BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
membentuk suatu lesi atau dalam banyak kasus membentuk benjolan di bagian tubuh
(Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2015). Salah satu tumor yang paling
sering dijumpai adalah tumor paru (Wilson, 2006). Menurut Kementerian Kesehatan
berada pada urutan 8 di Asia Tenggara, sedangkan di Asia urutan ke 23. Angka
kejadian tertinggi di Indonesia untuk laki laki adalah kanker paru yaitu sebesar 19,4
per 100.000 penduduk dengan rata-rata kematian 10,9 per 100.000 penduduk.
Sedangkan angka kejadian untuk perempuan yang tertinggi adalah kanker payudara
yaitu sebesar 42,1 per 100.000 penduduk dengan rata-rata kematian 17 per 100.000
penduduk.
mendapatkan gambar atau citra berupa variasi irisan tubuh manusia. Sebagai alat
2009)
jarang ditemukan karena selama periode 30 September 2019 sampai 17 Oktober 2019
jumlah pemeriksaan CT scan thoraks hanya sebanyak 6 pasien yaitu 5 pasien laki-laki
Kabupaten Sukoharjo dan mengangkatnya dalam bentuk laporan kasus dengan judul :
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang penulis temui, dapat ditarik rumusan masalah yaitu
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Praktek Kerja Lapangan (PKL) III di
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori
1. Anatomi Thorax
Thorax adalah rongga dalam tubuh yang terletak diantara leher dan thorax.
Thorax tersusun dari tulang dan jaringan lunak. Tulang yang membentuk dinding
thorax dalah sternum, costae dan cartilage costalis serta pars thoracica columna
vertebralis. Jaringan lunak yang membentuk dinding thorax adalah otot serta
Dalam cavum thorax terdapat organ-organ yang vital bagi tubuh, yakni paru-paru,
jantung, dan aorta (pembuluh darah besar yang keluar dari jantung).
(Imelda,2014)
Rangka thorax tersusun atas tulang vertebra thoracal, sternum tulang iga
dan tulang rawan. Dua belas tulang vertebra membentuk bagian belakang dari
rongga thorax, bagian depan terdapat sternum yang berada pada bagian tengah
dari rongga thorax. Sternum sendiri terdiri atas tiga bagian yaitu manubrium,
Sisi samping dari rongga thorax tersusun atas dua belas tulang iga, yang
thorax terbagi menjadi tiga bagian yaitu thoracic inlet, thoracic outlet dan dasar
thorax. Anatomi dari rangka thorax dapat ditunjukkan pada gambar 2.1.
4
Keterangan :
1. Scapula (Acromion, coracoid procesus, glenoid cavity)
2. Clavicula
3. True ribs (1-7)
4. Costale cartilage
5. False Ribs (8-12)
6. Floating Ribs (11-12)
7. Sternum (Jugular notch, Manubrium, Angle, Body, Xiphoid
Procesus)
Gambar 2.1 Rangka thorax (Netter, 2014)
Dasar thorax dibentuk oleh otot diafragma yang dipersarafi oleh nervus
freniku. Diafragma membentuk jalan aorta, vena cava inferior, dan esofagus.
dan jantung serta pembuluh darah besar yang keluar dari jantung. Rongga pleura
kiri dan kanan berisi paru-paru, sedangkan rongga mediastinum terletak di tengah
dada.
a. Paru-paru
oksigen dari udara dengan karbondioksida dari darah. Setiap paru berbentuk
kerucut dan memiliki apeks, yang meluas ke dalam leher sekitar 2,5 cm di
Paru kanan terbagi dari dua fisura menjadi tiga lobus, yaitu: superior,
medial, dan inferior. Paru kiri dibagi oleh sebuah fisura menjadi dua lobus,
yaitu: superior dan inferior. Paru kanan memiliki sepuluh segmen, paru kiri
memiliki sembilan segmen. Setiap segmen berbentuk baji dengan tepi yang
tipis pada hilus paru. Bronkiolus adalah salah satu cabang yang lebih kecil
hilus paru adalah bronkus dan cabang utama, arteria pulmonalis, vena
Keterangan :
1. Trachea 7. Vena Pulmonary
2. Lobus Atas 8. Vena Cava Inferior
3. Vena Cava Superior 9. Jantung
4. Artery Pulmonary kanan 10. Lobus Bawah
5. Lobus Tengah 11. Artery Bronchus Kanan
6. Artery Bronchus kiri 12. Aorta
b. Rongga pleura
Baik paru kanan maupun paru kiri bersebelahan dengan satu rongga
pleura dimana dibatasi oleh seros membrane atau pleura. Pleura dibagi dalam
dua bagian, yaitu pleura parietal dan pleura visceral. Rongga pleura biasanya
c. Bronchus
dan bronchus kiri yang berada pada daerah setinggi vertebra thoracal 5.
