Anda di halaman 1dari 27

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA Tn.

A DENGAN DIAGNOSA
HALUSINASI MINGGU KEDUA DI BALEE ASOKA
RUMAH SAKIT JIWA ACEH

Disusun Oleh :

Puji Indah Lestari


NIM: P1337420921214

Dosen pembimbing:
Ns. Hasniah., S.Kep.,M.Kep.,Sp.J

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
JURUSAN KEPERAWATAN SEMARANG
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
SEMARANG
2022
LAPORAN PENDAHULUAN
HALUSINASI

A. HALUSINASI
1. Pengertian
Halusinasi adalah suatu keadaan hilangnya kemampuan individu dalam
membedakan antara rangsangan internal (pikiran) dan rangsangan ekternal
(dunia luas). Klien memberi persepsi atau pendapat tentang lingkungan
tanpa objek atau rangsangan yang nyata. Sebagai contoh klien
mendengarkan suara-suara tetapi pada kenyataannya tidak ada orang yang
berbicara (Abdul Muhith, 2015).

2. Jenis-Jenis Halusinasi
Menurut Trimeilia (2011) jenis-jenis halusinasi adalah sebagai berikut:
a. Halusinasi pendengaran (Auditory)
Mendengar suara yang membicarakan, mengejek, mentertawakan,
mengancam, memerintahkan untuk melakukan sesuatu (kadang-kadang
hal yang berbahaya). Perilaku yang muncul adalah mengarahkan telinga
pada sumber suara, bicara atau tertawa sendiri, marah-marah tanpa
sebab, menutup telinga, mulut komat-kamit, dan ada gerakan tangan

Data objektif: Data subjektif:


- Bicara atau tertawa sendiri - Mendengarkan suara atau
- Marah-marah tanpa sebab kegaduhan
- Menyedengkan telinga kearah - Mendengar suara yang
tertentu mengajak bercakap-cakap
- Menutup telinga - Mendengarkan suara
menyuruh melakukan
sesuatau yang berbahaya

b. Halusinasi penglihatan (Visual)


Stimulus penglihatan dalam bentuk pancaran cahaya, gambar, orang
atau panorama yang luas dan kompleks, bisa yang menyenangkan atau
menakutkan. Perilaku yang muncul adalah tatapan mata pada tempat
tertentu, menunjuk ke arah tertentu, ketakutan pada objek yang dilihat.

Data Objektif Data Subjektif


- Menunjuk – nujuk kearah - Melihat bayangan, sinat,
tertentu bentuk geometris, bentuk
- Ketakutan pada sesuatu yang kartoon, melihat hantu atau
tidak jelas moster

c. Halusinasi penciuman (olfactory)


Tercium bau busuk, amis, dan bau yang menjijikan, seperti bau darah,
urine atau feses atau bau harum seperti parfum. Perilaku yang muncul
adalah ekspresi wajah seperti mencium dengan gerakan cuping hidung,
mengarahkan hidung pada tempat tertentu, menutup hidung.

Data Objektif Data Subjektif


- Mengisap-isap seperti sedang - Membaui bau-bau seperti bau
membaui bau-bau tertentu darah, urin, feses, kadang-
- Menutup hidung kadang bau itu menyenangkan

d. Halusinasi pengecapan (Gustatory)


Merasa mengecap sesuatu yang busuk, amis dan menjijikan, seperti
rasa darah, urine atau feses. Perilaku yang muncul adalah seperti
mengecap, mulut seperti gerakan mengunyah sesuatu, sering meludah,
muntah.

Data Objektif Data Subjektif


- Sering meludah - Merasakan seperti darah, urin
- Muntah dan feses

e. Halusinasi perabaan (Taktil)


Mengalami rasa sakit atau tidak enak tanpa stimulus yang terlihat,
seperti merasakan sensasi listrik dari tanah, benda mati atau orang.
Merasakan ada yang menggerayangi tubuh seperti tangan, binatang kecil
dan makhluk halus. Perilaku yang muncul adalah mengusap, menggaruk-
garuk atau meraba-raba permukaan kulit, terlihat menggerakkan badan
seperti merasakan sesuatu rabaan.

