Anda di halaman 1dari 27

REFERAT

SMF ILMU RADIOLOGI


“FOTO THORAX”

Pembimbing :
dr. Iriawati, Sp. Rad

Oleh :

Muhammad Ary Wardhana


20710080

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KEDOKTERAN RADIOLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA
SURABAYA
DI RSUD KABUPATEN SIDOARJO
2021
BAB I
PENDAHULUAN
A. PENDAHULUAN
Pemeriksaan foto Thorax merupakan pemeriksaan yang sangat penting.
Kemajuan yang sangat pesat selama dasawarsa terakhir dalam teknik
pemeriksaan foto Thorax dan pemeriksaan foto Thorax dengan sinar Rontgen ini
suatu keharusan rutin. Pemeriksaan paru tanpa pemeriksaan Rontgen saat ini
dapat dianggap tidak lengkap. Menurut Rasad 2014 dalam tulisannya foto Thorax
dapat menilai berbagai kelainan dini dalam paru sebelum timbul gejala-gejala
klinis, sehingga pemeriksaan secara rutin pada orang-orang yang tidak
mempunyai keluhan apa-apa (Mass-Chest-Survey) sudah menjadi prosedur yang
lazim dalam pemeriksaan kesehatan masyarakat secara masal, seperti yang
dilakukan pada para mahasiswa, murid sekolah, anggota alat negara, pegawai
perusahaan, serta para karyawan lainnya, misalnya sarang Tuberculosis yang
hanya sekecil 2 mm diameternya, mungkin telah dapat dilihat pada foto Rontgen,
sedangkan pemeriksaan fisik klinis tentu tidak akan berhasil menemukan sarang
sekecil ini (Rasad 2005).
Sinar-x merupakan pancaran gelombang elektromagnetik
yang mempunyai panjang gelombang yang sangat pendek sehingga dapat
menembus benda yang sangat tebal dengan panjang gelombang berkisar antar
10 nm-100 pm dengan jangkauan frekuensi 30 pHz-60 eHz. Sinar-x umumnya
digunakan mendiagnosa gambar medikal dan kristalografi. Besarnya
penyerapan oleh bahan tergantung dari panjang gelombang sinar-x, susuna
objek terdapat pada alur berkas sinar-x, ketebalan serta kerapatan suatu
bahan. Dalam kegiatan medik sinar-x dapat dimanfaatkan untuk diagnose
maupun terapi. Sinar – x yang melewati udara adalah yang paling sedikit
diserap,sehingga menyebabkan paling hitamnya radiograf, sedangkan
kalsium menyerap sebagian besar sehingga tulang dan struktur yang
diklasifikasikan lain benar – benar tampak putih. Jaringan lunak (kecuali
lemak) missal viscera padat, otot, darah, dinding usus dsb semuanya
mempunyai kapasitas absorbsi yang sama sehingga tampak sedikit lebih
hitam dari pada jaringan lunak lainnya. Visibilitas struktur dan penyakit
tergantung atas perbedaan absorbs (Akhdi, M.2000).

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
Foto thoraks atau sering disebut chest x-ray (CXR) adalah suatu
proyeksi radiografi dari thorax untuk mendiagnosis kondisi-kondisi yang
mempengaruhi thorax, isi dan struktur-struktur di dekatnya. Foto thoraks
menggunakan radiasi terionisasi dalam bentuk x-ray. Radiasi yang digunakan
pada orang dewasa untuk membentuk radiografi adalah sekitar 0.06 mSv. Foto
thoraks digunakan secara rutin untuk mendiagnosis banyak kondisi yang
melibatkan dinding thoraks, tulang thoraks dan struktur yang berada di dalam
kavitas thoraks termasuk paru- paru, jantung dan saluran-saluran yang besar
(Joarder Dan Crundwell, 2009).
B. Anatomi Radiologik Thoraks Normal
1) Paru
Paru-paru terletak pada rongga dada, berbentuk kerucut yang ujungnya
berada di atas tulang iga pertama dan dasarnya berada pada diafragma. Paru
terbagi menjadi dua yaitu, paru kanan dan paru kiri. Paru-paru kanan
mempunyai tiga lobus sedangkan paru-paru kiri mempunyai dua lobus.
Kelima lobus tersebut dapat terlihat dengan jelas. Setiap paru-paru terbagi lagi
menjadi beberapa subbagian menjadi sekitar sepuluh unit terkecil yang
disebut bronchopulmonary segments. Paru-paru kanan dan kiri dipisahkan
oleh ruang yang disebut mediastinum (Sherwood, 2001)
Paru-paru manusia dibungkus oleh selaput tipis yang bernama pleura.
Pleura terbagi menjadi pleura viseralis dan pleura pariental. Pleura viseralis
yaitu selaput tipis yang langsung membungkus paru, sedangkan pleura
parietal yaitu selaput yang menempel pada rongga dada. Diantara kedua
pleura terdapat rongga yang disebut cavum pleura (Guyton, 2007).

