Anda di halaman 1dari 80

Ujian Kompetensi

Mahasiswa Program Profesi Dokter


(UKMPPD – CBT)

Panitia Pembekalan UKMPPD


Fakultas Kedokteran
Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara

Pembekalan UKMPPD FK UMSU Page 1


Bismillahirrahmanirrahiim

Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah apa yang ada pada suatu kaum,
hingga mereka mengubah apa yang ada pada diri mereka sendiri (QS 13:11)

Rabbi zidni ‘ilma warzuqni fahma

Allahumma laa sahla illa maa ja’altahu sahlan wa Anta taj’alul hadzna idzaa syi’ta sahlan

Pembekalan UKMPPD FK UMSU Page 2


DAFTAR ISI

Set 1 Pulmonologi ............................................................................................................. 4

Set 2 Endokrinologi ... ...................................................................................... .................. 9

Set 3 Nefro-urologi ........................................................................................................... 16

Set 4 Gastroentero Hepatologi ......................................................................................... 19

Set 5 Tropik Infeksi ........................................................................................................... 22

Set 6 Hematologi & Rheumatologi .................................................................................... 26

Set 7 Obstetri Ginekologi .................................................................................................. 32

Set 8 Pediatrik ................................................................................................................... 38

Set 9 Mata & THT .............................................................................................................. 42

Set 10 Neurologi ............................................................................................................... 50

Set 11 Psikiatri .................................................................................................................. 55

Set 12 Public Health .......................................................................................................... 59

Set 13 Bedah ..................................................................................................................... 62

Set 14 Bioetika & Forensik ................................................................................................ 66

Set 15 Kulit dan Kelamin .................................................................................................. 70

Set 16 Kardiologi .............................................................................................. ..................76

Pembekalan UKMPPD FK UMSU Page 3


SET
Pulmonologi
1 Pembekalan UKMPPD CBT FK UMSU

TUBERCULOSIS
 Penyebab: M. Tuberculosa
 Gejala : batuk berdahak ≥ 2 minggu, hemoptisis, BB menurun, keringat malam, badan lemas
 Pemeriksaan fisik : demam subfebris, SP : Bronchial, vesikuler melemah pada apex ST: Ronkhi basah,
amforik
 Penunjang : Darah Lengkap, Pewarnaan BTA, foto thorax PA, lateral, top lordotik, uji
mantoux/tuberkulin

Alur DIagnostik

Klasifikasi Pasien TB
1. Baru : Belum pernah minum OAT atau sudah minum OAT <1 bulan
2. Kambuh/relaps : pernah sembuh atau OAT lengkap kemudian terinfeksi TB lagi
3. Drop out/Default : OAT ≥1 bulan, kemudian putus obat ≥2 bulan
4. Kasus Gagal : BTA (+) pada akhir bulan ke 5
5. Kronik : BTA (+) dengan OAT kategori 2
6. Bekas TB : BTA (-), Ro: tidak aktif

Pembekalan UKMPPD FK UMSU Page 4


Penatalaksanaan TB
Kategori I : 2 RHZE/4R3H3  TB paru kasus baru, BTA +, BTA -, ekstra paru
Kategori II : 2 RHZES/RHZE/5R3H3E3  Kasus kambuh, dropout, gagal kategori I
Kategori anak: 2 RHZ/4RH atau 2 RHZE(S)/4-10 RH
Dosis OAT per KgBB  I-R-S-E-P
Isoniazid : 5 mg/KgBB
Rifampisin : 10 mg/KgBB
Streptomisin : 15 mg/KgBB
Etambutol : 15-20 mg/KgBB
Pirazinamid : 25 mg/KgBB

Evaluasi pengobatan
Kategori I : akhir bulan 2*), akhir bulan 5, akhir bulan 6
Kategori II : akhir bulan 3, akhir bulan 5, akhir bulan 8
*) jika akhir bulan 2 (+)  cek akhir bulan 3, jika masih (+)  tetap lanjutkan pengobatan

Resistensi
1. TB MR (Mono resistan) : resistan 1 jenis OAT lini pertama
2. TB PR (Poli resistan) : resistan 2 jenis OAT lini pertama, selain isoniazid dan rifampisin
bersamaan
3. TB MDR (Multi Drug Resistan) : resistan isoniazid dan rifampisin secara bersamaan
4. TB XDR (Extensive Drug Resistan) : TB MDR + resistan salah satu OAT gol fluorokuinolon + minimal
OAT lini kedua jenis suntikan (Kanamisin, Kapreomisin, Amikasin)

EFEK SAMPING OAT


Rifampisin  pewarnaan merah, gangguan hormonal, mengganggu kerja obat lain . Th/ edukasi
INH  neuritis perifer, anemia defisiensi folat. Th/ vitamin B6 1 x 100 mg
Pyrazinamide  heptotoksik poten, gout artritis. Th/ aspirin , pct, oains
Etambutol  gangguan visus/buta warna merah hijau. Th/ stop etambutol
Streptomisin  nefrotoksik, ototoksik, dan gangguan keseimbangan. Th/ stop streptomisin

TB keadaan khusus
TB + Hamil/menyusui  mulai OAT kecuali streptomisin
TB + kontrasepsi hormonal  efek kontrasepsi menurun
TB + DM  prinsip pengobatan sama, lama pengobatan bisa sampai 9 bulan jika tidak terkontrol
TB + Ggn Ginjal  hindari aminoglikosid, sesuaikan dosis pirazinamid dan etambutol
TB + HIV  OAT baru disusul ARV
TB + Ggn Hati  jika ikterik (+) / SGOT/SGPT >5x awal / Bilirubin >2  stop OAT hingga ikterik (-) / bilirubin <2 /
SGOT/SGPT <2x normal

ASMA
 Inflamasi kronik saluran napas, gejala episodik berulang, obstruksi jalan napas, reversibel
 Gejala stabil : batuk tengah malam, sesak nafas saat olahraga dan tenang saat istirahat
 Gejala serangan : perasaan sesak berat, susah bernafas, wheezing pada ekspirasi
 Pemeriksaan fisik : SP : vesikular/bronchial ST: wheezing/ekspirasi memanjang
 Penunjang : faal paru (spirometri atau Arus Puncak Ekspirasi), uji reversibilitas, uji alergi, imunologi

Klasifikasi
Derajat asma berdasarkan gambaran klinis  lihat serangan malam!
Intermiten  gejala malam ≤2x bulan
Persisten ringan  gejala malam >2x bulan
Persisten sedang  gejala malam >1x/seminggu
Peristen berat  sering

Derajat asma pada anak  lihat frekuensi serangan!


Episodik jarang  <1x/bulan
Episodik sering  >1x/bulan
Persisten  sering

Pembekalan UKMPPD FK UMSU Page 5


Berat serangan asma akut  lihat cara berbicara!
Serangan ringan  bicara 1 kalimat
Serangan sedang  bicara beberapa kata
Serangan berat  bicara kata demi kata
Mengancam jiwa  mengantuk, kesadaran menurun

Tingkatan asma terkontrol  lihat eksaserbasi!


Terkontrol  tidak ada eksaserbasi
Terkontrol sebagian  ≥1x eksaserbasi dalam setahun
Tidak terkontrol  >1x eksaserbasi dalam seminggu

Alur Tatalaksana Asma di Rumah Sakit

Tatalaksana Asma
Reliever : SABA, Aminofilin, antikolinergik,
steroid low dose
Controller : LABA, Steroid, metilxantin,
antileukotrin
Asma eksaserbasi : Reliever
Maintenance asma : Controller

Pembekalan UKMPPD FK UMSU Page 6


PNEUMONIA
Pneumonia  infeksi parenkim paru selain dari M. tuberculosa
Pneumonia dewasa (tipikal): demam tinggi, batuk purulen, sesak berat
Etiologi: Klabsiella pneumonia
Th/ Golongan makrolide
Pneumonia atipikal: demam afebris, batuk dan sesak tidak terlalu berat
Etiologi: Klamidia sp dan mycoplasma
Th/ golongan makrolide
Pneumonia pada anak Etiologi: Streptococcus pneumonia
Pneumonia ringan  hanya demam, batuk dan sesak. Th/ cotrimoksazole
Pneumonia berat  disertai dengan sianosis, retraksi, nafas cuping hidung. Th/ ampicilin

Community Acquired Pneumonia (CAP)  gejala pneumonia di luar rumah sakit atau <48 jam setelah
dirawat
Hospital Acquired Pneumonia (HAP)  gejala penumonia setelah rawat inap ≥ 48 jam di RS
Ventilator Associated Pneumonia  muncul gejala penumonia setelah pemasangan ventilator

PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIK (PPOK)


 Penyakit paru kronik yang ditandai hambatan aliran udara, progresif, nonreversibel atau
reversibel parsial, akibat paparan gas atau partikel berbahaya. Terdiri dari bronkitis kronik dan
emfisema
 Bronkitis kronik  diagnosis klinis  batuk kronik produktif minimal 3 bulan berturut-turut
 Emfisema  diagnosis radiologis  hiperinflasi paru (paru hiperlusen)
 Gejala PPOK : sesak nafas, batuk berdahak kronis, riwayat terpajan dengan faktor resiko
 Pemeriksaan fisik : pursed lips breathing, barrel chest, pelebaran sela iga, SP : vesikuler N atau
melemah ST: ronkhi, wheezing, ekspirasi memanjang
 Penunjang : Darah rutin, foto thorax, faal paru (spirometri dan APE), AGDA
 PPOK eksaserbasi : sesak bertambah, sputum purulen, bertambah batuk
 Th/ Nebule SABA + antikolinergik, antibiotik

Spirometri
 Obstruksi : problem pada jalan napas. Cth: Asma, PPOK. Indikator FEV1<<<
 Restriksi : problem pada gangguan kapasitas pengembangan paru. Cth : Efusi pleura. Indikator
FEV1/FVC <<<
 Reversibiliti : perbaikan FEV1 secara spontan atau setelah pengobatan. Asma : reversibiliti ≥ 15%,
PPOK : reversibiliti <15%

Bronkiektasis
Batuk dengan sputum produktif, berwarna seperti karat, berbau sangat busuk dengan jumlah yang
sangat banyak dan membentuk lapisan lapisan. Gambaran khas  honeycomb appearance

Efusi Pleura
Suara napas hilang, perkusi redup.
Sesak berkurang jika miring ke posisi yang sakit
Cari penyakit yang mendasari.
Th/ Chest tube + WSD

Pembekalan UKMPPD FK UMSU Page 7


GAMBARAN FOTO THORAKS
Pneumonia : konsolidasi inhomogen, air bronkogram, infiltrat
TB aktif : infiltrat pada apex dengan kavitas, destroyed lung, efusi
TB inaktif : fibrosis paru, penebalan pleura (schwarte)
Bronkiektasis : honeycomb appearence
Hidropneumotoraks : air fluid level
Abses paru : air fluid level dalam kavitas berdinding tebal
Pneumotoraks : corakan avaskuler dengan kolaps pleural line
Efusi pleura : sudut costofrenicus tumpul, meniscus sign (+)
Ca paru : konsolidasi homogen berbatas tegas
Ca metastasis : coin lesion
Tb milier : snow storm
Edema paru akut : batwings / butterfly appearence
Bronkitis akut / asma : corakan caskuler meningkat
Bronkiolitis : patchy atelektasis dan infiltrat peribronkial
Emfisema : paru hiperlusen, sela iga melebar
Atelektasis : konsolidasi homogen dengan mediastinum tertarik ke arah konsolidasi
Hemothorax/efusi pleura masif : konsolidasi homogen dengan mediastinum terdorong ke arah lawan
konsolidasi

Pembekalan UKMPPD FK UMSU Page 8


SET
Endokrinologi
Pembekalan UKMPPD CBT FK UMSU
2
DIABETES MELITUS
Patofisiologi
Penyebab polifagia:
hipoglikemia intrasel

Peyebab poliuria: karena


glukosa yang telalu
tinggi menarik air

Penyebab polidipsi :
karena dehidrasi intrasel
memberikan feedback
ke hipotalamus

Diagnostik DM: Keluhan Klasik, KGD sewaktu dan


KGD puasa
Monitoring DM: KGD puasa, KGD 2 jam PP, dan
HbA1c

KGD puasa
< 110 : normal 110-125: glukosa puasa terganggu
(prediabetes) >125: DM
OGTT
< 140: normal 140-199: toleransi gula terganggu
(prediabetes) >200: DM
HbA1C
< 5,7 % : normal 5,7 – 6,4 : prediabetes
≥6,5% : DM

Pembekalan UKMPPD FK UMSU Page 9


PENATALAKSANAAN DM
1. Edukasi modifikasi lifestyle
2. Diet rendah kalori dgn indeks glikemik < 70, 3 porsi besar + 2 snack (porsi kecil tapi sering)
3. olahraga aerob 3-5 x per minggu @ 30-40 menit aerob spt jalan cepat, lari, renang
4. Medikamentosa
Insulin Sensitizer Insulin Secteroric Absorpsi Glukosa

Kelebihan: Kelemahan: Acarbose

Cocok utk pasien Potensi tinggi hipoglikemik. ES: Perut


obese/sind.metabolik Jangan diberikan bersamaan kembung, flatulens
dengan insulin.
Kelemahan: Diberikan
Diberikan 30 menit sebelum bersamaan dengan
Kontraindikasi pada gagal jantung makan makanan
dan gagal ginjal  mengakibatkan
retensi air

Metformin Sulfonilurea DPP IV inhibitor

1st line therapy DM Cth. Glibenklamid, glimiperide,


glicazide
Dosis 3x500 mg
1 kali sehari (long acting)

Thiazolidindion Glinid

Cth. Repaglinid

Agonis GLP-1

Peningkatan pelepasan insulin,


<< BB, menghambat pelepasan
glukagon, memparbaiki
cadangan sel beta pankreas

Efek samping : sebah dan


muntah

Cth : Liraglutide sc

5. Insulin
DM dengan segala komplikasi, DM tipe I, DM dengan kehamilan
DM yang gagal dengan OAD  dibuktikan dengan HbA1C > 9 gr%
DM dengan infeksi berat
Jenis insulin:
1. Insulin basal (Long acting – diberikan sebelum tidur suncutan)

Pembekalan UKMPPD FK UMSU Page 10


KATEGORI DM TERKONTROL

Mengendalikan KGD sepanjang malam 


sesuaikan dosis dengan hasil KGD puasa saat
bangun tidur pagi hari
Merupakan 1st line insulin pada kasus DM tipe 2
yang gagal obat, karena sasaran utama terapi
insulin pada DM tipe 2 adalah mengendalikan KGD
puasa
2. Insulin reguler/prandial (Short acting – diberikan 30
menit sebelum makan subcutan)
Mengendalikan KGD setelah makan  sesuaikan
dosis dengan hasil KGD 2 jam PP
Utk kasus DM tipe 1: first line
Utk kasus DM tipe 2: berikan dulu insulin basal
sampai KGD puasa terkontrol. Setelah KGD puasa
terkontrol, tapi HbA1C belum terkontrol, maka
tambahkan insulin reguler/prandial
TARGET PENURUNAN KGD
KGD puasa : 80-130 mg/dl
Catatan khusus penatalaksanaan DM Tipe 2 KGD 2 jam PP : < 180 mg/dl
1. Untuk penderita DM Tipe 2 yang memiliki HbA1C (standard of medical care in
< 7%, maka dilakukan modifikasi gaya hidup sehat. Diabetes 2015)
Bila setelah 3 bulan HbA1C masih <7%, maka
dilanjutkan dengan monoterapi.
2. Untuk penderita DM Tipe 2 yang memiliki HbA1C 7-9 %, maka dilakukan modifikasi gaya hidup
sehat dan monoterapi.
3. Untuk penderita DM Tipe 2 yang sejak awal pemeriksaan ≥9% maka bisa langsung diberikan 2
kombinasi obat.
4. Bila pada pemeriksaan awal HbA1c ≥10% atau KGD sewaktu ≥300 mg/dl dengan gejala
metabolik, maka pengobatan langsung dengan
a. Metformin + insulin Basal ± insulin prandial
b. Metformin +insulin Basal + GLP 1RA

PEMANTAUAN KGD
1. Dilakukan pemeriksaan : sebelum makan, 2 jam sesudah makan, sebelum tidur malam ( pukul
22.00)
2. Pasien dengan pengendalian yang buruk dan tidak stabil dilakukan tes setiap hari.
3. Pasien dengan dengan pendalian yang baik, maka dapat dilakukan pemeriksaan KGD setiap
minggu-bulan.

KOMPLIKASI DM
Komplikasi

AKUT KRONIS

Hipoglikemia Hiperglikemia Makrovaskuler MIkrovaskuler

Pembekalan UKMPPD FK UMSU Otak Neuropati Page 11


KAD HONK Jantung Nefropati
Kaki Retinopati
Ketoasidosis Diabetik (KAD)
Biasa terjadi pada DM Tipe 1
Ditegakkan jika KGD > 250 dengan penurunan kesadaran akibat akumulasi benda keton
Kalau KGD > 250 tapi pasien sadar dan tidak ada sesak  bukan KAD melainkan DM biasa
Acidosis . Keton serum/urine (+)
Hiperosmolar Non Ketotic Koma (HONK)
Ditegakkan jika KGD > 600 dengan penurunan kesadaran akibat dehidrasi hiperosmolar
Kalau KGD > 600 tapi pasien baik baik saja berarti bukan HONK melainkan DM biasa
Osmolaritas > 320 mOsm/l
Penyebab kematian adalah DEHIDRASInya, bukan Hiperglikemia nya
Tatalaksana: rehidrasi dengan Normal saline 6-9 liter/24 jam. Setelah rehidrasi, baru berikan insulin
short acting
Pencetus KAD / HONK : paling sering infeksi

Hipoglikemia
Bilaka KGD < 60 mg/dl baik sadar maupun tidak sadar
Gejala : penurunan kesadaran, lemas, keringat dingin, terasa lapar, gemetar, pusing.
Kalau masih sadar serendah apapun KGD nya  kasi air gula
Kalau sudah tidak sadar  bolus dextrose 20% 50 cc ( D40% 25 cc) dilanjutkan maintenance
D10%
/D5%
Pemantauan KGD dianjurkan setiap 15 menit, kemudian diikuti 1-2 jam

KELAINAN KELENJAR TIROID


Struma
Struma adalah pembengkak kelenjar tiroid
Bentuknya meliputi :
Nodusa jika ukuran kurang dari 5 cm, difus jika lebih dari 5cm
Toksik jika ada gejala. Non toksik jika tidak ada gejala, hanya benjolan saja
Gejala meliputi : jantung berdebar, keringat, tremor, BB turun, merasa panas, diare

Hipertiroid
Ditandai dengan jantung berdebar, keringat, tremor, BB turun, merasa panas, diare.

Dalam penegakan diagnosis dapat memakai skala Wayne Index


Lab: T3, T4 naik, TSH turun (MESTI ADA HASIL PEMERIKSAAN TIROID)

Pembekalan UKMPPD FK UMSU Page 12


Bila hanya ada gejala tetapi tidak ada hasil pemeriksaan fungsi tiroid, maka disebut
TIROTOKSIKOSIS
Marker yang paling sensitif adalah TSH, kemudian fT4, lalu T3
Grave disease: Hipertiroid krn autoimun, sering pada wanita, disertai dengan exophtalmus
Th/ 1st line : Metimazole : menghambat sintesis T3 dan T4
2nd line : PTU : menghambat perubahan T4 menjadi T3 (drug of choice pada ibu hamil)
Simptomatik : propanolol

Tiroiditis
jika nyeri, hangat, merah, demam. Biasa karen infeksi. Dapat hipertiroid, eutiroi ataupun
normotiroid

Krisis Tiroid
Keadaan penurunan kesadaran pada pasien hipertiroid. Paling sering terjadi karena pemakaian
obat PTU atau metimazole yang diberhentikan secara mendadak, atau dilakukan operasi pada
saat nilai fungsi tiroid belum normal.

Hipotiroid
Juga muncul benjolan. Biasanya berupa struma difusa (struma endemik) akibat kurang asupan
yodium.
Etilogi : Hashimoto tiroiditis, def. iodine
Gejalanya kebalikan dari gejala hipertiroid.
Th/ Levotiroksin
Komplikasi : Koma Mixedema (hipotermia, hipotensi, hipoventilasi, penurunan kesadaran)

Hipoparatiroid
Sering terjadi setelah operasi tiroidektomi total, dimana paratiroid akan ikut terangkat juga
Hipoparatiroid mengakibatkan HIPOKALSEMIA.
Dijumpai hipokalsemia, hipomagnesium dan hiperfosfatemia,
Gejala hipokalsemia: kaku otot, twitching, keram bahkan kejang.
Chvostek sign (+), trusseau sign (+), carpopedal spasm (+).
EKG: prolong QT interval
Th/ Kalsium seumur hidup

KELAINAN KELENJAR ADRENAL


Kelebihan kortisol Kekurangan Kortisol

Cushing syndrome Krisis Adrenal

Terjadi akibat pemakaian steroid sistemik Keadaan akut dan mendadak akibat
berkepanjangan. pemberhentian steroid secara mendadak,
sehingga steroid endogen mendadak rendah
Moon face, striae, mudah berdarah, buffalo hump,
otot perifer atrofi. KGD >>>> Penurunan kesadaran. Hipoglikemia.

Cushing disease Addison disease

Pembekalan UKMPPD FK UMSU Page 13


Terjadi akibat tumor di hipofisis sehingga ACTH Keadaan kekurangan kortisol kronis. Pasien stabil.
>>> mengakibatkan kortisol juga meningkat Keluhan lemas, mudah mengantuk, dsb.

