis dan papillomatosis
▪ Tx → Kortikosteroid potensi tinggi, preparat ter, metotrexat
- DERMATITIS SEBOROIK
▪ Etologi → malesezzia fulfur
▪ Skuama kekuningan
▪ Predileksi → didaerah berbulu
▪ Tx : shampoo selenium sulfat, shampoo ketoconazole 2%
- MORBUS HANSEN
- Gejala → Trias : Hipopigmentasi, Hipostesi, Penebalan Saraf
- Klasifikasi :
▪ Pausi Basiler (PB) : Lesi <5, Asimetris, penebalan saraf <1
▪ Multi Basiler (MB) : Lesi >5, Simetris, Penebalan saraf > 1
- Px → Pewarnaan BTA (Ziehl Nielsen) → spesimen kerokan telinga
- Tx : MDT Regimens
▪ PB (6-9 bulan) :
• Hari 1 : Minum depan petugas Rifampisin 600 mg +
Dapson/dds 100 mg
• Hari 2-28 : DDS/Dapson 100 mg/hari
• Seterusnya 6-9 bulan
• Resep Lepra PB/Resep MH PB :
o Hari 1 :
▪ R/ Rifampicin tab 600 mg No.1
S. Single Dose ( 1x/bulan didepan petugas)
▪ R/ Dapsone tab 100 mg No.1
S. Single Dose (1x/bulan didepan petugas)
o Hari 2-28 :
▪ R/ Dapsone tab 100 mg No. XXVII (1 blister)
S.1.dd.tab1
▪ MB (12-28 bulan) :
• Hari 1 : minum depan petugas Rifampisin 600 mg + Clofazim
300 mg + dapson 100 mg
• Hari 2-28 : Clofazim 50 mg + dapson 100 mg
• Seterusnya 12-18 bulan
• Resep Lepra MB/Resep MH MB :
o Hari 1 :
▪ R/ Rifampisin tab 600 mg No.1
Single Dose (1x/bulan didepan petugas)
▪ R/ Dapsone tab 100 mg No.1
Single Dose (1x/bulan didepan petugas)
▪ R/ Clofazimine tab 100 mg N0.III
Single dose (1x/bulan didepan petugas)
o Hari 2-28 :
▪ R/ Dapsone tab 100 mg No. XXVII (1 blister)
S.1dd.tab.1
▪ R/ Clofazimine caps 50 mg No. XXVII (1
blister)
S.1.dd.caps.1
- Komplikasi MH
▪ Reaksi Reversal :
• Etiologi → Rx hipersensitivitas 4
• Muncul diawal minum obat PB
• Gejala → macula hipopigmentasi menjadi putih dan merah,
bengkak, hangat
• Tx : Prednisone 40 mg kemudian tapp off + obat tetap lanjut
▪ Reaksi Eritema Nodosum Leprosum
• Etiologi → Rx hipersensitifitas tipe 3
• Biasa muncul pada MB
• Muncul saat tengah atau akhir pengobatan (>6 bulan)
• Gejala → nodul merah lunak + Nyeri Tekan
• Tx : prednisone 40 mg kemudian tapp off → obat utama tetap
lanjut
▪ Fenomena Lucio
• MH + Luka
- TUMOR KULIT
- Basal Cell Carcinoma
▪ Sering terpapar sinar matahari
▪ Nodul mengkilap
- Squamous Cell Carcinoma
▪ Nodul bersih, mudah berdarah, tidak sembuh, kerationosit bertanduk
- Melanoma Maligna
▪ Nevus Pigmentosa → melanoma maligna
- REAKSI OBAT
- Sifilis
- Etiologi → traponema pallidium
- Grading
▪ Sifilis primer → bersih, soliter,, tdk mudah berdarah, tepi meninggi
▪ Sifilis Sekunder → Skuama, bintik merah ditelapak tangan (roseola
sifilitika), kondiloma lata
▪ Sifilis Tersier → ada deformitas, saddle nose, paresis, meningitis
- Skrining : VDRL
- Dx → serologi TPHA (+), mikroskopik lapangan gelap → berbentuk pita
- Tx :
▪ Benzatin Penisilin 2.4 juta IU/IM/SD (2 amp)
