Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah apa yang ada pada suatu kaum,
hingga mereka mengubah apa yang ada pada diri mereka sendiri (QS 13:11)
Allahumma laa sahla illa maa ja’altahu sahlan wa Anta taj’alul hadzna idzaa syi’ta sahlan
TUBERCULOSIS
Penyebab: M. Tuberculosa
Gejala : batuk berdahak ≥ 2 minggu, hemoptisis, BB menurun, keringat malam, badan lemas
Pemeriksaan fisik : demam subfebris, SP : Bronchial, vesikuler melemah pada apex ST: Ronkhi basah,
amforik
Penunjang : Darah Lengkap, Pewarnaan BTA, foto thorax PA, lateral, top lordotik, uji
mantoux/tuberkulin
Alur DIagnostik
Klasifikasi Pasien TB
1. Baru : Belum pernah minum OAT atau sudah minum OAT <1 bulan
2. Kambuh/relaps : pernah sembuh atau OAT lengkap kemudian terinfeksi TB lagi
3. Drop out/Default : OAT ≥1 bulan, kemudian putus obat ≥2 bulan
4. Kasus Gagal : BTA (+) pada akhir bulan ke 5
5. Kronik : BTA (+) dengan OAT kategori 2
6. Bekas TB : BTA (-), Ro: tidak aktif
Evaluasi pengobatan
Kategori I : akhir bulan 2*), akhir bulan 5, akhir bulan 6
Kategori II : akhir bulan 3, akhir bulan 5, akhir bulan 8
*) jika akhir bulan 2 (+) cek akhir bulan 3, jika masih (+) tetap lanjutkan pengobatan
Resistensi
1. TB MR (Mono resistan) : resistan 1 jenis OAT lini pertama
2. TB PR (Poli resistan) : resistan 2 jenis OAT lini pertama, selain isoniazid dan rifampisin
bersamaan
3. TB MDR (Multi Drug Resistan) : resistan isoniazid dan rifampisin secara bersamaan
4. TB XDR (Extensive Drug Resistan) : TB MDR + resistan salah satu OAT gol fluorokuinolon + minimal
OAT lini kedua jenis suntikan (Kanamisin, Kapreomisin, Amikasin)
TB keadaan khusus
TB + Hamil/menyusui mulai OAT kecuali streptomisin
TB + kontrasepsi hormonal efek kontrasepsi menurun
TB + DM prinsip pengobatan sama, lama pengobatan bisa sampai 9 bulan jika tidak terkontrol
TB + Ggn Ginjal hindari aminoglikosid, sesuaikan dosis pirazinamid dan etambutol
TB + HIV OAT baru disusul ARV
TB + Ggn Hati jika ikterik (+) / SGOT/SGPT >5x awal / Bilirubin >2 stop OAT hingga ikterik (-) / bilirubin <2 /
SGOT/SGPT <2x normal
ASMA
Inflamasi kronik saluran napas, gejala episodik berulang, obstruksi jalan napas, reversibel
Gejala stabil : batuk tengah malam, sesak nafas saat olahraga dan tenang saat istirahat
Gejala serangan : perasaan sesak berat, susah bernafas, wheezing pada ekspirasi
Pemeriksaan fisik : SP : vesikular/bronchial ST: wheezing/ekspirasi memanjang
Penunjang : faal paru (spirometri atau Arus Puncak Ekspirasi), uji reversibilitas, uji alergi, imunologi
Klasifikasi
Derajat asma berdasarkan gambaran klinis lihat serangan malam!
Intermiten gejala malam ≤2x bulan
Persisten ringan gejala malam >2x bulan
Persisten sedang gejala malam >1x/seminggu
Peristen berat sering
Tatalaksana Asma
Reliever : SABA, Aminofilin, antikolinergik,
steroid low dose
Controller : LABA, Steroid, metilxantin,
antileukotrin
Asma eksaserbasi : Reliever
Maintenance asma : Controller
Community Acquired Pneumonia (CAP) gejala pneumonia di luar rumah sakit atau <48 jam setelah
dirawat
Hospital Acquired Pneumonia (HAP) gejala penumonia setelah rawat inap ≥ 48 jam di RS
Ventilator Associated Pneumonia muncul gejala penumonia setelah pemasangan ventilator
Spirometri
Obstruksi : problem pada jalan napas. Cth: Asma, PPOK. Indikator FEV1<<<
Restriksi : problem pada gangguan kapasitas pengembangan paru. Cth : Efusi pleura. Indikator
FEV1/FVC <<<
Reversibiliti : perbaikan FEV1 secara spontan atau setelah pengobatan. Asma : reversibiliti ≥ 15%,
PPOK : reversibiliti <15%
Bronkiektasis
Batuk dengan sputum produktif, berwarna seperti karat, berbau sangat busuk dengan jumlah yang
sangat banyak dan membentuk lapisan lapisan. Gambaran khas honeycomb appearance
Efusi Pleura
Suara napas hilang, perkusi redup.
Sesak berkurang jika miring ke posisi yang sakit
Cari penyakit yang mendasari.
Th/ Chest tube + WSD
Penyebab polidipsi :
karena dehidrasi intrasel
memberikan feedback
ke hipotalamus
KGD puasa
< 110 : normal 110-125: glukosa puasa terganggu
(prediabetes) >125: DM
OGTT
< 140: normal 140-199: toleransi gula terganggu
(prediabetes) >200: DM
HbA1C
< 5,7 % : normal 5,7 – 6,4 : prediabetes
≥6,5% : DM
Thiazolidindion Glinid
Cth. Repaglinid
Agonis GLP-1
Cth : Liraglutide sc
5. Insulin
DM dengan segala komplikasi, DM tipe I, DM dengan kehamilan
DM yang gagal dengan OAD dibuktikan dengan HbA1C > 9 gr%
DM dengan infeksi berat
Jenis insulin:
1. Insulin basal (Long acting – diberikan sebelum tidur suncutan)
PEMANTAUAN KGD
1. Dilakukan pemeriksaan : sebelum makan, 2 jam sesudah makan, sebelum tidur malam ( pukul
22.00)
2. Pasien dengan pengendalian yang buruk dan tidak stabil dilakukan tes setiap hari.
3. Pasien dengan dengan pendalian yang baik, maka dapat dilakukan pemeriksaan KGD setiap
minggu-bulan.
KOMPLIKASI DM
Komplikasi
AKUT KRONIS
Hipoglikemia
Bilaka KGD < 60 mg/dl baik sadar maupun tidak sadar
Gejala : penurunan kesadaran, lemas, keringat dingin, terasa lapar, gemetar, pusing.
Kalau masih sadar serendah apapun KGD nya kasi air gula
Kalau sudah tidak sadar bolus dextrose 20% 50 cc ( D40% 25 cc) dilanjutkan maintenance
D10%
/D5%
Pemantauan KGD dianjurkan setiap 15 menit, kemudian diikuti 1-2 jam
Hipertiroid
Ditandai dengan jantung berdebar, keringat, tremor, BB turun, merasa panas, diare.
Tiroiditis
jika nyeri, hangat, merah, demam. Biasa karen infeksi. Dapat hipertiroid, eutiroi ataupun
normotiroid
Krisis Tiroid
Keadaan penurunan kesadaran pada pasien hipertiroid. Paling sering terjadi karena pemakaian
obat PTU atau metimazole yang diberhentikan secara mendadak, atau dilakukan operasi pada
saat nilai fungsi tiroid belum normal.
Hipotiroid
Juga muncul benjolan. Biasanya berupa struma difusa (struma endemik) akibat kurang asupan
yodium.
Etilogi : Hashimoto tiroiditis, def. iodine
Gejalanya kebalikan dari gejala hipertiroid.
Th/ Levotiroksin
Komplikasi : Koma Mixedema (hipotermia, hipotensi, hipoventilasi, penurunan kesadaran)
Hipoparatiroid
Sering terjadi setelah operasi tiroidektomi total, dimana paratiroid akan ikut terangkat juga
Hipoparatiroid mengakibatkan HIPOKALSEMIA.
Dijumpai hipokalsemia, hipomagnesium dan hiperfosfatemia,
Gejala hipokalsemia: kaku otot, twitching, keram bahkan kejang.
Chvostek sign (+), trusseau sign (+), carpopedal spasm (+).
EKG: prolong QT interval
Th/ Kalsium seumur hidup
Terjadi akibat pemakaian steroid sistemik Keadaan akut dan mendadak akibat
berkepanjangan. pemberhentian steroid secara mendadak,
sehingga steroid endogen mendadak rendah
Moon face, striae, mudah berdarah, buffalo hump,
otot perifer atrofi. KGD >>>> Penurunan kesadaran. Hipoglikemia.
DYSLIPIDEMIA
Yang menjadi tolak ukur dianosis adalah kadar >> kolesterol total, >> trigliserida, >> LDL dan <<HDL
Biasanya dyslipedimia diserta komorbid yang lain seperti : DM, Hipertensi, hipotiroid, alkoholik, penyait
ginjal kronik, kelainan hati.
Target terapi : LDL, TG, lalu HDL
Pengobatan :
– << LDL
– HMG CoA Reductase (First choice)
– Cholesterol absorbstion inhibitor ( cth : ezetimibe)
– Bile acid sequestrants ( cth : Cholesteramin, colestipol)
– Untuk obat Cholesterol absorbstion inhibitor dan Bile acid sequestrants
diguakan sebagai obat ke 2 (obat kombinasi)
– Fibrat << Trigliserida
– Niacin >> HDL
Tatalaksana :
ATASI DISLIPIDEMIA, Target utama adalah oenurunan LDL
– Konsumsi lemak tak jenuh (MUFA) dan Indeks glikemic <<
– HMG CoA Reduktase << LDL
– Fibrat << Trigliserida
– Niacin >> HDL
Atasi Hipertensi
Atasi resistensi insulin.
– Kurangi BB
– Tingkatkan Aktivitas Fisik
– Bila disertai DM, Maka kontrol KGD
Tatalaksana BSK
Saat sedang muncul nyeri kolik: Berikan analgetik.
Saat stabil :
Ca Channel bLocker ( nifedipine)
Antibiotik : bial terjadi infeksi
Pada Batu ginjal :
Jika ukuran batu <0,5 cm dilakukan observasi dengan terapi farmakologis
Jika ukuran batu 0,5-2,5 cm dilakukan ESWL
Jika ukuran batu>2m dilakukan pembedahan
Pada batu ureter :
Jika ukuran batu < 10 mm dilakukan obervasi dengan trapi farmakologi
Jika ukuran batu > 10 mm indikasi ESWL
GAGAL GINJAL
Bila gagal ginjal Ureum creatinin meningkat, Dan bila Ureum creatinin meningkat
diagnosisnya gagal ginjal
Penanda awal gagal ginjal: mikroalbuminuria
Membedakan gagal ginjal akut dan kronik dari 2 hal, dikatakan kronik jika;
1 Hb anemis akibat defisiensi eritropeitin
2 terbukti ginjal mengisut dari USG atau biopsi ginjal
Gejala uremic syndrome: mual, muntah, kulit kering dan gatal, sesak, penurunan kesadaran
Penyebab gagal ginjal:
Prerenal: Cth. Dehidrasi, hipovolemik, oklusi arteri renalis
Renal: Glomeruloferitis kronis, diabetik nefropati
Postrenal: Batu saluran kemih, BPH, Tumor ovarium
GLOMERULONEFRITIS
Glomerulonefritis merupakan infeksi awal pada glomerulus yang disebabkan oleh toksin Streptococu
beta hemolitiukus grup A.
