Anda di halaman 1dari 43

i

STUDI LITERATUR : MANAJEMEN PERAWATAN DIRI


ADAPTASI HIDUP KLIEN HIPERTENSI
SELAMA PANDEMI COVID-19

PROPOSAL

Oleh:
Inayah Fitriyah
NIM.16010171

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN dr. SOEBANDI JEMBER
YAYASAN PENDIDIKAN JEMBER INTERNATIONAL SCHOOL (JIS)
TAHUN 2021
ii

STUDI LITERATUR : MANAJEMEN PERAWATAN DIRI


ADAPTASI HIDUP KLIEN HIPERTENSI
SELAMA PANDEMI COVID-19

PROPOSAL
Untuk memenuhi persyaratan seminar proposal

Oleh:
Inayah Fitriyah
NIM.16010171

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN dr. SOEBANDI JEMBER
YAYASAN PENDIDIKAN JEMBER INTERNATIONAL SCHOOL (JIS)
TAHUN 2021
LEMBAR PERSETUJUAN

Proposal literature review ini telah diperiksa oleh pembimbing dan telah disetujui

untuk mengikuti seminar proposal pada Program Studi Ilmu Keperawatan

STIKES dr. Soebandi Jember

Jember,13 April 2021

Pembimbing I

Ns. Tantut Susanto, S.Kep., M.Kep., Sp.Kep.Kom.,PhD

NIP. 198001052006041004

Pembimbing II

Ns. Irwina Angelia Silvanasari S.Kep., M.Kep

NIDN. 0709099005

i
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan

rahmat dan hidayah-Nya sehingga penyusunan proposal literature review ini

dapat terselesaikan. Proposal literature reviewini disusun untuk memenuhi

salah satu persyaratan menyelesaikan pendidikan Program Studi Ilmu

Keperawatan STIKES dr.Soebandi dengan judul “Manajemen Perawatan Diri

dan Pola Adaptasi Hidup Klien Hipertensi Selama Pandemi Covid-19”.

Selama proses penyusunan proposal literature review ini penulis

dibimbing dan dibantu oleh berbagai pihak, oleh karena itu penulis

mengucapkan terima kasih kepada :

1. Drs.H. Said Mardijanto, S.Kep, Ns, M.M, selaku Ketua STIKES

dr.Soebandi;

2. Ns. Irwina Angelia Silvanasari, S.Kep, M. Kep, selaku Ketua Program

Studi Ilmu Keperawatan STIKES dr.Soebandi dan selaku pembimbing

skirpsi yang telah banyak memberi masukan ilmu , waktu dan semangat

serta memberikan pengarahan kepada penulis dalam penyusunan skripsi

3. Bapak Dr. Moh. Wildan A. Per. Pen. M.Pd Selaku Ketua Penguji

4. Bapak Ns. Tantut Susanto, S.Kep., M.Kep., Sp.Kep.Kom.,PhD selaku

dosen pembimbing I yang telah memberikan masukan, waktu dan

memberikan pengarahan kepada penulis dalam penyusunan skripsi.

5. Bapak Bahrawi dan Ibu Suhamna selaku orang tua, yang selalu

memberikan yang terbaik untuk penulis, yang telah memberikan semangat

serta doa yang tidak pernah putus.

ii
Dalam penyusunan proposal literature review ini penulis menyadari masih

jauh dari kesempurnaan, untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan

saran untuk perbaikan di masa mendatang.

Jember, 15 April 2021


Penulis

iii
DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN.....................................................................................i

DAFTAR ISI...........................................................................................................iv

DAFTAR TABEL..................................................................................................vii

DAFTAR GAMBAR............................................................................................viii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1

1.1 LATAR BELAKANG...............................................................................1

1.1 Rumusan Masalah.....................................................................................4

1.2 Tujuan Penelitian.......................................................................................4

1.2.1 Tujuan Umum....................................................................................4

1.2.2 Tujuan Khusus...................................................................................4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................5

2.1 Konsep Hipertensi..........................................................................................5

2.1.1 Pengertian Hipertensi...............................................................................5

2.1.2 Klasifikasi Hipertensi.........................................................................5

2.1.3 Kriteria Hipertensi...................................................................................6

2.1.4 Etiologi....................................................................................................7

2.1.5 Patofisiologi.............................................................................................8

iv
2.1.6 Faktor Risiko...........................................................................................9

2.1.7 Manifestasi Klinik................................................................................12

2.1.8 Komplikasi.............................................................................................13

2.1.9 Pencegahan hipertensi...........................................................................15

2.2 Konsep Manajemen perawatan diri.........................................................16

2.2.1 Pengertian Manajemen perawatan diri..................................................16

2.2.2 Konsep Teori Self Care.........................................................................17

2.2 Model Chronic disease............................................................................22

2.3 Manajemen Perawatan Diri Adaptasi Hidup Klien Hipertensi Selama

Pandemi COVID-19...........................................................................................24

2.4.1 Manajemen perawatan diri klien hipertensi..........................................24

2.4.2 Adaptasi klien hipertensi selama pandemi COVID-19.........................25

2.5 Kerangka teori.........................................................................................26

BAB III METODE PENELITIAN........................................................................27

3.1 Strategi Pencarian Literature........................................................................27

3.1.1 Protokol dan Registrasi..........................................................................27

3.1.2 Database Pencarian...............................................................................27

3.1.3 Kata Kunci.............................................................................................27

3.2 Kriteria Inklusi dan Ekslusi..........................................................................28

3.3 Seleksi Studi dan Penilaian Kualitas............................................................29

v
3.3.1 Hasil Pencarian dan seleksi studi...........................................................29

3.2.1 Seleksi Studi dan Penilaian Kualitas.....................................................30

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................32

vi
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Kriteria hipertensi..................................................................................7

Tabel 3.1 Kata Kunci pencarian literature Manajemen Perawatan Diri Pola

Adaptasi Hidup Klien Hipertensi pada Masa Pandemi Covid-19......30

Tabel 3.2 Format PICOS dalam literature review.................................................31

vii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka teori manajemen perawatan diri dan pola adaptasi hidup

klien hipertensi pada masa pandemi Covid-19..............................28

Gambar 3.1 PRISMA Flow Diagram Manajemen Perawatan Diri dan Pola

Adaptasi Hidup Klien Hipertensi pada Masa Pandemi Covid-19.

.......................................................................................................32

viii
1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Wabah Corona virus disease 2019 (COVID-19) yang pertama kali

ditemukan di China telah merubah sebagian besar aspek kehidupan manusia.

