KMB 1
Materi:
ISPA
(Infeksi Saluran Pernafasan Akut)
Dosen Pengampu:
Ns. Ester Inung Sylvia, M.Kep,. Sp.Mb
1. Christina : PO.62.20.1.16.126
2. Eko Apriyanto : PO.62.20.1.16.134
3. Kristanti MonikaSari : PO.62.20.1.16.150
4. Rony Irawan : PO.62.20.1.16.158
Hormat kami.
Kelompok 7
Kelompok 2
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN DEPAN ............................................................................................................ i
KATA PENGANTAR .........................................................................................................ii
DAFTAR ISI........................................................................................................................ii
TINJAUAN BAHAN AJAR .............................................................................................. iv
1. Tujuan penulisan bahan ajar .................................................................................... v
2. Tujuan instruksional khusus ................................................................................... vi
3. Analisis Instruksional ............................................................................................. vii
4. Petunjuk awal penggunaan bahan ajar ..................................................................viii
5. Rencana kegiatan belajar mengajar......................................................................... ix
BAB I
A. Pengertian .................................................................................................................................. 1
B. Patofisiologi .............................................................................................................................. 1
C. Etiologi ...................................................................................................................................... 3
D. Patogenesis ............................................................................................................................... 4
E. Tanda dan Gejala ISPA .................................................................................................................... 6
F. Gambaran Klinis ...................................................................................................................... 6
G. Komplikasi ................................................................................................................................ 6
H. Pengobatan ................................................................................................................................ 7
I. Pencegahan ............................................................................................................................... 7
J. Prognosis ................................................................................................................................... 9
iii
BAB II
K. Konsep Asuhan Keperawatan ....................................................................................... 10
L. Evaluasi ................................................................................................................................... 16
M. Rangkuman ............................................................................................................................. 17
N. Soal........................................................................................................................................... 17
O. Kunci jawaban Soal .............................................................................................................. 18
iv
Tinjauan Bahan Ajar
Bahan ajar ini akan menguraikan tentang Materi dan Asuhan Keperawatan
tentang ISPA. Fokus pembahasan mencakup beberapa teori dan konsep
asuhan keperawatan ISPA mulai dari pengkajian, perencanaan,
pelaksanaan hingga evaluasi, selain itu fokus pembahasan meliputi
Pengertian, Patofisiologi, Etiologi, Perubahan Patologi Anatomis
yang Terkena, Patogenesis, Gambaran Klinis, Keluhan-keluhan,
Komplikasi, Pengobatan, Pencegahan, Prognosis dan Asuhan
Keperawatan.
v
TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS
;
Mahasiswa mampu:
vi
ANALISIS INSTRUKSIONAL
Mahasiswa/
Mahasiswa/
pembaca Mahasiswa/
pembaca
mampu pembaca
mampu
menjelaskan mampu
Menjelaskan
Patogenesis, menjelaskan
Pengertian,
dan Gambaran Keluhan-
Patofisiologi dan
Klinis keluhan
Etiologi ISPA
Setelah menyelesaikan membaca bahan ajar ini, pembaca/mahasiswa mampu menjelaskan tentangpenyakit
Perrnafasan ISPA
viii
RENCANA KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR
ix
SESI/PERKULIAHAN KE II
TIK
Pada akhir pertemuan ini mahasiswa diharapkan mampu:
1. Menyusun asuhan keperawatan Bronkiektasis
2. Mendemonstrasikan ketrampilan:
a. Pemeriksaan pernafasan pengkajian ISPA
Deskripsi singkat: Perkuliahan pada sesi ini akan Saudara lalui dengan
memahami tentang Penyakit pernafasan ISPA Dan dilanjutkan dengan
sesi praktikum dengan mempraktekkan Pemeriksaan sistem pernafasan
BAHAN BACAAN
x
PERTANYAAN KUNCI
Pertanyaan pemandu:
ISPA
PENDAHULUAN
Perkuliahan pada sesi ini membahas asuhan keperawatan pada klien dengan
gangguan pernafasan ISPA. Pada akhir perkuliahan, diharapkan mahasiswa
mampu mengkaji klien dengan gangguan ISPA dan menyusun diagnosa
keperawatan pada klien dan menyusun perencanaan keperawatan, dan
menyusun evaluasi asuhan keperawatan klien. Perkuliahan ini bermanfaat
nanti pada saat praktik klinik keperawatan di rumah sakit, puskesmas,
klinik dan di masyarakat.
