Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN

A. PENDAHULUAN
Pemeriksaan radiologi foto thoraks merupakan pemeriksaan yang sangat
penting. Pemeriksaan paru tanpa pemeriksaan roentgen saat ini dapat dianggap
tidak lengkap. Suatu penyakit paru belum dapat disingkirkan dengan pasti
sebelum dilakukan pemeriksaan radiologik. Selain itu,berbagai kelainan dini
dalam paru juga sudah dapat dilihat dengan jelas pada foto roentgen sebelum
timbul gejala-gejala klinis. Foto roentgen yang dibuat pada suatu saat tertentu
dapat merupakan dokumen yang abadi dari penyakit seorang penderita, dan setiap
waktu dapat dipergunakan dan diperbandingkan dengan foto yang dibuat pada
saat- saat lain (
Walaupun foto thorax merupakan pemeriksaan sinar x yang lazim
dilakukan, namun juga merupakan foto polos yang sulit di interpretasi. Film yang
dibuat secara acak bila ditemukan kelainan cenderung di analisis menurut
kemungkinan yang dibuat oleh pembacanya, jadi bila pembaca memiliki
kemungkinan interpretasi berbeda akan menghasilkan interpretasi yang berbeda
pula.
Sinar-x merupakan pancaran gelombang elektromagnetik yang
mempunyai Panjang gelombang yang sangat pendek sehingga daoat menembus
benda yang sangat tebal dengan Panjang gelombang berkisar antara 10nm-100pm
dengan jangkuan frekuensi 30pHz-60eHz. Sinar-x umumnya digunakan
mendiagnosa gambar medical dan kristalografi. Besarnya penyerapan oleh bahan
tergantung dari Panjang gelombang sinar-x, susunan objek terdapat pada alur
berkas sinar-x, ketebalan serta kerapatan suatu bahan. Dalam kegiatan medik
sinar-x dapat dimanfaatkan untuk diagnose maupun terapi. Sinar-x yang melewati
udara adalah yang paling seikit diserap sehingga menyebabkan paling hitamnya
radiograf, sedangkan kalsium menyerap Sebagian besar sehingga tulang dan
struktur yang diklasifikasikan lain benar-benar tampak putih. Jaringan lunak
(kevuali lemak) missal viscera padat, otot, darah, daging, dinding usus dan
semuanya mempunyai kapasitas absorbs yang saam sehingga tampak sedikit lebih

1
hitam dari pada jaringan lunak lainnya. Visibilitas struktur dan penyakit
tergantung atas perbedaan absorbs (Akhdi M, 2000)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
Foto thoraks atau sering disebut chest x-ray (CXR) adalah suatu
proyeksi radiografi dari thorax untuk mendiagnosis kondisi-kondisi yang
mempengaruhi thorax, isi dan struktur-struktur di dekatnya. Foto thoraks
menggunakan radiasi terionisasi dalam bentuk x-ray. Radiasi yang digunakan
pada orang dewasa untuk membentuk radiografi adalah sekitar 0.06 mSv. Foto
thoraks digunakan secara rutin untuk mendiagnosis banyak kondisi yang
melibatkan dinding thoraks, tulang thoraks dan struktur yang berada di dalam
kavitas thoraks termasuk paru- paru, jantung dan saluran-saluran yang besar
(Joarder Dan Crundwell, 2009).

Pemeriksaan radiografi toraks dilakukan untuk menilai jantung, paru,


mediastinum dan dinding dada. Pemeriksaan radiografi toraks untuk menilai
jantung dan paru sangat penting untuk penilaian awal dan merupakan pelopor
untuk pemeriksaan berikutnya. Pada tahap ini, akan diberikan keterampilan
mengenai radioanatomi foto toraks. Proyeksi rutin pemeriksaan radiografi
toraks adalah proyeksi Postero-Anterior (PA) dan lateral.

