Anda di halaman 1dari 10

KEPERAWATAN KELUARGA

INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT

Dosen Pengampu:

Ns. Aisyiah, S.Kep, M.Kep, Sp.Kep.Kom

Disusun Oleh:

Dhea Khumaera 173112420150024

Suliyani 173112420150035

Meilisa Furwaningsih 173112420150036

Dewi Ayu Arindi 173112420150037

Asya Azzahra Zain 173112420150067

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS NASIONAL
JAKARTA 2019
A. Pengertian
Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) adalah infeksi saluran pernafasan akut
yang menyerang tenggorokan, hidung dan paru-paru yang berlangsung kurang lebih
14 hari, ISPA mengenai struktur saluran di atas laring, tetapi kebanyakan penyakit ini
mengenai bagian saluran atas dan bawah secara stimulan atau berurutan (Muttaqin,
2008).

B. Klasifikasi
ISPA diklasifikasikan menjadi infeksi saluran pernapasan atas dan bawah.
1. Infeksi saluran pernapasan atas
a) Batuk pilek
Batuk pilek (common cold) adalah infeksi primer nesofaring dan
hidung yang sering mengenai bayi dan anak. Penyakit ini cenderung
berlangsung lebih berat kerena infeksi mencakup daerah sinus paranasal,
telinga tengah, dan nesofaring disertai demam yang tinggi. Faktor
predisposisinya antara lain kelelahan, gizi buruk, anemia dan kedinginan.
Pada umumnya penyakit terjadi pada waktu pergantian musim (Ngastiyah,
2005).

b) Sinusitis
Sinusitis adalah radang sinus yang ada di sekitar hidung, dapat berupa
sinusitis maksilaris atau sinusitis frontalis. Biasanya paling sering terjadi
adalah sinusitis maksilaris, disebabkan oleh komplikasi peradangan jalan
napas bagian atas, dibantu oleh adanya faktor predisposisi. Penyakit ini dapat
disebabkan oleh kuman tunggal, namun dapat juga disebabkan oleh campuran
kuman seperti streptokokus, pneumokokus, hemophilus influenzae, dan
klebsiella pneumoniae. Jamur dapat juga menyebabkan sinusitis (Ngastiyah,
2005).

c) Tonsilitis
Tonsilitis merupakan inflamasi atau pembengkakan akut pada tonsil
atau amandel. Organisme penyebabnya yang utama meliputi streptokokus
atau staphilokokus. Infeksi terjadi pada hidung menyebar melalui sistem
limpa ke tonsil. Hiperthropi yang disebabkan infeksi, bisa menyebabkan
tonsil membengkak sehingga bisa menghambat keluar masuknya udara.
Manifestasi klinis yang ditimbulkan meliputi pembengkakan tonsil yang
mengalami edema dan berwarna merah, sakit tenggorokan, sakit ketika
menelan, demam tinggi dan eksudat berwarna putih keabuan pada tonsil,
selain itu juga muncul abses pada tonsil (Reeves, Roux & Lockhart, 2001).

d) Faringitis
Faringitis adalah proses peradangan pada tenggorokan. Penyakit ini
juga sering dilihat sebagai inflamasi virus. Namun juga bisa disebabkan oleh
bakteri, seperti hemolytic stretococcy, staphylococci, atau bakteri lainnya
( Reeves, Roux & Lockhart, 2001). Tanda dan gejala faringitis antara lain
membran mukosa dan tonsil merah, demam, malaise, sakit tenggorokan,
anoreksia, serak dan batuk (Behrman, 1999).

e) Laringitis
Laringingitis adalah proses peradangan dari membran mukosa yang
membentuk laring (Reeves, Roux & Lockhart, 2001). Penyebab laringitis
umumnya adalah streptococcus hemolyticus, streptococcus viridans,
pneumokokus, staphylococcus hemolyticus dan haemophilus influenzae.
Tanda dan gejalanya antara lain demam, batuk, pilek, nyeri menelan dan pada
waktu bicara, suara serak, sesak napas, stridor. Bila penyakit berlanjut terus
akan terdapat tanda obstruksi pernapasan berupa gelisah, napas tersengal-
sengal, sesak dan napas bertambah berat (Ngastiyah, 2005).