Data objektif Data Subjektif


- Menggaruk-garuk - Mengatakan ada serangga di
permukaan kulit permukaan kulit
- Merasa seperti tersengat listrik

3. Tanda dan Gejala


Tanda dan gejala halusinasi di nilai dari observasi terhadap pasien
serta ungkapan pasien. Adapun tanda dan gejala pasien halusinasi adalah
sebagai berikut:

Data Subjektif Data Objektif


1. Mendengar suara-suara atau 1. Bicara atau tertawa sendiri.
kegaduhan. 2. Marah-marah tanpa sebab
2. Mendengar suara yang 3. Mengarahkan telinga ke arah
mengajak bercakap-cakap. tertentu
3. Mendengar suara menyuruh 4. Menutup telinga
melakukan sesuatu yang 5. Menunjuk-nunjuk ke arah
berbahaya. tertentu
4. Melihat bayangan, sinar, bentuk 6. Ketakutan pada sesuatu yang
geometris, bentuk kartun, tidak jelas.
melihat hantu atau monster. 7. Mencium sesuatu seperti
5. Mencium bau-bauan seperti bau sedang membaui bau-bauan
darah, urin, feses, kadang- tertentu.
kadang bau itu menyenangkan. 8. Menutup hidung.
6. Merasakan rasa seperti darah, 9. Sering meludah.
urin atau feses. 10. Muntah
7. Merasa takut atau senang 11.Menggaruk-garuk permukaan
dengan halusinasinya kulit
4. Rentang respon

Respon Adaptif Respon Maladaptif

- Pikiran logis - Pikiran terkadang - Kelainan pikiran


- Persepsi Akurat menyimpang - Halusinasi
- Emosi Konsisten - Ilusi - tidak mampu
- Perilaku sosial - Emosional berlebihan/ mengatur emosi
- Hubungan sosial dengan pengalaman - Ketidakteraturan
kurang - Isolasi sosial
- Perilaku ganjil
- Menarik diri

Dalami, Ermawati. Dkk. 2014

a. Respon Adaptif
Respon adaptif adalah respon yang yang dapat diterima oleh
normanorma sosial budaya yang berlaku. Dengan kata lain individu
tersebut dalam batas normal jika menghadapi suatu masalah akan
dapat memecahkan masalah tersebut.
- Pikiran logis adalah pandangan yang mengarah pada
kenyataan.
- Persepsi akurat adalah pandangan yang tepat pada kenyataan.
- Emosi konsisten dengan pengalaman yaitu perasaan yang
timbul dari pengalaman ahli.
- Perilaku sosial adalah sikap dan tingkah laku yang masih dalam
batas kewajaran.
- Hubungan sosial adalah proses suatu interaksi denagn orang
lain dan lingkungan.

b. Respon Psikosial
- Proses pikir terganggu adalah proses pikir yang menimbulkan
gangguan
- Ilusi adalah miss interpretasi atau penilaian yang salah tentang
penerapan yang benar-benar terjadi (objek nyata) karena
rangsangan panca indera
- Emosi berlebihan atau berkurang
- Perilaku tidak biasa adalah sikap dan tingkah laku yang
melebihi batas kewajaran
- Menarik diri yaitu percobaan untuk menghindar interaksi
dengan orang lain
c. Respon Maladaptif
Respon maladaptif adalah respon individu dalam menyelesaikan
masalah yang menyimpang dari norma-norma sosial budaya dan
lingkungan, adapun respon maladaptif ini meliputi :
- Kelainan pikiran adalah keyakinan yang secara kokoh
dipertahankan walaupun tidak diyakini oleh orang lain dan
bertentangan dengan kenyataan sosial.
- Halusinasi merupakan persepsi sensori yang salah atau
persepsi eksternal yang tidak realita atau tidak ada.
- Kerusakan proses emosi adalah perubahan sesuatu yang
timbul dari hati.
- Perilaku tidak terorganisir merupakan suatu perilaku yang tidak
teratur.
- Isolasi sosial adalah kondisi sendirian yang dialami oleh
individu dan diterima sebagai ketentuan oleh orang lain dan
sebagai suatu kecelakaan yang negatif mengancam.

5. Pohon Diagnosa
Resiko Tinggi Perilaku Kekerasan Effect

Gangguan Sensori Persepsi : Halusinasi Care Problem

Isolasi Sosial Cause

Harga Diri Rendah Kronis


6. Faktor Predisposisi
Menurut Yosep (2010) faktor predisposisi klien dengan halusinasi:
a. Faktor perkembangan
Tugas perkembangan klien terganggu misalnya rendahnya kontrol dan
kehangatan keluarga menyebabkan klien tidak mampu mandiri sejak
kecil, mudah frustasi, hilang percaya diri dan lebih rentah terhadap
stress.
b. Faktor sosiokultural
Seseorang yang merasa tidak diterima dilingkungannya sejak bayi
akan merasa disingkirkan, kesepian, dan tidak percaya pada
lingkungannya.
c. Faktor biologis
Mempunyai pengaruh terhadap terjadinya gangguan jiwa. Adanya
stres yang berlebihan dialami seseorang maka di dalam tubuh akan
dihasilkan suatu zat yang dapat bersifat halusinogenik neurokimia.
Akibat stres berkepanjangan jangan menyebabkan teraktivitasnya
neurotransmitter otak.
d. Faktor psikologis
Tipe kepribadian lemah dan tidak bertanggung jawab mudah
terjerumus pada penyalahgunaan zat adiktif. Hal ini berpengaruh pada
ketidakmampuan klien dalam mengambil keputusan yang tepat demi
masa depannya. Klien lebih memilih kesenangan sesaat dan lari dari
alam nyata menuju alam hayal.
e. Faktor genetic dan pola asuh
Penelitian menunjukkan bahwa anak sehat yang diasuh oleh orang
tua skizofrenia cenderung mengalami skizofrenia. Hasil studi
menunjukan hubungan yang sangat berpengaruh pada penyakit ini.

