Anda di halaman 1dari 19

PROPOSAL

TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK)


GANGGUAN PERSEPSI SENSORI: HALUSINASI
DI RUANG PERAWATAN JIWA PRIA
RSJ SAMBANG LIHUM BANJARMASIN

DISUSUN OLEH KELOMPOK 4:

GLORIA NATALINA KORNEDI NIM PO.62.20.1.20.123


SUTRIAN NIM PO.62.20.1.19.434
LALA KRISTINA YANTIE NIM PO.62.20.1.20.127
THOMAS JHONSON NIM PO.62.20.1.20.140
MUHAMMAD RAFI’I NIM PO.62.20.1.20.131

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


DIREKTORAT JENDRAL TENAGA KESEHATAN
POLTEKKES KEMENKES PALANGKARAYA
2022
TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK HALUSINASI SESI 1: MENGENAL
HALUSINASI

A. LATAR BELAKANG
1. Pendahuluan
Halusinasi adalah gangguan persepsi yang membuat seseorang mendengar,
merasa, mencium, atau melihat sesuatu yang sebenarnya tidak ada. Pada kondisi
tertentu, halusinasi dapat mengakibatkan ancaman pada diri sendiri dan orang lain.
Halusinasi merupakan sensasi yang diciptakan oleh pikiran seseorang tanpa
adanya sumber yang nyata. Gangguan ini dapat memengaruhi fungsi kelima
pancaindra. Penderita gangguan halusinasi sering kali memiliki keyakinan kuat bahwa
apa yang mereka alami adalah persepsi yang nyata, sehingga tak jarang menimbulkan
masalah dalam kehidupan sehari-hari. (Sienny Agustin 2021)
Tindakan yang dapat dilakukan untuk mengatasi klien dengan gangguan
persepsi sensori: halusinasi adalah terapi aktivitas kelompok (TAK). Terapi aktivitas
kelompok merupakan salah satu terapi modalitas yang dilakukan perawat kepada
sekelompok klien yang mempunyai masalah keperawatan yang sama. Terdapat empat
jenis TAK yang sudah dikembangkan yaitu TAK sosialisasi, TAK orientasi realita,
TAK stimulasi sensori, dan TAK stimulasi persepsi (Kelliat, 2005).
TAK stimulasi persepsi adalah terapi yang menggunakan aktivitas sebagai
stimulus dan terkait dengan pengalaman dan atau kehidupan untuk didiskusikan
dalam kelompok. Hasil diskusi kelompok dapat berupa kesepakatan persepsi atau
alternatif penyelesaian masalah (Kelliat, 2005). TAK stimulasi persepsi bertujuan agar
pasien dapat mempersepsikan stimulus yang dipaparkan kepadanya dengan tepat dan
dapat menyelesaikan masalah yang timbul dari stimulus yang dilalami. TAK stimulasi
persepsi dapat diindikasikan untuk pasien dengan pasien risiko perilaku kekerasan,
halusinasi, harga diri rendah, dan isolasi sosial (Kelliat, 2005). Berdasarkan
penjelasan di atas, maka TAK stimulasi persepsi dapat dilakukan untuk mengontrol
halusinasi.
Kelompok kami melaksanakan Terapi Aktivitas Kelompok penanganan
Halusinasi Karena pada ruangan tenang pria Sebagian besar klien dengan diagnossa
Halusinasi. Oleh sebab itu kami berharap dengan adanya Terapi Aktivitas Kelompok
ini klien mampu secara mandiri menangani masalah halusinasi yang dialami klien
dengan salah satu cara menghardik halusinasi.
2. Tujuan Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi
a. Tujuan Umum
Setelah mengikuti kegiatan ini klien dapat lebih menerapkan strategi pelaksanaan
Halusinasi secara fisik dan sosial dalam mengontrol Halusinasi.

b. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti kegiatan terapi aktivitas kelompok diharapkan klien :
a) Klien dapat mengenal halusinasi
b) Klien dapat mengenal waktu terjadinya halusinasi
c) Klien dapat mengenal situasi terjadinya halusinasi
d) Klien dapat mengenal perasaannya pada saat terjadinya halusinasi

