Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN

PASIEN GANGGUAN JIWA

DENGAN MASALAH HALUSINASI

Disusun oleh :

DWI KARTIKA ( G1B223005 )

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS JAMBI
HALUSINASI

1. Definisi
Halusinasi adalah gejala gangguan jiwa berupa respons panca-indra, yaitu
peglihatan, pendengaran, penciuman, perabaan, dan pengecapan terhadap sumber yang
tidak nyata( kliet & akemat, 2007 , stutrat, kliet,& pasaribu, 2007 )
DiReja (2011)berpendapat bahwa gangguan persepsi sensori halusinasi adalah
salah satu gejala gangguan jiwa di mana klien mengalami perubahan persepsi
sensori,seperti merasakan sensasi palsu berupa suara, penglihatan, pengecapan, perabaan,
atau penghiduan.
Gangguan persepsi sensori halusinasi adalah suatu keadaan di mana seseorang
mengalami perubahan pada pola stimulus yang mendekat (yang diprakarsai secara intenal
dan eksternal) disertai dengan suatu pengurangan berlebih-lebihan atau kelainan respons
terhadap stimulus (Fitria,2012).
Gangguan persepsi sensori halusinasi adalah hilangnya kemampuan manusia
dalam membedakan rangsangan internal (pikiran ) dan rangsangan eksternal ( dunia luar
). Klien memberi responsi atau pendapat tentang lingkungan tanpa ada objek atau
rangsangan yang nyata (Kusumawati&Hartono,2012)

2. ETIOLOGI
1. Faktor predisposisi ( fitria, 2012 )
Faktor predisposisi adalah faktor yang mempengaruhi jenis dan jumlah sumber yang
dapat dibangkitkan oleh individu untuk mengatasi stress. Diperoleh baik dari klien
maupun keluarganya. Faktor predisposisi dapat meliputi : faktor perkembangan,
sosiokultural, biokimia, psikologis dan genetik.
a) faktor perkembangan
Jika tugas perkembangan mengalami hambatan dan hubungan interpersonal
terganggu, maka individu akan mengalami stress dan kecemasan

b) faktor sosiokultural
Berbagai faktor di masyarakat dapat menyebabkan seseorang merasa disingkirkan,
sehingga orang tersebut merasa kesepian di lingkungan yang membesarkannya

c)faktor biokimia
Mempunyai pengaruh terhadap terjadinya gangguan jiwa. Jika seseorang mengalami
stress yang berlebihan maka di dalam tubuhnya akan dihasilkan suatu zat yang dapat
bersifat halusinogenetik neurokimia seperti bufofenon dan bimethytranferse (DMP)
d) faktor psikologis
Hubungan interpersonal yang tidak harmonis serta adanya peran ganda bertentangan
yang sering diterima oleh seseorang akan mengakibatkan stress dan kecemasan yang
tinggi dan berakhir pada gangguan orientasi realitas.

2. Faktor presipitasi (fitria,2012)


Faktor presipitasi yaitu stimulus yang dipersepsikan oleh individu sebagai
tantangan, ancaman, atau tuntutan yang memerlukan energi ekstra untuk
menghadapinya. Adanya rangsangan dari lingkungan, seperti partisipasi klien dalam
kelompok, terlalu lama tidak diajak berkomunikasi, objek yang ada di lingkungan dan
juga suasana sepi atau terisolasi sering menjadi pencetus terjadinya halusinasi. Hal
tersebut dapat meningkatkan stress dan kecemasan yang merangsang tubuh
mengeluarkan zat halusinogenetik.

3. TANDA DAN GEJALA


Mayor
Subjek :
1. Mendengar suara orang bicara tanpa ada orangnya
2. Melihat benda, orang, atau sinar tanpa ada objeknya
3. Menghidu bau-bauan yang tidak sedap, seperti bau badan padahal tidak
4. Merasakan pengecapan yang tidak enak
5. Merasakan perabaan atau gerakan badan

Data objektif :
1. Bicara sendiri
2. Tertawa sendiri
3. Melihat ke suatu arah
4. Mengarahkan telinga ke arah tertentu
5. Tidak dapat memfokuskan pikiran
6. Diam sambil menikmati halusinasinya

