Dibimbing Oleh:
Budi Artini, S.Kep.,Ns.,M.Kep
Disusun Oleh:
Windy Chrisnia Aldrinus
2018.01.031
i
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING
Laporan asuhan keperawatan dengan diagnosa medis asma bornkiale pada Ny.L di
ruang nilam telah disetujui oleh
Pembimbing Mahasiswa
ii
LEMBAR PENGESAHAN
Mengetahui
Pendamping / Pembimbing Akademik
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
hanya oleh berkat, tuntunan, dan anugerah-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas
Lab Klinik yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pada Ny.P. A Dengan masalah
keperawatanya bersihan jalan nafas tidak efektif diruang nilam”
Tugas ini penulis susun sebagai salah satu tugas Lab. Klinik Keperawatan
Kebutuhan Dasar Manusia. Dalam penyusunan, penulis mendapatkan banyak
pengarahan dari berbagai pihak, untuk itu dalam kesempatan ini penulis tidak lupa
mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat :
Penulis
iv
DAFTAR ISI
Halaman Judul................................................................................................ i
Lembar Persetujuan Pembimbing ............................................................... ii
Lembar Pengesahan ...................................................................................... iii
Kata Pengantar............................................................................................... iv
Daftar isi ......................................................................................................... v
BAB I Pendahuluan........................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah .......................................................................... 2
1.3 Tujuan Penulisan............................................................................ 2
1.4 Manfaat .......................................................................................... 2
v
BAB III Tinjauan Kasus .............................................................................. 13
BAB IV Pembahsan ....................................................................................... 35
BAB V Penutup .............................................................................................. 37
Daftar Pustaka ……………………………………………………....... 39
vi
BAB 1
PENDAHULUAN
Asma merupakan salah satu penyakit kronis yang tidak menular. Penyakit
asma telah mempengaruhi lebih dari 5% penduduk dunia, dan beberapa indicator
telah menunjukkan bahwa prevalensinya terus menerus meningkat, khususnya
pada anak-anak (Global Astma Network, 2014). Asma merupakan suatu keadaan
dimana saluran nafas mengalami penyempitan karena hiperaktivitas terhadap
rangsangan tertentu yang menyebabkan peradangan dengan manifestasi wheezing,
sesak nafas, dan batuk terutama pada malam dan pagi hari. Penyakit ini pada
umumnya dimulai sejak masa anak-anak. (Wong, 2009). Maka dari itu asma perlu
diberikan asuhan keperawatan yang benar dan tepat karena untuk mengurangi rasa
sesak yang dialami dan memberikan rasa nyaman pada penderita asma bronkial.
Menurut WHO (World Health Organization) tahun 2013, 235 juta orang di
seluruh dunia menderita asma dengan angka kematian lebih dari 8% di negara-
negara berkembang yang sebenarnya dapat dicegah. National Center for Health
Statistics (NCHS) pada tahun 2014, mengatakan bahwa prevalensi asma menurut
usia sebesar 9,5% pada anak dan 8,2% pada dewasa, sedangkan menurut jenis
kelamin 7,2% laki-laki dan 9,7% perempuan. Di Indonesia, berdasarkan Riset
Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2018 mendapatkan hasil prevalensi
nasional untuk penyakit asma pada semua umur adalah 2,4 %. Saat penulis dinas
di rumah sakit wiyung sejahtera pada tahun 2018 didapatkan anak-anak yang
mengalami asma sebanyak 4 orang.
1
Asma dapat disebabkan oleh berbagai bahan allergen seperti debu, makanan atau
pun cuaca dingin. Orang yang mengalami asma akan mengalami penyempitan
jalan nafas sehingga tidak segera ditangani akan mengakibatkan komplikasi yang
serius seperti pnemoutorak, gagal nafas dan lain sebagainya. Diagnosis
keperawatan yang paling sering muncul terjadi pada anak yang mengalami asma
adalah ketidakefektifan bersihan jalan nafas. Tindakan mandiri atau intervensi
keperawatan yang dilakukan oleh perawat adalah kaji TTV dan auskultasi bunyi
nafas, berikan posisi yang nyaman, bantu latihan nafas dalam, monitor status
oksigen pasien dan batuk efektif dan kolaborasi pemberian obat seperti nebulizer.
2
BAB 2
TINJAUAN TEORI
2.1 Konsep Oksigenasi
2.1.1 Pengertian Oksigenasi
Kebutuhan oksigen merupakan kebutuhan dasar manusia yang
digunakan untuk kelangsungan metabolisme sel tubuh
mempertahankan hidup dan aktivitas berbagai organ atau sel.