Gejala: ada riwayat ISPA, tercampur antara gejala sindroma nefrotik dan sindroma nefritik.
Px. Pemeriksaan ASTO
Th/ antibiotik Penicillin dan Kortikosteroid
Sekuele glomerulonefritis:
Sindroma Nefrotik: proteinuria masif, edema anasarka, hipoalbumin, hiperkolesterol
Sindroma Nefritik: hematuria, hipertensi, oliguria
Th/ Kortikosteroid
TRAUMA
Perbedaan ruptur uretra anterior dan posterior
RU anterior: jika ada hematome (butterfly / sleeve), trauma kangkang
RU posterior: jika ada floating prostats, pada kasus frfaktur ramus pubis
Px: retrograde uretrografi
Th/ sistostomi perkutan atau punksi suprapubik
Ruptur ginjal: ada BAK bercampur darah setelah trauma. Jejas pada flank.
Ruptur Buli : gejala peritonitis, FR: fraktur pelvic
Striktur Uretra : BAK bercabang , FR : pemasangan kateter, trauma
INFERTILITAS
Candidasis oral : dijumpai bercak keputuhan yang sulit diangkat. Sering dijumpai pada pasien HIV atau
pada pengguna steroid jangka panjang. Th/ Nistatin drops
Candidiasis esofagitis: lesi kandida meluas hingga ke esofagus mengakibatkan gejala nyeri menelan.
Gambaran endoskopi: cobble stone. Th/ Nistatin drops + fluconazole
Gastroesofageal Reflux Disease (GERD)
Ditandai dengan rasa panas terbakar di dada akibat kelemahan lower esophageal sphincter
(LES).
FR: kebiasaan berbaring sehabis makan, pecandu kopi/alkohol
GERD berubah menjadi Barret esofagus (lesi pra kanker yang ditandai dengan perubahan epitel
esofagus dari yang harusnya squamous menjadi kolumnar) dan akhirnya berubah menjadi Ca
esofagus
Th/ PPI
Akalasia
Kelainan dimana bagian distal esofagus menuju persambungan ke lambung mengalami stenosis
/ mengecil, sehingga makanan sulit masuk ke lambung muntah berulang.
Px: Barium swallow gambaran mouse tail / paruh burung
Striktur Esofagus
Biasa terjadi sebagai akibat menelan bahan bahan korosif seperti asam/basa kuat.
Varises Esofagus
Muntah darah segar dalam jumlah banyak. Terjadi pada pasien sirosis hepatis dimana tekanan
vena porta meningkat dan diteruskan ke vena di esofagus.
Px: Endoskopi gambaran cobble stone
KELAINAN LAMBUNG
Dispepsia fungsional
nyeri epigastrik dicetuskan faktor stress psikologis tanpa kelainan organik
Th/ Antasida, H2 antagonis (Ranitidin, Famotidin)
Nb. Cimetidin tidak banyak digunakankarena mengakibatkan gangguan libido dan ginekomasti
pada pria
Ulkus Peptikum
Ulkus gaster: nyeri tidak hilang dengan makanan
Ulkus duodenum: nyeri berkurang dengan makanan, muncul saat perut kosong & tengah malam
Th/ kalau sudah ulkus langsung PPI
Gastritis
Adalah diagnosis endoskopik atau histopat, yaitu jika ditemukan kuman Helicobacter Pylori
Th/ Kombinasi 1 PPI + 2 antibiotik selama 8-12 minggu
Gastritis Erosiva
KELAINAN HEPATOBILIER
Ikterus
Proses normal: Degradasi eritrosit bilirubin indirect (tidak larut air) dibawa ke hepar diubah
menjadi bilirubi direct (larut air) keluar melalui duktus koledokus dibung melalui feses dan urine
Prehepatik : akibat degradasi eritrosit berlebih. Cth malaria
Hepatik : akibat proses pada hepar. Cth hepatitis
Posthepatik : akibat obstructive jaundice / sumbatan pada suktus koledokus. Cth kolelitiasis, tumor
pankreas
Ditandai dengan BAB dempul dan terjadi peningkatan bilirubin direct serta alkaline
transferase dan gGT
Hepatitis A, B, C, E
Yang menular lewat cairan tubuh B dan C
Serologi Hepatitis B
IgM IgG
HBsAg anti anti Anti HBs HBeAg
HBc HBc
Hep B akut + + - - -/+
Helminth
Malaria
Fatro (Falciparum Tropicana) – Viter (Vivax Tertiana) – Maqu (Malariae Quartana)
Falciparum: eritrosit tdk membesar, gambaran accole, Maurer’s dots, gametosit pisang/bulan
sabit, ring forms, double infections. Komplikasi malaria cerebral, black water fever.
Th/ AMO3 + ASU 3 + PQ 1
Vivax: eritrosit membesar, bisa relaps, bintik Schuffner. Menyebabkan malaria tertiana
Th/ AMO3 + ASU 3 + PQ 14
Malariae: dijumpai band form (gambaran seperti pita), merozoit rosette
Ovale: gambaran seperti komet, james’s dots
Dx: Pemeriksaan hapusan darah tipis (melihat jenis malaria), darah tebal (hitung kepadatan malaria
Th/
- Bila hamil: TM1 Kina + Klindamisin. TM2 ACT, (kontraindikasi: PQ, Doxy)
- Malaria berat: Artesunat IV (di RS), Artemeter IM (di lapangan), Kina HCL (ibu hamil)
- Cek terapi hari ke 7, 14, 12
Profilaksis: Cloroquin Doxycicline Meflokuine
Malaria hemoglobinuria = black water fever
Malaria algid = malaria + shock
Leptospirosis
Penyebab: leptospira (spirochaeta bentuk spiral dengan flagel)
Menyebar umumnya lewat urine tikus (bisa anjing babi dll) yang larut bersama aliran air
Risiko: banjir, genangan air, pekerja selokan, kebun, tukang potong hewan, peternak, berburu, kemah,
renang
Ringan: jika hanya nyeri betis dan demam saja Th/ doxycicline > Ampi > Amox
Sedang - Berat: jika ada ikterus Th/ penicilin 1,5 juta IU per 6 jam atau Ceftriaxone 2 gr/12 jam
Disentri
Diare berlendir dan berdarah
Disentri basiler: Shigella sp. frekuensi > 10 x/hari, demam tinggi, feces alkali
Th/cotrimoxazle (anak), Cipro (Dewasa)
Disentri amoeba: Entamoeba hystolitica. Frekuensi < 10x/hari, demam sufebris, lebih ringan. Terjadi
akibat tertelan kista matang (inti 4). Feces asam.
Th/metronidazole ; komplikasi: abses hati amoebic
Giardia
Diare berminyak / berlemak
Gambaran seperti buah pir dengan axostyle. Bentuk infeksius : kista
Th/ Metronidazole
Demam Tifoid
Salmonella typhii, bakteri gram negatif. Dari kontaminasi makanan.
Demam bertangga/stepladder >7hari, obstipasi/diare, lidah kotor, bradikardia relatif, rose spot
Dx: Gold standard adl Kultur. Mgg 1 (sumsum tulang & darah). Mgg 2 (Feces). Mgg 3 (Urin)
Pemeriksaan lain: Widal O 1:320 / H > 640, atau kenaikan 4x dlm2 mgg ; Tubex: positif ≥ 4
Th/ Cipro (dewasa), Kloramfenikol (anak), Amox/ampi/sefalosporin gen 3 (ibu hamil)
HIV
Stadium klinis:
1 (Asimtomatik, limfadenopati persisten)
2 (BB turun, herpes zoster, ulkus oral, jamur kuku)
3 (BB turun > 10%, diare kronik, demam, kandidiasis oral, TB paru)
4 (Wasting syndrome, demam-diare,PCP, TB ekstraparu)
Flu Burung
Definisi kasus:
Suspek: gejala ispa, demam, batuk, sakit tenggorokan, kontak burung/lab (+)
Probabel: suspek + lab virus influenza (+) terbatas ATAU suspek dalam waktu singat jadi
pneumonia/gagal nafas/meninggal ATAU suspek + tidak terbukti sebab lain
Konfirmasi: Kultur virus H5N1 (+) atau PCR (+) atau titer antibodi H5 meningkat 4x
Th/ Antiviral (Oseltamivir) berikan secepat mungkin (48 jam pertama)
ANEMIA
Gejala Umum : Lemah, Letih, Lesu, Lelah, Lunglai, pusing, penglihatan berkunang2 dan penurunan
konsentrasi.
Anemia Makrositer
Megaloblas: - Defisiensi folat ibu hamil, efek: kelainan saraf kongenital
- Defisiensi B12 pada vegetarian, penyakit lambung
Nonmegaloblas: - Penyakit hepar kronik - Hipotiroidisme
Von-willbraind Dis.
• aPTT ↑↑, PTT dalam batas normal
• Faktor VWB ↓↓, Faktor VIIIAG ↓↓
Leukimia
(leukositosis >60.000, anemia, trombositopenia)
Sel limfoid leukemia limfositik.
Sel mieloid (neutrofil, basofil, dan eosinofil) leukemia mielositik.
Akut : sel muda yg dominan (blast) (85%, 100%)
Kronik : sel matur (-sit)
• ALL Sering pada anak-anak (75% <15 tahun, puncak usia 3-5 tahun), dewasa 25%
• CLL 95% neoplasma sel B, >> dewasa
Screening perdarahan
Bleeding Time : jumlah dan fungsi trombosit. Cth. Pada kasus DHF
Prothrombin time (INR) : faktor ekstrinsik . Cth. Pada penggunaan obat warfarin
APTT : faktor intrinsik. Cth. Pada hemofilia
D dimer : jalur fibrinolisis. Cth. Pada DIC, DVT
ARTHRITIS
Poliarthritis : > 4 SENDI.
Oligoarthritis : 2-4 SENDI
Mono arthritis : 1 SENDI GA, Pseudogout, Septic Arthritis
Th/ : steroid jangka panjang kemudian tapering off, atau sitostatik (mtx/siklofosfamid)
KEHAMILAN NORMAL
a. Menghitung Usia Kehamilan
- Tinggi fundus uteri: 3 jari atas simfisis : 12 minggu, Pertengahan simfisis-umbilikus : 16-18 minggu,
Umbilikus: 22-24 minggu.
- Rumus Naegle/HPHT: Siklus 28 hari (Tanggal +7, Bulan -3, Tahun +1), Siklus 35 Hari (Tanggal +14,
Bulan -3, Tahun +1), SIklus tidak 28 hari (tanggal + (Siklus-21), Bulan -3, Tahun +1)
- Gerakan Fetus: Primigravida 18 minggu, Multigravida 16 minggu.
- Rumus Mc Donald: (TFUx2)/7 untuk Bulan, (TFUx8/7) untuk minggu.
- Rumus Bartholomew: Simfisis 8 minggu (2 Bulan), Pusat (24 minggu), Processus Xypoideus (42
minggu), Umur kehamilan 40 minggu sama dengan kehamilan 32 minggu. Simfisis-pusat dibagi 4 (3-
6). Pusat-Processus dibagi 4 (7-10).
