Anda di halaman 1dari 58

REFLEKSI

PUSKESMAS PALOLO
KERACUNAN PANGAN
• KLB keracunan pangan :
• kejadian dimana terdapat dua orang atau lebih yang menderita sakit dengan
gejala yang sama atau hampir sama setelah mengkonsumsi pangan

• Gejala :
• mual, muntah,
• pusing, diare,
• kejang perut, gangguan pernafasan

• Penyebab : bakteri, jamur, alga, parasit, atau virus


• Makanan dan air yang terkontaminasi dan Kegagalan preservasi
makanan dan air menyebabkan pertumbuhan bakteri patogen
sehingga beresiko menimbulka KLB akibat keracunan infeksi bakteri
patogen

• Sumber Kontaminasi makanan :


• Bahan makanan yang mentah
• Air
• Debu/udara, tanah
• Sampah, hewan pengerat, bahan pembungkus makanan
Spesimen
• Spesimen terdiri dari Isolasi bakteri pathogen dari makanan, air ,
feses
• untuk dikorelasikan bakteri patogen yang ditimbulkannya, lakukan Rectal
Swab

• Sebaiknya pemeriksaan dilakukan sesegera mungkin.


• Jika ditunda : Spesimen disimpan (suhu - 20°C)
• Penyimpanan sampel rentan (mudah rusak),
• disimpan pada suhu 0-4°C tidak boleh lebih dari 36 jam.
• Penyimpanan sampel yang tidak mudah rusak,
• makanan kaleng : disimpan pada suhu kamar sampai dianalisis
Pengambilan dan Preparasi sampel Makanan
• Dibutuhkan Wadah kontainer (bersih, kering, steril, bermulut lebar, tak mudah
bocor)
• Alternatif : kantong plastik sterile yang berseal

• menggunakan Peralatan pengambilan yang steril


• pisau,sendok,garpu, kapas lidi steril

• Pencatatan data sampel


• jenis sampel,
• tanggal,
• jam pengambilan
• jam tiba sampel ke laboratorium
• Sampel harus cukup

• Minimum sampel : 100 g atau 100 mL .


• air mineral , air kemasan dan es , sampel yang diambil minimal 250 mL

• Pengambilan sampel dilakukan secara aseptik gunakan alat steril


• pisau, sendok, garpu, spatula, dan tang

• Masukkan sampel ke dalam wadah steril

• Berikan label
• nama,
• jenis spesimen,
• jam pengambilan
Pengelolaan spesimen pangan
• Identifikasi
• jenis pangan : padat, semi padat dan cair
• jenis sampel :
• pangan siap santap,
• makanan kaleng,
• bahan pangan mentah,
• sampel cair

• ambil sampel makanan yang dicurigai, dilabel, dikemas dan segera


dikirim ke laboratorium rujukan disertai dokumen permintaan
pemeriksaan
Pengambilan sampel makanan siap santap
• Sampel diambil menggunakan sendok atau spatula
• jika perlu gunakan pisau steril untuk memotong
• ±200 gr
• Pindahkan sampel ke wadah plastik
• Beri label
Pengambilan makanan kaleng
• Bila masih tertutup, sampel diambil tanpa membuka kemasan
• Bila sudah terbuka,
• pinggiran kaleng usap dengan alkohol, ambil secara aseptis, ke dalam wadah
plastik
• Tutup dan beri label
Pengambilan Sampel makanan mentah
• Siapkan media pengaya dan bunsen
• Masukan sampel sekitar 50 – 100 gr ke dalam kantong plastik steril
• Tambahkan 100 – 300 ml medium pengaya ke dalam kantong plastik ,
kemudian dikocok
• Keluarkan sampel dari kantong plastik, ikat kantong plastik
• Atau pindahkan isinya ke dalam wadah steril
• Tutup dan beri label
Pengambilan sampel makanan cair atau
minuman
• Tuang sampel ke dalam kantong plastik steril atau wadah tertutup
sebanyak ±200 mL
• Beri label

