Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN

GANGGUAN PERSEPSI : HALUSINASI

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Stase Keperawatan Jiwa

Dosen Koordinator : Rahmi Imelisa, M. Kep,. Ns.Sp.Kep.J


Dosen Pembimbing : Khrisna Wisnusakti, S.Kep. Ners., M.kep.

Disusun Oleh :
Deti Eva Nurvalah
2250321117

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU TEKNOLOGI DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI
CIMAHI
2023
LAPORAN PENDAHULUAN
GANGGUAN PERSEPSI : HALUSINASI

1. Konsep Teori
a. Pengertian
Halusinasi adalah suatu gejala gangguan jiwa pada individu yang ditandai
dengan perubahan sensori persepsi, merasakan sensasi palsu berupa suara,
penglihatan, pengecapan, perabaan atau penghiduan. Pasien seakan
stimulus yang sebenarnya tidak ada (Nurarif dan Kusuma, 2015)
b. Jenis halusinasi :
1. Pendengaran
Mendengar suara atau kebisingan, paling sering suara orang. Suara
berbentuk kebisingan yang kurang jelas sampai kata-kata yang jelas
berbicara dengan klien, bahkan sampai pada percakapan lengkap
antara dua orang yang mengalami halusinasi. Pikiran yang terdengar
dimana klien mendengar perkataan bahwa klien disuruh untuk
melakukan sesuatu kadang dapat membahayakan.
2. Penglihatan
Stimulus visual dalam bentuk kilatan cahaya, gambar geometris,
gambar kartun, bayangan yang rumit atau kompleks. Bayangan bias
yang menyenangkan atau menakutkan seperti melihat monster.
Kejadian tersebut mengakibatkan ketakutan dan selalu menunjuk-
nunjuk kearah tertentu.
3. Penghidung
Membaui bau-bauan tertentu seperti bau darah, urin dan feses
umumnya bau-bauan yang tidak menyenangkan. Halusinasi penghidu
sering akibat stroke, tumor, kejang, atau dimensia.
4. Pengecapan
Merasa mengecap rasa seperti darah, urin, atau feses sehingga sering
meludah dan muntah
5. Perabaan
Mengalami nyeri atau ketidaknyamanan tanpa stimulus yang jelas.
Rasa tersetrum listrik yang datang dari tanah, benda mati atau orang
lain, dan merasa ada serangga dipermukaan kulit
c. Rentan respon

Respon Adaptif Respon Maladaptif

(Damaiyanti dkk, 2012)

Pikiran logis Distorsi pikiran Gangguan pikir atau


Persepsi kuat Ilusi delusi
Emosi konsisten dengan Reaksi emosi berlebihan Halusinasi
pengalaman atau kurang Sulit berespon emosi
Perilaku sesuai Perilaku aneh atau tidak Perilaku disorganisasi
Berhubungan sosial biasa Isolasi sosial
Menarik diri

Keterangan :