Oksigenasi adalah peristiwa menghirup udara dari luar yang
mengandung Oksigen (O2 ) kedalam tubuh serta menghembuskan
Karbondioksida (CO2 ) sebagai hasil sisa oksidasi. (Koes Irianto,
2004)
2.1.2 Anatomi fisiologi system pernapasan
Anatomi dan fisiologi dari saluran pernafasan yaitu :
1. Hidung
Hidung Merupakan alat pernapasan yang terletak di bagian luar
tubuh dan tersusun atas tulang rawan
Fungsi hidung :
a. Bekerja sebagai saluran udara pernafasan
b. Sebagai penyaring udara pernafasan
c. Dapat menghangatkan udara pernapasan oleh mukosa.
Bagian bagian hidung :
a. Bagian dinding luar terdiri dari kulit
b. Lapisan tengah terdiri dari otot-otot dan tulang rawan
c. Lapisan dalam terdiri dari lapisan selaput lendir yang berlipat-
lipat yang dinamakan karang hidung ( konka nasalis ) yang
berjumlah tiga buah :
1. Konka nasalis inferior ( karang hidung bagian bawah )
2. Konka nasil media ( karang hidung bagian tengah )
3. Konka nasil superior ( karang hidung bagian atas )
2. Faring
Faring (tenggrokan ) merupakan sebuah tabung fubromuskular
yang terletak di depan tulang leher. Faring terbagi menjadi tiga
3
yaitu nasofaring, orofaring, dan hipofaring. Struktur ini berfungsi
untuk saluran udara dan makanan.
Bagian bagian :
a. NasoFaring terletak,diantara koane sampai langit-langit lunak.
b. Orofaring terletak dibelakang rongga mulut,diantar langit-
langit lemak
c. Laringofaring,terletak diantara tulang hioid sampai belakang
laring (Koes Irianto, 2004)
3. Laring
Laring atau pangkal tengorok merupakan saluran udara dan
bertindak sebagai pembentukan suara, terletak di depan bagian
faring sampai ketinggian vertebra servikalais dan masuk kedalam
trakea di bawahnya. (Koes Irianto, 2004)
Fisiologi Respirasi
1. Ventilasi
Proses ventilasi terbagi menjadi dua tahap yaitu inspirasi dan
ekspirasi. Pada saat inspirasi terjadi kontraksi otot-otot
diafragma dan intercostal sementara pada ekspirasi terjadi
relaksasi. Keluar masuknya udara pada paru-paru dipengaruhi
oleh perubahan tekanan (Hukum Boyle). Udara akan masuk
dari area yang tinggi tekanan ke area yang rendah tekanannya.
2. Disfusi
Difusi merupakan perpindahan tekanan tinggi ke rendah. Hal
ini mempengaruhi dalam pertukaran oksigen dan CO2.
Sebelumnya kita harus tahu berapa kadar oksigen dan CO 2
pada tekanan udara normal (760 mmHg). Kadar oksigen adalah
21% (159 mmHg) sementara kadar CO2 adalah 0.04%. (0.3
mmHg). Sementara semakin tinggi daerahnya tekanan udara
normal juga akan semakin rendah.
3. Transport
4
Transport gas terjadi pada darah dan terbagi menjadi dua jenis
transport yaitu O2 dan CO2. Pada transport O2, 98% Oksigen
akan terikat dengan hemoglobin dan menghasilkan
oksihemoglobin dengan adanya sarturasi. Sarturasi merupakan
pengikatan lengan Hb dengan O2. HbO2 akan langsung
dipindahkan ke jaringan dan digunakan untuk metabolisme.
Sisa kira-kira 2% ditransport melalui plasma darah. Transport
CO2 terjadi karena beberapa komponen pada darah seperti
plasma, hemoglobin, dan ion bicarbonat.
4. Kontrol Repirasi
Kontrol Respirasi diatur oleh medulla oblongata pada bagian
yang disebut medullary rhytmicity Area. Sementara apabila
terjadi kelainan-kelainan dalam respirasi akan diatur oleh
bagian pons (Pneumotaxic dan Apneustic Area ). Selain itu
juga terdapat chemoreseptor. Chemoreseptor terbagi menjadi
dua jenis yaitu central dan perifer. Chemoreseptor Perifer
adalah badan aortic dan carotid. Kedua bagian ini berfungsi
untuk mengatur PO2, PCO2, dan pH pada darah. Informasi ini
akan dikirimkan via N.Vagus dan Glossopharingeal.