Cara lain :
• Gunakan pipet serologis diambil secara aseptis ke dalam wadah plastik atau
gelas steril
• Tutup dan beri label
Pengiriman spesimen
• Sediakan box pendingin
• Masukan gel pack/ice pack kedalam box
• Masukan sampel
• Tambahkan di permukaan gel pack/ice pack
• Lampirkan dokumen pemeriksaan dan pengiriman spesimen
• simpan di suhu refrigerator bila tidak langsung dikirim
Pemberian label pada sampel keracunan
makanan

• No Sampel
• Jenis Sampel
• Jumlah Sampel
• Tanggal Pengambilan
• Jam Pengambilan
KEBIJAKAN PENANGGULANGAN
PENYAKIT MENULAR KLB DAN
WABAH DI INDONESIA
MATERI 2
• Penyakit menular :
• Merupakan penyakit yang dapat menular ke manusia disebabkan virus,
bakteri, jamur dan parasit.
• Penularan penyakit menular langsung
• dari manusia ke manusia,
• menular dari hewan sakit (zoonosis) ke manusia
• perantara (vector).

• kemajuan sarana tranportasi, membuat mobilitas tinggi antar


wilayah sehingga menimbulkan peningkatan kecepatan
penyebaran penyakit menular
• kontak manusia dan hewan yang semakin dekat dan intens berpotensi
menimbulkan penyakit zoonosis
• Contoh :
• populasi anjing sangat besar dan dibiarkan berkeliaran
• Tidak optimalnya vaksinasi hewan
• Sehingga meningkatkan potensi kasus rabies pada manusia
• Dampaknya pembengkakan anggaran penanggulangan rabies menjadi besar.
• Perubahan Iklim berdampak meningkatnya penyakit infeksi dan
menimbulkan ancaman kesehatan manusia.
• banjir dapat meningkatkan
• vector borne diseases,
• food/water borne diseases.

• Berdasarkan cara penularannya, dibagi atas :


• penyakit menular langsung; ( manusia ke manusia)
• penyakit tular vektor (Vektor ke manusia)
• penyakit binatang pembawa penyakit.
• Manajemen KLB dilakukan terhadap tiga hal yaitu :
• Pra KLB : penguatan dengan pencegahan dan deteksi.
• saat KLB : kegiatan respon penanggulangan dan investigasi,
• Pasca KLB kegiatan pemulihan.

• PMK 82 tahun 2004 tentang penanggulangan penyakit menular


• Penanggulangan Penyakit Menular dilakukan melalui upaya pencegahan, pengendalian, dan pemberantasan.

• Upaya pencegahan dilakukan untuk :


• memutus mata rantai penularan,
• perlindungan,
• pengendalian faktor risiko,
• perbaikan gizi masyarakat
Pengendalian dan pemberantasan KLB :

- Promosi Kesehatan
- Surveilans kesehatan;
- Pengendalian faktor risiko;
- Penemuan kasus;
- Penanganan kasus;
- Pemberian kekebalan (imunisasi)
- Pemberian obat pencegahan secara massal
MANAJEMEN KASUS
PENYAKIT MENULAR
POTENSI KLB DAN WABAH
MATERI 3
RUANG LINGKUP MANAJEMEN KASUS
PENYAKIT MENULAR POTENSIAL KLB/WABAH
• Pemeriksaan dan Penegakan Diagnosis
• Pengobatan Kasus
• Perawatan dan Isolasi Penderita
• Tindakan Kekarantinaan
PRINSIP DASAR MANAJEMEN KASUS
PENYAKIT MENULAR POTENSIAL
KLB/WABAH
• Isolasi
• memisahkan individu yang sakit baik yang sudah terkonfirmasi laboratorium
atau memiliki gejala (suspek/probable) dengan masyarakat luas untuk
mengurangi risiko penularan
• Tujuan: pengobatan intensif dan pemantauan