- DJJ: USG (5-7 minggu), Dopler (10-12 minggu), Laenec (17-19 minggu)
- Taksiran Berat Janin (TBJ): (TFU-n)x155. n=12 (Jika kepala belum masuk PAP), n=11 (Jika kepala
sudah masuk PAP)
- Usia janin dari diameter biparietal pada usia > 12 minggu
b. Durasi Kehamilan:
- Preterm: 28-37 minggu
- Aterm: 38-42 minggu
- Post Term: >42 minggu
c. Tanda Kehamilan
- Tidak pasti: Amennorrea, mual muntah, mastoidinia, gerakan janin, sering kencing, konstipasi,
perubahan BB (normal 0,5 kg/minggu), peningkatan temperature, perubahan warna kulit (kloasma,
striae, linea nigra, dll), perubahan pelvis (Chadwick sign, serviks livide, dll), sekresi kolostrum,
pembesaran perut > 16 minggu, Ballotement 16-20 minggu, kontraksi uterus.
- Pasti: DJJ, palpasi, USG (gestasional Sac pd mgg ke 6, dapat melihat bayi kembar), fetal ECG (12
minggu), laboratorium HCG pd minggu ke enam (kadar 500-1000mU/ml
d. ANC
- Trimester 1 sebanyak 1 kali sebelum minggu ke 6
- Trimester 2 sebanyak 1 kali antara minggu ke 24-28
- Trimester 3 sebanyak 2 kali antara minggu 30-32, dan antara minggu 36-38
- Cara lain: 1x/bulan hungga usia 28 minggu, 1x/2 mgg usia 29-36 minggu, 1x/mgg pd 37-40 minggu,
1p2x/mgg usia kehamilan >40
minggu.
PERSALINAN NORMAL
- Usia Kehamilan Aterm (38-42
minggu)
- Presentasi belakang kepala
KEMAJUAN
PEMBUKAAN: PARTOGRAF
Fase Laten Nullipara: >
20 jam, Multipara > 14
jam
Kala 1 laten: 1 cm/jam
Kala 1 Aktif: 0,5 cm/jam
EPISIOTOMI:
- Perineum Rigid
- Primigravida
- Persalinan patologi (Tumor, kista)
- Indikasi tertentu: bayi besar, distosia bahu, persalinan dengan vakum/forsep,
- Masalah kala 4: Perdarahan Post Partum (Atonia uteri (Tone), Robekan (Tissue), Jaringan (Tissue),
Faktor koagulasi (thrombin)
K
A
L
A
S
A
T
U
INDUKSI PERSALINAN Stimulasi tanda-tanda persalinan dari sebelumnya tidak ada menjadi ada
Indikasi: Adanya gawat janin atau gawat maternal
PERDARAHAN ANTEPARTUM
< 20 minggu
Abortus: bedakan jenis abortus dengan melihat portio
Portio tertutup:
iminens (bercak darah)bedrest + Pil Progesteron
Komplet (sudah keluar semua jaringan)observasi
Portio terbuka:
Insipiens (tengah berlangsung, darah masif)resusitasi Inkomplet (sisa jaringan)dilatasi dan
kuretase
Inkomplit (jaringan keluar sebagian)Kuretase
Mola: TFU lebih tinggi dari usia kehamilan, muntah progresif, TD >>> akibat homon HCG
KET: syok progresif, nyeri goyang portio resusitasi cairan laparotomi cito
Terapi: Usia kehamilan < 16 minggu lakukan AVM, Usia kehamilan > 16 minggu inj. Oksitosin utk ekspulsi
jaringan, jika gagal AVM
> 20 minggu
Plasenta previa: painless, causeless, recurent. Terjadi akibat plasenta menutupi segmen bawah
rahim
Solusio plasenta: nyeri hebat, didahului trauma, riwayat HT, bagian janin sulit diraba
Ruptur uteri: terjadi saat inpartu, bundle ring sign, bagian janin mudah diraba FR: big baby, panggul
sempit, grandemultipara, polihidramnion, riwayat SC
HIPEREMESIS GRAVIDARUM (Mual & muntah hingga usia kehamilan 16 minggu)PUQE Score
Gejala: Mul muntah hebat, dehidrasi, penurunan BB, ketonuria, gangguan elektrolit
Th/ cairan: dextrose, piridoksin (B6) 25 mg 2x1, diet rendah lemak, porsi kecil dan sering, krakers asin di
pagi hari
Antiemetik: Doxylamine 12,5 mg 2x1 /prometazine 5-10 mg 3x1 Metoclopramide 5-10 mg 3-
4x1 Ondansetron 4-8 mg 3-4x1 Jaga cairan
Kunci: Hiperemesis Gravidarummenimbulkan komplikasi (dehidrasi, penurunan BB, ketonuria,
elektrolit).
Emesis Gravidarum tidak terdapat komplikasi
KETUBAN PECAH DINI (Pecah ketuban pd kehamilan > 22 mgg tanpa tanda persalinan)
Test: Nitrazin testlakmus berubah mjd biru, Fernign Testgambaran pakis
Th/ Usia kehamilan >34 minggu: Antibiotik dan terminasi, kehamilan 24-33 minggu: antibiotic,
dexametason dan terminasi pada usia 34 mgg atau lebih. Antibiotik eritromicin 4x250 mg.
KORIOAMNIONITIS (Leukositosis, DJJ >160, Nadi ibu >100, amnion berbau, demam, nyeri fundus)
Th/ Ampicilin 2 gr/6 jam + Gentamicin 5 mg/kgBB/24 jam iv Terminasi kehamilan jika perlu
matangkan serviks dan induksi.
CEPHALOPELVICDISPROPORTION
Osborn test (-) normal tidak CPD, Osborn test (+) berarti CPD
Muller Munro Kerr test: tidak ada overlapping berarti normal/tidak CPD
KEPUTIHAN
- Bacterial vaginosis : terjadi akibat gangguan PH vagina sehingga pergeseran flora normal
Etiologi: Gardnella vaginalis kuning keabuan, berbau amis, tes amin (+), clue cell.
Th/ metronidazole 2 gram single dose atau 2x500mg selama 14 hari
- Kandidiasis vaginalis: akibat infeksi Candida putih menggumpal spt susu, gatal, pseudohifa (+).
Th/ nistatin supp, clotrimazole cream, fluconazole tab Single dose
- Trichomonas vaginalis : terjadi akibat infeksi IMS sekret kehijauan, nyeri terbakar, strawberry cervix,
flagel.
Th/ metronidazole 3x500 mg
CERVICITIS
Keluhan sekret mukopurulen
- Gonorrhea
Dijumpai diplococcus gram negatif berwaran merah intraseluler seperti biji kopi
Th/ Ceftriaxone 250 mg iv atau Cefixime 400 PO single dose
- Non Gonorhea (Chlamydia, Mycoplasma)
Hasil lab yang dijumpai bukan diplococcus gram negative
Th/ Azythromicin 1 gr single dose atau doxyxiclin 100 mg 2x1 selama 7 hari
Resusitasi neonatus
Semua bayi baru lahir harus menjawab 4
pertanyaan
Apakah cukup bulan, apakah menangsi
spontan, apakah tonus baik, dan apakah
ketuban jernih
Jika salah satunya tidak Hangatkan –
Posisikan – Jalan nafas – Rangsang taktil
Jika sianosis tapi usaha nafas ada pasang
oksigen
Jika apnea atau HR <100 x/i VTP pompa –
lepas - lepas
Jika HR< 60 x/i Kompresi dada 3 kompresi :
1 ambu
Jika tetap tidak respon masukkan
epinehrine
Semua langkah dilakukan selama 30 detik
Diagnosis Neonatus
Ditegakkan dengan menggunakan Lubchenco
yaitu menilai usia kehamilan
NKB: < 37 week
NCB: 37-42 week
NLB: > 42 week
36 w : 2250 – 3500 gr
34 w : 1800 – 3250 gr 32 w : 1400 – 3000 gr
Nilai maturitas otot dengan Ballard Score
Respiratory Distress
a. Hyaline Membrane Disease: bayi preterm, gambaran groundglass / badai salju/ retikulogranuler,
akibat kurang surfaktan. Th/steroid
b. Transient tachypne newborn: bayi aterm, hanya masalah adaptasi fisiologis
c. Meconium aspirasi syndrome: ketuban berwarna kehijauan, infiltrat di paru
Ikterus neonatorum
Ikterus patologis jika salah satu terpenuhi Muncul pada hari pertama ATAU Kadar lebih dari 15
mg/dl ATAU bertahan sampai 14 hari
Ikterus fisiologis: karena asupan ASI kurang (breast feeding jaundice). Th/ ASI lebih sering
Croup: batuk berat seperti menggonggong. Th/ steroid oral atau epinephrine nebul Epiglotitis: sesak
berat hingga stridor. Thumbprint sign (+).
TB pada Anak
TB primer: tidak dijumpai lesi saat di foto, hanya tampak fokus Gohn (penebalan hilus)
TB sekunder: sudah ada manifestasi nyata, tampak infiltrat, kavitas, dll
Semua anak dengan riwayat kontak pasien TB wajib di mantoux
Kontak (+), Mantoux (-), Klinis (-) Profilaksis primer INH 10 mg/kg 3 bulan
Kontak (+), Mantoux (+), Klinis (-) Profilaksis sekunder INH 10 mg/kg 6 bulan
Kontak (+), Mantooux (+), Klinis (+) TB, obati dengan OAT
Mantoux test: 0,1 cc PPD intrakutan
Regimen 2 RHZ + 4 RH
Gizi Buruk
Jika BB/TB kurang dari 70%
a. Marasmus: wajah tua, lemak subkutan
tipis, otot atrofi, TIDAK ADA EDEMA
b. Khwarsiorkor: wajah sembab, rambut
jagung, edema
c. Marasmus-Khwarsiorkor: gejala
tercampur
Th/ Fase stabilisasi (F 75) ,Fase transisi (F
100) , Fase rehabilitasi (F 135) (makanan
lunak)
Cedera Lahir
Faktor resiko: big baby
Palsy Erb (waiter’s tip): cedera C5-C7, refleks moro (-), refleks genggam (+)
Palsy Klumpke (clawing): cedera C8-T1, refleks moro (-), refleks genggam (-) terkait sindrom Horner
(ptosis, miosis, anhidrosis)
Caput succadeneum : benjolan di kepala yang melintasi sutura. Akibat partus lama
Cephal hematoma : benjolan di kepala yang tidak melintasi sutura, akibat fakum, forcep
Kelainan Kongenital
Atresia esofagus: saliva berlebihan (drooling), dipasang OGT tidak bisa masuk, tersedak saat disusui
pertama kali. Atresia duodenum: double bubble
Atresia jejunum: triple bubble
Atresia bilier: BAB dempul. Bilirubin direct meningkat (obstructive jaundice)
Invaginasi: BAB Berdarah dan lendir, nyeri kolik, teraba massa seperti sosis di abdomen Px; kadang
dijumpai portio like app. USG: doughnut sign Th/ awal dapat dilakukan barium enema
Hirschprung: Trias: abdomen distensi, muntah hijau, mekonium terlambat keluar, RT menyemprot
akibat hilangnya saraf pada kolon, pada Hirchprung letak rendah (bukan patognomonik)
Hipoglikemika
pada anak Beresiko terjadi pada bayi dari ibu diabetes
Asimptomatik early feeding dan infus Dextrose 10% laju manintenance
Simptomatik Dextrose 10% 2 ml / kgBB
Hordeolum: benjolan (nodul) merah meradang, bengkak, nyeri, akut ditepi (eksternum) atau
dibalik kelopak mata (internum). Etiologi Infeksi Staphylococcus aureus.