DYSLIPIDEMIA
Yang menjadi tolak ukur dianosis adalah kadar >> kolesterol total, >> trigliserida, >> LDL dan <<HDL

Biasanya dyslipedimia diserta komorbid yang lain seperti : DM, Hipertensi, hipotiroid, alkoholik, penyait
ginjal kronik, kelainan hati.
Target terapi : LDL, TG, lalu HDL
Pengobatan :
– << LDL 
– HMG CoA Reductase (First choice)
– Cholesterol absorbstion inhibitor ( cth : ezetimibe)
– Bile acid sequestrants ( cth : Cholesteramin, colestipol)
– Untuk obat Cholesterol absorbstion inhibitor dan Bile acid sequestrants
diguakan sebagai obat ke 2 (obat kombinasi)
– Fibrat  << Trigliserida
– Niacin  >> HDL

Pembekalan UKMPPD FK UMSU Page 14


SINDROM METABOLIK

Tatalaksana :
 ATASI DISLIPIDEMIA, Target utama adalah oenurunan LDL
– Konsumsi lemak tak jenuh (MUFA) dan Indeks glikemic <<
– HMG CoA Reduktase  << LDL
– Fibrat  << Trigliserida
– Niacin  >> HDL
 Atasi Hipertensi
 Atasi resistensi insulin.
– Kurangi BB
– Tingkatkan Aktivitas Fisik
– Bila disertai DM, Maka kontrol KGD

Pembekalan UKMPPD FK UMSU Page 15


SET
Nefro-Urologi
3 Pembekalan UKMPPD CBT FK
UMSU

INFEKSI SALURAN KEMIH


ISK bawah (Sistitis): disuria, frekuensi, demam subfebris, nyeri suprapubik
ISK atas (Pielonefritis): demam tinggi hingga menggigil, nyeri CVA
ISK berulang merupakan faktor predisposisi terbentuknya batu struvit.

Etiologi: E coli menyebar secara ascendens


Th/ 1st line golongan Kuinolon cth. Ciprofloxacin 2x500 mg selama 7-14 hari.
2nd line Cotrimoxazole 2x860 mg selama 7-14 hari

ISK pada kehamilan


Cystitis  Th/ Cefalexin 4x500 mg atau Ampicillin 4x500mg atau Nitrofurantoin 2x500 mg
Pielonefritis  Th/ Ceftriaxone iv

BATU SALURAN KEMIH


Bedakan lokasi batu dengan memperhatikan gejala pasien.
Nefrolitiasis  nyeri pinggang (paling sering staghorn / bentuk tanduk rusa)
Urolithiasis  nyeri kolik yang menjalar hingga ke skrotum atau paha, mual muntah hebat
Vesikolitiasis  pancaran BAK tiba tiba terhenti, kembali mengalir jika berubah posisi
Uretrolitiasis  kesakitan dan menarik narik ujung penisnya saat tengah BAK. Aliran BAK terpecah.

Pemeriksaan penunjang: Lakukan foto BNO


Batu radioopaque : Kalsium oxalat, Kalsium fosfat
Batu semiopaque : Magnesium Ammonium Posphat (MAP/Struvit)
Batu radiolusen : Uric acid dan systeine (tidak terlihat dengan BNO  lanjutkan dnegan USG ginjal
saluran kemih)

Tatalaksana BSK
Saat sedang muncul nyeri kolik: Berikan analgetik.
Saat stabil :
Ca Channel bLocker ( nifedipine)
Antibiotik : bial terjadi infeksi
Pada Batu ginjal :
Jika ukuran batu <0,5 cm  dilakukan observasi dengan terapi farmakologis
Jika ukuran batu 0,5-2,5 cm  dilakukan ESWL
Jika ukuran batu>2m  dilakukan pembedahan
Pada batu ureter :
Jika ukuran batu < 10 mm  dilakukan obervasi dengan trapi farmakologi
Jika ukuran batu > 10 mm  indikasi ESWL

Pembekalan UKMPPD FK UMSU Page 16


Kebanyakan batu bersifat asam  lakukan alkalinisasi urine dengan Kalium sitrat. Dapat ditambahkan
dengan forced diuresis
Untuk batu basa (cth. MAP/struvit)  lakukan acidifikasi urine dengan asam sitrat

GAGAL GINJAL
Bila gagal ginjal  Ureum creatinin meningkat, Dan bila Ureum creatinin meningkat 
diagnosisnya gagal ginjal
Penanda awal gagal ginjal: mikroalbuminuria
Membedakan gagal ginjal akut dan kronik dari 2 hal, dikatakan kronik jika;
1 Hb anemis  akibat defisiensi eritropeitin
2 terbukti ginjal mengisut  dari USG atau biopsi ginjal
Gejala uremic syndrome: mual, muntah, kulit kering dan gatal, sesak, penurunan kesadaran
Penyebab gagal ginjal:
Prerenal: Cth. Dehidrasi, hipovolemik, oklusi arteri renalis
Renal: Glomeruloferitis kronis, diabetik nefropati
Postrenal: Batu saluran kemih, BPH, Tumor ovarium

Indikasi Mutlak Hemodialisis:


Ureum > 200 mg/dl. Creatinin > 8 mg/dl. Kalium > 7 mg/dl. Atau ada asidosis yang tidak terkoreksi

GLOMERULONEFRITIS
Glomerulonefritis merupakan infeksi awal pada glomerulus yang disebabkan oleh toksin Streptococu
beta hemolitiukus grup A.
Gejala: ada riwayat ISPA, tercampur antara gejala sindroma nefrotik dan sindroma nefritik.
Px. Pemeriksaan ASTO
Th/ antibiotik Penicillin dan Kortikosteroid

Sekuele glomerulonefritis:
Sindroma Nefrotik: proteinuria masif, edema anasarka, hipoalbumin, hiperkolesterol
Sindroma Nefritik: hematuria, hipertensi, oliguria
Th/ Kortikosteroid

KELAINAN PADA PENIS DAN TESTIS


Perbedaan orchitis, varikokel, hidrokel, dan epidydimal cyst
Orchitis: testis merah, meradang, edema, nyeri. Th/ analgetik dan antibiotik
Varicocle: tampak gambaran seperti cacing bergelung. Th/ varicoclectomi
Hidrokel: transilminasi (+)
Epidydimal cyst: teraba massa kistik, tidak nyeri. Th/observasi

Perbedaan epididiymitis dan torsio testis, fimosis dan parafimosis


Epidydimitis: nyeri berkurang jika testis diangkat (phren sign(+)). Nyeri lebih gradual
Torsio testis: nyeri tidak kurang jika diangkat, testis tampak asimetris. Nyeri lebih mendadak
Akan tetapi, Phren sign (-) dapat juga (+), cremaster sign (-) pada torsio
Perbedaan fimosis dengan parafimosis
Fimosis: preputium tdk bisa ditarik ke belakang (unretractable skin/constriction ring) sehingga
saat akan BAK, preputium menggembung
Resiko: infeksi (postitis, balanitis, retensi smegma)

Pembekalan UKMPPD FK UMSU Page 17


Th/ hidrokortison 1% salep, dilatasi meatal, jika tidak respon  sirkumsisi
Parafimosis: preputium bisa ditarik tapi tidak bisa balik (emergency). Resiko: nekrosis
Th/ kompres dingin, sirkumsisi cito

TRAUMA
Perbedaan ruptur uretra anterior dan posterior
RU anterior: jika ada hematome (butterfly / sleeve), trauma kangkang
RU posterior: jika ada floating prostats, pada kasus frfaktur ramus pubis
Px: retrograde uretrografi
Th/ sistostomi perkutan atau punksi suprapubik
Ruptur ginjal: ada BAK bercampur darah setelah trauma. Jejas pada flank.
Ruptur Buli : gejala peritonitis, FR: fraktur pelvic
Striktur Uretra : BAK bercabang , FR : pemasangan kateter, trauma

Perbedaan prostatitis, BPH, Ca prostat


Prostatitis: ada nyeri tekan prostat saat di RT. Leukosit >>>
BPH: pembesaran prostat kenyal, licin
Ca prostat: pembesaran keras, bernodul nodul
Pemeriksaan PSA: < 4 : normal 4 – 10: suspect Ca > 10: Ca prostat

INFERTILITAS

• Jumlah sperma  40 juta


• Konsentrasi sperma 
– Bila kurang : oligozospermia ; bila tidak ada : azospermia
• Gerakan  maju ke depan
– Bila terjadi kelainan gerakan sperma :asthenozoospermia
• Morfologi  oval head and long tail
– Bila terjadi kelainan morfologi sperma :teratozospermia

Pembekalan UKMPPD FK UMSU Page 18


SET
Gastroentero-Hepatologi
4 Pembekalan UKMPPD CBT FK
UMSU

KELAINAN MULUT DAN ESOFAGUS

Candidasis oral : dijumpai bercak keputuhan yang sulit diangkat. Sering dijumpai pada pasien HIV atau
pada pengguna steroid jangka panjang. Th/ Nistatin drops
Candidiasis esofagitis: lesi kandida meluas hingga ke esofagus mengakibatkan gejala nyeri menelan.
Gambaran endoskopi: cobble stone. Th/ Nistatin drops + fluconazole
Gastroesofageal Reflux Disease (GERD)
Ditandai dengan rasa panas terbakar di dada akibat kelemahan lower esophageal sphincter
(LES).
FR: kebiasaan berbaring sehabis makan, pecandu kopi/alkohol
GERD berubah menjadi Barret esofagus (lesi pra kanker yang ditandai dengan perubahan epitel
esofagus dari yang harusnya squamous menjadi kolumnar) dan akhirnya berubah menjadi Ca
esofagus
Th/ PPI
Akalasia
Kelainan dimana bagian distal esofagus menuju persambungan ke lambung mengalami stenosis
/ mengecil, sehingga makanan sulit masuk ke lambung  muntah berulang.
Px: Barium swallow  gambaran mouse tail / paruh burung
Striktur Esofagus
Biasa terjadi sebagai akibat menelan bahan bahan korosif seperti asam/basa kuat.
Varises Esofagus
Muntah darah segar dalam jumlah banyak. Terjadi pada pasien sirosis hepatis dimana tekanan
vena porta meningkat dan diteruskan ke vena di esofagus.
Px: Endoskopi  gambaran cobble stone

KELAINAN LAMBUNG
Dispepsia fungsional
nyeri epigastrik dicetuskan faktor stress psikologis tanpa kelainan organik
Th/ Antasida, H2 antagonis (Ranitidin, Famotidin)
Nb. Cimetidin tidak banyak digunakankarena mengakibatkan gangguan libido dan ginekomasti
pada pria
Ulkus Peptikum
Ulkus gaster: nyeri tidak hilang dengan makanan
Ulkus duodenum: nyeri berkurang dengan makanan, muncul saat perut kosong & tengah malam
Th/ kalau sudah ulkus  langsung PPI
Gastritis
Adalah diagnosis endoskopik atau histopat, yaitu jika ditemukan kuman Helicobacter Pylori
Th/ Kombinasi 1 PPI + 2 antibiotik selama 8-12 minggu
Gastritis Erosiva

Pembekalan UKMPPD FK UMSU Page 19


Nyeri epigastrik hingga PSMBA akibat konsumsi NSAID, ataupun steroid berkepanjangan. Perlu
diingat bahwa prostaglandin adalah protektor lambung
Th/ Pilih NSAID selektif COX2 (golongan Coxib) + PPI atau Sucralfat
Komplikasi jangka panjang : esofagitis kronis, Barret’s esophagus, karsinoma esofagus

KELAINAN USUS DAN ANUS


Irritable Bowel Syndrome (IBS)
Kumpulan gejala rasa tidak nyaman pada perut yang diakibatkan faktor psikis. Gejala mereda
setelah BAB.
Th/ edukasi
Inflammatory Bowel Disease (IBD)
Ditandai dengan BAB sering bercampur darah dan nyeri perut
Crohn disease : dijumpai skip lesion, cobble stone
Kolitis ulseratif : radang ulserasi pada usus
Ca colorectal
Gejala awal: perubahan pola BAB, kadang konstipasi / BAB seperti kotoran kambing, kadang
diare, sering disertai darah
Radiologi: Barium enema  filling defect , apple core
Lab: pemeriksaan kadar CEA
Hemorrhoid
Hemorrhoid eksterna  nyeri, benjolan kehitaman
Hemorrhoid interna  BAB berdarah menetes darah segar
Grade I  hanya berdarah, tanpa benjolan. Th/ modifikasi lifestyle
Grade II  benjolan masuk spontan. Th/ modifikasi lifestyle
Grade III  benjolan masuk dengan didorong jari  Th/ operatif
Grade IV  tidak bisa masuk lagi Th/ operatif

KELAINAN HEPATOBILIER

Ikterus
Proses normal: Degradasi eritrosit  bilirubin indirect (tidak larut air)  dibawa ke hepar  diubah
menjadi bilirubi direct (larut air)  keluar melalui duktus koledokus  dibung melalui feses dan urine
Prehepatik : akibat degradasi eritrosit berlebih. Cth malaria
Hepatik : akibat proses pada hepar. Cth hepatitis
Posthepatik : akibat obstructive jaundice / sumbatan pada suktus koledokus. Cth kolelitiasis, tumor
pankreas
Ditandai dengan BAB dempul dan terjadi peningkatan bilirubin direct serta alkaline
transferase dan gGT
Hepatitis A, B, C, E
Yang menular lewat cairan tubuh B dan C

Serologi Hepatitis B
IgM IgG
HBsAg anti anti Anti HBs HBeAg
HBc HBc
Hep B akut + + - - -/+

Pembekalan UKMPPD FK UMSU Page 20


Hep B kronik
+ - + - +
infeksius
Hep B kronik non
+ - + - -
infeksius
Pasca imunisasi - - - + -
Sembuh dari Hep B - - + + -
HbeAg  replikasi aktif IgM anti HBc  window period

Kolelitiasis, kolesistitis, kolangitis


Kolelitiasis: 4F , nyerinya muncul jika makan berlemak, hilang timbul
Kolesistitis: 4F + murphy sign  px: USG  penebalan diding vesica felea
Koledokolitiasis : nyeri, ikterus
Kolangitis: demam, nyeri dan ikterus
Pankreatitis: paling sering pada alkoholik atau penderita kolelitiasis. Amilase & Lipase >>>>
Sirosis hepatis
Kriteria SEKASIH
Splenomegaly, Eritema palmar, Kolateral vena, Ascites, Spider necy, Inverse albumin:globulin,
Hematemesis
Sirosis merupakan lesi pra kanker hepar. Komplikasi: ruptur varises esofagus  PSMBA

Pembekalan UKMPPD FK UMSU Page 21


SET
Tropik-Infeksi
5 Pembekalan UKMPPD CBT FK UMSU

Helminth

Keterangan Gambar Terapi


Ascaris telur tebal berlapis bergranul, albumin. Cacing Alben 400mg SD,
lumbricoides dewasa terlihat makroskopis jelas. Pirantel
*Loefler syndrome: cacing dewasa masuk 10mg/kgBB SD
sirkulasi paru
Fase infeksius: tertelan telur matang (isi larva)
Hookworm telur tipis transparan Alben 400mg SD
(Ancylostoma Fase infeksius larva filariform menembus kulit
sp, Necator Creeping eruption. Cutaneous larva migran
sp)
Trichuris Cacing seperti cambuk. Hidup di kolon. Telur Mebendazole
trichiura tempayan. Komplikasi prolaps rekti. 2x100mg 3 hari
atau 600mg SD

Oxyuris/ Gatal anus malam hari. Telur asimetris, seperti Pirantel


Enterobius parutan kelapa. 10mg/KgBB SD
vermicularis
Taenia Keluhan keluar potongan persegi warna putih Albendazole
(saginata & (proglotid). Dx: QDP. Telur tebal dd radial isi selama 2-3
solium) hexacanth embryo minggu
- Saginata: sist bovis, daging sapi, uterus Praziquantel
gravid 15-20 10mg/kg
- Solium: sist selulosa, daging babi, uterus
gravid 7 -12,bisa neurosistiserkosis

Schistosoma 4s (schistosoma, spina pada telur, serkaria Praziquantel


fase infeksiusnya, di Sulawesi) 10mg/Kg

Pembekalan UKMPPD FK UMSU Page 22


Filaria Elephantiasis. Vektor: mansonia sp DEC
- W.Bancrofti: kepala p = l, inti teratur,
lekuk halus
- B. Malayi: kepala p = 2l, inti
berkelompok tidak teratur ada inti
tambahan, lekuk kinky
- B. Timori: kepala p = 3l, ada 2 inti
tambahan
Dx: hapus darah tepi, giemsa stain: (+)
mikrofilaria. Jam 22.00-02.00

Malaria
Fatro (Falciparum Tropicana) – Viter (Vivax Tertiana) – Maqu (Malariae Quartana)
 Falciparum: eritrosit tdk membesar, gambaran accole, Maurer’s dots, gametosit pisang/bulan
sabit, ring forms, double infections. Komplikasi malaria cerebral, black water fever.
Th/ AMO3 + ASU 3 + PQ 1
 Vivax: eritrosit membesar, bisa relaps, bintik Schuffner. Menyebabkan malaria tertiana
Th/ AMO3 + ASU 3 + PQ 14
 Malariae: dijumpai band form (gambaran seperti pita), merozoit rosette
 Ovale: gambaran seperti komet, james’s dots
Dx: Pemeriksaan hapusan darah tipis (melihat jenis malaria), darah tebal (hitung kepadatan malaria
Th/

- Bila hamil: TM1 Kina + Klindamisin. TM2 ACT, (kontraindikasi: PQ, Doxy)
- Malaria berat: Artesunat IV (di RS), Artemeter IM (di lapangan), Kina HCL (ibu hamil)
- Cek terapi hari ke 7, 14, 12
Profilaksis: Cloroquin Doxycicline Meflokuine
Malaria hemoglobinuria = black water fever
Malaria algid = malaria + shock

Pembekalan UKMPPD FK UMSU Page 23


DHF
Beda dengan Demam Dengue: Tidak ada kebocoran plasma, HT tidak meningkat >20%. Bisa gejala mirip.
Grading DHF
 grade I: gejala klinis + uji tornikuet (+)
 grade II: grade I + perdarahan spontan
 grade III: grade II + muncul tanda tanda presyok, akra; dingin lembab sianosis gelisah, TD <<,
Nadi >>
 grade IV: syok (nadi dan TD tidak teraba)
 DSS: kulit dingin lembab, gelisah, MAP<60mmHg, TD < 20mmHg, HR>100x/i
Dx: Hari 1 – 3 NS1, IgM, IgG anti dengue
Resusitasi cairan pada DSS kristaloid start 10-20 cc/kg/30 menit 20-30 cc/kg/30 menit
Periksa hematokrit sebagai penanda kebocoran plasma per hari

Leptospirosis
Penyebab: leptospira (spirochaeta bentuk spiral dengan flagel)
Menyebar umumnya lewat urine tikus (bisa anjing babi dll) yang larut bersama aliran air
Risiko: banjir, genangan air, pekerja selokan, kebun, tukang potong hewan, peternak, berburu, kemah,
renang
Ringan: jika hanya nyeri betis dan demam saja Th/ doxycicline > Ampi > Amox
Sedang - Berat: jika ada ikterus Th/ penicilin 1,5 juta IU per 6 jam atau Ceftriaxone 2 gr/12 jam

Disentri
Diare berlendir dan berdarah
Disentri basiler: Shigella sp. frekuensi > 10 x/hari, demam tinggi, feces alkali
Th/cotrimoxazle (anak), Cipro (Dewasa)
Disentri amoeba: Entamoeba hystolitica. Frekuensi < 10x/hari, demam sufebris, lebih ringan. Terjadi
akibat tertelan kista matang (inti 4). Feces asam.
Th/metronidazole ; komplikasi: abses hati amoebic

Giardia
Diare berminyak / berlemak
Gambaran seperti buah pir dengan axostyle. Bentuk infeksius : kista
Th/ Metronidazole

Demam Tifoid
Salmonella typhii, bakteri gram negatif. Dari kontaminasi makanan.
Demam bertangga/stepladder >7hari, obstipasi/diare, lidah kotor, bradikardia relatif, rose spot
Dx: Gold standard adl Kultur. Mgg 1 (sumsum tulang & darah). Mgg 2 (Feces). Mgg 3 (Urin)
Pemeriksaan lain: Widal O 1:320 / H > 640, atau kenaikan 4x dlm2 mgg ; Tubex: positif ≥ 4
Th/ Cipro (dewasa), Kloramfenikol (anak), Amox/ampi/sefalosporin gen 3 (ibu hamil)

HIV
Stadium klinis:
1 (Asimtomatik, limfadenopati persisten)
2 (BB turun, herpes zoster, ulkus oral, jamur kuku)
3 (BB turun > 10%, diare kronik, demam, kandidiasis oral, TB paru)
4 (Wasting syndrome, demam-diare,PCP, TB ekstraparu)

Pembekalan UKMPPD FK UMSU Page 24


Dx: Anjuran: Pemeriksaan 3 Metode (A1(+) A2(+) A3(+) = reaktif/positif. Salah satu atau dua2 A2/A3 (-)
indeterminate). Gold Standard (western blot). Skrining: Rapid Test. Lain2: CD4
*VCT: konseling sukarela dan pribadi bagi klien yang berisiko tertular HIV, anjurkan!
Th/ ARV (2NRTI + 1NNRTI) seumur hidup (std 1 – 2 mulai bisa CD4 < 350), (std 3-4 langsung terapi)
Bila ada obat yang tidak bisa bersamaan dengan obat infeksi, utamakan infeksi baru ARV lanjut.

*Pada pasien HIV koinfeksi TB mulai terapiARV sesegera mungkin setelah


terapi TB dapat ditolenransi (2-8mgg pertama setelah OAT)

Flu Burung
Definisi kasus:
Suspek: gejala ispa, demam, batuk, sakit tenggorokan, kontak burung/lab (+)
Probabel: suspek + lab virus influenza (+) terbatas ATAU suspek dalam waktu singat jadi
pneumonia/gagal nafas/meninggal ATAU suspek + tidak terbukti sebab lain
Konfirmasi: Kultur virus H5N1 (+) atau PCR (+) atau titer antibodi H5 meningkat 4x
Th/ Antiviral (Oseltamivir) berikan secepat mungkin (48 jam pertama)

Pembekalan UKMPPD FK UMSU Page 25


SET
Hematologi &Rheumatologi
6 Pembekalan UKMPPD CBT FK
UMSU

ANEMIA

Gejala Umum : Lemah, Letih, Lesu, Lelah, Lunglai, pusing, penglihatan berkunang2 dan penurunan
konsentrasi.

