Anda di halaman 1dari 45

SARAF DAN OTOT: SIFAT MEKANIK DETAK JANTUNG DAN SIFAT

LISTRIK DETAK JANTUNG

MAKALAH REVISI

untuk memenuhi tugas matakuliah


BIOFISIKA
yang dibina oleh Ibu Vita Ria Mustika S.Pd,M.Pd dan
Ibu Novida Pratiwi, S.Si., M.Sc

Oleh:

KELOMPOK 10

Fita Nur Chasanah (150351600656)

Oktaviana Wahyuningtyas (150351607346)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
PRODI PENDIDIKAN IPA
SEPTEMBER 2017

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan
Makalah ini yang berjudul “SARAF DAN OTOT: SIFAT MEKANIK DETAK
JANTUNG DAN SIFAT LISTRIK DETAK JANTUNG”

Makalah ini berisikan tentang informasi mengenai sifat mekanik detak


jantung dan sifat listrik detak jantung. Diharapkan Makalah ini dapat memberikan
informasi kepada kita semua tentang sifat mekanik dan sifat listrik detak jantung.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami
harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga
Allah SWT senantiasa meridhoi segala usaha kita. Amin.

Malang, 1 Oktober 2017

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Sampul ……………………………………………………………………...... i

Kata Pengantar ……………………………………………………………...... ii

Daftar Isi …………………………………………………………………....... iii

BAB I PENDAHULUAN

Latar Belakang........................................................................................ 1

Rumusan Masalah................................................................................... 2

Tujuan................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN

Struktur dan Fungsi Jantung................................................................... 3

Sifat dari Mekanik Jantung..................................................................... 8

Karakteristik dari Kelistrikan Jantung.................................................... 11

Mekanisme Kerja Jantung...................................................................... 16

Potensial Membran Sel.......................................................................... 23

Penjalaran dari Impuls Jantung............................................................... 36

Teknologi Canggih Berhubungan Jantung ............................................. 37

BAB III PENUTUP

Kesimpulan.............................................................................................. 41

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 44

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Pendahuluan

Jantung (bahasa Latin, cor) adalah sebuah rongga, rongga organ berotot
yang memompa darah lewat pembuluh darah oleh kontraksi berirama yang
berulang. Istilah kardiak berarti berhubungan dengan jantung, dari kata Yunani
cardia untuk jantung. Jantung adalah salah satu organ manusia yang berperan
dalam sistem peredaran darah. Ukuran jantung manusia kurang lebih sebesar
kepalan tangan. Jantung adalah satu otot tunggal yang terdiri dari lapisan
endothelium. Jantung terletak di dalam rongga torakik, di balik tulang dada.
Struktur jantung berbelok ke bawah dan sedikit ke arah kiri.

Jantung merupakan alat pemompa yang besar yang menjaga tetap


terpeliharanya peredaran darah ke seluruh tubuh. Dalam peredaran itu darah
membawa zat-zat makanan ke dalam sel-sel, jaringan, dan organ-organ serta
membawa hasil-hasil metabolisme keluar dari jantung. Sistem sirkulasi darah
menjaga homeostatis serta memelihara hubungan antara cairan intraseluler dan
ekstraseluler.

Jantung adalah pusat sistem sirkulasi, memompakan hampir 7571 liter


darah tiap hari dan antara 51 dan 55 juta galon atau 193 sampai 208 juta liter
selama hidup melalui lebih kurang 60.000 mil pembuluh darah.

Jantung hampir sepenuhnya diselubungi oleh paru-paru, namun tertutup


oleh selaput ganda yang bernama perikardium, yang tertempel pada diafragma.
Lapisan pertama menempel sangat erat kepada jantung, sedangkan lapisan luarnya
lebih longgar dan berair, untuk menghindari gesekan antar organ dalam tubuh
yang terjadi karena gerakan memompa konstan jantung.

Jantung dijaga di tempatnya oleh pembuluh-pembuluh darah yang meliputi


daerah jantung yang merata/datar, seperti di dasar dan di samping. Dua garis
pembelah (terbentuk dari otot) pada lapisan luar jantung menunjukkan di mana
dinding pemisah di antara serambi & bilik jantung.

1
Secara internal, jantung dipisahkan oleh sebuah lapisan otot menjadi dua
belah bagian, dari atas ke bawah, menjadi dua pompa. Kedua pompa ini sejak
lahir tidak pernah tersambung. Belahan ini terdiri dari dua rongga yang dipisahkan
oleh dinding jantung. Maka dapat disimpulkan bahwa jantung terdiri dari empat
rongga, serambi kanan & kiri dan bilik kanan & kiri. Dinding serambi jauh lebih
tipis dibandingkan dinding bilik karena bilik harus melawan gaya gravitasi bumi
untuk memompa dari bawah ke atas dan memerlukan gaya yang lebih besar untuk
mensuplai peredaran darah besar, khususnya pembuluh aorta, untuk memompa ke
seluruh bagian tubuh yang memiliki pembuluh darah.

Tiap serambi dan bilik pada masing-masing belahan jantung


disambungkan oleh sebuah katup. Katup di antara serambi kanan dan bilik kanan
disebut katup trikuspidalis atau katup berdaun tiga. Sedangkan katup yang ada di
antara serambi kiri dan bilik kiri disebut katup mitralis atau katup bikuspidalis
(katup berdaun dua).

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana struktur dan fungsi jantung?
2. Bagaimana sifat dari mekanik jantung?
3. Bagaimana karakteristik dari Kelistrikan jantung?
4. Bagaimana mekanisme kerja jantung?
5. Apa yang dimaksud dengan potensial membrane sel?
6. Bagaimana penjalaran dari impuls jantung?
7. Teknologi canggih apa yang berhubungan dengan Jantung
1.3 Tujuan
1. Mengetahui struktur dan fungsi jantung
2. Mengetahui sifat dari mekanik jantung
3. Mengetahui karakteristik dari kelistrikan jantung
4. Mengetahui mekanisme kerja jantung
5. Mengetahui Potensial Membran sel
6. Mengetahui penjalaran dari impuls jantung
7. Teknologi canggih yang berhubungan dengan Jantung

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Struktur dan Fungsi Jantung

2
Jantung merupakan alat pemompa yang besar yang menjaga tetap
terpeliharanya peredaran darah ke seluruh tubuh. Dalam peredaran itu darah
membawa zat-zat makanan ke dalam sel-sel, jaringan, dan organ-organ serta
membawa hasil-hasil metabolisme keluar dari jantung. Sistem sirkulasi darah
menjaga homeostatis serta memelihara hubungan antara cairan intraseluler dan
ekstraseluler.

Gambar 1. Otot Jantung Mikroskopis

Gambar 2. Anatomi Jantung Manusia

3
Gambar 3. Bagian-bagian Jantung

Keterangan Gambar :

1. Right Coronary 9. Right Atrium


10. Right Ventricle
2. Left Anterior Descending
11. Left Atrium
3. Left Circumflex
12. Left Ventricle
4. Superior Vena Cava
13. Papillary Muscles
5. Inferior Vena Cava
14. Chordae Tendineae
6. Aorta
15. Tricuspid Valve
7. Pulmonary Artery
16. Mitral Valve
8. Pulmonary Vein
17. Pulmonary Valve
Aortic Valve (Not pictured)
Keterangan :
1) Arteri Koroner
Arteri koroner adalah jaringan pembuluh darah yang membawa
oksigen dan darah kaya nutrisi ke jaringan otot jantung.
2) Vena Kava Superior
Vena kava superior adalah salah satu dari dua pembuluh darah
utama yang membawa darah de-oksigen dari tubuh ke jantung.
Vena dari kepala dan tubuh bagian atas umpan ke v. kava superior,
yang bermuara di atrium kanan jantung.

4
3) Inferior Vena Cava
Vena kava inferior adalah salah satu dari dua pembuluh darah
utama yang membawa darah de-oksigen dari tubuh ke jantung.
Vena dari kaki dan umpan dada rendah ke v. kava inferior, yang
bermuara di atrium kanan jantung.
4) Aorta
Aorta adalah pembuluh darah tunggal terbesar di tubuh. Ini adalah
kira-kira diameter ibu jari Anda. kapal ini membawa darah yang
kaya oksigen dari ventrikel kiri ke berbagai bagian tubuh.
5) Pulmonary Artery
Arteri paru adalah pembuluh darah transportasi de-oksigen dari
ventrikel kanan ke paru-paru.
6) Pulmonary Vein
Vena paru adalah pembuluh darah mengangkut oksigen yang kaya
dari paru ke atrium kiri.
7) Atrium Kanan
Atrium kanan menerima darah de-oksigen dari tubuh melalui vena
kava superior (kepala dan tubuh bagian atas) dan inferior vena kava
(kaki dan dada lebih rendah).
8) Ventrikel Kanan
Ventrikel kanan menerima darah de-oksigen sebagai kontrak atrium
kanan.
9) Atrium Kiri
Atrium kiri menerima darah beroksigen dari paru-paru melalui
vena paru-paru. Sebagai kontraksi dipicu oleh node sinoatrial
kemajuan melalui atrium, darah melewati katup mitral ke ventrikel
kiri.
10) Ventrikel Kiri
Ventrikel kiri menerima darah yang mengandung oksigen sebagai
kontrak atrium kiri.

11) Otot Papiler


Otot-otot papiler melampirkan ke bagian bawah dinding bagian
dalam ventrikel. Mereka menyambung ke korda tendinea, yang
melekat pada katup trikuspid dalam ventrikel kanan dan katup
mitral di ventrikel kiri. Kontraksi otot-otot papiler membuka katup-
katup ini. Ketika otot papiler santai, katup-katup dekat.

5
12) Korda tendinea
The korda tendinea adalah tendon yang menghubungkan otot
papiler ke katup trikuspid dalam ventrikel kanan dan katup mitral
di ventrikel kiri.
13) Katup trikuspid
Katup trikuspid yang memisahkan atrium kanan dari ventrikel
kanan.
14) Mitral Valve
Katup mitral memisahkan atrium kiri dari ventrikel kiri. Ini
15) Pulmonary Valve
Katup paru memisahkan ventrikel kanan dari arteri paru-paru.
16) Katup aorta
Katup aorta memisahkan ventrikel kiri dari aorta.

