Anda di halaman 1dari 68

SEMINAR KASUS KEPERAWATAN GERONTIK

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA NY.M DENGAN


DIAGNOSA DEMENSIA DI PANTI WERDHA
HARGO DEDALI SURABAYA

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 2
1. Alwi Hasan (2022.04.001)
2. Carona Paula L (2022.04.002)
3. Hanifah Roosyidah A (2022.04.005)
4. Helmut Jebatu (2022.04.006)
5. Karen Shinta Andini P (2022.04.009)
6. Liftania Ramadhannela (2022.04.011)
7. Marcho Samuel H (2022.04.012)
8. Marselinus Ditiolebit (2022.04.015)
9. Meri Kartika (2022.04.017)
10. Novita Wulandari (2022.04.019)
11. Sarmaulina Oktaviana S (2022.04.022)
12. Vernika Sara (2022.04.024)
13. Veronika Sri Fatima (2022.04.025)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WILLIAM BOOTH
SURABAYA
2022
LEMBAR PENGESAHAN

SEMINAR KASUS KEPERAWATAN GERONTIK


ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA NY.M DENGAN
DIAGNOSA DEMENSIA DI PANTI WERDHA
HARGO DEDALI SURABAYA

Disusun untuk memenuhi tugas Keperawatan Gerontik pada Profesi Ners


Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
William Booth Surabaya

Mengetahui
Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik

(Etcycha Sari. S.Kep.,Ns,.M.Kes) (Nindy S. Kiuk. S.Kep., Ns)

Ketua Yayasan Panti Werdha

(Dra. Endang Sinar Gijanti)

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmatnya
sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas Seminar Kasus tentang “Asuhan
keperawatan gerontik pada Ny.M dengan diagnosa demensia di panti Werdha
Hargo Dedali Surabaya”. Asuhan keperawatan ini berisi dari beberapa point
diantaranya diagnose, intervensi dan implementasi dalam asuhan keperawatan
gerontik. Dalam penyusunan penulisan kami untuk memenuhi tugas pada
keperawatan gerontik pada Profesi Ners ini tidak lepas dari bimbingan dan bantuan
berbagai pihak, maka dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih
kepada:

1. Lina Mahayaty,M.Kep.,Ns.,Sp.Kep.An selaku Ketua Stikes William Booth


Surabaya
2. Retty Nirmala S.S.Kep.,Ns.M.Kep selaku Kaprodi Profesi Ners
3. Etyca Sari S.Kep., Ns., M.Kep selaku dosen pembimbing keperawatan gerontik
yang telah memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis
4. Dra. Endang Sinar Gijanti selaku ketua Yayasan yang telah memberikan kami
kesempatan untuk bisa menimba ilmu di Panti Werdha Hargo Dedali Surabaya
ini
5. Nindy S.Kiuk. S.Kep.,Ns selaku pembimbing klinik yang telah memberikan
bimbingan dan arahan kepada penulis

Surabaya, 29 September 2022

Penulis.

3
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................... 2


KATA PENGANTAR ............................................................................................ 3
DAFTAR ISI ........................................................................................................... 4
BAB 1 PENDAHULUAN ...................................................................................... 5
1.1 Latar Belakang ........................................................................................... 5
1.2 Tujuan ........................................................................................................ 7
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................ 8
2.1 Konsep Lansia (Lanjut Usia) ..................................................................... 8
2.2 Konsep Demensia .................................................................................... 13
2.3 Konsep Asuhan Keperawatan .................................................................. 37
BAB 3 TINJAUAN KASUS................................................................................. 43
BAB 4 PEMBAHASAN ...................................................................................... 77
4.1 Pengkajian ................................................................................................ 77
4.2. Diagnosa Keperawatan ........................................................................... 77
4.3 Intervensi Keperawatan ............................................................................ 78
4.4 Implementasi Keperawatan ...................................................................... 79
4.5 Evaluasi Keperawatan .............................................................................. 80
BAB 5 PENUTUP ............................................................................................... 81
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 83
DOKUMENTASI ................................................................................................. 84

4
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Demensia merupakan jenis penyakit tidak menular, tetapi mempunyai
dampak yang membahayakan bagi fungsi kognitif lansia. Demensia adalah
keadaan ketika seseorang mengalami penurunan daya ingat dan daya pikir lain
yang secara nyata mengganggu aktivitas kehidupan sehari-hari (Nugroho,
2018). Kriteria demensia yaitu kehilangan kemampuan intelektual, termasuk
daya ingat yang cukup berat, sehingga dapat mengganggu fungsi sosial dan
pekerjaan (Santoso&Ismail, 2017). Demensia adalah suatu sindroma penurunan
kemampuan intelektual progresif yang menyebabkan deteriorasi kognisi dan
fungsional, sehingga mengakibatkan gangguan fungsi sosial, pekerjaan dan
aktivitas sehari-hari. Demensia bukanlah suatu penyakit yang spesifik.
Demensia merupakan istilah yang digunakan untuk mendeskripsikan kumpulan
gejala yang bisa disebabkan oleh berbagai kelainan yang mempengaruhi otak.
Seorang penderita demensia memiliki fungsi intelektual yang terganggu dan
menyebabkan gangguan dalam aktivitas sehari-hari baik dari pola aktivitas,
pola nutrisi, pola tidur maupun hubungan dengan orang sekitarnya. Penderita
demensia juga kehilangan kemampuan untuk memecahkan masalah,
mengontrol emosi, dan bahkan bisa mengalami perubahan kepribadian dan
masalah tingkah laku seperti mudah marah dan berhalusinasi. Seseorang
didiagnosa demensia bila dua atau lebih fungsi otak, seperti ingatan dan
keterampilan berbahasa menurun secara signifikan tanpa disertai penurunan
kesadaran (Turana, 2019).
Menurut World Alzheimekanr Report (2018), terdapat 46,8 juta orang
dinyatakan terkena demensia di dunia. Sedangkan di Asia terdapat 22,9 juta
penderita demensia dan di Indonesia pada tahun 2017, lansia yang menderita
demensia diperkirakan sebesar 1,2 juta jiwa, dan masuk dalam sepuluh Negara
dengan demensia tertinggi di dunia dan di Asia Tenggara 2018 dan usia diatas
60 tahun merupakan usia yang rentan terkena demensia Menurut Alzheimer’s
Disease International (2017). Data yang didapatkan dari dinas kesehatan
didapatkan bahwa penderita demensia di Malang sebesar 2800 lansia terkena
demensia (Dinkes provinsi jawa timur, 2016). Data lansia yang berada di Griya

5
Asih Lawang pada tahun 2017 sebanyak 22 lansia yang mengalami tanda dan
gejala demensia.
Ada beberapa dampak jika fungsi kognitif pada lansia demensia tidak
diperbaiki. Dampak tersebut yaitu menyebabkan hilangnya kemampuan lansia
untuk mengatasi kehidupan sehari-hari seperti, toileting, mandi, makan, dan
gangguan pola tidur (Hutapea, 2019). Demensia juga berdampak pada
pengiriman dan penerimaan pesan atau disebut kerusakan memori, risiko jatuh,
defisit perawatan diri, gangguan pola tidur. Tetapi peneliti lebih tertarik
kegangguan pola tidur karena jika tidak teratasi dapat menyebabkan berbagai
gejala salah satunya terdapat kantung mata, tidak konsen dalam bekerja.
Dampak pada penerimaan pesan, antara lain: lansia mudah lupa terhadap pesan
yang baru saja diterimanya; kurang mampu membuat koordinasi dan
mengaitkan pesan dengan konteks yang menyertai; salah menangkap pesan;
sulit membuat kesimpulan. Dampak pada pengiriman pesan, antara lain: lansia
kurang mampu membuat pesan yang bersifat kompleks; bingung pada saat
mengirim pesan, sering terjadi gangguan bicara; pesan yang disampaikan salah
(Nugroho, 2017). Penelitian lain dari Wreksoatmodjo (2018), menyatakan
bahwa aktivitas fungsi kogntif yang buruk akan memperbesar resiko fungsi
kogntif yang buruk dan mengganggu pola tidur dikalangan lansia.
Upaya yang dapat dilakukan oleh tenaga keperawatan untuk mencegah
penurunan fungsi kognitif pada lansia demensia yaitu dengan terapi kolaboratif
farmakologis dan terapi non farmakologis. Disini peran perawat sendiri adalah
memberikan asuhan keperawatan pada lansia seperti melakukan intervensi yang
sesuai dengan keluhan yang dialami lansia sehingga keluhan lansia dapat
teratasi sehingga kemampuan kognitif maupun motorik dapat meningkat.
Perawat juga dituntut untuk membantu dalam pemenuhan sehari-hari lansia
sehingga diharapkan kualitas hidup lansia dapat meningkat dan para lansia bisa
hidup produktif diusia senja mereka. Disini perawat juga memberi dukungan
dalam kehidupan lansia dan mempersiapkan mereka untuk menghadapi
kematian mereka (Suwandari, 2018).

6
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui tentang proses asuhan keperawatan pada Ny. M dengan


Demensia di Panti Werdha Hargo Dedali Surabaya.

1.2.2 Tujuan Khusus

1. Mampu melakukan pengkajian keperawatan pada lansia dengan demensia


di Panti Werdha Hargo Dedali Surabaya.
2. Mampu menentukan diagnosa keperawatan pada lansia dengan demensia di
Panti Werdha Hargo Dedali Surabaya.
3. Mampu melakukan intervensi keperawatan pada lansia dengan demensia di
Panti Werdha Hargo Dedali Surabaya.
4. Mampu melakukan implementasi keperawatan pada lansia dengan
demensia di Panti Werdha Hargo Dedali Surabaya.
5. Mampu melakukan evaluasi pada lansia dengan demensia di Panti Werdha
Hargo Dedali Surabaya.

7
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Lansia (Lanjut Usia)
2.1.1 Definisi Lansia
Menua atau menjadi tua adalah suatu proses biologis yang tidak dapat
dihindari. Proses penuaan terjadi secara alamiah. Hal ini dapat menimbulkan
masalah fisik, mental, sosial, ekonomi dan psikologis.(Mustika, 2019). Lansia
merupakan suatu keadaan yang terjadi di dalam kehidupan manusia. Menua
merupakan proses sepanjang hidup, tidak hanya bisa dimulai dari suatu waktu
tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan. Menjadi tua merupakan proses
alamiah, yang berarti seseorang akan melewati tiga tahap dalam kehidupannya yaitu
masa anak, dewasa dan juga tua.(Mawaddah, 2020). Jika ditanya kapan seseorang
dikatakan lansia jawabannya adalah jadi kita ada dua kategori lansia yaitu kategori
usia kronologis dan usia biologis artinya adalah jika usia kronologis adalah dihitung
dalam atau dengan tahun kalender.

Di Indonesia usia pensiun 56 tahun biasanya disebut sudah lansia namun


ada Undang – undang mengatakan bahwa usia 60 tahun ke atas baru paling layak
atau paling tepat disebut usia lanjut usia biologis adalah usia yang sebenarnya
kenapa begitu karena dimana kondisi pematangan jaringan sebagai indeks usia
lansia pada biologisnya.

Pada seseorang yang sudah lanjut usia banyak yang terjadi penurunan salah
satunya kondisi fisik maupun biologis, dimana kondisi psikologisnya serta
perubahan kondisi sosial dimana dalam proses menua ini memiliki arti yang artinya
proses menua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan
kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti diri dan
mempertahankan struktur dan fungsi normalnya, sehingga tidak dapat bertahan
terhadap lesion atau luka (infeksi) dan memperbaiki kerusakan yang diderita. Hal
ini dikarenakan fisik lansia dapat menghambat atau memperlambat kemunduran
fungsi alat tubuh yang disebabkan bertambahnya umur (Friska et al., 2020).

