Anda di halaman 1dari 29

BAHAN AJAR

KMB 1
Materi:
ISPA
(Infeksi Saluran Pernafasan Akut)

Dosen Pengampu:
Ns. Ester Inung Sylvia, M.Kep,. Sp.Mb

1. Christina : PO.62.20.1.16.126
2. Eko Apriyanto : PO.62.20.1.16.134
3. Kristanti MonikaSari : PO.62.20.1.16.150
4. Rony Irawan : PO.62.20.1.16.158

POLTEKKES KEMENKES PALANGKA RAYA


2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha


Esa, karena atas berkat rahmat dan hidayah-Nya lah sehingga
kami dapat menyusun dan menyelesaikan tugas ini tepat pada
waktu yang telah ditentukan. Makalah ini dibuat untuk
memenuhi tugas yang diberikan dosen mata kuliah
Keperawatan Medikal Bedah I.
Dan tidak lupa mengucapkan banyak terima kasih,
terutama kepada Ns. Ester Inung Sylvia, M.Kep., Sp.MB.
Selaku pembimbing dalam penulisan makalah ini. Pada
kesempatan ini juga kami berterima kasih atas bimbingan dan
masukan dari semua pihak yang telah memberi kami bantuan
wawasan untuk dapat menyelesaikan makalah ini, baik itu
secara langsung maupun tidak langsung.
Kami menyadari isi makalah ini masih jauh dari
kategori sempurna, baik dari segi kalimat, isi, maupun dalam
penyusunan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
membangun dari dosen mata kuliah yang bersangkutan dan
rekan-rekan semuanya, sangat kami harapkan demi
kesempurnaan makalah ini dan makalah-makalah selanjutnya.

Hormat kami.

Kelompok 7

Kelompok 2
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN DEPAN ............................................................................................................ i
KATA PENGANTAR .........................................................................................................ii
DAFTAR ISI........................................................................................................................ii
TINJAUAN BAHAN AJAR .............................................................................................. iv
1. Tujuan penulisan bahan ajar .................................................................................... v
2. Tujuan instruksional khusus ................................................................................... vi
3. Analisis Instruksional ............................................................................................. vii
4. Petunjuk awal penggunaan bahan ajar ..................................................................viii
5. Rencana kegiatan belajar mengajar......................................................................... ix
BAB I
A. Pengertian .................................................................................................................................. 1
B. Patofisiologi .............................................................................................................................. 1
C. Etiologi ...................................................................................................................................... 3
D. Patogenesis ............................................................................................................................... 4
E. Tanda dan Gejala ISPA .................................................................................................................... 6
F. Gambaran Klinis ...................................................................................................................... 6
G. Komplikasi ................................................................................................................................ 6
H. Pengobatan ................................................................................................................................ 7
I. Pencegahan ............................................................................................................................... 7
J. Prognosis ................................................................................................................................... 9

iii
BAB II
K. Konsep Asuhan Keperawatan ....................................................................................... 10
L. Evaluasi ................................................................................................................................... 16
M. Rangkuman ............................................................................................................................. 17
N. Soal........................................................................................................................................... 17
O. Kunci jawaban Soal .............................................................................................................. 18

iv
Tinjauan Bahan Ajar

Bahan ajar ini akan menguraikan tentang Materi dan Asuhan Keperawatan
tentang ISPA. Fokus pembahasan mencakup beberapa teori dan konsep
asuhan keperawatan ISPA mulai dari pengkajian, perencanaan,
pelaksanaan hingga evaluasi, selain itu fokus pembahasan meliputi
Pengertian, Patofisiologi, Etiologi, Perubahan Patologi Anatomis
yang Terkena, Patogenesis, Gambaran Klinis, Keluhan-keluhan,
Komplikasi, Pengobatan, Pencegahan, Prognosis dan Asuhan
Keperawatan.

TUJUAN PENULISAN BAHAN AJAR

TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM:

Setelah menyelesaikan membaca bahan ajar ini, pembaca/mahasiswa


mampu memahami tentang Teori ISPA dan melakukan askep dengan
pemerikasaan sistem pernafasan pada penyakit ISPA.

v
TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS
;

Mahasiswa mampu:

1. Menjelaskan Pengertian, Patofisiologi dan Etiologi ISPA


2. Menjelaskan Perubahan Patologi Anatomis
3. Menjelaskan Patogenesis, dan Gambaran Klinis
4. Menjelaskan Keluhan-keluhan
5. Menjelaskan Komplikasi ISPA
6. Menjelaskan Pengobatan,Pencegahan dan Prognosis ISPA
7. Menjelaskan Askep pada kelainan ISPA

vi
ANALISIS INSTRUKSIONAL

Mahasiswa/
Mahasiswa/
pembaca Mahasiswa/
pembaca
mampu pembaca
mampu
menjelaskan mampu
Menjelaskan
Patogenesis, menjelaskan
Pengertian,
dan Gambaran Keluhan-
Patofisiologi dan
Klinis keluhan
Etiologi ISPA