Hampir seluruh negara di dunia ini memutuskan untuk memberlakukan strategi

pengendalian infeksi meliputi larangan berkumpul, isolasi rumah dan penghentian

di semua layanan yang tidak memiliki urgensitas tinggi, termasuk perawatan

kesehatan yang tidak mendesak. Hal ini sesuai dengan apa yang disampaikan

Puntillo (2020), bahwa pada akhirnya, wabah COVID-19 memaksa sistem

perawatan kesehatan di seluruh dunia untuk mendistribusikan kembali sumber

daya perawatan kesehatan ke unit perawatan intensif dan COVID-19. Sebagian

besar layanan kesehatan yang dianggap tidak mendesak dihentikan guna untuk

mengurangi penyebaran virus COVID-19. Kebijakan Kementrian Kesehatan

(Kemenkes) pada Bulan April 2020 membuat kebijakan arahan untuk rumah sakit

untuk membatasi layanan kesehatan rutin non darurat. Pada hasil analisa program

layanan kesehatan rutin yang dilakukan oleh Kemenkes, didapat bahwa terjadi

penurunan layanan di enam bulan pertama pada layanan penyakit tidak menular

(PTM) (WHO, 2020).

Kebijakan Kemenkes terkait arahan kepada rumah sakit untuk membatasi

layanan kesehatan rutin non darurat secara tidak langsung mempengaruhi

perhatian terhadap pasien non-darurat, salah satunya adalah pasien hipertensi.

Pada kenyataannya, hipertensi tidak dapat diabaikan, terutama di masa pandemik


2

karena Covid-19 secara spesifik mengikat angiotensin-converting enzyme 2

(ACE2) akibatnya selain menyerang pernafasan juga dikaitkan dengan

peningkatan trombosis vaskular, peradangan miokard, aritmia. kondisi ini sangat

merugikan bagi penderita hipertensi (Ferdinand, Vo, & Echols, 2020).

Data World Health Organization (WHO) tahun 2015 menyebutkan sekitar

1,13 miliar orang di dunia mengidap hipertensi. Jumlah penyandang hipertensi

terus meningkat setiap tahunnya, diprediksi pada tahun 2025 akan ada 1,5 miliar

orang yang mengidap hipertensi, dan diperkirakan setiap tahunnya terdapat 9,4

juta orang meninggal akibat hipertensi dan komplikasi hipertensi (Riskesdas,

2018). Laporan Riskesdas 2018 di Indonesia, prevalensi hipertensi berdasarkan

hasil riset pada penduduk usia 18 tahun sebesar 34,1%, posisi paling tinggi di

Kalimantan Selatan (44.1%), sedangkan paling rendah di Papua sebesar (22,2%).

Hipertensi yang terjadi pada kelompok umur 55-64 tahun (55,2%) dan merupakan

angka terbesar (Riskesdas,2018). Hasil laporan Riskesdas 2018 juga mendapatkan

temuan bahwa prevalensi hipertensi tertinggi terjadi pada kelompok usia 75 tahun

keatas, kelompok dengan jenis kelamin perempuan, kelompok pendidikan

belum/tidak pernah bersekolah, kelompok yang tidak bekerja, kelompok yang

tinggal di perkotaan. Hasil Riskesdas juga mendapatkan data bahwa prevalensi

hipertensi tertinggi diduduki oleh Kabupaten/Kota Malang (Riskesdas, 2018).

WHO menyebutkan bahwa pada awal terjadinya Covid-19 kebijakan layanan

kesehatan rutin pada PTM tidak ada pedoman spesifik, semua pos binaan terpadu

(POSBINDU) ditutup untuk mengurangi risiko penularan (WHO, 2020).

POSBINDU adalah upaya kesehatan berbasis masyarakat (UKBM) yang


3

merupakan salah satu tempat bagi penyadang penyakit tidak menular (PTM) salah

satunya hipertensi untuk memeriksakan kestabilan tekanan darahnya (Kemenkes

RI, 2020). Hasil wawancara pada salah satu tenaga kesehatan dan kader

POSBINDU Desa Wonosari Kecamatan Grujugan Bondowoso pada Oktober

2020, bahwa sejak terjadinya pandemi Covid-19, pelayanan POSBINDU

dihentikan pada bulan Maret 2020 hingga Maret 2021, dan mereka tidak

melakukan kunjungan rumah untuk melakukan pemantuan dengan alasan

kurangnya tenaga kesehatan dan semakin melonjaknya angka kejadian Covid 19

sedangkan pada kasus hipertensi tidaklah cukup hanya melakukan pengobatan

rutin dengan mengabaikan self care management dan pola adaptasi hidup.

Perkembangan penelitian menyatakan bahwa modifikasi gaya hidup dapat secara

signifikan mengurangi tekanan darah tidak hanya pada pasien dengan hipertensi

tetapi juga pada mereka dengan prehipertensi (Sandhu, Kully. nadar, 2015).

Pengobatan hipertensi adalah pengobatan jangka panjang bahkan bisa seumur

hidup, seseorang dengan penyakit hipertensi harus tetap mengkonsumsi obat

sesuai resep dokter meskipun merasa sehat atau tanpa gejala (Kemenkes RI,

2020). Berdasarkan teori diatas, maka klien hipertensi perlu melakukan prevensi

tersier untuk mengendalikan tekanan darah dan mencegah komplikasi yang

diakibatkan oleh hipertensinya. Klien dengan hipertensi sebainya rutin meminum

obat dan mampu merawat diri dengan melakukan modifikasi gaya hidup seperti

diet seimbang, mengurangi konsumsi garam, olah raga teratur, mempertahankan

berat badan ideal, tidak merokok dan menghindari minum alkohol (Kemenkes RI,

2020).
4

Berdasarkan uraian tersebut, maka peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian tentang manajemen perawatan diri dan pola adaptasi hidup klien

hipertensi selama pandemi Covid-19 sehingga judul penelitian ini yaitu

manajemen perawatan diri adaptasi hidup klien hipertensi selama pandemi Covid-

19.

1.1 Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu: Bagaimana manajemen

perawatan diri adaptasi hidup klien hipertensi selama pandemi Covid-19?.

1.2 Tujuan Penelitian

1.2.1 Tujuan Umum

Tujuan umum penelitian ini yaitu : Menganalisa hasil artikel manajemen

perawatan diri adaptasi hidup klien hipertensi selama pandemi Covid-19.

1.2.2 Tujuan Khusus

Tujuan khusus penelitian ini yaitu : Mengidentifikasi hasil artikel

manajemen perawatan diri adaptasi hidup klien hipertensi selama pandemi

Covid-19.
5

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Hipertensi

2.1.1 Pengertian Hipertensi

Hipertensi didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana sistolik

diatas 140 mmHg dan diastolik diatas 90 mmHg (Pranata & Prabowo, 2017).

Menurut World health Organization (WHO) batas normal tekanan darah adalah

120-140 mmHg sistolik dan 80-90 mmHg diastolik. Seseorang dikatakan

mengidap hipertensi jika tekanan darah sitolik diatas 160 mmHg dan tekanan

darah diastolik diatas 95 mmHg, dan tekanan darah diambang batas 140 mmHg

– 160 mmHg dan tekanan darah diastolik antara 90 mmHg – 95 mmHg (Pranata

& Prabowo, 2017). Menurut lembaga – lembaga kesehatan nasional (The

national Instutes Of Health) mendefinisikan hipertensi sebagai tekanan sistolik

yang sama atau diatas 140 dan tekanan diastolik yang sama atau di atas 90

(Pranata & Prabowo, 2017).

