DIAGNOSA KLINIK
“Pemeriksaan Thoraks (Jantung)”
Oleh
Nama Kelompok: Monyet
Kelas: D
Ni Wayan Intan Martinez 1609511109
I Putu Sandika Arta Guna 1609511110
Derisna Sawitri Ungsyani 1609511112
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena kami
dapat menyelesaikan laporan praktikum Diagnosa Klinik yang berjudul
“Pemeriksaan Thoraks (Jantung)” ini tepat pada waktunya. Terima kasih penulis
ucapkan kepada semua pihak yang telah memberikan dukungan dan sumbangan
materi demi laporan praktikum ini.
Kami yakin, laporan praktikum sederhana ini masih banyak kekurangannya,
tetapi kami berharap agar makalah kami ini dapat memenuhi tugas Diagnosa Klinik
dan serta bermanfaat untuk pembaca sekalian. Kami juga menerima kritik serta
saran yang diberikan. Akhir kata, kami selaku penulis ingin mengucapkan banyak
terima kasih kepada pembaca.
i
DAFTAR ISI
I. PENDAHULUAN ......................................................................................1
V. SIMPULAN ................................................................................................17
ii
xs
1
I. PENDAHULUAN
1
2
thoraks. Cavum thoraks merupakan rongga tubuh terbesar kedua setelah cavum
abdominalis, pada anjing terkompresi keara lateral, berlawanan dengan manusia
dan primata lainnya yang terkompresi ke arah anterior-posterior. Batas regio
thoraks yakni lateral meliputi costae terakhir dan arcus costalis sepanjang linea
diaphragmatica, dorsal meliputi beberapa vertebrae thoracalis terakhir, ventral
meliputi processus xiphoideus.
Anatomi topografi dari regio thoraks pada bagian luar atau superficial
meliputi thoraks pars thorakalis, bronkhi, dan percabangan yang lebih kecil yaitu
bronkhioli serta bagian lobi paru-paru. Sebagian lainnya pemeriksaan thoraks
melibatkan abdomen pars cranialis. Ruang thoraks pada kaki depan secara
keseluruhna ditutupi oleh M. serratus, M. scalenus, dan M. lattisimus dorsi. Paru-
paru pada anjing pars dekstra terdiri atas 4 lobi, pars kaudalis bersentuhan dengan
hati diperantarai oleh diafragma serta paru-paru pars sinistra terdiri atas 2 lobi yakni
lobus kranialis dan lobus kaudalis. Kedua lobi kranialis paru-paru dekstra et sinistra
menggatung dengan bagian ventralnya meyentuh sterum kranialis. Thorkas bagian
ventral diisi oleh jantung.
dan dua ventrikel sinister dan dexter. Jantung juga dilengkapi katup yang
memisahkan ruang atrium dan ventrikel yang berupa katup terdiri dari dua katup
atrio ventrikular (AV) dan dua katup semilunar. Sistem sirkulasi sitemik pada
jantung berupa arteri dan arteriole dengan sirkulasi pulmonik yang terdiri dari vena
dan venula (Cunningham, 2002).
Palpasi dilakukan juga untuk CRT atau Capillary refill time merupakan test
yang dilakukan dengan cepat pada daerah mukosa (gusi atau gingive) untuk
memonitor aliran darah ke jaringan tersebut.
LUB, diikuti oleh sedikit jeda, dan kemudian DUB (Eldredge et al, 2008). Suara
lub atau suara sistole atau muskuler disebabkan oleh penutupan katup tricuspid dan
mitral (atrioventrikular) yang memungkinkan aliran darah dari atrium jantung ke
ventrikel jantung dan mencegah aliran darah membalik dengan suara yang nyaring
dan panjang. Suara dub atau diastole atau valvuler disebut suara jantung kedua (S2)
dan disebabkan oleh penutupan katup semilunar (aortic dan pulmonary) yang
membebaskan darah ke sistem sirkulasi paru-paru dan sistemik bersifat lebih
perlahan dan pendek. Ketika suara jantung dapat didengar di seluruh dada, berarti
jantung mengalami perbesaran (Eldredge et al, 2008). Suara jantung pertama dan
kedua merupakan suara normal jantung. Suara patologis yakni suara endokard atau
murmur seperti suara gemuruh, berdesis, atau bahkan seperti bergetar. Muncul
akibat darah mengalir dengan cepat melalui pintu yang sempit atau mengalami
stenosis (penyempitan) atau insifisiensi berupa tidak menutupnya katup dengan
sempurna. Secara normal letak katup bikuspidalis/mitralis pada interkostae ke-5
sebelah kiri, letak katup trikuspidalis pada interkostae ke-4 sebalah kanan, letak
klep semilunar aorta pada interkostae ke-3/4 sebelah kiri, letak katup semilunar a.
femoralis pada interkostae ke-2/3 di sebalah kiri.