8
2.1.2 Ciri-ciri Lansia
Menurut Oktora & Purnawan, (2018) adapun ciri dari lansia diantaranya :

1. Lansia merupakan periode kemunduran


Kemunduran pada lansia sebagian datang dari faktor fisik dan faktor psikologis
sehingga motivasi memiliki peran yang penting dalam kemunduran pada
lansia.
Misalnya lansiayang memiliki motivasi yang rendah dalam melakukan
kegiatan, maka akanmempercepat proses kemunduran fisik, akan tetapi ada
juga lansia yang memilikimotivasi yang tinggi, maka kemunduran fisik pada
lansia akan lebih lama terjadi.
2. Penyesuaian yang buruk pada lansia
Perilaku yang buruk terhadap lansia membuat mereka cenderung
mengembangkan konsep diri yang buruk sehingga dapat memperlihatkan
bentuk perilaku yang buruk akibat dari perlakuan yang buruk itu membuat
penyesuaian diri lansia menjadi buruk pula.
Contoh: lansia yang tinggal bersama keluarga sering tidak dilibatkan untuk
pengambilan keputusan karena dianggap pola pikirnya kuno, kondisi inilah
yang menyebabkan lansia menarik diri dari lingkungan, cepat tersinggung dan
bahkan memiliki harga diri yang rendah

2.1.3 Karakteristik Lansia


Karakteristik lansia menurut (Kemenkes.RI, 2017) yaitu :

1. Seseorang dikatakan lansia ketika telah mencapai usia 60 tahun keatas


2. Status pernikahan Berdasarkan Badan Pusat Statistik RI SUPAS 2015,
penduduk lansia ditilik dari status perkawinannya sebagian besar berstatus
kawin (60 %) dan cerai mati (37 %). Adapun perinciannya yaitu lansia
perempuan yang berstatus cerai mati sekitar 56,04 % dari keseluruhan yang
cerai mati, dan lansia laki-laki yang 13 berstatus kawin ada 82,84 %. Hal ini
disebabkan usia harapan hidup perempuan lebih tinggi dibandingkan dengan
usia harapan hidup laki-laki, sehingga presentase lansia perempuan yang
berstatus cerai mati lebih banyak dan lansia laki-laki yang bercerai umumnya
kawin lagi

9
3. Kebutuhan dan masalah yang bervariasi dari rentang sehat sampai sakit,
kebutuhan biopsikososial dan spiritual, kondisi adaptif hingga kondisi
maladaptive.
4. Lingkungan tempat tinggal yang bervariasi

2.1.4 Klasifikasi Lansia


Menurut Lilik Marifatul (2019) terdapat beberapa versi dalam pembagian
kelompok lansia berdasarkan batasan umur, yaitu sebagai berikut :

Menurut WHO, lansia dibagi menjadi empat kelompok, yaitu:

1. Usia pertengahan (middle age), yaitu kelompok usia 45-59 tahun


2. Lansia (edderly), yaitu kelompok usia 60-74 tahun
3. Lansia tua (old),yaitu kelompok usia 75-90 tahun
4. Lansia sangat tua (very old),yaitu kelompok usia lebih dari 90 tahun.

2.1.5 Perubahan yang terjadi pada Lansia


Semakin bertambahnya umur manusia, terjadi proses penuaan secara
degeneratif yang biasanya akan berdampak pada perubahan- perubahan pada jiwa
atau diri manusia, tidak hanya perubahan fisik, tetapi juga kognitif, perasaan, sosial
dan sexual (National & Pillars, 2020).

1. Perubahan fisik
Dimana banyak sistem tubuh kita yang mengalami perubahan seiring umur kita
seperti:
1) Sistem Indra Sistem pendengaran;
Prebiakusis (gangguan pada pendengaran) oleh karena hilangnya kemampuan
(daya) pendengaran pada telinga dalam, terutama terhadap bunyi suara atau
nada-nada yang tinggi, suara yang tidak jelas, sulit dimengerti kata-kata, 50%
terjadi pada usia diatas 60 tahun.
2. Sistem Intergumen:
Pada lansia kulit mengalami atropi, kendur, tidak elastis kering dan berkerut.
Kulit akan kekurangan cairan sehingga menjadi tipis dan berbercak.
Kekeringan kulit disebabkan atropi glandula sebasea dan glandula sudoritera,
timbul pigmen berwarna coklat pada kulit dikenal dengan liver spot.

10
3. Perubahan Kognitif
Banyak lansia mengalami perubahan kognitif, tidak hanya lansia biasanya
anak- anak muda juga pernah mengalaminya seperti: Memory (Daya ingat,
Ingatan)
4. Perubahan Psikososial
Sebagian orang yang akan mengalami hal ini dikarenakan berbagai masalah
hidup ataupun yang kali ini dikarenakan umur seperti:
1) Kesepian
Terjadi pada saat pasangan hidup atau teman dekat meninggal terutama jika
lansia mengalami penurunan kesehatan, seperti menderita penyakit fisik berat,
gangguan mobilitas atau gangguan sensorik terutama pendengaran.
2) Gangguan cemas
Dibagi dalam beberapa golongan: fobia, panik, gangguan cemas umum,
gangguan stress setelah trauma dan gangguan obsesif kompulsif,
gangguangangguan tersebut merupakan kelanjutan dari dewasa muda dan
berhubungan dengan sekunder akibat penyakit medis, depresi, efek samping
obat, atau gejala penghentian mendadak dari suatu obat.
3) Gangguan tidur juga dikenal sebagai penyebab morbilitas yang signifikan.
Ada beberapa dampak serius gangguan tidur pada lansia misalnya mengantuk
berlebihan di siang hari, gangguan atensi dan memori, mood depresi, sering
terjatuh, penggunaan hipnotik yang tidak semestinya, dan penurunan kualitas
hidup. Angka kematian, angka sakit jantung dan kanker lebih tinggi pada
seseorang yang lama tidurnya lebih dari 9 jam atau kurang dari 6 jam per hari
bila dibandingkan. dengan seseorang yang lama tidurnya antara 7-8 jam per
hari. Berdasarkan dugaan etiologinya, gangguan tidur dibagi menjadi empat
kelompok yaitu, gangguan tidur primer, gangguan tidur akibat gangguan
mental lain, gangguan tidur akibat kondisi medik umum, dan gangguan tidur
yang diinduksi oleh zat.

2.1.6 Teori proses menua pada Lansia


Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi didalam
kehidupan manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak hanya
dimulai dati suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan.

11
Menjadi tua merupakan proses alamiah yang berarti seseorang telah melalui tiga
tahap kehidupannya yaitu, anak, deawasa, dan tua.

Tiga tahap ini berbeda, baik secara biologis maupun secara psikologis.
Memasuki usia tua berarti mengalami kemunduran, misalnya kemunduran fisik
yang ditandai dengan kulit yang mengendur, rambut memutih, gigi mulai ompong,
pendengaran kuran jelas, penghilatahan semakin memburuk, gerakan lambat, dan
igur tubuh yang tidak proposional.

2.1.7 Tujuan keperawatan gerontik


1. Membantu memahami individu terhadap perubahan di usia lanjut
2. Memoivasi masyarakat dalam upaya meningkatkan kesejahteraan lansia
3. Mengembalikan kemampuan melakukan aktifitas sehari-hari
4. Mempertahankan kesehatan serta kemampuan lansia dengan jalan perawatan
dan pencegahan.
5. Membantu mempertahankan serta membesarkan daya hidup atau semangat
hidup klien lanjut usia.
6. Menolong dan merawat klien lanjut usia yang menderita penyakit atau
mengalami gangguan tertentu (kronis maupun akut).
7. Merangsang para petugas kesehatan untuk dapat mengenal dan menegakkan
diagnosa yang tepat dan dini apabila mereka menjumpai suatu kelainan tertentu.
8. Mencari upaya semaksimal mungkin, agar para klien lanjut usia yang menderita
usia penyakit/ gangguan, masih dapat mempertahankan kebebasan yang
maksimal tanpa perlu suatu pertolongan (memelihara kemandirian secara
maksimal).

2.1.8 Permasalahan yang terjadi pada Lansia


1. Masalah fisik
Masalah yang hadapi oleh lansia adalah fisik yang mulai melemah, sering
terjadi radang persendian ketika melakukan aktivitas yang cukup berat, indra
pengelihatan yang mulai kabur, indra pendengaran yang mulai berkurang serta
daya tahan tubuh yang menurun, sehingga sering sakit.

12
2. Masalah kognitif ( intelektual )
Masalah yang hadapi lansia terkait dengan perkembangan kognitif, adalah
melemahnya daya ingat terhadap sesuatu hal (pikun), dan sulit untuk
bersosialisasi dengan masyarakat di sekitar.
3. Masalah emosional
Masalah yang hadapi terkait dengan perkembangan emosional, adalah rasa
ingin berkumpul dengan keluarga sangat kuat, sehingga tingkat perhatian
lansia kepada keluarga menjadi sangat besar. Selain itu, lansia sering marah
apabila ada sesuatu yang kurang sesuai dengan kehendak pribadi dan sering
stres akibat masalah ekonomi yang kurang terpenuhi.
4. Masalah spiritual
Masalah yang dihadapi terkait dengan perkembangan spiritual, adalah
kesulitan untuk menghafal kitab suci karena daya ingat yang mulai menurun,
merasa kurang tenang ketika mengetahui anggota keluarganya belum
mengerjakan ibadah, dan merasa gelisah ketika menemui permasalahan hidup
yang cukup serius

2.2 Konsep Demensia


2.2.1 Definisi Demensia
Demensia adalah gejala yang disebabkan oleh penyakit otak yang biasanya
bersifat kronis dan progesif. Dimana gangguan dari beberapa fungsi kortikal lebih
tinggi, termasuk memori, berpikir, orientasi, pemahaman, perhitungan, belajar,
berbahasa, dan penilaian. Gangguan fungsi kognitif terkadang didahului dengan
penuaan, pengendalian emosi, perilaku sosial, dan motivasi (Wicitania, 2016).
Demensia adalah sekelompok penyakit dengan ciri-ciri hilangnya ingatan
jangka pendek, kemampuan berpikir (kognitif) lain, dan melakukan hal seharihari.
Demensia ini disebabkan oleh berbagai penyakit dan kondisi yang mengakibatkan
sel-sel otak yang rusak atau koneksi antara sel otak (Alzheimer's, 2016).
Keperawatan Gerontik adalah suatu bentuk pelayanan professional yang
didasarkan pada ilmu dan kiat/teknik keperawatan yang berbentuk bio-psiko-sosio-
spritual dan kultural yang holistik, ditujukan pada klien lanjut usia, baik sehat
maupun sakit pada tingkat individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.

