Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN GAGAL JANTUNG

Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Tugas Praktik Klinik


Keperawatan Medikal Bedah II (BLOKPK 015)

Dosen Pembimbing : Budi Kristanto, Ns., M. Kep

Disusun oleh :
Nisita Rahman
D3A2021.086

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PANTI KOSALA


PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN
TAHUN 2021/2022
LEMBAR PENGESAHAN

Telah disetujui dan dipresentasikan di depan dosen pembimbing


Laporan Pendahuluan “Asuhan Keperawatan Pasien Gagal Jantung”
Program Studi Diploma III Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Panti
Kosala Surakarta pada:

Hari :

Tanggal :

Mengetahui

Pembimbing

Budi Kristanto, Ns., M. Kep

ii
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena telah memberi
petunjuk dan rahmat-Nya sehingga dapat diselesaikannya Laporan
Pendahuluan dengan judul “Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan
Pada Pasien Gagal Jantung”.
Adapun tujuan dari penulisan laporan ini adalah untuk memenuhi
syarat menyelesaikan mata ajar BLOKPK 015 Praktik Klinik Keperawatan
Medikal Bedah II di STIKES Panti Kosala. Selain itu, laporan ini juga
bertujuan untuk menambah wawasan tentang penyakit dalam sistem
kardiovaskuler terlebih pada penyakit gagal jantung bagi para pembaca.
Dengan selesainya Laporan Pendahuluan ini, diucapkan terimakasih
kepada:
1. Ibu Ratna Indriati, M. Kes selaku Ketua STIKES Panti Kosala
Surakarta yang telah memberikan izin dalam penulisan makalah ini.
2. Bapak Budi Kristanto, Ns., M. Kep selaku dosen pembimbing yang
telah memberikan pengarahan dan bimbingan dalam pembuatan
laporan ini hingga selesai.
3. Rekan-rekan dan semua pihak yang telah membantu dalam
pembuatan laporan ini hingga selesai.
4. Teman-teman seperjuangan di STIKES Panti Kosala yang saya
hargai.
5. Serta pembaca yang telah meluangkan waktu untuk membaca
laporan ini.
Diharapkan dengan adanya laporan ini akan memicu kemampuan
pembaca dalam pemahaman tentang gangguan sistem kardiovaskuler dan
dapat membantu dalam penulisan referensi bagi pembaca sesuai dengan
kebutuhan. Ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan
dukungan dan masukan sehingga penyusunan makalah ini dapat berjalan
dengan baik.

Surakarta, 15 April 2023

Penulis

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN ....................................................................... ii
KATA PENGANTAR................................................................................ iii
DAFTAR ISI ............................................................................................ iv
A. Konsep Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK)
1. Anatomi Sistem Pernapasan ...................................................... 1
2. Fisiologi Sistem Pernapasan ....................................................... 5
3. Definisi ....................................................................................... 5
4. Etiologi/Faktor Resiko ................................................................. 6
5. Patofisiologi ................................................................................ 8
6. Pathway ...................................................................................... 9
7. Pemeriksaan Penunjang ............................................................. 9
8. Tanda dan Gejala......................................................................... 10
9. Penatalaksanaan......................................................................... 12
10. Komplikasi ................................................................................... 13
B. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Penyakit Paru Obstruktif Kronik
(PPOK)
1. Pengkajian .................................................................................. 14
2. Diagnosa Keperawatan................................................................ 16
3. Perencanaan ............................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 24
LEMBAR KONSULTASI

iv
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN
PASIEN GAGAL JANTUNG

A. Konsep Penyakit Gagal Jantung


1. Anatomi dan Fisiologi Sistem Kardiovaskuler
Sistem kardiovaskuler merupakan bagian dari sistem sirkulasi darah
yang bertugas mengedarkan darah keseluruh tubuh dan
mengembalikannya kembali ke jantung. Darah membawa oksigen dan
nutrisi yang diperlukan sel-sel pada berbagai jaringan tubuh untuk
keperluan metabolisme. Dalam melaksanakan fungsinya sistem
kardiovaskuler melibatkan organ jantung, pembuluh darah dan darah
(Manurung, 2018; 117-125).
a. Jantung
Jantung berbentuk seperti buah pir atau kerucut terletak seperti
piramida terbalik dengan apeks (puncak) berada di bawah dan
basis (alas) berada di atas. Ada pendapat yang mengatakan bahwa
jantung sebesar kepalan tangan orang dewasa atau Panjang sekitar
12 cm dan lebar 9 cm. jantung terletak pada rongga thorax (cavum
thorax) tepatnya pada rongga mediastinum diantara paru-paru kiri
dan kanan. Jantung terdiri atas :
1) Dinding Jantung
Terdiri dari 3 lapisan :
a) Lapisan luar (epikardium atau pericardium)
Lapisan epikardium merupakan lapisan paling atas dari
dinding jantung. Selanjutnya lapisan miokardium yang
merupakan lapisan fungsional jantung yang memungkinkan
jantung bekerja sebagai pompa. Miokardium sendiri memiliki
fungsi istimewa yaitu bekerja secara otonom (miogenik),
durasi kontraksi lebih lama dari otot rangka dan mempu
berkontraksi secara ritmik. Ketebalan lapisan miokardium di
setiap ruangan jantung berbeda, ventrikel kiri memiliki lapisan
miokardium yang paling tebal karena memiliki beban lebih
berat untuk memompa darah ke sirkulasi sitemik yang
mempunyai tahanan aliran darah lebih besar.
b) Lapisan tengah (miokardium/Lapisan berotot)
Miokardium terdiri dari 2 berkas otot yaitu sinisitum antrium
dan sinisitum ventrikel. Setiap serabut otot dipisahkan diskus
interkalaris yang berfungsi mempercepat hantaran implus

