Disusun Oleh :
Nurul Amelya Amsyar
N 111 17 008
Pembimbing :
dr. Diah Mutiarasari,MPH
dr. Nur Indriyani
PENDAHULUAN
2
meliputi pelayanan kesehatan perorangan dan pelayanan kesehatan
masyarakat.2
3
1.3. Tujuan
Tujuan pada penulisan laporan manajemen ini, terkait pelayanan apotek
antara lain :
1. Untuk mengetahui gambaran pelaksanaan kinerja apotik di wilayah
Puskesmas Wani.
2. Sebagai bahan pembelajaran dalam manajemen pengelolaan Puskesmas
3. Sebagai pemenuhan syarat dalam menyelesaikan kepaniteraan klinik
bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat.
4
BAB II
IDENTIFIKASI MASALAH
2.1. Puskesmas
Pusat kesehatan masyarakat (puskesmas) ialah unit pelaksana teknis dinas
kesehatan kabupaten/kota yang menyelenggarakan pembangunan kesehatan di
suatu wilayah kerja. Kedudukan puskesmas dalam sistem kesehatan nasional
merupakan fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama (primary health
services). Dalam sistem pemerintahan daerah, puskesmas merupakan
organisasi struktural dan berkedudukan sebagai Unit Pelaksana Teknis Daerah
(UPTD) yang bertanggung jawab langsung terhadap kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota.3
Manajemen puskesmas adalah proses rangkaian kegiatan yang
dilaksanakan secara sistematik di Puskesmas untuk menghasilkan keluaran
yang efektif dan efisien untuk semua pekerjaan kegiatan. Beberapa kegiatan
Manajemen di Puskesmas rawat jalan meliputi:3
1. Jenis pelayanan
2. Pendelegasian pengobatan dasar
3. Hak dan kewajiban pasien
4. Hak dan kewajiban penyedia layanan
5
Terdapat tiga fungsi utama puskesmas, yaitu:
1. Pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan
2. Pusat pemberdayaan masyarakan di bidang kesehatan
3. Pusat pelyanan kesehatan tingkat dasar3
Upaya pelayanan yang diselenggarakan meliputi:
1. Pelayanan kesehatan masyarakat yang mengutamakan pelayanan
promotif dan preventif, dengan kelompok masyarakat serta sebagian
besar diselenggarakan bersama masyarakat yang bertempat tinggal di
wilayah kerja puskesmas
2. Pelayanan medik dasar yang lebih mengutamakan pelayan kuratif dan
rehabilitatif dengan pendekatan individu dan keluaga pada umunya
melalui upaya rawat jalan dan rujukan.3
6
2. Distribusi Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin
Komposisi penduduk menurut kelompok umur menunjukan bahwa
5166 jiwa atau 43,34% penduduk yang berusia belum produktif (0-14
tahun), penduduk berusia produktif (15-64 tahun) sebesar 10.089 jiwa atau
63,17% dan usia tidak produktif lagi (65+ tahun) sebesar 715 jiwa atau
4,47%.5
70
60
50
40 63.17
30
20 32.34
10
4.47
0
Category 1 Category 2 Category 3
8,000
7,000
6,000
5,000
4,000
3,000
2,000
1,000
-
0 - 14 Tahun 15 - 65 Tahun 65+ Tahun
LAKI LAKI 3,077 7,904 369
PEREMPUAN 4,243 5,878 327
7
2.3. Pelayanan Kefarmasian
Dasar Hukum
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
menyebutkan bahwa praktik kefarmasian meliputi pembuatan termasuk
pengendalian mutu Sediaan Farmasi, pengamanan, pengadaan,
penyimpanan dan pendistribusian Obat, pelayanan Obat atas Resep dokter,
pelayanan informasi Obat serta pengembangan Obat, bahan Obat dan Obat
tradisional harus dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian
dan kewenangan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.3
Manajemen Apotek Puskesmas ditetapkan dengan Peraturan Menteri
Kesehatan. Peraturan Menteri Kesehatan No 73 tahun 2016 tentang standar
pelayanan kefarmasian di apotek. Hal ini dapat dipergunakan sebagai tolak
ukur dalam menilai kinerja apotek Puskesmas.2
A. Ketenagaan
Pelayanan Kefarmasian di Apotek diselenggarakan oleh Apoteker,
dapat dibantu oleh Apoteker pendamping dan/atau Tenaga Teknis
Kefarmasian yang memiliki Surat Tanda Registrasi dan Surat Izin
Praktik Dalam melakukan Pelayanan Kefarmasian Apoteker harus
memenuhi kriteria:
1. Persyaratan administrasi
8
3. Wajib mengikuti pendidikan berkelanjutan/Continuing Professional
Development (CPD) dan mampu memberikan pelatihan yang
berkesinambungan.
