Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PRAKTIKUM

DIAGNOSA KLINIK
“Pemeriksaan Thoraks (Jantung)”

Oleh
Nama Kelompok: Monyet
Kelas: D
Ni Wayan Intan Martinez 1609511109
I Putu Sandika Arta Guna 1609511110
Derisna Sawitri Ungsyani 1609511112

Fakultas Kedokteran Hewan


Univerasitas Udayana
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena kami
dapat menyelesaikan laporan praktikum Diagnosa Klinik yang berjudul
“Pemeriksaan Thoraks (Jantung)” ini tepat pada waktunya. Terima kasih penulis
ucapkan kepada semua pihak yang telah memberikan dukungan dan sumbangan
materi demi laporan praktikum ini.
Kami yakin, laporan praktikum sederhana ini masih banyak kekurangannya,
tetapi kami berharap agar makalah kami ini dapat memenuhi tugas Diagnosa Klinik
dan serta bermanfaat untuk pembaca sekalian. Kami juga menerima kritik serta
saran yang diberikan. Akhir kata, kami selaku penulis ingin mengucapkan banyak
terima kasih kepada pembaca.

Denpasar, 9 Maret 2018


Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................i

DAFTAR ISI ......................................................................................................ii

I. PENDAHULUAN ......................................................................................1

1.1 Landasan Teori.......................................................................................1

1.2 Maksud Dan Tujuan ..............................................................................6

II. MATERI DAN METODE ..........................................................................7

III. HASIL PRAKTIKUM ................................................................................8

IV. PEMBAHASAN .........................................................................................12

V. SIMPULAN ................................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................18

ii
xs
1

I. PENDAHULUAN

1.1 Landasan Teori

Diagnosa klinik merupakan rangkaian pemeriksaan medis terhadap kondisi


fisik suatu hewan atau struktur lain yang terdapat pada tubuh suatu hewan hewan
untuk mendapatkan kesimpulan berupa diagnosis sekaligus pemeriksaan dengan
menggunakan alat bantu diagnostika sebagai pelengkap untuk mendapatkan
peneguhan diagnosis (Widodo et al, 2011). Gejala penyakit atau lebih dikenal
symptom merupakan kelainan struktural dan fungsional dari suatu organ yang
disebabkan oleh suatu penyakit pada hewan. Anjing bersifat karnivora (pemakan
daging). Kalau dirunut Iebih jauh, anjing termasuk keluarga Canidae, dan
bersaudara dengan serigala, rubah, serta anjing rakun. Ciri-ciri keluarga ini antara
lain tubuhnya kecil memanjang, telinga dan moncongnya runcing. Selain indera
penciumannya tajam, anjing dapat belari jauh lebih cepat daripada binatang
karnivora lainnya. Di samping itu, kemampuan berenangnya juga termasuk ciri
khas dan semua anggota keluarga Caridae (Sianipar et al., 2014).

Menurut Widodo (2011) status praesens atau pemeriksaan fisik merupakan


pengumpulan data dengan cara pemeriksaan kondisi fisik pasien secara umum,
meliputi inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi. Tata cara pemeriksaan fisik
hewan dapat dilakukan dengan catur indera pemeriksa, yakni dengan penglihatan,
perabaan, pendengaran, serta penciuman (pembauan) antara lain dengan cara
inspeksi, palpasi atau perabaan, perkusi atau mengetuk, auskultasi atau mendengar,
mencium atau membaui, mengukur dan menghitung, pungsi pembuktian, tes alergi,
pemeriksaaan laboratorium klinik serta pemeriksaan dengan alat dignostik lainnya.

Pemeriksaan fisik pada regio thoraks dapat dilakukan dengan secara


inspeksi yakni mengamati pergerakan respirasi dan mendeteksi kelainan dinding
thoraks. Pemeriksaan dengan palpasi untuk menemukan kelainan pada dinding
thoraks secara intensif. Pemeriksaan dengan auskultasi dan perkusi dilakukan
dengan mencermati ada tidaknya abnormalitas struktur dan fungsi dari organ pada

1
2

thoraks. Cavum thoraks merupakan rongga tubuh terbesar kedua setelah cavum
abdominalis, pada anjing terkompresi keara lateral, berlawanan dengan manusia
dan primata lainnya yang terkompresi ke arah anterior-posterior. Batas regio
thoraks yakni lateral meliputi costae terakhir dan arcus costalis sepanjang linea
diaphragmatica, dorsal meliputi beberapa vertebrae thoracalis terakhir, ventral
meliputi processus xiphoideus.