7. Faktor Presipitasi
Stressor presipitasi pasien gangguan persepsi sensori halusinasi
ditemukan adanya riwayat penyakit infeksi, penyakit kronis atau kelainan
struktur otak, adanya riwayat kekerasan dalam keluarga, atau adanya
kegagalan-kegagalan dalam hidup, kemiskinan, adanya aturan atau tuntutan
dikeluarga atau masyarakat yang sering tidak sesuai dengan pasien serta
konflik antar masyarakat.

8. Masalah keperawatan yang mungkin muncul


1) Resiko tinggi perilaku kekerasan
2) Gangguan sensori persepsi : Halusinasi
3) Isolasi sosial
4) Harga diri rendah kronis

B. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Fokus pengkajian pada kasus halusinasi : persepsi halusinasi, isi halusinasi,
waktu terjadinya, frekuensi halusinasi, respon pasien. Menurut Stuart (2009)
bahwa faktor-faktor terjadinya halusinasi meliputi:
1. Faktor predisposisi Faktor predisposisi atau faktor yang mendukung
terjadinya halusinasi menurut Stuart (2013) adalah :
a. Faktor biologis Pada keluarga yang melibatkan anak kembar dan
anak yang diadopsi menunjukkan peran genetik pada
schizophrenia.Kembar identik yang dibesarkan secara terpisah
mempunyai angka kejadian schizophrenia lebih tinggi dari pada
saudara sekandung yang dibesarkan secara terpisah.
b. Faktor psikologis Hubungan interpersonal yang tidak harmonis akan
mengakibatkan stress dan kecemasan yang berakhir dengan
gangguan orientasi realita. c. Faktor sosial budaya Stress yang
menumpuk awitan schizophrenia dan gangguan psikotik lain, tetapi
tidak diyakini sebagai penyebab utama gangguan.
2. Faktor presipitasi Faktor presipitasi atau faktor pencetus halusinasi
menurut Stuart (2009) adalah:
a. Biologis
Stressor biologis yang berhubungan dengan respon neurobiologis
maladaptif adalah gangguan dalam komunikasi dan putaran umpan
balik otak dan abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam otak,
yang mengakibatkan ketidakmampuan untuk secara selektif
menanggapi stimulus.
b. Lingkungan
Ambang toleransi terhadap stres yang ditentukan secara biologis
berinteraksi dengan stresor lingkungan untuk menentukan terjadinya
gangguan prilaku.
c. Stres sosial / budaya Stres dan kecemasan
Meningkat apabila terjadi penurunan stabilitas keluarga, terpisahnya
dengan orang terpenting atau disingkirkan dari kelompok.
d. Faktor psikologik
Intensitas kecemasan yang ekstrem dan memanjang disertai
terbatasnya kemampuan mengatasi masalah dapat menimbulkan
perkembangan gangguan sensori persepsi halusinasi.
e. Mekanisme koping
Menurut Stuart (2013) perilaku yang mewakili upaya untuk melindungi
pasien dari pengalaman yang menakutkan berhubungan dengan
respons neurobiologis maladaptif meliputi : regresi, berhunbungan
dengan masalah proses informasi dan upaya untuk mengatasi
ansietas, yang menyisakan sedikit energi untuk aktivitas sehari-hari.
Proyeksi, sebagai upaya untuk menejlaskan kerancuan persepsi dan
menarik diri.
f. Sumber koping
Menurut Stuart (2013) sumber koping individual harus dikaji dengan
pemahaman tentang pengaruh gangguan otak pada perilaku. Orang
tua harus secara aktif mendidik anak–anak dan dewasa muda tentang
keterampilan koping karena mereka biasanya tidak hanya belajar dari
pengamatan. Disumber keluarga dapat pengetahuan tentang penyakit,
finensial yang cukup, faktor ketersediaan waktu dan tenaga serta
kemampuan untuk memberikan dukungan secara berkesinambungan.
g. Perilaku halusinasi
Menurut Towsend (2016), batasan karakteristik halusinasi yaitu bicara
teratawa sendiri, bersikap seperti mendengar sesuatu, berhenti bicara
ditengah – tengah kalimat untuk mendengar sesuatu, disorientasi,
pembicaraan kacau dan merusak diri sendiri, orang lain serta
lingkungan.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Resiko Perilaku Kekerasan
2. Perubahan Persepsi Sensori
3. Isolasi Sosial

