Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN PENDAHULUAN (LP) & STRATEGI PELAKSANAAN (SP)

“HALUSINASI”
DI RUANG BROTOJOYO RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO
SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH

Disusun Oleh :

Nama kelompok : 1. Aprilista indriani (20201542)


2. Aulia bi’ril ilma (20201543)
3. Ayu ainun alifah (20201544)
4. Choirunnisa’ (20201545)
Prodi : D3 Keperawatan

INSTITUT TEKNOLOGI KESEHATAN CENDEKIA UTAMA


KUDUS
Jl. Lingkar Raya Kudus-Pati Km.5 Jepang Mejobo Kudus
Telp. (0291)4248655
LAPORAN PENDAHULUAN
HALUSINASI

1. PENGERTIAN

Halusinasi adalah suatu keadaan dimana sesorang mengalami pe-rubahan pada


stimulus yang mendekat (diprakarsai secara internal dan ekstrenal) disertai dengan suatu
pengurangan berlebihan atau kelainan berespon terhadap stimulus (Fitria 2010).

Halusinasi adalah hilangnya kemampuan manusia dalam membedakan rangsangan


internal (pikiran) dan rangsangan eksternal (dunia luar). Klien memberi persepsi atau
pendapat tentang lingkungan tanpa ada objek atau rangsangan yang nyata (Kusumawati
dan Hartono, 2012).

Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan sensori persepsi yang dialami oleh
pasien gangguan jiwa. Pasien merasakan sensasi berupa suara, penglihatan, pengecapan,
perabaan, atau penghidungan tanpa stimulus yang nyata. (Keliet, 2011) dan (Zelika, 2015)

Halusinasi adalah kesan, respon dan pengalaman sensori yang salah.


2. ETIOLOGI
Faktor Predisposisi

1. Faktor Genetis

Telah diketahui bahwa secara genetis skizofrenia diturunkan melalui kromosom


tertentu. Diduga letak gen skizofrenia ada di kromosom nomor 6 dengan kontribusi
gen tambahan no. 4, 8, 15, dan 22 ( Buchanan dan Charpenter, 2000 ). Anak kembar
identik mungkin mengalami skizofrenia 50 %, jika saudara kembar mengalaminya.
2. Faktor Neurologi
Ditemukan pada klien skizofrenia terjadi penurunan volume dan fungsi otak yang
normal. Neurotransmiter juga ditemukan tak normal, khususnya dopamin, serotonin dan
glutamat.
3. Studi Neurotransmiter
Dopamin berlebihan, tidak seimbang dengan kadar serotonin.
4. Teori Visus
Paparan visus influensinya pada trimester ke-3 kehamilan dapat menjadi faktor
predisposisi.

5. Psikologis
Antara lain anak yang diperlakukan ibu yang pencemas, terlalu melindungi, dingin dan
tak berperasaan, ayah yang mengambil jarak dengan anaknya.

Faktor Presipitasi
Faktor-faktor pencetus respon neurobiologis :
1. Mekanisme penghantaran listrik di syaraf terganggu
2. Gejala-gejala pemicu seperti kondisi kesehatan, lingkungan, sikap dan perilaku

Mekanisme Koping
Mekanisme koping yang sering digunakan klien dengan halusinasi :
1. Regresi, menjadi malas beraktivitas sehari-hari
2. Proyeksi, mencoba menjelaskan gangguan persepsi dengan mengalihkan tanggung
jawab kepada orang lain atau sesuatu benda.
3. Menarik diri, sulit mencari orang lain dan asyik denga stimulus internal
4. Keluarga mengingkari masalah yang dialami oleh klien.

Perilaku
Halusinasi benar-benar riil dirasakan oleh klien yang mengalaminya, seperti mimpi
saat tidur.memfasiltasi pasien halusinasi, klien perlu dibuat nyaman ntuk menceritakan
perihal halusinasinya. Kita ( perawat ) perlu memvalidasi informasi tentang halusinasi
yang diperlukan :

1. Isi halusinasi yang dialami oleh klien. Dikaji dengan suara siapa yang didengar,
berkata apa bila halusinasi datang
2. Waktu dan frekuensi halusinasi
Dikaji dengan kapan halusinasi muncul, setiap apa ( pagi, siang, malam ), berapa
kali sehari, sebulan, setahun. Informasi ini penting untuk mengidentifikasi pencetus
halusinasi dan menentukan bilamana klien perlu diperhatikabn saat mengalami
halusinasi.

Situasi pencetus halusinasi


Mengkaji peristiwa apa yang dialami sebelum halusinasi muncul. Selain itu
perawat juga bisa mengobservasi apa yang dialami klien menjelang muncul halusinasi
untuk memvalidasi pernyataan klien.
Respon klien
Menetukan sejauh mana halusinasi telah memepengaruhi klien. Bisa dikaji dengan
menanyakan apa yang dilakukan oleh klien saat mengalami pengalaman halusinasi.
Apakah klien masih bisa mengontrol stimulus atau sudah tidak berdaya lagi terhadap
halusinasi.
6. TANDA DAN GEJALA
1. Bicara, senyum sendiri, dan tertawa sendiri
2. Menarik diri dan menghindari orang lain
3. Tidak dapat memusatkan perhatian
4. Curiga, bermusuhan, merusak
5. Ekspresi muka tegang, mudah tersinggun
7. RENTANG RESPON HALUSINASI
Halusinasi merupakan salah satu respon maladaptif individu yang berada dalam
rentang respon neurobiologist (Stuart dan Laraia, 2005). Ini merupakan respon persepsi
paling maladaptif. Jika individu yang sehat persepsinya akurat, mampu mengidentifikasi
dan menginterprestasikan stimulus berdasarkan informasi yang diterima melalui panca
indera (pendengaran, penglihatan, penghidu, pengecapan, dan perabaan), pasien dengan
halusinasi mem-persepsikan suatu stimulus panca indera walaupun sebenarnya stimulus
tersebut tidak ada.
Diantara kedua respon tersebut adalah respon individu yang karena sesuatu hal
mengalami  kelainan  persepsi yaitu salah mempersepsikan stimulus yang diterimanya
yang disebut sebagai ilusi. Pasien mengalami ilusi jika interpretasi yang dilakukannya
terhadap stimulus panca indera tidak akurat sesuai stimulus yang diterima.
Gambar 2.1 Rentang Respon Neurobiologi (Stuart dan Laraia, 2005)

