ALERGI IMUNOLOGI
Alergi Obat
- Reaksi simpang obat yang tidak diinginkan akibat interaksi agen farmakologi dan sistem
imun manusia.
S O P
Manifestasi : Pemfis : Non Farmakologis :
- Ruam maculopapular - Sesak, - Stop Obat yang dicurigai
dikulit - Hipotensi,
- Paru, ginjal, darah - Limfadenopati Farmakologis :
- Ronchi, Wheezing - Reaksi ringan, stop obat
- Riw. Penggunaan obat- - Angioedema, eritema
obatan (biasa antibiotic (multiforme), - Reaksi berat, kortikosteroid
& kortikosteroid) maculopapular sistemik,
- Reaksi obat yang pernah - Edema Prednisone 60-100 mg
timbul - Kemerahan sendi sampai gejala terkendali
- Gejala hilang saat Selanjutnya diturunkan
penghentian pemberian Penunjang : bertahap selama 1-2
obat - DL, Fx Ginjal, Fx minggu
- Gejala : Hepar
- sesak, - Urinalisis lengkap - Tatalaksana anafilaksis (bila
- pingsan, - Foto Thorax ada rx anafilaksis)
- priuritus, - Radio Allergo
- demam, Absorbent test (RAST) - Urtikaria, Anti Histamin
- nyeri sendi, - Coombs indirek
- mual - Fiksasi komplemen,
reaksi aglutinasi
- Skin prick test
- Uji kulit intradermal
- Patch test
- AH 1
- Dimenhidrinat 50 mg (4-6 jam) sedasi kuat-anti motion sickness
- Prometazine 10-25 mg (4-6 jam) sedasi kuat, antiemetik
- Chlorphineramine Maleate 4-8 mg (3x1) (4-6 jam) sedasi
ringan, obat flu
- AH 2
- Loratadin 10 mg (24 jam) masa kerja lama
- Cetirizine 5-10 mg (2x1) (12-24 jam) (tab, syr, drop)
ASMA BRONKIAL
- Etiologi : Genetik (riw. Keluarga dan atopi) dan lingkungan
- Faktor resiko : Obesitas, allergen, udara dingin, polusi, obat, stress
- Inflamasi mukosa saluran napas, dari trakea sampai bronkiolus terminal, sering
dibronkus.
- DD :
- Sindrom hiperventilasi, serangan panic, obstruksi saluran napas atas dan aspirasi
benda asing, disfungsi pita suara, PPOK, penyakit paru parenkim difus, gagal
jantung
Keterangan :
- Spirometri
- VEP1 (volume ekspirasi paksa dalam 1 menit)
a. VEP1 > 12% dan 200 cc setelah pemberian bronkodilator
Reversibel penyempitan jalan napas
- KVP (Kapasitas Vital Paksa)
- APE (Arus Puncak Ekspirasi)
KLASIFIKASI (DEWASA)
Sesak Siang Sesak Malam APE/FEV Variabilitas APE
Intermitten Bulanan - > 80 <20%
Persisten Ringan Mingguan Bulanan > 80 20-30%
Persisten Sedang Harian Mingguan 60-80 >30%
Persisten Berat - Harian <60 >30%
- Keterangan :
- Bulanan : Sesak < 1x/minggu atau 1-4x/bulan
- Mingguan : Sesak >1x/minggu atau hampir setiap hari
- Harian : Sesak setiap hari
KLASIFIKASI (ANAK)
Episodik Jarang Episodik Sering Asma Persisten
Frek ser. <1x/bulan >1x/bulan Sering
Lama ser. < 1 minggu >1 minggu Hampir Sepanjang tahun
Intensitas ser. Ringan Sedang Berat
FEV 1 >80% 60-80% <60%
PEMERIKSAAN ASMA
- SPIROMETRI : GOLD STD
- Obstruktif : Sumbatan (+), paru normal
- Restriktif : Sumbatan (-), paru bermasalah (mengecil/atelectasis)
- FEV1/APE : Nilai Sumbatan Paru (sekali ekspirasi)
- FVC : Nilai Ukuran paru (sekali inspirasi)
Obstruktif Restriktif Campuran
APE/FEV1 80% N 80%
FVC N 80% 80%
FEV : FVC <0,7 >0,7 0,7
Contoh kasus : Asma, PPOK Pneumthorax & PPOK +
Atelektasis Pneumothorax
TERAPI ASMA :
a. Reliever/Pelega : SESAK Bronkodilator
- 2 Agonis Short Acting : Salbutamol (berdebar)/Terbutalin
- Metilsantin : Teofilin (IV), Aminofilin
- Antikolinergrik : Ipratropium Bromida (Combivent)
- Kortikosteroid Sistemik : Oral (ser. Ringan-sedang), IV (berat, mengancam jiwa)
ALGORITMA ASMA :
- Nebu (Salbutamol/Ipratropium bromida) bisa diulang 3x bila sesak berulang
setelah nebu, dan bila masih sesak
- Kortikosteroid IV, bila memberat
- Epinephrine IV, bila memberat
- Pasien masukan ke ICU, pasangkan Ventilator dan beri MIDAZOLAM IV
Kortikosteroid IV
Epinephrine IV
AIDS
S O P
Demam, batuk, sakit kepala, Pemeriksaan FIsik : - Konseling & Suportif
diare - TTV, identifikasi bekas - Tangani infeksi
Riw. Perilaku seksual suntikan oportunistik
(berganti-ganti pasangan) - Profilaksis Cotrimoxazol
Riw. Penggunaan NAPZA Pemeriksaan Penunjang : - ART
suntik - Screening : Rapid test
Riw. TB 3x jika (-), ulang 3-6
Riw. IMS bulan kemudian
- Diagnosis : Western Blot
(Mencari Antibodi HIV),
ELISA
- CD4 Untuk terapi
AIDS
- Profilaksis Cotrimoxazol
- Pada pneumonia & infeksi toxoplasmosis dengan CD4 < 200 sel/mm3
- Profilaksis Primer : 1 tablet/hari
- ART
Std 1 dan 2 CD4 < 350/L terapi
Std 3 dan 4 CD4 Berapapun Langsung terapi
AIDS + TB aktif Terapi dulu TBnya selama 8 Minggu kemudian mulai ART
(CD4 berapapun) (TOLERANSI OBAT TB)
AIDS + Hepatitis CD4 Berapapun Langsung terapi
AIDS + BUMIL CD4 Berapapun Langsung terapi SC
Trimester 1 viral load dibawah 1000 Bisa normal
IBU MENYUSUI BISA DIBERIKAN ART
Rekomendasi Regimen lini pertama pada yang belum pernah terapi ARV
a. Dewasa & Remaja: TEL b. BUMIL :
- Tenofovir 300 mg, - Zidovudin 300 mg/Tenofovir 200 mg
- Efavirenz 600 mg, - Nevirapine 200 mg/ Efavirenz 600 mg,
- Lamivudin 150 mg - Lamivudin 150 mg
Untuk pasien HIV dgn lab normal:
ZNL Efavirenz 600 mg tidak boleh digunakan
- Zidovudin 300 mg ditrimester pertama
- Nevirapine 200 mg Tenofovir 300 mg bisa dijadikan pilihan
- Lamivudin 150 mg pada ibu hamil
RENJATAN ANAFILAKSIS
SYOK ANAFILAKTIK
S O
- Gejala syok (TD , N , R ) Pemeriksaan Fisik :
- Ggn Respirasi : bersin, hidung - TD , N , R
tersumbat, batuk yang diikuti dengan - Tampak sesak, , sianosis akibat
sesak napas edema laring & brokospasme
- Ggn Sirkulasi : Kulit pucat, CRT (sesak). Wheezing (+), Stridor (+)
memanjang - Kolaps vascular, sinkop,
- Manifestasi Gastrointestinal : perut inkontinensia, hipotonia.
kram, mual, muntah, diare - edema periorbital, mata berair,
- GEJALA BERLANGSUNG konjunctiva hyperemia
BEBERAPA MENIT/JAM - Urtikaria, eritema
- Bayi/Anak : TD >30% dari sistol
semula
- Dewasa : TD Sistol < 90 mmhg atau
terjadi penurunan >30% dari sistol
semula
Pemeriksaan Penunjang :
- Hitung Eosinofil darah tepi (N/)
- IgE total (N)
- Skin pricktest
P
- Posisi Trendelenburg (berbaring sambal kedua tungkai diposisikan lebih tinggi)
- O2 3-5 lpm
- Bila ada sumbatan jalan napas, buka & bersihkan jalan napas pertimbangkan
krikotiroidektomi atau trakeostomi
- Infus (RL, NaCl, Plasma Expander/Dextran), beri sampai TD stabil
- Inj. Adrenaline
- (IM) 0,3-0,5 ml dalam larutan 1:1.000, dapat diulangi per 5-10 menit, bila IM
kurang efektif,
- (IV) 0,1-0,2 ml dilarutkan dalam spuit 10 cc dgn NaCl, bolus perlahan
- Aminofilin 250 mg bolus pelan selama 10 menit, cegah bronkospasme akibat
epinefrin
- Antihistamin (Difenhidramin HCl 5-20 mg/IV) & kortikosteroid (deksametasone 5-
10mg/IV, diberi setelah keadaan klinis membaik untuk cegah prolonged effect/serum
sickness
- RJP bila henti napas henti jantung
- Etiologi
- Gigitan serangga,
- reaksi alergi zat kontras radiografi,
- alergi antibiotic (penisilin)
- Faktor Resiko :
- Usia, jenis kelamin, rute pajanan, riw. Atopi
- Dewasa : sering pada wanita
- Anak : sering pada laki-laki
- Parenteral lebih berat dibandingkan oral
SYOK
HB seharusnya = 10; k = 3
d. Syok distributive
a. Syok Anafilaktik
b. Syok Sepsis : SIRS + Fokus Infeksi + Demam + TD . Diagnosis (SOFA SCORE)
Px : Laktat
Tx : Vasopressin dalam 3 jam + Antibiotik + RL 30cc/kgbb
Norepinfrine dalam 6 jam
e. Syok Neurogenik & Syok Spinal Riw. Trauma kepala/ medulla spinalis
Syok spinal Lumpuh Flaccid dibawah lesi + sfingter ani tak menjepit saat RT
Tx : Epinferine
f. Syok Obstruktif tamponade jantung & Tension pneumothorax
ASAM-BASA
HAFAL NER!!!
pH 7,35-7,45
PCO2 35-45 (40)
pHCO3 22-26 (24)
a. RESPIRATORIK pH & PCO2 berbanding terbalik ( atau )
= Asidosis Respiratorik (PPOK, Asma)
= Alkalosis Respiratorik (Serangan panik, hiperoksemia)
pH normal = Full Compensated
HCO3 Normal = Uncompensated
URTIKARIA
S O
- Riw. Urtikaria berulang Pemeriksaan Fisik :
- Riw. Pencetus - berbatas jelas,
- bentol (Wheal), - eritem disekelilingi,
- terasa gatal, - pucat bagian tengah,
- bersifat sementara, gejala puncak 3-6 - bersifat sementara,
jam, menghilang dalam 24 jam - gejala puncak 3-6 jam,
- Predileksi : seluruh permukaan kulit - menghilang dalam 24 jam
Pemeriksaan Penunjang :
- Darah Lengkap,
- Urin Lengkap
- Fx hati & Ginjal
- Tes Alergi
- IgE Atopi
P
- Hindari pencetus
- Self Limiting
- Lini 1 : Anti Histamin 1 atau 2 per oral
- Lini 2 : Kortikosteroid
METABOLIK ENDOKRIN
DIABETES MELITUS
KRITERIA DIAGNOSA DM
Keluhan Klasik DM (Poliouri, Polifagi, Polidipsi)
a. Keluhan klasik (+) + GDS > 200 mg/dl atau GDP > 126 mg/dl DM
b. Keluhan Klasik (+) + GDS < 200 mg/dl atau GDP < 126 mg/dl Ulangi GDS &
GDP
Setelah diulangi :
- Bila GDS > 200 mg/dl atau GDP > 126 mg/dl DM
- Bila GDS < 200 mg/dl atau GDP < 126 mg/dl TTGO GD 2 jam
c. Keluhan Klasik (-) + GDS > 200 mg/dl atau GDP > 126 mg/dl
d. Keluhan Klasik (-) + GDS 100-125 atau GDP 140-199 TTGO GD 2 jam
e. Keluhan Klasik (-) + GDS < 100 mg/dl atau GDP < 140 mg/dl Normal
f. TTGO GD 2 jam
- > 200 mg/dl DM
- 140-199 mg/dl GDPT
- < 140 mf/dl Normal
- CARA TTGO
a. Puasa 8 jam sebelum pemeriksaan (mulai malam hari), boleh minum air tanpa
kandungan gula
b. Cek GDS
c. Beri glukosa 75 gram orang dewasa, 1,75 gram/KgBB anak-anak + air 250 cc,
minum selama 5 menit
d. Puasa kembali selama 2 jam
e. Cek kembali GDS
f. Selama pemeriksaan, pasien harus istirahat dan tak merokok
- TATALAKSANA DM :
- Non farmakologi :
a. Menjaga BBI pasien DM BBI = 90% (TB (cm)-100) x 1 kg
Untuk Laki-laki <160 cm dan perempuan <150cm (TB (cm)-100) x 1 kg
Interpretasi :
- Normal : BBI 10%
- Kurus : < (BBI-10%)
- Gemuk : > (BBI+ 0%)
c. Edukasi :
- Karbo : mengurangi makanan berkarbo dan utamakan
makanan berserat, makan 3x sehari dengan selingan buah
- Lemak : batasi makanan berlemak jenuh (LDL) : daging
berlemak, susu
- Protein : kurangi bila pasien nefropati, contoh makanan seperti
seafood, daging merah, ayam tanpa kulit, kacang-kacangan, tahu,
tempe, susu rendah lemak.
- Na : gunakan garam rendah Na, vetsin, soda, dan makanan
berpengawet
- Latihan : olahraga rutin seperti aerobic, jalan kaki, sepeda
santai, jogging, renang, 4-5x seminggu selama <30 menit
- Farmakologis
Cek HbA1c !!!
- <7 life style
- 7-8 life style + monoterapi
- 8-9 life style + Dual terapi
- 9-10 life style + Triple terapi (3 obat atau 2 obat + Insulune basal)
- > 10 INSULIN (GDS > 300)
a. Gol. Sekretagogue
- rangsang sekresi Insulin
- Indikasi : Pasien kurus/ BB normal
- Kontraindikasi : Obesitas Karena menambah BB
- Cara pemberian : Diberikan 15-30 menit SEBELUM MAKAN
- Jenis Obat
- Sulfonilurea :
- GLIBENKLAMID Sediaan : 2,5-5 mg, Dosis : 2,5-15 mg (1-2x)
- GLIMEPIRID Sediaan : 1,2,3,4 mg, Dosis 0,5-6 mg (1x1)
DPP 4 Inhibitor
SGLT-2 Inhibitor
HbA1c GDP
6 126
7 154
8 183
9 212
10 240
11 269
12 298
Dosis Insulin :
- 0,1 IU/KgBB per pemberian
- Pemberian
- Post Prandial 60% : jam (6-12-6)
- Basak 40% : Jam (10 malam)
Jenis Insulin :
- POST PRANDIAL(yang dikasih 3x) :
GDS berikan setelah makan (kerja cepat/short acting)
- Rapid : (analog/buatan/bukan dari manusia) NOVORAPID
- Short : Homolog (dari manusia), Insulin Regular Humulin R Vial (syringe 1
cc)
KRITERIA PENGENDALIAN DM
- GDP = 80-130
- GD2pp = < 180
- HbA1c = < 7
KOMPLIKASI DM
Akut : Syok Hipoglikemik, KAD, HONK
Kronik : Mikroangiopati, Makroangiopati
Akut
1. Syok Hipoglikemik GDS < 70mg/dl
Etiologi : OHO sekretagogue & Insulin, asupan makan tidak adekuat, kegiatan fisik
berlebihan
Gejala : Lapar, mual, TD menurun, lemah, lesu, sulit bicara, keringat dingin, bibir atau
tangan bergetar, biasa tidak sadar kalau berat
Klasifikasi : Ringan ( 50-70), Sedang (35-50), Berat (<35)
Tx : Sadar
- Larutan gula 20-30 gr (2 sendok makan gula murni atau makanan mengandung
karbohidrat
- Stop OHO
Tidak sadar
a. D40% 2 flacon (50 cc) Bolus
b. D10%/IV (8jam) per kolf (bila tak ada penyulit)
c. Periksa GDS (pakai glucometer bila perlu) :
GDS < 50 = 2 flacon D40% (50 cc) Bolus
GDS < 100 = 1 flacon D40 % (25 cc) Bolus
d. Periksa GDS per 15 menit setelah diberikan D40% :
GDS < 50 = 2 flacon D40% (50 cc) Bolus
GDS < 100 = 1 flacon D40 % (25 cc) Bolus
GDS 100-200 = Hanya infus D10% tanpa Bolus
GDS > 200 = turunkan tetesan Infus D10%
e. GDS >100 mg/dl 3x berturut pantau GDS per 2 jam
GDS > 200 ganti infus dengan D10% atau NaCl 0,9%
f. GDS >100 mg/dl 3x berturut selang 2 jam pantau GDS per 4 jam
GDS > 200 ganti infus dengan D10% atau NaCl 0,9%
g. GDS >100 mg/dl 3x berturut selang 4 jam pantau GDS sesuai kebutuhan
sampai efek obat OHO sdh habis dan pasien dapat makan
h. Hipoglikemia belum teratasi Glukagon 0,5-1 mg/IV atau IM
i. Pasien belum sadar + hipoglikemia teratasi cari penyebab lain atau sdh
terjadi brain damage akibat hipoglikemia dalam waktu yang panjang
Kronik
1. Mikroangiopati Retinopati diabetic, Nefropati Diabetik
2. Makroangiopati Stroke, ACS, Kaki diabetic
KAKI DIABETIK
- Riw. DM lama + luka dibagian tubuh terutama kaki + riw.infeksi
- Px fisik :
- Vaskular
Palpasi pulsasi arteri, perubahan warna kulit, edema, perubahan suhu, atrofi kulit.