▪ Penisilin Procain 600.000 IU/IM Selama 10 hari (sediaan 3 gr,
encerkan dan ambil 1/5nya)
▪ Alergi penisilin dan tidk hamil :
• Doksisiklin 2x100 mg (30 hari)
• Eritromisin 4x500 mg selama (30 hari)
DAFTAR OBAT DAN DOSIS OBAT
ANTIHISTAMIN
NAMA OBAT SEDIAAN DOSIS
Chlorpheniramine Maleat Tablet 4 mg Anak : 0.1 mg/KgBB/Kali (3x sehari)
(CTM) (B) ss: (4 mg x 3 kali sehari)
Diphenhidramin HCL (B) Tablet 50 mg Dewasa : 1-2 mg/kgbb (50-100 mg) 3-4x
Injeksi 10 mg/ml sehari
(1 amp=2 ml) IV Dewasa : 10-50 mg/IV (max. 400
mg/hari)
IV anak : 5 mg/kgbb/hari terbagi 4 dosis
(max. 300 mg/hari)
Loratadine (B) Tablet 10 mg Anak :
Syrup 5 mg/5 ml 1-2 tahun : 2.5 mg (1x1)
2-12 tahun (< 30 kg) : 5 mg (1x1)
2-12 tahun (> 30 kg) : 10 mg s(1x1)
Dewasa/anak >12 tahun : 10 mg (1x1)
Cetirizine (B) Tablet 5 mg, 10 0.25 mg/kgbb/hari (2x sehari)
mg Anak :
Syrup 5 mg/5 ml 6 bulan-1 tahun : 2.5 mg (1x1)
Drop 10 mg/ml 1-2 Tahun : 2.5- 5 mg (1x1)
2-5 Tahun : 2.5-5 mg (1x1)
6-11 tahun : 5-10 mg (1x1)
Dewasa : 10 mg (1x1)
KORTIKOSTEROID
NAMA OBAT SEDIAAN DOSIS
Prednisone (C) Tablet 5 mg Anak : 1-2 mg/Kgbb/hari (2x1)
(D trimester 1) (maks. 60 mg/hari)
Dewasa : 40-80 mg/hari (2x sehari)
Dexamethasone (C) Tablet 0.5 mg Anak : 0.05-0.3 mg/Kgbb/hari (2-4 x/hari)
Injeski 5 mg/ml Dewasa : 0.2-0.5 mg/Kgbb/Hari (2-4
(1 amp=1 ml) x/hari)
Maks. 9 mg
Methylprednisolone Tablet 4 mg, 8 mg, Dosis : 0.5-1 mg/Kgbb/hari (2-3x)
(C) 16 mg.
Injeksi : 40 mg/ml
(1 ml/amp)
125 mg/vial
500 mg/vial
OBAT RESPIRASI
ANTI TUSSIF
NAMA OBAT SEDIAAN DOSIS
CODEIN (C) Tab 10 mg, 15 mg, 20 0.25 mg-0.5 mg/kgbb/ (Dewasa : 15-30
mg mg) per 4-12 jam
Analgetik : 0.5 mg-1 mg/Kgbb (dewasa
15-50 mg) per 4-8 jam
Dextrometorfan (C) Tab 15 mg, 30 mg 3x1
syrup
PILEK
NAMA OBAT SEDIAAN DOSIS
PSEUDOEFEDRINE HCL Drop 7.5 mg/0.8 ml 0.8 ml per 8 jam
(C) 1 mg/kgbb/ 6-8 jam
OBAT ANTIBIOTIK
AMINOGLIKOSIDA
NAMA OBAT SEDIAAN DOSIS
Gentamisin Sulfate (D) Injeksi 40 mg/ml (1 amp= 2ml) Dewasa : 3-5 mg/kgbb/hari
Sagestam Krim 0.1% dibagi 3 dosis
Eye Drop 0.3% atau 0.5% Anak : 6-7.5 mg/kgbb/hari
Salep mata 0.3% Tube 5 gr dibagi 3 dosis
Neonatus : 5 mg/kgbb/hari
dibagi 2 dosis
Topikal : 2-3x/hari
Amikacin Sulfate (D) Injeksi 250 mg/ml (@ amp 2 ml Dewasa : 250-500 mg per
atau 4 ml) 12 jam
Injeksi 125 mg/ml (@ amp 2 ml) Maks. 15 mg/kgbb/hari
dibagi 2 dosis
Neonatus : loading 10
mg/kgbb SD, lanjut 7.5
mg/kgbb per 12 jam
Kanamycin Sulfate (D) Caps 250 mg 15 mg/kgbb/hari dibagi 2-3
Injeksi vial 1 gr/2 gr dosis
Streptomycin Sulfate Injeksi vial 1 gr Dewasa : 1-2 gr/Hari dibagi
(D) 2-4 dosis
Untuk TB Anak : 20-40 mg/kgbb/hari
dibagi 2-4 dosis
SEFALOSPORIN
NAMA OBAT SEDIAAN DOSIS
Cefadroxyl (B) Tablet 250 mg Dewasa : 1-2 gr/hari dibagi 2 dosis