3
Gambar II. Foto Thorax PA dan lateral
Paru kanan terdiri dari 3 lobus yaitu :
- Lobus superior kanan (right upper lobe/ RUL)
- Lobus media kanan (right middle lobe/ RML)
- Lobus inferior kanan (right lower lobe/ RLL)
Paru kiri terdiri dari 2 lobus
- Lobus superior kiri (Left upper lobe/ LUL) dan lingula

- Lobus inferior kiri (Left lower lobe/ LLL)

Gambar II. lobus paru kanan radiografi toraks PA dan lateral


Gambar II. Lobus paru kiri radiografi toraks PA dan lateral
2) Jantung
Batas jantung di kanan bawah dibentuk oleh atrium kanan. Atrium
kanan bersambung dengan mediastinum superior yang dibentuk oleh v. cava
superior. Batas jantung disisi kiri atas dibentuk oleh arkus aorta
yang menonjol di sebelah kiri kolumna vertebralis. Di bawah arkus aorta ini
batas jantung melengkung ke dalam (konkaf) yang disebut pinggang
jantung. Pada pinggang jantung ini, terdapat penonjolan dari arteria
pulmonalis. Di bawah penonjolan a. Pulmonalis terdapat aurikel atrium
kiri (left atrial appendage). Batas kiri bawah jantung dibentuk oleh
ventrikel kiri yang merupakan lengkungan konveks ke bawah sampai ke
sinus kardiofrenikus kiri. Puncak lengkungan dari ventrikel kiri itu
disebut sebagai apex jantung. Aorta desendens tampak samar-samar
sebagai garis lurus yang letaknya para-vertebral kiri dari arkus sampai
diafragma (Repository UNAND, Diakses 20-05-2021).
Cara pengukuran Cardio Thoracic Ratio (CTR)

Gambar II.6 Radiografi toraks PA


A+B
x 100%
C
Keterangan :
a. garis lurus melalui prosesus spinosus ke arah tepi kanan jantung.
b. garis lurus melalui prosesus spinosus ke arah tepi kiri jantung. c.
garis terpanjang yang melalui tepi dalam costae kanan dan kiri,
diukur melalui basis kordis.
3) Mediastinum
Mediastinum terdiri dari :
a) Mediastinum superior (dari aperture toracis sampai arcus aorta)
b) Mediastnum anterior (daerah antara sternum dengan pericardiumsisi
anterior)
c) Mediastinum media (jantung)
d) Mediastinum posterior (pericardium sisi posterior sampai vertebra
(A) (B)
Diagram mediastinum dan beberapa beberapa kelainannya (1.
Tiroid, timus, 2. Teratodermoid, 3. Kista perikardial, 4. Nodus limfa, hilus
dan parasternal, 5. Kista bronkogenik, 6. Tumor neurogenik, dan 8. Hiatus
hernia)
4) Diafragma
Normalnya, diafragma berbentuk konveks sedangkan sudut
kostofrenikus tajam. Bagian tertinggi diafragma terletak setinggi
ruang intercosta anterior ke 5-6, atau di persilangan antara bayangan
costae anterior ke-6 dan costae posterior ke-10. Diafragma kanan biasanya
lebih tinggi 1-2 cm dibandingkan diafragma kiri. Pada keadaan hiperinflasi
paru seperti emfisema, diafragma terletak lebih rendah akibat terdesak
oleh pengembangan paru. Pada keadaan terdapat cairan di rongga pleura,
sudut costofrenikus akan menjadi tumpul.
Gambar II. Diafragma normal No.4
C. JENIS FOTO THORAKS
1. Foto thoraks posteroanterior (PA)
Foto thoraks PA adalah foto thoraks yang standar (ideal) pada orang
dewasa. Pembuatan foto paru PA dilakukan dengan cara pasien berdiri, dan
kaset film menempel pada dada. Tabung Rontgen berada di belakang
pasien, kira-kira berjarak 2 meter dari kaset. Dengan posisi ini, proyeksi
jantung pada kaset film mendakati besar yang sesungguhnya karena
pembesaran bayangan sangat minimal. Agar skapula tidak menutupi
lapangan paru, diusahakan posisi tangan pasien berada di pinggang dan
siku ditarik ke depan. Pengambilan foto biasanya dilakukan ketika
pasien berada dalam keadaan inspirasi maksimal. Sedangkan foto yang
diambil saat ekspirasi biasanya diperlukan untuk menilai terperangkapnya
udara dalam paru (the trapping of pulmonary air), apakah lokal atau
difus dan untuk mengkonfirmasi adanya pneumothoraks (Repository
UNEJ, Diakses 20-05-
2021