4. Apoteker harus mampu mengidentifikasi kebutuhan akan
pengembangan diri, baik melalui pelatihan, seminar, workshop,
pendidikan berkelanjutan atau mandiri.
5. Harus memahami dan melaksanakan serta patuh terhadap peraturan
perundang undangan, sumpah Apoteker, standar profesi (standar
pendidikan, standar pelayanan, standar kompetensi dan kode etik) yang
berlaku.
9
label Obat. Ruang ini diatur agar mendapatkan cahaya dan sirkulasi
udara yang cukup, dapat dilengkapi dengan pendingin ruangan (air
conditioner).
3. Ruang penyerahan Obat
Ruang penyerahan Obat berupa konter penyerahan Obat yang dapat
digabungkan dengan ruang penerimaan Resep.
4. Ruang konseling
Ruang konseling sekurang-kurangnya memiliki satu set meja dan
kursi konseling, lemari buku, buku-buku referensi, leaflet, poster, alat
bantu konseling, buku catatan konseling dan formulir catatan
pengobatan pasien.
5. Ruang penyimpanan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan
Medis Habis Pakai
Ruang penyimpanan harus memperhatikan kondisi sanitasi,
temperatur, kelembaban, ventilasi, pemisahan untuk menjamin mutu
produk dan keamanan petugas. Ruang penyimpanan harus dilengkapi
dengan rak/lemari Obat, pallet, pendingin ruangan (AC), lemari
pendingin, lemari penyimpanan khusus narkotika dan psikotropika,
lemari penyimpanan Obat khusus, pengukur suhu dan kartu suhu.
6. Ruang arsip
10
C. Alur Pelayanan Resep
Gambar 1. Alur Pelayanan Resep
KELENGKAPAN RESEP
YA TIDAK
YA
RESEP LUAR
PENGEMASAN DAN
PENANDAAN
PEMBAHASAN
3.1 Input
a. Man
Untuk sumber daya manusia (SDM) berdasarkan Permenkes No.73
tahun 2016 tentang standar pelayanan kefarmasian di puskesmas terdiri
dari apoteker dan tenaga teknis kefarmasian yang memiliki surat tanda
registrasi dan surat izin praktik. Apoteker adalah sarjana farmasi yang
telah lulus sebagai Apoteker dan telah mengucapkan sumpah jabatan
Apoteker. Tenaga Teknis Kefarmasian adalah tenaga yang membantu
Apoteker dalam menjalani Pekerjaan Kefarmasian, yang terdiri atas
Sarjana Farmasi, Ahli Madya Farmasi, dan Analis Farmasi. Sedangkan
untuk SDM di Puskesmas Wani terdiri dari 2 tenaga teknis kefarmasian
dengan latar belakang pendidikan terakhir D3 dan S1, serta tidak adanya
apoteker dalam menjalankan pelayanan kefarmasian di Puskesmas Wani.