B. Densitas Foto X-ray

2
C. Anatomi radiologi Thorax Normal
1. Paru-paru
Paru-paru manusia terletak pada rongga dada, bentuk dari paru-paru
adalah berbentuk kerucut yang ujungnya berada di atas tulang iga pertama dan
dasarnya berada pada diafragma. Paru terbagi menjadi dua yaitu bagian yaitu,
paru kanan dan paru kiri. Paru-paru kanan mempunyai tiga lobus sedangkan
paru-paru kiri mempunyai dua lobus. Setiap paru-paru terbagi lagi menjadi
beberapa sub-bagian, terdapat sekitar sepuluh unit terkecil yang disebut
bronchopulmonary segments. Paru-paru bagian kanan dan bagian kiri
dipisahkan oleh sebuah ruang yang disebut mediastinum (Sherwood,2001).

Paru kanan terdiri dari 3 lobus yaitu :


- Lobus superior kanan (right upper lobe/ RUL)
- Lobus media kanan (right middle lobe/ RML)

3
- Lobus inferior kanan (right lower lobe/ RLL)
Paru kiri terdiri dari 2 lobus
- Lobus superior kiri (Left upper lobe/ LUL) dan lingula
- Lobus inferior kiri (Left lower lobe/ LLL)
Paru-paru manusia dibungkus oleh selaput tipis yang bernama pleura.
Pleura terbagi menjadi pleura viseralis dan pleura pariental. Pleura viseralis
yaitu selaput tipis yang langsung membungkus paru, sedangkan pleura parietal
yaitu selaput yang menempel pada rongga dada. Diantara kedua pleura
terdapat rongga yang disebut cavum pleura (Guyton, 2007).

Gambar II. posisi PA Gambar II. lobus paru kanan


radiografi toraks PA dan lateral

4
Gambar II. Lobus paru kiri radiografi toraks PA dan lateral

2. Jantung
- Batas jantung proyeksi PA
a. Batas jantung di kanan bawah dibentuk oleh atrium kanan. Atrium
kanan bersambung dengan mediastinum superior yang dibentuk oleh v.
cava superior.
b. Batas jantung disisi kiri atas dibentuk oleh arkus aorta yang menonjol di
sebelah kiri kolumna vertebralis. Di bawah arkus aorta ini batas jantung
melengkung ke dalam (konkaf) yang disebut pinggang jantung.
c. Pada pinggang jantung ini, terdapat penonjolan dari arteria pulmonalis.
d. Di bawah penonjolan a. Pulmonalis terdapat aurikel atrium kiri (left
atrial appendage)

5
Gambar II. Radioanatomi jantung proyeksi PA
e. Batas kiri bawah jantung dibentuk oleh ventrikel kiri yang merupakan
lengkungan konveks ke bawah sampai ke sinus kardiofrenikus kiri.
Puncak lengkungan dari ventrikel kiri itu disebut sebagai apex jantung.
f. Aorta desendens tampak samar-samar sebagai garis lurus yang letaknya
para-vertebral kiri dari arkus sampai diafragma.
g. Apeks paru terletak di atas bayangan os clavikula.
h. Lapangan atas paru berada di atas iga 2 anterior, lapangan tengah berada
antara iga 2-4 anterior dan lapangan bawah berada di bawah iga 4
anterior.

- Batas jantung proyeksi Lateral


a. Di belakang sternum, batas depan jantung dibentuk oleh ventrikel kanan
yang merupakan lengkungan dari sudut diafragma depan ke arah kranial.
Kebelakang, lengkungan ini menjadi lengkungan aorta.
b. Bagian belakang batas jantung dibentuk oleh atrium kiri. Atrium kiri ini
menempati sepertiga tengah dari seluruh batas jantung sisi belakang.
Dibawah atrium kiri terdapat ventrikel kiri yang merupakan batas
belakang bawah jantung.

Gambar II. Radioanatomi proyeksi lateral


c. Batas belakang jantung mulai dari atrium kiri sampai ventrikel kiri
berada di depan kolumna vertebralis. Ruangan di belakang ventrikel kiri
disebut ruang belakang jantung (retrocardiac space) yang radiolusen
karena adanya paru-paru.
6
d. Aorta desendens letaknya berhimpit dengan kolumna vertebralis.