1
2

pada setiap otot jantung. Antara sinisitum atrium dan


sinisitum ventrikel terdapat lubang yang dinamakan anoulus
fibrosus yang merupakan tempat masuknya serabut
internodal dari atrium ke ventrikel.
c) Lapisan dalam (endocardium)
Merupakan lapisan yang membentuk bagian dalam jantung
dan merupakan lapisan endotel yang sangat licin untuk
membantu aliran darah.
2) Ruang-Ruang Jantung
Jantung terdiri atas 4 ruangan, yaitu 2 ruang yang berdinding
tipis disebut atrium (serambi) dan 2 ruang yang berdinding tebal
disebut ventrikel (bilik).
a) Atrium
(1) Atrium kanan berfungsi sebagai penampungan darah
yang rendah oksigen dari seluruh tubuh. Darah tersebut
mengalir dari vena cava superior, vena kava inferior,
serta sinus koronarius yang berasal dari jantung sendiri.
Kemudian darah dipompakan ke ventrikel kanan dan
selanjutnya ke paru.
(2) Atrium kiri menerima darah yang kaya oksigen dari
kedua paru melalui 4 buah vena pulmonalis. Kemudian
darah mengalir ke ventrikel kiri, dan selanjutnya ke
seluruh tubuh melalui aorta. Kedua atrium tersebut
dipisahkan oleh sekat, yang disebut septum atrium.
b) Ventrikel
Permukaan dalam ventrikel memperlihatkan alur-alur otot
yang disebut tuberkula. Beberapa alur tampak menonjol,
yang disebut muskulus papilaris. Ujung muskulus papilaris
dihubungkan dengan tepi daun katup antrioveluler oleh
serat-serat yang disebut korda tendinae.
(1) Ventrikel kanan - menerima darah dari atrium kanan dan
dipompakan ke paru melalui arteri pulmonalis.
(2) Ventrikel kiri - menerima darah dari atrium kiri dan
dipompakan ke seluruh tubuh melalui aorta.
Kedua ventrikel ini dipisahkan oleh sekat yang disebut
septum ventrikel.
3

3) Katub-katub jantung
a) Katub antrioventrikuler
Katub yang terletak antara antrium kanan dan ventrikel
kanan mempunyai 3 buah katub disebut katub trikuspidalis.
Sedangkan katub yang letaknya diantara antrium kiri dan
ventrikel kiri mempunyai dua buah katub disebut katub
mitral.
b) Katub semilunar
Katub pulmonal – terletak pada arteri pulmonalis,
memisahkan pembuluh ini dari ventrikel kanan. Katub aorta
– terletak pada arteri pulmonalis, memisahkan pembuluh ini
dari ventrikel kanan. Kedua katub semilunar ini mempunyai
bentuk yang sama, terdiri aru 3 daun katub yang simetris
disertai penonjolan menyerupai corong yang dikaitkan
dengan sebuah cincin serabut. Adanya katub semilunar
memungkinkan darah mengalir dari masing-masing ventrikel
ke arteri pulmonalis atau aorta dan mencegah aliran balik
waktu diastol ventrikel. Pembukaan katub ini terjadi pada
waktu masing-masing ventrikel berkontraksi, dimana tekanan
ventrikel lebih tinggi daripada tekana di dalam pembuluh-
pembuluh arteri.
4) Otot-otot jantung
a) Otot atrium
b) Otot ventrikel
c) Jaringan khusus penghantar ransangan.
5) Pericardium
Yaitu lapisan pembungkus jantung, yang terdiri dari :
a) Viseralis
Melekat pada permukaan jantung
b) Parientalis
Melekat pada tulang dada, kolumna vetebralis dan
diagfragma.
Kedua pericardium dipisahkan oleh cairan pelumas untuk
mengurangi gesekan pada Gerakan memompa dari jantung itu
sendiri.
6) Pembuluh Darah Besar Pada Jantung
Ada beberapa pembuluh darah besar yang berdekatan letaknya
dengan jantung yaitu :
4