13
2.2.2 Klasifikasi Demensia
Aisyah (2016) membedakan Tipe-tipe demensia menjadi beberapa jenis yaitu:

1. Demensia tipe Alzheimer


Alzheimer pertama kali menggambarkan satu kondisi yang selanjutnya dalam
tahun (1970), menggambarkan wanita berusia 51 tahun dengan perjalanan
demensia progresif 4,5 tahun. Diagnosis akhir penyakit Alzheimer didasarkan
pada pemeriksaan neuropatologi otak. Faktor genetik dianggap berperan
sebagian dalam perkembangan penyakit demensia ini. Observasi makroskopis
neuroanatomik klasik pada otak dari seorang pasien dengan penyakit
Alzheimer adalah antrofi difus dan pembesaran ventrikel serebal serta
timbulnya bercak-bercak senilis, kekusutan neurofibriler, hilangnya neuronal,
dan degenerasi granulovaskular pada neuron.
2. Demensia vaskuler
Penyebab pertama dari demensia vaskuler dianggap adalah penyakit vaskuler
serebral yang multiple, yang menyebabkan suatu pola gejala demensia.
Demensia vaskuler paling sering terjadi pada laki-laki, khususnya mereka yang
mengalami hipertensi yang telah ada sebelumnya atau faktor resiko
kardiovaskuler lainnya. Penyakit pick ditandai oleh atrofi yang lebih banyak
dalam darah frontotemporal. Darah tersebut juga mengalami kehilangan
neuronal, yang merupakan massa elemen sitoskeletal. Penyakit pick berjumlah
kira-kira 5 persen dari semua demensia yang irreversibel. Penyakit pick sangat
sulit dibedakan dengan demensia tipe Alzheimers, walapun stadium awal
penyakit pick lebih sering ditandai dengan perubahan kepribadian dan prilaku,
dengan fungsi kognitif lain yang relative bertahan.
3. Demensia berhubungan dengan HIV
Infeksi dengan human immunodeficiency virus (HIV) sering kali
menyebabkan demensia dan gejala psikiatrik lainnya. Pasien yang terinfeksi
dengan HIV mengalami demensia dengan angka tahunan 14 persen.
Perkembangan demensia pada pasien yang terinfeksi HIV sering disertai
tampaknya kelainan parenkimal.

14
4. Demenisa yang berhubungan dengan trauma kepala
Demensia dapat dari trauma kepala, demikian juga berbagai sindrom
neuropsikiatrik.

2.2.3 Penyebab Demensia


Faktor yang mempengaruhi demensia Banyak faktor yang dapat
mempengaruhi kejadian demensia pada lansia. Faktor-faktor di uraikan sebagai
berikut:

1. Umur
Umur merupakan faktor resiko utama terhadap kejadian demensia pada usia
lanjut. Hubungan ini sangat berbanding lurus yaitu bila semakin meningkatnya
umur, semakin tinggi pula resiko terjadinya demensia. Lanjut usia (lansia)
merupakan tahap akhir dalam kehidupan manusia. Manusia yang memasuki
tahap ini ditandai dengan menurunnya kemampuan kerja tubuh akibat
perubahan atau penurunan fungsi organ-organ tubuh, semakin usia yang
bertambah akan semakin rentan pula terkena penyakit (Aisyah, 2016).
2. Jenis kelamin
Demensia lebih banyak dialami perempuan, bahkan saat populasi perempuan
lebih sedikit dari laki-laki, kejadian demensia pada perempuan lebih besar
dibandingkan laki-laki. Akan tetapi tidak ada perbedaan signifikan antara jenis
kelamin dengan kejadian demensia, hal ini menunjukan bahwa laki-laki
maupun perempuan memiliki peluang yang sama untuk berkembangnya
demensia (Alzheimers’s disease, 2018)
3. Genetik
Sebagian pasien demensia memiliki genetik demensia dari faktor keturunan.
Namun pada sebagian orang yang memliki gen demensia hanya sedikit gennya
yang berkembang menjadi demensia. Penyakit Alzheimers (AD) merupakan
penyakit genetik heterogen; dikaitkan dengan satu susceptibility (risk) gene
dan tiga determinative (disease) genes. Susceptibility (risk) gene yang
diketahui ialah alel apolipoprotein EЄ4 (APOE Є4) di kromosom 19 pada q13.
Hal ini harus dilakukan pemeriksan secara detail agar mengetahui faktor ini
terjadi pada lanjut usia (Alzheimers’s, 2018)

15
4. Pola makan
Kebutuhan lanjut usia semakin menurun seiring dengan bertambahnya usia.
Pada usia 40-49 tahun menurun sekitar 5%, dan pada usia 50-69 tahun menurun
hingga 10%, sehingga jumlah makanan yang dikonsumsi akan berkurang dan
pola makan tidak teratur, contohnya seperti berat badan akan menurun, dan
kekurangan vitamin dan mineral (Fatmah, 2016).
5. Riwayat penyakit
Penyakit infeksi dan metabolisme yang tidak ditangani serta diabaikan dapat
memicu terjadinya demensia seperti tumor otak, penyakit kardiovaskuler
(seperti hipertensi dan atherosclerosis), gagal ginjal, penyakit hati, penyakit
gondok. Penyakit penyebab demensia dibagi menjadi 3 kelompok meliputi
demensia idiopatik, demensia vaskuler, dan demensia sekunder. Demensia
idiopatik contohnya seperti penyakit Alzheimers, penyakit Hungtiton, penyakit
pick yang terjadi pada lobus frontal, dll. Demensia vaskuler contohnya
demensia multi-infark, pendarahan otak non-traumatik dengan demensia dan
pada demensia sekunder terjadi karena infeksi, gangguan nutrisi, gangguan
auto-imun, trauma, dan stress (Aisyah, 2016).
6. Status gizi
Status gizi yang baik menjadikan seseorang dapat memiliki tubuh yang sehat
dan menjaga sistem dalam tubuh bekerja secara baik pula. Pada masa lansia
adanya penurunan fungsi tubuh yang diakibatkan oleh umur, penyakit dan
salah satunya status gizi. Asupan makanan yang kurang bergizi bagi para lansia
mengakibatkan penurunan sistem dalam tubuh. Zat gizi makro diketahui
berkaitan dengan kejadian demensia pada lansia, terutama vitamin B kompleks.
Kekurangan vitamin B kompleks pada lansia dapat meningkatkan resiko
terjadinya demensia. Ini menunjukan bahwa buruknya status gizi secara tidak
langsung dapat mengakibatkan munculnya resiko demensia pada lansia
(Pratiwi, 2016).

2.2.4 Etiologi Demensia


Menurut Pieter et al (2011), menyebutkan ada beberapa gejala antara lain :
Gejala awal yang dialami demensia adalah kemunduran fungsi kognitif ringan,
kemudian terjadi kemunduran dalam mempelajari hal-hal yang baru, menurunya

16
ingatan terhadap peristiwa jangka pendek, kesulitan menemukan kata-kata yang
tepat untuk diucapkan. Pada tahap lanjut, gejala yang diamali demensia antara lain
sulit mengenali benda, tidak dapat bertindak sesuai dengan berancana, tidak bisa
mengenakan pakaian sendiri, tidak bisa memperkirakan jarak dan sulit
mengordinasinakan anggota tubuh.

Gejala demensia selanjutnya yang muncul biasanya berupa depresi yang


dialami pada lansia, dimana orang yang mengalami demensia sering kali menjaga
jarak dengan lingkungan dan lebih sensitif. Kondisi seperti ini dapat saja di ikuti
oleh munculnya penyakit lain dan biasanya akan memperparah kondisi lansia. Pada
saat ini mungkin saja lansia menjadi sangat ketakutan bahkan hingga berhalusinasi.
Disinilah peran keluarga sangat penting untuk proses penyembuhan, kerena lansia
yang demensia memerlukan perhatian lebih dari keluarganya. Pada tahap lanjut
demensia menimbulkan perubahan tingkah laku yang semakin mengkhawatirkan,
sehingga perlu sekali keluarga mengetahui perubahn tingkah laku yang 9 dialami
lansia pada demensia.

Menurut Asrori dan putri (2018), menyebutkan ada beberapa tanda dan
gejala yang dialami pada demensia antara lain :

1. Kehilangan memori
Tanda awal yang dialami lansia yang menderita demensia adalah lupa tentang
informasi yang baru di dapat atau di pelajari, itu merupakan hal biasa yang
diamali lansia yang menderita demensia seperti lupa dengan pentujuk yang
diberikan, nama maupun nomer telepon, dan penderita demensia akan sering
lupa dengan benda dan tidak mengingatnya.
2. Kesulitan dalam melakukan rutinitas pekerjaan Lansia yang menderita
Demensia akan sering kesulitan untuk menyelesaikan rutinitas pekerjaan
sehari-hari. Lansia yang mengadalami Demensia terutama Alzheimer Disease
mungkin tidak mengerti tentang langkahlangkah dari mempersiapkan aktivitas
sehari-hari seperti menyiapkan makanan, menggunkan perlatan rumah tangga
dan melakukan hobi.

17
3. Masalah dengan bahasa
Lansia yang mengalami Demensia akan kesulitam dalam mengelolah kata yang
tepat, mengeluarkan kat-kata yang tidak biasa dan sering kali membuat kalimat
yang sulit untuk di mengerti orang lain
4. Disorientasi waktu dan tempat
Mungkin hal biasa ketika orang yang tidak mempunyai penyakit Demensia
lupa dengan hari atau diaman dia berada, namun dengan lansia yang
mengalami Demensia akan lupa dengan jalan, lupa dengan dimana mereka
berada dan baimana mereka bisa sampai ditempat itu, serta tidak mengetahui
bagaimana kebali kerumah.
5. Tidak dapat mengambil keputusan
Lansia yang mengalami Demensia tidak dapat mengambil keputusan yang
sempurna dalam setiap waktu seperti memakai pakaian tanpa melihat cuaca
atau salah memakai pakaian, tidak dapat mengelolah keuangan.
6. Perubahan suasana hati dan kepribadian
Setiap orang dapat mengalami perubahan suasan hati menjadi sedih maupun
senang atau mengalami perubahan perasaann dari waktu ke waktu, tetapi
dengan lansia yang mengalami demensia dapat menunjukan perubahan
perasaan dengan sangat cepat, misalnya menangis dan marah tanpa alasan yang
jelas. Kepribadian seseorang akan berubah sesuai dengan usia, namun dengan
yang dialami lansia dengan demensia dapat mengalami banyak perubahan
kepribadian, misalnya ketakutan, curiga yang berlebihan, menjadi sangat
bingung, dan ketergantungan pada anggota keluarga.

18
19
20
2.3 Konsep Asuhan Keperawatan
2.3.1 Pengkajian
Pengkajian pada kelompok lansia di panti atau di masyarakat dilakukan dengan
melibatkan penanggung jawab kelompok lansia, kultural, tokoh masyarakat, dan
petugas kesehatan (Maryam, 2008). Menurut Aspiani, (2014) pengkajian pada asuhan
keperawatan lansia demensia meliputi :
1. Identitas klien
Identitas klien yang biasa dikaji pada klien dengan demensia adalah usia
(tempat/ tanggal lahir) karena banyak klien lansia yang mengalami demensia.
Identitas lainnya yang perlu ditanyakan adalah nama lengkap, jenis kelamin,
status perkawinan, agama, suku bangsa, pendidikan terakhir, diagnosis medis
(bila ada), alamat.
2. Keluhan utama
Keluhan utama yang sering ditemukan pada klien dengan masalah psikososial
demensia adalah klien kehilangan ingatan.
3. Riwayat kesehatan sekarang
Riwayat kesehatan saat ini berupa uraian mengenai keadaan klien saat ini mulai
timbulnya keluhan yang dirasakan sampai dilakukan pengkajian.
4. Riwayat kesehatan dahulu
Riwayat kesehatan yang lalu seperti riwayat adanya masalah psikososial
sebelumnya dan bagaimana penanganannya.
5. Riwayat kesehatan keluarga
Yang perlu dikaji apakah dalam keluarga ada yang mengalami gangguan
psikologi seperti yang dialami oleh klien, atau adanya penyakit genetik yang
mempengaruhi psikososial.

