D DENGAN DIAGNOSA
MEDIS CONGESTIVE HEART FAILURE (CHF) DI
RUANG KEPERAWATAN GAWAT DARURAT
RSUD DR. DORIS SYLVANUS
PALANGKA RAYA
Oleh :
Nim : 2017.C.09a.0888
Pembimbing Akademik
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya untuk dapat menyelesaikan Laporan
dengan baik meskipun banyak kekurangan didalamnya. Saya berharap laporan
pendahuluan penyakit ini dapat berguna dan menambah wawasan serta
pengetahuan.
Menyadari sepenuhnya bahwa di dalam laporan pendahuluan penyakit ini
terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna oleh sebab itu berharap adanya
kritik, saran dan usulan demi perbaikan laporan pendahuluan. Semoga laporan
sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sebelumnya saya
mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan saya
memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ...........................................................................................i
DAFTAR ISI .........................................................................................................ii
BAB I TINJAUAN PUSTAKA
1.1 Konsep Penyakit ..............................................................................................4
1.1.1 Definisi ..................................................................................................4
1.1.2 Anatomi Fisiologi ..................................................................................4
1.1.3 Etiologi ................................................................................................11
1.1.4 Klasifikasi ............................................................................................11
1.1.5 Patofisiologi (Patway) ..........................................................................12
1.1.6 Manifestasi Klinis ................................................................................15
1.1.7 Komplikasi ..........................................................................................16
1.1.8 Pemeriksaan Penunjang .......................................................................16
1.1.9 Penatalaksanaan Medis ........................................................................17
1.2 Manajemen Asuhan Keperawatan .................................................................18
1.2.1 Pengkajian keperawatan........................................................................18
1.2.2 Diagnosa Keperawatan .........................................................................19
1.2.3 Intervensi Keperawatan.........................................................................20
1.2.4 Implementasi Keperawatan ..................................................................35
1.2.5 Evaluasi Keperawatan .........................................................................36
BAB II ASUHAN KEPERAWATAN
2.1 Pengkajian ......................................................................................................37
2.2 Diagnosa .........................................................................................................48
2.3 Intervensi .......................................................................................................48
2.4 Implementasi ..................................................................................................50
2.5 Evaluasi ..........................................................................................................50
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ....................................................................................................52
3.2 Saran .............................................................................................................52
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
ii
BAB I
TINJAUAN PUSTAKA
1.1 Konsep Penyakit
1.1.1 Definisi
Kegagalan jantung kongestif adalah suatu kegagalan pemompaan (di mana
cardiac output tidak mencukupi kebutuhan metabolik tubuh), hal ini mungkin
terjadi sebagai akibat akhir dari gangguan jantung, pembuluh darah atau kapasitas
oksigen yang terbawa dalam darah yang mengakibatkan jantung tidak dapat
mencukupi kebutuhan oksigen pada berbagai organ. (Ni Luh Gede Yasmin, 2015)
Gagal jantung kongestif (CHF) adalah keadaan patofisiologis
berupa kelainan fungsi jantung, sehingga jantung tidak mampu memompa darah
untuk memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan atau kemampuannya hanya
adakalau disertai peninggian volume diastolik secara abnormal. Penamaan gagal
jantung kongestif yang sering digunakan kalau terjadi gagal jantung sisi kiri dan
sisi kanan. (Mansjoer, 2015).
Pengertian lain menyebutkan bahwa dekompensasi cordis adalah
ketidakmampuan jantung memompakan darah untuk memenuhi kebutuhan
metabolisme dan kebutuhan oksigen jaringan. (Doenges, 2015)
Dari pengertian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa dekompensasi
cordis merupakan keadaan jantung yang sudah tidak mampu lagi memompa darah
sesuai dengan kebutuhan tubuh.
1.1.2 Anatomi Fisiologi
Jantung terletak didalam rongga mediastinum dari ronga dada (toraks)
diantara kedua paru. Selaput yang melapisi jantung disebut perikardium yang
terdiri atas 2 lapisan:
1.1.1.1 Perikardium parietalis, yaitu lapisan luar yang melekat pada tulang
dada dan selaput paru.
