OLEH:
TINGKAT 2A
A. Definisi
Infeksi pernafasan merupakan penyakit akut yang paling
banyak terjadi pada anak-anak (Wong, 2016). Infeksi saluran
pernafasan akut menurut Sari (2015) adalah radang akut saluran
pernapasan atas maupun bawah yang disebabkan oleh infeksi
jasad renik atau bakteri, virus, maupun reketsia tanpa atau disertai
dengan radang parenkim paru. ISPA adalah masuknya
mikroorganisme (bakteri, virus, riketsi) ke dalam saluran
pernapasan yang menimbulkan gejala penyakit yang dapat
berlangsung sampai 14 hari.
Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) merupakan suatu
infeksi yang bersifat akut yang menyerang salah satu atau lebih
saluran pernafasan mulai dari hidung sampai alveolus termasuk
(sinus, rongga telinga tengah, pleura) (Depkes, 2017). Djojodibroto
(2009), menyebutkan bahwa ISPA dibagi menjadi dua bagian, yaitu
infeksi saluran pernafasan bagian atas dan infeksi saluran bagian
bawah.
Infeksi Saluran Pernafsan Akut mempunyai pengertian
sebagai berikut (Fillacano, 2016) :
a. Infeksi adalah proses masuknya kuman atau mikroorganisme
lainnya ke dalam manusia dan akan berkembang biak sehingga
akan menimbulkan gejala suatu penyakit.
b. Saluran pernafasan adalah suatu saluran yang berfungsi dalam
proses respirasi mulai dari hidung hingga alveolus beserta
adneksanya seperti sinus-sinus, rongga telinga tengah, dan pleura.
c. Infeksi akut merupakan suatu proses infeksi yang berlangsung
sampai 14 hari. Batas 14 hari menunjukan suatu proses akut
meskipun untuk beberapa penyakit yang dapat di golongkan ISPA
ini dapat berlangsung lebih dari 14 hari.
B. Etiologi
Etiologi ISPA terdiri dari agen infeksius dan agen non-
infeksius. Agen infeksius yang paling umum dapat menyebabkan
infeksi saluran pernafasan akut adalah virus, seperti respiratory
syncytial virus (RSV), nonpolio enterovirus (coxsackie viruses Adan
B), Adenovirus, Parainfluenza, dan Human metapneumo viruses.
Agen infeksius selain virus juga dapat menyebabkan ISPA,
staphylococcus, haemophilus influenza, Chlamydia trachomatis,
mycoplasma, dan pneumococcus (Wilson, 2015).
Misnadiarly (2016), menyebutkan bahwa selain agen
infeksius, agen noninfeksius juga dapat menyebabkan ISPA seperti
inhalasi zat-zat asing seperti racun atau bahan kimia, asap rokok,
debu, dan gas.
Etiologi Infeksi Saluran Pernapasan Akut lebih dari 300 jenis
bakteri, virus, dan jamur. Bakteri penyebabnya antar lain dari genus
streptokokus, stafilokokus, pnemokokus, hemofilus, bordetella dan
korinebacterium. Virus penyebabnya antara lain golongan
mikovirus, adenovirus, koronavirus, pikornavirus, mikroplasma dan
herpervirus. Bakteri dan virus yang paling sering menjadi penyebab
ISPA diantaranya bakteri stafilokokus dan sterptokokus serta virus
influenza yang di udara bebas akan masuk dan menempel pada
saluran pernapasan bagian atas yaitu tenggorokan dan hidung
(Sari, 2015).
Biasanya bakteri dan virus tersebut menyerang anak-anak
usia di bawah 2 tahun yang kekebalan tubuhnya lemah atau belum
sempurna. Peralihan musim kemarau ke musim hujan juga
menimbulkan resiko serangan ISPA. Beberapa faktor lain yang
diperkirakan berkontribusi terhadap kejadian ISPA pada anak
adalah rendahnya asupan antioksidan, status gizi kurang, dan
buruknya sanitasi lingkungan (Sari, 2015)
C. Patofisiologi
Perjalanan klinis penyakit ISPA dimulai dengan
berinteraksinya virus dengan tubuh. Masuknya virus sebagai
antigen kesaluran pernapasan akan menyebabkan silia yang
terdapat pada permukaan saluran napas bergerak ke atas
mendorong virus ke arah faring atau dengan suatu rangkapan
refleks spasmus oleh laring. Jika refleks tersebut gagal maka virus
merusak lapisan epitel dan lapisan mukosa saluran pernapasan
(Kending, 2014).
