OLEH :
A. KONSEP MEDIS
1. Definisi Halusinasi
Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan sensori persepsi yang dialami oleh
pasien gangguan jiwa. Pasien merasakan sensasi berupa suara, penglihatan, pengecapan,
perabaan, atau penghiduan tanpa stimulus yang nyata Keliat, (2011) dalam Zelika,
(2015). Halusinasi adalah persepsi sensori yang salah atau pengalaman persepsi yang
tidak sesuai dengan kenyataan Sheila L Vidheak,( 2001) dalam Darmaja (2014).
Menurut Surya, (2011) dalam Pambayung (2015) halusinasi adalah hilangnya
kemampuan manusia dalam membedakan rangsangan internal (pikiran) dan rangsangan
eksternal (dunia luar). Halusinasi adalah persepsi atau tanggapan dari pancaindera tanpa
adanya rangsangan (stimulus) eksternal (Stuart & Laraia, 2001).Halusinasi merupakan
gangguan persepsi dimana pasien mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak
terjadi.
Berdasarkan beberapa pendapat diatas, yang dimaksud dengan halusinasi adalah
gangguan persepsi sensori dimana klien mempersepsikan sesuatu melalui panca indera
tanpa ada stimulus eksternal. Halusinasi berbeda dengan ilusi, dimana klien mengalami
persepsi yang salah terhadap stimulus, salah persepsi pada halusinasi terjadi tanpa adanya
stimulus eksternal yang terjadi, stimulus internal dipersepsikan sebagai sesuatu yang
nyata ada oleh klien.
2. Etiologi
Menurut Stuart dan Laraia (2001) dalam Pambayun (2015), faktor-faktor yang
menyebabkan klien gangguan jiwa mengalami halusinasi adalah sebagai berikut :
1. Faktor Predisposisi
a. Faktor genetis
Secara genetis, skizofrenia diturunkan melalui kromosom-kromosom tertentu.
Namun demikian, kromosom ke berapa yang menjadi faktor penentu gangguan ini
sampai sekarang masih dalam tahap penelitian. Anak kembar identik memiliki
kemungkinan mengalami skizofrenia sebesar 50% jika salah satunya mengalami
skizofrenia, sementara jika dizigote, peluangnya sebesar 15%. Seorang anak yang
salah satu orang tuanya mengalami skizofrenia berpeluang 15% mengalami
skizofrenia, sementara bila kedua orang tuanya skizofrenia maka peluangnya
menjadi 35%.
b. Faktor neurobiologis
Klien skizofrenia mengalami penurunan volume dan fungsi otak yang abnormal.
Neurotransmitter juga ditemukan tidak normal, khususnya dopamin, serotonin, dan
glutamat.
1) Studi neurotransmitter
Skizofrenia diduga juga disebabkan oleh adanya ketidakseimbangan
neurotransmitter. Dopamin berlebihan, tidak seimbang dengan kadar serotonin.
2) Teori virus
Paparan virus influenza pada trimester ketiga kehamilan dapat menjadi faktor
predisposisi skizofrenia.
3) Psikologis
Beberapa kondisi psikologis yang menjadi faktor predisposisi skizofrenia antara
lain anak yang diperlakukan oleh ibu yang pencemas, terlalu melindungi,
dingin, dan tak berperasaan, sementara ayah yang mengambil jarak dengan
anaknya.
2. Faktor Presipitasi
1) Berlebihannya proses informasi pada sistem saraf yang menerima dan memproses
informasi di thalamus dan frontal otak.
2) Mekanisme penghantaran listrik di syaraf terganggu.
3) Kondisi kesehatan, meliputi : nutrisi kurang, kurang tidur, ketidakseimbangan
irama sirkadian, kelelahan, infeksi, obat-obat sistem syaraf pusat, kurangnya
latihan, hambatan untuk menjangkau pelayanan kesehatan.
4) Lingkungan, meliputi : lingkungan yang memusuhi, krisis masalah di rumah
tangga, kehilangan kebebasan hidup, perubahan kebiasaan hidup, pola aktivitas
sehari-hari, kesukaran dalam hubungan dengan orang lain, isolasi social,
kurangnya dukungan sosial, tekanan kerja, kurang ketrampilan dalam bekerja,
stigmatisasi, kemiskinan, ketidakmampuan mendapat pekerjaan.
5) Sikap/perilaku, meliputi : merasa tidak mampu, harga diri rendah, putus asa, tidak
percaya diri, merasa gagal, kehilangan kendali diri, merasa punya kekuatan
berlebihan, merasa malang, bertindak tidak seperti orang lain dari segi usia maupun
kebudayaan, rendahnya kernampuan sosialisasi, perilaku agresif, ketidakadekuatan
pengobatan, ketidakadekuatan penanganan gejala.
4. Jenis Halusinasi
Menurut Stuart (2007) dalam Yusalia (2015), jenis halusinasi antara lain :
1. Halusinasi pendengaran (auditorik) 70 %
Karakteristik ditandai dengan mendengar suara, teruatama suara – suara orang,
biasanya klien mendengar suara orang yang sedang membicarakan apa yang sedang
dipikirkannya dan memerintahkan untuk melakukan sesuatu.
2. Halusinasi penglihatan (visual) 20 %
Karakteristik dengan adanya stimulus penglihatan dalam bentuk pancaran cahaya,
gambaran geometrik, gambar kartun dan / atau panorama yang luas dan kompleks.
Penglihatan bisa menyenangkan atau menakutkan.