C. Strategi Pelaksanaan
PASIEN
SP 1
1. Mengidentifikasi jenis halusinasi pasien
2. Mengidentifikasi isi halusinasi pasien
3. Mengidentifikasi waktu halusinasi pasien
4. Mengidentifikasi frekuensi halusinasi pasien
5. Mengidentifikasi situasi yang menimbulkan halusinasi
6. Mengidentifikasi respon pasien terhadap halusinasi
7. Melatih pasien menghardik halusinasi
8. Menganjurkan pasien memasukkan cara menghardik halusinasi dalam
jadwal kegiatan harian.
SP 2
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien (evaluasi kemampuan
menghardik)
2. Melatih pasien mengendalikan halusinasi dengan minum obat
3. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian
SP 3
1. Mengevaluasi kegiatan harian pasien (evaluasi kemampuan menghardik
dan minum obat)
2. Melatih pasien mengendalikan halusinasi dengan bercakap-cakap
3. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian.
SP 4
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien (evaluasi kemampuan
menghardik, minum obat, bercakap-cakap)
2. Melatih pasien mengontrol halusinasi dengan melakukan kegiatan harian
3. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian
KELUARGA
SP 1
1. Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat pasien
2. Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala halusinasi, jenis halusinasi
yang dialami pasien beserta proses terjadinya
3. Menjelaskan cara-cara merawat pasien halusina
SP 2
1. Melatih keluarga mempraktekkan cara merawat pasien dengan halusinasi
2. Melatih keluarga melakukan cara merawat langsung kepada pasien
halusinasi
SP 3
Menjelaskan tentang pemanfaatan lingkungan yang mendukung
perawatan pasien halusinasi
SP 4
1. Membantu keluarga membuat jadwal aktivitas di rumah termasuk minum
obat (discharge planning)
2. Menjelaskan follow up pasien setelah pulang

DAFTAR PUSTAKA
ANALISA DATA

Data focus Masalah keperawatan


Data Subjektif: Halusinasi Pendengaran
- Klien mengatakan mendengar
bisikan-bisikan untuk marah kepada
orang lain.
- Klien mengatakan bisikan kadang-
kadang muncul
- Klien mengatakan merasa gelisah
dan ingin marah terhadap suara
tersebut

Data Objektif:
- Kesadaran klien composmentis
- Klien sering diam
- Klien susah tidur malam
- Klien gelisah
- Wajah terlihat datar

PRIORITAS MASALAH KEPERAWATAN


Halusinasi “Pendengaran”
INTERVENSI KEPERAWATAN

Diagnosa Tujuan Kriteria Hasil Intervensi


Halusinasi Pasien Setelah Lakukan SP 1 pasien
Pendengara mampu dilakukan halusinasi
n Mengontrol pertemuan 1-5x a. Mengidentifikasi jenis
halusinasi klien mampu halusinasi pasien
sesuai mengontrol b. Mengidentifikasi isi
dengan perilaku halusinasi pasien
strategi kekerasan c. Mengidentifikasi waktu
pelaksanaan dengan cara: halusinasi pasien
tindakan 1. Mengontrol d. Mengidentifikasi frekuensi
keperawatan halusinasi halusinasi pasien
dengan e. Mengidentifikasi situasi yang
menghardik menimbulkan halusinasi
2. Minum obat f. Mengidentifikasi respon
teratur dengan pasien terhadap halusinasi
5 benar g. Melatih pasien menghardik
3. Melatih halusinasi
mengendalikan Menganjurkan pasien
halusinasi memasukkan cara menghardik
dengan halusinasi dalam jadwal
bercakap-cakap kegiatan harian.
4. Melatih pasien
mengontrol Lakukan SP 2 pasien
halusinasi halusinasi dengan minum
dengan obat teratur
melakukan 1. Mengevaluasi jadwal
kegiatan harian kegiatan harian pasien
( evaluasi kemampuan
menghardik)
2. Melatih pasien
mengendalikan halusinasi
dengan minum obat.
3. Menganjurkan pasien
memasukkan dalam jadwal
kegiatan harian

Lakukan SP 3 pasien
halusinasi dengan bercakap-
cakap
1. Mengevaluasi jadwal
kegiatan harian pasien
( evaluasi kemampuan
menghardik dan minum
obat)
2. Melatih pasien
mengendalikan halusinasi
dengan bercakap-cakap
3. Menganjurkan pasien
memasukkan dalam jadwal
kegiatan harian
Lakukan SP 4 pasien
halusinasi dengan
melakukan kegiatan harian
1. Mengevaluasi jadwal
kegiatan harian pasien
(evaluasi kemampuan
menghardik, minum obat,
bercakap-cakap).
2. Melatih pasien mengontrol
halusinasi dengan
melakukan kegiatan harian
3. Menganjurkan pasien
memasukkan dalam jadwal
kegiatan harian
IMPELEMNTASI DAN EVALUASI