xi
BAB I
PEMBAHASAN
A. Pengertian ISPA
ISPA merupakan singkatan dari infeksi saluran pernapasan akut, istilah ini
diadaptasi dari istilah dalam bahasa Inggris Acute Respiratory Infections (ARI).
ISPA adalah infeksi yang disebabkan oleh bakteri atau virus yang menyerang
hidung, trakea atau bahkan paru-paru. Istilah ISPA meliputi tiga unsur yakni
infeksi, saluran pernapasan dan akut, dengan pengertian sebagai berikut :
B. Patofisiologi
1
C. Etiologi
2
Bakteri tersebut di udara bebas akan masuk dan menempel pada saluran
pernafasan bagian atas yaitu tenggorokan dan hidung. Biasanya bakteri tersebut
menyerang anak-anak yang kekebalan tubuhnya lemah.
Golongan virus penyebab ISPA antara lain golongan miksovirus
(termasuk di dalamnya virus para-influenza, virus influenza, dan virus campak)
dan adenovirus. Virus para-influenza merupakan penyebab terbesar dari
sindroma batuk rejan, bronkiolitis dan penyakit demam saluran nafas bagian
atas. Untuk virus influenza bukan penyebab terbesar terjadinya sidroma saluran
pernafasan kecuali hanya epidemi-epidemi saja. Pada bayi dan anak-anak, virus
influenza merupakan penyebab terjadinya lebih banyak penyakit saluran nafas
bagian atas dari pada saluran nafas bagian bawah. Jumlah penderita infeksi
pernapasan akut sebagian besar terjadi pada anak. Infeksi pernapasan akut
mempengaruhi umur anak, musim, kondisi tempat tinggal, dan masalah
kesehatan yang ada.
D. Patogenesis
3
Adanya infeksi virus merupakan predisposisi terjadinya infeksi
sekunder bakteri. Akibat infeksi virus tersebut terjadi kerusakan mekanisme
mukosiliaris yang merupakan mekanisme perlindungan pada saluran pernafasan
terhadap infeksi bakteri sehingga memudahkan bakteri-bakteri patogen yang
terdapat pada saluran pernafasan atas seperti streptococcus pneumonia,
haemophylus influenza dan staphylococcus menyerang mukosa yang rusak
tersebut (Kending dan Chernick, 1983). Infeksi sekunder bakteri ini
menyebabkan sekresi mukus bertambah banyak dan dapat menyumbat saluran
nafas sehingga timbul sesak nafas dan juga menyebabkan batuk yang produktif.
Invasi bakteri ini dipermudah dengan adanya fakor-faktor seperti kedinginan dan
malnutrisi. Suatu laporan penelitian menyebutkan bahwa dengan adanya suatu
serangan infeksi virus pada saluran nafas dapat menimbulkan gangguan gizi akut
pada bayi dan anak (Tyrell, 1980).
Virus yang menyerang saluran nafas atas dapat menyebar ke
tempat-tempat yang lain dalam tubuh, sehingga dapat menyebabkan kejang,
demam, dan juga bisa menyebar ke saluran nafas bawah (Tyrell, 1980). Dampak
infeksi sekunder bakteripun bisa menyerang saluran nafas bawah, sehingga
bakteri-bakteri yang biasanya hanya ditemukan dalam saluran pernafasan atas,
sesudah terjadinya infeksi virus, dapat menginfeksi paru-paru sehingga
menyebabkan pneumonia bakteri.