2. Infeksi saluran pernapasan bawah


a) Bronkitis
Bronkitis merupakan infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) bagian bawah,
terjadi peradangan di daerah laring, trakhea dan bronkus. Disebabkan oleh
virus, yaitu: rhinovirus, respiratori sincytial virus (RSV), virus influenzae,
virus para influenzae, dan coxsackie virus. Dengan faktor predisposisi berupa
alergi, perubahan cuaca, dan polusi udara. Dengan tanda dan gejala batuk
kering, suhu badan rendah atau tidak ada demam, kejang, kehilangan nafsu
makan, stridor, napas berbunyi, dan sakit di tengah depan dada (Ngastiyah,
2005).
b) Bronkiolitis
Bronkiolitis akut merupakan penyakit saluran pernapasan yang lazim, akibat
dari obstruksi radang saluran pernapasan kecil. Disebabkan oleh virus
sinsisium respiratorik (VSR), virus para influenzae, mikroplasma, dan
adenovirus. Penyakit ini terjadi selama umur 2 tahun pertama, dengan insiden
puncak sekitar umur 6 bulan (Behrman, 1999). Yang didahului oleh infeksi
saluran bagian atas disertai dengan batuk pilek beberapa hari, tanpa disertai
kenaikan suhu, sesak napas, pernapasan dangkal dan cepat, batuk dan gelisah
(Ngastiyah, 2005).
c) Pneumonia
Pneumonia adalah proses Inflamansi pada parenkim paru. Hal ini terjadi
sebagai akibat adanya invasi agen infeksius atau adanya kondisi yang
menganggu tahanan salura trakeobrokialis sehingga flora endogen yang
normal berubah menjadi patogen ketika memasuki saluran jalan napas
(Engram, 1998). Gejala-gejala yang sering didapatkan pada anak adalah napas
cepat dan sulit bernapas, mengi, batuk, demam, menggigil, sakit kepala, dan
nafsu makan hilang (Syair, 2009).
d) Tuberkulosis
Tuberkulosis adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri yang dapat
memengaruhi semua jaringan tubuh, tetapi paling umum terlokalisasi di paru
paru (Sloane, 2003). Ditandai dengan gejala batuk, demam, berkeringat
malam, penurunan aktifitas, kehilangan berat badan, dan sukar bernapas
(Ngastiyah, 2005).

C. Tanda dan Gejala


Penyakit ISPA pada balita dapat menimbulkan bermacam-macam tanda dan gejala
seperti batuk, kesulitan bernafas, sakit tenggorokan, pilek, sakit telinga dan demam.
Berikut gejala ISPA dibagi menjadi 3 antara lain sebagai berikut :
1. Gejala dari ISPA ringan
Seseorang balita dinyatakan menderita ISPA ringan jika ditemukan satu atau lebih
gejala-gejala sebagai berikut :
a. Batuk
b. Serak, yaitu anak bersuara parau pada waktu mengeluarkan suara (pada waktu
berbicara atau menangis)
c. Pilek, yaitu mengeluarkan lendir atau ingus dari hidung
d. Panas atau demam, suhu badan lebih dari 37°C.

2. Gejala dari ISPA sedang


Seseorang balita dinyatakan menderita ISPA sedang jika dijumpai gejala dari
ISPA ringan disertai satu atau lebih gejala-gejala sebagai berikut :
a. Pernapasan cepat (fast breathing) sesuai umur yaitu : untuk kelompok umur
kurang dari 2 bulan frekuensi nafas 60 kali per menit atau lebih untuk umur 2-
< 5 tahun.
b. Suhu tubuh lebih dari 39°C
c. Tenggorokan berwarna merah
d. Timbul bercak-bercak merah pada kulit menyerupai bercak campak
e. Telinga sakit atau mengeluarkan nanah dari lubang telinga
f. Pernapasan berbunyi seperti mengorok (mendengkur)

3. Gejala dari ISPA Berat Seseorang balita dinyatakan menderita ISPA berat jika
dijumpai gejala-gejala ISPA ringan atau ISPA sedang disertai satu atau lebih
gejala-gejala sebagai berikut :
a. Bibir atau kulit membiru
b. Anak tidak sadar atau kesadaran menurun
c. Pernapasan berbunyi seperti mengorok dan anak tampak gelisah d) Sela iga
tetarik ke dalam pada waktu bernafas
d. Nadi cepat lebih dari 160 kali per menit atau tidak teraba
e. Tenggorokan berwarna merah

