Anda di halaman 1dari 26

`LAPORAN MANAJEMEN April 2019

MANAJEMEN APOTEK PUSKESMAS WANI

Disusun Oleh :
Nurul Amelya Amsyar
N 111 17 008

Pembimbing :
dr. Diah Mutiarasari,MPH
dr. Nur Indriyani

DALAM RANGKA MENGIKUTI KEPANITERAAN KLINIK


BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT KEDOKTERAN KOMUNITAS
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2019
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari pembangunan
nasional. Tujuan diselenggarakannya pembangunan kesehatan adalah
meningkatnya kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap
orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Untuk
mencapai tujuan pembangunan kesehatan tersebut telah diselenggarakan
berbagai upaya kesehatan secara menyeluruh, berjenjang, dan terpadu dengan
menempatkan Puskesmas sebagai penanggung jawab penyelenggara upaya
kesehatan tingkat pertama. 1
Manajemen adalah serangkaian proses yang terdiri atas perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan dan kontrol (Planning, Organizing, Actuating,
Controling) untuk mencapai sasaran/tujuan secara efektif dan efesien. Efektif
berarti bahwa tujuan yang diharapkan dapat dicapai melalui proses
penyelenggaraan yang dilaksanakan dengan baik dan benar serta bermutu,
berdasarkan atas hasil analisis situasi yang didukung dengan data dan informasi
yang akurat (evidence based). Sedangkan efisien berarti bagaimana Puskesmas
memanfaatkan sumber daya yang tersedia untuk dapat melaksanaan upaya
kesehatan sesuai standar dengan baik dan benar, sehingga dapat mewujudkan
target kinerja yang telah ditetapkan.1

Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas merupakan satu kesatuan yang tidak


terpisahkan dari pelaksanaan upaya kesehatan, yang berperan penting dalam
meningkatkan mutu pelayanan kesehatan bagi masyarakat. Pelayanan
Kefarmasian di Puskesmas harus mendukung tiga fungsi pokok Puskesmas,
yaitu sebagai pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan, pusat
pemberdayaan masyarakat, dan pusat pelayanan kesehatan strata pertama yang

2
meliputi pelayanan kesehatan perorangan dan pelayanan kesehatan
masyarakat.2

Apotek merupakan salah satu sarana pelayanan kesehatan dalam


membantu mewujudkan tercapainya derajat kesehatan yang optimal bagi
masyarakat. Pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang diselenggarakan
secara sendiri sendiri atau bersama-sama dalam suatu organisasi untuk
memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan
penyakit serta memulihkan kesehatan perorangan, keluarga, kelompok dan atau
masyarakat. 3

Pengelolaan obat merupakan rangkaian kegiatan yang menyangkut aspek


perencanaan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusian obat yang dikelola
secara optimal demi tercapainya ketepatan jumlah dan jenis obat dan
perbekalan kesehatan. Pengelolaan kebutuhan obat di Puskesmas dilaksanakan
oleh Apoteker yang dibantu dengan Asisten Apoteker. Puskesmas bertanggung
jawab kepada Dinas Kesehatan. Pengelolaan obat memerlukan komunikasi dari
berbagai pihak yang terlibat karena dengan komunikasi yang baik maka pihak
yang terlibat dapat menerima berbagai informasi yang terkait pengelolaan obat.
4

1.2. Rumusan Masalah


Pada laporan manajemen ini, permasalahan terkait program
“Manajemen Apotek Puskesmas Wani” yang akan dibahas antara lain :
1. Bagaimana penyelanggaraan Apotek di Pukesmas Wani ?
2. Apa saja faktor – faktor penghambat Manajemen apotek di Pukesmas
Wani?

3
1.3. Tujuan
Tujuan pada penulisan laporan manajemen ini, terkait pelayanan apotek
antara lain :
1. Untuk mengetahui gambaran pelaksanaan kinerja apotik di wilayah
Puskesmas Wani.
2. Sebagai bahan pembelajaran dalam manajemen pengelolaan Puskesmas
3. Sebagai pemenuhan syarat dalam menyelesaikan kepaniteraan klinik
bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat.