a) Vena cava superior


Vena cava superior adalah vena besar yang membawa
darah kotor dari tubuh bagian atas menuju antrium kanan.
b) Vena cava inferior
Vena cava inferior adalah vena besar yang membawa darah
kotor dari bagian bawah diagframa ke antrium kanan.
c) Sinus coronaria
Sinus coronaria adalah vena besar di jantung yang
membawa darah kotor dari jantung sendiri.
d) Trunkus pulmonalis
Pulmonalis trunk merupakan pembuluh darah besar yang
membawa darah kotor dari ventrikel kanan ke arteri
pulmonalis. Arteri pulmonalis dibagi menjadi 2 yaitu kanan
dan kiri yang membawa darah kotor dari pulmonary tunk ke
kedua paru-paru.
e) Vena pulmonalis
Vena pulmonalis, dibagi menjadi 2 yaitu kanan dan kiri yang
membawa darah bersih dari kedua paru-paru ke atrium kiri.
f) Aorta asendens
Ascending aorta, yaitu pembuluh darah besar yang
membawa darah bersih dari ventrikel kiri ke arkus aorta
(lengkung aorta) ke cabangnya yang bertanggung jawab
dengan organ tubuh bagian atas.
g) Aorta desendens atau descending aorta
Yaitu bagian aorta yang membawa darah bersih dan
bertanggung jawab dengan organ tubuh bagian bawah.
Arteri Koroner
Arteri coroner adalah cabang pertama dari sirkulasi sistemik.
Sirkulasi coroner terdiri dari :
a) Arteri koroner kiri
b) Arteri koroner kanan
Vena Jantung
Distribusi vena coroner sesungguhnya parallel dengan distribusi
arteri coroner.
Sistem vena jantung mempunyai 3 bagian yaitu :
a) Vena tebesian merupakan sistem yang terkecil, menyalurkan
Sebagian darah dari miokardium atrium kanan dan ventrikel
kanan.
5

b) Vena kardiaka anterior mempunyai fungsi yang cukup


penting, mengosongkan Sebagian besar isi vena ventrikel
langsung ke atrium kanan.
c) Sinus koronarius dan cabangnya. Merupakan sistem vena
yang paling besar dan paling penting; berfungsi menyalurkan
pengembalian darah vena miokard ke dalam atrium kanan
melalui ostium sinus koronarius yang bermuara di samping
vena kava inferior.
b. Vaskuler
Sistem vaskuler adalah sistem pembuluh darah yang berfungsi
sebagai tempat mengalirnya darah dari jantung dan menyebar
keseluruh jaringan tubuh dan kembali ke jantung. Vaskuler sendiri
sebagai sistem transport O2, CO2, makanan dan hormon serta obat -
obatan ke seluruh jaringan sesuai dengan kecepatan metabolisme
setiap sel dalam organ tubuh. Sistem pembuluh dan peredaran
darah tubuh manusia merupakan suatu jaringan pembuluh nadi
(arteri) serta pembuluh balik (vena), yang secara garis besar terdiri
dari 3 sistem aliran darah yaitu (Manurung, 2016; 9-19) :
1) Sistem peredaran darah kecil
Dari bilik jantung kanan darah mengalir ke paru-paru melalui
klep pulmonic untuk mengambil oksigen (O2) dan melepaskan
(CO2) kemudian masuk ke serambi kiri. Sistem peredaran darah
kecil ini berfungsi mebersihkan darah yang setelah beredar ke
seluruh tubuh memasuki serambi jantung kanan dengan kadar
oksigen yang rendah. Setelah beredar melalui kedua paru,
kadar zat oksigen meningkat dan CO2 menurun. Proses
pembersihan gas dalam paru-paru berlangsung di alveoli yang
halus dan berdinding sangat tipis dimana komponen udara
disadap oleh komponen darah merah. Dan gas CO2 dikeluarkan
Sebagian melalui udara pernafasan. Dengan demikian
dikatakan darah yang memasuki serambi kanan dikatakan
“darah kotor” karena kurang kandungan oksigen sedangkan
yang memasuki serambi kiri disebut “darah bersih” yang kaya
akan oksigen. Darah yang memasuki jantung kanan ini penuh
dengan zat makanan yang disalurkan dari hasil penyerapan
melalui usus dan hati.
6

2) Sistem sirkulasi darah besar


Darah kaya oksigen dari serambi kiri memasuki bilik kiri melalui
klep mitral, untuk kemudian di pompakan keseluruh tubuh dan
membawa zat oksigen serat bahan makanan yang diperlukan
oleh sel-sel. Darah ini dipompakan keluar bilik kiri melewati klep
aorta serta memasuki pembuluh darah utama, dan selanjutnya
melalui cabang-cabang pembuluh ini disalurkan ke segenap
bagian tubuh.
3) Sistem sirkulasi darah koroner
Sistem darah koroner terpisah dari sistem aliran darah kecil
maupun sistem aliran darah besar. Aliran darah untuk jantung
sendiri melalui pembuluh darah koroner dan kembali melalui
pembuluh darah balik yang menyatu dan bermuara di bilik
kanan. Melalui sistem peredaran darah koroner ini jantung
mendapatkan oksigen, zat makanan, serta zat-zat lain agar
dapat gerakkan jantung sesuai dengan fungsinya.
Pembagian sistem vaskuler secara anatomis antara lain :
1) Sistem distribusi
Terdiri dari arteri dan arteriola yang berfungsi sebagai
pengtranspor atau penyalur darah kesemua organ dan jaringan
sel tubuh serta mengatur alirannya ke bagian-bagian tubuh yang
membutuhkan.
2) Sistem difusi
Terdiri dari pembuluh darah kapiler yang ditandai dengan
dindingnya yang tersusun sedemikian rupa sehingga
memungkin terjadi proses difusi. Bahan didalamnya : O2, CO2,
zat gizi dan sisa metabolisme hingga sel dapat melaluinya.
3) Sistem pengumpul
Yaitu vena menrima dan mengumpulkan darah dari kapiler dan
pembuluh limfe kemudian dialirkan kembali ke jantung.
4) Saluran limfe
Struktur saluran limfe yang hampir sama dengan pembuluh
darah tepi memiliki lebih banyak katup. Saluran limfe
mengumpulkan, menyaring dan menyalurkan kembali cairan
limfe ke dalam darah yang keluar melalui dinding kapiler halus
untuk membersihkan jaringan.
7