Setelah menyelesaikan membaca bahan ajar ini, pembaca/mahasiswa mampu menjelaskan tentangpenyakit
Perrnafasan ISPA

Mahasiswa/ Mahasiswa/ Mahasiswa/


pembaca pembaca pembaca
mampu mampu mampu
menjelaska menjelaska menjelaska
n dan n n Askep
Komplikasi Pengobata pada
n, kelainan
.
,Pencegah ISPA
an dan
Prognosis
vii
ISPA.
PETUNJUK AWAL PENGGUNAAN BAHAN AJAR

MEMBACA SECARA RUNUT:

1. Bahan ajar ini disusun secara bertahap dari yang umum


sampai khusus sehingga mahasiswa/pembaca mudah
memahami secara keseluruhan.
2. Bahan ajar ini disertai daftar istilah agar mahasiswa/
pembaca lebih mengerti istilah-istilah yang digunakan dalam
bahan ajar.
3. Setiap penyelesaian membaca satu bagian materi mahasiswa/
pembaca langsung melakukan latihan yang berkaitan dengan
teori yang dibaca.
4. Mahasiswa/ pembaca dapat mencocokkan jawaban dengan
kunci jawaban yang disediakan pada bagian lampiran bahan
ajar ini.

viii
RENCANA KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR

Mg BAB Topik Bahasan


I I
II II
III III
IV IV
V V
VI VI
VII VII Konsep ISPA
VIII VIII
IX IX
X X
XI XI
XII XII
XIII XII

ix
SESI/PERKULIAHAN KE II

TIK
Pada akhir pertemuan ini mahasiswa diharapkan mampu:
1. Menyusun asuhan keperawatan Bronkiektasis
2. Mendemonstrasikan ketrampilan:
a. Pemeriksaan pernafasan pengkajian ISPA

POKOK BAHASAN: ISPA

Deskripsi singkat: Perkuliahan pada sesi ini akan Saudara lalui dengan
memahami tentang Penyakit pernafasan ISPA Dan dilanjutkan dengan
sesi praktikum dengan mempraktekkan Pemeriksaan sistem pernafasan

BAHAN BACAAN

1. Mandal, Bibhat K, dkk. 2008. Penyakit Infeksi Edisi


Keenam.Jakarta: Penerbit Erlangga
2. Somantri, Irman. 2009. Askep pada klien dengan gangguan sistem
pernafasan edisi 2 . Jakarta: Salemba Medika
3. Sudoyo Aru, dkk. 2010. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta:
Interna Publishing

x
PERTANYAAN KUNCI

Pertanyaan pemandu:

1. Apa itu ISPA ?


2. Bagaimana Asuhan Keperawatan Pada Klien Gangguan ISPA?

ISPA

PENDAHULUAN

Perkuliahan pada sesi ini membahas asuhan keperawatan pada klien dengan
gangguan pernafasan ISPA. Pada akhir perkuliahan, diharapkan mahasiswa
mampu mengkaji klien dengan gangguan ISPA dan menyusun diagnosa
keperawatan pada klien dan menyusun perencanaan keperawatan, dan
menyusun evaluasi asuhan keperawatan klien. Perkuliahan ini bermanfaat
nanti pada saat praktik klinik keperawatan di rumah sakit, puskesmas,
klinik dan di masyarakat.

xi
BAB I
PEMBAHASAN

A. Pengertian ISPA

ISPA merupakan singkatan dari infeksi saluran pernapasan akut, istilah ini
diadaptasi dari istilah dalam bahasa Inggris Acute Respiratory Infections (ARI).
ISPA adalah infeksi yang disebabkan oleh bakteri atau virus yang menyerang
hidung, trakea atau bahkan paru-paru. Istilah ISPA meliputi tiga unsur yakni
infeksi, saluran pernapasan dan akut, dengan pengertian sebagai berikut :

1. Infeksi adalah masuknya kuman atau mikro organisme ke dalam tubuh


manusia dan berkembang biak sehingga menimbulkan gejala penyakit.
2. Saluran pernafasan adalah organ mulai dari hidung hingga alveoli beserta
organ adneksanya seperti sinus – sinus, rongga telinga tengah dan pleura.
ISPA secara anatomis mencakup saluran pernapasan bagian atas, saluran
pernafasan, bagian bawah (termaksud jaringan paru – paru) dan organ
adneksa saluran pernafasan. Dengan batasan ini, jaringan paru
termaksud dalam saluran pernafasan (respiratory tract).
3. Infeksi akut adalah infeksi yang berlangsung sampai dengan 14 hari.
Batas 14 hari diambil untuk menunjukkan proses akut meskipun untuk
beberapa penyakit yang dapat digolongkan dalam ISPA proses ini dapat
berlangsung lebih dari 14 hari (A. Suryana 2005).