Respon Adaptif                                           Respon Maladaptif

–  Pikiran kadang –       Kelainan pikiran


–       Pikiran logis menyimpang
–       Halusinasi
–       Persepsi akurat –       Ilusi
–       Tidak mampu emosi
–       Emosi konsisten –       Emosional berlebih
dengan pengalaman kurang –       Ketidakteraturan
–       Perilaku sosial
–       Perilaku ganjil –       Perilaku ganjil
–       Hubungan sosial
–       Menarik diri –       Isolasi Sosial

Keterangan gambar:

1. Respon adaptif adalah respon yang dapat diterima oleh norma-norma sosial budaya
yang berlaku, dengan kata lain individu tersebut dalam batas normal jika
menghadapi suatu masalah akan dapat memecahkan masalah tersebut meliputi:

a) Pikiran logis adalah pandangan yang mengarah pada kenyataan

b) Persepsi akurat adalah pandangan yang tepat pada kenyataan

c) Emosi konsisten dengan pengalaman ahli

d) Perilaku sosial adalah sikap dan tingkash laku yang masih dalam batas
kewajaran

e) Hubungan sosial adalah proses suatu interaksi dengan orang lain dan
lingkungan
2. Respon Psikososial

3. Proses pikir terganggu proses pikir yang menimbulkan gangguan

4. Ilusi adalah penilaian yang salah tentang yang benar-benar terjadi (objek nyata)
karena rangsangan panca indra

5. Emosi berlebihan atau kurang

6. Perilaku tidak biasa adalah sikap dan tingkah laku yang melebihi batas untuk
menghindari interaksi dengan orang lain.

7. Respon Maladaptif adalah respon indikasi dalam menyelesaikan masalah yang


menyimpang dari norma-norma sosial, budaya dan lingkungan, meliputi:

8. Kelainan pikiran adalah keyakinan yang secara kokoh dipertahankan walaupun


tidak diyakini oleh orang lain dan bertentangan dengan kenyataan sosial

9. Halusinasi merupakan persepsi sensori yang salah atau persepsi ekstrenal yang
tidak realita atau tidak ada

10. Kerusakan proses emosi adalah perubahan sesuatu yang timbul dari hati

11. Perilaku tak terorganisir merupakan perilaku yang tidak teratur

12. Isolasi sosial adalah kondisi kesendirian yang dialami oleh individu dan diterima
sebagai ketentuan oleh orang lain dan sebagai suatu kecelakaan yang negatif
mengancam.

Jenis-jenis halusinasi
Halusinasi terdiri dari beberapa jenis dengan masing-masing gejala yang ditunjukkan
dijabarkan dalam tabel berikut ini:

Tabel 2.1. Jenis Halusinasi serta ciri pada klien halusinasi

Jenis Halusinasi Data Objektif Data subjektif


Halusinasi Dengar –     Bicara atau tertawa –     Mendengar suara-
(klien mendengar suara/ bunyi sendiri suara atau kegaduhan
yang tidak ada hubungannya
–     Marah-marah tanpa –     Mendengar suara
sebab yang menagajak
dengan stimulus yang nyata/ bercakap-cakap
lingkungan) –     Mendekatkan telinga
kearah tertentu –     Mendengarkan suara
menyuruh melakukan
–     Menutup telinga sesuatu yang berbahaya.

Halusinasi Penglihatan –   Menujuk-nujuk kea rah

(klien melihat gambaran yang tertentu melihat bayangan, sinar


jelas/samar terhadap adanya bentuk geometris, kartun,
–   Ketakutan pada sesuatu
stimulus yang nyata dari melihat hantu, atau
yang tidak jelas
lingkungan dan orang lain monster.
tidak melihatnya  
Membau-bauan seperti
Halusinasi penciuman –     Mengendus-endus
bau darah, urine, feses,
(klien merasakan suatu bau seperti sedang membau-
dan terkadang bau-bau
yang muncul dari sumber bauan tertentu.
tersebut menyenangkan
tertentu tanpa stimulus nyata) –     Menutup hidung
bagi mereka.
Halusinasi pengecapan

(klien merasakan sesuatu yang


tidak nyata, biasanya –    Sering meludah Merasakan rasa seperti
merasakan rasa makanan yang –    Muntah darah, urine, atau feses
tidak enak)

 
Halusinasi Perabaan Mengaruk-garuk –    mengatakan ada
permukaan kulitnya serangga dipermukaan
(klien merasakan sesuatu pada
kulit.
kulitnya tanpa ada stimulus
–    Merasa seperti
yang nyata.
tersengat listrik
 

 
 Jenis Halusinasi Data Objektif Data subjektif
Halusinasi kinestetik
(klien merasa badannya
Memegang kakinya yang Mengatakan badannya
bergerak dalam suatu ruangan
dianggap bergerak sendiri melayang di udara
atau anggota badannya
bergerak)
Memegang badannya
Halusinasi visceral Mengatakan perutnya
yang dianggapnya
(perasaan tertentu timbul menjadi mengecil setelah
berubah bentuk dan tidak
dalam tubuhnya) minum soft drink
normal seperti biasanya.