Anatomi topografi dari regio thoraks pada bagian luar atau superficial
meliputi thoraks pars thorakalis, bronkhi, dan percabangan yang lebih kecil yaitu
bronkhioli serta bagian lobi paru-paru. Sebagian lainnya pemeriksaan thoraks
melibatkan abdomen pars cranialis. Ruang thoraks pada kaki depan secara
keseluruhna ditutupi oleh M. serratus, M. scalenus, dan M. lattisimus dorsi. Paru-
paru pada anjing pars dekstra terdiri atas 4 lobi, pars kaudalis bersentuhan dengan
hati diperantarai oleh diafragma serta paru-paru pars sinistra terdiri atas 2 lobi yakni
lobus kranialis dan lobus kaudalis. Kedua lobi kranialis paru-paru dekstra et sinistra
menggatung dengan bagian ventralnya meyentuh sterum kranialis. Thorkas bagian
ventral diisi oleh jantung.

Gambar 1. Gambar regio thoraks sisi kanan


Sumber: Popesko, 1975
Bentuk thoraks bervariaasi diantara ras hewan terutama anjing. Sebagian
thoraks berbentuk dorsoventral yang dalam, misalkan pada anjing berburu dan
pacu. Sebagian lainnya memiliki bidang thoraks berbentuk bulat pada english
bulldog dan pug (Widodo, 2011). Secara anatomi, jantung anjing memiliki empat
ruang yang terbagi atas dua ruang yaitu atrium kiri (sinister) dan kanan (dexter),
3

dan dua ventrikel sinister dan dexter. Jantung juga dilengkapi katup yang
memisahkan ruang atrium dan ventrikel yang berupa katup terdiri dari dua katup
atrio ventrikular (AV) dan dua katup semilunar. Sistem sirkulasi sitemik pada
jantung berupa arteri dan arteriole dengan sirkulasi pulmonik yang terdiri dari vena
dan venula (Cunningham, 2002).

Sistem kardiovaskular terdiri dari jantung dan pembuluh darah yang


memiliki fungsi memompa dan mendistribusikan darah serta kandungannya ke
seluruh tubuh (Guyton dan Hall, 2008). Jantung memiliki empat tipe otot yaitu otot
atrium, otot ventrikel dan serabut otot eksitatorik serta serabut konduksi khusus
(Mahmud, 2011). Jantung teletak pada 2/3 bawah regio thoraks pada costae ke 3-6
berada lebih disebelah kiri, akan dapat ditentukan dengan menarik kaki depan
sedikit. Fungsi sistem kardiovaskuler meliputi: 1) Transportasi oksigen, nutrisi,
hormon, dan sisa metabolisme, 2) Transportasi dan distribusi panas tubuh, 3)
Pemeliharaan keseimbangan cairan dan elektrolit (Muttaqin, 2009).

Pemeriksaan jantung secara inspeksi dan palpasi dapat digunakan untuk


menentukan apex beat atau iktus cordis. Iktus cordis merupakan area dinding dada
anterior dimana teraba impuls jantung yang paling jelas sebagai proyeksi dari
denyut jantung ventrikel kiri. Jika bergeser kearah belakang dapat akibat hipertopi
dan adanya benda asing, jika ke depan akibat dari terdesak hati, serta tidak terasa
dapat diakibatkan pleuritis eksudatif dan hidroperikardium.

Palpasi dilakukan juga untuk CRT atau Capillary refill time merupakan test
yang dilakukan dengan cepat pada daerah mukosa (gusi atau gingive) untuk
memonitor aliran darah ke jaringan tersebut.

Perkusi pada jantung dapat menentukan untuk suara keredupan jantung.


Pada anjing dalam keadaan normal jantung bersuara redup pada daerah sisi kiri pada
interkostae ke 4-6 pada persambungan kostocondraljunction selebar jari diatas
sternum, pada sisi kanan di intekostae ke 4-5.

Auskultasi pada jantung dilakukan untuk mendengarkan suara jantung.