37
6. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum
Keadaan umum klien lansia yang mengalami masalah psikososial
demensia biasanya lemah.
2) Kesadaran
Kesadaran klien biasanya composmentis.
3) Tanda-tanda vital Suhu tubuh dalam batasan normal 36,50C - 37,50C;
nadi normal (N : 70 – 82 x/menit); tekanan darah kadang meningkat
atau menurun; pernafasan biasanya mengalami normal atau meningkat.
4) Pola fungsi kesehatan
Yang perlu dikaji adalah aktivtias apa saja yang biasa dilakukan
sehubungan dengan adanya masalah psikososial demensia.
5) Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat
Klien mengalami gangguan persepsi, klien mengalami gangguan dalam
memelihara dan menangani masalah kesehatan.
6) Pola nutrisi
Klien dapat mengalami makan berlebih/ kurang karena kadang lupa
apakah sudah makan atau belum.
7) Pola eliminasi
Tidak ada masalah terkait pola eliminasi
8) Pola tidur dan istirahat
Klien mengalami insomnia
9) Pola aktivitas dan istirahat
Klien mengalami gangguan dalam pemenuhan aktivitas sehari-hari
karena penurunan minat.
10) Pola hubungan dan peran
Menggambarkan dan mengetahui hubungan dan peran klien terhadap
anggota keluarga dan masyarakat tempat tinggal, pekerjaan, tidak punya
rumah, dan masalah keuangan.

38
11) Pola sensori dan kognitif
Klien mengalami kebingungan, ketidakmampuan berkonsentrasi,
kehilangan minat dan motivasi, mudah lupa, gagal dalam melaksanakan
tugas, cepat marah, disorientasi.
12) Pola persepsi dan konsep diri
Klien dengan demensia umumnya mengalami gangguan persepsi, tidak
mengalami gangguan konsep diri.
13) Pola seksual dan reproduksi
Klien mengalami penurunan minat.
14) Pola mekanisme/ penanggulangan stress dan koping
Klien menggunakan mekanisme koping yang tidak efektif dalam
menangani stress yang dialaminya
15) Pola tata nilai dan kepercayaan
Klien tidak mengalami gangguan dalam spiritual

2.3.2 Diagnosa Keperawatan


Menurut Kholifah (2016), diagnosis keperawatan gerontik adalah keputusan
klinis yang berfokus pada respon lansia terhadap kondisi kesehatan atau kerentanan
tubuhnya baik lansia sebagai individu, lansia di keluarga maupun lansia dalam
kelompoknya.

Diagnosa keperawatan yang muncul pada lansia dengan demensia berdasarkan


standar diagnosa keperawatan Indonesia (SDKI) (PPNI, 2017) adalah:

1. Gangguan Memori (D.0062) berhubungan dengan proses penuaan


2. Risiko Jatuh (D.0143)
3. Gangguan Mobilitas Fisik (D.0054) berhubungan dengan gangguan
sensoripersepsi
4. Defisit perawatan diri (D.0109) berhubungan dengan penurunan motivasi
/minat.

39
2.3.3 Intervensi Keperawatan
Diagnosa Tujuan dan
No Intervensi
Keperawatan kriteria hasil
1 Gangguan Memori Setelah dilakukan Latihan memori (1.06188)
(D.0062) tindakan Observasi :
keperawatan selama - Identifikasi masalah memori yang
3 x 6 jam diharapkan dialami
memori meningkat - Identifiasi kesalahan terhadap orientasi
(L.09079) dengan Terapeutik :
kriteria hasil : - Stimulasi memori dengan mengulang
1. Verbalisasi pikiran yang terakhir kali diucapkan
kemampuan - Koreksi kesalahan
mempelajari hal - Stimulasi menggunakan memori pada
baru meningkat peristiwa yang baru terjadi
2. Verbalisasi Edukasi :
kemampuan - Jelaskan tujuan dan prosedur latihan
mengingat
informasi
meningkat
3. Verbalisasi
mudah lupa
menurun
2 Defisit Perawatan Diri Setelah dilakukan Dukungan perawatan diri (1.11348)
(D.0109) tindakan Observasi :
keperawatan selama - Monitor tingkat kemandirian
3 x 6 jam diharapkan Terapeutik :
perawatan diri - Sediakan lingkungan yang terapeutik
(L.11103) meningkat - Siapkan keperluan pribadi
dengan kriteria hasil: - Dampingi dalam melakukan perawatan
1. Kemampuan diri
mandi meningkat - Jadwalkan rutinitas perawatan diri
2. Kemampuan Edukasi :
mengenakan - Anjurkan melakukan perawatan diri
pakaian secara konsisten
meningkat
3. Verbalisasi
keinginan
melakukan

40
perawatan diri
meningkat
4. Minat melakukan
perawatan diri
meningkat
3 Risiko Jatuh Setelah dilakukan Pencegahan Jatuh (1.14540)
(D.0143) tindakan Orientasi
keperawatan selama - Identifikasi faktor risiko jatuh
3 x 6 jam diharapkan - Identifikasi faktor lingkungan yang
tingkat jatuh menyebabkan risiko jatuh
(L.14138) menurun - Hitung risiko jatuh dengan
dengan kriteria hasil : menggunakan skala
1. Jatuh saat berdiri Terapeutik
menurun - Orientasikan ruangan pada pasien dan
2. Jatuh saat di keluarga
kamar mandi - Gunakan alat bantu jalan
menurun Edukasi
3. Jatuh saat - Anjurkan menggunakan alas kaki yang
membungkuk tidak licin
menurun
4. Jatuh dari tempat
tidur menurun

2.3.4 Implementasi keperawatan

Menurut Kholifah (2016) tindakan keperawatan gerontik adalah realisasi


rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pada tahap ini perawat
harus mengetahui berbagai hal, diantaranya bahaya-bahaya fisik dan perlindungan
pada lansia, teknik komunikasi, kemampuan dalam prosedur tindakan, pemahaman
tentang hak-hak dari lansia dan memahami tingkat perkembangan lansia. Pelaksanaan
tindakan keperawatan diarahkan untuk mengoptimalkan kondisi agar lansia mampu
mandiri dan produktif.

41
2.3.5 Evaluasi keperawatan

Kholifah (2016) menjelaskan bahwa evaluasi keperawatan gerontik adalah


penilaian keberhasilan rencana dan pelaksanaan keperawatan gerontik untuk
memenuhi kebutuhan lansia. Beberapa kegiatan yang harus dilakukan oleh perawat
dalam evaluasi keperawatan antara lain:

1. Mengkaji ulang tujuan klien dan kriteria hasil yang telah ditetapkan
2. Mengumpulkan data yang berhubungan dengan hasil yang diharapkan
3. Mengukur pencapaian tujuan
4. Mencatat keputusan atau hasil pencapaian tujuan
5. Melakukan revisi atau modifikasi terhadap rencana keperawatan bila perlu

42
BAB 3
TINJAUAN KASUS
3.1 Pengkajian
A. Karakteristik Demografi

Tanggal Pengkajian : 26 September 2022


Jam : 16:00 WIB
a) Identitas Klien
1. Nama : Ny. M
2. Tempat Tanggal Lahir : Kediri, 6 juli 1949
3. Jenis Kelamin : Perempuan
4. Pendidikan Terakhir : SD
5. Golongan Darah :-
6. Agama : Islam
7. Status Perkawinan : Tidak Menikah
8. Alamat : Jalan Nginden makam 2 no 22 Surabaya
9. No Telepon/ HP :-
10. Orang yang paling dekat : Keponakan
11. Hubungan dengan usila : Baik
b) Keluarga atau orang lain yang penting/dekat yang dapat dihubungi
1. Nama : Ny. N
2. Alamat : Jalan Nginden makam 2 no 22 Surabaya
3. Jenis Kelamin : Perempuan
4. Hubungan dengan klien : Keluarga

- Riwayat Keluarga
a. Riwayat Kematian Dalam Keluarga Dalam Keluarga (1 tahun terakhir)
1. Nama : Tidak ada
2. Umur : Tidak ada
3. Penyebab Kematian : Tidak ada

43
b. Riwayat Pekerjaan Dan Status Ekonomi
1. Pekerjaan Saat Ini : Tidak Bekerja
2. Pekerjaan Sebelumnya :-
3. Sumber Pendapatan : Keponakan
4. Kecukupan Pendapatan : Cukup
c. Aktifitas Rekreasi
1. Hobi : Jalan Santai
2. Bepergian/ Wisata :-
3. Keanggotaan/organisasi :-
B. Pola Kehidupan Sehari-Hari
a. Nutrisi
1. Frekuensi Makan : 3 kali sehari dan porsi habis
2. Nafsu Makan : Baik
3. Jenis Makanan : Padat (Nasi, Sayur, Ikan)
4. Kebiasaan sebelum makan : Berdoa Sebelum Makan
5. Makanan yang tidak disukai : Tidak ada
6. Alergi terhadap makanan : Tidak ada
7. Pantangan makanan : Tidak ada
8. Keluhan yang berhubungan dengan makan : Tidak ada
Masalah Keperawatan : Tidak Ada Masalah Keperawatan
b. Eliminasi
1) BAK
1. Frekuensi dan waktu : + 5 x/hari
2. Kebiasaan BAK pada malam hari : Tidak ada
3. Keluhan yang berhubungan dengan BAK : Tidak ada keluhan
Masalah Keperawatan : Tidak Ada Masalah Keperawatan
2) BAB
1. Frekuensi dan waktu : 1x/hari
2. Konsistensi : Lunak
3. Keluhan yang berhubungan dengan BAB : Tidak ada keluhan

44
Masalah Keperawatan : Tidak Ada Masalah Keperawatan

c. Personal Hygiene
1) Mandi
1. Frekuensi dan waktu mandi : 2x sehari, pagi hari pukul 06:00
WIB dan sore hari pukul 15:00 WIB
2. Pemakaian sabun : Ya
2) Oral Hygiene
1. Frekuensi dan Gosok gigi : Tidak
2. Menggunakan pasta gigi : Tidak
3) Cuci Rambut
1. Frekuensi : 2x dalam satu minggu
2. Penggunaan shampo : iya
4) Kuku dan Tangan
1. Frekuensi gunting kuku : 1 minggu sekali
2. Kebiasaan mencuci tangan pakai sabun : tidak
Lain lain : pasien terkadang lupa mandi dan keramas, sikat gigi, gunting
kuku
Masalah Keperawatan : Defisit Perawatan Diri
d. Istirahat Dan Tidur
1. Lama tidur malam : + 8 jam dari jam 18:30 – 05:00
(jam 18.00 sudah amsuk kamar)
2. Tidur siang : Pasien tidak tidur siang
3. Keluhan yang berhubungan dengan tidur : jika pada siang
hari pasien mengatakan tidak mengantuk dan tidak terbiasa untuk
tidur siang namun saat duduk mata lansia terlihat sayu.
Masalah Keperawatan : Tidak Ada Masalah Keperawatan

45
e. Kebiasaan Mengisi Waktu Luang
1. Olahraga : Senam (Pagi hari) dan terapi yoga (sekali
dalam seminggu)
2. Nonton TV : Tidak
3. Berkebun/ memasak : Tidak
4. Lain-lain : mengaji setiap hari senin, jumat, dan sabtu.
f. Kebiasaan Yang Mempengaruhi Kesehatan (Jenis/ frekuensi/ jumlah/
lama pakai)
1. Merokok (ya/tidak) : Tidak
2. Minuman keras : Tidak
3. Ketergantungan terhadap obat : Tidak ada
Masalah Keperawatan : Tidak Ada Masalah Keperawatan
g. Urologi Kronologi Kegiatan Sehari – Hari
Jam Lama Waktu Untuk
Jenis Kegiatan
Setiap Kegiatan
Mandi Pagi 05.30 10 menit
Makan Pagi 07.00 10 menit
Senam Pagi 08.00 15 menit
Makan Siang 12.00 10 menit
Mandi Sore 14.00 10 menit
Makan Malam 17.00 10 menit
Minum Obat 17.30 3 menit
Yoga setiap hari selasa 08.30 20 menit
Pengajian setiap hari senin dan 08.00
20 menit
jum’at, dan sabtu