2.1.2 Klasifikasi Hipertensi

A. Hipertensi primer

Hipertensi primer hipertensi esensial atau idiopatik dan merupakan 95%

dari kasus hipertensi. Selama 75 tahun terakhir telah banyak penelitian

untuk mencari etiologinya. Tekanan darah merupakan hasil curah jantung

dan resistensi vascular, sehingga tekanan darah meningkat jika curah


6

jantung meningkat, resitensi vaskular perifer bertambah atau keduanya.

Beberapa faktor yang pernah dikemukakan terhadap mekanisme penyebab

hipertensi yaitu genetik, linkungan, jenis kelamin, dan natrium (Pranata &

Prabowo, 2017)

B. Hipertensi renal atau hipertensi sekunder

Sekitar 5% kasus hipertensi telah diketahui penyebabnya, dan dapat

dikelompokkan seperti, penyakit parenkim ginjal (3%) dimana setiap

penyebab gagal ginjal (Gromerulonefritis pielonefritis, sebab – sebab

penyumbatan) yang menyebabkan kerusakan parenkim akan cenderung

menimbulkan hipertensi dan hipertensi itu sendiri akan mengakibatkan

kerusakan ginjal. Penyakit renovaskular (1%) dimana terdiri atas penyakit

yang menyebabkan gangguan pasoakan darh ginjal dan secara umum

dibagi atas aterosklerosis dan fibrodisplasia. endokrin (1%) jika terdapat

hipokalemia bersama hipertensi, tingginya kadar aldosteron dan renin yang

rendah akan mengakibatkan kelebihan – kelebihan (overload) natrium dan

air (Pranata & Prabowo, 2017)

2.1.3 Kriteria Hipertensi

Tekanan darah umumnya diukur dengan manometer air raksa yang

dinyatakan sebagai rasio sistolik dan diastolik, misal 120/70, yang artinya

tekanan sistoliknya adalah 120 mmHg dan diastoliknya 70 mmHG (Pranata

& Prabowo, 2017). Dari beberapa kepustakaan disebutkan kriteria tekanan

darah orang dewasa sebagai berikut.


7

Tabel 2.1 kriteria tekanan darah.

Sistolik (dalam Diastolik (dalam Kriteria


mmHg) mmHg)
>130 <85 Normal
131-159 86-99 Hipertensi ringan
160-179 100-109 Hipertensi sedang
180-209 110-119 Hipertensi berat
>210 >120 Hipertensi sangat berat

2.1.4 Etiologi

Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi 2 golongan yaitu :

1. Hipertensi Esensial atau hipertensi primer yang tidak diketahui

penyebabnya, disebut juga hipertensi idiopatik. Terdapat sekitar 95%

kasus. Banyak faktor yang mempengaruhinya seperti genetik, lingkungan,

hiperaktifitas. Meskipun hipertensi primer belum diketahui dengan pasti

penyebabnya, data penelitian telah menemukan beberapa faktor yang

sering menyebabkan terjadinya hipertensi, faktor tersebut yaitu:

a. Faktor keturunan

b. Ciri Perorangan

c. Kebiasaan hidup (Kowalski, Robert, 2010)

2. Hipertensi sekunder atau renal yaitu hipertensi yang disebabkan oleh

penyakit lain. Merupakan 10% dari seluruh kasus hipertensi adalah

hipertensi sekunder, Faktor pencetus munculnya hipertensi sekunder

antara lain; penggunaan kontrasepsi oral, neurogenik (tumor otak,

ensefalitis, gangguan psikiatris), kehamilan, peningkatan tekanan

intravaskuler, luka bakar dan stress (Pranata & Prabowo, 2017).


8

2.1.5 Patofisiologi

Mekanisme terjadinya hipertensi adalah melalui terbentuknya angiotensin II

dari angiotensin oleh angiotensin I converting enzyme (ACE). ACE memegang

peran fisiologis penting dalam mengatur tekanan darah. Selanjutnya oleh

hormon, renin (diproduksi oleh ginjal) akan diubah menjadi angiotensin I. Oleh

ACE yang terdapat di paru-paru, angiotensin I diubah menjadi angiotensin I.

Angiotensin II inilah yang memiliki peranan kunci dalam menaikkan tekanan

darah melalui dua aksi utama. Aksi pertama adalah meningkatkan sekresi hormon

antidiuretik (ADH) dan rasa haus. ADH diproduksi di hipotalamus (kelenjar

pituitari) dan bekerja pada ginjal untuk mengatur osmolalitas dan volume urin.

Dengan meningkatnya ADH, sangat sedikit urin yang diekskresikan ke luar tubuh

(antidiuresis), sehingga menjadi pekat dan tinggi osmolalitasnya. Untuk

mengencerkannya, volume cairan ekstraseluler akan ditingkatkan dengan cara

menarik cairan dari bagian intraseluler, volume darah meningkat yang pada

akhirnya akan meningkatkan tekanan darah.

Aksi kedua adalah menstimulasi sekresi aldosteron dari korteks adrenal.

Aldosteron merupakan hormone steroid yang memiliki peranan penting pada

ginjal. untuk mengatur voluma cairan ekstraseluler, aldosteron akan mengurangi

ekskresi NaCl (garam) dengan cara mereabsorpsinya dari tubulus ginjal. Naiknya

konsentrasi NaCl akan diencerkan kembali dengan cara meningkatkan volume

cairan ekstraseluler yang pada gilirannya akan meningkatkan volume dan tekanan

darah. Patogenesis dari hipertensi esensial merupakan multifaktorial dan sangat

komplek. Faktor-faktor tersebut merubah fungsi tekanan darah terhadap perfusi


9

jaringan yang adekuat melipu mediator hormon, aktivitas vaskuler, volume

sirkulasi darah, kaliber vaskuler, viskositas darah, curah jantung, elastisitas

pembuluh darah dan stimulasi neural. Patogenesis hipertensi esensial dapat

dipicu oleh beberapa faktor meliputi faktor genetik, asupan garam dalam diet,

tingkat stress dapat berinteraksi untuk memunculkan gejala hipertensi. Perjalanan

penyakit hipertensi esensial berkembang dari hipertensi yang kadangkadang

muncul menjadi hipertensi yang persisten. Setelah periode asimtomatik yang

lama, hipertensi persisten berkembang menjadi hipertensi dengan komplikasi ,

dimana kerusakan organ target di aorta dan arteri kecil, jantung, ginjal, retina,dan

susunan saraf pusat. Progrefitas hipertensi dimulai pada umur 10-30 tahun

(dengan meningkatnya curah jantung) kemudian menjadi hipertensi dini pada

pasien umur 20-40 tahun (dimana tahanan perifer meningkat) kemudian menjadi

hipertensi dengan komplikasi pada usia 40-60 tahun (Pranata & Prabowo, 2017)

2.1.6 Faktor Risiko

Faktor risiko hipertensi yaitu :

1. Genetik

Dibanding orang kulit putih, orang kulit hitam di negara barat lebih

banyak menderita hipertensi, tingkat lebih tinggi hipertensinya, dan lebih

besar morbiditasnya maupun mortilitasnya, sehingga diperkirakan ada

kaitan hipertensi dengan perbedaan genetik. Beberapa peneliti mengatakan

terdapat kelainan pada gen angiotensinogen tetapi mekanismenya mungkin

bersifat poligenik (Pranata & Prabowo, 2017)


10

2. Usia

Kebanyakan orang berusia di atas 60 tahun sering mengalami hipertensi,

bagi mereka yang mengalami hipertensi, risiko stroke dan penyakit

kardiovaskular yang lain akan meningkat bila tidak ditangani secara benar

(Soeharto, 2004 dalam Pranata dan Prabowo, 2017).