Struktur jantung secara umum dibagi menjadi 3 bagian yaitu: dinding jantung
ruang jantung, dan katub jantung

1. Dinding jantung
Pada struktur dinding jantung ini dibagi lagi menjadi bagian-bagian berikut
diantaranya:
a. Perikardium
Jantung dan akar pembuluh darah utama dikelilingi dan tertutup
oleh struktur seperti kantung yang disebut perikardium. Ini terdiri dari dua
bagian – fibrosa perikardium luar, terbuat dari jaringan ikat fibrosa padat
dan membran dalam berlapis ganda (parietal dan viseral perikardium).
Serat perikardium melekat pada tulang belakang, diafragma dan bagian
lain dari tubuh, oleh ligamen. Membran berlapis ganda terdiri dari lapisan
dalam disebut perikardium viseral, lapisan luar disebut perikardium
parietal (fusi perikardium fibrosa) dan rongga perikardial (antara dua
lapisan), yang berisi cairan serous – cairan perikardial. Cairan ini
membantu dalam mengurangi gesekan yang disebabkan oleh kontraksi
jantung.
b. Dinding jantung
 Lapisan luar (epikardium),berfungsi sebagai lapisan pelindung
terluar, yang mencakup kapiler darah, kapiler getah bening dan serabut
saraf. Hal ini mirip dengan perikardium visceral, dan terdiri dari
jaringan ikat tertutup oleh epitel (jaringan membran yang meliputi
organ internal dan permukaan internal lain dari tubuh)

6
 Miokardium, yang merupakan bagian utama dari dinding jantung,
terdiri dari jaringan otot jantung. Jaringan ini bertanggung jawab untuk
kontraksi jantung, yang memfasilitasi memompa darah. Di sini, serat
otot dipisahkan dengan jaringan ikat yang kaya disertakan dengan
kapiler darah dan serabut saraf.
 Endokardium, dibentuk dari jaringan epitel dan ikat yang mengandung
banyak serat elastis dan kolagen (kolagen adalah protein utama jaringan
ikat). Jaringan-jaringan ikat mengandung pembuluh darah dan serat otot
jantung khusus yang disebut serat Purkinje.

2. Ruang-Ruang Jantung
Jantung merupakan organ yang mempunyai 4 rongga, yaitu 2 atrium
dan 2 ventrikel.
a. Atrium (Serambi), yang terletak di bagian atas dari jantung yang terdiri
dari. Atrium kanan berfungsi sebagai penampung darah rendah oksigen
dari seluruh tubuh. Kemudian darah dipompakan ke ventrikel kanan
melalui katub dan selanjutnya ke paru-paru.Atrium kiri menerima darah
yang kaya oksigen dari kedua paru melalui 4 buah vena pulmonalis.
Kemudian darah mengalir ke ventrikel kiri melalui katub dan selanjutnya
ke seluruh tubuh melalui aorta. Kedua atrium dipisahkan oleh sekat yang
disebut septum atrium.
b. Ventrikel (Bilik),Merupakan alur alur otot yang disebut trabekula. Alur
yang menonjol disebut muskulus papilaris, ujungnya dihubungkan
dengan tepi daun katub atrioventrikuler oleh serat yang disebut korda
tendinae. Ventrikel kanan menerima darah dari atrium kanan dan
dipompakan ke paru melaluiarteri pulmonalis Ventrikel kiri menerima
darah dari atrium kiri dan dipompakan keseluruh tubuh melalui aorta
Kedua ventrikel dipisahkan oleh sekat yang disebut septum ventrikel.

3. Katub Jantung
a. Katup atrioventrikuler Terletak antara atrium dan ventrikel. Katup yang
terletak diantara atrium kanan dan ventrikel kanan mempunyai 3 buah
daun katup ( trikuspid). Sedangkan katup yang terletak diantara atrium kiri
dan ventrikel kiri mempunyai dua buah daun katup (Mitral).

7
Memungkinkan darah mengalir dari atrium ke ventrikel pada fase diastole
dan mencegah aliran balik pada fase sistolik.
b. Katup Semilunar Katup Pulmonal terletak pada arteri pulmonalis dan
memisahkan pembuluh ini dari ventrikel kanan. Katup Aorta terletak
antara ventrikel kiri dan aorta Kedua katup ini mempunyai bentuk yang
sama terdiri dari 3 buah daun katup yang simetris. Danya katup ini
memungkinkan darah mengalir dari masing-masing ventrikelke arteri
selama sistole dan mencegah aliran balik pada waktu diastole. Pembukaan
katup terjadi pada waktu masing-masing ventrikel berkontraksi, dimana
tekanan ventrikel lebih tinggi dari tekanan didalam pembuluh darah arteri.

2.2 Sifat Mekanik Jantung


Siklus jantung adalah peristiwa yang terjadi pada jantung mulai dari awal
suatu denyut jantung sampai dengan mulainya denyut jantung berikutnya yang
termasuk di dalamnya periode kontraksi danrelaksasi. Setiap siklus jantung
terdiri dari peristiwa listrik - potensial aksi, dan mekanik – kontraksi didalam
sistem kardiovaskuler. Tekanan yang ditimbulkan oleh kontraksi jantung diubah
menjadi aliran yang bertujuan untuk menyediakan kebutuhan oksigen dan nutrisi
bagi seluruh jaringan tubuh Siklus jantung terdiri dari satu periode relaksasi yaitu
diastol, dimana terjadi pengisian jantung dengan darah, kemudian diikuti oleh
periode kontraksi yang disebut sistol. Dalam setiap siklus, terjadi perubahan
tekanan pada atria, ventrikel maupun aorta serta terjadi perubahan volume
ventrikel. Semua peristiwa mekanik ini sesuai dengan aktifitas listrik yang dapat
dicatat dengan EKG. Selain itu, peristiwa mekanik akibat kontraksi jantung akan
menimbulkan suara jantung akibat menutupnya katup jantung.
 FASE PADA SIKLUS JANTUNG
1. FASE PENGISIAN
Fase pengisian mulai terjadi pada akhir diastol, dimana katup mitral
dan trikuspidal terbuka karena tekanan pada ventrikel lebih rendah dari pada
tekanan atrium. Katup aorta dan pulmonal tertutup. Terjadi pengisian cepat (0,15 –
0,2 detik) pada ventrikel kemudian disusul pengisian lambat atau diastasis (0,2
detik) akibat ventrikel telah mengalami distensi. Pada pengisian cepat 60-75%
darah masuk ke ventrikel, sedangkan pengisian lambat hanya sekitar 20% dari
volume akhir ventrikel. Denyut jantung yang dimulai pada nodus SA terjadi
pada fase pengisian lambat. Eksitasi disebarkan ke atria hingga memberi

8
gambaran gelombang P pada EKG. Kontraksi atria akan menyebabkan
meningkatnya volume ventrikel (5-15% pada denyut jantung istirahat, 25-40%
bila denyut jantung cepat). Kontraksi atrium menyebabkan gelombanga akibat
naiknya tekanan atrium kanan antara 4 mmHg sampai 6 mmHg, sedangkan
tekanan atrium kiri naik sebesar 7-8 mmHg.Pada beberapa individu, suara jantung
empat (S4) dapat terdengar akibat kontraksi atria. Depolarisasi akan mencapai
ventrikel sebelum puncak kontraksi atrium, sehingga mengawali kompleks QRS
pada rekaman EKG. Selama fase pengisian, tekanan aorta terus menurun.

2. FASE KONTRAKSI ISOVOLUMETRIK

Pada awal kontraksi ventrikel katup mitral dan trikuspidal tertutup saat
tekanan di ventrikel telah melebih tekanan di atrium. Tertutupnya katup
mitral dan trikuspidal menyebabkan volume dalam ventrikel tidak berubah
(isovolumetrik) walaupun tekanan dalam ventrikel meningkat dan ini dikenal
sebagai pre-ejection period (PEP). Menutupnya katup mitral dan trikuspidal
akan menimbulkan suara jantung pertama (S1), dan menandai berakhirnya diastol
ventrikel, dan awal dari sistol. Meningkatnya tekanan ventrikel menyebabkan
katup mitral dan trikuspidal menekan kearah atrium secara tibatiba dan
menimbulkan gelombang c. Fase ini berlangsung sekitar 0,05 detik, sampai
tekanan didalam ventrikel kiri telah melebih tekanan di aorta (80 mmHg) dan
tekanan di ventrikel kanan telah melebih arteri pulmonal (10 mmHg) dan katup
aorta serta pulmonal terbuka, maka dimulailah proses ejeksi.

3. FASE EJEKSI

Fase ejeksi dimulai pada saat tekanan di dalam ventrikel menyebabkan


terbukanya katup aorta dan pulmonal. Fase ini terdiri dari dua bagian, fase ejeksi
cepat dan ejeksi lambat. Pada fase ejeksi cepat (sepertiga awal), 70% darah akan
di pompa keluar. Pada fase ini, tekanan dalam ventrikel terus meningkat akibat
meningkatnya jumlah sel otot jantung yang terlibat dalam kontraksi dan
berkurangnya radius ventrikel.Akhir dari fase ejeksi cepat terjadi pada puncak
tekanan ventrikel dan tekanan darah sistolis (120 mmHg), dan tekanan pada
ventrikel kanan 25 mmHg. Ejeksi ventrikel kanan dimulai sebelum ejeksi
ventrikel kiri dan menetap sampai ejeksi ventrikel kiri berakhir.Oleh karena kedua

9
ventrikel memompa darah dalam jumlah yang sama, kecepatan ejeksi ventrikel
kanan lebih rendah dari ventrikel kiri.Dua pertiga akhir dari fase ejeksi (fase
ejeksi lambat) ditandai dengan menurunnya kecepatan ejeksi, dan ventrikel
mulai relaksasi. Tekanan dalam ventrikel dan arteri mulai menurun akibat
kecepatan aliran darah pada pembuluh darah perifer melebih kecepatan aliran
darah dari ventrikel. Menurunnya kontraksi pada fase ini akibat terjadinya
repolarisasi ventrikel yang ditandai dengan gelombang T pada EKG. Jumlah darah
yang dipompa keluar selama fase ejeksi disebut dengan stroke volumeatau
volume sekuncup yang jumlahnya sekitar 70 ml. Jumlah darah yang tersisa pada
ventrikel setelah akhir fase ini disebut end systolic volume atau volume
akhirsistolis yang jumlahnya sekitar 50 ml.