D. Manifestasi Klinis
Saluran Pernafasan merupakan bagian tubuh yang
seringkali terjangkit infeksi oleh berbagai jenis mikroorganisme.
Tanda dan gejala dari infeksi yang terjadi pada sluran pernafasan
tergantung pada fungsi saluran pernafasan yang terjangkit infeksi,
keparahan proses infeksi, dan usia seseorang serta status
kesehatan secara umum (Porth, 2014).
Djojodibroto (2016), menyebutkan tanda dan gejala ISPA
sesuai dengan anatomi saluran pernafasan yang terserang yaitu:
a. Gejala infeksi saluran pernafasan bagian atas. Gejala yang
sering timbul yaitu pengeluaran cairan (discharge) nasal yang
berlebihan, bersin, obstruksi nasal, mata berair, konjungtivitis
ringan, sakit tenggorokan yang ringan sampai berat, rasa kering
pada bagian posterior palatum mole dan uvula, sakit kepala,
malaise, lesu, batuk seringkali terjadi, dan terkadang timbul
demam.
b. Gejala infeksi saluran pernafasan bagian bawah. Gejala yang
timbul biasanya didahului oleh gejala infeksi saluran pernafasan
bagian atas seperti hidung buntu, pilek, dan sakit tenggorokan.
Batuk yang bervariasi dari ringan sampai berat, biasanya dimualai
dengan batuk yang tidak produktif. Setelah beberapa hari akan
terdapat produksi sputum yang banyak; dapat bersifat mucus tetapi
dapat juga mukopurulen. Pada pemeriksaan fisik, biasanya akan
ditemukan suara wheezing atau ronkhi yang dapat terdengar jika
produksi sputum meningkat.
Dan juga tanda dan gejala lainnya dapat berupa batuk,
kesulitan bernafas, sakit tenggorokan, pilek, demam dan sakit
kepala. Sebagian besar dari gejala saluran pernapasan hanya
bersifat ringan seperti batuk, kesulitan bernapas, sakit tenggorokan,
pilek, demam dan sakit kepala tidak memerlukan pengobatan
dengan antibiotic (Rahmayatul, 2016).
Adapun tanda dan gejala ISPA yang seering ditemui adalah :
a. Demam, pada neonatus mungkin jarang terjadi tetapi gejala
demam muncul jika anak sudah mencapai usia 6 bulan sampai
dengan 3 tahun. Seringkali demam muncul sebagai tanda pertama
terjadinya infeksi. Suhu tubuh bisa mencapai 39,50C-40,50C.
b. Meningismus, adalah tanda meningeal tanpa adanya infeksi
pada meningens, biasanya terjadi selama periodik bayi mengalami
panas, gejalanya adalah nyeri kepala, kaku dan nyeri pada
punggung serta kuduk, terdapatnya tanda kernig dan brudzinski.
c. Anorexia, biasa terjadi pada semua bayi yang mengalami sakit.
Bayi akan menjadi susah minum dan bahkan tidak mau minum.
d. Vomiting, biasanya muncul dalam periode sesaat tetapi juga bisa
selama bayi tersebut mengalami sakit.
e. Diare (mild transient diare), seringkali terjadi mengiringi infeksi
saluran pernafasan akibat infeksi virus.
f. Abdominal pain, nyeri pada abdomen mungkin disebabkan
karena adanya lymphadenitis mesenteric.
g. Sumbatan pada jalan nafas/ Nasal, pada saluran nafas yang
sempit akan lebih mudah tersumbat oleh karena banyaknya sekret.
h. Batuk, merupakan tanda umum dari tejadinya infeksi saluran
pernafasan, mungkin tanda ini merupakan tanda akut dari
terjadinya infeksi saluran pernafasan.
i. Suara nafas, biasa terdapat wheezing, stridor, crackless, dan
tidak terdapatnya suara pernafasan (Wong, 2015)
E. Pemeriksaan Penunjang
Menurut (Wuandari.D & Purnamasari. L, 2015) Pemeriksaan
penunjang yang dapat dilakukan:
1. Pemeriksaan Darah Rutin
2. Analisa Gas darah (AGD)
3. Foto rontgen toraks
F. Penatalaksanaan
Menurut WHO (2017), penatalaksanaan ISPA meliputi :
1. Suportif
Meningkatkan daya tahan tubuh berupa nutrisi yang adekuat,
pemberian multivitamin
2. Antibiotik
a) Idealnya berdasarkan jenis kuman penyebab.