- Neuropati
Sensasi halus dengan kapas, sensasi suhu, pinprick untuk nyeri, nyeri tungkai saat
istirahat
- Kulit
Kulit kering, ada callus, fissure, ulkus, gangrene, infeksi, akantosis nigikans,
dermopati
a. Derajat 0 : Tidak ada lesi
b. Derajat 1 : Ulkus Superficial
c. Derajat 2 : Ulkus dalam, menembus tendon dan tulang
d. Derajat 3 : Abses dalam, dengan atau tanpa osteomyelitis
e. Derajat 4 : Gangren distal kaki, dengan atau tanpa selulitis
f. Derajat 5 : Gangren seluruh kaki atau sebagian tungkai
- Tx Kaki Diabetik
- Pencegahan (bila belum ada luka dikaki pada pasien beresiko/pasien DM)
a. Tidak boleh berjalan tanpa alas kaki
b. Rutin periksa kaki setiap hari, periksakan kedokter bila ada luka, kemerahan,
atau kulit terkelupas.
c. Cek alas kaki setiap ingin memakai dari benda asing
d. Jaga kaki tetap bersih, tidak basah, dan jaga kelembaban kaki
e. Potong kuku secara teratur
f. Gunakan kaos kaki berbahan katun, dan ujungnya tak terlipat saat dipakai
g. Kalau ada callus atau mata ikan, tipiskan secara halus
h. Sepatu jangan terlalu longgar atau terlalu sempit
i. Hindari kontak bahan panas
Indikasi nekrotomi/Debridement
- debris dan jaringan nekrosis (derajat 2)
- kerusakan jaringan dan pus pada ulkus yang terinfeksi
Indikasi Amputasi
- jaringan nekrotis luas,
- iskemik jaringan (tak dapat direkonstruksi)
- gagal revaskularisasi
- charcot foot
- infeksi akut dengan ancaman kematian (gas gangrene)
- infeksi tdk membaik dengan terapi adekuat
- deformitas berat tak terkontrol, ulkus berulang
- Sindrom akibat resistensi insulin, ditandai dengan obesitas, menstruasi tidak teratur,
tanda androgen berlebih (hirsituisme, jerawat). Ada kista multiple dalam ovarium.
- Etiologi Tidak jelas
- Kriteria diagnosa (Eshre/Asrm Rotterdam 2003)
- Menstruasi tidak teratur dan infertilitas akibat disfungsi ovulasi.
- Hiperandrogenisme (ada bukti klinis atau lab)
- USG Pelvis atau Transvaginal ovarium ditemukan > 10 kista folikular.
- Lab
- GDP/GDS untuk cek ada tanda sindrom metabolic
- Kortisol pada 08.00 pagi hari singkirkan DD Cushing syndrome
- 17-hidroksi progesterone singkirkan virilisme adrenal
- DHEAS ( dehydroepiandosterone)
- USG
- Tx sesuai gejala
- Metformin
- Progesterone (10-12 hari) tiap 1-22 bulan
DISPLIPDEMIA
- Kelainan metabolisme lipid yang ditandai peningkatan atau penurunan fraksi lipid
plasma.
- Kelainan fraksi lipid Kolesterol total, LDL, HDL, Trigliserida
- EAS (European Athersclerosis Society)
a. Hiperkolesterolemia > 240 mg/dL
b. Hipertrigliserida > 200 mg/dL
c. Dislipdemia campuran Kol. > 240 mg/dL, Trig > 200 mg/dL
- Kol. Total
- < 200 mg/dl - Normal
- < 240 mg/dl - Tinggi
- > 240 mg/dl - Sangat tinggi
- HDL (40-60)
- < 40 mg/dl - Rendah
- > 60 mg/dl - Tinggi
- Faktor resiko
- PJK, DM, gagal ginjal kronik, stroke, aneurisma aorta abdominal
- Merokok
- Hipertensi
- HDL rendah < 40 mg/dl
- Riw. PJK dini (ayah <55 thn, Ibu < 65 thn)
- Usia : Pria (> 45 thn), wanita (> 55 thn)
- Tatalaksana :
a. Pasien Hiperkolesterolemia
- Mengurangi makanan berlemak jenuh (makanan berminyak, soft drink)
- Konsumsi asam lemak omega 3, makanan tinggi serat
- Kurangi BB dam tingkatkan aktivitas fisik
- Bila respon diet terlihat dalam 3-4 minggu, tingkatkan aktivitas fisik dan
olahraga, hentikan rokok dan minuman beralkohol, Hipertensi,
hipertrigliseridemia, atau obesitas sentral.
- Pertahankan dan turunkan berat badan
- Bila tidak ada perubahan selama 6 minggu, pertimbangkan untuk terapi
farmakologis dan meneruskan pengaturan makan dan aktivitas fisik
- Tx Farmakologis
- Gol. Statin (kol. Total , LDL )
- Simvastatin 5 mg (max 40 mg)
- Atorvastatin 10 mg (max 40 mg)
- Bile acid sequestrant (kalau LDL tidak turun)
- Koelstiramin 4-16 mg
- Nicotic Acid 2x100 mg (kol. Total , LDL )
b. Pasien Hipertrigliserida
- Non farmakologis, seperti pasien hiperkolesterol
- Farmakologis
- HDL > 30 mg/dl dari LDL
- Obat penurun kolesterol LDL atau
- Nicotinic acid atau fibrat : (kol. Total , Trigliserida )
- Trigliserida < 400 Statin
- Trigliserida > 400 Gemfibrosil 2x 600 mg atau 1x 900 mg
- Fenofobrat 1x200 mg
- Statin dan fibrat tidak boleh digabung
TIROID
- Benjolan dileher diikuti gerakan menelan SKRINING TSH (utama), FT3, FT4
- Skrining normal? Eutiroid = Curiga Tumor USG thyroid (Hot atau cold nodul)
Cold nodul? BIOPSI/FNAB Ca Thyroid (80% tipe papiller)
Hot Nodul? Hipertiroid
- Gejala Ca Thyroid = Pembesaran thyroid, BB , Suara serak
- Tiroiditis
- Akut : Benjolan dileher + Demam + fungsi tiroid normal
- Subakut : disebabkan virus De Quarvian
- Kronik : Hashimoto, Riedel
HIPERTIROID (TSH , T4 )
HIPERTIROID Grave’s Disease Tiroktosikosis
Berdebar, berkeringat, BB Hipertiroid (+), Hipertiroid (+),
Eksoftalmus (+), autoimun Gangguan ttv (demam),
TSH , T4 ; Stellwag sign (+) Kesadaran
Subklinis TSH , T4 N Mata kurang berkedip dan
Ibu hamil TSH N, T4 menutup tidak sempurna
TSH , T4
Autoimun : Anti TSH (+)
Terapi Hipertiroid :
PTU/Propiltiourasil (3x100-200 mg) Metimazole
300-600 mg terbagi Grave : 10-20 mg/hari PO
Aman untuk ibu hamil (trimester 1) Hipertiroid ringan : 3 x 5 mg
Hambat konversi T3-T4 diperifer Hipertiroid sedang : 3 x 10 mg
Hipertiroid berat : 3 x 20 mg
Komplikasi Operasi
- Hipotiroid seumur hidup
- Cedera N. Laryngeus Recurrens
- Hipoparatiroid primer
HIPOTIROID (TSH T4 )
Hipotiroid/ Hashimoto Krisis Hipotiroid/
Myxedem Tiroiditis koma Myxedem
Lemas, malas, gemuk, Hipotiroid Hipotiroid + Kesadaran
tidak tahan dingin Perempuan Lebih banyak
Myxedem = Bengkak kulit Autoimun
TSH T4 TSH T4
Subklinis = TSH T4 N Anti TPO (+)
PA : banyak jaringan limfoid
Goiter Endemik = def. dalam folikel tiroid
iodium
Hipotiroid kongenital =
ibu riw minum PTU
Tx :
- Levotiroksin 25 mg (1x1)
- Koma Myxedem =
- Loading = 1 x 200-500 mcg, kemudian 50-100 mcg/hari sampai pasien stabil
HIPERPARATIROID
PRIMER SEKUNDER
Etiologi : Adenoma, Hiperplasia primer Etiologi : Renal Failure
Px : PTH , Kalsium Px : PTH , Kalsium
HIPOPARATIROID (PTH)
- Primer : Riw Op + paratiroid terangkat
- Sekunder : Ada penyakit sebelumnya
Kejang tetani Kalsium , PTH
GEJALA :
- Chvostek sign (+) Ketuk pipi
- Trosseau (+) fleksi telapak tangan saat ditensi (carpopedal spasme)
ADRENAL
INSUFIENSI ADRENAL : Hormon adrenal
- Primer : Addison disease
Etiologi : Autoimun, Kelenjar adrenal rusak
Gejala : BB + Hiperpigmentasi kulit (hitam)
Px : ACTH + Kortisol (fx adrenal), Hipoglikemia, Hiperkalsemia
- CUSHING DISEASE
ACTH dependent, kelainan dari atas (Hipofisis)
Adenoma Hipofisis = Cushing + Nyeri kepala + Hemianopsia
ACTH , Kortisol , tes supresi dosis tinggi (+)
- CUSHING SYNDROME
ACTH Independent, kelainan dari bawah
Tumor adrenal = Feokromasitoma = Hipertensi + Nyeri kepala + palpitasi + diaphoresis
Kortisol dari luar = Ex. Jamu
ACTH , Kortisol , Tes supresi dosis rendah (-)
Note :
- Tes supresi dosis tinggi = malam minum dexa 8 mg, keesokan harinya diukur
kortisol menurun.
- Tes supresi dosis rendah = malam minum dexa 2 mg, kesekokan harinya diukur
kortisol tetap
- Tx= Replacement terapi
HIPOFISIS
- DM Insipidus = sering BAK, GDS normal
- D.I Sentral ADH dari hipofisi posterior tidak ada, Tes Osmolaritas setelah
diberikan desmopressin
- D.I Nefrogenik ggn dari ginjal, Tes Osmolaritas tetap
Tx= Vasopressin ADH
OBESITAS
Penumpukan jaringan adiposa berlebih.
Kriteria diagnose Ukur IMT BB(KG)/TB (m2)
< 18,5 Kurang
18,5-22,9 Normal
> 23,0 BB lebih
23,0-24,9 Beresiko
Obes Tingkat 1 25,0-29,9
Obes Tingkat 2 > 30,0
Tx
Beresiko Nutrisi + aktivitas fisik+ perilaku
Obes 1 Nutrisi + aktivitas fisik+ perilaku + obat
Obes 2 Nutrisi + aktivitas fisik+ perilaku + obat + pembedahan
Nutrisi diet kalori 500-1000 kkal/hari
Aktivitas fisik olahraga 30-45 menit/hari. 3-5x seminggu
Terapi perilaku Gaya hidup sehat
Obat Orlistat 120 mg (3x1) (dihentikan bila penurunan <5% dalam 12 minggu)
GASTRO
DISPEPSIA
(Kriteria rome III : Epigastrical pain, post prandial fullness)
Gejala : nyeri ulu hati, nyeri epigastric, begah
Curiga ggn organik : (RUJUK ENDOSKOPI)
- Usia > 45 tahun
- BB turun, melena, anemia,
- Demam, riw. Kanker lambung
Tx :
- Prokinetik : Domperidone 10 mg (3x1)/ Metoklopramide 10 mg (3x1) (mempercepat
pengosongan lambung)
- Step up Antasida doen 200 mg (3x1) atau Ranitidin 15 mg (2x1), baru PPI
- Tx Ibu hamil : Antasida, ranitidine, ondansetron
- Sucralfat dapat diberikan untuk faktor definitif
Efek samping
- MgOH mencret, diare
- AI OH3 Konstipasi
- Prokinetik EPS, Meto > Dompe
ULKUS
Nyeri Ulu hati + melena
Gaster Peptic Duodenal
Membaik setelah makan, Nyeri saat perut kosong, Nyeri saat perut kosong (2-3
Nyeri saat perut Nyeri Setelah makan jam setelah makan)
terisi/makan Membaik setelah makan
Luka dicorpus/fundus Luka dipylorus Luka di duodenum
Px = Sederhana Barium meal/ oesofageal maag duodenografi (OMD)
Gold Endoskopi, ada H.Pilori (+) ? Gastritis
Komplikasi = perforasi Defans Muskular (+)
Tx = Step Down PPI Dosis tinggi OMZ 2x20 mg/ Lanso 1x30 mg lalu diturunkan
Mucoprotector Sucralfat
DIARE
Berdasarkan kejadian :
- Akut <14 hari
- Kronik >14 hari (bukan infeksi)
- Persisten >14 hari (infeksi)
- Diare Berdarah
Etiologi :
- EHEC : Enterohaemorrhagic E.Coli , Shigella, Amoebiasis (Tidak demam)
Daging setengah masak
- EIEC : Enteroinvasive E.Coli (Demam) Susus mentah/Keju
Tx E.Coli : Ciprofloxacin 2x500 mg (3-5 hari)/ Cotrimoxazole 240 mg 2x1 (3 hari)
Shigellosis
BAB Cair > 10x/hari + Demam + Dehidrasi
Px : Feses rutin Leukosit ; Kultur SS agar : merah terang, Roeleaux
Tx : Ciprofolxacin 2x500 mg (3hari)/ Cotrimoxazole 2x960 mg (3 hari)
Amoebiasis
BAB cair < 10x/hari + nyeri perut + Ludwig sign (+) massa dikanan atas (riw.
Abses hepar ) + feses bau asam
Px : Kista inti 4, tropozoit inti eritrosit, pseudopodia
Penyebaran : tropozoit melalui kista
Tx : Metronidazole 4x 500 mg (7-14 hari)
INFEKSI CLOSTRIDIUM
- Keracunan makanan
- Clostridium Botolinum
Riw. Makan makanan kaleng, gejala lumpuh otot wajah
Tx : Antitoksin botulinum, Humana Botulism Ig (BIG-IV) SD 50 mg/kg
- Clostridium Perfringens
Riw. Makan daging busuk Diare, atau luka bau gangrene
- Keracunan obat
- Clostridium difficile/Pseudomembran
Diare karena riw. Konsumsi antibiotic lama
Tx : stop AB, ganti metronidazole 500 mg (4x1) 7-14 hari
Tx umum : Rehidrasi, koreksi ggn elektrolit dan asam basa, simptomatik (antiemetic
domperidone), ventilasi mekanik bila gagal napas
Tx diare :
- Cairan :
- Dehidrasi minimal : 103/100 x 30-40 mL/KgBB/hari
- Dehidrasi ringan sedang : 109/100 x 30-40 mL/KgBB/hari
- Dehidrasi berat : 112/100 x 30-40 mL/KgBB/hari
- Terapi Simptomatik :
- Attalpugit inaktivasi toksin bakteri penyebab diare
- Probiotik berkompetisi dengan pathogen untuk nutrisi dan reseptor sal. Cerna
- Loperamid antimotilitas kurangi frekuensi BAB jgn diberikan pada
bayi/anak, sebabkan ileus paralitik, ibu hamil abortus.
- Bismuth kurangi volume tinja diberikan per 4 jam
HEMATEMEMESIS MELENA
Muntah darah kehitaman Tanda perdarahan saluran cerna atas/proksimal lig. Treitz
Mual + Kembung + nyeri abdomen
Riw. Konsumsi NSAID jangka panjang, merokok, alcohol
Keparahan dinilai dari skor Glasgow-blatchford
Px: endoskopi saluran cerna
Tx :
Awal :
- O2
- Infus 2 line RL
- Transfusi PRC Bila blood loss >30% atau Hct < 18% (menurun > 6%) sampai target
dewasa muda 20-25%, dewasa tua 30%
- Transfusi FFP bila trombositopenia
- Rawat ICU bila syok, perdarahan aktif, penyakit komorbid serius
Farmakologi :
- Non Varises
- PPI (lanso)/ Antagonis H2 (Ranitidine) per IV
- Sitoprotektor : Sucralfat 3-4x1
- Varises :
- Somatostatin bolus 250 ug + drip 250 ug/jam per IV
- Vassopresin 50 unit dalam 100 cc D5% 0,5-1 mg/menit/IV selama 20-60 menit,
bisa diulang per 3-6 jam
Dilanjutkan per infus 0,1-0,5 U/ menit
Vassopresin bisa ditambahkan nitrat cegah insufiensi aorta mendadak
Nitrogliserin iv dosis awal : 40 mcg/menit titrasi sampai 400 mcg/menit
- Propanolol 2x10 mg bisa ditingkatkan sampai diastolic turun 20 mmhg/ nadi
turun 20%
- ISDN 2x1/hari sampai KU stabil
- Metoklorpramid 3x10 mg/ hari
- Pecah varises/ penyakit hati kronik/ sirosis hati Laktulosa 4x1 Cth +
Ciprofloksasin 2x500 mg/cephalosporin gen 3 berikan sampai konsistensi dan
frekuensi tinja normal
Varises Esofagus
hematememesis, melena, nyeri terbakar episgastrium, Riw. Alcohol, riw. Hepatitits.
Asites, edema perifer, TD, anemia, spider nevi, eritema palmaris
HEMATOKEZIA
BAB darah merah segar.
Px : Kolonoskopi atau angiografi
Tx :
- Resusitasi dan penilaian awal
- Identifikasi sumber perdarahan
- Intervensi teraupetik hentikan perdarahan
- Endoskopi
- Angiografi
- Bedah
Tx :
Non-Farmakologis :
- Puasa sampai bising usus positif atau flatus
- Pasang NGT bila perlu
- Pasang Kateter urin
Farmakologis :
- Infus 2,5-3 liter/hari
- Nutrisi Parenteral
- Metoklorpramid 10 mg (3x1) gastroparesis
- Cisapride 5 mg Ileus paralitik pasca operasi
- Klonidin 0,15 mg Ileus karena obat-obatan
KONSTIPASI
Ggn motilitas kolon akibat terganggun fungsi motoric dan sensorik kolon.