Detak jantung normal dibagi menjadi dua suara yang terpisah. Yang pertama adalah
4

LUB, diikuti oleh sedikit jeda, dan kemudian DUB (Eldredge et al, 2008). Suara
lub atau suara sistole atau muskuler disebabkan oleh penutupan katup tricuspid dan
mitral (atrioventrikular) yang memungkinkan aliran darah dari atrium jantung ke
ventrikel jantung dan mencegah aliran darah membalik dengan suara yang nyaring
dan panjang. Suara dub atau diastole atau valvuler disebut suara jantung kedua (S2)
dan disebabkan oleh penutupan katup semilunar (aortic dan pulmonary) yang
membebaskan darah ke sistem sirkulasi paru-paru dan sistemik bersifat lebih
perlahan dan pendek. Ketika suara jantung dapat didengar di seluruh dada, berarti
jantung mengalami perbesaran (Eldredge et al, 2008). Suara jantung pertama dan
kedua merupakan suara normal jantung. Suara patologis yakni suara endokard atau
murmur seperti suara gemuruh, berdesis, atau bahkan seperti bergetar. Muncul
akibat darah mengalir dengan cepat melalui pintu yang sempit atau mengalami
stenosis (penyempitan) atau insifisiensi berupa tidak menutupnya katup dengan
sempurna. Secara normal letak katup bikuspidalis/mitralis pada interkostae ke-5
sebelah kiri, letak katup trikuspidalis pada interkostae ke-4 sebalah kanan, letak
klep semilunar aorta pada interkostae ke-3/4 sebelah kiri, letak katup semilunar a.
femoralis pada interkostae ke-2/3 di sebalah kiri.

Untuk mengetahui frekuensi denyut nadi (pulsus) pada anjing dapat


dirasakan dengan palpasi ringan dengan menekan pembuluh darah arteri femoralis
yang terletak di kaki belakang bagian medial. Pada anjing memiliki frekuensi
normal pulsus yakni 76-148 kali/menit (Subronto, 2008). Sedangkan menurut
Eldredge (2007), menyatakan Frekuensi pulsus normal anjing antara 80-160
kali/menit. Gangguan irama pulsus berupa jika pulsus hilang diakibatkan denyut
jantung hilang maka disebut pulsus defisit dapat berarti denyut jantung lebih tinggi
daripada pulsus. Akan tetapi jika pulsus hilang dan denyut jantung masih ada maka
disebut pulsus intemitten. Pulsus hperkinetik merupakan pulsus dengan amplitudo
besar dan peningkatan yang cepat, Amplitudo besar menunjukkan stroke volume
yang besar, peningkatan yang cepat menggambarkan kecepatan kontraksi.

Sistem vena kurang lebih 60-70% darah beredar melalui vena besar, sunis
vena, dan venula. Darah dalam sistem vena mengalir balik ke jantung melalui
5

atrium kanan, digerakkan oleh tekanan yang disebut tekanan vena pusat atau
Central Venous Pressure (CVP). Secara normal vena tidak mengalami denyut,
meskipun mengalam akan dalam keadaan yang lemah atau tidak kuat diakibatkan
tekanan dari vena cava yang kuat ketika mengalami kontraksi dari atrium ke
ventrikel atau saat sistol.

Pulsus vena jugularis atau dikenal pulsusu jugularis, pada keadaan tertentu
dapat telihat gelombang pada subkutan pada sulcus jugularis dapat bersifat negatif,
positif, atau palsu. Pulsus jugularis negatif merupakan dalam keadaan normal
terjadi saat sistol, bila darah tidak dapat masuk ke dalam atrium maka didorong
kembali ke vena jugularis, menyebabkan dilatasi vena jugularis saat presistol
(sebelum jantung berdenyut), hal seperti ini dapat dilihat secara jelas pada sapi atau
hewan dengan kausa stenosis katub trikuspidalis, pada hearth block dan
perikarditia eksudativa. Pulsus jugularis positif dapat dirasakan dengan inspeksi
bahkan palpasi dan terasa denyuta dengan sangat jelas. Hal ini disebabkan
insufisiensi katub trikuspidalis, ketika saat sistol, darah akan diriong kembali ke
atrium kanan dan vena cava karena katub trikuspidalis tidak menutup dengan
sempurna, pulsus ini terjadi secara sinkron dengan denyut jantung sebagai gejala
patognomonis dari insufisiensi katub trikuspidalis. Pulsus jugularis palsu terjadi ada
hewan yang sangat kurus sehingga denyut dari arteri karotis dapat dikelirukan
dengan pulsus jugularis positif. Untuk membedakannya pada pulsus jugularis palsu
ketika ditekan tidak akan hilang, sedangkan jika positif dengan tekanan seperti itu
akan menghilang. Pada kelemahan otot jantung, vena jugularis yang penuh darah
belum dapat terlihat jelas, setelah dilakukan kompresi atau penekanan dengan jari
pada vena tersebut akan terjadi penggembungan. Sebaliknya pada kelumpuhan
vasomotor vena jugularis tidak mengembang dan ketika dilakukan kompresi
dengan jari hanya menyebabkan ketegagan yang sedikit saja.

