Anda di halaman 1dari 19

EVALUASI CITRA RADIOGRAF DENGAN MENG

GUNAKAN ALAT BANTU FIKSASI DAN CASSETE


HOLDER UNTUK PEMERIKSAAN LATERAL
DECUBITUS DAN CROSS TABLE

Disusun Oleh:
Achmat Saiful Ma’arif
NIM : 2091B0002

INSTITUT ILMI KESEHATAN (IIK) STRADA KEDIRI PRODI


D3 RADIOLOGI
LEMBAR PENGESAHAN
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A . Latar Belakang

Pemeriksaan radiologi sangatlah berperan penting dalam pemeriksaan kese


hatan terutama untuk penegakan diagnosa dengan memanfaatkan sinar-X yang da
pat mengetahui kelainan struktur anatomi tubuh manusia, dan dari pemeriksaan ter
sebut dapat ditegakkan suatu diagnosa mulai dari gangguan fisiologi hingga adan
ya kelainan organ tubuh lainya yang dialami oleh pasien. Akan tetapi sinar-X juga
dapat menimbulan efek bahaya radiasi bagi petugas, pasien dan keluarga pasien.
Ada beberapa cara untuk meminimalisasi adanya efek bahaya radiasi yang
ditimbulkan dari sinar-X salah satunya yaitu dengan menjauhi sumber radiasi ters
ebut, adapun untuk menjauhi sumber radiasi diperlukan alat bantu pemeriksaan ra
diologi agar keluarga pasien maupun petugas terhindar dari bahaya radiasi sekund
er sinar-X selama pemeriksaan. Adapun alat bantu ini digunakan untuk memudah
kan petugas dalam memposisikan pasien dan mendapatkan gambaran radiograf ya
ng optimal.
Terdapat beberapa alat bantu pemeriksaan di dunia radiologi diantaranya
Cassete Holder, tam-em board, sponges and sift bag, pig-o stat, comression band
(Bontrager, 2014)
Berdasarkan pengalama penulis selama Praktek Lapangan Kerja (PKL) ser
ing menemui radiografer kesulitan dalam memposisikan pasien maupun cassete u
ntuk pemeriksaan lateral decubitus, kesulitanya karena pasien tidak koperatif dan
sering hasil citra gerak atau kabur atau waktu keluarga pasien memegang kaset mi
ring atau tidak tegak lurus terhadap arah sinar X dan terjadi pengulangan ekspose
karena tidak adanya alat khusus untuk menempatkan cassete, dalam kondisi sepert
i ini biasanya radiografer meminta bantuan keluarga pasien untuk memegang cass
ete agar posisi pasien dan cassete tetep tegak lurus terhadap arah sinar-X, akan tet
api hal ini sangatlah tidak efektif dan sangat berbahaya bagi keluarga pasien dan ti
dak memenuhi aspek proteksi radiasi, karena keluarga pasien juga mendapatkan ra
diasi skunder sinar-X
Berdasarkan hal tersebut penulis tertarik untuk membuat solusi dengan me
rancang alat bantu fiksasi yang dimodifikasi sekaligus cassete holder untuk memu
dahkan radiografer dalam memposisikan pasien maupun cassete dan meminimalis
asi keluarga pasien terkena radiasi skunder sinar-X, serta membantu mendapatkan
gambaran radiograf yang optimal yang diharapkan oleh radiolog dan dokter pengi
rim, yang selama ini belum ada alat bantu pemeriksaan radiologi produksi pabrik
alat kesehatan yang serupa, hal ini akan dikaji lebih lanjut oleh penulis dalam pen
elitian yang berjudul “ EVALUASI CITRA RADIOGRAF DENGAN
MENGGUNKAN ALAT BANTU FIKSASI CASSETE HOLDER UNTUK PEME
RIKSAAN LATERAL DECUBITUS DAN CROSS TABLE”
B . Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka rumusan masalah dala
m karya tulis ilmiah ini adalah :
a. Bagaimana design rancang bangun alat fiksasi dan cassete holder u
ntuk pemeriksaan lateral decubitus dan cross table
b. Bagaimana hasil gambaran radiograf pada pemeriksaan lateral decu
bitus dengan menggunakan alat fiksasi dan cassete holder untuk pe
meriksaan lateral decubitus dan cross table
C . Tujuan Penelitian
a. Mengetahui design rancang bangun alat fiksasi dan cassete holder
untuk pemeriksaan lateral decubitus dan cross table
b. Mengetahui hasil gambaran radiograf pada pemeriksaan lateral dec
ubitus dengan menggunakan alat fiksasi dan cassete holder untuk p
emeriksaan lateral decubitus dan cross table
c.
D . Manfaat Penelitian
a. Bagi penulis
Dengan penelitaian ini penulis
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A .landasan Teori
1 . Anatomi dan Fisiologi Thorax
a Rangka Dada (Thorax)
Anatomi dan Fisiologi Thorax a. Rangka Dada (Thorax) Rangka dada atau
thorax tersusun dari tulang dan tulang rawan. Thorax berupa sebuah rongga berbe
ntuk kerucut, di bawah lebih besar dari pada di atas dan di belakang lebih panjang
dari pada bagian depan. Dibagian belakang, thorax dibentuk oleh kedua belas vert
ebrae thoracalis, di depan dibentuk oleh sternum, dibagian atas oleh clavicula, dib
agian bawah oleh diafragma , dan di samping kiri dan kanan dibentuk oleh kedua
belas pasang iga yang melingkari badan mulai dari belakang dari tulang belakang
sampai ke sternum di depan (Pearce, 2011).