D. Etiologi
Etiologi ISPA terdiri lebih dari 300 jenis bakteri, virus dan riketsia. Bakteri
penyebab ISPA antara lain adalah dari genus Streptokokus, Stafilokokus,
Pneumokokus, Hemofillus, Bordetelia dan Korinebakterium. Virus penyebab ISPA
antara lain adalah golongan Miksovirus, Adnovirus, Koronavirus, Pikornavirus,
Mikoplasma, Herpesvirus dan lain-lain (Suhandayani, 2007).
ISPA disebabkan oleh bakteri atau virus yang masuk kesaluran nafas. Salah
satu penyebab ISPA yang lain adalah asap pembakaran bahan bakar kayu yang
biasanya digunakan untuk memasak. Asap bahan bakar kayu ini banyak menyerang
lingkungan masyarakat, karena masyarakat terutama ibu-ibu rumah tangga selalu
melakukan aktifitas memasak tiap hari menggunakan bahan bakar kayu, gas maupun
minyak. Timbulnya asap tersebut tanpa disadarinya telah mereka hirup sehari-hari,
sehingga banyak masyarakat mengeluh batuk, sesak nafas dan sulit untuk bernafas.
(Depkes RI, 2002).
ISPA dapat disebabkan oleh banyak hal, antara lain :
a. Virus penyebab ISPA meliputi virus parainfluenza, adenovirus, rhinovirus,
koronavirus, koksakavirus A dan B, Streptokokus dan lain-lain (Nelson,2002)
b. Perilaku individu, seperti sanitasi fisik rumah, kurangnya ketersediaan air bersih
(Depkes RI, 2005).

E. Komplikasi
Penyakit ini sebenarnya merupakan self limited disease, yang sembuh sendiri
5 sampai 6 hari, jika tidak terjadi invasi kuman lain. Tetapi penyakit ISPA yang tidak
mendapatkan pengobatan dan perawatan yang baik dapat menimbulkan komplikasi
seperti: sinusitis paranasal, penutupan tuba eustachi, empiema, meningitis dan
bronkopneumonia serta berlanjut pada kematian karena adanya sepsis yang menular
(Ngastiyah, 2005).

F. Patofisiologis
Transmisi organisme yang menyebabkan infeksi saluran pernapasan atas dapat
terjadi melalui udara, droplet, kontak langsung ke tangan lewat cairan atau air yang
sudah terinfeksi (Rohilla, 2013).
Saluran pernapasan mulai dari hidung sampai bronkiolus memiliki sistem
pertahanan mukosa, silia dan khusus hidung memiliki rambut. Ketiga sistem ini
berfungsi untuk menyaring dan menghangatkan udara serta partikel yang ikut terhirup
saat inspirasi. Partikel berukuran besar dan kasar akan tersaring oleh rambut pada
hidung, sedangkan partikel kecil dan halus akan terperangkap pada mukosa, kemudian
silia akan mendorongnya ke arah superior menuju faring (Sherwood, 2014).
Pada keadaan ketika bakteri atau partikel dari udara tercemar masuk ke dalam
saluran pernapasan, maka mekanisme inflamasi sepanjang saluran pernapasan akan
bekerja. Inflamasi akan menyebabkan lapisan mukosa menebal, produksi lendir
berlebih dan menghambat kerja dari silia. Ketiga faktor ini menyebabkan
penyempitan pada saluran pernapasan dan menyebabkan kesulitan pembersihan jalan
napas. Akibatnya terjadi kolonisasi bakteri pada saluran pernapasan dan menyebabkan
infeksi saluran pernapasan atas (Lindawaty, 2010).
Pada adenoid dan tonsil mengandung sel-sel limfosit T yang juga berfungsi
melawan patogen. Sistem kekebalan humoral Ig A dan sistem kekebalan seluler juga
berperan terhadap respon inflamasi di saluran pernapasan atas, termasuk di dalamnya
monosit, neutrofil, dan eosinofil, dan sitokin-sitokin proinflamasi. Kemudian pada
nasofaring sendiri juga memiliki flora normal, termasuk beberapa spesies stafilokokus
dan streptokokus. Anak-anak yang memiliki alergi sangat berportensi untuk terjadinya
infeksi saluran pernapasan atas karena mukosanya sangat sensitif. Waktu inkubasi
patogen bervariasi, tergantung spesiesnya. Rhinovirus dan streptokokus grup A
memiliki masa inkubasi 1 – 5 hari, influenza dan parainfluenza memiliki masa
inkubasi 1 – 4 hari, dan RSV memiliki masa inkubasi seminggu, pertusis 7 – 10 hari,
difteri berinkubasi selama 1 – 10 hari dan virus Epstein-Barr (EBV) 4 – 6 minggu.
Setelah masa inkubasi, akibat respon sistem kekebalan tubuh akan menunjukkan
gejala infeksi saluran pernapasan atas umumnya adalah pembengkakan lokal, eritema,
edema, sekresi pus atau dahak dan demam (Meneghetti, 2018)
Pathway