4
BAB II

IDENTIFIKASI MASALAH

2.1. Puskesmas
Pusat kesehatan masyarakat (puskesmas) ialah unit pelaksana teknis dinas
kesehatan kabupaten/kota yang menyelenggarakan pembangunan kesehatan di
suatu wilayah kerja. Kedudukan puskesmas dalam sistem kesehatan nasional
merupakan fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama (primary health
services). Dalam sistem pemerintahan daerah, puskesmas merupakan
organisasi struktural dan berkedudukan sebagai Unit Pelaksana Teknis Daerah
(UPTD) yang bertanggung jawab langsung terhadap kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota.3
Manajemen puskesmas adalah proses rangkaian kegiatan yang
dilaksanakan secara sistematik di Puskesmas untuk menghasilkan keluaran
yang efektif dan efisien untuk semua pekerjaan kegiatan. Beberapa kegiatan
Manajemen di Puskesmas rawat jalan meliputi:3
1. Jenis pelayanan
2. Pendelegasian pengobatan dasar
3. Hak dan kewajiban pasien
4. Hak dan kewajiban penyedia layanan

Tujuan manajemen ini adalah untuk melaksanakan fungsi Puskesmas,


salah satu diantaranya yaitu sebagai pusat pelayanan kesehatan perorangan
primer. Dalam melaksanankan fungsinya tersebut, Puskesmas bertanggung
jawab menyelenggarakan pelayanan kesehatan tingkat pertama secara
menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan. Pelayanan kesehatan
perorangan tingkat pertama yang menjadi tanggung jawab Puskesmas adalah
pelayanan yang bersifat pribadi (private goods) dengan tujuan utama
menyembuhkan penyakit dan pemulihan kesehatan perorangan, tanpa
mengabaikan pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit.1

5
Terdapat tiga fungsi utama puskesmas, yaitu:
1. Pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan
2. Pusat pemberdayaan masyarakan di bidang kesehatan
3. Pusat pelyanan kesehatan tingkat dasar3
Upaya pelayanan yang diselenggarakan meliputi:
1. Pelayanan kesehatan masyarakat yang mengutamakan pelayanan
promotif dan preventif, dengan kelompok masyarakat serta sebagian
besar diselenggarakan bersama masyarakat yang bertempat tinggal di
wilayah kerja puskesmas
2. Pelayanan medik dasar yang lebih mengutamakan pelayan kuratif dan
rehabilitatif dengan pendekatan individu dan keluaga pada umunya
melalui upaya rawat jalan dan rujukan.3

2.2. Puskesmas Wani


1. Keadaan Umum
Puskesmas Wani merupakan salah satu puskesmas yang terletak di
Kecamatan Tanantovea dan berada di Kabupaten Donggala, Provinsi
Sulawesi Tengah. Puskesmas Wani mempunyai luas wilayah kerja 302.64
Km2 dan jumlah KK sebesar 4158 yang secara administrasi terdiri dari 10
desa yaitu :
Luas Wilayah Jumlah Rumah
No. Desa Dusun
(Km2) Penduduk (Jiwa) Tangga
1 Wani 1 16.30 3 1655 424
2 Wani 2 9.53 5 2896 747
3 Wani 3 4.00 2 901 91
4 Lumbumpetigo 1.81 3 1177 293
5 Wombo Induk 41.55 3 1196 331
6 Wombo Mpanau 5.86 3 1154 334
7 Wombo 17.81 3 818 232
Kalonggo
8 Nupabomba 109.45 6 3167 849
9 Guntarano 40.65 3 1638 479
10 Bale 55.68 5 1368 378
JUMLAH 36 15970 4158
Tabel 1. Luas Wilayah, Dusun, Jumlah Penduduk dan Rumah Tangga
UPTD Puskesmas Wani Kec. Tanantovea Kab. Donggala5

6
2. Distribusi Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin
Komposisi penduduk menurut kelompok umur menunjukan bahwa
5166 jiwa atau 43,34% penduduk yang berusia belum produktif (0-14
tahun), penduduk berusia produktif (15-64 tahun) sebesar 10.089 jiwa atau
63,17% dan usia tidak produktif lagi (65+ tahun) sebesar 715 jiwa atau
4,47%.5