Keterangan :
1. Manubrium sterni
2. Klavikula
3. Skapula
4. Tulang rusuk
5. Vertebra torakalis
6. Prosessus xipoideus
Korpus sterni
Gambar 2.1 Rangka dada (Bontrager, 2018)

b Kerangka Dada (Thorax)


Batas-batas yang membentuk rongga di dalam thorax adalah sternum dan
tulang rawan iga-iga di depan, kedua belas ruas tulang punggung beserta cakram a
ntar ruas (diskus intervertebralis) yang terbuat dari tulang rawan belakang, iga-iga
beserta otot interkostal di samping, diafragma di bawah, dan dasar leher di atas. S
ebelah kanan dan kiri rongga dada terisi penuh oleh paru-paru beserta pembungku
s pleuranya. Pleura ini membungkus setiap belah, dan membentuk batas lateral pa
da mediastinum. Mediastinum ialah ruang di dalam rongga dada antar kedua paru-
paru. Isinya jantung dan pembuluh-pembuluh darah besar, esofagus, duktus torasi
ka, aorta desendens, dan vena kava superior, saraf vagus dan frenikus dan sejumla
h besar kelenjar limfe (Pearce, 2015).
c. Paru-Paru
Paru-paru terdiri dari dua paru-paru besar yang seperti spons, yang terletak
di setiap sisi rongga thorax. Paru-paru kanan terdiri atas tiga lobus, yaitu lobus su
perior (atas), tengah, dan inferior (bawah) yang dibagi oleh dua celah yang dalam.
Fisura inferior, yang memisahkan lobus inferior dan tengah, disebut fisura oblik. F
isura horisontal memisahkan lobus superior dan tengah. Paru-paru kiri hanya mem
iliki dua lobus, yaitu lobus superior (atas) dan inferior (bawah) yang dipisahkan ol
eh satu fisura oblik yang dalam. Organ paru-paru tersusun atas sel-sel parenkim,
mirip spons yang ringan dan sangat elastis sehingga memungkinkan terjadinya me
kanisme pernafasan. Setiap paru-paru mengandung kantung berdinding ganda yan
g halus, atau membran, yang disebut pleura, yang dapat divisualisasikan baik dala
m gambar bagian depan maupun bagian melintang. Lapisan luar kantung pleura in
i melapisi permukaan bagian dalam dinding dada dan diafragma dan disebut pariet
al pleura. Lapisan dalam yang menutupi permukaan paru-paru, yang juga masuk k
e celah di antara lobus disebut pleura paru atau viseral.
Ruang potensial antara pleura berdinding ganda yang disebut rongga pleur
a, berisi cairan pelumas yang memungkinkan pergerakan satu atau yang lainnya se
lama bernafas. Ketika udara atau cairan terkumpul di antara dua lapisan ini, ruang
ini dapat divisualisasikan secara radiografi. Udara atau gas yang ada di rongga ple
ura ini menghasilkan suatu kondisi yang disebut pneumotoraks. Akumulasi cairan
dalam rongga pleura (efusi pleura) menciptakan kondisi yang disebut hemotoraks
(Bontrager, 2018).

