Anda di halaman 1dari 59

PULMONOLOGI

dr. Azhari Maulana


TB PARU
Batuk berdahak ≥2 minggu (disertai dahak atau
batuk darah), sesak napas, nyeri dada,
demam meriang >1 bulan, malaise, nafsu makan
turun, berat badan turun, keringat malam tanpa
kegiatan fisik.

Pemeriksaan Penunjang:
 Sputum BTA 3x SPS wajib dikerjakan

 Foto toraks berupa infiltrat/kavitas di apeks


paru.
FOTO THORAKS
KLASIFIKASI PASIEN TB
 Kasus Baru
Belum pernah makan OAT sama sakali Atau Pernah makan OAT selama
kurang dari satu bulan

 Kasus Relaps / Kambuh


Sudah tuntas OAT 6 bulan, BTA sudah negatif dan dinyatakan sembuh,
kemudian terinfeksi TB untuk keda kalinya

 Kasus Drop Out / Default


Sudah makan OAT selama 1 bulan, kemudian putus obat sekurang
kurangnya 2 bulan berturut

 Kasus Gagal
Sudah mengonsumsi OAT sampai bulan ke 5, tetapi BTA masih (+)

 Kasus Kronis
Sudah mengonsumsi OAT kat 1 dinyatakan gagal, kemudian masuk OAT kat
2, dan dinyatakan gagal lagi
PENATALAKSANAAN
 Kategori 1 : 2 RHZE + 4 R3H3 (untuk kasus
Baru)
 Kategori 2 : 2 RHZES + 1 RHZE + 5 R3H3E3
(untuk kasus default, relaps dan gagal)

 Lini ke 2 : Levofloxacin, PAS (Para Amino Salisil


Acid), Kanamicin, dll  bukan firstline dan
hanya dipakai sbg alternatif terakhir

 Periksa sputum ulangan pada akhir bulan ke 2, 5


dan 6
DOSIS OAT
<40kg 40-60kg >60kg
 Rif 300 450 600
 INH 150 300 400
 Pyrazinamide 500 1000 1500
 Etambutol 500 1000 1500

Pemberian streptomisin >60 tahun atau BB <50 kg maksimal


500 mg/hari.
Jika pasien dalam pengobatan OAT kategori 1 lalu...
pemeriksaan akhir tahap BTA* negatif segera mulai tahap lanjutan, ulang BTA bulan ke-5 dan
awal (2 bulan)... akhir pengobatan

BTA* positif mulai tahap lanjutan, TANPA SISIPAN (pedoman baru),


periksa ulang satu bulan kemudian - pikirkan uji
resistensi

bulan ke-5 atau lebih BTA* negatif lanjutkan pengobatan sampai selesai, periksa BTA di
(selesai pada bulan ke-6) akhir pengobatan (bulan ke-6)
BTA* positif GAGAL - jika fasilitas ada, uji kepekaan obat - jika
tidak ada lanjut ke kategori 2, TERDUGA MDR

Jika pasien dalam pengobatan OAT kategori 2, lalu...


pemeriksaan akhir tahap BTA* negatif segera mulai tahap lanjutan, ulang BTA 1 bulan
awal (3 bulan) sebelum akhir pengobatan
BTA* positif TERDUGA MDR
Uji kepekaan, jika tidak ada fasilitas, lanjutkan OAT
tahap lanjutan TANPA SISIPAN, periksa ulang akhir
bulan ke- 5

bulan ke-5 atau lebih BTA* negatif lanjutkan pengobatan sampai selesai, periksa BTA di
(selesai pada bulan ke-8) akhir pengobatan (bulan ke-8)
BTA* positif TERDUGA MDR
gagal - rujuk ke pusat rujukan TB MDR
EFEK SAMPING OAT
 Rifampisin  pewarnaan merah, gangguan hormonal, mengganggu kerja
obat lain, hepatotoksik
Th/ edukasi

 INH  neuritis perifer, anemia defisiensi folat, hepatotoksik


Th/ vitamin B6 1 x 100 mg

 Pyrazinamide  heptotoksik poten, gout artritis.