b. Methode
Ada beberapa item yang dipenuhi dalam pemenuhan pelayanan
kesehatan yang paripurna dalam bidang kefarmasian puskesmas. Hal-hal
tersebut antara lain:
1. Melakukan pengelolaan sedian farmasi dan bahan medis habis pakai
di puskesmas, yaitu :
o perencanaan kebutuhan;
o pengadaan;
o penerimaan;
o penyimpanan:
o pemusnahan dan penarikan;
o pengendalian;
o pencatatan dan pelaporan
12
2. Pelayanan farmasi klinik, yaitu :
o Pengkajian dan pelayanan resep;
o Dispensing;
o Pelayanan informasi Obat (PIO);
o Konseling;
o Pelayanan Kefarmasian di rumah (home pharmacy care);
o Pemantauan Terapi Obat (PTO);
o Monitoring Efek Samping Obat (MESO)
c. Money
Sumber pendanaan berasal dari APBD (Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah) dan BOK (Bantuan operasional kegiatan).
d. Material
Di ruang peracikan disediakan peralatan peracikan, air minum (air
mineral) untuk pengencer, sendok obat, bahan pengemas obat, lemari
pendingin, blanko salinan resep, etiket dan label obat, buku catatan
pelayanan resep, buku-buku referensi/standar sesuai kebutuhan, serta alat
tulis secukupnya. Pada Puskesmas Wani belum tersedianya timbangan
obat.
e. Machine
Tersedinya alat penghalus obat untuk membuat obat-obatan yang dipuyer.
3.2 Procces
a. Planning
Pengelolaan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai merupakan salah
satu kegiatan pelayanan kefarmasian, yang dimulai dari perencanaan,
permintaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian, pengendalian,
pencatatan dan pelaporan serta pemantauan dan evaluasi. Tujuannya
adalah untuk menjamin kelangsungan ketersediaan dan keterjangkauan
13
Obat dan Bahan Medis Habis Pakai yang efisien, efektif dan rasional,
meningkatkan kompetensi/kemampuan tenaga kefarmasian, mewujudkan
sistem informasi manajemen, dan melaksanakan pengendalian mutu
pelayanan.2
Berdasarkan hal tersebut, maka apotik melakukan pemenuhan obat-
obatan dan bahan habis pakai dengan cara mencatat semua kebutuhan
yang akan digunakan oleh puskesmas melalui LPLPO (Lembar
Pencacatan dan Lembar Permintaan Obat) yang kemudian akan diajukan
kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, lalu ke bagian gudang obat
kemudian nantinya permintaan obat tersebut akan disalurkan ke pihak
puskesmas. Pelayanan dan permintaan obat yang dianut oleh apotik
berdasarkan pada sistim satu pintu, dimana semua permintaan pada satu
gudang pokok kemudian nantinya dari gudang pokok yang akan
mendistribusikan langsung kepada puskesmas.
Sebagian besar pelayanan yang dilakukan oleh Puskesmas Wani
berbasis pada pengelolaan obat dan bahan habis pakai yang semua
dilakukan secara sistematis dan terarah. Semua pelayanan apotik
didasarkan kepada peraturan no. 30 tahun 2014 yaitu, perencanaan
kebutuhan, permintaan penerimaan, penyimpanan, pendistribusian,
pengendalian, pencatatan, pelaporan, pengarsipan dan pemantauan dan
evaluasi pengelolaan.
Berdasarkan Permenkes Nomor HK 02.02, Formularium Nasional
(Fornas) yang akan digunakan sebagai acuan dalam pelayanan kesehatan
di seluruh fasilitas kesehatan, baik fasilitas kesehatan tingkat pertama
maupun fasilitas kesehatan rujukan tingkat lanjutan. Fornas merupakan
daftar obat terpilih yang dibutuhkan dan tersedia difasilitas pelayanan
kesehatan sebagai acuan dalam pelaksanaan jaminan kesehatan nasional.
Pada Puskesmas Wani, obat-obatan yang ada sudah sesuai dengan
Fornas.