4. FASE RELAKSASI ISOVOLUMETRIK

Tekanan ventrikel menurun dengan cepat pada saat relaksasi ventrikel.


Peninggian tekanan di arteri besar yang berdilatasi mendorong darah
kembali ke ventrikel sehingga katup aorta dan pulmonal menutup. Volume
ventrikel tidak berubah walaupun otot ventrikel mengalami relaksasi (relaksasi
isovolumetrik). Periode ini berlangsung selama 0,03 sampai 0,06 detik.
Penutupan katup aorta dan pulmonal pada fase ini menimbulkan suara jantung
kedua (S2). Fase relaksasi isovolumetrik berakhir bila tekanan pada ventrikel
lebih rendah dari tekanan di dalam atrium dan katup aorta dan pulmonal terbuka,
sehingga jantung memulai siklus pemompaan yang baru.

2.3 Karakteristik Kelistrikan Jantung

10
Gambar 4. Kelistrikan Jantung
Jantung memiliki sumber energi listrik. Kelistrikan jantung itu berasal dari
sel yang menyusun otot jantung. Otot jantung disusun oleh 2 sel, yaitu :
a. Sel Otoritmik
Sel otoritmik adalah sel yang berfungsi untuk menghasilkan dan
menghantarkan potensial aksi. Potensial aksi ini akan menyebabkan
terjadinya kontraksi pada sel-sel pekerja. Sel ini memiliki sifat
“autorhytmicity”, yaitu suatu kemampuan untuk membangkitkan daya
listrik yang dimiliki oleh sel itu sendiri. Hal ini yang menyebabkan
terjadinya potensial aksi dan kontraksi pada jantung.
b. Sel Kontraktil
Sel kontraktil adalah sel yang berfungsi untuk melakukan kerja secara
mekanis. Salah satu kerjanya adalah pada proses pemompaan darah.
Jantung dapat digambarkan sebagai dua pompa. Satu pompa di sisi kanan
mengirim darah ke paru-paru menjadi beroksigen dan untuk mengilangkan
produk-produk limbah berupa karbondioksida dan satu pompa di sisi kiri
mengirim darah keseluruh tubuh untuk mengoksidasi semua sel di dalam tubuh.
Di dalam otot jantung terdapat jaringan khusus yang mengahntarkan aliran listrik.
Jaringan tersebut mempunyai sifat-sifat khusus:
1. Otomatisasi : menimbulkan impuls/rangsang secara spontan
2. Irama : pembentukan rangsang yang teratur
3. Daya konduksi : kemampuan untuk menghantarkan
4. Daya rangsang : kemampuan bereaksi terhadap rangsang

11
Sistem kelistrikan pada jantung dikontrol oleh hati.Sistem listrik dalam hati
mengontrol kecepatan detak jantung:
1. SA nodus (alat pacu jantung alami) pada hati mengendalikan detak
jantung,SA node ini terbuat dari sel-sel khusus yang terletak di atrium
kanan jantung,biasanya menghasilkan sinyal listrik 60-100 per menit(detak
jantung).
2. AV node, seikat sel antara atrium dan ventrikel. Sinyal listrik yang
dihasilkan SA node tertangkap dan ditahan dalam waktu milidetik.sebelum
dikirim ke berkas HIS(HIS sistem purkinje).
3. HIS sistem purkinje, berada dalam ventrikel jantung. Listrik bergerak
melalui sistem purkinje untuk membuat kontak vertikel. Listrik dari nodus
Av hits berkas HIS sebelum diarahkan ke kanan dan kiri bungkusan cabang
dan akhirnya ke serat purkinje yang terletak di otot jantung, ini merangsang
ventrikel berkontraksi.

Bagian kelistrikan jantung dapat dilihat jelas pada gambar berikut ini :

Gambar 5. Bagian Kelistrikan Jantung

12
Siklus jantung berlangsung berlangsung selama 0.8 deti,atrium-sistole 0,1
detik,ventrikel-sistole 0,3 detik dan diastole 0.4 detik.Sistole mengacu pada
kontraksi otot jantung dan diastole mengacu pada relaksasi otot jantung.
Aktifitas listrik jantung seperti halnya otot rangka dan saraf didasari oleh
adanya arus pergerakan ion dari luar ke dalam sel atau sebaliknya melalui saluran
atau ion channel. Terdapat dua jenis potensial aksi pada sel jantung yaitu potensial
aksi respon cepat yaitu pada sebagian besar otot jantung (atrium, ventrikel dan sel
purkinje) , dan respon lambat pada sel – sel pacemaker (NSA dan NAV).
Potensial aksi pada jantung mempunyai karakteristik dan waktu dari
potensial 0 aksi jantung berkisar lebih dari 100 kali lebih lama dari potensial aksi
pada otot rangka atau saraf dan mempunyai fase yang berbeda, yaitu : fase 0
(upstroke) atau depolarisasi cepat, segera setelah fase 0 terjadi fase 1 yang
merupakan proses repolarisasi awal kemudian diikuti oleh fase 2 ( plateau ) yang
berlansung sekitar 0,1– 0,2 detik. Setelah itu , potensial aksi menjadi lebih negatif,
fase 3, dimana terjadiproses repolarisasi cepat sebelum masuk ke fase 4 atau fase
potensial membran istirahat.
Fase 0 ( upstroke )
Bila terjadi perangsangan yang menyebabkan potensial membran mencapai
nilai ambang ( -65 mV ) terjadi depolarisasi cepat ( upstroke ) yang membawa
arus Na ke dalam sel akibat terbukanya pintu Na channel dimana proses
depolarisasi ini membuka lebih banyak lagi saluran Na sehingga lebih banyak
lagi Na masuk ke dalam sel dan membran potensial menjadi lebih positif.
Pada saat potensial membran mendekati 0 mV maka Natrium tidak lagi masuk
ke dalam sel.
a. Fase 1 ( Depolarisasi cepat )
Setelah mencapai puncak depolarisasi sel memasuki fase 1 yang
merupakan repolarisasi awal sebelum masuk ke fase 2. Fase ini berlansung
singkat dan terjadininaktivitasi saluran Na dan aktivitasi dari saluran K yang
menimbulkan arus K keluar sel dalam waktu singkat oleh karena itu muatan listrik
dalam sel telah menjadi lebih positif akibat masuknya Na dan konsentrasi K
dalam sel telah melebihi K di luar sel.

13
Gambar 6. Peristiwa Depolarisasi
b. Fase 2 ( plateau )
Dasar ionik fase ini adalah masuknya ion Ca akibat terbukanya saluran Ca
dan adanya arus K yang keluar dari sel. Yang paling berperan dalam fase ini
adalah ion Ca yang masuk ke dalam sel.
c. Fase 3 ( Repolarisasi )
Proses repolarisasi pada fase 3 ini dimulai pada akhir fase 2 dimana saluran
kalsium mulai tertutup dan saluran kalium mulai terbuka.Dengan selesainya
proses repolarisai maka potensial membran kembali pada keadaan istirahat
dimana saluran Na kembali dari proses inaktivasi. Pada keadaan istirahat
(potensial membran sekitar -80 sampai –90 mV) membran sel relatif permeabel
terhadap K sehingga di fase ini terjadi pergerakan K keluar sel karena K di dalam
sel lebih tinggi dibandingkan di luar sel. Pada potensial aksi respon lambat,
upstroke terjadi dengan lambat yang menunjukkan kurang berkembangnya
saluran Natrium cepat dan potensial membran istirahat lebih positif.

14
Gambar 7. Peristiwa Repolarisasi

Gambar 8. Sinyal Kelistrikan Jantung

P : gelombang yang timbul karena depolarisasi atrium.


Q: defleksi negatif pertama sesudah gelombang P dan yang
mendahului defleksi R, dibangkitkan oleh depolarisasi permulaan
ventrikel.
R : defleksi positif pertama sesuadah gelombang P dan yang
ditimbulkan oleh depolarisasi utama ventrikel.
S : defleksi negatif sesudah defleksi R.
T : gelombang yang timbul oleh repolarisasi ventrikel.

2.4 Mekanisme Kerja Jantung

15
Gambar 9. Mekanisme Jantung
Pada saat berdenyut setiap ruang jantung mengendur dan terisi darah
(disebut diastol). Selanjutnya jantung berkontraksi dan memompa darah keluar
dari ruang jantung (disebut sistol). Kedua serambi mengendur dan berkontraksi
secara bersamaan, dan kedua bilik juga mengendur dan berkontraksi secara
bersamaan. Darah yang kehabisan oksigen dan mengandung banyak
karbondioksida (darah kotor) dari seluruh tubuh mengalir melalui dua vena
berbesar (vena kava) menuju ke dalam atrium kanan. Setelah atrium kanan terisi
darah, ia akan mendorong darah ke dalam ventrikel kanan melalui katup
trikuspidalis.
Darah dari ventrikel kanan akan dipompa melalui katup pulmoner ke
dalam arteri pulmonalis menuju ke paru-paru. Darah akan mengalir melalui
pembuluh yang sangat kecil (pembuluh kapiler) yang mengelilingi kantong udara
di paru-paru, menyerap oksigen, melepaskan karbondioksida dan selanjutnya
dialirkan kembali ke jantung. Darah yang kaya akan oksigen mengalir di dalam
vena pulmonalis menuju ke atrium kiri. Peredaran darah di antara bagian kanan
jantung, paru-paru dan atrium kiri disebut sirkulasi pulmoner karena darah
dialirkan ke paru-paru. Darah dalam atrium kiri akan didorong menuju ventrikel
kiri melalui katup bikuspidalis/mitral, yang selanjutnya akan memompa darah
bersih ini melewati katup aorta masuk ke dalam aorta (arteri terbesar dalam