5
2.2.2.6 Sekresi yang tertahan
2.2.2.7 Merokok aktif atau pasif
2.2.3 Patofisiologi
Proses pertukaran gas dipengaruhi oleh ventilasi, difusi dan
trasportasi. Proses ventilasi (proses penghantaran jumlah oksigen
yang masuk dan keluar dari dan ke paru-paru), apabila pada proses
ini terdapat obstruksi maka oksigen tidak dapat tersalur dengan
baik dan sumbatan tersebut akan direspon jalan nafas sebagai
benda asing yang menimbulkan pengeluaran mukus. Proses difusi
(penyaluran oksigen dari alveoli ke jaringan) yang terganggu akan
menyebabkan ketidakefektifan pertukaran gas. Selain kerusakan
pada proses ventilasi, difusi, maka kerusakan pada transportasi
seperti perubahan volume sekuncup, afterload, preload, dan
kontraktilitas miokard juga dapat mempengaruhi pertukaran gas
(Brunner & Suddarth, 2002).
Sesak nafas
batuk batuk
Subjektif :
6
1. dyspnea
2. sulit bicara
3. ortopnea
Objektif:
1. gelisah
2. sianosis
3. bunyi nafas menurun
4. frekuensi nafas berubah
5. pola napas berubah
2.2.5 Penatalaksanaan
Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif
2.2.5.1 Pembersihan jalan nafas
2.2.5.2 Latihan batuk efektif
2.2.5.3 Suctioning
2.2.5.4 Jalan nafas buatan
2.2.6 Komplikasi
2.2.6.1 Sesak napas.
2.2.6.2 Jantung berdetak cepat.
2.2.6.3 Berkeringat dan mengigil.
2.2.6.4 Hilang nafsu makan
7
c. Anak : 20 - 25 x/mnt
d. Dewasa : 15 - 20 x/mnt
e. Dewasa tua : volume residu meningkat, kapasitas vital menurun
4. Riwayat kesehatan keluarga
Dalam hal ini perlu dikaji apakah ada anggota keluarga yang
mengalami masalah / penyakit yang sama.
5. Riwayat sosial
Perlu dikaji kebiasaan-kebiasaan klien dan keluarganya, misalnya :
merokok, pekerjaan, rekreasi, keadaan lingkungan, faktor-faktor
alergen dll.
6. Riwayat psikologis
Disini perawat perlu mengetahui tentang :
a. Perilaku / tanggapan klien terhadap masalahnya/penyakitnya
b. Pengaruh sakit terhadap cara hidup
c. Perasaan klien terhadap sakit dan therapi
d. Perilaku / tanggapan keluarga terhadap masalah/penyakit dan
therapy
7. Riwayat spiritual
8. Pemeriksaan fisik
2.3.2 Diagnosa keperawatan (SDKI,2018)
2.3.2.1 Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan spesme jalan
nafas
2.3.2.2 Gangguan penyempitan ventilator berhubungan dengan hambatan
upaya napas
2.3.2.3 Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidak seimbangan
ventilasi
2.3.2.4 Gangguan ventilasi spontan berhubungan dengan gangguan
metabolism
2.3.2.5 Pola napas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya nafas
2.3.2.6 Resiko aspirasi berhubungan dengangangguan menelan
2.3.2.7 Asietas berhubungan dengan ancaman terhadap konsep diri
8
2.3.3 Rencana Keperawatan
9
1. Monitor batuk efektif
R: Agar mengetahui mengenaik batuk efektif pada pasien
2. Monitor pola nafas
R: Agar tau mengenai pola nafas pada pasien sudah kembali
normal atau belum
3. Monitor adanya sumbatan jalan nafas
R : Agar mengetaahui apakah ada sumbatan jalan nafas atau
tidak
4. Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
R: Jelaskan kepada pasien bahwa mau melakukan tindakan
agar pasien mengerti
4. Ansietas
Tujuan: setelah di lakukan 1x 24 jam pasien mampu
menghilangkan rasa kecemasan pada dirinya
KH:
Tidak mengalami pusing, pasien agak sedikit pucat (cemas ),
tekanan darah normal
1. Identifikasi saat tingkat ansietas berubah
2. Monitor tanda tanda ansietas
3. Latih teknik relaksi
4. Motivasi mengidentifikasi situasi yang memicu
kecemasan
10
R/: Pasien mengatakan mau mencoba untuk tarik nafas yang di
anjurkan perawat
c. menidentifikasi dan mengelola kepatenan jalan nafas
R/: Pasien terlihat kurang mampu untuk bernapas
d. melakakukan fisotrapi dada
R/: pasien mau dilakukan fisiotrapi dada oleh perawat
e. memberikn oksigen
R/: pasien mangatakan bernapasan nya sudah mulai tidak susah
11
2.3.5 Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan mungukur keberhasilan dari rencana
dan pelaksanaan tindakan keperawatan yang dilakukan dalam
memenuhi kebutuhan klien. Evaluasi dalam keperawatan
merupakan kegiatan dalam menilai tindakan keperawatan yang
telah ditentukan, untuk mengetahui pemenuhan kebutuhan klien
secara optimal dan mengukur hasil dari proses keperawatan.
