Anda di halaman 1dari 61

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.

D DENGAN DIAGNOSA
MEDIS CONGESTIVE HEART FAILURE (CHF) DI
RUANG KEPERAWATAN GAWAT DARURAT
RSUD DR. DORIS SYLVANUS
PALANGKA RAYA

Oleh :

Nama : Friska Amelia

Nim : 2017.C.09a.0888

YAYASAN EKA HARAP PALANGKARAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN 2020/2021
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan ini di susun oleh :


Nama : Friska amelia
NIM : 2017.C09a.0888
Program Studi : Sarjana Keperawatan
Judul : Laporan pendahuluan dan Asuhan Keperawatan Pada Ny. D
dengan Diagnosa Medis Congestive Heart Failure (CHF) di
ruang Gawat Darurat RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya
Telah melakukan asuhan keperawatan sebagai persyaratan untuk
menyelesaikan Praktik Pra Klinik Keperawatan 4 Program Studi Sarjana
Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Eka Harap Palangkaraya.

Laporan keperawatan ini telah disetujui oleh :

Pembimbing Akademik

Yelstria Ulina T, S.Kep, Ns


KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya untuk dapat menyelesaikan Laporan
dengan baik meskipun banyak kekurangan didalamnya. Saya berharap laporan
pendahuluan penyakit ini dapat berguna dan menambah wawasan serta
pengetahuan.
Menyadari sepenuhnya bahwa di dalam laporan pendahuluan penyakit ini
terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna oleh sebab itu berharap adanya
kritik, saran dan usulan demi perbaikan laporan pendahuluan. Semoga laporan
sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sebelumnya saya
mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan saya
memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan

Palangka Raya, 22 Oktober 2020

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ...........................................................................................i
DAFTAR ISI .........................................................................................................ii
BAB I TINJAUAN PUSTAKA
1.1 Konsep Penyakit ..............................................................................................4
1.1.1 Definisi ..................................................................................................4
1.1.2 Anatomi Fisiologi ..................................................................................4
1.1.3 Etiologi ................................................................................................11
1.1.4 Klasifikasi ............................................................................................11
1.1.5 Patofisiologi (Patway) ..........................................................................12
1.1.6 Manifestasi Klinis ................................................................................15
1.1.7 Komplikasi ..........................................................................................16
1.1.8 Pemeriksaan Penunjang .......................................................................16
1.1.9 Penatalaksanaan Medis ........................................................................17
1.2 Manajemen Asuhan Keperawatan .................................................................18
1.2.1 Pengkajian keperawatan........................................................................18
1.2.2 Diagnosa Keperawatan .........................................................................19
1.2.3 Intervensi Keperawatan.........................................................................20
1.2.4 Implementasi Keperawatan ..................................................................35
1.2.5 Evaluasi Keperawatan .........................................................................36
BAB II ASUHAN KEPERAWATAN
2.1 Pengkajian ......................................................................................................37
2.2 Diagnosa .........................................................................................................48
2.3 Intervensi .......................................................................................................48
2.4 Implementasi ..................................................................................................50
2.5 Evaluasi ..........................................................................................................50
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ....................................................................................................52
3.2 Saran .............................................................................................................52
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

ii
BAB I
TINJAUAN PUSTAKA
1.1 Konsep Penyakit
1.1.1 Definisi
Kegagalan jantung kongestif adalah suatu kegagalan pemompaan (di mana
cardiac output tidak mencukupi kebutuhan  metabolik tubuh), hal ini mungkin
terjadi sebagai akibat akhir dari gangguan jantung, pembuluh darah atau kapasitas
oksigen yang terbawa dalam darah yang mengakibatkan jantung tidak dapat
mencukupi kebutuhan oksigen pada berbagai organ. (Ni Luh Gede Yasmin, 2015)
Gagal jantung kongestif (CHF) adalah keadaan patofisiologis
berupa kelainan fungsi jantung, sehingga jantung tidak mampu memompa darah
untuk memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan atau kemampuannya hanya
adakalau disertai peninggian volume diastolik secara abnormal. Penamaan gagal
jantung kongestif yang sering digunakan  kalau terjadi gagal jantung sisi kiri dan
sisi kanan. (Mansjoer, 2015).
Pengertian lain menyebutkan bahwa dekompensasi  cordis adalah
ketidakmampuan jantung memompakan darah untuk memenuhi kebutuhan
metabolisme dan kebutuhan oksigen jaringan. (Doenges, 2015)
Dari pengertian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa dekompensasi
cordis merupakan keadaan jantung yang sudah tidak mampu lagi memompa darah
sesuai dengan kebutuhan tubuh.
1.1.2 Anatomi Fisiologi
Jantung terletak didalam rongga mediastinum dari ronga dada (toraks)
diantara kedua paru. Selaput yang melapisi jantung disebut perikardium yang
terdiri atas 2 lapisan:
1.1.1.1 Perikardium parietalis, yaitu lapisan luar yang melekat pada tulang
dada dan selaput paru.
1.1.1.2 Perikardium viseralis, yaitu lapisan permukaan dari jantung itu
sendiri yang juga disebut epikardium.
Diantara kedua lapisan tersebut terdapat cairan perikardium sebagai pelumas yang
berfungsi mengurangi gesekan akibat gerak jantung saat memompa. Dinding
jantung terdiri dari 3 lapisan, yaitu :

1
2

1) Lapisan luar disebut epikardium atau perikardium.


2) Lapisan tengah merupakan lapisan berotot, disebut
miokardium.
3) Lapisan dalam disebut endokardium.
Jantung terdiri dari 4 ruang, yaitu dua ruang yang berdinding
tipis disebut atrium (serambi), dan 2 ruang yang berdinding tebal
disebut ventrikel (bilik), yaitu sebagai berikut :
1. Atrium
1. Atrium kanan berfungsi sebagai penampungan darah yang rendah
oksigen dari seluruh tubuh. Darah tersebut mengalir melalui vena kava
superior, vena kava inferior, serta sinus koronarius yang berasal dari
jantung sendiri. Dari atrium kanan kemudian darah di pompakan ke
ventrikel kanan.
2. Atrium kiri menerima darah yang kaya akan oksigen dari paru melalui
4 buah vena pulmonalis. Kemudian darah dialirkan ke ventrikel kiri.
Antara kedua atrium dipisahkan oleh sekat yang disebut septum
atrium.
2. Ventrikel
1. Ventrikel kanan, menerima darah dari atrium kanan yang kemudian
dipompakan ke paru melalui arteri pulmonalis.
2. Ventrikel kiri, menerima darah dari atrium kiri kemudian
memompakannya ke seluruh tubuh melalui aorta. Kedua ventrikel
dipisahkan oleh sekat yang disebut septum ventrikel.
Katup-katup pada jantung terdiri dari :
1. Katup Atrioventrikuler
Merupakan katup yang terletak diantara atrium dan ventrikel..
katup antara atrium kanan dan ventrikel kanan mempunyai tiga buah
daun katup disebut katup trikuspidalis. Sedangkan katup yang terletak
diantara atrium kiri dan ventrikel kiri mempunyai dua buah daun katup
disebut katup bikuspidalis atau katup mitral. Katup AV memungkinkan
darah mengalir dari masing-masing atrium ke ventrikel pada waktu
3

diastole ventrikel, serta mencegah aliran balik ke atrium pada saat sistol
ventrikel.
2. Katup Semilunar
Katup pulmonal, terletak antara arteri pulmonalis dan ventrikel
kanan. Katup aorta, terletak antara ventrikel kiri dan aorta. Kedua katup
semilunar terdiri dari 3 daun katup. Adanya katup semilunar
memungkinkan darah mengalir dari masing-masing ventrikel ke arteri
pulmonalis atau aorta selama sistol ventrikel, dan mencegah aliran balik
ke ventrikel sewaktu diastole ventrikel.
Sirkulasi jantung terdiri atas :
1. Arteri Koroner
Arteri koroner adalah cabang pertama dari sirkulasi sistemik.
Sirkulasi koroner terdiri dari: arteri koroner kanan dan arteri koroner
kiri. Arteri koroner bermuara di sebelah atas daun katup aorta yang
disebut ”sinus valsava”.
2. Vena Koroner
Distribusi vena koroner sesungguhnya paralel dengan distribusi
arteri koroner. Sistem vena jantung terdiri dari 3 bagian: vena
tebesian, vena kardiaka anterior, sinus koronaria.
Keseluruhan sistem peredaran (sistem kardiovaskuler) yang terdiri
dari arteri, arteriola, kapiler, venula dan vena, mempunyai fungsi
sebagai berikut :
1. Arteri
Arteri berfungsi untuk transportasi darah dengan tekanan yang
tinggi ke seluruh jaringan tubuh. Dinding arteri kuat dan elastis
(lentur), kelenturannya membantu mempertahankan tekanan
darah diantara denyut jantung. Dinding arteri banyak
mengandung jaringan elastis yang dapat teregang saat sistol dan
mengadakan rekoil saat diastol.
2. Arteriola
Merupakan cabang paling ujung dari sistem arteri, berfungsi
sebagai katup pengontrol untuk mengatur pengaliran darah ke
4

kapiler. Arteriol mempunyai dinding yang kuat sehingga mampu


kontriksi atau dilatasi beberapa kali ukuran normal, sehingga
dapat mengatur aliran darah ke kapiler. Otot arteriol dipersarafi
oleh serabut saraf kolinergik yang berfungsi vasodilatasi. Arteriol
merupakan penentu utama resistensi/tahanan aliran darah,
perubahan pada diameternya menyebabkan perubahan besar pada
resistensi.
3. Kapiler
Merupakan pembuluh darah yang halus dan berdinding sangat
tipis, yang berfungsi sebagai jembatan diantara arteri (membawa
darah dari jantung) dan vena (membawa darah kembali ke
jantung). Kapiler memungkinkan oksigen dan zat makanan
berpindah dari darah ke dalam jaringan dan memungkinkan hasil
metabolisme berpindah dari jaringan ke dalam darah.
4. Venula
Dari kapiler darah mengalir ke dalam venula lalu bergabung
dengan venul-venul lain ke dalam vena, yang akan membawa
darah kembali ke jantung.
5. Vena
Vena memiliki dinding yang tipis, tetapi biasanya diameternya
lebih besar daripada arteri, sehingga vena dapat mengangkut
darah dalam volume yang sama tetapi dengan kecepatan yang
lebih rendah dan tidak terlalu dibawah tekanan. Karena tekanan
dalam sistem vena rendah maka memungkinkan vena
berkontraksi sehingga mempunyai kemampuan untuk menyimpan
atau menampung darah sesuai kebutuhan tubuh.
Lingkaran sirkulasi jantung dapat dibagi menjadi dua bagian
besar yaitu sirkulasi sistemik dan sirkulasi pulmonal. Namun
demikian terdapat juga sirkulasi koroner yang juga berperan
sangat penting bagi sirkulasi jantung, yaitu mempunyai fungsi
sebagai berikut :
1. Sirkulasi Sistemik
5

1) Mengalirkan darah ke berbagai organ tubuh.