Pada anjing tekanan darah venosa dapat dirasakan pada vena saphena dalam
keadaan dibaringkan kemudia lakukan kompresi dan lepaskan secara tiba-iba,
dalam keadaaan normal maka vena akan mengisi setelah tekanannya dibebaskan.
6

Sedangkan frekuensi nafas anjing dapat diketahui dengan cara meletakkan


telapak tangan di depan hidung anjing dan menghitung selama satu menit.
Frekuensi nafas anjing normal adalah 24-42 kali/menit (Surono et all., 2003).
Sedangkan menurut Eldredge (2007), menyatakan frekuensi nafas normal pada
anjing berkisar antara 12-40 kali per menit. Untuk mendengarkan suara respirasi,
arahkan stetoskop pada area paru-paru. Kemudian dengarkan suara-suara vesikuler
atau bronchial dan suara abnormal respirasi. Menurut Triakoso (2011), suara suara
yang mungkin terdengar antara lain:

- Suara nyaring : Normal


- Suara redup : paru paru bermasalah
- Suara tympanis : (Bloat)
- Suara logam (metalis ring sound)
- Suara pot pecah (olla rupta)

1.2 Maksud dan Tujuan

Untuk mengetahui prosedur pemeriksaan sistem kardiovaskuler pada


anjing.
7

II. MATERI DAN METODE

2.1 Materi

Alat-alat yang digunakan dalam praktikum pemeriksaan umum yakni:


• Stetoskop
• Palu perkusi
• Pleksimeter
• Stopwatch

2.2 Metode

2.2.1 Waktu dan Tempat

Adapun waktu dan tempat dilakukannya praktikum mengenai sistem


pernapasan ini adalah:
Hari, Tanggal : Kamis, 8 Maret 2018
Waktu : 13:00-14:00 WITA
Tempat : Laboratorium Diagnosis Klinik Veteriner, Fakultas Kedokteran
Hewan, Universitas Udayana

2.2.2 Metode

Metode yang digunakan yakni pengamatan dan pemeriksaan sistem


kardiovaskuler:

1. Metode inspeksi dan palpasi


Digunakan untuk pemeriksaan apex beat/iktus cordis, kompresi vena
saphena dan jugularis, pulsus vena jugularis, dan regio thoraks.
2. Metode Perkusi
Digunakan untuk pemeriksaan ukuran dan lokasi paru-paru, jantung, daerah
keredupan jantung absolut.
3. Metode Auskultasi
Digunakan untuk mendengarkan suara jantung dan paru.

7
8

III. HASIL PRAKTIKUM

KONSULTASI PEMERIKSAAN JANTUNG DAN PEMBULUH DARAH


LABORATORIUM DIAGNOSIS KLINIK VETERINER
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN UNIVERSITAS UDAYANA
JALAN RAYA SESETAN, GANG MARKISA NO.6
BANJAR GADUH, DENPASAR, BALI

Nama Hewan : Loli


Spesies : Anjing
Ras : Labrador mix
Jenis Kelamin : Betina
Pemilik : Ni Wayan Intan Martinez
Alamat : Jalan raya sesetan 266
Umur : 3 Tahun
Telepon : 0858 4608 9517
Foto :

8
9

Riwayat Pasien
1. Hewan mampu beraktivitas Iya, masih
2. Hewan batuk dan saat paling sering terjadi Tidak ada
3. Pemunculan gejala mendadak atau perlahan Tidak ada
4. Masalah pada hewan dengan cepat memburuk Tidak
5. Hewan pernah dalam keadaan lemah atau Tidak
pingsan
6. Pengobatan pada hewan (jenis obat, waktu Tidak pernah
pengobatan, dosis obat, dan penyembhannya)
7. Jenis pakan yang dimakan Pakan kering
8. Catatan medik tentang tetua/nenek moyang Tidak ada
atau saudaranya
9. Masalah lain yang sedang dihadapi hewan ini Tidak ada