c. Darah
Adalah suatu jaringan tubuh yang terdapat di dalam pembuluh
darah yang berwarna merah.
Darah berfungsi :
1) Menstranportasikan O2, KH dan metabolit.
2) Mengatur suhu tubuh dengan konduksi (hantaran).
3) Membawa panas tubuh dari pusat produksi panas untuk
didistribusikan keseluruh tubuh.
4) Mengatur hormon dengan membawa dan menghantarkan dari
kelenjar ke sasaran.
Sel-sel darah terdiri atas :
1) Sel darah merah
Dalam sel darah merah ini terdapat HB yang berfungsi sebagai
pengikat O2, membawa O2 dari paru-paru ke jaringan dan
membawa CO2 dari jaringan ke paru-paru kemudian dikeluarkan
melalui pernafasan. Pembentukan sel darah merah berada pada
sumsum tulang belakang. Umur dari sel darah merah sendiri
sekitar 105-120 hari sebelum dihancurkan di limpa.
2) Sel darah putih
Fungsi utama sel darah putih adalah sebagai pertahanan tubuh
dengan cara menghancurkan anti gen (kuman, virus dan toksin).
3) Trombosit
Fungsi dari trombosit adalah untuk pembekuan darah.
Trombosit sendiri dibentuk pada sum-sum tulang, paru-paru dan
limpa.
Selain darah sel-sel darah juga terdapat plasma darah. Plasma
darah merupakan bagian dari cairan darah yang digunakan
untuk media sirkulasi dan transportasi. Zat-zat yang terdapat di
dalam plasma darah antara lain :
a) Fibrinogen
Digunakan dalam pembekuan darah.
b) Garam-garam mineral
Berguna untuk metabolisme dan juga untuk
mempertahankan tekanan osmotik.
c) Protein darah
Terdiri atas albumin dan globumin. Untuk meningkatkan
viskositas darah dan menimbulkan tekanan osmotik untuk
memelihara keseimbangan cairan dalam tubuh.
8

d) Zat makanan
e) Hormon
f) Antibodi/antitoksin.
2. Pengertian Gagal Jantung
Menurut Manurung (2016; 109) gagal jantung biasanya disebut
dengan Decompensatio Cordis, yaitu ketidakmampuan jantung
memompakan darah secukupnya untuk memenuhi kebutuhan
sirkulasi.
Sedangkan menurut Majid (2018; 112,113) penyakit gagal jantung
dalam istilah medisnya dissebut dengan Heart Failure atau Cardiag
Failure, dimana merupakan keadaan darurat medis dimana jumlah
darah yang di pompakan oleh jantung seseorang setiap menitnya
(cardiag output) tidak mempu memenuhi kebutuhan normal
metabolisme tubuh. Hal ini berkaitan dengan adanya kelainan fungsi
jantung berakibat jantung gagal memompakan darah untuk kebutuhan
metabolisme tubuh. Hal yang terjadi berikutnya adalah jantung tidak
mampu mencukupi kebutuhan oksigen pada sebagian organ.
3. Penyebab dan Faktor Resiko
Penyebab gagal jantung mencangkup apapun yang menyebabkan
peningkatan volume plasma sampai derajat tertentu, sehingga volume
diastolik akhir meregangkan serat-serat ventrikel melebihi Panjang
optimumnya. Penyebab tersering adalah cedera pada jantung yang
memulai siklus kegagalan dengan mengurangi kekuatan kontraksi
jantung. Penyebab gagal jantung antara lain (Majid, 2018;112-114) :
a. Disfungsi Miokard (kegagalan miokardial)
b. Beban tekanan berlebihan/pembebanan sistolik (systolic overload)
Beban sistolik yang berlebihan mengakibatkan hambatan pada
pengosongan ventrikel, sehingga menurunkan curah ventrikel atau
isi sekuncup.
c. Beban volume berlebihan/pembebanan diastolic (diastolic
overload)
Preload yang berlebihan dan melampaui kapasitas ventrikel akan
menyebabkan volume dan tekanan pada akhir diastolik dalam
ventrikel meninggi. Curah jantung mula-mula akan meningkat
sesuai dengan besarnya renggangan otot jantung, tetapi bila
beban terus bertambah sampai melampaui batas tertentu, maka
curah jantung justru akan menurun kembali.
9