10
Gambar II. Foto paru posteroanterior (PA

Gambar II.Foto Thoraks PosteroAnterior (PA)


2. Foto Thoraks AnteroPosterior (AP)
Foto thoraks AP disebut juga supine projection. Pengambilan
foto dengan cara ini dilakukan pada pasien bayi atau pasien
yang sangat lemah. Pasien berada dalam posisi berbaring di tempat
tidur, kaset film ditempelkan di punggung, sedangkan tabung rontgen
berada di hadapan pasien. Pada posisi ini, ukuran jantung
lebih besar dari ukuran sebenarnya sehingga tidak dianjurkan
untuk menentukan besar jantung pada posisi foto ini (Repository
UNEJ, Diakses 20-05-2021).Dilakukan pada anak-anak atau pada
pasien yang tidak kooperatif. Film diletakkan dibawah punggung,
biasanya scapula menutupi parenkim paru. Jantung juga terlihat lebih
besar dari posisi PA.
Gambar II. Foto Thoraks AnteroPosterior (AP)

Gambar II.Posisi klavikula pada foto thoraks PA dan AP


3. Foto top lordotic

Hanya dibuat bila pada foto PA menunjukkan kemungkinan adanya


kelainan pada daerah apex kedua paru. Proyeksi tambahan ini hendaknya
hanya dibuat setelah foto rutin diperiksa dan bila ada kesulitan
menginterpretasikan suatu lesi di apex.
Gambar II. Foto top lordotik atau apical view
4. Foto Lateral
Ada dua macam foto lateral, yaitu foto lateral kanan dan foto lateral
kiri. Permintaan foto thoraks lateral kiri dibuat bersamaan dengan
permintaan foto thoraks PA untuk membuat isi rongga thoraks menjadi
tiga dimensi. Foto lateral berguna untuk melihat lesi kecil di
mediastinum dan massa di bagian anterior paru yang berdekatan dengan
mediastinum. Selain itu, foto ini juga berguna untuk melihat lesi
pada kolumna vertebralis dan cairan pada efusi pleura yang minimal
(Repository UNEJ, Diakses 20-05-2021).

Gambar II. Posisi Pasien Foto Thorax Lateral


Gambar II. Foto paru lateral kiri
5. Foto Oblik
Foto ini dibuat untuk melengkapi foto thoraks PA dan sering
dibutuhkan untuk melihat daerah yang tertutup oleh jantung. Selain itu,
foto ini juga diperlukan untuk membedakan apakah lesi terletak di paru
atau di dinding thoraks. Jantung yang letaknya di depan akan berpindah
ke kiri pada right anterior oblique exposure dan akan berpindah ke kanan
pada left anterior oblique exposure (Repository UNEJ, Diakses 20-05-
2021).
Gambar II.Posisi Pasien pengambilan Foto Oblik (RAO)
Gambar II. Posisi Pasien pengambilan Foto Oblik (LAO)