• Karantina
• upaya memisahkan individu yang sehat atau belum memiliki gejala tetapi
memiliki riwayat kontak dengan pasien konfirmasi atau memiliki riwayat
bepergian ke wilayah yang sudah terjadi transmisi local
• Tujuan : mencegah kemungkinan penyebaran penyakit ke orang lain
SISTEM RUJUKAN
• Pelimpahan wewenang dan tanggung jawab atas kasus
penyakit atau masalah kesehatan yang diselenggarakan secara
timbal balik,
• vertikal (satu strata sarana yankes ke strata yankes lainnya)
• horizontal (antara strata sarana yankes yang sama)
TAHAP RUJUKAN
• Koordinasi
• Lengkapi Data Pasien (identitas, gejala penyakit dan riwayat perjalanan penyakit)
• Lampiran surat informed consent pasien/keluarga bersama surat
rujukan
• komunikasikan rujukan perujuk kepada RS yg dituju tentang :
• kondisi klinis penderita,
• alasan merujuk,
• kelayakan kirim/transportable,
• kondisi alat transportasi yang dipakai
• Lampirkan dokumen medik , pemeriksaan penunjang
• Petugas pengantar penderita termasuk pengemudi harus menggunakan APD
yang sesuai dengan jenis penyakit penderita.
Transportasi/Evakuasi
• Alat transportasi :
• gunakan ambulans gawat darurat/mobil puskesmas keliling yang dilengkapi dengan
minimal tabung oksigen yang dilengkapi peralatan lainnya yang mendukung, seperti
pulse oksimetri, emergensi kit, radio komunikasi.
• Selama proses merujuk, penderita didampingi oleh dokter dan/atau perawat yang
kompeten.
• desinfeksi kendaraan setelah merujuk penderita

• Jalur mobilisasi :
• Untuk penderita yang transmisi penyakitnya melalui vehicle, vektor maupun
kontak tidak memerlukan jalur khusus saat menurunkan penderita dari
ambulans di IGD sampai keruang perawatan/ruang isolasi.
• Untuk penderita yang transmisi penyakitnya melalui airborne atau droplet (seperti
COVID-19, Ebola dan AI), untuk pintu masuknya di IGD adalah melalui pintu
masuk yang berbeda dari jalur penderita umum lainnya, langsung dibawa ke
ruang isolasi, seminimal mungkin kontak dengan penderita lainnya.
Pembiayaan
• Peraturan pemerintah mengenai pendanaan yang timbul dalam upaya
penanggulangan KLB/Wabah (termasuk rujukan) dibebankan pada
anggaran Pemerintahan Daerah.
• Bila pemerintah daerah tidak mampu maka dimungkinkan
mengajukan permintaan bantuan kepada Pemerintah atau
pemerintah daerah lainnya sesuai Permenkes No. 1501 tahun 2010.
PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI

PADA KASUS POTENSIAL KEJADIAN LUAR


BIASA
( KLB ) DAN WABAH
MATERI 4
PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI
PADA KASUS POTENSIAL KEJADIAN LUAR BIASA
( KLB ) DAN WABAH

• Kejadian penyakit infeksi yang menular dapat terjadi di RS, Puskesmas


dan di lingkungan masyarakat
• Kegiatan utama PPI untuk menerapkan Kewaspadaan Isolasi
dilaksanakan secara konsisten dan berkesinambungan oleh seluruh
tim yang terlibat dalam pelayanan kesehatan
KONSEP DASAR PENYAKIT INFEKSI

• Penjamu :
• orang yang menjadi tempat atau proses terjadi infeksi
• Agen :
• Mikrorganisme penyebab infeksi (bakteri, virus, jamur, dan parasite pengaruh
dari adaptasi terhadap lingkungan dan penjamu)
• Lingkungan :
• Tempat agen infeksi dapat hidup dan siap untuk ditularkan ke orang lain
Mata Rantai Penularan
• 1. Agen penyebab infeksi
• Mikroorganisme penyebab infeksi, seperti : bakteri, virus, jamur dan parasit
• 2. Reservoir
• Tempat agen infeksi hidup, tumbuh, berkembang biak dan siap ditularkan kepada penjamu / manusia.
• Reservoir terbanyak adalah pada manusia, alat medis, binatang, tumbuh tumbuhan,air, tanah, lingkungan dan
bahan organik lainnya
• 3. Portal of Exit
• Tempat agen infeksi keluar dari rservoir, melalui saluran nafas, saluran cerna, saluran kemih serta transplasenta
• 4. Transmisi/ Cara penularan melalui :
• a. Kontak
• b. Droplet
• c. Airborne
• d. Vehicle (makanan/air/darah)
• e. Vector
• 5. Portal of Entry
• Pintu masuk agen infeksi (saluran nafas, saluran cerna, saluran kemih, Transplasenta)
• 6. Susceptible host
• Individu rentan, tidak mampu melawan agen infeksi
• Faktor yang mempengaruhi : umur, status gizi, imunisasi, penyakit kronis, trauma, obat, immunosupresan, dll
KEWASPADAAN ISOLASI