d. Peningkatan kebutuhan metabolik tubuh


Kebutuhan metabolik yang meningkat melebihi kapasitas
kemampuan jantung dimana jantung sudah bekerja maksimal,
maka akan terjadi kegagalan jantung walaupun curah jantung
sudah cukup tinggi, tetapi tidak mampu memenuhi kebutuhan
sirkulasi tubuh.
e. Gangguan pengisian
Hambatan pada pengisian ventrikel karena ganguan aliran masuk
ke dalam ventrikel atau pada aliran balik vena akan menyebabkan
pengeluaran atau output ventrikel berkurang dan curah jantung
mengalami penurunan.
f. Kelainan otot jantung
Gagal jantung sendiri paling sering dijumpai pada pasien dengan
kelainan otot jantung. Hal ini diakibatkan oleh menurunnya
kontraktilitas jantung. Kondisi yang mendasari penyebab kelainan
fungsi otot jantung mencakup arterosklerosis koroner
(penumpukan asam laktat yang mengganggu aliran darah ke otot
jantung), hipertensi arterial (meningkatnya beban kerja jantung),
dan penyakit otot degeneratif atau inflamasi.
Selain penyebab diatas juga terdapat faktor resiko terjadinya gagal
jantung diantaranya (Aspiani, 2014):
1) Merokok
2) Hipertensi
3) Hiperlipidemia
4) Obesitas
5) Kurang aktifitas fisik
6) Stress emosi
7) Diabetes Melitus
4. Patofisiologi Penyakit
Menurut Majid (2018; 114) kelainan fungsi otot jantung disebabkan
oleh arterosklerosis koroner, hipertensi arterial, dan penyakit otot
degeneratif atau inflamasi. Arterosklerosis koroner mengakibatkan
disfungsi miokardium karena tergganggunya aliran darah ke otot
jantung. Terjadi hipoksia dan asidosis akibat penumpukan asam laktat.
Infark miokard biasanya mendahului terjadinya gagal jantung.
Hipertensi sistemik/pulmonal meningkatkan beban kerja jantung dan
pada gilirannya mengakibatkan hipertrofi serabut otot jantung. Akan
tetapi hipertrofi pada serabut otot jantung akan berakibat pada kinerja
10

jantung yang abnormal dan berakibat terjadinya gagal jantung.


Peradangan dan penyakit miokarium degenerative berhubungan
dengan gagal jantung karena kondisi ini secara langsung merusak
serabut otot jantung mengakibatkan kontraktilitas menurun.
Ventrikel kanan dan kiri dapat mengalami kegagaglan secara
terpisah. Gagal ventrikel kiri paling sering mendahului gagal ventrikel
kanan. Karena curah ventrikel berpasangan atau sinkron, maka
kegagalan salah satu ventrikel dapat mengakibatkan penurunan
perfusi jaringan.
Letak suatu mikardium infark akan menentukan sisi jantung yang
pertama kali terkena setelah terjadi serangan jantung. Misal jika terjadi
pada ventrikel kiri maka akan berakibat darah kembali ke atrium, lalu
ke sirkulasi paru, ventrikel kanan dan atrium kanan, maka jelaslah
bahwa gagal jantung kiri akirnya akan menyebabkan gagal jantung
kanan. Pada kenyataannya penyebab gagal jantung kanan adalah
gagal jantung kiri. Karena tidak dipompa secara optimum keluar dari
sisi kanan jantung, maka darah mulai terkumpul di sistem vena perifer.
Hasil akhirnya adalah semakin berkurangnya volume darah dalam
sirkulasi dan menurunnya tekanan darah serta perburukan siklus gagal
jantung.
11

5. Pathway
Menurut Majid (2018) pathway penyakit gagal jantung adalah

1. Arterosklerosis koroner
2. Hipertensi arterial
3. Penyakit otot jantung degeneratif atau inflamasi

Kelainan fungsi otot jantung

Disfungsi miokard

Infark miokard

Gagal jantung

Menurunnya Kongesti pulmonalis


Hipertrofi ventrikel
curah jantung

Perembesan cairan di
Aktivasi Renin- Aliran darah ke
alveoli
Angiotensin- jantung dan otak

Aldosteron tidak adekuat


DX : gangguan
pertukaran gas
Peningkatan DX : penurunan
reabsorbsi Na+ dan curah jantung
Edema paru
H2O

Syok kardiogenik
Ekskresi Na+ dan Pengembangan paru
H2O dalam urine kurang optimal
Kematian
DX : kelebihan
DX : resiko pola napas
volume cairan
tidak efektif
12

6. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Hurst (2016; 165 & 166) pemeriksaan penunjang yang
bisa dilakukan pada pasien dengan gagal jantung adalah :
a. Pemeriksaan laboratorium
Biasanya berupa pemeriksaan laboratorium rutin ditambah dengan
pemeriksaan metabolik untuk memeriksa faktor penyebab (mis.
Diabetes) atau malfungsi pada organ vital lainnya karena perfusi
yang buruk (akut atau kronis). Pemeriksaan laboratorium yang
harus dilakukan adalah :
1) DPL (pemeriksaan darah lengkap)
2) Urinalisis
3) Elektrolit serum, termasuk magnesium dan kalium
4) Panel lipid puasa
5) Glukosa puasa dan glikohemoglobin
6) Kreatinin serum
7) Hormon tiroid
8) Uji fungsi hati
9) Nilai feritain (jika diduga hemokromatosis)
10) BNP
b. Pemeriksaan radiologi
Pemeriksaan radiologi mencangkup satu atau lebih pemeriksaan
dibawah ini :
1) Rontgen dada untuk mendeteksi pembesaran jantung, dilatasi
ruang jantung, dan infiltrate paru.
2) Ekokardiogram : ultrasound noninfasif untuk mendeteksi setiap
ketidaknormalan pada ukuran, bentuk, dan Gerakan jantung;
dapat menentukan fraksi ejeksi dan iskemia miokardium saat
dilakukan uji stress.
3) Transesofageal ekokardiogram (TEE) digunakan dengan cara
yang sama seperti ekokardiogram di atas, tetapi ultrasound
mendapat gambaran dari dalam esofagus, yang memberikan
pencitraan yang lebih baik, tajam, khususnya pada pasien yang
memiliki payudara besar atau massa otot yang banyak.
4) MRI, dapat memperlihatkan masalah pada otot jantung,
pembuluh besar, pericardium dan katub.
5) Sonogram dapat menunjukkan dimensi pembesaran bilik
jantung, perubahan dalam fungsi/struktr katub atau area
penurunan kontraktilitas ventricular.
13

7. Tanda dan Gejala


Menurut Manurung (2016; 109) tanda dan gejala seseorang yang
mengalami gagal jantung antara lain :
a. Lelah
b. Anoreksia
c. Kaheksia
d. Mual/muntah
e. Takipnea
f. Dispnea
g. Takikardia
h. Irama galop
i. Ronkhi
Gagal ventrikel kanan :
a. Gelisah
b. Dispnea
c. Ortopnea
d. Takipnea
e. Ronkhi
Gagal ventrikel kanan :
a. Peningkatan tekanan/distensi vena dileher
b. Oedema : diekstremitas perifer, sacrum dan genital, asites.
c. Hepatosplenomegaly
d. Reflek hematojugular
e. Peningkatan berat badan
f. Penurunan haluaran urine
8. Penatalaksanaan
Menurut Manurung (2016; 111) penatalaksanaan pada pasien
yang mengalami gagal jantung antara lain:
a. Tirah baring
b. Diet rendah garam
c. Obat-obatan : diuretic, vasodilator, beta-bloker, inotropic dan
morfin sulfat.
d. Terapi oksigen
e. Pemantauan jantung dan hemodinamik.
9. Komplikasi Penyakit Gagal Jantung
Menurut Manurung (2016) komplikasi penyakit gagal jantung
adalah :
a. Edema paru dan emboli
14

b. Infark paru
c. Syok kardiogenik
Sedangkan menurut LeMone et al., (2015; 1213) mekanisme
kompensasi yang dimulai pada gagal jantung dapat menyebabkan
komplikasi pada sistem tubuh lain. Hepatomegali kongestife dan
splenomegaly kongestif yang disebabkan oleh pembengkakkan
system vena porta menimbulkan peningkatan tekanan abdomen,
asites, dan masalah pencernaan. Pada gagal jantung sebelah kanan
yang lama, fungsi hati dapat terganggu. Distensi miokardium yang
dapat memicu disritmia, mengganggu curah jantung lebih lanjut. Efusi
pleura dan masalah paru lain dapat terjadi. Komplikasi mayor gagal
jantung berat adalah syok kardiogenik, dan edema paru akut.

B. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Gagal Jantung


1. Pengkajian Pasien Gagal Jantung
Menurut Manurung (2016; 111-113) pengkajian yang dapat dilakukan
pada pasien gagal jantung adalah :
a. Aktivitas atau istirahat
Gejala : kelelahan, kelemahan, tidak dapat tidur, pola hidup
menetap, jadwal olahraga tidak teratur.
Tanda : takikardia, dispnea pada istirahat/aktivitas.
b. Sirkulasi
Gejala : Riwayat infark miokard sebelumnya, penyakit arteri
coroner, masalah takanan darah, diabetes mellitus.
Tekanan darah : dapat normal/naik turun, perubahan postural
dicatat dari tidur sampai duduk.
Nadi : dapat normal; penuh/takkuat atau lemah/kuat kualitasnya
dengan pengisian kapiler lambat; tidak teratur (disritmia) mungkin
terjadi.
Bunyi jantung : bunyi jantung ekstra mungkin menunjukkan gagal
jantung, jantung penurunan kontraktilitas, irama jantung dapat
teratur/tidak teratur, kulit pucat atau sianosis.
c. Integritas Ego
Gejala : menyangkal gejala, takut mati, perasaan ajal sudah dekat,
marah pada penyakit, kuatir tentang keluarga, kerja, keuanganan.
Tanda : menolak, meyangkal, cemas, kurang kontak mata,
grelisah, marah, perilaku menantang, focus pada diri sendiri.
15