2) Memenuhi kebutuhan organ yang berbeda.
3) Memerlukan tekanan permulaan yang besar.
4) Banyak mengalami tahanan.
5) Kolom hidrostatik panjang.
2. Sirkulasi Pulmonal
1) Hanya mengalirkan darah ke paru.
2) Hanya berfungsi untuk paru-paru.
3) Mempunyai tekanan permulaan yang rendah.
4) Hanya sedikit mengalami tahanan.
5) Kolom hidrostatiknya pendek.
3. Sirkulasi Koroner
Efisiensi jantung sebagi pompa tergantung dari nutrisi dan
oksigenasi yang cukup pada otot jantung itu sendiri. Sirkulasi
koroner meliputi seluruh permukaan jantung dan membawa
oksigen untk miokardium melalui cabang-cabang
intramiokardial yang kecil-kecil.
Aliran darah koroner meningkat pada:
1) Peningkatan aktifitas
2) Jantung berdenyut
3) Rangsang sistem saraf simpatis
Jantung sebagai pompa fungsinya dipengaruhi oleh 4 faktor
utama yang saling terkait dalam menentukan isi sekuncup (stroke
volume) dan curah jantung (cardiac output) yaitu:
1. Beban awal (pre load)
Beban awal adalah derajat peregangan serabut miokardium pada
akhir pengisian ventrikel. Hal ini sesuai dengan Hukum Starling:
peregangan serabut miokardium selama diastole melalui
peningkatan volume akhir diastole akan meningkatkan kekuatan
kontraksi pada saat sistolik. Sebagai contoh karet yang
diregangkan maksimal akan menambah kekuatan jepretan saat
dilepaskan. Dengan kata lain beban awal adalah kemampuan
6

ventrikel meregang maksimal saat diastolik sebelum


berkontraksi/sistolik.
2. Kontraktilitas
Kontraktilitas merupakan kemampuan otot-otot jantung untuk
menguncup dan mengembang. Peningkatan kontraktilitas
merupakan hasil dari interaksi protein otot aktin-miosin yang
diaktifkan oleh kalsium. Peningkatan kontraktilitas otot jantung
memperbesar curah sekuncup dengan cara menambah
kemampuan ventrikel untuk mengosongkan isinya selama
sistolik.
3. Beban akhir (after load)
Beban akhir adalah besarnya tegangan dinding ventrikel untuk
dapat memompakan darah saat sistolik. Beban akhir
menggambarkan besarnya tahanan yang menghambat
pengosongan ventrikel. Beban akhir juga dapat diartikan sebagai
suatu beban pada ventrikel kiri untuk membuka katup semilunar
aorta, dan mendorong darah selama kontrakis/sistolik.
4. Frekuensi jantung
Frekuensi dan irama jantung mempengaruhi kontaktilitas,
misalnya bila ada ekstra sistol ventrikel, maka akan terjadi
potensiasi pada ekstasistolik.
Faktor utama yang mempengaruhi tekanan darah adalah curah
jantung, tekanan pembuluh darah perifer dan volume/aliran darah.
Faktor-faktor yang meregulasi tekanan darah bekerja untuk peride
jangka pendek dan jangka panjang, yaitu sebagai berikut :
1. Regulasi tekanan darah jangka pendek
1) Sistem Saraf
Sistem saraf mengontrol tekanan darah dengan mempengaruhi
tahanan pembuluh darah perifer. Dua mekanisme yang
dilakukan adalah mempengaruhi distribusi darah dan
mempengaruhi diameter pembuluh darah.
7

Umumnya kontrol sistem saraf terhadap tekanan darah


melibatkan:
1. Pusat Vasomotor (hipotalamus dan serebrum),
mempengaruhi diameter pembuluh darah dengan
mengeluarkan epinefrin sebagai vasokonstriktor kuat, dan
asetilkolin sebagai vasodilator.
2. Baroresptor, berlokasi pada sinus karotikus dan arkus aorta.
Baroresptor sensitif terhadap perubahan tekanan darah dan
regangan arteri.
3. Kemoresptor, berlokasi pada badan karotis dan arkus aorta.
Kemoreseptor berespon terhadap perubahan kadar oksigen,
karbon dioksida dan hidrogen dalam darah.
2) Kontrol kimia
Selain CO2 dan O2, sejumlah kimia darah juga membantu
regulasi tekanan darah melalui refleks kemoreseptor yang akan
dibawa ke pusat vasomotor. Hormon yang mempengaruhi:
epinefrin dan norepinefrin, natriuretik atrial, ADH, angiotensin
II, Nitrit oxide, dan alkohol.
3) Regulasi tekanan darah jangka panjang
Ginjal melakukan regulasi tekanan darah jangka panjang
melalui 2 mekanisme, yaitu : secara langsung melalui
pengaturan kecepatan filtrasi cairan di ginjal dan secara tidak
langsung melalui pengaturan sistem renin angiotensin.

Gambar 1 Anatomi Jantung


8

1.1.3 Etiologi
Menurut Wajan Juni Udjianti (2010) etiologi gagal jantung kongestif (CHF)
dikelompokan berdasarkan faktor etiolgi eksterna maupun interna, yaitu:
1.1.3.1 Faktor eksterna (dari luar jantung); hipertensi renal, hipertiroid, dan
anemia kronis/ berat.
1.1.3.2 Faktor interna (dari dalam jantung)
1) Disfungsi katup: Ventricular Septum Defect (VSD), Atria Septum
Defect (ASD), stenosis mitral, dan insufisiensi mitral.
2) Disritmia: atrial fibrilasi, ventrikel fibrilasi, dan heart block.
3) Kerusakan miokard: kardiomiopati, miokarditis, dan infark
miokard.
4) Infeksi: endokarditis bacterial sub-akut
1.1.4 Klasifikasi
1.1.4.1 Berdasarkan bagian jantung yang mengalami kegagalan
pemompaan, gagal jantung terbagi atas gagal jantung kiri, gagal
jantung kanan, dan gagal jantung kongestif. Klasifikasi berdasarkan
derajat sakitnya dibagi dalam 4 kelas, yaitu:
1) Kelas 1 : Penderita kelainan jantung tanpa pembatasan aktivitas
fisik. Aktivitas sehari-hari tidak menyebabkan keluhan.
2) Kelas 2 : Penderita dengan kelainan jantung yang mempunyai akti
vitas fisik terbatas. Tidak ada keluhan sewaktu istirahat, tetapi
aktivitas sehari - hari akan menyebabkan capek, berdebar, sesak
nafas.
3) Kelas 3 : Penderita dengan aktivitas fisik yang sangat terbatas.
Pada keadaan istirahat tidak terdapat keluhan, tetapi aktivitas fisik
ringan saja akan menyebabkan capek, berdebar, sesak nafas.
4) Kelas 4 : Penderita yang tidak mampu lagi mengadakan aktivitas
fisik tanpa rasa terganggu. Tanda-tanda dekompensasi atau angina
malahan telah terdapat pada keadaan istirahat.
1.1.4.2 Berdasarkan lokasi terjadinya terbagi menjadi 2, yaitu :
1) Gagal jantung kiri
9

Kongesti paru menonjol pada gagal ventrikel kiri, karena


ventrikel kiri tidak mampu memompa darah yang datang dari
paru. Peningkatan tekanan dalam sirkulasi paru menyebabkan
cairan terdorong ke jaringan paru. Manifestasi klinis yang terjadi
meliputi dispnea, batuk, mudah lelah, takikardi dengan bunyi
jantung S3, kecemasan kegelisahan, anoreksia, keringat dingin,
dan paroxysmal nocturnal dyspnea, ronki basah paru di bagian
basal.
2) Gagal jantung kanan
Bila ventrikel kanan gagal, yang menonjol adalah kongestif visera
dan jaringan perifer. Hal ini terjadi karena sisi kanan jantung
tidak mampu mengosongkan volume darah dengan adekuat
sehingga tidak dapat mengakomodasi semua darah yang secara
normal kembali dari sirkulasi vena. Manifestasi klinis yang
tampak meliputi: edema ekstremitas bawah yang biasanya
merupakan pitting edema, pertambahan berat badan,
hepatomegali (pembesaran hepar), distensi vena leher, asites
(penimbunan cairan di dalam rongga peritonium), anoreksia dan
mual, dan lemah. Wajan Juni Udjianti (2015)
1.1.5 Patofisiologi
Kelainan intrinsic pada kontraktilitas miokardium yang khas pada gagal
jantung iskemik, mengganggu kemampuan pengosongan ventrikel yang
efektif. Kontraktilitas ventrikel kiri yang menurun mengurangi curah sekuncup,
dan meningkatkan volume residu ventrikel. Dengan meningkatnya EDV (volume
akhir diastolic ventrikel), maka terjadi pula pengingkatan tekanan akhir diastolic
ventrikel kiri (LVEDP). Derajat peningkatan tekanan tergantung dari kelenturan
ventrikel. Dengan meningkatnya LVEDP, maka terjadi pula peningkatan tekanan
atrium kiri (LAP) karena atrium dan ventrikel berhubungan langsung selama
diastole. Peningkatan LAP diteruskan ke belakang ke dalam anyaman vascular
paru-paru, meningkatkan tekanan kapiler dan vena paru-paru. Jika tekanan
hidrostatik dari anyaman kapiler paru-paru melebihi tekanan onkotik vascular,
maka akan terjadi transudasi cairan ke dalam intertisial. Jika kecepatan transudasi
10

