Anda di halaman 1dari 21

 ISPA merupakan singkatan dari infeksi saluran

pernapasan akut, adalah infeksi yang


disebabkan oleh bakteri atau virus yang
menyerang hidung, trakea atau bahkan paru-
paru. Istilah ISPA meliputi tiga unsur yakni
infeksi, saluran pernapasan dan infeksi akut.
 Infeksi oleh bakteri, virus dan jamur dapat merubah pola
kolonisasi bakteri. Timbul mekanisme pertahanan pada
jalan nafas seperti filtrasi udara inspirasi di rongga
hidung, refleksi batuk, refleksi epiglotis, pembersihan
mukosilier dan fagositosis. Karena menurunnya daya
tahan tubuh penderita maka bakteri pathogen dapat
melewati mekanisme sistem pertahanan tersebut
akibatnya terjadi invasi di daerah- daerah saluran
pernafasan atas maupun bawah (Fuad, 2008).
 Infeksi saluran pernafasan akut merupakan kelompok penyakit
yang komplek dan heterogen, yang disebabkan oleh berbagai
etiologi. Etiologi ISPA terdiri dari 300 lebih jenis virus, bakteri,
riketsia dan jamur. Virus penyebab ISPA antara lain golongan
mikrovirus (termasuk di dalamnya virus influenza, virus pra-
influensa dan virus campak), dan adenovirus. Bakteri penyebab
ISPA misalnya: streptokokus hemolitikus, stafilokokus,
pneumokokus, hemofils influenza, bordetella pertusis dan
karinebakterium diffteria (Achmadi, dkk., 2004 dalam Arifin,
2009).
 Bakteri tersebut di udara bebas akan masuk dan menempel pada
saluran pernafasan bagian atas yaitu tenggorokan dan hidung.
Biasanya bakteri tersebut menyerang anak-anak yang kekebalan
tubuhnya lemah.
 Perjalanan klinis penyakit ISPA dimulai dengan berinteraksinya virus dengan tubuh. Masuknya virus
sebagai antigen ke saluran pernafasan menyebabkan silia yang terdapat pada permukaan saluran
nafas bergerak ke atas mendorong virus ke arah faring atau dengan suatu tangkapan refleks
spasmus oleh laring. Jika refleks tersebut gagal maka virus merusak lapisan epitel dan lapisan
mukosa saluran pernafasan.
 Iritasi virus pada kedua lapisan tersebut menyebabkan timbulnya batuk kering . Kerusakan stuktur
lapisan dinding saluran pernafasan menyebabkan kenaikan aktifitas kelenjar mukus yang banyak
terdapat pada dinding saluran nafas, sehingga terjadi pengeluaran cairan mukosa yang melebihi
noramal. Rangsangan cairan yang berlebihan tersebut menimbulkan gejala batuk . Sehingga pada
tahap awal gejala ISPA yang paling menonjol adalah batuk.
 perjalanan klinis penyakit ISPA ini dapat dibagi menjadi empat tahap, yaitu:
-Tahap prepatogenesis
-Tahap inkubasi
-Tahap dini penyakit
-Tahap lanjut penyakit
ISPA meliputi:
 Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) Bagian Atas
Adalah infeksi-infeksi yang terutama mengenai struktur-struktur saluran nafas di
sebelah atas laring. Kebanyakan penyakit saluran nafas mengenai bagian atas dan
bawah secara bersama-sama atau berurutan, tetapi beberapa di antaranya adalah
Nasofaringitis akut (salesma), Faringitis akut (termasuk Tonsilitis dan
Faringotositilitis) dan rhinitis.
 Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) Bagian Bawah
Adalah infeksi-infeksi yang terutama mengenai struktur-struktur saluran nafas
bagian bawah mulai dari laring sampai dengan alveoli. Penyakit-penyakit yang
tergolong Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) bagian bawah : Laringitis, Asma
Bronchial, Bronchitis akut maupun kronis, Broncho Pneumonia atau Pneumonia
(Suatu peradangan tidak saja pada jaringan paru tetapi juga pada brokioli ).