Minor
Subjektif :
1. Sulit tidur
2. Khawatir
3. Takut
Objektif :
1. Konsentrasi buruk
2. Disorientasi waktu, tempat, orang atau situasi
3. Curiga
4. Menyendiri, melamun
5. Mondar-mandir
6. Kurang mampu merawat diri

4. KLASIFIKASI
Halusinasi berkembang melalui empat fase menurut (Kusumawati,2012)
Yaitu sebagai berikut
1. Fase pertama
Disebut juga dengan fase comporting yaitu fase yang menyenangkan. Pada tahap ini masuk
dalam golongan non psikotik. Karakteristiknya: kalian mengalami stress, cemas, perasaan
perpisahan, rasa bersalah, kesepian yang muncak, dan tidak dapat diselesaikan. Klien mulai
melamun dan memikirkan hal-hal yang menyenangkan, cara ini hanya menolong
sementara.
Perilaku klien : tersenyum atau tertawa yang tidak sesuai, menggerakkan bibir tanpa suara,
pergeskan mata cepat, respons verb Al yang lambat jika sedang asyik halusnasinya dan
suka menyendiri

2.fase kedua
Disebut dengan fase Condemming atau ansietas berat yaitu halusinasi menjadimenjijikkan ,
termasuk dalam 2. psikotik ringan. Karakteristik : pengalaman sensorimenjijikkan dan
menakutkan, kecemasan meningkat, melamun, dan berfikir sendiri jadi dominan. Mulai
dirasakan ada bisikan yang tidak jelas. Klien tidak ingin oranglain tahu, dan ia tetap dapat
mengontrolnya.Perilaku klien : meningkatnya tanda-tanda system syaraf otonom seperti
peningkatan denyut jantung dan tekanan darah. Klien asyik dengan halusinasinyadan tidak
bisa membedakan realitas.

3.fase ketiga
Adalah fase Controlling atau ansietas berat yaitu pengalaman sensori menjadi berkuasa.
Termasuk dalam gangguan psikotik.Karakteristik : bisikan, suara, isi halusinasi semakin
menonjol, menguasai danmengontrol klien. Klien menjadi terbiasa dan tidak berdaya
terhadap halusinasinya.Perilaku Klien : Kemauan dikendalikan halusinasi , rentang
perhatian hanya beberapa menit atau detik. Tanda-tanda fisik berupa klien berkeringat,
tremor, dantidak mampu mematuhi perintah.
4.fase keempat
Adalah fase Conquering atau panik yaitu klien lebur dengan halusinasinya.Termasuk
dalam psikotik berat.Karakteristik : halusinasinya berubah menjadi mengancam,
memerintah, danmemarahi klien. Klien menjadi takut, tidak berdaya, hilang control, dan
tidak dapat berhubungan secara nyata dengan orang lain di lingkungan. Perilaku Klien :
perilaku terror akibat panik, potensi bunuh diri, perilakukekerasan, agitasi, menarik diri
atau kakatonik, tidak mampu merespons terhadap perintah kompleks, dan tidak mampu
berespons lebih dari satu orang.

5. KLASIFIKASI
Berikut ini akan dijelaskan mengenai ciri-ciri yang objektif dan subjektif pada kliendengan
halusinasi menurut (Direja, 2011).

JENIS HALUSINASI
1. Halusinasi Dengar
(Klien mendengar suara/bunyiyang tidak ada hubungannyadengan stimulus
yangnyata/lingkungan).
2. Data objektif
- Bicara atau tertawasendiri
- .-Marah-marah tanpasebab.
- -Mendekatkan telinga kearah tertentu.
- -Menutup telinga.
3. Data objektif
-Mendengar suara-suaraatau kegaduhan
.-Mendengar suara yangmengajak bercakap-cakap
.-Mendengar suaramenyuruh melakukansesuatu yang berbahaya.