Penilaian terhadap pasien


1. Keadaan Tubuh
1. Hewan terlalu kurus atau gemuk Normal (3)
2. Ditemukannya kardiak kaheksia Tidak
2. Karakter pernapasan
1. Peningkatan laju respirasi 37 kali/menit
(anjing: 12-30; kucing: 20-30 /menit)
2. Hewan tampak sesak nafas/berupaya untuk Tidak
nafas (dispnoea) saat berisitirahat
3. Hewan terlihat cemas ketika bernafas Tidak
(mata melotot, cuping hidung kembang
kempis; kepala dan leher dijulurkan)
3. Postur tubuh dan cara melangkah
1. Pada kaki belakang terlihat lemah Tidak
2. Palpasi pada A. femoralis teraba Iya, 85 kali/menit
3. Pada telapak kaki terasa pucat, dingin, atau Tidak
sianosis
4. Vena jugularis
1. Palpasi pada vena jugularis terasa adanya Tidak
pembendungan
2. Terasa denyut pada vena jugularis Tidak
5. Palpasi prekordium
1. Palpasi di daerah prekordium dirasakan detak Iya
apex beat
2. Palpasi apex beat dirasakan pada interkostae Iya
ke-5 dekat dengan costocondraljunction
10

3. Dirasakan apex beat diluar daerah tersebut Tidak


4. Detak apex beat terasa bertambah keras atau Sedikit bertambah keras
bertambah lemah
6. Getar prekordium

1. Dirasakan getar (thrill) pada dinding thoraks Tidak


7. Abdomen

1. Ditemukannya asites pembesaran limpa, Tidak


pembesaran hati saat palpasi
8. Selaput lendir (mukosa)

1. Selaput lendir teramati merah muda Iya


2. Selaput lendir sianosis Tidak
3. Jika biru, mukosa bagian kaudal tubuh lebih Tidak
biru dibandingkan bagian tubuh kranial
4. Selaput lendir pucat Tidak
5. Selaput lendir hiperemi (merah darah) Tidak
9. Capillary Refill Time/CRT

1. CRT pada gigi taring berlangsung lebih dari Tidak, cukup cepat
dua detik
10. Denyut nadi/pulsus

1. Dirasakan denyut nadi A. femoralis Iya


2. Laju pulsus per menit 85 kali/menit
3. Dirasakan pulsus defisit Tidak
4. Dirasakan pulsus hiperkinetik Tidak
5. Denyut nadi bersamaan dengan detak antung Tidak, lebih cepat detak
pertama jantung

Auskultasi Kardiak

1. Alat yang digunakan dalam keadaan baik Iya, dalam keadaan baik
(stetoskop, corong/bell, diafragma, selang, dan
earpiece)
2. Ruang periksa dalam keadaan tenang Tidak
3. Pasien di restrain dengan semestinya Iya
4. Hewan dalam posisi berdiri Iya
5. Laju detak jantung dalam satu menit 87 kali/menit
6. Irama detak jantung Teratur/reguler
7. Hubungan detak jantung dengan A. femoralis Lebih cepat detak
jantung dibandingkan A.
femoralis
11

Suara jantung normal

1. Terdengar suara jantung Iya


2. Terdengar suara jantung pertama (S1) Iya
(akibat penutupan klep atrioventrikularis:
trikuspidalis dan mitralis)
3. Terdengar seperti suara lubb Iya
4. Terdengar suara jantung pertama pada klep
trikuspidalis dan mitralis
5. Terdengar suara jantung kedua (S2) Iya
(akibat penutupan klep semilunar: aorta dan
A. pulmonalis)
6. Terdengar suara seperti dubb Iya
7. Terdengar S2 pada lokasi klep aorta dan A. Iya
pulmonalis
12

IV. PEMBAHASAN

Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil praktikum pemeriksaan sistem


kardiovaskuler didapat pembahasan sebagai berikut.

