Disusun Oleh :
Deti Eva Nurvalah
2250321117
1. Konsep Teori
a. Pengertian
Halusinasi adalah suatu gejala gangguan jiwa pada individu yang ditandai
dengan perubahan sensori persepsi, merasakan sensasi palsu berupa suara,
penglihatan, pengecapan, perabaan atau penghiduan. Pasien seakan
stimulus yang sebenarnya tidak ada (Nurarif dan Kusuma, 2015)
b. Jenis halusinasi :
1. Pendengaran
Mendengar suara atau kebisingan, paling sering suara orang. Suara
berbentuk kebisingan yang kurang jelas sampai kata-kata yang jelas
berbicara dengan klien, bahkan sampai pada percakapan lengkap
antara dua orang yang mengalami halusinasi. Pikiran yang terdengar
dimana klien mendengar perkataan bahwa klien disuruh untuk
melakukan sesuatu kadang dapat membahayakan.
2. Penglihatan
Stimulus visual dalam bentuk kilatan cahaya, gambar geometris,
gambar kartun, bayangan yang rumit atau kompleks. Bayangan bias
yang menyenangkan atau menakutkan seperti melihat monster.
Kejadian tersebut mengakibatkan ketakutan dan selalu menunjuk-
nunjuk kearah tertentu.
3. Penghidung
Membaui bau-bauan tertentu seperti bau darah, urin dan feses
umumnya bau-bauan yang tidak menyenangkan. Halusinasi penghidu
sering akibat stroke, tumor, kejang, atau dimensia.
4. Pengecapan
Merasa mengecap rasa seperti darah, urin, atau feses sehingga sering
meludah dan muntah
5. Perabaan
Mengalami nyeri atau ketidaknyamanan tanpa stimulus yang jelas.
Rasa tersetrum listrik yang datang dari tanah, benda mati atau orang
lain, dan merasa ada serangga dipermukaan kulit
c. Rentan respon
Keterangan :
a. Respon adaptif
Respon adaptif adalah respon yang dapat diterima oleh norma- norma
sosial budaya yang berlaku. Dengan kata lain indvidu tersebut dalam batas
normal jika menghadapi suatu masalah akan dapat memecahkan masalah
tersebut. Respon adaptif :
1) Pikiran logis adalah pandangan yang mengarah pada kenyataan
2) Persepsi kuat adalah pandangan yang tepat pada kenyataan
3) Emosi konsisten dengan pengalaman yaitu perasaan yang timbul dari
pengalaman
4) Perilaku sosial adalah sikap dan tingkah laku yang masih dalam batas
kewajaran
5) Hubungan sosial adalah proses suatu interaksi dengan orang lain dan
lingkungan.
b. Respon psikososial meliputi :
1) Proses fikir terganggu
2) Ilusi adalah interpretasi atau penilaian yang salah tentang penerapan
yang benar- benar terjadi (objek nyata) karena rangsangan panca
indera.
3) Emosi berlebihan atau berkurang
4) Perilaku tidak biasa adalah sikap dan tingkah laku yang melebihi batas
kewajaran
5) Menari diri yaitu percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang
lain.
c. Respon maladaptif:
Respon individu dalam menyelesaikan masalah yang menyimpang dari
norma- norma sosial budaya dan lingkungan. Adapun respon maladaptif
meliputi :
1) Gangguan pikir (waham) adalah keyakinan secara kokoh
dipertahankan walaupun tidak diyakini oleh orang lain dan
bertentangan dengan kenyataan sosial.
2) Halusinasi merupakan persepsi sensori yang salah satu persepsi
eksternal yang tidak realita atau tidak ada.
3) Kerusakan proses emosi adalah perubahan sesuatu yang timbul dari
hati.
4) Perilaku tidak terorganisir merupakan suatu perilaku yang tidak teratur
5) Isolasi sosial adalah kondisi dimana seseorang merasa kesepian tidak
mau berinteraksi dengan orang dan lingkungan
d. Faktor prediposisi
Menurut AH. Yusuf, dkk ( 2015) faktor predisposisi meliputi :
1. Faktor perkembangan
Hambatan perkembangan akan menganggu hubungan interpersonal
yang dapat meningkatkan stres dan ansietas yang dapat berakhir
dengan gangguan persepsi. Pasien mungkin menekan perasaannya
sehingga pematangan fungsi intelektual dan emosi tidak efektif.