POLA PIKIR ANEMIA


1. Lihat jenis anemianya berdasarkan gambaran hapusan darah dan MCV MCH
2. Identifikasi etiologinya dan faktor resikonya

Pembekalan UKMPPD FK UMSU Page 26


KLASIFIKASI ANEMIA
Anemia Mikrositik Hipokromik (MCV <<, MCH <<) = FE-TAL-CIDERA-KRONIK
Anemia defisiensi besi
Thalasemia
Anemia cideroblastik
Anemia chronic disease
Anemia Normositik Normokromik (MCV n, MCH n)
Anemia perdarahan akut
Anemia hemolitik
Anemia chronic disease
Anemia aplastik
Anemia Makrositer Normokromik (MCV >>)
Anemia defisiensi folat
Anemia defisiensi B-12

Anemia Mikrositik Hipokromik


Defisiensi besi  Lemas, pucat, PICA, Anak: (rewel, nafsu makan menurun), papil lidah atrofi,
kuku sendok (koilonikia), cheilosis, tidak ada hepatosplenomegali.
Anisopoikilositosis (ukuran dan bentuk eri berbeda2) normoblas dgn banyak sel
pencil, serum iron ↓, ferritin ↓, TIBC ↑.
Etio: perdarahan kronis (tukak peptik, hemoroid, infeksi cacing tambang,
menoragi, donor darah berlebihan), cacingan, atau intake jelek, ggn absorpsi
(makan fe bersamaan dgn teh/kopi, tropical sprue, dll)
Th/ SF 3x200 mg sampai Hb normal, dilanjutkan SF 3x100 mg 2-6 bulan setelah Hb
normal, untuk mengisi cadangan. Cek Hb setelah th/ 1 bln.
Thalasemia  organomegali /hepatosplenomegali, riwayat transfusi kontinu. eri
anisopoikilositosis
dgn banyak sel target. Px Hb elektroforesis.
Penyakit kronis  pneumonie, Syphilis, AIDS, TB, Artritis Reumatoid, Limfoma hodgkin, (1-2 bln
post
infeksi) Iron serum ↓, TIBC ↓/ N, Feritin serum ↑
Sideroblastik  cadangan Fe (+), tp penyediannya (-) krn ada ggn inkorporasi Fe ke heme.
Cincin sideroblastik (+) pd pemeriksaan sumsum tulang

Anemia Normositik Normokromik


Aplastik  pansitopenia, efek samping kloramfenikol, Px: aspirasi bone marrow
Hemolitik  ikterus, splenomegali, bilirubin indirect meningkat. Retikulosit meningkat.
Perdarahan  perdarahan masif dan akut misal pada trauma
Penyakit kronis  penyakit yang mnengganggu hematopoiesis, cth kanker, CKD

Anemia Makrositer
Megaloblas: - Defisiensi folat  ibu hamil, efek: kelainan saraf kongenital
- Defisiensi B12  pada vegetarian, penyakit lambung
Nonmegaloblas: - Penyakit hepar kronik - Hipotiroidisme

Pembekalan UKMPPD FK UMSU Page 27


Hemofilia
• H.A Defisiensi faktor VIII 80 %
• H.B Defisiensi faktor IX 15 %
• H.C Defisiensi faktor XI sisanya
• APTT memanjang  faktor ekstrinsik. PTT bisa normal /naik
• kromosom Xh resesive dari wanita
• th/ : kryoprecipitate (F VIII) / fresh frozen plasma

Von-willbraind Dis.
• aPTT ↑↑, PTT dalam batas normal
• Faktor VWB ↓↓, Faktor VIIIAG ↓↓

Idiopathic Trombositopenic Purpura


Akut ≤ 6 bulan, >> anak-anak 2-6 tahun. Kronik > 6 bulan, >> Wanita, dewasa 18-40 thn
Biasa dijumpai pada remaja wanita. Muncul petechia dan purpura. Didahului riw ISPA.
Lab: trombositopenia <150.000, IgG trombosit >>, megatrombosit>>,
Biopsi Sumsum Tulang : Megakariosit >>

Leukimia
(leukositosis >60.000, anemia, trombositopenia)
Sel limfoid  leukemia limfositik.
Sel mieloid (neutrofil, basofil, dan eosinofil)  leukemia mielositik.
Akut : sel muda yg dominan (blast) (85%, 100%)
Kronik : sel matur (-sit)
• ALL  Sering pada anak-anak (75% <15 tahun, puncak usia 3-5 tahun), dewasa 25%
• CLL  95% neoplasma sel B, >> dewasa

Pembekalan UKMPPD FK UMSU Page 28


• AML  >>dewasa (85%), anak (15%), sel auer rod/auer body (+)
• CML  >> dewasa, terbanyak setelah CLL

Screening perdarahan
Bleeding Time : jumlah dan fungsi trombosit. Cth. Pada kasus DHF
Prothrombin time (INR) : faktor ekstrinsik . Cth. Pada penggunaan obat warfarin
APTT : faktor intrinsik. Cth. Pada hemofilia
D dimer : jalur fibrinolisis. Cth. Pada DIC, DVT

ARTHRITIS
Poliarthritis : > 4 SENDI.
Oligoarthritis : 2-4 SENDI
Mono arthritis : 1 SENDI  GA, Pseudogout, Septic Arthritis

Gout Arthritis Osteoarthritis Rheumatoid Arthritis


Pria usia reproduksi Wanita usia post-
Sering mengenai
Penderita aktif, wanita di usia post menopause, penderita
wanita usia muda
menopause obesitas
Sendi yang terkena Mengenai sendi-sendi Sendi yang terkena
Predileksi tunggal, biasanya MTP-1 besar (lutut, panggul) simetris, falang
atau MCP-1 atau falang distal proksimal
Krepitasi sendi, nyeri Nyeri memberat pada
Pembengkakan,
Manifestasi memberat pada pagi pagi hari sekitar 1 jam
eritema, nyeri hebat
hari kurang dari 1 jam atau lebih
Temuan Tofus Herbeden nodule Swan neck deformity
Trauma mekanis sendi
Deposit kristal urat yang
menginduksi lepasnya Proses autoimun
Patofisiologi menginduksi mediator
TNF-a, proses Pannus
inflamasi
degenerasi

Pembekalan UKMPPD FK UMSU Page 29


Laboratorium Aspirasi cairan sendi - Rheumatoid factor (+)
Osteofit, destruksi celah
Destruksi celah sendi,
Radiologi Punch out lesion, tofus sendi, kista subkondral,
kista subkondral
sklerosis subkondral
Colcichine pada fase
NSAIDs,
attack, tambahkan
Suplementasi Awal: steroid
Tatalaksana allopurinol 1x100-300
glukosamin dan Definit: Metothrexate
mg atau probenecid
kondroitin sulfat
untuk maintenance

LUPUS ERITEMATOSUS SISTEMIK


Penyakit Inflamasi Autoimun Sistemik  Hipersensitivitas te II dan iiHipersensitif tipe III

Th/ : steroid jangka panjang kemudian tapering off, atau sitostatik (mtx/siklofosfamid)

Pembekalan UKMPPD FK UMSU Page 30


Pembekalan UKMPPD FK UMSU Page 31
SET
Obstetri-Ginekologi
7 Pembekalan UKMPPD CBT FK
UMSU

KEHAMILAN NORMAL
a. Menghitung Usia Kehamilan
- Tinggi fundus uteri: 3 jari atas simfisis : 12 minggu, Pertengahan simfisis-umbilikus : 16-18 minggu,
Umbilikus: 22-24 minggu.
- Rumus Naegle/HPHT: Siklus 28 hari (Tanggal +7, Bulan -3, Tahun +1), Siklus 35 Hari (Tanggal +14,
Bulan -3, Tahun +1), SIklus tidak 28 hari (tanggal + (Siklus-21), Bulan -3, Tahun +1)
- Gerakan Fetus: Primigravida 18 minggu, Multigravida 16 minggu.
- Rumus Mc Donald: (TFUx2)/7 untuk Bulan, (TFUx8/7) untuk minggu.
- Rumus Bartholomew: Simfisis 8 minggu (2 Bulan), Pusat (24 minggu), Processus Xypoideus (42
minggu), Umur kehamilan 40 minggu sama dengan kehamilan 32 minggu. Simfisis-pusat dibagi 4 (3-
6). Pusat-Processus dibagi 4 (7-10).
- DJJ: USG (5-7 minggu), Dopler (10-12 minggu), Laenec (17-19 minggu)
- Taksiran Berat Janin (TBJ): (TFU-n)x155. n=12 (Jika kepala belum masuk PAP), n=11 (Jika kepala
sudah masuk PAP)
- Usia janin dari diameter biparietal pada usia > 12 minggu
b. Durasi Kehamilan:
- Preterm: 28-37 minggu
- Aterm: 38-42 minggu
- Post Term: >42 minggu
c. Tanda Kehamilan
- Tidak pasti: Amennorrea, mual muntah, mastoidinia, gerakan janin, sering kencing, konstipasi,
perubahan BB (normal 0,5 kg/minggu), peningkatan temperature, perubahan warna kulit (kloasma,
striae, linea nigra, dll), perubahan pelvis (Chadwick sign, serviks livide, dll), sekresi kolostrum,
pembesaran perut > 16 minggu, Ballotement 16-20 minggu, kontraksi uterus.
- Pasti: DJJ, palpasi, USG (gestasional Sac pd mgg ke 6, dapat melihat bayi kembar), fetal ECG (12
minggu), laboratorium HCG pd minggu ke enam (kadar 500-1000mU/ml
d. ANC
- Trimester 1 sebanyak 1 kali sebelum minggu ke 6
- Trimester 2 sebanyak 1 kali antara minggu ke 24-28
- Trimester 3 sebanyak 2 kali antara minggu 30-32, dan antara minggu 36-38
- Cara lain: 1x/bulan hungga usia 28 minggu, 1x/2 mgg usia 29-36 minggu, 1x/mgg pd 37-40 minggu,
1p2x/mgg usia kehamilan >40
minggu.

PERSALINAN NORMAL
- Usia Kehamilan Aterm (38-42
minggu)
- Presentasi belakang kepala

Pembekalan UKMPPD FK UMSU Page 32


- Persalinan tidak lebih dari 18 jam
- Tidak ada komplikasi pada ibu dan janin

KEMAJUAN
PEMBUKAAN: PARTOGRAF
Fase Laten Nullipara: >
20 jam, Multipara > 14
jam
Kala 1 laten: 1 cm/jam
Kala 1 Aktif: 0,5 cm/jam

EPISIOTOMI:
- Perineum Rigid
- Primigravida
- Persalinan patologi (Tumor, kista)
- Indikasi tertentu: bayi besar, distosia bahu, persalinan dengan vakum/forsep,

FAKTOR DALAM PERSALINAN:


- Power : His (kontraksi ritmis RUPTUR PERINEUM
otot polos uterus), kekuatan
mengejan ibu, keadaan
kardiovaskular respirasi metabolik ibu
- Passage : Keadaan jalan lahir
- Passenger : Keadaan janin (letak, presentasi, ukuran/berat
janin, ada/tidak kelainan anatomik mayor)
- “P” lainnya : Psychology, physician, position

MASALAH DALAM PERSALINAN


- Masalah kala I: Gangguan His/ Power: Inersia uteri, persalinan lama, Kontraksi uterus hipertonik,
Inkoordinasi kontraksi uterus, Gangguan Passage, Disproprosi kepala-panggul, Gangguan Passenger
(Malposisi, malpresentasi)
- Masalah kala 2: Distosia bahu dank ala 2 memanjang
- Masalah kala 3: Retensio Plasenta

- Masalah kala 4: Perdarahan Post Partum (Atonia uteri (Tone), Robekan (Tissue), Jaringan (Tissue),
Faktor koagulasi (thrombin)

Pembekalan UKMPPD FK UMSU Page 33


M
A
S
A
L
A
H

K
A
L
A

S
A
T
U

INDUKSI PERSALINAN Stimulasi tanda-tanda persalinan dari sebelumnya tidak ada menjadi ada
Indikasi: Adanya gawat janin atau gawat maternal

PERSALINAN DENGAN VAKUM DAN FORSEP


Indikasi: Kala 2 macet/lama, persalinan dgn indikasi persingkat kala 2, kelelahan ibu, ibu dengan
kontraindikasi meneran.
Syarat: Panggul adekuat, kepala sudah masuk PAP, posisi Hodge 3-4, pembukaan lengkap

Kunci: Forsep digunakan/diindikasikan pada persalinan


dengan kepala bayi defleksi atau malposisi.
Sedangkan vakum harus dengan posisi kepala vertex
(puncak kepala)

HIPERTENSI DALAM KEHAMILAN


- Preeklampsia: dulu tidak HT, sekarang HT,
proteinuria (+)
- Superimposed preeklampsia: dulu HT/< 20 minggu
persalinan, sekarang HT, proteinuria (+)
- HT gestasional: dulu tidak HT, sekarang HT,
proteinuria (-) menhilang <12 minggu pasca
persalinan
- HT kronis: dulu HT/< 20 minggu persalinan, sekarang
HT, proteinuria (-)

Pembekalan UKMPPD FK UMSU Page 34


- Preeklampsia Ringan: TD < 160/110, proteinuria +1 atau +2. Th/ antioksidan, istirahat
- Preeklampsia Berat: TD ≥160/110, proteinuria +3 atau +4. Th/MgSO4-antidotum Ca Glukonas,
hipertensi TD >160/110 dgn Nifedipin 10 mg 3x1, target TD 140/90 mmHg, dalam keadaan berat
dapat diberikan interval 30 mnt, max dosis 120 mg/hr. Pilihan lain dgn Nicardipin dan metildopa
2x250 mg.
- Impending eklampsia: nyeri kepala, nyeri epigastrik, pandangan kabur, muntah
- Eklampsia: Kejang, tatalaksana antikejang diazepam, patensi airway dan cairan iv.
- Preeklampsia berat: terminasi dalam 24 jam
- Eklampsia terminasi dalam 12 jam

PERDARAHAN ANTEPARTUM
< 20 minggu
Abortus: bedakan jenis abortus dengan melihat portio
Portio tertutup:
iminens (bercak darah)bedrest + Pil Progesteron
Komplet (sudah keluar semua jaringan)observasi

Portio terbuka:
Insipiens (tengah berlangsung, darah masif)resusitasi Inkomplet (sisa jaringan)dilatasi dan
kuretase
Inkomplit (jaringan keluar sebagian)Kuretase

Abortus habitualis: abortus lebih dari 3x berturut-turut

Mola: TFU lebih tinggi dari usia kehamilan, muntah progresif, TD >>> akibat homon HCG
KET: syok progresif, nyeri goyang portio  resusitasi cairan  laparotomi cito

Terapi: Usia kehamilan < 16 minggu lakukan AVM, Usia kehamilan > 16 minggu inj. Oksitosin utk ekspulsi
jaringan, jika gagal AVM

> 20 minggu
Plasenta previa: painless, causeless, recurent. Terjadi akibat plasenta menutupi segmen bawah
rahim
Solusio plasenta: nyeri hebat, didahului trauma, riwayat HT, bagian janin sulit diraba
Ruptur uteri: terjadi saat inpartu, bundle ring sign, bagian janin mudah diraba FR: big baby, panggul
sempit, grandemultipara, polihidramnion, riwayat SC

PERDARAHAN POST PARTUM


Early PPH ( < 24 jam) 4T
Tonus Atonia uteri : ditandai dengan kontraksi uterus lemah Th/masase KBI KBE + oksitosin,
ergometrin misoprostol
Trauma Laserasi: yang bersiko membuat PPH adalah laserasi grade III dan IV. FR: makrosomia,
primigravida, tidak episiotomi
Tissue Retensio plasenta: plasenta belum lahir setelah 30 menit Th/ manual plasenta.
Kalau plasenta belum lahir tapi belum 3 menit masih kala III Th/ PTT
Plasenta Adhesif (inkreta, acreta, perkreta)Rujuk Histerektomi
Trombin gangguan koagulasi darah

Pembekalan UKMPPD FK UMSU Page 35


Late PPH (>24 jam)
Sisa plasenta ditandai dengan TFU masih di atas simfisis setelah bayi dan plasenta lahir
Metritis: ditandai dengan tanda gejala infeksi, Lochia berbau dan bernanah, demam.

HIPEREMESIS GRAVIDARUM (Mual & muntah hingga usia kehamilan 16 minggu)PUQE Score
Gejala: Mul muntah hebat, dehidrasi, penurunan BB, ketonuria, gangguan elektrolit
Th/ cairan: dextrose, piridoksin (B6) 25 mg 2x1, diet rendah lemak, porsi kecil dan sering, krakers asin di
pagi hari
Antiemetik: Doxylamine 12,5 mg 2x1 /prometazine 5-10 mg 3x1 Metoclopramide 5-10 mg 3-
4x1 Ondansetron 4-8 mg 3-4x1 Jaga cairan
Kunci: Hiperemesis Gravidarummenimbulkan komplikasi (dehidrasi, penurunan BB, ketonuria,
elektrolit).
Emesis Gravidarum tidak terdapat komplikasi

KETUBAN PECAH DINI (Pecah ketuban pd kehamilan > 22 mgg tanpa tanda persalinan)
Test: Nitrazin testlakmus berubah mjd biru, Fernign Testgambaran pakis
Th/ Usia kehamilan >34 minggu: Antibiotik dan terminasi, kehamilan 24-33 minggu: antibiotic,
dexametason dan terminasi pada usia 34 mgg atau lebih. Antibiotik eritromicin 4x250 mg.

KORIOAMNIONITIS (Leukositosis, DJJ >160, Nadi ibu >100, amnion berbau, demam, nyeri fundus)
Th/ Ampicilin 2 gr/6 jam + Gentamicin 5 mg/kgBB/24 jam iv  Terminasi kehamilan jika perlu
matangkan serviks dan induksi.

CEPHALOPELVICDISPROPORTION
Osborn test (-) normal tidak CPD, Osborn test (+) berarti CPD
Muller Munro Kerr test: tidak ada overlapping berarti normal/tidak CPD

Pembekalan UKMPPD FK UMSU Page 36


KONTRASEPSI

Sering dijadikan KONDAR

KEPUTIHAN
- Bacterial vaginosis : terjadi akibat gangguan PH vagina sehingga pergeseran flora normal
Etiologi: Gardnella vaginalis kuning keabuan, berbau amis, tes amin (+), clue cell.
Th/ metronidazole 2 gram single dose atau 2x500mg selama 14 hari
- Kandidiasis vaginalis: akibat infeksi Candida putih menggumpal spt susu, gatal, pseudohifa (+).
Th/ nistatin supp, clotrimazole cream, fluconazole tab Single dose
- Trichomonas vaginalis : terjadi akibat infeksi IMS sekret kehijauan, nyeri terbakar, strawberry cervix,
flagel.
Th/ metronidazole 3x500 mg

CERVICITIS
Keluhan sekret mukopurulen
- Gonorrhea
Dijumpai diplococcus gram negatif berwaran merah intraseluler seperti biji kopi
Th/ Ceftriaxone 250 mg iv atau Cefixime 400 PO single dose
- Non Gonorhea (Chlamydia, Mycoplasma)
Hasil lab yang dijumpai bukan diplococcus gram negative
Th/ Azythromicin 1 gr single dose atau doxyxiclin 100 mg 2x1 selama 7 hari

Pembekalan UKMPPD FK UMSU Page 37


SET
Pediatrik
8 Pembekalan UKMPPD CBT FK UMSU

Resusitasi neonatus
Semua bayi baru lahir harus menjawab 4
pertanyaan
 Apakah cukup bulan, apakah menangsi
spontan, apakah tonus baik, dan apakah
ketuban jernih
 Jika salah satunya tidak Hangatkan –
Posisikan – Jalan nafas – Rangsang taktil
 Jika sianosis tapi usaha nafas ada  pasang
oksigen
 Jika apnea atau HR <100 x/i VTP pompa –
lepas - lepas
 Jika HR< 60 x/i Kompresi dada 3 kompresi :
1 ambu
 Jika tetap tidak respon masukkan
epinehrine
Semua langkah dilakukan selama 30 detik

Diagnosis Neonatus
Ditegakkan dengan menggunakan Lubchenco
yaitu menilai usia kehamilan
NKB: < 37 week
NCB: 37-42 week
NLB: > 42 week
36 w : 2250 – 3500 gr
34 w : 1800 – 3250 gr 32 w : 1400 – 3000 gr
Nilai maturitas otot dengan Ballard Score

Respiratory Distress
a. Hyaline Membrane Disease: bayi preterm, gambaran groundglass / badai salju/ retikulogranuler,
akibat kurang surfaktan. Th/steroid
b. Transient tachypne newborn: bayi aterm, hanya masalah adaptasi fisiologis
c. Meconium aspirasi syndrome: ketuban berwarna kehijauan, infiltrat di paru

Ikterus neonatorum
 Ikterus patologis jika salah satu terpenuhi Muncul pada hari pertama ATAU Kadar lebih dari 15
mg/dl ATAU bertahan sampai 14 hari
 Ikterus fisiologis: karena asupan ASI kurang (breast feeding jaundice). Th/ ASI lebih sering

Pembekalan UKMPPD FK UMSU Page 38


Imunisasi
 BCG: umur 0-2 bulan, jika terlambat lebih dari 3 bulan, harus dimantoux dulu, teknik: 0,05 cc
intrakutan
 Polio: umur 0,2,4,6. teknik 2 tetes
 DPT: umur 2,4,6. Teknik 0,5 cc im. Yang paling buat demam: pertusis
 Hep B: umur 0,1,6. Teknik 0,5 cc im
 Campak: umur 9. Teknik 0,5 cc s.c MMR: umur 15
Jika terlambat, imunisasi harus dirapel, kecuali BCG, harus di mantoux dulu.
Anak demam ringan dan batuk pilek tetap diimunisasi, keculai nampak dehidrasi dan KU jelek

Diare, Dehidrasi dan Terapi Cairan


 Tanpa dehidrasi : sens CM aktif, minum biasa, mata dan turgor normal
Th/ Oralit per kali diare Kurang dari 2 tahun 100ml, > 2 tahun 200 ml
 Dehidrasi ringan sedang : rewel gelisah, minum kuat, matra cekung, turgor lambat

Pembekalan UKMPPD FK UMSU Page 39


Th/ Orali 75 cc/kg habis dalam 3-4 jam
 Dehidrasi berat : penurunan kesadaran, malas minum, mata cekung, turgor lambat
Th/ IVFD RL, awal 30 cc/kg lanjutkan dengan 30 cc/kg Kurang dari 1 tahun, awal 1 jam, lanjutan 5
jam
Lebih dari 1 tahun, awal ½ jam, lanjutan 2 ½ jam
Pemberian Zinc selama 10 hari berturut turut untuk semua jenis dehidrasi
Dosis zinc: < 6 bulan = 10 mg, > 6 bulan = 20 mg Tidak diindikasikan pemberian loperamide, kaolin
pectin, attapulgite dsb.