6. Lateral Dekubitus
Foto lateral dekubitus (lateral recumbent) terdiri dari dua macam,
yaitu left lateral decubitus (LLD) dan right lateral decubitus (RLD).
Foto ini berguna untuk membuktikan adanya cairan pada rongga pleura
atau di dalam bula terutama bila jumlahnya sangat sedikit (jumlah
minimal cairan yang dapat tampak pada foto ini adalah 25 ml). Foto ini
dibuat dengan cara pasien berbaring dan sisi badan menjadi tumpuan.
Cairan pleura akan mengikuti gaya gravitasi. Jika tidak dalam
keadaan terbungkus (encapsulated), maka cairan akan bergerak ke
sisi badan yang menjadi tumpuan (sesuai gravitasi) dan daerah yang
sebelumnya ditutupi oleh bayangan pada foto PA akan menjadi tampak
pada gambar lateral decubitus kanan. Foto ini juga diperlukan untuk
membuktikan adanya air fluid level pada kavitas (Repository UNEJ).
Foto ini hanya dibuat pada keadaan tertentu,yaitu bila klinis diduga
ada cairan bebas dalam cavum pleura tetapi tidak terlihat pada foto PA
atau lateral. Penderita berbaring pada satu sisi (kiri atau kanan). Film
diletakkan di muka dada penderita dan diberikan sinar dari belakang
arah horizontal.
Gambar II. Posisi Pasien Foto lateral decubitus kanan
7. Posisi Ekspirasi
Adalah foto toraks PA atau AP yang diambil pada waktu penderita
dalam keadaan ekspirasi penuh. Hanya dibuat bila foto rutin gagal
menunjukkan adanya pneumothorax yang diduga secara klinis atau suatu
benda asing yang terinhalasi.
D. Syarat layak baca Foto Thoraks yang ideal
Untuk menilai hasil foto, harus memperhatikan syarat-syarat foto
thoraks yang ideal, yaitu :
1) Identitas
2) Marker
Foto yang akan dibaca harus mencantumkan marker R Right atau L
Left
3) Os Scapula tidak superposusi dengan thoraks
4) Densitas cukup
Densitas foto dikatakan cukup jika korpus vertebrae dibelakang
jantung terlihat sama.
5) Inspirasi cukup
6) Simetris
7) Foto tidak terpotong
E. Cara membaca foto Thoraks
Foto thorax dibaca dari luar kedalam, atas kebawah, cor ke pulmo, dll.
Urutan pembacaan dai luar kedalam :
1. Pemeriksaan foto dimulai dengan memeriksa bayangan jaringan di luar
paru (soft tissue dinding thoraks), seperti bayangan otot, tebal dinding
dada, payudara, dan papilla mammae. Dicari apakah terdapat anomali
atau tidak. Pada perempuan, dinilai apakah terdapat asimetri (misalnya
pasca mastektomi). Bayangan papilla mammae tampak sebagai
bayangan padat dengan diameter 0,5-1,5 cm pada lapangan bawah paru.
Bayangan papilla mammae dapat menyebabkan kesalahan pada
pembacaan karena sering dibaca sebagai lesi paru. Jika terdapat
keraguan, maka foto diulangi dengan cara memberikan marker
(petanda) pada papilla mammae. Jika bayangan berada pada
tempat yang berbeda dengan marker, dapat ditentukan bahwa
bayangan tersebut adalah suatu lesi.
2. Rangka thoraks. Tulang rangka thoraks terdiri atas costae,
sternum, klavikula, skapula, dan vertebra. Tulang-tulang tersebut harus
diperiksa apakah terdapat kelainan seperti patah, destruksi karena
metastasis atau keganasan.
3. Diafragma. Dinilai bentuk dan tinggi diafragma kanan dan kiri. Bentuk
diafragma dapat bulging, scalloping, atau tenting. Puncak
diafragma kiri di anterior normalnya setinggi ruang intercosta ke-5 atau
ke-6. Pada foto thoraks PA, puncak diafragma kanan terdapat pada
persilangan antara costae anterior ke-6 dengan costae posterior ke-10.
Diafragma kanan lebih tinggi 1-2 cm dibandingkan dengan sebelah
kiri. Bila perbedaannya lebih dari 3 cm, berarti abnormal. Tebal
hemidiafragma kiri dan fundus gaster adalah 5 mm.
4. Gambaran sinus. Sudut kostofrenikus (sudut bagian dalam costae
dengan diafragma) normalnya tajam. Bila terdapat efusi pleura, akan