cairan melebihi kecepatan drainase limfatik, maka akan terjadi edema intertisial.
Peningkatan tekanan lebih lanjut dapat mengakibatkan cairan merembes ke dalam
alveoli dan terjadilah edema paru-paru.
Tekanan arteria paru-paru dapat meningkat sebagai respon terhadap
peningkatan kronis tekanan vena paru. Hipertensi pulmonary meningkatkan
tahanan terhadap ejeksi ventrikel kanan. Serentetan kejadian seperti yang terjadi
pada jantung kiri, juga akan terjadi pada jantung kanan, di mana akhirnya akan
terjadi kongesti sistemik dan edema.
Perkembangan dari kongesti sistemik atau paru-paru dan edema dapat
dieksaserbasi oleh regurgitasi fungsional dari katup-katup trikuspidalis atau
mitralis bergantian. Regurgitasi fungsional dapat disebabkan oleh dilatasi dari
annulus katup atrioventrikularis, atau perubahan-perubahan pada orientasi otot
papilaris dan korda tendinae yang terjadi sekunder akibat dilatasi ruang (smeltzer
2016).
11

WOC

Disfungsi Miokard Beban tekanan Beban sistolik Peningkatan keb. Peningkatan keb.
(AMI) Miokarditis berlebihan berlebihan metabolisme metabolisme

Beban systole Preload


Kontraktilitas
Kontraktilitas

Hambatan pengosongan
ventrikel Gagal jantung
kanan
COP

Beban jantung meningkat

CHF

B1 Breathing B2 Blood B3 Brain B4 Bladder B5 Bowel B6 Bone

Gagal Pompa Forward Peningkatan Peningkatan Forward


Ventrikel Kanan Gagal Pompa Ventrikel faillure tekanan vena tekanan vena faillure
dan kiri Kanan dan kiri cava superior
Backward
Failure Renal low Congesti Sup. Darah
Bendungan menurun visera dan Peningkatan jaringan
atrium kanan Forward Peningkatan
jaringan tekanan vena inferior
LVED faillure tekanan vena
perifer junggularis
Meningkat cava superior
inferior
12

Bendungan Tek. Vena COV Peningkatan RAA Congesti Penurunan Metabolisme


vena sistemik Pulmonalis semakin tekanan vena meningkat vena suplai O2 ke anaerob
Meningkat menurun junggularis abdomen otak

Lien Hepar Aldosteron Asidosis


Tek. Kapiler Suplai darah Penurunan Metabolik
Anoreksia Penurunan
paru ke jaringan suplai O2 ke
Hepatomegali kesadaran
Splenomegali Meningkat menurun otak ADH
Perubahan Penimbunan
Nutrisi Tirah baring laktat ,ATP
Iritasi mukosa Penurunan Penurunan Retensi
Mendesak kesadaran kurang dari lama
paru suplai O2 Na+H2O kebutuhan
Diafragma Penimbunan
Resiko Resiko laktat ,ATP
Sesak Nafas Penumpukan Gangguan Kelebihan kerusakan
injuri
sekret perfusi Volume integritas kulit
Cairan Fatigue
jaringan
Pola Nafas
tidak efektif Edema paru
Intoleransi
aktivitas
Ronchi basah

Reflek batuk

 Gangguan
pertukaran gas.
 Bersihan jalan
nafas tidak
efektif.
13

1.1.6 Manifestasi Klinis


Menurut Arif masjoer (2015), Gejala yang muncul dapat
berbeda  tergantung  pada kegagalan ventrikel mana yang terjadi.
1.1.6.1 Gagal jantung kiri
Kongesti paru menonjol pada gagal ventrikel kiri karena ventrikel
kiri tak mampu memompa darah yang datang dari paru. Manifestasi
klinis yang terjadi,  yaitu :
1) Dispnu
Terjadi akibat penimbunan cairan  dalam alveoli dan
mengganggu pertukaran gas.Dapat terjadi ortopnu.Bebrapa
pasien dapat mengalami ortopnu pda malam hari yang
dinamakan Paroksimal Nokturnal Dispnea ( PND).
2) Batuk
3) Mudah lelah
Terjadi karena curah jantung yang kurang   yang menghambat
jaringan dari dari sirkulasi normal dan oksigen serta
menurunnya  pembuangan sisa  hasil katabolisme juga terjadi
karena  meningkatnya  energi  yang digunakan  untuk bernafas
dan insomnia yang terjadi karena  distress pernafasan dan batuk.
4) Kegelisahan dan kecemasan
Terjadi akibat  gangguan oksigenasi  jaringan, stress akibat
kesakitan bernapas dan pengetahuan bahwa jantung  tidak
berfungsi dengan baik.
1.1.6.2 Gagal jantung kanan :
1) Kongestif jaringan perifer dan viseral.
2) Edema ekstrimitas bawah (edema dependen), biasanya edema
pitting, penambahan berat badan.
3) Hepatomegali. Nyeri tekan  pada kuadran  kanan atas
abdomen  terjadi akibat  pembesaran  vena di  hepar.
4) Anorexia dan mual. Terjadi akibat  pembesaran  vena  dan
statis  vena dalam rongga abdomen.
5) Nokturia
14

6) Kelemahan.
1.1.7 Komplikasi
Penyakit Congestive Heart Failure (CHF) apabila tidak ditangani dengan
baik akan menimbulkan komplikasi serius seperti syok kardiogenik, episode
tromboemboli, efusi perikardium dan tamponade perikardium. Meskipun berbagai
macam penyakit jantung seperti gangguan katup telah menurun akibat teknologi
penatalaksanaan yang canggih, namun Congestive Heart Failure  CHF masih tetap
merupakan ancaman kesehatan yang dapat menimbulkan kematian (Brunner dan
Suddarth, 2015).
1.1.8 Pemeriksaan Penunjang
1.1.8.1 Pemeriksaan laboratorium:
Tidak ada pemeriksaan khusus yang dapat menegakkan diagnosis
gagal jantung. Pemeriksaan laboratorium dibutuhkan untuk
mengetahui sejauh mana gagal jantung telah mengganggu fungsi-
fungsi organ lain seperti : hati, ginjal dan lain-lain.
1.1.8.2 Pemeriksaan penunjang lain:
1) Radiologi:
1. Bayangan hili paru yang tebal dan melebar, kepadatan makin
ke pinggir berkurang
2. Lapangan paru bercak-bercak karena edema paru
3. Distensi vena paru
4. Hidrothorak
5. Pembesaran jantung, Cardio-thoragic ratio meningkat
2) EKG :
Dapat ditemukan kelainan primer jantung (iskemik, hipertropi
ventrikel, gangguan irama dan tanda-tanda faktor pencetus akut
(infark miokard, emboli paru).
3) Ekokardiografi : 
Untuk deteksi gangguan fungsional serta anatomis yang menjadi
penyebab gagal jantung.
15

1.1.9 Penatalaksanaan Medis


Tujuan pengobatan adalah :
1) Dukung istirahat  untuk mengurangi  beban kerja  jantung.
2) Meningkatkan kekuatan dan efisiensi kontraktilitas miokarium dengan
preparat farmakologi.
3) Membuang penumpukan air tubuh yang berlebihan dengan cara
memberikan terapi antidiuretik, diit dan istirahat.
4) Mengatasi keadaan yang reversible, termasuk tiroksikosis, miksedema,
dan aritmia digitalisasi
5) Meningkatkan oksigenasi dengan pemberian oksigen dan menurunkan
konsumsi O2 melalui istirahat/pembatasan aktivitas
Terapi farmakologis :
1) Glikosida jantung.
Digitalis, meningkatkan kekuatan kontraksi otot jantung dan
memperlambat frekuensi jantung. Efek yang dihasilkan : peningkatan
curah jantung, penurunan tekanan vena dan volume darah dan
peningkatan diuresisidan mengurangi edema.
2) Terapi diuretik.
Diberikan untuk memacu eksresi natrium  dan air mlalui ginjal.
Penggunaan harus hati – hati karena efek samping hiponatremia dan
hipokalemia.
3) Terapi vasodilator.
Obat-obat fasoaktif digunakan untuk mengurangi  impadansi
tekanan  terhadap penyemburan  darah oleh ventrikel. Obat ini
memperbaiki pengosongan ventrikel dan peningkatan kapasitas vena
sehingga  tekanan pengisian  ventrikel kiri  dapat diturunkan.
1.2 Manajemen Asuhan Keperawatan
1.2.1 Pengkajian Keperawatan
Pengkajian Primer
1. Airways
1) Sumbatan atau penumpukan sekret
2) Wheezing atau krekles
16

2. Breathing
1) Sesak dengan aktifitas ringan atau istirahat
2) RR lebih dari 24 kali/menit, irama ireguler dangkal
3) Ronchi, krekles
4) Ekspansi dada tidak penuh
5) Penggunaan otot bantu nafas
3. Circulation
1) Nadi lemah , tidak teratur
2) Takikardi
3) TD meningkat / menurun
4) Edema
5)  Gelisah
6) Akral dingin
7)  Kulit pucat, sianosis
8) Output urine menurun
Pengkajian Sekunder
Riwayat Keperawatan
1.   Keluhan
1) Dada terasa berat (seperti memakai baju ketat).
2) Palpitasi atau berdebar-debar.
3) Paroxysmal Nocturnal Dyspnea (PND) atau orthopnea, sesak nafas
saat beraktivitas, batuk (hemoptoe), tidur harus pakai bantal lebih dari
dua buah.
4) Tidak nafsu makan, mual, dan muntah.
5) Letargi (kelesuan) atau fatigue (kelelahan
6) Insomnia
7) Kaki bengkak dan berat badan bertambah
8) Jumlah urine menurun
9) Serangan timbul mendadak/ sering kambuh.
2.  Riwayat penyakit: hipertensi renal, angina, infark miokard kronis,
diabetes melitus, bedah jantung, dan disritmia.
3.  Riwayat diet: intake gula, garam, lemak, kafein, cairan, alkohol.
17

