Anda di halaman 1dari 48

MAKALAH

KEPERAWATAN KELUARGA
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN
CEREBRAL VASCULAR ACCIDENT (CVA)
PADA KELUARGA NY. MASRIYATUN

Disusun untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Keluarga

Dosen Pembimbing:
Andika Siswoaribowo, S. Kep., Ns., M. Kep.

Oleh:
Kelompok VI
Atika Ziyana Furoida 202001011
Cindy Maya Nuari 202001013
Ega Ananda Kurnia 202001018
Erly Dwi Puspitasari 202001021
Mariska Nurmalinda Putri 202001034
M Agus Firmansyah R 202001036
Novriska Aiko Adistia 202001041
Wasnia Nur Affdila Yusuf 202001061
Yogi Fadhila Rizky Oktafiani 202001062
Yusuf Abdullah 202001065
Ina Saputri 202001066

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KARYA HUSADA
KEDIRI
2022
LEMBAR PENGESAHAN

Makalah Edukasi dan Promosi Kesehatan dengan Judul “Asuhan Keperawatan


Keluarga Dengan Cerebral Vascular Accident (CVA) Pada Keluarga Ny.
Masriyatun” telah disetujui dan disahkan pada:
Hari :
Tanggal :

Pare, 11 Oktober 2022

Mengetahui,
Dosen Pembimbing

Andika Siswoaribowo, S. Kep., Ns., M. Kep.

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Yang telah


memberikan limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah ini untuk memenuhi tugas mata kuliah
edukasi dan Promosi Kesehatan dengan lancar dan tepat waktu.

Adapun judul dari makalah ini adalah “Satuan Acara


Penyuluhan; Pemberian Asi Eksklusif Untuk Generasi Emas Bangsa”.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk menambah
wawasan atau pengetahuan tentang konsep dan metode penyusunan
Satuan Acara Penyuluhan dalam lingkup edukasi dan promosi
kesehatan. Diharapkan setelah membaca makalah ini, pembaca dapat
lebih memahami mengenai hal tersebut.

Dalam menyusun makalah ini penulis mendapatkan banyak


bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu dalam
kesempatan kali ini penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada
Bapak Andika Siswoaribowo, S. Kep., Ns., M. Kep., selaku dosen
pembimbing dan juga teman-teman yang sudah memberikan dukungan
sekaligus masukan untuk penulis dalam proses penyelesaian makalah.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan


dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, penulis sangat
mengarapkan saran dan kritik yang bersifat membangun untuk
evaluasi makalah ini sehingga dapat dijadikan pengalaman untuk
penyusunan makalah dimasa yang kandatang.

Pare, 10 Oktober 2022

Penulis

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL............................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................... ii
KATA PENGANTAR ........................................................................... iii
DAFTAR ISI .......................................................................................... iv

BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ...................................................................... 2
C. Tujuan ........................................................................................ 2
D. Manfaat ...................................................................................... 2

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA


A. Konsep Keluarga ........................................................................ 3
B. Konsep Cerebral Vascular Accident (CVA) .............................. 10

BAB III : ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA


A. Pengkajian .................................................................................. 23
B. Analisis Data .............................................................................. 33
C. Skala Prioritas Masalah .............................................................. 34
D. Rencana Asuhan Keperawatan Keluarga ................................... 37
E. Implementasi Keperawatan ........................................................ 39
F. Evaluasi Keperawatan ................................................................ 40

BAB IV : PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................ 41
B. Saran ........................................................................................... 41
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 42
LAMPIRAN DAN LEMBAR PERNYATAAN .................................... 43
Lampiran-lampiran ................................................................................. 44

iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Cerebro Vaskular Accident (CVA) terjadi karena rusaknya
sebagian fungsi dari otak akibat tersumbatnya atau bocornya aliran
pembuluh darah ke otak,sehingga membuat fungsi- fungsi dalam otak
menghilang ataupun rusak (Saraswati, 2019). Penderita CVA yang
mengalami penurunan kesadaran biasanya diakibatkan oleh kurangnya
suplai darah dan oksigen keotak yang menyebakan perfusi jaringan
serebral tidak efektif. Masalah yang dapat berhubungan dengan perfusi
jaringan serebral yang tidak efektif adalah karusakan transportasi O2,
terhambatnya aliran darah arteri, aliran vena/arteri mengalami reduksi
mekanis. (Potter & Perry, 2010).
World Health Organitation (2015) kasus penduduk di dunia yang
terserang Cerebro Vaskular Accident (CVA) diperkirakan 50 juta jiwa,
dan 9 juta diantaranya mengalami kecacatan berat, bahkan 10%
diantaranya mengalami kematian.
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdes, 2018) prevelasi CVA di
Indonesia cukup tinggi yaitu sekitar 10,9 permil untuk setiap seribu 2
penduduk dan diramalkan 2020 akan menjadi dua kali lipat. Provinsi Jawa
Timur sendiri prevelasi 11 permil untuk setiap 1000 penduduknya.
Prevelasi CVA berdasarkan gender laki-laki lebih banyak (kurang lebih 11
permil) dan perempuan hanya sekitar 10,9 permil. Menurut tempat tinggal,
prevelasi diperkotaan sangat tinggi (12,7) daripada di perdesaan (8,9
permil).
Berdasarkan hal tersebut, diperlukan tindakan keperawatan secara
holistic baik pada pasien dengan CVA maupun pada keluarga yang
merawat pasien dengan CVA. Oleh sebab itu, penulis tertarim untuk
mengkaji dan menuangkannya dalam makalah yang berjudul, “Asuhan
Keperawatan Keluarga dengan Cerebral Valcular Accident (CVA) pada
Keleuarga Ny. Masriyatun”.

1
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan masalah
sebagai berikut:
1. Bagaimakah Konsep keluarga?
2. Bagaimanakah Konsep Cerebral Vascular Accident (CVA)?
3. Bagaimana Asuhan Keperawatan Keluarga pada keluarga dengan
penyakit CVA?

C. TUJUAN
1. Mahasiswa mampu memahami tentang konsep keluarga
2. Mahasiswa mampu memahami tentang Konsep Cerebral Vascular
Accident (CVA)
3. Mahasiswa mampu memahami tentang Asuhan Keperawatan Keluarga
pada keluarga dengan penyakit CVA

D. MANFAAT
Manfaat penulisan makalah ini diantaranya:
1. Bagi penulis, hasil makalah ini dapat digunakan sebagai pedoman
dalam memberikan keperawatan dan menyusun asuhan keperawatan
keluarga dengan anggota keluarga CVA
2. Bagi Institusi Pendidikan Kesehatan, makalah ini dapat digunakan
sebagai referensi dan tambahan informasi dalam peningkatan mutu
pendidikan dimasa yang akan datang tentang asuhan keperawatan
keluarga dengan anggota keluarga CVA
3. Bagi Lembaga Pelayanan Kesehatan, hasil makalah ini diharapkan
menjadi informasi dalam saran dan evaluasi untuk peningkatan mutu
pelayanan yang lebih baik kepada keluarga dengan anggota keluarga
CVA yang akan datang.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. KONSEP KELUARGA
1. Definisi Keluarga
Keluarga adalah dua atau lebih dari dua individu yang
tergabung karena hubungan darah, hubungan perkawinan atau
pengangkatan dan mereka hidup dalam satu rumah tangga, berinteraksi
satu sama lain dan didalam perannya masing-masing menciptakan
serta mempertahankan kebudayaan (Friedman, 2010).
Keluarga adalah dua atau lebih individu yang bergabung karena
hubungan darah, perkawinan dan adopsi dalam satu rumah tangga,
yang berinteraksi satu dengan lainnya dalam peran dan menciptakan
serta mempertahankan suatu budayya (Ali, 2010).