70
60
50
40 63.17
30
20 32.34
10
4.47
0
Category 1 Category 2 Category 3

Grafik 1. Komposisi Penduduk Menurut Kelompok Umur


UPTD Puskesmas Wani Kec. Tanantovea Kab. Donggala5

8,000
7,000
6,000
5,000
4,000
3,000
2,000
1,000
-
0 - 14 Tahun 15 - 65 Tahun 65+ Tahun
LAKI LAKI 3,077 7,904 369
PEREMPUAN 4,243 5,878 327

Grafik 2. Komposisi Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin


UPTD Puskesmas Wani Kec. Tanantovea Kab. Donggala5

7
2.3. Pelayanan Kefarmasian
Dasar Hukum
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
menyebutkan bahwa praktik kefarmasian meliputi pembuatan termasuk
pengendalian mutu Sediaan Farmasi, pengamanan, pengadaan,
penyimpanan dan pendistribusian Obat, pelayanan Obat atas Resep dokter,
pelayanan informasi Obat serta pengembangan Obat, bahan Obat dan Obat
tradisional harus dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian
dan kewenangan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.3
Manajemen Apotek Puskesmas ditetapkan dengan Peraturan Menteri
Kesehatan. Peraturan Menteri Kesehatan No 73 tahun 2016 tentang standar
pelayanan kefarmasian di apotek. Hal ini dapat dipergunakan sebagai tolak
ukur dalam menilai kinerja apotek Puskesmas.2

A. Ketenagaan
Pelayanan Kefarmasian di Apotek diselenggarakan oleh Apoteker,
dapat dibantu oleh Apoteker pendamping dan/atau Tenaga Teknis
Kefarmasian yang memiliki Surat Tanda Registrasi dan Surat Izin
Praktik Dalam melakukan Pelayanan Kefarmasian Apoteker harus
memenuhi kriteria:
1. Persyaratan administrasi

a. Memiliki ijazah dari institusi pendidikan farmasi yang


terakreditasi

b. Memiliki Surat Tanda Registrasi Apoteker (STRA)

c. Memiliki sertifikat kompetensi yang masih berlaku

d. Memiliki Surat Izin Praktik Apoteker (SIPA)

2. Menggunakan atribut praktik antara lain baju praktik, tanda


pengenal.

8
3. Wajib mengikuti pendidikan berkelanjutan/Continuing Professional
Development (CPD) dan mampu memberikan pelatihan yang
berkesinambungan.
4. Apoteker harus mampu mengidentifikasi kebutuhan akan
pengembangan diri, baik melalui pelatihan, seminar, workshop,
pendidikan berkelanjutan atau mandiri.
5. Harus memahami dan melaksanakan serta patuh terhadap peraturan
perundang undangan, sumpah Apoteker, standar profesi (standar
pendidikan, standar pelayanan, standar kompetensi dan kode etik) yang
berlaku.

B. Sarana dan Prasarana


Apotek harus mudah diakses oleh masyarakat. Sarana dan
prasarana Apotek dapat menjamin mutu Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai serta kelancaran praktik
Pelayanan Kefarmasian.
Sarana dan prasarana yang diperlukan untuk menunjang Pelayanan
Kefarmasian di Apotek meliputi sarana yang memiliki fungsi:
1. Ruang penerimaan Resep
Ruang penerimaan Resep sekurang-kurangnya terdiri dari
tempat penerimaan Resep, 1 (satu) set meja dan kursi, serta 1 (satu)
set komputer. Ruang penerimaan Resep ditempatkan pada bagian
paling depan dan mudah terlihat oleh pasien.
2. Ruang pelayanan Resep dan peracikan (produksi sediaan secara
terbatas)
Ruang pelayanan Resep dan peracikan atau produksi sediaan
secara terbatas meliputi rak Obat sesuai kebutuhan dan meja
peracikan. Di ruang peracikan sekurang-kurangnya disediakan
peralatan peracikan, timbangan Obat, air minum (air mineral)
untuk pengencer, sendok Obat, bahan pengemas Obat, lemari
pendingin, termometer ruangan, blanko salinan Resep, etiket dan