Menurut Supratitno dalam, Wardani,2013 evalasi disusun
menggunakan SOAP
12
BAB 3
TINJAUAN KASUS
3.1 Biodata
Umur : 33 Tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : Wiraswata
Alamat : Surabaya
Golongan darah :O
13
membaik dan semakin memburuk hingga mengganggu tidur pasien. Pasien
terlihatn gelisah pada saat sesak nfas dan batuk. Pada waktu pasien sesak
nafas pasien selalu merasakan gelisah tidak tenang sehingga pasien susah
untuk melakukan aktivitas, Pada waktu diperiksa oleh perawat dan dokter
terdapat suara paru ronchi dan wheezing yang mengakibatkan nafasnya
tidak beraturan respirasinya atau pernapasannya menjadi 26x/menit.
2. Riwayat Penyakit Dahulu :
a. Pernah dirawat : Ya, Kapan : 12-01-2020
Diagnosa : Sesak Nafas ( Asama Bronkiale )
b. Penyakit kronik dan menular : Ya, Diagnosa : Asma
c. Alergi : Ya, Jenis (obat/makanan): alergi debu
d. Oprasi : Tidak
3. Penyakit yang pernah diderita keluarga : Tidak
14
Warna : Putih Kekuningan
Bau : Menyengat
b. Ekspansi Paru : Simetris
c. Irama Nafas : Simetris
d. Jenis : Dispnoe
e. Suara Nafas : Ronchi
f. Alat Bantu : Ya, Jenis : Oksigen Masker Flow 5 lpm
g. Deviasi Trakea : Tidak
h. Pernapasan Cuping Hidung: Ya
i. Retraksi supraclavicula : Tidak
j. Retraksi otot intercostalis/otot bantu nafas : Tidak
k. Perkusi dada : sonor/resonan
l. Vocal/tactile fremitus : Simetris
m. Sianosis : Sentral (lidah/mukosa)
n. Peningkatan tekanan vena jugularis : Tidak
o. Clubbing fingers : Tidak
p. Lain-lain: pasien mengatakan masih sesak nafas. Pasien mengatakan
masih batuk, masih sulit mengeluarkan dahak, setelah mendapat obat dari
dokter dahak mulai keluar sedikit-sedikit, dahak berwarna putih
kekuningan dan sedikit lengket. nadi 100 x/mnt, respirasi 26 x/mnt,
Masalah Keperawatan: Bersihan jalan nafas tidak efektif
3.5 Kardiovaskuler B2 (Blood)
a. Keluhan Nyeri Dada : Ya
b. Lokasi nyeri : Dada Sebelah Kiri
c. Kualitas nyeri: 1-10 nyerinya di angka 5 Waktu : 1menit nyeri hilang
d. Irama Jantung : Ireguler
e. S1/S2 Tunggal : Ya
f. Suara Jantung : Normal (lub-lub)
g. Palpitasi : Ya
h. Edema : Ya
i. Syncope : Ya
j. Hipotensi orthostatic/orthopnoe : Tidak
15
k. Akral : Hangat
l. JVP : Normal
Masalah Keperawatan: tiadak ada masalah keperawatan
3.6 Persyarafan B3 (Brain)
1. GCS : 14 Eye: 4 Verbal : 5 Motorik : 6 Total : 29
2. Reflek Fisiologis : Patella
3. Reflek Patologis : Budzinzky
4. Keluhan Pusing/Vertigo : Tidak
5. Pupil : Isokor
6. Sklera/Konjunctiva : Ikterus
7. Gangguan Pandangan : Tidak
8. Gangguan Pendengaran : Tidak
9. Istirahat/ Tidur : 7jam Jam/Hari
10. Gangguan Tidur : Ya
11. Gangguan Syaraf Cranialis: Tidak
12. Gangguan Memori/Ingatan: Tidak
13. Afasia Motorik/Sensorik : Tidak
14. Gangguan Penciuman/Pembauan/Pengecapan : Tidak
15. Neuropati : Tidak
16. Kejang : Tidak
17. Battle Sign : Tidak
Masalah Keperawatan: tidak ada masalah keperawtan
3.7 Perkemihan B4 (Bladder)
1. Kebersihan : Bersih
2. Produksi urine : jumlah :300cc ml/hari/jam warna : kuning
bau :berbau khas
3. Alat bantu (kateter dll) : Tidak
4. Kandung kencing :
Membesar : Tidak
Nyeri Tekan : Tidak