Penanganan penyakit saluran pernafasan pada anak harus
diperhatikan aspek imunologis saluran nafas terutama dalam hal bahwa sistem
imun di saluran nafas yang sebagian besar terdiri dari mukosa, tidak sama
dengan sistem imun sistemik pada umumnya. Sistem imun saluran nafas yang
terdiri dari folikel dan jaringan limfoid yang tersebar, merupakan ciri khas
system imun mukosa. Ciri khas berikutnya adalah bahwa IgA memegang peranan
pada saluran nafas atas sedangkan IgG pada saluran nafas bawah. Diketahui pula
bahwa sekretori IgA (sIgA) sangat berperan dalam mempertahankan integritas
mukosa saluran nafas.
Dari uraian di atas, perjalanan klinis penyakit ISPA ini dapat
dibagi menjadi empat tahap, yaitu:
1. Tahap prepatogenesis, penyebab telah ada tetapi penderita belum
menunjukkan reaksi apa-apa.
4
2. Tahap inkubasi, virus merusak lapisan epitel dan lapisan mukosa. Tubuh
menjadi lemah apalagi bila keadaan gizi dan daya tahan sebelumnya
memang sudah rendah.
3. Tahap dini penyakit, dimulai dari munculnya gejala penyakit. Timbul
gejala demam dan batuk.
4. Tahap lanjut penyakit, dibagi menjadi empat, yaitu dapat sembuh
sempurna, sembuh dengan ateletaksis, menjadi kronis dan dapat
meninggal akibat pneumonia.
ISPA meliputi
Klasifikasi ISPA
5
E. Tanda dan Gejala ISPA
6
H. Pengobatan
Belum ada obat yang efektif membunuh kebanyakan virus yang
menyerang manusia. Pengobatan yang dilakukan selama ini biasanya hanya
untuk meredakan gejala yang muncul akibat infeksi virus.Istirahat yang cukup
dan mengonsumsi banyak air mineral bisa membantu meredakan gejala itu.
Beberapa jenis obat yang sering diberikan dokter untuk
meredakan gejala-gejala ISPA diantaranya:
Obat anti inflamasi non-steroid (OAINS) dan asetaminofen, untuk
mengurangi efek demam dan nyeri di tubuh.
Obat antihistamin, dekongestan, dan ipratropium, untuk mengatasi
hidung yang berair dan tersumbat.
Obat batuk antitusif, untuk mengurangi batuk-batuk. Madu juga bisa
digunakan untuk mengatasi masalah ini.
Obat steroid, seperti deksametason dan prednison, mungkin diresepkan
pada kondisi tertentu untuk mengurangi peradangan dan pembekakan
yang terjadi di saluran pernapasan bagian atas.
Apabila infeksi yang terjadi disebabkan oleh bakteri, serangkaian
tes akan dilakukan untuk mengetahui jenis bakteri. Setelah itu, dokter bisa
menentukan antibiotik yang paling tepat untuk membasmi bakteri penyebab
infeksi. Agar tidak menimbulkan efek samping yang berbahaya, antibiotik harus
sesuai dengan resep dokter.
Jika dibiarkan tanpa penanganan, komplikasi yang terjadi akibat
ISPA sangat serius dan bisa berakibat fatal. Komplikasi yang sering kali terjadi
bersamaan dengan ISPA adalah gagal napas dan gagal jantung kongestif.
I. Pencegahan
Selalu mencuci tangan.
Anak dan keluarga diajarkan untuk menggunakan tisu atau tangannya
untuk menutup hidung dan mulutnya ketika batuk/bersin
7
Anak yang sudah terinfeksi pernafasan sebaiknya tidak berbagi cangkir
minuman, baju cuci atau handuk.
Peringatan perawat : untuk mencegah kontaminasi oleh virus
pernapasan, mencuci tangan dan jangan menyentuh mata atau hidungmu.