Hordeolum eksterna: dari kelenjar Moll (apokrin) dan Zeiss (sebasea)
Hordeolum interna dari kelenjar Meibom (sebasea)
Th/ kompres hangat dan AB topikal. Insisi dan drainase bila hordeolum besar (ada fluktuasi) atau
pengobatan konservatif tidak berhasil. Hordeolum eksterna insisi dengan teknik horizontal, hordeolum
interna insisi dengan teknik vertical.
Kalazion: Radang granulomatosa yang mengakibatkan timbulnya nodul tanpa nyeri benjolan
keras mengganjal, dan kronis. Asal kelenjar meibom. Th/ eksisi
Pterygium: bentuk segitiga, isinya jaringan fibrovaskular, degeneratif dan invasif biasanya
terletak pada celah kelopak bagian nasal maupun temporal meluas ke kornea mengganggu visus.
Pterigium juga diduga disebabkan oleh iritasi kronis akibat debu, cahaya sinar matahari, dan
udara panas . Jika dibandingkan dengan pseudopterigium yaitu suatu reaksi dari konjungtiva oleh
karena ulkus kornea maka dilakukan pengecekan dengan sonde (sonde dapat masuk di antara
konjungtiva dan kornea). Thy/ keadaan dini tidak perlu dilakukan pengobatan, namun bila terjadi proses
inflamasi dapat diberikan steroid topikal untuk menekan proses peradangan, dan pada keadaan lanjut
misalnya terjadi gangguan penglihatan (refraktif), pterigium telah menutupi media penglihatan
(menutupi sekitar 4mm permukaan kornea) maupun untuk alasan kosmetik maka diperlukan tindakan
pembedahan berupa ekstirpasi pterigium
Pinguecula: Penebalan terbatas pada konjungtiva bulbi, berbentuk nodul yang berwarna
kekuningan, tidak masuk ke kornea. Isinya lemak + debu. Th/artificial tears
o Trichiasis: beberapa bulu mata masuk ke dalam menggores kornea. Th/ epilasi
o Blefaritis: radang kelopak mata. Palpebra edema eritema, bulu mata lengket dan rontok
berskuama
Th/ kompres hangat dan AB topikal salep
o Entropion: semua palpebra dan semua bulu mata melipat masuk ke dalam.
Ektropion: palpebra melipat ke luar
Th/ tetes mata buatan dan salep lubrikan mata, pembedahan
Gambaran klinis: Mata merah, visus tidak menurun, tampak pelebaran pembuluh darah konjungtiva.
Conj Viral Sekret jernih, ditemukan folikel, paling mudah menular, dapat ditemukan papila. .
Etio: adenovirus. Khas: reaksi folikuler Tx: simptomatik, kortikosteroid jika perlu.
Conj Bakterial Sekret purulen, perlengketan kelopak mata. Etio: pada neonatus: GO. Pada
dewasa: Haemophylus Tx: antibakterial.
Conj Alergi Mata gatal dominan, sekret cair, ditemukan papila. Tx: antihistamin dan mast-cell
stabilzer.
Conj Vernal Cobblestone appearance. Tx: antihistamin dan mast-cell stabilzer.
Conj Trakoma Infeksi C. trachomatis. Dapat menyebabkan sikatriks dan entropion. Tx: antibiotic
(azithromisin PO, atau salep mata tetrasiklin).
Conj flikten pada penderita TB akibat reaksi hipersensitivitas. Th/obati TB nya
Keratitis
CIRI: Mata merah, visus menurun, tampak pelebaran pembuluh darah silier. Nyeri (+) disertai
dengan fotofobia.
Keratitis Bakterial Lesi dengan defek epitel disertai infiltrat dan edema, secret purulen Tx:
antibakterial topikal, sikloplegia, kortikosteroid.
Keratitits viral Herpes simpleks Lesi dendritik. Tx: antiviral topikal. sikloplegia, kortikosteroid.
Keratitis viral Herpes zoster Dengan lesi herpes zoster di wajah unilateral. Tx: antiviral topical
dan oral, sikloplegia, kortikosteroid.
Keratitis Fungal Riwayat trauma dengan tumbuhan. Lesi hipopion dan lesi satelit. Tx: antifungal
topikal, kontraindikasi kortikosteroid.
Keratitis Amoeba Acanthamoeba sp., riwayat berenang dan penggunaan lensa kontak. Tx:
amoebisida dan kortikosteroid topikal.
Ulkus Kornea Tampilan klinis mirip keratitis. Tes fluorosein positif (tampak defek epitel)
Episkleritis
Reaksi radang jaringan ikat vaskular yang terletak antara konjungtiva dan permukaan sklera,
umumnya satu bola mata.
Etiologi : umumnya tidak diketahui penyebabnya, tapi radang episklera mungkin disebabkan oleh reaksi
hipersensitivitas terhadap penyakit sistemik seperti, tuberkulosis, Reumatoid artritis, lues, SLE dll
Epidemiologi : umumnya penderita merupakan perempuan usia pertengahan dengan penyakit
bawaan reumatik
Gejala :
a. Mata merah karena pelebaran pembuluh darah
b. Rasa sakit yang ringan
c. Mengganjal
d. Keluhan silau
e. Khas : bentuk radang pada episkleritis berupa tonjolan setempal, batas tegas dan warna merah
ungu dibawah konjungtiva yang sakit jika ditekan
Kelainan Visus
Miopia
Bayangan jatuh di depan retina. Bisa disebabkan bola mata terlalu panjang (miopia aksial), lensa
terlalu kuat ,atau kornea yang terlalu cekung (miopia kurvatura).
Gejala/ Jika timbul pada anak usia sekolah, prestasi belajar yang menurun, duduk di depan,
memicingkan mata.
Thy/ Koreksi dengan lensa negatif terlemah.
Hipermetropia
Bayangan jatuh di belakang retina. Bisa disebabkan bola mata terlalu pendek (hipermeteropia
aksial), lensa terlalu lemah, atau kornea yang kurang cekung (hipermeteropia kurvatura).
Gejala/ Mata yang sering lelah (karena akomodasi terus menerus).
Thy/ Koreksi dengan lensa positif terkuat.
Presbiopia
Daya akomodasi lensa mata yang mulai melemah. Penuaan pada otot otot lensa mata.. Dimulai
sejak umur 40 tahun
Koreksi dengan lensa positif, perkiraan kebutuhan lensa sesuai dengan usia
40 th +1D 45th +1,5D 50 th +2D, dst
Astigmatisma
Pandangan ganda karna bayangan jatuh tidak pada satu titik akibat kelengkungan kornea tidak
rata. Penderita astigmatisma regular (melihat garis vertical terlihat kabur dan garis horizontal terlihat
jelas) dapat dikoreksi dengan kacamata berlensa silindris
Amblyopia
"Mata malas", yakni kelainan akibat supresi sistem saraf pusat terhadap salah satu mata
yang misalnya disebabkan oleh anisometeropia (perbedaan refraksi antara kedua mata jauh berbeda)
atau strabismus.
Gejala/ Visus turun pada salah satu mata, dan bagaimanapun upaya koreksi tidak dapat mencapai visus
normal (6/6 atau lebih baik).
Thy/ Sedini mungkin terdeteksi dan diobati, semakin baik prognosis
Strabismus atau mata juling adalah suatu kondisi dimana kedua mata tampak tidak searah atau
memandang pada dua titik yang berbeda. Ketika satu mata memandang lurus ke depan maka mata
sebelahnya dapat saja memandang ke dalam (esotropia), ke luar (exotropia), ke bawah (hipotropia) atau
ke atas (hipertropia).
Hyphema: terdapat darah di dalam bilik mata depan, yaitu daerah di antara kornea dan iris, akibat trauma
tumpul yang merobek pembuluh darah iris atau badan siliar dan bercampur dengan humor aqueus (cairan mata)
yang jernih, mengganggu visus. Komplikasi glaukoma. Th/ Tirah baring sempurna (bed rest total), kepala
dielevasi, Bebat mata untuk mengistirahat mata, Pemakaian obat-obatan untuk menghentikan perdarahan,
mempercepat absorbsinya dan menekan komplikasi yang timbul.
Subconjunctival bleeding: darah pada subconjunctiva, tampak sebagai plak perdarahan merah terang atau
gelap pada sklera akibat batuk terlalui keras, tdk ganggu visus. darah akan diabsorpsi secara alamiah dalam 1-2
minggu. Th/ kompres dingin
Katarak
Katarak kongenital:
Umumnya karena infeksi intrauterin (mis. rubella)
Pemeriksaan fisik: refleks merah abnormal, leukokoria
Bisa menyebabkan ambliopia berat bahkan kebutaan
Bedah dilakukan sebelum usia 2 bulan (memastikan perkembangan visus tidak terganggu).
Gejala: anak memicingkan mata di ruang yang terang sejak lahir
Px; ukuran kornea tampak lebih besar dibanding normal
Komplikasi: penekanan nervus optikus kebutaan
Thy/ Bedah beberapa cara: ekstraksi katarak ekstrakapsular, ekstraksi katarak intrakapsular, fakoemulsifikasi.
Glaukoma
Pembagian
Primer: bila tidak ada penyakit yang menyertai
Sekunder: bila ada penyakit yang mendasari, seperti katarak hipermatur, miopia berat, riwayat hyphema
- Sudut tertutup jika COA dangkal (paling sering dijumpai pada serangan akut)
- Sudut terbuka jika COA dalam
Glaucoma akut
Peningkatan tekanan intraokular, biasanya akibat sudut bilik mata depan tertutup (oklusi trabekula oleh
iris).
Gejalanya : Mata merah mendadak, visus turun, nyeri hebat (dapatberdenyut), sering disertai mual-
muntah.
PF: tekanan intraokular tinggi (>21 mmHg), injeksi konjungtiva, edema kornea, pupil dilatasi non-reaktif.
Pemeriksaan penunjang : tonometri, Gonioskopi (untuk mengukur sudut bilik mata depan)
Tatalaksana Awal : asetazolamid (oral atau IV), timolol tetes, steroid tetes, pilokarpin (konstriktor pupil).
Obat yang kontraidnikasi: Atropin
Definitif : iridotomi perifer / trabekulektomi
Retinopati
Kelainan pada retina yang disebabkan akibat hipertensi (retinopati hipertensi) atau diabetes mellitus
(retinopati diabetik).
Gejalanya : Mata tenang, dengan visus turun perlahan.
Retinopati Hipertensi
Gambaran pembuluh darah copper wiring dan av crossing.
Retinopati Diabetik
Kadang disertai dengan floaters. Pada funduskopi dapat digolongkan menjadi:
• non-proliferatif (NPDR) dengan mikroaneurisma, perdarahandot and blot, flame, maupun cotton wool spot.
• proliferatif dini (PDR) adalah NPDR ditambah dengan neovaskularisasi.
