Anda di halaman 1dari 30

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tumor adalah kondisi pertumbuhan sel yang tidak normal sehingga

membentuk suatu lesi atau dalam banyak kasus membentuk benjolan di bagian tubuh

(Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2015). Salah satu tumor yang paling

sering dijumpai adalah tumor paru (Wilson, 2006). Menurut Kementerian Kesehatan

Indonesia, angka kejadian penyakit kanker di Indonesia (136.2/100.000 penduduk)

berada pada urutan 8 di Asia Tenggara, sedangkan di Asia urutan ke 23. Angka

kejadian tertinggi di Indonesia untuk laki laki adalah kanker paru yaitu sebesar 19,4

per 100.000 penduduk dengan rata-rata kematian 10,9 per 100.000 penduduk.

Sedangkan angka kejadian untuk perempuan yang tertinggi adalah kanker payudara

yaitu sebesar 42,1 per 100.000 penduduk dengan rata-rata kematian 17 per 100.000

penduduk.

Computed Tomography (CT) Scan merupakan salah satu sarana penunjang

penegakan diagnosa yang menggabungkan dari sinar-X dan komputer untuk

mendapatkan gambar atau citra berupa variasi irisan tubuh manusia. Sebagai alat

untuk menunjang penegakan diagnosa CT Scan diharapkan dapat memberikan

gambaran yang informatif, terutama informasi anatomis yang dikendaki (Seeram,

2009)

Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan penulis, untuk pemeriksaan

CT-Scan thoraks di Instalasi Radiologi RSUD Ir. Soekarno Sukoharjo termasuk

jarang ditemukan karena selama periode 30 September 2019 sampai 17 Oktober 2019

jumlah pemeriksaan CT scan thoraks hanya sebanyak 6 pasien yaitu 5 pasien laki-laki

dan 1 pasien perempuan diperiksa dengan kasus massa paru.


2

Berdasarkan hal tersebut, penulis ingin mengkaji lebih lanjut mengenai

prosedur pemeriksaan CT-Scan thorax di Instalasi Radiologi RSUD Ir. Soekarno

Kabupaten Sukoharjo dan mengangkatnya dalam bentuk laporan kasus dengan judul :

“PROSEDUR PEMERIKSAAN CT-SCAN THORAX POLOS PADA KASUS

MASSA TUMOR PARU DI INSTALASI RADIOLOGI RUMAH SAKIT UMUM

DAERAH IR. SOEKARNO KABUPATEN SUKOHARJO”.

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang yang penulis temui, dapat ditarik rumusan masalah yaitu

“Bagaimanakah prosedur pemeriksaan CT Scan thorax dengan klinis massa paru di

Instalasi Radiologi RSUD Ir. Soekarno Sukoharjo ?”

C. Tujuan Penulisan

Tujuan dari penulisan laporan kasus ini antara lain :

1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Praktek Kerja Lapangan (PKL) III di

Instalasi Radiologi RSUD Ir. Soekarno Kabupaten Sukoharjo.

2. Untuk mengetahui prosedur pemeriksaan CT-Scan thorax pada kasus massa

tumor paru di Instalasi Radiologi RSUD Ir. Soekarno Kabupaten Sukoharjo


3

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori

1. Anatomi Thorax

Thorax adalah rongga dalam tubuh yang terletak diantara leher dan thorax.

Thorax tersusun dari tulang dan jaringan lunak. Tulang yang membentuk dinding

thorax dalah sternum, costae dan cartilage costalis serta pars thoracica columna

vertebralis. Jaringan lunak yang membentuk dinding thorax adalah otot serta

pembuluh darah, terutama pembuluh darah interkostalis dan torakalis interna.

Dalam cavum thorax terdapat organ-organ yang vital bagi tubuh, yakni paru-paru,

jantung, dan aorta (pembuluh darah besar yang keluar dari jantung).

(Imelda,2014)

Rangka thorax tersusun atas tulang vertebra thoracal, sternum tulang iga

dan tulang rawan. Dua belas tulang vertebra membentuk bagian belakang dari

rongga thorax, bagian depan terdapat sternum yang berada pada bagian tengah

dari rongga thorax. Sternum sendiri terdiri atas tiga bagian yaitu manubrium,

badan sternum dan procesus xiphoideus.

Sisi samping dari rongga thorax tersusun atas dua belas tulang iga, yang

kesemuanya bersendi dengan vertebra thoracal pada bagian belakang. Rongga

thorax terbagi menjadi tiga bagian yaitu thoracic inlet, thoracic outlet dan dasar

thorax. Anatomi dari rangka thorax dapat ditunjukkan pada gambar 2.1.
4

Keterangan :
1. Scapula (Acromion, coracoid procesus, glenoid cavity)
2. Clavicula
3. True ribs (1-7)
4. Costale cartilage
5. False Ribs (8-12)
6. Floating Ribs (11-12)
7. Sternum (Jugular notch, Manubrium, Angle, Body, Xiphoid
Procesus)
Gambar 2.1 Rangka thorax (Netter, 2014)

Dasar thorax dibentuk oleh otot diafragma yang dipersarafi oleh nervus

freniku. Diafragma membentuk jalan aorta, vena cava inferior, dan esofagus.