Tab/caps 500 mg Anak : 30 mg/kgbb/hari dibagi 2 dosis
Syr. Kering 125mg/5ml
Drop 150 mg/ml
Cefixime (B) Caps 200 mg, 100 mg, Dewasa : 200-400 mg/hari dibagi 2 dosis
50 mg Anak 6 bulan-12 thn : 8 mg/kgbb/hari
Syr. Kering 100 mg/5 ml dibagi 2 dosis
Drop 30 mg/ml
Cefuroxime (B) Tab 250 mg, 500 mg Dewasa : 750 mg per 8 jam
Anbacim Injeksi vial 1 gr, 750 mg Infeksi berat : 1.5 gr/kali (3-4 kali sehari),
GO : Single dose
Meningitis 3 gr/8 jam
maks. 6 gr/hari
Anak 3 bln-12 thn :
50-100 mg/kgbb/hari dibagi 3 dosis
Infeksi tulang : 150 mg/kgbb/hari dinagi 3
dosis
Meningitis : 200-250 mg/kgbb/hari dibagi
3 dosis
PENISILIN
NAMA OBAT SEDIAAN DOSIS
Amoxicilin (B) Caps 500 mg, 250 mg Dewasa : 500 mg (3x1)
amoxiclav Syr. Kering 125 mg/5 ml Anak : 250 mg (3x1)
Syr. Kering 250 mg/5 ml 20-30 mg/kgbb/hari (3x1)
Drop 100 mg/ml (amoksan)
Injeksi vial 1 gr (amoksan)
Ampicilin (B) Caps 250 mg, 500 mg Dewasa : 3-4x 500 mg
Syr. 125 mg/5 ml GO : 3.5 gr SD PO
Syr. 250 mg/5ml Anak :50-100 mg/kgbb/hari
Injeksi vial 1 gr dibagi 3-4 dosis
Injeksi vial 500 mg
Injeksi vial 250 mg
Benzathine Penicilin (B) Sifilis Dewasa : 1.200.000 IU SD
Injeksi 1.200.000 IU/vial Anak : 300.000-600.000 IU SD
Injeksi 2.400.000 IU/Vial Sifilis 2.400.000/IU 3x interval
7 hari
BETA LAKTAM
NAMA OBAT SEDIAAN DOSIS
Meropenem (B) Injeksi Vial 500 mg >50 kg : 500 mg/8 jam
(Lini akhir) Injeksi vial 1000 mg < 50 kg : 10-40 mg/kgbb per 8 jam
KLORAMFENIKOL
NAMA OBAT SEDIAAN DOSIS
Kloramfenikol (C) Caps 250, 500 mg Dewasa :
Syr. 125 mg/5ml Oral : 250-500 mg per 6 jam
Injeksi vial 1 gr IV : 50-100 mg/kgbb/hari, dibagi 4 kali
Salep kulit 2% 15 gr (4x1 gr/hari)
Salep mata 1% 5 ml Tetes telinga : 2-4 tetes/kali (3x1)
Tetes mata 1% Salep mata : 2 tetes (3-4x/sehari)
Tetes telinga 0.5%, 3%
Anak :
Oral 25-50 mg/kgbb/hari dibagi 4 dosis
IV : 50-100 mg/kgbb/hari dibagi 4 dosis
MAKROLID
NAMA OBAT SEDIAAN DOSIS
Erythromicin (B) Caps 250 mg, 500 mg > 50 kg : 250-500 mg (2-4 x/hari)
Syr. 200 mg/5ml < 50 kg : 30-50 mg/kgbb/hari dibagi 2-4 dosis
Spiramycin (C) Tab 250 mg, 500 mg Dewasa : 500 mg-1 gr per 8 jam
Syr. 125 mg/5 ml Infeksi berat : 2-2.5 gr per 12 jam (maks. 8
gr/hari)
Toxoplasmosis :
Trimester 1 : 3 gr/hari dibagi 3-4 kali sehari
Trimester 2-3 : 3 gr/hari selama 3 minggu
Anak :
50-100 mg/kgbb/hari per 12 jam
Azithromycin (B) 250 mg, 500 mg Dewasa : 500 mg 1x1
Injeksi vial 500 mg Maks. 8 gr/hari
Syr. 200 mg/5 ml ISK : 1 gr SD
GO : 2 gr SD
IV : 500 mg/24 jam (2 hari) lanjut oral
Anak 10 mg/kgbb/hari per 24 jam
Clarithromycin (C) Tab 250 mg, 500 mg Dewasa : 250-500 mg (2x1)
Syr. 125 mg per 5 ml Anak : 15 mg/kgbb/hari dibagi 2 dosis
KUINOLON
NAMA OBAT SEDIAAN DOSIS
Ciprofloxacin (C) Tab 250 mg, 500 mg Dewasa : 250-500 mg (2x1)
Eye Drop 3 mg/ml Anak : 10-20 mg/kgbb (2x1)