3. Landasan Teori
A. Definisi Halusinasi
Halusinasi adalah gangguan atau perubahan persepsi dimana pasien mempersepsikan
sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. Suatu penerapan panca indra tanpa ada
rangsangan dari luar, suatu penghayatan yang dialami suatu persepsi melalui panca
indra tanpa stimulus ekstren atau persepsi palsu (Prabowo, 2014). Halusinasi adalah
salah satu gejala gangguan sensori persepsi yang dialami oleh pasien gangguan jiwa.
Pasien merasakan sensasi berupa suara, penglihatan, pengecapan, perabaan, atau
penghiduaan tanpa adanya stimulus yang nyata (Keliat, 2014).

B. Faktor Predisposisi Halusinasi


Menurut Yosep (2014) faktor predisposisis dari halusinasi yaitu:
1. Faktor Perkembangan
Tugas perkembangan klien yang terganggu misalnya rendahnya kontrol dan
kehangatan keluarga menyebabkan klien tidak mampu mandiri sejak kecil, mudah
frustasi, hilang percaya diri, dan lebih rentan terhadap stress.
2. Faktor Sosiokultural
Seseorang yang merasa tidak diterima lingkungan sejak bayi sehingga akan
merasa disingkirkan, kesepian, dan tidak percaya pada lingkungannya.
3. Faktor Biokimia
Hal ini berpengaruh terhadap terjadinya gangguan jiwa. Adanya stress yang
berlebihan dialami seseorang maka di dalam tubuh akan dihasilkan suatu zat yang
bersifat halusiogenik neurokimia. Akibat stress berkepanjangan menyebabkan
teraktivasinya neurotransmitter otak,misalnya terjadi ketidakseimbangan
acetylchoin dan dopamine.
4. Faktor Psikologis
Tipe kepribadian lemah dan tidak bertanggung jawab mudah terjerumus pada
penyalahgunaan zat adiktif. Hal ini berpengaruh pada ketidakmampuan klien
mengambil keputusan tegas, klien lebih suka memilih kesenangan sesaat dan lari
dari alam nyata menuju alam hayal.
5. Faktor Genetika dan Pola Asuh
Penelitian Menunjukan bahwa anak sehat yang diasuh oleh orangtua skizofrenia
cenderung mengalami skizofrenia . Hasil studi menunjukkan bahwa faktor
keluarga menunjukkan hubungan yang sangatberpengaruh pada penyakit ini.

C. Faktor Presipitasi Halusinasi


Stressor presipitasi pasien gangguan persepsi sensori halusinasi ditemukan adanya
riwayat penyakit infeksi, penyakit kronis atau kelainan struktur otak, adanya riwayat
kekerasan dalam keluarga, atau adanya kegagalan-kegagalan dalam hidup,
kemiskinan, adanya aturan atau tuntutan di keluarga atau masyarakat yang sering
tidak sesuai dengan pasien serta konflik antar masyarakat (Prabowo, 2014).

D. Jenis dan Tanda Gejala Halusinasi


Jenis dan tanda gejala yang muncul pada pasien halusinasi adalah sebagai berikut
(Yusuf, 2010):

Jenis Halusinasi Data Objektif Data Subjektif


Halusinasi  Bicara atau tertawa  Mendengar suara atau
pendengaraan sendiri kegaduhan
 Marah-marah tanpa  Mendengar suara yang
sebab mengajak bercakap-
 Mengarahkan telinga cakap
ke arah tertentu  Mendengar suara yang
 Menutup telinga menyuruh melakukan
sesuatu yang berbahaya
Halusinasi  Sering meludah Merasakan rasa seperti
pengecap  Muntah darah, urine atau feses
Halusinasi perabaan  Menggaruk-garuk  Menyatakan ada
kulit serangga di permukaan
kulit
 Merasa tersengat listrik
Halusinasi  Menunjuk-nunjuk ke Melihat banyangan, sinar
penglihatan arah tertentu bentuk geometris, bentuk
 Ketakutan kepada kartoon, melihat hantu atau
sesuatu yang tidak monster
jelas
Halusinasi penghidu  Menghidu seperti Membaui bau-bauan seperti
sedang mambaui bau- bau darah urine, feses
bauan tertentu kadang-kadang bau itu
 Menutup hidung menyenangkan