Sumber : Stuart dan sundeen, 1998 dalam Fitria (2010)

FASE-FASE HALUSINASI

Halusinasi berkembang melalui empat fase (Kusumawati dan Hartono, 2012), yaitu:

1. Fase Comforting yaitu fase menyenangkan. Tahap ini masuk dalam golongan
nonpsikotik. Karakteristik: klien mengalami stress, cemas, perasaan perpisahan,
rasa bersalah, kesepian yang memuncak, dan tidak dapat diselesaikan. Klien mulai
memikiran hal-hal yang menyenangkan. Perilaku klien: tersenyum atau tertawa
yang tidak sesuai, mengerakkan bibir tanpa suara, pergerakan mata cepat, respon
verbal yang lambat jika sedang asyik dengan halusinasinya, dan suka menyendiri.
2. Fase Condemming atau ansietas berat yaitu halusinasi menjadi menjijikan.
Termasuk dalam psikotik ringan. Karakteristik: pengalaman sensori menjijikan dan
menakutkan, kecemasan meningkat, melamun, dan berpikir sendiri jadi dominan.
Mulai dirasakan ada bisikan yang tidak jelas, klien tidak ingin orang lain tahu, dan
ia tetap dapat mengontrolnya. Perilaku: meningkatnya tanda sistem saraf otonom
seperti peningkatan denyut jantung dan tekanan darah.
3. Fase Controlling atau fase ansietas berat yaitu pengalaman sensori menjadi
berkuasa. Termasuk dalam gangguan psikotik. Karakteristik: bisikan, suara, isi
halusinasi semakin menonjol, menguasai, dan mengontrol klien. Klien menjadi
terbiasa dan tidak berdaya terhadap halusinasinya. Perilaku: kemauan dikendalikan
halusinasi, rentang perhatian hanya beberapa menit atau detik. Tanda fisik berupa
klien berkeringat, tremor, dan tidak mampu mematuhi perintah.

4. Fase conquering atau panic yaitu klien lebur dengan halusinasinya, termasuk
dalam psikotik berat. Karakteristik: halusinasi berubah menjadi mengancam,
memerintah, dan memarahi klien. Klien menjadi takut, tidak berdaya, hilang
kontrol dan tidak dapat berhubungan secara nyata dengan orang lain di lingkungan.
Perilaku: perilaku teror akibat panik, potensi bunuh diri, perilaku kekerasan, agitasi,
menarik diri atau katatonik, tidak mampu merespon terhadap perintah kompleks,
dan tidak mampu berespon lebih dari satu orang.

8. POHON MASALAH

resiko tinggi mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan

gangguan persepsi sensori : halusinasi

Isolasi sosial faktor predisposisi faktor presipitasi

(Keliat, 2009)

9. PENATALAKSANAAN MEDIS
a. Farmakologi
1) Obat anti psikosis : Penotizin
2) Obat anti depresi : Amitripilin
3) Obat anti ansietas : Diasepam, Bromozepam, Clobozam
4) Obat anti insomnia : Phneobarbital
b. Terapi
1) Terapi keluarga
Berfokus pada keluarga dimana keluarga membantu mengatasi masalah
klien dengan memberikan perhatian
a) BHSP
b) Jangan memancing emosi klien
c) Libatkan klien dalam kegiatan yang berhubungan dengan keluarga
d) Berikan kesempatan klien mengemukakan pendapat
e) Dengarkan, bantu dan anjurkan pasien untuk mengemukakan masalah
yang dialaminya
2) Terapi kelompok
Berfokus pada dukungan dan perkembangan, ketrampilan sosial, atau
aktivitas lain dengan berdiskusi dan bermain untuk mengembalikan keadaan
klien karena masalah sebagian orang merupkan perasaan dan tingkah laku pada
orang lain.

10. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Diagnosa yang mungkin muncul pada klien halusinasi :


1. Perubahan sensori persepsi : halusinasi
2. Isolasi sosial : menarik diri

11. INTERVENSI KEPERAWATAN


Diagnosa I : perubahan sensori persepsi halusinasi
Tujuan umum : klien tidak mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan
Tujuan khusus :
1.Klien dapat membina hubungan saling percaya dasar untuk kelancaran hubungan
interaksi seanjutnya
Tindakan :
a.Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi terapeutik
dengan cara :
1.Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal
1.Perkenalkan diri dengan sopan
2.Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai
3.Jelaskan tujuan pertemuan
4.Jujur dan menepati janji
5.Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya
6.Berikan perhatian kepada klien dan perhatian kebutuhan dasar klien
7.Klien dapat mengenal halusinasinya
Tindakan :
a.Adakan kontak sering dan singkat secara bertahap
b.Observasi tingkah laku klien terkait dengan halusinasinya: bicara dan tertawa tanpa
stimulus memandang ke kiri/ke kanan/ kedepan seolah-olah ada teman bicara
c.Bantu klien mengenal halusinasinya
1)Tanyakan apakah ada suara yang didengar
2)Apa yang dikatakan halusinasinya
3)Katakan perawat percaya klien mendengar suara itu , namun perawat sendiri tidak
mendengarnya.
4)Katakan bahwa klien lain juga ada yang seperti itu
5)Katakan bahwa perawat akan membantu klien
d.Diskusikan dengan klien :
1)Situasi yang menimbulkan/tidak menimbulkan halusinasi
2)Waktu dan frekuensi terjadinya halusinasi (pagi, siang, sore, malam)
e.Diskusikan dengan klien apa yang dirasakan jika terjadi halusinasi (marah, takut,
sedih, senang) beri kesempatan klien mengungkapkan perasaannya
1.Klien dapat mengontrol halusinasinya
Tindakan :
a.Identifikasi bersama klien cara tindakan yang dilakukan jika terjadi halusinasi ( tidur,
marah, menyibukkan diri dll)
b.Diskusikan manfaat cara yang digunakan klien, jika bermanfaat ber pujian
c.Diskusikan cara baru untuk memutus/mengontrol timbulnya halusinasi:
1)Katakan “ saya tidak mau dengar”
2)Menemui orang lain
3)Membuat jadwal kegiatan sehari-hari
4)Meminta keluarga/teman/perawat untuk menyapa jika klien tampak bicara sendiri
d.Bantu klien memilih dan melatih cara memutus halusinasinya secara bertahap
e.Beri kesempatan untuk melakukan cara yang telah dilatih
f.Evaluasi hasilnya dan beri pujian jika berhasil
g.Anjurkan klien mengikuti TAK, orientasi, realita, stimulasi persepsi.