Percabangan ini disebut dengan carina. Pada hilus, bronchus utama masuk ke
dengan lobus dari tiap paru. Percabangan bronchus berlanjut sampai pada
bagian yang paling kecil dari paru-paru yaitu alveoli (Snell, 2012).
d. Mediastinum
berisi jantung, aorta dan arteri besar, pembuluh darah vena besar, trachea,
kelenjar timus, saraf, jaringan ikat, kelenjar getah bening dan salurannya.
Kelenjar thymus berbentuk segitiga yang terdapat pada bagian atas dari
e. Jantung (Cor)
piramid atau jantung pisang, serta menjadi pusat sirkulasi darah ke seluruh
1) Basis kordis
7
2) Apek kordis
tetapi kanker paru-paru bisa juga berasal dari kanker dibagian tubuh lainnya yang
terjadi, baik pada pria maupun wanita. Kanker paru-paru juga merupakan
a. Karsinoma bronkus
Merupakan tumor ganas yang paling banyak ditemukan pada pria. Tumor ini
mula-mula timbul pada daerah sekitar hilus paru-paru, yaitu dari trachea
bagian bawah dan bronchus cabang pertama, kedua dan ketiga. Alat tubuh
yang sering mejadi tempat anak sebar ialah kelenjar adrenal, hati, otak,
c. Adenoma bronkus
ukuran tidak melebihi 3-4 cm. Tumor dapat menonjol ke dalam lumen
a) Jenis karsinoid
b) Jenis silidromatosa
d. Tumor Mesenchym
Merupakan sarcoma yang dapat berasal dari jaringan ikat, otot polos, tulang
e. Tumor lain-lain
paru, berukuran 3-4 cm, merupakan suatu anomaly perkembangan jadi bukan
neoplasma.
Tumor ganas dari tempat lain dapat mencapai paru-paru melalui penjalaran
langsung, pembuluh limfe atau pembuluh darah. Tumor ganas yang biasa
kecurigaan terkena kanker paru. Jika pada foto thoraks ditemukan lesi yang
1. Komponen Dasar CT
Secara umum, semua CT Scan memiliki konsol computer, gantry, dan meja
satu untuk memposting gambar proses dan yang lain bagi dokter untuk
melihat gambar.
b) Komputer
c) Gantry
Gantry CT Scan terdiri dari tabung sinar-X, kolimasi dan filtrasi, detektor
d) Meja pemeriksaan
2. Parameter CT
a) Faktor eksposi
meliputi kV, mA dan waktu eksposi (s), besarnya tegangan tabung dapat
b) Slice thickness
Slice thickness merupakan tebalnya irisan atau potongan dari obyek yang
dengan detail yang rendah sebaliknya. Namun, semakin tipis irisan maka
c) Field of View
Field of View (FOV) berpengaruh pada dimensi fisik dan tiap pixel. Ukuran
dapat meningkatkan spasial resolusi maka pixel harus dikurangi. Hal ini bisa
dilakukan dengan cara menggunakan FOV yang lebih kecil (Seeram, 2009)
10
d) Matriks
Resolusi display ditentukan oleh jumlah pixel per dimensi horizontal, vertikal
dan matriks pada monitor. Semakin tinggi ukuran matriks maka semakin
e) Pitch
Pitch merupakan pergerakan meja pasien per rotasi dibagi slice thickness.
f) Rekonstruksi algoritma
g) CT Number
setiap voxel, lalu nilai ini akan dikonversi skala numerik, nilai ini
Air 0 (basis)
h) Windowing
detektor yang berupa data numerik. Data ini berisi informasi derajat abu-abu
yang nantinya akan ditampilkan untuk dinilai oleh radiolog. (Merril, 2016)
i) Rekonstruksi increment
axial.