Th/ aspirin
 Jika SGOT/SGPT < 3x, lanjutkan OAT dan observasi
 Jika SGOT/SGPT > 3x, stop OAT hepatotoksik  18-24 SE + satu obat
floroukuinolon selain siprofloksasin
 Jika SGOT/ SGPT > 5x, stop OAT
 Jika ikterus, stop OAT

 Etambutol  gangguan visus. Th/ edukasi

 Streptomisin  nefrotoksisk dan ototoksik


TB PADA KEHAMILAN DAN MENYUSUI
 TIDAK BERBEDA dengan kondisi tidak hamil
 OAT aman, kecuali aminoglikosida

 Piridoksin 50 mg/hari dan vitamin K 10 mg/hari


dianjurkan pada trimester ke-3 menjelang partus
 TIDAK BERBEDA dengan kondisi menyusui
TB PADA DM
 TIDAK BERBEDA, kecuali jika gula darah tidak
terkontrol dapat diperpanjang sampai 9 bulan
 Rifampisin mengurangi efektivitas sulfoniiluria
(seperti glibenklamid)
TB PADA HIV
 Mulai dengan OAT, lalu setelah 2-8 minggu
(setelah toleransi) lanjutkan dengan ARV.
Dengan demikian ARV diberikan tidak
bergantung pada jumlah hitung CD4.

Berdasarkan Pedoman Terapi ARV 2011 dan 2013


TB PADA ANAK

Regimen pengobatan
jika terdiagnosis TB
(anak sakit TB, skor >6
atau 6 dengan klinis
mendukung):
2RHZ/4RH
PROFILAKSIS TB PADA ANAK
 Profilaksis primer (INH 3 bulan)
kontak (+), mantoux (-), klinis (-)

 Profilaksis sekunder (INH 6 bulan)


kontak (+), mantoux (+), klinis (-)

INH 5-10 mg/ KgBB/ hari


ASMA
DIAGNOSA
 Anamnesis: Sesak napas, batuk berdahak biasanya
kronik, mengi, ada faktor pemicu (pejamu: riwayat
atopi, lingkungan).

 Pemeriksaan Fisik: Ekspirasi memanjang, wheezing,


penggunaan otot bantu napas pada serangan berat.

 Pemeriksaan Penunjang: APE (arus puncak


ekspirasi), lebih baik lagi dengan spirometri.

 Diagnosis lengkap asma memerlukan klasifikasi


asma dan serangan akut. Sebagai contoh: asma
persisten rengan dengan serangan sedang.
KLASIFIKASI ASMA
Lihat serangan malam untuk membedakan
grading:

 Intermitten: < 2x / bulan


 Persisten ringan: > 2x/bulan

 Persisten sedang: > 1x/minggu

 Persisten berat: frequent


KLASIFIKASI SERANGAN AKUT:
 Ringan: Bisa bicara kalimat utuh, sesak saat berjalan.
Ekspirasi wheezing

 Sedang: bicara kalimat terputus-putus. Ekspirasi dan


inspirasi wheezing

 Berat: Bicara kata demi kata terputus-putus,


cenderung duduk, terlihat penggunaan otot bantu
pernapasan. Tanpa stetoskop terdengar wheezing

 Status asmatikus: tidak respon terhadap nebul saba


sebanyak 3x.
TERAPI
 Kendalikan faktor pemicu.
 2 macam terapi medikamentosa untuk asma
adalah terapi pelega (reliever) yang digunakan
hanya jika serangan, dan terapi pengontrol
(controller) yang dapat digunakan walaupun
tidak dalam serangan.
TERAPI PENGONTROL (CONTROLLER)
PNEUMONIA
Trias: demam batuk sesak
Usia diatas 2 tahun
Ronki basah
Pneumonia dewasa (tipikal):
 Demam tinggi, batuk purulen, sesak berat

 Etiologi: Klabsiella pneumonia

 Th/ Golongan makrolide

Pneumonia atipikal:
 Demam subfebris, batuk dan sesak tidak terlalu berat

 Etiologi: Klamidia sp

 Th/ Golongan makrolide


Pneumonia pada anak (>2 tahun)
 Etiologi: Streptococcus pneumonia (bentuk
seperti rantai)
 Pneumonia ringan  hanya demam, batuk dan
sesak. Th/ cotrimoksazole
 Pneumonia berat  disertai dengan sianosis,
retraksi, nafas cuping hidung. Th/ ampicilin
 Acquired pneumonia community:
Pneumonia yang didapat di masyarakat.

 Acquired pneumonia hospital:


Pneumonia yang didapat di rumah sakit. Syarat:
harus di rawat di rumah sakit > 48 jam. Jika
masih dibawah 48 jam  Acquired pneumonia
community
 Bronkopneumonia: bakteri menyerang hampir
seluruh lapangan paru
 Pneumonia lobaris: hanya satu lobus saja
BRONKIOLITIS
Demam, batuk, sesak.
Dibawah 2 tahun
Wheezing
 Anamnesis: Pada anak <2 tahun dengan episode
mengi (wheezing) untuks pertama kali, umumnya
didahului dengan gejala ISPA bagian atas (batuk,
pilek, subfebris/tanpa demam), sesak.

