ALERGI IMUNOLOGI
Alergi Obat
- Reaksi simpang obat yang tidak diinginkan akibat interaksi agen farmakologi dan sistem
imun manusia.
S O P
Manifestasi : Pemfis : Non Farmakologis :
- Ruam maculopapular - Sesak, - Stop Obat yang dicurigai
dikulit - Hipotensi,
- Paru, ginjal, darah - Limfadenopati Farmakologis :
- Ronchi, Wheezing - Reaksi ringan, stop obat
- Riw. Penggunaan obat- - Angioedema, eritema
obatan (biasa antibiotic (multiforme), - Reaksi berat, kortikosteroid
& kortikosteroid) maculopapular sistemik,
- Reaksi obat yang pernah - Edema Prednisone 60-100 mg
timbul - Kemerahan sendi sampai gejala terkendali
- Gejala hilang saat Selanjutnya diturunkan
penghentian pemberian Penunjang : bertahap selama 1-2
obat - DL, Fx Ginjal, Fx minggu
- Gejala : Hepar
- sesak, - Urinalisis lengkap - Tatalaksana anafilaksis (bila
- pingsan, - Foto Thorax ada rx anafilaksis)
- priuritus, - Radio Allergo
- demam, Absorbent test (RAST) - Urtikaria, Anti Histamin
- nyeri sendi, - Coombs indirek
- mual - Fiksasi komplemen,
reaksi aglutinasi
- Skin prick test
- Uji kulit intradermal
- Patch test
Sesak/pingsan/priuritus/syok/
ruam maculopapular dikulit
- AH 1
- Dimenhidrinat 50 mg (4-6 jam) sedasi kuat-anti motion sickness
- Prometazine 10-25 mg (4-6 jam) sedasi kuat, antiemetik
- Chlorphineramine Maleate 4-8 mg (3x1) (4-6 jam) sedasi
ringan, obat flu
- AH 2
- Loratadin 10 mg (24 jam) masa kerja lama
- Cetirizine 5-10 mg (2x1) (12-24 jam) (tab, syr, drop)
ASMA BRONKIAL
- Inflamasi mukosa saluran napas, dari trakea sampai bronkiolus terminal, sering
dibronkus.
- DD :
- Sindrom hiperventilasi, serangan panic, obstruksi saluran napas atas dan aspirasi
benda asing, disfungsi pita suara, PPOK, penyakit paru parenkim difus, gagal
jantung
Keterangan :
- Spirometri
- VEP1 (volume ekspirasi paksa dalam 1 menit)
a. VEP1 > 12% dan 200 cc setelah pemberian bronkodilator
Reversibel penyempitan jalan napas
- KVP (Kapasitas Vital Paksa)
- APE (Arus Puncak Ekspirasi)
KLASIFIKASI (DEWASA)
Sesak Siang Sesak Malam APE/FEV Variabilitas APE
Intermitten Bulanan - > 80 <20%
Persisten Ringan Mingguan Bulanan > 80 20-30%
Persisten Sedang Harian Mingguan 60-80 >30%
Persisten Berat - Harian <60 >30%
- Keterangan :
- Bulanan : Sesak < 1x/minggu atau 1-4x/bulan
- Mingguan : Sesak >1x/minggu atau hampir setiap hari
- Harian : Sesak setiap hari
KLASIFIKASI (ANAK)
Episodik Jarang Episodik Sering Asma Persisten
Frek ser. <1x/bulan >1x/bulan Sering
Lama ser. < 1 minggu >1 minggu Hampir Sepanjang tahun
Intensitas ser. Ringan Sedang Berat
FEV 1 >80% 60-80% <60%
PEMERIKSAAN ASMA
- SPIROMETRI : GOLD STD
- Obstruktif : Sumbatan (+), paru normal
- Restriktif : Sumbatan (-), paru bermasalah (mengecil/atelectasis)
- FEV1/APE : Nilai Sumbatan Paru (sekali ekspirasi)
- FVC : Nilai Ukuran paru (sekali inspirasi)
Obstruktif Restriktif Campuran
APE/FEV1 80% N 80%
FVC N 80% 80%
FEV : FVC <0,7 >0,7 0,7
Contoh kasus : Asma, PPOK Pneumthorax & PPOK +
Atelektasis Pneumothorax
TERAPI ASMA :
a. Reliever/Pelega : SESAK Bronkodilator
- 2 Agonis Short Acting : Salbutamol (berdebar)/Terbutalin
- Metilsantin : Teofilin (IV), Aminofilin
- Antikolinergrik : Ipratropium Bromida (Combivent)
- Kortikosteroid Sistemik : Oral (ser. Ringan-sedang), IV (berat, mengancam jiwa)
ALGORITMA ASMA :
- Nebu (Salbutamol/Ipratropium bromida) bisa diulang 3x bila sesak berulang
setelah nebu, dan bila masih sesak
- Kortikosteroid IV, bila memberat
- Epinephrine IV, bila memberat
- Pasien masukan ke ICU, pasangkan Ventilator dan beri MIDAZOLAM IV
Kortikosteroid IV
Epinephrine IV
AIDS
S O P
Demam, batuk, sakit kepala, Pemeriksaan FIsik : - Konseling & Suportif
diare - TTV, identifikasi bekas - Tangani infeksi
Riw. Perilaku seksual suntikan oportunistik
(berganti-ganti pasangan) - Profilaksis Cotrimoxazol
Riw. Penggunaan NAPZA Pemeriksaan Penunjang : - ART
suntik - Screening : Rapid test
Riw. TB 3x jika (-), ulang 3-6
Riw. IMS bulan kemudian
- Diagnosis : Western Blot
(Mencari Antibodi HIV),
ELISA
- CD4 Untuk terapi
AIDS
- Profilaksis Cotrimoxazol
- Pada pneumonia & infeksi toxoplasmosis dengan CD4 < 200 sel/mm3
- Profilaksis Primer : 1 tablet/hari
- ART
Std 1 dan 2 CD4 < 350/L terapi
Std 3 dan 4 CD4 Berapapun Langsung terapi
AIDS + TB aktif Terapi dulu TBnya selama 8 Minggu kemudian mulai ART
(CD4 berapapun) (TOLERANSI OBAT TB)
Rekomendasi Regimen lini pertama pada yang belum pernah terapi ARV
a. Dewasa & Remaja: TEL b. BUMIL :
- Tenofovir 300 mg, - Zidovudin 300 mg/Tenofovir 200 mg
- Efavirenz 600 mg, - Nevirapine 200 mg/ Efavirenz 600 mg,
- Lamivudin 150 mg - Lamivudin 150 mg
Untuk pasien HIV dgn lab normal:
ZNL Efavirenz 600 mg tidak boleh digunakan
- Zidovudin 300 mg ditrimester pertama
- Nevirapine 200 mg Tenofovir 300 mg bisa dijadikan pilihan
- Lamivudin 150 mg pada ibu hamil
RENJATAN ANAFILAKSIS
Pemeriksaan Penunjang :
- Hitung Eosinofil darah tepi (N/)
- IgE total (N)
- Skin pricktest
P
- Posisi Trendelenburg (berbaring sambal kedua tungkai diposisikan lebih tinggi)
- O2 3-5 lpm
- Bila ada sumbatan jalan napas, buka & bersihkan jalan napas pertimbangkan
krikotiroidektomi atau trakeostomi
- Infus (RL, NaCl, Plasma Expander/Dextran), beri sampai TD stabil
- Inj. Adrenaline
- (IM) 0,3-0,5 ml dalam larutan 1:1.000, dapat diulangi per 5-10 menit, bila IM
kurang efektif,
- (IV) 0,1-0,2 ml dilarutkan dalam spuit 10 cc dgn NaCl, bolus perlahan
- Aminofilin 250 mg bolus pelan selama 10 menit, cegah bronkospasme akibat
epinefrin
- Antihistamin (Difenhidramin HCl 5-20 mg/IV) & kortikosteroid (deksametasone 5-
10mg/IV, diberi setelah keadaan klinis membaik untuk cegah prolonged effect/serum
sickness
- RJP bila henti napas henti jantung
- Etiologi
- Gigitan serangga,
- reaksi alergi zat kontras radiografi,
- alergi antibiotic (penisilin)
- Faktor Resiko :
- Usia, jenis kelamin, rute pajanan, riw. Atopi
- Dewasa : sering pada wanita
- Anak : sering pada laki-laki
- Parenteral lebih berat dibandingkan oral
ASAM-BASA
HAFAL NER!!!