Klasifikasi ISPA:
 ISPA dibagi dalam dua golongan yaitu pneumonia(radang paru), dan yang bukan
pneumonia seperti batuk pilek. Penyebabnya virus seperti Rotavirus, virus
influensa, bakteri streptcoccus pneumoniae, dan bakteri Staphylococcus aureus
 Tanda dan gejala penyakit infeksi saluran
pernafasan dapat berupa batuk, kesulitan
bernafas, sakit tenggorokan, pilek, demam dan
sakit kepala. Sebagian besar dari gejala saluran
pernapasan hanya bersifat ringan seperti batuk,
kesulitan bernapas, sakit tenggorokan, pilek,
demam dan sakit kepala tidak memerlukan
pengobatan dengan antibiotik.
 Sistem respiratorik:
Nafas cepat, napas tak teratur, retraksi dinding dada,
napas cuping hidung, sianosis, suara napas lemah,
wheezing.
 Sistem cardial:
Takikardi, bradikardi, hipertensi, hipotensi dan
cardiac arrest.
 Sistem cerebral:
Sakit kepala, papil edema, gelisah, bingung, kejang,
koma.
 Sistem integumen:
Keluar keringat banyak.
ISPA bisa mengakibatkan komplikasi bila keadaan
penderita parah. Komplikasi yang terjadi pada
infeksi saluran pernapasan atas adalah :
 Infeksi yang telah menyebar pada seluruh system
tubuh
 Radang di sekitar jaringan tonsil atau amandel
 Infeksi telinga tengah ( otitis media )
 Infeksi sinus pada rongga hidung
 Belum ada obat yang efektif membunuh kebanyakan virus yang menyerang manusia.
Pengobatan yang dilakukan selama ini biasanya hanya untuk meredakan gejala yang
muncul akibat infeksi virus.Istirahat yang cukup dan mengonsumsi banyak air mineral
bisa membantu meredakan gejala itu.
 Beberapa jenis obat yang sering diberikan dokter untuk meredakan gejala-gejala ISPA
diantaranya:
- Obat anti inflamasi non-steroid (OAINS) dan asetaminofen, untuk mengurangi
efek demam dan nyeri di tubuh.
- Obat antihistamin, dekongestan, dan ipratropium, untuk mengatasi hidung yang
berair dan tersumbat.
- Obat batuk antitusif, untuk mengurangi batuk-batuk. Madu juga bisa digunakan
untuk mengatasi masalah ini.
- Obat steroid, seperti deksametason dan prednison, mungkin diresepkan pada
kondisi tertentu untuk mengurangi peradangan dan pembekakan yang terjadi di
saluran pernapasan bagian atas.
 Selalu mencuci tangan.
 Anak dan keluarga diajarkan untuk menggunakan tisu atau tangannya untuk menutup hidung dan mulutnya ketika
batuk/bersin
 Anak yang sudah terinfeksi pernafasan sebaiknya tidak berbagi cangkir minuman, baju cuci atau handuk.
 Peringatan perawat : untuk mencegah kontaminasi oleh virus pernapasan, mencuci tangan dan jangan menyentuh
mata atau hidungmu.
 Mencegah anak berhubungan terlalu dekat dengan saudaranya atau anggota keluarga lainnya yang sedang sakit ISPA.
Tindakan semi isolasi mungkin dapat dilakukan seperti anak yang sehat tidur terpisah dengan dengan anggota
keluarga lainyang sedang sakit ISPA.
 Upayakan ventilasi yang cukup dalam ruangan / rumah.
 Hindari anak dari paparan asap rokok.
 Selalu menjaga daya tahan tubuh, konsumsi makanan bergizi.
 Tetap menjaga kebersihan (tubuh dan lingkungan tempat tinggal).
 Olah raga yang teratur
 Jangan merokok dan minum minuman beralkohol secara berlebihan
 Jagalah kebesihan diri terutama gigi dan mulut
 Sedapat mungkin hindari debu, bahan kimia,asap rokok dan bahan-bahan yang dapat menimbulkan alergi
 Istirahat yang cukup
 Dapatkan vaksinasi influenza bila di sarankan terutama pada penderita lanjut usia atau mempunyai riwayat ISPA.