- Cara megukur Cardio Thoraric Ratio (CTR)

Keterangan :
a) Ditarik garis M yang berjalan di tengah-tengah kolumna vertebralis
torakalis.
b) Mengukur Panjang dari garis tengah ke sisi kanan terjauh jantung
(garis A)
c) Mengukur Panjang dari garis tengah ke sisi kiri terjauh jantung
(garis B)
d) Mengukur diameter thorak (garis C)
e) Mengukur CTR dengan menjumlahkan A dan B, lalu hasil
penjumlahan di bagi C, lalu di kali 100%

3. Mediastinum
Mediastinum terdiri dari :
a. Mediastinum superior (dari aperture toracis sampai arcus aorta)
7
b. Mediastnum anterior (daerah antara sternum dengan pericardiumsisi
anterior)
c. Mediastinum media (jantung)
d. Mediastinum posterior (pericardium sisi posterior sampai vertebra

Gambar II. Radioanatomi mediastinum proyeksi Later

4. Diafragma
Normalnya, diafragma berbentuk konveks sedangkan sudut
kostofrenikus tajam. Bagian tertinggi diafragma terletak setinggi ruang
intercosta anterior ke 5-6, atau di persilangan antara bayangan costae
anterior ke-6 dan costae posterior ke-10. Diafragma kanan biasanya lebih
tinggi 1-2 cm dibandingkan diafragma kiri. Pada keadaan hiperinflasi paru
seperti emfisema, diafragma terletak lebih rendah akibat terdesak oleh
pengembangan paru. Pada keadaan terdapat cairan di rongga pleura, sudut
costofrenikus akan menjadi tumpul.

8
Gambar II. Radioanaomi thorax Normal

D. Jenis-jenis Posisi Foto Thorax


1. Foto thorax posterioranterior (PA)
Foto thoraks PA adalah foto thoraks yang standar (ideal) pada orang
dewasa. Pembuatan foto paru PA dilakukan dengan cara pasien berdiri, dan
kaset film menempel pada dada. Tabung Rontgen berada di belakang pasien,
kira-kira berjarak 2 meter dari kaset. Dengan posisi ini, proyeksi jantung pada
kaset film mendakati besar yang sesungguhnya karena pembesaran
bayangan sangat minimal. Agar skapula tidak menutupi lapangan paru,
diusahakan posisi tangan pasien berada di pinggang dan siku ditarik ke
depan. Pengambilan foto biasanya dilakukan ketika pasien berada dalam
keadaan inspirasi maksimal. Sedangkan foto yang diambil saat ekspirasi
biasanya diperlukan untuk menilai terperangkapnya udara dalam paru (the
trapping of pulmonary air), apakah lokal atau difus dan untuk
mengkonfirmasi adanya pneumothoraks (Repository UNEJ, Diakses 20-05-
2021).

9
Gambar II. Foto thorax proyeksi PA

2. Foto thorax anteriorposterior (AP)


Foto thoraks AP disebut juga supine projection. Pengambilan foto
dengan cara ini dilakukan pada pasien bayi atau pasien yang sangat
lemah. Pasien berada dalam posisi berbaring di tempat tidur, kaset film
ditempelkan di punggung, sedangkan tabung rontgen berada di hadapan
pasien. Pada posisi ini, ukuran jantung lebih besar dari ukuran
sebenarnya sehingga tidak dianjurkan untuk menentukan besar jantung
pada posisi foto ini (Repository UNEJ, Diakses 20-05-2021). Dilakukan
pada anak-anak atau pada pasien yang tidak kooperatif. Film diletakkan
dibawah punggung, biasanya scapula menutupi parenkim paru. Jantung
juga terlihat lebih besar dari posisi PA.

Gambar II. Foto thorax proyeksi AP

10
3. Top Lordotic

Hanya dibuat bila pada foto PA menunjukkan kemungkinan adanya


kelainan pada daerah apex kedua paru. Proyeksi tambahan ini hendaknya
hanya dibuat setelah foto rutin diperiksa dan bila ada kesulitan
menginterpretasikan suatu lesi di apex.