Gejala sulit defekasi atau rasa tidak puas saat defekasi.
Kriteria Rome III gejala muncul dalam 3 bulan terakhir atau dimulai sejak 6 bulan
sebelum terdiagnosa
- Terdapat 2 gejala berikut :
- Mengejan sedikitnya 25% dari defekasi
- Feses keras sedikitnya 25% dari defekasi
- Sensasi tidak puas saat evakuasi sedikitnya 25% dari defekasi
- Sensasi Obstruksi anorectal sedikitnya 25% dari defekasi
- Manuver manual
- Jarang feses lunak tanpa penggunaan laksatif
- Bukan Sindrom kolon rektal
Tx :
Non-farmakologis :
- Hentikan obat penyebab
- Bowel training defekasi saat pagi saat kolon dalam keadaan aktif, 30 menit setelah
makan (reflex gastrocolon) untuk rangsang BAB
- Asupan cairan dan diet tinggi serat
- Aktivitas dan olahraga teratur
Farmakologis :
- Laksatif stimultan Bisacodyl 5 mg (max.3x1)
Rujuk bedah bila terapi tidak ada perkembangan
Konstipasi pada ibu hamil biasa pada kehamilan lanjut akibat sekresi hormone
progesterone yang memperlambat motilitas GI tract.
Tx : asupan tinggi serat + laksatif stimultan
CA GASTER
- Jenis
- Mukosa Non neoplastic polip &Neoplastik polip
- Non mukosa Mesenkim & vascular
- Gejala & Px BB , nyeri epigastrium, muntah, keluhan pencernaan, anoreksia,
disfagia, nausea, kelemahan, sendawa, hematememesis, regurgitasi, cepat kenyang.
- Rad
- USG abdomen,
- Gastroskopi dan biposi (curiga ganas bila mukosa merah dan erosi dipermukaan,
tidak ada pedikle),
- Endoskopi ultrasound,
- Pemeriksaan darah pada tinja darah samar (+), tes benzidine
- Sitologi px papanicolau dari cairan lambung
- Tx Reseksi tumor + Kemoterapi + Radiasi
CA KOLOREKTAL
- Terbagi atas Polip kolon dan ca kolon
- Faktor resiko
- Usia 60-70 thn
- Polip (+) tumor jinak
- Riw. Kanker
- Merokok
- Makanan konsumsi tinggi daging merah dan kurang buah segar makanan
berserat, sayuran, ikan, unggas.
- Fisik tidak aktif
- Penyakit hati kronis
- Radang usus
- Alcohol
- Gejala
Perubahan pola BAB, hematokezia, konstipasi,
Gejala obstruksi (biasa tumor dikolon kiri)
Parsial : nyeri abdomen ( menjalar);
Total : Nausea, muntah, distensi, obstipasi.
Invasi local menembus tenesmus, hematuria, isk berulang, obstruksi uretra
Metastasis ke hepar
- Lab darah samar feses atau DR Anemia def besi
- Rad Kolonoskopi
- Histopatologi
- Tx :
- OAINS Sulindac 200 mg dan celecoxib 200 mg cegah adenoma berulang pada
pasien FAP (familial adenomatous polyposis)
- Endoskopi dan operasi
- < 5 mm biopsy/elektrokoagulasi bipolar
- Hemikolektomi bila tumor dicaecum, colon ascending, transversal, tapi lesi
difleksura lienalis dan colon descending
- Kemoterapi adjuvant
BILIER
Gejala Nyeri kolik (batu)/Demam (infeksi) + riw. Makan berlemak + murphy sign (+)
Kolangitis
- Akibat koledokolithiasis, pemasangan stent, keganasan.
- Etiologi E.Coli, Klebsiella, Enterococcus Sp, Bacteroides fragills
- Gejala Demam + Murphy sign (+) + Ikterus (Trias Charcot), Infeksi seluruh
saluran billier (trias charcot). Nyeri hilang timbul dan tiba-tiba, menggigil dan kaku
Tx AB Ceftriaxone 1 gr/ 8 jam
- Akut kolesistisis/Empiema kandung empedu Demam tinggi + Nyeri perut kanan
atas ada sumbatan diduktus sistikus + supurasi (pus) di gall blader USG : ada air
dikandung empedu
- Px :
lab ALP , Gamma Globulin tranferase
rad. USG Abdomen, Gold std Endoscopy Retrogrde Cholangio-Pancreatography
(ERCP)
Hepatitis SGOT + SGPT
- Faktor resiko :
- Riw. Kolitis ulseratif
- Usia > 60 tahun
- Jenis kelamin : laki-laki
- Penyakit-penyakit pada hepar.
- Klasifikasi Kolangiokarsinoma (bismuth-corlette) untuk diperihilar :
PANKREATITIS
- Gejala Nyeri perut bag. atas + riw. Minum alcohol (sering)/ Riw. Batu empedu +
mual-muntah, pasien sulit tidut dan biasa membungkuk (knee chest position) +
demam+ takikardia + hipotensi + defans muskular
- Patof Auto digestif oleh enzim pancreas
- Lab Amilase , Lipase + USG abdomen
- Px Grey turner sign (+) lebam dipinggang, Culen sign (+) Lebam umbilicus
- Tx Hentikan alcohol, diet rendah lemak, analgetik, infus, antibiotic profilaksis
TUMOR PANKREAS
- Paling sering adenokarsinoma ductus 90%
- Skrining CA 19-9
- Gejala : Nyeri epigastrium, Ikterik, Courvoiser sign
- Rasa tidak nyaman diperut, BB, riw. Merokok, Nyeri epigastrium, diabetes
new onset, mual, muntah, priuritus, letargi,
- Penyakit komorbid pankreatitis kronis
- Px Ikterik, Courvoiser sign (kantung empedu teraba), cachexia, tanda bekas
garukan.
- Lab DR, amilase, lipase, bilirubin, albumin
- Rad Ct-scan, MRI
- Laparoskopi dan EUS-FNAB
- Tx Pancreoticoduocectomy/whipple + Kemoterapi adjuvant + Simptomatik
IKTERUS
Kuning pada tubuh akibat deposit bilirubin (> 3mg/gl)
- Pre Hepatik ( patologi yang terjadi sebelum dihati) Anemia hemolitik anemia
Bil Indirek , Bil Direk (N)
- Hepatik (patologi dihati) Hepatitis Bil Indirek , Bil DIrek
- Post hepatic (patologi setelah konjugasi bilirubin dalam hati) Feses Acholic/Pucat,
BAB dempul, Ggn. Tractus bilier, urobilinogen (-), Bil Direk
HEPAR
Hepatitis A
- Etiologi Picornavirus (RNA Virus)
- Gejala Demam + Ikterus + Riw jajan sembarang + Riw. Orang disekitar ada
yang sama + Mual-muntah
- Px IgM anti HAV (akut), IgG anti HAV (kronik)
- Tx Curcuma 200 mg (3x1) (hepatoprotektor) + Suportif karena SELF
LIMITING DISEASE!!!
Hepatitis B
- Etiologi Hepadravirus (DNA Virus) kronik bisa jadi sirosis hepatis
- Kronik bila HbsAG (+) 2x pemeriksaan dalam 6 bulan
- Gejala Riw. Pakai jarum suntik + narkoba (parenteral), Riw Ibu ke anak. Fatigue,
malaise, anoreksia, icterus.
- Px :
- HbsAg Replikatif
- Anti Hbs Riw. Imunisasi, riw. Hep B dan sembuh, (>10)
- HbcAg Tidak khas
- HbeAg Infeksius
- IgM Anti HBV Akut
- IgG Anti HBV Kronik
- IgM anti HBC (+), HbsAg (-) Window period
- IgM Anti HBC (-), HbsAg (+) Carrier
- Anti Hbs (+), Anti HbC (+) riw. Hep B
- Bilirubin, USG Hepar, Biopsi hati, AFP
- Periksa per 6 bulan
Tx :
- Interferon 1 x 5 juta unit/SC? 4-5 bln bila HbeAg (+), 1 tahun untuk HbeAg (-)
- Lamivudine 1x100 mg
- Adefovir 1x10 mg
- PEG IFN -2a (mono terapi) = 180 gram atau PEG IFN -2 1,5 ug/KgBB
- Entecavir 1x0,5 mg
- Telbivudine 1x 600 mg
- Tenofovir 1x300 mg
- Thymosin 1 (6 bulan)
- Curcuma
Hepatitis C
- Etiologi Paramyxovirus (RNA Virus) Lebih kronik dari Hep. B
- Gejala Riw. Pakai jarum suntik + narkoba (parenteral), Riw Ibu ke anak. Fatigue,
malaise, anoreksia, icterus.
- Px IgM Anti HCV Akut
IgG Anti HCV Kronik
- Tx ARV Ribavirin + Interferon
- INTERFERON PEG IFN -2a= 180 gram atau PEG IFN -2b 1,5 ug/KgBB
- RIBAVIRIN
Bila pakai interferon :
- < 75 kg = 1000 mg
- > 75 kg = 1200 mg
Bila pakai interferon 15 mg/kgbb ( 2 dosis terbagi)
- Interferon tidak berhasil bisa diganti dengan Asam Urceodeaxycholic 600
mg/hari
Hepatitis D
- Terjadi bersamaan dengan Hep.B
- Px IgM anti HDV (+) dan HbsAg (+)
- Tx : sama dengan Hep B
SIROSIS HEPATIS
Penyakit herpar kronis ditandai hilang arsitektur lobules normal oleh fibrosis, destreksi sel
parenkim, regenerasi membentuk noduls
- Gejala & Px Riw. Hepatitis/ Riw. Alkohol + Hepar tak teraba + Sclera ikterik +
edema perifer + pembengkakan abdomen + hematememesis + BB + Riw.
Keluarga (penyakit hati)
- Klasifikasi
Kompensata
gejala mudah lelah, lemas, nafsu makan, perut kembung, mual, BB
Patof : Estrogen (fase kompensasi)
Px :Eritem palmar, spider nevi, atrofi tenar, ginekomastia
Dekompensata
Hilang rambut badan, ggn tidur, demam subfebris, perut membesar (asites),
hilang dorongan seksualitas.
Patof : gagal fase kompensasi
Hipertensi porta sebabkan sumbatan
- Lab SGOT & SGPT, Alkali fostafase, Bilirubin, albumin, DR
- Rad. USG HEPAR, Ct-scan, Biopsi hati
- Tx:
Istirahat cukup
Dekompensata + asites diet rendah garam
Laktulosa target BAB 2-3 x sehari
Terapi etiologi
ABSES HEPAR
- Rongga patologis pada jaringan hati akibat infeksi yang bersumber dari saluran cerna, a,
oda proses supurasi membentuk pus terdiri dari jaringan nekrotik, sel-sel inflamasi, sel
darah diparenkim hepar.
- Penyebaran hematogen atau langsung dari periteoneum.
- Bentuk soliter & multiple
- Jenis Amoebik & Piogenik
- Piogenik
- Etiologi Enterobactericeae, microerophilic streptococci, anerobic streptococci,
klebsiella pneuominiae, bacteriodes, fusobacterium, syaphiloccus aerues,
salomnella typhi.
- Patof
- Infeksi tractus billier,
- komplikasi sfingterektomi endoskopik pada batu saluran empedu,
- 3-6 minggu setelah anastomosis bilier,
- komplikasi bakteremia di organ pencernaan,
- riw. Periodontal berat (40%)
- Gejala demam, nyeri perut kanan atas, jalan membungkuk, mual, muntah,
penurunan BB, kurang nafsu makan, malaise, icterus (ringan), BAK berwarna
gelap. Bila didiafragma nyeri dibahu kanan, batuk, atelectasis.
- Multipel, laki-laki = perempuan, semua lobus hati, subakut
- Px Hepatomegali, Asites (kronik), Tanda hipertensi porta
- Lab DR. USG ABDOMEN/FOTO polos abdomen, Ct scan abdomen,
albumin, SGOT-SGPT, Kultur bakteri
- Tx AB spek luas + Drainase
bed rest, diet tinggi kalori, tinggi protein
AB spek luas (Ceftriaxone) ( beta lactam genI/gen III dengan atau tanpa
aminoglikosida, atau cephalosporin gen III, klindamisin atau metronidazol),
evaluasi 4-72 jam tidak ada perbaikan klinis kultur
Parenteral 14 hari lanjut oral 6 minggu.
Bila strepto AB dosis tinggi sampai 6 bulan
Gagal konservatif/abses >5cm drainase terbuka cairan abses
Abses kecil aspirasi berulang
Surgical drainase bila drainase perkutan tidak komplit, ikterik, ggn ginjal,
rupture abses.
- Amoebik
- Etiologi Entamoeba hystolitica
- Patof Trofozoit disal. Cerna invasi kolon menuju hepar
- Gejala diare berdarah, nyeri perut kanan atas, demam (<10 hari),
malaise, myalgia, atralgia, Ikterik (jarang, bila ada, pertanda buruk), tidur
cenderung baring sebelah kiri
- Lab dan rad seperti piogenik
- Single, laki-laki> perempuan, Lobus kanan dekat difragma, akut, ikterik
sedang
- Tx : AB + drainase
- Sebelum aspirasi, berikan METRONIDAZOL 3x750 mg (7-10 hari)
- Amebisid Luminal :
- Iodoquinol 3x650 mg (20 hari)
- Diloxanide furoat 3x500 mg (10 hari)
- Aminosidin (paromomisin) 25-35 mg/kgbb, dosis terbagi, (7-10 hari)
- Indikasi Aspirasi cairan abses :
- Tidak ada respon perbaikan pemberian AB setelah 5-7 hari
- Lobus kiri (dekat pericardium)
- Merah kecoklatan tanda amebic
HEPATOMA
- BB turun, nyeri perut kanan atas, benjolan perut kanan atas, anoreksia, malaise,
nausea, jaundice
- Lab DR, SGPT, SGOT, Bilirubin. AFP, Biomarker
- Rad USG Abdomen, Ct scan abdomen denan kontras.
RHEUMATOLOGI
GOUT ARTHRITIS
- Hiperurisemia as. Urat pria = >7 mg/dl, wanita = > 6 mg/dl, disebabkan
produksi as.urat, ekskresi as. Urat atau keduanya. Hiperurisemia berkepanjangan
timbulkan gout.
- Gout/Pirai penyakit metabolic, sering pada pria > 40 thn dan perempuan pasca
menopause. Terjadi penumpukan Kristal monosodium urat (MSU) dijaringan.
- Gout arthritis radang akut pada jaringan sendi akibat endapan Kristal monosodium
urat.
- Gejala nyeri dan bengkak (podagra) disendi (sering MTP-1), onset tiba-tiba,
eritema, hangat, bengkak, nyeri tekan. Biasa ada gejala sistemik demam, malaise,
mengigil.
- Klasifikasi :
- Hiperurisemia asimptomatik : Asam urat + tak ada gejala (nodul)
- GA akut : Asam urat + Bengkak + nyeri sendi
- GA Kronik/interkritikal : Asam urat + Bengkak sendi + tak nyeri
- Predileksi sendi-sendi tungkai (tangan dan lengan)
- Bila gout akut tak terobat destruksi sendi, deformitas sendi, dan tofus.
- Tx
- Non farmakologis:
- Diet rendah purin (jeroan, seafood, kacang-kacangan, sayuran hijau,
santan, bayam emping, nangka)
- Hidrasi yang cukup.
- Turunkan BB ke ideal
- Hindari alcohol dan obat (etambutol, pirazinamid, tiazid)
- Olahraga ringan
- Farmakologis :
- Akut/Nyeri Kolkisin 0,5 mg (max 2x1). NSAID indometasin 150-200
mg/hari. Acetaminophen PCT 500 mg (3x1)
- Kronik/Tidak Nyeri Allopurinol 100 mg (3x1) penghambat xantin
oxidase/ probenesid (urikosurik) ekskresi rendah
- Kortikosteroid
- Komplikasi tofus, deformitas sendi, nefropati gout, gagal ginjal, BSK
- Pseudogout penimbunan (Kristal kalsium piro fosfat dehydrogenase) gejala GA
tanpa peningkatan asam.urat
OSTEOARTHRITIS
- Etiologi :
- Primer : Degeneratif
- Sekunder : Orang gemuk/atlet
- Gejala Nyeri sendi unilateral/asimetris + sendi besar + krepitasi
+pembengkakan tulang tidak teraba hangat
- Lab LED < 40 mm/jam, RF : <1:40, Cairan Sinovial petanda OA (jernih, viscous,
leukosit < 2000/mm3), Foto Rad.
- OA gagal perbaikan kerusakan sendi stress mekanik jejas mikro ditulang
subchondral dan rawan sendi.
- Faktor resiko genetic, usia (> 50 thn), jenis kelamin (perempuan), obesitas, riw
trauma, riw pekerjaan berat.
- Spondilosis : OA pada vertebrae
- Klasifikasi Kellgren & Lawrence (berdasarkan rad) :
- Grade 1 Osteofit (spur formation)
- Grade 2 Osteofit (spur formation) + penyempitan celah sendi
- Grade 3 Osteofit (spur formation) + penyempitan celah sendi + sclerosis
- Grade 4 Kissing knee/destruksi tulang.
- Tx :
- Non farmakologi turunkan BB, berenang, sepeda statis, hindari aktovotas berat.
