Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN KASUS APRIL 2019

HIPERTENSI

Disusun Oleh :
Nurul Amelya Amsyar
N 111 17 008

Pembimbing :
dr. Nur Indriyani
dr. Diah Mutiarasari, MPH

DALAM RANGKA MENGIKUTI KEPANITERAAN KLINIK


BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT – KEDOKTERAN KOMUNITAS
PUSKESMAS WANI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2019
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Hipertensi adalah suatu gangguan pada sistem peredaran darah, yang cukup
banyak mengganggu kesehatan masyarakat. Pada umumnya, terjadi pada manusia yang
berumur lebih dari 40 tahun. Namun banyak orang tidak menyadari bahwa dirinya
menderita hipertensi. Hal ini disebabkan gejalanya tidak nyata dan pada stadium awal
belum menimbulkan gangguan yang serius pada kesehatannya. Boedi Darmoyo dalam
penelitiannya menemukan bahwa antara 1,8% -28,6% penduduk dewasa adalah
penderita hipertensi. Prevalensi hipertensi di seluruh dunia diperkirakan antara 15-
20%. Pada usia setengah baya dan muda, hipertensi ini lebih banyak menyerang pria
daripada wanita. 1
Faktor-faktor risiko penyakit jantung koroner sebagai akibat dari penyakit
hipertensi yang ditangani secara baik dibedakan menjadi 2 kelompok , yaitu faktor
resiko yang tidak dapat diubah meliputi umur, jenis kelamin, dan keturunan.
Sedangkan faktor resiko yang dapat diubah meliputi obesitas, stres, merokok, kurang
olahraga, konsumsi alkohol, konsumsi garam berlebih, dan
hiperlipidemia/hiperkolesterolemia.2,3
Penelitian yang dilakukan di 6 kota besar seperti Jakarta, Padang, Bandung,
Yogyakarta, Denpasar, dan Makasar terhadap usia lanjut (55-85 tahun), didapatkan
prevalensi hipertensi sebesar 52,5%.4
Sampai dengan tahun 2018, angka kejadian hipertensi terus meningkat dan
masuk dalam tiga besar penyakit terbanyak. Menurut data UPTD Puskesmas
Wani angka hipertensi masih menduduki posisi ketiga dari sepuluh penyakit
yang tersering di Puskesmas Wani.5

1
NO JENIS PENYAKIT JUMLAH
PASIEN
1 ISPA 2116
2 Gastritis 1626
3 Hipertensi 1269
4 Dermatitis 635
5 Artritis Reumatoid 609
6 Mialgia 568
7 Hipotensi 561
8 Diare 471
9 Asma Bronkial 280
10 Influenza 226
Tabel 1. Gambaran 10 penyakit Rawat jalan Terbanyak Untuk Polik Umum di
UPT Puskesmas Wani tahun 20185.

1.2.Tujuan
Adapun tujuan penyusunan laporan refleksi kasus ini meliputi :
1. Sebagai syarat penyelesaian tugas akhir di bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat
2. Sebagai gambaran penyebaran penyakit dan beberapa faktor resiko
penyebarannya di wilayah kerja Puskesmas Wani.

2
BAB II
PERMASALAHAN

2.1 Penentuan Prioritas Kasus Menggunakan Rumus Hanlon Kuantitatif

No Masalaah Besar Kegawat Kemungkinan Nilai


kesehatan masalah Daruratan Diatasi
1 ISPA 3 2 4 9
2 Gastritis 3 2 2 7
3 Hipertensi 4 3 4 11
4 Dermatitis 2 2 3 7
Alergi
5 Artritis 2 2 3 7
Reumatoid

KRITERIA A : Besar masalah, dapat dilihat dari besarnya insidensi atau


prevalensi. Skor 1-10

Masalah Besar masalah Nilai


Kesehatan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
X (Gastritis) V 6
Y (ISPA) V 8
Z (Hipertensi) V 5

KRITERIA B : Kegawatan masalah (SKOR 1-5)

Masalah Keganasan Tingkat Biaya yang Niilai


Kesehatan urgency dikeluarkan
X (Gastritis) 2 2 3 7
Y (ISPA) 2 2 3 7
Z (Hipertensi) 3 3 3 9

3
KRITERIA C :kemudahan dalam penanggulangan

Sangat sulit X Y,Z sangat mudah

1 2 3 4 5

KRITERIA D : PEARL factor

Masalah P E A R L Hasil
kesehatan perkalian
X 1 1 1 1 1 1
Y 1 1 1 1 1 1
Z 1 1 1 1 1 1