pH 7,35-7,45
PCO2 35-45 (40)
pHCO3 22-26 (24)
SYOK
HB seharusnya = 10; k = 3
d. Syok distributive
a. Syok Anafilaktik
b. Syok Sepsis : SIRS + Fokus Infeksi + Demam + TD . Diagnosis (SOFA SCORE)
Px : Laktat
Tx : Vasopressin dalam 3 jam + Antibiotik + RL 30cc/kgbb
Norepinfrine dalam 6 jam
e. Syok Neurogenik & Syok Spinal Riw. Trauma kepala/ medulla spinalis
Syok spinal Lumpuh Flaccid dibawah lesi + sfingter ani tak menjepit saat RT
Tx : Epinferine
f. Syok Obstruktif tamponade jantung & Tension pneumothorax
URTIKARIA
S O
- Riw. Urtikaria berulang Pemeriksaan Fisik :
- Riw. Pencetus - berbatas jelas,
- bentol (Wheal), - eritem disekelilingi,
- terasa gatal, - pucat bagian tengah,
- bersifat sementara, gejala puncak 3-6 - bersifat sementara,
jam, menghilang dalam 24 jam - gejala puncak 3-6 jam,
- Predileksi : seluruh permukaan kulit - menghilang dalam 24 jam
Pemeriksaan Penunjang :
- Darah Lengkap,
- Urin Lengkap
- Fx hati & Ginjal
- Tes Alergi
- IgE Atopi
P
- Hindari pencetus
- Self Limiting
- Lini 1 : Anti Histamin 1 atau 2 per oral
- Lini 2 : Kortikosteroid
METABOLIK ENDOKRIN
DIABETES MELITUS
KRITERIA DIAGNOSA DM
Keluhan Klasik DM (Poliouri, Polifagi, Polidipsi)
a. Keluhan klasik (+) + GDS > 200 mg/dl atau GDP > 126 mg/dl DM
b. Keluhan Klasik (+) + GDS < 200 mg/dl atau GDP < 126 mg/dl Ulangi GDS &
GDP
Setelah diulangi :
- Bila GDS > 200 mg/dl atau GDP > 126 mg/dl DM
- Bila GDS < 200 mg/dl atau GDP < 126 mg/dl TTGO GD 2 jam
c. Keluhan Klasik (-) + GDS > 200 mg/dl atau GDP > 126 mg/dl
d. Keluhan Klasik (-) + GDS 100-125 atau GDP 140-199 TTGO GD 2 jam
e. Keluhan Klasik (-) + GDS < 100 mg/dl atau GDP < 140 mg/dl Normal
f. TTGO GD 2 jam
- > 200 mg/dl DM
- 140-199 mg/dl GDPT
- < 140 mf/dl Normal
- CARA TTGO
a. Puasa 8 jam sebelum pemeriksaan (mulai malam hari), boleh minum air tanpa
kandungan gula
b. Cek GDS
c. Beri glukosa 75 gram orang dewasa, 1,75 gram/KgBB anak-anak + air 250 cc,
minum selama 5 menit
d. Puasa kembali selama 2 jam
e. Cek kembali GDS
f. Selama pemeriksaan, pasien harus istirahat dan tak merokok
- TATALAKSANA DM :
- Non farmakologi :
a. Menjaga BBI pasien DM BBI = 90% (TB (cm)-100) x 1 kg
Untuk Laki-laki <160 cm dan perempuan <150cm (TB (cm)-100) x 1 kg
Interpretasi :
- Normal : BBI 10%
- Kurus : < (BBI-10%)
- Gemuk : > (BBI+ 0%)
c. Edukasi :
- Karbo : mengurangi makanan berkarbo dan utamakan
makanan berserat, makan 3x sehari dengan selingan buah
- Lemak : batasi makanan berlemak jenuh (LDL) : daging
berlemak, susu
- Protein : kurangi bila pasien nefropati, contoh makanan seperti
seafood, daging merah, ayam tanpa kulit, kacang-kacangan, tahu,
tempe, susu rendah lemak.
- Na : gunakan garam rendah Na, vetsin, soda, dan makanan
berpengawet
- Latihan : olahraga rutin seperti aerobic, jalan kaki, sepeda
santai, jogging, renang, 4-5x seminggu selama <30 menit
- Farmakologis
Cek HbA1c !!!
- <7 life style
- 7-8 life style + monoterapi
- 8-9 life style + Dual terapi
- 9-10 life style + Triple terapi (3 obat atau 2 obat + Insulune basal)
- > 10 INSULIN (GDS > 300)
a. Gol. Sekretagogue
- rangsang sekresi Insulin
- Indikasi : Pasien kurus/ BB normal
- Kontraindikasi : Obesitas Karena menambah BB
- Cara pemberian : Diberikan 15-30 menit SEBELUM MAKAN
- Jenis Obat
- Sulfonilurea :
- GLIBENKLAMID Sediaan : 2,5-5 mg, Dosis : 2,5-15 mg (1-2x)
- GLIMEPIRID Sediaan : 1,2,3,4 mg, Dosis 0,5-6 mg (1x1)
DPP 4 Inhibitor
SGLT-2 Inhibitor
HbA1c GDP
6 126
7 154
8 183
9 212
10 240
11 269
12 298
Dosis Insulin :
- 0,1 IU/KgBB per pemberian
- Pemberian
- Post Prandial 60% : jam (6-12-6)
- Basak 40% : Jam (10 malam)
Jenis Insulin :
- POST PRANDIAL(yang dikasih 3x) :
GDS berikan setelah makan (kerja cepat/short acting)
- Rapid : (analog/buatan/bukan dari manusia) NOVORAPID
- Short : Homolog (dari manusia), Insulin Regular Humulin R Vial (syringe 1
cc)
KRITERIA PENGENDALIAN DM
- GDP = 80-130
- GD2pp = < 180
- HbA1c = < 7
KOMPLIKASI DM
Akut : Syok Hipoglikemik, KAD, HONK
Kronik : Mikroangiopati, Makroangiopati
Akut
1. Syok Hipoglikemik GDS < 70mg/dl
Etiologi : OHO sekretagogue & Insulin, asupan makan tidak adekuat, kegiatan fisik
berlebihan
Gejala : Lapar, mual, TD menurun, lemah, lesu, sulit bicara, keringat dingin, bibir atau
tangan bergetar, biasa tidak sadar kalau berat
Klasifikasi : Ringan ( 50-70), Sedang (35-50), Berat (<35)
Tx : Sadar
- Larutan gula 20-30 gr (2 sendok makan gula murni atau makanan mengandung
karbohidrat
- Stop OHO
Tidak sadar
a. D40% 2 flacon (50 cc) Bolus
b. D10%/IV (8jam) per kolf (bila tak ada penyulit)
c. Periksa GDS (pakai glucometer bila perlu) :
GDS < 50 = 2 flacon D40% (50 cc) Bolus
GDS < 100 = 1 flacon D40 % (25 cc) Bolus
d. Periksa GDS per 15 menit setelah diberikan D40% :
GDS < 50 = 2 flacon D40% (50 cc) Bolus
GDS < 100 = 1 flacon D40 % (25 cc) Bolus
GDS 100-200 = Hanya infus D10% tanpa Bolus
GDS > 200 = turunkan tetesan Infus D10%
e. GDS >100 mg/dl 3x berturut pantau GDS per 2 jam
GDS > 200 ganti infus dengan D10% atau NaCl 0,9%
f. GDS >100 mg/dl 3x berturut selang 2 jam pantau GDS per 4 jam
GDS > 200 ganti infus dengan D10% atau NaCl 0,9%
g. GDS >100 mg/dl 3x berturut selang 4 jam pantau GDS sesuai kebutuhan
sampai efek obat OHO sdh habis dan pasien dapat makan
h. Hipoglikemia belum teratasi Glukagon 0,5-1 mg/IV atau IM
i. Pasien belum sadar + hipoglikemia teratasi cari penyebab lain atau sdh
terjadi brain damage akibat hipoglikemia dalam waktu yang panjang
Kronik
1. Mikroangiopati Retinopati diabetic, Nefropati Diabetik
2. Makroangiopati Stroke, ACS, Kaki diabetic
KAKI DIABETIK
- Riw. DM lama + luka dibagian tubuh terutama kaki + riw.infeksi
- Px fisik :
- Vaskular
Palpasi pulsasi arteri, perubahan warna kulit, edema, perubahan suhu, atrofi kulit.
- Neuropati
Sensasi halus dengan kapas, sensasi suhu, pinprick untuk nyeri, nyeri tungkai saat
istirahat
- Kulit
Kulit kering, ada callus, fissure, ulkus, gangrene, infeksi, akantosis nigikans,
dermopati
a. Derajat 0 : Tidak ada lesi
b. Derajat 1 : Ulkus Superficial
c. Derajat 2 : Ulkus dalam, menembus tendon dan tulang
d. Derajat 3 : Abses dalam, dengan atau tanpa osteomyelitis
e. Derajat 4 : Gangren distal kaki, dengan atau tanpa selulitis
f. Derajat 5 : Gangren seluruh kaki atau sebagian tungkai
- Tx Kaki Diabetik
- Pencegahan (bila belum ada luka dikaki pada pasien beresiko/pasien DM)
a. Tidak boleh berjalan tanpa alas kaki
b. Rutin periksa kaki setiap hari, periksakan kedokter bila ada luka, kemerahan,
atau kulit terkelupas.
c. Cek alas kaki setiap ingin memakai dari benda asing
d. Jaga kaki tetap bersih, tidak basah, dan jaga kelembaban kaki
e. Potong kuku secara teratur
f. Gunakan kaos kaki berbahan katun, dan ujungnya tak terlipat saat dipakai
g. Kalau ada callus atau mata ikan, tipiskan secara halus
h. Sepatu jangan terlalu longgar atau terlalu sempit
i. Hindari kontak bahan panas
Indikasi nekrotomi/Debridement
- debris dan jaringan nekrosis (derajat 2)
- kerusakan jaringan dan pus pada ulkus yang terinfeksi
Indikasi Amputasi
- jaringan nekrotis luas,
- iskemik jaringan (tak dapat direkonstruksi)
- gagal revaskularisasi
- charcot foot
- infeksi akut dengan ancaman kematian (gas gangrene)
- infeksi tdk membaik dengan terapi adekuat
- deformitas berat tak terkontrol, ulkus berulang
- Sindrom akibat resistensi insulin, ditandai dengan obesitas, menstruasi tidak teratur,
tanda androgen berlebih (hirsituisme, jerawat). Ada kista multiple dalam ovarium.
- Etiologi Tidak jelas
- Kriteria diagnosa (Eshre/Asrm Rotterdam 2003)
- Menstruasi tidak teratur dan infertilitas akibat disfungsi ovulasi.
- Hiperandrogenisme (ada bukti klinis atau lab)
- USG Pelvis atau Transvaginal ovarium ditemukan > 10 kista folikular.