a. Respon adaptif
Respon adaptif adalah respon yang dapat diterima oleh norma- norma
sosial budaya yang berlaku. Dengan kata lain indvidu tersebut dalam batas
normal jika menghadapi suatu masalah akan dapat memecahkan masalah
tersebut. Respon adaptif :
1) Pikiran logis adalah pandangan yang mengarah pada kenyataan
2) Persepsi kuat adalah pandangan yang tepat pada kenyataan
3) Emosi konsisten dengan pengalaman yaitu perasaan yang timbul dari
pengalaman
4) Perilaku sosial adalah sikap dan tingkah laku yang masih dalam batas
kewajaran
5) Hubungan sosial adalah proses suatu interaksi dengan orang lain dan
lingkungan.
b. Respon psikososial meliputi :
1) Proses fikir terganggu
2) Ilusi adalah interpretasi atau penilaian yang salah tentang penerapan
yang benar- benar terjadi (objek nyata) karena rangsangan panca
indera.
3) Emosi berlebihan atau berkurang
4) Perilaku tidak biasa adalah sikap dan tingkah laku yang melebihi batas
kewajaran
5) Menari diri yaitu percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang
lain.
c. Respon maladaptif:
Respon individu dalam menyelesaikan masalah yang menyimpang dari
norma- norma sosial budaya dan lingkungan. Adapun respon maladaptif
meliputi :
1) Gangguan pikir (waham) adalah keyakinan secara kokoh
dipertahankan walaupun tidak diyakini oleh orang lain dan
bertentangan dengan kenyataan sosial.
2) Halusinasi merupakan persepsi sensori yang salah satu persepsi
eksternal yang tidak realita atau tidak ada.
3) Kerusakan proses emosi adalah perubahan sesuatu yang timbul dari
hati.
4) Perilaku tidak terorganisir merupakan suatu perilaku yang tidak teratur
5) Isolasi sosial adalah kondisi dimana seseorang merasa kesepian tidak
mau berinteraksi dengan orang dan lingkungan
d. Faktor prediposisi
Menurut AH. Yusuf, dkk ( 2015) faktor predisposisi meliputi :
1. Faktor perkembangan
Hambatan perkembangan akan menganggu hubungan interpersonal
yang dapat meningkatkan stres dan ansietas yang dapat berakhir
dengan gangguan persepsi. Pasien mungkin menekan perasaannya
sehingga pematangan fungsi intelektual dan emosi tidak efektif.
2. Faktor sosial budaya
Berbagai faktor di masyarakat yang membuat seseorang merasa
disingkirkan atau kesepian, selanjutnya tidak dapat diatasi sehingga
timbul akibat berat seperti delusi dan halusinasi.
3. Faktor psikologis
Hubungan interpersonal yang tidak harmonis, serta peran ganda atau
peran yang bertentangan dapat menimbulkan ansietas berat terakhir
dengan pengingkaran terhadap kenyataan, sehingga terjadi halusinasi.
4. Faktor biologis
Struktur otak yang abnormal ditemukan pada pasien gangguan
orientasi realitas, serta dapat ditemukan atropik otak, pembesaran
ventikal, perubahan besar, serta bentuk sel kortikal dan limbik.
5. Faktor genetik
Gangguan orientasi realitas termasuk halusinasi umumnya ditemukan
pada pasien skizofrenia. Skizofrenia ditemukan cukup tinggi pada
keluarga yang salah satu anggiota keluarganya mengalami skizofrenia,
serta akan lebih tinggi jika kedua orang tua skizofrenia.
6. Faktor biokimia berbagai penelitian tentang dopamin, norepinetrin,
indolamin, serta zat halusigenik diduga berkaitan dengan gangguan
orientasi realitas termasuk halusinasi.
7. Perilaku- perilaku yang perlu dikaji pada pasien dengan gangguan
orientasi realitas berkaitan dengan perubahan proses pikir, afektif
persepsi, motorik, dan sosial.
e. Faktor presipitasi
Menurut Yosep (2014), faktor presipitasi terjadinya gangguan halusinasi
adalah:
1. Biologis
Gangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak, yang mengatur
proses informasi serta abnormalitas pada mekanisme pintu masuk
dalam otak yang mengakibatkan ketidakmampuan untuk secara selektif
menanggapi stimulus yang diterima oleh otak untuk diinterpretasikan.
2. Stress lingkungan
Ambang toleransi terhadap stress yang berinteraksi terhadap stressor
lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan perilaku.
3. Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam menanggapi
stressor.
f. Tanda dan Gejala
Berikut tanda dan gejala halusinasi (data subyektif dan obyektif) dilihat
dari masing- masing jenis halusinasi (Videback, 2006 dalam Yosep 2014),
meliputi sebagai berikut :