Masalah Keperawatan: tidak ada masalah keperawatan
16
3.8 Pernapasan B5 (Bowel)
a. Mulut : Bersih
b. Muksosa : Kering
c. Gigi : Lengkap
d. Abdomen : Abdomen
Nyeri tekan : Tidak
Luka operasi : Tidak
e. Peristalyok : 15x/menit
f. Bab : 1x/hari Terakhir tanggal:15 juli 2020
Konsistensi : Lunak
g. Diet : Lunak
h. Nafsu Makan : Menurun
i. Porsi makan : Tidak
j. NGT : Tidak
k. Mual Muntah : Tidak
l. Strie : Tidak
m. Psoas Sign : Tidak
n. Obstrurator sign : Tidak
Masalah Keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan
3.9 Muskuloskeletal B6 (Bone)
a. Kemampuan pergerakan sendi : Bebas
b. Kekuatan otot 5 5
5 5
c. Kelainan ekstremitas : Tidak
d. Kelainan tulang belakang : Tidak
e. Fraktur : Tidak
f. Traksi/ spalk/ gips : Tidak
g. Kompartemen syndrome : Tidak
h. Kulit : Sianosis dan Kemerahan
i. Turgor : Kurang
j. Edema : Tidak
17
k. Lain – lain : Pasien juga mengeluh badan terasa lemas belum bisa
beraktifitas sehingga kebutuhan dibantu perawat dan keluarga,
respirasi pasien 26x/menit, tekanan dara pasien 100/60
Masalah Keperawatan: Intoleransi Aktifitas
3.10 Endokrin
1. Tyroid membesar : Tidak
2. Pembesaran kelenjar getah bening : Tidak
3. Hiperglikemi : Tidak
4. Hipoglikemi : Tidak
5. Luka ganggren : Tidak
Masalah Keperawatan: tidak ada masalah kepetawatan
3.11Personal Higiene
1. Mandi : 2x/hari
2. Sikat gigi : 2x/hari
3. Keramas : 1x/hari
4. Memotong kuku : 1minggu sekali .
5. Ganti pakaian : 2x/hari
6. Merokok : Tidak
7. Alcohol : Tidak
Masalah Keperawatan: tidak ada masalah keperawatan
3.12Psiko – sosio – spiritual
1. Persepsi klien terhadap penyakitnya : Lainnya
2. Ekspresi klien terhadap penyakitnya : Gelisah
3. Reaksi saat interaksi : Kooperatif
4. Orang yang paling dekat : Suami
5. Hubungan dengan teman dan lingkungan : Hubungan social baik
6. Kegiatan ibadah
Sebelum sakit : Sering
Selama sakit : Kadang kadang
7. Lain – lain : Pasien mengatakan cemas saat mengalami sesak nafas,
pasien sulit untuk tidur, respirasi pasien 26 x/mnt, , nadi pasien 100
x/mnt, tekanana darah pasien 100/60 mmHg
Masalah Keperawatan: Ansietas
18
3.13Data Penunjang
Radiologi: thorak AP Cor besar dan bentuk normal, Pulmo tak
tampak infiltrat atau nodul, corakan bronkovaskular normal.
Kesan: cor dan pulmo tidak tampak kelainan
3.14Terapi Tindakan
Pasien mendapat infus D5% + Aminophiline 20 tpm, nebulizer 2 x
1 Ventolin 1 ampul, Dexamethasone 2 x 1 ampl.
19
3.15Daftar Masalah Keperawatam
3.16Analisa Data
DO : Sesak nafas
- pasien
terlihat
tahanan jalan napas naik
gelisah
- nadi
100x/mnt,
respirasi 26 ketegangan otot inpirasi
x/mnt, naik
- Hasil
auskultasi
paru
ronkhi (+), venstilisasi terganggu
whezing
(+). batuk batuk
- Tekanan
darah
100/60 Bersihan jalan nafas tidak efektif
mmHg
sesak napas
Ansietas
frekuensi napas meningkat
DS : Px mengatakan
Cemas saat
mengalami sesak cemas
nafas.
ansietas
DO :
20
- pasien
tampak
gelisah
- pasien
terlihat
cemas
- nadi
100 x/mnt,
respirasi 26
x/mnt
DS : pasien
menurun
mengatkan badan
terasa lemas belum
bisa beraktifitas obstruksi saluran napas
sehingga kebutuhan
dibantu perawat dan
keluarga.