- Lab
- GDP/GDS untuk cek ada tanda sindrom metabolic
- Kortisol pada 08.00 pagi hari singkirkan DD Cushing syndrome
- 17-hidroksi progesterone singkirkan virilisme adrenal
- DHEAS ( dehydroepiandosterone)
- USG
- Tx sesuai gejala
- Metformin
- Progesterone (10-12 hari) tiap 1-22 bulan
DISPLIPDEMIA
- Kelainan metabolisme lipid yang ditandai peningkatan atau penurunan fraksi lipid
plasma.
- Kelainan fraksi lipid Kolesterol total, LDL, HDL, Trigliserida
- EAS (European Athersclerosis Society)
a. Hiperkolesterolemia > 240 mg/dL
b. Hipertrigliserida > 200 mg/dL
c. Dislipdemia campuran Kol. > 240 mg/dL, Trig > 200 mg/dL
- Kol. Total
- < 200 mg/dl - Normal
- < 240 mg/dl - Tinggi
- > 240 mg/dl - Sangat tinggi
- HDL (40-60)
- < 40 mg/dl - Rendah
- > 60 mg/dl - Tinggi
- Faktor resiko
- PJK, DM, gagal ginjal kronik, stroke, aneurisma aorta abdominal
- Merokok
- Hipertensi
- HDL rendah < 40 mg/dl
- Riw. PJK dini (ayah <55 thn, Ibu < 65 thn)
- Usia : Pria (> 45 thn), wanita (> 55 thn)
- Tatalaksana :
a. Pasien Hiperkolesterolemia
- Mengurangi makanan berlemak jenuh (makanan berminyak, soft drink)
- Konsumsi asam lemak omega 3, makanan tinggi serat
- Kurangi BB dam tingkatkan aktivitas fisik
- Bila respon diet terlihat dalam 3-4 minggu, tingkatkan aktivitas fisik dan
olahraga, hentikan rokok dan minuman beralkohol, Hipertensi,
hipertrigliseridemia, atau obesitas sentral.
- Pertahankan dan turunkan berat badan
- Bila tidak ada perubahan selama 6 minggu, pertimbangkan untuk terapi
farmakologis dan meneruskan pengaturan makan dan aktivitas fisik
- Tx Farmakologis
- Gol. Statin (kol. Total , LDL )
- Simvastatin 5 mg (max 40 mg)
- Atorvastatin 10 mg (max 40 mg)
- Bile acid sequestrant (kalau LDL tidak turun)
- Koelstiramin 4-16 mg
- Nicotic Acid 2x100 mg (kol. Total , LDL )
b. Pasien Hipertrigliserida
- Non farmakologis, seperti pasien hiperkolesterol
- Farmakologis
- HDL > 30 mg/dl dari LDL
- Obat penurun kolesterol LDL atau
- Nicotinic acid atau fibrat : (kol. Total , Trigliserida )
- Trigliserida < 400 Statin
- Trigliserida > 400 Gemfibrosil 2x 600 mg atau 1x 900 mg
- Fenofobrat 1x200 mg
- Statin dan fibrat tidak boleh digabung
TIROID
- Benjolan dileher diikuti gerakan menelan SKRINING TSH (utama), FT3, FT4
- Skrining normal? Eutiroid = Curiga Tumor USG thyroid (Hot atau cold nodul)
Cold nodul? BIOPSI/FNAB Ca Thyroid (80% tipe papiller)
Hot Nodul? Hipertiroid
- Gejala Ca Thyroid = Pembesaran thyroid, BB , Suara serak
- Tiroiditis
- Akut : Benjolan dileher + Demam + fungsi tiroid normal
- Subakut : disebabkan virus De Quarvian
- Kronik : Hashimoto, Riedel
HIPERTIROID (TSH , T4 )
HIPERTIROID Grave’s Disease Tiroktosikosis
Berdebar, berkeringat, BB Hipertiroid (+), Hipertiroid (+),
Eksoftalmus (+), autoimun Gangguan ttv (demam),
TSH , T4 ; Stellwag sign (+) Kesadaran
Subklinis TSH , T4 N Mata kurang berkedip dan
Ibu hamil TSH N, T4 menutup tidak sempurna
TSH , T4
Autoimun : Anti TSH (+)
Terapi Hipertiroid :
PTU/Propiltiourasil (3x100-200 mg) Metimazole
300-600 mg terbagi Grave : 10-20 mg/hari PO
Aman untuk ibu hamil (trimester 1) Hipertiroid ringan : 3 x 5 mg
Hambat konversi T3-T4 diperifer Hipertiroid sedang : 3 x 10 mg
Hipertiroid berat : 3 x 20 mg
Komplikasi Operasi
- Hipotiroid seumur hidup
- Cedera N. Laryngeus Recurrens
- Hipoparatiroid primer
HIPOTIROID (TSH T4 )
Hipotiroid/ Hashimoto Krisis Hipotiroid/
Myxedem Tiroiditis koma Myxedem
Lemas, malas, gemuk, Hipotiroid Hipotiroid + Kesadaran
tidak tahan dingin Perempuan Lebih banyak
Myxedem = Bengkak kulit Autoimun
TSH T4 TSH T4
Subklinis = TSH T4 N Anti TPO (+)
PA : banyak jaringan limfoid
Goiter Endemik = def. dalam folikel tiroid
iodium
Hipotiroid kongenital =
ibu riw minum PTU
Tx :
- Levotiroksin 25 mg (1x1)
- Koma Myxedem =
- Loading = 1 x 200-500 mcg, kemudian 50-100 mcg/hari sampai pasien stabil
HIPERPARATIROID
PRIMER SEKUNDER
Etiologi : Adenoma, Hiperplasia primer Etiologi : Renal Failure
Px : PTH , Kalsium Px : PTH , Kalsium
HIPOPARATIROID (PTH)
- Primer : Riw Op + paratiroid terangkat
- Sekunder : Ada penyakit sebelumnya
Kejang tetani Kalsium , PTH
GEJALA :
- Chvostek sign (+) Ketuk pipi
- Trosseau (+) fleksi telapak tangan saat ditensi (carpopedal spasme)
ADRENAL
INSUFIENSI ADRENAL : Hormon adrenal
- Primer : Addison disease
Etiologi : Autoimun, Kelenjar adrenal rusak
Gejala : BB + Hiperpigmentasi kulit (hitam)
Px : ACTH + Kortisol (fx adrenal), Hipoglikemia, Hiperkalsemia
- CUSHING DISEASE
ACTH dependent, kelainan dari atas (Hipofisis)
Adenoma Hipofisis = Cushing + Nyeri kepala + Hemianopsia
ACTH , Kortisol , tes supresi dosis tinggi (+)
- CUSHING SYNDROME
ACTH Independent, kelainan dari bawah
Tumor adrenal = Feokromasitoma = Hipertensi + Nyeri kepala + palpitasi + diaphoresis
Kortisol dari luar = Ex. Jamu
ACTH , Kortisol , Tes supresi dosis rendah (-)
Note :
- Tes supresi dosis tinggi = malam minum dexa 8 mg, keesokan harinya diukur
kortisol menurun.
- Tes supresi dosis rendah = malam minum dexa 2 mg, kesekokan harinya diukur
kortisol tetap
- Tx= Replacement terapi
HIPOFISIS
- DM Insipidus = sering BAK, GDS normal
- D.I Sentral ADH dari hipofisi posterior tidak ada, Tes Osmolaritas setelah
diberikan desmopressin
- D.I Nefrogenik ggn dari ginjal, Tes Osmolaritas tetap
Tx= Vasopressin ADH
OBESITAS
Penumpukan jaringan adiposa berlebih.
Kriteria diagnose Ukur IMT BB(KG)/TB (m2)
< 18,5 Kurang
18,5-22,9 Normal
> 23,0 BB lebih
23,0-24,9 Beresiko
Obes Tingkat 1 25,0-29,9
Obes Tingkat 2 > 30,0
Tx
Beresiko Nutrisi + aktivitas fisik+ perilaku
Obes 1 Nutrisi + aktivitas fisik+ perilaku + obat
Obes 2 Nutrisi + aktivitas fisik+ perilaku + obat + pembedahan
Nutrisi diet kalori 500-1000 kkal/hari
Aktivitas fisik olahraga 30-45 menit/hari. 3-5x seminggu
Terapi perilaku Gaya hidup sehat
Obat Orlistat 120 mg (3x1) (dihentikan bila penurunan <5% dalam 12 minggu)
GASTRO
DISPEPSIA
(Kriteria rome III : Epigastrical pain, post prandial fullness)
Gejala : nyeri ulu hati, nyeri epigastric, begah
Curiga ggn organik : (RUJUK ENDOSKOPI)
- Usia > 45 tahun
- BB turun, melena, anemia,
- Demam, riw. Kanker lambung
Tx :
- Prokinetik : Domperidone 10 mg (3x1)/ Metoklopramide 10 mg (3x1) (mempercepat
pengosongan lambung)
- Step up Antasida doen 200 mg (3x1) atau Ranitidin 15 mg (2x1), baru PPI
- Tx Ibu hamil : Antasida, ranitidine, ondansetron
- Sucralfat dapat diberikan untuk faktor definitif
Efek samping
- MgOH mencret, diare
- AI OH3 Konstipasi
- Prokinetik EPS, Meto > Dompe
ULKUS
Nyeri Ulu hati + melena
Gaster Peptic Duodenal
Membaik setelah makan, Nyeri saat perut kosong, Nyeri saat perut kosong (2-3
Nyeri saat perut Nyeri Setelah makan jam setelah makan)
terisi/makan Membaik setelah makan
Luka dicorpus/fundus Luka dipylorus Luka di duodenum
Px = Sederhana Barium meal/ oesofageal maag duodenografi (OMD)
Gold Endoskopi, ada H.Pilori (+) ? Gastritis
Komplikasi = perforasi Defans Muskular (+)
Tx = Step Down PPI Dosis tinggi OMZ 2x20 mg/ Lanso 1x30 mg lalu diturunkan
Mucoprotector Sucralfat
DIARE
Berdasarkan kejadian :
- Akut <14 hari
- Kronik >14 hari (bukan infeksi)
- Persisten >14 hari (infeksi)
- Diare Berdarah
Etiologi :
- EHEC : Enterohaemorrhagic E.Coli , Shigella, Amoebiasis (Tidak demam)
Daging setengah masak
- EIEC : Enteroinvasive E.Coli (Demam) Susus mentah/Keju
Tx E.Coli : Ciprofloxacin 2x500 mg (3-5 hari)/ Cotrimoxazole 240 mg 2x1 (3 hari)
Shigellosis
BAB Cair > 10x/hari + Demam + Dehidrasi
Px : Feses rutin Leukosit ; Kultur SS agar : merah terang, Roeleaux
Tx : Ciprofolxacin 2x500 mg (3hari)/ Cotrimoxazole 2x960 mg (3 hari)
Amoebiasis
BAB cair < 10x/hari + nyeri perut + Ludwig sign (+) massa dikanan atas (riw.