1. Pengertian
Pemeriksaan CT Scan thorax difokuskan pada organ thorax yang dibatasi apex
berikut :
Alat dan bahan yang digunakan untuk pemeriksaan CT scan thorax yaitu :
a. Pesawat CT-scan
b. Tabung oksigen
c. Lead apron
d. Standar infus
12
e. Selimut tebal
f. Straps
4. Persiapan pemeriksaan
Bantalan dan straps digunakan untuk meminimalisir artefak dari gerakan pasien
dari pasien.
a. Posisi pasien
Pasien diposisikan supine dengan head first pada meja pemeriksaan dengan
MSP tubuh pasien parallel dengan lampu longitudinal. Mid Coronal Plane
b. Posisi Obyek
Pasien diposisikan sehingga Mid Sagital Plane (MSP) sejajar dengan lampu
indikator longitudinal dan Mid Coronal Plane (MCP) sejajar dengan lampu
6. Prosedur pemeriksaan
dengan posisi antero posterior (AP). Topogram dibuat dari atas apex sampai
posisi awal dan akhir dari scanning yang akan dibuat (Bontrager,2014)
1 Scanogram Thorax AP
3 FOV 30-50 cm
BB III
A. Profil Kasus
1. Paparan Kasus
Untuk memberikan gambaran yang jelas dari hasil pengamatan penulis selama
penulis akan menyajikan identifikasi pasien dalam tinjauan kasus ini yang
2. Identitas Pasien
Nama : Tn S
Umur : 41 tahun
No. RM : 0040XXXX
3. Riwayat Pasien
Berdasarkan dari dokumentasi rekam medis, bahwa pada hari Senin tanggal 14
Oktober 2019 pasien bernama Tn. S berusia 41 tahun datang berobat ke poliklinik
paru RSUD Ir. Soekarno Kabupaten Sukoharjo dengan keluhan nyeri dada kiri
atas kurang lebih 3 bulan. Pasien datang ke Instalasi Radiologi RSUD Ir.
4. Prosedur pemeriksaan
Tipe : GS4570A
Kondisi : Baik
3) Alat fiksasi seperti head holder, head clam, dan body clamp
4) Selimut
b. Persiapan pasien
sebelumnya
nama pasien dan tanggal lahir atau umur. Setelah identitas pasien benar,
c. Teknik pemeriksaan
1) Posisi pasien
Pasien supine di atas meja pemeriksaan dengan posisi head first dan
kedua tangan berada di atas kepala lalu pasien diselimuti dan dipasang
3) Proses pemeriksaan
b) Memberi aba-aba tarik napas dan tahan pada pasien lewat speaker,
memulai scanogram.
“confirm”
ada atau tidak image yang blur dan terdapat artefak. Memilih “End
terpasang.
4) Scan Parameter
pada kasus massa tumor paru di Instalasi Radiologi RSUD Ir. Soekarno
- - Scan time 19 s
raw data yang akan direkontruksi. Kemudian klik dua kali pada folder
hasil scan dengan mengatur slice thickness, slice pitch, method dan FOV
Slicethickness 20 mm 10 mm
Tabel 3.2 Pengaturan MPR potongan aksial dan koronal pasien Tn.S
thoraks dibuat dua window yaitu window mediastinum dan window lung.
menu MPR.
dan 3 pada potongan axial dan ROI slice image ke 8 dan 9 pada
potongan koronal.
21
6) Hasil Filming
coronal dengan kasus massa tumor paru terhadap pasien Tn. S sebagi
berikut :
a) Tampak massa isodens, HU = +/- 27-37, batas tegas, tepi tak regular
masa tersebut
B. Pembahasan
Scan thorak pada kasus massa tumor paru di Instalasi Radiologi RSUD Ir. Soekarno
Radiologi RSUD Ir. Soekarno Kabupaten Sukoharjo pada Tn. S yang pertama yaitu
verifikasi identitas pasien meliputi nama dan tanggal lahir agar tidak terjadi
spesialis radiologi.
memverifikasi identitas pasien dengan menanyakan nama dan tanggal lahir atau umur.
Jika identitas sudah benar, selanjutnya memastikan tidak ada logam di baju pasien
supaya tidak mengganggu gambar scan karena artefak. Setelah itu, petugas
instruksi speaker yaitu tarik napas dan tahan. Hal ini dilakukan karena tidak semua
23
radiografer tidak hanya meminta pasien untuk mengikuti instruksi tetapi latihan
langsung pada pasien sesaat sebelum pemeriksaan untuk mengetahui pasien mengerti
atau tidak.
adalah supine di atas meja pemeriksaan. Posisi obyek pada pemeriksaan CT scan
meletakan kepala di head holder, mengatur MSP tubuh sejajar dengan lampu indicator
longitudinal dan lampu indicator horizontal sejajar dengan Mid coronal plane supaya
objek tidak terpotong saat scan. Kemudian mengatur batas atas mencakup apeks dan
Kabupaten Sukoharjo menggunakan satu range sama seperti di teori. Pada proses
masing potongan adalah 14 image. Pengaturan slice thickness untuk potongan axial
yaitu 20 mm dengan slice pitch 20.5 dan untuk potong koronal yaitu 10 mm dengan
slice pitch 10. Slice thickness dan slice pitch potongan axial lebih besar daripada
ptongan koronal karena luas ataupun tebal objek pada potongan axial lebih besar
lung. Pemilihan window mediastinum diatur saat proses editing di menu MPR dengan
memilih tulisan “Med” dibawah pengaturan Window Width dan Window Level.