C. Status Kesehatan
1. Status Kesehatan Saat Ini
a. Keluhan utama dalam satu tahun : Tidak ada
b. Gejala yang dirasakan : Tidak ada

46
c. Faktor pencetus : tidak ada
d. Timbul keluhan secara mendadak/ bertahap : -
e. Waktu mulai timbulnya keluhan :-
f. Upaya mengatasi :-
1) Pergi ke RS/klinik pengobatan : Ke rumah sakit psikiatri
1 bulan sekali
2) Pergi ke bidan atau perawat :-
3) Mengkonsumsi obat obatan sendiri :
Nama obat Kegunaaan
Racikan Obat penenang untuk
mengurangi gelisah, marah,
,dan tremor.
Amplodipine 5 mg Obat hipertensi
Simvastatin 10 mg Obat penurun kolestrol

4) Mengkonsumsi obat obatan tradisional : -


5) Lain-lain :-
Masalah Keperawatan : Tidak Ada Masalah Keperawatan
2. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
a. Pengkajian yang pernah diderita : Hipertensi dan kolesterol
b. Riwayat alergi obat, makanan, cuaca : Tidak
c. Riwayat kecelakaan : Tidak
d. Riwayat di rawat di RS : Tidak
e. Riwayat pemakaian obat : Tidak
3. Pengkajian pemeriksaan fisik (observasi, pengukuran, auskultasi,
perkusi dan palpasi)

1. Keadaan umum (TTV) : TD :140/80 mmHg, N : 95 x/menit, RR : 20


x/menit, t : 36,2 oC
Kesadaran umum : Composmentis dengan GCS : 4-5-6

47
Penampilan Umum : Cukup
Kondisi Klien : Sehat
2. Rambut
Inspeksi : Rambut berwarna putih hitam dan bersih
Palpasi : Tidak terdapat benjolan
Jenis rambut : Lurus
Warna rambut : Putih, hitam
Kebersihan rambut : Bersih
Lain – lain : Terdapat benjolan, ada warna hitam kemerahan
di bagian tengkuk.
3. Mata
Fungsi penglihatan : Baik
Ukuran Pupil : 3 Mm
Konjungtiva : Anemis
Lensa/ Iris : Hitam
Pupil : Isokor
Reflek Cahaya (+) : Iya
4. Telinga
Fungsi Pendengaran : Baik
Kebersihan : Baik
Daun Telinga : Bersih
Secret : Tidak Ada
5. Mulut, gigi dan bibir
Membran mukosa : Lembab
Keadaan Gigi : Tidak Lengkap
Tanda Radang : Tidak Ada
Kesulitan Menelan : Tidak Ada
6. Dada
Inspeksi : simetris
Perkusi : sonor

48
Auskultasi : vesikuler
7. Abdomen
Inspeksi : Tidak terdapat lesi
Auskultasi : Lub dub, bising usus 12x/menit
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
Perkusi : Timpani
8. Kulit
Warna kulit : sawo matang
Kelembapan : kering
Turgor kulit : < 2 detik
Tidaknya edema : tidak ada
9. Extermitas atas : tidak ada lesi
10. Extermitas bawah : tidak ada lesi
11. Kekuatan Otot : 5 5
5 5

12. Lain-lain : jalan pelan, berjalan kadang pegang pagar


Masalah Keperawatan : Risiko Jatuh
D. Hasil pengkajian khusus (format terlampir)
1. Masalah kesehatan kronis : tidak ada
2. Fungsi kognitif : ada gangguan (10)
3. Status fungsional : ketergantungan (11)
4. Status psikologis : Tidak terkaji dan tidak terarah
Masalah Keperawatan : Gangguan Memori
E. Lingkungan tempat tinggal
1. Kebersihan dan kerapihan kronis : lingkungan tempat tinggal bersih
2. Penerangan : penerangan cukup, kalau siang sinar
matahari dan kalau malam hari memakai lampu
3. Sirkulasi udara : baik
4. Keadaan kamar mandi dan WC : bersih dan lantai tidak licin

49
5. Pembuangan air kotor : selokan
6. Sumber air minum : air galon, dan PDAM
7. Pembuangan sampah : tempat sampah
8. Sumber pencemaran : tidak ada
9. Penataan halaman : rapi
10. Resiko injuri : resiko injuri rendah, lantai tidak licin

50
ANALISA DATA

Nama Pasien : Ny.M


Umur : 73 Tahun

Data Gayut Etiologi Masalah


Ds : Lansia mengatakan bingung Proses menua Gangguan Memori
ketika ditanya tanggal dan tahun (D.0062)
Do : penurunan fungsi
- Lansia terlihat gelisah kognitif
- Sering menggulang kata kata
(menghadapi cobaan dan kehilangan kemampuan
rintangan) menyelesaikan masalah
- Saat diajak bicara tidak kontak
mata gangguan fungsi kognitif
- Lansia mudah lupa (saat
ditanya waktu, dan tempat Gangguan memori
tinggal sekarang)
- Lansia bicara tidak jelas
- MMSE : hasil skore 10
(gangguan kognitif berat)
- TTV
TD : 140/80 mmHg
N : 95 x/menit
T : 36,2 oC
RR : 20 x/menit
Ds : Lansia mengatakan sudah Perubahan proses Defisit perawatan
mandi berpikir diri (D.0109)
Do :
- Lansia terlihat ke kamar mandi Kehilangan motivasi dan
kemudian kembali lagi ke minta
kamar
- Lansia tidak mengganti baju Minat melakukan
jika tidak diingatkan atau perawatan diri menurun
dalam pengawasan.
- Lansia saat mandi tidak Defisit perawatan diri
memakai sabun hanya disiram
saja jika tidak diingatkan atau
dalam pengawasan.

51
- Rambut lansia tidak rapi
- Kulit kering, terdapat bekas
luka garukan.

Ds : - Proses menua Risiko Jatuh


Do : (D.0143)
- Lansia jalan lambat Penurunan fungsi
- Lansia jalan berpegangan pagar kognitif
jalan
- Gaya berjalan bungkuk dan Kelemahan
miring ke kanan
- Lansia pernah jatuh ± 1 tahun Risiko jatuh
karena kurang istirahat

52
PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN
Nama : Ny. M
Umur : 73 Tahun

No Prioritas Masalah
1 Gangguan memori berhubungan dengan proses penuaan ditandai dengan
lansia mengatakan bingung ketika ditanya tanggal dan tahun, lansia terlihat
gelisah, sering menggulang kata kata (menghadapi cobaan dan rintangan),
saat diajak bicara tidak kontak mata, mudah lupa (saat ditanya waktu, dan
tempat tinggal sekarang), bicara tidak jelas, MMSE : hasil skore 10
(gangguan kognitif berat), hasil pemeriksaan TTV : TD : 140/80 mmHg, N :
95 x/menit, suhu : 36,2 oC dan RR : 20 x/menit.

2 Defisit perawatan diri berhubungan penurunan minat yang di tandai dengan


lansia terlihat ke kamar mandi kemudian kembali lagi ke kamar, lansia tidak
mengganti baju jika tidak diingatkan atau dalam pengawasan, saat mandi
tidak memakai sabun hanya disiram saja jika tidak diingatkan atau dalam
pengawasan, rambut lansia tidak rapi, kulit kering dan terdapat bekas luka
garukan.
3 Risiko jatuh berhubungan dengan usia > 65 tahun ditandai dengan Lansia
jalan lambat, lansia jalan berpegangan pagar jalan, gaya berjalan bungkuk
dan miring ke kanan dan lansia pernah jatuh ± 1 tahun karena kurang istirahat

53
NCP (NURSING CARE PLANNING)
Nama : Ny. M
Alamat : Surabaya

Diagnosa Tindakan Dan Kriteria


No Intervensi Dan Rasional TT
Keperawatan Hasil
1 Gangguan Setelah dilakukan tindakan Latihan memori (1.06188)
Memori keperawatan selama 3 x 6 Observasi :
(D.0062) jam diharapkan memori - Identifikasi masalah memori yang dialami
meningkat dengan kriteria - Identifiasi kesalahan terhadap orientasi
hasil : Terapeutik :
1. Verbalisasi kemampuan - Stimulasi memori dengan mengulang kata -kata yang terakhir
mempelajari hal baru diucapkan .
meningkat - Koreksi kesalahan
2. Verbalisasi kemampuan - Stimulasi menggunakan memori pada peristiwa yang baru
mengingat informasi terjadi
meningkat
3. Verbalisasi mudah lupa
menurun

54
2 Defisit Setelah dilakukan tindakan Dukungan perawatan diri (1.11348)
Perawatan Diri keperawatan selama 3 x 6 Observasi :
(D.0109) jam diharapkan perawatan - Monitor tingkat kemandirian
diri meningkat dengan Terapeutik :
kriteria hasil: - Sediakan lingkungan yang terapeutik
1. Kemampuan mandi - Siapkan keperluan pribadi
mandiri meningkat - Dampingi dalam melakukan perawatan diri
2. Kemampuan - Jadwalkan rutinitas perawatan diri
mengenakan pakaian Edukasi :
secara mandiri - Anjurkan melakukan perawatan diri secara konsisten
meningkat
3. Minat melakukan
perawatan diri secara
mandiri meningkat

55
3 Risiko Jatuh Setelah dilakukan tindakan Pencegahan Jatuh (1.14540)
(D.0143) keperawatan selama 3 x 6 Observasi
jam diharapkan tingkat jatuh - Identifikasi faktor risiko jatuh
menurun dengan kriteria - Identifikasi faktor lingkungan yang menyebabkan risiko jatuh
hasil : - Hitung risiko jatuh dengan menggunakan skala
1. Jatuh saat berdiri Terapeutik
menurun - Orientasikan ruangan pada pasien
2. Jatuh saat berjalan Edukasi
menurun - Anjurkan menggunakan alas kaki yang tidak licin
3. Jatuh saat di kamar
mandi menurun

56
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN (SOP)
Nama : Ny.M
Alamat : Surabaya

Hari/ Diagnosa
Waktu Implementasi Evaluasi TT
Tanggal Keperawatan
Senin Gangguan 16:00 1. Memonitoring masalah memori yang S : lansia mengatakan tidak tau ketika Nela &
26 memori dialami ditanya tanggal dan tahun Alwi
September R/ : lansia lupa akan nama perawat dan O :
2022 apa yang sudah diucapkan oleh perawat - Lansia terlihat gelisah dan bingung
16:05 2. Mengidentifikasi kesalahan terhadap - Lansia lupa ketika ditanya dan
orientasi menggulang kata yang baru
R/ lansia salah menjawab ketika perawat diucapkan oleh perawat.
bertanya waktu - Lansia selalu mengulang kata
16:08 3. Menstimulus memori dengan mengulang “menghadapi cobaan dan rintangan”
ucapan yang terakhir kali diucapkan - Lansia bicara tidak jelas
seperti “menanyakan nama perawat - MMSE : hasil skore 10 (gangguan
kembali dan mengulang kata kata yang kognitif berat)
perawat jelaskan ke lansia” - TTV