b) Utama ditujukan pada pneumonia, influenza dan Aureus
c) Pneumonia rawat jalan yaitu kotrimoksasol 1mg, amoksisillin 3 x
½ sendok teh, amplisillin (500mg) 3 tab puyer/x bungkus / 3x
sehari/8 jam, penisillin prokain 1 mg.
d) Pneumonia berat yaitu Benzil penicillin 1 mg, gentamisin (100
mg) 3 tab puyer/x bungkus/3x bungkus/3x sehari/8 jam.
e) Antibiotik baru lain yaitu sefalosforin 3 x ½ sendok teh, quinolon
5 mg.
f) Beri obat penurun panas seperti paracetamol 500 mg,
asetaminofen 3 x ½ sendok teh. Jika dalam 2 hari anak yang
diberikan antibiotik tetap sama ganti antibiotik atau rujuk dan jika
anak membaik teruskan antibiotik sampai 3 hari (Kepmenkes RI,
2017)
G. Komplikasi
Komplikasi yang dapat timbul dari penyakit ini yaitu asma.
Komplikasi lain yang dapat timbul yaitu:
1. Otitis media
2. Croup
3. Gagal nafas 4. Sindrom kematian bayi mendadak dan kerusakan
paru residu (Wuandari.D & Purnamasari. L, 2015)
Pathway
A. Pengkajian
Pengkajian adalah tahap dasar dari seluruh proses
keperawatan dengan tujuan mengumpulkan informasi dari data-
data pasien.
1. Identitas Pasien
Mengumpulkan data-data pasien yang mencakup nama, umur,
jenis kelamin, alamat, dan agama.
2. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat penyakit sekarang
Biasanya klien mengalami demam mendadak, sakit kepala,
badan lemah, nyeri otot dan sendi, nafsu makan menurun,
batuk,pilek dan sakit tenggorokan.
b. Riwayat penyakit dahulu
Biasanya klien sebelumnya sudah pernah mengalami
penyakit ini
c. Riwayat penyakit keluarga
Menurut anggota keluarga ada juga yang pernah mengalami
sakit seperti penyakit klien tersebut. (Nursing Student, 2015)
3. Riwayat Kehamilan
a. Pre natal care
Kehamilan yang keberapa, tanggal lahir, gestasi (aterm,
premature, post matur), abortus atau lahir hidup, kesehatan
selama sebelumnya/kehamilan, dan obat-obat yang dimakan
serta imunisasi
b. Natal
Lamanya proses persalinan, tempat melahirkan, obat-
obatan, penolong persalinan, penyulit persalinan
c. Post natal Berat badan normal 2,5 Kg – 4 Kg, panjang
bandan normal 49 – 52 cm, kondisi kesehatan baik, apgar
score, ada atau tidak ada kelainan kongenital
4. Riwayat Imunisasi
BCG ( usia 0-3 bulan) diberikan sebanyak 1x, DPT ( depteri,
pertusis, tetanus) diberikan 3x, polio diberikan 4x secara oral,
campak diberikan 1x usia 9 bulan, hepatitis diberikan 3x.
5. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum
Bagaimana keadaan klien, apakah letih, lemah atau sakit
berat.
b. Tanda vital
Bagaimana suhu, nadi, pernafasan dan tekanan darah klien
c. Antropometri
Berapa tinggi badan, berat badan, lingkar kepala, lingkar
dada, lingkar perut pasien.
d. Kepala
Bagaimana kebersihan kulit kepala, rambut serta bentuk
kepala, apakah ada kelainan atau lesi pada kepala
e. Wajah
Bagaimana bentuk wajah, kulit wajah pucat/tidak
f. Mata
Bagaimana bentuk mata, keadaan konjungtiva anemis/tidak,
sclera ikterik/ tidak, keadaan pupil, palpebra dan apakah ada
gangguan dalam penglihatan
g. Hidung
Bentuk hidung, keadaan bersih/tidak, ada/tidak sekret pada
hidung serta cairan yang keluar, ada sinus/ tidak dan apakah
ada gangguan dalam penciuman
h. Mulut
Bentuk mulut, membran membran mukosa kering/ lembab,
lidah kotor/ tidak, apakah ada kemerahan/ tidak pada lidah,
apakah ada gangguan dalam menelan, apakah ada
kesulitan dalam berbicara.