Perhitungan perencanaan obat di Puskesmas menggunakan rumus
metode konsumsi dengan memperhatikan pola konsumsi obat periode
14
tahun sebelumnya. Perhitungan perencanaan obat menggunakan metode
konsumsi dengan rumus:
A = (B + C + D) - E
Keterangan:
A = Rencana pengadaan
B = Pemakaian rata-rata x 12 bulan
C = Stok Pengaman (Safety stock)
D = Waktu tunggu (lead time)
E = Sisa stok
b. Organizing
Pelayanan lain yang dilakukan oleh apotik adalah pelayanan dalam
hal penyimpanan obat-obatan. Penyimpanan obat-obatan disimpan dalam
lemari kaca yang tidak memiliki lubang disetiap sudutnya. Penyimpanan
tersebut dimaksudkan agar obat-obatan tidak mudah rusak karena ketidak
seimbangan lingkungan sekitar penyimpanan. Standar penyimpanan telah
sesuai dengan peraturan perundang-undangan dimana penyimpanan
harus aman, terjamin dan baik mutunya.
Setelah disimpan dalam tempat dan wadah yang sesuai, obat-obatan
disusun secara alfabetis dan memakai sistim FIFO & FEFO (First in
First Out & First Expayer Date First Out) dimana obat yang datang
pertama kali akan keluar pertama kali dan obat yang memiliki tanggal
masa berlaku mendekati habis akan keluar pertama kali. Pemakaian FIFO
& FEFO tersebut disesuaikan dengan keadaan obat dan kondisi
dilapangan saat dilakukan penyimpanan setiap bulannya. Penyimpanan
obat-obatan di Puskesmas Wani semua disusun secara alfabetis.
Pengendalian persediaan adalah kegiatan yang memastikan
tercapainya sasaran yang sesuai dengan strategi dan program yang telah
ditetapkan sehingga tidak terjadi stagnant dan stockout obat di pelayanan
kesehatan. Kegiatan pengendalian, yaitu menghitung pemakaian obat
pada rata-rata periode tertentu di Puskesmas yang disebut stok kerja,
15
menentukan stok optimum dan stok pengaman (safety stock),
menentukan waktu tunggu (lead time).
Stok optimum adalah jumlah stok obat yang harus tersedia di
Puskesmas agar tidak mengalami kekosongan. Safety stock adalah
jumlah stok minimum yang disediakan untuk menjaga kemungkinan
terjadinya sesuatu hal yang tidak terduga, misalnya karena,
keterlambatan pengiriman Lead time adalah waktu yang diperlukan dari
mulai pemesanan obat sampai obat diterima.
c. Actuating
Permenkes Puskesmas
16
pada bagian paling
depan dan mudah
terlihat oleh pasien.
Ruang pelayanan Pada ruang pelayanan resep
Ruang pelayanan
Resep dan peracikan dan peracik di Puskesmas
Resep dan peracikan
atau produksi sediaan Wani ini berada dalam satu
secara terbatas ruangan. Pada peralatan
meliputi rak Obat peracik terdapat satu buah
sesuai kebutuhan dan penggerus obat, timbangan
meja peracikan. Di obat belum ada dan tidak
ruang peracikan dilengkapi dengan
sekurang-kurangnya komputer. Pada ruang
disediakan peralatan pelayanan dan peracik di
peracikan, timbangan Puskesmas Wani juga
Obat, air minum (air sudah tersedia pendingin
mineral) untuk ruangan (air conditioner),
pengencer, sendok pendingin ruangan tidak
Obat, bahan pengemas tersedia pada gudang obat.
Obat, lemari
pendingin,
termometer ruangan,
blanko salinan Resep,
etiket dan label Obat.
Ruang ini diatur agar
mendapatkan cahaya
dan sirkulasi udara
yang cukup, dapat
dilengkapi dengan
pendingin ruangan
(air conditioner).
17
Ruang penyerahan Pada Puskesmas Wani,
Ruang penyerahan
Obat berupa konter ruang penyerahan obat,
Obat
penyerahan Obat yang penerimaan ressep dan
dapat digabungkan peracikan obat berada dalam
dengan ruang satu ruangan.
penerimaan Resep.