Jenis Halusinasi Data Subyektif Data Obyektif


Halusinasi  Mendengar suara  Mengarahkan
pendengaran menyuruh melakukan teling pada
(auditory-hearing sesuatu yang sumber suara.
voices or sound). berbahaya.  Bicara atau
 Mendengar suara atau tertawa sendiri.
bunyi.  Marah-marah
 Mendengar suara yang tanpa sebab.
mengajak bercakap-  Menutup telinga.
cakap.  Mulut komat-
 Mendegar seseorang kamit.
yang sudah meninggal.  Ada gerakan
 Mendengar suara yang tangan
mengancam diri klien
atau orang lain atau
suara lain yang
membahayakan.
Halusinasi  Melihat seseorang  Tatapan mata pada
penglihatan yang sudah meninggal, tempat tertentu.
(visual-seeing melihat makhluk  Menunjuk ke arah
persons or things). tertentu, melihat tertentu.
bayangan, hantu atau  Ketakutan pada
sesuatu yang obyek yang
menakutkan, cahaya, dilihat.
monster yang
memasuki perawat.
Halusinasi  Mencium sesuatu  Ekspresi wajah
penciuman seperti bau mayat, seperti mencium
(olfactory-smelling darah, bayi, feses, atau sesuatu dengan
odors), bau masakan, parfum gerakan cuping
yang menyenangkan. hidung,
 Klien sering mengarahkan
mengatakan mencium hidung pada
bau sesuatu. tempat tertentu.
 Tipe halusinasi ini
sering menyertai klien
demensia, kejang atau
penyakit
serebrovaskuler.
Halusinasi  Klien seperti sedang  Seperti mengecap
pengecapan merasakan makanan sesuatu. Gerakan
(gustatory- tertentu, rasa tertentu mengunyah,
experiencing atau mengunyah meludah atau
tastes). sesuatu muntah.
Halusinasi  Klien mengatakan ada  Mengusap,
perabaan (Tactile- sesuatu yang menggaruk-garuk,
feeling bodily menggerayangi tubuh meraba-raba
sensations) seperti tangan, permukaan kulit.
binatang kecil atau  Terlihat
makhluk halus. menggerak-
 Merasakan sesuatu gerakan badan
dipermukaan kulit, seperti merasakan
merasakan sangat sesuatu rabaan.
panas atau dingin,
merasakan tersengat
aliran listrik.
Cenesthetic &  Klien melaporkan  Klien terlihat
Kinestetic bahwa fungsi tubuhnya menatap tubuhnya
hallucinations tidak dapat terdeteksi sendiri dan terlihat
misalnya tidak adanya merasakan sesuatu
denyutan di otak atau yang aneh tentang
sensasi pembentukan tubuhnya.
urin dalam tubuhnya,
perasaan tubuhnya
melayang diatas bumi.