• PPI di fasyankes
• Kewaspadaan isolasi terdiri dari :
• Kewaspadaan Standar
• harus diterapkan oleh petugas dan masyarakat secara rutin dan konsisten di pelayanan
fasilitas kesehatan dan masyarakat
• Kewaspadaan transmisi terdiri dari :
• kontak,
• droplet,
• airborne,
• vehikulum (vehicle),
• vektor
KEWASPADAAN STANDAR

• Kebersihan tangan (hand hygiene)


• Alat pelindung diri
• Peralatan perawatan pasien
• Pengendalian lingkungan
• Penatalaksanaan linen
• Pengelolaan Limbah dan benda tajam
• Kesehatan karyawan
• Penempatan pasien
• Hygiene respirasi/Etika batuk
• Praktek menyuntik yang aman
• Praktek pencegahan untuk prosedur lumbal punksi
KEWASPADAAN TRANSMISI
• TRANSMISI KONTAK :
• Kontak langsung : kontak permukaan kulit terluka/abrasi, petugas dengan
kulit pasien terinfeksi atau kolonisasi
• Kontak tidak langsung melalui perantaraan benda terutama yang
sering disentuh
• Pencegahan : menjaga Kebersihan Tangan dan menggunajan APD
• TRANSMISI DROPLET :
• Percikan dahak ukuran > 5 mikron
• Jatuh ke tanah dgn jarak 1 m

• Pencegahan :
• Perlu Jaga Jarak > 1 meter
• Lindungi mukosa mata, mulut dan hidung
• Jaga Kebersihan tangan
• APD
• TRANSMISI AIRBONE :
• Penularan melalui Udara
• Berasal dari droplet (partikel < 5 mikron)

• TRANSMISI VEHICLE :
• Penularan benda mati yang terkontaminasi oleh kuman

• TRANSMISI VEKTOR :
• Transmisi terjadi ketika vektor seperti nyamuk, lalat, kutu, kutu, tikus, dan hama
lainnya menjadi sumber penularan.
 
Protokol kesehatan ditempat kerja
• Pengukuran suhu
• Skrining tanda gejala
• Lakukan kebersihan tangan
• Gunakan siku atau alat utk menyentuh tombol lift
• Gunakan masker kecuali makan dan minum
• Tidak berkerumunan, jaga jarak saat absensi
• Bersihkan meja / area kerja sebelum dan setelah digunakan
• Menjaga jarak dengan rekan kerja minimal 1 meter
• Usahakan aliran udara dan sinar matahari masuk ke ruang kerja
• Hindari kontak fisik seperti bersalaman dan berpelukan
Protokol Kesehatan saat makan
• Saat makan :
• Mencuci tangan pakai sabun dengan air mengalir sebelum dan sesudah
makan
• Menggunakan peralatan makan sendiri
• Menjaga jarak minimal 1 meter
• Tidak diperkenankan bercakap-cakap saat makan
• Masker yang dilepas diletakkan dalam lipatan kertas dan gunakan kembali
setelah makan
• Peralatan makan segera dibersihkan
• Menjaga kebersihan tangan dengan mencuci tangan pakai sabun dengan air
mengalir atau menggunakan handsanitizer
Protokol kesehatan saat Ibadah
Saat Ibadah :
- Memakai peralatan ibadah sendiri meliputi mukena, sajadah,
- Kitab suci dan lain sebagainya
- Menggunakan masker saat ibadah
- Menjaga jarak minimal 1 meter antar sesama jamaah
- Hindari kontak fisik, seperti bersalaman atau berpelukan
- Menjaga kebersihan tangan dengan mencuci tangan pakai
- sabun dengan air mengalir atau menggunakan handsanitizer
Protokol kesehatan saat penggunaan toilet
bersama
• Penggunaan Toilet bersama :
• Tetap gunakan masker saat di toilet.
• Mencuci tangan pakai sabun dengan air mengalir atau menggunakan
handsanitizer sebelum dan sesudah memegang handle pintu.
• Jika ada batuk dan bersin saat di toilet, maka tutup mulut dan hidung dengan
lengan bagian dalam kemudian cuci lengan dengan sabun dan air.
Protokol Kesehatan Di Masyarakat
PERLINDUNGAN INDIVIDU
• APD
• Kebersihan Tangan
• Jaga jarak > 1 M
• Meningkatkan Daya tahan tubuh
• Edukasi Isolasi Mandiri
PERLINDUNGAN MASYARAKAT
Edukasi Kesehatan
Sarana Cuci tangan
Pengaturan jarak
Desinfeksi permukaan
Gunakan masker
PEMULASARAN JENAZAH
• Jenazah pasien dengan infeksi telah diidentifikasi berdasarkan label yang tergantung di kakinya.