3. Jenis kelamin

Hipertensi lebih jarang ditemukan pada perempuan pra-monopause

dibanding pria, yang menunjukkan adanya pengaruh hormon (Gray dkk,

2005 dalam Pranata dan Prabowo, 2017).

4. Geografi dan lingkungan

Terdapat perbedaan tekanan darah yang nyata antara populasi kelompok

daerah kurang makmur dengan daerah maju, seperti bangsa Indian Amerika

Selatan yang tekanan darahnya rendah dan tidak banyak meningkat sesuai

dengan pertambahan usia dibanding masyarakat barat (Gray. dkk, 2005

dalam Pranata dan Prabowo, 2017).

5. Pola hidup

Tingkah laku seseorang mempunyai peranan yang penting terhadap

timbulnya hipertensi Mereka yang kelebihan berat badan di atas 30%,

mengkonsumsi banyak garam dapur, dan tidak melakukan latihan mudah

terkena hipertensi (Soeharto, 2004 dalam Pranata dan Prabowo, 2017). \

6. Garam dapur

Sodium adalah mineral yang esensial bagi kesehatan. Ini mengatur

keseimbangan air didalam system pembuluh darah. Sebagian sodium dalam


11

diet datang dari makanan dalam bentuk garam dapur atau sodium chlorid

(NaCl). Pemasukan sodium mempengaruhi tingkat hipertensi.

Mengkonsumsi garam menyebabkan haus dan mendorong kita minum. Hal

ini meningkatkan volume darah didalam tubuh, yang berarti jantung harus

memompa lebih giat. sehingga tekanan darah naik. Kenaikan ini berakibat

bagi ginjal yang harus menyaring lebih banyak garam dapur dan air. Karena

masukan (input) harus sama dengan pengeluaran (output) dalam system

pembuluh darah, jantung harus memompa lebih kuat dengan tekanan darah

tinggi (Soeharto, 2004 dalam Pranata dan Prabowo, 2017).

7. Merokok

Merokok merupakan salah satu faktor yang dapat diubah, adapun

hubungan merokok dengan hipertensi adalah nikotin akan menyebabkan

peningkatan tekana darah karena nikotin akan diserap pembuluh darah kecil

dalam paru-paru dan diedarkan oleh pembuluh darah hingga ke otak, otak

akan bereaksi terhadap nikotin dengan memberi sinyal pada kelenjar adrena

luntuk melepas efinefrin (Adrenalin). Hormon yang kuat ini akan

menyempit kan pembuluh darah dan memaksa jantung untuk bekerja lebih

berat karena tekanan yang lebih tinggi. Selain itu, karbon monoksida dalam

asap rokok menggantikan oksigen dalam darah. Hal ini akan mengakibatkan

tekana darah karena jantung dipaksa memompa untuk memasukkan oksigen

yang cukup kedalam organ dan jaringan tubuh (Pranata & Prabowo, 2017).
12

2.1.7 Manifestasi Klinik

Tekanan darah tinggi ringan tidak terasa dan tidak mempunyai tanda-

tanda. Boleh jadi berlangsung selama beberapa tahun tanpa disadari oleh

orang tersebut. Sering hal itu ketahuan tiba- tiba, misalnya pada waktu

mengadakan pemeriksaan kesehatan, atau pada saat mengadakan

pemeriksaan untuk asuransi jiwa. Kadang-kadang tanda-tanda tekanan darah

tinggi yang digambarkan itu adalah sakit kepala, pusing, gugup, dan

palpitasi (Knight, 2006 dalam Pranata dan Prabowo, 2017),

Sebagian orang, tanda pertama naiknya tekanan darahnya ialah

apabila terjadi komplikasi. Tanda yang umum ialah sesak nafas pada waktu

kerja keras. Ini menunjukkan bahwa otot jantung itu sudah turut terpengaruh

sehingga tenaganya sudah berkurang yang ditandai dengan sesak nafas.

Pada pemeriksaan fisik, tidak dijumpai kelainan apapun selain tekanan

darah yang tinggi, tetapi dapat pula ditemukan perubahan pada retina,

seperti perdarahan, eksudat (kumpulan cairan), penyempitan pembuluh

darah, dan pada kasus berat, edema pupil(edema pada diskus optikus) dan

penglihatan kabur (Knight, 2006 dalam Pranata dan Prabowo, 2017).

Hipertensi tidak memberikan tanda-tanda pada tingka awal. Kebanyakan

orang mengira bahwa sakit kepala terutama pada pagi hari, pusing,

berdebar-debar, dan berdengung ditelinga merupakan tanda-tanda

hipertensi. Tanda-tanda tersebut sesungguhnya dapat terjadi pada tekanan

darah normal, bahkan seringkali tekanan darah yang relatif tinggi tidak

memiliki tanda- tanda tersebut. Cara yang tepat untuk meyakinkan


13

seseorang memiliki tekanan darah tinggi adalah dengan mengukur

tekanannya. Hipertensi sudah mencapai taraf lanjut, yang berarti telah

berlangsung beberapa tahun, akan menyebabkan sakit kepala, pusing, napas

pendek, pandangan mata kabur, dan mengganggu tidur (Soeharto, 2004

dalam Pranata dan Prabowo, 2017).

2.1.8 Komplikasi

Stroke dapat timbul akibat perdarahan tekanan tinggi di otak, atau akibat

embolus yang terlepas dari pembuluh non otak yang terpajan tekanan tinggi.

Stroke dapat teriadi pada hipertensi kronik apabila arteri-arteri yang

memperdarahi otak mengalami hipertropi dan menebal, sehingga aliran

darah ke daerah-daerah vang diperdarahinya berkurang. Arteri-arteri otak

yang mengalami arterosklerosis dapat melemah sehingga meningkatkan

kemungkinan terbentuknya aneurisma (Corwin, 2005 dalam Pranata dan

Prabowo, 2017)

Gejala terkena stroke adalah sakit kepala secara tiba- tiba, seperti, orang

bingung, limbung atau bertingkah laku seperti orang mabuk, salah satu

bagian tubuh terasa lemah atau sulit digerakan (misalnya wajah, mulut, atau

lengan terasa kaku, tidak dapat berbicara secara jelas) serta tidak sadarkan

diri secara mendadak (Santoso, 2006 dalam Pranata dan Prabowo, 2017).