Mencegah anak berhubungan terlalu dekat dengan saudaranya atau
anggota keluarga lainnya yang sedang sakit ISPA. Tindakan semi isolasi
mungkin dapat dilakukan seperti anak yang sehat tidur terpisah dengan
dengan anggota keluarga lainyang sedang sakit ISPA.
Upayakan ventilasi yang cukup dalam ruangan / rumah.
Hindari anak dari paparan asap rokok.
Selalu menjaga daya tahan tubuh, konsumsi makanan bergizi.
Tetap menjaga kebersihan (tubuh dan lingkungan tempat tinggal).
Olah raga yang teratur
Jangan merokok dan minum minuman beralkohol secara berlebihan
Jagalah kebesihan diri terutama gigi dan mulut
Sedapat mungkin hindari debu, bahan kimia,asap rokok dan bahan-bahan
yang dapat menimbulkan alergi
Istirahat yang cukup
Dapatkan vaksinasi influenza bila di sarankan terutama pada penderita
lanjut usia atau mempunyai riwayat ISPA.
8
J. Prognosis
Penyebab utama kematian bayi di indonesia itu ada 3 yaitu : diare,
infeksi saluran pernapasan akut dan tetanus. kematian pada penderita terjadi
jika penyakit telah mencapai derajat yang lebih berat yaitu pneumonia atau
pneumonia berat. Sering kali penyakit dimulai dengan batuk, pilek biasa tetapi
karena daya tahan tubuh anak lemah maka penyakit cepat menjalar ke paru-
paru, dan anak tidak mendapatkan pengobatan yang cepat. Seringkali ispa tidak
menimbulkan kematian, tetapi menimbulkan cacat tertentu. jika
penanganannya tepat dan cepat maka prognosis baik. Namun, jika penanganan
lambat dan tidak tepat maka akan terjadi komplikasi yang menyebabkan
prognosisburuk.
9
BAB II
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
PENGKAJIAN
Identitas
Umur: Kebanyakan infeksi saluran pernafasan yang sering mengenai anak
usia dibawah 3 tahun, terutama bayi kurang dari 1 tahun. Beberapa penelitian
menunjukkan bahwa anak pada usia muda akan lebih sering menderita ISPA
daripada usia yang lebih lanjut(Anggana Rafika, 2009).
Jenis kelamin: Angka kesakitan ISPA sering terjadi pada usia kurang dari 2
tahun, dimana angka kesakitan ISPA anak perempuan lebih tinggi daripada
laki-laki di negara Denmark (Anggana Rafika, 2009).
Alamat : Kepadatan hunian seperti luar ruang per orang, jumlah anggota
keluarga, dan masyarakat diduga merupakan faktor risiko untuk ISPA.
Penelitian oleh Kochet al (2003) membuktikan bahwa kepadatan hunian
(crowded) mempengaruhi secara bermakna prevalensi ISPA berat .Diketahui
bahwa penyebab terjadinya ISPA dan penyakit gangguan pernafasan lain
adalah rendahnya kualitas udara didalam rumah ataupun diluar rumah baik
secara biologis, fisik maupun kimia. Adanya ventilasi rumah yang kurang
sempurna dan asap tungku di dalam rumah seperti yang terjadi di Negara
Zimbabwe akan mempermudah terjadinya ISPA anak (Anggana Rafika, 2009).
Riwayat kesehatan:
Keluhan utama (demam, batuk, pilek, sakit tenggorokan).
Riwayat penyakit sekarang (kondisi klien saat diperiksa).
Riwayat penyakit dahulu (apakah klien pernah mengalami penyakit
sepertiyang dialaminya sekarang).
Riwayat penyakit keluarga (adakah anggota keluarga yang
pernahmengalami sakit seperti penyakit klien).
Riwayat sosial (lingkungan tempat tinggal klien).