JENIS HALUSINASI
1. Halusinasi Penglihatan
(Klien melihat gambaran yang jelas/samar terhadap adanyastimulus yang nyata
darilingkungan dan orang lain tidak melihatnya)
2. Data objektif
-Menunjuk-nunjuk kearah tertentu.
-Ketakutan pada sesuatuyang tidak jelas.
3. data objektif
Melihat bayangan, sinar, bentuk geometris, kartun,melihat hantu, ataumonster
JENIS HALUSINASI
1. Halusinasi penciuman
(Klien mencium suatu bau yangmuncul dari sumber tertentutanpa stimulus yang nyata).
2. Data objektif
-Mengendus-endusseperti sedang membaui bau-bauan tertentu.
-Menutup hidung
3. data subjektif
Membaui bau-bauanseperti bau darah, urine,feses, dan terkadang bau- bau
tersebutmenyenangkan bagiklien.

JENIS HALUSINASI
1. Halusinasi pengecapan
(Klien merasakan sesuatu yangtidak nyata, biasanya merasakan rasa makanan yang tidak enak
)
2. Data objektif
-sering mengeludah
- muntah
3. data objektif
Merasa rasa seperti darah,urin atau feses

JENIS HALUSINASI
1. Halusinasi perabaan
(Klien merasakan sesuatu padakulitnya tanpa ada stimulus yangnyata)
2. Data objektif
Menggaruk-garuk permukaaan kulit
3. Data objektif
- Mengatakan adaserangga di permukaankulit.
- Merasa seperti tersengatlistrik.

JENIS HALUSINASI
1. Halusinasi kisentik
( Klien merasakan badanya bererak dalam suatu ruangan atau anggota badanya
bergerak )
2. Data objektif
Memegang kakinya yangdianggapnya bergeraksendiri
3. Data subjektif
Mengatakan badanya melayang diudara
JENIS HALUSINASI
1. Halusinasi verbal
( perasaan tretentu timbul dalam tubuhnya )
2. Data objektif
Memegang badannyayang dianggapnya berubah bentuk dan tidaknormal seperti
biasanya.
3. Data subjektif
Mengatakan perutnyamenjadi mengecil setelahminum soft drink.

6. RENTANG RESPON NEUROBIOLOGIS


Trimelia (2011) menyatakan bahwa berbagai respon perilaku klien yang terkaitdengan
fungsi otak disebut dengan respon neurobiologist .respon neurobiologist. Gangguan
responsneurobiologist ditandai dengan gangguan sensori persepsi halusinasi. Gangguan
responsneurobiologist atau respons neurobiologist yang maladatif ini terjadi karena adanya :
1.Lesi pada area frontal, temporal, dan limbik sehingga mengakibatkan
terjadinyagangguan pada otak dalam memproses informasi.
2.Ketidakmampuan otak untuk menyeleksi stimulus
3.Ketidakseimbangan antara dopamine dan neurotransmitter lainnya

Rentang respon neurobiologis ( Direja, 2011) dapat digambarkan sebagai berikut :

Respon adaptif respon malafaptif

- Pikiran logis -Kadang-kadang - Waham


- Persepsi akurat proses piker - Halusinasi
- Emosi konsisten terganggu - Kerusakan
dengan pengalaman proses emosi
-ilusi
- Perilaku cocok - Perilaku
- Hubungan sosial -Emosi berlebih tidak
hermonis terorganisasi
-Perilaku yang - Isolasi sosial
-
tidak biasa

- menarik diri
Rentang respon neurobiologist pada gambar tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :

1.Respon Adaptif Respon Adaptif adalah respon yang dapat diterima oleh norma-norma
social budayayang berlaku. Dengan kata lain individu tersebut dalam batas normal jika
menghadapisuatu masalah akan dapat memecahkan masalah tersebut , adapun bagian dari
responadaptif meliputi:
a.Pikiran logis adalah pandangan yang mengarah pada kenyataan.
b.Persepsi Akurat adalah pandangan yang tepat pada kenyataan.
c.Emosi konsisten dengan pengalaman yaitu perasaan yang timbul dari pengalamanahli.
d.Perilaku social adalah sikap dan tingkah laku yang masih dalam batas kewajaran.
e.Menarik diri adalah percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang lain.

2. Respon PsikososialRespon psikososial meliputi :


a.Proses pikir terganggu adalah proses pikir yang menimbulkan gangguan.
b.Ilusi adalah miss interpretasi atau penilaian yang salah tentang penerapan yang benar-
benar terjadi (objek nyata) karena rangsangan panca indera.
c.Emosi berlebihan atau berkurang.
d.Perilaku tidak biasa adalah sikap atau tingkah laku yang melebihi batas kewajaran.
e.Menarik diri adalah percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang lain.