- Farmakologi (NSAID + Kortikosteroid)
- Grade 1 life style + knee support + NSAID (meloxicam, Na. Diclofenac)
- Grade 2 Inj. Kortikosteroid + As. Hyaluronat intraarticular
- Grade 3 Inj. Kortikosteroid + As. Hyaluronat intraarticular
- Grade 4 Total knee replacement
- Komplikasi
- Tangan Nodus Horbeden, Nodus Bouchard
- Genu Varus : O, Valgus : X
RHEUMATOID ARTHRITIS
- Autoimun. Infeksi EBV
- Gejala bengkak sendi-sendi kecil bilateral + kaku pagi hari > 20 menit/> 1 jam
( membaik saat aktivitas), kelemahan, kelelahan, anoreksia, demam ringan.
- AR awal :
- Palindromic rheumatism monoarthritis 3-5 hari, diselingi remisi sempurna.
- Pauciarticular rheumatism gejala oligoartikuler.
- Lab RF, LED, Anti Cyclic Citrlinated peptide, DR Analisa cairan sendi (leukosit >
2000/mm3)
- Rad Foto manus soft tissue swelling + bone eruption
- Tx :
- Non farmakologi :
- Edukasi, dynamic strength training 30 menit 2-3x/minggu.
- Suplementasi minyak ikan, asam lema esensial.
- Farmakologi :
- Awal NSAID = meloxicam 15 mg, piroxicam 10 mg, Na.Dic 25-50 mg
- Tepat DMARD (disease modifying anti rheumatoid drugs) metroteksat
7,5 mg (7,5-25 mg), klorokuin 150 mg (400-600 mg), sulfasalazine
- Intervensi bedah bila nyeri berat, gerak terbatas, rupture tendon, kompresi saraf.
- Komplikasi : Panus (bengkak sendi), swan neck
- Juvenile rheumatoid arthritis inflamasi sendi > 6 mgg pada anak < 16 thn
- Pemeriksaan :
- Skrining ANA test, Ct scan untuk SLE organ dalam
- Diagnosis Anti Ds DNA (sensitive), Anti SM (spesifik)
- Komplikasi nefritis lupus (sering) ggl ginjal
- Tx :
- Awal Kortikosteroid (methylprednisolone 4 mg)
- Tepat DMARDS (metroteksat 7,5 mg, Klorokuin 150 mg)
ARTHRITIS
- SEPTIK
- Gejala demam, bengkak, nyeri sendi (hanya satu sendi) + aspirasi cairan
sendi (PMN/leukosit) warna purulent. Disebabkan staphylococcus aureus.
- Faktor resiko Infeksi kulit dengan prosthesis, usia > 80 thn, DM, RA
immunosupresif, riw, tindakan articular, SLE, trauma sendi.
- Lab DR, aspirasi cairan synovial, rad nilai kerusakan sendi, bukan dx.
- Tx :
- Aspirasi cairan sendi
- Antibiotik IV sesuai kultur bakteri
- Latihan sendi dilakukan setelah infeksi sembuh.
- REITER SINDROM bengkak sendi + PMN (-) (Trias : Konjunctivitis, urethritis,
NGO, oligoarthritis bilateral)
POLIMIYALGIA RHEUMATOID
- Nyeri bahu + pinggang pada usia tua Tx : Kortikosteroid
OSTEOPOROSIS
- Penurunan kekuatan tulang tulang mudah patah.
- Patogenesis bone resorption > bone formation
- Etiologi menopause.
- Faktor resiko :
- Riw. Kortikosteroid, hormone tiroid, anti konvulsan, warfarin.
- Penyakit lain penyakit ginjal kronik, saluran cerna, hati, hipertiroidisme,
hipogonadisme, sindrom cushing, insufiensi pancreas, RA.
- Merokok, alcohol, riw. Haid, menarche, menopause dini, kontrasepsi, riw. Keluarga,
diet rendah kalsium.
- Gejala tidak keluhan sampai fraktur
- Penunjang :
- Rad foto polos (fraktur panggul/vertebra)
- Dua energy X-ray Absorptiometry ukur BMD
- Tx :
- Latihan beban tulang, paparan sinar matahari yang cukup.
- Kalsium > 1200 mg/hari, Vit. D 800-1000U/hari.
- Bifosfonat :
- Alendronate 10 mg/hari atau 70 mg/minggu PO
RESPIRASI
PNEUMONIA
- Infeksi parenkim paru
- Gejala & px Batuk + demam + sesak + retraksi dada + rhonchi (+) + dahak purulent +
Rhonchi.
- Rad perselubungan inhomogen + air bronchogram sign (gambaran bronkus)
- Klasifikasi :
- CAP ( Community Acquired Pneumoniae) streptococcus pneumoniae
- HAP ( Hospital Acquired penumoniae) muncul saat > 48 jam dirawat dirs.
- Onset dini muncul 4-5 hari; Onset lambat muncul > 5 hari.
- HCAP ( Health Care Associated pneumonia).
- Pneumonia aspirasi akibat aspirasi benda asing
- Pneumonia terkait ventilator muncul > 48 jam setelah pemasangan alat intubasi
- Pneumonia pada kehamilan AB : ceftriaxone.
- Pneumonia tipikal demam + batuk produktif dan purulent
- Pneumonia atipikal :
- demam kurang tinggi + batuk non produktif (mucoid)
- Ronki (+)
- Lab : kadang leukositosis, trombositopenia, LED , SGOT-SGPT
- Foto thoraks infiltrate dilobus paru
- Tx :
- Hindari rokok, istirahat banyak, minum yang banyak
- Makrolid : Eritromisin 250-500 mg (4x1), Klaritomisin 500 mg (2x1),
Azitromisin 500 mg (1x1)
- Doksisiklin 100 mg (2x1)
- Mukolitik, antipiretik untuuk nyeri pleuritic (na.dic, pct)
- Kontrol 48 jam, tidak membaik? ranap
- Bronkopneumoniae bercak infiltrate
- Pneumonia lobaris kena 1 lobus
- Tx : AB , mucolitik, antipiretik (eritromisin 500 mg 3x1, Asetilsistein 200 mg 3x1,
paracetamol 500 mg (3x1)
- Antibiotik spectrum luas beta lactam (cephalosporin), cefadroxyl 500 mg
- Rawat jalan tanpa komorbid: Makrolida PO atau doksisiklin PO
- Rawat jalan dengan komorbid: Beta laktam PO + makrolid PO
- Rawat inap tanpa komorbid: Makrolid IV atau Beta laktam IV
- Rawat inap dengan komorbid: - Beta laktam IV + makrolid IV atau Fluoroquinolon
IV
- ICU tanpa risiko pseudomonas: Beta laktam IV
- ICU dengan risiko pseudomonas: -Beta laktam + azitromisin atau Beta laktam +
Fluoroquinolon
- Pneumonia Aspirasi: Ampisilin, Klindamisin
EMBOLI PARU
- Kelainan jaringan paru akibat ada embolus pada arteri pulmonalis paru.
- Emboli paru komplikasi dari DVT.
- Faktor predisposisi thrombosis vena :
- Trias Virchow :
- Statis Imobilitas, tirah baring, anastesi, gagal jantung kongestif/kor
pulmonal, riw. thrombosis vena sebelumnya.
- Hiperkoagulabilitas keganasan, antibody, sindrom nefrotik, thrombosis
esensial, terapi estrogen, heparin induced trombositopenia, IBD, def. protein C
dan S, def. antitrombin III.
- Kerusakan dinding pembuluh darah trauma, pembedahan
- Keganasan, riw. Thrombosis, preprat estrogen.
- Gejala dan px :
- Emboli kecil
- Gejala sesak napas saat aktivitas berulang sampai berbulan, mudah lelah
dan pingsan saat aktivitas.
- Px Takipneu, takikardia, demam, sianosis, pleural rub, tanda efusi pleura.
- Emboli sedang
- Gejala Sesak napas + batuk darah + nyeri pleura
- Px demam, pleural rub, suara napas dan gerak berkurang pada sisi yang
kena, fremitus rava mengeras, perkusi redup yang terkena, bronchial dan
egofoni mengeras, efusi pleural + wheezing (kadang).
- Emboli masif
- Gejala sinkop mendadak, renjatan, pucat, sesak berat.
- Px tanda ggl jantung kanan akut (berkeringat, JVP , bunyi P2 mengeras,
murmur sistolik daerah katup pulmonal).
- Penunjang :
- Lab DPL, hemostasis ( PT, APTT, INR, aktivitas prothrombin, kadar
fibrinogen), kadar protein C dan S, ACA.
- Urin lengkap.
- Analisa gas darah hipoksemia, alkalosis respiratorik.
- D-Dimer plasma meningkat
- Foto thorax Hampton sign, westermark sign, Palla’s sign, biasa tak ada kelainan
- EKG T inverted V1-V4, kadang ada RBBB, atrium fibrilasi.
Emboli paru masif RAD, P pulmonal, S1 Q3 T3 (mc ginn white pattern)
- Echokardiografi bila ada peningkatan volume ventrikel kanan tanpa penyebab yang
jelas.
- Perfusion lung scan
- USG tungkai bila hasil lung scan non high probability lung scan + gejala klinis (+).
- Angiografi pulmoner (gold std)
- Penilaian klinis skor Geneva dan skor wells.
- Tx :
- Supportif :
- O2
- Infus cairan
- Dobutamin drip (bila hipotensi atau tanda ggl jantung)
- Vasopressor (sesuai indikasi)
- Anti aritmia (sesuai indikasi)
- Analgetik
- Emboli akut :
- UFH/Unfraction heparin :
- Inisial Bolus 80 IU/KgBB (5000 IU) lanjut drip18 IU/kgBB/jam
- Pantau APTT/6jam : target < 1.2 kali control.
- Perubahan dosis Heparin berdasarkan APTT :
- < 35 detik (<1.2 kali control) bolus 80 IU/KgBB, 4U/kgbb/jam.
- < 35-45 detik (1.2-1.5 kali control) Bolus 40 IU/KgBB, 3U/KgBB/jam
- < 46-70 detik ( 1.5-2.3 kali control) tak berubah
- <71-90 detik (2.3-3.0 kali control) 2U/KgBB/Jam
- > 90 detik ( >3.0 control) stop infus selama 1 jam, selanjutnya
3U/KgBB/jam
- Low Molecular Weight heparin (LWMH) : berikan SC per 12 jam
- Enoxaparin 1 mg/kgbb/SC
- Dalteparin 200 IU.kgbb/SC
- Nadroparin 0,1 ml/kgbb
- Tinzaparin 175 U/kgbb/hari
- Fondaparinux/hari < 50 kg (5mg), 50-100 kg ( 7,5 mg), > 100 kg (10
mg)
- Emboli paru :
- Trombolitik emboli paru massif, tanpa ggn hemodinamik, beresiko tinggi
untuk sub massif. Kurangi obstruksi dan perbaiki hemodinamik.
- Sterptokinase loading 250.000 IU dalam NaCl 0.9%/ D5% per IV (
30 menit). Dilanjutkan 100.000 IU/jam (selama 24-72 jam), evaluasi
per 24 jam.
- Urokinase 4400 U/KgBB 12-24 jam. Evaluasi per 12 jam.
- rTPA 100 mg dalam 2 jam atau 0.6 mg/kgBB dalam 15 menit. Max 50
mg.
- Kontraindikasi
- Relatif TIA dalam 6 bulan, konsumsi antikoagulan oral,
kehamilan-1 mgg pasca melahirkan, hipertensi refrakter (sistol > 180
mmhg), penyakit hati, endocarditis lanjut, ulkus peptic aktif,
traumatic resuscitation.
- Absolut Stroke, rusak ssp, keganasan ssp, riw operasi kepala, row.
Trauma kepala, perdarahn saluran cerna (1 bulan), perdarahan.
- Percutaneus catheter embolectomy and fragmentation :
- Tujuan : untuk hilangkan obstruksi arteri pulmonal,
- Indikasi : dilakukan bila ada kontraindikasi dan bila bypass pulmonal tak
bisa dilakukan
- Trombektomi
- IVC filter
- Terapi preventif :
- Resiko rendah (<10%) operasi minor + pasien bisa gerak gerak secara dini
- Resiko sedang (10-20%) Operasi umum + pasien bed rest UFH 5000 U
SC
- Resiko Tinggi (40-80%) Operasi Ortopedik, trauma susunan saraf belakang
Fondaparinux, warfarin.
- Terapi jangka panjang :
- warfarin berikan saat awal pemberian heparin, dosis awal (5 mg/hari)
- Pantau INR setiap 1-3 hari target 2-3 bila < 2 naikan ½ tab, bila > 3
turunkan, bila 2-3 INR dipertahankan.
TB PARU
- Gejala :
- batuk> 2 minggu
- gejala pernafasan (nyeri dada, sesak, hemoptisis)
- gejala sistemik (demam, tidak nafsu makan, BB, keringat malam)
- Klasifikasi :
- Kasus baru belum berobat/ berobat < 1 bulan
- Gagal akhir fase lanjutan, BTA (+) 0,2,5, bulan BTA (+).
- Putus obat berobat > 1 bulan dan berhenti
- Relaps berobat 6 bulan sembuh kambuh.
- MDR Resisten R & H
- Monoresisten resisten 1 obat lini pertama
- XDR Resisten R&H + 1 lini obat kedua (flurokuinolon, kanamisin,
kapseimisin, amikasin).
- Poli TB resisten resisten 1 obat lini pertama dan 1 obat tambahan.
- Pemeriksaan :
- Lab BTA 0,2,5-6 bulan
- SPS : 1x (+) ulangi
2x (+) terapi
3x (-) radiologi (+) TB kat.3
Kultur TB Lowerstein jansen, bactec. Pewarnaan : Ziehl neilsen (ZN)
- Rad Foto thorax TB aktif kavitas
TB Lama Kalsifikasi + garis fibrosis
TB milier infiltrat seluruh lapang paru
- DD :
- Abses paru kavitas + batuk bau klindamisin 600 mg IV/8 jam atau Oral, bisa
diganti metronidazole.
- Ca Paru batuk berdahak + coin lesion (foto thorax) biopsy.
- Tx :
Indikasi :
- Kat. 1 Kasus baru + BTA (+), putus obat, TB ekstra paru
- Kat. 2 Gagal, relaps, putus obat > 2 bulan
- Kat. 3 BTA (-) tapi Rad (+), MDR
- Kat. 4 MDR
Obat :
- Kat.1 & Kat.3 2 RHZE + 4 RH3
- Kat.2 2 RHEZES + RHZE + 5 (R3H3E3) 8bulan
- TB ekstra paru Kat.1 9-12 bulan 2RHZE + 7 RH3
- TB berat tambah kortikosteroid
- TB + HIV toleransi Obat TB 2-8 minggu setelah itu lanjut ARV.
- Ibu hamil kontra dengan Sterptomisin. Ibu menyusui bisa.
- Anak-anak kontra dengan etambutol.
- DOSIS KDT Streptomisin
- < 37 kg 2 tab 4 FDC 500 mg
- 37- 55 kg 3 tab 4 FDC 750 mg
- 55-70 kg 4 tab 4 FDC 1000 mg
- > 70 kg 5 tab 4 FDC 1000 mg
- Efek samping :
- R : kencing merah, efektifitas turun bila diminum bersama obat kejang, KB,
OAD, flu like syndrome
- H : keram, gatal, neuritis perifer Vit B6 50-100 mg/hari
- Z : Hepatotoksik, GA
- E : Ggn penglihatan Hambat kuman
- S : ototoksik, nefrotoksik
- Komplikasi pengobatan :
- Hepatitis imbas obat :
- TB ringan hentikan semua obat, TB berat hentikan 3 obat (R3H3Z)
- Jika RHZ Kuning SE 18-24 bulan
- Jika RZ Kuning 2 HES + 10 HE
- Jika H kuning 6-9 RZE
PPOK
- Faktor resiko : perokok aktif/pasif, tinggal dilingkup berpolusi, def. a1 antitripsin.
- Gejala Sesak (diperberat latihan), batuk kronis, produktif, faktor resiko (+),
Respi meningkat, retraksi costal, Barrel chest (+), diafragma letak rendah, suara napas
melemah, ronchi (+) dan wheezing (+), suara jantung melemah.
- Gejala eksaserbasi sesak napas bertambah, wheezing, bertambahnya batuk dan
sputum, spirometry menurun
- PPOK berat ggl jantung kanan, cor pulmonal : bunyi jantung II meningkat, distensi
vena jugular, kongesti hati, edema mata kaki.
- Barrel chest meningkat diameter anteroposterior (hiperinflasi)
- Penunjang :
- Spirometri (gold std) VEP < 70&
- Foto Thorax Hiperinflasi paru, diafragma mendatar.
- Analisa gas darah.
PPOK
- Tx :
- PPOK Stabil :
- Non farmako :
- Stop merokok
- Latihan fisik, latihan pernapasan
- Terapi Oksigen jangka panjang (>15 jam/hari)
- Nutrisi
- Pembedahan : bullectomy, tranplantasi paru, lung volume reduction surgery
- Farmako : (dianjurkan kombinasi daripada meningkatkan dosis)
- Bronkodilator/antikolinergik + Steroid + Mukolitik/antioksidan
- Bronkodilator : salbutamol 4 mg, terbutaline
- Antikolinergik : Ipratropium bromide (combivent) (4x sehari)
- Metilxantin
- Steroid : utama pada eksaserbasi.
- Mukolitik, antioksidan (asetilsitein).
- PPOK Eksaserbasi :
- Terapi oksigen
- Bronkodilator (dosis dan frek ditingkatkan) + antilonergik + aminofilin (0,5
mg/kgbb/jam)
- Steroid : prednisone (5 mg) 30-40 mg PO (10-14 hari)
- Antibiotic
- Ventilasi mekanik bila gagal napas atau PaCO2 > 45 mmHg
PENYAKIT PLEURA
- EFUSI PLEURA
- Akumulasi cairan berlebih dalam rongga pleura.