10
Pemeriksaan fisik :
Difokuskan pada pengkajian sistem pernafasan:
a. Inspeksi :
Membran mukosa hidung-faring tampak kemerahan
Tonsil tampak kemerahan dan edema
Tampak batuk tidak produktif
Tidak ada jaringan parut pada leher
Tidak tampak penggunaan otot-otot pernafasan tambahan, pernafasancuping
hidung.
b. Palpasi :
Adanya demam.
Teraba adanya pembesaran kelenjar limfe pada daerah leher/nyeritekan
pada nodus limfe servikalis.
Tidak teraba adanya pembesaran kelenjar tyroid
c. Perkusi :
Suara paru normal (resonance).
d. Auskultasi :
Suara nafas vesikuler/tidak terdengar ronchi pada kedua sisi paru.
Pemeriksaan Persistem
B1 (Breath) :
· Inspeksi :
Membran mucosa hidung faring tampak kemerahan.
Tonsil tanpak kemerahan dan edema.
Tampak batuk tidak produktif,
Tidak ada jaringna parut pada leher,
Tidak tampak penggunaan otot- otot pernapasan tambahan,pernapasan
cuping hidung, tachypnea, dan hiperventilasi.
· Palpasi :
Adanya demam.
Teraba adanya pembesaran kelenjar limfe pada daerah leher / nyeri tekan
pada nodus limfe servikalis.
teraba adanya pembesaran kelenjar tyroid.
· Perkusi :
Suara paru normal (resonance).
11
· Auskultasi :
Suara napas vesikuler / tidak terdengar ronchi pada kedua sisi paru.
Pemeriksaan Penunjang :
1) Pemeriksaan kultur/ biakan kuman (swab); hasil yang didapatkan adalah biakan
kuman (+) sesuai dengan jenis kuman.
2) Pemeriksaan hitung darah (deferential count); laju endap darah meningkat
disertai dengan adanya leukositosis dan bisa juga disertai dengan adanya
thrombositopenia.
3) Pemeriksaan foto thoraks jika diperlukan.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1) Peningkatan suhu tubuh b.d proses infeksi
Tujuan :
suhu tubuh normal berkisar antara 36 – 37,5 °C.
Pasien akan menunjukkan termoregulasi(keseimbangan antara produksi
panas, peningaktan panas, dan kehilangna panas).
Kriteria Hasil : Suhu tubuh kembali normal
Nadi : 60-100 denyut per menit
Tekanan darah : 120/80 mmHg
RR : 16-20 kali per menit
2) Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b.d anoreksia
Tujuan :
Klien dapat mencapai BB yang direncanakan mengarah pada BBnormal.
Klien dapat menoleransi diet yang dianjurkan
Tidak menunjukkan tanda malnutrisi
Nutrisi kembali seimbang
12
Kriteria hasil : A. Antropometri: berat badan, tinggi badan, lingkar lengan
Berat badan tidak turun (stabil)
B. Biokimia:
Hb normal (laki-laki 13,5-18 g/dl dan perempuan 12-16 g/dl)
Albumin normal (dewasa 3,5-5,0 g/dl)
C. Clinis:
Tidak tampak kurus
Rambut tebal dan hitam
Terdapat lipatan lemak subkutan
D. Diet:
Makan habis satu porsi
Pola makan 3X/hari
3) Nyeri akut b.d inflamasi pada membran mukosa faring dan tonsil.
Tujuan: nyeri berkurang/terkontrol
Kriteria hasil : Nyeri berkurang skala 1-2
4) Risiko tinggi penularan infeksi b.d tidak kuatnya pertahanansekunder (adanya
infeksi penekanan imun).
Tujuan: tidak terjadi penularan, tidak terjadi komplikasi
Meminimalisir penularan infeksi lewat udara
Kriteria hasil : Anggota keluarga tidak ada yang tertular ISPA.