sukar bernapas (dipsnea)
DO :
- pasien
tampak napas cepat dan dangkal
lemas dan
tidak dapat
melakukan
sukar berkatifitas
aktifitasnya
secara
mandiri
- RR :
kelemahan
26x/menit
- Nadi
100x/menit
- Aktifitas intoleransi aktifitas
sehari hari di
bantu oleh
kluarga dan
perawat
21
3.17Diagnosa Keperawatan
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan
keberishan jalan napas tidak efektif di tandai dengan pencetus
serangan seperti kebanyakan beraktivitas akan menjadikan
sesak nafas tahanan jalan nafas akan meningkat ketegangan
otot inspirasi akan meningkat akan muncul batuk-batuk
menjadi masalah keperawatannya bersihan jalan nafas tidak
efektif bisa di tandai denganspames jalan nafas di tandai
dengan mengatakan masih batuk, masih sulit mengeluarkan
dahak respirasi pasien 100x/mnt, respirasi 26 x/mnt, Hasil
auskultasi paru pasien ada suara nafas ronkhi dan wezzing.
2. Ansietas berhubungan dengan ancaman terhadap kematian diri
di tandai dengan Sesak nafas yang mengakibatkan frekuensi
napas meningkat akan menjadikan pasien mengalami cemas
memunculkan ansietas
22
3. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan
antara suplai dan kebutuhan oksigen menjadi obstruksi saluran
nafas atau dipsnea mempengaruhi nafas cepat dan dangkal
sukar beraktivitas menjadi kelemahan masalah keperawatan
intoleransi aktivitas muncul bisa di tandai dengan Pasien juga
mengeluh badan terasa lemas belum bisa beraktifitas sehingga
kebutuhan dibantu perawat dan keluarga.
23
3.18Intervensi Keperawatan
HARI/
WAKT
MASALAH RENCANA RASIONAL
TANGG U
AL
24
15 detik adanya sesak
- Membersihk
an saluran
Pemantauan
nafas dari
respirasi
sekret agar
nafas dapat
- Monitor
adekuat
frekuensi,
irama - Mengukur
kedalaman kekuatan
dan upaya paru2 dalam
napas proses
- Monitor ekspirasi dan
adanya inspirasi
sumbatan - Mempenuhi
Jalan nafas kebutuhan
- Auskultasi oksigen
bunyi nafas paru2 yang
adekuat.
- Mempenuhi
kebutuhan
oksigen
paru2 yang
adekuat.
- Auskultasi
dengan
menggunaka
n stetoskop
25
energy tidak merasa
- Periksa cemas
ketegangan - Membaca
otot, buku dan
frekuaensi menengrkan
nadi, music
tekanan - Mendata
nadi, tekan akibat
darah, dan penurunan
suhu seblum energy
dan sesudah - Mengetahui
latihan
kondisi paru
paru
- Gunakakan
- Pakaian
pakaian
longgar
longgar
dapat
- Anjurkan membebaska
mengambil n gerak dada
posisi dan organ
nyaman paru,
- Anjurkan memakai
rileks dan baju tipis
merasakan - Posisi
sensasi setengah
relaksasi duduk dapat
- Anjurkan mengurangi
sering tekanan
mengulangi
organ paru
oleh
atau melatih
diafragma.
teknik yang
- Pasien rileks
di pilih
organ tubuh
akan tidak
terganggu
- Sering
melakukan
teknik yang
disukai
misalnya
membaca,
mendengark
an music
atau gerkana
otot
26
2020 Tujuan: selama 1x24 aktivitas - Mencegah
jam pasien mampu terjadinya
- Monitor kelemahan fisik
berkatifitas kembali
kelelahan fisik - Membatu atau
1. KH: Beraktivitas dan emosional mecegah
tanpa disertai - Lakukan latihan terjadinya
kekauan otot
peningkatan rentang gerak
- Membuat
2. Ttv normal pasif dan aktif menumbuhkan
3. Ventilasi adekuat - Berikan rasa nyaman dan
aktivitas menhutangi apa
distraksi yang yang di rasakan
menenangkan - melatih kekuatan
- Anjurkan otot
- melatih
melakukan
ketengangan
aktivitas secara otot dengan cara
bertahap gerak kaki dan
- Ajarkan tangan Dengan
strategi koping mengetahui
untuk strategi koping
akan membuat
mengurangi
fisik maupun
kelelahan
psikologis akan
- Kolaborasi rileks.
dengan ahli gizi - memberikan
tentang cara makanan 4 sehat
meningkatkan 5 sempurna,
asupan Mengetahui
kebutuhan
makanan
nutrisi yang
dibutuhkan.