4.  Riwayat pengobatan: toleransi obat, obat-obat penekan fungsi jantung,


steroid, jumlah cairan per-IV, alergi terhadap obat tertentu.
5.  Pola eliminasi orine: oliguria, nokturia.
6.  Merokok: perokok, cara/ jumlah batang per hari, jangka waktu
7.  Postur, kegelisahan, kecemasan
8.  Faktor predisposisi dan presipitasi: obesitas, asma, atau COPD yang
merupakan faktor pencetus peningkatan kerja jantung dan mempercepat
perkembangan CHF.
Pemeriksaan Fisik
1.  Evaluasi status jantung: berat badan, tinggi badan, kelemahan, toleransi
aktivitas, nadi perifer, displace lateral PMI/ iktus kordis, tekanan darah,
mean arterial presure, bunyi jantung, denyut jantung, pulsus alternans,
Gallop’s, murmur.
2. Respirasi: dispnea, orthopnea, suara nafas tambahan (ronkhi, rales,
wheezing)
3. Tampak pulsasi vena jugularis, JVP > 3 cmH2O, hepatojugular refluks
4. Evaluasi faktor stress: menilai insomnia, gugup atau rasa cemas/ takut yang
kronis
5. Palpasi abdomen: hepatomegali, splenomegali, asites
6. Konjungtiva pucat, sklera ikterik
7. Capilary Refill Time (CRT) > 2 detik, suhu akral dingin, diaforesis, warna
kulit pucat, dan pitting edema.
1.2.2 Diagnosa Keperawatan
1.   Penurunan curah jantung b/d respon fisiologis otot jantung, peningkatan
frekuensi, dilatasi, hipertrofi atau peningkatan isi sekuncup
2.    Pola nafas tidak efektif b/d penurunan volume paru
3.   Perfusi jaringan tidak efektif b/d menurunnya curah jantung, hipoksemia
jaringan, asidosis dan kemungkinan thrombus atau emboli
4.    Gangguan pertukaran gas b/d kongesti paru, hipertensi pulmonal,
penurunan perifer yang mengakibatkan asidosis laktat dan penurunan
curah jantung.
18

5.    Kelebihan volume cairan b/d berkurangnya curah jantung, retensi cairan


dan natrium oleh ginjal, hipoperfusi ke jaringan perifer dan hipertensi
pulmonal
6.    Cemas b/d penyakit kritis, takut kematian atau kecacatan, perubahan
peran dalam lingkungan social atau ketidakmampuan yang permanen.
7.    Kurang pengetahuan b/d keterbatasan pengetahuan penyakitnya,
tindakan yang dilakukan, obat obatan yang diberikan, komplikasi yang
mungkin muncul.
1.2.3 Intervensi Keperawatan

Diagnosa Tujuan dan Kriteria


No Intervensi
Keperawatan Hasil

1 Penurunan curah NOC : Cardiac Care


jantung b/d respon 1) Cardiac Pump 1) Evaluasi adanya
fisiologis otot effectiveness nyeri dada
jantung, 2) Circulation Status ( intensitas,lokasi,
peningkatan 3) Vital Sign Status durasi)
frekuensi, dilatasi, Kriteria Hasil: 2) Catat adanya
hipertrofi atau disritmia jantung
   1) Tanda Vital dalam
peningkatan isi
rentang normal 3) Catat adanya tanda
sekuncup dan gejala penurunan
(Tekanan darah, Nadi,
respirasi) cardiac putput
   2) Dapat mentoleransi 4) Monitor status
aktivitas, tidak ada kardiovaskuler
kelelahan 5) Monitor status
  3) Tidak ada edema pernafasan yang
paru, perifer, dan tidak menandakan gagal
ada asites jantung
   4) Tidak ada penurunan 6) Monitor abdomen
kesadaran sebagai indicator
penurunan perfusi
7) Monitor balance
cairan 19
8) Monitor adanya
perubahan tekanan
darah
9) Monitor respon
pasien terhadap efek
pengobatan
antiaritmia
10) Atur periode latihan
dan istirahat untuk
menghindari
kelelahan
11) Monitor toleransi
aktivitas pasien
12) Monitor adanya
dyspneu, fatigue,
tekipneu dan
ortopneu
13) Anjurkan untuk
menurunkan stress
Vital Sign Monitoring
1) Monitor TD, nadi,
suhu, dan RR
2) Catat adanya
fluktuasi tekanan
darah
3) Monitor VS saat
pasien berbaring,
duduk, atau berdiri
4) Auskultasi TD pada
kedua lengan dan
bandingkan
5) Monitor TD, nadi,
RR, sebelum,
selama, dan setelah
aktivitas
6) Monitor kualitas dari
nadi
7) Monitor adanya
pulsus paradoksus
dan pulsus alterans
8) Monitor jumlah dan
irama jantung dan
monitor bunyi
jantung
9) Monitor frekuensi
dan irama
pernapasan
10) Monitor suara paru,
pola pernapasan
abnormal
11) Monitor suhu,
warna, dan
kelembaban kulit
12) Monitor sianosis
perifer
13) Monitor adanya
cushing triad
(tekanan nadi yang
melebar, bradikardi,
peningkatan sistolik)
14) Identifikasi
penyebab dari
perubahan vital sign
2 Pola Nafas tidak NOC NIC
efektif
1) Respiratory status : 1) Posisikan pasien
Definisi : Ventilation untuk
Pertukaran udara 2) Respiratory status : memaksimalkan
inspirasi dan/atau Airway patency ventilasi
ekspirasi tidak 3) Vital sign Status 2) Pasang mayo bila
adekuat perlu
Setelah dilakukan
3) Lakukan fisioterapi
Faktor yang
tindakan keperawatan dada jika perlu
berhubungan :
4) Keluarkan sekret
selama…. Pasien
-  Hiperventilasi dengan batuk atau
menunjukan suction
-   Penurunan 5) Auskultasi suara
keefektifan pola napas,
energi/kelelahan nafas, catat adanya
dibuktikan dengan : suara tambahan
-Perusakan/ 6) Berikan
pelemahan Kriteria Hasil :
bronkodilator
muskuloskletal ……….
1) Mendemonstrasikan
-   Obesitas 7) Berikan pelembab
batuk efektif dan udara Kassa basah
-    Kelelahan otot suara nafas yang NaCl Lembab
pernafasan 8) Atur intake untuk
bersih, tidak ada cairan
-   Hipoventilasi sianosis dan mengoptimalkan
sindrom keseimbangan.
dyspneu (mampu 9) Monitor respirasi
-  Nyeri
mengeluarkan dan status O2
-  Kecemasan 10) Bersihkan mulut,
sputum, mampu hidung dan secret
-   Disfungsi bernafas dengan trakea
Neuromuskuler 11) Pertahankan jalan
mudah, tidak ada nafas yang paten
-  Injuri tulang 12) Observasi adanya
pursed lips)
belakang tanda tanda
2) Menunjukkan jalan hipoventilasi
DS
nafas yang paten 13) Monitor adanya
- Dyspnea kecemasan pasien
(klien tidak merasa terhadap oksigenasi
- Nafas pendek tercekik, irama 14) Monitor vital sign
15) Informasikan pada
DO nafas, frekuensi pasien dan keluarga
-  Penurunan pernafasan dalam tentang teknik
tekanan relaksasi untuk
rentang normal, memperbaiki pola
inspirasi/ekspira
si tidak ada suara nafas
-   Penurunan nafas abnormal) 16) Ajarkan bagaimana
pertukaran udara batuk secara efektif
3) Tanda Tanda vital
permenit 17) Monitor pola nafas
dalam rentang
-   Menggunakan
otot pernafasan normal (tekanan
tambahan darah, nadi,
-    Orthopnea pernafasan)
-   Pernafasan
pursed-lip
-   Tahap ekspirasi
berlangsung
sangat  lama
-   Penurunan
kapasitas vital
respirasi < 11-
24x/menit