PENETAPAN NILAI

 GASTRITIS
NPD : (A+B) C = (6+7) 3= 13x3 = 39
NPT : (A+B) CxD = (6+7) 3x1 = 13x3 = 39
 ISPA
NPD : (A+B) C = (8+7) 4 = 15 x 4 = 60
NPT : (A+B) CxD = (8+7) 4x1 = 15 x 4 = 60
 HIPERTENSI
NPD : (A+B) C = (5+9) 4 = 14x4 = 56
NPT : (A+B) CxD = (5+9) 4x1 = 13x4 = 56

KESIMPULAN

Masalah A B C NPD D NPT Prioritas


kesehatan (PEARL)
Gastritis 6 7 3 39 1 39 3
ISPA 8 7 4 60 1 60 1
Hipertensi 5 9 4 56 1 56 2

Kesimpulan dari rumus ini yaitu penyakit hipertensi merupakan prioritas


masalah yang menempati urutan kedua dari 3 prioritas masalah yang ada di
puskesmas Wani. Hal ini berkaitan dengan tingkat morbiditas dan insidensi hipertensi

4
yang timbul di ruang lingkup kerja Puskesmas Wani. Oleh karena itu akan di bahas
mengenai suatu kasus penyakit Hipertensi pada laporan kasus saat ini.

2.2 Kasus
A. Identitas Pasien
Nama : Ny. M
Umur : 60 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : IRT
Agama : Islam
Alamat : Wani I
Tanggal Pemeriksaan 14 April 2019

B. Deskripsi Kasus
Anamnesis :
Keluhan Utama :
Nyeri pada leher bagian belakang
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien Ny. M berusia 60 tahun mengeluh nyeri pada belakang leher
sejak tiga hari yang lalu, keluhan kadang disertai dengan adanya nyeri
kepala dan pusing. Nyeri kepala terutama dirasakan pada seluruh bagian
kepala. Pasien mengatakan dirinya merasakan keluhan tersebut sejak 5
tahun yang lalu dan merasa sangat sering muncul sejak 2 bulan terakhir.
Pasien mengeluh sering mengalami pegal-pegal saat pagi hari. Keluhan
yang dirasakan sangat menganggu aktivitasnya sehari-hari, pasien tidak
merasa mual atau sampai muntah. Tidak ada keluhan jantung berdebar-
debar, tidak ada batuk, BAB dan BAK kesan normal.

5
Riwayat Penyakit Keluarga :
Ibu pasien menderita keluhan yang sama dengan pasien.

Riwayat Kebiasaan dan Lingkungan :


 Pasien makan 1-2 kali sehari. Menu makanan pasien yaitu nasi, lauk
pauk, dan kadang terdapat sayur. Porsi sekali makan pasien yaitu
sepiring nasi berisi 1 sendok nasi, lauk yang dikonsumsi berupa ikan,
tahu atau tempe yang digoreng. Sayuran yang biasanya dikonsumsi
oleh pasien yaitu sayur kelor bercampur santan. Pasien jarang
mengkonsumsi buah. Pasien sering makan makanan yang bersantan,
asin , dan goreng-gorengan
 Pasien mandi 1 kali sehari pagi hari di WC umum.
 Pasien tinggal bersama 2 orang anak, 1 menantu, dan 5 orang cucu.
Menantu dan anak pasien merupakan perokok aktif.
 Pasien tinggal di kawasan yang padat penduduk. Jarak rumah pasien
dengan rumah tetangga sekitar 2-3 meter. Pasien tinggal di rumah semi
permanen berlantai 1, berukuran luas sekitar 6x10 m2. Rumah terdiri
dari ruang tamu, satu kamar tidur, ruang makan sekaligus dapur. Lantai
rumah terbuat dari semen, dinding rumah semi permanen terbuat dari
dan papan, pada dapur tidak memiliki plafon dan atap rumah terbuat
dari seng. Ruang tamu memiliki ventilasi berupa jendela dan
pencahayaan yang kurang, dimana jendela permanen yang terbuat dari
kayu. Di dapur pasien terdapat banyak tumpukan barang-barang berupa
pakaian, bantal, dan perlengkapan dapur.
 Rumah pasien tidak memiliki kamar mandi dan septic tank. Tidak ada
saluran air limbah (got) di samping rumah yang mengalir ke depan
rumah.