2. Klien mendapat dukungan dari keluarga dalam mengontrol halusinasinya


Tindakan :
a.Anjurkan klien untuk memberitahu keluarga jika mengalami halusinasi
b.Diskusikan dengan keluarga (pada saat berkunjung/pada saat kunjungan rumah):
1)Gejala halusinasi yang dialami klien
2)Cara yang dapat dilakukan klien dan keuarga untuk memutus halusinasi
3)Cara merawat anggota keluarga yang halusinasi dirumah, diberi kegiatan, jangan
biarkan sendiri, makan bersama, bepergian bersama
c.Beri informasi waktu follow up atau kenapa perlu mendapat bantuan : halusinasi tidak
terkontrol, dan resiko mencederai diri atau orang lain
d.Klien memanfaatkan obat dengan baik
Tindakan :
1)Diskusikan dengan klien dan keluarga tentang dosis, frekuensi dan manfaat minum
obat
2)Anjurkan klien meminta sendiri obat pada perawat dan merasakan manfaatnya
3)Anjurkan klien bicara dengan dokter tentang manfaat dan efek samping minum obat
yang dirasakan
4)Diskusikan akibat berhenti obat-obat tanpa konsultasi
5)Bantu klien menggunakan obat dengan prinsip 6 benar.
Diagnosa II : isolasi sosial menarik diri
Tujuan umum : klien tidak terjadi perubahan sensori persepsi: halusinasi
Tujuan khusus :
1.Klien dapat membina hubungan saling percaya
Tindakan :
a.Bina hubungan saling percaya: salam terapeutik, memperkenalkan diri, jelaskan tujuan
interaksi, ciptakan lingkungan yang tenang, buat kesepakatan dengan jelas tentang
topik, tempat dan waktu.
b.Beri perhatian dan penghaargaan: temani klien walau tidak menjawab.
c.Dengarkan dengan empati: beri kesempatan bicara, jangan terburu-buru, tunjukkan
bahwa perawat mengikuti pembicaraan klien
2.Klien dapat menyebutkan penyebab menarik diri

Tindakan :
a.Kaji pengetahuan klien tentang perilaku menarik diri dan tanda-tandanya
b.Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan penyebab menarik diri
atau mau bergaul
c. Diskusikan bersama klien tentang perilaku menarik diri, tanda-tanda serta penyebab
yang muncul
d. Berikan pujian terhadap kemampuan klien mengungkapkan perasaannya

3. Klien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan dengan orang lain dan kerugian
tidak berhubungan dengan orang lain.
Tindakan :
a) Kaji pengetahuan klien tentang manfaat dan keuntungan berhubungan dengan orang
lain
b) Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan tentang keuntungan
berhubungan dengan prang lain
c) Diskusikan bersama klien tentang manfaat berhubungan dengan orang lain
d) Beri reinforcement positif terhadap kemampuan mengungkapkan perasaan tentang
keuntungan berhubungan dengan orang lain
Kaji pengetahuan klien tentang kerugian bila tidak berhubungan dengan orang lain
1) Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan dengan orang lain
2) Diskusikan bersama klien tentang kerugian tidak berhubungan dengan orang lain
3) Beri reinforcement positif terhadap kemampuan mengungkapkan perasaan tentang
kerugian tidak berhubungan dengan orang lain
4. Klien dapat melaksanakan hubungan sosial
Tindakan :
a. Kaji kemampuan klien membina hubungan dengan orang lain
b. Dorong dan bantu kien untuk berhubungan dengan orang lain melalui tahap :
1) K – P
2) K – P – P lain
3) K – P – P lain – K lain
4) K – Kel/Klp/Masy
c. Beri reinforcement positif terhadap keberhasilan yang telah dicapai
d. Bantu klien untuk mengevaluasi manfaat berhubungan
e. Diskusikan jadwal harian yang dilakukan bersama klien dalam mengisi waktu
f. Motivasi klien untuk mengikuti kegiatan ruangan
g. Beri reinforcement positif atas kegiatan klien dalam kegiatan ruangan

5.Klien dapat mengungkapkan perasaannya setelah berhubungan dengan orang lain


Tindakan :
a.Dorong klien untuk mengungkapkan perasaannya bila berhubungan dengan orang lain
b.Diskusikan dengan klien tentang perasaan masnfaat berhubungan dengan orang lain
6.Beri reinforcement positif atas kemampuan klien mengungkapkan perasaan manfaat
berhubungan dengan orang lain
7.Klien dapat memberdayakan sistem pendukung atau keluarga
Tindakan :
a.Bina hubungan saling percaya dengan keluarga :
1)Salam, perkenalan diri
2)Jelaskan tujuan
3)Buat kontrak
4)Eksplorasi perasaan klien
b.Diskusikan dengan anggota keluarga tentang :
1)Perilaku menarik diri
2)Penyebab perilaku menarik diri
3)Akibat yang terjadi jika perilaku menarik diri tidak ditanggapi
4)Cara keluarga menghadapi klien menarik diri
c.Dorong anggota keluarga untukmemberikan dukungan kepada klien untuk
berkomunikasi dengan orang lain
d.Anjurkan anggota keluarga secara rutin dan bergantian menjenguk klien minimal satu
kali seminggu
e.Beri reinforcement positif positif atas hal-hal yang telah dicapai oleh keluarga
DAFTAR PUSTAKA

Fitria, Nita. 2010. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan
Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP dan SP). Jakarta: Salemba
Medika.

Keliat, B.A. 2009. Proses Keperawatan Jiwa. Jakarta:EGC

Kusumawati & Hartono, 2012. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: Salemba
Medika.