PENGKAJIAN
Pengkajian:
 Umur: Kebanyakan infeksi saluran pernafasan yang sering mengenai anak usia dibawah 3 tahun,
terutama bayi kurang dari 1 tahun. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa anak pada usia muda
akan lebih sering menderita ISPA daripada usia yang lebih lanjut(Anggana Rafika, 2009).
 Jenis kelamin: Angka kesakitan ISPA sering terjadi pada usia kurang dari 2 tahun, dimana angka
kesakitan ISPA anak perempuan lebih tinggi daripada laki-laki di negara Denmark (Anggana Rafika,
2009).
 Alamat : Kepadatan hunian seperti luar ruang per orang, jumlah anggota keluarga, dan masyarakat
diduga merupakan faktor risiko untuk ISPA. Penelitian oleh Kochet al (2003) membuktikan bahwa
kepadatan hunian (crowded) mempengaruhi secara bermakna prevalensi ISPA berat .Diketahui
bahwa penyebab terjadinya ISPA dan penyakit gangguan pernafasan lain adalah rendahnya kualitas
udara didalam rumah ataupun diluar rumah baik secara biologis, fisik maupun kimia. Adanya
ventilasi rumah yang kurang sempurna dan asap tungku di dalam rumah seperti yang terjadi di
Negara Zimbabwe akan mempermudah terjadinya ISPA anak (Anggana Rafika, 2009).
Riwayat kesehatan:
 Keluhan utama (demam, batuk, pilek, sakit tenggorokan).
 Riwayat penyakit sekarang (kondisi klien saat diperiksa).
 Riwayat penyakit dahulu (apakah klien pernah mengalami penyakit sepertiyang dialaminya
sekarang).
 Riwayat penyakit keluarga (adakah anggota keluarga yang pernahmengalami sakit seperti
penyakit klien).
 Riwayat sosial (lingkungan tempat tinggal klien).
Pemeriksaan fisik :
Difokuskan pada pengkajian sistem pernafasan:
a. Inspeksi :
 Membran mukosa hidung-faring tampak kemerahan
 Tonsil tampak kemerahan dan edema
 Tampak batuk tidak produktif
 Tidak ada jaringan parut pada leher
 Tidak tampak penggunaan otot-otot pernafasan tambahan,
pernafasancuping hidung.
b. Palpasi :
 Adanya demam.
 Teraba adanya pembesaran kelenjar limfe pada daerah leher/n
yeritekan pada nodus limfe servikalis.
 Tidak teraba adanya pembesaran kelenjar tyroid
c. Perkusi :
 Suara paru normal (resonance).
d. Auskultasi :
 Suara nafas vesikuler/tidak terdengar ronchi pada kedua sisi paru.
Pemeriksaan Persistem
 B1 (Breath) :
· Inspeksi :
Membran mucosa hidung faring tampak kemerahan.
Tonsil tanpak kemerahan dan edema.
Tampak batuk tidak produktif,
Tidak ada jaringna parut pada leher,
Tidak tampak penggunaan otot- otot pernapasan tambahan,pernapasan cuping hidung, tachypnea, dan hiperventilasi.
· Palpasi :
Adanya demam.
Teraba adanya pembesaran kelenjar limfe pada daerah leher / nyeri tekan pada nodus limfe servikalis.
teraba adanya pembesaran kelenjar tyroid.
· Perkusi :
Suara paru normal (resonance).
Auskultasi :
Suara napas vesikuler / tidak terdengar ronchi pada kedua sisi paru.
 B2 (Blood) : Kardiovaskuler Hipertermi.
 B3 (Brain) : Penginderaan Pupil isokhor, biasanya keluar cairan pada telinga, terjadi gangguan penciuman.
 B4 (Bladder) : Perkemihan Tidak ada kelainan.
 B5 (Bowel) : pencernaan Nafsu makan menurun, porsi makan tidak habis Minum sedikit, nyeri telan pada
tenggorokan.
 B6 (Bone) : Warna kulit kemerahan(Benny:2010).

Pemeriksaan Penunjang :
1) Pemeriksaan kultur/ biakan kuman (swab); hasil yang didapatkan adalah biakan kuman (+) sesuai dengan jenis
kuman.