1.1.1.2 Perikardium viseralis, yaitu lapisan permukaan dari jantung itu
sendiri yang juga disebut epikardium.
Diantara kedua lapisan tersebut terdapat cairan perikardium sebagai pelumas yang
berfungsi mengurangi gesekan akibat gerak jantung saat memompa. Dinding
jantung terdiri dari 3 lapisan, yaitu :
1
2
diastole ventrikel, serta mencegah aliran balik ke atrium pada saat sistol
ventrikel.
2. Katup Semilunar
Katup pulmonal, terletak antara arteri pulmonalis dan ventrikel
kanan. Katup aorta, terletak antara ventrikel kiri dan aorta. Kedua katup
semilunar terdiri dari 3 daun katup. Adanya katup semilunar
memungkinkan darah mengalir dari masing-masing ventrikel ke arteri
pulmonalis atau aorta selama sistol ventrikel, dan mencegah aliran balik
ke ventrikel sewaktu diastole ventrikel.
Sirkulasi jantung terdiri atas :
1. Arteri Koroner
Arteri koroner adalah cabang pertama dari sirkulasi sistemik.
Sirkulasi koroner terdiri dari: arteri koroner kanan dan arteri koroner
kiri. Arteri koroner bermuara di sebelah atas daun katup aorta yang
disebut ”sinus valsava”.
2. Vena Koroner
Distribusi vena koroner sesungguhnya paralel dengan distribusi
arteri koroner. Sistem vena jantung terdiri dari 3 bagian: vena
tebesian, vena kardiaka anterior, sinus koronaria.
Keseluruhan sistem peredaran (sistem kardiovaskuler) yang terdiri
dari arteri, arteriola, kapiler, venula dan vena, mempunyai fungsi
sebagai berikut :
1. Arteri
Arteri berfungsi untuk transportasi darah dengan tekanan yang
tinggi ke seluruh jaringan tubuh. Dinding arteri kuat dan elastis
(lentur), kelenturannya membantu mempertahankan tekanan
darah diantara denyut jantung. Dinding arteri banyak
mengandung jaringan elastis yang dapat teregang saat sistol dan
mengadakan rekoil saat diastol.
2. Arteriola
Merupakan cabang paling ujung dari sistem arteri, berfungsi
sebagai katup pengontrol untuk mengatur pengaliran darah ke
4
1.1.3 Etiologi
Menurut Wajan Juni Udjianti (2010) etiologi gagal jantung kongestif (CHF)
dikelompokan berdasarkan faktor etiolgi eksterna maupun interna, yaitu:
1.1.3.1 Faktor eksterna (dari luar jantung); hipertensi renal, hipertiroid, dan
anemia kronis/ berat.
1.1.3.2 Faktor interna (dari dalam jantung)
1) Disfungsi katup: Ventricular Septum Defect (VSD), Atria Septum
Defect (ASD), stenosis mitral, dan insufisiensi mitral.
2) Disritmia: atrial fibrilasi, ventrikel fibrilasi, dan heart block.
3) Kerusakan miokard: kardiomiopati, miokarditis, dan infark
miokard.
4) Infeksi: endokarditis bacterial sub-akut
1.1.4 Klasifikasi
1.1.4.1 Berdasarkan bagian jantung yang mengalami kegagalan
pemompaan, gagal jantung terbagi atas gagal jantung kiri, gagal
jantung kanan, dan gagal jantung kongestif. Klasifikasi berdasarkan
derajat sakitnya dibagi dalam 4 kelas, yaitu:
1) Kelas 1 : Penderita kelainan jantung tanpa pembatasan aktivitas
fisik. Aktivitas sehari-hari tidak menyebabkan keluhan.
2) Kelas 2 : Penderita dengan kelainan jantung yang mempunyai akti
vitas fisik terbatas. Tidak ada keluhan sewaktu istirahat, tetapi
aktivitas sehari - hari akan menyebabkan capek, berdebar, sesak
nafas.