3. Halusinasi penghidu (olfactory)
Karakteristik ditandai dengan adanya bau busuk, amis dan bau yang menjijikkan
seperti: darah, urine atau feses. Kadang – kadang terhidu bau harum.Biasanya
berhubungan dengan stroke, tumor, kejang dan dementia.
4. Halusinasi peraba (tactile)
Karakteristik ditandai dengan adanya rasa sakit atau tidak enak tanpa stimulus yang
terlihat. Contoh : merasakan sensasi listrik datang dari tanah, benda mati atau orang
lain.
5. Halusinasi pengecap (gustatory)
Karakteristik ditandai dengan merasakan sesuatu yang busuk, amis dan menjijikkan,
merasa mengecap rasa seperti rasa darah, urin atau feses.
6. Halusinasi cenesthetik
Karakteristik ditandai dengan merasakan fungsi tubuh seperti darah mengalir melalui
vena atau arteri, makanan dicerna atau pembentukan urine.
7. Halusinasi kinesthetic
Merasakan pergerakan sementara berdiri tanpa bergerak.
5. Tanda Gejala
Beberapa tanda dan gejala perilaku halusinasi adalah tersenyum atautertawa yang
tidak sesuai, menggerakkan bibir tanpa suara, bicarasendiri,pergerakan mata cepat, diam,
asyik dengan pengalamansensori,kehilangan kemampuan membedakan halusinasi dan
realitas rentangperhatian yang menyempit hanya beberapa detik atau menit,
kesukaranberhubungan dengan orang lain, tidak mampu merawat diri,perubahan
Berikut tanda dan gejala menurut jenis halusinasi Stuart & Sudden, (1998) dalam
Yusalia (2015).
Jenis halusinasi Karakteriostik tanda dan gejala
Pendengaran Mendengar suara-suara / kebisingan,
paling sering suara kata yang jelas,
berbicara dengan klien bahkan sampai
percakapan lengkap antara dua orang
yang mengalami halusinasi. Pikiran yang
terdengar jelas dimana klien mendengar
perkataan bahwa pasien disuruh untuk
melakukan sesuatu kadang-kadang dapat
membahayakan.
6. Fase Halusinasi
Halusinasi yang dialami oleh klien bisa berbeda intensitas dan keparahannya Stuart &
Sundeen, (2006) dalam Bagus, (2014), membagi fase halusinasi dalam 4 fase berdasarkan
tingkat ansietas yang dialami dan kemampuan klien mengendalikan dirinya. Semakin
berat fase halusinasi, klien semakin berat mengalami ansietas dan makin dikendalikan
oleh halusinasinya.
Fase halusinasi Karakteristik Perilaku pasien
1 2 3
Fase 1 : Comforting- Klien mengalami keadaan Menyeringai atau
ansietas tingkat emosi seperti ansietas, tertawa yang tidak
sedang, secara kesepian, rasa bersalah, dan sesuai, menggerakkan
umum, halusinasi takut serta mencoba untuk bibir tanpa
bersifat berfokus pada penenangan menimbulkan suara,
menyenangkan pikiran untuk mengurangi pergerakan mata yang
ansietas. Individu mengetahui cepat, respon verbal
bahwa pikiran dan yang lambat, diam dan
pengalaman sensori yang dipenuhi oleh sesuatu
dialaminya tersebut dapat yang mengasyikkan.
dikendalikan jika ansietasnya
bias diatasi
(Non psikotik)
Fase II: Pengalaman sensori bersifat Peningkatan sistem
Condemning- menjijikkan dan menakutkan, syaraf otonom yang
ansietas tingkat klien mulai lepas kendali dan menunjukkan ansietas,
berat, secara umum, mungkin mencoba untuk seperti peningkatan
halusinasi menjadi menjauhkan dirinya dengan nadi, pernafasan, dan
menjijikkan sumber yang dipersepsikan. tekanan darah;
Klien mungkin merasa malu penyempitan
karena pengalaman kemampuan
sensorinya dan menarik diri konsentrasi, dipenuhi
dari orang lain. dengan pengalaman
(Psikotik ringan) sensori dan kehilangan
kemampuan
membedakan antara
halusinasi dengan
realita.
Fase III: Controlling- Klien berhenti menghentikan Cenderung mengikuti
ansietas tingkat perlawanan terhadap petunjuk yang diberikan
berat, pengalaman halusinasi dan menyerah pada halusinasinya daripada
sensori menjadi halusinasi tersebut. Isi menolaknya, kesukaran
berkuasa halusinasi menjadi menarik, berhubungan dengan
dapat berupa permohonan. orang lain, rentang
Klien mungkin mengalarni perhatian hanya
kesepian jika pengalaman beberapa detik atau
sensori tersebut berakhir. menit, adanya tanda-
(Psikotik) tanda fisik ansietas berat
: berkeringat, tremor,
tidak mampu mengikuti
petunjuk.
Fase IV: Conquering Pengalaman sensori menjadi Perilaku menyerang-
Panik, umumnya mengancam dan menakutkan teror seperti panik,
halusinasi menjadi jika klien tidak mengikuti berpotensi kuat
lebih rumit, melebur perintah. Halusinasi bisa melakukan bunuh diri
dalam halusinasinya berlangsung dalam beberapa atau membunuh orang
jam atau hari jika tidak ada lain, Aktivitas fisik yang
intervensi terapeutik. merefleksikan isi
(Psikotik Berat) halusinasi seperti amuk,
agitasi, menarik diri,
atau katatonia, tidak
mampu berespon
terhadap perintah yang
kompleks, tidak mampu
berespon terhadap lebih
dari satu orang.