57
R/ lansia lupa nama perawat dan kata kata TD : 140/80 mmHg
yang diucapkan oleh perawat N : 95 x/menit
16.10 4. Menstimulus menggunakan memori pada Suhu : 36,2 oC
peristiwa yang baru terjadi seperti RR : 20 x/menit
menanyakan peristiwa yang baru terjadi A : Masalah belum teratasi
R/ lansia tidak dapat mengingat kejadian P : Lanjutkan Intervensi 1,2,3,4,5
yang baru dilakukan I:
16.15 5. Mengoreksi kesalahan 1. Memonitoring masalah memori yang
R/ Lansia salah menjawab pertanyaan dialami
dari perawat 2. Mengidentifikasi kesalahan terhadap
orientasi
3. Menstimulus memori dengan
mengulang ucapan yang terakhir kali
diucapkan seperti “menanyakan nama
perawat kembali dan mengulang kata
kata yang perawat jelaskan ke lansia”
4. Menstimulus menggunakan memori
pada peristiwa yang baru terjadi

58
E:
Lansia masih lupa dan belum dapat
mengulangi kata-kata dan menjawab
pertanyaan yang diberikan dari perawat
Defisit 14:30 1. Memonitoring tingkat kemandirian lansia S : lansia mengatakan sudah mandi Helmut
Perawatan dalam melakukan personal hygiene O : &
Diri seperti mandi, gosok gigi - Lansia terlihat ke kamar mandi tetapi Hanifah
R/ lansia mandi di damping oleh perawat kembali lagi ke kamarnya
14:35 2. Menyediakan lingkungan yang terapeutik - Rambut lansia tidak rapi
seperti suasana yang diinginkan lansia - Kulit kering, terdapat bekas luka akibat
R/ Perawat memberi pencahayaan yang di garuk
cukup, lantai tidak licin. - Lansia mengatakan sudah mandi namun
14:38 3. Menyiapkan keperluan pribadi seperti hanya di siram saja
alat mandi dan pakaian lansia A : masalah belum teratasi
R/ lansia bisa menyiapkan keperluan P : Lanjutkan intervensi 1,2,3,4, 5 dan 6
pribadi I:
14:40 4. Mendampingi dalam melakukan 1. Memonitoring tingkat kemandirian
perawatan diri seperti membantu atau lansia dalam melakukan personal
memantau lansia ketika mandi hygiene seperti mandi, gosok gigi

59
R/ lansia ingin mandi sendiri namun 2. Menyediakan lingkungan yang
harus didampingi terapeutik seperti suasana yang
5. Menjadwalkan rutinitas perawatan diri diinginkan lansia
15:00 seperti memberitahu kepada lansia untuk 3. Menyiapkan keperluan pribadi seperti
mandi pagi pukul 06:00 WIB dan sore alat mandi dan pakaian lansia
hari pukul 14:30 WIB 4. Mendampingi dalam melakukan
R/ Perawat membuat jadwal harian perawatan diri seperti membantu atau
15:10 6. Menganjurkan melakukan perawatan diri memantau lansia ketika mandi
secara konsisten 5. Menjadwalkan rutinitas perawatan diri
R/ lansia harus diingatkan karena mudah seperti memberitahu kepada lansia untuk
lupa mandi pagi pukul 06:00 WIB dan sore
hari pukul 14:30 WIB
6. Menganjurkan melakukan perawatan diri
secara konsisten
E:
Lansia terlihat ke kamar mandi tetapi
kembali lagi lagi ke kamarnya

60
Risiko jatuh 16:10 1. Mengidentifikasi faktor risiko jatuh S:- Vernika
R/ usia pasien 73 tahun O: &
16:15 2. Menghitung risiko jatuh dengan - Lansia jalan lambat Marsel
menggunakan skala Fars Morse Scale - Lansia saat berjalan selalu berpegangan
R/ skala Fars Morse Scale lansia 45 pagar jalan
sehingga risiko jatuh rendah - Gaya berjalan miring kanan dan sedikit
3. Mengorientasikan ruangan pada lansia membungkuk
R/ lansia mengerti (kamarnya sendiri) - Pernah jatuh karena kurang istirahat.
16:25 4. Menganjurkan menggunakan alas kaki - Skala fars morse scale lansia 45
yang tidak licin A : Masalah belum teratasi
R/ lansia mau mengikuti anjuran perawat P : Lanjutkan Intervensi 1,2,3,4
I:
1. Mengidentifikasi faktor risiko jatuh
2. Menghitung risiko jatuh dengan
menggunakan skala Fars Morse Scale
3. Mengorientasikan ruangan pada lansia
4. Menganjurkan menggunakan alas kaki
yang tidak licin

61
62
CATATAN PERKEMBANGAN 1
Nama : Ny.M
Alamat : Surabaya
Hari/tanggal : Selasa, 27 September 2022

Hari/ Diagnosa
Waktu Implementasi Evaluasi TT
Tanggal Keperawatan
Selasa Gangguan 11:00 1. Mengidentifikasi kesalahan terhadap S : Lansia mengatakan lupa hari apa Okta &
27 memori orientasi sekarang dan dimana sekarang Novita
September R/ lansia salah menjawab ketika perawat O :
2022 bertanya - Lansia terlihat gelisah
11:05 2. Menstimulus memori dengan mengulang - Lansia lupa ketika ditanya dan
ucapan yang terakhir kali diucapkan menggulang kata yang baru
seperti menanyakan nama perawat diucapkan oleh perawat.
kembali, hari, tempat dan mengulang - Lansia selalu mengulang kata
11:10 kata kata yang perawat jelaskan ke “menghadapi cobaan dan rintangan”
pasien - Lansia bicara tidak jelas
R/ lansia masih lupa - MMSE : hasil skore 10 (gangguan
kognitif berat)

63
11:10 3. Menstimulus menggunakan memori - TTV
pada peristiwa yang baru terjadi seperti TD : 140/80 mmHg
menanyakan peristiwa yang baru terjadi N : 95 x/menit
R/ lansia lupa akan peristiwa yang baru Suhu : 36,2 oC
terjadi RR : 20 x/menit
4. Mengoreksi kesalahan terhadap A : Masalah belum teratasi
orientasi P : Lanjutkan Intervensi 1,2,3,4
R/ lansia tetap salah menjawab I : Intervensi 1,2,3,4
pertanyaan perawat E : Pasien masih lupa hari dan Kata-kata
yang diucapkan perawat
Selasa Defisit 10.00 1. Memonitor tingkat kemandirian pasien S : Lansia mengatakan mau mandi Meri &
27 Perawatan R/ lansia mau mandi namun kembali ke O : Venny
September Diri kamar - Lansia tampak pergi ke kamar mandi
2022 2. Menyediakan lingkungan yang tetapi kembali lagi ke kamar
terapeutik seperti suasana yang - Lansia mandi didampingi oleh perawat
10:05 diinginkan lansia dan membantu Lansia untuk
R/ Perawat memberi pencahayaan yang menggunakan pakaian
cukup, lantai tidak licin. - Lansia mau menggosok gigi dan
memakai sabun mandi

64
3. Menyiapkan keperluan pribadi seperti A : masalah belum teratasi
10.10 alat mandi dan pakaian lansia P : Lanjutkan intervensi 1,2,3,4
R/ lansia mampu menyiapkan keperluan I : Intervensi 1,2,3,4
pribadi untuk mandi E : lansia mau mandi, tetapi ketika pergi ke
4. Mendampingi dalam melakukan kamar mandi lansia kembali lagi ke kamar
10.15 perawatan diri seperti membantu atau
memantau lansia ketika mandi
R/ lansia ingin mandi sendiri namun
harus didampingi
5. Menjadwalkan rutinitas perawatan diri
seperti memberitahu kepada lansia
untuk mandi pagi pukul 06:00 WIB dan
sore hari pukul 14:30 WIB
R/ Perawat membuat jadwal harian
6. Menganjurkan melakukan perawatan
diri secara konsisten
R/ lansia harus diingatkan karena mudah
lupa

65
Selasa, Risiko jatuh 11:00 1. Mengidentifikasi faktor risiko jatuh S : lansia mengatakan lantai licin jika ada Shinta
27 R/ usia pasien 73 tahun air &
September 2. Menghitung risiko jatuh dengan O : Marcho
2022 menggunakan skala Fars Morse Scale - Lansia jalan pelan pelan
R/ skala Fars Morse Scale lansia 45 - Lansia jalan berpegangan pagar jalan.
11:15 sehingga risiko jatuh rendah A : Masalah teratasi
3. Mengorientasikan ruangan pada lansia P : Pertahankan Intervensi
R/ lansia mengerti (kamarnya sendiri) I : intervensi 1,2,3
4. Menganjurkan menggunakan alas kaki E : lansia berjalan pelan dan berpegangan
yang tidak licin
R/ lansia mau mengikuti anjuran perawat

66
CATATAN PERKEMBANGAN 2
Nama : Ny.M
Alamat : Surabaya
Hari/tanggal : Rabu, 28 September 2022

Hari/ Diagnosa
Waktu Implementasi Evaluasi TT
Tanggal Keperawatan
Rabu, Gangguan 11:00 1. Mengidentifikasi kesalahan terhadap S : Lansia mengatakan lupa hari apa Okta &
28 memori orientasi sekarang dan dimana sekarang Novita
September R/ lansia salah menjawab ketika perawat O :
2022 bertanya - Lansia terlihat gelisah
11:05 2. Menstimulus memori dengan mengulang - Lansia lupa ketika ditanya dan
ucapan yang terakhir kali diucapkan seperti menggulang kata yang baru
menanyakan nama perawat kembali, hari, diucapkan oleh perawat.
tempat dan mengulang kata kata yang perawat - Lansia selalu mengulang kata
11:10 jelaskan ke pasien “menghadapi cobaan dan
R/ lansia masih lupa rintangan”
- Lansia bicara tidak jelas

67
3. Menstimulus menggunakan memori pada - MMSE : hasil skore 10 (gangguan
peristiwa yang baru terjadi seperti kognitif berat)
menanyakan peristiwa yang baru terjadi - TTV
11:10 R/ lansia lupa akan peristiwa yang baru terjadi TD : 130/90 mmHg
4. Mengoreksi kesalahan terhadap orientasi N : 90 x/menit
R/ lansia tetap salah menjawab pertanyaan Suhu : 36 oC
perawat RR : 20 x/menit
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan Intervensi 1,2,3,4
I : Intervensi 1,2,3,4
E:
Masalah belum teratasi dan intervensi
di pertahankan dan di lanjutkan oleh
pihak panti werdha

68
Rabu, Defisit 10.00 1. Memonitor tingkat kemandirian pasien S : Lansia mengatakan mau mandi Meri &
28 Perawatan R/ lansia mau mandi namun kembali ke kamar O : Venny
September Diri 2. Menyediakan lingkungan yang terapeutik - Lansia tampak pergi ke kamar mandi
2022 seperti suasana yang diinginkan lansia tetapi kembali lagi ke kamar
R/ Perawat memberi pencahayaan yang - Lansia mandi didampingi oleh
10:05 cukup, lantai tidak licin. perawat dan membantu Lansia untuk
3. Menyiapkan keperluan pribadi seperti alat menggunakan pakaian
mandi dan pakaian lansia - Lansia mau menggosok gigi dan
R/ lansia mampu menyiapkan keperluan memakai sabun mandi
pribadi untuk mandi A : masalah belum teratasi
10.10 4. Mendampingi dalam melakukan perawatan P : Lanjutkan intervensi 1,2,3,4
diri seperti membantu atau memantau lansia I : Intervensi 1,2,3,4
ketika mandi E:
R/ lansia ingin mandi sendiri namun harus Masalah belum teratasi dan intervensi
10.15 didampingi di pertahankan dan di lanjutkan oleh
5. Menjadwalkan rutinitas perawatan diri pihak panti werdha
seperti memberitahu kepada lansia untuk
mandi pagi pukul 06:00 WIB dan sore hari
pukul 14:30 WIB