Keterangan :
1. Trakea
2. Kelenjar tiroid
3. Apek paru
4. Fisura
5. Dasar paru
6. Diafragma
7. Sudut kostoprenikus
8. Jantung
9. Kelenjar timus
10.Pembuluh darah besar
Gambar 2.2 Paru-paru dan mediastinum.
d Jantung dan pembuluh darah
Jantung dan akar pembuluh darah besar tertutup dalam kantung berdinding
ganda yang disebut kantung perikardial. Jantung terletak di posterior korpus sterni
dan anterior T5 sampai T8. Jantung terletak miring di ruang mediastinum, dan sek
itar dua pertiga jantung terletak di sebelah kiri bidang median. Pembuluh darah be
sar di mediastinum adalah vena cava inferior dan vena cava superior, aorta, dan ar
teri dan vena pulmonalis besar. Vena cava superior adalah vena besar yang menge
mbalikan darah ke jantung dari bagian atas tubuh. Vena cava inferior adalah vena
besar yang mengembalikan darah dari bagian bawah tubuh. Aorta adalah arteri ter
besar di dalam tubuh (diameter 2,5 hingga 5 cm) pada orang dewasa rata-rata. Aor
ta membawa darah ke seluruh bagian tubuh melalui berbagai cabang. Aorta dibagi
menjadi tiga bagian : aorta asenden (keluar dari hati); arkus aorta, dan aorta desen
den, yang melewati diafragma ke abdomen, di mana ia menjadi aorta abdominalis.
Arteri dan vena pulmonalis memasok darah dan mengembalikan darah ke semua s
egmen paru-paru. Jaringan kapiler mengelilingi kantung udara kecil, atau alveoli, t
empat oksigen dan karbon dioksida dipertukarkan dengan darah melalui kantung u
dara berdinding tipis (Bontrager, 2018).

Keterangan :
1. Esofagus
2. Vena cava superior
3. Aorta asenden
4. Vena cava inferior
5. Aorta abdominalis
6. Jantung
7. Arteri pulmonalis
8. Arkus aorta
9. Kelenjar timus
10. Kelenjar tiroid
11. Trakea
B . Prosedur Pemeriksaan Radiografi Thorax (Long, 2016)
Pemeriksaan radiografi thorax adalah suatu tindakan pemeriksaan s
ecara radiologi untuk menampakkan struktur tulang-tulang costae dan org
an-organ yang ada di daerah dada (paru-paru dan jantung).
1 Persiapan Pemeriksaan
a Persiapan alat dan bahan :
- Pesawat sinar-x
- Imaging Plate ukuran 35 x 43 cm

b Persiapan pasien :
- Komunikasi dengan pasien
- Menghindari benda-benda yang bersifat logam atau yang da
pat mengganggu pada area pemeriksaan, misal : kalung, peni
ti, kancing, manik-manik.
- Memberikan arahan kepada pasien untuk mengganti baju pas
ien.

C Teknik Radiografi Thorax

Proyeksi dasar yang digunakan pada pemeriksaan radiologi thorax


adalah Antero Posterior (AP) atau Postero Anterior (PA), Lateral, da
n proyeksi tambahan yaitu proyeksi Right Lateral Decubitus (RLD) y
ang khusus digunakan untuk melihat kelainan efusi pleura.

1 Anterior Posterior (AP)


a Posisi pasien : supine diatas meja pemeriksaan
b Posisi obyek : Atur kedua lengan endorotasi disamping
tubuh. Atur MSP (Mid Sagital Plane) tubu
h di tengah kaset. Batas atas kaset 4 - 5 cm
di atas shoulder joint.
c Central ray : Tegak lurus terhadap kaset.
d Central point : Pada T7 ( thorakal 7 ) atau diantara kedua
angulus inferior scapula.

e FFD : 150 cm
f Kolimasi : Luas lapangan penyinaran seluas lapangan
obyek.
g Eksposi : Dilakukan pada saat inspirasi kedua dan
tahan napas dengan tujuan paru

mengembang atau paru terisi penuh dengan

udara.