tampak tumpul. Bila terjadi superposisi mammae, gambaran sinus
mungkin tertutup. Sedangkan sinus kardiofrenikus, normalnya tajam,
namun sedikit lebih tumpul dibandingkan sinus kostofrenikus. Jika
cabang-cabangnya tertutup biasanya disebabkan karena adanya
superposisi mammae. Garis antara sinus kostofrenikus dan sinus
frenikokardia harus 1,5 cm, bila lebih berarti thoraks
menggembung dan sebaliknya.
5. Jantung. Diperhatikan besar, bentuk, dan posisi jantung, serta
keterangan-keterangan lain seperti pembuluh darah dan perikard. Posisi
puncak agak ke kiri. Ukuran maksimalnya adalah 15,5 cm. Dapat
diukur dengan menghitung CTR (cardio-thorakss ratio). Rata-rata
(normal) pada orang dewasa adalah 45-50%. Pada anak-anak sebelum
berusia 3 tahun, nilai CTR lebih besar.
Tanda-tanda pembesaran jantung yang tampak pada foto thoraks :
- Atrium kiri: pinggang jantung menghilang
- Atrium kanan: batas jantung lebih dari 1/3 klavikula dekstra
- Ventrikel kiri: apeks jantung tertanam pada diafragma
(grounded)
- Ventrikel kanan: apeks jantung terangkat dan membulat
(rounded)
6. Aorta. Dinilai apakah melebar atau terdapat kalsifikasi (radiopaque).
Jarak antara puncak arkus aorta dengan ujung medial klavikula kurang
dari 1 cm. Lebar arkus aorta normalnya 4 cm, diukur dari tepi kanan
aorta ascendens ke tepi kiri aorta descendens. Bila lebih dari 4 cm,
berarti terjadi elongasio aorta.
7. Trakea. Tampak sebagai pipa translusen vertikal (oleh karena berisi
udara), terletak sentral, karina (bifurkasio trakea) terletak di vertebra
thoraksalis 5-6 (bercabang ke kanan dan ke kiri menjadi bronkus
prinsipalis, cabang ke kanan lebih curam dan lebar), sudut antara bronkus
prinsipalis kanan dan kiri normalnya kurang dari 90° (nilai ini bertambah
pada pembasaran jantung), sedangkan cabang-cabang bronkus tidak
dapat dilihat oleh karena densitasnya sama dengan alveolus.
8. Hilus. Bayangan hilus normal adalah bayangan pembuluh darah.
Bayangan kelenjar hilus dalam keadaan normal tidak tampak,
kecuali jika terdapat pembesaran. Bayangan hilus berbentuk V
terbaring dan sudutnya mengarah ke medial. Kaki atas merupakan
bayangan vena lobus atas yang melintasi hilus menuju atrium kiri,
sedangkan kaki bawah sebagai bayangan cabang arteri pulmonalis yang
menuju ke lobus bawah. Bagian tengah hilus kanan merupakan titik
sudut V yang terletak setinggi fisura horizontal pada costa ke-6 di linea
aksilaris. Bagian tengah hilus sebelah kiri terletak 1-1,5 cm lebih tinggi
dibandingkan hilus kanan.
9. Fisura interlobaris. Fisura ini membagi paru menjadi lobus-lobus. Pada
paru-paru kanan terdapat dua fisura (membagi paru kanan menjadi lobus
superior, medial, dan inferior), sedangkan pada paru-paru kiri satu fisura
(membagi paru kiri menjadi lobus superior dan inferior). Fungsi melihat
fisura pada foto thoraks adalah untuk melihat ukuran paru (normal,
membesar, atau mengecil).
F. Syarat foto Thoraks Normal
1. Posisi penderita simetris
Hal ini dapat dievaluasi dengan melihat apakah proyeksi tulang korpus
vertebra toracal terletak kanan dan kiri
2. Kondisi sinar-X sesuai
Jumlah sinar dan kualitas sinar cukup
3. Film meliputi seluruh cavum thorax, mulai dari puncak cavun thorax
sampai sinus phrenicocostalis kanan dan kiri dapat terlihat pada
film tersebut
G. Beberapa abnormalitas pada foto Thoraks
1. Kesalahan teknis saat pengambilan foto sehingga mirip suatu
penyakit,misal :
a. sendi sternoclavicula sama jauhnya dari garis tengah
b. Diafragma letak tinggi
c. Corakan meningkat pada kedua lobus bawah
d. Diameter jantung bertambah
2. Pada jantung kardiomegali