6
 Di belakang rumah pasien terdapat 3 buah WC umum dan terdapat
banyak sampah berserakan. Sampah di rumah dikumpulkan dan
kemudian dibakar di belakang rumah.
 Sumber listrik rumah yaitu PLN. Sumber air dari sungai.
 Aktivitas sehari-hari membersihkan rumah, mencuci, memasak dan
menjaga kelima cucu.

Sosial Ekonomi
Pasien memiliki hubungan baik dengan keluarganya dan tetangga
sekitar. Pasien tergolong ekonomi ke bawah, biaya hidup ditanggung oleh
menantunya yang bekerja sebagai buruh pabrik dengan penghasilan
Rp.800.000 untuk menghidupi seluruh keluarga.

PEMERIKSAAN FISIK
Kondisi Umum : Sakit sedang Berat Badan : 45kg
Tingkat Kesadaran : Compos Mentis Tinggi Badan : 150cm
Status Gizi : Gizi Baik

Tanda Vital
Tensi : 160/90 mmHg
Nadi : 88 kali/menit (kuatangkat, isi cukup, reguler)
Suhu : 36.70C
Pernapasan : 20 kali/menit

Kulit : Warna sawo matang, lapisan lemak di bawah kulit


cukup.
Kepala : Normosefal, rambut berwarna hitam, tipis dan tidak
mengkilap, konjungtiva tidak anemis, sklera tidak
ikterus, pupil bulat isokor (diameter 3 mm). Terdapat

7
sekret pada hidung (warna bening keputihan), tidak
terdapat pernapasan cuping hidung. Tidak ada sekret
pada telinga, bibir tidak sianosis.
Tenggorokan- : Tonsil T1/T1
Leher Tidak terdapat pembesaran kelenjar getah bening.

Thoraks
Paru : Inspeksi : permukaan dada simetris, penggunaan
otot-otot bantu pernapasan (-).
Palpasi : massa (-), nyeri tekan (-) taktil
fremitus kiri = kanan.
Perkusi : sonor pada kedua lapang paru
Auskultasi : bunyi napas bronkovesikuler +/+,
wheezing (-/-), ronkhi (-/-).
Jantung : Inspeksi : iktus kordis tidak tampak
Palpasi : iktus kordis teraba pada ICS V linea
Midclavicula sinistra
Perkusi : pekak
Auskultasi : bunyi jantung I dan II murni, reguler,
bising jantung (-).
Abdomen : Inspeksi : permukaan datar, seirama gerak napas
Auskultasi : peristaltik kesan normal
Perkusi : timpani
Palpasi : massa (-), nyeri tekan (-), hepar dan
lien tidak teraba.
Ekstremitas
Atas : Akral hangat, edema (-)
Bawah : Akral hangat, edema (-)

Pemeriksaan Penunjang
Tidak dilakukan pemeriksaan penunjang

Diagnosis Kerja
Hipertensi Grade 2

8
Terapi
 Medikamentosa :
 Captopril tablet 25 mg 0-0-1
 Vit B1 1x1

 Nonmedikamentosa :
Konseling
 Penyakit yang diderita adalah penyakit hipertensi yang tidak menular dan
tidak bisa sembuh dan hanya bisa dikontrol.
 Menjelaskan kepada os tentang gejala-gejala pada penyakit hipertensi dan
resiko penyulit yang mungkin terjadi.
 Menjelaskan kepada os agar tekun meminum obat dan rutin memeriksakan
dirinya di posbindu dan Puskemas, meskipun os sudah merasa sehat.
 Menganjarkan pasien agar mengurangi konsumsi makanan yang asin serta
mengurangi konsumsi makanan yang digoreng dan makanan yang berlemak.
 Menganjurkan pasien mengkonsumsi sayur-sayuran dan buah-buahan untuk
meningkatkan daya tahan tubuh
 Menganjurkan pasien untuk sering menjalankan pola hidup yang sehat
seperti berolahraga setiap harinnya
 Menjauhi asap rokok dan menanjurkan anak dan menantunya untuk
mengurangi dan tidak merokok di dalam rumah

 Menekuni hobi pasien seperti berkebun dan manjahit untuk mengurangi stres

 Istirahat yang cukup.

2.1 Analisis Kasus


Pasien merupakan seorang ibu rumah tangga berusia 60 tahun yang
bekerja sehari-hari membersihkan rumah dan menjaga kelima cucu. Pasien

9
mengaku sedang stres memikirkan kondisi keluarga. Pasien sering
mengkonsumsi makanan asin serta mengurangi konsumsi makanan yang
digoreng dan makanan yang berlemak. Pasien merupakan seorang perokok
pasif karena anak dan menantunya sering merokok di dalam rumah.