7. Penatalaksanaan Medis
Menurut Keliat (2011) dalam Pambayun (2015), tindakan keperawatan untuk
membantu klien mengatasi halusinasinya dimulai dengan membina hubungan saling
percaya dengan klien. Hubungan saling percaya sangat penting dijalin sebelum
mengintervensi klien lebih lanjut. Pertama-tama klien harus difasilitasi untuk merasa
nyaman menceritakan pengalaman aneh halusinasinya agar informasi tentang halusinasi
yang dialami oleh klien dapat diceritakan secara konprehensif. Untuk itu perawat harus
memperkenalkan diri, membuat kontrak asuhan dengan klien bahwa keberadaan perawat
adalah betul-betul untuk membantu klien. Perawat juga harus sabar, memperlihatkan
penerimaan yang tulus, dan aktif mendengar ungkapan klien saat menceritakan
halusinasinya. Hindarkan menyalahkan klien atau menertawakan klien walaupun
pengalaman halusinasi yang diceritakan aneh dan menggelikan bagi perawat. Perawat
harus bisa mengendalikan diri agar tetap terapeutik.
Setelah hubungan saling percaya terjalin, intervensi keperawatan selanjutnya adalah
membantu klien mengenali halusinasinya (tentang isi halusinasi, waktu, frekuensi
terjadinya halusinasi, situasi yang menyebabkan munculnya halusinasi, dan perasaan
klien saat halusinasi muncul). Setelah klien menyadari bahwa halusinasi yang dialaminya
adalah masalah yang harus diatasi, maka selanjutnya klien perlu dilatih bagaimana cara
yang bisa dilakukan dan terbukti efektif mengatasi halusinasi. Proses ini dimulai dengan
mengkaji pengalaman klien mengatasi halusinasi. Bila ada beberapa usaha yang klien
lakukan untuk mengatasi halusinasi, perawat perlu mendiskusikan efektifitas cara
tersebut. Apabila cara tersebut efektif, bisa diterapkan, sementara jika cara yang
dilakukan tidak efektif perawat dapat membantu dengan cara-cara baru.
Menurut Keliat (2011) dalam Pambayun (2015), ada beberapa cara yang bisa
dilatihkan kepada klien untuk mengontrol halusinasi, meliputi :
1. Menghardik halusinasi.
Halusinasi berasal dari stimulus internal. Untuk mengatasinya, klien harus
berusaha melawan halusinasi yang dialaminya secara internal juga. Klien dilatih untuk
mengatakan, ”tidak mau dengar…, tidak mau lihat”. Ini dianjurkan untuk dilakukan
bila halusinasi muncul setiap saat. Bantu pasien mengenal halusinasi, jelaskan cara-
cara kontrol halusinasi, ajarkan pasien mengontrol halusinasi dengan cara pertama
yaitu menghardik halusinasi:
2. Menggunakan obat.
Salah satu penyebab munculnya halusinasi adalah akibat ketidakseimbangan
neurotransmiter di syaraf (dopamin, serotonin). Untuk itu, klien perlu diberi
penjelasan bagaimana kerja obat dapat mengatasi halusinasi, serta bagairnana
mengkonsumsi obat secara tepat sehingga tujuan pengobatan tercapai secara optimal.
Pendidikan kesehatan dapat dilakukan dengan materi yang benar dalam pemberian
obat agar klien patuh untuk menjalankan pengobatan secara tuntas dan teratur.
Keluarga klien perlu diberi penjelasan tentang bagaimana penanganan klien yang
mengalami halusinasi sesuai dengan kemampuan keluarga. Hal ini penting dilakukan
dengan dua alasan. Pertama keluarga adalah sistem di mana klien berasal. Pengaruh
sikap keluarga akan sangat menentukan kesehatan jiwa klien. Klien mungkin sudah
mampu mengatasi masalahnya, tetapi jika tidak didukung secara kuat, klien bisa
mengalami kegagalan, dan halusinasi bisa kambuh lagi. Alasan kedua, halusinasi
sebagai salah satu gejala psikosis bisa berlangsung lama (kronis), sekalipun klien
pulang ke rumah, mungkin masih mengalarni halusinasi. Dengan mendidik keluarga
tentang cara penanganan halusinasi, diharapkan keluarga dapat menjadi terapis begitu
klien kembali ke rumah. Latih pasien menggunakan obat secara teratur:
Jenis-jenis obat yang biasa digunakan pada pasien halusinasi adalah:
a. Clorpromazine ( CPZ, Largactile ), Warna : Orange
Indikasi:
Untuk mensupresi gejala – gejala psikosa : agitasi, ansietas, ketegangan,
kebingungan, insomnia, halusinasi, waham, dan gejala – gejala lain yang biasanya
terdapat pada penderita skizofrenia, manik depresi, gangguan personalitas, psikosa
involution, psikosa masa kecil.
Cara pemberian:
Untuk kasus psikosa dapat diberikan per oral atau suntikan intramuskuler. Dosis
permulaan adalah 25 – 100 mg dan diikuti peningkatan dosis hingga mencapai 300
mg perhari. Dosis ini dipertahankan selama satu minggu. Pemberian dapat
dilakukan satu kali pada malam hari atau dapat diberikan tiga kali sehari. Bila
gejala psikosa belum hilang, dosis dapat dinaikkan secara perlahan – lahan sampai
600 – 900 mg perhari.