20
Gambar II. Foto Radiografi jantung kardiomegali
Setelah dibuat garis-garis seperti di atas pada foto thorax, selanjutnya kita
hitung dengan menggunakan rumus perbandingan sebagai berikut:
A+B
x 100%
C
Jika nilai perbandingan di atas nilainya 50% (lebih dari/sama dengan 50%
maka dapat dikatakan telah terjadi pembesaran jantung (Cardiomegaly)
- Apex cordis tergeser kebawah kiri pada pembesaran Ventrikel kiri
- Apex cordis terangkat lepas dari diafragma pada pembesaran
ventrikel kanan
3. Mediastinum

Gambar II. Massa pada mediastinum


Tampak gambaran opak densitas massa pada daerah
suprahiler dextra.
4. Pada pulmo
a. Edema pulmonum

Gambar II.22 Edema pulmonum


Bayangan dengan garis tidak tegas, Terdapat
suatu bronkogram udara Tanda “silhouette” yaitu hilangnya
visualisasi bentuk diafragma atau mediastinum berdekatan.
b. Pemadatan Paru seperti TB Paru, Pneumonia

Gambar II.23 TB Paru, Pneumonia


Terlihat pemadatan berbercak – bercak dengan
bayangan berbatas tidak jelas, Terlihat kavitasi (pembentukan
abses).
c. Kolaps Paru

Gambar II. Kolaps Paru


Tampak perselubungan homogen pada lapangan paru
sebelah kiri yang menutupi batas kiri jantung, diafragma,dan
sinus disertai dengan shift midline ke kiri.
d. Massa pada Paru seperti adanya Abses Pada Paru

Gambar II.Abses Pada Paru


Ditemukan lesi uang logam
(coin lesion) / nodulus,
Terdapat bayangan sferis.
e. Bayangan kecil tersebar luas

Gambar II.36 bronkiektasis


Bayangan cincin 1 cm bersifat diagnostic bagi bronkiektasis,
,terdapat gambaran khas “Honey comb appearance”.Kalsifikasi
paru yang kecil tersebar luas dapat timbul setelah infeksi paru
oleh TB, Area pemadatan kecil berbatas tidak jelas
menunjukkan adanya bronkiolitis.
f. Fibrosis Paru

Gambar II.38 Fibrosis paru


Bayangan kabur pada basis paru yang menyebabkan kurang
jelasnya garis bentuk pembuluh darah,kemudian terlihat nodulus
berbatas tak jelas dengan garis penghubung. Volume paru
menurun, sering jelas, dan translusensi sirkular terlihat
memberikan pola yang dikenal sebagai “paru sarang tawon”,
kemudian jantung dan arteria pulmonalis membesar karena
semakin parahnya hipertensi pulmonalis.
h. Neoplasma

Gambar II.39 Neoplasma


Bayangan bulat dengan tepi tak teratur berlobulasi dan tepi
terinfiltrasi, Terdapat kavitasi dengan massa.
5. Pada Pleura
a. Efusi Pleura

Gambar II.40 Efusi Pleura


Terlihat cairan mengelilingi paru, lebih tinggi di
lateral daripada medial, juga dapat berjalan ke dalam fissura
terutama ke ujung bawah fissure.
b. Pneumothorax