2. Konsep Asuhan Keperawatan


A. Pengkajian
Pengkajian adalah proses untuk tahap awal dan dasar utama dari proes
keperawatan terdiri drai pengumpulan data dan perumusan kebutuhan atau
masalah klien. Data yang dikumpulkan melalui data biologis, psikologis,
sosial dan spiritual. Pengelompokkan data pengkajian kesehatan jiwa,
dapat berupa faktor presipitasi, penilaian terhadap stressor, sumber koping,
dan kemampuan yang dimiliki (Afnuhazi, 2015) :
1. Identitas klien
Meliputi nama, umur, jenis kelmain, tanggal pengkajian, tanggal dirawat,
nomor rekam medis.
2. Alasan masuk
Alasan klien datang ke RSJ, biasanya klien sering berbicara sendiri,
mendengar atau melihat sesuatu, suka berjalan tanpa tujuan, membanting
peralatan dirumah, menarik diri.
3. Faktor predisposisi
a) Biasanya klien pernah mengalami gangguan jiwa dan kurang
berhasil dalam pengobatan
b) Pernah mengalami aniaya fisik, penolakan dan kekerasan dalam
keluarga
c) Klien dengan gangguan orientasi besifat herediter
d) Pernah mengalami trauma masa lalu yang sangat menganggu
4. Faktor Presipitasi
Stresor presipitasi pada klien dengan halusinasi ditemukan adanya riwayat
penyakit infeksi, penyakt kronis atau kelaina stuktur otak, kekerasan
dalam keluarga, atau adanya kegagalan kegagalan dalam hidup,
kemiskinan, adanya aturan atau tuntutan dalam keluarga atau masyarakat
yang sering tidak sesuai dengan klien serta konflik antar masyarakat.
5. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan pada tanda- tanda vital seperti tekanan darah, suhu, respirasi,
serta nadi juga memeriksa tinggi dan berat badan klien dan keluhan fisik
yang dirasakan.
6. Psikososial
1) Genogram
Pembuatan genogram minimal 3 generasi yang menggambarkan
hubungan klien dengan keluarga.
2) Konsep diri
a) Gambaran diri
tanyakan persepsi klien terhadap tubuhnya,bagian tubuh yang
disukai, reaksi klien terhadap bagian tubuh yang tidak disukai.
b) Fungsi peran
Tugas atau peran klien dalam keluarga/pekerjaan/kelompok
masyarakat, kemampuan klien dalam melaksanakan fungsi dan
perannya. Pada klien halusinasi bisa berubah atau berhenti fungsi
peran yang disebabkan penyakit, trauma masalalu, menarik diri
dari orang lain.
c) Ideal diri
Harapan klien terhadap keadaan tubuh, peran dalam keluarga,
pekerjaan atau sekolah, harapan klien terhadap lingkungan dan
penyakitnya. Pada klien halusinasi cenderung tidak perduli dengan
diri sendiri atau sekitarnya.
d) Harga diri
Klien yang mengalami halusinasi cenderung menerima diri tanpa
syarat meskipun telah melakukan kesalahan, kekalahan, dan
kegagalan dia tetap merasa dirinya sangat berharga.
3) Hubungan sosial
Tanyakan siapa orang terdekat yang berada di kehidupan klien
yang bisa dijadikan tempat untuk teman bicara, meminta bantuan
dan dukungan.
4) Spiritual
Nilai dan keyakinan, kegiatan ibadah atau menjalankan keyakinan.
7. Status mental
1) Penampilan
Melihat penampilan klien dari ujung rambut hingga ujung kaki
2) Pembicaraan
Klien dengan halusinasi cenderung suka bicara sendiri, ketika
diajak bicara tidak bisa fokus juga terkadang yang dibicarakan
tidak masuk akal.
3) Aktivitas motorik
Klien dengan halusinasi akan tampak gelisah, kelesuhan,
ketegangan tremor. Klien juga biasanya sering menutup telinga,
menunjuk-nujuk kearah tertentu, menggaruk permukaan kulit,
menutup hidung dan sering meludah.
4) Afek emois
Pada klien halusinasi tingkat emosi lebih tinggi, perilaku agresif
ketakutan yang berlebih.
5) Interaksi selama wawancara
Klien dengan halusinasi biasanya cenderung tidak kooperatif(tidak
dapat menjawab pertanyaan dengan spontan) dan kontak mata yang
kurang.
8. Persepsi-sensori
1) Jenis halusinasi
a) Halusinasi pendengaran
b) Halusinasi penglihatan
c) Halusinasi penciuman
d) Halusinasi pengecapan
e) Halusinasi perabaan
2) Waktu
Perawat perlu mengkaji waktu munculnya halusinasi yang di
alami pasien, biasanya, kapan halusinasi terjadi? Apakah siang,
pagi, sore, malam? Jika muncul pukul berapa?
3) Frekuensi
Frekuensi terjadinya apakah terus menerus atau hanya sekali-kali,
kadang-kadang, jarang atau sudah tidak muncul lagi dengan
mengetahui frekuensi terjadinya halusinasi dapat direncanakan
frekuensi tindakan untuk mencegah terjadinya halusinasi.
4) Situasi yang menyebabkan munculnya halusinasi
Situasi terjadinya apakah ketika sendiri, atau setelah terjadi
kegiatan tertentu.
5) Respons
Pada pasien halusinasi biasanya perawat dapat menanyakan
kepada pasien hal yang dirasakan atau dilakukan pada saat
halusinasi itu timbul
9. Proses pikir
1) Bentuk fikir
Pada pasien halusinasi biasanya akan mengalami dereistik yaitu
bentuk pemikiran yang tidak sesuai dengan kenyataan atau tidak
mengikuti logika
2) Isi fikir
Selalu merasa curiga terhadap suatu hal dan depersoalisasi yaitu
perasaan yang aneh atau asing terhadap diri sendiri atau orang di
lingkungan sekitar.
10. Tingkat kesadaran
Pada klien halusinasi seringkali merasa bingung, apatis (acuh tak acuh)
11. Mekanisme koping
Biasanya pada klien halusinasi cenderung bersifat maladaptive, seperti
mencederai diri sendiri dan orang lain, malas berkreatif, perubahan
suatu persepsi dengan berusaha untuk mengalihkan tanggung jawab
kepada orang lain.
B. Analisa Data
Analisa Data

Data Masalah
Data Mayor Gangguan persepsi sensori :
Data subyektif : Halusinasi
- Klien mengatakan mendengar
suara bisikan seseorang.
Data obyektif :
- Klien tertawa sendiri.
- Klien berbicara sendiri
- Marah tanpa sebab
Data Minor
Data subjektif :
- Menyatakan kesal
- Menyatakan senag dengan suara-
suara
Data obyektif
- Menyendiri
- Melamun

C. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan persepsi sensori : Halusinasi
D. Rencana Tindakan Keperawatan