Stuart  & Laraia. 2009. Principles and Practice of Psychiatric Nursing Eight Edition.
USA: Elsevier Mosby
STRATEGI PELAKSANAAN PADA KLIEN
HALUSINASI

A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi Klien
DS :
- Klien mengatakan keadaannya baik-baik saja
- Klien mengatakan bahwa klien selalu mendengar suara orang laki-laki yang
mengajaknya bercakap-cakap dan terkadang juga mengajaknya untuk
melakukan hal-hal yang berbahaya yang bisa mencelakai dirinya.

DO :

- Kontak Mata (+)


- Klien tampak kooperatif.
- Klien sering mondar-mandir dan mencari sumber suara

2. Diagnosa Keperawatan
- Perubahan Persepsi Sensori : Halusinasi

3. Tujuan Keperawatan
a. Tujuan umum
Klien mampu mengontrol halusinasi
b. Tujuan khusus
- Klien dapat membina hubungan saling percaya
- Klien dapat mengidentifikasi isi halusinasi
- Klien dapat mengidentifikasi waktu dan frekuensi halusinasi
- Klien dapat mengidentifikasi situasi yang menimbulkan halusinasi
- Klien dapat mengidentifikasi respon klien terhadap halusinasi
- Klien dapat menghardik halusinasi
- Klien dapat memasukkan ke dalam jadwal kegiatan harian

4. Rencana Tindakan Keperawatan


- Membina hubungan saling percaya
- Mengidentifikasi isi halusinasi
- Mengidentifikasi waktu dan frekuensi halusinasi
- Mengidentifikasi situasi yang menimbulkan halusinasi
- Mengidentifikasi respon klien terhadap halusinasi
- Menghardik halusinasi
- Memasukkan ke dalam jadwal kegiatan harian

B. STRATEGI PELAKSANAAN
 PASIEN
SP 1 : Membantu klien mengenal halusinasi, menjelaskan cara mengontrol
halusinasi, mengajarkan klien mengontrol halusinasi dengan menghardik
halusinasi.
1. Fase Orientasi
a. Salam Teraupetik
“Selamat pagi! Saya perawat yang akan merawat anda. Saya suster AK,
senang dipanggil suster A. Nama anda siapa ? senang dipanggil apa ?”
b. Evaluasi Validasi
“Bagaimana perasaan D hari ini ? Bagaimana tidurnya tadi malam ? ada
keluhan tidak ?”
c. Kontrak
- Topik
“Apakah D tidak keberatan untuk mengobrol dengan saya ? Menurut D
sebaiknya kita mengobrol apa ya ? “Baiklah, bagaimana kalau kita
bercakap-cakap tentang suara yang selama ini D dengar, tetapi tidak tampak
wujudnya ?
- Waktu
“Berapa lama kira-kira kita bisa mengobrol ? D mau berapa menit ?
bagaimana kalau 15 menit, bisa ?”
- Tempat
“Dimana kita bercakap-cakap ? di ruang ini atau di tempat lain ?”

2. Fase Kerja
“Apakah D mendengar suara tanpa ada wujudnya ? apa yang dikatakan suara
itu ?”
“Apakah terus-menerus terdengar atau sewaktu-waktu ? Kapan D paling
sering mendengar suara itu ? berapa kali sehari D alami ? Pada keadaan apa suara
itu terdengar ? apakah pada waktu sendiri ?”
“Apa yang D rasakan pada sat mendengar suara itu ? apa yang D lakukan saat
mendengar suara itu ? apakah dengan caa itu suara-suara itu hilang ? Bagaimana
kalau kita belajar cara-cara untuk mencegah suara-suara itu muncul ?”
“D, ada empat cara untuk mencegah suara-suara itu muncul. Pertama, dengan
menghardik suara tersebut. Kedua, dengan cara minum obat. Krtiga, dengan cara
bercakap-cakap dengan orang lain dan yang keempat dengan melakukan kegiatan
yang sudah terjadwal.”
“Bagaimana kalau kita belajar satu cara dulu, yaitu dengan menghardik.
Caranya adalah saat suara-suara itu muncul, langsung D bilang, pergi saya tidak
mau dengar... Saya tidak mau dengar ! Kamu suara palsu ! begitu diulang-ulang
sampai suara itu tidak terdengar lagi. Coba D peragakan ! Nah begitu,,, bagus !
Coba lagi ! Ya bagus, D sudah bisa.”

3. Fase Terminasi
a. Evaluasi
- Evaluasi Subjektif
Bagaimana perasaan D setelah memperagakan latihan tadi ? Kalau suara-
suara itu muncul lagi, silahkan coba cara tersebut !
- Evaluasi Objektif
Dapatkah D memeragakan cara menghardik yang tadi kita lakukan ?
b. Rencana tindak lanjut
Kalau suara-suara itu muncul lagi, silahkan coba cara tersebut ! Bagaimana
kalau kita buat jadwal latihannya. Mau jam berapa saja latihannya ? (Anda
masukkan kegiatan latihan menghardik halusinasi dalam jadwal kegiatan
harianpasien).
c. Kontrak yang akan datang
1. Topik
“Bagaimanan kalau kita bertemu lagi untuk belajar dan latihan
mengendalikan suara-suara dengan cara yang kedua yaitu dengan cara
minum obat secara teratur ?”
2. Waktu
Kira-kira waktunya kapan ya ? Bagaiamana kalau besok jam 09.00 Wib,
bisa ?
3. Tempat
Kira-kira kita mau dimana mengobrolnya ? disini atau ditempat lain ?.
“Baiklah, sampai jumpa.”

SP 2 : Melatih klien minum obat secara teratur


1. Fase Orientasi
a. Salam Teraupetik
“Selamat siang D ! masih ingat dengan saya ? Ya, saya suster A yang
kemarin bercakap-cakap dengan kamu, dan kita sudah ada janji untuk bertemu
hari ini untuk latihan cara kedua yaitu minum obat !”
b. Evaluasi Validasi
“Bagaimana perasaan D hari ini ? Apakah suara-suaranya masih muncul ?
Apakah sudah digunakan cara kemarin yang kita pelajari ? Apakah jadwal
kegiatannya sudah dilaksanakan ? Apakah tadi pagi D sudah minum obat ?”
c. Kontrak
- Topik
“Apakah D tidak keberatan untuk mengobrol dengan saya ? Baiklah, hari ini
kita akan mendiskusikan tentang obat-obatan yang D minum.”
- Waktu
“Kita akan diskusi selama 20 menit sambil menunggu makan siang”.
- Tempat
“Dimana kita bercakap-cakap ? di ruang ini atau di tempat lain ?”