3. Respon Maladatif Respon maladatif adalah respon individu dalam menyelesaikan masalah
yangmenyimpang dari norma-norma social budaya dan lingkungan , adapun responmaladatif
meliputi :
a.Kelainan pikiran adalah keyakinan yang secara kokoh dipertahankan walaupuntidak
diyakini oleh orang lain dan bertentangan dengan kenyataan social
b.Halusinasi merupakan persepsi sensori yang salah atau persepsi eksternal yangtidak
realita atau tidak ada.
c.Kerusakan proses emosi adalah perubahan sesuatu yang timbul dari hati.
d.Perilaku tidak terorganisir merupakan sesuatu yang tidak teratur.
e.Isolasi social adalah upaya menghindari suatu hubungan komunikasi dengan oranglain
karena merasa kehilangan hubungan akrab dan tidak mempunyai kesempatanuntuk
berbagi rasa, pikiran, dan kegagalan.

Berdasarkan gambar di atas diketahui bahwa halusinasi merupakan respon persepsi yang
maladaptive. Jika klien sehat, persepsinya akurat, mampumengidentifikasi dan
menginterpretasikan stimulus berdasarkan informasi yangditerima melalui panca indera
(pendengaran, penglihatan, penghidu, pengecapan, dan perabaan), sedangkan klien dengan
halusinasi mempersepsikan suatu stimulus pancaindera walaupun sebenarnya stimulus tidak
ada.
7. POHON MASALAH
Pohon masalah adalah kerangka berpikir logis yang berdasarkan prinsip sebabdan
akibat yang terdiri dari masalah utama, penyebab dan akibat (Fitria, 2012).