3 Perfusi jaringan NOC : NIC :


tidak efektifb/d 1) Circulation status Peripheral Sensation
menurunnya curah 2) Tissue Prefusion : Management
(Manajemen sensasi
jantung, hipoksemia cerebral perifer)
jaringan, asidosis Kriteria Hasil :
1) Monitor adanya
dan kemungkinan
1) mendemonstrasikan daerah tertentu yang
thrombus atau
status sirkulasi hanya peka terhadap
emboli
1. Tekanan panas/dingin/tajam/t
Definisi :
systole dan umpul
Penurunan
diastole dalam 2) Monitor adanya
pemberian oksigen
rentang yang paretese
dalam kegagalan
diharapkan 3) Instruksikan
memberi makan
2. Tidak ada keluarga untuk
jaringan pada
ortostatik hipertensi mengobservasi kulit
tingkat kapiler
3. Tidak ada jika ada lsi atau
Batasan
tanda tanda laserasi
karakteristik : peningkatan 4) Gunakan sarun
1) Renal tekanan intrakranial tangan untuk
2) Perubahan
(tidak lebih dari 15 proteksi
tekanan darah
di luar batas mmHg) 5) Batasi gerakan pada
parameter
2) mendemonstrasikan kepala, leher dan
3) Hematuria
4) Oliguri/anuria kemampuan punggung
5) Elevasi/
kognitif yang 6) Monitor kemampuan
penurunan
BUN/rasio ditandai dengan: BAB
kreatinin
4. berkomunikasi 7) Kolaborasi
6) Gastro
Intestinal dengan jelas pemberian analgetik
7) Secara usus
dan sesuai 8) Monitor adanya
hipoaktif atau
tidak ada dengan tromboplebitis
8) Nausea
kemampuan 9) Diskusikan
9) Distensi
abdomen 5. menunjukkan menganai penyebab
10) Nyeri
perhatian, perubahan sensasi
abdomen atau
tidak terasa konsentrasi dan
lunak
orientasi
(tenderness)
11) Peripheral 6. memproses
12)   Edema
informasi
13) Tanda
Homan positif 7. membuat
14) Perubahan
keputusan
karakteristik
kulit (rambut, dengan benar
kuku,
3) menunjukkan
air/kelembaban
) fungsi sensori
15) Denyut nadi
motori cranial yang
lemah atau
tidak ada utuh : tingkat
16) Diskolorisas
kesadaran
i kulit
17) Perubahan mambaik, tidak ada
suhu kulit
gerakan gerakan
18) Perubahan
sensasi involunter
19)  Kebiru-
biruan
20) Perubahan
tekanan darah
di ekstremitas
21) Bruit
22) Terlambat
sembuh
23) Pulsasi
arterial
berkurang
24) Warna kulit
pucat pada
elevasi, warna
tidak kembali
pada
penurunan kaki
25) Cerebral
26) Abnormalita
s bicara
27) Kelemahan
ekstremitas
atau paralis
28) Perubahan
status mental
29) Perubahan
pada respon
motorik
30) Perubahan
reaksi pupil
31) Kesulitan
untuk menelan
32) Perubahan
kebiasaan
33) Kardiopulm
onar
34) Perubahan
frekuensi
respirasi di luar
batas
parameter
35) Penggunaan
otot pernafasan
tambahan
36) Balikkan
kapiler > 3
detik
(Capillary
refill)
37) Abnormal
gas darah arteri
38) Perasaan
”Impending
Doom” (Takdir
terancam)
39) Bronkospas
me
40) Dyspnea
41) Aritmia
42) Hidung
kemerahan
43) Retraksi
dada
44) Nyeri dada
Faktor-faktor yang
berhubungan :
1) Hipovolemia
2) Hipervolemia
3) Aliran arteri
terputus
4) Exchange
problems
5) Aliran vena
terputus
6) Hipoventilasi
7) Reduksi
mekanik pada
vena dan atau
aliran darah
arteri
8) Kerusakan
transport
oksigen
melalui
alveolar dan
atau
membran
kapiler
9) Tidak
sebanding
antara
ventilasi
dengan aliran
darah
10) Keracunan
enzim
11) Perubahan
afinitas/ikatan
O2 dengan Hb
12) Penurunan
konsentrasi
Hb dalam
darah

4 Gangguan NOC : NIC :


pertukaran gas b/d
1) Respiratory Status : Airway Management
kongesti paru,
hipertensi Gas exchange
1) Buka jalan nafas,
pulmonal, 2) Respiratory Status :
penurunan perifer guanakan teknik
ventilation
yang chin lift atau jaw
mengakibatkan 3) Vital Sign Status
thrust bila perlu
asidosis laktat dan Kriteria Hasil :
penurunan curah 2) Posisikan pasien
1) Mendemonstrasika
jantung untuk
n peningkatan
Definisi : Kelebihan memaksimalkan
atau kekurangan ventilasi dan
ventilasi
dalam oksigenasi oksigenasi yang
dan atau 3) Identifikasi pasien
pengeluaran adekuat
perlunya
karbondioksida di 2) Memelihara
dalam membran pemasangan alat
kapiler alveoli kebersihan paru
jalan nafas buatan
paru dan bebas dari
Batasan 4) Pasang mayo bila
karakteristik : tanda tanda distress
perlu
1) Gangguan pernafasan
5) Lakukan fisioterapi
penglihatan 3) Mendemonstrasika
2) Penurunan dada jika perlu
CO2 n batuk efektif dan
6) Keluarkan sekret
3) Takikardi suara nafas yang
4) Hiperkapnia dengan batuk atau
5) Keletihan bersih, tidak ada
suction
6) somnolen sianosis dan
7) Iritabilitas 7) Auskultasi suara
8) Hypoxia dyspneu (mampu
nafas, catat adanya
9) kebingungan mengeluarkan
10) Dyspnoe suara tambahan
11) nasal faring sputum, mampu
8) Lakukan suction
12) AGD Normal bernafas dengan
13) sianosis pada mayo
14) warna kulit mudah, tidak ada
9) Berika bronkodilator
abnormal pursed lips)
(pucat, bial perlu
kehitaman) 4) Tanda tanda vital 10) Barikan pelembab
15) Hipoksemia
dalam rentang udara
16) hiperkarbia
17) sakit kepala normal 11) Atur intake untuk
ketika bangun
cairan
18) frekuensi dan
kedalaman mengoptimalkan
nafas abnormal
keseimbangan.
Faktor faktor yang 12) Monitor respirasi
berhubungan :
dan status O2
-  1)ketidakseimbanga
n perfusi ventilasi
Respiratory
-   2) perubahan Monitoring
membran kapiler-
alveolar 1) Monitor rata – rata,

kedalaman, irama

dan usaha respirasi

2) Catat pergerakan

dada,amati

kesimetrisan,

penggunaan otot

tambahan, retraksi

otot supraclavicular

dan intercostal

3) Monitor suara nafas,

seperti dengkur

4) Monitor pola nafas :

bradipena, takipenia,

kussmaul,

hiperventilasi,
cheyne stokes, biot

5) Catat lokasi trakea

6) Monitor kelelahan

otot diagfragma

( gerakan

paradoksis )

7) Auskultasi suara

nafas, catat area

penurunan / tidak

adanya ventilasi dan

suara tambahan

8) Tentukan kebutuhan

suction dengan

mengauskultasi

crakles dan ronkhi

pada jalan napas

utama

9) Uskultasi suara paru


setelah tindakan
untuk mengetahui
hasilnya

AcidBase Managemen

  Monitro IV line
  Pertahankanjalan nafas
paten
  Monitor AGD, tingkat
elektrolit
  Monitor status
hemodinamik(CVP,
MAP, PAP)
  Monitor adanya tanda
tanda gagal nafas
  Monitor pola respirasi
  Lakukan terapi oksigen
  Monitor status neurologi
  Tingkatkan oral hygiene

5 Kelebihan volume NOC : Fluid management


cairan b/d
berkurangnya curah  Electrolit and acid base   Pertahankan catatan
jantung, retensi balance intake dan output yang
cairan dan natrium akurat
  Fluid balance
oleh ginjal,
  Pasang urin kateter
hipoperfusi ke
jika diperlukan
jaringan perifer dan
hipertensi pulmonal Kriteria Hasil:   Monitor hasil lAb
yang sesuai dengan
Definisi : Retensi          Terbebas dari
retensi cairan (BUN ,
cairan isotomik edema, efusi, anaskara
Hmt , osmolalitas urin  )
meningkat
         Bunyi nafas bersih,
  Monitor status
Batasan tidak ada
hemodinamik termasuk
karakteristik : dyspneu/ortopneu
CVP, MAP, PAP, dan
-     Berat badan          Terbebas dari PCWP
meningkat pada distensi vena jugularis,
  Monitor vital sign
waktu yang singkat reflek hepatojugular (+)
  Monitor indikasi
         Memelihara
-     Asupan berlebihan
retensi / kelebihan
dibanding output tekanan vena sentral,
cairan (cracles, CVP ,
tekanan kapiler paru,
-     Tekanan darah edema, distensi vena
output jantung dan vital
berubah, tekanan leher, asites)
sign dalam batas
arteri pulmonalis normal   Kaji lokasi dan luas
berubah,
edema
peningkatan CVP          Terbebas dari
kelelahan, kecemasan   Monitor masukan
-     Distensi vena atau kebingungan makanan / cairan dan
jugularis
hitung intake kalori
        
-     Perubahan pada harian
Menjelaskanindikator
pola nafas,
dyspnoe/sesak kelebihan cairan   Monitor status
nafas, orthopnoe, nutrisi
suara nafas
abnormal (Rales   Berikan diuretik
atau crakles), sesuai interuksi
kongestikemacetan
  Batasi masukan
paru, pleural
cairan pada keadaan
effusion
hiponatrermi dilusi
-     Hb dan hematokrit dengan serum Na < 130
menurun, mEq/l
perubahan
  Kolaborasi dokter
elektrolit,
jika tanda cairan
khususnya
berlebih muncul
perubahan berat
memburuk
jenis
Fluid Monitoring
-     Suara jantung SIII
  Tentukan riwayat
-     Reflek
jumlah dan tipe intake
hepatojugular
cairan dan eliminaSi
positif
  Tentukan
-     Oliguria, azotemia
kemungkinan faktor
-     Perubahan status resiko dari ketidak
mental, seimbangan cairan
kegelisahan, (Hipertermia, terapi
kecemasan diuretik, kelainan renal,
gagal jantung,
Faktor-faktor yang diaporesis, disfungsi
berhubungan : hati, dll )
Mekanisme pengaturan   Monitor serum dan
melemah elektrolit urine
Asupan cairan   Monitor serum dan
berlebihan osmilalitas urine
Asupan natrium   Monitor BP, HR, dan
berlebihan RR
  Monitor tekanan
darah orthostatik dan
perubahan irama
jantung
  Monitor parameter
hemodinamik infasif
  Monitor adanya
distensi leher, rinchi,
eodem perifer dan
penambahan BB
  Monitor tanda dan
gejala dari odema