INTERVENSI
1. Intervensi:
a. Observasi tanda-tanda vital
b. Anjurkan klien/keluarga untuk kompres pada kepala/aksila
c. Anjurkan klien untuk menggunakan pakaian yang tipis dan dapat
menyerap keringat seperti pakaian dari bahan katun.
d. Atur sirkulasi udara
e. Anjurkan klien untuk minum banyak ± 2000 – 2500 ml/hari
f. Anjurkan klien istirahat di tempat tidur selama fase febris penyakit.
g. Kolaborasi dengan dokter:
Dalam pemberian terapi, obat antimikrobial
Antipiretika
13
Rasionalisasi:
a. Pemantauan tanda vital yang teratur dapat menentukanperkembangan
perawatan selanjutnya.
b. Dengan memberikan kompres, maka akan terjadi proseskonduksi/perpindahan
panas dengan bahan perantara.
c. Proses hilanganya panas akan terhalangi untuk pakaian yang tebaldan tidak
akan menyerap keringat.
d. Penyediaan udara bersih.
e. Kebutuhan cairan meningkat karena penguapan tubuh meningkat.
f. Tirah baring untuk mengurangi metabolisme dan panas.
g. Untuk mengontrol infeksi pernafasan dan menurunkan panas.
2. Intervensi:
a. Kaji kebiasaan diet, input-output dan timbang BB setiap hari.
b. Berikan makan porsi kecil tapi sering dan dalam keadaan hangat.
c. Tingkatkan tirah baring
d. Kolaborasi: konsultasi ke ahli gizi untuk memberikan diet sesuaikebutuhan
klien.
Rasionalisasi:
a. Berguna untuk menentukan kebutuhan kalori, menyusun tujuan BBdan evaluasi
keadekuatan rencana nutrisi.
b. Untuk menjamin nutrisi adekuat/meningkatkan kalori total.
c. Nafsu makan dapat dirangsang pada situasi rileks, bersih, dan menyenangkan.
d. Untuk mengurangi kebutuhan metabolik.
e. Metode makan dan kebutuhan kalori didasarkan pada situasi ataukebutuhan
individu untuk memberikan nutrisi maksimal.
3. Intervensi:
a. Teliti keluhan nyeri, catat intensitasnya (dengan skala 0 – 10 ), faktoryang
memperburuk atau meredakan nyeri, lokasi, lama, dankarakteristiknya.
b. Anjurkan klien untuk menghindari alergen/iritan terhadap debu, bahankimia, asap
rokkok, dan mengistirahatkan/meminimalkan bicara bila suara serak.
c. Anjurkan untuk melakukan kumur air hangat.
d. Kolaborasi: berikan obat sesuai indikasi (steroid oral, IV, dan inhalasi, & analgesik)
14
Rasionalisasi:
a. Identifikasi karakteristik nyeri dan faktor yang berhubunganmerupakan suatu
hal yang amat penting untuk memilih intervensi yangcocok dan untuk mengevaluasi
keefektifan dari terapi yang diberikan.
b. Mengurangi bertambahberatnya penyakit.
c. Peningkatan sirkulasi pada daerah tenggorokan serta menguranginyeri
tenggorokan.
d. Kortikosteroid digunakan untuk mencegah reaksi
alergi/menghambatpengeluaran histamin dalam inflamasi pernafasan. Analgesik
untukmengurangi nyeri.
4. Intervensi:
a. Batasi pengunjung sesuai indikasi.
b. Jaga keseimbangan antara istirahat dan aktivitas.
c. Tutup mulut dan hidung jika hendak bersin.
d. Tingkatkan daya tahan tubuh, terutama anak dibawah usia 2 tahun,lansia, dan
penderita penyakit kronis. Konsumsi vitamin C, A danmineral seng atau anti
oksidan jika kondisi tubuh menurun/asupanmakanan berkurang.
e. Kolaborasi pemberian obat sesuai hasil kultur
Rasionalisasi:
a. Menurunkan potensi terpajan pada penyakit infeksius.
b. Menurunkan konsumsi/kebutuhan keseimbangan O₂ dan memperbaikipertahanan
klien terhadap infeksi, meningkatkan penyembuhan.
c. Mencegah penyebaran patogen melalui cairan.
d. Malnutrisi dapat mempengaruhi kesehatan umum dan menurunkan tahanan
terhadap infeksi.
e. Dapat diberikan untuk organisme khusus yang teridentifikasi dengankultur dan
sensitifitas atau diberikan secara profilaktik karena risiko tinggi.