Tgl DIAGNOSA PERENCANAAN


KEPERAWATAN TUJUAN KRITERIA EVALUASI INTERVENSI
1 Gangguan sensori Pasien mampu : Setelah ..... pertemuan SP 1 (Tanggal : . . . . . . . )
persepsi Halusinasi - Mengenali pasien dapat - Bantu pasien mengenali halusinasinya :
halusinasi menyebutkan :  Isi
yang - Isi, waktu, frekuensi,  Waktu terjadinya
dialaminya. situasi pencetus,  Frekuensi
- Mengontrol perasaan  Situasi pencetus
halusinasinya - Mampu  Perasaan saat terjadi halusinasi.
- Mengikuti memperagakan cara - Latih mengontrol halusinasi dengan cara menghardik.
program mengontrol halusinasi Tahapan tindakan meliputi :
pengobatan  Jelaskan cara menghardik halusinasi
secara optimal  Peragakan cara menghardik
 Minta pasien memperagakan ulang
 Pantau penerapan cara ini, beri penguatan perilaku
pasien
- Masukkan dalam kegiatan harian pasien.
Setelah …. pertemuan, SP 2 (Tgl . . . . . . .)
pasien mampu : - Evaluasi kegiatan yang lalu (SP 1)
- Menyebutkan kegiatan - Latih berbicara/bercakap dengan orang lain saat
yang sudah dilakukan halusinasi muncul.
- Memperagakan cara - Masukkan dalam jadwal kegiatan harian pasien.
bercakap – cakap
dengan orang lain
Setelah …. pertemuan, SP 3 (Tgl . . . . . . .)
pasien mampu : - Evaluasi kegiatan yang lalu (SP 1 & 2)
- Menyebutkan - Latih kegiatan agar halusinasi tidak muncul
kegiatan yang sudah Tahapannya :
dilakukan  Jelaskan pentingnya aktivitas yang teratur untuk
- Membuat jadwal mengatasi halusinasi
kegiatan sehari-hari  Diskusikan kegiatan yang biasa dilakukan.
dan mampu  Latih pasien dalam melakukan aktivitas.
memperagakannya. - Susun jadwal kegiatan sehari-hari sesuai dengan
aktivitas yang telah dilatih (dari bangun pagi-tidur
malam). Pantau pelaksanaan kegiatan tersebut, berikan
penguatan pada pasien yang +
Setelah …. pertemuan, SP 4 (Tgl . . . . . . .)
pasien mampu : - Evaluasi kegiatan lalu (SP 1,2,3)
- Menyebutkan kegiatan - Tanyakan program pengobatan.
yang sudah dilakukan - Jelaskan pentingya penggunaan obat pada gangguan
- Menyebutkan manfaat jiwa.
dari program - Jelaskan akibat bila tidak digunakan sesuai program.
pengobatan - Jelaskan akibat putus obat.
- Jelaskan cara mendapatkan obat/berobat.
- Latih pasien dalam minum obat.
- Masukkan dalam jadwal harian pasien.
Keluarga mampu : Setelah . . . . pertemuan SP. 1 (Tgl . . . . . . .)
Merawat pasien di keluarga mampu - Identifikasi masalah keluarga dalam merawat pasien
rumah dan menjadi menjelaskan tentang - Jelaskan tentang halusinasi
system pendukung halusinasi  Pengertian halusinasi
yang efektif untuk  Jenis halusinasi yang dialami pasien
pasien  Tanda dan gejala halusinasi
 Cara merawat pasien halusinasi (cara
berkomunikasi, pemberian obat dan aktivitas pada
pasien)
- Sumber-sumber pelayanan kesehatan yang bisa
dijangkau
- Bermain peran cara merawat
- Rencana tindak lanjut keluarga, jadwal keluarga untuk
merawat pasien
Setelah . . . . pertemuan SP. 2 (Tgl . . . . . . .)
klg mampu : - Evaluasi kemampuan keluarga (SP. 1)
- Menyelesaikan - Latih keluarga merawat pasien
kegiatan yang sudah - RTL keluarga/jadwal keluarga untuk merawat pasien
dilakukan
- Memperagakan cara
merawat pasien
Setelah . . . . pertemuan SP. 3 (Tgl . . . . . . .)
klg mampu : - Evaluasi kemampuan keluarga (SP. 1 dan 2)
- Menyebutkan kegiatan - Latih keluarga merawat pasien
yang sudah dilakukan - RTL keluarga/jadwal keluarga merawat pasien
- Memperagakan cara
merawat pasien dan
membuat RTL

Setelah . . . . pertemuan SP. 4 (Tgl . . . . . . .)


klg mampu : - Evaluasi kemampuan keluarga
- Menyebutkan kegiatan - Evaluasi kemampuan pasien
yang sudah dilakukan - RTL keluarga
- Melaksanakan follow  Follow up
up rujukan  Rujukan
E. Implementasi keperawatan
Implementasi disesuaikan dengan rencana tindakan keperawatan.
Adapun pelaksanaan tindakan keperawatan jiwa dilakukan berdasarkan
strategi pelaksanaan (SP) yang sesuai dengan masing-masing masalah
utama. (Hafizuddin, 2016).