E. Rentang Respon Halusinasi


Menurut Ermawati (2014) rentang respon halusinasi adalah sebagai berikut:

Respon Adatif Respon Maladatif

- Pikiran logis - Kadang-kadang proses - Waham


- Persepsi akurat pikir terganggu (distorsi - Halusinasi
- Emosi konsisten pikiran - Sulit berespons
dengan pengalaman - Ilusi - Perilaku
- Perilaku sesuai - Menarik diri disorganisasi
- Hubungan sosial - Reaksi emosi berlebihan - Isolasi sosial
harmonis - Perilaku tidak biasa

F. Dimensi Halusinasi
Halusinasi merupakan masalah yang berlandaskan atas hakikat keberadaan seorang
individu sebagai mahluk yang dibangun atas dasar unsru-unsur bio-psiko-sosio-spiritual
sehingga halusinasi dapat dilihat dari lima dimensi Yosep (2014):
1. Dimensi fisik, dimana manusia dibangun oleh sistem indara untuk menanggapi
rangsangan ekternak yang diberikan oleh lingkungannya. Halusinasi dapat
ditimbulkan oleh beberapa kondisi fisik seperti kelelahan yang luar biasa, demam
hingga delirium, penggunaan obat-obatan, intoksikasi alkohol dan kesulitan untuk
tidur dalam waktu yang lama.
2. Dimensi emosional, suatu perasaan cemas yang berlebihan atas dasar masalah yang
tidak dapat diatasi.isi dari halusinasi dapat berupa perintah memaksa dan
menakutkan.
3. Dimensi intelektual, dimana individu dengan halusinasi akan memperlihatkan adanya
penurunan fungsi ego. Halusinasi merupakan usaha dari ego sendiri untuk melawan
implus yang menekan, namun merupakan suatu hal yang menimbulkan kewaspaan
yang dapat mengambil seluruh perhatian klien dan tak jarang akan mengontrol semua
perilaku klien.
4. Dimensi sosial, dimana sosial pada individu dengan halusinasi menunjukkan adanya
kecendrungan untuk menyendiri.
5. Dimensi spiritual dimana manusia diciptakan Tuhan sebagai makhluk sosial sehingga
interaksi dengan manusia lainnya merupakan kebutuhan yang mendasar. Individu
dengan halusinasi cenderung menyendiri sehingga peroses interaksi sosial tidak
terjadi, individu tidak sadar dengan keberadaanya sehingga halusinasi menjadi
kontrol dalam individu tersebut.