• Mayat dibedakan berdasarkan perbedaan model jalur penularan dan risiko infeksi dari penyakit
tersebut, yaitu:
• Kategori 1 (label biru) seperti kategori 2 dan 3 penyakit bukan penyakit
• Kategori 2 (label Kuning) seperti HIV, Hepatitis, SARS, penyakit unggas, influensa
• Kategori 3 (Label Merah) seperti Penyakit Antraks, Plak, Rabies, Virus demam berdarah

• Petugas yang melakukan penggeledahan jenazah pada kasus infeksi harus divaksinasi terhadap hepatitis
B, dan dilatih dalam PPI dasar, mengerti menggunakan APD sesuai dengan pola penularan penyakit.

• Tas Pemakaman memakai kantong plastik berukuran 195 cm x 95 cm dan wajib ritsleting tertutup rapat,
bagian luar tas harus bisa didesinfeksi.
• Hal-hal lain Linen bekas direndam dalam larutan desinfektan selama 30 menit.
• Prosedur penguburan jenazah dengan prosedur sebagai berikut:
• Jenazah diperlakukan sesuai dengan agama dan kepercayaannya
• Pemakaman jenazah dilakukan oleh petugas terlatih
• Mayat tidak boleh disentuh secara langsung
• Petugas/keluarga yang menangani penguburan jenazah menggunakan APD
• Pemindahan jenazah dari ruangan ke kamar mayat sesegera mungkin boleh
menggunakan kantong jenazah yg tahan air
• Lakukan Hand Hyegiene sesuai ketentuan gunakan air mengalir dan sabun
antiseptik
Perlakuan terhadap jenazah:

• Luruskan tubuh, tutup mata, telinga dan mulut dengan kapas/plester kedap air,

• Lepaskan alat kesehatan yang terpasang, setiap luka harus diplester dengan rapat.

• Memandikan jenazah tetap memperhatikan kewaspadaan isolasi disaksikan oleh keluarga. Air untuk
memandikan jenazah dicampur bahan disinfektan (Natrium Hipoklorit) dengan konsentrasi 0,5%.

• Jenazah dikeringkan dengan handuk sekali pakai

• Jenazah tidak boleh dibalsem atau disuntik pengawet


• Sebelum dimasukkan ke kantong jenazah dilakukan prosesi sesuai dengan agama dan
keyakinan

• Kemudian jenazah dimasukkan dalam kantong jenazah dan resleting ditutup dan di lem
silikon, tidak boleh dibuka lagi (kantong jenazah terbuat dari plastik yang kedap air
dengan ketebalan khusus)

• Kantong jenazah dimasukkan dalam peti jenazah yang diberi lem kayu sekelilingnya dan
segera dikubur

• Autopsi dapat dilakukan jika sudah ada izin dari pihak keluarga dan direktur rumah sakit.
Autopsi dilakukan oleh petugas khusus dan dilakukan sebelum pemulasaran jenazah.
• Jenazah harus diantar/diangkut dengan mobil jenazah.
• Jenazah disemayamkan di dalam ruang pemulasaraan jenazah tidak
lebih dari 4 jam.
• Setelah semua prosedur jenazah dilaksanakan dengan baik, maka
pihak keluarga dapat turut dalam penguburan jenazah tersebut.
• Penguburan dapat dilaksanakan di tempat pemakaman umum.
• Petugas pemulasaran jenazah menempatkan semua limbah yang
terkait dengan pemulasaran jenazah dalam kantong infeksius yang
tertutup
TERIMA KASIH
1. Jelaskan tentang dasar penyakit infeksi
2. Jelaskan tentang dasar PPI
3. Bagaimana cara pengelolaan limbah kasus infeksi
4. Sebutkan langkah hand hygiene pada kewaspadaan standar
5. Bagaimana cara pencegahan saat pemulasaran jenazah kasus
dengan infeksi.
Jelaskan tentang dasar penyakit infeksi