Gambar II. Posisi Top Lordotic

4. Foto thorax posisi Lateral


Ada dua macam foto lateral, yaitu foto lateral kanan dan foto lateral kiri.
Permintaan foto thoraks lateral kiri dibuat bersamaan dengan permintaan
foto thoraks PA untuk membuat isi rongga thoraks menjadi tiga dimensi. Foto
lateral berguna untuk melihat lesi kecil di mediastinum dan massa di bagian
anterior paru yang berdekatan dengan mediastinum. Selain itu, foto ini juga
berguna untuk melihat lesi pada kolumna vertebralis dan cairan pada efusi
pleura yang minimal (Repository UNEJ, Diakses 20-05-2021).

Gambar II. Foto thorax posisi Lateral

11
5. Foto thorax posisi Obliq
Foto ini dibuat untuk melengkapi foto thoraks PA dan sering
dibutuhkan untuk melihat daerah yang tertutup oleh jantung. Selain itu, foto
ini juga diperlukan untuk membedakan apakah lesi terletak di paru atau di
dinding thoraks. Jantung yang letaknya di depan akan berpindah ke kiri pada
right anterior oblique exposure dan akan berpindah ke kanan pada left
anterior oblique exposure (Repository UNEJ, Diakses 20-05-2021).

Gambar II Posisi Pasien pengambilan Foto Oblik (RAO)

Gambar II. Posisi Pasien pengambilan Foto Oblik (LAO)

6. Lateral decubitus
Foto lateral dekubitus (lateral recumbent) terdiri dari dua macam, yaitu left
lateral decubitus (LLD) dan right lateral decubitus (RLD). Foto ini berguna

12
untuk membuktikan adanya cairan pada rongga pleura atau di dalam bula
terutama bila jumlahnya sangat sedikit (jumlah minimal cairan yang dapat
tampak pada foto ini adalah 25 ml). Foto ini dibuat dengan cara pasien
berbaring dan sisi badan menjadi tumpuan. Cairan pleura akan mengikuti
gaya gravitasi. Jika tidak dalam keadaan terbungkus (encapsulated),
maka cairan akan bergerak ke sisi badan yang menjadi tumpuan (sesuai
gravitasi) dan daerah yang sebelumnya ditutupi oleh bayangan pada foto PA
akan menjadi tampak pada gambar lateral decubitus kanan. Foto ini juga
diperlukan untuk membuktikan adanya air fluid level pada kavitas
(Repository UNEJ).Foto ini hanya dibuat pada keadaan tertentu,yaitu bila
klinis diduga ada cairan bebas dalam cavum pleura tetapi tidak terlihat pada
foto PA atau lateral. Penderita berbaring pada satu sisi (kiri atau kanan). Film
diletakkan di muka dada penderita dan diberikan sinar dari belakang arah
horizontal.

Gambar II. Posisi Pasien Foto lateral decubitus kanan

13
7. Ekstirpasi
Adalah foto toraks PA atau AP yang diambil pada waktu penderita dalam
keadaan ekspirasi penuh. Hanya dibuat bila foto rutin gagal menunjukkan
adanya pneumothorax yang diduga secara klinis atau suatu benda asing yang
terinhalasi.

E. Indikasi Dilakukan Foto Thorax


1. Infeksi traktus respiratorius bawah ( TBC Paru, bronkitis, Pneumonia)
2. Batuk kronis/ berdarah
3. Trauma dada
4. Tumor
5. Nyeri dada
6. Metastase neoplasma
7. Penyakit paru akibat kerja
8. Aspirasi benda asing

F. Syarat layak baca foto thorax


Untuk menilai hasil foto, harus memperhatikan syarat-syarat foto thoraks yang
ideal, yaitu :
1) Identitas
2) Marker. Foto yang akan dibaca harus mencantumkan marker R Right atau L
Left
3) Os Scapula tidak superposusi dengan thoraks
4) Densitas cukup. Densitas foto dikatakan cukup jika korpus vertebrae
dibelakang jantung terlihat sama.
5) Inspirasi cukup
6) Simetris
7) Foto tidak terpotong