Bronkiolitis, Pertusis, Croup


 Bronkiolitis: anak kurang dari 2 bulan, episode wheezing pertama. ronchi+wheezing, Ro: patchy
infiltrat, patchy atelektasis. Th/oksigen dan hidrasi
 Pertusis: batuk panjang sampai tercekik dan apnea, hingga menyebabkan perdarahan
subconjunctiva Fase infeksius: katarhalis. Th/eritromisin 14 hari atau azithromisin 5 hari

 Croup: batuk berat seperti menggonggong. Th/ steroid oral atau epinephrine nebul Epiglotitis: sesak
berat hingga stridor. Thumbprint sign (+).

TB pada Anak
 TB primer: tidak dijumpai lesi saat di foto, hanya tampak fokus Gohn (penebalan hilus)
 TB sekunder: sudah ada manifestasi nyata, tampak infiltrat, kavitas, dll
Semua anak dengan riwayat kontak pasien TB wajib di mantoux
Kontak (+), Mantoux (-), Klinis (-) Profilaksis primer INH 10 mg/kg 3 bulan
Kontak (+), Mantoux (+), Klinis (-) Profilaksis sekunder INH 10 mg/kg 6 bulan
Kontak (+), Mantooux (+), Klinis (+) TB, obati dengan OAT
Mantoux test: 0,1 cc PPD intrakutan
Regimen 2 RHZ + 4 RH

Gizi Buruk
Jika BB/TB kurang dari 70%
a. Marasmus: wajah tua, lemak subkutan
tipis, otot atrofi, TIDAK ADA EDEMA
b. Khwarsiorkor: wajah sembab, rambut
jagung, edema
c. Marasmus-Khwarsiorkor: gejala
tercampur
Th/ Fase stabilisasi (F 75) ,Fase transisi (F
100) , Fase rehabilitasi (F 135) (makanan
lunak)

Pemberian Makanan pada Anak


0-6 bulan: ASI
6-8 bulan: ASI + bubur susu
8-10 bulan: ASI + nasi tim saring
10-12 bulan: ASI + nasi tim utuh
>12 bulan: ASI + makanan keluarga

Pembekalan UKMPPD FK UMSU Page 40


Kejang Demam
Kejang demam sederhana: seluruh tubuh, <15 menit, tidak berulang
Kejang demam kompleks: sebelah tubuh, > 15 menit, berulang, ada defisit neurologis (salah satu
saja)
Berantas kejang: jika belum terpasang iv line: DZP rektal, jika sudah ada iv line: DZP iv
Urutan DZP rektal  DZP rectal DZP iv Phenytoin iv rujuk ICU
Dosis Diazepam 0,3 – 0,5 mg/kgBB setiap 8 jam
Dosis praktis diazepam rektal, tergantung BB anak Jika <10 kg DZP rektal 5 mg. Jika >10 kg DZP
rektal 10mg
 Terapi jangka panjang diberikan hanya kalau kejang demam kompleks Th/ valproate diberikan
selama 1 tahun bebas kejang, kemudian dihentikan secara bertahap selama 1-2 bulan
Pemeriksaan : Lumbal punksi utk singkirkan meningitis

Antibiotik pada Anak


Penumonia ringan: cotrimoxazole
Pneumonia berat (jika ada sianosis, retraksi dan cuping hidung : Ampicilin
ISK: cotrimpxazole
Typhoid: kloramfenikol, betalaktam
Meningitis: ceftriaxone
OMA: amoxicillin

Cedera Lahir
Faktor resiko: big baby
Palsy Erb (waiter’s tip): cedera C5-C7, refleks moro (-), refleks genggam (+)
Palsy Klumpke (clawing): cedera C8-T1, refleks moro (-), refleks genggam (-)  terkait sindrom Horner
(ptosis, miosis, anhidrosis)
Caput succadeneum : benjolan di kepala yang melintasi sutura. Akibat partus lama
Cephal hematoma : benjolan di kepala yang tidak melintasi sutura, akibat fakum, forcep

Kelainan Kongenital
Atresia esofagus: saliva berlebihan (drooling), dipasang OGT tidak bisa masuk, tersedak saat disusui
pertama kali. Atresia duodenum: double bubble
Atresia jejunum: triple bubble
Atresia bilier: BAB dempul. Bilirubin direct meningkat (obstructive jaundice)
Invaginasi: BAB Berdarah dan lendir, nyeri kolik, teraba massa seperti sosis di abdomen Px; kadang
dijumpai portio like app. USG: doughnut sign Th/ awal dapat dilakukan barium enema
Hirschprung: Trias: abdomen distensi, muntah hijau, mekonium terlambat keluar, RT menyemprot
akibat hilangnya saraf pada kolon, pada Hirchprung letak rendah (bukan patognomonik)

Hipoglikemika
pada anak Beresiko terjadi pada bayi dari ibu diabetes
Asimptomatik  early feeding dan infus Dextrose 10% laju manintenance
Simptomatik Dextrose 10% 2 ml / kgBB

Pembekalan UKMPPD FK UMSU Page 41


SET
Mata & THT
9 Pembekalan UKMPPD CBT FK UMSU

Perbedaan Hordeolum dan Kalazion

Hordeolum: benjolan (nodul) merah meradang, bengkak, nyeri, akut ditepi (eksternum) atau
dibalik kelopak mata (internum). Etiologi Infeksi Staphylococcus aureus.
 Hordeolum eksterna: dari kelenjar Moll (apokrin) dan Zeiss (sebasea)
 Hordeolum interna dari kelenjar Meibom (sebasea)
Th/ kompres hangat dan AB topikal. Insisi dan drainase bila hordeolum besar (ada fluktuasi) atau
pengobatan konservatif tidak berhasil. Hordeolum eksterna insisi dengan teknik horizontal, hordeolum
interna insisi dengan teknik vertical.
Kalazion: Radang granulomatosa yang mengakibatkan timbulnya nodul tanpa nyeri benjolan
keras mengganjal, dan kronis. Asal kelenjar meibom. Th/ eksisi

Perbedaan Pterygium dan Penguicula

Pterygium: bentuk segitiga, isinya jaringan fibrovaskular, degeneratif dan invasif biasanya
terletak pada celah kelopak bagian nasal maupun temporal meluas ke kornea mengganggu visus.
Pterigium juga diduga disebabkan oleh iritasi kronis akibat debu, cahaya sinar matahari, dan
udara panas . Jika dibandingkan dengan pseudopterigium yaitu suatu reaksi dari konjungtiva oleh
karena ulkus kornea maka dilakukan pengecekan dengan sonde (sonde dapat masuk di antara
konjungtiva dan kornea). Thy/ keadaan dini tidak perlu dilakukan pengobatan, namun bila terjadi proses
inflamasi dapat diberikan steroid topikal untuk menekan proses peradangan, dan pada keadaan lanjut
misalnya terjadi gangguan penglihatan (refraktif), pterigium telah menutupi media penglihatan
(menutupi sekitar 4mm permukaan kornea) maupun untuk alasan kosmetik maka diperlukan tindakan
pembedahan berupa ekstirpasi pterigium
Pinguecula: Penebalan terbatas pada konjungtiva bulbi, berbentuk nodul yang berwarna
kekuningan, tidak masuk ke kornea. Isinya lemak + debu. Th/artificial tears

Trichiasis, Blefaritis, Entropion dan Ektropion

o Trichiasis: beberapa bulu mata masuk ke dalam menggores kornea. Th/ epilasi
o Blefaritis: radang kelopak mata. Palpebra edema eritema, bulu mata lengket dan rontok
berskuama
Th/ kompres hangat dan AB topikal salep
o Entropion: semua palpebra dan semua bulu mata melipat masuk ke dalam.
Ektropion: palpebra melipat ke luar
Th/ tetes mata buatan dan salep lubrikan mata, pembedahan

Pembekalan UKMPPD FK UMSU Page 42


Conjunctivitis

Gambaran klinis: Mata merah, visus tidak menurun, tampak pelebaran pembuluh darah konjungtiva.
 Conj Viral  Sekret jernih, ditemukan folikel, paling mudah menular, dapat ditemukan papila. .
Etio: adenovirus. Khas: reaksi folikuler Tx: simptomatik, kortikosteroid jika perlu.
 Conj Bakterial  Sekret purulen, perlengketan kelopak mata. Etio: pada neonatus: GO. Pada
dewasa: Haemophylus Tx: antibakterial.
 Conj Alergi  Mata gatal dominan, sekret cair, ditemukan papila. Tx: antihistamin dan mast-cell
stabilzer.
 Conj Vernal  Cobblestone appearance. Tx: antihistamin dan mast-cell stabilzer.
 Conj Trakoma  Infeksi C. trachomatis. Dapat menyebabkan sikatriks dan entropion. Tx: antibiotic
(azithromisin PO, atau salep mata tetrasiklin).
 Conj flikten  pada penderita TB akibat reaksi hipersensitivitas. Th/obati TB nya

Keratitis

CIRI: Mata merah, visus menurun, tampak pelebaran pembuluh darah silier. Nyeri (+) disertai
dengan fotofobia.
 Keratitis Bakterial  Lesi dengan defek epitel disertai infiltrat dan edema, secret purulen Tx:
antibakterial topikal, sikloplegia, kortikosteroid.
 Keratitits viral Herpes simpleks  Lesi dendritik. Tx: antiviral topikal. sikloplegia, kortikosteroid.
 Keratitis viral Herpes zoster  Dengan lesi herpes zoster di wajah unilateral. Tx: antiviral topical
dan oral, sikloplegia, kortikosteroid.
 Keratitis Fungal  Riwayat trauma dengan tumbuhan. Lesi hipopion dan lesi satelit. Tx: antifungal
topikal, kontraindikasi kortikosteroid.
 Keratitis Amoeba  Acanthamoeba sp., riwayat berenang dan penggunaan lensa kontak. Tx:
amoebisida dan kortikosteroid topikal.
 Ulkus Kornea  Tampilan klinis mirip keratitis. Tes fluorosein positif (tampak defek epitel)

Episkleritis

 Reaksi radang jaringan ikat vaskular yang terletak antara konjungtiva dan permukaan sklera,
umumnya satu bola mata.
Etiologi : umumnya tidak diketahui penyebabnya, tapi radang episklera mungkin disebabkan oleh reaksi
hipersensitivitas terhadap penyakit sistemik seperti, tuberkulosis, Reumatoid artritis, lues, SLE dll
Epidemiologi : umumnya penderita merupakan perempuan usia pertengahan dengan penyakit
bawaan reumatik
Gejala :
a. Mata merah karena pelebaran pembuluh darah
b. Rasa sakit yang ringan
c. Mengganjal
d. Keluhan silau
e. Khas : bentuk radang pada episkleritis berupa tonjolan setempal, batas tegas dan warna merah
ungu dibawah konjungtiva yang sakit jika ditekan

Pembekalan UKMPPD FK UMSU Page 43


f. Pada episkleritis yang luas, gambaran klinis mirip dengan konjungtivitis. bedanya ada lah pada
episkleritis tidak terdapat hiperemi konjungtiva tarsal, tidak ada sekret serta nyeri saat
penekanan ringan bola mata
Terapi :
1. Pembuluh darah yang melebar akan mengecil bila diberi fenil efrin 2,5% topikal
2. Pengobatan yang diberikan pada episkleritis adalah vasokonstriktor
3. Pada keadaan yang berat diberi kortikosteroid tetes mata, sistemik atau salisilat

Kelainan Visus

Miopia

Bayangan jatuh di depan retina. Bisa disebabkan bola mata terlalu panjang (miopia aksial), lensa
terlalu kuat ,atau kornea yang terlalu cekung (miopia kurvatura).
Gejala/ Jika timbul pada anak usia sekolah, prestasi belajar yang menurun, duduk di depan,
memicingkan mata.
Thy/ Koreksi dengan lensa negatif terlemah.

Hipermetropia

Bayangan jatuh di belakang retina. Bisa disebabkan bola mata terlalu pendek (hipermeteropia
aksial), lensa terlalu lemah, atau kornea yang kurang cekung (hipermeteropia kurvatura).
Gejala/ Mata yang sering lelah (karena akomodasi terus menerus).
Thy/ Koreksi dengan lensa positif terkuat.

Presbiopia

Daya akomodasi lensa mata yang mulai melemah. Penuaan pada otot otot lensa mata.. Dimulai
sejak umur 40 tahun
Koreksi dengan lensa positif, perkiraan kebutuhan lensa sesuai dengan usia
40 th  +1D 45th  +1,5D 50 th  +2D, dst

Astigmatisma

Pandangan ganda karna bayangan jatuh tidak pada satu titik akibat kelengkungan kornea tidak
rata. Penderita astigmatisma regular (melihat garis vertical terlihat kabur dan garis horizontal terlihat
jelas) dapat dikoreksi dengan kacamata berlensa silindris

Amblyopia

"Mata malas", yakni kelainan akibat supresi sistem saraf pusat terhadap salah satu mata
yang misalnya disebabkan oleh anisometeropia (perbedaan refraksi antara kedua mata jauh berbeda)
atau strabismus.
Gejala/ Visus turun pada salah satu mata, dan bagaimanapun upaya koreksi tidak dapat mencapai visus
normal (6/6 atau lebih baik).
Thy/ Sedini mungkin terdeteksi dan diobati, semakin baik prognosis

Pembekalan UKMPPD FK UMSU Page 44


Strabismus

Strabismus atau mata juling adalah suatu kondisi dimana kedua mata tampak tidak searah atau
memandang pada dua titik yang berbeda. Ketika satu mata memandang lurus ke depan maka mata
sebelahnya dapat saja memandang ke dalam (esotropia), ke luar (exotropia), ke bawah (hipotropia) atau
ke atas (hipertropia).

Penyebab  ketidak-seimbangan tarikan otot yang mengendalikan pergerakan mata,


kelumpuhan otot, gangguan persyarafan atau kelainan refraksi yang tidak dikoreksi.

Pembekalan UKMPPD FK UMSU Page 45


Penanganan strabismus  melindungi fungsi penglihatan dan meluruskan mata.
1. Kaca Mata
Jika strabismus disebabkan oleh kelainan refraksi, menggunakan kaca mata untuk menormalkan
penglihatan dapat memperbaiki posisi mata.
2. Penutup Mata
Jika anak menderita strabismus dengan ambliopia, dokter akan merekomendasikan untuk melatih mata
yang lemah dengan cara menutup mata yang normal dengan plester mata khusus (eye patch)
3. Operasi

Hyphema vs subconjunctiva bleeding

Hyphema: terdapat darah di dalam bilik mata depan, yaitu daerah di antara kornea dan iris, akibat trauma
tumpul yang merobek pembuluh darah iris atau badan siliar dan bercampur dengan humor aqueus (cairan mata)
yang jernih, mengganggu visus. Komplikasi glaukoma. Th/ Tirah baring sempurna (bed rest total), kepala
dielevasi, Bebat mata untuk mengistirahat mata, Pemakaian obat-obatan untuk menghentikan perdarahan,
mempercepat absorbsinya dan menekan komplikasi yang timbul.
Subconjunctival bleeding: darah pada subconjunctiva, tampak sebagai plak perdarahan merah terang atau
gelap pada sklera akibat batuk terlalui keras, tdk ganggu visus. darah akan diabsorpsi secara alamiah dalam 1-2
minggu. Th/ kompres dingin

Katarak

Gejala/ Mata tenang, visus turun perlahan. Sering disertai silau.


Immature Matur Hypermatur
Kekeruhan Sebagian Seluruh Lensa jatuh
Shadow test Positif Negatif Pseudopositif
Visus > 6/60 < 6/60 <6/60

Katarak kongenital:
 Umumnya karena infeksi intrauterin (mis. rubella)
 Pemeriksaan fisik: refleks merah abnormal, leukokoria
 Bisa menyebabkan ambliopia berat bahkan kebutaan
 Bedah dilakukan sebelum usia 2 bulan (memastikan perkembangan visus tidak terganggu).
 Gejala: anak memicingkan mata di ruang yang terang sejak lahir
 Px; ukuran kornea tampak lebih besar dibanding normal
 Komplikasi: penekanan nervus optikus  kebutaan

Katarak traumatik: trauma tumpul, opasitas khas berbentuk bintang (stellata).

Thy/ Bedah beberapa cara: ekstraksi katarak ekstrakapsular, ekstraksi katarak intrakapsular, fakoemulsifikasi.

Glaukoma

Pembagian
 Primer: bila tidak ada penyakit yang menyertai
 Sekunder: bila ada penyakit yang mendasari, seperti katarak hipermatur, miopia berat, riwayat hyphema
- Sudut tertutup  jika COA dangkal (paling sering dijumpai pada serangan akut)
- Sudut terbuka  jika COA dalam

Glaucoma akut
Peningkatan tekanan intraokular, biasanya akibat sudut bilik mata depan tertutup (oklusi trabekula oleh
iris).
Gejalanya : Mata merah mendadak, visus turun, nyeri hebat (dapatberdenyut), sering disertai mual-
muntah.
PF: tekanan intraokular tinggi (>21 mmHg), injeksi konjungtiva, edema kornea, pupil dilatasi non-reaktif.
Pemeriksaan penunjang : tonometri, Gonioskopi (untuk mengukur sudut bilik mata depan)
Tatalaksana Awal : asetazolamid (oral atau IV), timolol tetes, steroid tetes, pilokarpin (konstriktor pupil).
Obat yang kontraidnikasi: Atropin
Definitif : iridotomi perifer / trabekulektomi

Pembekalan UKMPPD FK UMSU Page 46


Glaucoma kronis
Neuropati optik yang disebabkan oleh peningkatan tekanan intraokular secara menahun (kronik).
Penyebabnya adalah disfungsi trabekula (sudut terbuka). Cenderung asimptomatik, pada fase lanjut ditemukan
penyempitan lapang pandang (tunnel vision).
PF: TIO dapat meningkat namun dapat pula normal (glaucoma normotensi), rasio cup-to-disc (CDR) >0,5;
pemeriksaan kampimetri (perimetri) ditemukan menyempit.
Th/ Timolol topikal. Definitif: trabekulopasti atau trabekulektomi

Retinopati

 Kelainan pada retina yang disebabkan akibat hipertensi (retinopati hipertensi) atau diabetes mellitus
(retinopati diabetik).
Gejalanya : Mata tenang, dengan visus turun perlahan.

Retinopati Hipertensi
Gambaran pembuluh darah copper wiring dan av crossing.

Retinopati Diabetik
Kadang disertai dengan floaters. Pada funduskopi dapat digolongkan menjadi:
• non-proliferatif (NPDR) dengan mikroaneurisma, perdarahandot and blot, flame, maupun cotton wool spot.
• proliferatif dini (PDR) adalah NPDR ditambah dengan neovaskularisasi.
• proliferatif lanjut (PDR) adalah PDR dini ditambah dengan perdarahan pada vitreous hingga dapat terjadi
ablasio retina.
Thy/ Kendalikan faktor risiko. Fotokoagulasi laser terutama pada diabetik retinopati.

Trauma kimia pada mata

- Trauma Kimia Asam  Koagulatif, penetrasi asam tidak terlalu dalam.


- Trauma Kimia Basa  Likuefaktif (mencairkan jaringan), sehingga penetrasi basa dapat
menjadi sangat dalam dan sangat berbahaya. Secara umum trauma basa lebih bahaya dibandingkan trauma
asam.
Baik asam maupun basa, penatalaksanaan adalah:
1. Irigasi dengan air mengalir atau garam fisiologis yang banyak.
2. Berikan anestesi (seperti tetrakain tetes mata) untuk mengurangi gejala nyeri. Dapat pula diberikan
kortikosteroid dan sikloplegia.
3. Konsul ke dokter Sp.M untuk penatalaksanaan lebih lanjut.

Kelainan Mata pada Anak

Rabun senja

Xerophtalmia : atau xerosis, penyakit mata yang disebabkan oleh keringnya konjungtiva dan kornea mata
akibat kekurangan vitamin A. Salah satu gejala awal dari penyakit ini adalah rabun senja, berkurangnya
kemampuan melihat pada saat hari senja. Gejalanya diklasifikasikan WHO :
1. XN : Buta senja (rabun senja/rabun ayam).
Sel batang retina mata sulit beradaptasi di ruang yang remang-remang setelah lama berada di cahaya yang
terang (kondisi ringan).
Penglihatan menurun pada senja hari, penderita tidak dapat melihat pada lingkungan yang kurang
pencahayaan.
2. X1A : Xerosis conjunctiva.
Selaput lendir bola mata kurang mengkilap atau terlihat sedikit kering, berkeriput, dan berpigmentasi.
Mata berubah warna jadi kecoklatan.
3. X1B : Xerosis conjunctiva disertai bercak bitot.
Terdapat bercak putih seperti busa sabun atau keju terutama di daerah celah mata sisi luar. Seluruh
permukaan konjunctiva tampak kering.
Konjuctiva tampak menebal, berlipat dan berkerut.
Mata tampak bersisik.
4. X2A : Xerosis kornea.
Kekeringan pada konjuctiva berlanjut sampai kornea.
Kornea tampak suram dan kering dengan permukaan kasar.
5. X3A : Keratomalasia (ulserasi kornea < 1/3 permukaan kornea).
Kornea melunak seperti bubur dan dapat terjadi ulkus.