2. Isi Rongga Thorax

Rongga thorax berisi sebagian organ-organ sistem respirasi (pernapasan)

dan jantung serta pembuluh darah besar yang keluar dari jantung. Rongga pleura

kiri dan kanan berisi paru-paru, sedangkan rongga mediastinum terletak di tengah

dada.

a. Paru-paru

Paru-paru adalah organ pada sistem respirasi (pernapasan) yang

terletak dalam rongga thorax. Fungsi paru-paru sebagai tempat pertukaran

oksigen dari udara dengan karbondioksida dari darah. Setiap paru berbentuk

kerucut dan memiliki apeks, yang meluas ke dalam leher sekitar 2,5 cm di

atas vicula, permukaan costo-vertebral, menempel pada bagian dalam


5

dinding dada, permukaan mediastinal, menempel pada pericardium dan

jantung, basis, yang terletak pada diafragma.

Paru kanan terbagi dari dua fisura menjadi tiga lobus, yaitu: superior,

medial, dan inferior. Paru kiri dibagi oleh sebuah fisura menjadi dua lobus,

yaitu: superior dan inferior. Paru kanan memiliki sepuluh segmen, paru kiri

memiliki sembilan segmen. Setiap segmen berbentuk baji dengan tepi yang

tipis pada hilus paru. Bronkiolus adalah salah satu cabang yang lebih kecil

dan tidak memiliki cartilage dalam dindingnya.

Duktus alveolaris merupakan cabang terkecil, yang di setiap ujungnya

terdapat sekelompok alveolus. Alveolus adalah kantong berdinding tipis yang

mengandung udara. Melalui seluruh dinding inilah terjadi pertukaran gas.

Hilus paru berada pada permukaan mediastinal. Struktur yang meninggalkan

hilus paru adalah bronkus dan cabang utama, arteria pulmonalis, vena

pulmonalis, pembuluh limfe, dan saraf.

Keterangan :
1. Trachea 7. Vena Pulmonary
2. Lobus Atas 8. Vena Cava Inferior
3. Vena Cava Superior 9. Jantung
4. Artery Pulmonary kanan 10. Lobus Bawah
5. Lobus Tengah 11. Artery Bronchus Kanan
6. Artery Bronchus kiri 12. Aorta

Gambar 2.2 Paru-paru dan struktur mediastinum (posterior view)


(Bontranger,2018)
6

b. Rongga pleura

Baik paru kanan maupun paru kiri bersebelahan dengan satu rongga

pleura dimana dibatasi oleh seros membrane atau pleura. Pleura dibagi dalam

dua bagian, yaitu pleura parietal dan pleura visceral. Rongga pleura biasanya

mengandung sejumlah kecil jaringan cairan, cairan pleura yang melapisi

permukaan dari pleura sehingga tidak terjadi gesekan. (Snell, 2012).

c. Bronchus

Trachea bercabang menjadi dua bagian utama yaitu bronchus kanan

dan bronchus kiri yang berada pada daerah setinggi vertebra thoracal 5.

Percabangan ini disebut dengan carina. Pada hilus, bronchus utama masuk ke

paru-paru dan bercabang lagi menjadi secondary bronchi, yang berhubungan

dengan lobus dari tiap paru. Percabangan bronchus berlanjut sampai pada

bagian yang paling kecil dari paru-paru yaitu alveoli (Snell, 2012).

d. Mediastinum

Mediastinum adalah rongga di antara paru-paru kanan dan kiri yang

berisi jantung, aorta dan arteri besar, pembuluh darah vena besar, trachea,

kelenjar timus, saraf, jaringan ikat, kelenjar getah bening dan salurannya.

Kelenjar thymus berbentuk segitiga yang terdapat pada bagian atas dari

mediastinum dan dibelakang manubrium. (Snell, 2012)

e. Jantung (Cor)

Jantung adalah organ muscular berongga yang bentuknya menyerupai

piramid atau jantung pisang, serta menjadi pusat sirkulasi darah ke seluruh

tubuh. Letaknya berada didalam rongga thorax pada bagian mediastinum.

Bagian-bagian jantung, yaitu:

1) Basis kordis
7

2) Apek kordis

3. Patologi Tumor Paru

Sebagian besar kanker paru-paru berasal dari sel-sel di dalam paru-paru,

tetapi kanker paru-paru bisa juga berasal dari kanker dibagian tubuh lainnya yang

menyebar ke paru-paru. Kanker paru-paru merupakan kanker yang paling sering

terjadi, baik pada pria maupun wanita. Kanker paru-paru juga merupakan

peneyebab utama dari kematian akibat kanker (Hasanudin, 2011).

Hampir semua tumor paru-paru primer berasal dari epitel bronchus.