G. Proses Terjadinya Halusinasi


Menurut Kusumawati (2012), proses terjadinya halusinasi terbagi menjadi 4 tahap, yaitu:
1. Fase Pertama / comforting / menyenangkan
Pada fase ini klien mengalami kecemasan, stress, perasaan gelisah, kesepian. Klien
mungkin melamun atau memfokukan pikiran pada hal yang menyenangkan untuk
menghilangkan kecemasan dan stress. Cara ini menolong untuk sementara. Klien
masih mampu mengotrol kesadarnnya dan mengenal pikirannya, namun intensitas
persepsi meningkat.
Perilaku klien: tersenyum atau tertawa yang tidak sesuai, menggerakkan bibir tanpa
bersuara, pergerakan mata cepat, respon verbal yang lambat jika sedang asyik dengan
halusinasinya dan suka menyendiri.
2. Fase Kedua / comdemming
Kecemasan meningkat dan berhubungan dengan pengalaman internal dan eksternal,
klien berada pada tingkat “listening” pada halusinasi. Pemikiran internal menjadi
menonjol, gambaran suara dan sensasi halusinasi dapat berupa bisikan yang tidak jelas
klien takut apabila orang lain mendengar dan klien merasa tak mampu mengontrolnya.
Klien membuat jarak antara dirinya dan halusinasi dengan memproyeksikan seolah-
olah halusinasi datang dari orang lain.
Perilaku klien : meningkatnya tanda-tanda sistem saraf otonom seperti peningkatan
denyut jantung dan tekanan darah. Klien asyik dengan halusinasinya dan tidak bisa
membedakan dengan realitas.
3. Fase Ketiga / controlling
Halusinasi lebih menonjol, menguasai dan mengontrol klien menjadi terbiasa dan tak
berdaya pada halusinasinya. Termasuk dalam gangguan psikotik.
Karakteristik : bisikan, suara, isi halusinasi semakin menonjol, menguasai dan
mengontrol klien. Klien menjadi terbiasa dan tidak berdaya terhadap halusinasinya.
Perilaku klien : kemauan dikendalikan halusinasi, rentang perhatian hanya beberapa
menit atau detik. Tanda-tanda fisik berupa klien berkeringat, tremor dan tidak mampu
mematuhi perintah.
4. Fase Keempat / conquering/ panik
Klien merasa terpaku dan tak berdaya melepaskan diri dari kontrol halusinasinya.
Halusinasi yang sebelumnya menyenangkan berubah menjadi mengancam,
memerintah dan memarahi klien tidak dapat berhubungan dengan orang lain karena
terlalu sibuk dengan halusinasinya klien berada dalam dunia yang menakutkan dalam
waktu singkat, beberapa jam atau selamanya. Proses ini menjadi kronik jika tidak
dilakukan intervensi.
Perilaku klien : perilaku teror akibat panik, potensi bunuh diri, perilaku kekerasan,
agitasi, menarik diri atau katatonik, tidak mampu merespon terhadap perintah
kompleks dan tidak mampu berespon lebih dari satu orang.

4. Persiapan Klien
a. Karakteristik klien
Sebelum di lakukan kegiatan perawat menjelaskan kepada klien kegiatan yang
akan dilakukan yaitu dengan menjelaskan kegiatan yaitu mengenal orang.
Karakterisitik klien yaitu:
a) Klien tidak memiliki gangguan fisik
b) Klien yang dapat mendengarkan dan mempraktekannya dengan baik
c) Klien mudah diajak interaksi dan dibawa berjalan jalan mengenalkan ruangan
b. Proses seleksi klien
Seorang perawat memberikan benda yang dapat di gilir ke klien lain dan
menggunakan musik jika musik berhenti dan benda tersebut berhenti pada klien
maka akan diberi pertanyaan berupa: menyebut isi halusinasi, menyebut waktu
terjadinya halusinasi, menyebut situasi terjadi halusinasi, dan menyebut perasaan
saat terjadi halusinasi. Proses seleksi yang dilakukan ialah:
a) Mengobservasi klien dengan riwayat halusinasi
b) Mengumpulkan klien yang ada termasuk dalam karakteristik diatas untuk
mengikuti TAK
5. Pengorganisasian
a. Uraian Tugas Tim Terapis
1) Leader
Sesi 1: Thomas Jhonson
Uraian tugas:
a) Menyampaikan tujuan dan peraturan kegiatan terapi aktivitas kelompok
menyiapkan proposal kegiatan TAK
b) Mampu memotivasi anggota untuk aktif dalam kelompok dan
memperkenalkan dirinya
c) Mampu memimpin terapi aktivitas kelompok dengan baik dan tertib
Menetralisir bila ada masalah yang timbul dalam kelompok
2) Co Leader
Sesi 1 : Lala Kristina Yantie
Uraian Tugas :
a) Mengidentifikasi isu penting
b) Mengidentifikasi strategi yang digunakan Leader
c) Mengamati dan mencatat
d) Membantu terapis
e) Bertanggung jawab atas pasien untuk tetap berada dalam
f) terapi aktifitas kelompok
3) Observer
Sesi 1: Gloria Natalina Kornedi
Uraian tugas:
a) Mengobservasi jalannya proses kegiatan
b) Mengamati serta mencatat perilaku verbal dan non verbal pasien selama
kegiatan berlangsung (dicatat pada format yang tersedia)
c) Mengawasi jalannya aktivitas kelompok dari mulai persiapan, proses,
hingga penutupan
d) Memberikan hadiah (reward) bagi pasien yang menang dalam permainan.
e) Mencatat hasil terapi aktivitas kelompok
4) Fasilitator
Sesi 1:
- Sutrian
- Muhammad Rafi’i
Uraian tugas:
a) Menyediakan fasilitas selama kegiatan berlangsung Ikut serta dalam
kegiatan kelompok
b) Memfasilitasi dan memberikan stimulus dan motivator pada anggota
kelompok untuk aktif mengikuti jalannya terapi
c) Memutar benda untuk menentukan giliran terapi
a. Jadwal
Pelaksanaan kegiatan terapi aktivitas kelompok pada pasien dengan Halusinasi,
yaitu :
a. Sesi 1
a) Hari/Tanggal : Selasa, 15 November2022
b) Waktu : 09.30 – 10.00 WITA
c) Alokasi waktu : 30 menit
Sesi waktu diberikan waktu 30 menit
- Perkenalan dan pengarahan (5 menit)
- Terapi kelompok (20 menit)
- Penutup (5 menit)
d) Tempat : Ruang Perawatan Jiwa Pria