2. Tahap dan Tugas Pekembangan Keluarga


Tahapan dan tugas perkembangan keluarga yang diadaptasi
dari Duval, yaitu:

No Tahap Definisi dan Tugas

1 Pasangan Tahapan ini dimulai dari dua insan dewasa


pemula atau mengikat janji melalui pernikahan dengan
pasangan baru landasan cinta dan kasih sayang.
menikah
Tugas pada tahapan ini ialah saling memuaskan
antar pasangan, beradaptasi dengan keluarga
besar masing-masing dan merencanakan untuk
punya anak.

2 Keluarga Dimualai saat ibu hamil sampai melahirkan


dengan “child anak pertama sampai usia anak mencapai 30
bring” (anak bulan.
pertama)
Tugas pada kleuarga ini ialah menyiapkan biaya
persalinan, merancang dan menyiapkan biaya
anak, saat bayi sudah lahir: memberikan ASI
(minimal 6 bulan), memberikan kasih dan

3
saying, mengajarkan sosialisasi,
mempertahankan hubungan dalam rangka tetap
memuaskan pasangan antar 1 dengan lain.

3 Keluarga Dimulai saat anak usia pertama umur 2,5 tahun


dengan anak dan berakhir sampai usia anak 5 tahun.
sekolah
Tugas pada keluarga dengan anak pra-sekolah;
menanmkan nilai-nilai dan norma kehidupan,
menanamkan kepercayaan/agama, mengenalkan
kultur budaya, memenuhi kebutuhan bermain,
membantu bersosialisasi, menankam rasa
tanggungjawab, memastikan stimulasi untuk
perkembangan anak supaya sesuai dengan
usianya.

4 Keluarga Dimulai saat anak usia 6 tahun dan berakhir


dengan anak saat usia 12 tahun.
usia sekolah
Tugas keluarga ini ialah: memenuhi kebutuhan
sekolah anak serta biaya sekolahnya,
membiasakan belajar teratus, memperhatikan
anakanak saat menyelesaikan tugasnya,
menanamkan pada anak bahwa pendidikan
sangat penting, membantu anak untuk
bersoosialisasi lebih luas.

5 Keluarga Dimulai saat anak usia 13 tahun dan berakhir


dengan anak saat anak usia 19-20 tahun. Keluarga pada tahap
remaja ini biasanya mengalami dilematis karena pada
usia remaja anak mulai menurunkan
perhatiannya terhadap orang tua dan lebih dekat
dengan teman sebayanya. Seringkali ditemukan
perbedaan pendapat dari orang tua dan anak dan
jika tidak diselesaikan akan berdampak pada
hubungan selanjutnya.

Tugas pada tahapan ini: memberikan perhatian


lebih pada anak remaja, mendiskusikan tentang
rencana sekolah anak, memberikan kebebasan
tanpa melakukan unsur tanggungjawab, selalu
memperhatikan komunikasi yang baik.

4
6 Keluarga Remaja yang dewasa harus siap melepaskan
dengan kedua orang tuanya untuk memulai hidup baru,
melepas anak bekerja dan berkeluarga.
ke masyarakat
Tugas keluarga pada tahap ini:
mempertahankan keintiman pasangan,
membantu anak untuk mandiri,
mempertahankan komunikasi, membina
hubungan dengan menantu, kembali menyusun
peran dan fungsi keluarga setelah ditinggalkan.

7 Keluarga Setelah ditinggal pergi anak-anaknya.


dengan
tahapan Tugas keluarga ini: menjaga keintiman
berdua pasangan, merencanakan kegiatan yang akan
kembali datang, menjaga komunikasi dengan anak dan
cucu, mempertahankan kesehatan masing-
masing pasangan.

8 Keluarga Masa tua bisa dihinggapi perasaan kesepian,


dengan masa tidak berdaya
tua
Tugas keluarga pada tahapan ini ialah: saling
memberikan perhatian, yang menyenangkan
anatara pasangan, memperhatikan kesehatan
masing-masing pasangan, merencanakan
kegiatan untuk mengisi waktu tua seperti
berolahraga, berkebun, mengasuh cucu. Pada
masa tua pasangan harus saling mengingatkan
adanya kehidupan yang kekal setelah kehidupan
di dunia ini.

Tabel 2.1. Tahap dan Tugas Perkembangan Keluarga

3. Tipe dan Bentuk Keluarga


Tipe keluarga menurut Harmoko (2012) dan Agrina & Zulfitri
(2012) yaitu sebagai berikut:
a) Nuclear Family
Keluarga inti yang terdiri atas ayah, ibu, dan anak yang
tinggal dalam satu rumah di tetapkan oleh sanksi-sanksi legal

5
dalam suatu ikatan perkawinan, satu/ keduanya dapat bekerja di
laur rumah.
b) Extended Family
Keluarga inti ditambahkan dengan sanak saudara, misalnya
nenek, kakek, keponakan, saudara sepupu, pama, bibi, dan
sebagainya.
c) Reconstitutedtud Nuclear
Pembentukan baru dari keluarga inti melalui perkawinan
kembali suami/istri, tinggal dalam pembentuan satu rumah dengan
anakanaknya, baik itu bawaan dari perkawinan lama maupun hasil
dari perkawinan baru. Satu atau keduanya dapat bekerja di luar
rumah.
d) Middle Age/ Aging Couple
Suami sebagai pencari uang. Istri di rumah/ kedua-duanya
bekerja di rumah, anak-anak sudah meningglakan rumah karena
sekolah/ perkawinan/meniti karier.
e) Dyadic Nuclear
Suami istri yang sudah berumur da tidak mempunyai anak,
keduanya/salah satu bekerja di rumah.
f) Single Parent
Satu orang tua sebagai akibat perceraian/ kematian
pasangannya dan anak-anaknya dapat tinggal di rumah/ di luar
rumah.
g) Dual Career
Suami istri atau keduanya berkarier dan tanpa anak.
h) Commuter Married
Suami istri/ keduanya orang karier dan tinggal terpisah
pada jarak tertentu, keduanya saling mencari pada waktu-waktu
tertentu.
i) Single Adult
Wanita atau pria dewasa yang tinggal sendiri dengan tidak
adanya keinginan untuk menikah.

6
j) Three Generation
Tiga generasi atau lebih tinggal dalam satu rumah.
k) Institutional
Anak-anak atau orang-orang dewasa tinggal dalam suaru
pantipanti.
l) Comunal
Satu rumah terdiri atas dua/lebih pasangan yang monogami
dengan anak-anaknya dan bersama-sama dalam penyediaan
fasilitas.
m) Group Marriage
Satu perumahan terdiri atas orangtua dan keturunannya di
dalam satu kesatuan keluarga dan tiap individu adalah menikah
dengan yang lain dan semua adalah orang tua dari anak-anak.
n) Unmarried parent and child
Ibu dan anak dimana perkawinan tidak dikehendaki, anakya
di adopsi.
o) Cohibing Cauple
Dua orang/ satu pasangan yang tinggal bersama tanpa
pernikahan

4. Pola Proses Komunikasi Keluarga


Menjelaskan cara berkomunikasi antar anggota keluarga, sistem
komunikasi yang digunakan, efektif tidaknya (keberhasilan)
komunikasi dalam keluarga.

5. Struktur dan Peran Keluarga

Menurut Friedman (2010) dan Hernilawati (2013) peran


keluarga dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu:

a) Peran Formal Keluarga


Peran formal adalah peran eksplisit yang terkandung dalam
struktur peran keluarga (ayah suami, dll). Yang terkait dengan

7
masing –masing posisi keluarga formal adalah peran terkait atau
sekelompok perilaku yang kurang lebih homogen. Keluarga
membagi peran kepada anggota keluarganya dengan cara yang
serupa dengan cara masyarakat membagi perannya berdasarkan
pada seberapa pentingnya performa peran terhadap berfungsinya
sistem tersebut. Beberapa peran membutuhkan keterampilan atau
kemampuan khusus peran yang lain kurang kompleks dan dapat
diberikan kepada mereka yang kurang terampil atau jumlah
kekuasaannya paling sedikit.
b) Peran Informal Keluarga
Peran informal bersifat implisit, sering kali tidak tampak
pada permukaannya, dan diharapkan memenuhi kebutuhan
emosional anggota keluarga dan/atau memelihara keseimbangan
keluarga. Keberadaan peran informal diperlukan untuk memenuhi
kebutuhan integrasi dan adaptasi dari kelompok keluarga.