- Etiologi :
- tek. Hidrostatik dalam sirkulasi mikrovaskular (ggl jantung)
- tek. onkotik dalam sirkulasi mikrovaskular (hipoalbumin berat)
- tek. dalam rongga pleura (kolaps paru)
- permeabilitas sirkulasi mikrovaskular (pneumonia)
- Gangguan drainase limfatik dari rongga pleura (efusi maligna)
- Perpindahan cairan dari rongga peritoneal (Ascites)
- Gejala :
- Nyeri unilateral, tajam, bertambah parah saat batuk dan inspirasi, dapat
menjalar ke bahu leher abdomen.
- Sesak.
- Riw. Trauma dada.
- Riw penyakit komorbid (CHF, sirosis, sindrom nefrotik, TB, emboli paru,
tumor mediastinum).
- Riw penggunaan obat (bromokriptin, amiodarone).
- Px :
- pergerakan dinding dada restriksi ipsilateral,
- Fremitus taktil menghilang,
- perkusi redup,
- bunyi napas menurun,
- splinting (pada paru yang kena)
- Penunjang :
- Radiologis :
- foto thorax PA: sudut kostofrenikus tumpul dan bergeser kemedial
- hemidiafragma atau perluasan bayangan lambung akibat terisi gas.
- Batas paru kiri bawah curiga efusi subpulmonal
- Efusi > 300 cc terlihat pada foto thorax
- Efusi 150-300 cc terlihat pada foto thorax lateral decubitus
- PNEUMOTHORAX
- Akumulasi udara pada rongga pleura.
- Etiologi :
- Perforasi pleura visceral dan gas masuk kedalam paru.
- Penetrasi dinding dada, diafragma, mediastinum, esophagus.
- Produksi gas oleh bakteri pada empyema.
- Jenis Pneumothorax :
- Spontan Pneumothorax :
- Primer ® terjadi tanpa ada penyakit komorbid
- Sekunder ® terjadi ada penyakit komorbid.
- Traumatik Pneumothorax® terjadi akibat jejas didada dengan/tanpa
penetrasi.
- Tension Pneumothorax ® terjadi tekanan positif pada rongga pleura selama
respirasi.
- Gejala ® Sesak, onset mendadak, sulit bernapas, nyeri dada terlokalisir. Riw trauma
thorax. Riw penyakit paru komorbid.
- Px ® Takipnea, gerak dada tertinggal pada daerah yang kena, fremitus taktil
menghilang, bunyi napas menghilang.
- Tension Pneumothorax :
- KU : sakit berat
- N >140x/m
- Hipotensi
- Takipneu, pernapasan berat
- Sianosis
- Diaforesis
- Deviasi trakea kesisi kontralateral
- Deviasi vena leher
- Penunjang :
- Foto thorax PA ® tepi luar pleura visceral terpisah dari pleura parietal oleh
ruang lusen
- Gejala demam (>38OC), batuk, pilek,sesak, rasa tak nyaman dileher, onset 10
hari terakhir, riw. Berpergian dari daerah wabah. hidung berair, nyeri kepala, hidung
tersumbat. Fatigue, myalgia, diare
Biar tak ada demam tetap rawat.
- PDP :
- Gejala Utama/ + Pneumonia ringan/berat/ + Radiologis (+) groun glass opacities
+ riw. Perjalanan dari daerah wabah (14 hari terakhir)/riw. Terpapar ISPA tanpa
diketahui riwayatnya.
- ISPA ringan-berat + riw. Kontak pada pasien covid-10 (probable/tekonfirmasi)
atau Riw. Kontak hewan penular atau riw dari tempat terinfeksi atau wilayah
infeksi.
- ODP :
- Gejala utama ada/tanpa pneumonia + riw berpergian kedaerah wabah + 1 riw
paparan atau lebih seperti kontak dengan pasien covid-19/ mengunjungi tempat
atau wilayah wabah/ riw. Kontak hewan penular.
- Probable : PDP dengan hasil pemeriksaan COVID-19 inkonklusif atau positif pan
coronavirus atau beta coronavirus.
- Kasus Terkonfirmasi : (+) PCR
- Pemfis :
- Respirasi , Nadi , Suhu , Saturasi O2 bisa menurun,
- retraksi otot pernapasan,
- Thorax : inspeksi bisa asimetris dan dinamis, fremitus raba mengeras, redup pada
daerah konsolidasi, suara napas bronkovesikuler atau bronkial dan ronki
- Penunjang :
- Serologi Rapid test
- DR : leukosit normal atau menurun, limfosit , LED & CRP
- Radiologi : Foto thorax, ct-scan thorax, atau USG thorax
- Ground glass app, opasitas bilateral, konsolidasi subsegmental, kolaps paru.
- Swab nasofaring dan orofaring (saluran napas atas)
- RT-PCR SARS-CoV-2 atau Serologi 2-4 hari, minimal 2x negative serta klinis
membaik min. 24 jam
- Sputum, bilasan bronkus, BAL (saluran napas bawah) pada pasien intubasi
- Bronkoskopi, pungsi pleura
- Analisa gas darah, Fx hpar, Fx Ginjal, GDS, Elektrolit, PT/APTT, d-dimer
(meningkat pada kasus berat), prokalsitonin, pem. Feses dan urin.
- Tx :
- Hand Hygiene,penggunaan APD, disinfesksi
- Isolasi, bed rest, serial foto thorax
- Suplementasi oksigen 5 lpm target SpO2 >90% , pada pasien hamil 92-95%.
- Resusitas cairan (RL) :
- Dewasa 30 cc/kgbb dalam 3 jam pertama (dewasa), selanjutnya 250-1000 cc
tergantung pernaikan perfusi dan keadaan klinis
- target perfusi :
- MAP >65 mmhg, sesuaikan usia,
- output urin > 0,5 cc/kgbb/jam,
- CRT, kesadaran, laktat
- Anak 20 cc/kgbb/bolus cepat, lanjut 40-60 cc/kgbb/jam, bila tambahan 20-20
cc/kgbb
- Antibiotik, vit. C 200 mg 1x1
- Simptomatik
- ODP
- Isolasi mandiri 14 hari
- Edukasi
- Vit. C 3x1
- PDP
- Isolasi mandiri 14 hari
- Edukasi
- Obat simptomatik + Vit. C 3x1
- Trichuris Trichuria Fase infeksi : telur bentuk tempayan dengan dua ujung
runcing, mucoid plak.
- Gejala Prolaps rectum (benjolan melingkar dari anus seperti sosis)
- Tx Mebendazole 100 mg 2x1 (3 hari) atau SD 500 mg
- Cestoda :
- Jenis :
- Taenia Solium Babi
- Taenia Saginata Sapi
- Fase infektif Sistiserkus (Cacing dewasa) Sistiserkosis
Ada diotak dan hati berbentuk bulat-bulat
- Makan daging sapi/babi yang mengandung cacing pita Taeniasis
- Fase Proglotid: T. Solium : 5-10 segmen uterus; T.Saginata = 15-30 segmen uterus.
- Trematoda/cacing hati :
- Gejala : pasien dari danau lindu, bengkak kaki atau perut, anemia
- Fase Infeksi : Masuk tubuh siput telur serkaria dimakan manusia cacing
dewasa
- Fasciolopsos buski
- Schistosoma Japonicum
- Diphyllobothrium latum makan ikan setengah masak
- Fasciola Hepatica
- Telur Schistosoma ada tanduk/knob/operculum ditelurnya
- Japonicum danau lindu
- Mansoni afrika
- Japonicum & mansomi timbulkan BAB berdarah
- Hematobium Kencing darah
- Cacing lain
- Filiariasis/Kaki gajah
- Gejala : Kaki bengkak + unilateral + kencing putih (seperti nanah)
- Filiaria tinggal di saluran limfe limfedem sekunder
- Wucherieria bancrofti = anopheles
- Brugia malayi = culex
- Brugia timori = culex
- Px Pewarnaan Giemsa dilakukan pukul 22.00-02.00
- Fase infeksius Larva 3 manusia tinggal dilimfe
- Tx Dietilcarbamazin (DEC) 6 mg/KgBB 3x6 mg/hri/12 hari
- Ivermectin 150 mcg SD + Albendazol 400 mg SD
MALARIA
- Etiologi : Plasmodium (falsiparum, vivax, ovale, malariae, knowlesi)
- Ditularkan nyamuk anopheles betina plasmodium hidup berkembang dieritrosit.
- Gejala Trias malaria (demam, menggigil, keringat) + riw. Berpergian daerah
endemis + sakit kepala, mual, muntah diare, nyeri otot, gangguan kesadaran
- Kriteria diagnosis menurut WHO (2010)
- Resiko rendah (malaria inkomplikata) riw demam 3 hari terakhir tanpa ada
penyakit akut lain + riw. Berpergian daerah endemis.
- Resiko tinggi demam 24 jam terakhir dan/atau anemia (telapak tangan pucat
pada anak)
- Tertiana demam hari ke-3 (ovale,vivax)
- Kuartana demam hari ke-4 (malariae)
- Tropicana pola demam bebas (falciparum)
- Px Demam > 37.5OC, Konjunctiva anemis, tangan pucat, sklera ikterik,
hepatosplenomegali.
- Jenis malaria :
- Falciparum
- gametosit bentuk pisang, banana shape
- Tropozoit : ring form + titik achole (bentuk headphone), khas titik mauer
- Komplikasi : malaria cerebral
- Tidak kambuhan, suka sama eritrosit tua.
- Vivax & Ovale
- Suka eritrosit muda, kambuhan karena ada hipnozoit dihepar (dorman
dihepar).
- Vivax eritrosit membesar, edema, titik schuffner, membesar 2x
- Ovale eritrosit tidak membesar, titik schuffner
- Malariae
- Gametosit : Band form/basket form, khas titik zieman
- Penunjang :
- Sediaan darah tebal atau tipis (+) plasmodium
- darah tebal untuk ketahui adanya plasmodium
- darah tipis untuk bedakan jenis plasmodium
- serologi malaria (+)
- Tx :
- Malaria tanpa komplikasi : ACT (Dihidroartemisin-primakuin (DHP))/ Artesunat-
amodiakuin + primakuin
- Falsiparum : ACT 1x1 (3 hari) + Primakuin 0,75 mg/KgBB (hari pertama
saja)
- ACT :
- < 5 Kg atau 0-1 bulan = ¼ tab
- 6-10 kg atau 2-11 bulan = ½ tab
- 11-17 Kg atau 1-4 tahun = 1 tab
- 18-30 Kg atau > 5 tahun = 1 ½ tab
- 31-40 Kg atau > 10 tahun = 2 tab
- 41-49 Kg atau > 15 tahun = 3 tab
- > 50 Kg = 4 tab
- Primakuin :
- 11-17 Kg atau 1-4 tahun = ¾ tab
- 18-30 Kg atau 5-9 tahun = 1 ½ tab
- 31-59 Kg atau 10-14 tahun = 2 tab
- > 60 Kg atau > 15 tahun = 3 Tab
-
- Vivax : ACT 1x/hari selama 3 hari + primakuin 0.25 mg/kgbb (14 hari)
- DHP + Primakuin
- DHP :
- < 5 Kg atau 0-1 bulan = ¼ tab
- 6-10 kg atau 2-11 bulan = ½ tab
- 11-17 Kg atau 1-4 tahun = 1 tab
- 18-30 Kg atau > 5 tahun = 1 ½ tab
- 31-40 Kg atau > 10 tahun = 2 tab
- 41-59 Kg atau > 15 tahun = 3 tab
- > 60 Kg = 4 tab
- PRIMAKUIN :
- 11-17 Kg atau 1-4 tahun = ¼ tab
- 18-30 Kg atau 5-9 tahun = ½ tab
- 31-40 Kg atau 10-14 tahun = ¾ tab
- > 41 Kg = 1 Tab
- ACT + PRIMAKUIN
- ACT :
- < 5 Kg atau 0-1 bulan = ¼ tab
- 6-10 kg atau 2-11 bulan = ½ tab
- 11-17 Kg atau 1-4 tahun = 1 tab
- 18-30 Kg atau > 5 tahun = 1 ½ tab
- 31-40 Kg atau > 10 tahun = 2 tab
- 41-49 Kg atau > 15 tahun = 3 tab
- > 50 Kg = 4 tab
- PRIMAKUIN :
- 11-17 Kg atau 1-4 tahun = ¼ tab
- 18-30 Kg atau 5-9 tahun = ½ tab
- 31-40 Kg atau 10-14 tahun = ¾ tab
- > 41 Kg = 1 Tab
- Vivax Relaps (Kambuh)
- Indikasi : sudah diberikan primakuin 0.25 mg/KgBB/Hari selama 14 hari namun
pasien sakit kembali, parasit (+) dalam 3 minggu-3bulan setelah pengobatan.
- Tx : ACT 1x/hari (3 hari) + Primakuin 0.5 mg/KgBB
- Ovale
- ACT (dosis sama dengan vivax) (1x/hari (3hari))
- ACT :
- < 5 Kg atau 0-1 bulan = ¼ tab
- 6-10 kg atau 2-11 bulan = ½ tab
- 11-17 Kg atau 1-4 tahun = 1 tab
- 18-30 Kg atau > 5 tahun = 1 ½ tab
- 31-40 Kg atau > 10 tahun = 2 tab
- 41-49 Kg atau > 15 tahun = 3 tab
- > 50 Kg = 4 tab
- Malariae
- ACT 1x/hari (3hari) tanpa primakuin
- ACT + PRIMAKUIN
- ACT :
- < 5 Kg atau 0-1 bulan = ¼ tab
- 6-10 kg atau 2-11 bulan = ½ tab
- 11-17 Kg atau 1-4 tahun = 1 tab
- 18-30 Kg atau > 5 tahun = 1 ½ tab
- 31-40 Kg atau > 10 tahun = 2 tab
- 41-49 Kg atau > 15 tahun = 3 tab
- > 50 Kg = 4 tab
- PRIMAKUIN :
- 11-17 Kg atau 1-4 tahun = ¼ tab
- 18-30 Kg atau 5-9 tahun = ½ tab
- 31-40 Kg atau 10-14 tahun = ¾ tab
- > 41 Kg = 1 Tab
- Note :
- (Artesunat 4 mg/kgbb; amodiakuin basa : 10 mg/Kgbb)
- Utamakan dosis berdasarkan BB
- Bila obes, sesuaikan dosis dengan bb ideal
- MALARIA BERAT
- Non perawatan :
- Artemeter/IM 3.2 mg/KgBB
- Rujuk kefaskes ranap
- Perawatan :
- Artemeter/IV 2.4 mg/KgBB (3x jam 0,12,24), lanjut dosis yang sama per
24 jam sampai penderita mampu minum obat.
- Bila penderita mampu minum obat : ACT 3 hari + primakuin (sesuai
jenis plasmodiumnya
- Kemasan dan cara pemberian :
- Artesunat parenteral (vial 60 mg serbuk kering) + pelarut
na.bikarbonat 5%.
- Campur, jadi 1 cc larutan na.artesunat
- 1 cc larutan na.artesunat encerkan dengan D5% atau NaCl
0.9% sebanyak 5 cc didapatkan konsentrasi 60mg/6ml (10mg/ml),
bolus pelan
- Alternatif :
- Artemeter
- Artemeter IM 3.2 mg/KgBB dihari pertama, lanjut 1.6
mg/KgBB per hari sampai penderita mampu minum obat.
- Bila sdh minum obat, sesuaikan dosis ACT dan Primakuin
sesuai plasmodiumnya.
- Kina drip
- Dewasa :
- 4 jam pertama = Loading : 20 mg/KgBB Kina dilarutkan
dalam 500 cc D5%/NaCl 0.9%.
- 4 jam kedua = hanya D5%/NaCL 0.9%
- 4 jam ketiga = Kina 10 mg/KgBB dalam 500 cc
D5%/NaCl 0.9%
- 4 jam keempat : hanya D5%/NaCl 0.9%
- Selanjutnya Kina 10 mg/KgBB dalam 500 cc D5%/NaCl
0.9% sampai bisa minum obat.
- Bila sdh bisa minum obat = berikan
- Kina tab PO 10mg/KgBB/Kali per 8 jam
- Berikan bersama doksisiklin/tetrasiklin pada dewasa;
Klindamisin pada Ibu Hamil
- Dosis total kina terhitung sejak pertama kali infus.
- Anak :
- Kina HCL 25%/IV 10 mg/KgBB (< 2 bulan = 6-8
mg/KgBB) encerkan 5-10 cc D5%/NaCl 0.9% berikan
selama 4 jam. Dapat diulangi per 8 jam sampai bisa minum
obat.
- Kemasan : ampul kina dihidroklorida 25% (500 mg/2
ml).
- Note :
- Kina tak boleh bolus berefek pada jantung dan
menimbulkan kematian.
- Dosis Max Dewasa kina : 2000 mg/hari.
- PEMANTAUAN PENGOBATAN
- Hitung parasite minimal per 24 jam : target pada H1 50% H0 dan H3 < 25%
H0.
- Pemeriksaan diulangi 3x berturut, sampai taka da ditemukan parasit.
LEPTOSPIROSIS
- Gejala Demam, riw. Banjir, tidak pakai sandal
- Ringan hematom subkonjunctiva + nyeri tekan gastrocnemius
- Berat (weils disease) Oligouri + Acute Kidney Injury + Ikterus + perdarahan
(paru) + syok refrakter
- Etiologi Leptospira Kencing tikus. Menginfeksi melalui mukosa atau abrasi kulit
- Patof leptospira tumbuh dalam epitel tubulus ginjal, terus menerus mengalir dalam
filtrate urin. Masa inkubasi 2-26 hari (rata-rata 10 hari)
- Pemeriksaan :
- Mikroscopic Agglutination Therapy (MAT) (gold std),
- DR Leukositosis atau Leukopenia (ada gambaran neutrophil), LED meninggi,
anemia hemolitik, trombositopeni
- Urinalisis proteinuria, leukosituria.
