Puskesmas Singgani
Tuberculosis Paru
Disusun Oleh:
INDDI NURSYAFITRI HAMSARI
N 111 17 072
PEMBIMBING
dr. Miranti, M.Kes
dr. Nur Ainun
1.1.Tujuan
Adapun tujuan penyusunan laporan refleksi kasus ini meliputi :
1. Sebagai syarat penyelesaian tugas akhir di bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat
2. Sebagai gambaran penyebaran penyakit dan beberapa faktor resiko
penyebarannya TB di wilayah kerja Puskesmas singgani
BAB II
IDENTIFIKASI MASALAH
PENETAPAN NILAI
Pengetahuan yang kurang tentang TB
NPD : (A+B) C = (8+8) 3= 16x3 = 48
NPT : (A+B) CxD = (8+8) 3x1 = 16x3 = 48
Merokok/terpapar asap rokok
NPD : (A+B) C = (7+8) 3 = 15 x3 = 45
NPT : (A+B) CxD = (7+8) 3x1 = 15 x3 =45
Pencahayaan
NPD : (A+B) C = (6+7) 2 = 13x2 =26
NPT : (A+B) CxD = (6+7) 2x1 = 13x2 =26
KESIMPULAN
Masalah D
A B C NPD NPT Prioritas
kesehatan (PEARL)
Pengetahuan yang 8 8 3 48 1 48 1
kurang tentang TB
Merokok/Terpapar 7 8 3 45 1 45 2
asap rokok
Kepadatan hunian 6 6 2 26 1 26 3
rumah
2.2 Kasus
A. IDENTITAS
Nama : Ny. A
Jenis Kelamin : Perempun
Umur : 60 tahun
Pendidikan : SD
Agama : Islam
Tanggal Pemeriksaan : 13 Juni 2019
Alamat : Jl. Tanjung 1
Pekerjaan : IRT
B. ANAMNESIS
Keluhan utama : Batuk
Riwayat sosial-ekonomi:
Pasien berasal dari keluarga ekonomi menengah, Sehari-harinya
pasien masih bekerja pekerjaan rumah tangga tetapi sejak muncul keluhan
pasien mengurangi waktu bekerjanya. Pasien sering terpapar aspa rokok di
linkungan rumah akibat menantunya yang sebagai perokok aktif.
Rumah pasien ditinggali 8 orang penghuni, terdiri dari 3 kamar tidur,
1 ruang tamu, 1 ruang dapur yang di dalamnya juga terdapat tempat makan,
dan 1 kamar mandi. Dimana rumah ini sebagian berdinding semen, beratap
seng, dan berlantai tegel, memiliki pencahayaan dan ventilasi yang kurang
di ruang tengah, kamar pasien dan kamar anak pasien.
Di halaman samping rumah pasien memiliki kandang ayam yang
lumayan besar bersebelahan langsung dengan tembok kamar pasien
sehingga tempat ini terlihat kotor dan berbau.
Sumber makanan berasal dari bahan makanan yang dibeli di pasar.
Sebelum mengolah makanan, tangan dan bahan makanan di cuci terlebih
dahulu. Makanan dimasak menggunakan kompor gas.
Anamnesis makanan:
Pasien makan 3 kali sehari. Terkadang juga makan buah-buahan.