6. Fungsi Keluarga
Menurut Marilyn M. Friedman (2010) fungsi keluarga dibagi
menjadi 5 yaitu:

a) Fungsi Afektif
Memfasilitasi stabilisasi kepribadian orang dewasa,
memenuhi kebutuhan psikologis anggota keluarga.
b) Fungsi Sosialisasi
Memfasilitasi sosialisasi primer anak yang bertujuan
menjadikan anak sebagai anggota masyarakat yang produktif serta
memberikan status pada anggota keluarga.
c) Fungsi Reproduksi
Untuk mempertahankan kontinuitas keluarga selama
beberapa generasi dan untuk keberlangsungan hidup masyarakat.
d) Fungsi ekonomi
Menyediakan sumber ekonomi yang cukup dan alokasi
efektifnya.

8
e) Fungsi perawatan kesehatan
Menyediakan kebutuhan fisik-makanan, pakaian, tempat
tinggal, perawatan kesehatan (MarilynM. Friedman, 2010).

7. Tugas Keluarga dalam Bidang Kesehatan


Menurut Bailon dan Maglaya (1978) yang dikutip Efendi, F &
Makhfudli (2009) secara umum keluarga mampu melaksanakan lima
tugas kesehatan keluarga, yaitu:
a) Keluarga mampu mengenal masalah kesehatan
b) Keluarga mampu mengambil keputusan untuk melakukan
tindakan
c) Keluarga mampu melakukan perawatan terhadap anggota
keluarga yang sakit
d) Keluarga mampu menciptakan lingkungan yang dapat
meningkatkan kesehatan
e) Keluarga mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan yang
terdapat di lingkungan setempat

8. Stress dan Koping Keluarga


Stress dan koping keluarga meliputi:
a) Stressor-stressor jangka panjang dan jangka pendek yang dialami
oleh keluarga, serta lamanya dan kekuatan strssor yang dialami
oleh keluarga.
b) Tindakan obyektif dan realistis keluarga terhadap stressor yang
dihadapi.
c) Sejauh mana keluarga bereaksi terhadap stressor, strategi koping
apa yang digunakan untuk menghadapi tipe-tipe masalah, serta
strategi koping internal dan eksternal yang digunakan oleh
keluarga.
d) Strategi adaptasi disfungsional yang digunakan oleh keluarga.
Identifikasi bentuk yang digunakan secara ekstensif: kekerasan,
perlakukan kejam terhadap anak, mengkambinghitamkan,

9
ancaman, mengabaikan anak, mitos keluarga yang merusak,
pseudomutualitas, triangling dan otoritarisme.

B. KONSEP CEREBRAL VASCULAR ACCIDENT (CVA)


1. Definisi CVA

Cerebro Vaskular Acident (CVA) merupakan suatu keadaan


dimana aliran darah terganggu tau bahkan terhenti akibat ada
sumbatan atau pecahnya pembuluhdarah di serebral mengakibatkan
sel-sel saraf diotak mati atau bahkan rusak akibat kurangnya suplay
O2 dan darah dalam jaringan otak. (Bastian, 2015).
Cerebro Vaskular Accident (CVA) Hemoragik merupakan
stroke yang terjadi dimana pembuluh darah yang terdapat diotak
mengalami pecah atau bocor sehingga mengalami perdarahan,
disebabkan oleh beberapa faktor antara lain : hipertensi, overtreatment
dengan antikoagulan, melemahnya aneurisma, malaformasi
arteriovenosa (Rudi&Maria, 2019).
Stroke atau kejadian serebrovaskular (CVA), merupakam suatu
infark pada otak yang iskemik atau hemoragik menyebabkan gangguan
fungsi otak ditandai dengan defisit neurologis fokal dengan onset
mendadak, hemiparesis merupakan tanda utama dari stroke (Brunner
& Suddarth, 2013).

2. Klasifikasi CVA
Menurut LeMone et al. (2016) dan Brunner & Suddarth (2014),
stroke diklasifikasikan menjadi:
a) Stroke Iskemik
Sumbatan dapat terjadi dari bekuan darah (trombus maupun
embolus) atau stenosis pembuluh darah akibat plak.
Sumbatanpembuluh darah besar biasanya akibat trombus. Stroke
pembuluh darah kecil hingga sangat kecil menimbulkan infark di

10
pembuluh dalam. Klasifikasi dibedakan menurut perjalanan
penyakit atau stadiumnya:
1) Serangan Iskemik Transien (Transient ischemic attack, TIA),
terkadang disebut stroke kecil karena periode iskemik singkat,
erlokalisasi dan secara klinis kembali normal dalam kurun
waktu kurang dari 24 jam.
2) Stroke Pembuluh Darah Besar (Trombosis), disebabkan oleh
oklusi trombus pada pembuluh darah serebral besar dan sering
terjadi pada lansia yang istirahat/tidur dikarenakan menurunnya
tekanan darah. Stroke ini biasanya mengenai arteri serebral
tunggal yang menyuplai korteks serebral, menyebabkan afasia,
sindrom pengabaian, dan hemianiopia.
3) Stroke Pembuluh Darah Kecil (Infark Lakunar), terjadi di
bagian terdalam otak atau batang otak dari oklusi cabang kecil
arteri serebral besar. Manifestasi mencakup hemiplegia dan
disartria.
4) Stroke Embolik Kardiogenik, terjadi ketika bekuan darah dari
fibrilasi atrial, trombi ventrikel, infark miokard, penyakit
jantung kongestif, aterosklerosis masuk dan menyumbat sistem
sirkulasi serebral.
b) Stroke Hemorrhagic
Perdarahan jaringan otak sering terjadi pada pasien
hipertensi dan aterosklerosis serebral yang mengakibatkan ruptur
pembuluh darah. Perdarahan dapat terjadi akibat patologi arteri,
tumor otak dan penggunaan obat seperti antikoagulan oral.
Perdarahan sering terjadi pada lobus serebral, basal ganglia,
talamus, pons, dan serebelum (Hickey dalam Brunner & Suddarth,
2014). Klasifikasi stroke hemoragik, antara lain:
1) Perdarahan Intraserebral, merupakan dilatasi dinding arteri
serebral yang berisiko mudah rapuh. Penyebab aneurisma
belum diketahui pasti, namun mungkin disebabkan oleh
aterosklerosis.

11
2) Perdarahan Sub Arakhnoid (PSA), merupakan perdarahan
dalam ruang subarakhnoid) berasal dari AVM (Arteriovenous
Malformations), aneurisma intrakranial, trauma atau hipertensi.
Penyebab tersering adalah pecahnya aneurisma pada sekitar
sirkulasi Willis.

3. Etiologi CVA
Stroke biasanya diakibatkan dari salah satu dari empat kejadian:

a) Trombosis (bekuan darah di dalam pembuluh darah otak atau leher)

b) Embolisme serebral (bekuan darah atau material lain yang


dibawa ke otak dari bagiantubuh yang lain)

c) Iskemia (penurunan aliran darah ke area otak)

d) Hemoragi serebral (pecahnya pembuluh darah serebral dengan


perdarahan ke dalamjaringan otak atau ruang sekitar otak).