b. Setting Tempat
Keterangan
Pasien Leader Co Leader

Fasilitator Observer

1) Leader = 1 orang (mahasiswa)


2) Co Leader = 1 orang (mahasiswa)
3) Observer = 1 orang (mahasiswa)
4) Fasilitator = 2 orang (mahasiwa)
5) Peserta = 5 orang (pasien)
6) Pembimbing = 1 orang (Clinical Instruktur)

c. Peserta TAK
Pasien yang mengikuti kegiatan berjumlah 5 orang dari pasien Ruang Perawatan
Jiwa Pri RSJ Sambang Lihum Banjarmasin terdiri dari:
1. Tn. A
2. Tn. A
3. Tn. H
4. Tn. M
5. Tn. G

d. Alat
1. Papan nama sejumlah klien dan perawat yang ikut TAK
2. Kertas karton dan spidol
3. Buku catatan dan pulpen
4. Musik dan speaker
5. Balon
e. Metode
1) Dinamika kelompok
2) Diskusi dan tanya jawab

6. Proses Pelaksanaan Terapi Aktifitas Kelompok


a. Langkah Kegiatan TAK: Sesi 1
1) Persiapan
2) Fase Orientasi
a) Salam terapeutik:
- Salam dari terapis kepada klien
- Perkenalkan nama dan panggilan terapis (pakai name tag)
- Menanyakan nama dan panggilan semua klien (beri name tag)
b) Evaluasi/validasi:
- Menanyakan perasaan klien saat ini
c) Kontrak:
- Terapis menjelaskan tujuan kegiatan yang akan dilaksanakan yaitu
mengenal suara-suara yang didengar
- Menjelaskan aturan main yaitu : mengikuti kegiatan dari awal sampai
akhir, bila ingin keluar kelompok harus seizin pemimpin TAK, lama
kegiatan yaitu 30 menit
d) Fase Kerja
- Terapis menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan yaitu mengenal suara-
suara yang didengar dan bayangan yang dilihat (halusinasi) tentang
isinya, waktu terjadinya, situasi terjadinya dan perasaan klien pada saat
terjadi.
- Terapis meminta klien menceritakan isi halusinasi, kapan terjadinya,
situasi yang membuat terjadi dan perasaan klien saat terjadi halusinasi.
Mulai dari klien sebelah kanan, secara berurutan sampai semua klien
mendapat giliran. Hasilnya ditulis di kertas karton.
- Beri pujian pada klien yang melakukan dengan baik
- Simpulkan isi, waktu, situasi dan perasaan klien dari suara yang biasa
didengar
3) Fase Terminasi
a) Evaluasi
- Menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK Memberikan
reinforcement positif terhadap perilaku klien yang positif Terapis
memberikan pujian atas keberhasilan kelompok
b) Tindak Lanjut
- Terapis meminta klien untuk melaporkan isi, waktu, situasi dan
perasaannya jika terjadi halusinasi.
c) Kontrak yang akan datang
- Menyepakati TAK yang akan datang yaitu cara mengontrol halusinasi
- Menyepakati waktu dan tempat
PELAKSANAAN