Gambar 2.4 Posisi pasien proyeksi AP (Long, 2016)

Keterangan :

a. Clavicula Horizontal
b. Gambaran Scapula

Gambar 2.5 Radiograf AP (Long, 2016)


h. Kriteria :
1 Bagian medial klavikula berjarak sama dari kolase vertebral

2 Trakea terlihat di garis tengah


3 Klavikula lebih horisontal dan menutupi lebih banyak apeknya da
ri pada proyeksi PA

4 Sejajar dengan kolom vertebra ke tepi lateral tulang rusuk setiap s


isi
5 Gambar samar tulang rusuk dan tulang belakang toraks terlihat.

6 Seluruh bidang paru-paru, dari apek sampai ke sudut kostoprenik


us

2 . Posterior Anterior ( PA )

1 Posisi pasien : Pasien berdiri menghadap ke bucky stand. Dagu di


letakkan pada penopang dagu yang terletak di tengah batas atas ka
set. Kedua tangan diletakan di pinggang dan tangan diendorotasik
an. Siku didorong kedepan hingga menempel kaset agar scapula ti
dak menutupi lapangan paru. Pundak agak diturunkan agar clavic
ula terletak dibawah paru.

Gambar 2.6 Posisi pasien proyeksi PA (Long, 2016)

b) Posisi objek : Atur Mid Sagital Plane (MSP) tepat diteng


ah kaset. Pastikan tidak ada rotasi pada tho
rax. Batas atas kaset 4-5 cm diatas pundak.

c) Central ray
: Tegak lurus terhadap kaset dengan arah hor
izontal.
d) Central point
: Pada T7 (thorakal 7) atau diantara kedua
angulus inferior scapula.

e) FFD : 150 cm
f) Kolimasi
: Luas lapangan penyinaran seluas lapangan
obyek.

g) Eksposi : Dilakukan pada saat inspirasi kedua dan


tahan napas dengan tujuan paru

mengembang atau paru terisi penuh denga


n udara.
Keterangan :
a. Trachea
b. Apex paru
c. Arkus aorta
d. Paru – paru
e. Jantung
f. Diafragma
g. Sudut kostoprni
kus

Gambar 2.7 Radiograf PA (Long, 2016)

h) Kriteria :
1 Seluruh bidang paru-paru dari apek ke sudut kostoprenikus

2 Tidak ada rotasi, ujung sternal klavikula berjarak sama dari kol
umna vertebralis
3 Trakea terlihat di garis tengah

4 Skapula diproyeksikan di luar bidang paru-paru

5 Sepuluh rusuk posterior di atas diafragma

6 Garis besar jantung dan diafragma tajam


7 Bayangan samar dari tulang rusuk dan vertebra toraks superior
terlihat melalui bayangan jantung
8 Tanda-tanda paru terlihat dari hilus ke lateral paru

3 . Proyeksi lateral
a. Posisi Pasien : Pasien berdiri dengan sisi kanan atau kiri menemp
el kaset. Atur kedua tangan fleksi dan letakan diatas kepala
b. Posisi obyek : Atur Mid Coronal Plane (MCP) pasien tegak lurus
atau tepat ditengah kaset dan MSP pasien sejajar kaset

Gambar 2.8 Posisi pasien proyeksi lateral


c. Central Ray : Tegak lurus terhadap kaset dengan arah horizontal
d. Cebtral point : pada T7 (Thoracal 7)
e. FFD : 150 Cm
f.
g. Kolimasi : Luas lapangan penyinaran seluas lapanagn obyek
h. Eksposi : Dilakukan pada saat kedua dan tahan nafas dengan
tujuan paru mengembang atau paru terisi dengan udara

Keterangan :
1. Kolimasi
2. Apex paru
3. Esofagus
4. Trachea
5. Sternum
6. Daerah hilus
7. Costae posterior
8. Jantung
9. Diafragma
10. Sudut costophrenicus