Porsi sekali makan pasien, yaitu sepiring nasi berisi 1-2 sendok nasi, lauk
yang dikonsumsi berupa ikan, tahu atau tempe yang di goreng. Sayuran
yang biasanya dikonsumsi oleh pasien, yaitu kangkung, daun singkong,
sayur soup dll. Tetapi kurang lebih 2 bulan terakhir ini pasien merasakan
nafsu makan yang kurang
C. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum : Sakit sedang
Kesadaran : Komposmentis
Berat badan : 41 kg
Panjang badan : 145 cm
IMT : 23.1 kg/m2 (gizi baik)
Tanda Vital:
Tekanan darah : 130/90 mmHg
Denyut Nadi : 84 kali/menit
Respirasi : 22 kali/menit
Suhu : 36,7°C
Kulit:
Ruam : -
Turgor : Kembali kurang dari 2 detik
Kepala:
Bentuk : Normocephale
Ubun-ubun : Menutup
Mata : Anemis -/-, ikterik -/-, mata cekung -/-
Hidung : Rhinorrhea -/-
Mulut : Mulut tidak kering, tonsil sulit dinilai, faring hiperemis –
Telinga : Otorrhea -/-
Leher:
Pembesaran kelenjar getah bening (-)
Pembesaran kelenjar tiroid (-)
Paru-paru:
Inspeksi = Pengembangan paru simetris bilateral, retraksi -/-
Palpasi = Vocal fremitus kedua lapang paru ↓
Perkusi = Pekak apeks ke dua paru (+)
Auskultasi = Bronchial +/+, Rhonki +/+, Wheezing -/-
Jantung:
Inspeksi = Ictus cordis tampak
Palpasi = Ictus cordis teraba di SIC V linea midclavikula sinistra
Perkusi = Pekak
Auskultasi = Bunyi jantung I/II murni regular
Abdomen:
Inspeksi = Kesan datar
Auskultasi = Peristaltik kesan normal
Perkusi = Timpani
Palpasi = Nyeri tekan (-), massa (-)
Anggota gerak:
Ekstremitas atas = Akral hangat tanpa edema
Ekstremitas bawah = Akral hangat tanpa edema
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Sputum GeneXpert Rif Sen : MTB detected Rif Resistance not
detected(+)
E. RESUME
Pasien datang ke Puskesmas singgani dengan keluhan batuk sejak ± 3
bulan yang lalu. Batuk berlendir warna putih keruh, tidak disertai dengan
darah. Batuk dialami hamper setiap saat. Pasien kadang mengalami sesak
napas, hilang timbul. Pasien juga mengeluhkan terkadang nyeri dada. Pasien
juga sering demam ± 2 bulan terakhir biasanya di sore hari dan merasakan
dingin pada malam hari. Pasien juga sering mengalami berkeringat pada
malam hari, nafsu makan menurun, dan adanya penurunan berat badan
drastis dalam 2 bulan, BB turun dari sebelumnya 50 kg dan sekarang 41 kg.
Pasien juga merasakan mual terutama setelah pasien batuk. Buang air kecil
lancar, berwarna kuning, dan tidak terasa nyeri saat berkemih. Buang air
besar konsistensi biasa dan lancar, tidak berlendir, dan tidak bercampur
darah.
Pada pemeriksaan fisik, tanda-tanda vital : tekanan darah 130/90
mmHg, nadi 84 kali/menit, respirasi 22 kali/menit, suhu 36,7°C.
Pemeriksaan fisik : keadaan umum sakit sedang, kesadaran komposmentis,
turgor baik, mata tidak cekung, mulut tidak kering, pada pemeriksaan paru
kesan pengembangan paru simetris bilateral, vokal fremitus kedua paru ↓,
perkusi pekak pada kedua apeks paru, dan auskultasi rhonki +/+. Pada
pemeriksaan Penunjang didapat BTA positif.
F. DIAGNOSIS
TB paru
G. ANJURAN PEMERIKSAAN
Foto Rontgen Thorax
H. PENATALAKSANAAN
Non medikamentosa :
Menjelaskan kepada pasien tentang gejala-gejala pada penyakit TB dan
cara penularannya.
Menganjurkan pasien agar istirahat yang cukup.
Menganjurkan pasien agar mengkonsumsi makanan yang sehat dan
bergizi.
Menganjurkan pasien untuk menggunakan masker dan membuang dahak
pada wadah tertutup.
Menjelaskan kepada pasien agar tekun minum obat serta rutin
memeriksakan dirinya sampai dinyatakan sembuh untuk evaluasi
perkembangan penyakit TB di Psukesmas meskipun pasien sudah merasa
sehat sebelum dinyatakan sembuh
Menganjurkan pasien agar jika batuk, usahakan agar menutup mulut
menggunakan tissue, sapu tangan, atau menutup mulut dengan lengan
atas bagian dalam.
Menganjurkan pasien agar setiap pagi membuka jendela dan pintu rumah.