G. Cara membaca foto thorax


Foto thorax dibaca dari luar kedalam, atas kebawah, cor ke pulmo, dll.
Urutan pembacaan dai luar kedalam :

14
1) Pemeriksaan foto dimulai dengan memeriksa bayangan jaringan di luar paru
(soft tissue dinding thoraks), seperti bayangan otot, tebal dinding dada,
payudara, dan papilla mammae. Dicari apakah terdapat anomali atau tidak.
Pada perempuan, dinilai apakah terdapat asimetri (misalnya pasca
mastektomi). Bayangan papilla mammae tampak sebagai bayangan padat
dengan diameter 0,5-1,5 cm pada lapangan bawah paru. Bayangan papilla
mammae dapat menyebabkan kesalahan pada pembacaan karena sering
dibaca sebagai lesi paru. Jika terdapat keraguan, maka foto diulangi
dengan cara memberikan marker (petanda) pada papilla mammae. Jika
bayangan berada pada tempat yang berbeda dengan marker, dapat
ditentukan bahwa bayangan tersebut adalah suatu lesi.

2) Rangka thoraks.
Tulang rangka thoraks terdiri atas costae, sternum, klavikula, skapula, dan
vertebra. Tulang-tulang tersebut harus diperiksa apakah terdapat kelainan
seperti patah, destruksi karena metastasis atau keganasan.
3) Diafragma.
Dinilai bentuk dan tinggi diafragma kanan dan kiri. Bentuk diafragma dapat
bulging, scalloping, atau tenting. Puncak diafragma kiri di anterior
normalnya setinggi ruang intercosta ke-5 atau ke-6. Pada foto thoraks PA,
puncak diafragma kanan terdapat pada persilangan antara costae anterior
ke-6 dengan costae posterior ke-10. Diafragma kanan lebih tinggi 1-2 cm
dibandingkan dengan sebelah kiri. Bila perbedaannya lebih dari 3 cm,
berarti abnormal. Tebal hemidiafragma kiri dan fundus gaster adalah 5 mm.
4) Gambaran sinus.
Sudut kostofrenikus (sudut bagian dalam costae dengan diafragma)
normalnya tajam. Bila terdapat efusi pleura, akan tampak tumpul. Bila
terjadi superposisi mammae, gambaran sinus mungkin tertutup. Sedangkan
sinus kardiofrenikus, normalnya tajam, namun sedikit lebih tumpul
dibandingkan sinus kostofrenikus. Jika cabang-cabangnya tertutup
biasanya disebabkan karena adanya superposisi mammae. Garis antara
15
sinus kostofrenikus dan sinus frenikokardia harus 1,5 cm, bila lebih
berarti thoraks menggembung dan sebaliknya.
5) Jantung.
Diperhatikan besar, bentuk, dan posisi jantung, serta keterangan-
keterangan lain seperti pembuluh darah dan perikard. Posisi puncak agak ke
kiri. Ukuran maksimalnya adalah 15,5 cm. Dapat diukur dengan
menghitung CTR (cardio-thorakss ratio). Rata-rata (normal) pada orang
dewasa adalah 45-50%. Pada anak-anak sebelum berusia 3 tahun, nilai CTR
lebih besar.
Tanda-tanda pembesaran jantung yang tampak pada foto thoraks :
- Atrium kiri: pinggang jantung menghilang
- Atrium kanan: batas jantung lebih dari 1/3 klavikula dekstra
- Ventrikel kiri: apeks jantung tertanam pada diafragma
(grounded)
- Ventrikel kanan: apeks jantung terangkat dan membulat
(rounded)
6) Aorta.
Dinilai apakah melebar atau terdapat kalsifikasi (radiopaque). Jarak antara
puncak arkus aorta dengan ujung medial klavikula kurang dari 1 cm. Lebar
arkus aorta normalnya 4 cm, diukur dari tepi kanan aorta ascendens ke tepi
kiri aorta descendens. Bila lebih dari 4 cm, berarti terjadi elongasio aorta.
7) Trakea.
Tampak sebagai pipa translusen vertikal (oleh karena berisi udara),
terletak sentral, karina (bifurkasio trakea) terletak di vertebra thoraksalis
5-6 (bercabang ke kanan dan ke kiri menjadi bronkus prinsipalis, cabang
ke kanan lebih curam dan lebar), sudut antara bronkus prinsipalis kanan dan
kiri normalnya kurang dari 90° (nilai ini bertambah pada pembasaran
jantung), sedangkan cabang-cabang bronkus tidak dapat dilihat oleh karena
densitasnya sama dengan alveolus.
8) Hilus.
Bayangan hilus normal adalah bayangan pembuluh darah. Bayangan
kelenjar hilus dalam keadaan normal tidak tampak, kecuali jika terdapat
pembesaran. Bayangan hilus berbentuk V terbaring dan sudutnya
16
mengarah ke medial. Kaki atas merupakan bayangan vena lobus atas
yang melintasi hilus menuju atrium kiri, sedangkan kaki bawah sebagai
bayangan cabang arteri pulmonalis yang menuju ke lobus bawah. Bagian
tengah hilus kanan merupakan titik sudut V yang terletak setinggi fisura
horizontal pada costa ke-6 di linea aksilaris. Bagian tengah hilus sebelah kiri
terletak 1-1,5 cm lebih tinggi dibandingkan hilus kanan.
9) Fisura interlobaris.
Fisura ini membagi paru menjadi lobus-lobus. Pada paru-paru kanan terdapat
dua fisura (membagi paru kanan menjadi lobus superior, medial, dan inferior),
sedangkan pada paru-paru kiri satu fisura (membagi paru kiri menjadi lobus
superior dan inferior). Fungsi melihat fisura pada foto thoraks adalah untuk
melihat ukuran paru (normal, membesar, atau mengecil)