Gambar 2.11 Radiograf Lateral (Long, 2016)


i. Kriteria :

1 Superimposisi tulang rusuk posterior ke kolumna vertebra

2 Lengan atau jaringan lunak yang tidak tumpang tindih dengan


bidang paru-paru superior

3 Sternum lateral tanpa rotasi

4 Sudut kostoprenikus dan bagian bawah apeks paru-paru

5 Penetrasi paru-paru dan jantung

6 Garis tajam jantung dan diafragma

D Proyeksi Right Lateral Decubitus ( RLD )


a. Posisi pasien : Pasien tidur lateral recumbent dengan sisi
kanan tubuh menempel meja pemeriksaan.
Atur kedua tangan fleksi dan diletakan diat
as kepala.
b. Posisi obyek : Letakkan kaset menempel pada punggung
pasien, kemudian atur MSP pasien tegak
lurus kaset.
Gambar 2.12 Posisi pasien proyeksi Right Lateral Decubitus (Long, 2016)

c. Central ray : Tegak lurus terhadap kaset horizontal


d. Central point : pada T7 Thoracal 7)
e. FFD : 150 Cm
f. Kolimasi : Luas lapang seluas lapang obyek
g. Eksposi : dilakukan pada saat inspirasi kedua dengan
tujuan paru paru mengembang atau terisi dengan udara

Gambar 2.13 Radiograf Right Lateral Decubitus (Long, 2016) (P


anah menunjukkan adanya udara bebas)
h. Kriteria :
1 Tidak ada rotasi pasien dari posisi frontal yang benar, s
ebagaimana dibuktikan oleh klavikula yang berjarak sa
ma dari tulang belakang.
2 Identifikasi yang tepat terlihat untuk menunjukkan bah
wa decubitus dilakukan

3 Lengan pasien tidak terlihat di lapangan

E . Proteksi Radiasi
1 Proteksi radiasi terhadap pasien, diantaranya :
a. Pemeriksaan sinar-X hanya dilakukan atas permintaan dokter

b. Pemakaian filtrasi maksimum pada sinar primer.

c. Pemakaian voltage yang lebih tinggi (bila mungkin) sehingga d


aya tembusnya lebih kuat.
d. Jarak fokus pasien jangan terlalu pendek.

e. Daerah yang disinar harus sekecil mungkin, misalnya dengan


mempergunakan konus (untuk radiografi) dan diafragma (untu
k sinar tembus).
f. Waktu penyinaran sesingkat mungkin.

g. Alat-alat kelamin dilindungi sebisanya.

h. Pasien hamil, terutama trimester pertama, tidak boleh diperiksa


radiologik.
2 Proteksi radiasi terhadap petugas, diantaranya :

a. Petugas menjaga jarak dengan sumber radiasi saat pemeriksaan.

b. Selalu berlindung dibalik tabir proteksi pada saat melakukan ekspo


si.
c. Jika tidak diperlukan, petugas tidak berada pada di area penyinaran.

d. Jangan mengarahkan tabung ke arah petugas.

e. Petugas menggunakan alat ukur radiasi personal (film badge) sewa


ktu bertugas yang setiap bulannya dikirimkan ke BPFK (Balai Penggunaan Fasili
tas Kesehatan) untuk memonitor dosis radiasi yang diterima petugas.
3 . Proteksi radiasi terhadap masyarakat umum.
a. Sewaktu penyinaran berlangsung, selain pasien tidak boleh berada di daer
ah radiasi.
b. Ketika penyinaran berlangsung pintu ruang pemeriksaan selalu tertutup.
c. Tabung sinar-X diarahkan ke daerah aman (jangan mengarah ke petugas /
ruang tunggu).
d. Perawat/keluarga yang terpaksa berada dalam ruang pemeriksaan pada sa
at penyinaran wajib menggunakan lead apron.
BAB III
METODE PENELITIAN
A . Jenis Penelitian
Jenis penelitian penulis merupakan salah satu penelitian terapan de
ngan memebuat rancang bangun untuk mengevaluasi gambaran radiog
raf dengan menggunakan alat fikasi sekalian cassete holder untuk pem
eriksaan lateral decubitus

Anda mungkin juga menyukai