d. Eliminasi
Tanda : normal atau bunyi usus menurun
e. Makanan atau cairan
Gejala : mual, kehilangan nafsu makan, bersendawa, nyeri ulu
hati/terbakar.
Tanda : penurunan tugor kulit, muntah, perubahan berat badan.
f. Hygiene
Gejala/tanda : kesulitan melakukan tugas perawatan.
g. Neurosensori
Gejala : pusing, berdenyut selama tidur atau saat bangun (duduk
atau istirahat).
Tanda : perubahan mental, kelemahan.
h. Nyeri
Gejala : nyeri pada dada yang timbulnya mendadak, tidak hilang
dengan istirahat atau nitrogliserin.
Lokasi : tipikal pada anterior, substernal, dapat menyebar ke
tangan, rahang, wajah, punggung dan leher. Tidak tertentu
lokasinya.
Kualitas : menyempit, berat, tertekan, menetap.
Intensitas : biasanya 10 pada skala 1-10; mungkin ‘pengalaman
nyeri yang paling buruk yang pernah dialami’.
Tanda : wajah meringis, perubahan postur tubuh, menangis,
merintih, merenggang, mengeliat, menarik diri, kehilangan kontak
mata, perubahan irama jantung, tekanan darah, pernafasan, warna
kulit serta kesadaran mengalami penurunan.
i. Pernafasan
Gejala : dispnea, dispnea nocturnal, batuk dengan/tanpa produksi
sputum, riwayat merokok, PPOK.
Tanda : peningkatan frekuensi pernafasan, nafas sesak/kuat, pucat
atau sianosis.
Bunyi napas : bersih/mengi
Sputum : bersih, merah muda kental.
j. Interaksi sosial
Gejala : stress saat ini, kerja, keluarga, kesulitan koping dengan
stressor yang ada.
Tanda : kesulitan istirahat dengan tenang, respon terlalu emosi,
dan menarik diri dari keluarga.
16

2. Diagnosa Keperawatan
Menurut Aspiani (2014; 162) diagnosa keperawatan yang dapat
ditegakkan adalah :
a. Penurunan curah jantung yang berhubungan dengan
ketidakmampuan jantung memompakan sejumlah darah untuk
mencukupi kebutuhan jaringan tubuh.
b. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan
membrane kapiler alveolus ditandai dengan sesak napas.
c. Volume cairan berlebih berhubungan dengan menurunnya curah
jantung/meningkatnya produksi ADH dan retensi natrium dan air
ditandai dengan oliguria, edema, peningkatan berat badan.
d. Intoleransi efektivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan
suplai dan kebutuhan oksigen ditandai dengan kelemahan,
kelelahan, perubahan tanda-tanda vital.
3. Perencanaan
a. DX. No. 1
1) SDKI : (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017; 34).
Penurunan curah jantung yang berhubungan dengan
perubahan kontraktilitas
2) SLKI : (Tim Pokja SLKI DPP PPNI, 2019; 20)
Curah Jantung
Ekspektasi : Pasien mampu mencapai curah jantung yang
meningkat.
No Indikator 1 2 3 4 5
1 Takikardia
2 Pucat/sianosis
3 Lelah
4 Edema
5 Dispnea
Keterangan skala :
1 : meningkat
2 : cukup meningkat
3 : sedang
4 : cukup menurun
5 : menurun
3) SIKI :
a) Perawatan Jantung (Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018; 317-
318).
17

Tindakan :
(1) Identifikasi tanda/gejala primer penurunan curah
jantung (meliputi edema, kelelahan, dispnea, dll)
(2) Monitor tekanan darah
(3) Monitor saturasi oksigen
(4) Monitor keluhan nyeri dada
(5) Monitor intake dan output cairan
(6) Posisikan pasien semifowler
(7) Berikan diet jantung yang sesuai (mis. Batasi
asupan kafein, natrium, kolestrol, dan makanan
tinggi lemak)
(8) Berikan oksigen untuk mempertahankan saturasi
>94%
(9) Anjurkan beraktifitas fisik sesuai dengan toleransi
(10) Anjurkan berhenti merokok
(11) Anjurkan beraktifitas secara bertahap
(12) Kolaborasikan dengan pemberian aritmia, jika perlu
(13) Rujuk ke program rehabilitasi jantung.
b) Manajemen syok kardigenik (Tim Pokja SDKI DPP PPNI,
2017; 223)
(1) Monitor status kardiopulmonal (frekuensi dan kekuatan
nadi, frekuensi napas, TD, MAP)
(2) Identifikasi penyebab utama (mis. Volume, pompa atau
irama)
(3) Pertahankan jalan napas paten.
(4) Pasang jalur IV
(5) Kolaborasi pemberian antiaritmia bila perlu
b. DX. No. 2
1) SDKI : (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017; 22)
Gangguan pertukaran gas yang berhubungan dengan
ketidakseimbangan ventilasi-perfusi.
2) SLKI : (Tim Pokja SLKI DPP PPNI, 2019; 94)
Pertukaran Gas
Ekspektasi : Pasien mampu mencapai pertukaran gas yang
meningkat.
No Indikator 1 2 3 4 5
1 Dispnea
2 Gelisah
18