2.2 Identifikasi Masalah pada Pasien


1. Bagaimana masalah hipertensi di Wilayah kerja Puskesmas Wani?
2. Faktor resiko apa saja yang mempengaruhi masalah Hipertensi di Wilayah
kerja Puskesmas Wani?
3. Bagaimana pelaksanaan program puskesmas terkait hipertensi di Wilayah
kerja Puskesmas Wani?

10
BAB III
PEMBAHASAN

Suatu penyakit dapat terjadi oleh karena ketidakseimbangan faktor-faktor


utama yang dapat mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat. Paradigma hidup
sehat yang diperkenalkan oleh H.L. Blum mencakup 4 faktor yaitu faktor
genetik/biologis, faktor perilaku individu atau masyarakat, faktor lingkungan dan
faktor pelayanan kesehatan (jenis, cakupan dan kualitasnya). Berdasarkan kasus di
atas, jika dilihat dari segi konsep kesehatan masyarakat, maka ada beberapa yang
menjadi faktor risiko yang mempengaruhi derajat kesehatan hipertensi, yaitu:
1. Faktor genetik
Berdasarkan dari riwayat penyakit keluarga terdapat riwayat hipertensi dari
ibu pasien. untuk penyakit hipertensi di dalam tubuh manusia sudah memiliki
gen pdg4 yang dapat memicu penyakit hipertensi apa bila faktor perilaku tidak
terkontrol. Menurut data serta laporan yang dimiliki oleh Puskesmas Wani
maupun observasi langsung yang dilakukan saat melakukan kegiatan lapangan,
khususnya pada saat melaksanakan Posyandu Lansia, kasus-kasus hipertensi jauh
lebih banyak didapatkan pada pasien-pasien berusia > 45 tahun. Tingginya
hipertensi sejalan dengan bertambahnya umur karena perubahan struktur
pembuluh darah. Bahkan pada usia lanjut, terjadinya hipertensi pada wanita lebih
tinggi dibandingkan dengan pria yang diakibatkan oleh faktor hormonal.

2. Faktor perilaku
Pola diet tinggi garam yang dilakukan oleh masyarakat di wilayah kerja
puskesmas Wani, telah menunjukkan tingginya angka hipertensi, saat melakukan
observasi langsung di lapangan khususnya pada saat melaksanakan Posyandu
lansia sebagian besar masyarakat yang datang di Posyandu sering mengkonsumsi
makanan-makanan tinggi kadar garam, seperti ikan asin dan sayur bersantan
yang merupakan salah satu faktor terjadinya hipertensi. Makanan yang digoreng

11
dan bersantan mengandung kadar lemak yang tinggi yang dapat menyebabkan
tingginya kadar lemak dalam darah dan memudahkan terbentuknya plak dalam
pembuluh darah yang menyebabkan gangguan aliran darah. Sedangkan makanan
ikan asin mengandung kadar garam yang tinggi sehingga dapat menyebabkan
retensi cairan dalam darah yang menyebabkan hipertensi. Pasien juga sedang
stress memikirkan masalah keluarga. Jika stress berlangsung lama, tubuh akan
berusaha mengadakan penyesuaian sehingga timbul kelainan organis atau
perubahan patologis.
3. Faktor lingkungan
Faktor lingkungan yang mempengaruhi pasien dengan hipertensi yaitu
kontak dengan anggota keluarga dalam hal ini, menantu pasien yang merupakan
perokok aktif. Ada keterkaitan antara asap merokok dengan adanya artereosklerosis
pada seluruh pembuluh darah. Asap rokok juga meningkatkan denyut jantung dan
semakin meningkatkan risiko kerusakan pada pernbuluh darah arteri.
Pasien tinggal bersama 2 orang anak, 1 menantu, dan 5 orang cucu.
Pasien tinggal di kawasan yang padat penduduk. Jarak rumah pasien dengan
rumah tetangga sekitar 2-3 meter. Pasien tinggal di rumah semi permanen
berlantai 1, berukuran luas sekitar 6x10 m2.

Menurut Persyaratan Kesehatan Rumah Tinggal menurut Keputusan Menteri


Kesehatan RI Nomor : 829/Menkes/SK/VII/1999:6
1. Bahan bangunan,
a. Tidak terbuat dari bahan yang dapat melepaskan zat-zat yang dapat
membahayakan kesehatan, antara lain sebagai berikut :
 Debu Total tidak lebih dari 150 µg m3
 Asbes bebas tidak melebihi 0,5 fiber/m3/4jam
 Timah hitam tidak melebihi 300 mg/kg
b. Tidak terbuat dari bahan yang dapat menjadi tumbuh dan berkembangnya
mikroorganisme patogen.