i. Leher
Apakah terjadi pembengkakan kelenjar tyroid, apakah
ditemukan distensi vena jugularis.
j. Thoraks Bagaimana bentuk dada, simetris/tidak, kaji pola
pernafasan, apakah ada wheezing, apakah ada gangguan
dalam pernafasan.
k. Abdomen
Bagaimana bentuk abdomen, turgor kulit kering/ tidak,
apakah terdapat nyeri tekan pada abdomen, apakah perut
terasa kembung, lakukan pemeriksaan bising usus, apakah
terjadi peningkatan bising usus/tidak.
l. Genitalia
Bagaimana bentuk alat kelamin, distribusi rambut
kelamin ,warna rambut kelamin. Pada laki-laki lihat keadaan
penis, apakah ada kelainan/tidak. Pada wanita lihat keadaan
labia minora, biasanya labia minora tertutup oleh labia
mayora.
m. Ekstremitas
Adakah terjadi tremor atau tidak, kelemahan fisik, nyeri otot
serta kelainan bentuk. (Nursing Student, 2015)
6. Analisis Data
Dari hasil pengkajian kemudian data terakhir dikelompokkan lalu
dianalisa data sehingga dapat ditarik kesimpulan masalah yang
timbul dan dapat dirumuskan diagnosa masalah
B. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifanbersihan jalan nafas, berhubungan dengan
peningkatan jumlah sekret.
2. Hipertermi berhubungan dengan peningkatan suhu tubuh
(proses penyakit).
3. Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi pada membran
mukosa faring dan tonsil.
4. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan obstruksi
bronkospasme, respon pada dinding bronkus.
5. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan penurunan intake inadekuat, penurunan
nafsu makan, nyeri menelan.
6. Ansietas berhubungan dengan perkembangan penyakit dan
perubahan status kesehatan.
C. Intervensi Keperawatan
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas, berhubungan dengan
peningkatan jumlah sekret.
Tujuan dan kriteria hasil:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam jalan
napas menjadi efektif dengan Kriteria hasil :
a. Menyatakan/ menunjukkan hilangnya dispnea.
b. Mempertahankan jalan nafas paten dengan bunyi nafas bersih.
c. Mengeluarkan sekret tanpa kesulitan.
d. Menunjukkan perilaku untuk memperbaiki/ mempertahankan
bersihan jalan nafas
Intervensi:
a. Kaji tanda-tanda vital dan auskultasi bunyi napas.
b. Berikan pasien untuk posisi yang nyaman dengan posisi semi
fowler.
c. Pertahankan lingkungan yang nyaman.
d. Tingkatkan masukan cairan, dengan memberi air hangat.
e. Dorong atau bantu latihan napas dalam atau batuk efektif.
f. Kolaborasi dalam pemberian obat dan humidifikasi, seperti
nebulizer
Rasional:
a. Beberapa derajat spasme bronkus terjadi dengan obstruksi
jalan napas.
b. Peninggian kepala tempat tidur mempermudah fungsi
pernapasan.
c. Pencetus tipe reaksi alergi pernapasan yang dapat mentriger
episode akut.
d. Membantu mempermudah pengeluaran sekret.
e. Memberikan cara untuk mengatasi dan mengontrol dispnea,
mengeluarkan sekret.
f. Menurunkan kekentalan sekret dan mengeluarkan sekret
Intervensi:
a. Tanyakan pasien tentang nyeri, Tentukan karaktersitik nyeri.
b. Kaji pernyataan verbal dan non verbal nyeri pasien.
c. Evaluasi keefektifan pemberian obat.
d. Berikan tindakan kenyamanan, ubah posisi, pijatan punggung
dll.
e. Berikan lingkungan tenang.
f. Kolaborasi: Berikan analgesik rutin sesuai dengan indikasi
Rasional:
a. Membantu dalam evaluasi gejala nyeri kanker yang dapat
melibatkan visera, saraf atau jaringan tulang.
b. Ketidaksesuaian antara verbal dan non verbal menunjukan.der
ajat nyeri.
c. Memberikan obat berdasarkan aturan.
d. Meningkatkan relaksasi dan pengalihan perhatian.
e. Penurunan stress, menghemat energi.
f. Mempertahankan kadar obat, menghindari puncak periode
nyeri.