- Mikroskopik lap. Gelap,
- Kultur darah, setelah 2 minggu kultur urin
- Weils disease blood urea nitrogen, kreatinin serum
- Tx :
- Ringan Doksisiklin 2x100 mg (7 hari)
- Amoxicilin 4 x 500 mg (7 hari)
- Ampisilin 4x500 mg (7 hari)
- Azitromisin 1x1 gram hari pertama, selanjutnya 1x500 mg (hari 2-3)
- Berat Penisilin G IV 1.5 juta IU (5 hari)
- Ceftriaxone 1 gram/24 jam (7 hari)
- Doksisiklin IV 100 mg/12 jam (7hari)
- Cefotaxime 1 gram/6 jam (7hari)
- DD :
- Yersinia pestis demam + pembesaran kel. inguinal
DEMAM TIFOID
- Gejala Demam > 1 minggu (mulai demam sore-malam hari) + lidah kotor + ggn.
Sal. Cerna (anak diare, dewasa konstipasi) + apatis, napas bau
- Pemfis Bradikardi relative ( 1OC tidak diikuti nadi 8x/m) , Rose spot,
hepatosplenomegali, napas bau (foetor ex Ore)
- Penunjang :
- Gold std :
- Kultur empedu (mahal dan susah)
- Kultur darah (mgg 1), kultur feses (mgg 2), kultur Urin (mgg 3)
- Bila semua kultur negative tapi gejala (+) tifoid periksa biopsy specimen
sum-sum tulang
- Widal setelah 1 mgg
- Serologi : tubex sebelum 1 mgg (+) bila > 6 (4-6 tanda infeksi, 3 borderline
ulangi beberapa hari kemudian, <2 negatif)
- (bisa dilakukan hari 4-5 untuk infeksi primer, hari 2-3 bila infeksi
sekunder)
- Uji typhidot, ELISA
- DR leukopenia, anemia, trombositopenia
- Tx :
- Dewasa Quinolon Ciprofloxacin 500 mg 2x1 (7 hari)
- bisa juga kloramfenikol 4x500 mg (7 hari),
- cotrimoxazole 2x960 mg ( 2 mgg)
- Ceftri, cefoperazone, cefotaxim
- Ibu hamil Amoxicilin, Ceftriaxone
- Anak Kloramfenikol (7 hari) (sediaan 250 mg, syr 125 mg/5 ml) Efek
samping : depresi sum-sum tulang, pada bumil : gray baby syndrome
- Komplikasi :
- Meningitis tifosa,
- perforasi usus nyeri defans muscular : minggu 2-3 tx : kortikosteroid
- Toksik tifoid Demam tifoid + ggn kesadaran , biasa ada ggn neurologis
- Tx Toksik tifoid
- Kloramfenikol 4x500mg + Ampisilin 4x1 gram + prednisone 20-40 mg SD
(selama 3 hari pertama)
- Bila delirium, koma, syok injeksi dexa 3 mg/kgbb (awal), lanjutkan 1
mg/kgbb/ 6 jam selama 2 hari
- Tifoid Karier feses mengandung s.typhi setelah 1 tahun demam tifoid tanpa gejala
klinik
- Tanpa kolelitiasis Cotrimoxazole 2x2 tab/ hari (3 bulan)
- Kolelitiasis Ciprofloxacin 2x750 mg (28 hari)
DBD
- Etiologi aedes aegypty dan aedes albopictus
- Patof infeksi sekunder dengan serotype berbeda
- Demam dengue tidak ada gangguan permeabilitas
- DBD ada ggn permeabilitas Edem/efusi, Hct > 20%
- Gejala umum :
- demam, nyeri otot, nyeri sendi, injekasi konjunctiva, mual muntah, nyeri
belakang mata
Derajat Gejala Terapi
1 Rumple leed (+) 3-5 cc/kgbb
2 Perdarahan spontan (epistaksis, perdarahan 6-7 cc/kgbb
gusi)
3 Gejala syok, TD < 20, nadi , akral dingin 10-20 cc/kgbb (30 menit)
4 DSS (dengue shock syndrome) 20-30 cc/Kgbb
, TD tidak terukur, akral dingin
Volume cairan kristaloid yang dibutuhkan 1500 + 20 X (BBkg-20)
- Pemfis :
- Hepatomegali
- Tanda perdarahan : Ptekie, purpura, ekimosis
- Tanda kebocoran plasma : efusi pleura, ascites, edema
- Penunjang :
- DR Trombositopenia (< 100.000) ranap!!! transfusi tromobosit bila <
50.000, HCT > 20% (banding standar normal sesuai umur & jenis kelamin)
- Hari 1-3 NS 1
Hari 4-5 IgM-IgG Antigen (serologi)
- Terapi
- Protokol Tx DBD :
- Protokol 1 Probable DBD dewasa tanpa syok
- Protokol 2 tx cairan susp. DBD diperawatan
- Protokol 3 Tx DBD dengan Hct > 20%
- Protokol 4 Tx DBD dewasa dengan perdarahan spontan
- Protokol 5 DSS
- Protokol 5 ( DSS) :
- Awal :
- Patensi jalan napas : O2 1-2 lpm dgn nasal kateter atau sungkup wajah
- Infus kristaloid 10-20 cc/kgbb secepatnya (< 10 menit)
- Perhatikan respon pemberian cairan hipovolemi, hypervolemia, overload
- Perbaikan 7cc/kgbb/jam (evaluasai 1 jam) 5 cc/kgbb/jam stop infus
- Tidak membaik guyur 30 cc/kgbb/jam (20-30 menit) Ht naik, syok, atau
turun?
- Ht Naik koloid 10-20 cc/kgbb/jam (10-15 menit) syok? koloid 30
cc/kgbb/jam Syok? Kateter vena sentral
(bila dosis max, koloid bisa diulang sampai 30 menit : sasaran tek benasentral
15-18 smH2O)
- Hipovolemik Kristaloid 10-15 menit syok normovolemik
- Normovolemik koreski ggn asam basa, elektrolit, hipoglikemia, anemia,
KID, infeksi sekunder Inotropok, vasopressor, vasodilator perbaikan?
kombinasi kristaloid dan koloid perbaikan
- HT turun transfuse darah 10cc/kgbb, dapat diulang sesuai kebutuhan
CHIKUNGUNYA
- Gejala:
- gejala berlangsung (3-10 hari),
- Demam (39-40OC) (sampai 1 minggu),
- nyeri sendi berat, nyeri otot, nyeri kepala,
- mual muntah, konjuncitvitis.
- bintik merah muncul 2-3 hari setelah demam,
- Penunjang :
- DR Trombositopenia, leukopenia
- Fx Hati meningkat
- LED dan CRP meningkat
- IgM Chikungunya
- Kriteria diagnose
- Suspek : demam akut (>38.5OC), atralgia berat, riw. Berkunjung ke daerah endemis
(2 mgg terakhir), tanpa ada pemeriksaan konfirmasi.
- Konfirmasi : Gejala + salah satu hasil pemeriksaan spesfik CHIKV positif
- Isolasi virus
- Deteksi virus RNA dan RT-PCR
- IgM Chikungunya positif diambil pada fase akut
- Tatalaksana simptomatik
INTOKSIKASI ORGANOFOSFAT
- Hambat asetilkolinesterase sebabkan akumulasi asetilkolin pada sinaps kolinergik
asetilkolin berlebihan menyebabkan stimulasi berlebih disistem saraf pusat, otot, dan
neuromuscular junction.
- Gejala :
- Gejala muskarinik :
- Riw. Minum racun rumput/racun serangga + diare + banyak berkemih,
miosis, bradikardia, bronchorrhoea, bronkokonstriksi, emesis, lakrimasi,
salivasi, hipotensi, aritmia
- Gejala Nikotinik :
- Fasikulasi, tremor, kelemahan otot, gagal napas, hipertensi, takikardi,
berkeringat, midriasis
- Gejala SSP :
- Ggn kesadaran, kejang
- Penunjang EKG : bradikardi, pemanjangan QT, torsado de pointes ventricular
takikardi, ventricular fibrilasi.
- Tx
- Non-Farmaka
- Bebaskan jalan napas
- Lepas pakaian
- Cuci kulit dengan air sabun
- Tempatkan pasien posisi lateral decubitus kiri
- Farmaka
- Resusitasi O2 + NaCl 0.9%
- Bilas Lambung gunakan air atau NaCl
- Gejala muskarinik Antagonis muskarinik Atropin 1-3 mg bolus 5
menit setelahnya periksa ttv pupil, keringat, auskultasi dada
- tak ada perubahan? ulang dosis awal! pantaun per 5 menit tak
ada perubahan gandakan dosis awal
- Ada perubahan? gunakan dosis awal atau lebih kecil
Atropin diberikan sampai N >80x/m dan TD > 80 mmhg, lapang paru
bersih
Pasien stabil? infus tarpon 10-20% dari dosis yang dibutuhkan per jam
- Gejala nikotinik trimedoxime/metithoxime/ pralidoxime 2 gr/IV (20-30
menit) lanjut 0.5 – 1 gr dalam NaCl 0.9%
Diberikan sampai atropine tidak digunakan selama 12-24 jam
- Kejang diazepam 2-10 mg, max 30 mg
- Charcoal 50 mg PO/cangkir/sedotan/NGT
- Ventilasi mekanik bila gagal napas
INTOKSIKASI OPIAT
- Opiat morfin, petidin, heroin, pentazokain, kodein, loperamid, dekstrometorfan.
- Patof Opiat berikatan dengan reseptor opiate di SSP terjadi inhibisi jalur ascending
sebabkan perubahan persepsi dan respon terhadap stimulus nyeri.
Opiat juga bekerja di neurotransmitter lain seperti dopamine, GABA, dan glutamate.
- Gejala
- riw konsumsi morfin, heroin, kodein, loperamide + ada bekas tusukan jarum +
kesadaran menurun + miosis pupil + hipotensi + sinus bradikardia + kelemahan
otot + bising usus menurun + apneu + depresi napas + koma + kejang
- Penunjang
- Opiat urin/darah, analisa gas darah, elektrolit, gula darah, ro thorax
- Tx :
- Resusitasi ABC
- Glukosa (D5W + tiamin (vit B1) 100 mg + nalokson 2 mg diberikan pada
pasien perubahan kesadaran atau keracunan makanan
- Tanpa hipoventilasi nalokson 0.4 mg (= 1 cc) bolus pelan (bisa
diencerkan)
- Hipoventilasi nalokson 1-2 mg bolus pelan
- Tak ada respon nalokson 1-2 mg bolus pelan ulang per 5-10 menit hingga
respon membaik atau capai dosis max 10 mg kalau tidak ada respon
kemungkinan bukan intoksikasi opiate.
- Pantau TTV, kesadaran dan perubahan pupil dalam 24 jam cegah
overdosis, efek nalokson berkurang dalam 20-40 menit.
- Pencegahan drips nalokson 1 amp dalam NaCl 0.5% atau D5% diberikan 4-
6 jam
- Pasang pipa endotracheal bila napas tdk adekuat setelah pemberian
nalokson
- Puasakan 6 jam cegah spasme pilorik
- Pasang NGT cegah aspirasi atau bilas lambung
- Choracoal 30 gram dalam 240 cc cairan bisa sampe 100 gram
- Kejang diazepam iv 5-10 mg, dapat diulang bila perlu.
ENVENOMASI/GIGITAN ULAR
- Gejala
- Riw. Gigitan ular
- Gejala local edema, nyeri tekan pada luka gigitan, ekimosis (30 menit-24 jam)
- Gejala sistemik hipotensi, kelemahan otot, berkeringat, menggigil, mual,
hipersalivasi, muntah, nyeri kepala, pandangan kabur
- Penunjang DR, CT(> 10 menit koagulopati, BT, D-Dimer, APTT, fx hepar,
fibrinogen, urea, Pem. Urin (hematuria, glikosuria, proteinuria), EKG, Foto Thorax
- Tx
- Istirahat posisi horizontal terhadap luka gigitan
- Jangan memanipulasi area gigitan
- Jangan berjalan dan minum alcohol
- Gejala berlangsung cepat dan antibisa tidak ada ikat area proksimal
gigitan (harus < 30 menit setelah terjadi gigitan) tahan aliran limfe
- Resusitasi ABC
- Luka gigitan diverban ketat, luas diatas luka.
- Serum Anti Bisa Ular (SABU) polivalen 1 ml
- Indikasi : edema dan gejal venerasi sistemik.
- Cara pemberian 2 vial (@ 5cc) dalam 500 cc NaCl 0.5% atau D5% 40-
80 tpm max 100 cc ( 20 vial) tdk boleh diberikan infiltrasi pada
luka.
NEFROLOGI (GINJAL)
SINDROM NEFROTIK
- Gejala Proteinuria masif (>3,5 gram/hari), Hipoalbuminemia (3.5 g/L),
Lipid/kolesterol meningkat, Edema anasarka (bawah keatas)
- Px Biopsi Ginjal/PA (Gold std), Proterin urin : kualitatif : urinalisis +1+2+3+4,
Kuantitatif : Esbach, Profil lipid, albumin
- Tx :
- Istirahat
- Diet protein, kolesterol, berhenti merokok, diet rendah garam
- Diuretik loop Furosemide 40 mg (1x1) (max 80 mg) untuk edema
- Statin simvastatin 10mg/20mg (1x1(
- Ace-I atau ARB hipertensi
- Kortikosteroid
- Fase Continous Day prednisone 60 mg (4 minggu) akhir bulan cek
protein, urin 3x(3hari) (-) alternating dose; (+) resisten steroid
- Fase Alternating ditappering
- Klasifikasi :
- Relaps jarang kambuh <2x dalam 6 bulan atau <4x dalam 1 tahun
- Relaps sering Kambuh >2x dalam 6 bulan atau < 4x dalam 1 tahun
- Idiopatik SN saja
- Resisten steroid protein (+) setelah terapi prednisone 60 mg (4 mgg)
- Dependen Steroid fase continuous (-) fase alternating (+) butuh steroid
- Resolusi Spontan 3x protein urin (-), Partial ada yang (+)
- Komplikasi CKD
- Penghentian steroid tiba-tiba Insufiensi adrenal
PENYAKIT GLOMERULAR
- Peradangan glomerulus primer, sekunder
a. GLOMERULONEFRITIS POST STREPTOCOCCUS (GNAPS)
- Gejala :
- anak (2-14 thn) bisa org tua, riw. Faringitis streptococcus, riw. Impetigo
- nyeri kepala, malaise, anoreksia, nyeri pinggang
- Lab :
- Urin : kultur streptococcus (+)
- Titer ASO , anti dna-se atau antibody antihyaluronidase, biopsy ginjal
(jarang)
- Tx : kontrol hipertensi, edema, antibiotik, dialysis bila perlu.
b. NEFRITIS LUPUS
- Gejala :
- Ruam kulit, fotosensitif
- Lab :
- anti dna-se atau antibody hipoklopomentemia.
- Tx :
- Steroid
KARDIOLOGI
Jantung memiliki sistem konduksi mulai dari SA node sampai serat Purkinje. Dapat
dilihat pada gambar seperti berikut:
- Sinoatrial (SA) node: merupakan pacemaker dominan, terletak pada atrium kanan,
dengan laju intrinsik 60–100 denyut per menit. Ini yang dijadikan panduan detak
jantung normal.
- Internodal Pathway: impuls langsung antara SA node dan AV node dan menyebar
di sekitar otot-otot atrium.
- Bundle of His: terletak di atas septum interventrikel. Serat saraf ini terentang dari
AV node ke percabangan bundle tersebut.
- Sistem Purkinje: Di berkas cabang ini impuls akan disebarkan ke dinding ventrikel.
Kecepatan intrinsik mencapai 20–40 denyut per menit.
Selain itu terdapat 2 aktivitas utama elektrik jantung, yaitu depolarisasi dan repolarisasi.
Untuk lebih mudah memahaminya, dapat dilihat pada gambar berikut:
Namun dalam tampilan makro, proses depolarisasi dan repolarisasi akan berlangsung
progresif dan simultan seperti gambar dibawah:
Elektrokardiograf (EKG) bekerja dengan mendeteksi aktivitas elektrik pada permukaan kulit.
Aktivitas elektrik jantung dapat diketahui dengan mengukur perbedaan voltase antar
elektroda lalu diamplifikasi dan ditampilkan dalam monitor.
Satu elektrode mewakili satu sudut pandang (arah) aktivitas jantung, sehingga beberapa
elektrode dapat menggambarkan aktivitas jantung secara menyeluruh. Namun kesalahan
dalam meletakkan elektrode juga dapat menimbulkan kesalahan dalam interpretasi.
Pembacaan EKG
Untuk membaca EKG perlu kita ketahui standar dalam pembacaan. Kecepatan perekaman
standar yaitu 25 mm/detik.
Interpretasi EKG dapat mudah dilakukan secara sistematis dengan menyebutkan komponen-
komponen sebagai berikut:
- Ritme
- Laju
- Morfologi gelombang P
- Interval PR
- Kompleks QRS
- Segmen ST
- Gelombang T
- Interval Qt
- Kelainan yang ada: misal infark, LVH, RVH, RBBB, LBBB, dll.
Ritme: liat Lead II panjang
reguler dan ireguler, lihat interval P-P atau R-R, bila sama berarti reguler.
Gunakan kertas kosong untuk menandai interval P-P atau R-R.
reguler: interval konsisten
regularly irreguler: terdapat pola iregular yang berulang
ireguler: tidak ada pola sama sekali
Morfologi Gelombang P: liat Lead II panjang, gelombang P selalu positif (menghadap atas)
normal /\
berlekuk /\/\ = dilatasi atrium kiri
runcing tinggi /\ = dilatasi atrium kanan
inversi \/ = dilatasi atrium kiri
jika tidak ada gelombang P, artinya irama junctional atau ventrikular
Interval QT: Jarak dari awal QRS ke akhir gelombang T. Jika ada maka liat aja dari
bacaan analisis EKG, normalnya 0.3–0.44 detik, atau kurang dari setengah interval R-R. QTc
interval yaitu QT/akar dari R-R interval.