9
label Obat. Ruang ini diatur agar mendapatkan cahaya dan sirkulasi
udara yang cukup, dapat dilengkapi dengan pendingin ruangan (air
conditioner).
3. Ruang penyerahan Obat
Ruang penyerahan Obat berupa konter penyerahan Obat yang dapat
digabungkan dengan ruang penerimaan Resep.
4. Ruang konseling
Ruang konseling sekurang-kurangnya memiliki satu set meja dan
kursi konseling, lemari buku, buku-buku referensi, leaflet, poster, alat
bantu konseling, buku catatan konseling dan formulir catatan
pengobatan pasien.
5. Ruang penyimpanan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan
Medis Habis Pakai
Ruang penyimpanan harus memperhatikan kondisi sanitasi,
temperatur, kelembaban, ventilasi, pemisahan untuk menjamin mutu
produk dan keamanan petugas. Ruang penyimpanan harus dilengkapi
dengan rak/lemari Obat, pallet, pendingin ruangan (AC), lemari
pendingin, lemari penyimpanan khusus narkotika dan psikotropika,
lemari penyimpanan Obat khusus, pengukur suhu dan kartu suhu.
6. Ruang arsip

Ruang arsip dibutuhkan untuk menyimpan dokumen yang berkaitan


dengan pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan
Medis Habis Pakai serta Pelayanan Kefarmasian dalam jangka waktu
tertentu.

10
C. Alur Pelayanan Resep
Gambar 1. Alur Pelayanan Resep

MELETAKKAN RESEP DIBAWAH KOTAK RESEP

PASIEN MENUNGGU DIRUANG TUNGGU

KELENGKAPAN RESEP

YA TIDAK

PENYEDIAAN OBAT PETUGAS KONFIRMASI


SESUAI RESEP RESEP KE BP

KETERSEDIAAN OBAT TIDAK KONFIRMASI KE UNIT TERKAIT


SESUAI RESEP

YA

RESEP LUAR
PENGEMASAN DAN
PENANDAAN

PENYERAHAN OBAT DAN


PENCATATAN PADA BUKU REGISTRASI PEMBERIAN INFORMASI

PETUGAS MEMANGGIL PASIEN DAN


MENYESUAIKAN DENGAN IDENTITAS
11
BAB III

PEMBAHASAN
3.1 Input
a. Man
Untuk sumber daya manusia (SDM) berdasarkan Permenkes No.73
tahun 2016 tentang standar pelayanan kefarmasian di puskesmas terdiri
dari apoteker dan tenaga teknis kefarmasian yang memiliki surat tanda
registrasi dan surat izin praktik. Apoteker adalah sarjana farmasi yang
telah lulus sebagai Apoteker dan telah mengucapkan sumpah jabatan
Apoteker. Tenaga Teknis Kefarmasian adalah tenaga yang membantu
Apoteker dalam menjalani Pekerjaan Kefarmasian, yang terdiri atas
Sarjana Farmasi, Ahli Madya Farmasi, dan Analis Farmasi. Sedangkan
untuk SDM di Puskesmas Wani terdiri dari 2 tenaga teknis kefarmasian
dengan latar belakang pendidikan terakhir D3 dan S1, serta tidak adanya
apoteker dalam menjalankan pelayanan kefarmasian di Puskesmas Wani.

b. Methode
Ada beberapa item yang dipenuhi dalam pemenuhan pelayanan
kesehatan yang paripurna dalam bidang kefarmasian puskesmas. Hal-hal
tersebut antara lain:
1. Melakukan pengelolaan sedian farmasi dan bahan medis habis pakai
di puskesmas, yaitu :
o perencanaan kebutuhan;
o pengadaan;
o penerimaan;
o penyimpanan:
o pemusnahan dan penarikan;
o pengendalian;
o pencatatan dan pelaporan

12
2. Pelayanan farmasi klinik, yaitu :
o Pengkajian dan pelayanan resep;
o Dispensing;
o Pelayanan informasi Obat (PIO);
o Konseling;
o Pelayanan Kefarmasian di rumah (home pharmacy care);
o Pemantauan Terapi Obat (PTO);
o Monitoring Efek Samping Obat (MESO)

c. Money
Sumber pendanaan berasal dari APBD (Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah) dan BOK (Bantuan operasional kegiatan).