Injeksi 2 mg/ml
Levofloxacin (C) Tab 250 mg, 500 mg, 750 mg Dewasa : (1x1)
Injeksi 5 mg/ml Anak :
Eye Drop 5 mg/ml > 50 kg (1x1)
< 50 kg : 8mg/kgbb/12 jam
TETRASIKLIN
NAMA OBAT SEDIAAN DOSIS
Tetracycline HCL (D) Caps 250 mg, 500 mg Dewasa : 250-500 mg per 6-12 jam
Anak : 25-50 mg/kgbb/hari dibagi 4 dosis
Doxycyline (D) Caps 50 mg, 100 mg Dewasa : 100 mg (2x1)
Anak > 8 tahun : 2.2-4.4 mg/kgbb/hari
dibagi 2 dosis
GOLONGAN LAIN
NAMA OBAT SEDIAAN DOSIS
Kotrimoksazol Tab 480 mg, 960 mg Dewasa : 2x1/2x2
(trimethropin/sulfmethoxazole) Syr. 240 mg/5 ml Anak : 40 mg/kgbb/hari
(D) dibagi 2 dosis
Klindamycin/Clindamycin (B) Caps 150 mg, 300 mg Dewasa : 150-450 mg per 6
Topikal gel 1% 10 gr jam
Anak : 8-20 mg/kgbb/hari
per 6-8 jam
Topikal : 2x1
Vancomycin HCL (C) Injeksi vial 500 mg Dewasa : 2 gr//hari dosis
terbagi 2-4x/hari (iv lambat
30-60 menit)
Anak : 10 mg/kgbb/hari
setiap 6 jam, IV lambat 60
menit
Neonatus : 10-15 mg/kgbb
per 6-12 jam
Metronidazol (B) Tab 250 mg, 500 mg Dewasa : 3 x 500 mg atau 2
Syr. 125 mg/5 ml gr SD
Infus 5 mg/ml (@100 ml) Anak : 7.5-30 mg/kgbb/hari
Tab supp 500-1000 mg dibagi 3
Vagistin IV : 500 mg per 8 jam
OBAT ANTIJAMUR
NAMA OBAT SEDIAAN DOSIS
Myconazole (C) Salep krim 2% 5,10,15,25 gr (2x1)
Ketoconazole (C) Tab 200 mg Dewasa : 200 mg (1x1)
Krim 2% tube 5 gr, 10 gr Maks. 400 mg/hari
Shampoo Anak > 2 thn : 3.3-6.6 mg/kgbb/hari
Topikal (2x1)
Fluconazole (C) Tab 50 mg, 150 mg, 200 mg Dewasa : 100-400 mg/hari (1x1)
Infus 2 mg/ml (@100ml) Maks. 600 mg/hari
Anak : 3-12 mg/kgbb/hari
Maks. 600 mg/hari
Itraconazole (C) Caps 100 mg (1x1) 1-4 minggu
(2x1)
Griseofulvin (C) Tab 125 mg. 250 mg, 500 mg Dewasa : 500 mg/hari. SD atau dibagi 2-
4 dosis
Bisa 750 mg-1 gr
Anak > 2 thn : 10-20 mg/kgbb/hari
terbagi 2-4 dosis
2-8 minggu
Kuku : 4-6 bulan
Nystatin (C) Tab 500.000 IU Dewasa : 500.1000.000 IU per 8 jam
Salep nystatin 100.000 IU Anak : 100.000 per 6 jam, kumur dahulu
Drop oral 100.000 IU sebelum ditelan
Susp. 100.000 IU Ovula 1-2 tab sekali sehari selama 7-10
Tab vaginal 100.000 IU hari
OBAT ANTIVIRUS
NAMA OBAT SEDIAAN DOSIS
Acyclovir (B) Tab 200 mg, 400 mg Dewasa :
Salep Mata 3% 3 gr Herpes genital : 200 mg per 4 jam (10 hari)
Salep krim 5% 5gr Herpes zooster : 800 mgx 5/hari (7-10 hari)
Lar. Infus 250 mg Varicella : 800 mg x 5/hari (5-10 hari)
Anak :
IV : 10 mg/kgbb/8 jam
Oral : 20 mg/kgbb/dosis (5x1)
< 2 thn : 100-200 mg/dosis (dibagi 5 dosis)
> 2 thn : 200-400 mg/dosis (5x1)
ANTAGONIS RESEPTOR H2
NAMA OBAT SEDIAAN DOSIS
Ranitidine (B) Tab 150 mg, 300 mg Oral : 2-5 mg/kgbb per 6-12 jam
Injeksi 25 mg/ml (@2ml) (2x150 mg)
Syrup 75 mg/5 ml IV : 1 mg/kgbb/6-12 jam
50 mg/6-8 jam
ANTASIDA
NAMA OBAT SEDIAAN DOSIS
Antasida Doen (bisa ibu Tab kunyah Dewasa : 1-2 tab kunyah per 6-8 jam