Gambar II.41 Pneumothorax


Garis pleura yang membentuk tepi paru yang terpisah dari
dinding dada, mediastinum atau diafragma oleh udara, Tak adanya
bayangan pembuluh darah diluar garis ini.
H. Densitas Foto X-Ray
BAB III
KESIMPULAN
Foto thorax digunakan untuk mendiagnosis banyak kondisi yang
melibatkan dinding thorax, tulang thorax dan struktur yang berada di dalam
kavitas thorax termasuk paru-paru, jantung dan saluran-saluran yang besar. Untuk
menilai hasil foto, harus memperhatikan syarat-syarat foto thoraks yang ideal,
yaitu :
1) Identitas
2) Marker
Foto yang akan dibaca harus mencantumkan marker R Right atau L
Left
3) Os Scapula tidak superposusi dengan thoraks
4) Densitas cukup
Densitas foto dikatakan cukup jika korpus vertebrae dibelakang
jantung terlihat sama.
5) Inspirasi cukup
6) Simetris
7) Foto tidak terpotong
Adapun posisi jenis pemeriksaan yang dapat dilakukan saat melakukan
pemeriksaan foto thorax seperti pemeriksaan PA, AP, Lateral (kanan dan kiri), Top
Lordotik, Foto Oblik, Foto Lateral Dekubitus serta Foto Ekspirasi.
Secara umum kegunaan Foto thorax/CXR adalah :
1. untuk melihat abnormalitas congenital (jantung, vaskuler)
2. untuk melihat adanya trauma (pneumothorax)
3. untuk melihat adanya infeksi (umumnya tuberculosis/TB, COVID
19)
4. untuk memeriksa keadaan jantung
5. untuk memeriksa keadaan paru-paru.
DAFTAR PUSTAKA

Akhdi, M. 2000. Perancangan system informasi Radiologi.Rineka Cipta. Cetakan


pertama
Armstrong Peter, L.Wastie Martin. Pembuatan Gambar Diagnostik. Jakarta :
EGC,1989.
Guyton AC, John EH. 2007. Pernapasan, Ventilasi Paru. Dalam: Luqman YR,
Huriawati H, Andita N, Nanda W, penyunting. Buku Ajar Fisiologi
Kedokteran. Edisi ke-11. Jakarta: EGC. hlm. 495-552.
Guyton, Arthur, C. Hall, John, E. Ventilasi paru. Dalam : Buku Ajar Fisiologi
Kedokteran. Edisi 11. Jakarta : EGC; 2007. P. 495-500.
Irmawati, Garmelia E. 2018. Klasifikasi dan Kodefikasi Penyakit Masalah Terkait
Kesehatan Serta Tindakan II. Bahan Ajar Rekam Medis dan Informasi
Kesehatan (RMIK). Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Edisi
Tahun 2018
Medline Plus. https://medlineplus.gov/ency/article/007451.htm Diakses pada 21
Januari 2021
Palmer, P.E.S., Cockshott, W.P., Hegedus, V., dan Samuel, E. 1995. Petunjuk
Membaca Foto untuk Dokter Umum. EGC: Jakarta.
Rasad Sjahriar.2005. Radiologi Diagnostik. Edisi ke-2. Balai Penerbit FKUI.
Repository UNAND. http://repository.unand.ac.id/23961/7/Penuntun%20Blok%2
02.6%20RADIOGRAFI%20-%202017.pdf. Diakses pada 22 Januari
2021
Repository UNEJ. https://repository.unej.ac.id/bitstream/handle/123456789/9047
3/F.%20K_Perangkat%20Pembelajaran_Heni%20F_PERANGKAT%2
0PEMBELAJARAN%20AUDIOVISUAL.pdf?sequence=1. Diakses
pada 22 Januari 2021
R. Joarder and N. Crundwell, Chest X-Ray in Clinical Practice. Springer Science
& Business Media, 2009.
Sherwood L. 2001. Fisiologi Manusia;dari Sel ke Sistem. Edisi 2. Jakarta: EGC
Sutanto H, Raharjo B. B. Pengaruh Penggunaan Aturan Sistem Poin pada
Variasi
Tegangan Tabung Terhadap Nilai Densitas Radiograf Foto Thorax.
Jurusan Fisika, Fakultas Sains dan Matematika, Universitas Diponegoro,
Semarang. Vol. 4, No. 2, April 2015, Hal 159 – 164
Syahriah, Rasad. 2005. Radiologi Diagnostik Edisi 2. Jakarta: FKUI.Sherwood L.
2001. Fisiologi Manusia;dari Sel ke Sistem. Edisi 2. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai