Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

ISPA

Disusun Oleh :
WAFA ISTIAZAH
2111010069

PROGRAM KPERAWATAN DIII


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
2023
LAPORAN PENDAHULUAN
A. PENGERTIAN
ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut) merupakan penyakit infeksi akut yang
menyerang salah satu bagian atau lebih dari saluran nafas mulai dari hidung (saluran
(saluran atas) hingga alveoli alveoli (saluran (saluran bawah) termasuk termasuk
jaringan jaringan adneksanya adneksanya seperti seperti sinus, rongga telinga telinga
tengah dan pleura (Irianto, (Irianto, 2015).
Infeksi Infeksi saluran saluran pernafasan pernafasan akut (ISPA) adalah infeksi
infeksi saluran pernafasan akut yang menyerang tenggorokan, hidung dan paru-paru
yang berlangsung kurang lebih 14 hari, ISPA mengenai struktur saluran di atas laring,
tetapi kebanyakan penyakit ini mengenai bagian saluran atas dan bawah secara stimulan
stimulan atau berurutan berurutan (Muttaqin, (Muttaqin, 2008). Jadi disimpulkan
disimpulkan bahwa ISPA adalah suatu tanda dan gejala akut akibat infeksi infeksi yang
terjadi terjadi disetiap bagian saluran pernafasan atau struktur yang berhubungan
dengan pernafasan yang berlangsung tidak lebih pernafasan yang berlangsung tidak
lebih dari 14 ha dari 14 hari.
B. ETIOLOGI
Etiologi ISPA terdiri lebih dari 300 jenis bakteri, virus dan riketsia. Bakteri penyebab
ISPA antara lain adalah dari genus Streptokokus, Stafilokokus, Pneumokokus,
Hemofillus, Bordeteliadan Korinebakterium. Virus penyebab ISPA antara lain adalah
golongan Miksovirus, Adnovirus, Koronavirus, Pikornavirus, Mikoplasma,
Herpesvirusdan lain-lain (Suhandayani, 2009).
C. TANDA DAN GEJALA
Tanda dan gejala ISPA banyak bervariasi antara bervariasi antara lain demam, lain
demam, pusing, malaise pusing, malaise (lemas), anoreksia (lemas), anoreksia (tidak
nafsu (tidak nafsu makan), vomitus (muntah), photophobia (takut cahaya), gelisah,
batuk, keluar sekret, stridor (suara nafas), dyspnea (kesakitan bernafas), retraksi
suprasternal (adanya tarikan dada), hipoksia (kurang oksigen), dan
dapat berlanjut berlanjut pada gagal nafas apabila apabila tidak mendapat mendapat
pertolongan pertolongan dan mengakibatkan kematian (Nelson, 2009).
Sedangkan tanda gejala ISPA menurut Depkes RI (2002) adalah :
a. Gejala dari ISPA Ringan
Seseorang anak dinyatakan menderita ISPA ringan jika ditemukan satu atau lebih
gejala-gejala sebagai berikut:
1) Batuk
2) Serak, yaitu anak bersuara parau pada waktu mengeluarkan suara (misal pada
waktu berbicara atau menangis).
3) Pilek, yaitu mengeluarkan lender atau Pilek, yaitu mengeluarkan lender atau
ingus dari hi ingus dari hidung.
4) Panas atau demam, suhu badan lebih dari 37oC atau jika dahi anak diraba.
b. Gejala dari ISPA Sedang
Seorang anak dinyatakan menderita ISPA sedang jika dijumpai dijumpai gejala dari
gejala dari ISPA ringan disertai satu atau lebih gejala-gejala sebagai berikut:
1) Pernafasan lebih dari 50 kali per menit pada anak yang berumur kurang dari
satu tahun atau lebih dari 40 kali per menit pada anak yang berumur satu tahun
atau lebih. Cara menghitung pernafasan ialah dengan menghitung jumlah tarikan
nafas dalam satu menit.
2) Suhu lebih dari 39o C (diukur dengan termometer).
3) Tenggorokan berwarna merah.
4) Timbul bercak-bercak merah pada kulit menyerupai bercak campak.
5) Telinga sakit atau mengeluarkan nanah dari lubang telinga
6) Pernafasan berbunyi seperti Pernafasan berbunyi seperti
mengorok (mendengkur). mengorok (mendengkur
7) Pernafasan berbunyi menciut-ciut. C
c. Gejala dari ISPA Berat
Seorang Seorang dinyatakan dinyatakan menderita I menderita ISPA berat jika berat
jika dijumpai dijumpai gejala-gejala gejala-gejala ISPA ringan atau ISPAsedang
disertai satu atau lebih gejala-gejala sebagai berikut:
1) Bibir atau kulit membiru
2) Lubang hidung kembang kempis (dengan cukup lebar) pada waktu bernafas
3) Tidak sadar atau kesadaran menurun.
4) Pernafasan berbunyi seperti orang mengorok dan tampak gelisah.
5) Sela iga tertarik ke dalam pada waktu bernafas.
6) Nadi cepat lebih dari 160 kali per menit atau tidak teraba.
7) Tenggorokan berwarna merah
D. PATOFISIOLOGI
Perjalanan klinis penyakit ISPA dimulai dengan berinteraksinya virus dengan tubuh.
Masuknya virus sebagai antigen ke saluran pernafasan menyebabkan silia yang terdapat
pada permukaan saluran nafas bergerak ke atas mendorong virus ke arah faring atau
dengan suatu tangkapan refleks spasmus oleh laring. Jika refleks tersebut gagal maka
virus merusak lapisan epitel dan lapisan mukosa saluran pernafasan (Kending dan
Chernick, 1983 dalam DepKes RI, 1992).
Iritasi virus pada kedua lapisan tersebut menyebabkan timbulnya batuk kering (Jeliffe,
1974). Kerusakan stuktur lapisan dinding saluran pernafasan menyebabkan kenaikan
aktifitas kelenjar mukus yang banyak terdapat pada dinding saluran nafas, sehingga
terjadi pengeluaran cairan mukosa yang melebihi noramal. Rangsangan cairan yang
berlebihan tersebut menimbulkan gejala batuk (Kending and Chernick, 1983). Sehingga
pada tahap awal gejala ISPA yang paling menonjol adalah batuk.
Adanya infeksi virus merupakan predisposisi terjadinya infeksi sekunder bakteri.
Akibat infeksi virus tersebut terjadi kerusakan mekanisme mukosiliaris yang
merupakan mekanisme perlindungan pada saluran pernafasan terhadap infeksi bakteri
sehingga memudahkan bakteri-bakteri patogen yang terdapat pada saluran pernafasan
atas seperti streptococcus pneumonia, haemophylus influenza dan staphylococcus
menyerang mukosa yang rusak tersebut (Kending dan Chernick, 1983). Infeksi
sekunder bakteri ini menyebabkan sekresi mukus bertambah banyak dan dapat
menyumbat saluran nafas sehingga timbul sesak nafas dan juga menyebabkan batuk
yang produktif. Invasi bakteri ini dipermudah dengan adanya fakor-faktor seperti
kedinginan dan malnutrisi. Suatu laporan penelitian menyebutkan bahwa dengan
adanya suatu serangan infeksi virus pada saluran nafas dapat menimbulkan gangguan
gizi akut pada bayi dan anak (Tyrell, 1980).
Virus yang menyerang saluran nafas atas dapat menyebar ke tempat-tempat yang lain
dalam tubuh, sehingga dapat menyebabkan kejang, demam, dan juga bisa menyebar ke
saluran nafas bawah (Tyrell, 1980). Dampak infeksi sekunder bakteripun bisa
menyerang saluran nafas bawah, sehingga bakteri-bakteri yang biasanya hanya
ditemukan dalam saluran pernafasan atas, sesudah terjadinya infeksi virus, dapat
menginfeksi paru-paru sehingga menyebabkan pneumonia bakteri (Shann, 1985).
E. PATHWAYS
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Pemeriksaan kultur/ biakan kuman (swab);
b. Pemeriksaan Pemeriksaan hitung darah hitung darah (deferential (deferential count);
count); laju endap darah endap darah meningkat disertai meningkat disertai dengan
adanya dengan adanya leukositosis leukositosis dan bisa dan bisa juga disertai juga
disertai dengan adanya thrombositopenia thrombositopenia
c. Pemeriksaan foto thoraks jika diperlukan (Benny:2010
G. PENATALAKSANAAN
Tujuan utama dilakukan terapi adalah menghilangkan adanya obstruksi dan
adanya kongesti hidung pergunakanlah selang dalam melakukan penghisaapan lendir
baik melalui hidung maupun melalui mulut. Terapi pilihan adalah dekongestan dengan
pseudoefedrin hidroklorida tetes pada lobang hidung, serta obat yang lain seperti
analgesik serta antipiretik. Antibiotik tidak dianjurkan kecuali ada komplikasi purulenta
pada sekret.Penatalaksanaan pada bayi dengan pilek sebaiknya dirawat pada posisi
telungkup, dengan demikian sekret dapat mengalir dengan lancar sehingga drainase
sekret akan lebih mudah keluar (Pincus Catzel & Ian Roberts; 1990; 452).
H. KOMPLIKASI
ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut) sebenarnya merupakan self limited disease
yang sembuh sendiri dalam 5-6 hari jika tidak terjadi invasi kuman lain, tetapi penyakit
ISPA yang tidak mendapatkan pengobatan dan perawatan yang baik dapat
menimbulkan penyakit seperti:
a. Laringitis
Peradangan pada laring (pangkal tenggorokan), disebabkan oleh inveksi virus atau
bakteri pada saluran pernapasan bagian atas pada penderita anak-anak dengan
struktur saluran pernapasan yang kecil, bisa saja terjadi kesulitan bernapas jika terus
memburuk hingga lebih dari dua minggu menjadi faktor penyebab ISPA pada
saluran pernafasan bawa
b. Bronkitis