Tumor paru-paru primer itu dapat digolongkan sebagai berikut:

a. Karsinoma bronkus

Merupakan tumor ganas yang paling banyak ditemukan pada pria. Tumor ini

mula-mula timbul pada daerah sekitar hilus paru-paru, yaitu dari trachea

bagian bawah dan bronchus cabang pertama, kedua dan ketiga. Alat tubuh

yang sering mejadi tempat anak sebar ialah kelenjar adrenal, hati, otak,

tulang dan ginjal.

b. Karsinoma Sel Alveolus

Tumor hampir terletak pada bagian perifer paru-paru. Merupakan tonjolan

atau kadang kadang merata seperti pneumonia.

c. Adenoma bronkus

Tumor biasanya tumbuh pada bronchus utama, merupakan tonjolan polipoid,

ukuran tidak melebihi 3-4 cm. Tumor dapat menonjol ke dalam lumen

menimbulka obstruksi atau menginfiltrasi jaringan peribronchial membentuk

lesi menyerupai kancing leher. Adenokarsinoma kanker khas dengan bentuk

formasi glandular dan kecenderungan kearah pembentukan konfigurasi

papilari. Tumor ini dapat berbentuk 2 macam:


8

a) Jenis karsinoid

b) Jenis silidromatosa

d. Tumor Mesenchym

Merupakan sarcoma yang dapat berasal dari jaringan ikat, otot polos, tulang

rawan atau jaringan limfoid

e. Tumor lain-lain

Hemartoma, kadang-kadang ditemukan secara kebetulan pada

pemeriksaan radiologi berupa „coin lesion‟ letaknya dibagian perifer paru-

paru, berukuran 3-4 cm, merupakan suatu anomaly perkembangan jadi bukan

neoplasma.

Tumor paru sekunder lebih sering ditemukan daripada tumor primer.

Tumor ganas dari tempat lain dapat mencapai paru-paru melalui penjalaran

langsung, pembuluh limfe atau pembuluh darah. Tumor ganas yang biasa

bermetastais ke paru-paru adalah osteosarcoma, choriocarcinoma, karsinoma

payudara dan melanocarcinoma (Himawan, 1973)

Kanker paru ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik,

pemeriksaan penunjang, dan pemeriksaan patologi anatomic. Foto thoraks

AP/lateral merupakan pemeriksaan awal untuk menilai pasien dengan

kecurigaan terkena kanker paru. Jika pada foto thoraks ditemukan lesi yang

dicurigai sebagai keganasan, maka pemeriksaan CT thoraks wajib dilakukan

untuk mengevalusi lesi tersebut (Syafruddin,2006)

B. Prinsip Dasar CT Scan

1. Komponen Dasar CT

Secara umum, semua CT Scan memiliki konsol computer, gantry, dan meja

pemeriksaan. (Thayalan, 2014)


9

a) Konsol untuk control operator

Ada 3 konsol dalam CT scan, satu untuk mengoperasikan sistem pencitraan,

satu untuk memposting gambar proses dan yang lain bagi dokter untuk

melihat gambar.

b) Komputer

Komputer digunakan untuk menyelesaikan lebih dari 250.000 persamaan

dengan bantuan prosesor mikroprosesor/array dan memiliki memori utama.

c) Gantry

Gantry CT Scan terdiri dari tabung sinar-X, kolimasi dan filtrasi, detektor

dan generator bertegangan tinggi.

d) Meja pemeriksaan

2. Parameter CT

a) Faktor eksposi

Faktor eksposi adalah faktor-faktor yang berpengaruh terhadap eksposi

meliputi kV, mA dan waktu eksposi (s), besarnya tegangan tabung dapat

dipilih secara otomatis pada tiap pemeriksaan. (Seeram, 2009)

b) Slice thickness

Slice thickness merupakan tebalnya irisan atau potongan dari obyek yang

diperiksa. Pada umumnya ukuran yang tebal akan menghasilkan gambaran

dengan detail yang rendah sebaliknya. Namun, semakin tipis irisan maka

akan semakin banyak noise yang terbentuk. (Bontranger, 2014)

c) Field of View

Field of View (FOV) berpengaruh pada dimensi fisik dan tiap pixel. Ukuran

dapat meningkatkan spasial resolusi maka pixel harus dikurangi. Hal ini bisa

dilakukan dengan cara menggunakan FOV yang lebih kecil (Seeram, 2009)
10

d) Matriks

Resolusi display ditentukan oleh jumlah pixel per dimensi horizontal, vertikal

dan matriks pada monitor. Semakin tinggi ukuran matriks maka semakin

tinggi spasial resolusi yang ditampilkan (Seeram, 2009).

e) Pitch

Pitch merupakan pergerakan meja pasien per rotasi dibagi slice thickness.