Effect resiko perilaku kekerasan

Core problem
GANGGUAN PERSEPSI
SENSORI HALUSINASI

Causa Isolasisosial

Hargadiri rendah kronis

8. MEKANISME KOPING
Mekanisme koping merupakan suatu perilaku yang mewakili upaya untuk
melindungi diri sendiri dari pengalaman yang menakutkan berhubungan dengan respon
neurobiologi maladaptif meliputi:
1) Regresi, menghindari stress, kecemasan dan menampilkan perilaku kembali
seperti apa perilaku perkembangan anak atau berhubungan dengan masalah proses
informasi dan upaya untuk menanggulangi ansietas.
2) Proyeksi, keinginan yang tidak dapat ditoleransi, mencurahkan emosi pada orang
lain karena kesalahan yang dilakukan diri sendiri (sebagai upaya untuk menjelaskan
kerancuan persepsi).
3) Menarik diri, reaksi yang ditampilkan dapat berupa reaksi fisik maupun
psikologis, reaksi fisik yaitu individu pergi atau lari menghindari sumber stressor,
misalnya menjauhi polusi, sumber infeksi, gas beracun dan lainlain. Sedangkan
reaksi psikologis individu menunjukan perilaku apatis, mengisolasi diri, tidak
berminat, sering disertai rasa takut dan bermusuhan.
9. TINDAKAN KEPERAWATAN
Standar asuhan keperawatan adalah wajib dilaksanakan bagi setiap tenaga
kesehatan yang bertugas di rumah sakit khususnya keperawatan jiwa dimana
klien sangat membutuhkan perhatian dikarenakan dampak halusinasi sangat
membahayakan yaitu berisiko menimbulkan perilaku kekerasan bahkan
halusinasi yang ditimbulkan klien dapat membahayakan keselamatan lingkungan
disekelilingnya salah satunya adalah penerapan terapi generalis.
Berdasarkan Lalla & Yunita (2022) ,terapi generalis merupakan salah
satujenis intervensi dalam terapi modalitas dalam bentuk standar asuhan
keperwatan yaitu SP1 menghardik halusinasi, SP 2 menggunakan obat secara
teratur, SP 3 bercakap cakap dengan orang lain, SP 4 Melakukan aktivitas
terjadwal. Menurut penelitian oleh Livana ditahun 2020 bahwa dari hasil
penelitian, teori, dan penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa terapi generalis
yang diberikan telah memenuhi standar asuhan keperawatan dan mampu
meningkatkan kemampuan pasien dalam mengontrol halusinasi yang dialaminya.
Ada beberapa cara yang bisa dilatihkan kepada klien untuk mengontrol
halusinasi, meliputi :
1. Menghardik halusinasi.
Halusinasi berasal dari stimulus internal. Untuk mengatasinya, klien harus
berusaha melawan halusinasi yang dialaminya secara internal juga. Klien dilatih
untuk mengatakan, ”tidak mau dengar…, tidak mau lihat”. Ini dianjurkan untuk
dilakukan bila halusinasi muncul setiap saat. Bantu pasien mengenal halusinasi,
jelaskan cara-cara kontrol halusinasi, ajarkan pasien mengontrol halusinasi dengan
cara pertama yaitu menghardik halusinasi. Menurut penelitian oleh Bunga ditahun
2023, SP1 pasien dengan mengenal halusinasinya serta mengontrol halusinasi
dengan menghardik dilakukan pada 3x pertemuan dari hasil evaluasi pasien dapat
mengulangi mengontrol halusinasi dengan menghardik sudah dapat mengurangi
gejala halusinasinya sehingga kegiatan menghardik harus dilakukan secara
berkelanjutan.
2. Menggunakan obat
Salah satu penyebab munculnya halusinasi adalah akibat ketidakseimbangan
neurotransmiter di syaraf (dopamin, serotonin). Untuk itu, klien perlu diberi
penjelasan bagaimana kerja obat dapat mengatasi halusinasi, serta bagairnana
mengkonsumsi obat secara tepat sehingga tujuan pengobatan tercapai secara
optimal. Pendidikan kesehatan dapat dilakukan dengan materi yang benar dalam
pemberian obat agar klien patuh untuk menjalankan pengobatan secara tuntas dan
teratur.
3. Berinteraksi dengan orang lain
Klien dianjurkan meningkatkan keterampilan hubungan sosialnya. Dengan
meningkatkan intensitas interaksi sosialnya, kilen akan dapat memvalidasi
persepsinya pada orang lain. Klien juga mengalami peningkatan stimulus
eksternal jika berhubungan dengan orang lain. Dua hal ini akan mengurangi fokus
perhatian klien terhadap stimulus internal yang menjadi sumber halusinasinya.
Latih pasien mengontrol halusinasi dengan cara kedua yaitu bercakap-cakap
dengan orang lain
4. Beraktivitas secara teratur dengan menyusun kegiatan harian. Kebanyakan
halusinasi muncul akibat banyaknya waktu luang yang tidak dimanfaatkan dengan
baik oleh klien. Klien akhirnya asyik dengan halusinasinya. Untuk itu, klien perlu
dilatih menyusun rencana kegiatan dari pagi sejak bangun pagi sampai malam
menjelang tidur dengan kegiatan yang bermanfaat. Perawat harus selalu
memonitor pelaksanaan kegiatan tersebut sehingga klien betul-betul tidak ada
waktu lagi untuk melamun tak terarah. Latih pasien mengontrol halusinasi dengan
cara ketiga, yaitu melaksanakan aktivitas terjadwal. (Keliat, 2019)
ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PASIEN DENGAN HALUSINASI
a. Pengkajian
1. Identitas klien
Identitas klien berupa nama, usia, jenis kelamin, tanggal pada saat dirawat,
tanggal saat pengkajian, dan nomor rekam medis.
2. Faktor predisposisi
Faktor predisposisi merupakan faktor pendukung yang meliputi faktor biologis,
faktor psikologis, social budaya, dan faktor genetik
3.Faktor presipitasi
Faktor presipitasi merupakan faktor pencetus yang meliputi sikap persepsi merasa
tidak mampu, putus asa, tidak percaya diri, merasa gagal, merasa malang,
kehilangan, rendah diri, perilaku agresif, kekerasan, ketidak adekuatan pengobatan
dan penanganan gejala stress. Pencetus pada umunya mencakup kejadian
kehidupan yang penuh dengan stress seperti kehilangan yang mempengaruhi
kemampuan individu untuk berhubungan dengan orang lain dan menyebabkan
ansietas.
4. Psikososial yang terdiri dari genogram, konsep diri, hubungan socialdan
spiritual
5. Status mental yang terdiri dari penampilan, pembicaraan, aktifitas motorik, alam
perasaan, afek pasien, interaksi selama wawancara, persepsi, proses pikir, isi pikir,
tingkat kesadaran, memori, tingkat kosentrasi dan berhitung, kemampuan
penilaian, dan daya tilik diri.
6. Mekanisme koping: koping yang dimiliki klien baik adaptif maupun maladaptif
7. Aspek medis yang terdiri dari diagnosa medis dan terapi medis

b. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan persepsi sensori : halusinasi penglihatan (D.0085)

c. Tindakan Keperawatan
1. Tindakan pada pasien
a. Pengkajian Kaji tanda gejala halusinasi, penyebab, dan kemampuan mengatasi
nya. Jika ada halusinasi katakan anda percaya, tetapi anda sendiri tidak mendengar
,melihat, menhirup atau merasakan.
b. Diagnosis Jelaskan proses terjadinya halusinasi
c. Tindakan keperawatan
1) Tidak mendukung dan tidak membantah halusinasi klien
2) Latih klien melawan halusinasi degan menghardik
3) Latih klien mengabaikan halusinasi dengan bersikap cuek
4) Latih klien mengalihkan halusinasi dengan bercakap-cakap dan melakukan
kegiatan secara teratur
5) Latih klien minum obat dengan prinsip 8 benar, yaitu benar nama klien, benar
nama obat, benar manfaat obat, benar dosis obat, benar frekuensi, benar cara,
benar tanggal kadaluarsa, dan benar dokumentasi.
6) Disukusikan manfaat yang di dapatkan setelah mempraktikan melatih
mengendalikan halusinasi
7) Berikan pujian pada klien saat mampu, mempratikkan mengendalikan
halusinasi

2. Tindakan pada Keluarga


a. Kaji masalah klien yang dirasakan keluarga dalam merawat klien
b. Jelaskan pengertian, tanda dan gejala, serta proses tejadinya halusinasi yang
dialami klien.
c. Diskusikan cara merawat halusinasi dan memutuskan cara merawat yang sesuai
kondisi klien.
d. Melatih keluarga cara merawat halusinasi :
1) Menghindari situasi yang menyebabkan halusinasi 17
2) Membimbing klien melakukan latihan cara pengendalian halusinasi
sesuai dengan keadaan yang dilatih perawat kepada klien.
3) Memberi pujian atas keberhasilan klien
4) Melatih seluruh anggota keluarga untuk bercakap-cakap secara bergantian,
memotivasi klien melakukan kegiatan Latihan dan memberi pujian atas
keberhasilannya.
5) Menjelaskan tanda dan gejala halusinasi yang memerlukan rujukan segera yaitu
isi halunisasi yang memerlukan rujukan segera yaitu isi halusinasi yang
memerintahkan kekerasan, serta melakukan follow up ke pelayanan kesehatan
teratur

3. Tindakan Keperawatan Ners (TAK Stimulasi persepsi untuk halusinasi)


a. Sesi 1: Mengenal halusinasi (jenis, isi, frekuensi, waktu, situasi, respon)
b. Sesi 2: Melawan halusinasi dengan menghardik
c. Sesi 3: Melawan halusinasi dengan melakukan kegiatan terjadwal
d. Sesi 4: Melawan halusinasi dengan bercakap-cakap dan de-enskalasi
e. Sesi 5: Patuh 8 benar minum obat (benar nama klien, benar nama obat, benar
dosis obat, benar waktu pemberian, benar cara pemberian, benar manfaat, benar
kadaluwarsa, dan benar dokumentasi).