Abses hepar ) + feses bau asam
Px : Kista inti 4, tropozoit inti eritrosit, pseudopodia
Penyebaran : tropozoit melalui kista
Tx : Metronidazole 4x 500 mg (7-14 hari)
INFEKSI CLOSTRIDIUM
- Clostridium Botolinum
Riw. Makan makanan kaleng, gejala lumpuh otot wajah
Tx : Antitoksin botulinum, Humana Botulism Ig (BIG-IV) SD 50 mg/kg
- Clostridium Perfringens
Riw. Makan daging busuk Diare, atau luka bau gangrene
- Clostridium difficile/Pseudomembran
Diare karena riw. Konsumsi antibiotic lama
Tx : stop AB, ganti metronidazole 500 mg (4x1) 7-14 hari
HEMATEMEMESIS MELENA
Muntah darah kehitaman Tanda perdarahan saluran cerna atas/proksimal lig. Treitz
Mual + Kembung + nyeri abdomen
Riw. Konsumsi NSAID jangka panjang, merokok, alcohol
Keparahan dinilai dari skor Glasgow-blatchford
Px: endoskopi saluran cerna
Tx :
Awal :
- O2
- Infus 2 line RL
- Transfusi PRC Bila blood loss >30% atau Hct < 18% (menurun > 6%) sampai target
dewasa muda 20-25%, dewasa tua 30%
- Transfusi FFP bila trombositopenia
- Rawat ICU bila syok, perdarahan aktif, penyakit komorbid serius
Farmakologi :
- Non Varises
- PPI (lanso)/ Antagonis H2 (Ranitidine) per IV
- Sitoprotektor : Sucralfat 3-4x1
- Varises :
- Somatostatin bolus 250 ug + drip 250 ug/jam per IV
- Vassopresin 50 unit dalam 100 cc D5% 0,5-1 mg/menit/IV selama 20-60 menit,
bisa diulang per 3-6 jam
Dilanjutkan per infus 0,1-0,5 U/ menit
Vassopresin bisa ditambahkan nitrat cegah insufiensi aorta mendadak
Nitrogliserin iv dosis awal : 40 mcg/menit titrasi sampai 400 mcg/menit
- Propanolol 2x10 mg bisa ditingkatkan sampai diastolic turun 20 mmhg/ nadi
turun 20%
- ISDN 2x1/hari sampai KU stabil
- Metoklorpramid 3x10 mg/ hari
- Pecah varises/ penyakit hati kronik/ sirosis hati Laktulosa 4x1 Cth +
Ciprofloksasin 2x500 mg/cephalosporin gen 3 berikan sampai konsistensi dan
frekuensi tinja normal
Varises Esofagus
hematememesis, melena, nyeri terbakar episgastrium, Riw. Alcohol, riw. Hepatitits.
Asites, edema perifer, TD, anemia, spider nevi, eritema palmaris
HEMATOKEZIA
BAB darah merah segar.
Px : Kolonoskopi atau angiografi
Tx :
- Resusitasi dan penilaian awal
- Identifikasi sumber perdarahan
- Intervensi teraupetik hentikan perdarahan
- Endoskopi
- Angiografi
- Bedah
Tx :
Non-Farmakologis :
- Puasa sampai bising usus positif atau flatus
- Pasang NGT bila perlu
- Pasang Kateter urin
Farmakologis :
- Infus 2,5-3 liter/hari
- Nutrisi Parenteral
- Metoklorpramid 10 mg (3x1) gastroparesis
- Cisapride 5 mg Ileus paralitik pasca operasi
- Klonidin 0,15 mg Ileus karena obat-obatan
KONSTIPASI
Ggn motilitas kolon akibat terganggun fungsi motoric dan sensorik kolon.
Gejala sulit defekasi atau rasa tidak puas saat defekasi.
Kriteria Rome III gejala muncul dalam 3 bulan terakhir atau dimulai sejak 6 bulan
sebelum terdiagnosa
- Terdapat 2 gejala berikut :
- Mengejan sedikitnya 25% dari defekasi
- Feses keras sedikitnya 25% dari defekasi
- Sensasi tidak puas saat evakuasi sedikitnya 25% dari defekasi
- Sensasi Obstruksi anorectal sedikitnya 25% dari defekasi
- Manuver manual
- Jarang feses lunak tanpa penggunaan laksatif
- Bukan Sindrom kolon rektal
Tx :
Non-farmakologis :
- Hentikan obat penyebab
- Bowel training defekasi saat pagi saat kolon dalam keadaan aktif, 30 menit setelah
makan (reflex gastrocolon) untuk rangsang BAB
- Asupan cairan dan diet tinggi serat
- Aktivitas dan olahraga teratur
Farmakologis :
- Laksatif stimultan Bisacodyl 5 mg (max.3x1)
Rujuk bedah bila terapi tidak ada perkembangan
Konstipasi pada ibu hamil biasa pada kehamilan lanjut akibat sekresi hormone
progesterone yang memperlambat motilitas GI tract.
Tx : asupan tinggi serat + laksatif stimultan
CA GASTER
- Jenis
- Mukosa Non neoplastic polip &Neoplastik polip
- Non mukosa Mesenkim & vascular
- Gejala & Px BB , nyeri epigastrium, muntah, keluhan pencernaan, anoreksia,
disfagia, nausea, kelemahan, sendawa, hematememesis, regurgitasi, cepat kenyang.
- Rad
- USG abdomen,
- Gastroskopi dan biposi (curiga ganas bila mukosa merah dan erosi dipermukaan,
tidak ada pedikle),
- Endoskopi ultrasound,
- Pemeriksaan darah pada tinja darah samar (+), tes benzidine
- Sitologi px papanicolau dari cairan lambung
- Tx Reseksi tumor + Kemoterapi + Radiasi
CA KOLOREKTAL
- Terbagi atas Polip kolon dan ca kolon
- Faktor resiko
- Usia 60-70 thn
- Polip (+) tumor jinak
- Riw. Kanker
- Merokok
- Makanan konsumsi tinggi daging merah dan kurang buah segar makanan
berserat, sayuran, ikan, unggas.
- Fisik tidak aktif
- Penyakit hati kronis
- Radang usus
- Alcohol
- Gejala
Perubahan pola BAB, hematokezia, konstipasi,
Gejala obstruksi (biasa tumor dikolon kiri)
Parsial : nyeri abdomen ( menjalar);
Total : Nausea, muntah, distensi, obstipasi.
Invasi local menembus tenesmus, hematuria, isk berulang, obstruksi uretra
Metastasis ke hepar
- Lab darah samar feses atau DR Anemia def besi
- Rad Kolonoskopi
- Histopatologi
- Tx :
- OAINS Sulindac 200 mg dan celecoxib 200 mg cegah adenoma berulang pada
pasien FAP (familial adenomatous polyposis)
- Endoskopi dan operasi
- < 5 mm biopsy/elektrokoagulasi bipolar
- Hemikolektomi bila tumor dicaecum, colon ascending, transversal, tapi lesi
difleksura lienalis dan colon descending
- Kemoterapi adjuvant
BILIER
Gejala Nyeri kolik (batu)/Demam (infeksi) + riw. Makan berlemak + murphy sign (+)
Batu system bilier
Jenis batu empedu Batu Kolesterol (>70%), batu pigmen coklat, batu calcium
bilirubinate, batu pigmen hitam
Faktor resiko
- Usia (lanjut), jenis kelamin (wanita), Diet tinggi lemak,
- kehamilan dan paritas ( empedu lithogenic Estrogen sekresi kolesterol &
supersaturated bile.
- BB terlalu cepat sekresi kolesterol & musin beri urdafalk 600 mg/hari
- Obat-obatan Estrogen, ceftriaxone, somatostatin
- Abnormalitas metabolism lemak
- Penyakit sistemik Obes, dm, Crohn disease
- Trauma saraf spinal ggn relaksasi empedu statis empedu
Kolangitis
- Akibat koledokolithiasis, pemasangan stent, keganasan.
- Etiologi E.Coli, Klebsiella, Enterococcus Sp, Bacteroides fragills
- Gejala Demam + Murphy sign (+) + Ikterus (Trias Charcot), Infeksi seluruh
saluran billier (trias charcot). Nyeri hilang timbul dan tiba-tiba, menggigil dan kaku
Tx AB Ceftriaxone 1 gr/ 8 jam
- Akut kolesistisis/Empiema kandung empedu Demam tinggi + Nyeri perut kanan
atas ada sumbatan diduktus sistikus + supurasi (pus) di gall blader USG : ada air
dikandung empedu
- Px :
lab ALP , Gamma Globulin tranferase
rad. USG Abdomen, Gold std Endoscopy Retrogrde Cholangio-Pancreatography
(ERCP)
Hepatitis SGOT + SGPT
- Faktor resiko :
- Riw. Kolitis ulseratif
- Usia > 60 tahun
- Jenis kelamin : laki-laki
- Penyakit-penyakit pada hepar.