16
tubuh). Darah kaya oksigen ini disirkulasikan ke seluruh tubuh, kecuali paru-paru.
dan sebagainya.
Dari mekanisme aliran darah oleh kerja jantung, dapat di hubungkan dengan
konsep fisika mengenai fluida. Fluida ( zat alir ) adalah zat yang dapat mengalir,
misalnya zat cair dan gas. Fluida dapat digolongkan dalam dua macam, yaitu
fluida statis dan dinamis. Fluida juga merupakan sub-himpunan dari fase benda
termasuk cairan, gas, plasma, dan padat plastik.Menurut ensiklopedia Sains dan
kehidupan, fluida adalah zat cair atau dengan kata lain zat yang dapat mengalir.
Contoh fluida adalah air, minyak goreng, udara, solar, getah, oli, lilin cair, minyak
tanah, bensin, darah, dll. Dalam hal ini zat padat bukan termasuk dari golongan
fluida karena tidak dapat mengalir. Fluida dapat berubah bentuk sesuai bentuk
wadah penampang fluida. Oleh karena itu fuida selalu bekerja secara tegak lurus
pada permukaan fluida. Gaya tersebut sering dikatakan dengan tekanan (p) fluida
terhadap dinding wadah penampang. Adapun rumusnya adalah sebagai berikut :
P=∆F/∆A dengan satuan dalam SI adalah (N/m2) atau Paskal
Di sini ∆F adalah gaya yang bekerja pada elemen luas pada ∆A. Jika gaya yang
bekerja pada suatu permukaan fluida adalah serba sama (uniform) atau merata
maka tekanan fluida dapat dinyatakan dalam persamaan berikut:
P=F/A
Kaitan Fluida Dengan Tekanan Dan Aliran Darah Manusia, perlu untuk
mempertimbangkan secara singkat beberapa sifat cairan dan prinsip-prinsip yang
mengatur aliran cairan melalui pembuluh. Semua cairan (bila dalam ruang
tertutup) mengerahkan tekanan. Tekanan hidrostatik merujuk pada gaya yang
diberikan likuid oleh seseorang terhadap dinding wadahnya. Tekanan darah yang
diberikannya dalam sistem vaskular dikenal sebagai tekanan darah.
Tekanan bervariasi dengan ketinggian kolom cairan dan ini dapat diamati dalam
pembuluh darah orang yang berdiri. Tekanan vena pada kaki yang jauh lebih besar
daripada di kepala (ini, tentu saja, berkaitan dengan efek gravitasi). Pengaruh
kerapatan terhadap tekanan hidrostatik ditunjukkan oleh fakta bahwa 1 mm air
raksa (mm Hg) exerts tekanan yang sama seperti 13 mm air (mm H 2O) karena
merkuri lebih dari 13 kali berat seperti air yang setara volume.
Jika tekanan yang diberikan pada cairan yang terbatas, tekanan akan diteruskan
sama di semua arah - ini dikenal sebagai prinsip Pascal Jika ada titik lemah dalam

17
dinding wadah dan tekanan yang diberikan cukup besar, dinding kontainer bisa
meledak.. Inilah yang terjadi ketika sebuah ledakan aneurisma terjadi.
Ketika seorang individu hipertensi, pembuluh darah mengeras atau mengalami
perubahan sklerotik (arteriosclerosis) untuk mencegah pembuluh penuh dengan
tekanan darah tinggi. ketidaklenturan wadah juga mempengaruhi tekanan
hidrostatik yang berkembang, yakni jika wadah yang dapat dilembungkan,
tekanan dalam cairan kurang dari dalam wadah yang kaku.
 Tekanan darah bergantung pada:
 volume darah di dalam pembuluh
 compliance atau distensibilitas (daya regang pembuluh)
 Tekanan darah sistemik terbesar di aorta & terendah di vena cava.
Penurunan tekanan darah terjadi di arteriol yg tdp resistensi terbesar.
 Tekanan darah arteri.
 Tekanan sistolik: tekanan maksimum yg ditimbulkan di arteri
selama sistol
 Tekanan diastolik: tekanan minimum di dalam arteri selama diastole
 Tekanan nadi: selisih antara tekanan sistolik & tekanan diastolik;
dipengaruhi oleh isi sekuncup & kapasitas arteri.
 Tekanan darah rata-rata (mean arterial pressure/ MAP):
merupakan gaya pendorong utama agar darah mengalir
Aliran fluida melalui pembuluh darah ditentukan oleh perbedaan tekanan
antara kedua ujung pembuluh dan juga resistensi terhadap aliran. Untuk setiap
cairan yang mengalir di sepanjang pembuluh harus ada perbedaan tekanan fluida
sehingga dinyatakan tidak akan bergerak. Dalam sistem kardiovaskular tekanan
darah atau gaya yang dihasilkan oleh pemompaan jantung ada penurunan terus-
menerus dalam tekanan dari ventrikel kiri jantung ke jaringan dan juga dari
jaringan kembali ke atrium kanan jantung. Tanpa penurunan tekanan darah ini,
darah tidak akan mengalir di sekitar sistem peredaran darah.
Resistensi adalah ukuran kemudahan fluida yang akan mengalir melalui
tabung, yakni semakin mudah, semakin sedikit resistensi terhadap aliran, dan
sebaliknya.Dalam sistem peredaran darah perlawanan biasanya digambarkan
sebagai resistensi vaskular, seperti terutama berasal dari pembuluh darah perifer,
sehingga hanya dikenal sebagai resistensi perifer. Perlawanan ini tergantung pada
viskositas cairan, jari-jari dan, panjang tabung. Resistensi pada dasarnya adalah
ukuran dari gesekan antara molekul cairan, dan antara dinding tabung dan cairan.

18
Semakin kecil radius pembuluh, semakin besar perlawanan terhadap
gerakan partikel ini sehingga hasil resistensi meningkat dari kemungkinan yang
lebih besar pada partikel fluida yang bertabrakan dengan dinding pembuluh.
Ketika sebuah partikel bertabrakan dengan dinding, beberapa partikel energi
kinetik (energi gerak) hilang dampaknya, sehingga dapat memperlambat aliran
partikel darah. Dengan demikian, dalam sebuah diameter pembuluh darah yang
lebih kecil, akan ada lebih banyak tabrakan dan penurunan pada kadar energi dan
kecepatan dari partikel-partikel darah yang bergerak melalui pembuluh. Hal ini
mengakibatkan penurunan tekanan hidrostatik. Perubahan kecil dalam ukuran jari-
jari pembuluh darah, terutama dari pinggiran pembuluh yang lebih lanjut, dapat
sangat mempengaruhi aliran darah. Perubahan pada dinding arteri besar
menyebabkan penyempitan lumen pembuluh dan mengakibatkan peningkatan
resistensi pembuluh darah.
Semakin panjang pembuluh, semakin besar perlawanan terhadap aliran
cairan darah. Sebuah pembuluh akan memerlukan tekanan yang lebih besar untuk
memaksa volume tertentu melalui cairan darah daripada sebuah pembuluh yang
lebih pendek. Namun, panjang pembuluh darah dalam tubuh tidak berubah secara
signifikan dan panjang keseluruhan adalah dijaga minimal karena sirkuit paralel
dalam sirkulasi sistemik.
Viskositas adalah ukuran atau internal antarmolekul gesekan dalam fluida
atau, dengan kata lain, dari kecenderungan cairan untuk melawan arus. Tingkat
aliran berbanding terbalik dengan viskositas, yaitu semakin besar viskositas
fluida, semakin besar gaya yang dibutuhkan untuk memindahkan cairan itu.
Dengan demikian, perubahan viskositas darah mempengaruhi alirannya.
Biasanya viskositas darah cukup konstan, tetapi pada polisitemia, di mana ada sel
konten merah meningkat, viskositas darah bisa ditingkatkan dan berkurangnya
aliran darah. Dehidrasi yang parah, dimana ada kehilangan plasma, juga dapat
menyebabkan viskositas meningkat. Pendinginan darah juga bisa meningkatkan
viskositasnya.
Bernoulli telah berhasil merumuskan rumus dengan persyaratan-
persyaratan atau pendekatan khusus yaitu:
1. Zat cair tanpa adanya geseran dalam (cairan tidak viskos)
2. Zat cair mengalir secara stasioner (tidak berobah) dalam hal
kecepatan, arah maupun besarannya (selalu Konstan)

19
3. Zat cair mengalir secara steady yaitu mengalir melalui lintasan
tertentu
4. Zat cair tidak termampatkan (incompresible) melalui sebuah
pembuluh dan mengalir sejumlah cairan yang sama besarnya
(continuitas)
Penerapan ‘ Hidrodinamika’ Pada Pelayanan Kesehatan
1. Mengukur Tekanan Darah (Sphygmomanometer)
2. Mengukur LED meliputi:
BBS (Blood Bezinking Snellheid)
BSR ( Basal Sedimentasi Rate)
3. Tekanan Bola Mata (Tonometer)
4. Tekanan Kandung Kencing ( Sistometer )
5. Tekanan Didalam Tengkorak
Penelitian Bernoulli
 Hukum Kinetis

½ V2 + P + gh = konstant
P : tekanan
h : ketinggian
g : Gravitasi; V : Volume
ρ : Massa Jenis zat cair

Berlakunya Hukum tersebut dengan syarat penelitian :

 Zat cair tanpa adanya geseran dalam (cairan tidak viskous)

 Zat cair mengalir secara stasioner dalam hal kecepatan, arah dan besarnya

 Zat cair mengalir dalam lintasan yang tetap

 Zat cair tidak termampatkan melalui pembuluh dan contiunitas.

 Hukum Kontuinitas

Kapasitas Pengaliran Zat Cair Melalui Setiap Penampang adalah Konstan.


Apabila sebuah lempeng kaca digerakkan di atas permukaan zat cair kemudian
digerakkan dengan kecepatan v, maka molekul di bawahnya akan mengikuti
dengan kecepatan yang sama , karena asanya adhesi lapisan dibawahnya akan
berusaha mengerem kecepatan tersebut.