12
 Rumah pasien merupakan rumah semi permanen dimana rumah tersebut
berbahan semen dan kayu.

2. Komponen dan penataan ruang rumah. Komponen rumah harus memenuhi


persyaratan fisik dan biologis sebagai berikut:
a. Lantai kedap air dan mudah dibersihkan
b. Dinding
 Di ruang tidur, ruang keluarga dilengkapi dengan sarana ventilasi
untuk pengaturan sirkulasi udara
 Di kamar mandi dan tempat cuci harus kedap air dan mudah
dibersihkan
c. Langit-langit harus mudah dibersihkan dan tidak rawan kecelakaan
d. Bumbung rumah yang memiliki tinggi 10 meter atau lebih harus
dilengkapi dengan penangkal petir
e. Ruang di dalam rumah harus ditata agar berfungsi sebagai ruang tamu,
ruang keluarga, ruang makan, ruang tidur, ruang dapur, ruang mandi dan
ruang bermain anak
f. Ruang dapur harus dilengkapi dengan sarana pembuangan asap.
 Rumah pasien memiliki sirkulasi yang kurang, tidak memiliki kamar
mandi umum serta tempat cuci, lantai rumah kotor, tidak ada penangkal
petir, dan ruangan tidak tertata rapi, dapur tidak dilengkapi sarana
pembuangan asap. Rumah pasien juga hanya memiliki 1 kamar tidur dan
1 ruang tamu yang merangkap sebagai ruang keluarga dan 1 dapur
dikarenakan keterbatasan luas tanah.

3. Pencahayaan
Pencahayaan alam atau buatan langsung atau tidak langsung dapat menerangi
seluruh bagian ruangan minimal intensitasnya 60 lux dan tidak menyilaukan.

13
 Rumah pasien memiliki akses untuk pencahayaan alam yang cukup,
dimana terdapat jendela dan pintu yang dapat dibuka untuk membantu
pencahayaan pada siang hari.

4. Ventilasi
Luas penghawaan atau ventilasi alamiah yang permanen minimal 10% dari
luas lantai
 Dirumah pasien dapat dikatakan belum cukup dimana tidak terdapat
jendela di tiap sudut ruangan.

5. Binatang penular penyakit


Tidak ada tikus bersarang dalam rumah
 Menurut pengakuran pasien terdapat tikus di dalam rumah.

6. Air
a. Tersedia air bersih dengan kapasitas minimal 60 lt/hari/orang
b. Kualitas air harus memenuhi persyaratan kesehatan air bersih dan air
minum sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
 Dirumah pasien tidak memiliki sumber air bersih. Pasien dan
keluarganya hanya menggunakan air sungai untuk mandi maupun untuk
memasak dan mencuci. Kadang air berwarna keruh saat hujan. Menurut
pasien kualitas airnya belum pernah diukur sebelumnya,dan sudah
dipakai bertahun-tahun.

7. Tersediannya sarana penyimpanan makanan yang aman dan hygiene


 Penyimpanan makanan pasien di atas lantai, dan tidak menggunakan
penutup makanan.

14
8. Limbah
a. Limbah cair berasal dari rumah, tidak mencemari sumber air, tidak
menimbulkan bau dan tidak mencemari permukaan tanah.
b. Limbah padat harus dikelola agar tidak menimbulkan bau, tidak
menyebabkan pencemaran terhadap permukaan tanah dan air tanah.
 Jarak antara rumah pasien dan tempat sampah ±2 meter, dan keluarga
pasien selalu membuang limbah di tempat sampah tersebut, sehingga
pengelolaan limbah belum cukup baik.

9. Kepadatan hunian ruang tidur


Luas ruang tidur minimal 8m2 dan tidak dianjurkan digunakan lebih dari dua
orang tidur dalam satu ruang tidur, kecuali anak dibawah umur 5 tahun.
 Ruang tidur dirumah pasien berjumlah 1 kamar dengan masing-masing
ukuran 3x4 m2, berisi 1 tempat tidur. Kebersihan kamar tidur dirumah
pasien dapat dikatakan kurang karena di kamar tidur tergabung dengan
pakaian seluruh penghuni rumah yang tertata kurang rapi.