B. Patofisiologi

Saluran pernapasan selama hidup selalu terpapar dengan dunia luar


sehingga untuk mengatasinya dibutuhkan suatu system pertahanan yang efektif
dan efisien. Ketahanan saluran pernapasan terhadap infeksi maupun partikel dan
gas yang ada di udara amat tergantung pada tiga unsur alami yang selalu terdapat
pada orang sehat yaitu keutuhan epitel mukosa dan gerak mukosilia, makrofag
alveoli, dan antibody.
Infeksi bakteri mudah terjadi pada saluran nafas yang sel-sel epitel
mukosanya telah rusak akibat infeksi yang terdahulu. Selain hal itu, hal-hal yang
dapat mengganggu keutuhan lapisan mukosa dan gerak silia adalah asap rokok dan
gas SO2 (polutan utama dalam pencemaran udara), sindroma imotil, pengobatan
dengan O2 konsentrasi tinggi (25% atau lebih).

1
C. Etiologi

Infeksi saluran pernafasan akut merupakan kelompok penyakit yang


komplek dan heterogen, yang disebabkan oleh berbagai etiologi. Etiologi ISPA
terdiri dari 300 lebih jenis virus, bakteri, riketsia dan jamur. Virus penyebab
ISPA antara lain golongan mikrovirus (termasuk di dalamnya virus influenza,
virus pra-influensa dan virus campak), dan adenovirus. Bakteri penyebab ISPA
misalnya: streptokokus hemolitikus, stafilokokus, pneumokokus, hemofils
influenza, bordetella pertusis dan karinebakterium diffteria (Achmadi, dkk.,
2004 dalam Arifin, 2009).

2
Bakteri tersebut di udara bebas akan masuk dan menempel pada saluran
pernafasan bagian atas yaitu tenggorokan dan hidung. Biasanya bakteri tersebut
menyerang anak-anak yang kekebalan tubuhnya lemah.
Golongan virus penyebab ISPA antara lain golongan miksovirus
(termasuk di dalamnya virus para-influenza, virus influenza, dan virus campak)
dan adenovirus. Virus para-influenza merupakan penyebab terbesar dari
sindroma batuk rejan, bronkiolitis dan penyakit demam saluran nafas bagian
atas. Untuk virus influenza bukan penyebab terbesar terjadinya sidroma saluran
pernafasan kecuali hanya epidemi-epidemi saja. Pada bayi dan anak-anak, virus
influenza merupakan penyebab terjadinya lebih banyak penyakit saluran nafas
bagian atas dari pada saluran nafas bagian bawah. Jumlah penderita infeksi
pernapasan akut sebagian besar terjadi pada anak. Infeksi pernapasan akut
mempengaruhi umur anak, musim, kondisi tempat tinggal, dan masalah
kesehatan yang ada.

D. Patogenesis

Perjalanan klinis penyakit ISPA dimulai dengan berinteraksinya


virus dengan tubuh. Masuknya virus sebagai antigen ke saluran pernafasan
menyebabkan silia yang terdapat pada permukaan saluran nafas bergerak ke atas
mendorong virus ke arah faring atau dengan suatu tangkapan refleks spasmus
oleh laring. Jika refleks tersebut gagal maka virus merusak lapisan epitel dan
lapisan mukosa saluran pernafasan (Kending dan Chernick, 1983).
Iritasi virus pada kedua lapisan tersebut menyebabkan timbulnya
batuk kering (Jeliffe, 1974). Kerusakan stuktur lapisan dinding saluran
pernafasan menyebabkan kenaikan aktifitas kelenjar mukus yang banyak
terdapat pada dinding saluran nafas, sehingga terjadi pengeluaran cairan mukosa
yang melebihi noramal. Rangsangan cairan yang berlebihan tersebut
menimbulkan gejala batuk (Kending and Chernick, 1983). Sehingga pada tahap
awal gejala ISPA yang paling menonjol adalah batuk.