• proliferatif lanjut (PDR) adalah PDR dini ditambah dengan perdarahan pada vitreous hingga dapat terjadi
ablasio retina.
Thy/ Kendalikan faktor risiko. Fotokoagulasi laser terutama pada diabetik retinopati.
Rabun senja
Xerophtalmia : atau xerosis, penyakit mata yang disebabkan oleh keringnya konjungtiva dan kornea mata
akibat kekurangan vitamin A. Salah satu gejala awal dari penyakit ini adalah rabun senja, berkurangnya
kemampuan melihat pada saat hari senja. Gejalanya diklasifikasikan WHO :
1. XN : Buta senja (rabun senja/rabun ayam).
Sel batang retina mata sulit beradaptasi di ruang yang remang-remang setelah lama berada di cahaya yang
terang (kondisi ringan).
Penglihatan menurun pada senja hari, penderita tidak dapat melihat pada lingkungan yang kurang
pencahayaan.
2. X1A : Xerosis conjunctiva.
Selaput lendir bola mata kurang mengkilap atau terlihat sedikit kering, berkeriput, dan berpigmentasi.
Mata berubah warna jadi kecoklatan.
3. X1B : Xerosis conjunctiva disertai bercak bitot.
Terdapat bercak putih seperti busa sabun atau keju terutama di daerah celah mata sisi luar. Seluruh
permukaan konjunctiva tampak kering.
Konjuctiva tampak menebal, berlipat dan berkerut.
Mata tampak bersisik.
4. X2A : Xerosis kornea.
Kekeringan pada konjuctiva berlanjut sampai kornea.
Kornea tampak suram dan kering dengan permukaan kasar.
5. X3A : Keratomalasia (ulserasi kornea < 1/3 permukaan kornea).
Kornea melunak seperti bubur dan dapat terjadi ulkus.
XN, X1a, X1B dan X2 bersifat reversible, dan dapat disembuhkan dengan pengobatan yang baik. Sedangkan X3A
dan X3B bersifat irreversible, dan sulit diobati hingga sembuh.
Pencegahan Xerophthalmia
Sebelum kita atau anak menderita Xerophthalmia, kita dapat melakukan upaya pencegahan dengan cara :
1. Mengenal tanda-tanda kelainan yang terjadi pada mata secara dini.
2. Memberikan ASI eksklusif pada bayi.
3. Memberikan vitamin A dosis tinggi pada bayi, anak dan ibu nifas secara priodik, yaitu bayi (dosis 100.000
SI) dan anak balita (dosis 200.000 SI) dua kali dalam setahun, sedangkan ibu nifas (< 42 hari) dengan dosis
200.000 SI sebanyak dua kali.
4. Memberikan immunisasi lengkap pada bayi.
5. Meningkatkan status gizi.
6. Mengobati penyakit penyebab atau penyerta.
7. Mengonsumsi makanan seimbang dan cukup gizi.
THT-KL
Otitis Eksterna
a. OE sirkumskrip: Riw. Trauma (dikorek)infeksi folikel rambut di liang telinga1/3 luar terlihat furunkel atau
bisu. Bakteri: stafilokokus, Nyeri saat buka mulut dan memberat saat mengunyah
b. OE difus: Bakteri: Pseudomonas Riw. Renang infeksi pada 2/3 dalam liang telinga liang telinga sempit,
kulit liang telinga terlihat hiperemis dan udem yang batasnya tidak jelas
c. OE malignan: pada penderita DM, disertai jaringan granulasi
Th/ liquor Burrowi tampon
Benda Asing
Di telinga Benda mati: pipih tarik dengan forcep/ cunam; kecil irigasi
Di hidung tipis cunam (jepit, tarik); bulat kait (dari tepi bagian atas rongga hidung, turunkan pengait,
tarik)
Epistaksis
Anterior: Dari pleksus kiesselbach di septum nasi tampon anterior 2 hari
Posterior: Dari a.sfenpalatina dan a.ethmoid posterior.
Faktor resiko memiliki penyakit sistemik (+) seperti
hipertensi atau kelainan koagulasi tampon Belloq 2-3 hari
Epiglotitis : suara serak hingga terjadi stridor dan sesak napas. Dijumpai thumbprint sign
GCS
Epilepsi
Kumpulan gejala dan tanda klinis, ditandai dengan bangkitan (seizure) berulang akibat gangguan fungsi
otak secara intermitten.
Seringkaliidiopatik; bisajugasebagaibagiandarisebuahsindromketurunan, malformasikongenital,
infeksi, trauma kepala, stroke, tumor, penyakitdegeneratif lain.
A. Bentuk Bangkitan :
Pemeriksaan Penunjang :
1. Elektroensefalografi (EEG) gambaran epileptiform,
Indikasi : a. Untuk menegakkan Diagosa
b. Untuk menentukan letak lokus
c. evaluasi pemakaian Obat Anti Epilepsi
d. Untuk menentukan prognosis
2. Brain Imaging : MRI< CT Scan.
Terapi :
a. kejang UMUM Asam Valproat, dosis 750-4000 mg
b. Kejang PARSIAL Carbamazepin, dosis 400-2000 mg
Headache
TTH nyeri terikat tertindih, berkurang dngn istirahat. Th/ paracetamol
Migraine berdenyut, sebelah saja, dengan/tanpa aura, tdk kurang dgn istirahat. Th/sumatriptan,
ergotamin
Cara kerja sumatriptan : agonis 5HT1 (hidroksi triptamin)
Cluster nyeri kepala, hidung berair, mata merah. Th/oksigen + sumatriptan
Stroke
Macam-macam Stroke:
1. TIA (Transient ischemic attack): Defisit neurologis akut,
membaik/kembalimenjadi normal dalam 24jam.
2. RIND (Reversibel ischemic neurologic deficit): Gejalaberlanjutmelewati 24jam,
tetapimembaikdalam 72 jam setelah onset.
3. Stroke Iskemik : Trombusatau emboli yang menyebabkaninfarkserebri.
4. Stroke Hemoragic : Perdarahanintraserebral/subarachnoidakibatpecahnyapembuluhdarah.
Faktor + -
resiko
Bells Palsy
Paresis N.VII perifer (LMN). Khas: lagoftalmus dan kerut kening hilang
Dimana lagoftalmusnya, disitulah nervus yang rusak.
Cth. Lagoftalmus mata kanan dx; paresis n.VII kanan perifer
Th/ steroid 1 mg/kg
Kekuatan otot
5: dapat mengangkat dan dapat melawan tahanan
4: dapat mengangkat, jatuh dengan tahanan
3: dapat mengangkat, segera jatuh dengan gravitasi
2: dapat menggerakkan dua sendi (dapat menggeser)
1: kontraksi lokal otot tertentu
0: tidak ada kontraksi
Fraktur Cervical
Tetraparesis UMN pasang collar brace
Perifer Sentral
Episode Vertigo Ringan sampai sedang Kronik dan terus
menerus
Onset Mendadak Gradual
Ketidakseimbangan Ringan sampai sedang Berat
Nausea/vomitus Berat Bervariasi
Gejala auditory Sering Jarang
Gejala neurologi Jarang Sering
Perubahan kesadaran/ Jarang Kadang-kadang
status mental
Kompensasi /resolusi Cepat Lambat
BPPV
Etiologi: kanalith di dalamkanalissemisirkularis. Klinis: Vertigo yang dipicuolehperubahanposisi.
PemeriksaanPenunjang: Manuver Dix-Hallpike.
Tatalaksana: Manuver Epley.
Neuropati
HNP, carpal tunnel, diabetik neuropatik, trigeminal neuralgia, psot herpetic neuralgia
Th/NSAID + adjuvan analgetik
Pilihan adjuvan analgetik: Gabapentin (1st line), Carbamazepine (1st line utk trigeminal neuralgia),
clobazam
Ulna: claw hand tidak bisa abduksi dan adduksi jari jari
Parkinson
Merupakan Degenerasi neuron dopaminergik di dalamsubstansianigra.
Gejala klinis :
1. TRAP – Tremor, rigiditas (tubuhkaku), akinesia/bradikinesia (gerakanlambat), postural instabilitas.
2. Ditegakkanbilaada 2 dari 3 tandakardinal (tremor saatistirahat, rigiditas, danbradikinesia).
Bedakansindromaparkinson (etiologijelas: misal stroke, ataupenggunaanobatantipsikotik)
denganpenyakitparkinson (umumnyaidiopatik)
Tatalaksana : Levodopa + Bensazerid
Myasthenia gravis
Kelumpuhan memberat jika kelelahan, berkurang jika istirahat. Tampak jelas di mata dan otot otot kecil
Akibat degradasi asetil koloin reseptor di neuromuscular junction
Th/ piridostigmin
Px. Tes tensilon
Cedera kepala
1. Cederakepalaringan: GCS 13-15 à setelahobservasi, dapatdipulangkan.
2. Cederakepalasedang: GCS 9-12 à harusdirawat 2x24 jam, dilakukan CT-Scan.
3. Cederakepalaberat: GCS ≤8
4. koma, harusdilakukanintubasidan CT-Scan.
PSIKOSIS
Terjadi akibat kelebihan dopa dalam otak
Jika ditemukan salah satu antara waham / halusinasi maka sudah masuk dalam kelompok Psikosis.
Terdiri dari:
Psikosis akut waham + halusinasi + < 1 bulan
Schizoprenia waham + halusinasi + ≥ 1 bulan
Paranoid: didominasi oleh waham akan dicelakai
Hebefrenik: kembali seperti kanak kanak, perilaku kacau
Katatonik: mempertahankan posisi kaku
Residual: pernah mendapat pengobatan, gejala menjadi kabur
Gangguan Waham Menetap waham + tidak ada halusinasi
Waham persekutori (kejar), waham kebesaran, waham nihilistik, dll
Gangguan skizotipal eksentrik, mistik
Gangguan waham terinduksi 2 atau lebih orang punya sistem waham yang sama, memiliki hubungan
dekat, 1 orang menginduksi yang lain
Gangguan skizoafektif skizo dan afektif sama2 menonjol dan muncul bersamaan, dapat berupa manik
depresi atau campuran
GANGGUAN CEMAS
Gangguan cemas menyeluruh mencemaskan segala hal tanpa ada sebab yang pasti
Fobia mencemaskan satu objek tertentu. Cth. Takut ketinggian, takut serangga
Gangguan panik / Panic attack serangan cemas mendadak, takut mati, disertai gejala fisik berdebar,
keringatan, TD naik, kemudian reda.
Obsesif kompulsif melakukan perilaku tertwentu berulang ulang. Kelainan di serotonin.