Pembekalan UKMPPD FK UMSU Page 47


6. X3B : Keratomalasia (ulserasi kornea ≥ 1/3 permukaan kornea).
Terjadi perforasi kornea (korne pecah), sehingga menyebabkan kebutaan.
7. XS : jaringan parut kornea.
Kornea mata menjadi putih atau bola mata mengecil.
Apabila luka pada kornea sembuh, maka meninggalkan bekas berupa jaringan parut.
8. XF : Xerophthalmia fundus
Noda-noda putih yang menyebar di seluruh fundus.

XN, X1a, X1B dan X2 bersifat reversible, dan dapat disembuhkan dengan pengobatan yang baik. Sedangkan X3A
dan X3B bersifat irreversible, dan sulit diobati hingga sembuh.
Pencegahan Xerophthalmia
Sebelum kita atau anak menderita Xerophthalmia, kita dapat melakukan upaya pencegahan dengan cara :
1. Mengenal tanda-tanda kelainan yang terjadi pada mata secara dini.
2. Memberikan ASI eksklusif pada bayi.
3. Memberikan vitamin A dosis tinggi pada bayi, anak dan ibu nifas secara priodik, yaitu bayi (dosis 100.000
SI) dan anak balita (dosis 200.000 SI) dua kali dalam setahun, sedangkan ibu nifas (< 42 hari) dengan dosis
200.000 SI sebanyak dua kali.
4. Memberikan immunisasi lengkap pada bayi.
5. Meningkatkan status gizi.
6. Mengobati penyakit penyebab atau penyerta.
7. Mengonsumsi makanan seimbang dan cukup gizi.

THT-KL

Kelainan Telinga Luar


Perikondritis: Daun telinga merah, nyeri jika disentuh, ada riwayat ditindik. Th/ antibiotik topical
Othematome: hematome pada daun telinga, biasa didahului trauma. Th/ bebat tekan, aspirasi hematome jika
perlu

Otitis Eksterna
a. OE sirkumskrip: Riw. Trauma (dikorek)infeksi folikel rambut di liang telinga1/3 luar terlihat furunkel atau
bisu. Bakteri: stafilokokus, Nyeri saat buka mulut dan memberat saat mengunyah
b. OE difus: Bakteri: Pseudomonas Riw. Renang infeksi pada 2/3 dalam liang telinga liang telinga sempit,
kulit liang telinga terlihat hiperemis dan udem yang batasnya tidak jelas
c. OE malignan: pada penderita DM, disertai jaringan granulasi
Th/ liquor Burrowi tampon

Otitis Media Akut


a. OMA oklusi (tuba catarhsis) retraksi membrane timpani Th/ nasal dekongestan
b. OMA hiperemis (presupurasi) membrane timpani hiperemis Th/ dekongestan, analgetik, antibiotik oral,
c. OMA supurasi membrane timpani bulging Th/ miringotomi, atau dekongestan, analgetik, antibiotik oral
d. OMA perforasi sekret tetes telinga H2O2, analgetik, antibiotik oral
e. OMA resolusi

Otitis Media Supurasi Kronik


Kelanjutan OMA perforasi menetap selama 8 minggu
a. Benigna: Peradangan terbatas pada mukosa, tidak mengenai tulang perforasi di sentral (pars tensa)
b. Maligna: Disertai dengan kolesteatom perforasi marginal (annulus atau sulkus timpanikum), subtotal, atau
di atik (pars flaksida)
Th/ Benigna: antibiotik topikal (neomisin + polimiksin), H2O2 3%
Maligna: operasi eradikasi kolesteatoma, timpanoplasti /miringoplasti.

Interpretasi Garpu Tala


Lihat Weber. Weber ke kanan berarti kanan konduktif atau kiri sensorineural Weber ke kiri berarti kiri
konduktif atau kanan sensorineural. Kemudian cocokkan dengan telinga mana yang mengalami keluhan Rinne
(+) normal atau sensorineural

Benda Asing
 Di telinga Benda mati: pipih tarik dengan forcep/ cunam; kecil irigasi
 Di hidung tipis cunam (jepit, tarik); bulat kait (dari tepi bagian atas rongga hidung, turunkan pengait,
tarik)

Pembekalan UKMPPD FK UMSU Page 48


Rhinitis
 Rhinitis Alergi: Dimediasi oleh IgE dan histamine Allergic shiners (stasis vena di bawah mata), crease (garis di
hidung), dan salute (gerakan menggosok-gosok hidung). konka edema, warna livide/ pucat/ ungu/ kebiruan
Th/ antihistamin (steroid intranasal jika gejala berat)
 Rhinitis Vasomotor: umumnya akibat saraf parasimpatis yang hiperaktif, riwayat atopi (-) konka edema,
merah, hiperemis Th/ dekongestan oral/ topical
 Rhinitis medikamentosa: riw.penggunaan vasokonstriktor topical Th/ hentikan vasokonstriktor, berikan
kortikosteroid oral
 Rhinitis Atrofi/ Ozaena: bau busuk, krusta, atrofi konka inferior
 Polip nasi: Massa putih bertangkai. Th/ steroid oral dan topika

Epistaksis
Anterior: Dari pleksus kiesselbach di septum nasi tampon anterior 2 hari
Posterior: Dari a.sfenpalatina dan a.ethmoid posterior.
Faktor resiko memiliki penyakit sistemik (+) seperti
hipertensi atau kelainan koagulasi tampon Belloq 2-3 hari

Trauma lefort / maksila, sinusitis foto Waters

Tonsil – Faring – Epiglotis


 Tonsilitis akut: detritus (+)
 Tonsilitis kronik: kripta (+)
 Kronis eksaserbasi akut: detritus dan kripta
Indikasi mutlak operasi jika dijumpai gangguan tidur atau stridor
 Tonsilitis Difteri/ Difteri Pseudomembran, selaput mudah berdarah, bullneck Th/ Anti difteri serum (20.000
– 100.00 UI) + penislin / eritromisin (jika alergi Penicillin)

 Faringitis akut: faring hiperemis dan dijumpai lateral band.


 Faringitis kronis: faring bergranul

 Epiglotitis : suara serak hingga terjadi stridor dan sesak napas. Dijumpai thumbprint sign

Abses Leher Dalam


Abses peritonsiler (Quinsy): trismus, hot potato voice, uvula terdorong
Abses retrofaring: gejala & tanda kompresi spinal cord, kaku kuduk & kepala hiperekstensi, stridor inspiratoar
Abses submandibula (ludwig angina): abses di mandibula, ada fokus infeksi pada gigi

Pembekalan UKMPPD FK UMSU Page 49


SET
Neurologi
10 Pembekalan UKMPPD CBT FK UMSU

GCS

Cerebrum : fungsi dan Area Brodmann-nya


1. Lobus Frontal  a. pusat motoris : area Brodmann 4, 6
b. Pengaturan sikap mental : area Brodmann 9,10,11,12
c. Pengaturan bicara motoris : area Brodmann 44, 45 (BROCA)

2. Lobus Parietal  a. Pusat sensoris : Area Brodmann 1,2,3


b. Pengartian Bahasa : area Brodmann 39,40

3. Lobus Occipital  pusat pengilhatan : area Brodmann 17,18,19

4. Lobus Temporal  a. Pusat Pendengaran : area Brodmann 41,42


c. pusat memori

Gangguan fungsi komunikasi


1. Aphasia sensoris  gangguan pendengaran akibat kerusakan cortex pendengaran sensoris (AREA WERNICKE)
2. Aphasia motoris  gangguan fungsi bicara karena kerusakan di area Brodmann 44 dan 45 (Broca)
3. Aphasia Konduksi  gangguan komunikasi akibat kerusakan hubungan antara cortex pendengaran sensoris
dan pusat bicara motoris
4. Anomic Aphasia  keadaan kehilangan kemampuan untuk mengenal perkataan.
5. Alexia  keadaan kehilangan kemampuan untuk membaca

Epilepsi
Kumpulan gejala dan tanda klinis, ditandai dengan bangkitan (seizure) berulang akibat gangguan fungsi
otak secara intermitten.
Seringkaliidiopatik; bisajugasebagaibagiandarisebuahsindromketurunan, malformasikongenital,
infeksi, trauma kepala, stroke, tumor, penyakitdegeneratif lain.

A. Bentuk Bangkitan :

Pembekalan UKMPPD FK UMSU Page 50


Bangkitan Berupa: gangg. Kesadaran mendadak (absence),
Umum berlangsung beberapa detik, selama bangkitan:
Lena/petit kegiatan motorik berhenti, pasien diam tanpa reaksi,
mal/absence mata memandang jauh kedepan. Pemulihan
kesadaran segeratanpa perasaan bingung dan
kembali melanjutkan aktivitas.
Tonik- Kehilang kesadaran kaku (tonik) 10-30 detik diikuti
Klonik/Gran gerakan kejang kelojotan kedua tangan dan tungkai
d Mal (klonik) 30-60 detik, dapat disertai dengan mulut
berbusa. Selesai bangkitan, pasien lemas (fase
flaccid) dan bingung bahkan tertidur.
Parsial Gangguan kesadara (-)., biasanya dimulai dari tangan,
Sederhana kaki/muka (unilateral/fokal), menyebar ipsilateral.
/mioklinik Kepala berpaling kearah tubuh yang kejang (adversif).
Parsial Fokal yang disertai gangg. Kesadaran, sering diikuti
Kompleks automatisme yang stereotipik, ex: mengunyah,
menelan, tertawa, & kegiatan motorik lain tanpa
tujuan jelas. Adversif (+).
Umum Berkembang dari parsial sederhana/kompleks 
Sekunder bangkitan umum dalam waktu yang singkat.

 Pemeriksaan Penunjang :
1. Elektroensefalografi (EEG)  gambaran epileptiform,
Indikasi : a. Untuk menegakkan Diagosa
b. Untuk menentukan letak lokus
c. evaluasi pemakaian Obat Anti Epilepsi
d. Untuk menentukan prognosis
2. Brain Imaging : MRI< CT Scan.

 Terapi :
a. kejang UMUM  Asam Valproat, dosis 750-4000 mg
b. Kejang PARSIAL Carbamazepin, dosis 400-2000 mg

Headache
TTH  nyeri terikat tertindih, berkurang dngn istirahat. Th/ paracetamol
Migraine  berdenyut, sebelah saja, dengan/tanpa aura, tdk kurang dgn istirahat. Th/sumatriptan,
ergotamin
Cara kerja sumatriptan : agonis 5HT1 (hidroksi triptamin)
Cluster  nyeri kepala, hidung berair, mata merah. Th/oksigen + sumatriptan

Stroke
Macam-macam Stroke:
1. TIA (Transient ischemic attack): Defisit neurologis akut,
membaik/kembalimenjadi normal dalam 24jam.
2. RIND (Reversibel ischemic neurologic deficit): Gejalaberlanjutmelewati 24jam,
tetapimembaikdalam 72 jam setelah onset.
3. Stroke Iskemik : Trombusatau emboli yang menyebabkaninfarkserebri.
4. Stroke Hemoragic : Perdarahanintraserebral/subarachnoidakibatpecahnyapembuluhdarah.

Gejala Iskemik/infark Hemoragic


Mendadak + pada TIA/SIE ++
Sakit Kepala +/- +
Muntah +/- +
Kelumpuhan Hemiparese Hemiplegia
Sedang aktivitas - +
Dipengaruhi Usia + +/-
Hipertensi +/- >90% + atau
+/- pada SAB
Kesadaran menurun +/- ++
Kejang - +
Rangsangan - + pada SAB , PIS

Pembekalan UKMPPD FK UMSU Page 51


Meningen (-)
Angiografi Oklusi/stenosis Midline shift (pada PIS)/
Aneurisme (SAB)
CT-Scan HIPODENS HIPERDENS

Perbedaan PIS dan Subarachnoid Bleeding

Gejala PIS SAB


Umur ++ > 40 tahun Dewasa Muda
Hipetensi +++ +/-
Kaku - +
kuduk
Defisit + -
neurologi ( bila sudah terjadi
vasospasme pemb. Darah (+) )

Faktor + -
resiko

Bells Palsy
Paresis N.VII perifer (LMN). Khas: lagoftalmus dan kerut kening hilang
Dimana lagoftalmusnya, disitulah nervus yang rusak.
Cth. Lagoftalmus mata kanan  dx; paresis n.VII kanan perifer
Th/ steroid 1 mg/kg

Kekuatan otot
5: dapat mengangkat dan dapat melawan tahanan
4: dapat mengangkat, jatuh dengan tahanan
3: dapat mengangkat, segera jatuh dengan gravitasi
2: dapat menggerakkan dua sendi (dapat menggeser)
1: kontraksi lokal otot tertentu
0: tidak ada kontraksi

Fraktur Cervical
Tetraparesis UMN  pasang collar brace

Perbedaan vertigo sentral dan perifer


Vertigo sentral : gejala tidak terlalu berat, tapi tidak kurang dengan tutup mata. Problem: cerebellum
Vertigo perifer: gejala sanagt berat sekali, tapi kurang jika tutup mata. Problem: kanalis semisirkular
Bedakan dengan tes kalori
Tes Romberg (+)  vertogo sentral

Perifer Sentral
Episode Vertigo Ringan sampai sedang Kronik dan terus
menerus
Onset Mendadak Gradual
Ketidakseimbangan Ringan sampai sedang Berat
Nausea/vomitus Berat Bervariasi
Gejala auditory Sering Jarang
Gejala neurologi Jarang Sering
Perubahan kesadaran/ Jarang Kadang-kadang
status mental
Kompensasi /resolusi Cepat Lambat

BPPV
Etiologi: kanalith di dalamkanalissemisirkularis. Klinis: Vertigo yang dipicuolehperubahanposisi.
PemeriksaanPenunjang: Manuver Dix-Hallpike.
Tatalaksana: Manuver Epley.

Pembekalan UKMPPD FK UMSU Page 52


Meniere disease
Etiologi: Terlalubanyakcairanendolimfe di dalamkanalissemisirkularis.
Klinis: Vertigo disertaigangguanpendengarandantinitus.
Tatalaksana: Diazepam saat serangan, HCT dan steroid untuk pencegahan.

Neuropati
HNP, carpal tunnel, diabetik neuropatik, trigeminal neuralgia, psot herpetic neuralgia
 Th/NSAID + adjuvan analgetik
Pilihan adjuvan analgetik: Gabapentin (1st line), Carbamazepine (1st line utk trigeminal neuralgia),
clobazam

Pemeriksaan khusus dan interpretasinya


Laseque, Cross laseque  HNP lumbal (paling sering L5-S1)
Lhermitte, Nafziger  HNP cervical
Tinnel, Phalen  Carpal tunnel
Kaku kuduk, kernig, bruzinsky I, II  rangsang meningeal
Romberg, Tandem, Disdiadokokinesis  kelainan cerebellum
Tensilon test  Myasthenia gravis

Cedera nervus radialis, medianus, ulna


Radialis: drop hand  pasien tidak bisa ekstensi pergelangan
tangan dan tidka bisa fleksi ibu jari

Medianus: obstetric hand tidak bisa membentuk huruf O


dengan ujung jari, tidak bisa menggenggam
Carpal Tunnel Syndrome
Kompresinervusmedianus di dalam carpal tunnel.
 Anamnesis: Nyeri di pergelangantanganbagian
ventral, kebas di telapaktanganbagian radial danjari
1-4 terutama pada malam hari. Nyeri dapat hilang
bila tangan dikibas-kibas,
 PemeriksaanFisik: Tinel sign(rasa kesemutansaat
carpal tunnel diketuk) dan
Phalen sign (rasa
kesemutansaatpergelangantanganfleksimaksimal).
 Tatalaksana: Bidaipergelangantangansaattidur (tatalaksanaawal).
Injeksi steroid ke dalam carpal tunnel.Pembedahan untuk kasus yang refrakter

Ulna: claw hand tidak bisa abduksi dan adduksi jari jari

Trauma spinal dan dermatome


Papila mammae  th 5 umbilikus  th 10
Th/ steroid

Hernia Nukleus Pulposus


Dimana Diskus intervertebralis mengalami herniasi dan menekan radiks saraf perifer.
- Anamnesis: Nyeripunggungbawahmenjalarkepaha, seringdisertaikelemahanototdan rasa kebas.
- PemeriksaanFisik: TesLasegue (+), perubahanrefleks, penurunansensibilitas.
- PemeriksaanPenunjang: MRI
Tatalaksana :
Tirah baring (tatalaksanaawal).
Paracetamol, NSAID, dan/atau relaksan otot (benzodiazepin). Operasi jika gejala berat.

Parkinson
Merupakan Degenerasi neuron dopaminergik di dalamsubstansianigra.
Gejala klinis :
1. TRAP – Tremor, rigiditas (tubuhkaku), akinesia/bradikinesia (gerakanlambat), postural instabilitas.
2. Ditegakkanbilaada 2 dari 3 tandakardinal (tremor saatistirahat, rigiditas, danbradikinesia).
Bedakansindromaparkinson (etiologijelas: misal stroke, ataupenggunaanobatantipsikotik)
denganpenyakitparkinson (umumnyaidiopatik)
Tatalaksana : Levodopa + Bensazerid

Pembekalan UKMPPD FK UMSU Page 53


GBS
Kelumpuhan ascencdens dari bawah menyebar ke atas. Didahului ISPA.
Yang dikhawatirkan terjaid paresis otot napas  ventilasi mekanik
Th/steroid

Myasthenia gravis
Kelumpuhan memberat jika kelelahan, berkurang jika istirahat. Tampak jelas di mata dan otot otot kecil
Akibat degradasi asetil koloin reseptor di neuromuscular junction
Th/ piridostigmin
Px. Tes tensilon

Meningitis dan Ensefalitis


Meningitis bakterial / purulenta: LCS keruh, dominan PMN, protein sangat tinggi. Th/ceftriaxone 2x2 gram
iv
Meningitis TB: ada riwayat TB, LCS jernih kekuningan, dominan sel MN, glukosa sangat rendah. Th/ OAT
Biasanya virus atau TB (meningoensefalitis TB). Anamnesis: demam, kejang, penurunan kesadaran.
Pemeriksaan Fisik: Tanda rangsang meningeal (-). Pemeriksaan Penunjang: Analisa CSS + PCR.
Tataaksana : Asiklovir, terapi empirik karena tingginya insidensi ensefalitis herpes simpleks.
Setelah hasil PCR CSS diketahui, disesuaikan sesuai patogen.
Ensefalitis toksoplasma: pada penderita HIV. Th/. Pirimetamin

Cedera kepala
1. Cederakepalaringan: GCS 13-15 à setelahobservasi, dapatdipulangkan.
2. Cederakepalasedang: GCS 9-12 à harusdirawat 2x24 jam, dilakukan CT-Scan.
3. Cederakepalaberat: GCS ≤8
4. koma, harusdilakukanintubasidan CT-Scan.

Gejala fraktur basis Cranii:


a. Fossa Crania Anterior : Epistaksis, Rhinnore, Subconjuntival bleeding/preorbital bleeding.
b. Fossa Crania Media : Otorrhea, cedera N. VII & VIII
c. Fossa Crania Posterior : darah merembes ke tengkuk dibawah otot postvertebralis, membran
mukosa atap nasofaring dapat robek, foramen jugularis  cedera N.IX, X, XI.,
 Komosioserebri (concussion ataugegarotak): Penurunankesadarantanpadisertaikerusakananatomis. CT-
Scan normal.
 Kontusioserebri: Memar pada jaringan otak. CT-Scan hiperdensitas serebri, tidak semencolok
perdarahan intraserebral.
 Perdarahanintraserebral: Pecahnya pembuluh darah yang lebih besar. CT-Scan hiperdensitas serebri
yang mencolok.
 Perdarahan epidural: Pecahnya a. meningea media. Tampilan klinis berupa interval lusid. CT-Scan
hiperdens bikonveks.
 Perdarahan subdural: Pecahnya bridging veins. CT-Scan hiperdensitas seperti bulan sabit. Prognosis
lebih buruk dibandingkan perdarahan epidural.
 Perdarahansubarakhnoid: sakit kepala tidak tertahankan, kaku kuduk (+). CT-Scan hiperdensitas di
sulkus, fisura, danfalksserebri.
 Perdarahanintraventrikular: Tampilan klinis paling buruk dengan prognos amalam.
CT-Scan hiperdensitas (darah) di dalam ventrikel otak.