2. Fase Kerja
“D,Bagaimana perasaanya hari ini? Apakah masih terdengar bunyi suara-
suara? Apakah D sudah minum obat? Selama D dirumah apakah D rutin minum
obat? Bagaimana perasaan D sesudah/sebelum minum obat ? Apa yang terjadi
kalau D sudah minum obat? Kalau D tidak minum obat apa yang akan terjadi ?
Jadi D sudah tau apa akibat jika D minum obat atau tidak ? maka dari itu D harus
bisa minum obat secara rutin agar D dapat mengontrol bunyi suara yang
terdengar.

3. Fase Terminasi
a. Evaluasi
- Evaluasi Subjektif
Bagaimana perasaan D setelah kita bercakap-cakap mengenai obat ?” sudah
berapa cara yang kita latih untuk mencegah suara-suara ?”
- Evaluasi Objektif
“Coba sebutkan! Bagus!.
b. Rencana tindak lanjut
“Mari kita masukkan jadwal minum obatnya pada jadwal kegiatan D ! jangan
lupa pada waktunya minta obat pada perawat atau pada keluaraga kalau di
rumah. Nah, makanan sudah datang”.
c. Kontrak yang akan datang
1. Topik
“Bagaimanan kalau kita bertemu lagi untuk belajar dan latihan
mengendalikan suara-suara dengan cara yang ketiga yaitu dengan cara
bercakap-cakap dengan orang lain?”
2. Waktu
Kira-kira waktunya kapan ya ? Bagaiamana kalau besok jam 10.00 Wib,
bisa ?
3. Tempat
Kira-kira kita mau dimana mengobrolnya ? disini atau ditempat lain ?.
“Baiklah, sampai jumpa.”

SP 3 : Melatih klien mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap bersama


orang lain.
1. Fase Orientasi
a. Salam Teraupetik
“Selamat pagi D ! masih ingat dengan saya ? Ya, saya suster A yang
kemarin bercakap-cakap dengan kamu, dan kita sudah ada janji untuk bertemu
hari ini untuk latihan cara ketiga yaitu bercakap-cakap dengan orang lain !”
b. Evaluasi Validasi
“Bagaimana perasaan D hari ini ? Apakah suara-suaranya masih muncul ?
Apakah sudah digunakan cara kemarin yang kita pelajari ? Apakah jadwal
kegiatannya sudah dilaksanakan ?
c. Kontrak
- Topik
“Baiklah, sesuai janji kita , saya akan latih cara ketiga untuk mengontrol
halusinasi dengan bercakap-cakap dengan orang lain”.
- Waktu
“Kita akan diskusi selama 20 menit”.
- Tempat
“Dimana kita bercakap-cakap ? di ruang ini atau di tempat lain ?”

2. Fase Kerja
“Cara krtiga untuk mencegah/mengontrol halusinasi adalah dengan bercakap-
cakap dengan orang lain. Jadi kalau D mulai mendengar suara-suara, langsung
saja cari teman untuk diajak ngobrol. Minta teman untuk ngobrol dengan D.
Contohnya begini, “Tolong, saya mulai mendengar suara-suara. Ayo ngobrol
dengan saya!” Atau kalu ada orang dirumah, misalnya Kakak D, katakan, “kak,
ayo ngobrol dengan D, D sedang mendengar suara-suara.” Begitu D. COBA d
lakukan seperti saya tadi lakukan.ya, begitu. Bagus! Coba sekali lagi! Bagus! Nah,
latih terus ya D!” Disini, D dapat mengajak perawat atau pasien lain untuk
bercakap-cakap”.
3. Fase Terminasi
a. Evaluasi
- Evaluasi Subjektif
Bagaimana perasaan D setelah kita setelah latihan ?”
- Evaluasi Objektif
“jadi sudah berapa cara yang kita latih untuk mencegah suara-suara ?”
Bagus! Coba lah ketiga car itu kalau D mengalami halusinasi lagi”.
b. Rencana tindak lanjut
“Bagaimana kalau kita masukkan dalam jadwal kegiatan harian D. Mau jam
berapa latihan beecakap-cakap? Nah, nanti lakukan secara teratur sewaktu-
waktu suara itu muncul!
c. Kontrak yang akan datang
1. Topik
“Besok pagi saya akan kesini lagi. Bagaimana kalau kita latih cara yang
keempat, yaitu melakukan aktivitas terjadwal ?”.
2. Waktu
Kira-kira waktunya kapan ya ? Bagaiamana kalau besok jam 10.00 Wib,
bisa ?
3. Tempat
Kira-kira kita mau dimana mengobrolnya ? disini atau ditempat lain ?.
“Baiklah, sampai jumpa.”

SP 4 : Melatih klien mengontrol halusinasi dengan melaksanakan aktivitas


terjadwal
1. Fase Orientasi
a. Salam Teraupetik
“Selamat pagi D ! masih ingat dengan saya ? Ya, saya suster A yang
kemarin bercakap-cakap dengan kamu, dan kita sudah ada janji untuk bertemu
hari ini untuk latihan cara keempat yaitu melakukan aktivitas terjadwal !”
b. Evaluasi Validasi
“Bagaimana perasaan D hari ini ? Apakah suara-suaranya masih muncul ?
Apakah sudah digunakan cara kemarin yang kita pelajari ? Apakah jadwal
kegiatannya sudah dilaksanakan ? Bagaimana hasilnya ? Bagus!
c. Kontrak
- Topik
“Baiklah, sesuai janji kita hari ini, kita akan belajar cara yang keempat
untuk mencegah halusinasi yaitu melakukan kegiatan terjadwal,”
- Waktu
“Berapa lama kita bicara ? Bagaimana kalau 30 menit ? Baiklah.”
- Tempat
“Mau dimana kita bicara ? Baik, kita duduk di ruang tamu.”