Pitch berpengaruh pada kualitas dan volume gambaran. (Seeram, 2009)

f) Rekonstruksi algoritma

Bentuk dari filter kernel berpengaruh langsung terhadap spasial resolusi.

g) CT Number

CT number dalah perhitungan komputer dengan menentukan derajat atenuasi

setiap voxel, lalu nilai ini akan dikonversi skala numerik, nilai ini

mempunyai satuan Hounsfield Unit (HU).

Tipe Jaringan Nilai CT (HU) Penampakan

Tulang +1000 Putih

Otot +50 Abu-abu

Materi putih +45 Abu-abu menyala

Materi abu-abu +40 Abu-abu

Darah +20 Abu-abu*

CSF +15 Abu-abu

Air 0 (basis)

Lemak -100 Abu-abu gelap ke hitam

Paru -200 Abu-abu gelap ke hitam

Udara -1000 Hitam

Tabel 2.1 Nilai CT Number (Bontranger,2014)


11

h) Windowing

Citra CT Scan direkonstruksi menggunakan data yang ditangkap oleh

detektor yang berupa data numerik. Data ini berisi informasi derajat abu-abu

yang nantinya akan ditampilkan untuk dinilai oleh radiolog. (Merril, 2016)

i) Rekonstruksi increment

Rekonstruksi increment merupakan jarak antara citra-citra terekonstruksi

pada arah-z yang menjelaskan mengenai derajat tumpukan antara citra-citra

axial.

C. Prosedur Pemeriksaan CT Thorax

1. Pengertian

Pemeriksaan CT Scan thorax difokuskan pada organ thorax yang dibatasi apex

bagian atas dan mediastinum dibagian bawah. (Bontranger, 2014)

2. Indikasi Pemeriksaan CT Scan thorax menurut Neseth, 2000 adalah sebagai

berikut :

a. Membedakan nodul paru dari pembuluh darah

b. Mendeteksi metastase pada paru

c. Mendifinisi cairan pleura

d. Mengevaluasi aenurisma aorta

e. Evaluasi abses pada thoracal

3. Persiapan Alat dan Bahan (Seeram, 2009)

Alat dan bahan yang digunakan untuk pemeriksaan CT scan thorax yaitu :

a. Pesawat CT-scan

b. Tabung oksigen

c. Lead apron

d. Standar infus
12

e. Selimut tebal

f. Straps

4. Persiapan pemeriksaan

Bantalan dan straps digunakan untuk meminimalisir artefak dari gerakan pasien

ataupun meja pemeriksaan. Bantalan diletakkan dibawah lutut, selain untuk

kenyamanan pasien juga untuk meratakan punggung belakang sehingga bisa

menempel rata dengan meja pemeriksaan sehingga bisa mengurangi pergerakan

dari pasien.

5. Teknik Pemeriksaan CT scan thorax

a. Posisi pasien

Pasien diposisikan supine dengan head first pada meja pemeriksaan dengan

MSP tubuh pasien parallel dengan lampu longitudinal. Mid Coronal Plane

pasien memotong tepat pada pertengahan lampu horizontal dari gantry.

Lengan pasien harus berada diatas kepala. (Nesseth, 2000)

b. Posisi Obyek

Pasien diposisikan sehingga Mid Sagital Plane (MSP) sejajar dengan lampu

indikator longitudinal dan Mid Coronal Plane (MCP) sejajar dengan lampu

indikator horizontal. Lengan diposisikan senyaman mungkin diatas kepala.

6. Prosedur pemeriksaan

Pasien melepaskan aksesoris atau benda logam untulk menghindari artefak,

menjelaskan instruksi-instruksi yang menyangkut posisi pasien dan prosedur

pemeriksaan harus diketahui dengan jelas terutama jika pemeriksaan dengan

menggunakan media kontras. Pasien difiksasi untuk menghindari gerakan pasien

selama pemeriksaan berlangsung. Pasien dilatih untuk menahan nafas selama

beberapa detik. Kemudian dilakukan pengambilan topogram atau scanogram


13

dengan posisi antero posterior (AP). Topogram dibuat dari atas apex sampai

dengan diafragma. Topogram dimaksudkan sebagai acuan untuk menentukan

posisi awal dan akhir dari scanning yang akan dibuat (Bontrager,2014)

Gambar 2.3. Scanogram CT scan thorax (Bontranger,2014)

Scan parameter scanogram pemeriksaan MSCT thoraks adalah seperti tercantum

pada tabel dibawah ini :

1 Scanogram Thorax AP

2 Range Apex paru-paru sampai adrenal gland

3 FOV 30-50 cm

4 Slice Thickness 5-10 mm

5 Gantry Tilt Gantry tidak perlu dimiringkan

Tabel 2.2. Parameter scanogram CT thoraks polos


14

BB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Profil Kasus

1. Paparan Kasus

Untuk memberikan gambaran yang jelas dari hasil pengamatan penulis selama

praktek di Instalasi Radiologi RSUD Ir. Soekarno Kabupaten Sukoharjo, maka

penulis akan menyajikan identifikasi pasien dalam tinjauan kasus ini yang

diperoleh dari formulir permintaan foto radiograf yang telah ada.