Selasa , 28 juni 2022

IMPLEMENTASI EVALUASI
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan S:
harian pasien (menanyakan klien Klien mengatakan perasaan malam ini
tentang keterampilan sebelumnya/ tenang
Latihan fisik dan fisik 2, cara obat, Klien mengatakan sudah dapat
cara verbal, serta spritual) mengendalikan emosi dan amarah
2. Mengevaluasi kembali yang sudah Klien mengatakan sudah menerapkan
diajarkan kemarin teknik spiritual pada saat marah
3. Memberi pujian atas kemampuan
klien O:
4. Mengevaluasi kembali jadwal - Emosi stabil
kegiatan harian - Klien kooperatif pada saat
5. Melakukan pengkajian untuk wawancara
mendapatkan masalah keperawatan - Klien mampu menjawab 4 SP yang
yang baru sudah diajarkan
- Aktivitas mandiri
- Tidak ada gejala marah
- Komunikasi terarah
- Kontak mata ada

A: Resiko Perilaku Kekerasan SP 1,


SP 2, SP 3, SP 4 tercapai

P:
- Bina hubungan saling percaya
- Evaluasi semua kegiatan yang
sudah dilakukan
Rabu , 29 juni 2022

IMPLEMENTASI EVALUASI
1. Mengidentifikasi jenis halusinasi S:
pasien Klien mengatakan sudah tidak
2. Mengidentifikasi isi halusinasi mendengarkan bisikan pada hari ini
pasien Klien megatakan suara bisikan itu
3. Mengidentifikasi waktu halusinasi datang apabila ia melamun
pasien Klien mengatakan biasanya jika
4. Mengidentifikasi frekuensi mendengarkan bisikan klien akan
halusinasi pasien langsung menghardik
5. Mengidentifikasi situasi yang
menimbulkan halusinasi O:
6. Mengidentifikasi respon pasien - Terdapat kontak mata
terhadap halusinasi - Pasien kooperatif
7. Melatih pasien menghardik - Klien dapat mempraktekkan cara
halusinasi menghardik dengan benar
8. Menganjurkan pasien memasukkan - Klien sudah memasukkan kedalam
cara menghardik halusinasi dalam jadwal kegiatan harian
jadwal kegiatan harian. - Klien mampu mengendalikan
9. Memasukkan kedalam jadwal emosinya
kegiatan harian pasien
A: Halusinasi SP 1, tercapai

P:
- Evaluasi SP 1 kembali
- Mengajarkan SP 2 halusinasi pada
hari rabu pertemuan ke- 9
- Bina hubungan saling percaya
Kamis , 30 juni 2022

IMPLEMENTASI EVALUASI
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan S:
harian pasien Klien mengatakan mulai dari kemrin
2. Mengevaluasi kemampuan sudah tidak mendengarkan suara
menghardik bisikan lagi.
3. Melatih pasien mengendalikan Pasien mengatakan ia sudah berlatih
halusinasi dengan rutin minum obat menghardik kemarin setelah latihan
4. Mengevaluasi kembali jadwal Tarik nafas dalam
kegiatan harian Klien mengatakan minum obat sesuai
dengan yang diberikan oleh perawat

O:
- Emosi stabil
- Klien kooperatif pada saat
wawancara
- Pasien tidak berbicara sendiri
- Komunikasi terarah
- Kontak mata ada
- Pasien dapat menyebutkan kegiatan
yang sekarang dilakukan
- Pasien tau warna obat yang
diminum, jadwal dan jumlah

A: Halusina SP 2 tercapai

P:
- Bina hubungan saling percaya
- Mengevaluasi Kembali SP 1 dan
SP 2
- Ajarkan SP 3 tentang bercakap-
cakap
Jumat , 1 Juli 2022

IMPLEMENTASI EVALUASI
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan S:
harian pasien ( menghardik dan Klien mengatakan belum ada
minum obat ) mendengar suara bisikan Kembali
2. Memberi pujian atas kemampuan Klien mengatakan telah berlatih
klien menghardik
3. Melatih pasien mengendalikan Klien mengatakan suka bercakap-
halusinasi dengan bercakap-cakap cakap dengan temannya
dengan teman)
4. Menganjurkan untuk memasukkan O:
dalam jadwal kegiatan harian - Terdapat kontak mata
- Pasien kooperatif
- Pasien melakukan cara menghardik
untuk mengontrol halusinasi
- Pasien mampu bercakap-cakap
dengan teman
- Klien minum obat pagi sam malam
sebelum tidur
- Klien memasukkan kedalam jadwal
kegiatan harian