Sistem vena kurang lebih 60-70% darah beredar melalui vena besar, sunis
vena, dan venula. Darah dalam sistem vena mengalir balik ke jantung melalui
5
atrium kanan, digerakkan oleh tekanan yang disebut tekanan vena pusat atau
Central Venous Pressure (CVP). Secara normal vena tidak mengalami denyut,
meskipun mengalam akan dalam keadaan yang lemah atau tidak kuat diakibatkan
tekanan dari vena cava yang kuat ketika mengalami kontraksi dari atrium ke
ventrikel atau saat sistol.
Pulsus vena jugularis atau dikenal pulsusu jugularis, pada keadaan tertentu
dapat telihat gelombang pada subkutan pada sulcus jugularis dapat bersifat negatif,
positif, atau palsu. Pulsus jugularis negatif merupakan dalam keadaan normal
terjadi saat sistol, bila darah tidak dapat masuk ke dalam atrium maka didorong
kembali ke vena jugularis, menyebabkan dilatasi vena jugularis saat presistol
(sebelum jantung berdenyut), hal seperti ini dapat dilihat secara jelas pada sapi atau
hewan dengan kausa stenosis katub trikuspidalis, pada hearth block dan
perikarditia eksudativa. Pulsus jugularis positif dapat dirasakan dengan inspeksi
bahkan palpasi dan terasa denyuta dengan sangat jelas. Hal ini disebabkan
insufisiensi katub trikuspidalis, ketika saat sistol, darah akan diriong kembali ke
atrium kanan dan vena cava karena katub trikuspidalis tidak menutup dengan
sempurna, pulsus ini terjadi secara sinkron dengan denyut jantung sebagai gejala
patognomonis dari insufisiensi katub trikuspidalis. Pulsus jugularis palsu terjadi ada
hewan yang sangat kurus sehingga denyut dari arteri karotis dapat dikelirukan
dengan pulsus jugularis positif. Untuk membedakannya pada pulsus jugularis palsu
ketika ditekan tidak akan hilang, sedangkan jika positif dengan tekanan seperti itu
akan menghilang. Pada kelemahan otot jantung, vena jugularis yang penuh darah
belum dapat terlihat jelas, setelah dilakukan kompresi atau penekanan dengan jari
pada vena tersebut akan terjadi penggembungan. Sebaliknya pada kelumpuhan
vasomotor vena jugularis tidak mengembang dan ketika dilakukan kompresi
dengan jari hanya menyebabkan ketegagan yang sedikit saja.
Pada anjing tekanan darah venosa dapat dirasakan pada vena saphena dalam
keadaan dibaringkan kemudia lakukan kompresi dan lepaskan secara tiba-iba,
dalam keadaaan normal maka vena akan mengisi setelah tekanannya dibebaskan.
6
2.1 Materi
2.2 Metode
2.2.2 Metode
7
8
8
9
Riwayat Pasien
1. Hewan mampu beraktivitas Iya, masih
2. Hewan batuk dan saat paling sering terjadi Tidak ada
3. Pemunculan gejala mendadak atau perlahan Tidak ada
4. Masalah pada hewan dengan cepat memburuk Tidak
5. Hewan pernah dalam keadaan lemah atau Tidak
pingsan
6. Pengobatan pada hewan (jenis obat, waktu Tidak pernah
pengobatan, dosis obat, dan penyembhannya)
7. Jenis pakan yang dimakan Pakan kering
8. Catatan medik tentang tetua/nenek moyang Tidak ada
atau saudaranya
9. Masalah lain yang sedang dihadapi hewan ini Tidak ada
1. CRT pada gigi taring berlangsung lebih dari Tidak, cukup cepat
dua detik
10. Denyut nadi/pulsus
Auskultasi Kardiak
1. Alat yang digunakan dalam keadaan baik Iya, dalam keadaan baik
(stetoskop, corong/bell, diafragma, selang, dan
earpiece)
2. Ruang periksa dalam keadaan tenang Tidak
3. Pasien di restrain dengan semestinya Iya
4. Hewan dalam posisi berdiri Iya
5. Laju detak jantung dalam satu menit 87 kali/menit
6. Irama detak jantung Teratur/reguler
7. Hubungan detak jantung dengan A. femoralis Lebih cepat detak
jantung dibandingkan A.