Infark Miokard dapat terjadi apabila arteri koroner yang arterosklerosis

tidak dapat menyuplai cukup oksigen ke miokardium atau apabila terbentuk

trombus yang menghambat aliran darah melalui pembuluh darah tersebut.

Karena hipertensi kronik dan hipertensi ventrikel, maka kebutu han oksigen
14

miokardium mungkin dak dapat terpenuhi dan dapat terjadi iskemia jantung

yang menyebabkan infark. Demikian juga hipertropi ventrikel dapat

menimbulkan perubahan-perubahan waktu hantaran listrik melintasi

ventrikel sehingga terjadi disritmia, hipoksia jantung, dan peningkatan

resiko pembentukan bekuan (Corwin 2002 dalam Pranata dan

Prabowo,2017).

Gagal ginjal dapat terjadi karena kerusakan progresif akibat tekanan

tinggi pada kapiler-kepiler ginjal,glomerolus. Dengan rusaknya glomerolus,

darah akan mengalir keunit-unit fungsional ginjal, nefron akan terganggu

dan dapat berlanjut menjadi hipoksia dan kematian. Dengan rusaknya

membran glomerolus, protein akan keluar melalui urin sehingga tekanan

osmotik koloid plasma berkurang, menyebabkan edema yang sering

dijumpai pada hipertensi kronik (Corwin, 2005 dalam Pranta dan Prabowo,

2017).

Gagal jantung atau ketidakmampuan jantung dalam memompa darah

yang kembalinya kejantung dengan cepat mengakibatkan cairan terkumpul

di paru kaki dan jaringan lain sering disebut edma.Cairan didalam paru -

paru menyebabkan sesak napas,timbunan cairan ditungkai menyebabkan

kaki bengkak atau sering dikatakan edema (Amir 2002 dalam Pranata dan

Prabowo, 2017)

Ensefalopati dapat terjadi terjadi terutama pada hipertensi maligna

(hipertensi yang cepat). Tekanan yang tinggi pada kelainan peningkatan

tekanan kapiler dan mendorong cairan ke dalam ruang intertisium diseluruh


15

susunan saraf pusat. Neron- neron disekitarnya kolap dan terjadi koma serta

kematian

2.1.9 Pencegahan hipertensi

Pencegahan hipertensi atau tekanan darah tinggi menurut Masriadi

(2016) menyatakan bahwa dapat dikategorikan menjadi empat tingkatan,

yaitu:

a. Pencegahan Primer

Merupakan suatu upaya pencegahan sebelum seorang penderita terkena

hipertensi. Pencegahan ini biasa dilakukan melalui pendekatan seperti

penyuluhan mengenai faktor risiko hipertensi supaya terhindar dari

hipertensi.

b. Pencegahan Sekunder

Hipertensi yang ditujukan kepada penderita yang sudah menderita

hipertensi agar tidak menjadi lebih berat. Pencegahan sekunder ini lebih

ditekankan pada pengobatan untuk mencegah penyakit hipertensi.

c. Pencegahan Tersier

Merupakan pencegahan terjadinya komplikasi yang berat menimbulkan

kematian. Pencegahan tersier ini tidak hanya mengobati namun juga

mencakup upaya timbulnya komplikasi kardiovaskuler seperti stroke

dan infark miokard.

d. Pencegahan Primordial
16

Pencegahan ini merupakan suatu usaha pencegahan predisposisi

terhadap hipertensi, contohnya peraturan pemerintah tentang peringatan

rokok.

2.2 Konsep Manajemen perawatan diri

2.2.1 Pengertian Manajemen perawatan diri

Teori self care merupakan teoeri konseptual yang dikemukakan pertama

kali oleh Dorothea Orem pada akhir tahun 19550-an, teori ini paling sering

digunakan dalam keperawatan, self care berfokus pada pelayanan klien,

sehingga tujuan dari teori Orem adalah untuk membantu klien merawat

dirinya sendiri (Basford dan Slovin, 2006 dalam Aini 2018). Teori model

Orem terdiri dari 3 perspektif teoritis berikut : teori perawatan diri, teori

defisit perawatan diri dan teori sistem keperawatan (Aini, 2018)

1. Teori perawatan diri

Orem berpendapat bahwa model teori yang ia kemukakan merupakan

model konseptual keperawatan yang dapat diterapkan oleh semua

pekerja dibidang kesehatan. Orem mendeskripsikan bahwa perawatan

diri sebagai perilaku yang diperlukan secara pribadi dan berorientasi

pada tujuan yang berfokus pada kapasitas individu untuk mengatur

dirinya dan lingkungan hingga ia tetap bisa bertahan hidup, menikmati

kesehatan dan kesejahteraan dirinya. Secara singkat, perawatan diri

memanifestasikan diri sebagai perilaku konkret seseorang yang

dilakukakan oleh dan untuk dirinya. Self care umumnya dilakukan oleh
17

orang dewasa, sedangka anak anak, orang yang sedang sakit

memerlukan perawatan untuk melakukan asuhan perawatan dari orang

lain (asuhan dependen).

Self care merupakan proses pribadi yang unik, self care agency

kemampuan seseorang untuk merawat dirinya sendiri, kemampuan ini

dipengaruhi oleh “conditioning factor”, yaitu : faktor usia, jenis

kelamin, tahap perkembagan status kesehatan, pengenalan

sosiokultural, sistem pelayanan kesehatan, keluarga, pola hidup, faktor

lingkungan dan sumber – sumber yang adekuat.

2.2.2 Konsep Teori Self Care

A. Perawatan Diri

Perawatan diri adalah perawatan yang secara pribadi dilakukan

secara mandiri, setiap hari oleh seseorang. Hal ini tergantung pada

usia , jenis kelamin, kondisi kesehatan, lingkungan sosial dan

budaya, keluaraga.

B. Manajemen Dan Efek Perawatan Diri.

Manajemen dan efek perawatan diri adalah kegiatan memulai

perilaku perawatan diri. Seorang individu harus tahu alasan dan

manfaat dari aktivitas yang dia lakukan, mereka harus bisa

memutuskan apa yang akan mereka lakukan, dan mereka harus bisa

memilih aktivitas apa yang harus mereka lakukan terlebih dahulu.

C. Kebutuhan Perawatan Diri


18

Orem membangi 3 kebutuhan perawatan diri yaitu kebutuhan

perawatan diri universal,perkembangan dan deviasi kesehatan.

a. Universal Self Care Requisites.