A: Halusinasi SP 3 tercapai

P:
- Bina hubungan saling percaya
- Evaluasi SP 1, SP 2, dan SP 3
- Ajarkan SP 4 pada pertemuan ke -
10
- Evaluasi jadwal kegiatan harian
pasien
Sabtu, 2 Juli 2022

IMPLEMENTASI EVALUASI
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan S: Klien mengatakan belum
harian pasien ( menghardik, minum mendengarkan suara bisikan Kembali
obat, bercakap-cakap) Klien mengatakan ia sudah berlatih
2. Melatih klien mengontrol halusinasi kembari
dengan melakukan kegiatan harian
3. Memberi pujian atas kemampuan O:
klien - Klien tampak banyak diam
pertemuan kali ini
- Klien mengatakan minum obat
teratur
- Klien mampu istigfar
- Klien mengerti tujuan dari Latihan
yang di ajarkan

A: SP 4 tercapai

P:
- Bina hubungan saling percaya
- Evaluasi SP 1- SP 4 resiko perilaku
kekerasan
- Evaluasi SP 1 – SP 4 Halusinasi
- Evaluasi jadwal kegiatan hasien
pasien
Strategi Pelaksanaan Halusinasi
STRATEGI PELAKSANAAN

Tindakan keperawatan untuk pasien


Tujuan Tindakan Keperawatan Untuk Pasien Meliputi:
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya
2. Klien dapat mengidentifikasi jenis halusinasi
3. Klien dapat mengidentifikasi isi halusinasi
4. Klien dapat mengidentifikasi waktu halusinasi
5. Klien dapat mengidentifikasi frekuensi halusinasi
6. Klien dapat mengidentifikasi situasi halusinasi
7. Klien dapat mengidentifikasi respon halusinasi
8. Klien dapat menghardik halusinasi
9. Klien dapat minum obat secara teratur
10. Klien dapat bercakap-cakap
11. Klien dapat melakukan kegiatan harian
12. Klien dapat memasukkan Latihan ke dalam jadwal kegiatan harian

SP 1 Pasien : Membantu klien Mengidentifikasi, isi, waktu, frekuensi, situasi


yang menimbulkan halusinasi. Mengidentifikasi respon pasien terhadap
halusinasi dan melatih pasien menghardik halusinasi

1. Fase orientasi
a) Salam teraupetik
“ selamat pagi pak, assalmualaikum nama saya puji Indah Lestari, senang
di panggil puji. Saya mahasiswa poltekkes semarang yang sedang praktik
diruangan ini selama 2 minggu. Kalau bole saya tau nama bapak siapa?
Senang dipanggil apa? Bagaimana perasaan bapak hari ini? Bagaimana
tidurnya tdi malam?
b) Kontrak
Topik: “pak A, bagaimana jika kita mengobrol tentang perasaan yang
bapak rasakan? Mengobrol tentang suara dan sesuatu yang selama ini
bapak dengar tetapi tidak tampak wujudnya?”
Tujuan: “setelah bapak bercerita, nanti saya bantu bapak untuk
menghilangkan suara tersebut”
Waktu: “ berapa lama kira-kira kita bisa ngobrol? Bapak maunya berapa
menit? Bagaimana jika 15 menit? Bisa pak?
Tempat : “ untuk tempatnya dimana bapak mau kita mengobrol?
Bagaimana kalau di meja makan saja pak?

2. Fase kerja
“ apakah bapak mendengarkan suara tanpa ada wujudnya? Apa yang
dikatakan suara tersebut? Apakahh bapak melihat sesuatu atau orang atau
bayangan? Apakah bapak mendengarkan suara tersebut secara terus-
menerus? Berapa kali dalam sehari bapak mengalaminya? Biasanya pada
keadaan seperti apa suara tersebut bapak dengar? Apa yang bapak rasakan
setelah mendegarkan suara bisikan tersebut? Apa yang biasanya bapak
lakukan setelah mendengarkan suara tersebut? Apakah dengan cara tersebut
suara itu menghilang? Bagaimana kalau sekarang saya ajarkan bapak cara
untuk mencegah agar suara tersebut tidak muncul?” “nah pak, ada empat
cara untuk mencegah suara-suara itu. Hari ini kita akan belajar satu cara dulu
ya pak yaitu dengan menghardik”
“saat suara-suara itu muncul, bapak tutup telinga dengan kedua tangan
bapak kemudian bapak bilang “pergi-pergi saya tidak mau dengar. Suara
kamu palsu kamu tidak nyata” begitu berulang-ulang sampai suara itu tidak
terdengar lagi. Coba bapak peragakan……..! nah begitu pak bagus sekali…..!
coba lagi! Bagus ibu sudah bisa.”
3. Fase terminasi
a. Evaluasi subjektif
“Bagaimana perasaan bapak A setelah kita mengobrol tadi? Apakah
bapak merasa senang dengan Latihan tadi”
b. Evaluasi objektif
Melihat apakah bapak A dapat memperagakan cara menghardik tadi yang
sudah dilatih
c. Rencana tindak lanjut
“kalau bapak mendengarkan suara-suara tersebut lagi langsung bapak
praktekan yang Sudha kita latih tadi! Bagaimana kalau kita tambah
kejadwal kegiatan harian bapak? Nanti dilakukan ya
d. Kontrak yang akan datang
Topik : “nah pak bagaimana kalau besok kita bertemu kagi untuk berlatih
cara yang ke dua”
Waktu : “kira-kira waktunya bapak mau kapan? Bagaimana kalau selesai
senam pagi ya “
Tempat : “untuk tempatnya bapak mau dimana? Baiklah. Sampai jumpa
besok pak A!