Stress pasca trauma keadaan stres syang terjadi setelahtrauma mendalam yang ditandai dengan flashback
memori, mimpi buruk dll, bertahan lebih dari 1 bulan
Stress akut kurang dari 1 bulan
Th/ Golongan benzodiazepine (alprazolam, Clobazam, Diazepam) + antidepressan (fluoxetine)
PARAFILIA
Ekshibionisme: suka menunjukkan kelamin
Fetishisme: rangsang dan pemuasan seksual dengan suatu benda(sepatu,pakaian dalam,dll)
Frotteurisme: karakteristik utk laki-laki yg suka menggosokkan penisnya pada wanita utk orgasme
Voyeurisme: mengintip/mengamati seksual atau telanjang org lain utk kepuasan seksual
Masokisme: menyiksa diri atau dibuat org lain kepada dirinya utk kepuasan seksualnya
Sadisme: menyiksa pasangan untuk mencapai kepuasan seksual
Pedofilia: menjadikan anak dibawah umur utk kepuasan seksual
Zoofilia: memilih binatang utk kepuasan seksual
Nekrofilia: kepuasan seksual pada mayat
GANGGUAN KEPRIBADIAN
Antisosial / dissosial : tidak perduli, tidak ikut aturan, bertentangan dengan norma sosial
Histrionik : ekspresi berlebihan, dibuat2, sandiwara, ingin diperhatikan
Paranoid : kecurigaan, dendam
Skizoid : tidak semangat beraktivitas menyenangkan, emosi dingin tidak perduli, tidak akrab
Narcisisstic : kurang empati, arogan, fantasi sukses kuat cinta, kekaguman berlebihan
Avoidan : menghindari situasi sosial
Dependen :kebutuhan untuk dijaga, ketergantungan, melekat ke orang lain
Anankastik : perfeksionis, kaku, memaksa orang lain
MEKANISME PERTAHANAN
Denial: menyangkal, menolak mengakui sesuatu cth: tidak terima hasil buruk
Proyeksi: emosi negatif ditekan dan diproyeksikan ke orang lain cth: menyalahkan orang
Sublimasi: disalurkan jadi yang baik cth: takut suntik jadi perawat
Introyeksi: mengadopsi nilai ke dalam. Cth: menyalahkan diri
Represi : upaya menyingkirkan konflik batin yang membuat cemas. Cth: menghindari konflik
GANGGUAN TIDUR
Disomnia: gangguan kuantitas atau waktu tidur insomnia, hipersomnia
Parasomnia: perilaku abnormal saat tidur atau saat transisi tidur bangun somnabulisme, night terror,
nightmare
Th/ Benzodiazepin: estazolam, flurazepam, nitrazepam
Non-benzodiazepine:zolpidem
Desain Penelitian
Cross sectional: waktu dan biaya singkat, bergerak dr resiko, PR = (a/a+b) : (c/c+d)
Case control: ke belakang / retrospektif, bergerak dr efek, OR = ad/bc
Cohort: diikuti ke depan, RR= (a/a+b) : (c/c+d)
Pencegahan
Pencegahan primer: Health promotion (target tidak spesifik), specific protection (target spesifik)
Pencegahan sekunder: Early diagnosis and Prompt treatment (screening, diagnosis dan terapi)
Pencegahan tersier: disability limitation (mencegah perburukan), rehabilitation (meingkatkan kualitas
hidup)
Teori Blum
Derajat kesehatan ditentukan oleh Lingkungan (paling utama), perilaku, pelayanan kesehatan dan
Herediter
Fungsi Manajemen
Input : man, money, material, method, market, time
Proses : pelaksanaan program, terdiri atas:
Planning: apa yang mau dikerjakan? Oleh siapa? Kapan? Dimana? Berapa biayanya?
Organizing: membagi kerja
Actuating: pelaksanaan di lapangan
Controlling: atasan mengecek kerja bwahan agar semuanya lancar
Evaluating: proyeksi di akhir selesainya program
Output: tujuan atau target jangka pendek
Outcome: tujuan atau target jangka panjang
Definisi Kasus
Suspect: dx ditegakkan hanya dari gejala saja
Probable: dx sitegakkan dari gejala + pemeriksaan mendukung, tapi bukan gold standard
Surveilans epidemiologi
Adalah kegiatan memantau, mencatat dan mengamati
Surveilans aktif: petugas kesehatan mendatangi rumah warga
Surveilans pasif: petigas kesehatan menunggu laporan dari warga
Surveilans sentinel : terpadi, jika ada KLB
Teknik sampling
Simple random sampling: berdasarkan teknik sederhana
Sistematic random sampling: cth. Diambil sampel nomor urut ganjil
Stratified random sampling: cth. 10 orang SD, 10 orang SMP, 10 orang SMA
Cluster sampling: cth, 10 orang Medan, 10 orang Aceh, 10 orang Jakarta
Snowball sampling: utk populoasi yang tidak diketahui keberadaannya. Cth homoseksual
Consecutive sampling: mengikuti inklusi dan eksklusi
Convenience sampling: kebetulan
Konseling efektif
Konsep Konseling: Catarhsis – Education – Action
Catarhsis: menggali permasalahan yang dihadapi, mencari tahu seberapa jauh pengetahuan pasien
Education: memberikan informasi
Action: Melaksanakan intervensi perubahanm perilaku, tatalaksana
Komunikasi interpersonal
Urutan komunikasi interpersonal:
1. Rapporting membuat suasana nyaman
2. Mengajukan pertanyaan terbuka / tertutup / mengarahkan
3. Mendengar aktif
Refleksi Isi : memvalidasi pernyataan pasien
Refleksi perasaan: “Saya paham keadaan ibu tengah sedih dengan penyakit ini”
4. Memberikan informasi
5. Memberikan tanggapan
Asumsi: menjudge dan mengambil kesimpulan tanpa bukti kuat ibu pasti tidak minum obat
Evaluasi: meraukan pernyataan pasien “Ah yang benar, coba diingat ingat lagi..”
BEDAH SARAF
Fraktur Basis cranii pemeriksaan CT Scan axial
Anterior : raccon eyes, rhinorrhea
Media : otorrhea
Posterior : battle sign
Cedera kepala
Commotio cerebri : gegar otak, tidak ada jaringan otak yang rusak, CT Scan : edema serebri
Contusio cerebri : memar otak, (+) jaringan otak yang rusak, CT Scan : Salt-Pepper appearance
Head injury menurut GCS
Ringan : GCS 13-15
Sedang : GCS 9-12
Berat : GCS 3-8 atau cedera multiple + perdarahan intracranial GCS ringan/sedang
Tension pneumothorax
mekanisme ventile/one way valve, trias : hipotensi, peningkatan JVP, hipersonor, Th/ : needle
decompression dgn IV cath 14 G di ICS II/III, diatas iga 3 pada linea midclavicula
BEDAH ANAK
Labiognatoplatoschizis
Rule of ten : BB 10 lb (5 kg), usia 10 minggu, Hb 10 g/dl, leukosit <10.000
BEDAH DIGESTIF
Hernia inguinal
Reponible : bisa keluar masuk, Th/ operasi elektif
Irreponible : tidak bisa keluar masuk, Th/ operasi elektif
Inkarserata : ada gangguan pasase, muncul tanda ileus, Th/ operasi cito
Strangulata : nekrosis, nyeri hebat, merah, Th/ operasi cito
Hemorrhoid
Externa : hitam, iskemik, tidak nyeri, tidak ada grade
Interna : Grade I : hanya berdarah, tidak ada benjolan, Th/ diet tinggi serat
Grade II : benjolan keluar masuk spontan. Th/ diet tinggi serat
Grade III : benjolan masuk jika didorong dengan jari, Th/ operasi rubber band ligation
Grade IV : benjolan tidak bisa masuk lagi, Th/ Rubber band ligation
Ileus pemeriksaan rontgen abdomen 3 posisi (erect, supine, LLD)
Obstruktif : Peristaltik usus meningkat, multiple air fluid level step ladder, herring bone appearance
distribusi udara tidak mencapai distal Penyebab: paling sering krn massa atau benda
asing atau krn volvulus (coffe bean sign)
Paralitik : peristaltik hilang (silent abdomen), air fluid level minimal, udara usus mencapai
distal Penyebab: paling sering karena hipokalemia, peritonitis
Appendicitis acute
Mc Burney sign : tekan kanan bawah, nyeri d kanan bawah
Rebound tenderness : lepas kanan bawah, terasa nyeri
Rovsing sign : tekan kiri bawah, nyeri di kanan
Blumberg sign : lepas di kiri, nyeri di kanan
Psoas sign : nyeri di kanan bawah dengan mengangkat paha
Obturator : nyeri di kanan bawah dengan menekuk . merotasikan tungkai
Dumphy : saat batuk, nyeri di kanan bawah memberat
Komplikasi : peritonitis lokal peritonitis difus, atau walling off (appendiceal = mass)
Peritonitis
Peritonitis primer : melalui penyebaran hematogen/limfatik
Peritonitis sekunder : bakteri mengontaminasi rongga peritoneum akibat kebocoran intraabdomen
Peritonitis tersier : pasca tindakan (misal operasi)
BEDAH ORTOPEDI
Fraktur diskontinuitas tulang, tulang rawan, tulang rawan sendi
Fraktur terbuka
Grading menurut gustillo-anderson
Grade I : luka terbuka <1cm
Grade II : luka terbuka 1 – 10 cm, tidak ada kerusakan jaringan yang serius
Grade IIIa : luka terbuka >10 cm, kerusakan jaringan serius (+), tidak ada kehilangan jaringan
Grade IIIb : luka terbuka >10 cm, kerusakan jaringan serius (+), kehilangan jaringan (+)
Grade IIIc : luka terbuka > 10 cm, kerusakan jaringan serius + kerusakan arteri
Manajemen fraktur dan dislokasi
Tatalaksana awal: REDUKSI / bidai / spalk
Tatalaksana definit: fraktur fiksasi, dislokasi reposisi
Urutan: Reduksi – Reposisi – Retensi (fiksasi) – rehabilitasi
BEDAH ONKOLOGI
Perbedaan Mastitis, FAM dan Ca Mammae
Mastitis : nyeri, demam, lecet dan edema, tanda peradangan (+)
FAM : benjolan batas tegas tidak nyeri, usia muda
Fibrokistik : nyeri saat haid
Ca Mammae : peau d orange, retraksi nipple
BEDAH PLASTIK
Luka bakar
Derajat 1 : merah, hieperemis, nyeri
Derajat 2a : ada bula , nyeri hebat
Derajat 2b : tidak ada bula, masih merasakan nyeri
Derajat 3 : ujung saraf sudah terkena sehingga tidak nyeri lagi
Terapi awal luka bakar
resusitasi cairan (formula baxter-parkland) = 4 x kg x % luas luka bakar
Setengah dari cairan diberikan dalam 8 jam pertama. Selebihnya diberikan dalam 16 jam kedua
Luka bakar kimia luka akibat basa > luka akibat asam. Th/ irigasi dengan air mengalir selama 20-30 menit
Luka bakar listrik (+) luka masuk, luka keluar (+). EKG serial luka bakar listik menyebabkan fibrilasi ventrikel
Indikasi rawat luka bakar
Derajat 2 > 20%
Derajat 3 > 5%
Derajat 2 atau 3 > 10% pada anak dibawah 10 tahun atau dewasa di atas 50 tahun
Luka pada ekstremitas, kelamin dan perineum
Semua trauma inhalasi
Semua trauma listrik dan kimia. (trauma listrik mengakibatkan fibrilasi jantung EKG)
Syok Anafilaktik
Reaksi hipersensitifitas tipe 1 akibat alergen, TD turun mendadak, edema laring berpotensi apnea
Th/ Epinephrine 1:1000 0,3-0,5 cc subkutan/intramuskular (dewasa)
Epinephrine 1:1000 0,01 mg/kg subkutan/intramuskular (anak)
Untuk mencegah reaksi hipersensitivitas tipe lambat kortikosteroid iv
Malpraktik medik
Dikatakan malpraktik medik jika terbukti memenuhi unsur 4D
Duty (ada kewajiban),
Deriliction of duty (kewajiban tsb tidak dikerjakan),
Damage (menyebabkan cedera) dan
Direct cause (bisa dijleaskan hubungan sebab akibat)
Pengadilan
Bertugas mengiurus pelanggaran kedokteran yang telah diundang undangkan.