d. Implementasi
Implementasi adalah melakukan tindakan sesuai dengan rencana, masalah dan
kondisi klien yang bersangkutan . sebelum melakukan tindakan keperawatan yang
sudah di rencanakan perawat perlu memvalidasi apakah rencana tindakan
keperawatan masih di butuhkan dan sesuai dengan kondisi klien saat ini. Selai itu
perawat juga harus menilai kondisi dirinya, apakah sudah mempunyai kemampuan
interpersonal, intelektual, dan tekhnikal sesuai dengan tindakan yang akan di
laksanakan , dinilai kembali apakah aman bagi klien, setelah semua tidak ada
hambatan, maka tindakan keperawatan boleh di laksanakan. Setelah itu kontrak
dengan klien dan menjelaskan apa yang akan di lakukan serta mendokumentasikan
semua tindakan yang telah dilakukan beserta respon 18 klien setelah dilakukan
tindakan keperawatan, hubungan saling percaya antara perawat dengan klien
merupakan dasar utama dalam pelaksanaan tindakan keperawatan
e. Evaluasi
Evaluasi adalah proses yang berkelanjutan dan dilakukan harus terus - menerus
untuk menilai agar efek dari tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan.
Evaluasi dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan SOAP:
S: Respon subjektif klienterhadap tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan
O: Respon objektif klien terhadap keperawatan yang telah dilaksanakan
A: Analisa terhadap data subjektif dan objektif untuk mengumpulkan apakah
masalah masih ada atau sudah teratasi atau muncul masalah baru
P: Perencanaan tindakan lanjut berdasarkan hasil analisa respon klien
STRATEGI PELAKSANAAN KOMUNIKASI
PASIEN DENGAN HALUSINASI
1. Orientasi
1.1 Salam
Selamat pagi mbak, perkenalkan saya perawat Vinola yang sedang bertugas.
Nama mbak siapa? Biasanya senang dipanggil apa? Baik kalau begitu saya panggil
dengan mbak rara ya!
1.2 Evaluasi
Saat ini apa yang mbak rara rasakan? Baik, jadi mbak rara sering mendengar
suara-suara ya? Sudah berapa lama mbak rara merasakannnya?
1.3 Validasi Ketika suara-suara itu muncul apa yang mbak rara lakukan untuk
mengatasi nya? Apa hasilnya?
1.4 Kontrak
1.4.1 Tindakan Oke, baik mbak rara, bagaimana kalau saya periksa dulu, agar
mbak rara dapat mengatasi hal tersebut. Tujuannya adalah agar mbak rara lebih
merasa tenang dan suara-suara yang mbak dengar semakin berkurang. Apakah
mbak rara bersedia?
1.4.2 Waktu
Baik kalau mbak rara bersedia, sekiranya selama 30 menit kita ngobrol-ngobrol
bagaimana mbak rara?
1.4.3 Tempat
Untuk tempatnya, mbak rara maunya di mana yang nyaman? Ohh disini saja ya
mbak? Baik.

2. Kerja
2.1 Pengkajian
Jenis : Mbak rara sering ya mendengar suara-suara tanpa tau sumbernya dari
mana? Waktu : Biasanya kapan mbak rara sering mendengar suara-suara itu?
Frekuensi : Apakah suaranya sering muncul? 20 Situasi : Dan biasanya pada
situasi apa suara nya sering muncul? Respon : Apa yang mbak rara rasakan saat itu
terjadi? Upaya : Apa yang mbak rara lakukan saat suara itu muncul? Apakah
suaranya menjadi berkurang?
2.2 Diagnosa Baiklah mbak rara, jadi ketika kita sering mendengar suara-suara
yang kita tidak tau asalnya dari mana sehingga kita merasa terganggu itu dapat
disbut sebagai halusinasi, hal ini harus kita lakukan cara pengendaliannya.
Bagaimana kalau kita latihan cara untuk mengendalikannya?
2.3 Tindakan
2.3.1 Latihan Menghardik Nah mbak rara yang pertama kita latihan untuk
menghardik ya, akan saya contohkan, jika mbak rara mendengar suara-suara itu
segara tutup telinga dan katakan dengan lantang “ Pergi kamu, jangan ganggu
ganggu saya, kamu itu suara palsu, pergi kamu saya tidak mau dengar” Nah
sekarang ayo kita coba sama-sama. Baik sekali mbak rara, sekarang mbak rara
coba praktekkan sendiri. Wah hebat mbak rara sudah dapat melakukannnya.
Bagaimana perasaan mbak rara sekarang?
2.3.2 Latihan Mengabaikan Nah mbak rara, nanti kalau suara itu datang lagi, mbak
rara tidak usah mendengairkannya, diabaikan saja dengan cuek, ayo kita coba.
2.3.3 Latihan Distraksi Baiklah mbak rara, selain hal tadi mbak rara juga bisa
mengalihkan perhatian mbak rara dari suara-suara itu dengan mengobrol atau
bercakap cakap, dengan siapa mbak rara biasanya nyaman untuk mengobrol? Oh
dengan teman, kalau begitu nanti mbak rara bisa sering-sering bercakapcakap
dengan teman mbak rara, misalnya “ ayo kita bercakap-cakap biar suara itu gak
mengganggu saya lagi dan dapat dikendalikan” Nah, kita cari teman mbak rara
untuk mengobrol dan kita praktikkan, lalu buat jadwal dengan siapa untuk
mengobrol dan bercakap-cakap. Selain itu biasanya mbak rara apa saja kegiatan
sehari-harinya? Oh jadi setiap hari mbak rara membereskan kamar dan mencuci
piring? Coba mbak rara pilih salah satunya. Oke coba kita lihat apakah ada piring
yang kotor? Nah ada beberapa piring yang kotor, sekarang coba kita cuci yuk.
Mbak rara bisa coba ya, pertama kita basahi spons cuci piringnya dengan air, lalu
ambil cairan pencuci piring, taruh di spons dan kita gosok sampai berbusa, lalu
mulai cuci piring nya satu persatu lalu dibilas. Wah piringpiringnya sudah bersih
sekarang, bagaimana perasaan mbak rara? Wahh baik sekali mbak rara. Sekarang
kita coba mmbuat jadwal kegiatan mbak rara untuk mencuci piring ya.