- Klasifikasi Kolangiokarsinoma (bismuth-corlette) untuk diperihilar :
PANKREATITIS
- Gejala Nyeri perut bag. atas + riw. Minum alcohol (sering)/ Riw. Batu empedu +
mual-muntah, pasien sulit tidut dan biasa membungkuk (knee chest position) +
demam+ takikardia + hipotensi + defans muskular
- Patof Auto digestif oleh enzim pancreas
- Lab Amilase , Lipase + USG abdomen
- Px Grey turner sign (+) lebam dipinggang, Culen sign (+) Lebam umbilicus
- Tx Hentikan alcohol, diet rendah lemak, analgetik, infus, antibiotic profilaksis
TUMOR PANKREAS
- Paling sering adenokarsinoma ductus 90%
- Skrining CA 19-9
- Gejala : Nyeri epigastrium, Ikterik, Courvoiser sign
- Rasa tidak nyaman diperut, BB, riw. Merokok, Nyeri epigastrium, diabetes
new onset, mual, muntah, priuritus, letargi,
- Penyakit komorbid pankreatitis kronis
- Px Ikterik, Courvoiser sign (kantung empedu teraba), cachexia, tanda bekas
garukan.
- Lab DR, amilase, lipase, bilirubin, albumin
- Rad Ct-scan, MRI
- Laparoskopi dan EUS-FNAB
- Tx Pancreoticoduocectomy/whipple + Kemoterapi adjuvant + Simptomatik
IKTERUS
Kuning pada tubuh akibat deposit bilirubin (> 3mg/gl)
- Pre Hepatik ( patologi yang terjadi sebelum dihati) Anemia hemolitik anemia
Bil Indirek , Bil Direk (N)
- Hepatik (patologi dihati) Hepatitis Bil Indirek , Bil DIrek
- Post hepatic (patologi setelah konjugasi bilirubin dalam hati) Feses Acholic/Pucat,
BAB dempul, Ggn. Tractus bilier, urobilinogen (-), Bil Direk
HEPAR
Hepatitis Demam + Hepar membesar
Fatty Liver Demam (-) + Hepar membesar
Sirosis Hepar tidak teraba
Hepatoma Hepar teraba berbenjol AFP (+)
Abses Hepar Demam + Teraba massa diperut kanan
Hepatitis A
- Etiologi Picornavirus (RNA Virus)
- Gejala Demam + Ikterus + Riw jajan sembarang + Riw. Orang disekitar ada
yang sama + Mual-muntah
- Px IgM anti HAV (akut), IgG anti HAV (kronik)
- Tx Curcuma 200 mg (3x1) (hepatoprotektor) + Suportif karena SELF
LIMITING DISEASE!!!
Hepatitis B
- Etiologi Hepadravirus (DNA Virus) kronik bisa jadi sirosis hepatis
- Kronik bila HbsAG (+) 2x pemeriksaan dalam 6 bulan
- Gejala Riw. Pakai jarum suntik + narkoba (parenteral), Riw Ibu ke anak. Fatigue,
malaise, anoreksia, icterus.
- Px :
- HbsAg Replikatif
- Anti Hbs Riw. Imunisasi, riw. Hep B dan sembuh, (>10)
- HbcAg Tidak khas
- HbeAg Infeksius
- IgM Anti HBV Akut
- IgG Anti HBV Kronik
- IgM anti HBC (+), HbsAg (-) Window period
- IgM Anti HBC (-), HbsAg (+) Carrier
- Anti Hbs (+), Anti HbC (+) riw. Hep B
- Bilirubin, USG Hepar, Biopsi hati, AFP
- Periksa per 6 bulan
Tx :
- Interferon 1 x 5 juta unit/SC? 4-5 bln bila HbeAg (+), 1 tahun untuk HbeAg (-)
- Lamivudine 1x100 mg
- Adefovir 1x10 mg
- PEG IFN -2a (mono terapi) = 180 gram atau PEG IFN -2 1,5 ug/KgBB
- Entecavir 1x0,5 mg
- Telbivudine 1x 600 mg
- Tenofovir 1x300 mg
- Thymosin 1 (6 bulan)
- Curcuma
Hepatitis C
- Etiologi Paramyxovirus (RNA Virus) Lebih kronik dari Hep. B
- Gejala Riw. Pakai jarum suntik + narkoba (parenteral), Riw Ibu ke anak. Fatigue,
malaise, anoreksia, icterus.
- Px IgM Anti HCV Akut
IgG Anti HCV Kronik
- Tx ARV Ribavirin + Interferon
- INTERFERON PEG IFN -2a= 180 gram atau PEG IFN -2b 1,5 ug/KgBB
- RIBAVIRIN
Bila pakai interferon :
- < 75 kg = 1000 mg
- > 75 kg = 1200 mg
Bila pakai interferon 15 mg/kgbb ( 2 dosis terbagi)
- Interferon tidak berhasil bisa diganti dengan Asam Urceodeaxycholic 600
mg/hari
Hepatitis D
- Terjadi bersamaan dengan Hep.B
- Px IgM anti HDV (+) dan HbsAg (+)
- Tx : sama dengan Hep B
SIROSIS HEPATIS
Penyakit herpar kronis ditandai hilang arsitektur lobules normal oleh fibrosis, destreksi sel
parenkim, regenerasi membentuk noduls
- Gejala & Px Riw. Hepatitis/ Riw. Alkohol + Hepar tak teraba + Sclera ikterik +
edema perifer + pembengkakan abdomen + hematememesis + BB + Riw.
Keluarga (penyakit hati)
- Klasifikasi
Kompensata
gejala mudah lelah, lemas, nafsu makan, perut kembung, mual, BB
Patof : Estrogen (fase kompensasi)
Px :Eritem palmar, spider nevi, atrofi tenar, ginekomastia
Dekompensata
Hilang rambut badan, ggn tidur, demam subfebris, perut membesar (asites),
hilang dorongan seksualitas.
Patof : gagal fase kompensasi
Hipertensi porta sebabkan sumbatan
- Lab SGOT & SGPT, Alkali fostafase, Bilirubin, albumin, DR
- Rad. USG HEPAR, Ct-scan, Biopsi hati
- Tx:
Istirahat cukup
Dekompensata + asites diet rendah garam
Laktulosa target BAB 2-3 x sehari
Terapi etiologi
ABSES HEPAR
- Rongga patologis pada jaringan hati akibat infeksi yang bersumber dari saluran cerna, a,
oda proses supurasi membentuk pus terdiri dari jaringan nekrotik, sel-sel inflamasi, sel
darah diparenkim hepar.
- Penyebaran hematogen atau langsung dari periteoneum.
- Bentuk soliter & multiple
- Jenis Amoebik & Piogenik
- Piogenik
- Etiologi Enterobactericeae, microerophilic streptococci, anerobic streptococci,
klebsiella pneuominiae, bacteriodes, fusobacterium, syaphiloccus aerues,
salomnella typhi.
- Patof
- Infeksi tractus billier,
- komplikasi sfingterektomi endoskopik pada batu saluran empedu,
- 3-6 minggu setelah anastomosis bilier,
- komplikasi bakteremia di organ pencernaan,
- riw. Periodontal berat (40%)
- Gejala demam, nyeri perut kanan atas, jalan membungkuk, mual, muntah,
penurunan BB, kurang nafsu makan, malaise, icterus (ringan), BAK berwarna
gelap. Bila didiafragma nyeri dibahu kanan, batuk, atelectasis.
- Multipel, laki-laki = perempuan, semua lobus hati, subakut
- Px Hepatomegali, Asites (kronik), Tanda hipertensi porta
- Lab DR. USG ABDOMEN/FOTO polos abdomen, Ct scan abdomen,
albumin, SGOT-SGPT, Kultur bakteri
- Tx AB spek luas + Drainase
bed rest, diet tinggi kalori, tinggi protein
AB spek luas (Ceftriaxone) ( beta lactam genI/gen III dengan atau tanpa
aminoglikosida, atau cephalosporin gen III, klindamisin atau metronidazol),
evaluasi 4-72 jam tidak ada perbaikan klinis kultur
Parenteral 14 hari lanjut oral 6 minggu.
Bila strepto AB dosis tinggi sampai 6 bulan
Gagal konservatif/abses >5cm drainase terbuka cairan abses
Abses kecil aspirasi berulang
Surgical drainase bila drainase perkutan tidak komplit, ikterik, ggn ginjal,
rupture abses.
- Amoebik
- Etiologi Entamoeba hystolitica
- Patof Trofozoit disal. Cerna invasi kolon menuju hepar
- Gejala diare berdarah, nyeri perut kanan atas, demam (<10 hari),
malaise, myalgia, atralgia, Ikterik (jarang, bila ada, pertanda buruk), tidur
cenderung baring sebelah kiri
- Lab dan rad seperti piogenik
- Single, laki-laki> perempuan, Lobus kanan dekat difragma, akut, ikterik
sedang
- Tx : AB + drainase
- Sebelum aspirasi, berikan METRONIDAZOL 3x750 mg (7-10 hari)
- Amebisid Luminal :
- Iodoquinol 3x650 mg (20 hari)
- Diloxanide furoat 3x500 mg (10 hari)
- Aminosidin (paromomisin) 25-35 mg/kgbb, dosis terbagi, (7-10 hari)
- Indikasi Aspirasi cairan abses :
- Tidak ada respon perbaikan pemberian AB setelah 5-7 hari
- Lobus kiri (dekat pericardium)
- Merah kecoklatan tanda amebic
HEPATOMA
- BB turun, nyeri perut kanan atas, benjolan perut kanan atas, anoreksia, malaise,
nausea, jaundice
- Lab DR, SGPT, SGOT, Bilirubin. AFP, Biomarker
- Rad USG Abdomen, Ct scan abdomen denan kontras.