Kebutuhan perawatan diri universal ada pada setiap individu hal

ini berkaitan dengan fungsi kemanusiaan dan proses kehidupan,

yang mengacu pada kebutuhan dasar manusia, antara lain

a. Pemeliharaan kecukupan pemasukan udara

b. Pemeliharaan kecukupan pemasukan cairan

c. Pemeliharaan kecukupan pemasukan makanan

aplikasi universal self care requisites dalam keperawatan

1. Menjaga keseimbangan antara keseimbangan dan istirahat

2. Menjaga keseimbangan antara berdiam dri dan interaksi

sosial

3. Menghalau ancaman hidup, fungsi kemanusiaan dan

kesejahteraan manusia

4. Investasi asuhan yang berkaitan dengan proses – proses

eliminasi

5. Memaksimalkan peran normal dan perkembangan

manusia kedalam kelompok sosial sesuai potensinya.

b. Developmental Self Care Requisites

Kebutuhan yang berkaitan dengan tumbuh kembang manusia.

Kebutuhan ini termasuk kebutuhan universal namun berfokus

pada bagaimana mereka diarahkan secara spesifik pada


19

perkembangan. Sebagai contoh, istirahat dan nutrisi merupakan

kebutuhan universal namun kedua hal tersebut dapat

berhubungan langsung dengan tumbuh kembang.

c. Therapeutik Requisites

Kebutuhan deviasi kesehatan merupakan kebutuhan yang

berkaitan dengan penyimpangan kesehatan, seperti sakit, luka,

ataupun kecelakaan, segala sesuatu yang dapat menurunkan

kemampuan seseorang dalam memenuhi kebutuhan perawatan

dirinya, baik secara temporer ataupun permanen. Kebutuhan ini

meliputi :

a. Pencaharian pengobatan yang tepat dan aman

b. Tahu akibat dari perjalanan penyakit

c. Memilih prosedur pengobatan mulai dari diagnostik, terapi

dan pemulihan yang tepat dan efektif

d. Paham dan sadar efek pengobatan

e. Menata ulang konsep diri untuk beradapatasi terhadap status

kesehatannya

2. Teori Defisit Perawatan Diri

Defisit perawatan diri merupakan inti dari teori Orem, karena

menjelaskan kapan asuhan keperawatan dibutuhkan. Defisit perawatan

diri muncul saat seseorang tidak mampu memnuhi kedua hubungan,

antara efek perawatan diri dan kebutuhan terapeutik. Perawatan


20

diperlukan pada saat orang dewasa tidak mampu melakukan aktivitas

perawatan diri secara rutin dan efektif (Aini, 2018)

Orem mengidentifikasikan metode – metode untuk memberikan

bantuan keperawatan, antara lain :

a. memberikan perawatan secara langsung dalam bentuk tindakan

keperawatan

b. memberikan petunjuk dan memfasilitasi individu dengan defisit

perawatan diri untuk memenuhi kebutuhannya.

c. memberikan dukungan secara fisik dan psikis agar klien dapat

mengembangkan potensi perawatan diri.

d. memodifikasi lingkungan yang mendukung klien untuk

meningkatkan kemandirian

e. mengajarkan tentang langkah – langkah dan aspek tindakan agar

klien dapat melakukan perawatan dirinya.

3. Teori Sistem Keperawatan

Nursimg system adalah aktivitas keperawatan yang didesain sesuai

kebutuhan seseorang dan diterapkan pada seseorang yang mengalami

defisit perawatan diri. Terjadinya suatu self care defisit ada kesenjangan

antara apa yang bisa seseorang lakukan (self care agency) dan apa yang

dibutuhkan agar berfungsi secara maksimal (self care demand). Hingga

memerlukan asuhan keperawatan (Aini, 2018).

Nursing agency seseorang yang telah memiliki keterampilan melalui

pendidikan dan pelatihan sebagai perawat dan membolehkan mereka


21

untuk melakukan asuhan untuk membantu seseorang memenuhi self

care demand melalui latihan self care agency nya sendiri.

Ada tiga klasifikasi nursing system untuk memenuhi kebutuhan self

care menurut Orem.

a. Wholly Compensatory System (WCS)

Klien yang mampu memenuhi kebutuhannya sendiri secara langsung

dan mengontrol pergerakan memerlukan WCS. Perawat secara

keseluruhan mengambil alih pemenuhan kebutuhan klien. WCS

diberikan pada seseorang dengan tingkat ketergantungan yang tinggi:

(Aini, 2018)

1. klien dengan ketidak mampuan melakukan berbagai aktivitas

seperti pasien koma

2. klien memiliki kemampuan untuk melakukan aktivitas namun

tidak boleh melakukan gerakan misal pada pasien fraktur

3. klien dengan ketidak mampuan memberikan alasan dari sebuah

aktivitas self care yang dilakukan, tapi mungkin dapat ambulasi

dan melakukan self care misal pada klien dengan retadasi mental.

b. Party Compensatory Nursing System

Kedaan dimana adanya kolaborasi antara perawat dan klien dalam

melakukan asuhan keperawatan, adanya pembagian aktivitas antara

perawat dan klien dalam pemenuhan kebutuhan perawatan dirinya,

misal pada klien lansia, stroke.


22

c. Supportive –Education System

Klien mampu dan dapat belajar melakukan aktivitas perawatan diri

yang dibutuhkan, tetapi perlu bimbingan dalam melakukan semua

kebutuhan dan pengambilan keputusan, pengendalian perilaku, dan

mendapat pengetahuan dan keterampilan, perawat sebagai fasilitator

dan edukator untuk meningkatkan self care agency nya, misal pada

klien dengan diabetes militus yang diajarkan untuk menyuntukkan

insulin pada tubuh mereka.Invalid source specified.

2.2 Model Chronic disease

Model Perawatan Kronis yang dikembangkan pada 1990-an oleh Wagner et

al. sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas perawatan kronis. Ini adalah

pendekatan organisasi untuk merawat orang dengan penyakit kronis yang

secara khusus dapat diterapkan di pusat perawatan primer. Enam elemen

model perawatan kronis yang beroperasi dalam konteks individu, komunitas,

organisasi penyedia dan sistem perawatan kesehatan, Model ini dapat

digunakan sebagai panduan untuk peningkatan sistem untuk menyediakan

manajemen penyakit kronis yang berkualitas lebih tinggi (Reynolds et al.,

2018). Manajemen penyakit kronis adalah manajemen perawatan penyakit

didasarkan pada model perawatan kronis, seperti yang dijelaskan oleh Saitz

(2008) Manajemen perawatan penyakit kronis adalah model perawatan yang

berpusat pada pasien, yang mencakup pendidikan pasien dan dokter, rencana

perawatan berbasis bukti eksplisit, dan ketersediaan perawatan ahli.(Saitz et

al., 2008).
23

Enam elemen yang menjadi poin penting untuk peningkatan dalam pelayanan

keperawatan kronis yaitu :

1. Community

2. Health systems

Sistem kesehatan bertujuan menciptakan organisasi, mekanisme, budaya

yang dapat memberikan dukungan dalam upaya peningkatan pelayanan

kesehatan yang berkualitas tinggi dan aman untuk pasien dengan fungsi

utama health systems untuk membuat kebijakan yang diharapkan dapat

membuat interaksi positif antara penyedia layanan kesehatan dengan klien

sebagai pengguna layanan kesehatan.