Intervensi:
a. Kaji frekuensi kedalaman pernapasan dan ekspansi dada.
b. Auskultasi bunyi napas.
c. Tinggikan kepala dan bentuk mengubah posisi.
d. Kolaborasi pemberian oksigen.
Rasional:
a. Kecepatan biasanya mencapai kedalaman pernapasan
bervariasi tergantung derajat gagal napas.
b. Ronchi dan mengi menyertai obstruksi jalan napas.
c. Memudahkan dalam ekspansi paru dan pernapasan.
d. Memaksimalkan bernapas dan menurunkan kerja napas.
Intervensi:
a. Kaji kebiasaan diet. Evaluasi berat badan dan ukuran tubuh.
b. Auskultasi bising usus
c. Berikan makanan dalam jumlah kecil dan dalam waktu yang
sering dan teratur.
d. Anjurkan perawatan oral, dan cara mengeluarkan sekret.
Rasional:
a. Pasien distress pernapasan akut sering anoreksia karena
dispnea, produksi sputum, dan obat-obatan.
b. Membantu dalam menentukan respon untuk makan atau
berkembangnya komplikasi.
c. Meningkatkan proses pencernaan dan toleransi pasien terhadap
nutrisi yang diberikan dan dapat meningkatkan kerjasama
pasien saat makan.
d. Rasa tak enak, bau, dan penampilan adalah pencegah utama
terhadap nafsu makan dan dapat membuat mual dan muntah
dengan peningkatan kesulitan napas.
Intervensi:
a. Evaluasi tingkat pemahaman pasien/orang terdekat tentang
diagnosa.
b. Akui rasa takut, masalah pasien dan dorong mengekspresikan
perasaan.
c. Libatkan pasien/orang terdekat dalam perencanaan
keperawatan.
Rasional:
a. Pemahaman persepsi melibatkan susunan tekanan perawatan
individu dan memberikan informasi.
b. Memberi waktu untuk mengidentifikasi perasaan.
c. Dapat memperbaiki perasaan kontrol.
D. Implementasi Keperawatan
Implementasi merupakan tahap ketika perawat
mengaplikasikan atau melaksanakan rencana asuhan keperawatan
kedalam bentuk intervensi keperawatan guna membantu klien
mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Nursalam, 2015).
Pada tahap pelaksanaan ini kita benar-benar siap untuk
melaksanakan intervensi keperawatan dan aktivitas-aktivitas
keperawatan yang telah dituliskan dalam rencana keperawatan
pasien. Dalam kata lain dapat disebut bahwa pelaksanaan adalah
peletakan suatu rencana menjadi tindakan yang mencakup :
a. Penulisan dan pengumpulan data lanjutan
b. Pelaksanaan intervensi keperawatan
c. Pendokumentasian tindakan keperawatan
Pemberian laporan/mengkomunikasikan status kesehatan
pasien dan respon pasien terhadap intervensi keperawatan Pada
kegiatan implementasi diperlukan kemampuan perawat terhadap
penguasaan teknis keperawatan, kemampuan hubungan
interpersonal, dan kemampuan intelektual untuk menerapkan teori-
teori keperawatan kedalam praktek.
E. Evaluasi
Evaluasi adalah kegiatan yang terus menerus dilakukan
untuk menentukan apakah rencana keperawatan efektif dan
bagaimana rencana keperawatan dilanjutkan, merevisi rencana
atau menghentikan rencana keperawatan (Nursalam, 2015).
Dalam evaluasi pencapaian tujuan ini terdapat 3 (tiga)
alternatif yang dapat digunakan perawat untuk memutuskan/menilai
sejauh mana tujuan yang telah ditetapkan dalam rencana
keperawatan tercapai, yaitu :
a. Tujuan tercapai.
b. Tujuan sebagian tercapai.