Kontra indikasi:
Sebaiknya tidak diberikan kepada klien dengan keadaan koma, keracunan alkohol,
barbiturat, atau narkotika, dan penderita yang hipersensitif terhadap derifat
fenothiazine.
Efek samping:
Yang sering terjadi misalnya lesu dan mengantuk, hipotensi orthostatik, mulut
kering, hidung tersumbat, konstipasi, amenore pada wanita, hiperpireksia atau
hipopireksia, gejala ekstrapiramida. Intoksikasinya untuk penderita non psikosa
dengan dosis yang tinggi menyebabkan gejala penurunan kesadaran karena depresi
susunan syaraf pusat, hipotensi,ekstrapiramidal, agitasi, konvulsi, dan perubahan
gambaran irama EKG. Pada penderita psikosa jarang sekali menimbulkan
intoksikasi.
b. Haloperidol ( Haldol, Serenace ), Warna : Putih besar
Indikasi:
Yaitu manifestasi dari gangguan psikotik, sindroma gilies de la tourette pada anak
– anak dan dewasa maupun pada gangguan perilaku yang berat pada anak – anak.
Cara pemberian:
Dosis oral untuk dewasa 1 – 6 mg sehari yang terbagi menjadi 6 – 15 mg untuk
keadaan berat. Dosis parenteral untuk dewasa 2 -5 mg intramuskuler setiap 1 – 8
jam, tergantung kebutuhan.
Kontra indikasi:
Depresi sistem syaraf pusat atau keadaan koma, penyakit parkinson, hipersensitif
terhadap haloperidol.
Efek samping:
Yang sering adalah mengantuk, kaku, tremor, lesu, letih, gelisah, gejala
ekstrapiramidal atau pseudoparkinson. Efek samping yang jarang adalah nausea,
diare, kostipasi, hipersalivasi, hipotensi, gejala gangguan otonomik. Efek samping
yang sangat jarang yaitu alergi, reaksi hematologis. Intoksikasinya adalah bila klien
memakai dalam dosis melebihi dosis terapeutik dapat timbul kelemahan otot atau
kekakuan, tremor, hipotensi, sedasi, koma, depresi pernapasan.
c. Trihexiphenidyl ( THP, Artane, Tremin ), Warna: Putih kecil
Indikasi:
Untuk penatalaksanaan manifestasi psikosa khususnya gejala skizofrenia.
Cara pemberian:
Dosis dan cara pemberian untuk dosis awal sebaiknya rendah ( 12,5 mg ) diberikan
tiap 2 minggu. Bila efek samping ringan, dosis ditingkatkan 25 mg dan interval
pemberian diperpanjang 3 – 6 mg setiap kali suntikan, tergantung dari respon klien.
Bila pemberian melebihi 50 mg sekali suntikan sebaiknya peningkatan perlahan –
lahan.
Kontra indikasi:
Pada depresi susunan syaraf pusat yang hebat, hipersensitif terhadap fluphenazine
atau ada riwayat sensitif terhadap phenotiazine. Intoksikasi biasanya terjadi gejala
– gejala sesuai dengan efek samping yang hebat. Pengobatan over dosis ; hentikan
obat berikan terapi simtomatis dan suportif, atasi hipotensi dengan levarteronol
hindari menggunakan ephineprine ISO, (2008) dalam Pambayun (2015).
3. Berinteraksi dengan orang lain.
Klien dianjurkan meningkatkan keterampilan hubungan sosialnya. Dengan meningkatkan
intensitas interaksi sosialnya, kilen akan dapat memvalidasi persepsinya pada orang
lain. Klien juga mengalami peningkatan stimulus eksternal jika berhubungan dengan
orang lain. Dua hal ini akan mengurangi fokus perhatian klien terhadap stimulus
internal yang menjadi sumber halusinasinya. Latih pasien mengontrol halusinasi
dengan cara kedua yaitu bercakap-cakap dengan orang lain:
4. Beraktivitas secara teratur dengan menyusun kegiatan harian. Kebanyakan halusinasi
muncul akibat banyaknya waktu luang yang tidak dimanfaatkan dengan baik oleh
klien. Klien akhirnya asyik dengan halusinasinya. Untuk itu, klien perlu dilatih
menyusun rencana kegiatan dari pagi sejak bangun pagi sampai malam menjelang
tidur dengan kegiatan yang bermanfaat. Perawat harus selalu memonitor pelaksanaan
kegiatan tersebut sehingga klien betul-betul tidak ada waktu lagi untuk melamun tak
terarah. Latih pasien mengontrol halusinasi dengan cara ketiga, yaitu melaksanakan
aktivitas terjadwal
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan langkah awal didalam pelaksanaan asuhan
keperawatan. Pengkajian dilakukan dengan cara wawancara dan observasi pada
pasien dan keluarga.