3. Self management support

Self management support adalah upaya pemberdayaan klien,

meningkatkan fungsi klien dan menyiapkan klien untuk dapat mengelola

kesehatan mereka dengan sendiri.

4. Decision support

Desicion support adalah pengambilan keputusan yang berbasis data – data

melalui interaksi yang dilakukan tenaga kesehatan dan klien. Data – data

yang dimaksud adalah data – data tentang kondisi kesehatan klien, data –

data ketersediaan obat, alat dan tenaga kesehatan untuk membuat

keputusan terbaik sesuai kondisi klien.

5. Delivery system design


24

Delivery system design adalah kolaborasi antara multidisiplin ilmu dan

membentuk suatu sistem yang bermanfaat bagi pasien dalam menjaga

kesinambungan perawatan penyakit klien.

6. Clinical information systems

Sistem informasi klinik bertujuan untuk menyediakan informasi dan data

untuk mengikatkan pelayanan kesehatan. Clinical information systems

terdiri dari komupter, jaringan internet dan sumber daya manusia, ketiga

komponen ini berfungsi untuk meningkatkan interaksi produktif antara

penyedia layanan dengan klien.

2.3 Manajemen Perawatan Diri Adaptasi Hidup Klien Hipertensi Selama

Pandemi COVID-19

2.4.1 Manajemen perawatan diri klien hipertensi

Hasil penelitian menyebutkan bahwa Joint National Committee - 7 (JNC -

7) merekomendasikan enam aktivitas perawatan diri untuk klien hipertensi

yaitu kepatuhan terhadap pengobatan, penerapan diet rendah garam,

pemeliharaan berat badan ideal dengan aktivitas fisik rutin selama 30

menit hampir setiap hari dalam seminggu, membatasi konsumsi alkohol,

dan tidak merokok. Hasil penelian menunjukkan bahwa adanya hubungan

positif antara perilaku perawatan diri dengan pengurangan komplikasi dan

peningkatan kualitas hidup (Gupta et al 2017).


25

2.4.2 Adaptasi klien hipertensi selama pandemi COVID-19

Pandemi COVID-19 mengakibatkan pengalihan sumber daya pelayanan

kesehatan untuk penanggulangan pandemi COVID-19, hal ini sangat

mengganggu akses dan ketersediaan layanan kesehatan esensial, terutama

kestabilan pelayanan kesehatan penyakit kronis, dalam keadan ini

pelayanan kesehatan primer harus siap untuk tetap memberikan perawatan

yang berpusat pada keamanan pasien dan memenuhi kebutuhan kesehatan

masyarakat khususnya orang dengan penyakit kronis sekaligus mencegah

penularan lebih lanjut dari infeksi COVID-19. Pemberlakuan untuk tetap

dirumah bagi penderita penyakit kronis terutama penderita hipertensi,

keterbatasan akses layana kesehatan dan obat obatan dapat mengancam

jiwa. Klien hipertensi harus mempertahankan prilaku promosi kesehatan,

aktivitas perawatan diri dengan baik selama dirumah, dukungan dari

tenaga kesehatan sangat diperlukan agar klien hipertensi tetap

mempertahankan aktivitas perawatan diri. Telekonsultasi menjadi solusi

bagi penyedia layanan kesehatan primer dan klien hipertensi, selama

telekonsultasi penekanan harus difokuskan pada perilaku perawatan diri

yang mudah dilakukan dan membantu dalam mengontrol tekanan darah

dalam situasi pandemi COVID-19 (Gupta et al, 2017). Pemantauan jarak

jauh adalah pendekatan yang direkomendasikan untuk pengelolaan

hipertensi, strategi berbasis pengobatan jarak jauh untuk pengelolaan

hipertensi sebelumnya telah diterapkan secara efektif di Jepang pada tahun

2011, startegi ini bisa digunakan selama pandemi COVID-19 untuk


26

memastikan bahwa klien hipertensi memiliki tekanan darah yang

terkontrol dengan baik, hal ini membantu mengurangi efek negatif

hipertensi pada prognosis pasien dengan COVID-19 (Kario et al., 2020).

2.5 Kerangka teori

Berdasarkan uraian diatas, dan sesuai dengan tujuan penelitian yaitu untuk

mengetahui manajemen perawatan diri pola adaptasi klien hipertensi, berikut

kerangka teori terkait literature review ini yaitu sebagai berikut :

hipertensi

COVID-19

Dampak covid-19
1. Pemberhentian
layanan
kesehatan non
darurat
2. Terbatasnya
aktivitas fisik

Manajemen
perawatan diri

Manajemen perawatan diri


pada klien hipertensi mampu
mengurangi risiko komplikasi
akibat hipertensi dan
peningkatan kualitas hidup
klien hipertensi.

Gambar 2.1 Kerangka teori manajemen perawatan diri adaptasi hidup klien
hipertensi pada masa pandemi Covid-19
27

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Strategi Pencarian Literature

3.1.1 Protokol dan Registrasi

Rangkuman menyeluruh dalam bentuk literature review mengenai

manajemen perawatan diri dan pola adaptasi hidup klien hipertensi selama

pandemi Covid-19. Untuk menentukan penyelesaian studi yang ditemukan dan

disesuaikan akan menggunakan PRISMA Flow Diagram sebagai protokol dan

evaluasi dari literature review.

3.1.2 Database Pencarian

Studi literature review adalah sebuah rangkuman menyeluruh dari

beberapa hasil studi penelitian yang dibuat berdasarkan tema tertentu. Pencarian

literatur dilakukan pada bulan Mei 2021 - Juli 2021. Data yang digunakan pada

penelitian ini merupakan data sekunder. Data sekunder merupakan data yang

didapat dari hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti – peneliti

terdahulu. Sumber data sekunder yang yang didapat berupa artikel jurnal

bereputasi nasional ataupun internasional (Nursalam, 2020). Pencarian jurnal

dalam literature review ini menggunakan 2 database yaitu Scient Direct, Google

Scholar.