 Hukum Poiseuille

20
V = r4 (P1 – P2)

8nL
Debit : Volume zat cair yang mengalir melalui penampang tiap detik. v/t

V : jumlah zat cair yang mengalir per detik


r : jari- jari pembuluh
L : panjang pembuluh
P1,P2 : tekanan: viskousitas (kekentalan)
n : viskousitas
Nilai viskositas:

 Air : 10-3 pas pada 200 C

 Darah : 3 x 10-3 tergantung presentase sel darah merah dalam darah

Penerapan Hukum Poiseuille dalam kesehatan


Dengan Kajian berdasarkan Hukum Poisullle maka didapatkan bahwa tahanan
tergantung pada :

 Panjang pembuluh
 Diameter pembuluh
 Kekentalan cairan
 Tekanan
Makin panjang pembuluh, sedangkan diameter pembuluh sama makin besar
tahanan. Kecepatan aliran zat cair makin cepat pada pembuluh dengan diameter
yang lebih besar, dan aliran ditengah semakin tidak dipengaruhi oleh zat di tepi
dekat dinding pembuluh.

Jantung bekerja melalui menkanisme secara berulang dan berlangsung terus


menerus yang juga disebut sebagai sebuah siklus jantung sehingga secara visual
atau disebut sebagai denyut jantung. Melalui mekanisme berselang – selang,
jantung berkontraksi untuk mengosongkan isi jantung dan melakukan relaksasi
guna pengisian darah. Secara siklus, jantung melakukan sebuah periode sistol
yaitu periode saat berkontraksi dan mengosongkan isinya (darah), dan periode
diastole yaitu periode yang melakukan relaksasi dan pengisian darah pada jantung.

21
Kedua serambi mengendur dan berkontraksi secara bersamaan, dan kedua bilik
juga mengendur dan berkontraksi secara bersamaan pula untuk melakukan
mekanisme tersebut.
Sel otot jantung melakukan kontraksi dengan tujuan untuk memompa darah
yang dicetuskan oleh sebuah potensi aksi dan menyebar melalui membrane sel
otot. Ketika melakukan kontraksi, jantung menjadi berdenyut secara “berirama”,
hal ini akibat dari adanya potensi aksi yang ditimbulkan oleh kegiatan dari jantung
itu sendiri. Kejadian tersebut diakibatkan karena jantung memliki sebuah
mekanisme untuk mengalirkan listrik yang ditimbulkannya sendiri untuk
melakukan kontraksi dan memompa dan melakukan relaksasi. Mekanisme aliran
listrik yang menimbulkan aksi tersebut dipengaruhi oleh beberapa jenis elektrolit
seperti K+, Na+ dan Ca++. Sehingga apabila didalam tubuh terjadi gangguan pada
kadar elektrolit tersebut maka akan menimbulkan gangguan pula pada mekanisme
aliran listrik pada jantung manusia.
Otot jantung menghasilkan arus listrik dan disebarkan ke jaringan sekitar
jantung dan dihantarkan melalui cairan – cairan yang dikandung oleh tubuh.
Sehingga sebagian kecil aktifitas listrik ini mencapai hingga ke permukaan tubuh
misalnya pada permukaan dada, punggung atau pada pergelangan atas tangan, dan
hal ini dapat dideteksi atau direkam dengan menggunakan alat khusus yang
disebut dengan Electro Kardio Gram (EKG). Jadi fungsi EKG adalah merekam
aktifitas listrik di cairan tubuh yang dirangsang oleh aliran listrik jantung yang
muncul hingga mencapai permukaan tubuh. Berbagai komponen pada rekaman
EKG dapat dikorelasikan dengan berbagai proses spesifik di jantung. EKG dapat
digunakan untuk mendiagnosis kecepatan denyut jantung yang abnormal,
gangguan irama jantung, serta kerusakan otot jantung. Ini disebabkan oleh karena
adanya aktivitas listrik yang dapat memicu aktivitas secara mekanis, sehingga
apabila terjadi kelainan pola listrik, maka biasanya juga akan disertai adanya
kelainan mekanis atau otot jantung manusia.
Setiap darah yang kehabisan oksigen dan mengandung terlalu banyak darah
kotor (carbondiocsida), dari seluruh tubuh mengalir melalui dua vena besar untuk
menuju ventrikel kanan. Hal ini berlangsung setelah pada atrium kanan terisi
darah, yang selanjutnya mendorong darah ke dalam ventrikel kanan. Selanjutnya
dipompa melalui katub pulmoner ke dalam arteri pulmonalis dan menuju ke paru-

22
paru. Dari paru-pari darah mengalir melalui pembuluh yang sangat kecil yang
disebut kapiler, dan mengelilingi kantong udara pada paru-paru dan menyerap
oksigen untuk melepaskan karbondioksida guna mengalirkan darah ke dalam vena
pulmonalis menju ke atrium kiri. Peredaran darah di antara bagian kanan jantung,
paru-paru dan atrium kiri disebut sirkulasi pulmoner. Ketika darah berada pada
atrium kiri, selanjutnya didorong menuju ventrikel kiri, da selanjutnya akan
memompa darah bersih melalui katup aurta masuk ke dalam aorta yang
merupakan arteri terbesar dalam tubuh manusia. Pada darah yang kaya oksigen
tersebut kecuali pada paru-paru, maka disediakan untuk kepentingan seluruh
tubuh manusia.

2.5 Potensial Membran Sel


Potensial membrane adalah tegangan yang melintasi suatu membran sel
yang berkisar dari sekitar -50 hingga -200 milivolt (tanda minus menunjukkan
bahwa di dalam sel bersifat negatif dibandingkan dengan di luarnya).
Potensial membran bertindak seperti baterai, yaitu suatu sumber energi yang
mempengaruhi lalulintas semua substansi bermuatan yang melintasi membran.
Karena di dalam sel itu muatannya lebih negatif dibandingkan dengan di luarnya,
maka potensial membran ini mendukung transpor pasif kation ke dalam sel dan
anion ke luar sel.
Membran potensial merupakan suatu keadaan pada membrane sel dimana
terjadi dalam muatan listrik pada kedua sisinya.Apabila tidak ada aliran ion
melewati membrane maka tercapai keadaan keseimbangan atau yang disebut
dengan membrane potensial istirahat.
Keadaan keseimbangan tersebut secara kuantitatif dapat dinyatakan dengan
persamaan nerst :

Dimana:
V :Keseimbangan potensial(volt)
Co :Konsentrasi ion di luar sel
Ci :Konsentrasi di dalam sel
R :Konstanta gas (2 cal mol-1K-1)
T :Temperatur(K)
K :Konstanta Faraday(2,3 x 104 cal V-1mol-1)
z :valensi (muatan) ion

a. Potensial Membran Istirahat (Resting Membrane Potential= RMP)

23
Besarnya potensial membran saat tidak ada stimulus yang diberikan ke sel
(saat sel istirahat) disebut dengan potensial membran istirahat (resting membrane
potential = RMP). Pada umumnya ada bagian dalam relatif negatif terhadap
bagian luar membran. Oleh karena itu RMP disepakati ditulis negatif. Nilai RMP
antar jaringan bervariasi antara -9 hingga -100 mV. Nilai RMP khas untuk jenis
sel tertentu. Sel otot mempunyai RMP = -90 mV, dengan E Cl -= -86 mV, EK=-100
mV, dan E Na+ = +55 mV. Sel darah merah mempunyai RMP yang rendah (-
9mV), sedangkan potensial membran istirahat giant axon pada mantel cumi
sekitar -60 mV.
Gaya yang mendorong ion untuk melintas membran dapat dianalisis. Ion
Cl- ada dalam kadar lebih tinggi di cairan ekstraselular daripada di dalam sel,
sehingga Cl- cenderung berdifusi mengikuti gradien kadar ke dalam sel.
Kesetimbangan dicapai saat influks Cl- sama dengan efluks Cl-. Potensial
membran saat kesetimbangan disebut potensial kesetimbangan, yang kekuatannya
dapat dihitung berdasar persamaan Nersnt sebagai berikut.

[Cl- i ]
Eq = 61,5 ----------pada 37 0 C,
[Cl- o]

dengan [Cl- i ] = kadar Cl- di dalam sel, dan


[Cl- o ]= kadar Cl- di luar sel

Jika [Cl- i ] = 9,0 mmol/ l H2O, dan [Cl- o ] = 125,0 mmol/ l H2O, akan
didapatkan nilai potensial kesetimbangan sebesar -70 mV, identik dengan RMP sel
terukur.
Dengan menggunakan rumus yang sama, dapat dihitung pula potensial
kesetimbangan untuk ion-ion yang lain. Ion K+ akan berdifusi ke luar sel
mengikuti gradien kadar dan masuk ke sel mengikuti gradien elektrik. Pada
neuron motorik spinal Mammalia, Ek= -90 mV. Karena RMP = -70 mV, maka
banyaknya K+ di dalam sel hasil pengukuran akan lebih banyak dibandingkan
dengan hasil hitung berdasar gradien kadar dan gradien elektrik.
Berbeda dengan dua jenis ion tersebut terdahulu, berdasar gradien kadar,
Na+ akan masuk ke sel, demikian pula berdasar gradien elekriknya. E Na+ = + 60
mV. Eksperimen menggunakan Na+ radioaktif menunjukkan bahwa permeabilitas
membran terhadap Na+ lebih rendah dibanding dengan permeabilitas membran

24
terhadap K+, oleh karena itu jika hanya terjadi gaya pasif berdasar gradien kadar
dan elektrik, sel akan secara bertahap mendapat tambahan Na + dan kehilangan
K+.
Ion kalsium (Ca2+ ) pada cairan ekstraselular Mammalia ada pada kadar
sekitar 1,2 mmol/L, dan kadarnya di dalam sel sangat rendah, jadi Ca 2+ cenderung
masuk ke sel mengikuti gradien kadar maupun gradien elektrik. Meskipun
permeabilitas membran sel neuron terhadap Ca2+ 100 kali lebih rendah dibanding
permeabilitasnya terhadap Na+, tetapi tetap saja ada Ca2+ yang masuk. Ca2+
intraselular tetap rendah oleh adanya transpor aktif Ca2+ ke luar sel.