3) Kelas 3 : Penderita dengan aktivitas fisik yang sangat terbatas.
Pada keadaan istirahat tidak terdapat keluhan, tetapi aktivitas fisik
ringan saja akan menyebabkan capek, berdebar, sesak nafas.
4) Kelas 4 : Penderita yang tidak mampu lagi mengadakan aktivitas
fisik tanpa rasa terganggu. Tanda-tanda dekompensasi atau angina
malahan telah terdapat pada keadaan istirahat.
1.1.4.2 Berdasarkan lokasi terjadinya terbagi menjadi 2, yaitu :
1) Gagal jantung kiri
9
cairan melebihi kecepatan drainase limfatik, maka akan terjadi edema intertisial.
Peningkatan tekanan lebih lanjut dapat mengakibatkan cairan merembes ke dalam
alveoli dan terjadilah edema paru-paru.
Tekanan arteria paru-paru dapat meningkat sebagai respon terhadap
peningkatan kronis tekanan vena paru. Hipertensi pulmonary meningkatkan
tahanan terhadap ejeksi ventrikel kanan. Serentetan kejadian seperti yang terjadi
pada jantung kiri, juga akan terjadi pada jantung kanan, di mana akhirnya akan
terjadi kongesti sistemik dan edema.
Perkembangan dari kongesti sistemik atau paru-paru dan edema dapat
dieksaserbasi oleh regurgitasi fungsional dari katup-katup trikuspidalis atau
mitralis bergantian. Regurgitasi fungsional dapat disebabkan oleh dilatasi dari
annulus katup atrioventrikularis, atau perubahan-perubahan pada orientasi otot
papilaris dan korda tendinae yang terjadi sekunder akibat dilatasi ruang (smeltzer
2016).
11
WOC
Disfungsi Miokard Beban tekanan Beban sistolik Peningkatan keb. Peningkatan keb.
(AMI) Miokarditis berlebihan berlebihan metabolisme metabolisme
Hambatan pengosongan
ventrikel Gagal jantung
kanan
COP
CHF
Reflek batuk
Gangguan
pertukaran gas.
Bersihan jalan
nafas tidak
efektif.
13
6) Kelemahan.
1.1.7 Komplikasi
Penyakit Congestive Heart Failure (CHF) apabila tidak ditangani dengan
baik akan menimbulkan komplikasi serius seperti syok kardiogenik, episode
tromboemboli, efusi perikardium dan tamponade perikardium. Meskipun berbagai
macam penyakit jantung seperti gangguan katup telah menurun akibat teknologi
penatalaksanaan yang canggih, namun Congestive Heart Failure CHF masih tetap
merupakan ancaman kesehatan yang dapat menimbulkan kematian (Brunner dan
Suddarth, 2015).
1.1.8 Pemeriksaan Penunjang
1.1.8.1 Pemeriksaan laboratorium:
Tidak ada pemeriksaan khusus yang dapat menegakkan diagnosis
gagal jantung. Pemeriksaan laboratorium dibutuhkan untuk
mengetahui sejauh mana gagal jantung telah mengganggu fungsi-
fungsi organ lain seperti : hati, ginjal dan lain-lain.
1.1.8.2 Pemeriksaan penunjang lain:
1) Radiologi:
1. Bayangan hili paru yang tebal dan melebar, kepadatan makin
ke pinggir berkurang
2. Lapangan paru bercak-bercak karena edema paru
3. Distensi vena paru
4. Hidrothorak
5. Pembesaran jantung, Cardio-thoragic ratio meningkat
2) EKG :
Dapat ditemukan kelainan primer jantung (iskemik, hipertropi
ventrikel, gangguan irama dan tanda-tanda faktor pencetus akut
(infark miokard, emboli paru).
3) Ekokardiografi :
Untuk deteksi gangguan fungsional serta anatomis yang menjadi
penyebab gagal jantung.