Cth. Dokter melakukan aborsi
Sanksi: pidana, pencabutan STR
Consent
Expressed consent pasien menunjukkan persetujuannya secara lisan dan tertulis
Implied consent pasien menunjukkan persetujuan dari tingkah laku mis: mengangguk
Informed consent Persetujuan yang diberikan setelah diberi penjelasan mengenai tindakan, tujuan, dan
efek samping. Biasanya untuk tindakan medis tertentu dan umumnya tertulis.
Presumed consent Dokter menganggap pasien memberi persetujuan meskipun pasien tidak
menunjukkan baik secara expressed atau implied
Mandatory consent Keadaan-keadaan yang mutlak dokter tidak boleh melakukan apa pun sebelum ada
persetujuan. Biasanya merupakan suatu prosedur yang besar dan invasif, seperti tindakan pembedahan
mayor.
Informed consent
Hak consent: usia 18 tahun atau sudah menikah serta sehat mental
Jika belum menikah: orang tua saudara kandung wali
Jika sudah menikah: istrti/suami anak kandung orang tua saudara
Inform consent harus dilakukan secvara tertulis jika prosedur yang akan dilakukan memeiliki resiko yang
berat
Dalam keadaan mengancam jiwa dan tidak ada orang yang kompeten membuat consent prosedur
boleh dilakukan tanpa informed consent
Hubungan Dokter-Pasien
Paternatlisik: berpusat pada dokter
Konsumeristik: dokter dipaksa mengikuti pasien
Default: dokter berusaha patient-centered, namun pasien tidak kooperatif
Mutualistik: dokter dan pasien sebagai mitra (hubungan yang baik)
FORENSIK
VER
VER hanya diberikan jika ada permintaan langsung dari penyidik.
Pada kasus perkosaan, korban harus datang ditemani polisi karna korban adalah barang bukti
VER dibuat berdasarkan kondisi saat surat permintaan VER diterima dokter
Semua dokter yang telah mengangkat sumpah berhak menerbitkan VER
VER Hanya boleh menjelaskan temuan saat itu, tidak boleh ada interpetasi subjektif dari pemeriksa
VER sementara: jika pasien masih harus dirawat dulu
VER lanjutan: dibuat saat luka korban telah sembuh/pindah rumah sakit/pindah dokter/pulang paksa.
Kualifikasi luka ditulis.
VER Definitif: dibuat seketika. Korban tidak memerlukan perawatan dan pemeriksaan lanjutan sehingga
tidak menghalangi pekerjaan korban. Kualifikasi luka ditulis derajat I.
Penulisan VER
1. Penyebab kematian : keadaan yang mendasari kematian.
Perlukaan/penyakit yang menimbulkan kekacauan fisik sehingga menghasilkan kematian. Contoh: luka
tembak, luka tusuk, kanker, aterosklerosis.
2. Mekanisme kematian : proses yang mengakibatkan kematian
Kekacauan fisik yang dihasilkan oleh penyebab kematian. Contoh: perdarahan, kerusakan jaringan
otak. Beberapa penyebab bisa memiliki mekanisme yang sama (perdarahan bisa disebabkan oleh luka
tusuk, luka tembak, atau kanker). Sebaliknya, satu penyebab bisa menghasilkan kematian melalui
beberapa mekanisme (luka tembak bisa menghasilkan perdarahan, bisa juga menghasilkan kerusakan
jaringan otak)
3. Cara kematian
Menjelaskan bagaimana penyebab kematian itu datang. Dikelompokkan menjadi: wajar,
pembunuhan, bunuh diri, kecelakaan, atau tidak dapat dijelaskan.
Klasifikasi luka
1. Luka ringan dasar hukum Pasal 352 KUHP Luka yang tidak membutuhkan perawatan
2. Luka Sedang dasar hukum Pasal 351 (1), 353 (1) Luka yang membutuhkan perawatan, tetapi tidak
memenuhi kriteria luka berat.
3. Luka Berat dasar hukum Pasal 90 KUHP
Memenuhi salah satu kriteria di bawah ini:
Jatuh sakit atau mendapat luka yang tidak memberi harapan akan sembuh sama sekali.
Menimbulkan bahaya maut.
Tidak mampu secara terus menerus untuk menjalankan tugas jabatan/pekerjaan pencarian.
Kehilangan salah satu pancaindera.
Mendapat cacat berat.
Menderita sakit lumpuh.
Terganggunya daya pikir selama >4 minggu.
Gugur/matinya kandungan seorang perempuan.
Luka tembak
Jauh : kelim lecet Dekat: lecet+ tato
Sangat dekat: lecet+tato+jelaga Tempel: lecet+tato+jelaga+star shape
ibu kandung membunuh anak sendiri pada saat/tidak lama setelah dilahirkan. Motif: "takut ketahuan bahwa ia
melahirkan".
Perhatikan bahwa untuk memenuhi kriteria infantisida, bayi harus: :
- Viable : (usia gestasi >28 minggu; BB>1000 gram; lingkar kepala>32 cm; panjang tumit-kepala >35 cm,
tidak ada kelainan bawaan berat).
- lahir hidup : (dada mengembang, konsistensi paru seperti spons, permukaan paru seperti marmer, uji
apung paru positif)
- tanpa tanda perawatan : (plasenta ada, tali pusat belum dipotong,verniks kaseosa masih ada, atau tanpa
adanya makanan/susu dan tidak adanya pakaian yang dikenakan bayi)
Jika tanpa tanda lahir hidup : mati dalam kandungan
Jika sudah ada tanda perawatan : pembunuhan biasa.
Tanda kematian
o Segera: pupil midriasi, TD tak terukur, nadi tak teraba, reflex pupil (-)
o Dini: algor mortis (penurunan suhu tubuh mayat akibat terhentinya produksi panas
dan pengeluaran panas terus-menerus.), livor mortis (lebam mayat ;muncul 1/2 jam, hilang dengan
penekanan < 6 jam, tdk hilang penekanan >6 jam)
Warna lebam mayat :
- Normal : ungu kemerahan
- Keracunan CO (carbonmonoxida) : cherry red
- Keracunan potassium chlorate, nitrat, dan aniline : chocolate brown
- Kematian disebabkan terekspose suhu dingin : bright pink/ merah terang
- Keracunan cyanide : pink, bright scarlet dan violet
- Kematian karna abortus septic karna Clostridium pefringens : warna perunggu pucat bergaris-garis
Rigor mortis (kaku mayat ;muncul 2-3 jam, sempurna 10-12 jam, hilang >24 jam)
o Decomposition (pembusukan) : Proses degradasi jaringan terutama protein akibat autolisis dan kerja
bakteri pembusuk terutama Klostridium welchii. Mulai tampak 24 jam setelah mati berupa warna
kehijauan pada perut kanan bawah. Larva lalat muncul 36-48 jam setelah kematian, menetas 24 jam
kemudian. Pembusukan akan lebih cepat pada suhu lingkungan optimal, kelembapan udara yang cukup,
banyak bakteri pembusuk, tubuh gemuk, atau hal lain seperti sepsis atau infeksi. Proses pembusukan yang
terjadi pada mayat yang ditemukan didalam tanah, air dan udara memiliki perbandingan 1 :2 :8. Pada bayi
baru lahir pembusukan akan lebih lambat karena jumlah bakteri sedikit
o Adiposera : Terbentuknya bahan yang berwarna keputihan, lunak/berminyak, berbau tengik dalam
jaringan lunak tubuh pascakematian.
o Mumifikasi : Akibat penguapan jaringan dan dehidrasi jaringan yang cukup berat.
Merupakan penanda bahwa saat luka terjadi, korban masih hidup dan inilah penyebab kematian korban
Tenggelam : ada buih sukar pecah pada trakea, cadaveric spasm
Terbakar : ada jelaga pada saluran nafas, ada bula
Trauma : jejas warna merah, ada resapan darah
Tenggelam :
o Air asin:
Konsentrasi elektrolit dalam air asin lebih tinggi dibandingkan dalam darah, air ditarik keluar sampai
sekitar 42% dari sirkulasi pulmonal ke dalam jaringan interstitial paru udem pulmonal,
hemokonsentrasi, hipovolemi, dan kenaikan kadar magnesium dalam darah meningkatnya hematokrit
dan peningkatan kadar natrium plasma Hemokonsentrasi anoksia pada myocardium dan
peningkatan viskositas darah sirkulasi menjadi lambat payah jantung. Kematian dapat terjadi dalam
waktu 5-8 menit setelah tenggelam
o Air tawar:
terjadi absorbsi cairan masif ke dalam membran alveolus, karena konsentrasi elektrolit dalam air tawar
lebih rendah daripada konsentrasi dalam darah hemodilusi darah pecahnya sel darah merah
(hemolisis) tubuh berusaha mengkompensasinya dengan melepaskan ion Kalium dari serabut otot
jantung kadar ion dalam plasma meningkat, terjadi perubahan keseimbangan ion K dan Ca dalam
serabut otot jantung anoksia yang hebat pada myocardium fibrilasi ventrikel dan penurunan
tekanan darah menimbulkan kematian akibat anoksia otak hebat
Hanging vs Strangulasi
Hanging: jejas serong, terletak di bawah, lebam di ujung ekstremitas
Strangulasi: jejas datar, terletak di atas, lebam di punggung atau badan depan
Dermatoterapi
Prinsip pengobatan : ruam basah dirwata basah, ruam kering dirawat kering
Vehikulum dasar :
Bedak : untuk mencegah friksi, dan agar vesikel tidak pecah. Bedak salycilat 2%
Minyak/salep : penetrasi dangkal, lesi kering
Air/solusio : lesi basah, untuk kompres. Contoh larutan rivanol
Vehikulum kombinasi:
Krim : minyak + air untuk lesi kering dan dalam. Untuk daerah berambut
Bedak kocok/lotion : bedak + air memberikan efek dingin
Pasta : minyak + bedak untuk lesi dalam dan basah
Infeksi Jamur
Tinea: central healing tepi aktif, polisiklik,
Etiologi: trychophyton, epidermophyton, microsporum. KOH 10% - rambut, 20% - kulit, 30% - kuku.
Px/ KOH: kerokan pinggir lesi hifa panjang bersekat. Lampu wood: kuning kehijauan (T. Capitis
greyP.)
Th/ Topikal gol-azol sampai lesi sembuh+ 1-2 mgu. Oral (pagi, p.c): ketokonazol 1x200mg (10 hari),
itrakonazol 1x100mg (10-14 hari), griseofulvin 1x500mg/2x250mg (T.pedis & onicomycosis =
1000mg/hr.
Anak2 : ½ dosis dewasa.
Endothrix,
kutikula intak,
lampu wood (-)
Grey patch,
hiperkeratotik
plak, ectothrix
Kutikula hancur
Kandidiasis : makula patch eritem, basah, dan erosi bentuk lesi satelit/corimbiformis/chicken-hen
appearence.
Area lipatan / flexural area.