KELAINAN PADA EKG
Gelombang T: normalnya <5 mm pada lead ekstremitas atau <10 mm pada lead prekordial.
Curigai adanya infark akut bila ada tall-T (infark fase hiperakut) atau T wave inverted (infark
fase akut lanjutan).
Pembesaran Atrium:
Pembesaran Atrium Kiri:
durasi P > 11 detik
gelombang P berlekuk/notched di lead I, II, aVL, disebut P mitral
gelombang P bifasik di lead V1 dengan inversi lebih dominan
Pembesaran Atrium Kanan:
gelombang P tinggi > 2.5 mm di lead II, III, aVF, disebut P pulmonal
gelombang P bifasik di lead V1 dan dominan defleksi positif
Hipertrofi Ventrikel
Hipertrofi Ventrikel Kiri: tinggi gelombang R di aVL ≥ 11 mm, atau tinggi
gelombang R di V5 atau V6 > 27 mm, atau dalamnya gelombang S di V1 + tinggi
gelombang R di V5 atau V6 > 35 mm
Hipertrofi Ventrikel Kanan: deviasi aksis ke kanan, gelombang R tinggi
disertai depresi segment ST dan T terbalik di lead II, III, aVF, atau gelombang R
tinggi di lead V1, rasio R/S > 1 atau durasi R > 0.03 detik
Pacu jantung: adanya spike. Bila ada 1 berarti terpasang di salah satu chamber [atrium kanan
(akan terlihat spike diikuti gelombang P) atau ventrikel kanan (spike diikuti QRS)]. Bisa
terdapat 2 spike bila terpasang di 2 chamber dan berjalan secara simultan menyerupai
fisiologis jantung normal.
Efek Obat Digitalis: adanya depresi segmen ST asimetris berbentuk sekop, pemendekan
interval QT, pemanjangan PR, gelombang T datar atau inverted
Hipokalemia: depresi segmen ST, pemanjangan interval QT, flat-T, serta muncul gelombang
U
Perikarditis: sinus takikardia dengan elevasi segmen ST difus hampir di semua sadapan, dan
ada depresi segmen PR di lead II
Emboli paru akut: adanya hipertrofi ventrikel kanan, adanya pola S1Q3T3 (S lebar di lead I,
adanya gelombang Q dan T inverted di lead III. Sinus takikardia, mungkin ada RAD, RBBB.
Kelainan SSP: kelainan berupa stroke non-hemoragik atau perdarahan subarachnoid, yakni
terdapat sinus bradikardia, inversi gelombang T difus yang dalam dan lebar, gelombang U
menonjol
PPOK: dilatasi atrium kanan dan hipertrofi ventrikel kanan, deviasi aksis ke kanan, kompleks
dengan amplitudo rendah
Kesimpulan: EKG merupakan alat yang sangat baik untuk mendeteksi kelainan jantung.
Kesalahan dalam posisi elektrode dapat menyebabkan kesalahan interpretasi. EKG normal
tidak dapat mengeksklusi penyakit jantung. Tatalaksana penyakit jantung tidak semata
melihat EKG namun lebih melihat kepada tanda dan gejala klinis pasien yang kita hadapi.
KELAINAN JANTUNG
- Tx :
- Lini 1 : Manuver Vagal 10-15 menit (pijat karotis)
Indikasi MV : SVT
Kontraindikasi MV : TIA atau Stroke, ipsilateral caroid stenosis, ipsilateral carotid
bruit.
- Lini 2 : ADENOSIN 6mg/iv tak respon 12 mg/IV
Atau CCB : Verapamil 80-120 mg (3x1) atau Diltiazem 10 mg (3 menit)
Atau BB
- Lini 3 : bila tidak stabil, ada syok, atau ada nyeri dada, narrow regular
lakukan KARDIOVERSI 50-100 Joule
Note :
Sediaan : diltiazem 30 mg, verapamil 40-80 mg
ADA 2 GEL. DIANTARA R
SINUS BRADIKARDIA
- Ada 2 gel. diantara R
- Tanda reguler, jarak antar R > 5 kotak sedang, HR < 60x/m
-
- Tx :
- ATROPIN SULFAT 0,5 mg/IV (diulang 3-5 menit), max: 3 mg
- Atropine tak berhasil Transcutan packing/infus dopamine/infus epinfrine
-
- Note :
- PEA : (pulseless Electrical Activity) tanpa nadi RJP + Epinferine
- Sediaan : atropine sulfat 0.25 mg/ml (@1ml)
SINUS TAKIKARDIA
- Ada 2 gel. diantara R.
- Tanda R-R < 3 kotak sedang, HR > 100x/m
- Tx :
- AMIODARONE 300 mg/IV (10-20 mnit)
- Maintenance : 150mg/iv/Inj II dengan dosis 4 mg/kgbb/8 jam
- Note :
- amiodarone menyebabkan fibrosis paru
- Sediaan : Amiodarone 50 mg/ml (@3ml)
ADA > 3 gel diantara R
ATRIAL FLUTTER
- Tanda Reguler, Saw Tooth, atrial rate 250-350 bpm
- Tx :
- Lini 1 (stabil) Bisoprolol 1x5-10 mg (BB Selektif)
Atau Verapamil : 2x40 mg / 1x240 mg
Diltiazem : 3x30 mg/ 1x200 mg
- Lini 2 (tak stabil) Kardioversi 50-100 Joule
- Note :
- AF + CHF : DIGOXIN 1 x 0,5 mg
- Digoxin obat aritmia
ATRIAL FIBRILASI
- Tanda IRREGULER, Gel. P dan T tak terlihat, atrial rate > 350 BPM,
Pulsus deficit : pulsasi Nadi < pulsasi jantung
- Komplikasi : NHS, Strike emboli
- Irreguler
- Torsado de pointes
- Tx :
- Definitif : AMIODARON 300 mg/ Prokianamid 20-50 mg
- Stabil/reguler/ada nadi VT monomorfik & polimorfik Kardioversi 100 J
- Tak stabil/irregular/tak ada nadi Torsado de pointes Defibrilasi
- Tx :
- DEFIBRILASI bifasik : 200 joule; Monofasik : 360 Joule
VENTRIKEL EKSTRASISTOL (VES)/PVC
- Akibat ggn elektrolit ada gel ekg abnormal muncul diekg normal, banyak jenis.
- Tx :
- Lini 1 (stabil) Bisoprolol 1x5-10 mg (BB Selektif)
- Lini 2 : Verapamil : 2x40 mg / 1x240 mg; Diltiazem : 3x30 mg/ 1x200 mg
- tak stabil Kardioversi 50-100 Joule
VT/VES : Shock > RJP 1 siklus > Monitor ekg 2 menit > VT + Shock > RJP >
epinferine > amiodarone
ADULT CARDIAC ARREST ALGORTIHM 2018 AHA
GANGGUAN KONDUKSI (Gejala : Shock)
A. INTERVAL PR
- Ggn SA node ke AV node
- Normal Interval PR : 0.12-0.20
b. AV BLOK
- AV BLOK 1
- Ggn dinodus AV (akibat digoxin, ccb, bb)
- Tanda :
- Interval PR panjang (>5 kotak kecil/>0.02 m/s),
- Jarak PR sama panjang antar gel.
- Ada gel. lain diantara PR
- Tx : Observasi
- AV BLOK 2
- Tanda Drop beat (QRS tiba-tiba hilang)
- Kelainan diserabut purkinje (akibat digoxin, ccb, bb, iskemik, iskemik
LCA)
- Jenis AV BLOK 2 :
- Mobitz 1 (PR memanjang + drop beat)
Tx : OBSERVASI
Tx : Observasi + Pacemaker
- AV BLOK 3
- Blok total AV-Ventrikel akibat iskemik LCA
- Tanda AV dislocation, PR jalan masing-masing, tidak berpola
- Tx PACEMAKER
INTERVAL QRS
- Block Bundle Branch (BBB), QRS melebar
- (ada telinga kelinci, slurred S)
- Tx :
- Ca Glukonas 10 % 20 cc/IV (life saving)
- Insulin regular 10 IU dalam 50 cc D40% + Lanjut infus D5%
- Tx :
- Hiperkalsemia :
- Rehidrasi Normal Saline 2-4 L/IV
- Furosemide 20-40 mg/IV/Hari
- Hidrokortisone 200 mg 3x1
- Calcitonin 4-8 IU/Kgbb/3x Sehari
- Hipokalsemia :
- Ca Glukonas 10% 20 cc/iv selama 10 menit
MORFOLOGI JANTUNG
- ATRIUM Lihat GEL P di lead II
- Hipertrofi Atrium Kanan P pulmonal P Tinggi
- Klinis Stenosis tricuspid, Cor Pulmonal kronik
- KRONIK kaki bengkak, riw. Merokok lama PPOK, Pembesaran jantung kanan
- EKG P Pulmonal (P tinggi)
GANGGUAN KATUP
- Stenosis katup atas Aorta (ICS 2 kanan) dan pulmonal ( ICS 2 kiri) SISTOL
- Stenosis katup bawah Trikuspid (ICS 4 parasternal kiri) dan Mitral ICS 5/6
(midclavicular) DIASTOL.
- Selain dari itu, regurgitasi
- Note :
- Stenosis : tak membuka
- Regurgitasi : tak menutup
- Efek menilai kelianan katup dari EKG
- Stenosis : membesar kebelakang,
- Mitral Stenosis : Atrium kiri, ventrikel kanan
- Regurgitasi : membesar kedepan
- Regurgutasi tricuspid : Atrium kanan, dan ventrikel kanan
- Angina pectoris (TRIAS) Nyeri dada < 20 menit (retrosternal), membaik saat
istirahat, membaik diberi nitrat
- Lab ; EKG, DR, Enzim jantung, profil lipid.
- APS Trias (+) Penunjang : treadmill
- UAP 1 atau 2 gejala dari TRIAS + Enzim jantung normal Penunjang :
EKG
- Angina Prinzmetal nyeri saat vasospasme pembuluh darah coroner
VASKULARISASI JANTUNG
- Untuk liat posisi infark Tanda infark yaitu ST-Elevasi dan ST-Depresi
HIPERTENSI
- HT Primer tak ada penyebab spesifik. 95% kasus HT
- HT Sekunder ada penyebab komorbid lain seperti ggn ginjal, ggn obat, stress
akut, kerusakan vascular.
- JNC 7 (lihat diastole) :
- Normal : 90-110/60-79
- Pre : 120-139/80-89
- Gr. 1 : 140-159/90-99
- Gr. 2 : >160/>100
- HT refrakta : TD tetap tidak turun setelah minum obat > 3 jenis.
- JNC 8 (untuk target terapi)
- < 60 thn/DM atau CKD : <140/90
- > 60 thn : <150/90
- Tx Hipertensi :
- HCT/Hidrochlorthiazide (12,50 mg) (max.2x1) (dosis:1-1.5 mg/Kgbb)
Kontraindikasi Nyeri sendi/gout
- ACE-I (pril) :
- Captopril (12.5 mg, 25 mg) (max. 2x1)
- Lisinopril 10-40 mg
Kontraindikasi : Ibu hamil; Efek samping batuk (bradykinin )
- ARB (sartan) :
- Valsartan 80-320 mg pagi; Candesartan 8-32 mg
- Indikasi : untuk orang KI ACE-I, Ibu hamil
- Kontraindikasi : ggn jantung dan pembuluh darah
- Beta Blocker:
- selektif : Bisoprolol 5 mg (1x1 pagi); Non selektif : Propanolol (10-40 mg)
- Indikasi : HT + AF/Aritmia
- Kontraindikasi : Asma
- Efek Samping : Hipoglikemia, bronkokonstriksi
- CCB
- Dihidro : Amlodipine 5-10 mg (1x1 malam); Nifeidipine (30-90
mg/hari)
- Non-dihidro : Verapamil 240-480 mg, Diltiazem 240-360 mg
- Indikasi : Ibu Hamil, Krisis Hipertensi, orang tua tanpa penyakit
- KI : CKD, gagal jantung
- KRISIS HIPERTENSI
- Urgensi (180/120) tanpa organ damage, mual, muntah, nyeri kepala
- Tx Captopril SL
- Emergensi ada organ damage
- Tx
- Nicardipine 0.5-0.6 mcg/KgBB/Menit/IV
- Diltiazem 5-15 mcg/KgBB/Menit
- Tak boleh diturunkan > 25% MAP
INFEKSI KARDIO
- PERIKARDITIS
- Gejala Nyeri dada, memberat saat supinasi
- EKG ST ELEVASI semua lead + Pleural friction (nyeri saat Tarik napas)
- MYOCARDITIS
- Gejala Nyeri dada, gejala CHF, mati tiba-tiba pada remaja akibat infeksi
cornibacterium
- EKG ST ELEVASI semua lead
- ENDOKARDITIS
- Demam rematik bila ASTO (+) = Steptococcus grup A (rx hipersenstivitas tipe
3)
- Kriteria Jones ASTO (+) + 2 mayor atau 1 mayor 2 minor
- Tanpa karditis : demam rematik;
- Karditis : bising jantung (+) penyakit jantung rematik
- Endocarditis Bakterial ASTO (-) = Stafilokokus, riw penggunaan jarum suntik,
infeksi kulit (duke’s criteria)
- Tx :
- Penisilin 2 x 250 mg/hari atau Eritromisin 2x250 mg/hari
- Profilaksis :
- Tanpa karditis : Penisilin 1x/bulan ( 5 tahun)
- Karditis : 10 tahun
- Persisten valvular heart disease
ARTERI
- Gold Std Angiografi
- Sederhana Ankle brachial index. TD tangan/Kaki
- Raynaud disease
- Kaki tangan sianosis karena vasospasme pembuluh darah pada cuaa dingin dan
ketinggian
- Arteritis Takayasu Beda tensi kanan dan kiri
VENA
- Chronic Vena Insufiensi
- Gejala Riw. Berdiri lama, nyeri neuropati,hiperpigmentasi kulit, vena kako
menonjol (varises)
- Pemfis
- PERTHEST : Varises tidak ada, kemudian ada
- BRODIE TREDELENBURG : Varises ada, kemudian ada makin jelas
- Tx :
- Awal Stocking compression atau injeksi sclerotherapy
- Definitif Striping Vena
- Ulkus Varicosum
- Gejala CVI + DVT + ada luka/ulkus
- Jenis :
- Arteria Ulcer : Riw. PAD, tidak nyeri, nadi lemah, eksudat sedikit,
deep/punchout margn
- Venous Ulcer : Riw. DVT/CVI, nyeri, eksudat banyak margins flat, deposit
hemosiderin
- Trophycum Ulcer : Trauma, infeksi bakteri, vesikel pecah jadi ulkus
- Thrombophlebitis
- Gejala Riw.pasang infus + ada bekuan darah karena inflamasi
- Tx Simptomatik : NSAID, Compression stocking, antikoagulan
- Kardiomiopati
- Hipertrofi Jantung (jantung membesar)
- Dilatasi disfungsi sistol
- Restriksi
HEMATOLOGI
Morfologi RBC
- UKURAN RBC MCV: 80-96 fl : Makrositik, Normositik, Mikrositik
- WARNA RBC MCH : 27-32 pg, MCHC : 32-36 % : Normokrom, hipokrom
- ANEMIA HEMOLITIK
- Gejala Anemia + Ikterus + Hepatosplenomegali + Retikulosit ↑
- Jenis AH :
- Anemia Hemolitik Auto Imun (AHAI) COOMB TEST (+)
- Sferosit (+) : IgM (Cold AHAI)
- Sferosit (-) : IgG (Hot AHAI)
- Anemia Hemolitik Non Imun (AHNI) COOMB TEST (-)
- Contoh penyakit AHNI :
- Thalasemia, malaria,
- Anemia Def G6PD HEINZ BODY/BITE CELL Akibat
penggunaan primakuin, kotrimoksazol
- Tx Kortikosteroid IV + Transfusi Washed red cell (bila hb < 4) Splenektomi
- Px Analisa darah tepi : Sel Pensil (+) (Gold std); DR ( MCV ↓. MCHC ↓),
Serum iron ↓, Fe2+ ↓, TIBC ↑ (Total Iron Binding Capacity)
- Tx :
- Edukasi Hindari Susu, Teh, Antasida
- Hb>8 : Obat saja
- Pilihan Obat : Sulfat Ferous 20% 325 mg (3x1) (65 mg besi) + VIT C
2x1
- Diminum 2-3 bulan setelah HB normal (kembalikan cadangan besi)
- Hb 7-8 :
- Tanpa gejala : Obat saja
- Ada gejala : Obat + Transfusi
- Hb < 7 : TRANSFUSI
- Penunjang :
- Apusan darah tepi (MCV dan MCH menurun, Sel target dan sel tear)
- Elektroforesis HB Gold std
- Tx Transfusi PRC Seumur Hidup (berkala); Deferoxamin (buang agen zat
besi dari tubuh)
- DEWASA Mieloid
- Akut : AML (acute mieloid leukemia) Auer rods/auer body (+)
- Kronik : Chronic myeloid leukemia (CML) Chromosome of
pihladelphia
POLISTEMIA VERA
- Peningkatan komponen sel darah akibat ploriferasi multipotent dari stem cell
- Gejala Badan/wajah merah (plethora), becak hiperpigmentasi
- Penunjang Darah rutin (semua komponen darah meningkat)
- Tx awal : phlebotomi (target hct < 47% pria, < 42% wanita)
- Hidrostatik hidroksilurea
- Interferon alfa
- Aspirin 1x80 mg
GANGGUAN PERDARAHAN
OBSTETRI
a. ABORTUS
- ancaman/pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup diluar
kandungan (< 20 mgg atau berat janin < 500 gram)
- Jenis Abortus
- Abortus spontan abortus berlangsung tanpa tindakan/intervensi
- Abortus provokatus abortus dilakukan sengaja dengan adanya tindakan
- Abortus provokatus medisinalis berdasarkan pertimbangan
dokter atas dasar keselamatan ibu. Pertimbangan dilakukan minimal 3
orang dokter (interna, obgyn, Jiwa, dan bila perlu tokoh agama
terkait).