2. Identitas Pasien

Nama : Tn S

Umur : 41 tahun

Jenis kelamin : Laki-laki

Alamat : Tegal, Mlati, Sukoharjo

No. RM : 0040XXXX

Tanggal Pemeriksaan : 14 Oktober 2019

Poliklinik : Poliklinik Paru

Dokter Pengirim : dr. Ratna

Diagnosa : Massa tumor paru kiri

3. Riwayat Pasien

Berdasarkan dari dokumentasi rekam medis, bahwa pada hari Senin tanggal 14

Oktober 2019 pasien bernama Tn. S berusia 41 tahun datang berobat ke poliklinik

paru RSUD Ir. Soekarno Kabupaten Sukoharjo dengan keluhan nyeri dada kiri

atas kurang lebih 3 bulan. Pasien datang ke Instalasi Radiologi RSUD Ir.

Soekarno Kabupaten Sukoharjo dengan membawa surat permintaan foto sinar-X

yaitu pemeriksaan CT scan thoraks untuk penegakan diagnosa.


15

4. Prosedur pemeriksaan

a. Persiapan alat dan bahan

Alat dan bahan yang digunakan untuk melakukan pemeriksaan CT-Scan

abdomen di Instalasi Radiologi RSUD Ir. Soekarno Kabupaten Sukoharjo

antara lain sebagai berikut:

1) Pesawat CT scan multi slice dengan spesifikasi

Merk : Hitachi Eclos 16 CT-Scan (Varian)

Tipe : GS4570A

Nomer Seri : KB11727101

Kondisi Maksimum : 120 kV/400 mA

Kondisi : Baik

Gambar 3.1 Pesawat CT Scan Hitachi Eclos


2) Monitor, keyboard, CPU, control panel

3) Alat fiksasi seperti head holder, head clam, dan body clamp

4) Selimut

5) Printer Carestream 5950B Laser Image

6) Film ukuran 14 X 17 inch


16

b. Persiapan pasien

1) Sebelum pemeriksaan dilakukan, keluarga pasien mendaftar di bagian

administrasi dan menandatangani informed consent untuk dilakukan

tindakan pemeriksaan CT scan setelah diedukasi mengenai tindakan

pemeriksaan dan dosis radiasi yang akan terima pasien. Apabila

pemeriksaan akan dilakukan menggunakan kontras, pasien diminta untuk

melakukan persiapan sebagai berikut :

a) Melakukan pemeriksaan Laboratorium Ureum dan Creatinin sehari

sebelumnya

b) Pasien ke Instalasi Radiologi dengan membawa hasil Laboratorium

untuk program pemeriksaan.

c) Petugas radiologi memberikan lembar inform consent kepada

keluarga atau pasien yang bersangkutan untu diisi

d) Pasien puasa minimal 4 jam sebelum pemeriksaan.

2) Radiografer memanggil pasien dan memverifikasi identitas pasien yaitu

nama pasien dan tanggal lahir atau umur. Setelah identitas pasien benar,

radiografer melakukan anamnesa singkat kepada pasien.

3) Meminta keluarga yang tidak berkepentingan untuk menunggu di luar

ruang pemeriksaan dan menutup pintu ruang pemeriksaa

4) Memastikan tidak ada benda logam yang akan menimbulkan artefak

pada organ yang diperiksa.

5) Mempersilakan pasien tidur supine di meja pemeriksaan dan memberi

selimut untuk kenyamanan pasien.


17

6) Radiografer memberikan penjelasan singkat mengenai prosedur

pemeriksaan dan meminta pasien untuk mengikuti instruksi tarik napas

dan tahan yang diberikan lewat speaker.

c. Teknik pemeriksaan

1) Posisi pasien

Pasien supine di atas meja pemeriksaan dengan posisi head first dan

kedua tangan berada di atas kepala lalu pasien diselimuti dan dipasang

alat fiksasi (straps) pada tubuh pasien

Gambar 3.2 Posisi pasien Tn. S


2) Posisi obyek

Mid sagittal plane (MSP) diatur sejajar dengan lampu indikator

longitudinal dan mid coronal plane sejajar dengan lampu indicator

horizontal. Batas atas apex dan batas bawah diafragma.

3) Proses pemeriksaan

Proses scanning pemeriksaan CT scan thoraks polos dengan kasus massa

tumor paru di Instalasi Radiologi RSUD Ir. Soekarno Kabupaten

Sukoharjo adalah sebagai berikut :

a) Memilih “registration” pada monitor kemudian memasukan data

pasien, kemudian memilih protocol CT scan thoraks pada menu


18

“RSUD Sukoharjo” kemudian pilih Chest NC, kemudian klik

“procced” lalu “confirm” untuk membuat scanogram

b) Memberi aba-aba tarik napas dan tahan pada pasien lewat speaker,

kemudian menekan tombol “start” jika sudah berkedip untuk

memulai scanogram.