Halusinasi Pasien Keluarga


SP 1 Pasien SP 1 keluarga
a. Mengidentifikasi halusinasi a. Mengidentifikasi masalah
b. Melatih cara mengontrol keluarga dalam merawat
halusinasi dengan cara pasien
menghardik b. Menjelaskan tentang
c. Memasukkan ke dalam halusinasi
kegiatan harian pasien c. Rencana tindak lanjut
keluarga
SP 2 Pasien SP 2 Keluarga
a. Mengevaluasi kegiatan yang a. Mengevaluasi
lalu (Sp 1) kemampuan keluarga
b. Melatih berbicara atau b. Melatih keluarga dalam
bercakap dengan orang lain merawat pasien
saat halusinasi muncul c. Rencana tindak lanjut
c. Memasukkan ke dalam
kegiatan harian pasien
SP 3 Pasien SP 3 Keluarga
a. Mengevaluasi kegiatan yang a. Mengevaluasi
lalu (Sp 1 dan Sp 2) kemampuan keluarga
b. Melatih kegiatan agar b. Melatih keluarga merawat
halusinasi tidak muncul pasien
c. Menyusun jadwal kegiatan c. Rencana tindak lanjut
sehari-hari sesuai dengan
aktivitas yang telah dilatih
(dari bangun pagi-tidur
malam). Pantau pelaksanaan
kegiatan tersebut, berikan
penguatan pada pasien.
SP 4 Pasien SP 4 Keluatga
a. Mengevaluasi kegiatan a. Mengevaluasi
yang lalu (Sp 1, 2, 3) kemampuan keluarga
b. Menanyakan program b. Mengevaluasi
pengobatan kemampuan pasien
c. Menjelaskan pentingnya c. Rencana tindak lanjut.
penggunaan obat pada
gangguan jiwa
d. Menjelaskan akibat bila
tidak digunakan sesuai
program
e. Menjelaskan akibat putus
obat
f. Menjelaskan cara
mendapatkan obat atau
berobat
g. Melatih pasien dalam
minum obat
h. Memasukkan ke dalam
jadwal harian pasien.

F. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah tahap dimana proses keperawatan menyangkut
pengumpulan data obyektif dan subjektif yang dapat menunjukan masalah
apa yang terselesaikan, apa yang perlu dikaji dan direncanakan,
dilaksanakan dan dinilai apakah tujuan keperawatan telah tercapai atau
belum, sebagian tercapai atau timbul masalah baru.
a. Evaluasi kemampuan pasien mengatasi halusinasi berhasil apabila pasien
dapat :
1) Mengidentifikasi halusinasi : isi, frekuensi, waktu terjadinya, siatuasi
pencetus, perasaan saat terjadi halusinasi
2) Mengontrol halusinasi dengan cara menghardir
3) Mengontrol halusinasi dengan cara berbicara atau bercakap-cakap
dengan orang lain saat halusinasi muncul
4) Mengontrol halusinasi dengan cara melakukan aktivitas
5) Terapi psikofarmaka.
b. Evaluasi kemampuan keluarga (pelaku rawat) halusinasi berhasil apabila
keluarga dapat :
1) Mengenal masalah yang dirasakan dalam merawat pasien : pengertian,
jenis, tanda gejala dan cara merawat pasien halusinasi.
2) Mengetahui sumber-sumber pelayanan kesehatan yang bisa dijangkau.
DAFTAR PUSTAKA

Amin huda nurarif, & Hardhi kusuma, (2015). aplikasi asuhan keperawatan
berdasarkan diagnosa medis dan nanda nic noc (jilid 2). penerbit
mediaction jogja.
Damaiyanti, Mukhripah, dkk. 2012 Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung: PT
Refika Aditama.
Hafizuddin. (2016). Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Tn. A Dengan Masalah.
Osf.Io, 1–37. https://osf.io/preprints/9xn25/

Prabowa, E. (2014). Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Medical Book.


Yusuf, Ahmad Dkk. 2015. Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta:
Salemba Medika.
Yosep, Iyus dan Titin Sutini. 2014. Buku Ajar Keperawatan Jiwa dan Advance
Mental Health Nursing. Bandung : Refika Aditama

Anda mungkin juga menyukai