RHEUMATOLOGI
GOUT ARTHRITIS
- Hiperurisemia as. Urat pria = >7 mg/dl, wanita = > 6 mg/dl, disebabkan
produksi as.urat, ekskresi as. Urat atau keduanya. Hiperurisemia berkepanjangan
timbulkan gout.
- Gout/Pirai penyakit metabolic, sering pada pria > 40 thn dan perempuan pasca
menopause. Terjadi penumpukan Kristal monosodium urat (MSU) dijaringan.
- Gout arthritis radang akut pada jaringan sendi akibat endapan Kristal monosodium
urat.
- Gejala nyeri dan bengkak (podagra) disendi (sering MTP-1), onset tiba-tiba,
eritema, hangat, bengkak, nyeri tekan. Biasa ada gejala sistemik demam, malaise,
mengigil.
- Klasifikasi :
- Hiperurisemia asimptomatik : Asam urat + tak ada gejala (nodul)
- GA akut : Asam urat + Bengkak + nyeri sendi
- GA Kronik/interkritikal : Asam urat + Bengkak sendi + tak nyeri
- Predileksi sendi-sendi tungkai (tangan dan lengan)
- Px penunjang AS.urat, DR, Radiologi sendi (bila perlu) (erosi ditepi)
- Gold std Aspirasi cairan sendi
- Gout Kristal monosodium urat
- Pseudogout Kristal birefringent
- Bila gout akut tak terobat destruksi sendi, deformitas sendi, dan tofus.
- Tx
- Non farmakologis:
- Diet rendah purin (jeroan, seafood, kacang-kacangan, sayuran hijau,
santan, bayam emping, nangka)
- Hidrasi yang cukup.
- Turunkan BB ke ideal
- Hindari alcohol dan obat (etambutol, pirazinamid, tiazid)
- Olahraga ringan
- Farmakologis :
- Akut/Nyeri Kolkisin 0,5 mg (max 2x1). NSAID indometasin 150-200
mg/hari. Acetaminophen PCT 500 mg (3x1)
- Kronik/Tidak Nyeri Allopurinol 100 mg (3x1) penghambat xantin
oxidase/ probenesid (urikosurik) ekskresi rendah
- Kortikosteroid
- Komplikasi tofus, deformitas sendi, nefropati gout, gagal ginjal, BSK
- Pseudogout penimbunan (Kristal kalsium piro fosfat dehydrogenase) gejala GA
tanpa peningkatan asam.urat
OSTEOARTHRITIS
- Etiologi :
- Primer : Degeneratif
- Sekunder : Orang gemuk/atlet
- Gejala Nyeri sendi unilateral/asimetris + sendi besar + krepitasi
+pembengkakan tulang tidak teraba hangat
- Lab LED < 40 mm/jam, RF : <1:40, Cairan Sinovial petanda OA (jernih, viscous,
leukosit < 2000/mm3), Foto Rad.
- OA gagal perbaikan kerusakan sendi stress mekanik jejas mikro ditulang
subchondral dan rawan sendi.
- Faktor resiko genetic, usia (> 50 thn), jenis kelamin (perempuan), obesitas, riw
trauma, riw pekerjaan berat.
- Spondilosis : OA pada vertebrae
- Klasifikasi Kellgren & Lawrence (berdasarkan rad) :
- Grade 1 Osteofit (spur formation)
- Grade 2 Osteofit (spur formation) + penyempitan celah sendi
- Grade 3 Osteofit (spur formation) + penyempitan celah sendi + sclerosis
- Grade 4 Kissing knee/destruksi tulang.
- Tx :
- Non farmakologi turunkan BB, berenang, sepeda statis, hindari aktovotas berat.
- Farmakologi (NSAID + Kortikosteroid)
- Grade 1 life style + knee support + NSAID (meloxicam, Na. Diclofenac)
- Grade 2 Inj. Kortikosteroid + As. Hyaluronat intraarticular
- Grade 3 Inj. Kortikosteroid + As. Hyaluronat intraarticular
- Grade 4 Total knee replacement
- Komplikasi
- Tangan Nodus Horbeden, Nodus Bouchard
- Genu Varus : O, Valgus : X
RHEUMATOID ARTHRITIS
- Autoimun. Infeksi EBV
- Gejala bengkak sendi-sendi kecil bilateral + kaku pagi hari > 20 menit/> 1 jam
( membaik saat aktivitas), kelemahan, kelelahan, anoreksia, demam ringan.
- AR awal :
- Palindromic rheumatism monoarthritis 3-5 hari, diselingi remisi sempurna.
- Pauciarticular rheumatism gejala oligoartikuler.
- Lab RF, LED, Anti Cyclic Citrlinated peptide, DR Analisa cairan sendi (leukosit >
2000/mm3)
- Rad Foto manus soft tissue swelling + bone eruption
- Tx :
- Non farmakologi :
- Edukasi, dynamic strength training 30 menit 2-3x/minggu.
- Suplementasi minyak ikan, asam lema esensial.
- Farmakologi :
- Awal NSAID = meloxicam 15 mg, piroxicam 10 mg, Na.Dic 25-50 mg
- Tepat DMARD (disease modifying anti rheumatoid drugs) metroteksat
7,5 mg (7,5-25 mg), klorokuin 150 mg (400-600 mg), sulfasalazine
- Intervensi bedah bila nyeri berat, gerak terbatas, rupture tendon, kompresi saraf.
- Komplikasi : Panus (bengkak sendi), swan neck
- Juvenile rheumatoid arthritis inflamasi sendi > 6 mgg pada anak < 16 thn
- Pemeriksaan :
- Skrining ANA test, Ct scan untuk SLE organ dalam
- Diagnosis Anti Ds DNA (sensitive), Anti SM (spesifik)
- Komplikasi nefritis lupus (sering) ggl ginjal
- Tx :
- Awal Kortikosteroid (methylprednisolone 4 mg)
- Tepat DMARDS (metroteksat 7,5 mg, Klorokuin 150 mg)
ARTHRITIS
- SEPTIK
- Gejala demam, bengkak, nyeri sendi (hanya satu sendi) + aspirasi cairan
sendi (PMN/leukosit) warna purulent. Disebabkan staphylococcus aureus.
- Faktor resiko Infeksi kulit dengan prosthesis, usia > 80 thn, DM, RA
immunosupresif, riw, tindakan articular, SLE, trauma sendi.
- Lab DR, aspirasi cairan synovial, rad nilai kerusakan sendi, bukan dx.
- Tx :
- Aspirasi cairan sendi
- Antibiotik IV sesuai kultur bakteri
- Latihan sendi dilakukan setelah infeksi sembuh.
- REITER SINDROM bengkak sendi + PMN (-) (Trias : Konjunctivitis, urethritis,
NGO, oligoarthritis bilateral)
POLIMIYALGIA RHEUMATOID
- Nyeri bahu + pinggang pada usia tua Tx : Kortikosteroid
OSTEOPOROSIS
- Penurunan kekuatan tulang tulang mudah patah.
- Patogenesis bone resorption > bone formation
- Etiologi menopause.
- Faktor resiko :
- Riw. Kortikosteroid, hormone tiroid, anti konvulsan, warfarin.
- Penyakit lain penyakit ginjal kronik, saluran cerna, hati, hipertiroidisme,
hipogonadisme, sindrom cushing, insufiensi pancreas, RA.
- Merokok, alcohol, riw. Haid, menarche, menopause dini, kontrasepsi, riw. Keluarga,
diet rendah kalsium.
- Gejala tidak keluhan sampai fraktur
- Penunjang :
- Rad foto polos (fraktur panggul/vertebra)
- Dua energy X-ray Absorptiometry ukur BMD
- Tx :
- Latihan beban tulang, paparan sinar matahari yang cukup.
- Kalsium > 1200 mg/hari, Vit. D 800-1000U/hari.
- Bifosfonat :
- Alendronate 10 mg/hari atau 70 mg/minggu PO
RESPIRASI
ACUTE RESPIRATORY DISTRESS SYNDROME (ARDS)
- Paru alami jejas berat yang tersebar pengaruhi kemampuan paru dalam mengambil O2.
- Jejas paru direk pneumonia, aspirasi cairan lambung, kontusi paru, jejas inhalasi,
tenggelam
Jejas paru indirek Sepsis, Trauma thorax, transfuse multiple, overdosis, pankreatitis,
pasca bypass cardio pulmonal.
- Kriteria diagnose ALI dan ARDS :
- ALI PaO2/FIO2 < 300 mmHg + PCWP < mmHg atau tidak adanya bukti
peniingkatan tek. Atrium kiri
- ARDS PaO2/FIO2 < 200 mmHg
- Gejala Saturasi (khas), takipneu, takikardia, ronchi difus, demam + jejas paru.
- Penunjang :
- Lab DR, analisa gas darah, elektrolit, plasma brain natriuretic peptide.
- Rad foto thorax infiltrate bilateral, edema paru.
- EKG
- Tx :
- Ventilasi mekanik identifikasi dulu pengurangan tekanan atrium kiri.
- Cairan + diuretic untuk kurangi tek. Atrium kiri monitor hipoperfusi dan
hiipotensi
- Kortikosteroid dosis rendah
BRONKIETASIS
- Dilatasi jalan napas yang irreversibel
- Batuk pagi hari + Bau mulut (fetor ex ore) + dahak 3 lapis + demam + sesak
Usia muda, keluhan berulang, merokok (-), sputum banyak tiap pagi, batuk darah,
sputum ada P.aureginosa
- Px Wheezing (+), retraksi dinding dada, kurang gerakan pada daerah dada yang
sakit, pergeseran mediastinum.