2) Pemeriksaan hitung darah (deferential count); laju endap darah meningkat disertai dengan adanya leukositosis dan
bisa juga disertai dengan adanya thrombositopenia.
3) Pemeriksaan foto thoraks jika diperlukan.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1) Peningkatan suhu tubuh b.d proses infeksi
Tujuan :
 suhu tubuh normal berkisar antara 36 – 37,5 °C.
 Pasien akan menunjukkan termoregulasi(keseimbangan antara produksi panas, peningaktan panas, dan kehilangan panas)
 Kriteria Hasil : Suhu tubuh kembali normal
 Nadi : 60-100 denyut per menit
 Tekanan darah : 120/80 mmHg
 RR : 16-20 kali per menit
2) Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b.d anoreksia
Tujuan :
 Klien dapat mencapai BB yang direncanakan mengarah pada BBnormal.
 Klien dapat menoleransi diet yang dianjurkan
 Tidak menunjukkan tanda malnutrisi
 Nutrisi kembali seimbang
 Kriteria hasil :
A. Antropometri: berat badan, tinggi badan, lingkar lengan
 Berat badan tidak turun (stabil)
B. Biokimia:
 Hb normal (laki-laki 13,5-18 g/dl dan perempuan 12-16 g/dl)
 Albumin normal (dewasa 3,5-5,0 g/dl)
C. Clinis:
 Tidak tampak kurus
 Rambut tebal dan hitam
 Terdapat lipatan lemak subkutan
D. Diet:
 Makan habis satu porsi
 Pola makan 3X/hari
3) Nyeri akut b.d inflamasi pada membran mukosa faring dan tonsil.
Tujuan: nyeri berkurang/terkontrol
Kriteria hasil : Nyeri berkurang skala 1-2
4) Risiko tinggi penularan infeksi b.d tidak kuatnya pertahanansekunder (adanya infeksi penekanan imun).
Tujuan: tidak terjadi penularan, tidak terjadi komplikasi
Meminimalisir penularan infeksi lewat udara
Kriteria hasil : Anggota keluarga tidak ada yang tertular ISPA
INTERVENSI
1. Intervensi:
a. Observasi tanda-tanda vital
b. Anjurkan klien/keluarga untuk kompres pada kepala/aksila
c. Anjurkan klien untuk menggunakan pakaian yang tipis dan dapat
menyerap keringat seperti pakaian dari bahan katun.
d. Atur sirkulasi udara
e. Anjurkan klien untuk minum banyak ± 2000 – 2500 ml/hari
f. Anjurkan klien istirahat di tempat tidur selama fase febris penyakit.
g. Kolaborasi dengan dokter:
Dalam pemberian terapi, obat antimikrobial, antipiretika
Rasionalisasi:
a. Pemantauan tanda vital yang teratur dapat menentukanperkembangan
perawatan selanjutnya.
b. Dengan memberikan kompres, maka akan terjadi proseskonduksi/perpindahan panas dengan
bahan perantara.
c. Proses hilanganya panas akan terhalangi untuk pakaian yang tebaldan tidak akan menyerap
keringat.
d. Penyediaan udara bersih.
e. Kebutuhan cairan meningkat karena penguapan tubuh meningkat.
f. Tirah baring untuk mengurangi metabolisme dan panas.
g. Untuk mengontrol infeksi pernafasan dan menurunkan panas.
2. Intervensi:
a. Kaji kebiasaan diet, input-output dan timbang BB setiap hari.
b. Berikan makan porsi kecil tapi sering dan dalam keadaan hangat.
c. Tingkatkan tirah baring
d. Kolaborasi, konsultasi ke ahli gizi untuk memberikan diet sesuai
kebutuhan klien.
Rasionalisasi:
a. Berguna untuk menentukan kebutuhan kalori,
menyusun tujuan BBdan evaluasi keadekuatan rencana nutrisi.
b. Untuk menjamin nutrisi adekuat/meningkatkan kalori total.
c. Nafsu makan dapat dirangsang pada situasi rileks, bersih, dan
menyenangkan.
d. Untuk mengurangi kebutuhan metabolik.
e. Metode makan dan kebutuhan kalori didasarkan pada situasi atau
kebutuhan individu untuk memberikan nutrisi maksimal.