Sesi 1 Mengenal Halusinasi

A.  Tujuan
1. Klien dapat mengenal halusinasi
2. Klien mengenal perasaannya saat mengalami halusinasi
B.  Setting
1. Terapis & klien duduk bersama dalam lingkaran
2. Tempat aman & nyaman
C. Alat
1. Papan nama sejumlah klien dan perawat yang ikut TAK
2. Kertas karton dan spidol
3. Buku catatan dan pulpen
4. Musik dan speaker
5. Balon
a.  Metode
1. Diskusi & Tanya jawab
2. Bermain peran / simulasi 
b. Langkah kegiatan
1. Persiapan 
a. Memilih klien sesuai dengan indikasi, yaitu klien dengan perubahan
sensori persepsi : halusinasi
b. Membuat kontrak dengan klien
c. Mempersiapkan alat & tempat pertemuan 
2. Orientasi 
a. Salam terapeutik  
1) Salam dari terapis kepada klien
2) Perkenalkan nama lengkap & panggilan terapis (pakai papan
nama
3) Menanyakan nama lengkap & panggilan semua klien (beri
papan nama)
b. Evaluasi / validasi : Menanyakan perasaan klien saat ini 
c. Kontrak  
1) Terapis menjelaskan tujuan kegiatan yang akan dilaksanakan,
yaitu mengenal suara –  suara yang didengar

2) Terapis menjelaskan aturan main sebagai berikut


a. Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok,
harus izin dulu
b. Lama kegiatan 20 menit
c. Setiap klien mengikiuti kegiatan mulai dari awal
sampai selesai
3.  Tahap kerja 
a. Terapis menjelaskan tujuan kegiatan yang akan dilaksanakan, yaitu
mengenal suara –  suara yang didengar (halusinasi) tentang isinya,
waktu terjadinya, situasi yang mendukung, dan perasaan klien saat
mengalami halusinasi
b. Terapis meminta klien menceritakan isi halusinasinya, kapan
terjadinya, situasi yang mendukung, dan perasaan klien saat terjadi
halusinasi. Mulai dari klien sebelah kanan, secara berurutan sampai
semua klien mendapat giliran. Hasilnya ditulis di whiteboard.
c. Beri pujian pada klien yang melakukan dengan baik
d. Simpulkan isi, waktu terjadi, situasi yang mendukung, dan perasaan
klien saat mengalami halusinasi 
4.  Tahap terminasi 
a.   Evaluasi
1) Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK
2) Terapis memberikan pujian atas keberhasilan kelompok  
b. Tindak lanjut
Terapis meminta klien untuk melaporkan isi, waktu, situasi, dan perasaan
saat mengalami halusinasi.
c. Kontrak yang akan datang
1) Menyepakati TAK yang akan datang, yaitu cara mengontrol
halusinasi
2) Menyepakati waktu dan tempat

c. Evaluasi & dokumentasi


Sesi 1 : TAK Stimulasi Persepsi : halusinasi
Kemampuan Mengenal Halusinasi

No Nama Menyebutkan Menyebut Menyebut Menyebutkan


Klien Isi Halusinasi Waktu Situasi Perasaan Saat
Terjadi Terjadi Halusinasi
Halusinasi Halusinasi

Petunjuk
 Evaluasi dilaksanakan saat TAK berlangsung, khususnya tahap kerja

 Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien
 Beri tanda √ bila klien mampu dan beri tanda × bila klien tidak mampu 
Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan klien dalam catatan Asuhan Keperawatan.
Sesi 2

Mengontrol halusinasi dengan menghardik

1. Pengorganisasian
Leader : Thomas Jhonson
Co Leader : Lala Kristina Yantie
Observer : Gloria Natalina
Fasilitator : Sutrian
Muhammad Rafi’i
2. Jadwal
Jadwal pelaksanaan kegiatan terapi aktivitas kelompok, yaitu :
a. Sesi 2
1) Hari/Tanggal : Kamis, 12 November 2022
2) Waktu : 09.30 – 10.00 WITA
3) Alokasi waktu : 30 menit
- Perkenalan dan pengarahan (5 menit)
- Terapi kelompok (20 menit)
- Penutup (5 menit)
4) Tempat : Ruang Tenang Pria