Komplikasi ini terjadi ketika infeksi yang disebabkan oleh virus dan bakteri dari
saluran pernafasan atas menyebar lebih jauh ke dalam paru- paru
c. Sinusitis
Kondisi ini sering kali disebabkan oleh virus flu atau pilek yang disebarkan sinus
dari saluran pernapasan atas. Biasanya setelah terjadi pilek atau flu, infeksi bakteri
sekunder bisa terjadi. Ini akan menyebabkan dinding dari sinus mengalami
peradangan atau inflamasi, Faktor pemicu sinusitis infeksi virus adalah infeksi
jamur dari luar tubuh (Nurarif, 2015, hal. 129).
I. DOKUMENTASI KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Menurut Khaidir Menurut Khaidir Muhaj (2008), pengkajian (2008), pengkajian
pada ISPA meliputi meliputi :
a. Identitas Pasien
b. Umur : Kebanyakan Kebanyakan infeksi infeksi saluran saluran pernafasan
pernafasan yang sering mengenai mengenai anak usia anak usia dibawah 3
dibawah 3 tahun, terutama tahun, terutama bayi kurang dari kurang dari 1 t
ahun. Beberapa Beberapa penelitian penelitian menunjukkan menunjukkan
bahwa anak pada usia muda akan lebih sering menderita menderita ISPA
daripada daripada usia yang lebih yang lebih lanjut(Anggana lanjut(Anggana
Rafika,2009).
c. Jenis kelamin : Angka kesakitana kesakitan ISPA sering ISPA sering terjadi
pada terjadi pada usia kurang usia kurang dari 2 tahun, dimana tahun, dimana
angka kesakitan angka kesakitan ISPA anak ISPA anak perempuan lebih
perempuan lebih tinggi daripada daripada laki-laki di negara Denmark
(Anggana (Anggana Rafika, Rafika, 2009).
Alamat : Kepadatan hunian seperti seperti luar ruang luar ruang per orang, per
orang, jumlah anggota anggota keluarga, keluarga, dan masyarakat masyarakat
diduga merupakan merupakan faktor risiko untuk ISPA.
d. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan Keluhan Utama: Adanya keluhan demam, batuk dan flu
2) Riwayat penyakit sekarang: Dua hari sebelumnya sebelumnya klien
mengalami demam mengalami demam mendadak, sakit kepala, mendadak,
sakit kepala, badan lemah, nyeri badan lemah, nyeri otot dan sendi, nafsu
makan menurun, batuk, pilek dan sakit tenggorokan
3) Riwayat penyakit dahulu: sebelumnya klien sudah pernah mengalami
penyakit sekarang
4) Riwayat penyakit keluarga: apakah ada anggota yang keluarga pernah
pernah mengalami sakit seperti penyakit klien ters mengalami sakit seperti
penyakit klien tersebut.
5) Riwayat sosial: Apakah klien tinggal di lingkungan di lingkungan yang
berdebu yang berdebu dan padat penduduknya.
e. Pemeriksaan Pemeriksaan
1) Aktivitas/istirahat Gejala : Kelelahan Kelelahan umum dan kelemahan, naf
kelemahan, nafas pendek karena kerja, kesulitan kesulitan tidur pada malam
atau demam pada malam hari, menggigil menggigil atau berkeringat, atau
berkeringat, mimpi buru mimpi buruk. Tanda : Takhikardia,
takhipnu/dispnea pada kerja, kelelahan otot, nyeri dan sesak (tahap lanjut).
2) Integritas EGO Gejala : Adanya /factor Adanya /factor stress lama, masalah
masalah keuangan, keuangan, rumah, perasaan tidak berdaya/ tidak ada
harapan. Tanda : Menyangkal, Menyangkal, ansietas, ansietas, ketakutan
ketakutan dan mudah terangsang. terangsang.
3) Makanan/cairan Gejala : Kehilangan nafsu Kehilangan nafsu makan, tidak
dapat tidak dapat mencerna, mencerna, penurunan berat badan. Tanda :
Tanda : Turgor kulit Turgor kulit buruk, kering/kulit buruk, kering/kulit
bersisik, bersisik, kehilangan kehilangan otot/hilang lemak subkutan.
4) Nyeri/kenyamanan Gejala : Gejala : Nyeri dada Nyeri dada meningkat
karena meningkat karena batuk berulang. berulang. Tanda : Tanda : Berhati-
hati Berhati-hati pada area sakit, perilaku perilaku distraksi, distraksi,
gelisah. gelisah.
5) Pernapasan Gejala : Batuk produktif atau tidak, nafas pendek, terpajan
pada individu terinfeksi.Tanda : Peningkatan Peningkatan frekuensi
frekuensi pernapasan, pernapasan, pengembangan
pengembangan pernapasan pernapasan tidak simetris, simetris, perkusi
perkusi pekak dan penurunan penurunan fremitus, fremitus, adanya sputum /
sputum / secret. secret.
6) Keamanan Gejala : Adanya kondisi penekanan imun. Tanda : Demam
rendah atau sakit panas akut
J. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif
2. hipertermian
3. Resiko infeksi b.d efek prosedur invasive
INTERVENSI KEPERAWATAN