Medikamentosa :
Diberikan OAT KDT kategori 1 dengan berat badan 41 kg, yaitu sebagai
berikut :
Tahap intensif tiap hari RHZE (150/75/400/275) selama 56 hari
pertama diberikan 3 tablet 4KDT.
Tahap lanjutan 3 kali seminggu RH (150/150) yaitu 3 tablet 2KDT
BAB III
PEMBAHASAN
2. Faktor perilaku
Perilaku dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan, sikap, dan tindakan.
Pengetahuan penderita TB paru yang kurang tentang cara penularan, bahaya, dan
cara pengobatan akan berpengaruh terhadap sikap dan perilaku sebagai orang
sakit dan akhirnya berakibat menjadi sumber penular bagi orang disekelilingnya.
Sebelum pasien menderita penyakit TB paru ini, pasien masih memiliki
pengetahuan yang kurang tentang penyakit ini. Yang pasien ketahui penyakit ini
hanya berupa batuk-batuk yang lama. Pengetahuan yang rendah ini
mempengaruhi tindakan yang menjadi kurang tepat, seperti pada lingkungan
rumahnya pasien masih jarang memakai masker.
a. Pengetahuan yang kurang tentang TB
Pasien dan keluarga sebelumnya tidak mengetahui tentang TB,
pengertian, faktor resiko, penularan, akibat dan sebagainya. Pengetahuan yang
rendah ini mempengaruhi tindakan yang menjadi kurang tepat. Pasien
mengaku tidak segera memeriksakan diri ketika sudah ada gejala sakit yang
mengarah ke TB. Selain itu walaupun adik sudah pernah terdiagnosis TB
pasien masih belum memahami bahaya dari TB, serta bagaimana
penularannya.
b. Kurangnya kesadaran masyarakat sekitar mengenai etika batuk
Pasien dan keluarga yang belum mengaplikasikan bagaimana tatacara
beretika batuk dengan benar.
3. Faktor lingkungan
Faktor lingkungan yang mempengaruhi pasien terkena tuberkulosis, yaitu
ada tidaknya sinar matahari, ventilasi yang baik, kelembaban, suhu rumah, dan
kepadatan rumah. Hal ini sesuai dengan teori. Lingkungan memegang peranan
yang sangat penting dalam terjadinya sebuah penyakit, apalagi penyakit tersebut
adalah penyakit berbasis lingkungan. Hal ini tentu saja dapat menyebabkan
mudahnya terjadi infeksi apabila tidak ada keseimbangan dalam lingkungan.
Dalam kasus ini lingkungan tempat tinggal mendukung terjadinya penyakit
tuberkulosis yang di alami pasien. Lingkungan rumah merupakan salah satu
faktor yang memberikan pengaruh besar terhadap status kesehatan penghuninya.
Lingkungan rumah merupakan salah satu faktor yang berperan dalam penyebaran
kuman tuberkulosis. Kuman tuberkulosis dapat hidup selama 1-2 jam bahkan
sampai beberapa hari hingga berminggu-minggu tergantung pada ada tidaknya
sinar matahari, ventilasi yang baik, kelembaban, suhu rumah, dan kepadatan
rumah.
Pencahayaan Rumah
Keadaan rumah pasien pada kasus ini memiliki pencahayaan yang
kurang karena jarang membuka tirai jendela dan ventilasi yang cukup serta
kurangnya jendela di kamar. Semua ruangan berdinding tembok, beratap seng,
dan berlantai tegel. Ruangan kamar tidak memiliki ventilasi dan jendela,
sehingga cahaya dan udara yang masuk tidak maksimal. tetapi pada ruang
tamunya memiliki jendela yang memiliki kaca dan ventilasi , namun jendela
dan horden jendela pasien jarang untuk dibuka, sehingga cahaya dan udara
yang masuk tidak maksimal. Hal ini menyebabkan mikroorganisme dapat
berkembang dengan pesat, termasuk kuman dan bakteri penyebab
tuberkulosis. Bila sinar matahari dapat masuk dalam rumah serta sirkulasi
udara di atur maka resiko pertumbuhan bakteri akan berkurang dan penularan
antar penghuni akan sangat minimal.