Pembekalan UKMPPD FK UMSU Page 54


SET
Psikiatri
11 Pembekalan UKMPPD CBT FK UMSU

PSIKOSIS
Terjadi akibat kelebihan dopa dalam otak
Jika ditemukan salah satu antara waham / halusinasi  maka sudah masuk dalam kelompok Psikosis.
Terdiri dari:
Psikosis akut waham + halusinasi + < 1 bulan
Schizoprenia  waham + halusinasi + ≥ 1 bulan
 Paranoid: didominasi oleh waham akan dicelakai
 Hebefrenik: kembali seperti kanak kanak, perilaku kacau
 Katatonik: mempertahankan posisi kaku
 Residual: pernah mendapat pengobatan, gejala menjadi kabur
Gangguan Waham Menetap waham + tidak ada halusinasi
Waham persekutori (kejar), waham kebesaran, waham nihilistik, dll
Gangguan skizotipal eksentrik, mistik
Gangguan waham terinduksi 2 atau lebih orang punya sistem waham yang sama, memiliki hubungan
dekat, 1 orang menginduksi yang lain
Gangguan skizoafektif skizo dan afektif sama2 menonjol dan muncul bersamaan, dapat berupa manik
depresi atau campuran

Th/ Anti psikosis  prinsip: turunkan Dopa


Untuk gejala positif:
- Chlorpromazin  efek sedasinya kuat, cocok untuk pasien yang gelisah, tidak bisa tidur, mondar
mandir.
- Haloperidol  efek antipsikosisnya sangat kuat  cocok untuk serangan akut yang membahayakan
diri sendiri atau orang lain. (Efek sampingnya: sindrom ekstrapiramidal. Th/ Trihexylphenidyl atau
Dipenhydramine 5 cc i.m)
Untuk gejala negatif:
- Risperidone  seperti pada skizo katatonik, skizo hebefrenik
- Clozapine, olanzapine  atipikal antipsikosis

GANGGUAN AFEK / MOOD


Kelainan di serotonin
Depresi mood depresik, sedih berkepanjangan, menarik diri, merasa bersalah, sekurang kurangnya 2
minggu.
Th/ antidepresan (1st line: golongan SSRI cth: fluoxetine  2nd line: golongan TCA: amitriptiliin)
Manik perilaku meluap, bahagia tak terkendali, tak kenal lelah, arus ide tidak dimengerti, sekurangnya 1
minggu.
Th/ Mood stabilizer: Lithium
Bipolar memliki riwayat depresi atau manik sebelumnya. Th/ Lithium
Bipolar 1: manik depresi
Bipolar 2: hipomanik depresi
Siklotimia: hipomani dan depresi ringan 2 tahun
Distimik mood depresif yang tidak parah, berlangsung selama 2 tahun

GANGGUAN CEMAS
Gangguan cemas menyeluruh mencemaskan segala hal tanpa ada sebab yang pasti
Fobia mencemaskan satu objek tertentu. Cth. Takut ketinggian, takut serangga
Gangguan panik / Panic attack serangan cemas mendadak, takut mati, disertai gejala fisik berdebar,
keringatan, TD naik, kemudian reda.
Obsesif kompulsif melakukan perilaku tertwentu berulang ulang. Kelainan di serotonin.
Stress pasca trauma keadaan stres syang terjadi setelahtrauma mendalam yang ditandai dengan flashback
memori, mimpi buruk dll, bertahan lebih dari 1 bulan
Stress akut kurang dari 1 bulan
Th/ Golongan benzodiazepine (alprazolam, Clobazam, Diazepam) + antidepressan (fluoxetine)

Pembekalan UKMPPD FK UMSU Page 55


GANGGUAN SOMATOFORM
Jika pasien merasa sakit, meskipun sebenarnya tidak sakit
Somatisasi merasakan nyeri di berbagai organ. Cth: mual muntah sakit kepala pegal2 dsb
Hipokondriasis merasakan punya satu penyakit serius, sensasi gejala sesuai penyakit. Cth: merasa kanker
otak
Body dismorfik merasa bagian tubuh cacat atau jelek
Konversi muncul gejala fisik yang nyata. Cth. Istri buta saat melihat suami selingkuh
Th/ golongan SSRI atau golongan benzodiazepine

GANGGUAN MENTAL ORGANIK


Berkaitan dengan kondisi medik/penyakit yang secara langsung atau tidak langsung menyebabkan disfungsi
pada otak. Gambaran utama: gangguan fungsi kognitif, gangguan sensorium, gangguan persepsi-isi pikir –
suasana perasaan.
Demensia(penurunan fungsikognitif dan adanya gangguanfungsi eksekutif/harian, tidak ada gangguan
kesadaran
- Demensia alzheimer: onset bertahap, kemunduran lambat, early <65, late > 65.
- Demensia vaskular: onset mendadak, ada gangguan neurologis fokal
- Pick disease : atrofi selektif lobus frontalis (Ada euforia, emosi tumpul, kasar, disinhibisi, apatis gelisah)
- Creutzfeld-Jacob: demensia progresif merusak, penyakit piramidal dan ekstrapiramidal
- Huntington disease: ada gerakan kereiform, demensia, dan riwayat keluarga huntington
Mini Mental Score Examination (MMSE)
Th/ cholinesterase inhibitor (donepezil, rivastigmine) dan NMDA reseptorantagonis
Delirium (gangguan kesadaran dan perhatian, gangguan siklus tidur-bangun, gangguan emosional, gangguan
kognitif umum. Onset cepat, hilang timbul)

GANGGUAN PSIKIATRI TERINDUKSI ZAT


Terminologi:
Abuse (penyalahgunaan)  penggunaan zat berkepanjangan yang mengakibatkan gangguan sosial selama 12
bulan
Dependence (ketergantungan)  adalah Abuse yang disertai dengan toleransi dan withdrawal
Toleransi membutuhkan dosis yang lebih tinggi dan lebih tinggi lagi
Withdrawal gejala mendadak akibat putus obat secara tiba tiba
Intoksikasi gejala mndadak akibat penmakaiana overdosis
Depresan (penenang) cth opium, ganja, alkohol, diazepam
Stimulan (perangsang) cth amfetamin, kokain
Halusinogen (halusinasi, euforia) cth amfetamin, LSD
- ALKOHOL
Bicara ngawur, inkoordinasi, jalan sempoyongan,
- MORFIN (OPIOID), HEROIN
Intoksikasi: Pupil pinpoint, mengantuk, bicara ngawur, gangguan memori
Th untuk intoksikasi akut  Nalokson
Th untuk berhenti perlahan lahan  Methadone. Tidak boleh langsung berhenti mendadak agar tidak
Withdrawal
- AMFETAMIN (EKSTASI), KOKAIN,
Intoksikasi: pupil dilatasi, takikardi, hipertensi, hipertermia, waham kebesaran
Th/ simptomatik

Pembekalan UKMPPD FK UMSU Page 56


GANGGUAN SEKSUAL
Disfungsi ereksi: gangguan terus menerus atau berulang ketidakmampuan dalam mencapai atau menjaga dan
menyelesaikan aktivitas seksual (ereksi tidak adekuat), karena stress atau masalah interpersonal
Aversi seksual: SAD (sexual aversion disorder), enggan/menghindar terus menerus atau berulang untuk
hubungan seksual dengan pasangan, karena stress atau masalah interpersonal
Gangguan ejakulasi: gangguan ejakulasi terus menerus atau berulang dngan stimulus seksual minimal
sebelum saat sedang berlangsung atau segera setelah penetrasi sebelum orangnya menginginkan
Dorongan hiposeksual: HSDD (Hypoactive sexual desire disorder), kurangnya fanasi dan keinginan untuk
aktifitas seksual secara terus menerus atau berulang, karena stress atau masalah interpersonal

PARAFILIA
Ekshibionisme: suka menunjukkan kelamin
Fetishisme: rangsang dan pemuasan seksual dengan suatu benda(sepatu,pakaian dalam,dll)
Frotteurisme: karakteristik utk laki-laki yg suka menggosokkan penisnya pada wanita utk orgasme
Voyeurisme: mengintip/mengamati seksual atau telanjang org lain utk kepuasan seksual
Masokisme: menyiksa diri atau dibuat org lain kepada dirinya utk kepuasan seksualnya
Sadisme: menyiksa pasangan untuk mencapai kepuasan seksual
Pedofilia: menjadikan anak dibawah umur utk kepuasan seksual
Zoofilia: memilih binatang utk kepuasan seksual
Nekrofilia: kepuasan seksual pada mayat

GANGGUAN KEPRIBADIAN
Antisosial / dissosial : tidak perduli, tidak ikut aturan, bertentangan dengan norma sosial
Histrionik : ekspresi berlebihan, dibuat2, sandiwara, ingin diperhatikan
Paranoid : kecurigaan, dendam
Skizoid : tidak semangat beraktivitas menyenangkan, emosi dingin tidak perduli, tidak akrab
Narcisisstic : kurang empati, arogan, fantasi sukses kuat cinta, kekaguman berlebihan
Avoidan : menghindari situasi sosial
Dependen :kebutuhan untuk dijaga, ketergantungan, melekat ke orang lain
Anankastik : perfeksionis, kaku, memaksa orang lain

MEKANISME PERTAHANAN
Denial: menyangkal, menolak mengakui sesuatu cth: tidak terima hasil buruk
Proyeksi: emosi negatif ditekan dan diproyeksikan ke orang lain cth: menyalahkan orang
Sublimasi: disalurkan jadi yang baik cth: takut suntik jadi perawat
Introyeksi: mengadopsi nilai ke dalam. Cth: menyalahkan diri
Represi : upaya menyingkirkan konflik batin yang membuat cemas. Cth: menghindari konflik

GANGGUAN TIDUR
Disomnia: gangguan kuantitas atau waktu tidur  insomnia, hipersomnia
Parasomnia: perilaku abnormal saat tidur atau saat transisi tidur bangun  somnabulisme, night terror,
nightmare
Th/ Benzodiazepin: estazolam, flurazepam, nitrazepam
Non-benzodiazepine:zolpidem

Pembekalan UKMPPD FK UMSU Page 57


Kelainan Makan
- Anorexia nervosa: tidak mau makan
- Bullemia nervosa: makan tapi dimuntahkan
Th/ psikoterapi

Kelainan paska melahirkan


Baby blue syndrome: mood fluktuasi, menangis, lemas, sulit tidur, < 2mgg
Post partum depression: sda, >2mgg
Post partum psychosis: ada gejala psikosis. Bisa halusinasi / delusi, bisa terdapat usaha membunuh bayi

Pembekalan UKMPPD FK UMSU Page 58


SET
Public Health
12 Pembekalan UKMPPD CBT FK UMSU

Desain Penelitian
Cross sectional: waktu dan biaya singkat, bergerak dr resiko, PR = (a/a+b) : (c/c+d)
Case control: ke belakang / retrospektif, bergerak dr efek, OR = ad/bc
Cohort: diikuti ke depan, RR= (a/a+b) : (c/c+d)

Skala dalam penelitian


Skala Kategorik  jika dikelompokkan, terbagi atas
Nominal : setara, Cth. Islam, kristen, hind, buddha
Ordinal : bertingkat. Cth. Anemia ringan, sedang, berat. SD-SMP-SMA
Skala numerik  jika tidak dikelompokkan
Interval : tidak memiliki titik 0
Rasio : memiliki tiitik 0
Uji Hipotesis
Chi square : kategorik – kategorik
Uji T: kategorik – numerik
Uji Korelasi: numerik – numerik, melihat ada hubungan atau tidak
Uji regresi: numerik – numerik, melihat seberapa jauh hubungan saling mempengaruhi (lanjutan korelasi)

Prevalensi dan Insidensi


Prevalensi: semua kasus sakit  diukur dengan cros sectional
Insidensi: kasus baru saja  diikuti dengan cohort
Incidence rate: semua kasus baru / semua populasi beresiko
Prevalence rate: semua kasus baru dan lama / semua populasi

Puskesmas dan Posyandu


1 puskesmas 30.000 jiwa, 1 pustu 5000 – 10.000 jiwa
Kegiatan wajib puskesmas: KIA, kesehatan perorangan, pemberantasan penyakit menular, promosi
kesehatan, perbaikan gizi dan Kesling
1 posyandu: 100 balita atau 120 kepala keluarga

Pencegahan
Pencegahan primer: Health promotion (target tidak spesifik), specific protection (target spesifik)
Pencegahan sekunder: Early diagnosis and Prompt treatment (screening, diagnosis dan terapi)
Pencegahan tersier: disability limitation (mencegah perburukan), rehabilitation (meingkatkan kualitas
hidup)

Teori Blum
Derajat kesehatan ditentukan oleh Lingkungan (paling utama), perilaku, pelayanan kesehatan dan
Herediter

Fungsi Manajemen
Input : man, money, material, method, market, time
Proses : pelaksanaan program, terdiri atas:
Planning: apa yang mau dikerjakan? Oleh siapa? Kapan? Dimana? Berapa biayanya?
Organizing: membagi kerja
Actuating: pelaksanaan di lapangan
Controlling: atasan mengecek kerja bwahan agar semuanya lancar
Evaluating: proyeksi di akhir selesainya program
Output: tujuan atau target jangka pendek
Outcome: tujuan atau target jangka panjang

Definisi Kasus
Suspect: dx ditegakkan hanya dari gejala saja
Probable: dx sitegakkan dari gejala + pemeriksaan mendukung, tapi bukan gold standard

Pembekalan UKMPPD FK UMSU Page 59


Definit / confirmed: dx ditegakkan dari gejala + gold standard

Kejadian luar biasa


Dari tidak ada menjadi ada, atau KLB = OUT BREAK = EPIDEMI
dari ada meningkat 2 kali lipat, atau Dari tidak ada menjadi ada
meningkat progresif dalam 3 kurun waktu Dari ada meningkat 2x lipat
ENDEMIS Dari ada terus meningkat 3 waktu berturut
Terus menerus tinggi
Kasus yang harusnya sudah eradikasi, tiba tiba
ada lagi
(reemerging disease) SPORADIS
Pandemi
Naik turun
Wabah
Indikator:
Attack rate: jumlah pasien / jumlah penduduk Epidemi
Case Fatality Rate: jumlah mati / jumlah pasien
OUTBREAK/KLB

Surveilans epidemiologi
Adalah kegiatan memantau, mencatat dan mengamati
Surveilans aktif: petugas kesehatan mendatangi rumah warga
Surveilans pasif: petigas kesehatan menunggu laporan dari warga
Surveilans sentinel : terpadi, jika ada KLB

Teknik sampling
Simple random sampling: berdasarkan teknik sederhana
Sistematic random sampling: cth. Diambil sampel nomor urut ganjil
Stratified random sampling: cth. 10 orang SD, 10 orang SMP, 10 orang SMA
Cluster sampling: cth, 10 orang Medan, 10 orang Aceh, 10 orang Jakarta
Snowball sampling: utk populoasi yang tidak diketahui keberadaannya. Cth homoseksual
Consecutive sampling: mengikuti inklusi dan eksklusi
Convenience sampling: kebetulan

Hubungan Dokter Pasien


Paternalistic: pasien merasa dokter tau segalanya
Guidence cooperative: pasien mencurahkan keinginannya, dokter menmgarahkan pasien
Mutualism: dokter dan pasien sama sama berdisuksi mencari jalan terbaik
Consumer: pasien adalah pembeli jasa dokter

Konseling efektif
Konsep Konseling: Catarhsis – Education – Action
Catarhsis: menggali permasalahan yang dihadapi, mencari tahu seberapa jauh pengetahuan pasien
Education: memberikan informasi
Action: Melaksanakan intervensi perubahanm perilaku, tatalaksana

Komunikasi interpersonal
Urutan komunikasi interpersonal:
1. Rapporting  membuat suasana nyaman
2. Mengajukan pertanyaan  terbuka / tertutup / mengarahkan
3. Mendengar aktif
Refleksi Isi : memvalidasi pernyataan pasien
Refleksi perasaan: “Saya paham keadaan ibu tengah sedih dengan penyakit ini”
4. Memberikan informasi
5. Memberikan tanggapan
Asumsi: menjudge dan mengambil kesimpulan tanpa bukti kuat  ibu pasti tidak minum obat
Evaluasi: meraukan pernyataan pasien  “Ah yang benar, coba diingat ingat lagi..”

Teori Perubahan Perilaku


Prekontemplasi  belum, bernmiat berubah. Th/ edukasi
Kontemplasi  sudah berniat, tapi belum dimulai. Th/ motivasi
Preparation  langkah teknis sudah nyata siap untuk mulai. Th/ ajarkan teknik
Action  tahap perubahan. Th/ terapi kerja kelompok
Mainmtenance  6 bulan setelah perubahan perilaku. Thj/reward and punishment

Pembekalan UKMPPD FK UMSU Page 60


Breaking bad news
Urutan breaking bad news:
1. Mempersiapkan waktu dan suasana yang tepat
2. Memberikan tanda akan ada berita buruk yang disampaikan
3. Menyampaikan berita dengan sederhana dan benar
4. Menunjukkan empati
5. Mencari solusi bersama

Pembekalan UKMPPD FK UMSU Page 61


SET
Bedah
13 Pembekalan UKMPPD CBT FK UMSU

Primary Survey : A-B-C-D-E


Airway : menilai jalan napas (look, listen, feel), mengatasi obstruksi jalan napas
Breathing : menilai pernapasan, membantu pernapasan
Circulation : mengatasi perdarahan
Disability : menilai kesadaran (A-V-P-U)
Exposure : pemaparan (log-roll)
Secondary Survey : Head-to-toe examination, Anamnesis (Allergic Medication Past illness Last meal Event)
Glasgow Coma Scale : E, M, V
Triase :
Merah : emergensi, mengancam nyawa misal : open fx femur grade IIIa
Kuning : urgent, akut tidak mengancam nyawa misal : closed fx tibia
Hijau : non urgent, cedera minor misal : v. excoriativum
Hitam : expectant, meninggal dunia atau berpotensi meninggal dunia

BEDAH SARAF
Fraktur Basis cranii  pemeriksaan CT Scan axial
Anterior : raccon eyes, rhinorrhea
Media : otorrhea
Posterior : battle sign

Perdarahan intra cranial


Epidural Hematom : antara duramater dan skull, pecah arteri meningea media, lucid interval
(+), pupil anisokor, herniasi cerebri, CT Scan : hematom bikonveks
Subdural Hematom : antara duramater dan arachnoid, pecah bridging vein, CT Scan : bulan
sabit
Subarachnoid Hematom : antara arachnoid dan piamater, kaku kuduk (+)
Intraserebral hematom : perdarahan pada jaringan otak

Cedera kepala
Commotio cerebri : gegar otak, tidak ada jaringan otak yang rusak, CT Scan : edema serebri
Contusio cerebri : memar otak, (+) jaringan otak yang rusak, CT Scan : Salt-Pepper appearance
Head injury menurut GCS
Ringan : GCS 13-15
Sedang : GCS 9-12
Berat : GCS 3-8 atau cedera multiple + perdarahan intracranial GCS ringan/sedang

BEDAH THORAX KARDIOVASKULAR


Flail Chest
fraktur iga pada dua atau lebih iga yang berurutan di dua tempat atau lebih, pernapasan paradox
Tamponade jantung
Trias beck (distensi vena leher, bunyi jantung melemah, hipotensi), pulsus paradoksus, EKG : low voltage
pada seluruh lead, Th/ : pericardiocentesis
Pneumothorax  terdapat udara pada rongga pleura, Th/ : chest tube + WSD
Open pneumothorax  empisema subkutis (+), sucking chest wound, Th/ plester tiga sisi, chest tube + WSD
Hemothorax  (+) darah pada rongga pleura, flat neck veins (+) Th/ hemothorax massif : chest tube + WSD

Tension pneumothorax
mekanisme ventile/one way valve, trias : hipotensi, peningkatan JVP, hipersonor, Th/ : needle
decompression dgn IV cath 14 G di ICS II/III, diatas iga 3 pada linea midclavicula

BEDAH ANAK
Labiognatoplatoschizis
Rule of ten : BB 10 lb (5 kg), usia 10 minggu, Hb 10 g/dl, leukosit <10.000

Pembekalan UKMPPD FK UMSU Page 62


Tatalaksana : N-I-D-A-R (Nuchter/Fasting/puasa – Infus cairan – Dekompresi (NGT&Kateter) – Antibiotik profilaksis
– Rujuk)
Atresia esophagus
3 C : Choking on 1st feed, Cyanosis, Coughing, drooling saliva (+)
Atresia Doudenum dan Jejunum
Distensi, muntah kehijauan, Rontgen : Duodenum  double bubble, jejunum  triple bubble
Hipertrofi pylorus stenosis
Muntah tidak hijau, teraba seperti biji zaitun (olive sign), Rontgen : string sign (caterpillar sign)
Atresia ani
(-) anus, muntah kuning kehijauan, Rontgen : Knee chest position
Hirschsprung disease/aganglionik megakolon
Mekonium keluar terlambat > 24 jam, muntah kehijauan, RT : menyemprot, kemudian obstipasi lagi
Abdominal wall defect
Omfalokel : di pangkal umbilicus, (+) kantong
Gastroschisis : di lateral umbilicus, (-) kantong
Invaginasi/intususepsi
Current jelly stool (+), PF : massa seperti sosis (sausage shape appearance), USG : doughnut sign

BEDAH DIGESTIF
Hernia inguinal
Reponible : bisa keluar masuk, Th/ operasi elektif
Irreponible : tidak bisa keluar masuk, Th/ operasi elektif
Inkarserata : ada gangguan pasase, muncul tanda ileus, Th/ operasi cito
Strangulata : nekrosis, nyeri hebat, merah, Th/ operasi cito
Hemorrhoid
Externa : hitam, iskemik, tidak nyeri, tidak ada grade
Interna : Grade I : hanya berdarah, tidak ada benjolan, Th/ diet tinggi serat
Grade II : benjolan keluar masuk spontan. Th/ diet tinggi serat
Grade III : benjolan masuk jika didorong dengan jari, Th/ operasi rubber band ligation
Grade IV : benjolan tidak bisa masuk lagi, Th/ Rubber band ligation
Ileus  pemeriksaan rontgen abdomen 3 posisi (erect, supine, LLD)
Obstruktif : Peristaltik usus meningkat, multiple air fluid level step ladder, herring bone appearance
distribusi udara tidak mencapai distal Penyebab: paling sering krn massa atau benda
asing atau krn volvulus (coffe bean sign)
Paralitik : peristaltik hilang (silent abdomen), air fluid level minimal, udara usus mencapai
distal Penyebab: paling sering karena hipokalemia, peritonitis
Appendicitis acute
Mc Burney sign : tekan kanan bawah, nyeri d kanan bawah
Rebound tenderness : lepas kanan bawah, terasa nyeri
Rovsing sign : tekan kiri bawah, nyeri di kanan
Blumberg sign : lepas di kiri, nyeri di kanan
Psoas sign : nyeri di kanan bawah dengan mengangkat paha
Obturator : nyeri di kanan bawah dengan menekuk . merotasikan tungkai
Dumphy : saat batuk, nyeri di kanan bawah memberat
Komplikasi : peritonitis lokal  peritonitis difus, atau walling off (appendiceal = mass)
Peritonitis
Peritonitis primer : melalui penyebaran hematogen/limfatik
Peritonitis sekunder : bakteri mengontaminasi rongga peritoneum akibat kebocoran intraabdomen
Peritonitis tersier : pasca tindakan (misal operasi)