Pemeriksaan sistem kardiovaskular bertujuan untuk mengetahui keadaan


fisik hewan secara kardiovaskular. hal awal yang harus diketahui adalah riwayat
pasien. Dari hasil pemeriksaan didapat bahwa hewan masih mampu beraktivitas
seperti biasa, hewan tidak batu, tidak ada gejala yang mendadak ataupun perlahan,
jika terjadi sesuatu kondisi hewan tidak cepat memburuk, hewan tidak pernah
pngsan jika dalam keadaan lemah atau pingsan, hewan belum pernah mengalami
suatu terapi pengobatan, jenis pakan yang dimakan adalah pakan kering, hewan
tidak memiliki catatan medic tentang tetua/nenek moyang atau saudaranya dan
hewan tidak memiliki masalah yang sedang dihadapi.

Setelah pemeriksaan riwayat pasien berikutnya adalah penilaian terhadap


pasien dimana penilaian tersebut meliputi: keadaan tubuh, karakter pernafasan,
postur tubuh dan cara melangkah, vena jugularis, palpasi precordium, getar
precordium, pemeriksaan abdomen, selaput lender (membrane mukosa), capillary
refill time (CRT), denyut nadi, auskultasi kardiak, dan suara jantung normal.

Pemeriksaan keadaan tubuh yang didapat adalah hewan tidak terlalu kurus
atau gemuk, hewan yang diperiksa memiliki tubuh yang proporsional, sehingga
dapat dikatakan bahwa hewan memiliki keadaan tubuh yang normal. Hasil
pemeriksaan kedua adalah hewan tidak mengalami cardiac kaheksia. kaheksia
jantung (cardiac cachexia) merupakan prediktor penurunan angka kelangsungan
hidup. Jika selama 6 bulan terakhir berat badan > 6 % dari berat badan stabil
sebelumnya tanpa disertai retensi cairan, pasien didefinisikan sebagai kaheksia.

Pemeriksaan selanjutnya adalah pemeriksaan karakter pernafasan. Pada


pemeriksaan karakter pernafasan dapat diketahui ada atau tidaknya kelainan pada
sistem penafasan dan keadaan fisik serta vaskuler hewan. Permeriksaan yang
pertama dilakukan adalah pemeriksaan laju nafas untuk mengetahui ada atau

12
13

tidaknya peningkatan laju nafas. Pemeriksaan laju nafas dilakukan dengan


menghitung frekuensi nafas dengan cara mendekatkan punggung tangan ke hidung
hewan. Hasil yang didapat adalah 37kali/menit tergolong tidak normal dan gerjadi
peningkatan laju nafas dengan napas normal pada anjing berkisar 12-30 kali
permenit. Hal ini diduga anjing melakukan aktifitas berlebih, suasana ruangan yang
panas dan melihat banyak orang serta hewan lain yang menyebabkan hewan dalam
kondisi stress dan kelelahan. Pada pemeriksaan nafas secara inspeksi visual dapat
dilihat bahwa hewan tidak mengalami kesulitan dalam bernafas (dispnoea), hewan
tidak terlihat cemas ketika bernafas.

Pemeriksaan selanjutnya adalah pemeriksaan postur tubuh dan cara


melangkah. Secara inspeksi pada kaki belakang tidak terlihat lemah. Palpasi pada
arteri femoralis didapat hasil denyut teraba dengan frekuensi 85 kali permenit
tergolong normal pada kisaran 60-90 kali permenit. Pada telapak kaki hewan tidak
pucat, tidak terasa dingin, atau terjadi sianosis (perubahan warna kebiruan).

Pemeriksaan vena jugularis bertujuan untuk mengetahui keadaan fisik dari


klep jantung. Dimana jika terdapat denyut pada vena jugularis merupakan salah satu
patognomonis pada kelainan klep jantung. Pemeriksaan yang dilakukan adalah
palpasi pada vena jugularis, hasil yang diperoleh adalah vena jugularis tidak
mengalami pembendungan dan tidak terdapat denyut.