- Penunjang :
- Pem. Sputum P. Aureginosa
- Immunoglobulin serum
- Rad multiple kistik kesan Honey comb app. pelebaran alveoli
- Faal Paru
- Tx :
- Non farmako :
- Dirawat diruang hangat dan udara kering,
- Cegah debu dan asap
- Atur posisi tempat tidur
- Latihan kekuatan otot pernapasan
- Farmako :
- Drainase postural 10-20 menit 2-4 kali setiap hari. Sampai sputum tidak ada.
Tepuk punggung pasien
- Nebulisasi + Mucolitik + kortikosteroid (oral/inhalasi) + antibiotic 7-10 hari.
- itrakonazol (bila infeksi jamur)
- Sindrom kartagener bronkietasis kongenital, silia bronkus imotil, situs invertus,
sinusitis paranasal tanpa frontalis
- Bronkietasis akibat infeksi mikobakterium non tuberculosis
- kultur sputum min 2x (+) + min. 1 x pem brochoaveolar lavage (+)
- atau Kultur sputum/ cairan pelura min. 1 hasil (+) + biopsy histopatologi
mikobakterium non tb ( granuloma-pewarnaan asam basa (+))
BRONKITIS
- gejala batuk berdahak tanpa demam
- Akut <3 bulan
- Kronik > 3 bulan
- Tx Mucolitik bromheksin 8 mg, asetilsistein 200 mg, ambroxol 30 mg.
- Rad corakan bronkial meningkat
PNEUMONIA
- Infeksi parenkim paru
- Gejala & px Batuk + demam + sesak + retraksi dada + rhonchi (+) + dahak purulent +
Rhonchi.
- Rad perselubungan inhomogen + air bronchogram sign (gambaran bronkus)
- Klasifikasi :
- CAP ( Community Acquired Pneumoniae) streptococcus pneumoniae
- HAP ( Hospital Acquired penumoniae) > 48 jam dirawat dirs.
- Pneumonia aspirasi akibat aspirasi benda asing
- Pneumonia tipikal demam + batuk produktif dan purulent
- Pneumonia atipikal demam kurang tinggi + batuk non produktif (mucoid)
- Bronkopneumoniae bercak infiltrate
- Pneumonia lobaris kena 1 lobus
- Tx : AB, mucolitik, antipiretik
- Antibiotik spectrum luas beta lactam (cephalosporin), cefadroxyl 500 mg
- Rawat jalan tanpa komorbid: Makrolida PO atau doksisiklin PO
- Rawat jalan dengan komorbid: Beta laktam PO + makrolid PO
- Rawat inap tanpa komorbid: Makrolid IV atau Beta laktam IV
- Rawat inap dengan komorbid: - Beta laktam IV + makrolid IV atau Fluoroquinolon
IV
- ICU tanpa risiko pseudomonas: Beta laktam IV
- ICU dengan risiko pseudomonas: -Beta laktam + azitromisin atau Beta laktam +
Fluoroquinolon
- Pneumonia Aspirasi: Ampisilin, Klindamisin
EMBOLI PARU
- Kelainan jaringan paru akibat ada embolus pada arteri pulmonalis paru.
- Emboli paru komplikasi dari DVT.
- Faktor predisposisi thrombosis vena :
- Trias Virchow :
- Statis Imobilitas, tirah baring, anastesi, gagal jantung kongestif/kor
pulmonal, riw. thrombosis vena sebelumnya.
- Hiperkoagulabilitas keganasan, antibody, sindrom nefrotik, thrombosis
esensial, terapi estrogen, heparin induced trombositopenia, IBD, def. protein C
dan S, def. antitrombin III.
- Kerusakan dinding pembuluh darah trauma, pembedahan
- Keganasan, riw. Thrombosis, preprat estrogen.
- Gejala dan px :
- Emboli kecil
- Gejala sesak napas saat aktivitas berulang sampai berbulan, mudah lelah
dan pingsan saat aktivitas.
- Px Takipneu, takikardia, demam, sianosis, pleural rub, tanda efusi pleura.
- Emboli sedang
- Gejala Sesak napas + batuk darah + nyeri pleura
- Px demam, pleural rub, suara napas dan gerak berkurang pada sisi yang
kena, fremitus rava mengeras, perkusi redup yang terkena, bronchial dan
egofoni mengeras, efusi pleural + wheezing (kadang).
- Emboli masif
- Gejala sinkop mendadak, renjatan, pucat, sesak berat.
- Px tanda ggl jantung kanan akut (berkeringat, JVP , bunyi P2 mengeras,
murmur sistolik daerah katup pulmonal).
- Penunjang :
- Lab DPL, hemostasis ( PT, APTT, INR, aktivitas prothrombin, kadar
fibrinogen), kadar protein C dan S, ACA.
- Urin lengkap.
- Analisa gas darah hipoksemia, alkalosis respiratorik.
- D-Dimer plasma meningkat
- Foto thorax Hampton sign, westermark sign, Palla’s sign, biasa tak ada kelainan
- EKG T inverted V1-V4, kadang ada RBBB, atrium fibrilasi.
Emboli paru masif RAD, P pulmonal, S1 Q3 T3 (mc ginn white pattern)
- Echokardiografi bila ada peningkatan volume ventrikel kanan tanpa penyebab yang
jelas.
- Perfusion lung scan
- USG tungkai bila hasil lung scan non high probability lung scan + gejala klinis (+).
- Angiografi pulmoner (gold std)
- Penilaian klinis skor Geneva dan skor wells.
- Tx :
- Supportif :
- O2
- Infus cairan
- Dobutamin drip (bila hipotensi atau tanda ggl jantung)
- Vasopressor (sesuai indikasi)
- Anti aritmia (sesuai indikasi)
- Analgetik
- Emboli akut :
- UFH/Unfraction heparin :
- Inisial Bolus 80 IU/KgBB (5000 IU) lanjut drip18 IU/kgBB/jam
- Pantau APTT/6jam : target < 1.2 kali control.
- Perubahan dosis Heparin berdasarkan APTT :
- < 35 detik (<1.2 kali control) bolus 80 IU/KgBB, 4U/kgbb/jam.
- < 35-45 detik (1.2-1.5 kali control) Bolus 40 IU/KgBB, 3U/KgBB/jam
- < 46-70 detik ( 1.5-2.3 kali control) tak berubah
- <71-90 detik (2.3-3.0 kali control) 2U/KgBB/Jam
- > 90 detik ( >3.0 control) stop infus selama 1 jam, selanjutnya
3U/KgBB/jam
- Low Molecular Weight heparin (LWMH) : berikan SC per 12 jam
- Enoxaparin 1 mg/kgbb/SC
- Dalteparin 200 IU.kgbb/SC
- Nadroparin 0,1 ml/kgbb
- Tinzaparin 175 U/kgbb/hari
- Fondaparinux/hari < 50 kg (5mg), 50-100 kg ( 7,5 mg), > 100 kg (10
mg)
- Emboli paru :
- Trombolitik emboli paru massif, tanpa ggn hemodinamik, beresiko tinggi
untuk sub massif. Kurangi obstruksi dan perbaiki hemodinamik.
- Sterptokinase loading 250.000 IU dalam NaCl 0.9%/ D5% per IV (
30 menit). Dilanjutkan 100.000 IU/jam (selama 24-72 jam), evaluasi
per 24 jam.
- Urokinase 4400 U/KgBB 12-24 jam. Evaluasi per 12 jam.
- rTPA 100 mg dalam 2 jam atau 0.6 mg/kgBB dalam 15 menit. Max 50
mg.
- Kontraindikasi
- Relatif TIA dalam 6 bulan, konsumsi antikoagulan oral,
kehamilan-1 mgg pasca melahirkan, hipertensi refrakter (sistol > 180
mmhg), penyakit hati, endocarditis lanjut, ulkus peptic aktif,
traumatic resuscitation.
- Absolut Stroke, rusak ssp, keganasan ssp, riw operasi kepala, row.
Trauma kepala, perdarahn saluran cerna (1 bulan), perdarahan.
- Percutaneus catheter embolectomy and fragmentation :
- Tujuan : untuk hilangkan obstruksi arteri pulmonal,
- Indikasi : dilakukan bila ada kontraindikasi dan bila bypass pulmonal tak
bisa dilakukan
- Trombektomi
- IVC filter
- Terapi preventif :
- Resiko rendah (<10%) operasi minor + pasien bisa gerak gerak secara dini
- Resiko sedang (10-20%) Operasi umum + pasien bed rest UFH 5000 U
SC
- Resiko Tinggi (40-80%) Operasi Ortopedik, trauma susunan saraf belakang
Fondaparinux, warfarin.
- Terapi jangka panjang :
- warfarin berikan saat awal pemberian heparin, dosis awal (5 mg/hari)
- Pantau INR setiap 1-3 hari target 2-3 bila < 2 naikan ½ tab, bila > 3
turunkan, bila 2-3 INR dipertahankan.
TB PARU
- Gejala :
- batuk> 2 minggu
- gejala pernafasan (nyeri dada, sesak, hemoptisis)
- gejala sistemik (demam, tidak nafsu makan, BB, keringat malam)
- Klasifikasi :
- Kasus baru belum berobat/ berobat < 1 bulan
- Gagal akhir fase lanjutan, BTA (+) 0,2,5, bulan BTA (+).
- Putus obat berobat > 1 bulan dan berhenti
- Relaps berobat 6 bulan sembuh kambuh.
- MDR Resisten R & H
- Monoresisten resisten 1 obat lini pertama
- XDR Resisten R&H + 1 lini obat kedua (flurokuinolon, kanamisin,
kapseimisin, amikasin).