G. Teraphy

1. Herbal Madu Jahe


a. Pengertian
Adalah minuman yang dibuat dari jahe putih dan madu yang diramu
menjadi sebuah minuman herbal yang bermanfaat untuk mengahangatkan
tenggorokan, sehingga balita dapat tertidur dengan nyaman dan nyenyak.
Pemberian minuman jahe madu dapat menurunkan keparahan batuk pada
anak, karena kandungan minyak atsiri dalam jahe yang merupakan zat aktif
yang dapat mengobati batuk (Nooryani, 2007). Sedangkan zat antibiotik pada
madu yang dapat menyembuhkan beberapa penyakit infeksi seperti batuk anak
pada ISPA (Aden, 2010).

b. Tujuan
Mengatasi masalah gangguan tidur pada balita saat mengalami ISPA

c. Indikasi
Balita dengan ISPA yang mengalami gangguan tidur

d. Kontra Indikasi
- Memiliki gangguan darah

e. Alat dan Bahan


- 130 ml air putih (2/3 gelas)
- 1 sendok madu asli
- 4 cm jahe putih

f. Prosedur Kerja
- Siapkan 4 cm jahe lalu dikupas sampai bersih
- Cuci jahe yang sudah dikupas dengan air bersih
- Kemudian geprek jahe, tetapi jangan sampai hancur
- Siapkan panci kecil dan masukkan air 2/3 gelas tadi ke dalamnya
- Lalu masukan jahe yang sudah digeprek kedalam air yang mendidih, aduk
beberapa kali
- Tunggu 1 menit setelah mendidih
- Kemudian angkat lalu diamkan sampai air jahe hangat
- Setelah hangat, tuangkan air jahe dan dipindahkan dari panci kedalam
gelas ukuran 200 ml
- Setelah itu tambahkan 1 sendok makan madu, aduk hingga tercampur rata
- Berikan minuman herbal jahe madu pada balita dengan dosis 1 kali sehari
sebanyak ½ gelas pada malam hari, 30 menit sebelum tidur, pemberian
minuman herbal jahe madu dilakukan selama 5 hari berturut – turut

2. Inhalasi Sederhana
a. Pengertian
Inhalasi sederhana yaitu memberikan obat dengan cara dihirip dalam bentuk
uap ke dalam saluran pernafasan yang dilakukan dengan bahan dan cara yang
serdehana serta dapat dilakukan dalam lingkungan keluarga.
b. Tujuan
- Mengencerkan sekret agar mudah keluar
- Melonggarkan jalan nafas
- Mengatasi/mengobati infalasi jalan nafas bagian atas
- Merangsang kerja pernafasan
- Menvegah kekeringan pada selaput lendir pernafasan bagian atas.
c. Indikasi
- Klien batuk pilek ringan dengan lendir berlebihan
- Klien yang sulit mengeluarkan sekret
- Asma akibat bersihan jalan nafas tidak efektif

d. Kontraindikasi
- Klien yang memiliki riwayat hipersensitivitas atau alergi dengan minyak
tertentu
- Klien dengan lesi atau perlukaan di wajah

e. Alat dan Bahan


- Kom berisi air hangat
- Obat-obatan aromatherapi seperti minyak kayu putih
- Handuk
- Lap atau tissue
- Kain pengalas untuk kom air hangat

f. Prosedur
- Tempatkan kom berisi air hangat di atas meja yang diberi pengalas
- Campurkan minyak kayu putih dengan air hangat dalam kom dengan
perbandingan 2-3 tetes minyak kayu putih untuk 250 ml air hangat
- Sebelum menghirup anjurkan klien menarik napas, mata tertutup sambil
menghirup uap air hangat
- Bentang handuk menyerupai corong, kemudian arahkan corong tersebut
hanya pada hidung klien
- Hirup uap dari campuran tersebut selama kurang lebih 5-10 menit atau
hingga klien sudah merasa lega dengan pernapasan. Jarak wajah klien
dengan air hangat kurang lebih 30 cm,
- Setelah selesai bersihkan mulut dan hidung menggunakan kain lap atau
tissue.
DAFTAR PUSTAKA

Engram, Barbara. 1998. Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Vol 1. Jakarta : EGC
Sloane, Ethel. 2003. Anatomi dan Fisiologi. Jakarta : EGC
http://jurnal.fk.unand.ac.id/index.php/jka/article/download/662/527
https://jom.unri.ac.id/index.php/JOMPSIK/article/view/4137/4030 (hal.5)
http://digilib.unila.ac.id/56344/3/SKRIPSI%20TANPA%20BAB%20PEMBAHASAN.pdf
(hal. 15, 23-25)

Anda mungkin juga menyukai