Palpasi prekardium Dilakukan untuk melihat apex beat yang merupakan


refleks gerakan dinding thoraks sebagai hasil dari kontraksi ventrikel kiri dan ujung
apex yang menyentuh dinding thoraks. Lokasi apex beat ditentukan oleh besar
jantung (morfologi), stroke volume, waktu ejeksi, dan relaksasi ventrikel sampai
persiapan sistoli kembali. Kekuatan apex beat dipengaruhi oleh ketebalan dinding
thoraks baik karena lemak subkutan maupun otot-otot interkostalis jaringan paru-
paru yang berada diantara jantung dan dinding thoraks serta posisi atau sikap berdiri
hewan. Pada pemeriksaan palpasi vena jugularis tidak ada ditemukannya
pembendungan tetapi terasa adanya denyut pada vena jugularis.
14

Pada anjing apex beat dapat ditemukan di dinding thoraks sisi ventral, dekat dengan
sternum dan sisi kiri lebih terlihat dibandingkan sisi kanan. Apex beat tidak tidak
dapat terasa lagi bila jantungnya terdorong jauh ke dalam thoraks oleh cairan
misalnya pericarditis serosa, pleuritis exudatia, hidroperikard, hidrothoraks. Pada
palpasi pericardium dapat dirasakan detak apex beat pada ruang sela iga ke-5
didekat sambunan antara iga tulang keras dengan iga tulang rawan. Apex beat ini
tidak dapat dirasakan diluar lokasi. Apex beat yang lemah pada kanan dan bagian
kiri bertambah keras.
Pada pemeriksaan secara inspeksi yang dilakukan pada daerah thorax getar
pericardium tidak ditemukannya getar (thrill) pada dinding dada. Karena pada
anjing kami dalam keadaan normal. pemeriksaan abdomen tidak ditemukannya
ascites, pembesaran limpa, hati pada palpasi abdomen.

Pada pemeriksaan selaput lendir atau membrane mukosa yang diperhatikan


adalah warna dari selaput lendir. Warna normal pada selaput lendir adalah merah
muda, sedangkan jika selaput lendir berwarna merah darah mengindikasikan bahwa
anjing mengalami hiperemi, apabila membrane mukosa berwarna pucat
kemungkinan hewan mengalami anemia, dan jika berwarna kuning maka itu adalah
ikterus serta berwarna biru maka hewan mengalami cyonatis (kurang oksigen). Dari
hasil pemeriksaan hewan yang diperiksa membrane mukosa menunjukan warna
merah muda yang mengindikasikan bahwa hewan sehat.

Pemeriksaan Capillary Refill Time (CRT) yang dilakukan dengan cara


menekan gusi dan kemudian dilepaskan dan diamati seberapa cepat gusi yang pucat
karena tekanan akan kembali seperti semula. Hasil yang didapatkan yaitu gusi
kembali ke warna normal dalam waktu kurang dari 2 detik tergolong normal dan
menandakan tidak terjadi gangguang sirkulasi dan hewan tidak mengalami anemia.

Pemerikaan denyut nadi dilakukan untuk menilai kondisi sirkulasi (jantung,


lab darah, vena). Pemeriksaan denyut nadi dapat dilakukan dengan pemeriksaan
pulsus pada pembuluh darah perifer. Pada anjing pulsus dapat diraba pada arteri
femoralis. Untuk meraba pulsus dapat digunakan dua jari (jari telunjuk dan jari
tengah atau jari tengah dan jari kelingking) yang diletakkan pada pembuluh darah
15

tersebut di atas. Bilamana pulsus pada pembuluh darah tersebut tidak berhasil
dideteksi maka dapat dilakukan pemeriksaan denyut jantung, akan tetapi frekuensi
denyut jantung tidak selalu identik dengan pulsus. Pada pemeriksaan pulsus perlu
diperhatikan mengenai frekuensi, kualitas, ritmus, kesetaraan, pengisian pembuluh
darah dan tegangan pembuluh darah. Pada pemeriksaan pulsus data yang kami
dapatkan saat pemeriksaan yaitu 85 kali/menit, dan tidak dirasakannya pulsus
deficit dan hiperkinetik.

Auskultasi kardiak dilakukan untuk mendengarkan suara jantung. Pada


pemeriksaan suara jantung digunakan stetoskop dengan keadaan yang baik. Ruang
periksa dalam keadaan tenang namun pada praktikum ini keadaan ruang periksa
tidak tenang karena ramai.hewan diperiksa dalam keadaan berdiri, suara didapatkan
sebagai suara pertama, kedua, ketiga dan keempat. Suara pertama disebabkan oleh
kontraksi kedua ventrikel yang diikuti penutupan katup atrioventrikular dan suara
kedua terdengaar ketika penutupan katup semilunar segera setelah ejeksi sempurna.
Suara ketiga dan keempat merupakan temuan patologis yang disebut suara gallop.
Pada hewan yang sehat suara jantung yang terdengar hanya suara pertama dan
kedua saja, sehingga suara ketiga dan keempat tidak terdengar. Setelah pemeriksaan
auskultasi kardiak didapat laju detak jantung adalah 87 kali permenit dengan irama
yang teratur, data tersebut tergolong normal untuk anjing besar. Auskultasi jantung
yang dilakukan brsamaan palpasi pulsus dilakukan untuk mengetahui hubungan
antara jantung dengan arteri femoralis. Hasil yang didapat adalah pulsus terasa
setelah detak jantuk atau suaa jantung pertama.