c) Setelah muncul scanogram, radiografer mengatur range area scan

thoraks dengan batas atas apex hingga diafragma kemudian klik

“confirm”

d) Menekan tombol “MOVE” jika tombol sudah berkedip untuk

memasukan pasien ke gantry, tunggu hingga tombol “START”

berkedip kemudian setelah instruksi tarik napas dan tahan tekan

tombol “START” untk memulai scanning

e) Setelah scanning selesai, petugas memeriksa kembali hasil scanning

ada atau tidak image yang blur dan terdapat artefak. Memilih “End

Exam” untuk mengakhiri proses pemeriksaan.

f) Menururnkan pasien dari meja pemeriksaan dengan menekan

tombol “OUT” dan “DOWN” dan melepaskan body straps yang

terpasang.

g) Petugas membukakan pintu dan meminta pasien untuk menunggu

hasil CT scan di ruang tunggu radiologi.

4) Scan Parameter

Scan parameter scannogram dan scanning pemeriksaan CT scan thoraks

pada kasus massa tumor paru di Instalasi Radiologi RSUD Ir. Soekarno

Kabupaten Sukoharjo adalah sebagai berikut :


19

Parameter scanogram Parameter scanning

Scanogram mode PA kV, mAs 120kV,180mAs

kV 100 kV FOV 350

mA 25 mAs No. of Scan 11

Scanogram length 350mm No. of Image 52 image

Upper WW & WL 350 dan 170 Delay Seq 8 s

Lower WW & WL 300 dan 150 Thickness 5.0 mm

- - Scan time 19 s

Tabel. 3.1 Parameter scanogram dan scanning CT thorax pasien Tn S

Gambar 3.3 Hasil scanogram pasien Tn. S

5) Proses editing dan filming

Setelah proses scanning selesai, langkah selanjutnya adalah

melakukan proses rekonstruksi. Pada folder pasien akan muncul 4 folder

raw data yang akan direkontruksi. Kemudian klik dua kali pada folder

dengan keterangan “MPR MED” untuk dibuat potongan axial dan

potongan koronal. Proses selanjutnya adalah editing data rekontruksi


20

dengan format Multi Planar Recontruction (MPR), yaitu merekonstruksi

hasil scan dengan mengatur slice thickness, slice pitch, method dan FOV

untuk mendapatkan potongan axial dan koronal sesuai yang diinginkan.

Berikut pengaturan thickness, slice pitch, WW-WL, method, window,

jumlah image pada potongan axial dan potongan koronal :

Jenis pengaturan Potongan Axial Potongan Koronal

Slicethickness 20 mm 10 mm

Slice pitch 20.5 10

FOV 393 393

Method Wighted Wighted

Window Mediastinum WW 350;WL +20 WW 350;WL +20

Window Lung WW 1500;WL-650 WW 1500;WL-650

Tabel 3.2 Pengaturan MPR potongan aksial dan koronal pasien Tn.S

Setiap selesai membuat potongan axial dan potongan coronal klik

save untuk menyimpan hasil rekonstruksi. Pada pemeriksaan CT scan

thoraks dibuat dua window yaitu window mediastinum dan window lung.

Pengaturan window mediastinum diatur saat proses editing menggunakan

menu MPR.

Proses selanjutnya adalah pemberian Region of Interest (ROI)

pada bagian yang tampak kelainan ataupun patologis dengan cara

memblok folder potongan axial dan coronal hasil rekonstruksi kemudian

memilih “Film preview” untuk melakukan ROI pada iamge slice ke 2

dan 3 pada potongan axial dan ROI slice image ke 8 dan 9 pada

potongan koronal.
21

Setelah ROI selesai, klik “Filming” dan pilih jumlah layout 30

(6X5) portrait menggunakan printer 5950B Laser Imager. Saat proses

filming dengan pengaturan window mediastinum sudah selesai,

radiografer mengganti pengaturan window mediastinum menjadi window

lung sebelum dicetak.

6) Hasil Filming

Hasil gambar radiograf CT-scan thorax potongan axial dan potongan

coronal dengan kasus massa tumor paru terhadap pasien Tn. S sebagi

berikut :

(a) Window Mediastinum (b) Window Lung

Gambar 3.4 Hasil filming CT scan thoraks Tn. S. (a) window


mediastinum, (b) window lung

7) Hasil bacaan dokter Radiologi

Dilakukan pemeriksaan CT scan thoraks, potongan aksial dan koronal

adalah sebagai berikut :

a) Tampak massa isodens, HU = +/- 27-37, batas tegas, tepi tak regular

pada cranial posterior Lobus Superior Pulmo Kiri

b) Pulmo Kanan : Tidak tampak kelainan


22

c) Mediastinum dan Cor : Tidak tampak kelainan

d) Stelah pemberian kontras tidak terlihat enchancement kontras pada

masa tersebut

e) Kesan : Tumor pada cranial posterior pulmo kiri

B. Pembahasan

Berdasarkan hasil diatas dapat dikatakan bahwa prosedur pemeriksaan CT

Scan thorak pada kasus massa tumor paru di Instalasi Radiologi RSUD Ir. Soekarno

Kabupaten Sukoharjo meliputi persiapan pasien, positioning, pengaturan parameter

scanning, proses scanning, post prosesing gambar dan filming.