Etiologi: candida albicans. Px: KOH : pseudohifa (hifa tidak bersekat), blastospora, ragi, yeast cell
Th/ antifungal topikal Mikonazole salep. Jika ruam luas, tambahkan anti fungal oral:
Ketokonazole 1 x 200 mg, Fluconazole atau itrakonazole
Pitiriasis versikolor : makula oval hipo/hiperpigmentasi dengan skuama halus (powdery). Etio: malassezia
furfur.
Px wood lamp: kuning keemasan. KOH : hifa pendek dengan spora berkelompok (sphagetty
meatball)
Pioderma
Impetigo krustosa krusta kluning seperti madu di wajah sekitar bibir-hidung,
Impetigo bulosa bula kendur hipopion, koleret, di wajah, leher, dada dan bahu (pd infant di
intertriginosa)
Ektima: ulkus tertutup krusta kehitaman di kaki
Folikulitis: inflamasi primer folikel rambut
Furunkel – karbunkel: papul berisi pus – multipel konfluen furunkel
Erisipelas: merah batas tegas, merah terang, wajah- tungkai, upper dermis
Selulitis: merah batas tidak tegas, mengkilat, biasa pada DM, tungkai, deeper – subkutan
Phlegmon: selulitis dgn supurasi, sampai ke adipose tissue,
SSSS: newborn, balita, dwsa dg penyk kronik. Ruam makula eritema, bula hipopion. Gjl lain: demam,
malaise, letargi, malas makan. Th/ rawat inap, antibiotik (Dikloksasilin)
Etio: semuanya stapylococcus, kec. Impetigo krustosa, ektima, erisipelas, selulitis – streptococcus, kec
eritrasma
Eritrasma: corynebacterium minutissimum, makula-patch berbentuk bayangan, flexural area/ lipatan
lampu wood: merah bata/coral red
Th/ tertutup pus/krusta: kompres PK 1/5000,rivanol 3x@1jam.
Bebas krusta: mupirocin 2%, bacitracin topikal 2x1, clindamycin 2%
Oral (sistemik): amoxicilin 3x(250-500)mg. Jika alergi amox ganti dgn eritromisin 4x(250-500)mg.
Pilosebasea Disorder
Hidroadenitis: infeksi stapylococcal kelenjar apokrin, ruam papul, nodul, abses, fistula, scar. Usia akil balik,
didahului trauma (rambut ketiak digunting). Nodus yg dapat melunak menjadi abses.
Abses multipel kelenjar keringat: infeksi kelenjar keringat,berupa abses multipel tidak nyeri berbentuk
kubah.
Acne Vulgaris: >> produksi sebum, hiperkeratinisasi folikel (komedo, papul, nodul, eritem, pustul, scar)
Etio: Propionibacterium acne
Oral antibiotik: tetrasiklin 2x500mg, doksisiklin 2x(50-100)mg, klindamisin 2-3 x (150-300)mg; selama 6-8
mgu.
DD: Dermatitis perioral, Erupsi acneiformis, Rosacea. (bedakan)
Infeksi Virus
VZV
Varicella (chicken pox): tear drp, ruam polimorfik (makula, papul, vesikel, krusta) Th/ simptomatik,
Antiviral.
Herpes zoster: vesikel bergerombol di atas makula eritems tersusun sesuai dermatome
Px/ Tzanck test: mutinucleated giant cell – set datia berinti banyak. Th/ asiklovir 5x800mg ; valasiklovir
3x1000mg
Komplikasi: HZ optalmicus (kena N.V), post herpetic neuralgia (>>pr, prevensi steroid, th/
gabapentin/amitriptilin)
Hepres simplex virus
Infeksi Parasit
Scabies
Burrow (terowongan) dengan ujung papulonodul , bula, dengan dasar eritem;
terjadi di daerah lipatan jari, bokong (infan khas pd wajah & telapak tangan);
semakin gatal di malam hari; dan dijumpai kontak dgn penderita.
Etio : sarcoptes scabiei var.hominis. Px. Burrow ink test.
Th/ Permetrin 5% 1x mlm, diulang setelah 1 mgu (pada ibu hamil maupun dewasa)
Sulfur presipitat 1x mlm selama 3hr (padi bayi)
Gameksan 1% 1x mlm (KI: anak <6th dan bumil)
Pediculosis
Etio: pthirus pubis. Terutama di daerahberambut (kapitis, pubis). Pada badan – korporis.
Px/ Dijumpai blue dots / sky dots (makula biru). Nonmed: Cuci dgn air hangat 5 mnt, obati sekeluarga.
Th/ permetrin 1% cream 2jam, atau Malathion 0,5% lotion semalam, Gameksan 1% 12 jam.
Cutaneus larva migrans (creeping eruption-creeping verminous-sandworm eruption-plumber’s itch)
Etio: ancylostoma canis atau ancylostoma braziliens
Ruam serpiginosa, eritem bentuk linier pada ekstremitas, sehabis bermain di pasir/kebun
Th/ Cholerethilspray + albendazole 1x400mg (3hr), atau ivermectin 2x6mg, atau kortikosteroid topikal.
Dermatitis
Dx Penyebab Patofisiologi
Bedakan dg DKI ec.insect bite: eritem dg central necrosis, veskel bula (kissing phenomenon)
Px/ patch test ditempatkan di punggung, diangkat stlh 48 jam, nilai reaksi 72-96 jam
*Cervicitis pd wanita
** >30/LPB pd wanita
Boleh dgn metylen blue
Limfogranuloma Venerum : C. Trachomatis, vesikel pd kelamin →hilang ±1bln→radang sangat nyeri→demam. Th.
NonGo
Sifilis (ulkus durum): muncul ulkus bersih, soliter, tidak berdarah dan tidak nyeri. Etio: treponema palidum
Kadang dapat sembuh dengan sendirinya, kemudian muncul stadium II dan III, menyebar sistemik
Px: VDRL dan TPHA (mendeteksi antigen Treponema). Direct test: mikroskop lap gelap motile
treponema
Th/ Benzatine benzilpenicilin 2,4 jt IU, SD, i.m. atau PP 600.000 IU i.m
Ulkus Molle (chancroid): ulkus yang multipel, nyeri, berdarah. Etio: Haemophylus Ducreyi
Px; pewarnaan gram : bakteri batang berjejer spt rel kereta / ikan.
Th/ antibiotik ciprofloksacin 2x500mg 3 hr, atau Eritromicin 4x500mg 7hr, atau Azythromycin 1 gr SD
Kondiloma akuminta
Akibat HPV 6 dan 11, tampilan seperti jengger ayam / bunga kol
Th/ kauter kimia dengan Tinctura podofilin 10-25% atau TCA 80-90% atau salisliat 40%
2nd line: kauter elektrik atau cryoterapi pilihan terapi pada ibu hamil
Psoriasis
Ruam: makula eritema dengan skuama putih tebal berlapis
Terutama di daerah yang rawan terjadi benturan sperti lutut, bokong, siku
Tanda khas: koebner trauma di daerah yang lain akan memunculkan ruam baru
Tanda patognomonik: Wax drop (skuama seperti lilin krn goresan) dan auspitz (jika dikerok muncul bintik
darah)
Th/ kortikosteroid high potency cream (Clobetasol, Trioamcinolone)
Ptiriasis Rosea
Eritema berskuama halus di badan (inverted christmas tree appear.). Th/ simtomatik, Salisilat talc +
mentol 1%
Pemfigus
Kusta
Makula hipopigmentasi/ hiperpigmentasi, yang mati rasa / hipoestesi, yg menyebabkan kerusakan jaringan, etio:
M.Lepra
Pem.fis: pem saraf tepi. Penunjang : histopat - slit skin smear sel vrichow (histiosit dengan M leprae di
dalamnya)
HIPERTENSI
JNC 8 Hipertensi
Normal : <120 dan <80
Prehipertensi: 120-139, atau 80-89
HT stage 1: 140-159, atau 90-99
HT stage 2: ≥160, atau ≥100
Krisis Hipertensi : TD >180/120 mmHg
HT urgensi:Tidak disertai kerusakan target organ yang progresif. Turunkan TD dlm satuan jam – hari
dengan obat oral. Target TD 160-100mmHg atau tidak lebijh dari 25% MAP
HT emergensi:Disertai dengan kerusakan target organ uyang bersifat progresif. Turunkan TD 10-15% MAP
atau tidak lebih dari 25% MAP padz jam pertama, dengan obat IV
Obat Hipertensi
1st line hipertensi: Thiazide, observasi 1 bulan, jika tidak respon dapat dikombinasikan dengan Ace inh/ARB
atau CCB
HT + DM Ace inh / ARB
HT+ CKD Ace inh / ARB
HT + proteinuria ACE inh / ARB
HT + BPH alfa 1 bloker (Prazosin, tamsulosin,doxazosin)
HT + edema paru Furosemide
HT + post MCI beta blocker (pasien MCI, sebisa mungkin HR jangan tinggi agar oxygen demand tidak
>>>)
HT + kehamilan metildopa atau nifedipin
Kontrainikasi beberapa obat
Thiazide Gout
Beta-blocker Asthma, A-V block grade 2 dan 3
CCB AV blok grade 2 dan 3
Gagal jantung
ACE dan ARB inhibitor Kehamilan, Hiperkalemi, renal stenosis bilateral
Nyeri Dada
ARITMIA
ARITMIA
Atrial Flutter
ATRIAL VENTRIKULAR
Gelombang P (+) Gelombang P Ventrikel
(-)
QRS sempit QRS lebar Fibrilasi
Ventrikel Takikardi
Reguler Irreguler Reguler Irreguler
Gelombang P mitral,
Gelombang P pulmonal,
Atrium Atrium
pinggang jantung mendatar,
batas bawah prominen
Kanan Kiri double contour
GAGAL JANTUNG
Gagal Jantung Kronis
Berlangsung bertahun tahun, kronis dan perlahan lahan
Gagal jantung kiri: ronchi basah basal paru, sesak nafas, orthopnea, Paroksismal nocturnal dispnea.
Sering akibat hipertensi kronis, old miokard infarc
Gagal jantung kanan: edema pretibial, ascites, hepatomegali, TVJ >>>
Sering akibat penyakit kronis di paru, cth. PPOK, SOPT
Gagal jantung kongestif: dijumpai gejala gagal jantung kiri dan kanan sekaligus
NYHA 1: pasien bisa beraktivitas berat hampir tanpa keluhan
NYHA 2: Sesak memberat jika aktivitas berat (naik tutun tangga, lari)
NYHA 3: sesak memberat jika aktivitas ringan (harian, mandi, berjalan)
NYHA 4: sesak memberat bahkan saat pasien berbaring
Th/ Furosemide + ACE inhibitor.
ACE inhibitor sebagai anti remodelling jantung yang mencegah pembesaran jantung lebih lanjut
Jika muncul gejala hipokalemia, ganti furosemide dengan Spironolaktone (hemat kalium)
KELAINAN VASKULAR
Burger disease (Tromboangitis obliteran) pada perokok, jari ekstremitas iskemik, nyeri dan menghitam
Acute Arterial occlusion hilangnya pulsasi arteri, iskemik, nyeri dan menghitam
Deep Vein Trombosis pada vena, stasis darah sehingga merah kebiruan, bengkak dan nyeri
Raynaud phenomenon vasospasme temporer biasa oleh karena suhu