4. Faktor pelayanan kesehatan


Kegiatan Pelayanan kesehatan untuk menangani hipertensi, sudah termasuk
dalam program kerja Penyakit Tidak Menular (PTM) Dari segi pelayanan
kesehatan terkait kinerja Puskesmas untuk menanggulangi penyakit hipertensi
mulai dari pelayanan di poli lansia, posyandu lansia, serta pelayanan dalam
meberikan obat telah dianggap cukup dalam penanggulangan penyakit hipertensi.
Masyarakat perlu tahu dan diberikan informasi mengenai hipertensi karena
seringkali hal seperti ini justru diabaikan oleh masyarakat. Penyakit-penyakit
tidak menular seperti hipertensi seringkali terabaikan padahal melihat tren yang
terjadi dalam beberapa tahun belakangan ini, jumlah kasus penyakit tidak
menular seperti hipertensi justru semakin meningkat.

15
Pasien

Apotik Poli umum


Memberikan (anamnesis dan
obat sesuai pengukuran tekanan
resep dokter darah)

Konseling
memberikan
penyuluhan
terkait
hipertensi

Alur Pelayanan Hipertensi di Puskesmas Wani

16
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan
1. Hipertensi masih menempati posisi ketiga untuk Sepuluh Penyakit
Terbanyak di Puskesmas Wani. Namun menjadi kasus tersering yang
terjadi pada usia produktif dan lansia
2. Hipertensi merupakan penyakit yang tidak dapat disembuhkan namun bisa
dikontrol dan di pengaruhi faktor perilaku dan faktor lingkungan.
Penontrolan dengan memodifikasi faktor-faktor yang dapat diubah seperti
penerapan gaya hidup sehat berupa menghindari stres, menghindari
paparan asap rokok maupun polusi, berolahraga dan mengurangi konsumsi
makanan tinggi garam dan lemak.

5.2 Saran
5 level of prevention:
1. Peningkatan kesehatan (health promotion)
- Melakukan penyuluhan mengenai pentingnya menjaga pola makan yang
baik dan benar serta diet rendah garam
- Memberikan informasi kepada masyarakat di setiap lokasi pemeriksaan
untuk melakukan aktivitas yang cukup serta cek maupun kontrol tekanan
darah di Puskesmas secara rutin dengan harapan untuk menurunkan jumlah
kasus Hipertensi khususnya di puskesmas Wani.
2. Perlindungan umum dan khusus terhadap penyakit-penyakit
tertentu (general and specific protection)
- Mencegah timbulnya komplikasi stroke komplikasi ke jantung

3. Penegakkan diagnosa secara dini dan pengobatan yang cepat dan tepat (early
diagnosis and prompt treatment)

17
- Rutin mengontrol tekanan darah setiap bulannya setiap selesai melakukan
pengobatan rutin.

4. Pembatasan kecacatan (dissability limitation)

- Tidak melakukan aktivitas berat dan memicu kerja dari jantung

5. Pemulihan kesehatan (rehabilitation)

- Selalu konsumsi obat dan rutin mengontrol tekanan darah agar mencegah
naiknya tekanan darah yang lebih tinggi.

18
DAFTAR PUSTAKA

1. Muhadi, 2016 , JNC 8 Evidence Based Guideline Penanganan Pasien Hipertensi


Dewasa, Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. Jakarta
2. Kartini, apoina, lidyawati,2014. Hubungan Asupan Lemak Jenuh, Asam
Lemak Tidak Jenuh dan Natrium dengan Kejadian Hipertensi Pada Waita
Menopause di Kelurahan Bojongsalaman. Journal of Nutrion college vol 3
Nomor 4 612-619
3. Kemenkes RI. 2014. Info Datin Hipertensi. Pusat data dan informasi
Kementerian Kesehatan RI. Jakarta
4. Soenarta et al, 2015. Pedoman Tatalaksana Hipertensi Pada Penyakit
Kardiovaskular. Pedoman PERKI. Jakarta.
5. Anonim, 2018. Profil Puskesmas Wani Tahun 2018.
6. Keputusan Menteri Kesehatan RI No.829 Menkes SK/VII/1999 Tentang
Persyaratan Kesehatan Perumahan.

19
DOKUMENTASI

Gambar 1. Kunjungan ke rumah pasien

Gambar 2. Ruang Tamu

20
Gambar 3. Dapur

Gambar 4. Tumpukan baju di samping dapur

21
Gambar 5. Sampah yang berserakan di halaman belakang

Gambar 6. Kondisi WC umum di belakang rumah pasien

22

Anda mungkin juga menyukai