BEDAH ORTOPEDI
Fraktur  diskontinuitas tulang, tulang rawan, tulang rawan sendi
Fraktur terbuka
Grading menurut gustillo-anderson
Grade I : luka terbuka <1cm
Grade II : luka terbuka 1 – 10 cm, tidak ada kerusakan jaringan yang serius
Grade IIIa : luka terbuka >10 cm, kerusakan jaringan serius (+), tidak ada kehilangan jaringan
Grade IIIb : luka terbuka >10 cm, kerusakan jaringan serius (+), kehilangan jaringan (+)
Grade IIIc : luka terbuka > 10 cm, kerusakan jaringan serius + kerusakan arteri
Manajemen fraktur dan dislokasi
Tatalaksana awal: REDUKSI / bidai / spalk
Tatalaksana definit: fraktur  fiksasi, dislokasi  reposisi
Urutan: Reduksi – Reposisi – Retensi (fiksasi) – rehabilitasi

Pembekalan UKMPPD FK UMSU Page 63


Komplikasi fraktur
Malunion : sembuh dengan deformitas
Delayed union : sembuh dalam jangka waktu lebih dari normal
Nonunion : fraktur yang tidak menyambung
Fraktur radius dan ulna
Fraktur Colles : fraktur radius angulasi dorsal / posterior  paling sering, bentuk garpu
Fraktur Smith/reverse colles: fraktur radius angulasi volar / anterior, bentuk sekop kebun
Fraktur Galeazzi : fraktur radius menggeser ulna
Fraktur Monteggia : fraktur ulna menggeser radius
Dislokasi
Sendi panggul : dislokasi posterior (paling sering), dislokasi anterior
Sendi bahu : dislokasi anterior (paling sering), dislokasi posterior
Dislokasi anterior  ekstensi, abduksi, rotasi eksterna
Dislokasi posterior  fleksi, adduksi, rotasi interna
Sindroma kompartemen
5 P : Pain, Pallor, Parestesia, Paralisis, Pulselesness. Th/ Fasciotomy
Osteomielitis
Akut : demam tinggi, terbatas gerakan
Kronik : Rontgen : sekuestrum, involucrum,
Malignansi tulang
Ewing Sarkoma : onion skin appearance
Osteosarkoma : codman triangle, sunray/sunburst appearance

BEDAH ONKOLOGI
Perbedaan Mastitis, FAM dan Ca Mammae
Mastitis : nyeri, demam, lecet dan edema, tanda peradangan (+)
FAM : benjolan batas tegas tidak nyeri, usia muda
Fibrokistik : nyeri saat haid
Ca Mammae : peau d orange, retraksi nipple

BEDAH PLASTIK
Luka bakar
Derajat 1 : merah, hieperemis, nyeri
Derajat 2a : ada bula , nyeri hebat
Derajat 2b : tidak ada bula, masih merasakan nyeri
Derajat 3 : ujung saraf sudah terkena sehingga tidak nyeri lagi
Terapi awal luka bakar
resusitasi cairan (formula baxter-parkland) = 4 x kg x % luas luka bakar
Setengah dari cairan diberikan dalam 8 jam pertama. Selebihnya diberikan dalam 16 jam kedua
Luka bakar kimia  luka akibat basa > luka akibat asam. Th/ irigasi dengan air mengalir selama 20-30 menit
Luka bakar listrik  (+) luka masuk, luka keluar (+). EKG serial  luka bakar listik menyebabkan fibrilasi ventrikel
Indikasi rawat luka bakar
Derajat 2 > 20%
Derajat 3 > 5%
Derajat 2 atau 3 > 10% pada anak dibawah 10 tahun atau dewasa di atas 50 tahun
Luka pada ekstremitas, kelamin dan perineum
Semua trauma inhalasi
Semua trauma listrik dan kimia. (trauma listrik mengakibatkan fibrilasi jantung  EKG)

Syok Anafilaktik
Reaksi hipersensitifitas tipe 1 akibat alergen, TD turun mendadak, edema laring berpotensi apnea
Th/ Epinephrine 1:1000 0,3-0,5 cc subkutan/intramuskular (dewasa)
Epinephrine 1:1000 0,01 mg/kg subkutan/intramuskular (anak)
Untuk mencegah reaksi hipersensitivitas tipe lambat kortikosteroid iv

Perbedaan perforasi hollow organ dengan solid organ intra abdomen


Hollow organ: ada free air pada foto, pekak hepar menghilang pada pemfis. Px: Foto polos abdomen
Solid organ: hemodinamik cepat jatuh ke syok. Px: USG
Komplikasi: Peritonitis

Pembekalan UKMPPD FK UMSU Page 64


Profilaksis tetanus

Pembekalan UKMPPD FK UMSU Page 65


SET
Bioetika & Forensik
14 Pembekalan UKMPPD CBT FK UMSU

Malpraktik medik
Dikatakan malpraktik medik jika terbukti memenuhi unsur 4D
Duty (ada kewajiban),
Deriliction of duty (kewajiban tsb tidak dikerjakan),
Damage (menyebabkan cedera) dan
Direct cause (bisa dijleaskan hubungan sebab akibat)

Badan yang mengurus malpraktek medik:


MKEK
Adalah badan di bawah IDI, dibentuk oleh dokter, beranggotakan dokter untu membela kepentingan
dokter
Mengadili pelanggaran KODEKI
Sanksi: sanksi teguran, moral dan pengucilan
MKDKI
Adalah badan di bawah KKI, beranggotakan dokter dan sarjana hukum
Bertugas menerima pengaduan dari masyarakat, kemudian menyeleksi apaklh kasus tersebut benar benar
malpraktek atau bukan
Mengadili pelanggaran STANDARD PROFESI
Sanksi: reschooling, pencabutan STR

Pengadilan
Bertugas mengiurus pelanggaran kedokteran yang telah diundang undangkan.
Cth. Dokter melakukan aborsi
Sanksi: pidana, pencabutan STR

Kaidah dasar moral


Beneficence: melakukan standar tertinggi sesuai SOP, memilih yang terbaik diantarayang baik
Nonmalefience: Melanggar SOP untuk maskud yang lebih baik, memilih yang kurang buruk diantara yang
buruk  kasus emergency
Justice: ada pihak lain yang dirugikan selain dokter dan pasien
Autonomy: mengikuti keinginan pasien

Consent
Expressed consent  pasien menunjukkan persetujuannya secara lisan dan tertulis
Implied consent  pasien menunjukkan persetujuan dari tingkah laku  mis: mengangguk
Informed consent  Persetujuan yang diberikan setelah diberi penjelasan mengenai tindakan, tujuan, dan
efek samping. Biasanya untuk tindakan medis tertentu dan umumnya tertulis.
Presumed consent  Dokter menganggap pasien memberi persetujuan meskipun pasien tidak
menunjukkan baik secara expressed atau implied
Mandatory consent  Keadaan-keadaan yang mutlak dokter tidak boleh melakukan apa pun sebelum ada
persetujuan. Biasanya merupakan suatu prosedur yang besar dan invasif, seperti tindakan pembedahan
mayor.

Informed consent
Hak consent: usia 18 tahun atau sudah menikah serta sehat mental
Jika belum menikah: orang tua  saudara kandung  wali
Jika sudah menikah: istrti/suami  anak kandung  orang tua  saudara
Inform consent harus dilakukan secvara tertulis jika prosedur yang akan dilakukan memeiliki resiko yang
berat
Dalam keadaan mengancam jiwa dan tidak ada orang yang kompeten membuat consent  prosedur
boleh dilakukan tanpa informed consent

Pembekalan UKMPPD FK UMSU Page 66


Pengurusan izin dokter
Ujian kompetensi  lulus  ijazah oleh fakultas  sertifikat kompetensi oleh KDPI  STR oleh KKI  SIP
oleh IDI setempat dan dinkes
P2KB: pendidikan kedokteran berkelanjutan tentang seminar dan update ilmu

Hubungan Dokter-Pasien
Paternatlisik: berpusat pada dokter
Konsumeristik: dokter dipaksa mengikuti pasien
Default: dokter berusaha patient-centered, namun pasien tidak kooperatif
Mutualistik: dokter dan pasien sebagai mitra (hubungan yang baik)

FORENSIK

VER
 VER hanya diberikan jika ada permintaan langsung dari penyidik.
 Pada kasus perkosaan, korban harus datang ditemani polisi karna korban adalah barang bukti
 VER dibuat berdasarkan kondisi saat surat permintaan VER diterima dokter
 Semua dokter yang telah mengangkat sumpah berhak menerbitkan VER
 VER Hanya boleh menjelaskan temuan saat itu, tidak boleh ada interpetasi subjektif dari pemeriksa
 VER sementara: jika pasien masih harus dirawat dulu
 VER lanjutan: dibuat saat luka korban telah sembuh/pindah rumah sakit/pindah dokter/pulang paksa.
Kualifikasi luka ditulis.
 VER Definitif: dibuat seketika. Korban tidak memerlukan perawatan dan pemeriksaan lanjutan sehingga
tidak menghalangi pekerjaan korban. Kualifikasi luka ditulis derajat I.

Penulisan VER
1. Penyebab kematian : keadaan yang mendasari kematian.
Perlukaan/penyakit yang menimbulkan kekacauan fisik sehingga menghasilkan kematian. Contoh: luka
tembak, luka tusuk, kanker, aterosklerosis.
2. Mekanisme kematian : proses yang mengakibatkan kematian
Kekacauan fisik yang dihasilkan oleh penyebab kematian. Contoh: perdarahan, kerusakan jaringan
otak. Beberapa penyebab bisa memiliki mekanisme yang sama (perdarahan bisa disebabkan oleh luka
tusuk, luka tembak, atau kanker). Sebaliknya, satu penyebab bisa menghasilkan kematian melalui
beberapa mekanisme (luka tembak bisa menghasilkan perdarahan, bisa juga menghasilkan kerusakan
jaringan otak)

3. Cara kematian
Menjelaskan bagaimana penyebab kematian itu datang. Dikelompokkan menjadi: wajar,
pembunuhan, bunuh diri, kecelakaan, atau tidak dapat dijelaskan.

Contoh. Korban mati karna luka tusuk di dada kiri


Penyebab : trauma tajam
Mekanisme : perdarahan
Cara : tidak wajar

Klasifikasi luka
1. Luka ringan  dasar hukum Pasal 352 KUHP  Luka yang tidak membutuhkan perawatan
2. Luka Sedang  dasar hukum Pasal 351 (1), 353 (1)  Luka yang membutuhkan perawatan, tetapi tidak
memenuhi kriteria luka berat.
3. Luka Berat  dasar hukum Pasal 90 KUHP
Memenuhi salah satu kriteria di bawah ini:
 Jatuh sakit atau mendapat luka yang tidak memberi harapan akan sembuh sama sekali.
 Menimbulkan bahaya maut.
 Tidak mampu secara terus menerus untuk menjalankan tugas jabatan/pekerjaan pencarian.
 Kehilangan salah satu pancaindera.
 Mendapat cacat berat.
 Menderita sakit lumpuh.
 Terganggunya daya pikir selama >4 minggu.
 Gugur/matinya kandungan seorang perempuan.

Pembekalan UKMPPD FK UMSU Page 67


Trauma tumpul
Dijumpai jembatan jaringan, tepi luka tidak rata, sudut luka tumpul
Cth Luka robek, luka lecet
Trauma tajam
Tidak dijumpai jembatan jaringan, tepi luka rata, sudut luka lancip
Cth. Lukatusuk, luka sayat, luka bacok

Luka tembak
Jauh : kelim lecet Dekat: lecet+ tato
Sangat dekat: lecet+tato+jelaga Tempel: lecet+tato+jelaga+star shape

 Luka tembak tempel : jejas laras


 Luka tembak sangat dekat (<15 cm): kelim api
 Luka tembak dekat (15 - 30 cm): kelim jelaga; (30 - 60 cm): kelim tato
 Luka tembak jauh : kelim kesat dan kelim lecet

 Kelim lecet : kulit ari hilang di sekeliling lubang


 Kelim kesat : pelumas, jelaga, elemen mesiu pada tepi lubang
 Kelim tato : butir mesiu yang tidak habis terbakar sekitar kelim lecet
 Kelim jelaga : jelaga/asap pada permukaan kulit sekitar lubang
 Kelim api : daerah hiperemis di tepi lubang

Pembunuhan Anak Sendiri (PAS)/ Infanticide

ibu kandung membunuh anak sendiri pada saat/tidak lama setelah dilahirkan. Motif: "takut ketahuan bahwa ia
melahirkan".
Perhatikan bahwa untuk memenuhi kriteria infantisida, bayi harus: :
- Viable : (usia gestasi >28 minggu; BB>1000 gram; lingkar kepala>32 cm; panjang tumit-kepala >35 cm,
tidak ada kelainan bawaan berat).
- lahir hidup : (dada mengembang, konsistensi paru seperti spons, permukaan paru seperti marmer, uji
apung paru positif)
- tanpa tanda perawatan : (plasenta ada, tali pusat belum dipotong,verniks kaseosa masih ada, atau tanpa
adanya makanan/susu dan tidak adanya pakaian yang dikenakan bayi)
Jika tanpa tanda lahir hidup : mati dalam kandungan
Jika sudah ada tanda perawatan : pembunuhan biasa.

Tanda kematian

o Segera: pupil midriasi, TD tak terukur, nadi tak teraba, reflex pupil (-)
o Dini: algor mortis (penurunan suhu tubuh mayat akibat terhentinya produksi panas
dan pengeluaran panas terus-menerus.), livor mortis (lebam mayat ;muncul 1/2 jam, hilang dengan
penekanan < 6 jam, tdk hilang penekanan >6 jam)
Warna lebam mayat :
- Normal : ungu kemerahan
- Keracunan CO (carbonmonoxida) : cherry red
- Keracunan potassium chlorate, nitrat, dan aniline : chocolate brown
- Kematian disebabkan terekspose suhu dingin : bright pink/ merah terang
- Keracunan cyanide : pink, bright scarlet dan violet
- Kematian karna abortus septic karna Clostridium pefringens : warna perunggu pucat bergaris-garis
Rigor mortis (kaku mayat ;muncul 2-3 jam, sempurna 10-12 jam, hilang >24 jam)
o Decomposition (pembusukan) : Proses degradasi jaringan terutama protein akibat autolisis dan kerja
bakteri pembusuk terutama Klostridium welchii. Mulai tampak 24 jam setelah mati berupa warna
kehijauan pada perut kanan bawah. Larva lalat muncul 36-48 jam setelah kematian, menetas 24 jam
kemudian. Pembusukan akan lebih cepat pada suhu lingkungan optimal, kelembapan udara yang cukup,
banyak bakteri pembusuk, tubuh gemuk, atau hal lain seperti sepsis atau infeksi. Proses pembusukan yang
terjadi pada mayat yang ditemukan didalam tanah, air dan udara memiliki perbandingan 1 :2 :8. Pada bayi
baru lahir pembusukan akan lebih lambat karena jumlah bakteri sedikit
o Adiposera : Terbentuknya bahan yang berwarna keputihan, lunak/berminyak, berbau tengik dalam
jaringan lunak tubuh pascakematian.
o Mumifikasi : Akibat penguapan jaringan dan dehidrasi jaringan yang cukup berat.

Pembekalan UKMPPD FK UMSU Page 68


Tanda intravital

Merupakan penanda bahwa saat luka terjadi, korban masih hidup dan inilah penyebab kematian korban
 Tenggelam : ada buih sukar pecah pada trakea, cadaveric spasm
 Terbakar : ada jelaga pada saluran nafas, ada bula
 Trauma : jejas warna merah, ada resapan darah
Tenggelam :
o Air asin:
Konsentrasi elektrolit dalam air asin lebih tinggi dibandingkan dalam darah,  air ditarik keluar sampai
sekitar 42% dari sirkulasi pulmonal ke dalam jaringan interstitial paru  udem pulmonal,
hemokonsentrasi, hipovolemi, dan kenaikan kadar magnesium dalam darah  meningkatnya hematokrit
dan peningkatan kadar natrium plasma  Hemokonsentrasi  anoksia pada myocardium dan
peningkatan viskositas darah  sirkulasi menjadi lambat  payah jantung. Kematian dapat terjadi dalam
waktu 5-8 menit setelah tenggelam
o Air tawar:
terjadi absorbsi cairan masif ke dalam membran alveolus, karena konsentrasi elektrolit dalam air tawar
lebih rendah daripada konsentrasi dalam darah hemodilusi darah  pecahnya sel darah merah
(hemolisis)  tubuh berusaha mengkompensasinya dengan melepaskan ion Kalium dari serabut otot
jantung  kadar ion dalam plasma meningkat,  terjadi perubahan keseimbangan ion K dan Ca dalam
serabut otot jantung  anoksia yang hebat pada myocardium  fibrilasi ventrikel dan penurunan
tekanan darah  menimbulkan kematian akibat anoksia otak hebat

Cadaveric spasm  tangan kaku menggenggam anemon laut

Hanging vs Strangulasi
Hanging: jejas serong, terletak di bawah, lebam di ujung ekstremitas
Strangulasi: jejas datar, terletak di atas, lebam di punggung atau badan depan

Disaster Victim Identification (DVI)

Urutan proses DVI:


Olah TKP  data postmortem  data antemortem  Rekonsiliasi  Debriefing
 Data primer: Sidik jari, cetak gigi, analisa DNA.
 Data sekunder: Rekam medik, barang bawaan visual, fotografi, properti jenazah, medik-antropologi (tinggi
badan, ras, dll).
Rekonsiliasi: mencocokkan data antemortem dengan post mortem, dan menanyakan apakah semua pihak sudah
puas dengan hasil DVI

Pembekalan UKMPPD FK UMSU Page 69


SET
Kulit & Kelamin
15 Pembekalan UKMPPD CBT FK UMSU

Dermatoterapi
Prinsip pengobatan : ruam basah dirwata basah, ruam kering dirawat kering
Vehikulum dasar :
Bedak : untuk mencegah friksi, dan agar vesikel tidak pecah. Bedak salycilat 2%
Minyak/salep : penetrasi dangkal, lesi kering
Air/solusio : lesi basah, untuk kompres. Contoh larutan rivanol

Vehikulum kombinasi:
Krim : minyak + air  untuk lesi kering dan dalam. Untuk daerah berambut
Bedak kocok/lotion : bedak + air  memberikan efek dingin
Pasta : minyak + bedak  untuk lesi dalam dan basah

Infeksi Jamur
Tinea: central healing tepi aktif, polisiklik,
Etiologi: trychophyton, epidermophyton, microsporum. KOH 10% - rambut, 20% - kulit, 30% - kuku.
Px/ KOH: kerokan pinggir lesi  hifa panjang bersekat. Lampu wood: kuning kehijauan (T. Capitis
greyP.)
Th/ Topikal gol-azol sampai lesi sembuh+ 1-2 mgu. Oral (pagi, p.c): ketokonazol 1x200mg (10 hari),
itrakonazol 1x100mg (10-14 hari), griseofulvin 1x500mg/2x250mg (T.pedis & onicomycosis =
1000mg/hr.
Anak2 : ½ dosis dewasa.

Endothrix,
kutikula intak,
lampu wood (-)

Kerion, krusta tebal


dgn hairless plaque

Grey patch,
hiperkeratotik
plak, ectothrix
Kutikula hancur

Kandidiasis : makula patch eritem, basah, dan erosi bentuk lesi satelit/corimbiformis/chicken-hen
appearence.
Area lipatan / flexural area.
Etiologi: candida albicans. Px: KOH : pseudohifa (hifa tidak bersekat), blastospora, ragi, yeast cell
Th/ antifungal topikal Mikonazole salep. Jika ruam luas, tambahkan anti fungal oral:
Ketokonazole 1 x 200 mg, Fluconazole atau itrakonazole
Pitiriasis versikolor : makula oval hipo/hiperpigmentasi dengan skuama halus (powdery). Etio: malassezia
furfur.
Px wood lamp: kuning keemasan. KOH : hifa pendek dengan spora berkelompok (sphagetty
meatball)

Pembekalan UKMPPD FK UMSU Page 70


Th/ selenium 2,5% shampoo dan antifungal topaikal (mikonazol).
Antifungal oral jika lesi luas : ketokonazol 1x200mg (10 hari), itrakonazol 1x200mg (7 hari)

Pioderma
 Impetigo krustosa  krusta kluning seperti madu di wajah sekitar bibir-hidung,
 Impetigo bulosa  bula kendur hipopion, koleret, di wajah, leher, dada dan bahu (pd infant di
intertriginosa)
 Ektima: ulkus tertutup krusta kehitaman di kaki
 Folikulitis: inflamasi primer folikel rambut
 Furunkel – karbunkel: papul berisi pus – multipel konfluen furunkel
 Erisipelas: merah batas tegas, merah terang, wajah- tungkai, upper dermis
 Selulitis: merah batas tidak tegas, mengkilat, biasa pada DM, tungkai, deeper – subkutan
 Phlegmon: selulitis dgn supurasi, sampai ke adipose tissue,
 SSSS: newborn, balita, dwsa dg penyk kronik. Ruam makula eritema, bula hipopion. Gjl lain: demam,
malaise, letargi, malas makan. Th/ rawat inap, antibiotik (Dikloksasilin)
Etio: semuanya stapylococcus, kec. Impetigo krustosa, ektima, erisipelas, selulitis – streptococcus, kec
eritrasma
 Eritrasma: corynebacterium minutissimum, makula-patch berbentuk bayangan, flexural area/ lipatan
lampu wood: merah bata/coral red
Th/ tertutup pus/krusta: kompres PK 1/5000,rivanol 3x@1jam.
Bebas krusta: mupirocin 2%, bacitracin topikal 2x1, clindamycin 2%
Oral (sistemik): amoxicilin 3x(250-500)mg. Jika alergi amox  ganti dgn eritromisin 4x(250-500)mg.
Pilosebasea Disorder
 Hidroadenitis: infeksi stapylococcal kelenjar apokrin, ruam papul, nodul, abses, fistula, scar. Usia akil balik,
didahului trauma (rambut ketiak digunting). Nodus yg dapat melunak menjadi abses.
 Abses multipel kelenjar keringat: infeksi kelenjar keringat,berupa abses multipel tidak nyeri berbentuk
kubah.
 Acne Vulgaris: >> produksi sebum, hiperkeratinisasi folikel (komedo, papul, nodul, eritem, pustul, scar)
Etio: Propionibacterium acne

Oral antibiotik: tetrasiklin 2x500mg, doksisiklin 2x(50-100)mg, klindamisin 2-3 x (150-300)mg; selama 6-8
mgu.
DD: Dermatitis perioral, Erupsi acneiformis, Rosacea. (bedakan)

Infeksi Virus
VZV
Varicella (chicken pox): tear drp, ruam polimorfik (makula, papul, vesikel, krusta)  Th/ simptomatik,
Antiviral.
Herpes zoster: vesikel bergerombol di atas makula eritems tersusun sesuai dermatome
Px/ Tzanck test: mutinucleated giant cell – set datia berinti banyak. Th/ asiklovir 5x800mg ; valasiklovir
3x1000mg
Komplikasi: HZ optalmicus (kena N.V), post herpetic neuralgia (>>pr, prevensi steroid, th/
gabapentin/amitriptilin)
Hepres simplex virus

Pembekalan UKMPPD FK UMSU Page 71


Vesikel di daerah oral atau genital. Th/ Asiklovir 5x200mg, Valasiklovir 2x500mg
Herpes simpelx dapat diterapi dengan asiklovir cream
Moluskum kontagiosum virus (Pox virus)
Papul berbentuk kubah (dome-shapped) dengan umbilikasi (delle), bila ditekan keluar spt nasi
Predileksi di wajah, bahu dan punggung. Etio: poxvirus
Th/ bedah kuretase, cryoterapi, podofilin 10-25% (0.3-0.5% Cr). Oral sistemik: cidofovir, cimetidine
40mg/kg/hr
HPV
Veruka vulgaris, hiperkeratotik papulonodul/ plak permuk irreguler, jari-tangan-kaki. Th/as.salisilat 10-40%,
cryo.