Tanda dan gejala gangguan sensori persepsi halusinasi dapat ditemukan
denganwawancara, melalui pertanyaan sebagai berikut
a. Dari pengamatan saya sejak tadi, bapak/ibu tampakseperti bercakap-cakap sendiri
apa yang sedang bapak/ibu dengar/lihat?
b. Apakah bapak/ibu melihat bayangan-bayangan yang menakutkan?
c. Apakah ibu/bapak mencium bau tertentu yang menjijikkan?
d. Apakah ibu/bapak meraskan sesuatu yang menjalar ditubuhnya?
e. Apakah ibu/bapak merasakan sesuatu yang menjijikkan dan tidak mengenakkan?
f. Seberapa sering bapak//ibu mendengar suara-suara atau melihat bayangan
tersebut?.
g. Kapan bapak/ ibu mendengar suara atau melihat bayang-bayang?
h. Pada situasi apa bapak/ibu mendengar suara atau melihat bayang-bayang?
i. Bagaimana perasaaan bapak/ibu mendengar suara atau melihat bayangan tersebut?
j. Apa yang sudah bapak/ibu lakukan, ketika mendengar suara dan melihat bayangan
tersebut?
Tanda dan gejala halusinasi yang dapat ditemukan melalui observasi sebagai
berikut:
a. Pasien tampak bicara atau tertawa sendiri
b. Marah-marah tanpa sebab
c. Memiringkan atau mengarahkan telinga ke arah tertentu atau menutup telinga.
d. Menunjuk-nunjuk ke arah tertentu
e. Ketakutan pada sesuatu yang tidak jelas
f. Menghidu seperti sedang membaui bau-bauan tertentu.
g. Menutup hidung.
h. Sering meludah
i. Muntah
j. Menggaruk permukaan kulit
2. Diagnosis Keperawatan
Langkah kedua dalam asuhan keperawatan adalah menetapkan diagnosis
keperawatan yang dirumuskan berdasarkan tAnda dan gejala gangguan sensori
persepsi : halusinasi yang ditemukan.Data hasil observasi dan wawancara dilanjutkan
dengan menetapkan diagnosis keperawatan. Bagan dibawah ini merupakan contoh:
Analisa data dan rumusan masalah
Analisa Data
NO Data Masalah Keperawatan
1. Data Objektif :
• Bicara atau tertawa sendiri Halusinasi
• Marah marah tanpa sebab
• Mengarahkan telinga ke posisi tertentu.
• Menutup telinga
Data Subjektif :
• Mendengar suara-suara atau kegaduhan
• Mendengar suara yang mengajak bercakap-
cakap
• Mendengar suara menyuruh melakukan
sesuatu yang berbahaya
Berdasarkan hasil pengkajian pasien menunjukkan tanda dan gejala gangguan sensori
persepsi : halusinasi, maka diagnosis keperawatan yang ditegakkan adalah:
Gangguan Sensori Persepsi : Halusinasi
Langkah selanjutnya setelah Andamampu membuat analisa serta rumusan masalah,
Anda dapat membuat pohon masalah. Berikut ditampilkan contoh bagan pohon masalah,
tentunya Anda diharapkan dapat menntukan pengelompokkan masalah sehingga dapat
ditentukan penyebab, masalah utama dan efek dari masalah utama. Gambar dibawah ini
merupakan contoh pohon masalah untuk gangguan sensori persepsi halusinasi :
POHON MASALAH
Akibat/ Efek Resiko Perilaku Kekerasan
3. Tindakan Keperawatan.
Tindakan Keperawatan
1) Membina Hubungan Saling Percaya dengan cara:
(a) Mengucapkan salam setiap kali berinteraksi dengan pasien dan
(b) Berkenalan dengan pasien: perkenalkan nama dan nama panggilan yang
perawat sukai, serta tanyakan nama dan nama panggilan yang disukai
pasien
(c) Menanyakan perasaan dan keluhan pasien saat ini
(d) Buat kontrak asuhan apa yang perawat akan lakukan bersama pasien,
berapa lama akan dikerjakan, dan tempat pelaksanaan asuhan keperawatan.
(e) Jelaskan bahwa perawat akan merahasiakan informasi yang diperoleh untuk
kepentingan terapi
(f) Setiap saat tunjukkan sikap empati terhadap pasien
(g) Penuhi kebutuhan dasar pasien bila memungkinkan
2) Membantu pasien menyadari ganguan sensori persepsi halusinasi
(a) Tanyakan pendapat pasien tentang halusinasi yang dialaminya: tanpa
mendukung, dan menyangkal halusinasinya.
(b) Mengidentifikasi isi, frekuensi, waktu terjadinya, situasi pencetus,
perasaan, respon dan upaya yang sudah dilakukan pasien untuk
menghilangkan atau mengontrol halusinasi.
3) Melatih Pasien cara mengontrol halusinasi:
Secara rinci tahapan melatih pasien mengontrol halusinasi dapat dilakukan sebagai
berikut:
(a) Jelaskan cara mengontrol halusinasi dengan menghardik, 6(enam) benar
minum obat, bercakap-cakap dan melakukan kegiatan dirumah seperti
membereskan kamar, merapihkan tempat tidur serta mencuci baju.
(b) Berikan contoh cara menghardik, 6(enam) benar minum obat,
bercakapcakap dan melakukan kegiatan dirumah seperti membereskan
kamar, merapihkan tempat tidur serta mencuci baju.
(c) Berikan kesempatan pasien mempraktekkan cara menghardik, 6(enam)
benar minum obat, bercakap-cakap dan melakukan kegiatan dirumah
seperti membereskan kamar, merapihkan tempat tidur serta mencuci baju
yang dilakukan di hadapan Perawat
(d) Beri pujian untuk setiap kemajuan interaksi yang telah dilakukan oleh
pasien.