Suara jantung yang pertama terdengar nyaring dan panjang sedangkan suara
jantung yang kedua lebih perlahan dan pendek. Suara yang kedua disusul oleh
pause presistoli. Suara pertama ditimbulkan oleh penutupan katup atrioventrikular
segera setelah otot jantung ventrikel dan atrium pada fase sistoli. Suara pertama
dinamakan pula suara muskuler atau suara sistoli. Setelah itu diikuti dengan
peningkatan tekanan isovolumetrik dalam ventrikel dan mulailah terjadi vibrasi.
Menjelang ejeksi ventrikel secara sempurna yang berarti darah siap dipompakan
keluar dari ventrikel, tekanan pada dinding ventrikel lebih besar daripada dinding
16

aorta dan arteri pulmonalis dan segeralah katup semilunar membuka dan ejeksi
terjadi. Vibrasi yang dihasilkan menyebabkan terjadinya suara kedua. Suara kedua
yang ditimbulkan oleh penutupan katup-katup semilunar terjadi sewaktu diastoli,
maka dinamakan suara valvuler atau suara diastoli dan fasenya disebut fase diastoli.

Suara-suara jantung menjadi lemah terjadi pada insufficiensia cordis yang


berlangsung lama dan juga pada keadaan saat jantung seolah-olah terdorong jauh
ke dalam ruang thoraks, misalnya obesitas, kebengkakan pada dinding thoraks,
hidropericard dan hidrothoraks.
17

V. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil praktikum dan pembahasan diatas dapat disimpulkan


anjing yang bernama loli yang digunakan praktikum tidak mengalami kelainan pada
sistem kardiovaskuler. Keadaan ini tergambar dari kondisi hewan yang sehat,
trubuh yang proporsional yaitu tidak mengalami obesitas ataupun kekurusan. Hal-
hal yang mendukung kesehatan sistem kardiovaskuler adalah pola hidup hewan
yang sehat antara lain makanan yang sehat, kebersihan dan sanitasi lingkungan
yang baik serta kebiasaan hewan beraktivitas diluar ruangan.

17
18

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, Riza Zainuddin. 2007. Permasalahan dan Penanggulangan Penyakit pada


Hewan. Balai Penelitian Veteriner. Bogor.

Eldredge, Debra M. 2007. Home Veterinary Handbook (3rd edition). Wiley


Publishing, Inc., Hoboken, New Jersey

Subronto. 2008. Ilmu Penyakit Ternak I-B. Yogyakarta. Gadjah Mada University
Press. 58-61

Sianipar, Bernard T, Wahyu Wiryanta, Dedi Murdiana. 2004. Merawat dan Melatih
Anjing Penjaga. Jakarta: Agromedia Pustaka

Suprayogi, A. Darusman, Huda S. Ngabdusani, Iqbal. 2009. Perbandingan Nilai


Fisiologis Kardiorespirasi Dan Suhu Rektal Anjing Kampung Dewasa Dan
Anak. Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia. Vol. 14 No. 3
Triakoso. 2011. Penuntum Praktikum Pemeriksaan Fisik Ilmu Penyakit Dalam
Veteriner I. Departemen Ilmu Penyakit Dalam Universitas Airlangga.
Surabaya.

Untung, Onny. 2007. Merawat dan Melatih Anjing. Jakarta: Penebar Swadaya

Widodo, Setyo. 2011. Diagnostik Klinik Hewan Kecil. Edisi 1. Bogor: IPB Press

Muttaqin, Arif. 2009. Pengantar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan


Sistem Kardiovaskuler. Jakarta: Salemba Medika.

Peter Popesko. 1975. Atlas of Topographical Anatomy of The Domestic Animals.


1975. Vol 1. Ed ke 2. W.B. Saunders Company. Philadelphia.

18

Anda mungkin juga menyukai