SP 2 Pasien : membantu klien mengendalikan halusinasi dengan obat (prinsip


6 benar ( benar pasien, benar nama obat, benar cara minum obat, benar
waktu, benar dosis obat, Benar informasi disertai penjelasan guna minum
obat dan akibat berhenti minum obat, susun jadwal minum obat secara
teratur)

1. Fase orientasi
a) Salam teraupetik
”selamat pagi pak? Bagaimana apa bapak masih ingat saya? betul, nama
saya puji. Bapak sudah mandi? Bagaimana tidur tadi malam pak?
Bagaimana perasaan bapak hari ini?
b) Evaluasi/validasi
“bapak masih ingat apa yang udah kita pelajari kemarin? Iya, cara
menghardik. Apakah bapak masih ingat bagaimana caranya? Coba bapak
peragakan? Wah bagus sekali bapak masih mengingatnya.
c) Topik
“nah pak sesuai dengan janji kita kemarin, hari ini kita akan berlatih cara
yang kedua yaitu berbincang tentang obat”
d) Waktu
“berapa lama bapak mau kita berbicang-bicang? Bagaimana jika 15
menit? Baik
e) Tempat
“dimana tempat menurut bapak yang cocok untuk kita berbincang-
bincang? Disini aja pak? Baik!”

2. Fase kerja
“Bapak sudah dapat obat dari dokter?” “Berapa macam obat yang bapak
minum? warnanya apa saja? wah hebat sekali, nah obat yang berwarna
kuning namannya clozapine , warna putih kecil namannya haloperidol, putih
Panjang namannya vitamin B , dan yang warna biru namannya stelosi. Nah
sekarang coba bapak ulangi nama obatnya. Bagus! Jam berapa bapak
minum? Nah, jadi ada berapa kali minum obatnya? pak nanti kalau dapat obat
di minum terus ya jangan sampai lupa. sekarang puji mau tanya apa bapak
tau 6 benar obat? Coba bapak sebutkan. wahh bagus sekali, nah pak obatnya
harus diminum ya, nanti kalau sudah pulang juga tetap diminum ya.”

3. Fase terminasi
a. Evaluasi Subjektif
“Bagaimana perasaan Pak A setelah kita bercakap-cakap tentang obat?”
b. Evaluasi Objektif
“Pak A sudah berapa cara yang kita latih untuk mencegah halusinasi
muncul? Coba sebutkan! Bagus! (Jika jawaban benar)
c. Rencana Tindak Lanjut
“Mari kita masukkan jadwal minum obatnya pada jadwal kegiatan bapak A.
Jangan lupa pada waktunya minta obat pada perawat atau pada keluarga
kalau dirumah.
d. Kontrak yang Akan Datang
Topik : “Nah pak A besok kita ketemu lagi untuk belajar 2 cara lagi untuk
mencegah halusinasi dengan bercakap-cakap”
Waktu : “Mau jam berapa? Bagaimana kalau jam 10.00 besok?”
Tempat : “Dimana bapak A mau mengobrol bagai mana kalau dikursi
depan? Baiklah, sampai jumpa!”
SP 3 Pasien: Membantu klien melatih mengendalikan halusinasi dengan
bercakap-cakap serta menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal
kegiatan harian.

1. Fase orientasi
a) Salam teraupetik
“selamat pagi pak? Bagaimana kabar bapak harini? Masih ingat dengan
saya? iya benar sekali pak? Gimana tadi selesai senam pagi? Lebih segar
ya pak?
b) Evaluasi/validasi
“bagaimana perasaan bapak hari ini? Apakah bapak masih mendengarkan
suara-suara tersebut? Apakah bapak masih ingat cara-cara yang sudah
kita belajar kemarin? Coba bapak sebutkan? Wah bagus sekali pak?
c) Kontrak topik
“sesuai dengan janji kita kemarin, nah hari ini kita akan melatih cara
mengontrol suara yang ke 3 yaitu berbercakap-cakap dengan orang lain”
d) Waktu
“berapa lama kita akan berbincang-bincang? Bagaimana kalau 10 menit
saja, ibu setuju”
e) Tempat
“dimana mau bapak kita berbincang-bincang? Baik kita duduk di samping
koridor aja ya pak?