24
Sedangkan pemilihan Window Lung dilakukan saat proses filming yaitu setelah film
pengaturan window mediastinum menjadi window lung dengan memilih “Lung” yang
terletak dibawah tampilan layout film disamping pengaturan window width dan
window level. Secara otomatis makan layout yang berisi potongan axial dan potongan
Pada proses filming CT scan thoraks di Instalasi Radiologi RSUD Ir. Soekarno
Kabupaten Sukoharjo kepada Tn. S dilakukan ROI pada slice image ke 2 potongan
axial dengan nilai HU + 32.4 dan slice image ke 3 dengan nilai HU + 27.2. Pada
potongan koronal, ROI dilakukan pada slice image ke 8 dengan nilai HU + 24.8 dan
slice image ke 9 dengan nilai HU + 19.4 untuk titik A dan HU +32.7 untuk titik B
dimana menurut hasil bacaan dokter untuk rentang nilai HU +/- 27-32 merupakan
massa. ROI dilakukan pada potongan axial dan koronal pada window mediastinum
dan window lung pada slice image yang sama. Pada image slice ke 2 potongan axial,
nilai HU yang terukur sebesar +32.2 dan slice image ke 3, nilai HU yang terukur
sebesar +27.2 sedangkan pada potongan koronal, pada image slice ke 8, nilai HU
yang terukur sebesar +32.0, sedangkan slice image ke 9 niali HU yang terukur sebesar
+35.9 untuk titik A dan +29.1 untuk titik B. Seharusnya pada pemeriksaan CT scan
thorax dengan massa tumor paru tidak hanya dilakukan pemberian saja tetapi
dilakukan juga pengukuran luas massa tumor paru baik pada potongan aksial maupun
potongan koronal.
25
BAB IV
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan pada Bab III, penulis dapat menyimpulkan
bahwa prosedur Pemeriksaan CT Scan thorak pada kasus massa paru di Instalasi
pengaturan parameter scanning, proses scanning, post prosesing gambar dan filming.
Soekarno Kabupaten Sukoharjo dengan kasus massa tumor paru dilakukan tanpa
station, alat fiksasi, selimut, film dan printer. Posisi pasien supine dengan orientasi
pasien head first dan posisi objek mengatur MSP tubuh sejajar dengan lampu
indikator longitudinal dan mengatur ketinggian meja pemeriksaan sejajar MCP. Batas
atas scanning diatur mencakup hingga diafragma dengan sinus costoprenikus tidak
terpotong.
Langkah selanjutnya adalah mengisi data pasien pada menu registrasi pasien
dan memilih protokol scan yaitu parameter chest nc atau non contrast dari menu
RSUD Sukoharjo untuk melakukan scanogram dan scanning dengan range apex
hingga diafragma. Setelah proses rekonstruksi selesai maka hasil scan dapat dibuat
potongan aksial dan koronal dengan menggunakan menu Multi Planar Reconstruction
(MPR) dengan Window Mediastinum dan Window Lung. Pemberian ROI dilakukan
26
sebelum filming. Tahap akhir adalah filming yaitu menyusun hasil citra kedalam
layout film 30 (5X6) untuk kemudian dicetak dengan ukuran film 14X17 inch.
B. Saran
Radologi RSUD Kabupaten Sukoharjo hanya melakukan ROI pada slice image yang
massa pada pemeriksaan CT scan thoraks dengan kasus massa jika memungkinkan.
27
DAFTAR PUSTAKA
Ballinger, Phillip; Eugene Frank. 2003. Merrill’s Atlas of Radiographic Positions &
Radiologic Procedures 10th Edition Volume 1. St. Louis, Missouri: Mosby.
Syaifuddin (2012). Anatomi Fisiologi untuk Keperawatan dan Kebidanan Edisi 4. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Pearce, E.C. (2007). Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka
Umum.
28
LAMPIRAN
Lampiran 1
Lampiran 2
Lampiran 3