• Penjamu :
• orang yang menjadi tempat atau proses terjadi infeksi
• Agen :
• Mikrorganisme penyebab infeksi (bakteri, virus, jamur, dan parasite pengaruh
dari adaptasi terhadap lingkungan dan penjamu)
• Lingkungan :
• Tempat agen infeksi dapat hidup dan siap untuk ditularkan ke orang lain
Jelaskan tentang dasar PPI
• Mata Rantai Penularan :
• 1. Agen penyebab infeksi
• Mikroorganisme penyebab infeksi, seperti : bakteri, virus, jamur dan parasit
• 2. Reservoir
• Tempat agen infeksi hidup, tumbuh, berkembang biak dan siap ditularkan kepada penjamu / manusia.
• Reservoir terbanyak adalah pada manusia, alat medis, binatang, tumbuh tumbuhan,air, tanah, lingkungan dan
bahan organik lainnya
• 3. Portal of Exit
• Tempat agen infeksi keluar dari rservoir, melalui saluran nafas, saluran cerna, saluran kemih serta transplasenta
• 4. Transmisi/ Cara penularan melalui :
• a. Kontak
• b. Droplet
• c. Airborne
• d. Vehicle (makanan/air/darah)
• e. Vector
• 5. Portal of Entry
• Pintu masuk agen infeksi (saluran nafas, saluran cerna, saluran kemih, Transplasenta)
• 6. Susceptible host
• Individu rentan, tidak mampu melawan agen infeksi
• Faktor yang mempengaruhi : umur, status gizi, imunisasi, penyakit kronis, trauma, obat, immunosupresan, dll
Bagaimana cara pengelolaan limbah kasus infeksi
• Perawatan pasien infeksi merupakan sumber penularan penyakit yang potensial sebagai sumber agennya.

• Perlakuannya memerlukan penanganan khusus agar tidak terkontaminasi dengan bahan yang berpotensi
sebagai sumber penularan.

• Petugas yang melaksanakan pekerjaan ini harus sudah terlatih dan mengetahui prosedurnya, memakai
alat pelindung diri yang sesuai dengan kewaspadaan transmisi kontak.

• Limbah dari ruang perawatan pasien infeksi sudah terpisahkan secara baik sesuai dengan jenis limbahnya,
Seperti
• kantong sampah hitam untuk limbah non infeksi,
• kantong kuning/ merah untuk sampah infeksi/ sangat infeksius.

• Petugas di bagian pengelola limbah harus paham, tidak membuka lagi limbah yang ada didalamnya
segera dilakukan pembakaran melalui incenerator.
• Pada kasus Ebola misalnya limbah yang di dapatkan saat penanganan kasus PVE
mendapatkan perlakuan yang khusus karena sangat infeksius dan dapat menularkan
kepada lingkungan beberapa hal yang perlu diperhatikan
• memakai kantong plastik infeksius (warna kuning/merah)
• kontainer khusus benda tajam, alat angkut kontainer (troli, dll),
• incenerator,
• APD untuk pengelola limbah (sarung tangan karet, baju kedap airlapron, masker bedah, kaca
mata, sepatu boot karet dapat digantikan dengan penutup sepatu kedap air).

• Sedangkan prosedur pengelolaan limbah:


• Semua limbah ditangani oleh petugas yang sudah terlatih
• Benda tajam (jarum suntik, tabung suntik, benda berbahan kaca) dan tabung yang kontak
dengan darah atau cairan tubuh diletakkan dalam kontainer khusus benda tajam.
• Limbah infeksius padat dan tidak tajam dikumpulkan ke dalam plastik kedap air dan
dimasukkan kedalam kontainer tertutup.