d. Material
Di ruang peracikan disediakan peralatan peracikan, air minum (air
mineral) untuk pengencer, sendok obat, bahan pengemas obat, lemari
pendingin, blanko salinan resep, etiket dan label obat, buku catatan
pelayanan resep, buku-buku referensi/standar sesuai kebutuhan, serta alat
tulis secukupnya. Pada Puskesmas Wani belum tersedianya timbangan
obat.

e. Machine
Tersedinya alat penghalus obat untuk membuat obat-obatan yang dipuyer.

3.2 Procces
a. Planning
Pengelolaan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai merupakan salah
satu kegiatan pelayanan kefarmasian, yang dimulai dari perencanaan,
permintaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian, pengendalian,
pencatatan dan pelaporan serta pemantauan dan evaluasi. Tujuannya
adalah untuk menjamin kelangsungan ketersediaan dan keterjangkauan

13
Obat dan Bahan Medis Habis Pakai yang efisien, efektif dan rasional,
meningkatkan kompetensi/kemampuan tenaga kefarmasian, mewujudkan
sistem informasi manajemen, dan melaksanakan pengendalian mutu
pelayanan.2
Berdasarkan hal tersebut, maka apotik melakukan pemenuhan obat-
obatan dan bahan habis pakai dengan cara mencatat semua kebutuhan
yang akan digunakan oleh puskesmas melalui LPLPO (Lembar
Pencacatan dan Lembar Permintaan Obat) yang kemudian akan diajukan
kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, lalu ke bagian gudang obat
kemudian nantinya permintaan obat tersebut akan disalurkan ke pihak
puskesmas. Pelayanan dan permintaan obat yang dianut oleh apotik
berdasarkan pada sistim satu pintu, dimana semua permintaan pada satu
gudang pokok kemudian nantinya dari gudang pokok yang akan
mendistribusikan langsung kepada puskesmas.
Sebagian besar pelayanan yang dilakukan oleh Puskesmas Wani
berbasis pada pengelolaan obat dan bahan habis pakai yang semua
dilakukan secara sistematis dan terarah. Semua pelayanan apotik
didasarkan kepada peraturan no. 30 tahun 2014 yaitu, perencanaan
kebutuhan, permintaan penerimaan, penyimpanan, pendistribusian,
pengendalian, pencatatan, pelaporan, pengarsipan dan pemantauan dan
evaluasi pengelolaan.
Berdasarkan Permenkes Nomor HK 02.02, Formularium Nasional
(Fornas) yang akan digunakan sebagai acuan dalam pelayanan kesehatan
di seluruh fasilitas kesehatan, baik fasilitas kesehatan tingkat pertama
maupun fasilitas kesehatan rujukan tingkat lanjutan. Fornas merupakan
daftar obat terpilih yang dibutuhkan dan tersedia difasilitas pelayanan
kesehatan sebagai acuan dalam pelaksanaan jaminan kesehatan nasional.
Pada Puskesmas Wani, obat-obatan yang ada sudah sesuai dengan
Fornas.
Perhitungan perencanaan obat di Puskesmas menggunakan rumus
metode konsumsi dengan memperhatikan pola konsumsi obat periode

14
tahun sebelumnya. Perhitungan perencanaan obat menggunakan metode
konsumsi dengan rumus:
A = (B + C + D) - E
Keterangan:
A = Rencana pengadaan
B = Pemakaian rata-rata x 12 bulan
C = Stok Pengaman (Safety stock)
D = Waktu tunggu (lead time)
E = Sisa stok