(e) Siap mendengarkan ekspresi perasaan pasien setelah melakukan tindakan
keperawatan untuk mengontrol halusinasi. Mungkin pasien akan
mengungkapkan keberhasilan atau kegagalannya. Beri dorongan terus
menerus agar pasien tetap semangat meningkatkan latihannya.
https://www.academia.edu/30128967/LP_dan_ASKEP_Halusinasi
https://www.neliti.com/publications/299576/asuhan-keperawatan-pada-tns-dengan-
gangguan-sensori-persepsi-halusinasi-pendenga
http://journal.stikeskendal.ac.id/index.php/keperawatan/article/view/548
https://www.academia.edu/9797578/LAPORAN_PENDAHULUAN_LP_HALUSIN
ASI
https://www.academia.edu/11032316/LP_Halusinasi
ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. “M”
DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI YAITU
HALUSINASI BERFOKUS PADA PENDENGARAN
OLEH :
Kasus Fiktif
Ny. M usia 40 tahun wanita yang dulunya bekerja di Salah satu Perusahan
industri makanan ini 3 minggu yang lalu baru saja diberhentikan oleh atasannya klien
mengatakan curiga ini karna ada rekan kerja nya yang tidak suka dengannya dan yang
seringkali memfitnah klien. Hasil pengakajian didapatkan data klien sering
mendengar suara- suara atau bisikan yanng menyuruh nya untuk pergi mandi. Klien
tampak sedih, tidak ingin bergaul dan bertemu orang lain. Menurut keluarga klien,
klien sering berbicara sendiri, marah- marah dan berteriak- teriak. Klien hanya di
rumah dan tidak dibawa ke RS, perawat dari Puskesmas terdekat datang ke rumah
klien untuk melakukan kunjungan rumah untuk membantu mengatasi gangguan jiwa
yang dialami klien.
A. FORMAT PENGKAJIAN
I. Identitas
1. Namapasien : Ny. M
2. Umur : 40 tahun
3. Jeniskelamin : Perempuan
4. Status perkawinan : sudah menikah
5. Orang yang berarti :suami dan ibu nya
6. Pekerjaan :Tidak kerja
7. Pendidikan : S1
8. Tanggalmasuk : 23November 2020
9. Tanggal pengkajian : 23November 2020
2) Pengobatan sebelumnya
Berhasil Kurangberhasil Tidak berhasil Petunjuk ✓ Tidak pernah
Jelaskan : klien belum pernah menjalani pengobatan gangguan jiwa.
Masalah Keperawatan : Tidak Ada
3) Riwayat Penganiayaan
Pelaku/Usia Korban/Usia Saksi/Usia
1. Aniaya fisik /......... /......... /.........
2. Aniayaseksual /......... /......... /.........
3. Penolakan /40 tahun /......... /.........
4. Kekerasandalamkeluarga /......... /......... /.........
5. Tindakankriminal /......... /......... /.........
Jelaskan :
klien mengatakan tidak pernah mengalami penganiayaan fisik,
seksual, ataupun kekerasan dalam hidupnya, tetapi klien pernah di
fitnah beberapa kali oleh rekan kerja nya yang dimana rekan kerjanya
itu suka iri sama klien
Masalah Keperawatan: Isolasi sosial
Jelaskan : klien mengatakan tidak ada keluhan atau masalah pada fisiknya.
Masalah Keperawatan : Tidak Ada
V. PSIKOSOSIAL
1. Genogram
Keterangan
• : Perempuan
• : Laki-laki
X : Meninggal
: Tinggal serumah
• : Pasien Ny S
: perkawinan
Jelaskan :
klien anak ke 2 dari 3 bersaudara, ayah klien sudah meninggal.
Komunikasi keluarga menerima, keluarga berusaha membantu klien
mengatasi halusinasinya di rumah.
2. Konsep diri
a. Gambaran diri
klien mengatakan menyukai semua anggota tubuhnya.
Saat ditanya bagian tubuh yang paling disukai adalah matanya.
b. Identitas
klien dapat menyebutkan identitas dirinya (nama, alamat,
hobby),
c. Peran
Sebelum sakit klien mempunyai bekerja di perusahaan Klien
dapat melakukan pekerjaannya dengan semangat, tapi setelah
diberhentikan klien mulai mengalami gangguan klien tidak
melakukan aktivitas seperti sebelumnya
d. Idealdiri
Klien mengatakan ingin segera sembuh dan sehingga bisa
berkumpul dan melakukan aktivitas dengan keluarga seperti dulu.
Klien juga mengatakan ingin suara- suara/ bisikan yang sering di
dengarnya segera teratasi.
e. Harga diri
Klien mengatakan merasa kurang percaya diridengan dirinya
karna bingung mau lamar kerja dimana lagi, klien merasa kurang
sedih setelah diberhentikan kerja
Masalah keperawatan :
• GangguanKonsep Diri: Harga Diri Rendah
• Isolasi Sosial : Menarik Diri
3. Hubungan sosial.
a. Orang yang berarti:
Klien mengatakan orang yang paling berarti dalam hidupnya
yaitu suami dan ibunya
b. Peran serta dalam kelompok
Setelah dirawat klien sering menghabiskan waktu dikantor dia
dulu,namun setelah diberhentikan klien lebih suka dirumah
berdiam di kamar, klien nampak sering menyendiri, kontak mata
klien kurang saat berinteraksi dengan nya Suaminya dan klien
sering melamun.
c. Hambatan dalam berhubungan dengan oranglain
Klien mengatakan merasa pekerjaanya yang tidak ada sekarang
membuat dia susah untuk bergaul kembali
Masalah keperawatan :
• Kehilangan
• Isolasi Sosial : Menarik Diri
4. Spritual.
a. Nilai dan keyakinan
Klien mengatakan sebelum sakit rajin beribadah, dan percaya
bahwa Tuhan akan membantunya untuk segera sembuh.
b. KegiatanIbadah
Klien mengatakan rajin sholat 5 waktu dan mengaji setelah sholat
maghrib.