Membran sel secara praktis impermeabel terhadap protein intraselular dan


anion organik lain yang menyusun sebagian besar anion intraselular (A-), agak
permeabel terhadap Na+ dan lebih permeabel lagi terhadap Cl- dan K+. Jika K+
berdifusi ke luar sel mengikuti gradien kadar, sedangkan anion yang tidak dapat
berdifusi tetap tinggal di dalam sel, dan permeabilitas membran terhadap K+ lebih
tinggi dibanding terhadap Na+, akan menyebabkan perbedaan potensial
sepanjang membran sel. Terjadi sedikit kelebihan kation di luar sel dan sedikit
kelebihan anion di dalam sel, sehingga bagian dalam membran lebih negatif
dibanding di luar membran (oleh karena itu RMP bernilai negatif).
Ion-ion yang berperan dalam potensial membran merupakan fraksi yang
sangat kecil dari total ion yang ada. Masuknya Na+ ke dalam sel tidak dapat
diimbangi oleh keluarnya K+ karena permeabilitas membran saat istirahat lebih
tinggi terhadap Na+ dibanding terhadap K+. Cl- berdifusi ke dalam sel
mengikuti gradien kadar, tetapi perpindahan tersebut diimbangi oleh gradien
elektriknya. Pompa sodium potasium mempunyai konntribusi terhadap potensial
membran, tetapi fungsi utamanya pada konteks ini adalah untuk memelihara
gradien kadar. Potensial membran tergantung pada gradien kadar. Jika pompa
terhenti saat diberikan inhibitor metabolik, Na+ akan masuk ke sel, K+ akan ke
luar sel, dan potensial membran menurun. Laju penurunan tersebut bervariasi
menurut ukuran sel. Pada sel berukuran besar, dapat berlangsung berjam-jam,
tetapi pada serabut saraf dengan diameter kurang dari 1 um, depolarisasi lengkap
dapat terjadi kurang dari 4 menit.

25
Kekuatan potensial membran pada waktu tertentu tergantung pada distribusi
Na+, K+ dan Cl- dan permeabilitas membran terhadap ion-ion tersebut Persamaan
Goldman (Goldman constant-field equation) dapat digunakan untuk
menggambarkan hubungan antar variabel tersebut.

Karena saat sel istirahat, PNa+ relatif lebih rendah dibanding dengan PK+ , peran
Na+ dalam menentukan potensial membran istirahat hanya kecil. Oleh karena itu
perubahan Na+ eksternal hanya akan menghasilkan sedikit perubahan RMP,
sedangkan peningkatan K+ eksternal akan menurunkan RMP.

Pada sel otot dan saraf, menurunnya potensial membran justru akan memacu
peningkatan permeabilitas membran terhadap Na+. Sifat khas ini
memungkinkanm timbulnya penjalaran informasi (impuls) sepanjang membran
sel.

b. Potensial Aksi (Action Potential)


Saat stimulus diberikan, terjadi defleksi terhadap baseline (RMP) yang
disebut stimulus artifact. Artifact ini disebabkan hilangnya arus dari elektroda
penstimulasi hingga elektroda pencatat (Gambar 10.). Stimulus artifact diikuti
oleh interval isopotensial yang disebut periode laten. Periode laten berakhir saat
terjadi perubahan potensial lebih lanjut seiring penjalaran impuls dari tempat
diberikannya stimulus ke elektroda pencatat. Durasinya berbanding lurus dengan
jarak antara elektroda penstimulasi - elektroda pencatat dan kecepatan konduksi
akson. Jika durasi periode laten dan jarak antara elektroda penstimulasi hingga
elektroda pencatat diketahui, kecepatan konduksi akson dapat dihitung. Jika jarak
elektroda penstimulasi - elektroda pencatat (lihat Gambar 10) 4 cm, periode laten
2 mdet, maka kecepatan konduksi 4 cm/ 2 mdet atau 20 m/det.
Membran akson yang diberi stimulasi cukup, akan mengalami depolarisasi
(Gambar 11). Depolarisasi awal sekitar 15 mV, kemudian terjadi peningkatan laju
depolarisasi. Titik terjadinya peningkatan laju depolarisasi disebut dengan firing
level. Peningkatan laju depolarisasi, hingga potensial membran mencapai + 35
mV akan diikuti oleh terjadinya repolarisasi cepat menuju RMP. Saat repolarisasi
mencapai 70 %, laju repolarisasi menurun hingga nilai RMP. Peningkatan laju
depolarisasi dan repolarisasi yang cepat disebut dengan spike potential akson, dan
proses penurunan laju repolarisasi pada saat-saat menuju nilai RMP disebut

26
dengan after-depolarization (negative after-potential), setelah mencapai nilai
RMP, terjadi proses after-hyperpolarization (positive after-potential) yang
berlangsung lambat. Seluruh proses perubahan potensial yang terjadi disebut
dengan potensial aksi (action potential). Potensial aksi merupakan aksi monofase
karena berlangsung searah.

Gambar 10. Potensial aksi yang tercatat pada CRO (Cathode-ray


oscilloscope) jika stimulasi diberikan pada akson
Gambar diatas dibuat untuk menunjukkan adanya berbagai komponen
potensial aksi dengan distorsi terutama pada waktu. Jika dibandingkan dengan
Gambar 11 (dibuat dengan proporsi tanpa distorsi), akan nampak bahwa proses
awal terjadinya potensial aksi berlangsung cepat, dan sulit untuk menunjukkan
secara jelas adanya perubahan depolarisasi pada firing level, juga amplitudo pada
proses after-hyperpolarization yang hanya 1-2 mV (meskipun berlangsung sekitar
40 mdet). Waktu yang diperlukan untuk proses after-depolarization hanya sekitar
4 mdet (neuron lain banyak yang lebih cepat). Proses after-polarization dapat
terjadi tanpa mencapai RMP. Sebagai contoh, jika saraf dikonduksi berulang pada
jangka waktu lama, after hyperpolarization menjadi cukup besar. Potensial
tersebut lebih menunjukkan adanya proses pemulihan (recovery) dibandingkan
dengan responsnya terhadap terjadinya spike potential.
Dengan menggunakan CRO (Gb. 10), dapat diamati intensitas minimal arus
yang digunakan untuk menstimulasi (treshold intensity/ intensitas ambang) agar
dihasilkan potensial aksi. Nilai ambang tersebut beragam sesuai dengan kondisi
eksperimen dan jenis akson, tetapi sekali dicapai, akan terjadi potensial aksi
lengkap. Peningkatan intensitas stimulus tidak menghasilkan atau perubahan lain

27
potensial aksi sepanjang kondisi eksperimen yang lain tidak berubah. Potensial
aksi tidak akan terjadi jika stimulus yang diberikan di bawah nilai ambang, dan
hanya terjadi dengan amplitudo dan bentuk yang tetap jika kekuaran stimulus
sama atau di atas nilai ambang. Dengan demikian potensial aksi bersifat all or
none, atau dengan kata lain bahwa potensial aksi tunduk pada hukum all or none.

Gambar 11. Diagram potensial aksi lengkap serabut saraf Mammalia


berukuran besar dan berselubung mielin.

Stimulus dengan durasi yang sangat pendek tak akan mengakibatkan akson
tereksitasi meskipun intensitasnya cukup. Jika durasi pemberian stimuli lama,
intensitas ambang berkaitan dengan durasi/ lamanya stimulus diberikan. Stimuli
yang lemah, meskipun waktu pemberian lama, tak akan mampu menimbulkan
respons.
Meskipun stimuli di bawah nilai ambang tidak dapat menghasilkan potensial
aksi, tetapi tetap mempunyai pengaruh pada potensial membran. Hal tersebut
dapat ditunjukkan dengan jalan memasang elektroda pencatat beberapa milimeter
dari elektroda penstimulasi dan memberikan stimuli dengan kekuatan di bawah
nilai ambang selama waktu tertentu, yang ternyata mengakibatkan perubahan
potensial (depolarisasi) lokal yang timbul cepat dan menghilang secara
eksponensial seiring waktu. Kekuatan respons tersebut akan menurun jika jarak
antara elektroda pencatat dan penstimulasi ditingkatkan. Sebaliknya, dalam jangka
waktu yang sama jika diberikan arus anoda akan menghasilkan perubahan
potensial hiperpolarisasi. Perubahan potensial tersebut disebut dengan potensial
elektrotonik, dengan katelektronik (jika dihasilkan pada katoda) dan anelektronik
(jika dihasilkan pada anoda). Perubahan potensial tersebut merupakan perubahan
polarisasi membran secara pasif yang diakibatkan oleh penambahan atau
substraksi muatan oleh elektroda tertentu. Intensitas arus rendah akan
menghasilkan depolarisasi atau hiperpolarisasi hingga 7 mV, perubahan potensial

28
ini berbanding lurus dengan kekuatan stimulus. Sedangkan dengan stimuli yang
lebih kuat, hubungan tersebut tetap konstan untuk respons anelektrotonik, tetapi
tidak berlaku untuk respons katelektrotonik yang ternyata lebih besar dari
perkiraan. Ternyata, stimulasi katodal yang cukup untuk menghasilkan
depolarisasi sekitar 15 mV (misalnya potensial membran menjadi - 55 mV),
mengakibatkan potensial membran akan turun drastis, dan terjadi potensial aksi
yang dijalarkan. Respons terhadap stimulus lebih besar yang tidak lagi berbanding
lurus dengan kekuatan stimulus dan mengakibatkan depolarisasi 7-15 mV
menunjukkan adanya partisipasi membran, dan respons tersebut disebut dengan
respons lokal (local response)(Gambar 11). Titik saat spike potential timbul
disebut dengan firing level. Jadi arus katodal yang menghasilkan depolarisasi
membran hingga 7 mV memiliki efek pasif pada membran yang disebabkan oleh
penambahan muatan negatif. Sedangkan arus katodal yang menghasilkan
depolarisasi 7-15 mV mengakibatkan perubahan membran yang sedikit aktif, dan
berperan dalam proses depolarisasi. Meskipun demikian kekuatan repolarisasi
masih lebih kuat dari depolarisasi, sehingga tidak timbul potensial aksi. Saat
depolarisasi membran hingga 15 mV, kekuatan depolarisasi relatif kuat dibanding
repolarisasi, sehingga timbul potensial aksi. Dengan demikian jelas bahwa pada
depolarisasi sebesar 15 mV, terjadi beberapa perubahan mendasar yang
mengakibatkan depolarisasi lebih lanjut terjadi di membran.