Ruang konseling Pada Puskesmas Wani
Ruang konseling
sekurang-kurangnya belum tersedianya ruang
memiliki satu set meja konseling secara khusus,
dan kursi konseling, ruang konseling
lemari buku, buku- digabungkan dengan ruang
buku referensi, leaflet, pelayanan dan penyerahan
poster, alat bantu obat.
konseling, buku
Ruang penyimpanan di Puskesmas Wani sudah
Ruang penyimpanan
harus memperhatikan cukup memadai, namun
Sediaan Farmasi,
Alat Kesehatan, dan kondisi sanitasi, pendingin ruangan tidak
Bahan Medis Habis
temperatur, tersedia pada gudang obat.
Pakai
kelembaban, ventilasi,
pemisahan untuk
menjamin mutu
produk dan keamanan
petugas. Ruang
penyimpanan harus
dilengkapi dengan
rak/lemari Obat,
pallet, pendingin
ruangan (AC), lemari
pendingin, lemari
penyimpanan khusus
18
narkotika dan
psikotropika, lemari
penyimpanan Obat
khusus, pengukur
suhu dan kartu suhu.
Ruang arsip Ruang arsip Pada Puskesmas Wani,
dibutuhkan untuk ruang arsip bersatu dengan
menyimpan dokumen ruang pengelolaan dan
yang berkaitan dengan gudang obat.
pengelolaan Sediaan
Farmasi, Alat
Kesehatan, dan Bahan
Medis Habis Pakai
serta Pelayanan
Kefarmasian dalam
jangka waktu tertentu.
Tabel 2. Perbandingan Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas Wani
dan Peraturan Menteri Kesehatan
d. Controlling
Tindakan hasil monitoring dan evaluasi, yaitu:
a. Melakukan perbaikan kualitas pelayanan sesuai standar;
b. Meningkatkan kualitas pelayanan jika capaian sudah memuaskan.
Monitoring merupakan kegiatan pemantauan selama proses
berlangsung untuk memastikan bahwa aktivitas berlangsung sesuai
dengan yang direncanakan. Monitoring dapat dilakukan oleh tenaga
kefarmasian yang melakukan proses. Aktivitas monitoring perlu
direncanakan untuk mengoptimalkan hasil pemantauan.
Evaluasi mutu di Apotek dilakukan terhadap mutu manajerial dan
mutu pelayanan farmasi klinik. Pada Puskesmas Wani dilakukan
evaluasi mutu dengan metode survei yaitu mengukur tingkat kepuasan
19
pasien dengan meminta pasien memasukkan koin plastik berwarna
hijau (puas) atau koin plastik berwarna merah (tidak puas) ke dalam
kotak penilaian puas atau tidak puas. Namun, data kepuasan pasien
tidak penulis dapatkan dari petugas apotek Puskesmas Wani.
3.3 Output
Secara garis besar, tidak ada program kerja tertentu yang ditargetkan
oleh pelayanan apotik, melainkan melakukan pemenuhan yang memadai guna
berjalannya pelayanan kesehatan yang paripurna. Semua obat yang
dikeluarkan oleh apotik berdasarkan pada resep yang diberikan oleh dokter,
sehingga hal tersebut sudah sesuai dengan peraturan pemerintah.
20
BAB IV
PENUTUP
a. Kesimpulan
Berdasarkan atas pengamatan dan pemantauan dari Puskesmas Wani,
dapat ditarik kesimpulan, antara lain:
b. Saran
Berdasarkan atas pengamatan dan pemantauan dari Puskesmas Wani,
dapat diberikan saran, antara lain:
21
2. Perlu segera mendisiplinkan kembali perhitungan tingkat kepuasan
pasien melalui media survei dengan kotak kepuasan pasien agar kinerja
apotek dapat terus dievaluasi untuk memberikan pelayanan lebih baik pada
pasien.
3. perlu dirapikan kembali semua dokumen-dokumen penting apotek dan
diperlukan ruang penyimpanan dokumen tersebut.
22
DAFTAR PUSTAKA
23
LAMPIRAN
24
Gambar 3. Penyimpanan obat dilemari pendingin
25
Gambar 6. Arsip dokumen Apotek
26