No Dx Keperawatan SILKI SIKI


1 Berihan jalan nafas Setelah dilakukan Tindakan keperawatan selama Manajemen Jalan Nafas
2x24 jam diharapkan bersihan jalan nafas dapat O:
- Monitor pola nafas
teratasi dengan kriteria hasil:
- Monitor bunyi nafas tambahan
Indicator A Ak
- Posisikan semi fowler
ronchi 2 5 - Lakukan fisiotertpi dada jika perlu
Dyspnea 2 5 - Lakukan relaksasi pernafasan
Frekuensi nafas 2 5 - Berikan oksigen
- Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari jika
tidak kontraindikasi
- Latih batuk
efektif C:
Kolaborasi pemberian bronkodilator
2 HIPERTERMIA Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama jam Manajemen hipertermia
diharapkan masalah dapat teratasi dengan kriteria O:
hasil : - Identifikasi penyebab hipertermia
Indicator A T - Monitor suhu
Suhu tubuh 2 4 T:

Suhu kulit 2 4 - Longgarkan pakaian


menggigil 2 4 - Berikan cairan oral
- Berikan oksigen jika perlu
E:
- anjurkan tirah baring
C:
- kolaborasi pemberian cairan eletrolit IV
3 Resiko infeksi Setelah dilakukan tindakan keperawatan, Pencegahan Infeksi
diharapkan Resiko teratasi. Dengan Kriteria Hasil : O:
Indikator Awal Target - Monitor tanda dan gejala local
nyeri 2 5 T
- Batasi jumlah pengunjung
Nafsu makan 2 5 - Berikan perawatan luka
- Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak
Kadar sel 2 5 dgn pasien
darah putih E
- Jelaskan tanda dan geja infeksi
- Anjurkan meningkatkan asupan cairan
DAFTAR PUSTAKA
\ Arif Mansjoer,dkk. 2008. KAPITA SELEKTA KEDOKTERAN. Jakarta: Media
Aesculapius. Ngastiyah, (2009), Perawatan Anak Sakit , Edisi Kedua, EGC,
Jakarta DepKes RI. Direktorat Jenderal PPM & PLP. Pedoman Pemberantasan
Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA). Jakarta. 1992. Doenges, Marlyn
E . Rencana Asuhan Keperawatan: pedoman untuk perencanaan
dan pendokumentasian perawatan pasien

Anda mungkin juga menyukai