H. Syarat foto thorax normal


1. Posisi penderita simetris. Hal ini dapat dievaluasi dengan melihat apakah
proyeksi tulang korpus vertebra toracal terletak kanan dan kiri.
2. Kondisi sinar-X sesuai, jumlah sinar dan kualitas sinar cukup
3. Film meliputi seluruh cavum thorax, mulai dari puncak cavun thorax sampai
sinus phrenicocostalis kanan dan kiri dapat terlihat pada film tersebut

I. Abnormalitas foto thorax


1. Kesalahan teknis saat pengambilan foto sehingga mirip suatu
penyakit,misal :
a. Sendi sternoclavicula sama jauhnya dari garis tengah
b. Diafragma letak tinggi
c. Corakan meningkat pada kedua lobus bawah
d. Diameter jantung bertambah
2. Pada jantung Kardiomegali

17
Gambar Kardiomegali Gambar jantung normal
Di ketahui melalui pengukuran CTR yaitu dengan rumus :

Jika nilai perbandingan di atas nilainya 50% (lebih dari/sama dengan 50%
maka dapat dikatakan telah terjadi pembesaran jantung (Cardiomegaly)
- Apex cordis tergeser kebawah kiri pada pembesaran Ventrikel kiri
- Apex cordis terangkat lepas dari diafragma pada pembesaran ventrikel
kanan

3. Pada mediastinum

18
Gambar massa pada mediastinum
Tampak gambaran radioopak densitas massa pada daerah apeks.

4. Pada pulmo
a. TB Paru

A. Gambaran TB Paru Gambar B. gambaran TB millier

- Pada gambar A. Ditemukan adanya infiltrate di kedua apeks lapang


paru
- Pada gambar B. Ditemuukan adanya bercak-bercak granuler pada
seluruh lapangan kedau paru.

b. Pneumonia

Gambaran Pneumonia
19
Terdapat gambaran konsolidasi di perifer lobus medius dan terdapat
sedikit efusi pleura yang mengisi sinus costoprenicus.

c. Bronkopneumonia

Gambaran bronkopneumonia

Tampak bercak infiltrate pada lapangan tengan dan bawah paru dextra dan
sinistra.

d. Emfisema paru

Gambaran emfisema

20
- Terdapat bayangan hiper radiolusen pada paru
- Diafragma leak rendah dan mendatar

e. Bronkiektasis

Gambaran Bronkiektasis

Terdapat gambaran khas “honey comb appearance” yaitu tampak cincin-


cincin lusen lapangan bawah paru dextra.