menyusui dan ibu hamil) Susp. Per 5 ml Anak 6-12 tahun : ½ - 1 tab per 6-8 jam
GASTROPROTEKTOR
NAMA OBAT SEDIAAN DOSIS
Sucralfate Tab 500 mg 2x per 6 jam (sebelum
Susp. 500 mg/5 ml (@100 makan)
ml,@200 ml)
PROKINETIK
NAMA OBAT SEDIAAN OBAT
Metroclorpramide (B) Tab 5 mg, 10 mg Dewasa : 10-20 mg per 8 jam
Syr. 5 mg/5ml Anak : 0.1-0.3 mg/kgbb/8 jam
Injeksi 5 mg/ml (@2ml)
Drop 4 mg/ml
2mg/ml
1mg/ml
ANTIEMETIK
NAMA OBAT SEDIAAN OBAT
Domperidone (C) Tab 10 mg Dewasa : 10-20 mg per 6-8 jam
Susp. 5 mg/5ml Anak : 0.2-0.5 mg/kgbb/4-8 jam
Drop 5 mg/5ml
Ondancetron (B) Tab 4 mg, 8 mg 0.1-0.2 mg/kgbb per 6-12 jam
Syr. 4 mg/5 ml (maks 8 mg)
Injeksi 2 mg/ml (@2ml, @4ml)
ANTISPASMODIK
NAMA OBAT SEDIAAN OBAT
Buscopan/ Hyoscine Butil Tab 10 mg Dewasa : 0.5 mg/kgbb per 6-8 jam
Bromide (C) Injeksi 20 mg/ml (@1ml) (20-40 mg)
Anak > 12 tahun : 1-2 tab 3x/hari
IV/IM : 1 amp per IV/IM
ANTIDIARE
NAMA OBAT SEDIAAN OBAT
Attapulgit Tab 600 mg Dewasa : 2 tab setiap bab cair, maksimal 12
tab/hari
Anak 6-12 tahun : 1 tab setiap bab, maksimal 6
tab/hari
Loperamide (B) Tab 2 mg Diare akut : Awal 2 tab, lanjut 1 tab setiap bab
Lodia sampai baba padat
Diare kronik : 0.05 mg-0.1 mg/kgbb per 8-12 jam
(2-4 mg)
Maksimal 8 tab/hari
Kaolin-Pectin Tab komb Dewasa : 2.5 tablet per bab cair, maksimal 15
tablet/hari atau 2 sdm per bab, maks. 12 sdm/hari
Anak 6-12 tahun : 1.5 tablet per bab cair,
maksimal 7.5 tab/hari. Atau 1 sdm per bab,
maksimal 6 sdm/hari
Zinc Sulfat Tab 20 mg <6 tahun : 10 mg
Monohidrat Syr. 10 mg/5 ml >6 tahun : 20 mg
Syr. 20 mg/5 ml Diberikan selama 10 hari walau diare sudah
Drop 27.5 mg/5 ml berhenti
PENCAHAR/KATARTIK
NAMA OBAT SEDIAAN DOSIS
Bisacodyl (C) Tab 5 mg < 12 bulan : supp 2.5 mg
Dulcolax Supp 5 mg, 10 mg 1-12 tahun : 5 mg supp atau 5-10 mg oral
>12 tahun : supp 10 mg atau 10-20 mg
oral
Lactulose (B) Syr. 10 g/15 ml Konstipasi : 0.5 ml/kgbb/12 jam
(@60 ml, @120ml, @200 ml)
Konstipasi kronis :
Dosis initial :
Dewasa : 15-45 ml/hari
Anak :
5-14 tahun : 15 ml/hari
1-5 tahun : 5-10 ml/hari
< 5 tahun : 5 ml
Dosis Rumatan :
Dewasa : 10-25ml/hari
Anak :
5-14 tahun : 10 ml/hari
1-5 tahun : 5-10 ml
< 5 tahun : 5 ml
ANTIHEMORRHOID
NAMA OBAT SEDIAAN DOSIS
Rhodium Tab kombinasi Akut :
(Diosmin 450 Hari 1-6 : 6 tab/hari
mg+hesperidine 50 mg) Hari 5-7 : 4 tab/hari
Selanjtunay 2 tab/hari
ANTIARITMIA
NAMA OBAT SEDIAAN DOSIS
Amiodarone (D) Tab 200 mg 5 mg/kgbb dalam 1 jam pertama
Injeksi Vial 50 mg/ml (@3ml) Lanjut 1 mg/ menit dalam 6 jam
Kemudian 0.5 mg/menit dalam 18
jam
ACLS :
Dosis pertama : 300 mg/IV
Dosis kedua : 150 mg/IV
ANTIANGINA
NAMA OBAT SEDIAAN DOSIS
ISDN (C) Tab 5 mg, 10 mg, 20 mg Sub lingual : 0.1-0.2 mg/kgbb (maks. 10
Injeksi 1 mg/ml (@10 ml) mg) per 5 menit maksimal 3x.
Bila tak berhasi, pertimbangkan nitrat
injeksi
Oral : 15-80 mg/hari dibagi 2-3 dosis
Injeksi : 0.6-2 mcg/kgbb/menit
(saran 1/25-5 mg/jam)
Nitroglycerin (C) Injeksi 1 mg/ml (@10 ml) 0.5-5 mcg/kgbb/menit (5-200 mcg/menit)
10-25 mcg/menit
OBAT VASOAKTIF & INOTROPIK
NAMA OBAT SEDIAAN DOSIS
Dopamine (C) Injeksi 40 mg/ml (@5ml) 1-10 mcg/kgbb/menit
Encerkan 50 cc nacl, 250 cc Awali 2.5 mcg/kgbb/menit, tingkatkan
2.5 mcg/kgbb per 15 menit sampai
hemodinamik stabil
Dobutamine (B) Injeksi 50 mg/ml (@5ml) 2.5-10 mcg/kgbb/menit/ maks. 40
Injeksi 25 mg/ml (@10ml) mcg/kgbb/menit
Awali 2.5 mcg/kgbb/menit, tingkatkan
2.5 mcg/kgbb per 15 menit sampai
hemodinamik stabil
Epinefrine Injeksi 1 mg/ml Anafilaksis
Dewasa : 0.3-0.5 ml/IM paha sisi lateral
Anak : 0.01 ml/kgbb/IM dikaki yg tdk
dimunisasi
Bila IM tidak efektif, encerkan 0.1-0.2
ml kedalam NS 10 cc, bolus pelan
ACE INHIBITOR
NAMA OBAT SEDIAAN DOSIS OBAT
Captopril (D) Tab 12.5 mg, 25 mg, 50 mg 0.1-0.2 mg/kgbb/8-12 jam
Dosis awal 6.25 mg/8-12 jam. Bisa
dinaikan sampai 50-100 mg per 8-12 jam.
Maks. 450 mg/hari
Ramipril (D) Tab 1.25 mg, Tab 2.5 mg, 2.5-10 mg/hari dibagi 1-2 dosis
Tab 5 mg, Tab 10 mg.
Lisinopril (D) Tab 5 mg, 10 mg, 20 mg 5 mg (1x1) (0.1 mg/kgbb/hari)
Dapat ditingkatkan sampai 0.2-1
mg/kgbb/1x1 (10-40 mg)
BETA BLOCKER
NAMA OBAT SEDIAAN DOSIS OBAT
Propanolol (C) (D untuk Tab 10-40 mg 0.2-0.5 mg/kgbb/6-8 jam (10-
trimester 2-3) 20 mg)
Dapat ditingkatkan maks. 1.5
mg/kgbb per 6-8 jam (maks.