15
2. Breathing
1) Sesak dengan aktifitas ringan atau istirahat
2) RR lebih dari 24 kali/menit, irama ireguler dangkal
3) Ronchi, krekles
4) Ekspansi dada tidak penuh
5) Penggunaan otot bantu nafas
3. Circulation
1) Nadi lemah , tidak teratur
2) Takikardi
3) TD meningkat / menurun
4) Edema
5) Gelisah
6) Akral dingin
7) Kulit pucat, sianosis
8) Output urine menurun
Pengkajian Sekunder
Riwayat Keperawatan
1. Keluhan
1) Dada terasa berat (seperti memakai baju ketat).
2) Palpitasi atau berdebar-debar.
3) Paroxysmal Nocturnal Dyspnea (PND) atau orthopnea, sesak nafas
saat beraktivitas, batuk (hemoptoe), tidur harus pakai bantal lebih dari
dua buah.
4) Tidak nafsu makan, mual, dan muntah.
5) Letargi (kelesuan) atau fatigue (kelelahan
6) Insomnia
7) Kaki bengkak dan berat badan bertambah
8) Jumlah urine menurun
9) Serangan timbul mendadak/ sering kambuh.
2. Riwayat penyakit: hipertensi renal, angina, infark miokard kronis,
diabetes melitus, bedah jantung, dan disritmia.
3. Riwayat diet: intake gula, garam, lemak, kafein, cairan, alkohol.
17
kedalaman, irama
2) Catat pergerakan
dada,amati
kesimetrisan,
penggunaan otot
tambahan, retraksi
otot supraclavicular
dan intercostal
seperti dengkur
bradipena, takipenia,
kussmaul,
hiperventilasi,
cheyne stokes, biot
6) Monitor kelelahan
otot diagfragma
( gerakan
paradoksis )
7) Auskultasi suara
penurunan / tidak
suara tambahan
8) Tentukan kebutuhan
suction dengan
mengauskultasi
utama
AcidBase Managemen
Monitro IV line
Pertahankanjalan nafas
paten
Monitor AGD, tingkat
elektrolit
Monitor status
hemodinamik(CVP,
MAP, PAP)
Monitor adanya tanda
tanda gagal nafas
Monitor pola respirasi
Lakukan terapi oksigen
Monitor status neurologi
Tingkatkan oral hygiene
35
36
3. B3 (Brain)
Pada pemeriksaan persyarafan Uji Syaraf Kranial didapatkan sebagai
berikut:
Nervus Kranial I : Klien mampu membedakan bau-bauan
Nervus Kranial II : Klien mampu melihat orang-orang
disekitarnya
Nervus Kranial III : Klien mampu membuka dan menutup mata.
Nervus Kranial IV : Pergerakan bola mata baik.
Nervus Kranial V : Klien kurang mampu mengunyah dengan baik.
Nervus Kranial VI : Klien kurang mampu menggerakkan bola matanya
kekiri dan ke kanan.
Nervus Kranial VII : Klien kurang mampu mengertutkan dahinya dan
alis.
Nervus Kranial VIII : Klien kurang dapat mengunyah dengan baik.
Nervus Kranial IX : Klien mampu membedakan rasa manis, asin,
asam,dan pahit.
Nervus Kranial X : Klien kurang mampu menelan dengan baik.
Nervus Kranial XI : Klien kurang mampu menggerakkan lehernya
kekiri dan kekanan.
Nervus Kranial XII : Klien mampu menggerakkan lidahnya.
4. B4 (Bladder)
Frekuensi urin: volume urin 500 cc/7 jam, terpasang kateter, warna kuning,
bau khas amoniak, tidak ada penumpukan cairan /benjolan saat di palpasi,
tidak ada nyeri tekan lepas.