b. Organizing
Pelayanan lain yang dilakukan oleh apotik adalah pelayanan dalam
hal penyimpanan obat-obatan. Penyimpanan obat-obatan disimpan dalam
lemari kaca yang tidak memiliki lubang disetiap sudutnya. Penyimpanan
tersebut dimaksudkan agar obat-obatan tidak mudah rusak karena ketidak
seimbangan lingkungan sekitar penyimpanan. Standar penyimpanan telah
sesuai dengan peraturan perundang-undangan dimana penyimpanan
harus aman, terjamin dan baik mutunya.
Setelah disimpan dalam tempat dan wadah yang sesuai, obat-obatan
disusun secara alfabetis dan memakai sistim FIFO & FEFO (First in
First Out & First Expayer Date First Out) dimana obat yang datang
pertama kali akan keluar pertama kali dan obat yang memiliki tanggal
masa berlaku mendekati habis akan keluar pertama kali. Pemakaian FIFO
& FEFO tersebut disesuaikan dengan keadaan obat dan kondisi
dilapangan saat dilakukan penyimpanan setiap bulannya. Penyimpanan
obat-obatan di Puskesmas Wani semua disusun secara alfabetis.
Pengendalian persediaan adalah kegiatan yang memastikan
tercapainya sasaran yang sesuai dengan strategi dan program yang telah
ditetapkan sehingga tidak terjadi stagnant dan stockout obat di pelayanan
kesehatan. Kegiatan pengendalian, yaitu menghitung pemakaian obat
pada rata-rata periode tertentu di Puskesmas yang disebut stok kerja,

15
menentukan stok optimum dan stok pengaman (safety stock),
menentukan waktu tunggu (lead time).
Stok optimum adalah jumlah stok obat yang harus tersedia di
Puskesmas agar tidak mengalami kekosongan. Safety stock adalah
jumlah stok minimum yang disediakan untuk menjaga kemungkinan
terjadinya sesuatu hal yang tidak terduga, misalnya karena,
keterlambatan pengiriman Lead time adalah waktu yang diperlukan dari
mulai pemesanan obat sampai obat diterima.

Safety stock = (Pemakaian maksimum – Pemakaian rata-rata) x Lead time

Setelah adanya perhitungan safety stock obat, perlu adanya


pengawasan rutin yang dilakukan dengan mencocokkan dan melihat sisa
stok yang ada dalam gudang obat dengan safety stock yang semestinya.
Apabila jumlah sisa stok kurang dari jumlah safety stock nya maka,
puskesmas perlu menambah jumlah permintaan obat atau bisa menambah
jumlah pada perencanaan periode berikutnya dengan menyesuaikan
perhitungan perencanan obat yang dibuat.

c. Actuating

Permenkes Puskesmas

Ruang penerimaan Ruang penerimaan Pada Puskesmas Wani,


resep Resep sekurang- ruang penerimaan resep
kurangnya terdiri dari cukup memadai, namun
tempat penerimaan belum tersedianya komputer
Resep, 1 (satu) set pada meja penerimaan
meja dan kursi, serta 1 resep.
(satu) set komputer.
Ruang penerimaan
Resep ditempatkan

16
pada bagian paling
depan dan mudah
terlihat oleh pasien.
Ruang pelayanan Pada ruang pelayanan resep
Ruang pelayanan
Resep dan peracikan dan peracik di Puskesmas
Resep dan peracikan
atau produksi sediaan Wani ini berada dalam satu
secara terbatas ruangan. Pada peralatan
meliputi rak Obat peracik terdapat satu buah
sesuai kebutuhan dan penggerus obat, timbangan
meja peracikan. Di obat belum ada dan tidak
ruang peracikan dilengkapi dengan
sekurang-kurangnya komputer. Pada ruang
disediakan peralatan pelayanan dan peracik di
peracikan, timbangan Puskesmas Wani juga
Obat, air minum (air sudah tersedia pendingin
mineral) untuk ruangan (air conditioner),
pengencer, sendok pendingin ruangan tidak
Obat, bahan pengemas tersedia pada gudang obat.
Obat, lemari
pendingin,
termometer ruangan,
blanko salinan Resep,
etiket dan label Obat.
Ruang ini diatur agar
mendapatkan cahaya
dan sirkulasi udara
yang cukup, dapat
dilengkapi dengan
pendingin ruangan
(air conditioner).