f. Atelektasis

Gambaran atelectasis

21
Tampak perselubungan homogen pada lapangan paru sebelah kiri
yang menutupi batas kiri jantung, diafragma,dan sinus disertai dengan
shift midline ke kiri.

g. Efusi pleura

Gambaran efusi pleura sinistra


Tampak perselubungan homogem setinggi ICS IV pada hemithorax
sinistra yang menutupi sinus, diagfragma dan batas jantung kiri.

h. Pneumothorax

Gambar pneumonia

22
- Tampak hiperlusen pada lapangan paru dextra
- Corakan bronkovaskuler tidak terlihat pada lapang paru dextra
- Pergeseran mediastinum ke kiri.

i. Metastase paru

Gambar metastase paru


Tampak gambaran coin lesion yang tersebar pada kedau lapangan paru.

BAB III

KESIMPULAN

Foto thorax berguna untuk untuk mendiagnosis kondisi-kondisi yang


mempengaruhi thorax, isi dan struktur-struktur di dekatnya. Foto thoraks
menggunakan radiasi terionisasi dalam bentuk x-ray. Untuk menilai hasil foto
thoraks, maka terdapat syarat-syarat foto thoraks yang ideal, yaitu :
a. Identitas
b. Marker
c. Os Scapula tidak superposusi dengan thoraks
d. Densitas cukup
e. Inspirasi cukup

23
f. Simetris
g. Foto tidak terpotong
Posisi pemeriksaan yang dapat dilakukan saat melakukan pemeriksaan foto thorax
meliputi:
1. Pemeriksaan posisi PA (posteroanterior)
2. Pemeriksaan posisi AP (Anteroposterior),
3. Pemeriksaan posisi Lateral (kanan dan kiri),
4. Pemeriksaan posisi Top Lordotik,
5. Pemeriksaan posisi Foto Oblik,
6. Pemeriksaan posisi Foto Lateral Dekubitus serta Foto Ekspirasi.
Kelainan yang dapat ditemui pada gambaran thorax
a. TB Paru
b. Pneumonia
c. Bronkopneumonia
d. Atelectasis
e. Emfisema paru
f. Efusi pleura
g. Bronkiektasis
h. Pneumothorax
i. Metastase paru.

DAFTAR PUSTAKA

Akhdi, M. 2000. Perancangan system informasi Radiologi.Rineka Cipta. Cetakan


pertama
Armstrong Peter, L.Wastie Martin. Pembuatan Gambar Diagnostik. Jakarta :
EGC,1989.
Guyton AC, John EH. 2007. Pernapasan, Ventilasi Paru. Dalam: Luqman YR,
Huriawati H, Andita N, Nanda W, penyunting. Buku Ajar Fisiologi
Kedokteran. Edisi ke-11. Jakarta: EGC. hlm. 495-552.
Palmer, P.E.S., Cockshott, W.P., Hegedus, V., dan Samuel, E. 1995. Petunjuk
Membaca Foto untuk Dokter Umum. EGC: Jakarta.

24
Sherwood L. 2001. Fisiologi Manusia;dari Sel ke Sistem. Edisi 2. Jakarta: EGC
Sutanto H, Raharjo B. B. Pengaruh Penggunaan Aturan Sistem Poin pada
Variasi
Tegangan Tabung Terhadap Nilai Densitas Radiograf Foto Thorax.
Jurusan Fisika, Fakultas Sains dan Matematika, Universitas Diponegoro,
Semarang. Vol. 4, No. 2, April 2015, Hal 159 – 164
Syahriah, Rasad. 2005. Radiologi Diagnostik Edisi 2. Jakarta: FKUI.Sherwood L.
2001. Fisiologi Manusia;dari Sel ke Sistem. Edisi 2. Jakarta: EGC

R. Joarder and N. Crundwell, Chest X-Ray in Clinical Practice. Springer Science


& Business Media, 2009

25
26

Anda mungkin juga menyukai