6 Cemas b/d penyakit NOC : NIC :


kritis, takut
kematian atau   Anxiety control Anxiety Reduction
kecacatan, (penurunan kecemasan)
  Coping
perubahan peran
  Gunakan pendekatan
dalam lingkungan   Impulse control
yang menenangkan
social atau
ketidakmampuan Kriteria Hasil :   Nyatakan dengan
yang permanen. jelas harapan terhadap
         Klien mampu
pelaku pasien
Definisi : mengidentifikasi dan
mengungkapkan gejala   Jelaskan semua
Perasaan gelisah cemas prosedur dan apa yang
yang tak jelas dari
dirasakan selama
ketidaknyamanan          Mengidentifikasi,
prosedur
atau ketakutan yang mengungkapkan dan
disertai respon menunjukkan tehnik   Pahami prespektif
autonom (sumner untuk mengontol cemas pasien terhdap situasi
tidak spesifik atau stres
tidak diketahui oleh         Vital sign dalam
individu); perasaan batas normal   Temani pasien untuk
keprihatinan memberikan keamanan
         Postur tubuh,
disebabkan dari dan mengurangi takut
ekspresi wajah, bahasa
antisipasi terhadap tubuh dan tingkat
bahaya. Sinyal ini   Berikan informasi
aktivitas menunjukkan faktual mengenai
merupakan berkurangnya
peringatan adanya diagnosis, tindakan
kecemasan prognosis
ancaman yang akan
datang dan   Dorong keluarga
memungkinkan untuk menemani anak
individu untuk
mengambil langkah   Lakukan back / neck
untuk menyetujui rub
terhadap tindakan
  Dengarkan dengan
Ditandai dengan penuh perhatian
        Gelisah   Identifikasi tingkat
kecemasan
        Insomnia
  Bantu pasien
        Resah mengenal situasi yang
menimbulkan
        Ketakutan kecemasan
        Sedih   Dorong pasien untuk
mengungkapkan
        Fokus pada diri perasaan, ketakutan,
persepsi
        Kekhawatiran
  Instruksikan pasien
        Cemas
menggunakan teknik
relaksasi
  Barikan obat untuk
mengurangi kecemasan

7 Kurang NOC : NIC :


pengetahuan b/d
keterbatasan   Kowlwdge : disease Teaching : disease
pengetahuan process Process
penyakitnya,
  Kowledge : health   Berikan penilaian
tindakan yang
Behavior tentang tingkat
dilakukan, obat
pengetahuan pasien
obatan yang Kriteria Hasil : tentang proses penyakit
diberikan,
yang spesifik
komplikasi yang         Pasien dan keluarga
mungkin muncul menyatakan   Jelaskan
dan perubahan gaya pemahaman tentang patofisiologi dari
hidup penyakit, kondisi, penyakit dan bagaimana
prognosis dan program hal ini berhubungan
pengobatan dengan anatomi dan
Definisi : fisiologi, dengan cara
         Pasien dan keluarga
yang tepat.
mampu melaksanakan
Tidak adanya atau
prosedur yang   Gambarkan tanda
kurangnya
dijelaskan secara benar dan gejala yang biasa
informasi kognitif
sehubungan dengan         Pasien dan keluarga muncul pada penyakit,
topic spesifik. dengan cara yang tepat
mampu menjelaskan
kembali apa yang   Gambarkan proses
dijelaskan perawat/tim penyakit, dengan cara
Batasan kesehatan lainnya. yang tepat
karakteristik :
memverbalisasikan   Identifikasi
adanya masalah, kemungkinan penyebab,
ketidakakuratan dengna cara yang tepat
mengikuti instruksi,
  Sediakan informasi
perilaku tidak
pada pasien tentang
sesuai.
kondisi, dengan cara
yang tepat
Faktor yang   Hindari harapan
berhubungan : yang kosong
keterbatasan
kognitif, interpretasi   Sediakan bagi
terhadap informasi keluarga atau SO
yang salah, informasi tentang
kurangnya kemajuan pasien dengan
keinginan untuk cara yang tepat
mencari informasi,
  Diskusikan
tidak mengetahui
perubahan gaya hidup
sumber-sumber
yang mungkin
informasi.
diperlukan untuk
mencegah komplikasi di
masa yang akan datang
dan atau proses
pengontrolan penyakit
  Diskusikan pilihan
terapi atau penanganan
  Dukung pasien untuk
mengeksplorasi atau
mendapatkan second
opinion dengan cara
yang tepat atau
diindikasikan
  Eksplorasi
kemungkinan sumber
atau dukungan, dengan
cara yang tepat
  Rujuk pasien pada
grup atau agensi di
komunitas lokal, dengan
cara yang tepat
  Instruksikan pasien
mengenai tanda dan
gejala untuk
melaporkan pada
pemberi perawatan
kesehatan, dengan cara
yang tepat

1.2.4 Implementasi Keperawatan


Pada tahap ini untuk melaksanakan intervesi dan aktivitas yang telah
dicatat dalam rencana perawatan pasien. Agar implementasi/pelaksanaan
perencanaan ini tepat waktu dan efektif maka perlu mengidentifikasi prioritas
perawatan, memantau dan mencatat respon pasien terhadap setiap intervensi
yang dilaksanakan serta mendokumentasikan pelaksanaan perawatan.
1.2.5 Evaluasi Keperawatan
Tujuan dari evaluasi adalah untuk mengetahui sejauh mana perawatan dapat
dicapai dan memberikan umpan balik terhadap asuhan keperawatan yang
diberikan (Tarwoto&Wartonah, 2011).
34
Cara untuk menentukan masalah teratasi, teratasi sebagian, tidak teratasi
atau muncul masalah baru adalah membandingkan antara SOAP dengan tujuan,
kriteria hasil yang telah ditetapkan. Format evaluasi menggunakan:
S: subjective adalah informasi yang berupa ungkapan yang didapat dari pasien
setelah tindakan diperbaiki.
O: onjektive adalah informasi yang didapat berupa hasil pengamatan, penilaian,
pengukuran, yang dilakukan oleh perawat setelah dilakukan tindakan.
A: analisa adalah membandingkan antara inormasi subjektif dan objektif dengan
tujuan dan kriteria hasil, kemudian diambil kesimpulan bahwa masalah teratasi,
masalah belum teratasi, masalah teratasi sebagian, atau muncul masalah baru.
P: planning adalah rencana keperawatan lanjutan yang akan dilakukan
berdasarkan hasil analisa, baik itu rencana diteruskan, dimodifikasi, dibatalkan
ada masalah baru, selesai (tujuan tercapai).
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN

2.1 Pengkajian Keperawatan


2.1.1 Identitas Pasien
Nama : Ny. D
Umur : 38 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
No. MR : 31.32.06
Tanggal Pengkajian : Jumat, 06 Oktober 2020
2.1.2 Keluhan Utama : Keluarga klien mengatakan “klien mengeluhkan
sesak nafas disertai batuk dan nyeri dada”
2.1.3 Diagnosa Medis : CHF (Congestive Heart Failure)
2.1.4 Data Primer
1. Airway : Jalan nafas klien terhambat, ada secret, dan ada bunyi suara
nafas tambahan (Rhonki) sebelah kiri
2. Breathing: RR: 30 x/menit, suara nafas vesikuler +/+, irama nafas tidak
teratur, tipe pernafasan dada.
3. Circulation: TD: 115/94 mmHg, Nadi: 102x/menit, S: 36,8oC,
SpO2 :96%.CRT < 2 detik.
4. Disability: GCS: E (4), V (4), M (6) = 14 dengan compos menthis,
reflek cahaya 3/3, pupil isokor.
5. Exposure: tidak ada luka, tidak ada jejas dan tidak ada lesi di bagian
tubuh pasien, adanya kelemahan karena sesak
2.1.5 Pasien masuk dengan triase prioritas 1 berwarna : Merah
2.1.6 Data Sekunder
Femeriksaan Fisik
B1-B6
1. B1 (Breathing)
tipe pernafasan dada, irama pernafasan tidak teratur, bentuk dada simetris.
2. B2 (Blood)
Palpitasi (-), ictus cordis tidak terlihat,vena jugularis meningkat.

35
36

3. B3 (Brain)
Pada pemeriksaan persyarafan Uji Syaraf Kranial didapatkan sebagai
berikut:
Nervus Kranial I : Klien mampu membedakan bau-bauan
Nervus Kranial II : Klien mampu melihat orang-orang
disekitarnya
Nervus Kranial III : Klien mampu membuka dan menutup mata.
Nervus Kranial IV : Pergerakan bola mata baik.
Nervus Kranial V : Klien kurang mampu mengunyah dengan baik.
Nervus Kranial VI : Klien kurang mampu menggerakkan bola matanya
kekiri dan ke kanan.
Nervus Kranial VII : Klien kurang mampu mengertutkan dahinya dan
alis.
Nervus Kranial VIII : Klien kurang dapat mengunyah dengan baik.
Nervus Kranial IX : Klien mampu membedakan rasa manis, asin,
asam,dan pahit.
Nervus Kranial X : Klien kurang mampu menelan dengan baik.
Nervus Kranial XI : Klien kurang mampu menggerakkan lehernya
kekiri dan kekanan.
Nervus Kranial XII : Klien mampu menggerakkan lidahnya.