Akibatnya adalah penghentian suplai darah ke otak, yang


menyebabkan kehilangan sementara atau permanen gerakan, berpikir,
memori bicara, atau sensasi. Trombosis serebral. Arteosklerosis
serebral dan pelambatan sirkulasi serebral adalah penyebab utama
trombosis serebral, yang adalah penyebab paling umum stroke.
Faktor-faktor yang menyebabkan stroke:
a) Faktor yang tidak dapat dirubah (Non-Reversible)
Jenis kelamin dan penuaan Pria berusia kurang dari 65
tahun memiliki resiko terkena stroke iskemik atau perdarahan
intraserebrum lebih tinggi 20% daripada wanita. Namun,
wanita usia berapa pun memiliki resiko perdarahan
subaraknoid sekitar 50% lebih besar. Dibandingkan pria,
wanita juga tiga kali lipat lebih mungkin mengalami
aneurisma intrakranium yang tidak pecah. Perbedaan gender
ini tidak terlalu mencolok pada kelompok usia dewasa muda,

12
dimana stroke mengenai pria dan wanita hampir sama
banyak. Resiko terkena stroke meningkat sejak usia 45 tahun.
Setelah mencapai usia 50 tahun, setiap penambahan usia tiga
tahun meningkatkan risiko stroke sebesar 11-20%, dengan
peningkatan bertambah seiring usia. Orang berusia lebih dari
65 tahun memiliki risiko paling tinggi, tetapi hamper 25% dari
semua stroke terjadi pada orang berusia kurang dari ini, dan
hampir 4%terjadi pada orang berusia antara 15-40 tahun.
Stroke jarang terjadi pada anak berusia kurang dari 15 tahun,
tetapi jika terjadi, stroke ini biasanya disebabkan oleh
penyakit jantung bawaan, kelainan pembuluh darah, trauma
kepala atau leher, migrain, atau penyakit darah.

b) Faktor yang dapat dirubah (Reversible)


1) Hipertensi Meningkatnya risiko stroke dan penyakit
kardiovaskuler lain berawal pada tekanan 115/75 mmHg
dan meningkat dua kali lipat setiap peningkatan 20/10
mmHg. Orang yang jelas menderita hipertensi (tekanan
darah sistolik sama atau lebih besar dari 140mmHg atau
tekanan darah diastolik sama atau lebih besar dari 90
mmHg) memiliki resiko stroke tujuh kali lebih besar
dibandingkan dengan mereka yang tekanan darahnya
normal atau rendah. Untuk orang yang berusia di atas 50
tahun, tekanan darah sistolik yang tinggi (140 mmHg atau
lebih) dianggap sebagai faktor risiko untuk stroke atau
penyakit kardiovaskuler lain yang lebih besar
dibandingkan dengan tekanan darah diastolik yang
tinggi. Namun, tekanan darah meningkat seiring usia dan
orang yang memiliki tekanan darah normal pada usia 55
tahun mempunyai risiko stroke hampir dua kali lipat
dibandingkan orang berusia muda.

13
2) Penyakit jantung Orang yang mengidap masalah jantung,
misalnya angina, fibrilasi atrium, gagal jantung, kelainan
katup, katup buatan, dan cacat jantung bawaan, berisiko
besar mengalami stroke. Bekuan darah yang dikenal
sebagai embolus, kadang-kadang terbentuk di jantung
akibat adanya kelainan di katup jantung, irama jantung
yang tidak teratur, atau setelah serangan jantung. Embolus
ini terlepas dan mengalir ke otak atau bagian tubuh lain.
Setelah berada di otak, bekuan darah tersebut dapat
menyumbat arteri dan menimbulkan stroke iskemik.
3) Kolesterol tinggi Meskipun zat lemak (lipid) merupakan
komponen integral dari tubuh kita, kadar lemak darah
(terutama kolesterol dan trigleserida) yang tinggi
meningkatkan risiko aterosklerosis dan penyakit jantung
koroner. Keadaan ini juga dikaitkan dengan peningkatan
20% risiko stroke iskemik atau TIA.
4) Obesitas Untuk mempertahankan berat badan, seorang
dewasa yang sehat ratarata memerlukan asupan makanan
harian sekitar 30- 35 kkal untuk setiap kilogram beratnya.
Bagi orang yang lebih tua kebutuhan ini mungkin lebih
sedikit, terutama jika mereka tidak banyak beraktivitas
fisik. Makanan yang tidak sehat dan tidak seimbang
(misalnya, makanan yang kaya lemak jenuh, kolesterol,
atau garam dan kurang buah serta sayuran) adalah salah
satu faktor risiko stroke yang paling signifikan.
5) Diabete mellitus Mengidap penyakit ini akan
menggandakan kemungkinan terkena stroke, karena
diabetes menimbulkan perubahan pada sistem vascular
(pembuluh darah dan jantung) serta mendorong terjadinya
aterosklerosis.
6) Strees emosional Kadang-kadang pekerjaan, hubungan
pribadi, keuangan, dan faktorfaktor lain menimbulkan

14
stres psikologis, dan penyebebnya tidak selalu dapat
dihilangkan. Meskipun sebagian besar pakar stroke
menganggap bahwa serangan stres yang timbul sekali-
sekali bukan merupakan faktor risiko stroke, namun stres
jangka panjang dapat menyebabkan peningkatan tekanan
darah dan kadar kolesterol

15
4. Manifestasi Klinis CVA

Menurut Tarwoto (2013), manifestasi klinis stroke


tergantung dari sisi atau bagian mana yang terkena, rata-rata
serangan, ukuran lesi dan adanya sirkulasi kolateral. Pada stroke
Iskemik, gejala klinis meliputi:

a) Kelumpuhan wajah atau anggota badan sebelah (hemiparise)


atau hemiplegia (paralisis) yang timbul secara mendadak.
Kelumpuhan terjadi akibat adanya kerusakan pada area
motorik di korteks bagian frontal, kerusakan ini bersifat
kontralateral artinya jika terjadi kerusakan pada hemisfer
kanan maka kelumpuhan otot pada sebelah kiri. Pasien juga
akan kehilangan kontrol otot vulenter dan sensorik sehingga
pasien tidak dapat melakukan ekstensi maupun fleksi.

b) Gangguan sensibilitas pada satu atau lebih anggota badan.


Gangguan sensibilitas terjadi karena kerusakan system saraf
otonom dan gangguan saraf sensorik.

c) Penurunan kesadaran (konfusi, delirium, letargi, stupor, atau


koma), terjadi akibat perdarahan, kerusakan otak kemudian
menekan batang otak atau terjadinya gangguan metabolik otak
akibat hipoksia.

d) Afasia (kesulitan dalam bicara). Afasia adalah defisit


kemampuan komunikasi bicara, termasuk dalam membaca,
menulis dan memahami bahasa. Afasia terjadi jika terdapat
kerusakan pada area pusat bicara primer yang berada pada
hemisfer kiri dan biasanya terjadi pada stroke dengan
gangguan pada arteri middle sebelah kiri.

e) Disatria (bicara cedel atau pelo) Merupakan kesulitan bicara

16
terutama dalam artikulasi sehingga ucapannya menjadi tidak
jelas. Namun demikian, pasien dapat memahami pembicaraan,
menulis, mendengarkan maupun membaca. Disartria terjadi
karena kerusakan nervus cranial sehingga terjadi kelemahan
dari otot bibir, lidah dan laring. Pasien juga terdapat kesulitan
dalam mengunyah dan menelan.

f) Gangguan penglihatan, diplopia. Pasien dapat kehilangan


penglihatan atau juga pandangan menjadi ganda, gangguan
lapang pandang pada salah satu sisi. Hal ini terjadi karena
kerusakan pada lobus temporal atau parietal yang dapat
menghambat serat saraf optik pada korteks oksipital.
Gangguan penglihatan juga dapat disebabkan karena
kerusakan pada saraf cranial III, IV dan VI.

g) Disfagia Disfagia atau kesulitan menelan terjadi karena


kerusakan nervus cranial IX. Selama menelan bolus didorong
oleh lidah dan glottis menutup kemudian makanan masuk ke
esophagus.

h) Inkontinensia. Inkontinensia baik bowel maupun badder


sering terjadi karena terganggunya saraf yang mensarafi
bladder dan bowel.