69
R/ Perawat membuat jadwal harian
6. Menganjurkan melakukan perawatan diri
secara konsisten
R/ lansia harus diingatkan karena mudah lupa
Rabu, Risiko jatuh 11:00 1. Mengidentifikasi faktor risiko jatuh S : lansia mengatakan lantai licin jika Shinta
28 R/ usia pasien 73 tahun ada air &
September 2. Menghitung risiko jatuh dengan O : Marcho
2022 menggunakan skala Fars Morse Scale - Lansia jalan pelan pelan
R/ skala Fars Morse Scale lansia 45 sehingga - Lansia jalan berpegangan pagar
11:15 risiko jatuh rendah jalan.
3. Mengorientasikan ruangan pada lansia A : Masalah teratasi
R/ lansia mengerti (kamarnya sendiri) P : Pertahankan Intervensi
4. Menganjurkan menggunakan alas kaki yang I : Intervensi 1,2,3
tidak licin E:
R/ lansia mau mengikuti anjuran perawat Masalah belum teratasi dan belum
terjadi, intervensi di pertahankan dan
di lanjutkan oleh pihak panti werdha

70
71
1. Masalah Kesehatan Kronis
No. Keluhan Kesehatan atau
gejala yang dirasakan lansia Tidak
Selalu Sering Jarang
dalam waktu 3 bulan terakhir pernah
(3) (2) (1)
berkaitan dengan fungsi (0)
kognitif
Fungsi penglihatan
0
1. Penglihatan kabur
A. 0
2. Mata berair
0
3. Nyeri pada mata
Fungsi pendengaran
B. 1. Pendengaran berkurang 1
2. Telinga berdenging 0
Fungsi paru (pernapasan)
1. Batuk lama disertai 0
C. keringat malam 0
2. Sesak napas 0
3. Berdahak atau sputum
Fungsi jantung
0
1. Jantung berdebar-debar
D. 0
2. Cepat Lelah
0
3. Nyeri dada
Fungsi pencernaan
E. 0
1. Mual/muntah

1. Nyeri ulu hati


0
2. Makan minum banyak
0
F. (berlebihan)
0
3. Perubahan kebiasaan
buar air besar (mencret
atau sembelit)
Fungsi pendengaran
1. Nyeri kaki saat berjalan
0
2. Nyeri pinggang atau
G. 0
tulang belakang
0
3. Nyeri
persendian/bengkak
Fungsi persyarafan
1. Lumpuh/kelemahan pada
0
kaki atau tangan
0
H. 2. Kehilangan rasa
0
3. Gemetar/tremor
0
4. Nyeri pegel pada daerah
tengkuk
Fungsi saluran perkemihan
I. 2
1. Buang air kecil banyak

72
2. Fungsi Kognitif
Pengkajian fungsi kognitif dilakukan dalam rangka mengkaji kemampuan
lansia berdasarkan daya orientasi terhadap waktu, orang, tempat, serta daya
ingat.
Petunjuk: isilah pertanyaan dibawah ini sesuai dengan respon lansia.
No. Item Pertanyaan Benar Salah
1. Jam berapa sekarang?

Jawab: Lanisa mengatakan tidak tau
2. Tahun berapa sekarang?

Jawab: Lanisa mengatakan tidak tau
3. Kapan bapak / ibu lahir?

Jawab: Lanisa mengatakan tidak tau
4. Berapa umur bapak/ibu sekarang?

Jawab: Lansia menjawab 25 tahun
5. Dimana alamat bapak/ibu sekarang?

Jawab: Lansia menjawab di pare
6. Berapa jumlah anggota keluarga yang tinggal
bersama bapak/ibu sekarang? √
Jawab: Lanisa mengatakan tidak tau
7. Siapa nama anggota keluarga yang tinggal
bersama bapak/ibu sekarang? √
Jawab: Lanisa mengatakan tidak tau
8. Tahun berapa hari kemerdekaan Indonesia?

Jawab: Lanisa mengatakan tidak tau
9. Siapa nama presiden Indonesia sekarang?

Jawab: Lanisa mengatakan tidak tau
10. Coba hitung terbalik dari angka 20 ke 1

Jawab: Lanisa mengatakan tidak tau
JUMLAH BENAR 0 10

Nb:
Skor benar: 8-10 tidak ada gangguan
Skor benar: 0-7 ada gangguan

73
3. Status Fungsional
Modifikasi indeks kemandirian KAZT
Pengkajian status fungsional didasarkan pada kemandirian klien dalam,
menjalankan aktivitas kehidupan sehari-hari. Kemudian berarti tanpa
pengawasan, pengarahan, atau bantuan orang lain. Pengkajian ini didasarkan
pada kondisi aktual klien dan bukan pada kemampuan, artinya jika klien
menolak untuk melakukan suatu fungsi, meskipun ia sebenarnya mampu.

No Aktivitas Mandiri Mandiri


(1) (2)
1. Mandi di kamar mandi (menggosok, √
membersihkan, dan mengeringkan badan
2. Menyiapkan pakaian, dan menenakannya √
3. Memakan makanan yang disiapkan √
4. Memelihara kebersihan diri untuk penampilan √
(menyisir rambut, mencuci rambut, menggosok
gigi, mencukur kumis)
5. Buang air besar di WC (membersihkan dan √
mengeringkan daerah bokong)
6. Dapat mengontrol pengeluaran feses (tinja) √
7. Buang air kecil dikamar mandi (membersihkan √
dan memberihkan daerah kemaluan)
8. Dapat mengontrol pengeluaran air kemih √
9. Berjalan dilingkungan tempat tingggal atau √
keluar ruangan tanpa alat bantu, seperti tongkat
10. Menjalankan ibaadah sesuai agama dan √
kepercayaan yang dianut
11. Melakukan pekerjaan rumah seperti: merapikan √
tempat tidur, mencuci pakayan, memasak, dan
membersihkan ruangan
12. Berbelanja untuk kebutuhan sendiri atau √
kebutuhan keluarga
13. Mengelola keuangan (menyimpan dan √
menggunakan uang sendiri)
14. Menggunakan sarana transportasi umum untuk √
bepergian
15. Menyiapkan obat dan minum obat sesuai √
dengan aturan (takaran obat dan waktu minum
obat tepat)
16. Merencanakan dan mengambil keputusan untuk √
kepentingan keluarga dalam hal penggunaan
uang, aktiitas sosial yang dilakukan dan
kebutuhan akan pelayanan kesehatan

74
17. Melakukan aktivitas di waktu luang (kegiatan √
keagamaan, sosial, rekreasi,olahraga, dan
menyalurkan hobi).

Nb:
Analisa hasil:
Point : 13-17 mandiri
Point : 0-12 ketergantungan

4. Status psikologis (skala depresi geriatric yesavage, 1983)


No. Apakah bapak/ibu dalam satu minggu
terakhir
1. Merasa puas dengan kehidupan yang dijalani
2. Banyak meninggalkan kesenangan /minat dan
aktifitas anda
3. Merasa bahwa kehidupan anda hampa
4. Sering merasa bosan
5. Penuh pengharapan akan masa depan
6. Mempunyai semangat yang baik setiap waktu
7. Diganggu oleh pikiran-pikiran yang tidak dapat
diungkapkan
8. Merasa Bahagia disebagian besar waktu
9. Merasa takut sesuatu akan terjadi pada anda
10. Seringkali merasa tidak berdaya
11. Sering merasa gelisah dan gugup
12. Memilih tinggal dirumah dari pada pergi
melakukan sesautu yang bermanfaat
13. Sering kali merasa khawatir akan masa depan
14. Merasa mempunyai lebih banyak masalah
dengan daya ingat dibandingkan orang lain
15. Berpikir bahwa hidup ini sangat menyenangkan
sekarang
16. Sering kali merasa merana
17. Merasa kurang Bahagia
18. Sangat khawatir terhadap masa lalu
19. Merasa bahwa hidup ini sangat menggairahkan
20. Merasa berat untuk memulai sesuatu hal yang
baru
21. Merasa dalam keadaan penuh semangat
22. Berpikir bahwa keadaan anda tidak ada harapan
23. Berpikir bahwa banyak orang yang lebih baik
daripada anda

75
24. Seringkali menjadi kesal dengan hal yang sepele
25. Seringkali merasa ingin menangis
26. Merasa sulit untuk berkonsentrasi
27. Menikmati tidur
28. Memilih menghindar dari perkumpulan sosial
29. Mudah mengambil keputusan
30. Mempunyai pikiran yang jernih
JUMLAH ITEM YANG TERGANGGU

Nb:
Analisa hasil
Nilai 0 : tergantung
Nilai 1 : normal
Nilai 6-15 : depresi ringan sampai sedang
Nilai 16-30 : depresi berat
Nilai 0-5 : normal

76
BAB 4
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil kasus asuhan keperawatan yang dilakukan pada Ny.M
dengan Demensia, maka dalam bab ini akan membahas kesenjangan antara teori
dan kenyataan yang diperoleh sebagai hasil pelaksanaan study kasus diantaranya
sebagai berikut :
4.1 Pengkajian
Berdasarkan kasus nyata yang terjadi pada Ny.M saat dilakukan
pengkajian sebelum dilakukan tindakan keadaan pasien tampak bingung, gelisah
dan mudah lupa dengan TD: 140/80mmHg, S: 36,20 C, N: 95x/menit, RR:
20x/menit. pada pengkajian berdasarkan teori penyakit demensia yaitu gejala yang
disebabkan oleh penyakit otak yang biasanya bersifat kronis dan progresif dengan
tanda gejala rusaknya seluruh sasaran fungsi kognitif, gangguan daya ingat jangka
pendek, keterbatasan dalam ADL. Berdasarkan teori dan kasus nyata yang terjadi
pada Ny.M dapat disimpulkan bahwa pengkajian mengalami tidak memiliki
kesenjangan.
4.2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan ditemukan pada kasus nyata adalah gangguan
memori berhubungan dengan proses penuaan ditandai dengan lansia mengatakan
bingung ketika ditanya tanggal dan tahun, lansia terlihat gelisah, sering menggulang
kata kata (menghadapi cobaan dan rintangan), saat diajak bicara tidak kontak mata,
mudah lupa (saat ditanya waktu, dan tempat tinggal sekarang), bicara tidak jelas,
MMSE : hasil skore 10 (gangguan kognitif berat), hasil pemeriksaan TTV : TD :
140/80 mmHg, N : 95 x/menit, suhu : 36,2 oC dan RR : 20 x/menit.

Defisit perawatan diri berhubungan penurunan minat yang di tandai dengan


lansia terlihat ke kamar mandi kemudian kembali lagi ke kamar, lansia tidak
mengganti baju jika tidak diingatkan atau dalam pengawasan, saat mandi tidak
memakai sabun hanya disiram saja jika tidak diingatkan atau dalam pengawasan,
rambut lansia tidak rapi, kulit kering dan terdapat bekas luka garukan.

77
Risiko jatuh berhubungan dengan usia > 65 tahun ditandai dengan lansia
jalan lambat, lansia jalan berpegangan pagar jalan, gaya berjalan bungkuk dan
miring ke kanan dan lansia pernah jatuh ± 1 tahun karena kurang istirahat.

Dari pejabaran diatas, dapat dilihat terdapat tiga diagnosa yang sama antara teori
dan kasus nyata dan terdapat satu diagnosa berbeda anatara kasus nyata. Karena
mengambil diagnosa prioritas pada kasus nyata.