Prosedur pemeriksaan scan thorak yang dilakukan oleh radiografer di Instalasi

Radiologi RSUD Ir. Soekarno Kabupaten Sukoharjo pada Tn. S yang pertama yaitu

verifikasi identitas pasien meliputi nama dan tanggal lahir agar tidak terjadi

kekeliruan dalam melakukan tindakan pemeriksaan kepada pasien.

Prosedur persiapan pasien di Instalasi Radiologi RSUD Ir. Soekarno

Kabupaten Sukoharjo meliputi penandatangan inform consent apabila pasien

menyetujui tindakan. Seharusnya penjelasan informed consenti dilakukan oleh dokter

spesialis radiologi.

Prosedur pemeriksaan selanjutnya adalah memanggil pasien dan

memverifikasi identitas pasien dengan menanyakan nama dan tanggal lahir atau umur.

Jika identitas sudah benar, selanjutnya memastikan tidak ada logam di baju pasien

supaya tidak mengganggu gambar scan karena artefak. Setelah itu, petugas

menganamnesa singkat pasien mengenai keluhan yang dirasakan.

Setelah radiografer memberi instruksi kepada pasien supaya mengikuti

instruksi speaker yaitu tarik napas dan tahan. Hal ini dilakukan karena tidak semua
23

pasien sudah mengerti mengenai prosedur pemeriksaan CT thoraks. Seharusnya

radiografer tidak hanya meminta pasien untuk mengikuti instruksi tetapi latihan

langsung pada pasien sesaat sebelum pemeriksaan untuk mengetahui pasien mengerti

atau tidak.

Posisi pasien di Instalasi Radiologi RSUD Ir. Soekarno Kabupaten Sukoharjo

adalah supine di atas meja pemeriksaan. Posisi obyek pada pemeriksaan CT scan

thoraks di Instalasi Radiologi RSUD Ir. Soekarno Kabupaten Sukoharjo yaitu

meletakan kepala di head holder, mengatur MSP tubuh sejajar dengan lampu indicator

longitudinal dan lampu indicator horizontal sejajar dengan Mid coronal plane supaya

objek tidak terpotong saat scan. Kemudian mengatur batas atas mencakup apeks dan

batas bawah mencakup diafragma dengan sinus costoplenikus tidak terpotong.

Scanning CT scan thoraks di Instalasi Radiologi RSUD Ir. Soekarno

Kabupaten Sukoharjo menggunakan satu range sama seperti di teori. Pada proses

rekontruksi, radiografer di RSUD Ir. Soekarno Kabupaten Sukoharjo kepada Tn. S

menggunakan MPR untuk mendapatkan potongan axial dan potongan koronal

menggunakan window Mediastinum. Pengaturan number of image pada masing-

masing potongan adalah 14 image. Pengaturan slice thickness untuk potongan axial

yaitu 20 mm dengan slice pitch 20.5 dan untuk potong koronal yaitu 10 mm dengan

slice pitch 10. Slice thickness dan slice pitch potongan axial lebih besar daripada

ptongan koronal karena luas ataupun tebal objek pada potongan axial lebih besar

daripada potongan coronal.

Pada pemeriksaan CT scan thoraks polos di Instalasi Radiologi RSUD Ir.

Soekarno Kabupaten Sukoharjo menggunakan window Mediastinum dan window

lung. Pemilihan window mediastinum diatur saat proses editing di menu MPR dengan

memilih tulisan “Med” dibawah pengaturan Window Width dan Window Level.
24

Sedangkan pemilihan Window Lung dilakukan saat proses filming yaitu setelah film

dengan window mediastinum sudah tercetak, kemudian radiografer mengubah

pengaturan window mediastinum menjadi window lung dengan memilih “Lung” yang

terletak dibawah tampilan layout film disamping pengaturan window width dan

window level. Secara otomatis makan layout yang berisi potongan axial dan potongan

koronal dengan window mediastinum akan berubah menjadi window lung.

Pada proses filming CT scan thoraks di Instalasi Radiologi RSUD Ir. Soekarno

Kabupaten Sukoharjo kepada Tn. S dilakukan ROI pada slice image ke 2 potongan

axial dengan nilai HU + 32.4 dan slice image ke 3 dengan nilai HU + 27.2. Pada

potongan koronal, ROI dilakukan pada slice image ke 8 dengan nilai HU + 24.8 dan

slice image ke 9 dengan nilai HU + 19.4 untuk titik A dan HU +32.7 untuk titik B

dimana menurut hasil bacaan dokter untuk rentang nilai HU +/- 27-32 merupakan

massa. ROI dilakukan pada potongan axial dan koronal pada window mediastinum

dan window lung pada slice image yang sama. Pada image slice ke 2 potongan axial,

nilai HU yang terukur sebesar +32.2 dan slice image ke 3, nilai HU yang terukur

sebesar +27.2 sedangkan pada potongan koronal, pada image slice ke 8, nilai HU

yang terukur sebesar +32.0, sedangkan slice image ke 9 niali HU yang terukur sebesar