3
Adanya infeksi virus merupakan predisposisi terjadinya infeksi
sekunder bakteri. Akibat infeksi virus tersebut terjadi kerusakan mekanisme
mukosiliaris yang merupakan mekanisme perlindungan pada saluran pernafasan
terhadap infeksi bakteri sehingga memudahkan bakteri-bakteri patogen yang
terdapat pada saluran pernafasan atas seperti streptococcus pneumonia,
haemophylus influenza dan staphylococcus menyerang mukosa yang rusak
tersebut (Kending dan Chernick, 1983). Infeksi sekunder bakteri ini
menyebabkan sekresi mukus bertambah banyak dan dapat menyumbat saluran
nafas sehingga timbul sesak nafas dan juga menyebabkan batuk yang produktif.
Invasi bakteri ini dipermudah dengan adanya fakor-faktor seperti kedinginan dan
malnutrisi. Suatu laporan penelitian menyebutkan bahwa dengan adanya suatu
serangan infeksi virus pada saluran nafas dapat menimbulkan gangguan gizi akut
pada bayi dan anak (Tyrell, 1980).
Virus yang menyerang saluran nafas atas dapat menyebar ke
tempat-tempat yang lain dalam tubuh, sehingga dapat menyebabkan kejang,
demam, dan juga bisa menyebar ke saluran nafas bawah (Tyrell, 1980). Dampak
infeksi sekunder bakteripun bisa menyerang saluran nafas bawah, sehingga
bakteri-bakteri yang biasanya hanya ditemukan dalam saluran pernafasan atas,
sesudah terjadinya infeksi virus, dapat menginfeksi paru-paru sehingga
menyebabkan pneumonia bakteri.
Penanganan penyakit saluran pernafasan pada anak harus
diperhatikan aspek imunologis saluran nafas terutama dalam hal bahwa sistem
imun di saluran nafas yang sebagian besar terdiri dari mukosa, tidak sama
dengan sistem imun sistemik pada umumnya. Sistem imun saluran nafas yang
terdiri dari folikel dan jaringan limfoid yang tersebar, merupakan ciri khas
system imun mukosa. Ciri khas berikutnya adalah bahwa IgA memegang peranan
pada saluran nafas atas sedangkan IgG pada saluran nafas bawah. Diketahui pula
bahwa sekretori IgA (sIgA) sangat berperan dalam mempertahankan integritas
mukosa saluran nafas.
Dari uraian di atas, perjalanan klinis penyakit ISPA ini dapat
dibagi menjadi empat tahap, yaitu:
1. Tahap prepatogenesis, penyebab telah ada tetapi penderita belum
menunjukkan reaksi apa-apa.

4
2. Tahap inkubasi, virus merusak lapisan epitel dan lapisan mukosa. Tubuh
menjadi lemah apalagi bila keadaan gizi dan daya tahan sebelumnya
memang sudah rendah.
3. Tahap dini penyakit, dimulai dari munculnya gejala penyakit. Timbul
gejala demam dan batuk.
4. Tahap lanjut penyakit, dibagi menjadi empat, yaitu dapat sembuh
sempurna, sembuh dengan ateletaksis, menjadi kronis dan dapat
meninggal akibat pneumonia.

ISPA meliputi

Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) Bagian Atas

Adalah infeksi-infeksi yang terutama mengenai struktur-struktur


saluran nafas di sebelah atas laring. Kebanyakan penyakit saluran nafas
mengenai bagian atas dan bawah secara bersama-sama atau berurutan, tetapi
beberapa di antaranya adalah Nasofaringitis akut (salesma), Faringitis akut
(termasuk Tonsilitis dan Faringotositilitis) dan rhinitis (Fuad, 2008).

Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) Bagian Bawah

Adalah infeksi-infeksi yang terutama mengenai struktur-struktur


saluran nafas bagian bawah mulai dari laring sampai dengan alveoli. Penyakit-
penyakit yang tergolong Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) bagian bawah :
Laringitis, Asma Bronchial, Bronchitis akut maupun kronis, Broncho Pneumonia
atau Pneumonia (Suatu peradangan tidak saja pada jaringan paru tetapi juga
pada brokioli (Fuad, 2008).

Klasifikasi ISPA

ISPA dibagi dalam dua golongan yaitu pneumonia(radang paru),


dan yang bukan pneumoniaseperti batuk pilek. Penyebabnya virus seperti
Rotavirus, virus influensa, bakteri streptcoccus pneumoniae, dan bakteri
Staphylococcus aureus.

5
E. Tanda dan Gejala ISPA

Tanda dan gejala penyakit infeksi saluran pernafasan dapat


berupa batuk, kesulitan bernafas, sakit tenggorokan, pilek, demam dan sakit
kepala. Sebagian besar dari gejala saluran pernapasan hanya bersifat ringan
seperti batuk, kesulitan bernapas, sakit tenggorokan, pilek, demam dan sakit
kepala tidak memerlukan pengobatan dengan antibiotik.
Namun sebagian anak yang menderita radang paru (pneumonia),
bila infeksi paru ini tidak diobati dengan anti biotik akan menyebabkan kematian.
F. Gejala Klinis
 Sistem respiratorik:
Nafas cepat, napas tak teratur, retraksi dinding dada, napas cuping
hidung, sianosis, suara napas lemah, wheezing.
 Sistem cardial:
Takikardi, bradikardi, hipertensi, hipotensi dan cardiac arrest.
 Sistem cerebral:
Sakit kepala, papil edema, gelisah, bingung, kejang, koma.
 Sistem integumen:
Keluar keringat banyak.
G. Komplikasi
ISPA bisa mengakibatkan komplikasi bila keadaan penderita
parah. Komplikasi yang terjadi pada infeksi saluran pernapasan atas adalah :
 Infeksi yang telah menyebar pada seluruh system tubuh
 Radang di sekitar jaringan tonsil atau amandel
 Infeksi telinga tengah ( otitis media )
 Infeksi sinus pada rongga hidung