5. Patofisiologi CVA

Infark serebral adalah berkurangnya suplai darah ke area


tertentu di otak. Luasnya infark bergantung pada faktor-faktor
seperti lokasi dan besarnya pembuluh darah dan adekuatnya
sirkulasi kolateral terhadap area yang disuplai oleh pembuluh
darah yang tersumbat. Suplai darah ke otak dapat berubah (makin
lambat atau cepat) pada gangguan lokal (trombus, emboli,
perdarahan, dan spasme vaskuler) atau karena gangguan umum
(hipoksia karena gangguan paru dan jantung). Arterosklerosis

17
sering sebagai factor penyebab infark pada otak. Trombus dapat
berasal dari plak arterosklerotik, atau darah dapat beku pada area
yang stenosis, tem pat aliran darah mengalami pelambatan atau
terjadi turbulensi. Trombus dapat pecah dari dinding pembuluh
darah terbawa sebagai emboli dalam aliran darah. Trombus
mengakibatkan iskemia jaringan yang disuplai oleh pembuluh
darah yang bersangkutan dan edema dan kongesti di sekitar area.
Area edema ini menyebabkan disfungsi yang lebih besar daripada
area infark itu sendiri. Edema dapat berkurang dalam beberapa
jam atau kadang-kadang sesudah beberapa hari. Dengan
berkurangnya edema klien mulai menunjukan perbaikan. Oleh
karena itu thrombosis biasanya tidak fatal, jika tidak terjadi
perdarahan masif. Oklusi pada pembuluh darah serebral oleh
embolus menyebabkan edema dan nekrosis diikuti trombosis.
Jika terjadi septik infeksi akan meluas pada dinding pembuluh
darah maka akan terjadi abses atau ensefalitis, atau jika sisa
infeksi berada pada pembuluh darah yang tersumbat
menyebabkan dilatasi aneurisma pembuluh darah. Hal ini akan
menyebabkan perdarahan serebral, jika aneurisma pecah atau
rupture Perdarahan pada otak disebabkan oleh ruptur
arteriosklerotik dan hipertensi pembuluh darah. Perdarahan
intraserebral yang sangat luas akan lebih sering menyebabkan
kematian dibandingkan keseluruhan penyakit serebro vaskuler,
karena perdarahan yang luas terjadi destruksi massa otak,
peningkatan tekanan intrakranial dan yang lebih berat dapat
menyebabkan herniasi otak pada falk serebei atau lewat foramen
magnum.

Kematian dapat disebabkan oleh kompresi batang otak,


hemisfer otak, dan perdarahan batang otak sekunder atau ekstensi
perdarahan ke batang otak. Perembesan darah ke ventrikel otak
terjadi pada sepertiga kasus peradarahan otak di nekleus
kaudatus, talamus, dan pons. Jika sirkulasi serebral terhambat,

18
dapat berkembang anoksia serebral. Perubahan yang disebabkan
oleh anoksia serebral dapat reversibel untuk waktu 4-6 menit.
Perubahan inversibel jika anoksia lebih dari 10 menit. Anoksia
serebral dapat terjadi oleh karena gangguan yang bervariasi salah
satunya henti jantung. Selain kerusakan perenkim otak, akibat
volume perdarahan yang relatif banyak akan mengakibatkan
peningkatan tekanan intrakranial dan penurunan tekanan perfusi
otak serta gangguan drainase otak. Elemen-elemen vasoaktif darah
yang keluar dan kaskade iskemik akibat menurunya tekanan
perfusi, menyebabkan saraf di area yang terkena dan sekitarnya
tertekan lagi.

Bagan 2.1. Pathway Stroke Hemoragic

19
6. Pemeriksaan Penunjang CVA

Berikut ini adalah pemeriksaan penunjang yang dapat


digunakan untuk membantupenegakan diagnosis CVA:

a) Pemeriksaan radiologi sistem saraf


1) Angiografi serebral membantu menentukan penyebab
Cerebrovasculer Accident (CVA) secara spesifik seperti
perdarahan, obstruksi arteri, oklusi atau ruftur.
2) CT-scan memperlihatkan adanya edema, hematoma, iskemia
dan adanya infark.
3) Elektro encepaligraphy mengidentifikasikan masalah didasarkan
pasa gelombang otak atau mungkin memperlihatkan daerah lesi
yang spesifik.
4) Magnetic imaging resnance (MRI) menunjukan adanya tekanan
abnormal dan biasanya ada trombosisi, emboli dan TIA,
tekanan meningkat dan cairan mengandung darah menunjukan
hemoragik subarachnoid atau perdarahan intrakranial.
5) Ultrasonography Doppler mengidentifikasi penyakit arteriovena
(masalah sistemarteri karotis atau aliran darah/ arterosklerosis).
6) Sinar X tengkorak menggambarkan perubahan kelenjar
lempeng pineal daerah yang berlawanan dari masa yang luas,
klasifikasi karotis interna terdapat pada trobus serebral.
Klasifikasi parsial dinding, aneurisma pada perdarahan
subarachnoid ( Andra & yessi, 2013).

b) Pemeriksaan laboratorium
1) Fungsi lumbal Tekanan normal biasanya ada trombosis, emboli
dan TIA. Sedangkan tekanan yang meningkat dan cairan yang
mengandung darah menunjukan adanya perdarahan
subaraprotein total meningkatkan pada kasus trombosis
sehubungan dengan proses inflamasi

20
2) Pemeriksaan kimia darah Pada stroke akut dapat terjadi
hiperglikemia. Gula darah dapat mencapai 250 mg dalam serum
dan kemudian berangsur-angsur turun kembali.
3) Pemeriksaan darah rutin
4) Urinalisis (Andra & yessi, 2013)

7. Penatalaksanaan CVA
Menurut Andra & Yessie (2013) yaitu:

a) Penatalaksanaan Umum
1) Posisi kepala dan badan diatas 20-30o, posisi lateral decubitus
bila disertai muntah. Oleh dimulai mobilisasi bertahap bila
hemodinamik stabil.
2) Bebaskan jalan nafas dan usahakan ventilasi adekuat bila perlu
berikan oksigen 12liter/hari bila ada hasil gas darah.
3) Kandung kemih yang penuh dikosongkan dengan kateter.
4) Suhu tubuh harus dipertahankan
5) Nutrisi peroral hanya boleh diberikan setelah tes fungsi
menelan baik, bila terhadap gangguan menelan atau pasien
yang kesadaran menurun, dianjurkan pipi NGT.

b) Penatalaksanaan Medis
1) Mempertahankan saluran nafas yang paten yaitu lakukan
pengisapan lendir yang sering, oksigenasi, kalau perlu lakukan
trakeostomi membantu pernafasan
2) Mengendalikan tekanan darah berdasarkan kondisi pasien
termasuk untuk usaha memperbaiki hipotensi dan hipertensi
3) Berusaha menentukan dan memperbaiki aritmia jantung
4) Menempatkan pasien dalam posisi yang tepat, harus dilakukan
secepat mungkin pasien harus dirubah posisi tiap 2 jam dan
dilakukan latihan – latihan gerak pasif
5) Mengendalikan hipertensi dan menurunkan TIK

21
c) Penatalaksanaan Khusus
1) Atasi kejang (antikoalusan)
2) Atasi tekanan intracranial yang meninggi (manitol, gliserol,
furosemide, intubasi, steroid dll)
3) Atasi dekompresi (kraniotomi)
4) Untuk penatalaksanaan faktor resiko

8. Komplikasi CVA
Komplikasi yang dapat terjadi pada penyakit Cerebrovasculer
Accident (CVA) menurut Smeltzer & Bare, (2013), adalah:
a) Hipoksia serebral, diminimalkan dengan memberi oksigenasi darah
adekuat ke otak. fungsi otak bergantung pada ketersediaan oksigen
yang dikirim ke jaringan. Pemberian oksigen suplemen dan
mempertahankan oksigenasi jaringan (Smeltzer & Bare, 2010).
b) Penurunan aliran darah serebral