femoralis
11
IV. PEMBAHASAN
Pemeriksaan keadaan tubuh yang didapat adalah hewan tidak terlalu kurus
atau gemuk, hewan yang diperiksa memiliki tubuh yang proporsional, sehingga
dapat dikatakan bahwa hewan memiliki keadaan tubuh yang normal. Hasil
pemeriksaan kedua adalah hewan tidak mengalami cardiac kaheksia. kaheksia
jantung (cardiac cachexia) merupakan prediktor penurunan angka kelangsungan
hidup. Jika selama 6 bulan terakhir berat badan > 6 % dari berat badan stabil
sebelumnya tanpa disertai retensi cairan, pasien didefinisikan sebagai kaheksia.
12
13
Pada anjing apex beat dapat ditemukan di dinding thoraks sisi ventral, dekat dengan
sternum dan sisi kiri lebih terlihat dibandingkan sisi kanan. Apex beat tidak tidak
dapat terasa lagi bila jantungnya terdorong jauh ke dalam thoraks oleh cairan
misalnya pericarditis serosa, pleuritis exudatia, hidroperikard, hidrothoraks. Pada
palpasi pericardium dapat dirasakan detak apex beat pada ruang sela iga ke-5
didekat sambunan antara iga tulang keras dengan iga tulang rawan. Apex beat ini
tidak dapat dirasakan diluar lokasi. Apex beat yang lemah pada kanan dan bagian
kiri bertambah keras.
Pada pemeriksaan secara inspeksi yang dilakukan pada daerah thorax getar
pericardium tidak ditemukannya getar (thrill) pada dinding dada. Karena pada
anjing kami dalam keadaan normal. pemeriksaan abdomen tidak ditemukannya
ascites, pembesaran limpa, hati pada palpasi abdomen.
tersebut di atas. Bilamana pulsus pada pembuluh darah tersebut tidak berhasil
dideteksi maka dapat dilakukan pemeriksaan denyut jantung, akan tetapi frekuensi
denyut jantung tidak selalu identik dengan pulsus. Pada pemeriksaan pulsus perlu
diperhatikan mengenai frekuensi, kualitas, ritmus, kesetaraan, pengisian pembuluh
darah dan tegangan pembuluh darah. Pada pemeriksaan pulsus data yang kami
dapatkan saat pemeriksaan yaitu 85 kali/menit, dan tidak dirasakannya pulsus
deficit dan hiperkinetik.
Suara jantung yang pertama terdengar nyaring dan panjang sedangkan suara
jantung yang kedua lebih perlahan dan pendek. Suara yang kedua disusul oleh
pause presistoli. Suara pertama ditimbulkan oleh penutupan katup atrioventrikular
segera setelah otot jantung ventrikel dan atrium pada fase sistoli. Suara pertama
dinamakan pula suara muskuler atau suara sistoli. Setelah itu diikuti dengan
peningkatan tekanan isovolumetrik dalam ventrikel dan mulailah terjadi vibrasi.
Menjelang ejeksi ventrikel secara sempurna yang berarti darah siap dipompakan
keluar dari ventrikel, tekanan pada dinding ventrikel lebih besar daripada dinding
16
aorta dan arteri pulmonalis dan segeralah katup semilunar membuka dan ejeksi
terjadi. Vibrasi yang dihasilkan menyebabkan terjadinya suara kedua. Suara kedua
yang ditimbulkan oleh penutupan katup-katup semilunar terjadi sewaktu diastoli,
maka dinamakan suara valvuler atau suara diastoli dan fasenya disebut fase diastoli.
V. KESIMPULAN
17
18
DAFTAR PUSTAKA
Subronto. 2008. Ilmu Penyakit Ternak I-B. Yogyakarta. Gadjah Mada University
Press. 58-61
Sianipar, Bernard T, Wahyu Wiryanta, Dedi Murdiana. 2004. Merawat dan Melatih
Anjing Penjaga. Jakarta: Agromedia Pustaka
Untung, Onny. 2007. Merawat dan Melatih Anjing. Jakarta: Penebar Swadaya
Widodo, Setyo. 2011. Diagnostik Klinik Hewan Kecil. Edisi 1. Bogor: IPB Press
18