Kepadatan Hunian Rumah
Rumah tempat tinggal pasien dalam kasus ini memiliki jarak dekat
dengan rumah tetangga-tetangga di samping dan depannya. Luas lantai
bangunan rumah sehat harus cukup untuk penghuni di dalamnya, artinya luas
lantai bangunan rumah tersebut harus disesuaikan dengan jumlah
penghuninya agar tidak menyebabkan overload. Hal ini tidak sehat, sebab
disamping menyebabkan kurangnya konsumsi oksigen juga bila salah satu
anggota keluarga terkena penyakit infeksi, akan mudah menular kepada
anggota keluarga yang lain.
Jenis Pekerjaan
Jenis pekerjaan menentukan faktor risiko apa yang harus dihadapi
setiap individu. Bila seseorang bekerja di lingkungan yang berdebu dengan
paparan partikel debu di daerah terpapar akan mempengaruhi terjadinya
gangguan pada saluran pernafasan. Paparan kronis udara yang tercemar dapat
meningkatkan morbiditas, terutama terjadinya gejala penyakit saluran
pernafasan dan umumnya tuberkulosis paru. Pasien dalam kasus ini bekerja
sebagai pemulung. Pada lingkungan rumah juga terdapat banyak debu
sehingga pada saat siang dan sore hari ketika berangin sangat berdebu.
Lingkungan seperti ini dapat menjadi faktor resiko terjadinya infeksi saluran
pernapasan seperti TB paru.
A. KESIMPULAN
1. Pada penderita TB paru aktif yang baru, diberikan pengobatan OAT kategori I
berdasarkan berat badan.
2. Faktor utama yang menjadi salah satu penyebab TB paru pada kasus ini
adalah kesehatan lingkungan, perilaku, dan layanan kesehatan.
B. SARAN
Upaya pencegahan (preventif) terhadap penyakit TB paru dapat
dilaksanakan dengan mengaplikasikan lima tingkat pencegahan penyakit (five
level prevention), sebagai berikut :
1. Promosi kesehatan
Promosi kesehatan dalam mencegah terjadinya tuberkulosis dapat
dilakukan dengan cara :
a. Meningkatkan penyuluhan mengenai penyebaran tuberkulosis.
b. Meningkatkan penyuluhan tentang edukasi secara keseluruhan tentang TB
di masyarakat secara umum dan di keluarga pasien secara khusus.
2. Perlindungan khusus
Perlindungan khusus dalam mencegah terjadinya tuberkulosis adalah :
a. Perbaikan status gizi pasien dan keluarga
b. Perbaikan ventilasi rumah dan pencahayaan di rumah pasien.
c. Pemakaian masker minimal 3 lapis, dalam lingkungan rumah terlebih lagi
di lingkungan tempat kerja.
d. Perbaikan perilaku pasien serta keluarga.
3. Diagnosis dini dan pengobatan segera
Diagnosis dini dan pengobatan segera dengan tujuan untuk mencegah
terjadinya penyakit yang lebih berat. Upaya yang dapat dilakukan, yaitu :
a. Mencari kasus sedini mungkin.
b. Penatalaksanaan yang tepat.
4. Pembatasan Cacat
Pembatasan cacat merupakan pencegahan untuk terjadinya kecatatan
atau kematian akibat tuberkulosis. Adapun upaya yang dapat dilakukan, yaitu
:
a. Melakukan pengobatan dan perawatan sesuai pedoman sehingga penderita
sembuh dan tidak terjadi komplikasi.
b. Meningkatkan kinerja pelayanan kesehatan sebagai penunjang untuk
memungkinkan pengobatan dan perawatan yang lebih intensif dan
sembuh.
5. Rehabilitasi
Rehabilitasi dalam mencegah tuberkulosis dapat dilakukan dengan cara :
a. Rehabilitasi medik apabila terdapat gangguan kesehatan fisik
b. Pemberantasan, seperti :
Penyuluhan kesehatan,
Pengobatan dan perawatan kasus dengan tepat.
DAFTAR PUSTAKA