22
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

A. PENGKAJIAN
1. Data Umum Keluarga
a) Nama Kepala Keluarga : Ny. Masriyatun
b) Umur : 71 Tahun
c) Agama : Islam
d) Pendidikan : SD/Sederajat
e) Pekerjaan : Tidak Bekerja
f) Suku/Bangsa : Jawa/Indoensia (Bhs. Jawa)
g) Alamat : Ds. Gedangsewu Kec. Pare
h) Komposisi Keluarga
No Nama Umur Sex Pendidikan Pekerjaan
1 Tn. Maftukhin 51 th L SMP/Sederajat Kuli Bangunan
2 Ny. Umi 47 th P SMP/Sederajat Ibu Rumah
Nadiroh Tangga
3 Tn. Miftah 45 th L SMP/Sederajat Penjual Bakso
Tabel 3.1. Komposisi Keluarga (pendamping; bergiliran)

i) Tipe Keluarga
The Single Adult Living Alone, yaitu keluarga yang terdiri
dari orang dewasa yang hidup sendiri karena atas permintaan dari
Ny. Masriyatun dengan alasan lebih nyaman tinggal di rumah
sendiri daripada satu rumah bersama anak-anaknya.

j) Genogam

23
k) Status Sosial Ekonomi Keluarga
Sumber pendapatan berasal dari anak-anaknya. Hanya
cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari tanpa ada sisa untuk
ditabung.

l) Aktivitas Rekreasi Keluarga


Untuk mengisi waktu luang, keluarga menonton TV
bersama sambal bercerita seadanya, tidak pernah berpergian ke luar
semenjak sakit.

2. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga


a) Tahap Perkembangan Keluarga Saat Ini
Tahap perkembangan keluarga Ny. Masriyatun merupkan
tahap VIII, yaitu keluarga usia lanjut.

b) Tahap Perekembangan Keluarga yang Belum Terpenuhi


Tugas perkembangan yang belum terpenuhi berupa tugas
mempertahankan pengatuhan hidup yang memuaskan dan
menyenangkan dikarenakan Ny. Masriyatun menderita CVA.

c) Riwayat Keluarga Inti


1) Ny. Masriyatun telah menderita CVA selama 3 tahun. Terjadi
kelumpuhan setengah badan sebelah kiri (hemiplegia sinistra).
Ekstrimitas atas dan bawah kaku dan flexi. Jari-jari pada kedua
ekstrimitas flexi tak beraturan.
2) Keluarga menyatakan Ny. Masriyatun sebagai Kepala Keluarga
jarang memeriksakan diri ke fasilitas pelayanan kesehatan dan
jarang mengeluhkan keadaan fisiknya.
3) Keluarga menyatakan setiap kali pergi ke Puskesmas Pare,
tekanan darah Ny. Masriyatun selalu > 180/90 mmHg sejak 5
tahun terakhir. Hanya mengkonsumsi obat hipertensi dari
puskesmas ketika merasa kepalanya pusing.

24
4) Keluarga menyatakan Ny. Masriyatun jarang mengeluhkan
kondisi badannya dan cenderung tidak memiliki masalah
dengan istirahat, makan, maupun kebutuhan dasar lainnya
sebelum sakit.

d) Riwayat Keluarga Sebelumnya


Keluarga menyatakan Ny. Masriyatun menderita hipertensi
sejak 5 tahun terakhir, namun tidak diketahui adapah ayah dan ibu
dari Ny. Masriyatun menderita penyakit yang sama.

3. Lingkungan
a) Karakteristik Rumah
1) Tipe Rumah : Rumah Tipe 70
2) Ukuran : 10 x 7 m
3) Jumlah Ruangan : 6 ruangan
Jenis Ruangan Jumlah
Ruang Tamu : 1
Ruang Tengah : 1
Kamar Tidur : 2
Kamar Mandi : 1
Dapur : 1
Total 6
Tabel 3.2. Jumlah Ruangan Rumah Ny. Masriyatun

b) Ventilasi dan Penerangan


Terdapat 3 pintu akses keluar dan 7 jendela di rumah Ny.
Masriyatun. Pintu dan jendela di bagian depan jarang terbuka
kecuali ada tamu. Jendela di kamar tempat Ny. Masriyatun dibuka
pada pagi hingga sore hari. Kondisi udara di dalam rumah cukup
berdebu. Penerangan berasal dari lampu listrik dan Ny. Masriyatun
menyatakan tingkat kecerahan lampu sudah sesuai baginya.

c) Persediaan Air Bersih : Air Sumber


d) Pembuangan Sampah : Sungai / Belakang Rumah
25
e) Pembuangan Air Limbah : Sungai
f) Jamban/WC
1) Tipe : WC Jongkok
2) Jarak ke Sumber Air : > 10 m
g) Denah Rumah

Gambar 3.1. Denah Rumah Ny. Masriyatun

h) Lingkungan Sekitar Rumah


1) Bagian Depan rumah langsung berhadapan dengan jalan raya
sehingga menimbulkan polusi suara yang cukup bising dari
kendaraan yang lewat. Terdapat kios kecil di depan rumah yang
menjual makanan dan minuman ringan untuk bagi pengendara
jalan yang hendak beristirahat.
2) Bagian Kiri rumah berupa jalan setapak berpaving yang
dibatasi oleh halaman kecil dengan 1 pohon buah cermai yang
cukup besar
3) Bagian Kanan berbataan dengan rumah penduduk lainnya
(kontrakan) yang jarang ditempati berjarak hanya + 1.5 m
dengan semak belukar tumbuh di antara kedua rumah.
4) Bagian belakang bersebelahan dengan halaman cukup luas
yang dipenuhi semak belukar kemudian disusul rumah
berikutnya yang merupakan rumah dari salah satu putra Ny.
Masriyatun.

26
i) Sarana Komunikasi Transportasi : Hp; Sepeda Motor (anak)
j) Fasilitas Hiburan : TV, Radio, Hp
k) Fasilitas Pelayanan Kesehatan : Puskesmas Pare, RSKK

4. Sosial
a) Karakteristik Tetangga dan Komunitas
Rumah Ny. Masriyatun terbilang cukup jauh dari tetangga
sekitar, namun apabila ada suatu kejadian (mis. sakit, dor
mendadak), tetangga saling bantu dan gotong royong. Waktu untuk
membangun hubungan baik dengan tetangga juga jauh menurun
dikarenakan keadaan sakit, tetangga jarang di rumah, dan jarak
tetangga yang jauh dari rumah Ny. Masriyatun.

b) Mobilitas Geografis Keluarga


Sebagai penduduk di Desa Gedangsewu Kecamatan Pare,
tidak pernah transmigrasi maupun imigrasi. Anak pertama Ny.
Masriyatun berada di Kalimantan dan terbilang jarang ada waktu
untuk menemui Ny. Masriyatun.

c) Perkumpulan Keluarga dan Interaksi Masyarakat


Keluarga menyatakan jarang berkumpul karena kesibukan
masing-masing sehingga harus bergiliran menjaga Ny. Masriyatun.
Waktu untuk membangun hubungan baik dengan tetangga juga
jauh menurun dikarenakan keadaan sakit, tetangga jarang di rumah,
dan jarak tetangga yang jauh dari rumah Ny. Masriyatun.

d) Sistem Pendukung Keluarga


Ny. Masiyatun tinggal sendirian dengan ditemani anak-
anaknya secara bergiliran setiap hari. Keluarga mengantarkan
keluarga yang lainnya ke Puskesmas/RSKK apabila sakit.

27
5. Struktur Keluarga
a) Pola Komunikasi Keluarga
Keluarga menyatakanmenggunakan Bahasa Jawa dalam
berkomuniksi sehari-hari dan mendapatkan informasi kesehatan
dari petugas kesehatan desa dan televisi.

b) Struktur Kekuatan Keluarga


Ny. Masriyatun menderita penyakit CVA dengan riwayat
hipertensi, anggota keluarga lainnya tidak ada, anak-anaknya
dalam kondisi sehat dan 2 meninggal sejak usia belia.

c) Struktur Peran
1) Formal
Ny. Masriyatun sebagai Kepala Keluarga. Tn.
Maftukhin, Ny. Umi Nadhiroh, dan Tn. Miftah sebagai anak-
anak dari Ny. Masriyatun yang tinggal terpisah.