Gambar 12. Potensial elektrotonik dan respons lokal.

29
Grafik menunjukkan adanya perubahan potensial membran suatu neuron
yang diberi stimuli 0,2, 0,4, 0,6, 0,8, dan 1 kali intensitas ambang. Respons di
bawah aksis dicatat dekat anoda, sedangkan di atas aksis di dekat katoda
Pemberian stimulus umumnya dilakukan di dekat katoda, karena stimuli
katodal menghasilkan depolarisasi, sedangkan arus anodal justru malah
menjauhkan membran dari keadaan firing level (menghambat terjadinya potensial
aksi).
Selama potensial aksi, potensial katelektrotonik dan anelektrotonik dan
respons lokal berlangsung, terjadi perubahan pada nilai ambang neuron terhadap
stimulasi. Respons katelektrotonik mengakibatkan keadaan potensial membran
mendekati firing level. Tetapi saat penurunan pada fase spike potential, neuron ada
dalam keadaan refraktori terhadap stimulasi.

Gambar 13. Perubahan relatif eksitabilitas membran neuron selama

terjadinya potensial aksi

Periode refraktori tersebut dapat dibedakan menjadi periode refraktori


absolut yang dimulai dari saat dicapainya firing level hingga repolarisasi
berlangsung sekitar 1/3 lengkap, dan periode refraktori relatif- mulai akhir periode
refraktori absolut hingga dimulainya after-depolarization. Selama periode
refraktori absolut, tak ada satupun stimulus, berapapun kekuatannya yang mampu
membuat neuron tereksitasi, tetapi pada periode relatif, stimulus yang lebih kuat
dari stimulus normal dapat mengakibatkan eksitasi. (Gambar 13).

30
Saat istirahat, membran sel saraf terpolarisasi dengan muatan positif
sepanjang permukaan luar, dan negatif di permukaan dalam membran. Saat
potensial aksi, polaritas tersebut untuk waktu yang amat singkat menjadi
berlawanan dengan saat istirahat. Muatan positif membran di depan dan di
belakang potensial aksi mengalir ke area negatif. Dengan menarik muatan positif,
aliran arus ini akan menurunkan potensial membran di dekatnya.
Potensial membran, baik saat aktif maupun istirahat, ditentukan oleh
permeabilitas membran. Dengan mengubah permeabilitas membran terhadap
sodium dan potasium membran secara selektif, potensial membran dapat bergeser
antara -75 mV hingga +55 mV. Dalam kaitannya dengan potensial membran,
perpindahan ion klorida diabaikan karena pengaruhnya sangat kecil dan yang
terutama, permeabilitas membran terhadap ion klorida tidak berubah selama
potensial aksi.
Perubahan permeabilitas terjadi sangat cepat dan berlangsung hanya dalam
hitungan mikrodetik. Kesulitan-kesulitan yang ditemui dalam eksperimen yaitu
mengukur kekuatan alir ion dalam waktu yang sedemikian singkat, dapat diatasi
dengan menggunakan voltage clamp method. Dengan menjaga potensial membran
tetap konstan (clamped) pada nilai tertentu yang diinginkan, dapat ditentukan
aliran langsung berbagai ion melintas membran. Dari hasil tersebut dapat
diestimasi permeabilitas membran terhadap ion tertentu sebagai fungsi potensial
membran. Diungkapkan oleh Hodgkin, Huxley dan Katz (Inggris) bahwa
penurunan potensial membran (depolarisasi) dapat meningkatkan permeabilitas
membran terhadap sodium.
Depolarisasi juga menyebabkan perubahan permeabilitas membran terhadap
potasium, tetapi lebih lambat. Jika permeabilitas terhadap potasium dan sodium
meningkat secara simultan, tidak akan ada potensial aksi, dan potensial membran
ada dalam nilai antara tertentu. Namun, karena permeabilitas terhadap potasium
berubah setelah permeabilitas terhadap sodium menurun., maka pengaruhnya
adalah mengembalikan potensial ke nilai mula-mula yang disebut sebagai
repolarisasi membran (Gambar 13).
Selama potensial aksi, ion mengalir melalui membran sel mengikuti gradien
kadar. Perpindahan tersebut dibantu oleh protein channel .
Diketahui bahwa saat potensial aksi, terjadi aliran berlawanan dari ion sodium
dan potasium melintas membran. Tetapi keduanya melewati voltage-gated

31
channel yang berbeda. Pernyataan tersebut dibuktikan dari eksperimen
menggunakan tetrodoksin/ TTX (racun berasal dari ikan buntal, sangat toksik),
yang ternyata hanya menghambat voltage-gated sodium channels dan tidak pada
potasium channels. Demikian pula halnya dengan menggunakan TEA (tetra
methyl amonium ion), hanya memblok potassium channels tanpa berpengaruh
terhadap sodium channels.
Saat potensial membran pada nilai potensial istirahat, hanya sedikit sodium
masuk ke dalam akson, menunjukkan bahwa sodium channels tertutup. Jika
potensial membran berubah menjadi sedikit lebih negatif dari nilai normal,
voltage-gated sodium channels terbuka, dan ion sodium akan mengalir masuk ke
dalam sel menurut gradien kadar karena kadar di luar sel lebih tinggi.
Gambar 14. Perubahan konduktansi sodium dan potasium selama

potensial aksi pada giant axon cumi

Aliran ion sodium akan mencapai maksimum hanya dalam waktu milidetik,
dan kembali lagi ke nol meskipun membran masih dalam keadaan terdepolarisasi.
Voltage-gated channels tetap tertutup hingga tercapai potensial istirahat, dan akan
terbuka lagi sebagai tanggapan atas depolarisasi membran.

32
Potensial sendiri, juga berkaitan dengan konsep fisika, yaitu mengenai
potensial listrik. Potensial listrik adalah banyaknya muatan yang terdapat dalam
suatu benda. Beda potensial listrik (tegangan) timbul karena dua benda yang
memiliki potensial listrik berbeda dihubungkan oleh suatu penghantar. Beda
potensial ini berfungsi untuk mengalirkan muatan dari satu titik ke titik lainnya.

Sebuah elektron tidak mungkin dapat bergerak dengan sendirinya dari plat A
ke plat B. Secara alami elektron akan bergerak mendekati muatan + dan menjauhi
muatan -, jadi untuk menggerakkan dengan arah sebaliknya diperlukan suatu
usaha.

Pada gambar di atas dilukiskan elektron bergerak dari pelat A ke pelat B.


Potensial listrik dapat didefinisikan sebagai usaha yang diperlukan untuk
memindahkan muatan positif sebesar 1 satuan dari tempat tak terhingga ke suatu
titik tertentu. Potensial listrik dapat pula diartikan sebagai energi potensial listrik
per satuan muatan penguji. Usaha yang diperlukan untuk memindahkan muatan
dari B ke A per satuan muatan disebut potensil listrik. Potensial listrik dapat
dilukiskan dalam persamaan sebagai berikut.

Keterangan:
V = Potensial listrik ( Volt )
Q = Muatan listrik (C)
W = Usaha (J)

33
Potensial listrik sebesar 1 Volt antara dua titik jika diperlukan usaha 1
Joule untuk memindahkan muatan 1 Coulumb antara dua titik tersebut.

Penerapan dari potensial listrik yaitu pada alat defibrilator. Defibrilator


adalah sebuah stimulator detak jantung di mana cara kerja alat ini bergantung
pada listrik yang bertegangan tinggi. Alat ini diperlukan supaya korban serangan
jantung dapat menjadi pulih kembali.

2.6 Penjalaran Impuls Jantung


Potensial aksi dimulai di nodus SA kemudian menyebar ke seluruh
jantung. Agar jantung berfungsi secara efisien, penyebaran eksitasi harus
memenuhi 3 kriteria :
1. Eksitasi dan kontraksi atrium harus selesai sebelum kontraksi ventrikel
dimulai.
2. Eksitasi serat – serat otot jantung harus dikoordinasi untuk memastikan
bahwa setiap bilik jantung berkontraksi sebagai suatu kesatuan untuk
menghasilkan daya pompa yang efisien. Apabila serat – serat otot di bilik
jantung tereksitasi dan berkontraksi secara acak, tidak simultan dan
terkoordinasi (fibrilasi) maka darah tidak akan dapat terpompa.
3. Pasangan atrium dan pasangan ventrikel harus secara fungsional
terkoordinasi, sehingga kedua pasangan tersebut berkontaksi secara
simultan. Hal ini memungkinkan darah terpompa ke sirkulasi paru dan
sistemik

34
Eksitasi atrium. Suatu potensial aksi yang berasal dari nodus SA
pertama kali menyebar ke kedua atrium, terutama dari sel ke sel melalui
gap junction. Selain itu, terdapat jalur penghantar khusus yang
mempercepat penghantaran impuls dari atrium, yaitu :
 Jalur antaratrium, berjalan dari nodus SA di atrium kanan ke atrium kiri.
 Jalur antarnodus, berjalan dari nodus SA ke nodus AV. Karena atrium dan
ventrikel dihubungkan oleh jaringan ikat yang tidak menghantarkan listrik,
maka satu – satunya cara agar potensial aksi dapat menyebar ke ventrikel
adalah dengan melewati nodus AV.
Transmisi antara Atrium dan Ventrikel. Potensial aksi dihantarkan
relative lebih lambat melalui nodus AV. Kelambanan ini memberikan
waktu untuk memungkinkan atrium mengalami depolarisasi sempurna dan
berkontraksi sebelum depolarisasi dan kontraksi ventrikel terjadi. Hal ini
bertujuan agar ventrikel dapat terisi sempurna.
Eksitasi ventrikel. Setelah perlambatan itu, kemudian impuls dengan
cepat berjalan melalui berkas His dan ke seluruh miokardium ventrikel
melalui serat – serat purkinje. Sistem penghantar ventrikel lebih
terorganisasi dan lebih penting daripada jalur antaratrium dan antarnodus,
karena massa ventrikel jauh lebih besar daripada massa atrium.