5. B5 (Bowel)
nafsu makan menurun, tidak ada perut kembung, BAB 1 x/hari, warna
kuning, konsisten lembek, bising usus 12 x/menit, bentuk perut simetris,
tidak ada nyeri tekan lapas di abdomen
6. B6 (Bone)
Akral teraba dingin kemampuan bergerak sendi batas, ukuran otot simetris,
kekuatan otot klien ekstermitas atas 5 5, ekstermitas bawah 5 5
37
2. Pemeriksaan Laboratorium :
06 November 2020
No. Parameter Hasil Satuan Nilai
Normal
1. Glukosa – Sewaktu 200 Mg/dl <200
39
2. Ureum 34 Mg/dl 21 – 53
3. Creatinin 0.70 Mg/dl 0.7 – 1.5
4. HbsAg (-)/Negatif (-)/Negatif
06 November 2020
No. Parameter Hasil Satuan Nilai Normal
5. 1. Glukosa – Puasa 66 Mg/dl 65-110
2. Glukosa – 2 Jam PP 134 Mg/dl <140
Nyeri terus-menerus.
Mengangkat berat
DO :
41
mmHg.
45
49
dengan disfungsi kerja jantung, dan perawat harus memperhatikan itu,
terutama untuk kebutuhan dasar klien
2. Kepada pihak pengelola lahan pelayanan kesehatan, khususnya dibangsal
penyakit dalam perlu diadakan penyusunan prosedur dasar terkait
penanganan awal dan lanjutan pada klien dengan gagal jantung, terutama
kongestif.
3. Perawat sebaiknya memberikan informasi terkait permasalahan yang
sedang dialami klien dengan gagal jantung kongestif, meliputi cara
perawatan dan pencegahan, serta perkembangan klien selama dilakukan
perawatan. Perawat tidak harus menunggu visit dokter untuk
memberitahukan perkembangan keadaan klien kepada klien, karena
bermanfaat untuk menambah kepercayaan klien terhadap perawat, selain
itu juga dapat mempercepat waktu perawatan (penyembuhan), dan
tentunya harus dengan aspek tanggung jawab dan tanggung gugat terkait
kode etik keperawatan yang sudah ada
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:
Rineka Cipta.
Berkovitch A, Maor E, Sabbag A, Chernomordik F, Elis A, Arbel Y,
Goldenberg I, et al, (2015). Precipitating factors for acute heart
failure hospitalization and long-term survival. Medicine.
94(52):e2330.
DiPiro J.T., Wells B.G., Schwinghammer T.L. and DiPiro C. V.
(2015). Pharmacotherapy Handbook. Ninth Edit. McGraw-Hill
EducationCompanies. Inggris.
Dunlay. 2016. Activities of Daily Living and Outcomes in Heart Failure.
Journal of The American Heart Association. Figueroa.
Handayani,S., Huriani, E., Susmiati. (2013). Gambaran Tindakan
Pencegahan Sekunder pada Pasien Penyakit Jantung Koroner.
Diperoleh pada tanggal08 Januari 2018 dari
http://respiratory.unri.ac.id/.
Herdman, T . H., & Kamitsuru, S. (2015). Diagnosis KeperawatanDefinisi &
Klasifikasi 2015-2017 .Edisi 10. Jakarta: EGC.
Mann, D.L.. (2012). Braunwalds Heart Disease a textbook of
Th
Cardiovascular Medicin (9 eds). 487-489.
Maulana Mirza. 2007. Penyakit Jantung. Jogjakarta : Kata Hati.
SATUAN ACARA PENYULUHAN
A. Topik : Congestive Heart Failure (CHF)
B. Sasaran
1. Program : Pasien dan Keluarga di gawat darurat
2. Penyuluhan : Pasien dan Keluarga di gawat darurat
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah dilakukan penyuluhan diharapkan Pasien dan Keluarga mampu
memahami tentang Congestive Heart Failure (CHF)
2. Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus penyuluhan sebagai berikut :