3. Intervensi:
a. Teliti keluhan nyeri, catat intensitasnya (dengan skala 0 – 10 ),
faktoryang memperburuk atau meredakan nyeri, lokasi, lama, dankarakteristiknya.
b. Anjurkan klien untuk menghindari alergen/iritan terhadap debu,
bahankimia, asap rokkok, dan mengistirahatkan/meminimalkan bicara bila suara serak.
c. Anjurkan untuk melakukan kumur air hangat.
d. Kolaborasi: berikan obat sesuai indikasi (steroid oral, IV, dan inhalasi, & analgesik)
Rasionalisasi:
a. Identifikasi karakteristik nyeri dan faktor yang berhubunganmerupakan suatu hal yang amat penting untuk
memilih intervensi yangcocok dan untuk mengevaluasi keefektifan dari terapi yang diberikan.
b. Mengurangi bertambahberatnya penyakit.
c. Peningkatan sirkulasi pada daerah tenggorokan serta menguranginyeri tenggorokan.
d. Kortikosteroid digunakan untuk
mencegah reaksi alergi/menghambatpengeluaran histamin dalam inflamasi pernafasan. Analgesik untukmengur
angi nyeri.
4. Intervensi:
a. Batasi pengunjung sesuai indikasi.
b. Jaga keseimbangan antara istirahat dan aktivitas.
c. Tutup mulut dan hidung jika hendak bersin.
d. Tingkatkan daya tahan tubuh, terutama anak dibawah
usia 2 tahun,lansia, dan penderita penyakit kronis. Konsumsi vitamin C, A danmineral seng atau anti oksidan
jika kondisi tubuh menurun/asupanmakanan berkurang.
e. Kolaborasi pemberian obat sesuai hasil kultur
Rasionalisasi:
a. Menurunkan potensi terpajan pada penyakit infeksius.
b. Menurunkan konsumsi/kebutuhan keseimbangan O₂ dan memperbaikipertahanan klien terhadap infeksi,
meningkatkan penyembuhan.
c. Mencegah penyebaran patogen melalui cairan.
d. Malnutrisi dapat mempengaruhi kesehatan umum dan menurunkan tahanan terhadap infeksi.
e. Dapat diberikan untuk organisme khusus yang teridentifikasi
dengankultur dan sensitifitas atau diberikan secara profilaktik karena risiko tinggi.
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
I . Peningkatan suhu tubuh b.d proses infeksi
 Mengukur tanda tanda vital
 Mengompres kepala atau aksila dingan mengunakan air dingin
 Memerikan penjelasan kepada klien tentang manfaat mengunakan pakaian berbahan tipis
 Memberikan obat penurun panas sesuai dengan dosis dan tepat waktu
II. Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d anoreksia
 Membantu jenis dan makanan yang dimakan klien
 Membuat catatan makanan harian
 Monitor lingkungan selama klien makan.
 Monitor intake nutrisi
III . Nyeri akut b.d inflamasi pada membrane mukosa faring dan tonsil
 Tingkatkan istirahat
 Berikan informasi tentang nyeri kepada keluarga anak ,seperti penyebab nyeri berapa lama nyeri
akan berkurang dan antisipasi ketidak nyamanan dari prosedur
 Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgesic pertama kali.
IV . Resiko tinggi penularan infeksi b.d tidak kuatnya pertahanan sekunder
 Membatasi pengunjung
 Mempertahankan teknik isolasi
 Memperbanyak istirahat
EVALUASI KEPERAWATAN
Evaluasi adalah stadium pada proses keperawatan dimana taraf
keberhasilan dalam pencapaian tujuan keperawatan dinilai dan
kebutuhan untuk memodifikasi tujuan atau intervensi keperawatan
ditetapkan .
Evaluasi yang diharapkan pada pasien adalah :
1. Suhu tubuh pasien dalam rentang normal antara 36 -37,5 C.
2. Klien dapat mencapai BB yang direncanakan mengarah kepada BB
normal.
3. Nyeri hilang atau terkontrol.
4. Tidak terjadi komplikasi pada klien.

Anda mungkin juga menyukai