 Pemeriksaan Fisik: Demam, sesak, ekspirasi


memanjang, retraksi, wheezing/rhonki basah halus,
perkusi hipersonor.

 Etiologi: RSV
TERAPI (SIMPTOMATIK)
 Oksigen
 Cairan dan kalori yang cukup

 Antibiotik (ampisilin, kloramfenikol, sefotaksim)


boleh diberikan jika tanda infeksi sekunder
cukup jelas.
 Bronkodilator (salbutamol inhalasi) - dapat
diberikan, namun bukan pilihan utama
BEDAKAN DENGAN CROUP
(LARINGOTRAKEOBRONKITIS) DAN PERTUSIS

 Croup:
Batuk seperti menggonggong. Didahului infeksi
sebelumnya. Terapi: steroid dan oksigen

 Pertusis:
Et: boerdetela pertusis, gram (-), aerob,
cocobasilus capsul
Batuk seperti merejan. Terapi: makrolide
BRONKIEKTASIS
 Batuk dengan sputum produktif, berbau sangat
busuk dengan jumlah yang sangat banyak dan
membentuk lapisan lapisan.
 Gambaran khas  honeycomb appearence
COPD (PPOK)
 Anamnesis: Batuk berdahak, sesak, eksaserbasi
akut, riwayat perokok >20 tahun.

 Pemeriksaan Fisik: Wheezing, barrel chest,


ekspirasi memanjang. Pemeriksaan Penunjang:
Spirometri FEV1 <80; foto polos gambaran
emfisema (lebih lusen, batas paru turun dan
mendatar), jantung pendulum.
 Emfisema merupakan diagnosis radiologis, ditandai
dengan hiperinflasi paru (paru hiperlusen)

 Bronkitis kronis merupakan diagnosis klinis, ditandai


dengan batuk yahg produktif dalam 3 periode waktu
berturut turut

 PPOK eksaserbasi akut: sputum bertambah, sputum


berubah warna, sesak meningkat.

 Terapi: Nebul SABA + antikolinergik dan Antibiotik


PNEUMOTHORAKS
 Suara napas hilang, perkusi hipersonor
 Tension pneumotoraks  punksi sela iga 2
diatas kosta 3 linea midclavicula. Ditandai
dengan TVJ >>>, deviasi trakea
 Open pneumotoraks  tutup dengan kasa
plaster 3 sisi
EFUSI PLEURA
 Suara napas hilang, perkusi redup
 Sesak berkurang jika miring ke posisi yang sakit

 Cari penyakit yang mendasari.

 Pemasangan WSD
EMPIEMA
 Pleura terisi nanah
 Terapi: Pungsi terapi + AB

 Defenitif: WSD
ATELEKTASIS
GAMBARAN FOTO THORAKS
 TB aktif: infiltrat di apex dengan kavitas, destroyed lung, efusi
 TB inaktif: fibrosis paru, penebalan pleura (schwarte)
 Tb milier: snow storm
 Pneumonia: konsolidasi inhomogen, air bronkogram, infiltrat
 Bronkiolitis: patchy atelektasis dan infiltrat peribronkial
 Bronkiektasis: honeycomb appearence
 Pneumotoraks: corakan avaskuler dengan kolaps pleural line
 Hidropneumotoraks: air fluid level
 Bronkitis akut / asma : normal
 Emfisema: paru hiperlusen, sela iga melebar
 Efusi pleura: sudut costofrenicus tumpul
 Abses paru: air fluid level dalam kavitas berdinding tebal
 Ca paru: konsolidasi homogen berbatas tegas
 Ca metastasis: coin lesion
 Edema paru akut: batwings appearence
AGDA
ASIDOSIS ALKALOSIS
NORMAL
PH 7,35 ---------------------- 7,45

Pco2 45 ---------------------- 35

HCO3 22 ---------------------- 26

BE -2 ---------------------- +2

CARI YANG SEARAH PH DAN YANG


BERLAWANAN DENGAN PH
Ph 7,35 ----- 7,45

pCO2 RESPIRATORIK

HCO3 METABOLIK

BE METABOLIK
INGAT..
YANG SEARAH DENGAN PH
ADALAH DASAR KELAINAN
GANGGUAN ASAM-BASANYA
YANG BERLAWANAN ARAH
DENGAN PH ADALAH
BENTUK KOMPENSASINYA
TERIMAKASIH 

Anda mungkin juga menyukai