2) Pembicaraan
Cepat Keras Gagap
Inkoheren Apatis ✓Lambat
Membisu Tidak
mampu memulai pembicaraan
Jelaskan :
klien dalam berbicara intonasinya kurang jelas dan pelan, dalam
pembicaraan sesuai atau nyambung dengan pertanyaan, klien terkadang
terdiam ditengah pembicaraan seperti mendengar sesuatu.
Masalah keperawatan: Gangguan Komunikasi
3) AktivitasMotorik
Lesu Tegang Agitasi
✓ Tremor ✓ Gelisah
Jelaskan :
Klien mengatakan jari-jari tangan nya selalu gemetar dan klien
juga biasa mondar mandir tidak jelas seperti ada yang di dengar.
Masalah keperawatan : Gangguan Intoleransi Aktivitas
4) Alam Perasaan
✓ Sedih Ketakutan Putus asa Khawatir Gembiraberlebihan
Jelaskan :
Klien merasa sedih karena diberhentikan dari pekerjaannya dan
keadaannya sekarang yang mengalami gangguan sehingga
mempengaruhi hidupnya.
Masalah Keperawatan : Gangguan Interaksi Sosial
5) Afek
Datar✓Tumpul Labil Tidak Sesuai
Jelaskan :
Klien mulai merasakan gemetaran dan gelisah saat suara suara yang
didengarnya muncul.
Masalah keperawatan : Isolasi sosial : menarik diri
6) Interaksi selamawawancara
Bermusuhan Tidak kooperatif
Defensif Mudah tersinggung ✓ Kontak matakurang
Curiga
Jelaskan :
Klien mampu menjawab semua pertanyaan yang diajukan dengan
sesuai/ baik, kontak mata dengan klien sedikit kurang, klien cenderung
menatap kebawah padahal perawat ada di depannya, klien kadang
terdiam seperti mendengar sesuatu.
Masalah keperawatan : Gangguan Interaksi Sosial
7) Persepsi/ Halusinasi
✓ Pendengaran Pengecapan Pengheliatan
Penciuman perabaan
Jelaskan :
Klien mengatakan sering mendengar bisikan suara saat ingin
tidur atau sedang sendiri, isi suara tersebut yaitu menyuruh klien untuk
mandi, suara tersebut kadang muncul kadang tidak, suara itu muncul
biasanya 1- 2 menit, respond klien untuk mengontrol halusinaisnya
tersebut hanya dengan cara bicara sendiri.
8) Proses Pikir
✓ Sirkumtansial Tangensial KehilanganAsosiasi
Flight of Idea Blocking Persevarasi
Jelaskan :
Perkataan klien dapat dimengerti dengan baik oleh perawat,
selama interaksi klien berbelit belit dalam berbicara sehingga
pembicaraan tidak langsung pada inti pembicaraan.
9) Isi Pikir
✓Obsesi ✓Fobia Hipokondria
Depersonalisasi Ide yang terkait Pikiran Magis
Waham Somatik Kebesaran curiga
Nihilistic Sisip pikir Siar Pikir
Kontrol Pikir
Jelaskan :
Klien mengatakan,klien berusaha menghilangkansuara-suara
yang sering muncul di fikirannya, namun suara itu tetap saja muncul
11) Memori
Gangguan daya ingat jangka panjang
Gangguan daya ingat jangka pendek
Gangguan daya ingat saat ini
Konfabulasi
Normal
Jelaskan :
Untuk memori segera menjawab dengan baik tidak ada
gangguan ingatan dalam jangka panjang dan pendek untuk saat ini.
• Jangka panjang: klien mengatakan lahir tahun 1980
• Jangka pendek: klien mengatakan yang merawatnya saat ini adalah
ibunya.
• Jangka saat ini : klien masih ingat tadi pagi makan dengan nasi
dan ayam.
• Konfabulasi : klien berbicara sesuai dengan kenyataan hidupnya.
Masalah Keperawatan : Tidak ada
Jelaskan :
Klien mampu menilai mana yang lebih diutamakan antara mandi
dan makan.
Masalah Keperawatan : Tidak Ada
Jelaskan :
Klien mengatakan menyadari bahwa dirinya sakit dan ingin segera
sembuh.
Masallah Keperawatan : Tidak ada
Adaptif Maladaptif
Bicara dengan orang lain Minum Alkohol
Mampu menyelesaikan masalah Reaksi lambat/ berlebih
Teknik relaksasi Bekerja berlebihan
Aktivitas konstruktif Menghindar
Olahraga mencederai diri/ orang lain/barang
Jelaskan :
Mal Adaptif : reaksi klien lambat terhadap sosial, menghindar, menyendiri dari
oranglain.
Masalah Keperawatan : Gangguan isolasisosial : menarik diri & koping individu tidak
efektif
Jelaskan :
Klien mengatakan tidak dapat menyelesaikan masalahnya karna sulit berinteraksi
dengan keluarga maupun lingkungan nya.