80 mg)
Bisoprolol (C) Tab 1.25 mg, 2.5 mg, 5 mg 0.2-0.4 mg/kgbb per 24 jam
Concor (10-20 mg)
ANTAGONIS KALSIUM
NAMA OBAT SEDIAAN DOSIS OBAT
Amlodipin (C) Tab 5 mg, 10 mg 0.05 mg-0.2 mg/kgbb per 24 jam
2.5 mg-10 mg/hari
Nicardipine HCL (C) Injeksi 1 mg/ml Krisis HT : 0.5-6 mcg/kgbb/menit
(@10 ml) Penurunan HT secara cepat : 10-30
mcg/kgbb/menit
Nifedipine (C) Tab 5 mg, 10 mg 0.25-1 mg/kgbb per 8-12 jam (dewasa
10-40 mg)
Maks. 120 mg/hari
Diltiazem HCL (C) Tab 30 mg, 60 mg Drip 5-15 mcg/kgbb/menit
Caps 100 mg, 200 mg
Injeksi 5 mg/ml (@5ml)
Injeksi 10 mg/ml (@5ml)
Verapamil HCL (C) Tab 80 mg 1-3 mg/kgbb/8-24 jam (80-120 mg)
Kaplet 240 mg
ANTAGONIS ANGIOTENSIN II
NAMA OBAT SEDIAAN DOSIS OBAT
Candesartan (D) Tab 8 mg, 16 mg 0.1-0.3 mg/kgbb/(1x1) (4-16 mg)
Valsartan (D) Tab 40 mg, 80 mg, 160 mg 0.8-3 mg/kgbb (1x1) (40-160 mg)
DIURETIK
NAMA OBAT SEDIAAN DOSIS OBAT
Hidrochlorthiazide Tab 25 mg, 50 mg Edema pada gagal jantung
(HCT) (D) 1-1.5 mg/kgbb/24 jam (25-50 mg) (1x1)
Furosemide (C) Tab 40 mg Edema pada gagal jantung
Injeksi 10 mg/ml (@2ml) 0.5-1mg/kgbb per 6-24 jam (20-40 mg)
(2x1)
Spironolakton (C) Tab 25 mg, 100 mg 50-100 mg (1x1)
Mannitol 20% (C) Infus 20% 250 ml, 500 ml 0.25-2 gr/kgbb per dosis, diberikan
maksimal setiap 2 jam bila perlu
OBAT SISTEM URINARIA
ANTI TROMBOTIK
NAMA OBAT SEDIAAN DOSIS OBAT
Clopidogrel (B) Tab 75 mg Dewasa : 75 mg (1x1)
Anak : 0.25 mg/kgbb/(1x1)
Loading infark :
300 mg, dilanjutkan 75 mg/hari
Asam Asetil Salisilat Tab 80 mg, 100 mg, 160 Anti platelet : 5 mg/kgbb/24 jam (80-
Aspilet mg 160 mg) (1x1)
Infark : loading 160 mg-320 mg (maks.
1000 mg.hari)
TROMBOLITIK
NAMA OBAT SEDIAAN DOSIS OBAT
Streptokinase (C) Vial serbuk injeksi 250.000 IV selama 30 menit, selanjutnya
1.500.000 IU 100.000 IU/jam
Infark miokard akit :1.5 juta IU dalam 100 cc
D5% atau NS 0.9% 30-60 menit
Alteplase (C) Injeksi Vial 50 mg Bolus 15 mg, lanjut 0.75 mg/kgbb selama 30
Human rTPA + aqua pro inj 50cc menit, kemudian 0.5 mg/kg selama 60 menit.
Dosis tdk lebih 100 mg
ANTIKOAGULAN
NAMA OBAT SEDIAAN DOSIS OBAT
OBAT NEUROLOGI & PSIKIATRI (JIWA)
ANTI DEPRESSAN
NAMA OBAT SEDIAAN DOSIS OBAT
Amitriptilin (C) Tab 25 mg Dewasa : 25-50 mg/8 jam
Fluoxetine (C) Caps 10 mg, 20 mg 20 mg/24 jam
10 mg/12 jam
Sertraline (C) Tab 50 mg Dewasa : (1x50 mg)
Anak : (1x25 mg)
ANTIPSIKOTIK
NAMA OBAT SEDIAAN DOSIS OBAT
Haloperidol (C) Tab 5 mg, 2 mg,0.5 mg, Akut : 0.1-0.2 mg/kgbb/kali (5-10 mg)
1.5 mg Dapat diulang per 30 menit atau per 1
Inj. 5 mg/ml (@1ml) jam
Inj. 50mg/ml (@1ml) Maks. 100 mg/hari
Drop 2 mg/ml
Maintenance : 0.5-10 mg per 12 jam
Risperidone (C) Tab 2 mg, 3 mg, 1 mg (1x1)
Chlorpromazine (C) Tab 25 mg, 100 mg Dewasa : 3x25 mg (maks. 300 mg/hari)
Inj. 25 mg/ml (@2ml)
Inj. 5 mg/ml (@2ml)
ANTI KONVULSAN
NAMA OBAT SEDIAAN DOSIS OBAT
Fenitoin (D) Caps 100 mg, 30 mg Loading : 10-20 mg/kgbb diencerkan 50
Phenytoin Tabs 100 mg cc NS, kec. Maks. 50 mg/menit.
Inj. 50 mg/ml (@2ml, Maintanance :4-8 mg/kgbb/24 jam
@5ml)
Preterm : 2 mg/kgbb/12 jam
Minggu 1 : 3mg/kgbb/12 jam
Minggu 1-4 tahun : 3 mg/kgbb/8 jam
Anak 5-12 tahun : 3mg/kgbb/8 jam
> 12 tahun : 2 mg/kgbb/8 jam
Fenobarbital (D) Tab 30 mg,100 mg Loading : 15-20 mg/kgbb diencerkan
Injeksi 50 mg/ml (@2ml) dgn NS, kec. Maks 100 mg/menit.