• Kontainer tidak boleh bersentuhan dengan petugas pembawa kontainer, dapat dipindahkan
dengan menggunakan alat (troli, dll).

• Semua limbah padat dan tajam segera dimusnahkan menggunakan incenerator.

• Limbah cair diolah di Instalasi Pengelolaan Air Limbah (IPAL).

• Tempat pengelolaan limbah akhir merupakan area terbatas untuk orang lain dan terbebas
dari binatang.
Sebutkan langkah hand hygiene pada
kewaspadaan standar
Bagaimana cara pencegahan saat pemulasaran jenazah kasus dengan
infeksi.

• Jenazah pasien dengan infeksi telah diidentifikasi berdasarkan label yang tergantung di kakinya.

• Mayat dibedakan berdasarkan perbedaan model jalur penularan dan risiko infeksi dari penyakit
tersebut, yaitu:
• Kategori 1 (label biru) seperti kategori 2 dan 3 penyakit bukan penyakit
• Kategori 2 (label Kuning) seperti HIV, Hepatitis, SARS, penyakit unggas, influensa
• Kategori 3 (Label Merah) seperti Penyakit Antraks, Plak, Rabies, Virus demam berdarah

• Petugas yang melakukan penggeledahan jenazah pada kasus infeksi harus divaksinasi terhadap hepatitis
B, dan dilatih dalam PPI dasar, mengerti menggunakan APD sesuai dengan pola penularan penyakit.

• Tas Pemakaman memakai kantong plastik berukuran 195 cm x 95 cm dan wajib ritsleting tertutup rapat,
bagian luar tas harus bisa didesinfeksi.
• Hal-hal lain Linen bekas direndam dalam larutan desinfektan selama 30 menit.
• Prosedur penguburan jenazah dengan prosedur sebagai berikut:
• Jenazah diperlakukan sesuai dengan agama dan kepercayaannya
• Pemakaman jenazah dilakukan oleh petugas terlatih
• Mayat tidak boleh disentuh secara langsung
• Petugas/keluarga yang menangani penguburan jenazah menggunakan APD
• Pemindahan jenazah dari ruangan ke kamar mayat sesegera mungkin boleh
menggunakan kantong jenazah yg tahan air
• Lakukan Hand Hyegiene sesuai ketentuan gunakan air mengalir dan sabun
antiseptik
Perlakuan terhadap jenazah:

• Luruskan tubuh, tutup mata, telinga dan mulut dengan kapas/plester kedap air,

• Lepaskan alat kesehatan yang terpasang, setiap luka harus diplester dengan rapat.

• Memandikan jenazah tetap memperhatikan kewaspadaan isolasi disaksikan oleh keluarga. Air untuk
memandikan jenazah dicampur bahan disinfektan (Natrium Hipoklorit) dengan konsentrasi 0,5%.

• Jenazah dikeringkan dengan handuk sekali pakai

• Jenazah tidak boleh dibalsem atau disuntik pengawet


• Sebelum dimasukkan ke kantong jenazah dilakukan prosesi sesuai dengan agama dan
keyakinan

• Kemudian jenazah dimasukkan dalam kantong jenazah dan resleting ditutup dan di lem
silikon, tidak boleh dibuka lagi (kantong jenazah terbuat dari plastik yang kedap air
dengan ketebalan khusus)

• Kantong jenazah dimasukkan dalam peti jenazah yang diberi lem kayu sekelilingnya dan
segera dikubur

• Autopsi dapat dilakukan jika sudah ada izin dari pihak keluarga dan direktur rumah sakit.
Autopsi dilakukan oleh petugas khusus dan dilakukan sebelum pemulasaran jenazah.
• Jenazah harus diantar/diangkut dengan mobil jenazah.
• Jenazah disemayamkan di dalam ruang pemulasaraan jenazah tidak
lebih dari 4 jam.
• Setelah semua prosedur jenazah dilaksanakan dengan baik, maka
pihak keluarga dapat turut dalam penguburan jenazah tersebut.
• Penguburan dapat dilaksanakan di tempat pemakaman umum.
• Petugas pemulasaran jenazah menempatkan semua limbah yang
terkait dengan pemulasaran jenazah dalam kantong infeksius yang
tertutup

Anda mungkin juga menyukai