Masalah Keperawatan : Edukasi tentang Mekanisme Koping
B. IDENTIFIKASI MAMAMAMASALAH
1) Isolasi sosial
2) Harga Diri Redah
3) Islasi Sosial : Menarik Diri
4) Kehilangan
5) Gangguan Intoleransi Aktivitas
6) Gangguan Presepsi Sensori : Halusinasi Pedengaran
7) Koping Individu Tidak Efektif
C. ANALISA DATA
DS :
• Klien mengatakan sering mendengar
bisikan atau suara saat ingin tidur atau
sendirian, isi suara tersebut kadang
muncul kadang tidak, suara itu
muncul lamanya sekitar 1- 2 menit.
• Keluarga klien mengatakan, klien
sering melamun Gangguan Presepsi Sensori : Halusinasi
Pedengaran
DO:
• Klien saat interaksi berespond
lambat, saat diwawancara kadang
klien menunjukkan ekspresi
mendengar sesuatu.
• Klien sering melamun dan berbicara
sendiri
• Klien sering marah dan
menghancurkan barang-barang
D. POHON MASALAH
b. Patofisologi
Interaksi social memnyebabkan perubahan Presepsi Sensori :
Halusinasi Pedengaran Yang mengakibatkan isolasi social menarik diri
F. INTERVENSI KEPERAWATAN
e) DapatMengontrol 2 menit.
halusinasi dengan
4) Mengontrol melakukan aktifitas sehari- c) Respond klien untuk
halusinasi dengan hari mengontrol
bercakap-cakap halusinasinya
5) Mengontrol dengan cara bicara
halusinasi dengan sendiri dan memukul
melakukan tembok.
aktifitas sehari-
hari O:
1. Klien tampak gelisah
2. Kontak mata kurang
3. Bicara kurang jelas.
4. Respond lambat.
5. Klien tampak
mempraktikkan cara
mengontrol
halusinasinya secara
mandiri dengna baik.
A : itervensi halusinasi
pendengaran tercapai.
P : lanjutkan intervensi,
tanggal 24 november 2020
pukul 10.00 di rumah klien.
Klien :
- BHSP
- Eavluasi dan validasi
kemampuan beri
pujian.
- Melatih klien
mengendalikan
halusinasi dengan
cara bercakap- cakap
dengan orang lain. \
- Menganjurkan klien
memasukkan
kedalam jadwal
kegiatan harian.
Rabu/ 29 1) Mengenal Melakukan intervensi halusinasi, S :
Juli 2020 halusinasi dan bercakap- cakap dengan orang a) klien mengatakan
mampuMengontr lain. halusinasi masih
ol halusinasi a) Dapat mengenal halusinasi kadang muncul
dengan dan mampu mengontrol namun sudah
menghardik halusinasi dengan berkurang.
2) Mengontrol menghardik b) Klien mengatakan
halusinasi dengan b) Dapat mengontrol mulai menghardik
enam benar halusinasi dengan enam suara- suara atau
minum obat benar minum obat bisikan saat
3) Mengontrol c) Dapat Mengontrol terdengar.
halusinasi dengan halusinasi dengan c) Klien mengatakan
bercakap-cakap bercakap-cakap cara menghardik
4) Mengontrol d) Dapat Mengontrol efektiv untuk
halusinasi dengan halusinasi dengan mengatasi
melakukan melakukan aktifitas sehari- halusinasinya.
aktifitas sehari- hari d) Klien mengatakan
hari mulai berbicara
dengan keluarga saat
halusinasinya
datang.
O:
2. Klien mau menatap mata
perawat.
3. Klien mau berjabat
tangan dengan perawat.
4. Klien mampu
memperagakan cara
menghardik
halusinasinya.
A : SP2P halusinasi
pendengaran tercapai.
P : lanjutkan SP3P
Kontrak waktu SP3P
kamis, 30 juli 2020 pukul
10.00.
5. BHSP
6. Mengevaluasi dan
validasi SP2, beri pujian.
7. Menanyakan keefektifan
bercakap- cakap dengan
orang lain.
8. Mendiskusikan kegiatan
yang biasanya dilakukan
klien.
9. Meminta klien
mendemonstrasikan
salah satu kegiatan yang
disukai.
10. Menganjurkan klien
menyibukkan diri
dengan banyak kegiatan.
11. Menganjurkan klien
memasukkan kedalam
jadwal kegiatan harian
Selasa, 24 1) Mengontrol Melakukan inervensi, melakukan S :
November halusinasi dengan aktivitas atau kegiatan. 12. Klien mengatakann
2020 enam benar e) Dapat mengontrol berbicara dengan orang
minum obat halusinasi dengan enam lain cukup efektif
2) Mengontrol benar minum obat mengontrol
halusinasi dengan f) Dapat Mengontrol halusinasinya.
bercakap-cakap halusinasi dengan 13. Klien mengatakan
bercakap-cakap sehari- hari hanya
3) Mengontrol g) Dapat Mengontrol melakukan pekerjaan
halusinasi dengan halusinasi dengan rumah tangga.
melakukan melakukan aktifitas sehari- 14. Klien mengatakan sudah
aktifitas sehari- hari mulai kembali
hari melakukan aktivitas
seperti biasanya.
O:
15. Klien mau menatap mata
perawat
16. Klien mau menjabat
tangan perawat.
17. Klien tampak lebih
santai saat berinteraksi
dengan perawat dan
keluarganya.
18. Klien
mendemonstrasikan
kegiatan yang disukai
yaitu memasak kepada
perawat.
A : SP3P halusinasi
pendengaran teratasi.
P : Strategi pelaksanaan
selesai.