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
I . Peningkatan suhu tubuh b.d proses infeksi
Mengukur tanda tanda vital
Mengompres kepala atau aksila dingan mengunakan air dingin
Memerikan penjelasan kepada klien tentang manfaat mengunakan pakaian
berbahan tipis
Memberikan obat penurun panas sesuai dengan dosis dan tepat waktu
15
II. Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d anoreksia
Membantu jenis dan makanan yang dimakan klien
Membuat catatan makanan harian
Monitor lingkungan selama klien makan.
Monitor intake nutrisi
III . Nyeri akut b.d inflamasi pada membrane mukosa faring dan tonsil
Tingkatkan istirahat
Berikan informasi tentang nyeri kepada keluarga anak ,seperti penyebab
nyeri berapa lama nyeri akan berkurang dan antisipasi ketidak nyamanan
dari prosedur
Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgesic pertama kali.
IV . Resiko tinggi penularan infeksi b.d tidak kuatnya pertahanan sekunder
Membatasi pengunjung
Mempertahankan teknik isolasi
Memperbanyak istirahat
EVALUASI KEPERAWATAN
Evaluasi adalah stadium pada proses keperawatan dimana taraf keberhasilan dalam
pencapaian tujuan keperawatan dinilai dan kebutuhan untuk memodifikasi tujuan atau
intervensi keperawatan ditetapkan (Brooker, 2001).
Evaluasi yang diharapkan pada pasien dengan myocarditis (Doenges, 1999) adalah :
1. Suhu tubuh pasien dalam rentang normal antara 36 -37,5 C.
2. Klien dapat mencapai BB yang direncanakan mengarah kepada BB normal.
3. Nyeri hilang atau terkontrol.
4. Tidak terjadi komplikasi pada klien.
16
RANGKUMAN
ISPA merupakan singkatan dari infeksi saluran pernapasan akut,) adalah infeksi
yang disebabkan oleh bakteri atau virus yang menyerang hidung, trakea atau
bahkan paru-paru. Istilah ISPA meliputi tiga unsur yakni infeksi, saluran
pernapasan dan akut.
ISPA meliputi infeksi saluran pernafasan bagian atas dan ifeksi saluran pernafasan
bagian bawah.
ISPA dibagi dalam dua golongan yaitu pneumonia(radang paru), dan yang bukan
pneumoniaseperti batuk pilek. Penyebabnya virus seperti Rotavirus, virus
influensa, bakteri 10
streptcoccus pneumoniae, dan bakteri Staphylococcus aureus.
PENUTUP
LATIHAN BAB I
SOAL BAB 1
17
3. Munculnya gejala penyakit seperti demam dan batuk termasuk dalam
perjalanan klinis ISPA tahap...
a. Prepatogenesis
b. Tahap lanjut penyakit
c. Inkubasi
d. Tahap dini penyakit
4. Penyakit-penyakit yang tergolong Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA)
bagian bawah yaitu...
a. Nasofaringitis akut (selesma)
b. Bronchitis akut atau kronis
c. Faringitis Akut
d. Tonsilitis
5. Nafas cepat, napas tak teratur, retraksi dinding dada, napas cuping hidung,
sianosis, suara napas lemah, wheezing adalah termasuk dalam gejala klinis
pada sistem...
a. Sistem respiratorik
b. Sistem cardial
c. Sistem cerebral
d. Sistem integumen
KUNCI JAWABAN
1. B
2. A
3. D
4. B
5. A
18