c. Tujuan tidak tercapai.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN An “J”
DENGAN DIAGNOSA ISPA DI RUANGAN MELATI
RSUD A. MAKASSAU PAREPARE
A. Pengkajian
1. Identitas pasien
Nama : An. “J”
Tempat, tanggal lahir : Parepare, 29 September 2021
Usia : 8 bulan
Jenis kelamin : Laki-laki
Alamat : Jalan Wirabuana
Agama : Islam
Pendidikan : Belum sekolah
3. Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama
Demam
b. Riwayat penyakit sekarang
Ibu pasien mengatakan anaknya demam sejak hari sabtu
disertai batuk dan beringus
c. Riwayat penyakit dahulu
Cacar
d. Riwayat penyakit keluarga
Tidak ada
Genogram
60 56 63 64
40 38 35 30 26 38 35 32 29 20 17
9 7 8 Bln
Keterangan:
= Laki-laki
= Perempuan
= Pasien
= Garis perkawinan
= Serumah
4. Riwayat kehamilan
a. Pre natal care
Pemeriksaan kehamilan : 1 bulan sekali
Keluhan saat hamil : mual
b. Natal
Tempat melahirkan : RSUD A. Makassau
Jenis persalinan : normal
c. Post natal
Kondisi bayi saat lahir:
BB : 3.200 gram
PB : 51 cm
5. Riwayat imunisasi
7. Riwayat nutrisi
a. Pemberian Asi
Pertama kali disusui : 1 jam setelah lahir
Frekuensi : 4-8x sehari
Lama pemberian : 4 bulan
b. Pemberian makanan tambahan
Pertama kali diberikan usia : 4 bulan
Jenis : Bubur
c. Pola perubahan nutrisi tiap tahapan usia sampai saat ini
Istirahat
1. Waktu tidur siang 1-2 jam 1 jam
2. Waktu tidur malam 10-11 jam 10 jam
Personal Hygiene
1. Mandi 1x sehari Tidak pernah
2. Gosok gigi Belum tumbuh gigi Belum tumbuh tinggi
3. Gunting kuku 1x seminggu Tidak pernah
9. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum : lemah
b. Tanda-tanda vital:
Suhu : 37,8C
Nadi : 122x/m
Pernapasan : 32x/m
Tekanan darah : tidak dikaji
c. Antropometri
TB : 85 cm
BB : 9 KG
LLA : 20 cm
LK : 50 cm
LD : 57 cm
LP : 48 cm
d. Kepala
Inspeksi : Bentuk kepala nampak bulat oval, warna rambut
berwarna hitam
Palpasi : Tidak teraba adanya benjolan atau nyeri tekan
pada bagian kepala
e. Mata
Inspeksi : - Sklera : Berwarna putih dan bersih
- Konjungtiva : Non anemis
- Pupil : Pupil isokor
f. Hidung
Inspeksi : Bentuk simetris, terdapat cairan/lendir berwarna
jernih, hidung bagian luar tampak kemerahan
Palpasi : Tidak teraba adanya benjolan atau nyeri tekan
pda bagian hidung
g. Telinga
Inspeksi : Bentuk simetris, tidak nampak adanya serumen
pada telinga
Palpasi : Tidak teraba adanya nyeri tekan pada telinga
h. Leher
Inspeksi : Tidak nampak adanya pembesaran kelenjar tyroid
dan tidak peningkatan vena jugularis
Palpasi : Tidak teraba adanya nyeri tekan pada leher
i. Dada
Inspeksi : Bentuk simetris
Palpasi : Tidak teraba adanya benjolan atau nyeri tekan
pada bagian dada
Perkusi : Suara sonor
Auskultasi : Suara napas vesikuler
j. Abdomen
Inspeksi : Bentuk abdomen datar
Palpasi : Tidak teraba adanya benjolan atau nyeri tekan
Perkusi : Timpani
Auskultasi : Bising usus 11x/m
k. Ekstremitas
Atas : Tidak terdapat adanya edema, terpasang infus RL
di tangan kanan
Bawah : Tidak adanya edema, jari-jari kaki lengkap
Hasil Laboratorium
Parameter Hasil Nilai normal Satuan
WBC 6.28 4.00 – 12.00 10^3/uL
Neu% 19.2 50.0 – 70.0 %
Lym% 76.6 20.0 – 60.0 %
Mon% 2.6 3.0 – 12.0 %
Eos% 0.7 0.5 – 5.0 %
Bas% 0.9 0.1 – 1.0 %
Neu# 1.21 2.00 – 8.00 10^3/uL
Lym# 4.81 0.80 – 7.00 10^3/uL
Mon# 0.18 0.12 – 1.20 10^3/uL
Eos# 0.04 0.02 – 0.80 10^3/uL