3 PO2
4 Takikardia
5 Pola Napas
Keterangan skala :
No, 1&2 :
1 : meningkat
2 : cukup meningkat
3 : sedang
4 : cukup menurun
5 : menurun
No 3-5 :
1 : memburuk
2 : cukup memburuk
3 : sedang
4 : cukup membaik
5 : membaik
3) SIKI :
a) Terapi Oksigen (Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018; 431)
Tindakan :
(1) Monitor kecepatan aliran oksigen
(2) Monitor efektifitas terapi oksigen
(3) Monitor kecemasan akibat terapi oksigen
(4) Pertahankan kepatenan jalan napas
(5) Tetap berikan oksigen saat pasien ditransportasi
(6) Ajarkan pasien dan keluarga cara menggunakan
oksigen di rumah
(7) Kolaborasikan penentuan dosis oksigen
(8) Kolaborasikan penggunaan oksigen saat aktivitas
dan/atau saat tidur.
b) Pemantauan respirasi (Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018;
247)
(1) Monitor frekuensi, irama, kedalaman, dan upaya napas
(2) Palpasi kesimetrisan paru
(3) Atur interval pemantauan respirasi sesuai kondisi
pasien
(4) Jelakan tujuan dan prosedur pemantauan
(5) Informasikan hasil pemantauan jika perlu.
19

c. DX. NO.3
1) NANDA : (Hederman & Kamitsuru, 2019; 226)
Intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan ketidak-
seimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen.
2) NOC : (Moorhead et al., 2016; 582)
Toleransi Terhadap Aktivitas.
Ekspektasi : pasien mampu mencapai toleransi terhadap
aktivitas yang meningkat.
No Indikator 1 2 3 4 5
1 Frekuensi pernafasan saat
beraktivitas
2 Temuan hasil EKG
3 Saturasi oksigen saat beraktivitas
4 Kemampuan untuk berbicara ketika
melakukan aktivitas
5 Frekuensi nadi ketika beraktivitas
Keterangan skala :
1 : sangat terganggu
2 : banyak terganggu
3 : cukup terganggu
4 : sedikit terganggu
5 : tidak terganggu
3) NIC :
a) Perawatan Jantung : Rehabilitatif. (Bulechek et al., 2016;
366)
Tindakan :
(1) Monitor toleransi pasien terhadap aktivitas
(2) Berikan dukungan harapan yang realistis pada pasien
dan keluarga
(3) Intruksikan kepada pasien dan keluarga mengenai
modifikasi faktor resiko jantung (mis. Menghentikan
kebiasaan merokok, diet dan olahraga)
(4) Intruksikan pasien dan keluarga mengenai
pertimbangan khusus terkait dengan aktivitas sehari-
hari (mis. Pembatasan aktivitas dan meluangkan waktu
untuk beristirahat)
(5) Koordinasikan rujukan pasien (diet maupun fisioterapi)
20

b) Manajemen Energi (Bulechek et al., 2016; 177-178)


(1) Monitor lokasi dan sumber ketidaknyamanan/nyeri yang
dialami pasien selama aktivitas
(2) Tingkatkan tirah baring/pembatasan kegiatan (mis.
Meningkatkan jumlah waktu istirahat pasien)
(3) Anjurkan periode istirahat dan kegiatan secara
bergantian
(4) Instruksikan pasien/orang terdekat mengenai kelelahan
(gejala yang akan muncul atau kekambuhan yang
mungkin akan muncul kembali)
DAFTAR PUSTAKA

Aspiani, R. Y. (2014). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Gangguan


Kardiovaskular Aplikasi NIC & NOC (W. Praptiani (ed.)). EGC.
Bulechek, G., Butcher, H., Dochterman, J., & Wagner, C. (2016). Nursing
Intervensions Clasification (NIC) (6th ed.). Elsevier Inc.
Hederman, T. H., & Kamitsuru, S. (2019). NANDA-I Diagnosis Keperawatan:
Definisi dan Klasifikasi (11th ed.). Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Hurst, M. (2016). Belajar Mudah Keperawatan Medikal-Bedah (Q. Rahman,
R. P. Wulandari, & M. T. Iskandar (eds.); 1st ed.). EGC.
LeMone, P., Burke, K. M., & Bauldoff, G. (2015). Buku Ajar Keperawatan
Medikal Bedah (A. Linda (ed.); 5th ed.). EGC.
Majid, A. (2018). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan
Sistem Kardiovaskuler (Paper Plane (ed.)). Pustaka Baru Press.
Manurung, Nixon. (2018). Keperawatan Medikal Bedah Konsep Mind
Mapping dan NANDA NIC NOC Solusi Cerdas lulus UKOM Bidang
Keperawatan Jilid II (A. Maftuhin (ed.)). CV. Trans Info Media.
Manurung, Nixson. (2016). Aplikasi Asuhan Keperawatan Sistem
Kardiovaskuler (Ari Maftuhin (ed.)). CV. Trans Info Media.
Moorhead, S., Johnson, M., Maas, M. L., & Swanson, E. (2016). Nursin
Outcomes Clasification (NOC) (5th ed.). Elsevier Inc.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan
Indonesia: Definisi dan Indikator Diagnostik (3rd ed.). DPP PPNI.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi keperawatan
Indonesia: Definisi dan Tindakan Keperawatan (1st ed.). DPP PPNI.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia:
Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan (1st ed.). DPP PPNI.

20

Anda mungkin juga menyukai