+35.9 untuk titik A dan +29.1 untuk titik B. Seharusnya pada pemeriksaan CT scan

thorax dengan massa tumor paru tidak hanya dilakukan pemberian saja tetapi

dilakukan juga pengukuran luas massa tumor paru baik pada potongan aksial maupun

potongan koronal.
25

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan pada Bab III, penulis dapat menyimpulkan

bahwa prosedur Pemeriksaan CT Scan thorak pada kasus massa paru di Instalasi

Radiologi RSUD Ir. Soekarno Kabupaten Sukoharjo menggunakan pesawat CT Scan

dengan pemeriksaan scan thorax polos meliputi persiapan pasien, positioning,

pengaturan parameter scanning, proses scanning, post prosesing gambar dan filming.

Teknik pemeriksaan CT-Scan thoraks polos di Instalasi Radiologi RSUD Ir.

Soekarno Kabupaten Sukoharjo dengan kasus massa tumor paru dilakukan tanpa

persiapan khusus dan dengan persiapan apabila menggunakan media kontras.

Keluarga pasien atau pasien yang bersangkutan diminta untuk menandatangani

informed concent sebagai tanda persetujuan dilakukannya tindakan CT-Scan thoraks.

Persiapan alat dan bahan menggunakan pesawat CT-Scan, peralatan work

station, alat fiksasi, selimut, film dan printer. Posisi pasien supine dengan orientasi

pasien head first dan posisi objek mengatur MSP tubuh sejajar dengan lampu

indikator longitudinal dan mengatur ketinggian meja pemeriksaan sejajar MCP. Batas

atas scanning diatur mencakup hingga diafragma dengan sinus costoprenikus tidak

terpotong.

Langkah selanjutnya adalah mengisi data pasien pada menu registrasi pasien

dan memilih protokol scan yaitu parameter chest nc atau non contrast dari menu

RSUD Sukoharjo untuk melakukan scanogram dan scanning dengan range apex

hingga diafragma. Setelah proses rekonstruksi selesai maka hasil scan dapat dibuat

potongan aksial dan koronal dengan menggunakan menu Multi Planar Reconstruction

(MPR) dengan Window Mediastinum dan Window Lung. Pemberian ROI dilakukan
26

sebelum filming. Tahap akhir adalah filming yaitu menyusun hasil citra kedalam

layout film 30 (5X6) untuk kemudian dicetak dengan ukuran film 14X17 inch.

B. Saran

Dalam pemeriksaan CT scan thoraks ataupun CT scan lain sebaiknya petugas

yang melakukan pemeriksaan memastikan pintu ruang pemeriksaan sudah terkunci

dengan benar. Dalam proses filming pemeriksaan CT scan thoraks di Instalasi

Radologi RSUD Kabupaten Sukoharjo hanya melakukan ROI pada slice image yang

diduga merupakan patologis. Penulis menyarankan untuk melakukan pengukuran luas

massa pada pemeriksaan CT scan thoraks dengan kasus massa jika memungkinkan.
27

DAFTAR PUSTAKA

Bontrager, Kenneth L. 2014. Textbook of Radiographic Positioning and Related Anatomy.


Missouri : Mosby, Inc.

Ballinger, Phillip; Eugene Frank. 2003. Merrill’s Atlas of Radiographic Positions &
Radiologic Procedures 10th Edition Volume 1. St. Louis, Missouri: Mosby.

Arifin.2019.Prosedur Pemeriksaan CT Scan Thoraks Pada Kasus Ca Paru Di Instalasi


Radiologi RSUD Arjawinangun Kabupaten Cirebon.Semarang:Prodi DIV Teknik
Radiodiagnostik dan radioterapi Semarang Poltekkes Kemenkas Semarang.

Herdo Suprayogo.2019.Prosedur Pemeriksaan CT Scan Thorax Biopsy Pada Kasus Tumor


Paru Di Instalasi Radiologi RSMC Telogorejo.Semarang:Prodi DIV Teknik
Radiodiagnostik dan radioterapi Semarang Poltekkes Kemenkas Semarang.

Sobotta.2013.Atlas of Human Anatomy.Urban & Fischer:Germany

Syaifuddin (2012). Anatomi Fisiologi untuk Keperawatan dan Kebidanan Edisi 4. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Pearce, E.C. (2007). Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka
Umum.
28

LAMPIRAN

Lampiran 1

Formulir Permintaan CT Scan Pasien Tn. S


29

Lampiran 2

Hasil Bacaan Dokter


30

Lampiran 3

Informed Consent Pemeriksaan CT scan thoraks pasien Tn. S

Anda mungkin juga menyukai