17
Ruang penyerahan Pada Puskesmas Wani,
Ruang penyerahan
Obat berupa konter ruang penyerahan obat,
Obat
penyerahan Obat yang penerimaan ressep dan
dapat digabungkan peracikan obat berada dalam
dengan ruang satu ruangan.
penerimaan Resep.
Ruang konseling Pada Puskesmas Wani
Ruang konseling
sekurang-kurangnya belum tersedianya ruang
memiliki satu set meja konseling secara khusus,
dan kursi konseling, ruang konseling
lemari buku, buku- digabungkan dengan ruang
buku referensi, leaflet, pelayanan dan penyerahan
poster, alat bantu obat.
konseling, buku
Ruang penyimpanan di Puskesmas Wani sudah
Ruang penyimpanan
harus memperhatikan cukup memadai, namun
Sediaan Farmasi,
Alat Kesehatan, dan kondisi sanitasi, pendingin ruangan tidak
Bahan Medis Habis
temperatur, tersedia pada gudang obat.
Pakai
kelembaban, ventilasi,
pemisahan untuk
menjamin mutu
produk dan keamanan
petugas. Ruang
penyimpanan harus
dilengkapi dengan
rak/lemari Obat,
pallet, pendingin
ruangan (AC), lemari
pendingin, lemari
penyimpanan khusus

18
narkotika dan
psikotropika, lemari
penyimpanan Obat
khusus, pengukur
suhu dan kartu suhu.
Ruang arsip Ruang arsip Pada Puskesmas Wani,
dibutuhkan untuk ruang arsip bersatu dengan
menyimpan dokumen ruang pengelolaan dan
yang berkaitan dengan gudang obat.
pengelolaan Sediaan
Farmasi, Alat
Kesehatan, dan Bahan
Medis Habis Pakai
serta Pelayanan
Kefarmasian dalam
jangka waktu tertentu.
Tabel 2. Perbandingan Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas Wani
dan Peraturan Menteri Kesehatan

d. Controlling
Tindakan hasil monitoring dan evaluasi, yaitu:
a. Melakukan perbaikan kualitas pelayanan sesuai standar;
b. Meningkatkan kualitas pelayanan jika capaian sudah memuaskan.
Monitoring merupakan kegiatan pemantauan selama proses
berlangsung untuk memastikan bahwa aktivitas berlangsung sesuai
dengan yang direncanakan. Monitoring dapat dilakukan oleh tenaga
kefarmasian yang melakukan proses. Aktivitas monitoring perlu
direncanakan untuk mengoptimalkan hasil pemantauan.
Evaluasi mutu di Apotek dilakukan terhadap mutu manajerial dan
mutu pelayanan farmasi klinik. Pada Puskesmas Wani dilakukan
evaluasi mutu dengan metode survei yaitu mengukur tingkat kepuasan

19
pasien dengan meminta pasien memasukkan koin plastik berwarna
hijau (puas) atau koin plastik berwarna merah (tidak puas) ke dalam
kotak penilaian puas atau tidak puas. Namun, data kepuasan pasien
tidak penulis dapatkan dari petugas apotek Puskesmas Wani.

3.3 Output

Secara garis besar, tidak ada program kerja tertentu yang ditargetkan
oleh pelayanan apotik, melainkan melakukan pemenuhan yang memadai guna
berjalannya pelayanan kesehatan yang paripurna. Semua obat yang
dikeluarkan oleh apotik berdasarkan pada resep yang diberikan oleh dokter,
sehingga hal tersebut sudah sesuai dengan peraturan pemerintah.

Berdasarkan Persentase Puskesmas yang melaksanakan pelayanan


kefarmasian sesuai standar dalam arti melaksanakan Pelayanan Kefarmasian
sesuai standar adalah Puskesmas yang melaksanakan Pemberian Informasi
Obat dan Konseling. Dimana setiap pasien yang hendak mengambil obat dari
resep yang diberikan semuanya diberikan konseling mengenai penggunaan
serta efek samping yang dapat ditimbulkan, serta semua resep berasal dari
dokter sehingga sesuai dengan peraturan pemerintah mengenai obat yang
rasional. Namun pada pelayanan kefarmasian di Puskesmas Wani memiliki
kendala yaitu dimana apotek tidak memiliki man power apoteker, melainkan
hanya teknis kefarmasian.