2. Fase kerja
“ nah, kalau bapak mendengarkan suara yang tidak ada wujudnya atau dapat
menganggu bapak serta membuat bapak marah ada 2 cara yang sudah kita
latih yaitu menghardik dan minum obat. Sekarang ad acara yang ke 3 yaitu
jika bapak langsung pergi ke perawat. Katakana pada perawat bahwa bapak
mendengarkan suara. Nanti perawat akan mengajak bapak mengobrol
sehingga suata itu hilang dengan sendirinya.
3. Fase terminasi
a. Evaluasi subjektif
“tidak teras akita sudah berbincang-bincang lama. Saya senang sekali
bapak mau berbincang-bincang dengan saya. bagaimana perasaan bapak
setelah kita berbincang-bincang?”
b. Evaluasi objektif
“jadi seperti bapak katakana tadi, cara yang bapak pilih untuk mengontrol
halusinasi yaitu menghardik ya pak”
c. Rencana tindak lanjut
“nanti kalau suara itu terdengar lagi, bapak langsung praktekkan cara
yang telah saya ajarkan tadi ya pak
d. Kontrak yang akan datang
Topik : “bagaimana kalau besok kita bertemu lagi untuk mengajarkan
bapak cara yang ke 4 untuk mengontrol halusinasi menyibukkan diri
dengan kegiatan harian yang bermanfaat
Waktu : “jam berapa bapak mau? Bagaimana kalau jam 10? Baik setuju
ya pak”
Tempat : ”besok kita berbincang-bincang disini atau ditempat lain? Terima
kasih atas waktunya. Salam”

SP 4 Pasien : Membantu pasien melatih mengontrol halusinasi dengan


melakukan kegiatan harian serta menganjurkan pasien memasukkan
dalam jadwal kegiatan harian

1. Fase orientasi
a) Salam teraupetik
“selamat pagi pak, bagaimana perasaan bapak hari ini? Apakah bapak
masih mendengarkan suara-suara tersebut? Bagaimana tidur tadi malam
pak?
b) Evaluasi/validasi
“bapak tampak segar hari ini. Bagaimana kegiatan yang sudah kita buat
apakah ada bapak latih setiap hari. Nah bagus sekali. Ini bapak latih agar
dapat mengontrol halusinasi ya pak
c) Kontrak topik
“seperti janji kita, bagaimana kalau kita sekarang membahas tentang
suara yang bapak dengarkan agar bisa dikendalikan dengan cara
melakukan aktivitas atau kegiatan harian bapak”
d) Waktu
“kita berbincang kurang dari 10 menit boleh? Bagaimana bapak setuju?”
e) Tempat
“dimana tempat menurut bapak yang cocok untuk kita mengobrol?
Bagaimana kalau di teras depan? Bapak setuju

2. Fase kerja
“nah pak, cara mengontol halusinasi yang sudah kita pelajari ada berapa? Ya
benar sekali ada 3. Untuk hari ini kita akan berbincang-bincang untuk cara
yang terakhir yaitu menyibukkan diri dengan berbagi kegiatan yang
bermanfaat . Jangan biarkan waktu luang untuk melamun ya pak. Jika bapak
mulai mendengarkan suara-suara tersebut segera menyibukkan diri dengan
kegiatan seperti membereskan tempat tidur, melipat baju atau kesibukkan
dengan kegiatan lain.

3. Fase terminasi
a) Evaluasi subjektif
“tidak teras akita sudah berbincang-bincang lama, saya senang sekali
bapak mau bertemu dengan saya beberapa hari ini. Bagaimana perasaan
bapak setelah berbincang-bicang ? alhamdulillah
b) Evaluasi objektif
“klien mampu mengulang kegiatan yang sudah diajarkan
c) Tindak lanjut
“ nanti jika bapak mendengarkan suara-suara bisikan tersebut bapak bisa
menghardik, minum obat, bercakap-cakap, serta melakukan kegiatan yang
bapak sukai”
d) Kontrak yang datang
Topik : mengevaluasi kegiatan yang sudah diajarkan
Waktu : jam berapa bapak mau? Bagaimana setelah kegiatan pagi kita
tertemu sekitar jam 09:00? baik
Tempat : “besok kita bertemu disini atau ditempat lain ya pak untuk
mengevaluasi hasil yang sudah kita latih dalam beberapa hari ini dengan
saya. terima kasih pak. salam

Anda mungkin juga menyukai