4. B4 (Bladder)
Frekuensi urin: volume urin 500 cc/7 jam, terpasang kateter, warna kuning,
bau khas amoniak, tidak ada penumpukan cairan /benjolan saat di palpasi,
tidak ada nyeri tekan lepas.
5. B5 (Bowel)
nafsu makan menurun, tidak ada perut kembung, BAB 1 x/hari, warna
kuning, konsisten lembek, bising usus 12 x/menit, bentuk perut simetris,
tidak ada nyeri tekan lapas di abdomen
6. B6 (Bone)
Akral teraba dingin kemampuan bergerak sendi batas, ukuran otot simetris,
kekuatan otot klien ekstermitas atas 5 5, ekstermitas bawah 5 5
37

2.1.7 Riwayat Penyakit


1. Riwayat Penyakit Sekarang
06 Oktober 2020 pukul 08.00 WIB, Ny.D dibawa oleh keluarga ke
RSUD dr Doris Sylvanus dengan keluhan nyeri dada dan sesak nafas
disertai batuk,. Setalah sampai di RSUD dr Doris Sylvanus,klien
mengatakan sudah 3 hari mengalami nyeri dada pada bagian kiri,
seperti tertekan beban berat, Nyeri terus-menerus., skala nyeri 5 (nyeri
sedang). Pada pukul 08:20 di IGD dilakukan pemeriksaan fisik TTV
TD: 115/94 mmHg, Nadi: 102x/menit, RR: 30x/menit, S: 36,8oC, CRT
< 2 detik, pasien masuk di triase merah, di lakukan pemeriksaan
laboratorium, di IGD pasien diberikan terapi pemasangan infus Nacl
0,9% 6-7 tpm, O2 nasal canul 3lpm, inj lansoprazole 30mg (IV), KSR
3x 1, injeksi IV katorolac
2. Riwayat Penyakit Dahulu
Keluarga klien mengatakan sebelumnya klien tidak pernah dirawat di
RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya, Klien tidak mempunyai
riwayat DM, Hipertensi dan operasi lainnya.
3. Riwayat Penyakit Keluarga
Keluarga klien mengatakan tidak ada yang mempunyai riwayat
penyakit seperti yang di derita klien saat ini.
2.1.8 Data Penunjang (Laboratorium, Penunjang Lainnya)
1. EKG : P/QRS/T : 45’/ 45’/140’ Sinus tachycarda
38

2. Pemeriksaan Laboratorium :
06 November 2020
No. Parameter Hasil Satuan Nilai
Normal
1. Glukosa – Sewaktu 200 Mg/dl <200
39

2. Ureum 34 Mg/dl 21 – 53
3. Creatinin 0.70 Mg/dl 0.7 – 1.5
4. HbsAg (-)/Negatif (-)/Negatif

06 November 2020
No. Parameter Hasil Satuan Nilai Normal
5. 1. Glukosa – Puasa 66 Mg/dl 65-110
2. Glukosa – 2 Jam PP 134 Mg/dl <140

2.1.9 Penatalaksanaan Medis


No Nama Obat Indikasi Dosis Rute
1 Infus NaCl Untuk mengatur jumlah air 7 tpm IV
0,9% dalam tubuh. Sodium juga
memainkan peran pada
bagian impuls saraf dan
kontraksi otot.

2 Furosemide untuk membuang cairan 2x1 IV


atau garam berlebih di
dalam tubuh melalui urine
dan meredakan
pembengkakan yang
disebabkan oleh gagal
jantung

3 KSR Untuk mengobati atau 3x1 PO


mencegah jumlah kalium
yang rendah dalam darah
4. katorolac Obat untuk meredakan 2x1 IV
nyeri
40

3.2 Analisa Data


No Data Kemungkinan Masalah
Penyebab
1 DS: Spasme jalan napas Bersihan jalan
Klien mengatakan Sesak nafas tidak
nafas disertai batuk Adanya jalan napas efektif
buatan
DO:
- Sesak nafas saat
Sekresi yang tertahan
aktivitas
- Adanya suara tambahan
Proses infeksi
rhonki
- Posisi tidur miring ke Efek agen farmakologis
kiri dan ke kanan
- Terpasang O2 Nasal Bersihan jalan nafas
canul 3lpm tidak efektif

- Terpasang infus Nacl


0,9% 6-7 tpm
- Tanda-tanda vital :
TD : 115/94 mmHg,
Nadi : 102x/menit,
Pernafasan : 30x/menit,
Suhu : 36,8ºC.
2 DS : Implus atau penekanan Nyeri akut
Pasien mengatakan nyeri pada saraf nyeri
dada bagian kiri, P : Nyeri
dada disebabkan penurunan Inflamasi
oksigen,Q : Nyeri seperti
tertekan beban berat, R: Iskemia

Dada bagian kiri, S : Skala


nyeri sedang (Skala 5), T : Latihan fisik berlebihan

Nyeri terus-menerus.
Mengangkat berat
DO :
41

- Klien tampak meringis Nyeri akut


- Klien tampak gelisah
- Nyeri bagian dada
sebelah kiri masih terasa
- EKG : P/QRS/T : 45’/
45’/140’ Sinus
tachycarda

2.2 Diagnosa Keperawatan


Berdasarkan pengkajian dan analisa data yang di dapat, diagnosa keperawatan
yang muncul adalah:
1. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan penempukan sekret,
yang ditandai dengan sesak nafas disertai batuk
2. Nyeri akut berhubungan dengan Agen pencedera fisik ( abses) ditandai
DS: Pasien mengatakan nyeri dada bagian kiri, P : Nyeri dada disebabkan
penurunan oksigen,Q : Nyeri seperti tertekan beban berat, R: Dada bagian
kiri, S : Skala nyeri sedang (Skala 5), T : Nyeri terus-menerus.
42

2.3 Intervensi keperawatan


Nama pasien : Ny. D
Ruangan : IGD
No Diagnosa Tujuan dan Kreteria Hasil Intervensi Rasional
Keperawatan
1 Bersihan jalan napas Setelah dilakukan tindakan 1) Observasi penurunan ekspensi 1. Ekspansi dada terbatas atau
tidak efektif keperawatan kurang lebih 1 × dinding dada tidak sama sehubungan
berhubungan dengan 2 jam diharapkan nyeri 2) Observasi adanya retensi dengan akumulasi cairan
penempukan sekret berkurang dengan kriteria sputum dan sekret dalam seksi lobus
hasil: 3) Atur posisi semi-Fowler 2. Untuk mengetahui adanya
1) Mempertahankan jalan 4) Anjurkan tarik napas dalam sputum
napas paten dengan bunyi melalui hidung selama 4 3. Untuk memaksimalkan
nafas bersih detik, ditahan selama 2 detik, pernapasan dan menurunkan
2) Mengeluarkan secret tanpa kemudian keluarkan dari kerja nafas
kesulitan mulut dengan bibir mencucu 4. Untuk mengeluarkan secret
3) menunjukkan perilaku untuk (dibulatkan) selama 8 detik dari dalam mulut
memperbaiki/ 5) Anjurkan mengulangi tarik 5. Untuk melatih pasien yang
mempertahankan bersihan napas dalam hingga 3 kali tidak memiliki kemampuan
jalan napas 6) Anjurkan batuk dengan kuat batuk secara efektif
langsung setelah tarik nafas 6. Untuk membersihkan laring
dalam yang ke-3 7. Kolaborasi pemberian
7) Kolaborasi pemberian bronkodilator
bronkodilator
2 Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan tindakan 1 Kaji karakteristik nyeri klien 1. untuk menentukan jenis
dengan agen pencidera keperawatan selama 1 x 2 jam dengan PQRST skala dan tempat terasa
fisik (abses) diharapkan nafsu makan pasien 2. Kaji faktor-faktor yang nyeri
kembali normal dengan : mempengaruhi reaksi klien 2. sebagai salah satu dasar
Kriteria hasil : terhadap nyeri untuk memberikan
1. Klien mengatakan nyeri 3. Berikan posisi yang tindakan atau asuhan
berkurang dengan skala nyaman, tidak bising, ruangan keperawatan sesuai dengan
nyeri 3-4 terang dan tenang respon klien.
2. Klien terlihat rileks, 4. Biarkan klien melakukan 3. membantu klien rileks dan
ekspresi wajah tidak tegang, aktivitas yang disukai dan mengurangi nyeri
klien bisa tidur nyaman alihkan perhatian klien pada hal 4. beraktivitas sesuai
3. Tanda-tanda vital dalam lain kesenangan dapat
batas normal : suhu 36-370 5. Kolaborasi pemberian mengalihkan perhatian klien
C, N 60-100 x/menit, RR analgetik 5. Kolaborasi pemberian
16-24 x/menit, TD 120/80 analgetik
44

mmHg.
45

2.4 Implementasi dan Evaluasi


Hari Tanggal Implementasi Evaluasi TTD
Dan Jam
Jumat , S:
06 November 2020 1) Mengobservasi penurunan ekspensi dinding Klien mengatakan masih sesak
Jam : 08 : 00 WIB dada nafas dan batuk berkurang
2) Mengobservasi adanya retensi sputum O:
3) Mengatur posisi semi-Fowler - Sesak nafas saat aktivitas
4) Menganjurkan tarik napas dalam melalui - Tidak adanya suara tambahan Friska amelia
hidung selama 4 detik, ditahan selama 2 - Posisi tidur miring ke kiri dan ke
detik, kemudian keluarkan dari mulut kanan
dengan bibir mencucu (dibulatkan) selama - Terpasang O2 Nasal canul 3lpm
8 detik - Terpasang infus Nacl 0,9% 6-7
5) Menganjurkan mengulangi tarik napas tpm
dalam hingga 3 kali - Tanda-tanda vital :
6) Menganjurkan batuk dengan kuat langsung TD : 115/94 mmHg, Nadi :
setelah tarik nafas dalam yang ke-3 102x/menit, Pernafasan :
7) Berkolaborasi pemberian bronkodilator 30x/menit, Suhu : 36,8ºC.
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan Intervensi
1) Mengobservasi penurunan 46
ekspensi dinding dada
2) Menganjurkan tarik napas
dalam melalui hidung selama
4 detik, ditahan selama 2
detik, kemudian keluarkan
dari mulut dengan bibir
mencucu (dibulatkan) selama
8 detik
3) Menganjurkan mengulangi tarik
napas dalam hingga 3 kali
4) Menganjurkan batuk dengan
kuat langsung setelah tarik
nafas dalam yang ke-3
Jumat , 1 Mengkaji karakteristik nyeri klien dengan S:
06 November PQRST Pasien mengatakan masih nyeri dada
2020
2. Mengkaji faktor-faktor yang bagian kiri, P : Nyeri dada disebabkan
Jam : 09 : 00 WIB
mempengaruhi reaksi klien terhadap penurunan oksigen,Q : Nyeri seperti Friska amelia