2) Informal
Ny. Masriyatun dibantu anak-anaknya dalam mencari
nafkah dan memenuhi kebutuhan sehari-hari

d) Nilai dan Norma Keluarga


Keluarga menyampaikan menyakini bahwa masalah hidup
dan mati sudah ada yang mengatur, demikian pula dengan sehat
dan sakit. Keluarga percaya bahwa tiap sakit ada obatnya dan akan
berangsur sembuh. Bila ada anggota keluarga yang sakit segera di
bawa ke RS atau Puskesmas, namun mencari alternatif lain yang
lebih terjangkau dan terbilang cepat sebagai pengganti.

28
6. Fungsi Keluarga
a) Fungsi Afektif
Hubungan antar keluarga cukup baik, namun terbatas oleh
kesibukan masing-masing dan dalam memberikan perawatan
kepada Ny Masriyatun masih bergantian dan sekadarnya.

b) Fungsi Sosialisasi
Keluarga jarang berkumpul bersama karena telah memiliki
kesibukan masing-masing dan terhalang jarak yang cukup jauh.
c) Fungsi Perawatan Kesehatan
Penapisan masalah berdasarkan 5 tugas perawatan
kesehatan:
1) Mengenal Masalah Kesehatan : Kurang
2) Memutuskan untuk Merawat : Cukup
3) Mampu Merawat : Kurang
4) Modifikasi Lingkungan : Sangat Kurang
5) Memanfaatkan YANKES : Sangat Kurang

d) Fungsi Reproduksi
Ny. Masriyatun sudah tidak melakukan hubungan seksual
karena merasa sudah lansia dan juga sudah tidak memiliki suami.

e) Fungsi Ekonomi
Keluarga dapat memenuhi kebutuhan makan yang cukup
dan pakaian yang layak untuk Ny. Masriyatun. Namun alas tidur
Ny. Masriyatun masih berupa kayu dan perlak di atas lantai tanpa
matras, namun Ny. Masriyatun menyatakan cukup nyaman. Tidak
ada sisa uang yang bisa ditabung bagi Ny. Masriyatun.

29
7. Stress dan Koping Keluarga
a) Stresor
1) Jangka Pendek
a. Ny. Masriyatun merasa tidak berguna dikarenakan
merepotkan anak-anak untuk mengurusinya, hingga
menangis.
2) Jangka Panjang
a. Ny. Masriyatun menyatakan mengalami parestesia di
sekujur tubuh setiap sore hari
b. Keluarga menyatakan keawatiran terkait kondisi ekonomi
untuk memenuhi kebutuhan tambahan selama sakit Ny.
Masriyatun
b) Kemampuan Keluarga Bersepon Terhadap Situasi Atau Stressor
Keluarga melakukan perawatan sekadarnya pada Ny.
Masriyatun dan tidak membawa ke YANKES sejak 2020 karena
mengalami kesulitasn dalam mobilisasi

c) Strategi Koping yang Digunakan


Keluarga menggunakan pengobatan alternatif namun
mengabaikan pengobatan medis dan berhenti minum obat sejak
tahun 2020.

d) Stategi Adaptasi Disfungsional


Belum ada kemauan untuk melanjutkan pengobatan, baik
dari Ny. Masriyatun maupun keluarga. Bersifat acuh terhadap
usaha pengobatan dan memilih pasrah tanpa menjalani pengobatan.

8. Riwayat Kesehatan Keluarga


Keluarga menyatakan tidak mengetahui adapah ayah dan ibu
dari Ny. Masriyatun menderita penyakit yang sama. Anak dan cucu
dari Ny. Masriyatun tidak ada yang menderita penyakit Hipertensi
maupun CVA.

30
9. Pemeriksaan Fisik Keluarga
Kriteria Hasil
Ny. Masriyatun
Keadaan Umum
Kesadaran : GCS 14 (E4 V5 M5); Compos Mentis
TTV
 TD : 190/100 mmHg
 N : 94 x/menit
 RR : 19 x/menit

 t : 37.3oC

Kepala : Mata asimetris, mulut asimetris


Ekstrimitas  Ekstrimitas atas sinistra kaku flexi ke arah
thoraks sinistra dan sulit untuk diluruskan.
Jari-jari flexi tidak beraturan dan tidak sejajar
 Ekstrimitas bawah sinistra kaku dan flexi.
Jari-jari flexi.
 Tonus Otot

5 0
Dextra Sinistra
3 0

Eliminasi : BAB dan BAK di diapers yang diganti 2 x/hari


Ny. Umi Nadiroh
Keadaan Umum
Kesadaran : GCS 15 (E4 V5 M6); Compos Mentis
TTV
 TD : 130/80 mmHg
 N : 87 x/menit
 RR : 20 x/menit

 t : 36.7oC

Tabel 3.3. Hasil Pemeriksaan Fisik Ny. Masriyatun dan Keluarga

31
10. Harapan Keluarga
 Keluarga berharap diberikan kesabaran dan ketabahan dari Yang
Maha Kuasa untuk terus merawat dan menemani Ny. Masriyatun
selama sisa hayatnya.
 Keluarga berharap diberikan keajaiban berupa kesembuhan Ny.
Masriyatun meskipun sangat kecil kemungkinannya.
 Keluarga berharap bisa berkumpul bersama dengan seluruh
anggota keluarga besar pada saat hari lebaran
 Keluarga berharap adanya sumbangsih dari pemerintah terkait
bantuan ekonomi maupun akses ke pelayanan kesehatan yang bisa
door-to-door sehingga bisa mengoptimalkan pengobatan tanpa
meraa kesulitan dengan mobilisasi.

32
B. ANALISIS DATA
Tanggal Data Masalah
DS: Penurunan Koping
1) Klien mengeluh khawatir Keluarga
merepotkan anak-anaknya untuk
mengurusi dirinya yang sakit
2) Keluarga menyatakan kurang
mengerti cara merewat orang
stroke dengan layak

DO:
1) Terbatasnya komunikasi keluarga
dengan klien
2) Bantuan yang dilakukan keluarga
menunjukkan hasil yang belum
memuaskan
DS: Manajemen
Keluarga menyatakan kesulitan dalam Kesehatan Tidak
menjalani program pengobatan stroke Efektif
Kamis, 6
Oktober DO:
2022 1) Keluarga belum mampu
15.30 WIB menerapkan program pengobatan
stroke
2) Keluarga belum mampu
melakukan tindakan untuk
mengurangi faktor risiko
komplikasi tirah baring stroke
DS: Gangguan Proses
Keluarga belum mampu Keluarga
mengungkapkan perasaan yang
dirasakan secara leluasa

DO:
1) Keluarga belum mampu
berkomunikasi secara terbuka
dengan anggota keluarga lainnya
2) Kelaurga belum mampu
memenuhi kebutuhan emosional
Tabel 3.4. Analisis Data Masalah Kelaurga Ny. Masriyatun

33
C. SKALA PRIORITAS MASALAH
Masalah 1: Penurunan Koping Keluarga
Kriteria Bobot Perhitungan Pembenaran
Sifat Masalah Keluarga
 Aktual: 3 menganggap masalah
3
 Risiko: 2 1 1=1 yang dihadapi berat
3
 Potensial: 1 dan belum tahu cara
mengatasi itu semua.
Kemungkinan Pengetahuan keluarga
Masalah dapat tentang faktor yang
Diubah memepengaruhi
 Mudah: 2 penyakit stroke
1
 Sebagian: 1 2 2=1 kurang dan kurang
2
 Tidak Dapat: 0 kurang memanfaatkan
YANKES. Sumber
keuangan tidak
mencukupi
Kemungkinan Kemungkinan
Masalah Dapat masalah penyakit
Dicegah stroke akan muncul
 Tinggi: 3 cukup dicegah bila
 Cukup: 2 keluarga mampu
 Rendah: 1 2 2 mengenal faktor yang
1 1= = 0.66
3 3 mempengaruhi
penyakit stroke dan
mampu
memanfaatkan
YANKES yang
mudah dijangkau
Menonjolnya Keluarga menyadari
Masalah penyakit stroke sangat
 Segera: 2 2 sulit disembuhkan dan
1 1=1
 Tidak Segera: 1 2 membutuhkan
 Tidak perawatan jangka
Dirasakan: 0 Panjang dan kontinu.
Skor 5 3.66