Terapi aktifitas - Mengetahui
tingkat
- Identifikasi kelemahan fisik.
defisit tingkat - Memberikan
aktifitas atau masukan
- Fasilitasi focus - Kekuatan otot
pada dapat terbentuk
kemampuan apabila motorik
bukan defisit sudan membaik.
yang di alami
- Fasilitasi
aktivitas motoric
untuk meralakasi
otot
27
3.19Implementasi
HARI/
28
08:15 - Memberikan nebul sesuai Windy
aturan
R/ : Pasien terlihat kurang
mampu untuk bernapas
- Memberikan oksigen
08:30 R/: pasien mulai tenang Windy
29
09:10 - Berkolaborasi dengan ahli gizi
dalam pemenuhan nutrisi
R/: pasien mampu untuk makan
yang sudah di berikan atau
sudah di jadwal kan oleh dokter
Windy
3.20Evaluasi
Masalah Evaluasi
Bersihan jalan nafas tidak S: mengatakan masih sesak nafas. Pasien mengatakan masih
efektif batuk, masih sulit mengeluarkan dahak
17 Juli 2020 O:saat di auskultasin klien batuk batuk wheezing ronki dll
30
R/ : Pasien batuk saat sesak nafas (09:30)
31
atau perawat (09:56)
MASALAH EVALUASI
Bersihan jalan nafas tidak S: Pasien mengatakan masih sesak, batuk berkurang dan
efektif dahak bisa keluar, dahak berwarna putih kekuningan sudah
tidak lengket.
18 Juli 2020
O: pasien terlihat masih sesak dan dahak berwarna putih
kekuningan sudah tidak lengket , respirasi 24 x/mnt nadi
100 x/mnt
32
P: ajarkan batuk efektif dan fisiotrapi dada (clapping)
08:05 – 08 : 25
18 Juli 2020 O: pasien tidak gelisah, terlihat sudah lebih rileks dan
tenang
P: intervensi di hentikan
I:
E:
8:30 – 08;45
33
Bersihan jalan nafas tidak S: Pasien mengatakan sesak sudah banyak berkurang, tidak
efektif batuk dan dahak bisa keluar, dahak berwarna putih
kekuningan tidak lengket.
19 Juli 2020
O: Pasien terlihat sesak berkurang, terlihat sudah tidak
13:00- Selesai batuk respirasi 20 x/mnt
P : Intervensi di hentikan
I:
E:
P: intervensi di hentikan
I:
E:
34
P : mengedukasi pasien untuk proses pulang kerumah
BAB 4
PEMBAHASAN
Pada bab ini penulis akan menguraikan kesamaan dan kesenjagan antara kasus
nyata dan teori, meliputi pengkajian, diagnose, intervensi, implementasi dan
evaluasi dari masalah keperawatan Ny. P.A dengan Asma Bronkiale
4.1 Pengkajian
Pada pengkajian secara teori di dapatkan utama pada pasien dengan
masalah keperawatan utamanya bersihan jalan napas tidak efektif dengan
diagnosaasma bornkiale sesak napas , batuk, dan suara napas mengi. Hal
ini sesuai denga kasus nyata di mana Ny.P.A Juga mengalami sesak napas,
batuk dan terdengar suara mengi ( wheezing0 dan rochi saat aulkutasi.
Pada pemeriksaan fisik tidak di temukan kesenjangan antar teori dengan
35
kasus nyata, yaitu pada B1 adanya bunyi napas mengi atau(wheezing) dan
ronchi, batuk, RR 22x/menit pada Ny. P.A RR: 26x/menit, nadi dari
80x/menit, Spada Ny. P.A nadi 100 x/mnt bersihan jalan napas tidak
efektif , Pada B2 ada nyeri dada, B3 baik tidak ada masala, B4 baik tidak
ada masalah, B5 Baik tidak ada masalah, B6 lemas menajdi Masalah
keperawatan intoleransi aktifitas
4.2 Diagnosa
Diagnosa keperawatan yang di angkat pada asma bronkiale adalah
bersihan jalan napas tidak efektif, , ansietas intoleransi aktifitas , pola
napas tidak efektif.
Pada kasus nyata, diagnosa keperawatan yang diangkat adalah
adalah bersihan jalan napas tidak efektif, ansietas. intoleransi aktifitas.
Dari data diatas penulis menyimpulkan bahwa terdapat kesamaan antara
diagnosa keperawatan secara teori dan diagnosa keperawatan pada kasus
nyata yaitu, sama – sama mengangkat diagnosa keperawatan bersihan
jalan napas tidak efektif.