- Abortus provokatus Kriminalis sengaja mengugurkan
kandungan pembunuhan tindakan kriminal
- Abortus Habitualis terjadi berulang 3x berturut-turut.
- Tx :
- Observasi perdarahan
- Tirah baring kurangi aktivitas selama kehamilan
- Obat spasmolitik
- SPASMINAL (Metamizole Na 500 mg, belladonna extr
10 mg, papaverine HCl 25 mg) 3x1;
- PAPAVERIN HCL 40 mg (3x1)
- Tablet progesteron 100 mg (1x1) (max. 2x1)
- Dipulangkan bila perdarahan berhenti dan tidak boleh
berhubungan seksual selama 2 minggu
2. Abortus insipiens (abortus yang sedang mengancam)
- Tanda PPV, OUI membuka, serviks mendatar, hasil konsepsi
masih didalam cavum uteri dalam proses pengeluaran
4. Abortus Komplit
- Tanda Seluruh hasil konsepsi telah keluar dari cavum uteri (uk <
20 mgg atau BJ < 500 gram), OUI menutup, uterus mengecil
- Px Bcg : tetap (+) sampi 7-10 hari post abortus, USG
- Tx
- Observasi keadaan ibu (KU, TTV, perdarahan, perburukan),
- tawarkan pemasangan kontrasepsi,
- bila anemia beri tablet SF 600 mg (1x1) selama 2 minggu,
anemia berat transfusi.
- Evaluasi keadaan ibu setelah 2 minggu
5. Missed Abortion
- Tanda embrio/fetus meninggal di uk < 20 mgg dan fetus tertahan
didalam kandungan. Tidak ada keluhan, pertumbuhan kehamilan
tidak sesuai uk. Di uk 14-20 mgg dirasakan rahim justru semakin
mengecil
- Px Hcg (-) setelah 1 mgg abortus
- NB
- kalau > 20 minggu IUFD
- biasa diawali abortus iminens tp pertumbuhan janin terhambat
- bila missed abortion berlangsung > 4 mgg hati hati ada
hipofibrinogenemia cek koagulasi sebelum tindakan evakuasi
dan kuretase
- Tx :
- UK < 12 mgg, serviks memungkinkan Kuretase/AVM
- UK > 12 mgg-20 mgg, serviks kaku induksi (oksitosin 10
IU dalam 500 cc cairan kec. 20 tpm, dapat diulangi sampai 50
IU (5 ampul)) bila tak berhasil, coba istirahatkan sehari dan
induksi kembali bisa dilakukan berulang sampai 3x bila
berhasil bersihkan dengan kuretase
- Bisa jadi pilihan protstaglandin sintesis Mesoprostol SL
400 mg,bisa diulang 2x jarak 6 jam kuretase.
- Transfusi bila perlu hipofibrinogenemia
- Post kuret oksitosin dan Antibiotik (ceftriaxone)
2. Abortus septik
- Abortus disertai infeksi (biasa digenitalia dan peritoneum)
- Gejala demam tinggi, lelah, menggigil, ppv berbau, nyeri tekan, TD
menurun
- Lab DR (leukositosis)
- Tx antibiotik, kuretase (+ oksitosin) setelah 6 jam pemberian
antibiotik
- Antibiotik (diberikan sampai 2 hari bebas demam, bila tak ada
perubahan, ganti AB)
- Penisilin 4 x 1.2 juta unit atau
- Ampisilin 4x1 gram + gentamisin 2 x 80 mg
- Metronidazol 2 x 1 gram
- Setelah itu diberikan AB sesuai hasil kultur
- Bila curiga tetanus, injeksi ATS
- Biila perburukan pertimbangkan histerektomi
3. Blighted ovum/ kehamilan amebrionik
- Kehamilan tanpa mudigah, tapi kantong gestasi terbentuk, biasa di uk7-
8 mgg
- Kehamilan akan berkembang terus walau tak ada mudigah, di uk 14-16
mgg akan abortus spontan
- Penunjang USG Kehamilan (gold std)
- Tx Kuretase
b. KEHAMILAN EKTOPIK
- Kehamilan dimana pertumbuhan sel telur yang telah dibuahi tidak menempel
didinding endometrium cavum uteri.
- Paling sering di tuba fallopi (95%)
- Bila tempat nidasi tidak bisa menyesuaikan diri dengan besarnya buah
kehamilan terjadi ruptur KET
- Lokasi terjadinya KE :
- Tuba (95%) Pars Ampullaris (55%), Pars Ismika (25%), Pars Fimbriae
(17%), Pars Interstitial (2%).
- Tempat lain Serviks, ovarium, Abdominal (awalnya kehamilan tuba
abortus meluncur keabdomen lewat ostium tuba pars abdomimal
reimplantasi dicavum abdomen biasa dimesenterium, mesovarium,
omentum)
- Intraligamenter sedikit
- Heterotopik 1 janin dicavum uteri, 1 janin lainnya Kehamilan ektopik
- KE bilateral
- Etiologi hambatan nidasi embrio ke endometrium
- Faktor tuba radang tuba
- Faktor abnormalitas zigot zigot tumbuh terlalu cepat sehingga ukuran
besar terhenti dituba tumbuh disaluran tuba
- Faktor ovarium
- Faktor hormonal progesteron membuat gerakan tuba melambat.
- Faktor lain pemasangan IUD, usia, perokok
- Gejala :
- KE tidak khas, gejala hamil muda, sedikit nyeri perut bagian bawah
yang tidak seberapa, biasanya tidak dihiraukan
- KET TRIAS KET (Amenorea (haid memanjang), PPV, nyeri perut
mendadak)
- Abortus tuba gejala dirasakan tidak begitu berat, nyeri perut, PPV,
biasa sering dikira abortus biasa
- Ruptur tuba Membahayakan jiwa (perdarahan masif), tanda akut
abdomen seperti nyeri tekan hebat (defans muscular), muntah, gelisah,
pucat, anemis, syok
- Pemfis Nyeri goyang serviks (slinger pain), cavum douglas menonjol
(akibat terisi darah), nyeri tekan adnexa
- Penunjang DR ( Hb turun, leukositosis), plano test, USG
abdomen/transvaginal, kalau tidak ada usg, gunakan teknik Kuldosintesis
- Kuldosentesis/pungsi cavum douglas cara pemeriksaan untuk
mengetahui apakah terdapat darah dalam kavum Douglas. Cara ini sangat
berguna untuk membuat diagnosis kehamilan ektopik terganggu.
- Teknik kuldosentesis :
- Penderita dibaringkan dalam posisi litotomi.
- Disinfeksi Vulva dan vagina
- Spekulum dipasang dan bibir belakang porsio dijepit dengan
tenakulum,
- kemudian dilakukan traksi ke depan sehingga forniks posterior
ditampakkan
- Jarum spinal no. 18 ditusukkan ke dalam kavum douglas dan
dengan semprit 10 ml dilakukan pengisapan.
- Hasil positif bila dikeluarkan darah berwarna coklat sampai
hitam yang tidak membeku atau berupa bekuan-bekuan kecil.
- Hasil negatif bila cairan yang dihisap berupa:
- Cairan jernih yang mungkin berasal dari cairan
peritoneum normal atau kista ovarium yang pecah.
- Nanah yang mungkin berasal dari penyakit radang pelvis
atau radang appendiks yang pecah (nanah harus dikultur).
- Darah segar berwarna merah yang dalam beberapa menit
akan membeku, darah ini berasal dari rteria tau vena yang
tertusuk.
- Tx : Laparotomi, bisa salpingektomi atau salpingostomi
- Tx Awal :
- Liat KU, Syok tidak Infus RL, bila perlu transfusi
- Cek DR anemia berat langsung transfusi, leukositosis kasih
antibiotik. Cek HCG. USG/Kuldosintesis
- Beri analgerik, anti perdarahan
- Konsul cito
c. MOLAHIDATIDOSA
- Kehamilan yang berkembang tidak wajar, Tinggi Fundus uteri > UK, vili
korialis berubah menjadi degenrasi hidropik.
- Gelembung putih, berisi cairan jernih, ukuran bervariasi 1-2 mm
- Gambaran histopatologi edema stroma, profilerasi sel-sel trofoblast
- Tanda Amenorea, PPV, uterus > UK, tidak ada teraba janin, djj (-),
biasa pada trimester kedua.
- Penunjang Hcg darau atau urin (+), USG kehamilan snow flake
pattern/honey comb app.
- Tx :
- Mola harus dirujuk ke faskes lanjutan!!!
- Perbaiki KU ABC, Infus cairan cegah syok, transfusi bila perlu, terapi
simptomatik (as. Tranexamat, ondacetron, analgetik)
- Keluarkan jaringan mola :
- Vakum kuretase dilakukan tanpa pembiusan + uterotonik
(oksitosin) lanjutkan kuretase sendok tumpul dilakukan sampai
bersih (saat kuret perlu sediakan persiapan darah)
- Histerektomi dilakukan bila cukup umur dan cukup mempunyai
anak. Usia tua menyebabkan keganasan ( 35 tahun dan anak 3)
cegah koriokarsinoma
- AVM (aspirasi vakum manual) + oksitosin 10 IU dalam 500 cc
RL/NaCl 0.9% kec. 40-60 tpm
- Setelah dilakukan semua tindakan observasi perdarahan
pulang
- Lakukan observasi HCG 2 minggu kemudian
- Bila hasil hcg tetap atau meningkat/ HCG urin menetap selama 8
mgg rujuk ke RS tersier kemoterapi
- Tatalaksana umum :
- Infus RL dan NaCl, AB, asam tranexamat, deksa (terminasi),
transfusi/SF + Vit C
- Bila perdarahan banyak terminasi dan sc cito tanpa memandang UK
- Bila perdarahan sedikit observasi, boleh plg, terapi ekpektatif
- Syarat terapi ekspektatif :
- Kehamilan pre-term, perdarahan sedikit dan berhenti dengan atau
tanpa pengobatan tokolitik
- Belum ada tanda inpartu
- Keadaan umum ibu cukup baik (Hb normal)
- Janis masih hidup dan kondisi baik
- Tatalaksana khusus :
- Konservatif :
- Rawat inap, tirah baring, AB profilaksis
- USG periksa letak plasenta
- Bila ada kontraksi berikan tokolitik :
- MgO4 4 g IV (awal) lanjut 4 gram/6jam atau,
- Nifedipine 3x20 mg/hari
- (+ deksametason 6 mg/IV)
- SF 60 mg selama 1 bulan, bila anemia berat transfusi
- Vit C, asam tranexamat
- Bila perdarahan berhenti dan waktu 37 minggu masih lama boleh
dipulangkan namun bila ada perdarahan segera kembali
- Khusus :
- Terminasi kehamilan syarat harus cukup bulan, perdarahan aktif.
- SC cito/persalinan
b. VASA PERVIA
- Pembuluh darah janin berada didalam selaput ketuban dan melewati OUI
bahaya perdarahan saat pembukaan serviks perdarahan akut yang banyak.
d. RUPTUR UTERI
- Robekan pada rahim dimana terjadi hubungan langsung antara rongga amnion
dan rongga peritoneum
- Tanda anemia, perburukan KU, syok, nyeri abdomen, djj (-)/gawat janin,
kekuatan his menurun
- Penunjang USG
- Tx :
- Perbaki KU, Infus RL/NaCl 0.9% untuk atasi syok, transfusi bila perlu,
analgetik, antibiotik.
- Histerektomi cito
a. ATONIA UTERI
- Keadaan lemahnya tonus/kontraksi rahim sehingga uterus tak mampu
menutup perdarahan yang terbuka dari tempat implantasi plasenta setelah bayi
dan plasenta lahir.
- Pencegahan :
- manajemen kala III,
- pemberian misoprostol PP 2-3 tab (400-600 ug) segera setelah bayi lahir
- Faktor resiko :
- Regangan rahim berlebih karena gemeli, polihidroamnion, anak besar,
grande multipara
- Kelelahan ibu akibat persalinan lama persalinan kasep (macet, > 18 jam)
- KU jelek, anemis, riw. Penyakit kronik
- Mioma uteri
- Infeksi intra uterin (korioamnionitis)
- Riw. Atonia sebelumnya
- Diagnosis :
- perdarahan aktif dan banyak segera setelah bayi dan plasenta lahir
(500-1000 cc)
- palpasi fundus masih tinggi dan kontraksi uterus lunak
- Tx :
1. Sikap tradelenburg, IV line, O2
2. Pijat uterus/masase uterus pastikan plasenta lahir lengkap
3. Beri Infus oksitosin 20 IU dalam 1000 cc RL/NaCl 0.9 % Kec. 60 tpm
(dan 10 unit IM) lanjut 20 IU dalam 1000 cc kec. 40 tpm.
- Kalau oksitosin tdk ada beri ergometrin 0.2 mg/IM atau IV lambat
dapat diulangi 15 menit kemudian dan per 4 jam bila diperlukan
(jangan > dari 5 dosis/1mg!!!!)
4. Bila perdarahan berlanjut Asam tranexamat 1gram ( 2 ampul)/IV
bolus selama 1 menit bisa diulang per 30 menit
5. Lakukan pemasangan kondom kateter/KBI selama 5 menit
6. RUJUK atau SIAPKAN OP CITO Laparatomi
7. Saat merujuk beri infus Oksitosin 20 IU dalam 500 cc RL /jam
8. Selama diperjalanan kompresi aorta abdominal/KBI
9. Ligasi arteri uterina/hipogastrika atau B-Lynch Method bila masih
perdarahan Histerektomi
- NB :
- Kontraksi uterus bisa menyebabkan penghentian perdarahan karena
struktut miometrum membentuk anyaman bila kontraksi pembuluh
darah akan terjepit dan perdarahan terhenti.
- Tx :
- Identifikasi KU, Cairan, sumber perdarahan
- Disinfeksi luka
- Hecting luka
- Berikan asam tranexamat 1 gr/IV bolus selama 1 menit dapat diulang per
30 menit rujuk bila derajat 3 dan 4
c. RETENSIO PLASENTA
- Plasenta tidak lahir sampai 30 menit setelah anak lahir
- Etiologi adhesi kuat antara plasenta-uterus
- Klasifikasi RETENSIO PLASENTA :
- Akreta implantasi menembus desidua basali dan Nitabuch Layer
- Inkreta implantasi menembus miometrium
- Perkreta vili korialis menembus perimetrium
- Inkaserata Plasenta sudah lepas, tapi belum lahir karena tertahan
disegmen bawah rahim
- Adhesiva plasenta masih melekat didinding rahim karena kontraksi
kurang kuat
- Tx :
- Oksitosin 10 IU dalam 500 cc RL/NaCl 0.9% kec. 60 tpm + 10 IU/IM
- Lanjutkan 10 IU dalam 500 cc RL/NaCl 0.9% kec. 40 tpm
sampai perdarahan berhenti
- Lakukan tarik pusat terkendali tak berhasil? Manual plasenta
- Antibiotik profilaksis dosis tunggal ampisilin 2 gr/IV dan Metronidazole
500 mg/IV; Ceftriaxone
- Infeksi atau perdarahan hebat? Rujuk
- MANUAL PLASENTA :
d. INVERSIO UTERI
- Keadaan dimana lapisan endometrium turun dan keluar melalui OUE bisa
komplit/inkomplit
- Faktor resiko atonia uteri, tali pusat ditarik, tekanan intra abdomnal
- Tanda syok, perdarahan menggumpal, divulva tampak jaringan permukaan
kasar (seperti kaos kaki) berwarna merah
- Harus cepat ditangani bisa nekrosis jaringan uterus dan infeksi
- Tx :
- Infus, identifikasi KU
- Berikan tokolitik/MgSO4 relaksan otot uterus Manual Reposisi
- Berikan Antibiotik, Transfusi bila perlu
- Manual reposisi tidak bisa dilakukan karena jepitan serviks laparotomi
untuk reposisi; bila nekrosis atau infeksi Histerektomi
e. REST PLASENTA
- Keadaan tersisa bagian plasenta dalam uterus sesaat setelah plasenta lahir.
- Tx :
- Oksitosin 10 IU dalam 500 cc RL/NaCl kec. 60 tpm dilanjut kec. 40 tpm
sampai perdarahan berhenti.
- Bila serviks terbuka eksplorasi digital dan keluarkan darah dan jaringan.
Bila serviks sempit AVM atau dilatasi dan kuretase
- Antibiotik profilaksis (Ceftriaxone/Ampisilin 2 gr/IV dan metronidazole
500 mg)
- Perdarahan berlanjut? tatalaksana seperti atonia uteri
- NB :
- HT TD ≥ 140/90, diukur min. 2x per 4 jam
- Proteinuria urin tampung : 300 mg protein dalam urin/24 jam/ ≥ 1+
dipstick
- Faktor Resiko :
- Primigravida, primipaternitas
- Hiperplasentosis (mola, kehamilan multipel, DM, hidrops fetalis, bayi besar)
- Usia tua
- Riw. Keluarga preeklampsia/eklampsia
- Penyakit ginjal/riw hipetensi kronik
- Obesitas
- Pre-Eklampsia :
a. Pre-Eklamsia Ringan (HT ≥ 140/90 + UK >20 mgg + proteinuria)
sindrom kehamilan terjadi penurunan perfusi organ sebabkan vasospasme
pembuluh darah dan aktivasi endotel
- Pemfis TTV ibu, KU, Antenatal care, DJJ
- Penunjang USG
- Tx :
- Rawat jalan tirah baring, minim aktivitas, baring miring, one
day care, tak perlu diet garam, tak perlu obat anti hipertensi.
- Rawat Inap
- Tak ada perbaikan TD dan Kadar proteinurin selama 2 minggu
- 1/lebih gejala pre-eklamsia berat