2. Faktor sosial budaya
Berbagai faktor di masyarakat yang membuat seseorang merasa
disingkirkan atau kesepian, selanjutnya tidak dapat diatasi sehingga
timbul akibat berat seperti delusi dan halusinasi.
3. Faktor psikologis
Hubungan interpersonal yang tidak harmonis, serta peran ganda atau
peran yang bertentangan dapat menimbulkan ansietas berat terakhir
dengan pengingkaran terhadap kenyataan, sehingga terjadi halusinasi.
4. Faktor biologis
Struktur otak yang abnormal ditemukan pada pasien gangguan
orientasi realitas, serta dapat ditemukan atropik otak, pembesaran
ventikal, perubahan besar, serta bentuk sel kortikal dan limbik.
5. Faktor genetik
Gangguan orientasi realitas termasuk halusinasi umumnya ditemukan
pada pasien skizofrenia. Skizofrenia ditemukan cukup tinggi pada
keluarga yang salah satu anggiota keluarganya mengalami skizofrenia,
serta akan lebih tinggi jika kedua orang tua skizofrenia.
6. Faktor biokimia berbagai penelitian tentang dopamin, norepinetrin,
indolamin, serta zat halusigenik diduga berkaitan dengan gangguan
orientasi realitas termasuk halusinasi.
7. Perilaku- perilaku yang perlu dikaji pada pasien dengan gangguan
orientasi realitas berkaitan dengan perubahan proses pikir, afektif
persepsi, motorik, dan sosial.
e. Faktor presipitasi
Menurut Yosep (2014), faktor presipitasi terjadinya gangguan halusinasi
adalah:
1. Biologis
Gangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak, yang mengatur
proses informasi serta abnormalitas pada mekanisme pintu masuk
dalam otak yang mengakibatkan ketidakmampuan untuk secara selektif
menanggapi stimulus yang diterima oleh otak untuk diinterpretasikan.
2. Stress lingkungan
Ambang toleransi terhadap stress yang berinteraksi terhadap stressor
lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan perilaku.
3. Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam menanggapi
stressor.
f. Tanda dan Gejala
Berikut tanda dan gejala halusinasi (data subyektif dan obyektif) dilihat
dari masing- masing jenis halusinasi (Videback, 2006 dalam Yosep 2014),
meliputi sebagai berikut :
Data Masalah
Data Mayor Gangguan persepsi sensori :
Data subyektif : Halusinasi
- Klien mengatakan mendengar
suara bisikan seseorang.
Data obyektif :
- Klien tertawa sendiri.
- Klien berbicara sendiri
- Marah tanpa sebab
Data Minor
Data subjektif :
- Menyatakan kesal
- Menyatakan senag dengan suara-
suara
Data obyektif
- Menyendiri
- Melamun
C. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan persepsi sensori : Halusinasi
D. Rencana Tindakan Keperawatan
F. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah tahap dimana proses keperawatan menyangkut
pengumpulan data obyektif dan subjektif yang dapat menunjukan masalah
apa yang terselesaikan, apa yang perlu dikaji dan direncanakan,
dilaksanakan dan dinilai apakah tujuan keperawatan telah tercapai atau
belum, sebagian tercapai atau timbul masalah baru.
a. Evaluasi kemampuan pasien mengatasi halusinasi berhasil apabila pasien
dapat :
1) Mengidentifikasi halusinasi : isi, frekuensi, waktu terjadinya, siatuasi
pencetus, perasaan saat terjadi halusinasi
2) Mengontrol halusinasi dengan cara menghardir
3) Mengontrol halusinasi dengan cara berbicara atau bercakap-cakap
dengan orang lain saat halusinasi muncul
4) Mengontrol halusinasi dengan cara melakukan aktivitas
5) Terapi psikofarmaka.
b. Evaluasi kemampuan keluarga (pelaku rawat) halusinasi berhasil apabila
keluarga dapat :
1) Mengenal masalah yang dirasakan dalam merawat pasien : pengertian,
jenis, tanda gejala dan cara merawat pasien halusinasi.
2) Mengetahui sumber-sumber pelayanan kesehatan yang bisa dijangkau.
DAFTAR PUSTAKA
Amin huda nurarif, & Hardhi kusuma, (2015). aplikasi asuhan keperawatan
berdasarkan diagnosa medis dan nanda nic noc (jilid 2). penerbit
mediaction jogja.
Damaiyanti, Mukhripah, dkk. 2012 Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung: PT
Refika Aditama.
Hafizuddin. (2016). Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Tn. A Dengan Masalah.
Osf.Io, 1–37. https://osf.io/preprints/9xn25/