4.3 Intervensi
Dalam teori intervensi yang didapatkan yaitu kaji TTV dan
auskultasi bunyi nafas, memberikan posisi yang nyaman, tingkatkan
masukan cairan dengan memberikan air hangat, dorong atau bantu latihan
nafas dalam dan batuk efektif, kolaborasi pemberian nebulizer, sedangkan
pada kasus nyata Identifikasi kemampuan batuk, Identifikasi dan
mengelola kepatenan jalan nafas , Lakukan fisotrapi dada, Berikn oksigen,
Monitor pola nafas , Posiskan semi fowler atau fowler, Auskultasi bunyi
nafas
4.4 Implementasi
Pada saat di lakukan tindakan keperawatan, klien sangat kooperatif
terhadap semua tindakan yang di berikan yaitu menjelaskan bahwa sesak
yang di alami klien karena adanya penumbukan scret, terdapat bunyai
napas rongki dan wheezing, memeriksa pemeriksaan fisik keadaan umum
36
kesan sakit sedang, kesadaran compos mentis, tekanana darah 100/60
mmHg, nadi 100 x/mnt, respirasi 26 x/mnt, suhu aksila 36,3 °C
4.5 Evaluasi
Evaluasi pada diagnose keperawatan yang didapat pada pasien
setelah dilakukan tindakan keperawatan pada diagnose prioritas yaitu
bersihan jalan nafas tidak efektif teratasi pada hari ke 3, pasien sudah
benyak berkurang sesaknya, tidak ada batu lagi, dahak bisa keluar dahak
berwana putih kekuningan dan tidak lengket, respirasi sudah normal
20x/menit Hal ini karena intervensi yang diberikan sesuai dengan intruksi
dokter dan pasien serta keluarga juga kooperativ saat dilakukan tindaan
keperawatan. Pada diagnose ke dua, anietas teratasi pada hari kedua,
pasien suda bisa rileks dan tenang, pasien sudah tidak merasa cemas Hal
ibi karena intervensi yang diberikan sesuai dengan intruksi dokter dan
pasien serta keluarga juga kooperatif saat dilakukan tindakan keperawatan.
Pada diagnose ketiga yaitu intoleransi aktifitas dapat teratasi sebagian
hari ketiga pasien mengatakan sudah mulai beraktifitas sendiri dengan di
dampingi keluarga, kekuatan tubuh pasien belum maksimal dalam artian
masih lemas
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan data dari kasus pasien Ny. P A dengan masalah diagnose
asma bronkiale , penulis, menyimpulkan sebagai berikut
5.1.1. Pengkajian
pengkajian merupakan tahap awal. Hasil pengkajian pada Ny. P.A
px mengatakan masih sesak nafas. Pasien mengatakan masih batuk,
masih sulit mengeluarkan dahak, Ada suara wheezing dan ronkhi.
37
Hasil TTV TD: 100/60 mmHg, nadi 100 x/mnt, respirasi 26 x/mnt,
suhu aksila 36,3 °C.
5.1.2. Diagnosa
Diagnosa yang diangkat pada pasien pada pasien asma bronkiale
adalah bersihan jalan nafas tidak efektif, ansietas dan intoleransi
aktifitas, tetapi diagnose utama bersihan jalan nafas tidak efektif
5.1.3. Intervensi
5.1.4. Implementasi
Implementasi yang diberikan sama dengan intervensi yang ada.
5.1.5. Evaluasi
Evaluasi yang didapatkan pada diagnosis pertama dapat teratasi
karena pasien sudah tidak sesak dan batuk
5.2 Saran
5.2.1 Bagi Mahasiswa
Saran bagi mahasiswa agar lebih memperdalam pengetahuan
tentang asma bornkiale dan bagaimana penanganan dari penyakit tersebut
38
terutama dalam mengatasi masalah keperawatan yang muncul pada pasien
akibat penyakit tersebut. Hal itu dapat membantu mahasiswa ketika
dilapangan menemukan pasien dengan asma bronkiale.
5.2.2 Bagi Perawat
Saran bagi perawatan agar dalam melakukan asuhan keperawatan
kepada pasien status arthmatikus, lebih diperhatikan lagi masalah
keperawatan yang muncul dan perlu dilakukan pengkajian yang lebih teliti
agar masalah keperawatan yang dialami pasien dapat diatasi dan
kebutuhan pasien dapat terpenuhi.
39
DAFTAR PUSTAKA
Snell, Richard S. 2006. Anatomi Klinik Ed.6. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran.
40