6
H. Pengobatan
Belum ada obat yang efektif membunuh kebanyakan virus yang
menyerang manusia. Pengobatan yang dilakukan selama ini biasanya hanya
untuk meredakan gejala yang muncul akibat infeksi virus.Istirahat yang cukup
dan mengonsumsi banyak air mineral bisa membantu meredakan gejala itu.
Beberapa jenis obat yang sering diberikan dokter untuk
meredakan gejala-gejala ISPA diantaranya:
 Obat anti inflamasi non-steroid (OAINS) dan asetaminofen, untuk
mengurangi efek demam dan nyeri di tubuh.
 Obat antihistamin, dekongestan, dan ipratropium, untuk mengatasi
hidung yang berair dan tersumbat.
 Obat batuk antitusif, untuk mengurangi batuk-batuk. Madu juga bisa
digunakan untuk mengatasi masalah ini.
 Obat steroid, seperti deksametason dan prednison, mungkin diresepkan
pada kondisi tertentu untuk mengurangi peradangan dan pembekakan
yang terjadi di saluran pernapasan bagian atas.
Apabila infeksi yang terjadi disebabkan oleh bakteri, serangkaian
tes akan dilakukan untuk mengetahui jenis bakteri. Setelah itu, dokter bisa
menentukan antibiotik yang paling tepat untuk membasmi bakteri penyebab
infeksi. Agar tidak menimbulkan efek samping yang berbahaya, antibiotik harus
sesuai dengan resep dokter.
Jika dibiarkan tanpa penanganan, komplikasi yang terjadi akibat
ISPA sangat serius dan bisa berakibat fatal. Komplikasi yang sering kali terjadi
bersamaan dengan ISPA adalah gagal napas dan gagal jantung kongestif.
I. Pencegahan
 Selalu mencuci tangan.
 Anak dan keluarga diajarkan untuk menggunakan tisu atau tangannya
untuk menutup hidung dan mulutnya ketika batuk/bersin

7
 Anak yang sudah terinfeksi pernafasan sebaiknya tidak berbagi cangkir
minuman, baju cuci atau handuk.
 Peringatan perawat : untuk mencegah kontaminasi oleh virus
pernapasan, mencuci tangan dan jangan menyentuh mata atau hidungmu.
 Mencegah anak berhubungan terlalu dekat dengan saudaranya atau
anggota keluarga lainnya yang sedang sakit ISPA. Tindakan semi isolasi
mungkin dapat dilakukan seperti anak yang sehat tidur terpisah dengan
dengan anggota keluarga lainyang sedang sakit ISPA.
 Upayakan ventilasi yang cukup dalam ruangan / rumah.
 Hindari anak dari paparan asap rokok.
 Selalu menjaga daya tahan tubuh, konsumsi makanan bergizi.
 Tetap menjaga kebersihan (tubuh dan lingkungan tempat tinggal).
 Olah raga yang teratur
 Jangan merokok dan minum minuman beralkohol secara berlebihan
 Jagalah kebesihan diri terutama gigi dan mulut
 Sedapat mungkin hindari debu, bahan kimia,asap rokok dan bahan-bahan
yang dapat menimbulkan alergi
 Istirahat yang cukup
 Dapatkan vaksinasi influenza bila di sarankan terutama pada penderita
lanjut usia atau mempunyai riwayat ISPA.

8
J. Prognosis
Penyebab utama kematian bayi di indonesia itu ada 3 yaitu : diare,
infeksi saluran pernapasan akut dan tetanus. kematian pada penderita terjadi
jika penyakit telah mencapai derajat yang lebih berat yaitu pneumonia atau
pneumonia berat. Sering kali penyakit dimulai dengan batuk, pilek biasa tetapi
karena daya tahan tubuh anak lemah maka penyakit cepat menjalar ke paru-
paru, dan anak tidak mendapatkan pengobatan yang cepat. Seringkali ispa tidak
menimbulkan kematian, tetapi menimbulkan cacat tertentu. jika
penanganannya tepat dan cepat maka prognosis baik. Namun, jika penanganan
lambat dan tidak tepat maka akan terjadi komplikasi yang menyebabkan
prognosisburuk.