4.3 Intervensi Keperawatan


Intervensi keperawatan Ny.M difokuskan pada 3 diagnosa utama yaitu
Gangguan memori berhubungan dengan proses penuaan ditandai dengan lansia
mengatakan bingung ketika ditanya tanggal dan tahun, lansia terlihat gelisah, sering
menggulang kata kata (menghadapi cobaan dan rintangan), saat diajak bicara tidak
kontak mata, mudah lupa (saat ditanya waktu, dan tempat tinggal sekarang), bicara
tidak jelas, MMSE : hasil skore 10 (gangguan kognitif berat), yaitu latihan memori
dengan observasi : identifikasi masalah memori yang dialami, identifiasi kesalahan
terhadap orientasi, terapeutik : stimulasi memori dengan mengulang kata -kata
yang terakhir diucapkan, koreksi kesalahan, stimulasi menggunakan memori pada
peristiwa yang baru terjadi.

Defisit perawatan diri berhubungan penurunan minat yang di tandai dengan


lansia terlihat ke kamar mandi kemudian kembali lagi ke kamar, lansia tidak
mengganti baju jika tidak diingatkan atau dalam pengawasan, saat mandi tidak
memakai sabun hanya disiram saja jika tidak diingatkan atau dalam pengawasan,
rambut lansia tidak rapi, kulit kering dan terdapat bekas luka garukan, yaitu
dukungan perawatan diri observasi : monitor tingkat kemandirian, terapeutik :
sediakan lingkungan yang terapeutik, siapkan keperluan pribadi, dampingi dalam
melakukan perawatan diri, jadwalkan rutinitas perawatan diri, edukasi :anjurkan
melakukan perawatan diri secara konsisten.

Risiko jatuh berhubungan dengan usia > 65 tahun ditandai dengan Lansia
jalan lambat, lansia jalan berpegangan pagar jalan, gaya berjalan bungkuk dan
miring ke kanan dan lansia pernah jatuh ± 1 tahun karena kurang istirahat, dengan
Pencegahan Jatuh, yaitu dengan observasi : identifikasi faktor risiko jatuh ,
identifikasi faktor lingkungan yang menyebabkan risiko jatuh, hitung risiko jatuh

78
dengan menggunakan skala, terapeutik : orientasikan ruangan pada pasien edukasi
: anjurkan menggunakan alas kaki yang tidak licin. Dari penjabaran diatas, dapat
disimpulkan bahwa intervensi untuk diagnosa demensia secara teori dan kasus
nyata sama.

4.4 Implementasi Keperawatan


Implementasi keperawatan pada kasus nyata untuk masalah keperawatan
gangguan memori, mengidentifikasi kesalahan terhadap orientasi, menstimulus
memori dengan mengulang ucapan yang terakhir kali diucapkan seperti
menanyakan nama perawat kembali, hari, tempat dan mengulang kata kata yang
perawat jelaskan ke pasien, menstimulus menggunakan memori pada peristiwa
yang baru terjadi seperti menanyakan peristiwa yang baru terjadi, mengoreksi
kesalahan terhadap orientasi

Implementasi keperawatan pada kasus nyata untuk masalah keperawatan


defisit perawatan diri yaitu, memonitor tingkat kemandirian pasien, menyediakan
lingkungan yang terapeutik seperti suasana yang diinginkan lansia, menyiapkan
keperluan pribadi seperti alat mandi dan pakaian lansia, mendampingi dalam
melakukan perawatan diri seperti membantu atau memantau lansia ketika mandi,
menjadwalkan rutinitas perawatan diri seperti memberitahu kepada lansia untuk
mandi pagi pukul 06:00 wib dan sore hari pukul 14:30 wib, menganjurkan
melakukan perawatan diri secara konsisten

Implementasi keperawatan pada kasus nyata untuk masalah keperawatan


resiko jatuh yaitu, mengidentifikasi faktor risiko jatuh, menghitung risiko jatuh
dengan menggunakan skala fars morse scale, mengorientasikan ruangan pada
lansia, menganjurkan menggunakan alas kaki yang tidak licin.

79
4.5 Evaluasi Keperawatan
Evaluasi pada kasus nyata untuk masalah gangguan memori yaitu data
subyektif lansia mengatakan lupa hari apa sekarang dan dimana sekarang, data
objektif lansia terlihat gelisah, lupa ketika ditanya dan menggulang kata yang baru
diucapkan oleh perawat, selalu mengulang kata “menghadapi cobaan dan
rintangan”, bicara tidak jelas, MMSE : hasil skore 10 (gangguan kognitif berat),
TTV : TD : 130/90 mmHg, N : 90 x/menit, Suhu : 36 oC dan RR : 20 x/menit.
Masalah belum teratasi, Intervensi dihentikan dan dilanjutkan oleh pihak panti
werdha.

Evaluasi pada kasus nyata untuk masalah defisit perawatan diri yaitu data
subjektif Lansia mengatakan mau mandi, data objektif lansia terlihat pergi ke kamar
mandi tetapi kembali lagi ke kamar, lansia mandi didampingi oleh perawat dan
membantu lansia untuk menggunakan pakaian, lansia mau menggosok gigi dan
memakai sabun mandi, masalah belum teratasi, intervensi di lanjutkan oleh pihak
panti.

Evaluasi pada kasus nyata untuk masalah resiko jatuh yaitu data subjektif
lansia mengatakan lantai licin jika ada air, lansia jalan pelan pelan, lansia jalan
berpegangan pagar jalan, Masalah tidak terjadi, intervensi dihentikan, dilanjutkan
oleh pihak panti werdha.

Dari penjabaran diatas dapat dilihat bahwa proses keperawatan pada Ny.M
sudah dilakukan dengan baik dan dari hasil evaluasi pada kasus nyata masalah
keperawatan belum teratasi dan masalah tidak terjadi, intervensi di pertahankan dan
di lanjutkan oleh pihak panti werdha.

80
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Setelah penulis melakukan prosesn keperawatan pada Ny.M dapat
disimpulkan bahwa karakteristik pasien demensia dengan masalah gangguan
memori data subyektif lansia mengatakan bingung ketika ditanya tanggal dan tahun.
Data obyektif lansia terlihat gelisah, sering menggulang kata kata (menghadapi
cobaan dan rintangan), saat diajak bicara tidak kontak mata, lansia mudah lupa (saat
ditanya waktu, dan tempat tinggal sekarang)lansia bicara tidak jelas, mmse : hasil
skore 10 (gangguan kognitif berat), dengan hasil ttv td : 140/80 mmhg, nadi : 95
x/menit, suhu : 36,2 oC, RR : 20 x/menit.

Diagnosa keperawatan yang ditemukan pada kasus nyata adalah gangguan


memori berhubungan dengan proses penuaan ditandai dengan lansia mengatakan
bingung ketika ditanya tanggal dan tahun, lansia terlihat gelisah, sering menggulang
kata kata (menghadapi cobaan dan rintangan), saat diajak bicara tidak kontak mata,
mudah lupa (saat ditanya waktu, dan tempat tinggal sekarang), bicara tidak jelas,
MMSE: hasil skore 10 (gangguan kognitif berat). Defisit perawatan diri
berhubungan penurunan minat yang di tandai dengan lansia terlihat ke kamar mandi
kemudian kembali lagi ke kamar, lansia tidak mengganti baju jika tidak diingatkan
atau dalam pengawasan, saat mandi tidak memakai sabun hanya disiram saja jika
tidak diingatkan atau dalam pengawasan, rambut lansia tidak rapi, kulit kering dan
terdapat bekas luka garukan, dan resiko jatuh berhubungan dengan usia > 65 tahun
ditandai dengan Lansia jalan lambat, lansia jalan berpegangan pagar jalan, gaya
berjalan bungkuk dan miring ke kanan dan lansia pernah jatuh ± 1 tahun karena
kurang istirahat.

Implementasi keperawatan mengacuh pada intervensi keperawatan.

Pada evaluasi ketiga masalah keperawatan yakni 1) gangguan memori


berhubungan dengan proses penuaan ditandai dengan lansia mengatakan bingung
ketika ditanya tanggal dan tahun, lansia terlihat gelisah, sering menggulang kata
kata (menghadapi cobaan dan rintangan), saat diajak bicara tidak kontak mata,
mudah lupa (saat ditanya waktu, dan tempat tinggal sekarang), bicara tidak jelas,

81
MMSE: hasil skore 10 (gangguan kognitif berat), masalah keperawatan belum
teratasi, intervensi di pertahankan dan di lanjutkan oleh pihak panti werdha. 2)
Defisit perawatan diri berhubungan penurunan minat yang di tandai dengan lansia
terlihat ke kamar mandi kemudian kembali lagi ke kamar, lansia tidak mengganti
baju jika tidak diingatkan atau dalam pengawasan, saat mandi tidak memakai sabun
hanya disiram saja jika tidak diingatkan atau dalam pengawasan, rambut lansia
tidak rapi, kulit kering dan terdapat bekas luka garukan, masalah keperawatan
belum teratasi, masalah belum teratasi dan intervensi di pertahankan dan di
lanjutkan oleh pihak panti werdha. 3) Resiko jatuh berhubungan dengan usia > 65
tahun ditandai dengan lansia jalan lambat, lansia jalan berpegangan pagar jalan,
gaya berjalan bungkuk dan miring ke kanan dan lansia pernah jatuh ± 1 tahun
karena kurang istirahat, masalah keperawatan belum teratasi dan masalah tidak
terjadi, intervensi di pertahankan dan di lanjutkan oleh pihak panti werdha.

5.2 Saran

5.2.1 Bagi Institusi

Diharapkan dapat digunakan sebagai referensi dan pengetahuan untuk


memberikan pelayanan pada klien dengan diagnosa demensia yang lebih
berkualitas dengan mengikuti perkembangan imu keperawatan terkini.

5.2.2 Bagi Penulis Selanjutnya

Selain menerapkan pengkajian yang komprehensif, penulis juga perlu


melakukan pengkajian terhadap teman klien, petugas jaga wisma dan keluarga jika
ada, untuk mengkonfirmasi atau mencocokan antara pendapat yang telah
disampaikan dengan fakta yang terjadi. Untuk penulis selanjutnya diharapkan
kegiatan senam otak dapat dilakukan 2 kali dalam sehari untuk meningkatkan daya
ingat klien sehingga klien dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari seperti mandi,
berpakaian, makan dan eliminasi.

82
DAFTAR PUSTAKA

Copel,L,C. (2017). Kesehatan jiwa dan psikiatri. Edisi 2. Jakarta: EGC.


Corwin, J. Elizabeth. (2018). Buku Saku : Patofisiologi. Ed.3. Jakarta : EGC
Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses dan Praktik Edisi 4 vol 1. Jakarta: EGC
Kemenkes RI.(2019). Gambaran Kesehatan Lanjut Usia di Indonesia. Jakarta di
unduh tanggal 23 juni 2018 Potter & Perry. (2016).
Kushariyadi.(2018). Askep pada Klien Lanjut Usia. Jakarta : Salemba Medika.
Nugroho, H. wahjudi. (2016).Keperawatan Gerontik dan Geriatrik Edisi 3. Jakarta:
EGC
PDF Alzheimer’s Disease International, (2019). The global voice on Dementia.
Diunduh tanggal 22 juni 2018.
PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI). Jakarta
PPNI. 2016. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI). Jakarta
PPNI. 2016. Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI). Jakarta
Santoso, H Dan Ismail A.(2017). Memahami krisis lanjut usia. Jakarta : Gunung
Mulia.
Worl Healt Organitation (2019). Proposes definitation of An Order person in word.
Di unduh tanggal 23 juni 2018.

83
DOKUMENTASI

84

Anda mungkin juga menyukai