1. Pasien Dan Keluarga Di Ruang gawat darurat pasien Mampu Mengetahui
Pengertian gagal jantung
2. Pasien Dan Keluarga Di Ruang gawat darurat pasien Mampu Mengetahui
Tanda dan gejala gagal jantung
3. Pasien Dan Keluarga Di Ruang gawat darurat pasien Mampu Mengetahui
Pengobatan gagal jantung
4. Pasien Dan Keluarga Di Ruang gawat darurat pasien Mampu Mengetahui
Makanan yang dianjurkan
5. Pasien Dan Keluarga Di Ruang gawat darurat pasien Mampu Mengetahui
Makanan yang tidak dianjurkan
C. Materi : Congestive Heart Failure
D. Metode : Bimbingan dan penyuluhan, Ceramah.
E. Media : Leaflet
F. Waktu Pelaksanaan
1. Hari/Tanggal : 27 Oktober 2020
2. Pukul : 08.00 Wib
3. Alokasi Waktu : 25 Menit
No. Kegiatan Waktu Metode
1 Pembukaan (Kata sambutan dari kepala 5 Menit Secara langsung
ruangan)
2 Perkenalan (Perkenalan nama oleh 5 Menit Secara langsung
moderator)
3 Menyampaikan Kontrak 5 Menit Secara langsung
(Menyampaikan tujuan)
4 Menyampaikan Materi Penyuluhan 5 Menit Secara langsung
( Penyampaian Materi oleh Leader )
5 Evaluasi (Tanya Jawab oleh Leader ) 5 Menit Secara langsung
G. Tugas Pengorganisasian
1) Moderator : Friska amelia
1. Membuka acara penyuluhan
2. Memperkenalkan dosen pembimbing dan anggota kelompok
3. Menjelaskan tujuan dan topik yang akan disampaikan
4. Menjelaskan kontrak dan waktu presentasi
5. Mengatur jalannya diskusi
2) Leader : Friska amelia
1. Menyampaikan materi penyuluhan
2. Mengevaluasi materi yang telah disampaikan
3. Mengucapkan salam penutup
3) Fasilitator : Friska amelia
1. Memotivasi peserta untuk berperan aktif selama jalannya kegaiatan
2. Memfasilitasi pelaksananan kegiatan dari awal sampai dengan akhir
3. Membuat dan megedarkan absen peserta penyuluhan
4. Melakukan dokumentasi kegiatan penyuluhan dalam kegiatan pendidikan
kesehatan
4) Demonstrator : Friska amelia
1. Memberikan contoh cara melakukan Istirahat dan Tidur
H. TEMPAT
1. Setting Tempat :
Keterangan:
:Peserta
:Fasilitator
: Dokumentator
TANDA DAN GEJALA
Gagal jantung APA ITU GAGAL JANTUNG ??? Batuk
Gagal jantung adalah suatu
kondisi ketidakmampuan jantung untuk
memompakan darah yang adekuat
untuk memenuhi kebutuhan jaringan
akan oksigen dan nutrisi keseluruh Mudah lelah
tubuh.
PENYEBAB
Kolesterol tinggi
Friska amelia
Kencing manis Kegelisahan dan kecemasan
Obesitas (kegemukan)
YAYASAN EKA HARAP PALANGKA Susah tidur kerena sesak nafas
RAYA SEKOLAH TINGGI ILMU
KESEHATAN PROGRAM STUDI
SARJANA KEPERAWATAN TAHUN PENGOBATAN GAGAL
AJARAN 2020 JANTUNG
Mengobati penyebab gagal jantung 1. Produk makanan jadi: cake, pie,
seperti : 1. Kosumsi buah dan sayuran pastries, biskuit, kue-kue
diabetes, hipertensi, penyakit berlemak.
jantung coroner
Istirahat cukup
Rubah gaya hidup dengan diet
jantung 2. Roti gandum
Olahraga teratur
2. Daging berlemak, kambing, babi,
Sesuaikan pemasukan (minum) dan
jeroan, otak, sosis, sarden,
pengeluaran (kencing)
kuning telur 3 butir/minggu,
Rutin memeriksakan diri kedokter
3. Ganti daging putih seperti ayam susu whole, keju, es krim.
kampung
4. ikan yang kaya akan asaml emak 3. Nabati/ sayuran yang dimasak
omega-3 dengan santan, minyak, sayuran
dan buah yang diawetkan
5. Gunakan susu skim, susu kedelai,
atau yogurt non-fat dari pada
susu fullcream.