3.1.3 Kata Kunci

Pencarian artikel menggunakan kata kunci dan boolean operator (AND,

OR NOT or AND NOT) yang digunakan agar mendapatkan hasil pencarian yang

luas atau memfokuskan pencarian, sehingga mempermudah dalam menentukan


28

jurnal yang akan digunakan. Keyword dalam literature review ini disesuaikan

dengan medical Subject heading (MeSH) yang terdiri dari :

Tabel 3.1 Kata Kunci pencarian literature Manajemen Perawatn Diri adaptasi
Hidup Klien Hipertensi pada Masa pandemi Covid-19

Self- care adaptation Hypertensio Covid-19


AND AND AND
management n
OR OR 2019-nCOV
Chronic Blood OR
disease Pressure
management
Coronavirus Disease
2019
OR
Wuhan Corona Virus
3.2 Kriteria Inklusi dan Ekslusi

Strategi pencarian artikel menggunakan PICOS framework, yang terdiri dari:

1. Population/problem yaitu populasi atau masalah yang akan di analisis

sesuai dengan tema yang telah ditentukan dalam study literature riview

2. Intervention adalah sebuah tindakan dari suatu pelaksanaan terhadap kasus

serta pemaparan tentang penatalaksanaan studi sesuai dengan tema yang

telah dipilih dalam study literature riview

3. Comparation adalah suatu intervensi atau penatalaksanaan lain yang

digunakan sebagai pembanding, atau jika tidak ada, bisa menggunakan

kelompok kontrol dalam studi yang ditentukan,

4. Outcome adalah hasil yang diperoleh dari pada studi terdahulu yang sesuai

dengan tema yang telah ditetapkan dalam study literature riview.

5. Study design adalah suatu desain penelitian yang digunakan dalam jurnal

yang akan di review.


29

Tabel 3.2 Format PICOS dalam literature review

Kriteria Inklusi Ekslusi


Population pasien hipertensi usia Selain penderita
17- 55 tahun hipertensi usia 17- 55
tahun
Intervention Manajemen perawatan Bukan manajemen
dan adaptasi klien perawatan dan adaptasi
hipertensi
Comparators Tidak ada
pembanding
Outcomes Manajemen Tidak mendiskirpsikan
perawatan dan manajemen perawatan
adaptasi klien dan adaptasi klien
hipertensi selama hipertensi selama
pandemi COVID-19 pandemi COVID-19
Study Design and systematic review, Quasy-experimenal
publication type qualitative research studies, randomized
control and trial, and
cross-sectional studies.
Publication years 2020 – 2021 sebelum 2020
language bahasa inggris Selain bahasa inggris

3.3 Seleksi Studi dan Penilaian Kualitas

3.3.1 Hasil Pencarian dan seleksi studi

Dari hasil pencarian literatur melalui lima database publikasi dengan

menggunakan kata kunci yang sudah disesuaikan dengan MeSH. Peneliti

menemukan ( ) jurnal yang sesuai dengan kata kunci yang telah ditentukan.

Hasil pencarian yang ditemukan lalu diperiksa duplikasi dimasing masing

database pencarian, terdapat ( ) jurnal yang sama yang kemudian dikeluarkan

dan tersisa ( ) jurnal. Peneliti selanjutnya melakukan skrining berdasarkan judul

n= , abstrak (n= ) dan full text (n= ) yang sesuai dengan tema penelitian
30

literature review. hasil penyaringan jurnal dapat digambarkan dalam diagram flow

dibawah ini :

3.2.1 Seleksi Studi dan Penilaian Kualitas

Pencarian pada database artikel tahun


2020 tahun 2021 hasil temuan n= Eksklusi (n= )
Kriteria
science direct (), Google Scholar () Population: Tidak sesuai
dengan populasi yaitu
penderita Hipertensi (n= )
Intervention: Terdapat
Hasil setelah seleksi duplikat intervensi (n= )
(n = ) Comparation: Ada
pembanding (n= )
Outcome: Tidak menjelaskan
Hasil setelah identifikasi judul manfaat manajemen
(n = ) perawatan hipertensi (n= )
Study Design: Selain atau
tanpa systematic review,
qualitative research
Hasil setelah identifikasi abstrak
(n = )

Eksklusi (n= )
Outcome: Tidak menjelaskan
Hasil seleksi full teks dan kelayakan
manfaat manajeman
(n = )
perawatan diri dan pola
adaptasi klien hipertensi (n= )
Intervention: Terdapat
Jurnal akhir yang dapat dianalisa sesuai Intervensi (n= )
dengan rumusan masalah dan tujuan Study Design:
penelitian Selain, systematic review,
(n = ) qualitative research

Gambar 3.1 PRISMA Flow Diagram Manajemen Perawatan Diri Dan Pola
Adaptasi Hidup Klien Hipertensi pada masa Pandemi Covid-19
31

Rencana analisis

1. Menjelaskan hasil pencarian artikel secara deskriptif

2. Membuat tabel analisis

Desain
penelitian,
Penulis dan sampel, Kesimpulan
Sumber Hasil
tahun terbit variable,
instrumen,
analisis
32

DAFTAR PUSTAKA

Aini, N. (2018). teori model keperawatan. malang. Malang: UMM Press.

Ferdinand, K. C., Vo, T. N., & Echols, M. R. (2020). State-of-the-Art review :

Hypertension practice guidelines in the era of. American Journal of

Preventive Cardiology, 2(June), 100038.

https://doi.org/10.1016/j.ajpc.2020.100038

Gupta, S. K., Lakshmi, P., Kaur, M., & Rastogi, A. (2017). Universal health

coverage - There is more to it than meets the eye. Journal of Family

Medicine and Primary Care, 6(2), 169–170.

https://doi.org/10.4103/jfmpc.jfmpc

Kario, K., Morisawa, Y., Sukonthasarn, A., Turana, Y., Mbbs, Y. C., Park, F. S.,

… Tay, C. (2020). COVID-19 and hypertension — evidence and practical

management : Guidance from the HOPE Asia Network.

Wileyonlinelibrary.Com/Journal/Jch, 1–11.

https://doi.org/10.1111/jch.13917

Kemenkes RI. (2020). Pedoman pembatasan sosial berskala besar dalam rangka

percepatan penanganan COVID-19. Jakarta: Kemenkes RI.

Nursalam. (2020). Penulisan literature review dan Systematic review Pada

pendidikan kesehatan( CONTOH ) (D. Priyantini, Ed.). Surabaya: Fakultas

Keperawatan Universitas Airlangga.

Pranata, A. E., & Prabowo. (2017). Keperawatan medikal bedah dengan


33

gangguan sistem kardiovaskuler. Yogyakarta: numed.

Reynolds, R., Dennis, S., Hasan, I., Slewa, J., Chen, W., Tian, D., … Zwar, N.

(2018). A systematic review of chronic disease management interventions in

primary care. BMC Family Practice, 19(1), 1–13.

https://doi.org/10.1186/s12875-017-0692-3

Riskesdas. (2018). Laporan hasil riset kesehatan dasar nasional (Riskesdas)

Indonesia. Jakarta: Departemen kesehatan RI.

Saitz, R., Larson, M. J., Labelle, C., Richardson, J., & Samet, J. H. (2008). The

case for chronic disease management for addiction. Journal of Addiction

Medicine, 2(2), 55–65. https://doi.org/10.1097/ADM.0b013e318166af74

Sandhu, Kully. nadar, S. (2015). OXFORD CARDIOLOGY LIBRARY

Hypertension (2nd ed.; S. Nadar, Ed.). United States of America: oxford

university press.

WHO. (2020). Coronavirus disease (COVID-19) technical guidance : Laboratory

testing for 2019-nCOv in human.

Anda mungkin juga menyukai