Bas# 0.08 0.00 – 0.10 10^3/uL
RBC 4.16 3.50 – 5.20 10^6/uL
HGB 9.1 12.0 – 16.0 g/dL
HCT 28.7 35.0 – 49.0 %
MCV 69.1 80.0 – 100.0 fL
MCH 21.8 27.0 – 34.0 Pg
MCHC 31.6 31.0 – 37.0 g/dL
RDW-CV 14.9 11.0 – 16.0 %
RDW-SD 42.2 35.0 – 56.0 fL
PLT 17.2 100 – 300 10^3/uL
MPV 8.0 6.5 – 12.0 fL
PDW 10.1 9.0 – 17.0 fL
PCT 0.137 0.108 – 0.282 %
P.LCR 26.6 11.0 – 45.0 %
P.LCC 46 30 – 90 10^ g/l
Data Objektif:
Nampak Ingus Inflamasi saluran
pasien meleleh bronkus
Pasien nampak
gelisah
Peningkatan
produksi sekret
Obstruksi jalan
nafas
Ketidakefektifan
bersihan jalan nafas
Merangsang tubuh
mengeluarkan zat
pirogen oleh
leukosit
Suhu tubuh
meningkat
Hipertermi
Data Objektif:
Nampak porsi Kesulitan/sakit
makanan tidak mengunyah dan
dihabiskan menelan
Malas makan
Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
B. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan
inflamasi saluran pernapasan
2. Hipertermi berhubungan suhu badan meningkat
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan nafsu makan menurun
C. Intervensi Keperawatan
3. Selasa, 1. Menganjurkan kepada keluarga pasien untuk S = Ibu pasien mengatakan nafsu
17 Mei 2022 makan anaknya masih kurang
memberikan makanan pada anaknya dengan
porsi sedikit tapi sering O = - Makanan dihabiskan ½ porsi
- Nafsu makan masih kurang
Hasil: Makanan dihabiskan ½ porsi
2. Menganjurkan kepada keluarga pasien untuk A = Masalah belum teratasi
menyajikan makanan pada anaknya dalam
P = Lanjutkan intervensi
tampilan menarik
1. Anjurkan kepada keluarga pasien
Hasil: Keluarga pasien nampak memahami
untuk memberikan makanan pada
dengan apa yang disampaian
anaknya dengan porsi sedikit tapi
3. Memberikan edukasi kepada keluarga pasien
sering
tentang pentingnya keseimbangan nutrisi
2. Anjurkan kepada keluarga pasien
pada anak
untuk menyajikan makanan pada
Hasil: Keluarga pasien nampak memahami
anaknya dalam tampilan menarik
dengan apa yang dijelaskan kepadanya
3. Berikan edukasi kepada keluarga
pasien tentang pentingnya
keseimbangan nutrisi pada anak
1. Rabu, 1. Memberikan pasien untuk posisi yang S = - Ibu pasien mengatakan batuk
18 Mei 2022 anaknya sudah mulai berkurang
nyaman dengan posisi semi fowler.
- Ibu pasien mengatakan ingus
Hasil: Posisi pasien sudah semi fowler anaknya sudah mulai berkurang
2. Menganjurkan kepada keluarga pasien untuk
O = - Nampak ingus pasien masih
memberikan minum air hangat pada anaknya meleleh
- Pasien masih nampak gelisah
Hasil: Keluarga pasien nampak memberikan
anaknya minum dengan air hangat A = Masalah belum teratasi
3. Menganjurkan kepada keluarga pasien untuk
P = Lanjutkan intervensi
memperbanyak minum air putih
1. Berikan pasien untuk posisi yang
Hasil: Keluarga pasien nampak memahami
nyaman dengan posisi semi fowler.
dengan apa yang disampaikan
2. Anjurkan kepada keluarga pasien
4. Menganjurkan kepada keluarga pasien untuk
untuk memberikan minum air hangat
rutin membersihkan ingus pada anaknya
pada anaknya
Hasil: Keluarga pasien nampak rutin
3. Anjurkan kepada keluarga pasien
membersihkan ingus pada anaknya
untuk memperbanyak minum air
5. Mengkolaborasikan pemberian terapi obat
Hasil: - Puyer batuk 3x1 putih
- Viccilin 225mg/IV/16 Jam 4. Anjurkan kepada keluarga pasien
untuk rutin membersihkan ingus pada
anaknya
5. Kolaborasi pemberian terapi obat