9
BAB II
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

PENGKAJIAN
Identitas
 Umur: Kebanyakan infeksi saluran pernafasan yang sering mengenai anak
usia dibawah 3 tahun, terutama bayi kurang dari 1 tahun. Beberapa penelitian
menunjukkan bahwa anak pada usia muda akan lebih sering menderita ISPA
daripada usia yang lebih lanjut(Anggana Rafika, 2009).
 Jenis kelamin: Angka kesakitan ISPA sering terjadi pada usia kurang dari 2
tahun, dimana angka kesakitan ISPA anak perempuan lebih tinggi daripada
laki-laki di negara Denmark (Anggana Rafika, 2009).
 Alamat : Kepadatan hunian seperti luar ruang per orang, jumlah anggota
keluarga, dan masyarakat diduga merupakan faktor risiko untuk ISPA.
Penelitian oleh Kochet al (2003) membuktikan bahwa kepadatan hunian
(crowded) mempengaruhi secara bermakna prevalensi ISPA berat .Diketahui
bahwa penyebab terjadinya ISPA dan penyakit gangguan pernafasan lain
adalah rendahnya kualitas udara didalam rumah ataupun diluar rumah baik
secara biologis, fisik maupun kimia. Adanya ventilasi rumah yang kurang
sempurna dan asap tungku di dalam rumah seperti yang terjadi di Negara
Zimbabwe akan mempermudah terjadinya ISPA anak (Anggana Rafika, 2009).

Riwayat kesehatan:
 Keluhan utama (demam, batuk, pilek, sakit tenggorokan).
 Riwayat penyakit sekarang (kondisi klien saat diperiksa).
 Riwayat penyakit dahulu (apakah klien pernah mengalami penyakit
sepertiyang dialaminya sekarang).
 Riwayat penyakit keluarga (adakah anggota keluarga yang
pernahmengalami sakit seperti penyakit klien).
 Riwayat sosial (lingkungan tempat tinggal klien).

10
Pemeriksaan fisik :
Difokuskan pada pengkajian sistem pernafasan:
a. Inspeksi :
 Membran mukosa hidung-faring tampak kemerahan
 Tonsil tampak kemerahan dan edema
 Tampak batuk tidak produktif
 Tidak ada jaringan parut pada leher
 Tidak tampak penggunaan otot-otot pernafasan tambahan, pernafasancuping
hidung.
b. Palpasi :
 Adanya demam.
 Teraba adanya pembesaran kelenjar limfe pada daerah leher/nyeritekan
pada nodus limfe servikalis.
 Tidak teraba adanya pembesaran kelenjar tyroid
c. Perkusi :
 Suara paru normal (resonance).
d. Auskultasi :
 Suara nafas vesikuler/tidak terdengar ronchi pada kedua sisi paru.

Pemeriksaan Persistem
B1 (Breath) :
· Inspeksi :
 Membran mucosa hidung faring tampak kemerahan.
 Tonsil tanpak kemerahan dan edema.
 Tampak batuk tidak produktif,
 Tidak ada jaringna parut pada leher,
 Tidak tampak penggunaan otot- otot pernapasan tambahan,pernapasan
cuping hidung, tachypnea, dan hiperventilasi.
· Palpasi :
 Adanya demam.
 Teraba adanya pembesaran kelenjar limfe pada daerah leher / nyeri tekan
pada nodus limfe servikalis.
 teraba adanya pembesaran kelenjar tyroid.
· Perkusi :
 Suara paru normal (resonance).

11
· Auskultasi :
 Suara napas vesikuler / tidak terdengar ronchi pada kedua sisi paru.

B2 (Blood) : Kardiovaskuler Hipertermi.


B3 (Brain) : Penginderaan Pupil isokhor, biasanya keluar cairan pada telinga,
terjadi gangguan penciuman.
B4 (Bladder) : Perkemihan Tidak ada kelainan.
B5 (Bowel) : pencernaan Nafsu makan menurun, porsi makan tidak habis
Minum sedikit, nyeri telan pada tenggorokan.
B6 (Bone) : Warna kulit kemerahan(Benny:2010).

Pemeriksaan Penunjang :
1) Pemeriksaan kultur/ biakan kuman (swab); hasil yang didapatkan adalah biakan
kuman (+) sesuai dengan jenis kuman.
2) Pemeriksaan hitung darah (deferential count); laju endap darah meningkat
disertai dengan adanya leukositosis dan bisa juga disertai dengan adanya
thrombositopenia.
3) Pemeriksaan foto thoraks jika diperlukan.

DIAGNOSA KEPERAWATAN
1) Peningkatan suhu tubuh b.d proses infeksi
Tujuan :
 suhu tubuh normal berkisar antara 36 – 37,5 °C.
 Pasien akan menunjukkan termoregulasi(keseimbangan antara produksi
panas, peningaktan panas, dan kehilangna panas).
Kriteria Hasil : Suhu tubuh kembali normal
Nadi : 60-100 denyut per menit
Tekanan darah : 120/80 mmHg
RR : 16-20 kali per menit
2) Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b.d anoreksia
Tujuan :
 Klien dapat mencapai BB yang direncanakan mengarah pada BBnormal.
 Klien dapat menoleransi diet yang dianjurkan
 Tidak menunjukkan tanda malnutrisi
 Nutrisi kembali seimbang