- Poli TB resisten resisten 1 obat lini pertama dan 1 obat tambahan.
- Pemeriksaan :
- Lab BTA 0,2,5-6 bulan
- SPS : 1x (+) ulangi
2x (+) terapi
3x (-) radiologi (+) TB kat.3
Kultur TB Lowerstein jansen, bactec. Pewarnaan : Ziehl neilsen (ZN)
- Rad Foto thorax TB aktif kavitas
TB Lama Kalsifikasi + garis fibrosis
TB milier infiltrat seluruh lapang paru
- DD :
- Abses paru kavitas + batuk bau klindamisin 600 mg IV/8 jam atau Oral, bisa
diganti metronidazole.
- Ca Paru batuk berdahak + coin lesion (foto thorax) biopsy.
- Tx :
Indikasi :
- Kat. 1 Kasus baru + BTA (+), putus obat, TB ekstra paru
- Kat. 2 Gagal, relaps, putus obat > 2 bulan
- Kat. 3 BTA (-) tapi Rad (+), MDR
- Kat. 4 MDR
Obat :
- Kat.1 & Kat.3 2 RHZE + 4 RH3
- Kat.2 2 RHEZES + RHZE + 5 (R3H3E3) 8bulan
- TB ekstra paru Kat.1 9-12 bulan 2RHZE + 7 RH3
- TB berat tambah kortikosteroid
- TB + HIV toleransi Obat TB 2-8 minggu setelah itu lanjut ARV.
- Ibu hamil kontra dengan Sterptomisin. Ibu menyusui bisa.
- Anak-anak kontra dengan etambutol.
- DOSIS KDT Streptomisin
- < 37 kg 2 tab 4 FDC 500 mg
- 37- 55 kg 3 tab 4 FDC 750 mg
- 55-70 kg 4 tab 4 FDC 1000 mg
- > 70 kg 5 tab 4 FDC 1000 mg
- Efek samping :
- R : kencing merah, efektifitas turun bila diminum bersama obat kejang, KB,
OAD, flu like syndrome
- H : keram, gatal, neuritis perifer Vit B6 50-100 mg/hari
- Z : Hepatotoksik, GA
- E : Ggn penglihatan Hambat kuman
- S : ototoksik, nefrotoksik
- Komplikasi pengobatan :
- Hepatitis imbas obat :
- TB ringan hentikan semua obat, TB berat hentikan 3 obat (R3H3Z)
- Jika RHZ Kuning SE 18-24 bulan
- Jika RZ Kuning 2 HES + 10 HE
- Jika H kuning 6-9 RZE
- Indikasi Ranap :
- Suspek + sesak napas berat (R > 30x/m; N > 100x/m), ggn kesadaran, KU lemah
- Leukopenia, rad pneumonia
- Probable dan konfirmasi flu burung.
- Tx : simptomatik + Oseltamivir (tamiflu) 75 mg 5 hari
- Profilaksis Oseltamivir (tamiflu) 75 mg (1x1) 1-6 minggu
GAGAL NAPAS
- Kondisi gagal system pernapasan dalam pertukaran oksigen. PaCO2 > 45 mmhg (6.0
kPa) dana tau PaO2 < 60 mmhg (8.0 kPa).
- Gagal napas :
- Kegagalan paru hipokesemia perfusi tak seimbang
- Kegagalan pompa Hiperkapnia tidak mampu eliminasi CO2
- Penunjang :
- DR, analisa gas darah, foto thoraks
- Tx :
- Obati penyakit dasar
- Oksigen
- Ventilasi mekanik ( bila ARDS)
- Bronkodilator terbutaline, albuterol, antikolirnergik
- AB, kortikosteroid, ekspektoran
- Fisioterapi dada.
PPOK
- Faktor resiko : perokok aktif/pasif, tinggal dilingkup berpolusi, def. a1 antitripsin.
- Gejala Sesak (diperberat latihan), batuk kronis, produktif, faktor resiko (+).
CORONA VIRUS DISEASE-19
- Bisa kena semua, tapi lebih banyak pada balita dan lanjut usia (diperbera penyakit
penyerta)
- Coronavirus virus RNA, bersirkulasi diunta, kucing, kelelawar.
- Tingkat kematian 2-4% (9 maret 2020)
- Virus sensitive terhadap pemanasan 56OC sealama 30 menit, alcohol 75%, Chlorine,
hydrogen peroxide disinfectan, chloroform, pelarut lipid (sabun).
- Corona bisa hidup > 5 hari disuhu 22-25OC dan kelembapan relative 40-45% dan bisa
inaktif karena sinar UV, Kondisi basa (pH > 12) atau kondisi asam (pH < 3)
- SARS-COV stabil pada suhu dan kelembapan rendah.
- Patogenesis Virus masuk ke saluran napas atas bereplikasi di sel epitel sakulran
napas atas menyebar kesaluran napas bawah. Infeksi akut terjadi shedding virus
dari saluran napas dan virus dapat di GI tract respon imun innate dan spesifik.
Virus ke sel host diperantarai Protein S (ada dipermukaan virus) protein S
berikatan dengan enzim ACE-2/angiotensin converting enzyme 2 (reseptor disel host)
translasi replikasi gen dari RNA genom virus replikasi dan transkripsi.
Virus masuk induksi sitokin dalam jumlah tinggi (IL1B, IFNy, IP10, MCP 1, Th1)
konsentrasi tinggi? Cytokine strom berkaitan dengan derajat keparahan.
- Penularan droplet (batuk, bersin), Kontak penderita (sentuhan), kontak benda yang
terdapat virus, kontaminasi feses.
- Gejala :
- Demam > 38OC, hidung berair, batuk/rasa tak nyaman dileher, nyeri kepala, sulit
bernapas, onset 10 hari terakhir. Biar tak ada demam tetap rawat
- Klasifikasi :
- Orang dalam pemantauan
- Demam/demam tanpa pneumonia, riw ke china atau negara wilayah terjangkit.
- Tidak memiliki satu atau lebih riw. Paparan
- Bekerja atau mengunjungi faskes yang berhubungan dengan covid-19 dichina
atau wilayah terjangkit
- Riw. Kontak dengan hewan penular (dichina atau diwilayah terjangkit).
- Pasien dalam pengawasan 1
- Demam >38OC/Riw demam
- Batuk, pilek, nyeri tenggorokan
- Pneumonia ringan-berat berdasarkan gejala klinis dan/atau gambaran radiologi
(gound glass Opacity)
- Waspada pada pasien immunocompromised (gejala dan tanda tidak jelas)
- Dan minimal satu dari berikut :
- Riw. Kechina atau daerah terjangkit dalam 14 hari sebelum timbul gejala,
atau
- Nakes yang sakit dengan gejala yang sama setelah merawat pasien ISPA
berat yang tidak diketahui penyebabnya, atau
- Pasien dalam pengawasan 2
- Alami ispa ringan-berat dalam waktu 14 hari sebelum sakit, dan memiliki salah
satu paparan berikut :
- Riw. Kontak erat kasus,
- Bekerja atau mengunjungi faskes yang berhubungan dengan kasus di
china atau wilayah terjangkit.
- Riw. Ke Wuhan dan demam > 38OC atau ada riw. Demam
- Kasus terkonfirmasi
- LAB Swab tenggorok PCR (2-4 hari) bila (-), ulangi sampai 2x serta secara
klinis dalam 24 jam membaik.
Bisa SEROLOGI bila tdk ada PCR
Foto thorax/ct scan thorax
Kultur darah
Probable Susp. Tapi inkonklusif atau (+) pan corona virus atau beta corona virus
Konfirmasi Gejala + Lab (+)
Leukosit dominan normal (45%), Neutropenia, D-dimer meningkat, procalsitonin
normal, laktat meningkat.
Kasus terkonfirmasi :
- Primer (+) covid-19 onset muncul paling awal (< 24 jam) diberbagai tempat
seperti rumah, sekolah, RS.
- Sekunder Kontak yang jadi kasus, onset 24 jam atau lebih setelah onset terakhir
kasus primer/co-primer.
- Kasus yang didapat kasus dengan riw.perjalanan dari daerah yang terdampak,
dalam 14 hari sebelum onset.
- Tx
- Isolasi
- APD
- Serial foto thoraks
- Suplementasi O2 tidak hamil : 90%; Hamil : 92-95%; anak dgn kegawatan
94%; anak : 90%
- AB Empiris
- Simptomaik antipiretik, mukolitik
- Terapi cairan
- Ventilasi mekanik bila gagal napas
- Observasi
- Choloroquine 500 mg (5-10 hari), oseltamivir 150 mg (5 hari), obat anti HIV
- Kortikosteroid bila perlu
FARMAKOLOGI
A. Anti Histamin
ii. Histamin bekerja dengan menduduki reseptor tertentu pada sel yang terdapat
dipermukaan membrane
iii. Reseptor H1, H2, H3 (Reseptor ini berpasangan pada protein G)
iv. Reseptor ini terletak diotak,
1. H1, H2 (membran pascasinaptik)
2. H3 (prasinaptik)
v. H1 :
1. terdapat diendotel dan otot polos,
2. efek (kontraksi otot polos, meningkatkan permeabilitas pembuluh darah,
sekresi mucus)
3. diperantarai cGMP (cyclic guanosine monophosphate)
vi. H2
1. terdapat dimucosa lambung, sel otot jantung, beberapa sel imun
2. Aktivasi menyebabkan sekresi Asam Lambung, vasodilatasi, flushing
vii. H3
1. Hambat pelepasan transmitter (Histamin, norepinephrine, serotonin,
asetilkolin)
viii. H1 menyebabkan bronkokonstriksi
ix. H2 menyebabkan relaksasi