2. Fase Kerja
“Apa saja yang biasa D lakukan ? Pagi-pagi apa kegiatannya, terus jam
berikutnya apa ?”. (terus kaji hingga didapatkan kegiatannya sampai malam)
“Wah banyak sekali kegiatannya ! Mari kita latih dua kegiatan hari ini (latih
kegiatan tersebut)! Bagus sekali jika D bisa lakukan !”
“Kegiatan ini dapat D lakukan untuk mencegah suara tersebut muncul.
Kegiatan yang lain akan kita latih lagi agar dari pagi sampai malam ada kegiatan.”

3. Fase Terminasi
a. Evaluasi
- Evaluasi Subjektif
Bagaimana perasaan D setelah kita setelah latihan dan bercakap-cakap cara
yang keempat untuk mencegah suara-suara ?”
- Evaluasi Objektif
“Coba sebutkan 4 cara yang telah kita latih untuk mencegah suara-suara.
Bagus sekali!
b. Rencana tindak lanjut
“Mari kita masukkan dalam jadwal kegiatan harian D. Coba lakukan sesuai
jadwal ya!” (perawat dapat melatih aktivitas yang lain pada pertemuan berikut
sampai terpenuhi seluruh aktivitas dari pagi sampai malam).
c. Kontrak yang akan datang
4. Topik
“Bagaimana kalu besok kita bertemu lagi untuk latihan kegiatan terjadwal
berikutnya.”
5. Waktu
Kira-kira waktunya kapan ya ? Bagaiamana kalau besok jam 14.00 Wib,
bisa ?
6. Tempat
Kira-kira kita mau dimana mengobrolnya ? disini atau ditempat lain ?.
“Baiklah, sampai jumpa.”

 KELUARGA
SP 1 : Mengidentifikasi masalah keluarga, menjelaskan proses terjadinya
halusinasi dan menjelaskan cara merawat klien halusinasi
1. Fase orientasi
a. Salam Teraupetik
“Selamat pagi bapak, saya A, perawat yang merawat D. tujuan saya disini
untuk berdiskusi dengan bapak mengenai masalah yang dialami D.”
b. Evaluasi Validasi
“Bagaimana perasaan bapak hari ini ? Bagaimana pendapat bapak mengenai
D?
c. Kontrak
- Topik
“Apakah bapak tidak keberatan mengobrol dengan saya? Mengobrol
mengenai masalah yang dialami D dan bantuan apa yang dapat
diberikan.”
- Waktu
“Berapa lama waktu bapak yang tersedia? Bagaimana kalau 30 menit?”
- Tempat
“Kita mengobrol diruang perawat!”

2. Fase Kerja
“Apa yang bapak rasakan menjadi masalah dalam merawat D Apa yang
bapak/ibu lakukan? Ya, gejala yang dialami oleh D itu dinamakan halusinasi,
yaitu mendengar atau melihat sesuatu yang sebetulnya tidak ada bendanya.Tanda-
tandanya bicara dan tertawa sendiri,atau marah-marah tanpa sebab.”

“Jadi kalau D mengatakan mendengar suara-suara, sebenarnya suara itu tidak


ada. Kalau D mengatakan melihat bayangan-bayangan, sebenarnya bayangan itu
tidak ada. Untuk itu kita diharapkan dapat membantunya dengan beberapa cara.
Ada beberapa cara untuk membantu D agar bisa mengendalikan halusinasi. Cara-
cara tersebut antara lain:

“Pertama, dihadapan Bapak, jangan membantah halusinasi atau


menyokongnya. Katakan saja bapak percaya bahwa D tersebut memang
mendengar suara atau melihat bayangan, tetapi Bapak sendiri tidak mendengar
atau melihatnya.”

“Kedua, jangan biarkan D melamun dan sendiri, karena kalau melamun


halusinasi akan muncul lagi. Upayakan ada orang mau bercakap-cakap
dengannya. Buat kegiatan keluarga seperti makan bersama, sholat bersama-sama.
Tentang kegiatan, saya telah melatih D untuk membuat jadwal kegiatan sehari-
hari. Tolong Bapak pantau pelaksanaannya, ya dan berikan pujian jika dia
lakukan!”

“Ketiga, bantu D minum obat secara teratur. Jangan menghentikan obat tanpa
konsultasi. Terkait dengan obat ini, saya juga sudah melatih D untuk minum obat
secara teratur. Jadi Bapak dapat mengingatkan kembali. Obatnya ada 3 macam,
ini yang orange namanya CPZ gunanya untuk menghilangkan suara-suara atau
bayangan. Diminum 3 X sehari pada jam 7 pagi, jam 1 siang dan jam 7 malam.
Yang putih namanya THP gunanya membuat rileks, jam minumnya sama dengan
CPZ tadi. Yang biru namanya HP gunanya menenangkan cara berpikir, jam
minumnya sama dengan CPZ. Obat perlu selalu diminum untuk mencegah
kekambuhan.”
“Terakhir, bila ada tanda-tanda halusinasi mulai muncul, putus halusinasi D
dengan cara menepuk punggung D. Kemudian suruhlah D menghardik suara
tersebut. D sudah saya ajarkan cara menghardik halusinasi.”

“Sekarang, mari kita latihan memutus halusinasi D. Sambil menepuk


punggung D katakan: D, sedang apa kamu?Kamu ingat kan apa yang diajarkan
perawat bila suara-suara itu datang? Ya..Usir suara itu, D Tutup telinga kamu
dan katakan pada suara itu saya tidak mau dengar. Ucapkan berulang-ulang, D.”

“Sekarang coba pak praktekkan cara yang barusan saya ajarkan.”