Pada Puskesmas Wani dilakukan evaluasi mutu dengan metode survei


yaitu mengukur tingkat kepuasan pasien dengan meminta pasien
memasukkan koin plastik berwarna hijau (puas) atau koin plastik berwarna
merah (tidak puas) ke dalam kotak penilaian puas atau tidak puas.
Seharusnya survei kepuasan pasien ini dievaluasi setiap minggunya. Namun,
data kepuasan pasien tidak dievaluasi sejak tahun akhir tahun 2018. Petugas
Apotek juga tidak mengetahui mengenai indikator mutu kefarmasian
Puskesmas Wani.

20
BAB IV

PENUTUP

a. Kesimpulan
Berdasarkan atas pengamatan dan pemantauan dari Puskesmas Wani,
dapat ditarik kesimpulan, antara lain:

1. Pelayanan apotek cukup berjalan dengan baik, namun tidak adanya


apoteker dan masih kurangnya fasilitas pada apotek seperti ruangan
konseling, komputer, timbangan obat, lemari obat dengan penutup kaca,
serta tidak difungsikannya lemari obat emergency.
2. Penilaian kinerja apotek belum dapat dinilai karena data hasil survei
melalui tingkat kepuasan pasien tidak ada sejak tahun 2018.
3. Tidak adanya ruang khusus untuk pengarsipan data-data apotek dan
penyimpanan dokumen yang tidak rapih membuah penulis kesulitan saat
meminta data.

b. Saran
Berdasarkan atas pengamatan dan pemantauan dari Puskesmas Wani,
dapat diberikan saran, antara lain:

1. A. Perlunya penambahan jumlah SDM terutama apoteker.


B. Ruang konseling untuk peningkatan pelayanan kefarmasian di
Puskesmas Wani terutama pada pemberian obat yang memiliki efek
samping dan cara penggunaan yang khusus agar informsi yang
diterima pasien mengenai obatnya dapat lebih maksimal.
C. Pemenuhan alat dan sarana yang belum ada seperti komputer untuk
memaksimalkan input data obat, timbangan obat untuk memastikan
ketepatan dosis utamanya pada pasien anak, lemari obat dengan
penutup kaca agar menjamin obat dalam keadaan aman dari keadaan
lingkungan, serta difungsikannya lemari obat emergency.

21
2. Perlu segera mendisiplinkan kembali perhitungan tingkat kepuasan
pasien melalui media survei dengan kotak kepuasan pasien agar kinerja
apotek dapat terus dievaluasi untuk memberikan pelayanan lebih baik pada
pasien.
3. perlu dirapikan kembali semua dokumen-dokumen penting apotek dan
diperlukan ruang penyimpanan dokumen tersebut.

22
DAFTAR PUSTAKA

1. Permenkes RI. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 44


Tahun 2016 Tentang Pedoman Manajemen Puskesmas. Departemen
Kesehatan RI: Jakarta. 2016.
2. Permenkes RI. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 73 tahun 2016 Tentang
Standar Pelayanan Kefarmasian Di Puskesmas. Departemen Kesehatan RI:
Jakarta. 2016.
3. Permenkes RI. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 35 Tentang Standar
Pelayanan Kefarmasian Di Apotek. Departemen Kesehatan RI: Jakarta. 2014.
4. Rosmania, F.A., Supriyanto, S. Analisis pengelolaan obat sebagai dasar
pengendalian safety stock pada stagnant dan stockout obat. Jurnal
administrasi kesehatan indonesia volume 3 nomor 1. 2015
5. Badan Pusat Statistik Kabupaten Donggala, 2017. Profil Kesehatan Puskesmas
Wani. UPTD Puskesmas Wani, Donggala.

23
LAMPIRAN

Gambar 1. Tampak depan Apotek, ruangan dan meja penerimaan resep

Gambar 2. Meja Peracikan obat dan blender obat

24
Gambar 3. Penyimpanan obat dilemari pendingin

Gambar 5. Lemari penyimpanan obat berdasarkan alfabet

25
Gambar 6. Arsip dokumen Apotek

Gambar 7. Penilaian kepuasan pasien dengan metode survei

26

Anda mungkin juga menyukai