Infeksi Parasit
Scabies
Burrow (terowongan) dengan ujung papulonodul , bula, dengan dasar eritem;
terjadi di daerah lipatan jari, bokong (infan khas pd wajah & telapak tangan);
semakin gatal di malam hari; dan dijumpai kontak dgn penderita.
Etio : sarcoptes scabiei var.hominis. Px. Burrow ink test.
Th/ Permetrin 5% 1x mlm, diulang setelah 1 mgu (pada ibu hamil maupun dewasa)
Sulfur presipitat 1x mlm selama 3hr (padi bayi)
Gameksan 1% 1x mlm (KI: anak <6th dan bumil)
Pediculosis
Etio: pthirus pubis. Terutama di daerahberambut (kapitis, pubis). Pada badan – korporis.
Px/ Dijumpai blue dots / sky dots (makula biru). Nonmed: Cuci dgn air hangat 5 mnt, obati sekeluarga.
Th/ permetrin 1% cream 2jam, atau Malathion 0,5% lotion semalam, Gameksan 1% 12 jam.
Cutaneus larva migrans (creeping eruption-creeping verminous-sandworm eruption-plumber’s itch)
Etio: ancylostoma canis atau ancylostoma braziliens
Ruam serpiginosa, eritem bentuk linier pada ekstremitas, sehabis bermain di pasir/kebun
Th/ Cholerethilspray + albendazole 1x400mg (3hr), atau ivermectin 2x6mg, atau kortikosteroid topikal.

Dermatitis
Dx Penyebab Patofisiologi

D. Kontak Iritan Kontak langsung dengan bahan Substansi iritan 


iritan/korosif. Cth Asam basa prostaglandin dan inflamasi
kuat lokal
D. Kontak alergik Kontak langsung dengan bahan Hipersensitivitas tipe 4
yang sebenarnya tidak
menimbulkan gejala pada orang
lain. Cth karet
D. Atopik (eczema) Tidak harus kontak langsung Riwayat atopik, IgE (tipe 1)
Riwayat atopi dlm keluarga Sering dijumpai pada orang yang
DA Infant (< 2 thn): erosi, krusta cemas dan merasa tertekan,
DA juivenile (2-10 thn): papul, erosi, terlebih pada malam hari
liken berlangsung sejak lahir
DA dewasa (>10 thn): liken

Bedakan dg DKI ec.insect bite: eritem dg central necrosis, veskel  bula (kissing phenomenon)
Px/ patch test  ditempatkan di punggung, diangkat stlh 48 jam, nilai reaksi 72-96 jam

Th/ kortikosteroid topikal, oral antihistamin

Pembekalan UKMPPD FK UMSU Page 72


Dermatitis Seborroik : skuama kekuningan berminyak, di kepala, belakang telinga, nasolabial, leher.
Etio: Pityrosporum ovale. Th/ hidrokortison 1% (bayi), steroid rign-sdg + shampo
Dermatitis Numularis : (discoid eczema) dorsal tangan pd wanita, ekstremitas bawah pd pria, plak numular dgn
papul vesikel/ krusta. Th/ topikal steroid, antihistamin
Dermatitis statis : insufiseiensi vena kronik, nyeri jika lama berdiri/jalan, bengkak di tungkai bawah, gatal pd kulit
yg kering
Neurodermatitis (Liken simpleks kronik) : likenifikasi di tengkuk, antecubiti, antepoplitea, punggung kaki, akibat
stress.
Th/ dermatitis statis dan neurodermatitis : kortikosteroid topikal, oral antihistamin.

Penyakit Menular Seksual


Gonorhea : keluar sekret purulen dari vagina cervicitis Go, uretra  uretritis Go. Riw. Hub seks dg penjaja seks
1 bln ini, multi partner seks. Pewarnaan gram: diplococcus gram neg. intraseluler / biji kopi.
Th/ 1st line Ceftriaxone 250 mg intramuskular singledose + Azythromycin 1 gram single dose
1st line Ceftriaxone 250 mg i.m single dose + Doksisiklin 2x100 mg selama 7 hari
2nd line Cefixime 400 mg single dose oral+ Azythromycin 1 gram single dose
1 st line Cefixime 400 mg single dose oral single dose + Doksisiklin 2x100 mg selama 7 hari

*Cervicitis pd wanita
** >30/LPB pd wanita
Boleh dgn metylen blue

Limfogranuloma Venerum : C. Trachomatis, vesikel pd kelamin →hilang ±1bln→radang sangat nyeri→demam. Th.
NonGo
Sifilis (ulkus durum): muncul ulkus bersih, soliter, tidak berdarah dan tidak nyeri. Etio: treponema palidum
Kadang dapat sembuh dengan sendirinya, kemudian muncul stadium II dan III, menyebar sistemik
Px: VDRL dan TPHA (mendeteksi antigen Treponema). Direct test: mikroskop lap gelap  motile
treponema
Th/ Benzatine benzilpenicilin 2,4 jt IU, SD, i.m. atau PP 600.000 IU i.m
Ulkus Molle (chancroid): ulkus yang multipel, nyeri, berdarah. Etio: Haemophylus Ducreyi
Px; pewarnaan gram : bakteri batang berjejer spt rel kereta / ikan.
Th/ antibiotik ciprofloksacin 2x500mg 3 hr, atau Eritromicin 4x500mg 7hr, atau Azythromycin 1 gr SD
Kondiloma akuminta
Akibat HPV 6 dan 11, tampilan seperti jengger ayam / bunga kol
Th/ kauter kimia dengan Tinctura podofilin 10-25% atau TCA 80-90% atau salisliat 40%
2nd line: kauter elektrik atau cryoterapi  pilihan terapi pada ibu hamil

Psoriasis
Ruam: makula eritema dengan skuama putih tebal berlapis
Terutama di daerah yang rawan terjadi benturan sperti lutut, bokong, siku
Tanda khas: koebner  trauma di daerah yang lain akan memunculkan ruam baru
Tanda patognomonik: Wax drop (skuama seperti lilin krn goresan) dan auspitz (jika dikerok muncul bintik
darah)
Th/ kortikosteroid high potency cream (Clobetasol, Trioamcinolone)

Ptiriasis Rosea
Eritema berskuama halus di badan (inverted christmas tree appear.). Th/ simtomatik, Salisilat talc +
mentol 1%

Pemfigus

Antibodi IgG thd sel keratosit Autoantibodi terhadap


Proses akantolisis prot hemidesmosom

Pembekalan UKMPPD FK UMSU Page 73


Erupsi obat
Fixed drug eruption / eksantema fixtum : reeksposure obat (sulfonamid, barbiturat, analgetik), H tipe II.
KU baik.
muncul berkali kali di lokasi yang sama. Bula yang jika kempes meninggalkan makula
hiperpigmentasi.
Exantematous Drug Eruption : erupsi makulopapular eritematosa tersebar morbiliformis – simetris.
Th/ kortikosteroid oral, simtomatik (antihistamin H1 oral – salicyl talc 2% / menthol 0,5-1%)
SJS : kulit (eritem, vesikel, bula), mukosa mata (konj), mulut dan genital, <10% tubuh. KU sedang.
Komplikasi : syok, Bronkopneumonia . Th/ kortikosteroid oral, AB, simtomatik.
NET : ada epidermolisis dan seluruh tubuh (>30%). Nikolsky sign (+). KU jelek. Komplikasi : Syok, sepsis. Th/
spt SJS
Urtikaria : akut < 6 mgu, Edema setempat yang cepat timbul dan menghilang perlahan, warna pucat/
kemerahan. Angioedema : sampai bengkak lidah dan laring th/ hindari causa, kortikosteroid utk akut,
antihistamin H1.
Eritroderma: kulit sekujur tubuh terkelupas dan bersisik warna merah terang

Kusta
Makula hipopigmentasi/ hiperpigmentasi, yang mati rasa / hipoestesi, yg menyebabkan kerusakan jaringan, etio:
M.Lepra
Pem.fis: pem saraf tepi. Penunjang : histopat - slit skin smear  sel vrichow (histiosit dengan M leprae di
dalamnya)

Saraf tepi yg perlu diperiksa

Nervus yang paling sering


terkena nervus ulnaris, dan
n.auricularis magnus

Klasifikasi Kusta berdasarkan gejala

Klasifikasi Kusta berdasarkan WHO


Manifestasi Klinis PB MB
Lesi Kulit 1-5 >5
Kerusakan saraf 1 >1
BTA (-) (+)

Pembekalan UKMPPD FK UMSU Page 74


Terapi kusta

Th/ kusta pada bumil 


Jumlah lesi 1: ROM (Rifampicin, ofloksasin, Minosiklin) single dose
lanjut spt biasa, tidak ada
Jumlah lesi 2-5: RD (rifampicin , dapson)
pengaruh.
Jumlah lesi >5: RDK (rifampicin, dapsone, klofazimin/lamprene)
Kec. Regimen ROM  tunda

Pembekalan UKMPPD FK UMSU Page 75


SET
KARDIOLOGI
16 Pembekalan UKMPPD CBT FK UMSU

HIPERTENSI
JNC 8 Hipertensi
Normal : <120 dan <80
Prehipertensi: 120-139, atau 80-89
HT stage 1: 140-159, atau 90-99
HT stage 2: ≥160, atau ≥100
Krisis Hipertensi : TD >180/120 mmHg
HT urgensi:Tidak disertai kerusakan target organ yang progresif. Turunkan TD dlm satuan jam – hari
dengan obat oral. Target TD 160-100mmHg atau tidak lebijh dari 25% MAP
HT emergensi:Disertai dengan kerusakan target organ uyang bersifat progresif. Turunkan TD 10-15% MAP
atau tidak lebih dari 25% MAP padz jam pertama, dengan obat IV
Obat Hipertensi
1st line hipertensi: Thiazide, observasi 1 bulan, jika tidak respon dapat dikombinasikan dengan Ace inh/ARB
atau CCB
HT + DM  Ace inh / ARB
HT+ CKD  Ace inh / ARB
HT + proteinuria  ACE inh / ARB
HT + BPH  alfa 1 bloker (Prazosin, tamsulosin,doxazosin)
HT + edema paru  Furosemide
HT + post MCI  beta blocker (pasien MCI, sebisa mungkin HR jangan tinggi agar oxygen demand tidak
>>>)
HT + kehamilan  metildopa atau nifedipin
Kontrainikasi beberapa obat
Thiazide  Gout
Beta-blocker  Asthma, A-V block grade 2 dan 3
CCB  AV blok grade 2 dan 3
Gagal jantung
ACE dan ARB inhibitor  Kehamilan, Hiperkalemi, renal stenosis bilateral

Perbedaan JNC 7 dengan JNC 8


Target tekanan darah pada usia di atas/sama dengan 60 tahun adalah 150/90 mmHg
Target tekanan darah pada usia di bawah 60 tahun adalah 140/90 mmHg, termasuk pasien mengalami
komorbid DM atau gagal ginjal

PENYAKIT JANTUNG KATUP


Langkah pertama: perhatikan jenis murmur (sistole atau diastole)
Langkah kedua: perhatikan lokasi murmur
Jembatan Keledai:
MISA-S (murmur Sistolik Mitral Insufisiensi atau Stenosis Aorta)
MSAI-D (murmur Diastolik Mitral Stenosis atau Aorta Insufisiensi)
Stenosis (tidak bisa buka sempurna) beban tekanan di ruang sebelah atas dari katup
Insufisiensi / Regurgutasi (tidak bisa tutup sempurna)  beban volume di ruang sebelah bawah dari katup
Etiologi: Streptococus beta hemolitik tipe A (streptococus pyogens)  penyakit jantung rematik
Gejala demam rematik: KaPoCES (Karditis, Poliartritis, Chorea, Eritema marginatum, Subkutan nodul)

PENYAKIT JANTUNG BAWAAN


Langkah pertama: bedakan dahulu apakah anaknya sianotik atau tidak
Asianotik: VSD (murmur pansistolik), ASD (split diastolik), PDA (continuous/machinery murmur)
Sianotik: Tetralogy Of Fallot, Eisenmenger syndrome (awalnya asianotik kemudian jadi sianotik)
Kelainan pada TOF mencakup:
1. Ventriculer septal defect
2. Overriding aorta
3. Pulmonal stenosis
4. Right ventricle Hypertrophy (RVH)  mengakibatkan gambaran jantung sepatu
Pembekalan UKMPPD FK UMSU Page 76
SADAPAN EKG Aksis Jantung:
Gelombang P : kontraksi atrium Lihat gelombang di I dan AVF
Gelombang QRS: kontraksi ventrikel Jika lead I (+), AVF (+)  normoaxis
Gelombang T: relaksasi ventrikel Jika lead I (+), AVF (-)  axis deviasi kiri
Sadapan Lateral : I, AVL, V5 dan V6 Jike lead I (-), AVF (+)  axis deviasi kanan
Sadapan Inferior : II, III dan AVF
Sadapan septal: V1 dan V2 Catatan:
Sadapan anterior: V3 dan V4 Hipokalemia: muncul gelombang U
Hiperkalemia: gelombang T-tall  resiko VT/VF
Hipokalsemia: prolong QT interval
Hiperkalsemia: shorten QT inerval
ACUTE CORONARY SYNDROME Hipomagnesemia: torsade de pointes

Nyeri Dada

< 20 mnt, saat aktivitas > 20 mnt, saat istirahat


Hilang dgn istirahat / NG Tidak hilang dgn istirahat

Angina Pectoris Stabil


(SAP)
EKG

ST Elevasi Bukan ST elevasi


Px: Treadmill test
Th/
ISDN jika nyeri muncul
Beta blocker STEMI Enzym Enzym
Kendalikan risc factor jantung ↑↑ jantung N

NSTEMI Angina Pectoris Tdk


Stabil (UAP)

ENZIM JANTUNG Tatalaksana awal: O-N-A-Co-M


Paling awal: Mioglobin Oksigen 2-4 l/i via canul
2-3 jam: CKMB, hilang dalam 24 jam Nitrogliserin sublingual boleh diulang hingga 3 kali jika tidak respon per 5
3-4 jam: Troponin T, hilang dalam menit
14 hari Aspirin 160-320 mg dikunyah (antitrombotik)
Clopidogrel 300 mg ditelan
KILLIP KRITERIA
Morfin iv, jika tidak respon dengan 3x ISDN
Killip 1: Stabil
Killip 2: Kongesti paru minimal Tatalaksana lanjutan:
Killip 3: Edema paru akut (Gagal < 6 jam : reperfusi dengan primary PCI
jantung akut) > 6 jam: reperfusi dengan fibrinolitik/trombolitik (cth.strptokinase) atau
Killip 4: Syok Kardiogenik heparinisasi

Pembekalan UKMPPD FK UMSU Page 77


Atrial Flibrilasi

ARITMIA

ARITMIA
Atrial Flutter

ATRIAL VENTRIKULAR
Gelombang P (+) Gelombang P Ventrikel
(-)
QRS sempit QRS lebar Fibrilasi
Ventrikel Takikardi
Reguler Irreguler Reguler Irreguler

Atrial Atrial Ventrikel


Flutter Flibrilasi Takikardi
Ventrikel Fibrilasi
Supraventrikel Takikardi
QRS sempit, reguler, tetapi P dan T tidak bisa
dibedakan (saling tumpang tindih)

Bundle Branch Block


Gelombang notch/ takik/ RSR’ di V1/V2 (RBBB) atau di V5/V6 (LBBB)
Biasa terjadi karena ada pembesaran ruang ventrikel jantung

Prinsip Tatalaksana Aritmia Stabil


1. Rate Control
Cth. B-blocker, Digoxin
2. Rhytm Control
Cth. Amiodarone

Pembekalan UKMPPD FK UMSU Page 78


CARDIAC ARREST
Gelombang arrest shocakble:
VT dan VF.
Th/ defibrilasi dilanjutkan dengan
kompresi 30:2

Gelombang arrest unshockable:


Asistole dan PEA.
Th/ langsung kompresi 30:2

Kecepatan pompa 100x / menit


Cek ulang nadi tiap 2 menit

Pembekalan UKMPPD FK UMSU Page 79


PEMBESARAN RUANG JANTUNG

Gelombang P mitral,
Gelombang P pulmonal,
Atrium Atrium
pinggang jantung mendatar,
batas bawah prominen
Kanan Kiri double contour

S persisten, deviasi aksis


kanan, Ventrikel Ventrikel
kanan Kiri S di V1/V2 + R di V5/V6 > 35 kotak
bergeser ke kiri, apeks
kecil,
terangkat
bergeser ke kiri, apeks tenggelam

GAGAL JANTUNG
Gagal Jantung Kronis
Berlangsung bertahun tahun, kronis dan perlahan lahan
Gagal jantung kiri: ronchi basah basal paru, sesak nafas, orthopnea, Paroksismal nocturnal dispnea.
 Sering akibat hipertensi kronis, old miokard infarc
Gagal jantung kanan: edema pretibial, ascites, hepatomegali, TVJ >>>
 Sering akibat penyakit kronis di paru, cth. PPOK, SOPT
Gagal jantung kongestif: dijumpai gejala gagal jantung kiri dan kanan sekaligus
NYHA 1: pasien bisa beraktivitas berat hampir tanpa keluhan
NYHA 2: Sesak memberat jika aktivitas berat (naik tutun tangga, lari)
NYHA 3: sesak memberat jika aktivitas ringan (harian, mandi, berjalan)
NYHA 4: sesak memberat bahkan saat pasien berbaring
Th/ Furosemide + ACE inhibitor.
ACE inhibitor sebagai anti remodelling jantung yang mencegah pembesaran jantung lebih lanjut
Jika muncul gejala hipokalemia, ganti furosemide dengan Spironolaktone (hemat kalium)

Gagal Jantung Akut


Munculnya gejala gagal jantung secara mendadak, cepat dan progresif pada pasien yang awalnya
tidak ada gejala gagal jantung.
Hampir selalu Gagal jantung kiri akut (Edema Paru Akut Kardiogenik), ditandai ronchi melebihi hampir
2/3 lapangan paru  sering diakibatkan Acute Miokard infark yang sangat luas (KILLIP 3-4)
Th/ LMNOP (Lasix/furosemide, Morfin, Nitrat, Oksigen, Posisi semi fowler)
Pemberian Morfin dan Nitrat adalah untuk venodilator

Oedem Paru Akut


Terjadi oleh karena adanya aliran cairan dari darah ke ruang interstisial paru yang selanjutnya ke alveoli paru,
melebihi aliran cairan kembali ke darah atau melalui saliram limfatik Gejala ; Sianosis sentral, Sesak napas dengan
bunyi napas melalui mukus berbuih, Ronkhi basah nyaring di basal paru kemudian memenuhi hamper seluruh
lapangan paru; kadang-kadang disertai ronkhi kering dan ekspirasi yang memanjang akibat bronkospasme
sehingga disebut asma kardial ,Takikardia dengan gallop S3, Murmur bila ada kelainan katup. Terapi LMNOP:
Lasix, Morfin, Nitrat, Oksigen, Posisi setengah duduk

Gambaran Foto Thoraks:


Tampak tanda tanda bendungan paru (kranialisasi, bat wings, butterfly appearence)
Kerley B Lines
Kardiomegali
Gambaran pembesaran ruang jantung (kecuali pada gagal jantung akut)

KELAINAN VASKULAR
Burger disease (Tromboangitis obliteran)  pada perokok, jari ekstremitas iskemik, nyeri dan menghitam
Acute Arterial occlusion  hilangnya pulsasi arteri, iskemik, nyeri dan menghitam
Deep Vein Trombosis  pada vena, stasis darah sehingga merah kebiruan, bengkak dan nyeri
Raynaud phenomenon  vasospasme temporer biasa oleh karena suhu

Pembekalan UKMPPD FK UMSU Page 80

Anda mungkin juga menyukai