Injeksi 100 mg/ml (@2ml) Maintanance : 4-5 mg/kgbb/24 jam,
dimulai 12 jam setelah dosis awal
Rumatan oral : 8-10 mg/kgbb/hari dibagi
2 dosis selama 2 hari
Rumatan Oral jangka panjang : 3-4
mg/kgbb/hari dibagi 2 dosis, diberikan
sampai 1 tahun bebas kejang. Kemudian
dihentikan bertahap selama 1-2 bulan
Asam Valproat (D) Syr. 250 mg/5 ml 10-15 mg/kgbb/hari (maks. 60 mg/hari)
Depakote Tab 150 mg, 250 mg, 500 15-40 mg/kgbb/hari
mg
Carbamazepine (D) Tab 200 mg, 100 mg Dewasa : 100-200 mg per 12-24 jam
Bangetol Syr. 100 mg/5 ml Anak : 100 mg/24 jam
Gabapentin (C) Caps 100 mg, 300 mg 3x300 mg/ 3x100 mg
Pregabalin (C) Caps 50 mg, 75 mg, 150 50-100 mg/8 jam (maks. 600 mg/hari)
mg 300 mg
ANALGETIK OPIAT
NAMA OBAT SEDIAAN DOSIS OBAT
Tramadol (C) Caps 50 mg (2x1)
Analtram Supp 100 mg Supp : 1x1 maks. 4 supp/hari
Inj. 50 mg/ml (@2ml) Infus 2-8 mcg/kgbb/menit
Rapid onset : 50-100 mg per 4-6 jam
(maks. 400-600 mg/hari)
Pethidine (B) Inj. 50 mg/ml (@2ml) IV : 0.1-0.4/kgbb/jam
(D) kalau dipakai Dewasa : 25-100 mg/3-4 jam bolus
dalam waktu lama dan pelan (maks. 200 mg/hari/IV)
dosis tinggi diakhir Anak : 0.5-2 mg/kgbb/3-4 jam
kehamilan
Morphine Sulphate (C) Tab 10 mg 10 mg per 12 jam
Inj. 10 mg/ml (@1ml) IV : 0.05-1 mg/kgbb/ 4-6jam
OBAT UTERUS
NAMA OBAT SEDIAAN DOSIS OBAT
Oxytocin (x) Inj. 10 IU per ml (@1ml) Perdarahan post partum : 10-20 IU
dalam NS 500 cc/D5% 20 tpm
Manajamen kala II : 10 IU IM Paha atau
deltoid
Methylergometrine Tab 125 mcg Oral : 125-250 mcg per 8 jam (5 hari)
Maleat (x) Inj. 200 mcg/ml (@1ml) IM : 1 amp/IM, dpt diulang per 2-4 jam
sesuai kebutuhan
IV : 1 amp bolus lambat
Misoprostol (x) 200 mcg 25-50 mcg (1/8-1/4 tab per vaginam)
fidorniks poesterior setiap 4-6 jam
ANDROGEN
NAMA OBAT SEDIAAN DOSIS OBAT
Testosterone Undecanoate Caps 40 mg 60-80 mg per 12 jam (2-3 minggu)
(X)
Danazol (X) Caps 200 mg 100-200 mg/12 jam (3-6 bulan) maks. 9 bulan
PROGESTERON, ESTROGEN
NAMA OBAT SEDIAAN DOSIS OBAT
Progesteron Caps 100 mg, 200 mg 1x 200 mg, 2x200 mg
Utrogestan
Preabor Tab 5 mg 3 x 5 mg
OBAT PENYAKIT METABOLIK
OBAT DISLIPIDEMIA
NAMA OBAT SEDIAAN DOSIS OBAT
Simvastatin (x) Tab 5 mg, 10 mg, 20 5-40 mg/hari
mg, 40 mg 10-20 mg (1x1)/hari
(maks. 80 mg/hari)
Atorvastatin (x) Tab 10, 20, 40 mg 10-20 mg (1x1) (maks. 80 mg/hari)
Fenofibrate (C) Caps 100 mg, 160 mg, 145 mg/hari (maks. 400 mg/hari)
300 mg
Gemfibrozil Tab 300 mg, 00 mg, 2x600 mg (maks. 1500 mg/hari)
900 mg, 450 mg
ANTIGLAUKOMA
NAMA OBAT SEDIAAN DOSIS OBAT
Acetozolamide (C) Tab 250 mg 250 mg per 6-24 jam
Timolol Maleate (C) ED 0.25 %, 0.5 % 0.25% : 1 tts 2x1
Cendo Timol 0.5% : 1 tts 2x1