nyeri tertekan beban berat, R: Dada bagian


3. Memberikan posisi yang nyaman, tidak kiri, S : Skala nyeri sedang (Skala 5),
bising, ruangan terang dan tenang T : Nyeri terus-menerus.
4. Membiarkan klien melakukan aktivitas O:
yang disukai dan alihkan perhatian klien - Klien tampak meringis
pada hal lain - Klien tampak gelisah
5. Berkolaborasi pemberian analgetik - Pasien tampak sulit tidur
- Nyeri bagian dada sebelah kiri
masih terasa
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
1 Mengkaji karakteristik nyeri klien
dengan PQRST
2. Mengkaji faktor-faktor yang
mempengaruhi reaksi klien
terhadap nyeri
3. Memberikan posisi yang
nyaman, tidak bising, ruangan
terang dan tenang
48
4. Membiarkan klien melakukan
aktivitas yang disukai dan
alihkan perhatian klien pada hal
lain
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisa dan pembahasan pada bab sebelumnya, dapat
disimpulkan bahwa:
1. Gagal jantung kongestif atau Congestive Heart Failure (CHF) adalah
ketidakmampuan jantung untuk memompa darah secara adekuat untuk
memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh akan oksigen dan nutrisi.
Penyakit ini disebabkan oleh kondisi yang melemahkan keadaan
jantung, yang merupakan akibat dari adanya peningkatan usia,
hipertensi, diabetes, merokok, obesitas, dan tingginya tingkat kolesterol
dalam darah. Penatalaksanaan CHF diperlukan untuk mencegah
perburukan kondisi.
2. Penyakit CHF yang dialami oleh Ny. D merupakan akibat dari gaya
hidup yang kurang baik, seperti konsumsi goreng-gorengan, makan
makanan berlemak, tinggi kolesterol dan manis, yang mengakibatkan
terjadinya penyakit-penyakit yang melemahkan kondisi jantung, seperti
hipertensi, diabetes melitus, dan penyakit arteri koroner.
3. Masalah keperawatan yang ditemukan pada Ny . D adalah Pola Nafas
Tidak Efektif, Nyeri Akut, penurunan curah jantung, kelebihan volume
cairan, gangguan pertukaran gas, dan intoleransi aktivitas. Kecemasan
merupakan masalah keperawatan yang dapat timbul apabila keempat
masalah keperawatan utama tidak ditangani dengan baik. Mekanisme
koping positif dapat membantu mengatasi kecemasan. Di IGD diagnosa
yang sempat di beriakan intervensi pada diagnosa gangguan pola nafas
dan nyeri akut.
3.2 Saran
1. Penulis menyarankan agar dalam memberikan asuhan keperawatan dengan
masalah gagal jantung kongestif harus secara komprehensif/ menyeluruh,
dan tidak bisa dilakukan secara setengah-setengah (hanya sekedar evaluasi
hasil). Banyak masalah yang muncul secara kompleks, berhubungan

49
dengan disfungsi kerja jantung, dan perawat harus memperhatikan itu,
terutama untuk kebutuhan dasar klien
2. Kepada pihak pengelola lahan pelayanan kesehatan, khususnya dibangsal
penyakit dalam perlu diadakan penyusunan prosedur dasar terkait
penanganan awal dan lanjutan pada klien dengan gagal jantung, terutama
kongestif.
3. Perawat sebaiknya memberikan informasi terkait permasalahan yang
sedang dialami klien dengan gagal jantung kongestif, meliputi cara
perawatan dan pencegahan, serta perkembangan klien selama dilakukan
perawatan. Perawat tidak harus menunggu visit dokter untuk
memberitahukan perkembangan keadaan klien kepada klien, karena
bermanfaat untuk menambah kepercayaan klien terhadap perawat, selain
itu juga dapat mempercepat waktu perawatan (penyembuhan), dan
tentunya harus dengan aspek tanggung jawab dan tanggung gugat terkait
kode etik keperawatan yang sudah ada
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:
Rineka Cipta.
Berkovitch A, Maor E, Sabbag A, Chernomordik F, Elis A, Arbel Y,
Goldenberg I, et al, (2015). Precipitating factors for acute heart
failure hospitalization and long-term survival. Medicine.
94(52):e2330.
DiPiro J.T., Wells B.G., Schwinghammer T.L. and DiPiro C. V.
(2015). Pharmacotherapy Handbook. Ninth Edit. McGraw-Hill
EducationCompanies. Inggris.
Dunlay. 2016. Activities of Daily Living and Outcomes in Heart Failure.
Journal of The American Heart Association. Figueroa.
Handayani,S., Huriani, E., Susmiati. (2013). Gambaran Tindakan
Pencegahan Sekunder pada Pasien Penyakit Jantung Koroner.
Diperoleh pada tanggal08 Januari 2018 dari
http://respiratory.unri.ac.id/.
Herdman, T . H., & Kamitsuru, S. (2015). Diagnosis KeperawatanDefinisi &
Klasifikasi 2015-2017 .Edisi 10. Jakarta: EGC.
Mann, D.L.. (2012). Braunwalds Heart Disease a textbook of
Th
Cardiovascular Medicin (9 eds). 487-489.
Maulana Mirza. 2007. Penyakit Jantung. Jogjakarta : Kata Hati.
SATUAN ACARA PENYULUHAN
A. Topik : Congestive Heart Failure (CHF)
B. Sasaran
1. Program : Pasien dan Keluarga di gawat darurat
2. Penyuluhan : Pasien dan Keluarga di gawat darurat
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah dilakukan penyuluhan diharapkan Pasien dan Keluarga mampu
memahami tentang Congestive Heart Failure (CHF)
2. Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus penyuluhan sebagai berikut :
1. Pasien Dan Keluarga Di Ruang gawat darurat pasien Mampu Mengetahui
Pengertian gagal jantung
2. Pasien Dan Keluarga Di Ruang gawat darurat pasien Mampu Mengetahui
Tanda dan gejala gagal jantung
3. Pasien Dan Keluarga Di Ruang gawat darurat pasien Mampu Mengetahui
Pengobatan gagal jantung
4. Pasien Dan Keluarga Di Ruang gawat darurat pasien Mampu Mengetahui
Makanan yang dianjurkan
5. Pasien Dan Keluarga Di Ruang gawat darurat pasien Mampu Mengetahui
Makanan yang tidak dianjurkan
C. Materi : Congestive Heart Failure
D. Metode : Bimbingan dan penyuluhan, Ceramah.
E. Media : Leaflet
F. Waktu Pelaksanaan
1. Hari/Tanggal : 27 Oktober 2020
2. Pukul : 08.00 Wib
3. Alokasi Waktu : 25 Menit
No. Kegiatan Waktu Metode
1 Pembukaan (Kata sambutan dari kepala 5 Menit Secara langsung
ruangan)
2 Perkenalan (Perkenalan nama oleh 5 Menit Secara langsung
moderator)
3 Menyampaikan Kontrak 5 Menit Secara langsung
(Menyampaikan tujuan)
4 Menyampaikan Materi Penyuluhan 5 Menit Secara langsung
( Penyampaian Materi oleh Leader )
5 Evaluasi (Tanya Jawab oleh Leader ) 5 Menit Secara langsung

G. Tugas Pengorganisasian
1) Moderator : Friska amelia
1. Membuka acara penyuluhan
2. Memperkenalkan dosen pembimbing dan anggota kelompok
3. Menjelaskan tujuan dan topik yang akan disampaikan
4. Menjelaskan kontrak dan waktu presentasi
5. Mengatur jalannya diskusi
2) Leader : Friska amelia
1. Menyampaikan materi penyuluhan
2. Mengevaluasi materi yang telah disampaikan
3. Mengucapkan salam penutup
3) Fasilitator : Friska amelia
1. Memotivasi peserta untuk berperan aktif selama jalannya kegaiatan
2. Memfasilitasi pelaksananan kegiatan dari awal sampai dengan akhir
3. Membuat dan megedarkan absen peserta penyuluhan
4. Melakukan dokumentasi kegiatan penyuluhan dalam kegiatan pendidikan
kesehatan
4) Demonstrator : Friska amelia
1. Memberikan contoh cara melakukan Istirahat dan Tidur
H. TEMPAT
1. Setting Tempat :
Keterangan:

:Moderator dan Leader

:Peserta

:Fasilitator

: Dokumentator
TANDA DAN GEJALA
Gagal jantung APA ITU GAGAL JANTUNG ???  Batuk
Gagal jantung adalah suatu
kondisi ketidakmampuan jantung untuk
memompakan darah yang adekuat
untuk memenuhi kebutuhan jaringan
akan oksigen dan nutrisi keseluruh  Mudah lelah
tubuh.
PENYEBAB
 Kolesterol tinggi

 Pelebaran vena dileher


 Edema pada kaki
Oleh :  Tekanan Darah Tinggi

Friska amelia
 Kencing manis  Kegelisahan dan kecemasan

 Obesitas (kegemukan)
YAYASAN EKA HARAP PALANGKA  Susah tidur kerena sesak nafas
RAYA SEKOLAH TINGGI ILMU
KESEHATAN PROGRAM STUDI
SARJANA KEPERAWATAN TAHUN PENGOBATAN GAGAL
AJARAN 2020 JANTUNG
 Mengobati penyebab gagal jantung 1. Produk makanan jadi: cake, pie,
seperti : 1. Kosumsi buah dan sayuran pastries, biskuit, kue-kue
 diabetes, hipertensi, penyakit berlemak.
jantung coroner
 Istirahat cukup
 Rubah gaya hidup dengan diet
jantung 2. Roti gandum
 Olahraga teratur
2. Daging berlemak, kambing, babi,
 Sesuaikan pemasukan (minum) dan
jeroan,  otak, sosis, sarden,
pengeluaran (kencing)
kuning telur 3 butir/minggu,
 Rutin memeriksakan diri kedokter
3. Ganti daging putih seperti ayam susu whole, keju, es krim.
kampung

4. ikan yang kaya akan asaml emak 3. Nabati/ sayuran yang dimasak
omega-3 dengan santan, minyak, sayuran
dan buah yang diawetkan
5. Gunakan susu skim, susu kedelai,
atau yogurt non-fat dari pada
susu fullcream.

MAKANAN YANG DIANJURKAN MAKANAN YANG TIDAK


DIANJURKAN

Anda mungkin juga menyukai