12
Kriteria hasil : A. Antropometri: berat badan, tinggi badan, lingkar lengan
Berat badan tidak turun (stabil)
B. Biokimia:
 Hb normal (laki-laki 13,5-18 g/dl dan perempuan 12-16 g/dl)
 Albumin normal (dewasa 3,5-5,0 g/dl)
C. Clinis:
 Tidak tampak kurus
 Rambut tebal dan hitam
 Terdapat lipatan lemak subkutan
D. Diet:
 Makan habis satu porsi
 Pola makan 3X/hari
3) Nyeri akut b.d inflamasi pada membran mukosa faring dan tonsil.
Tujuan: nyeri berkurang/terkontrol
Kriteria hasil : Nyeri berkurang skala 1-2
4) Risiko tinggi penularan infeksi b.d tidak kuatnya pertahanansekunder (adanya
infeksi penekanan imun).
Tujuan: tidak terjadi penularan, tidak terjadi komplikasi
Meminimalisir penularan infeksi lewat udara
Kriteria hasil : Anggota keluarga tidak ada yang tertular ISPA.

INTERVENSI
1. Intervensi:
a. Observasi tanda-tanda vital
b. Anjurkan klien/keluarga untuk kompres pada kepala/aksila
c. Anjurkan klien untuk menggunakan pakaian yang tipis dan dapat
menyerap keringat seperti pakaian dari bahan katun.
d. Atur sirkulasi udara
e. Anjurkan klien untuk minum banyak ± 2000 – 2500 ml/hari
f. Anjurkan klien istirahat di tempat tidur selama fase febris penyakit.
g. Kolaborasi dengan dokter:
 Dalam pemberian terapi, obat antimikrobial
 Antipiretika

13
Rasionalisasi:
a. Pemantauan tanda vital yang teratur dapat menentukanperkembangan
perawatan selanjutnya.
b. Dengan memberikan kompres, maka akan terjadi proseskonduksi/perpindahan
panas dengan bahan perantara.
c. Proses hilanganya panas akan terhalangi untuk pakaian yang tebaldan tidak
akan menyerap keringat.
d. Penyediaan udara bersih.
e. Kebutuhan cairan meningkat karena penguapan tubuh meningkat.
f. Tirah baring untuk mengurangi metabolisme dan panas.
g. Untuk mengontrol infeksi pernafasan dan menurunkan panas.
2. Intervensi:
a. Kaji kebiasaan diet, input-output dan timbang BB setiap hari.
b. Berikan makan porsi kecil tapi sering dan dalam keadaan hangat.
c. Tingkatkan tirah baring
d. Kolaborasi: konsultasi ke ahli gizi untuk memberikan diet sesuaikebutuhan
klien.
Rasionalisasi:
a. Berguna untuk menentukan kebutuhan kalori, menyusun tujuan BBdan evaluasi
keadekuatan rencana nutrisi.
b. Untuk menjamin nutrisi adekuat/meningkatkan kalori total.
c. Nafsu makan dapat dirangsang pada situasi rileks, bersih, dan menyenangkan.
d. Untuk mengurangi kebutuhan metabolik.
e. Metode makan dan kebutuhan kalori didasarkan pada situasi ataukebutuhan
individu untuk memberikan nutrisi maksimal.
3. Intervensi:
a. Teliti keluhan nyeri, catat intensitasnya (dengan skala 0 – 10 ), faktoryang
memperburuk atau meredakan nyeri, lokasi, lama, dankarakteristiknya.
b. Anjurkan klien untuk menghindari alergen/iritan terhadap debu, bahankimia, asap
rokkok, dan mengistirahatkan/meminimalkan bicara bila suara serak.
c. Anjurkan untuk melakukan kumur air hangat.
d. Kolaborasi: berikan obat sesuai indikasi (steroid oral, IV, dan inhalasi, & analgesik)

14
Rasionalisasi:
a. Identifikasi karakteristik nyeri dan faktor yang berhubunganmerupakan suatu
hal yang amat penting untuk memilih intervensi yangcocok dan untuk mengevaluasi
keefektifan dari terapi yang diberikan.
b. Mengurangi bertambahberatnya penyakit.
c. Peningkatan sirkulasi pada daerah tenggorokan serta menguranginyeri
tenggorokan.
d. Kortikosteroid digunakan untuk mencegah reaksi
alergi/menghambatpengeluaran histamin dalam inflamasi pernafasan. Analgesik
untukmengurangi nyeri.
4. Intervensi:
a. Batasi pengunjung sesuai indikasi.
b. Jaga keseimbangan antara istirahat dan aktivitas.
c. Tutup mulut dan hidung jika hendak bersin.
d. Tingkatkan daya tahan tubuh, terutama anak dibawah usia 2 tahun,lansia, dan
penderita penyakit kronis. Konsumsi vitamin C, A danmineral seng atau anti
oksidan jika kondisi tubuh menurun/asupanmakanan berkurang.
e. Kolaborasi pemberian obat sesuai hasil kultur
Rasionalisasi:
a. Menurunkan potensi terpajan pada penyakit infeksius.
b. Menurunkan konsumsi/kebutuhan keseimbangan O₂ dan memperbaikipertahanan
klien terhadap infeksi, meningkatkan penyembuhan.
c. Mencegah penyebaran patogen melalui cairan.
d. Malnutrisi dapat mempengaruhi kesehatan umum dan menurunkan tahanan
terhadap infeksi.
e. Dapat diberikan untuk organisme khusus yang teridentifikasi dengankultur dan
sensitifitas atau diberikan secara profilaktik karena risiko tinggi.

IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
I . Peningkatan suhu tubuh b.d proses infeksi
 Mengukur tanda tanda vital
 Mengompres kepala atau aksila dingan mengunakan air dingin
 Memerikan penjelasan kepada klien tentang manfaat mengunakan pakaian
berbahan tipis
 Memberikan obat penurun panas sesuai dengan dosis dan tepat waktu

15
II. Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d anoreksia
 Membantu jenis dan makanan yang dimakan klien
 Membuat catatan makanan harian
 Monitor lingkungan selama klien makan.
 Monitor intake nutrisi
III . Nyeri akut b.d inflamasi pada membrane mukosa faring dan tonsil
 Tingkatkan istirahat
 Berikan informasi tentang nyeri kepada keluarga anak ,seperti penyebab
nyeri berapa lama nyeri akan berkurang dan antisipasi ketidak nyamanan
dari prosedur
 Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgesic pertama kali.
IV . Resiko tinggi penularan infeksi b.d tidak kuatnya pertahanan sekunder
 Membatasi pengunjung
 Mempertahankan teknik isolasi
 Memperbanyak istirahat
EVALUASI KEPERAWATAN
Evaluasi adalah stadium pada proses keperawatan dimana taraf keberhasilan dalam
pencapaian tujuan keperawatan dinilai dan kebutuhan untuk memodifikasi tujuan atau
intervensi keperawatan ditetapkan (Brooker, 2001).
Evaluasi yang diharapkan pada pasien dengan myocarditis (Doenges, 1999) adalah :
1. Suhu tubuh pasien dalam rentang normal antara 36 -37,5 C.
2. Klien dapat mencapai BB yang direncanakan mengarah kepada BB normal.
3. Nyeri hilang atau terkontrol.
4. Tidak terjadi komplikasi pada klien.

16
RANGKUMAN

 ISPA merupakan singkatan dari infeksi saluran pernapasan akut,) adalah infeksi
yang disebabkan oleh bakteri atau virus yang menyerang hidung, trakea atau
bahkan paru-paru. Istilah ISPA meliputi tiga unsur yakni infeksi, saluran
pernapasan dan akut.
 ISPA meliputi infeksi saluran pernafasan bagian atas dan ifeksi saluran pernafasan
bagian bawah.

 ISPA dibagi dalam dua golongan yaitu pneumonia(radang paru), dan yang bukan
pneumoniaseperti batuk pilek. Penyebabnya virus seperti Rotavirus, virus
influensa, bakteri 10
streptcoccus pneumoniae, dan bakteri Staphylococcus aureus.
PENUTUP

LATIHAN BAB I

SOAL BAB 1

1. Apa yang dimaksud dengan ISPA?


a. Penyakit yang diakibatkan oleh infeksi salmonellae
b. Penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri atau virus yang menyerang
sistem pernafasan seperti hidung, trakea bahkan paru-paru
c. Penyakit yang disebabkan oleh adanya peradangan pada gusi
d. Suatu Penyakit yang disebakan oleh infeksi virus varisela zoster
2. Contoh dari bakteri penyebab ISPA antara lain, kecuali...
a. Virus influensa
b. Streptococcus hemolitikus
c. Pneomoccocus
d. Bordetella pertusis

17
3. Munculnya gejala penyakit seperti demam dan batuk termasuk dalam
perjalanan klinis ISPA tahap...
a. Prepatogenesis
b. Tahap lanjut penyakit
c. Inkubasi
d. Tahap dini penyakit
4. Penyakit-penyakit yang tergolong Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA)
bagian bawah yaitu...
a. Nasofaringitis akut (selesma)
b. Bronchitis akut atau kronis
c. Faringitis Akut
d. Tonsilitis
5. Nafas cepat, napas tak teratur, retraksi dinding dada, napas cuping hidung,
sianosis, suara napas lemah, wheezing adalah termasuk dalam gejala klinis
pada sistem...
a. Sistem respiratorik
b. Sistem cardial
c. Sistem cerebral
d. Sistem integumen

KUNCI JAWABAN

1. B
2. A
3. D
4. B
5. A

18

Anda mungkin juga menyukai