A. Tujuan

1. Klien dapat menjelaskan cara yang selama ini dilakukan untuk mengatasi
halusinasi
2. Klien dapat memahami cara menghardik halusinasi
3. Klien dapat memperagakan cara menghardik halusinasi
B. Setting

1. Terapis & klien duduk bersama dalam lingkaran


2. Ruangan nyaman & tenang
C. Alat
1. Musik
2. Pulpen
D. Langkah kegiatan
1.  Persiapan
a. Mengingatkan kontrak kepada klien yang telah mengikuti sesi 1
b. Mempersiapkan alat & tempat pertemuan
2. Orientasi
a. Salam terapeutik
1) Salam Klien dari terapis untuk klien
2) dan terapis pakai papan nama
b. Evaluasi / validasi
1) Terapis menanyakan perasaan klien saat ini
2) Terapis menanyakan pengalaman halusinasi yang terjadi : isi,
waktu, situasi, dan perasaan.
c. Kontrak
1) Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu dengan latihan satu cara
mengontrol halusinasi
2) Menjelaskan aturan main, yaitu :
 Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok harus
meminta izin kepada terapis
 Lama kegiatan 20 menit
 Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai
3. Tahap kerja  
a. Jelaskan kegiatan yaitu music akan dihidupkan serta balon diedarkan dan
pada saat
b. musik dimatikan maka anggota kelompok yang memegang pulpen
memperkenalkan dirinya.
c. Hidupkan music dan edarkan balon berlawanan dengan arah jarum jam
d. Pada saat musikdimatikan anggota kelompok yang memegang balon
mendapat giliran untuk menyebutkan salam, nama lengkap, nama
panggilan hobi dan asal dimulai oleh perawat sebagai contohTulis nama
panggilan pada kerta stempel atau dipakai
4. Tahap terminasi
a. Evaluasi
1) Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK
2) Terapis memberikan pujian atas keberhasilan kelompok
b. Tindak lanjut
1) Terapis menganjurkan klien untuk menerapkan cara yang telah
dipelajari  jika halusinasi muncul
2) Memasukkan kegiatan menghardik dalam jadwal kegiatan harian
klien
c. Kontrak yang akan datang
1) Terapis membuat kesepakatan dengan klien untuk TAK yang
  berikutnya, yaitu belajar cara mengontrol halusinasi dengan
melakukan kegiatan
2) Terapis membuat kesepakatan waktu dan tempat TAK berikutnya
3)
5. Evaluasi & dokumentasi

Evaluasi

Sesi 2 : TAK Stimulasi Persepsi : Halusinasi

Kemampuan Menghardik Halusinasi

No. Aspek yang dinilai Nama


klien

1 Menyebutkan cara
mengatasi halusinasi

2 Menyebutkan cara
mengatasi halusinasi
dengan menghardik

3 Memperagakan
menghardik halusinasi

Petunjuk
 Evaluasi dilaksanakan saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap
kerja
 Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien
 Beri tanda √ bila klien mampu dan beri tanda × bila klien tidak mampu  Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan klien dalam catatan Asuhan Keperawatan
DAFTAR PUSTAKA

Eko Prabowo. 2014. Konsep & Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta:
Nuha Medika.
Damayanti, M., & Iskandar. 2021. Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung: Refika
Aditama.
Direja, Ade Herman S. 2011. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta:
Nuha Medika.
Ernawati, dkk. 2014. Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Jiwa. Cetakan
Kedua. Jakarta Timur: CV. Trans Info Media
Fitria , Nita. 2013. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan
dan Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Keliat, BA dan Akemat. 2005. Keperawatan Jiwa : Terapi Aktivitas Kelompok
Edisi II. EGC : Jakarta.
Yosep, Iyus. (2010). Keperawatan Jiwa. Edisi revisi, cetakan III. Bandung : PT.
Refika Aditama.
Yosep, Iyus., Sutini, Titin. 2014. Buku Ajar Keperawatan Jiwa (dan advance
mental health nursing). Bandung: Refika Aditama.
Yusuf, Rizky F, Hanik E.N. (2015). Buku Ajar Keperawatan Jiwa . Salemba
Medika: Jakarta

Anda mungkin juga menyukai