2.7 Teknologi Canggih Berhubungan Jantung


1. Pemutar Musik Tenaga Jantung
Pada masa mendatang, para pemilik gadget pemutar musik tak perlu
khawatir lagi kehabisan baterai di tengah jalan. Selama orang yang memakainya
masih bernafas, selama jantung masih berdetak, MP3 Playernya dijamin akan
terus menyala.
Baru-baru ini sekelompok ilmuwan telah menemukan sebuah chip kecil
yang bisa membangkitkan tenaga listrik dari gerakan alamiah manusia.
Diharapkan, temuan ini bakal menghasilkan perangkat yang bisa menjadikan
detak jantung manusia untuk menyuplai berbagai gadget sebagai sumber
tenaganya. Penemuan ini dibuat oleh beberapa ilmuwan dari Georgia Insitute of
Technology. Mereka memanfaatkan kabel nano Zinc Oksida untuk
membangkitkan listrik.

35
Sejauh ini, penelitian yang dipimpin oleh Dr. Zhong Lin Wang itu telah
berhasil menggunakan yang mampu mengirimkan sinyal radio dan menghidupkan
display LCD serta dioda-diodanya dalam rangkaian. Namun Wang beserta
koleganya yakin penelitian ini akan bisa dikembangkan lebih jauh lagi. Temuan
Wang ini ribuan kali lebih baik daripada riset yang dilakukan pada teknologi
gerak sebelumnya. Ia menggunakan kabel nano (nano wire) yang ukurannya lima
ratus kali lebih tipis daripada rambut manusia. Dalam eksperimennya, lima buah
kabel nano itu mampu menghasilkan tenaga yang setara dengan dua buah baterai
AA berapasitas 3 volt dan 1 mikro ampere. Dengan menyusunnya dalam satu
stack, kabel nano itu bisa menyuplai listrik kepada perangkat elektronik yang
lebih besar lagi seperti iPod atau telefon seluler.

Diharapkan penemuan ini juga mampu diterapkan di berbagai aplikasi lain pada
perangkat yang membutuhkan tenaga listrik yang lebih lama. Perkembangan ini
merupakan sebuah tonggak pencapaian dalam mewujudkan perangkat elektronik
portabel yang dapat ditenagai oleh pergerakan tubuh tanpa harus menggunakan
baterai atau asupan listrik.
2. Transpalansi Jantung

Jantung itu salah satu organ paling vital bagi hidup seorang manusia.
Berbagai penelitian juga membuktikan bahwa manusia tidak bisa hidup tanpa
jantung. Jika jantung tidak berfungsi, maka manusia pun akan mati

Namun baru-baru ini, para peneliti dari University of Michigan Health


System, menciptakan sebuah alat yang disebut Syncardia Portable. Alat ini punya

36
fungsi yang sama persis dengan jantung manusia. Beratnya pun hanya enam
kilogram, dan bisa berfungsi untuk memompa darah ke seluruh tubuh.

Orang pertama yang bisa merasakan manfaat Syncardia adalah seorang


pemuda asal Michigan, Stan Larkin. Larkin adalah seorang pria yang mengidap
displasia ventrikel kanan. Dokter pun harus melakukan tindakan darurat dengan
mengambil jantungnya dan mengganti dengan Syncardia.

Tapi, walaupun terlihat segar bugar dengan bantuan jantung buatan ini,
Larkin mengatakan akan tetap menunggu ketersediaan donor jantung.
Menurutnya, sebaik apapun alat ini, akan lebih baik jika ia benar-benar
"menggunakan" jantung asli.

Syncardia bisa dibilang masterpeace dalam dunia kedokteran dan


dipercaya menjadi solusi ampuh bagi orang-orang yang bermasalah dengan

37
jantungnya. Tapi untuk bisa menanam alat ini ke dalam tubuh, akan sangat
memakan biaya yang besar.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
 Struktur jantung secara umum dibagi menjadi 3 bagian yaitu: dinding
jantung, ruang jantung, dan katub jantung

38
 Siklus jantung adalah peristiwa yang terjadi pada jantung mulai dari awal
suatu denyut jantung sampai denganmulainya denyut jantung berikutnya
yang termasuk di dalamnya periode kontraksi danrelaksasi. Setiap siklus
jantung terdiri dari peristiwa listrik - potensial aksi, dan mekanik –
kontraksi didalam sistem kardiovaskuler. Tekanan yang ditimbulkan oleh
kontraksi jantung diubah menjadi aliran yang bertujuan untuk
menyediakan kebutuhan oksigen dan nutrisi bagi seluruh jaringan tubuh
Siklus jantung terdiri dari satu periode relaksasi yaitu diastol, dimana
terjadi pengisian jantung dengan darah, kemudian diikuti oleh periode
kontraksi yang disebut sistol.
 Aktifitas listrik jantung seperti halnya otot rangka dan saraf didasari
oleh adanya arus pergerakan ion dari luar ke dalam sel atau sebaliknya
melalui saluran atau ion channel. Terdapat dua jenis potensial aksi pada sel
jantung yaitu potensial aksi respon cepat yaitu pada sebagian besar otot
jantung ( atrium, ventrikel dan sel purkinje ) , dan respon lambat pada sel –
sel pacemaker ( NSA dan NAV )
 Pada saat berdenyut setiap ruang jantung mengendur dan terisi darah
(disebut diastol). Selanjutnya jantung berkontraksi dan memompa darah
keluar dari ruang jantung (disebut sistol). Kedua serambi mengendur dan
berkontraksi secara bersamaan, dan kedua bilik juga mengendur dan
berkontraksi secara bersamaan. Darah yang kehabisan oksigen dan
mengandung banyak karbondioksida (darah kotor) dari seluruh tubuh
mengalir melalui dua vena berbesar (vena kava) menuju ke dalam atrium
kanan. Setelah atrium kanan terisi darah, ia akan mendorong darah ke
dalam ventrikel kanan melalui katup trikuspidalis.
Darah dari ventrikel kanan akan dipompa melalui katup pulmoner ke
dalam arteri pulmonalis menuju ke paru-paru. Darah akan mengalir
melalui pembuluh yang sangat kecil (pembuluh kapiler) yang mengelilingi
kantong udara di paru-paru, menyerap oksigen, melepaskan
karbondioksida dan selanjutnya dialirkan kembali ke jantung. Darah yang
kaya akan oksigen mengalir di dalam vena pulmonalis menuju ke atrium
kiri. Peredaran darah di antara bagian kanan jantung, paru-paru dan atrium
kiri disebut sirkulasi pulmoner karena darah dialirkan ke paru-paru. Darah

39
dalam atrium kiri akan didorong menuju ventrikel kiri melalui katup
bikuspidalis/mitral, yang selanjutnya akan memompa darah bersih ini
melewati katup aorta masuk ke dalam aorta (arteri terbesar dalam tubuh).
Darah kaya oksigen ini disirkulasikan ke seluruh tubuh, kecuali paru-paru.
dan sebagainya.
 Potensial membran adalah tegangan yang melintasi suatu membran sel
yang berkisar dari sekitar -50 hingga -200 milivolt (tanda minus
menunjukkan bahwa di dalam sel bersifat negatif dibandingkan dengan di
luarnya). Potensial membran bertindak seperti baterai, yaitu suatu sumber
energi yang mempengaruhi lalulintas semua substansi bermuatan yang
melintasi membran. Karena di dalam sel itu muatannya lebih negatif
dibandingkan dengan di luarnya, maka potensial membran ini mendukung
transpor pasif kation ke dalam sel dan anion ke luar sel.
 Potensial aksi dimulai di nodus SA kemudian menyebar ke seluruh
jantung. Agar jantung berfungsi secara efisien, penyebaran eksitasi harus
memenuhi 3 kriteria :
3. Eksitasi dan kontraksi atrium harus selesai sebelum kontraksi
ventrikel dimulai.
4. Eksitasi serat – serat otot jantung harus dikoordinasi untuk
memastikan bahwa setiap bilik jantung berkontraksi sebagai suatu
kesatuan untuk menghasilkan daya pompa yang efisien. Apabila
serat – serat otot di bilik jantung tereksitasi dan berkontraksi secara
acak, tidak simultan dan terkoordinasi (fibrilasi) maka darah tidak
akan dapat terpompa.
5. Pasangan atrium dan pasangan ventrikel harus secara fungsional
terkoordinasi, sehingga kedua pasangan tersebut berkontaksi
secara simultan. Hal ini memungkinkan darah terpompa ke
sirkulasi paru dan sistemik

40
DAFTAR PUSTAKA

Aaronson I.P, Ward, T.P.J, 2010, The Cardiovascular System at a Glance, Alih

Bahasa: Surapsari, J.D, Jakarta: Penerbit Erlangga.

C. Pearce, Elyn. 2007. Anatomi dan Fisiologi untuk paramedis. Jakarta :


PT.Gramedia.

41
Gray, H.H, Dawkins D.K, Simpson L.A, Morgan, M.J. 2005. Lecture Notes:
Kardiologi, Alih Bahasa: Agoes, A.Z, Jakarta: Penerbit Erlangga.

Guyton AC, Hall JE. 2006. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 11.
Penterjemah: Irawati, Ramadani D, Indriyani F. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.

Kasron. 2011. Buku Ajar Anatomi Fisiologi Kardiovaskuler. Yogyakarta: Nuha


Medika

Sueta, C.A, Adams, K.F. 2004. Netter's Cardiology. Philadelphia U.S.A: Elsevier
Inc.

42

Anda mungkin juga menyukai