“Bagus Pak.”

3. Fase Terminasi
- Evaluasi Subjektif
Bagaimana perasaan bapak setelah kita berdiskusi dan latihan memutuskan
halusinasi D?
- Evaluasi objektf
Sekarang coba bapak sebutkan kembali tiga cara merawat D?
Bagus sekali bapak.
- Rencana Tindak Lanjut
Baik, nanti kalau bapak besuk atau menjenguk bisa ditanyakan pada D. Dan
cobalah saat dirumah nanti bapak mendampingi dan membantu D saat
mengontrol halusinasinya.
- Kontrak yang akan datang
1. Topik
Bagaimana kalau dua hari lagi kita bertemu untuk mempraktekkan cara
memutus halusinasi langsung dihadapan D?
2. Waktu
Tiga hari lagi kita bertemu ya! Mau jam berapa? Kalau jam 09.00 wib!

3. Tempat
Mau dimana? Disini lagi atau tempat yang lain?
SP 2 Keluarga : Merawat Klien Langsung
1. Fase orientasi
a. Salam Teraupetik
Selamat pagi bapak, masih kenal saya kan? Sesuai janji kita 2 hari yang lalu
kita sekarang ketemu lagi.
b. Evaluasi Validasi
Bagaimana perasaan bapak hari ini? Bagaiamana ada pertanyaan tentang cara
merawat yang kita bicarakan dua hari yang lalu?
c. Kontrak
- Topik
Apakah bapak tidak keberatan mengobrol dengan saya? Mengobrol
seperti yang kita janjikan 2 hari yang lalu untuk sekarang kita latihan cara
– cara merawat tersebut ya pak?
- Waktu
Berapa lama bapak punya waktu?
- Tempat
Mau dimana kita mengobrolnya? Disini saja ya!

2. Fase Kerja
“Selamat pagi D, suami D sangat ingin membantu D mengendalikan suara-
suara yang sering D dengar. Untuk itu pagi ini suami D datang untuk
mempraktekkan cara memutus suara-suara yang D dengar. D nanti kalau sedang
dengar suara-suara bicara atau tersenyum-senyum sendiri, maka Bapak akan
mengingatkan seperti ini ”Sekarang, coba bapak peragakan cara memutus
halusinasi yang sedang D alami seperti yang sudah kita pelajari sebelumnya.
Tepuk punggung D lalu suruh D mengusir suara dengan menutup telinga dan
menghardik suara tersebut” (saudara mengobservasi apa yang dilakukan keluarga
terhadap klien) Bagus sekali! Bagaimana D ? Senang dibantu bapak ? Nah Bapak
ingin melihat jadwal harian D. (klien memperlihatkan dan dorong suami/keluarga
memberikan pujian) Baiklah, sekarang saya dan suami D ke ruang perawat dulu”
(Saudara dan keluarga meninggalkan klien untuk melakukan terminasi dengan
keluarga
3. Fase Terminasi
- Evaluasi Subjektif
Bagaimana perasaan bapak setelah mempraktekkan cara memutus halusinasi
langsung dihadapan D?
- Evaluasi objektf
Coba jelaskan kembali cara menghilangkan suara – suara yang tak ada
wujudnya ?
- Rencana Tindak Lanjut
Baik, nanti kalau bapak besuk atau menjenguk bisa ditanyakan pada D. Dan
cobalah saat dirumah nanti bapak mendampingi dan membantu D saat
halusinasi.
- Kontrak yang akan datang
1. Topik
bagaimana kalau kita bertemu dua hari lagi untuk membicarakan tentang
jadwal kegiatan harian D.
2. Waktu
Jam berapa bapak bisa kemari?
3. Tempat
Kita bisa ketemu lagi ditempat ini ya pak?

SP 3 Keluarga : Evaluasi Kemampuan Keluarga Dan Pasien


1. Fase orientasi
a. Salam Teraupetik
Selamat pagi bapak, sesuai dengan janji kita dua hari lalu dan sekarang
ketemu untuk membicarakan jadwal D selama dirumah.
b. Evaluasi Validasi
Bagaimana perasaan bapak hari ini? Bagaiamana ada pertanyaan tentang yang
kita bicarakan dua hari yang lalu?
c. Kontrak
- Topik
Apakah bapak tidak keberatan mengobrol dengan saya? Mengobrol
seperti yang kita janjikan dua hari yang lalu untuk sekarang kita bicarakan
jadwal D selama dirumah.
- Waktu
Berapa lama bapak punya waktu?
- Tempat
Mau dimana kita mengobrolnya? Disini saja ya!

2. Fase Kerja
“Ini jadwal kegiatan D yang telah disusun. Jadwal ini dapat dilanjutkan. Coba
bapak lihat mungkinkah dilakukan. Siapa yang kira-kira akan memotivasi dan
mengingatkan? Pak jadwal yang telah dibuat tolong dilanjutkan, baik jadwal
aktivitas maupun jadwal minum obatnya.”

“Hal-hal yang perlu diperhatikan lebih lanjut adalah perilaku yang


ditampilkan oleh D selama di rumah. Misalnya kalau D terus menerus mendengar
suara-suara yang mengganggu dan tidak memperlihatkan perbaikan, menolak
minum obat atau memperlihatkan perilaku membahayakan orang lain. Jika hal
ini terjadi segera bawa kerumah sakit untuk dilakukan pemeriksaan ulang dan di
berikan tindakan.”

3. Fase Terminasi
- Evaluasi Subjektif
Bagaimana pak ada yang belum jelas?
- Evaluasi objektf
Coba setelah ini bapak memantau dan menjadwal aktivitas D .
- Rencana Tindak Lanjut
“Ini jadwal harian D untuk dibawa pulang. Dan ini surat rujukan untuk
perawat puskemas didekat dirumah bapak. Jangan lupa kontrol ke Puskesmas
terdekat sebelum obat habis, atau ada gejala – gejala yang tampak.

Anda mungkin juga menyukai