3. Terminasi
3.1 Evaluasi
Subjektif Bagaimana perasaan mbak rara setelah kita ngobrol dan melakukan
latihan tadi?
3.2 Evaluasi Objektif
Apakah mbak rara masih ingat apa saja latihan kita tadi? Wah benar sekali.
Kemudian cara apa saja yang dapat kita lakukan ketika mulai muncul suara?
Mbak rara hebat ya masih ingat latihan kita tadi.
3.3 Rencana Tindak Lanjut Klien
Baiklah mbak rara, bagaimana kalau kita latihan secara teratur? Nah kita atur
jadwalnya ya. Latihan menghardik berapa kali sehari? Latihan bercakap-
cakap? Latihan cuci piring?. Baik ini sudah kita sepakati jadwalnya ya mbak
rara, dan jika mbak rara masih mendengar suara-suara, mbak rara bisa
mencoba praktekkan latihan kita sebelumnya.
3.4 Rencana Tindak Lanjut Perawat
Nah mbak rara, lusa pada hari rabu kita akan periksa kembali untuk melihat
tanda gejalanya, jika nanti ada tambahan obat akan saya jelaskan bagaimana
cara meminum obat dengan benar dan setelah itu kita latihan pengendalian
kembali ya mbak rara 22
3.5 Salam
Baiklah mbak rara, sebelumnya apakah ada yang ingin mbak rara tanyakan?
Jika tidak sampai bertemu di hari rabu ya mbak rara. Saya pamit terlebih
dahulu, semoga cepat sembuh.
DAFTAR PUSTAKA

Azizah, L.M. 2011. Keperawatan Jiwa Aplikasi Praktik Klinik. Edisi 1. Yogyakarta :
Graha Ilmu.Damaiyanti, M. 2012.Asuhan Keperawatan Jiwa

Samarinda : Refika Aditama.Direja, Ade Herman Surya. 2011.Buku Ajar Asuhan


KeperawatanJiwa. Yogyakarta: NuhaMedika.Fitria, Nita. 2012.

Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan Strategi Pelaksanaan
Tindakan Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.Keliat, Budi Anna. 2014.

Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas CMHN (Basic Course).Jakarta: EGCKusumawati &


Hartono. 2012.Buku Ajar Keperawatan Jiwa.

Jakarta: Salemba Medika.Maramis, W.F. 2005.Ilmu Kedokteran Jiwa (Edisi 9)Surabaya:


Airlangga University Press.Trimelia. 2011.

Asuhan Keperawatan Klien Halusinasi.Jakarta: Trans Info Media.

Anda mungkin juga menyukai