34
Masalah 2: Manajemen Kesehatan Tidak Efektif
Kriteria Bobot Perhitungan Pembenaran
Sifat Masalah Keluarga belum
 Aktual: 3 mengetahui penyakit
 Risiko: 2 stroke akan terjadi
 Potensial: 1 pada anggota
keluarganya,
3 pemeliharaan, dan
1 1=1
3 pola hidup sehari-hari
kurang menunjang
kesehatan keluarga
(khususnya perawatan
pada anggota keluarga
yang sakit)
Kemungkinan Keluarga kurang
Masalah dapat mengetahui tentang
Diubah penyakit stroke.
 Mudah: 2 Respon keluarga
 Sebagian: 1 terhadap anggota
 Tidak Dapat: 0 1 keluarga sakit biasa
2 2=1
2 saja, namun ada
keinginan dan
harapan agar tetap
dapat memenuhi
peran seperti keadaan
sehat.
Kemungkinan Kemungkinan
Masalah Dapat masalah penyakit
Dicegah stroke dapat dicegah
 Tinggi: 3 1 1 rendah karena tingkat
1 1= = 0.33
 Cukup: 2 3 3 pengetahuan dan
 Rendah: 1 keinginan yang kuat
untuk mengetahui
tentang stoke kurang
Menonjolnya Keluarga
Masalah menganggap sakit
 Segera: 2 2 apabila penderita
1 1=1
 Tidak Segera: 1 2 sudah menunjukkan
 Tidak tanda gejala serangan
penyakit stroke
35
Dirasakan: 0
Skor 5 3.33
Masalah 3: Gangguan Proses Keluarga
Kriteria Bobot Perhitungan Pembenaran
Sifat Masalah Keluarga belum
 Aktual: 3 mampu beradaptasi
 Risiko: 2 dengan anggota
 Potensial: 1 keluarga dengan
3
1 1=1 penderita stroke,
3
keluarga belum
mampu memenuhi
kebutuhan emosional
anggota keluarga.
Kemungkinan Keluarga
Masalah dapat menganggap
Diubah perubahan hubungan
 Mudah: 2 atau fungsi keluarga
2 1
 Sebagian: 1 2 2= = 0.33 cukup mudah
3 3
 Tidak Dapat: 0 diperbaiki dengan
berbagai proses sesuai
dengan tujuan
bersama keluarga
Kemungkinan Keluarga sudah
Masalah Dapat menjadi anggota
Dicegah keluarga lama,
 Tinggi: 3 2 2 keluarga sudah tidak
1 1= = 0.66
 Cukup: 2 3 3 terlalu bingung
 Rendah: 1 terhadap perubahan
peran dalam
keluarganya
Menonjolnya Karena telah menjalin
Masalah hubungan
 Segera: 2 kekeluargaan yang
 Tidak Segera: 1 cukup lama, keluarga
1 1
 Tidak 1 1= = 0.5 sudah cukup
2 2
Dirasakan: 0 mengetahui dan
memahami perannya
sebagai anggota
keluarga
Skor 5 2.49

36
D. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
Diagnosa Luaran Intervensi
Penurunan Status Koping Dukungan Koping Keluarga
Koping Keluarga Observasi
Keluarga b.d. Ekspektasi: - Identifikasi respons emosional
Penyakit kronis Membaik terhadap kondisi saat ini
yang - Identifikasi pemahaman
menghabiskan Kriteri Hasil: keluarga tentang keputusan
kemampuan  Keterpaparan perawatan setelah pulang
dukungan orang Informasi ↑
terdekat  Kekhawatiran Terapeutik
tentang - Dengarkan masalah, perasaan,
anggota dan pertanyaan keluarga
keluarga ↓ - Diskusikan rencana medis dan
 Kemampuan perawatan pada anggota
memenuhi keluarga dengan stroke
kebutuhan - Fasilitiasi pengambilan
anggota keputusan dalam merancanakan
keluarga ↑ perawatan jangka panjang pada
 Komitmen pasien stroke
pada - Fasilitiasi memperoleh
perawatan ↑ pengetahuan, keterampilan, dan
peralatan yang diperlukan
untuk mempertahankan
keputusan perawatan pasien
stroke

Edukasi
- Informasikan fasilitas
perawatan kesehatan yang
tersedia
Manajemen Tingkat Dukungan Kepatuhan Program
Kesehatan Kepatuhan Pengobatan
Tidak Efektif Ekspektasi: Observasi
b.d. Meningkat - Identifikasi kebutuhan dan
Kompleksitas harapan kesehatan keluarga
program Kriteria Hasil: - Identifikasi sumber-sumber
perawatan  Mobilisasi yang dimiliki keluarga
kemauan - Identifikasi tindakan yang
memenuhi dapat dilakukan keluarga
program
37
perawatan/ Terapeutik
pengobatan ↑ - Motivasi pengembangan sikap
 Verbalisasi dan emosi yang mendukung
dalam memberikan perawatan
mengikuti
pada pasien stroke
anjuran ↑ - Gunakan sarana dan fasilitas
 Perilaku yang ada dalam keluarga dalam
mengikuti memberikan perawatan pada
program pasien stroke (mis. kursi roda)
perawatan/
pengobatan ↑ Edukasi
- Informasikan pelayanan
 Perilaku kesehatan yang ada di
menjalankan lingkungan keluarga
anjuran ↑ - Anjurkan penggunaan fasilitas
kesehatan yang ada
- Ajarkan cara perawatan yang
bisa dilakukan keluarga dalam
memberikan perawatan pada
pasien stroke (mis. mandi,
makan, potong kuku)
Gangguan Proses Keluarga Promosi Proses Efektif Keluarga
Proses Ekspektasi: Observasi
Keluarga b.d. Membaik - Identifikasi proses keluarga
Perubahan - Identifikasi masalah atau
status kesehatan Kriteria Hasil: gangguan dalam proses
anggota  Kemampuan keluarga
keluarga keluarga - Identifikasi kebutuhan
berkomunikasi perawatan mandiri di rumah
secara terbuka untuk klien dan tetap
di antara beradaptasi dengan pola hidup
anggota keluarga
keluarga ↑
 Kemampuan Terapeutik
keluarga - Motivasi anggota keluarga
memenuhi untuk melakukan aktivitas
bersama seperti makan dan
kebutuhan
diskusi bersama saat lebaran
emosional maupun diluar momen lebaran
anggota
keluarga ↑ Edukasi
- Jelaskan strategi
mengembalikan kehidupan
keluarga yang normal kepada
anggota keluarga

38
E. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Dx Waktu Implementasi
1. Kamis, 6 1) Identifikasi respons emosional terhadap kondisi
Oktober 2022 saat ini dan pemahaman keluarga tentang
15.30IB keputusan perawatan setelah pulang
2) Dengarkan masalah, perasaan, dan pertanyaan
keluarga
3) Diskusikan rencana medis dan perawatan pada
anggota keluarga dengan stroke
4) Fasilitiasi pengambilan keputusan dalam
merancanakan perawatan jangka panjang pada
pasien stroke
5) Fasilitiasi memperoleh pengetahuan,
keterampilan, dan peralatan yang diperlukan
untuk mempertahankan keputusan perawatan
pasien stroke
6) Informasikan fasilitas perawatan kesehatan yang
tersedia
2. Kamis, 6 1) Identifikasi kebutuhan dan harapan kesehatan
Oktober 2022 keluarga, sumber-sumber yang dimiliki keluarga,
15.50WIB dan tindakan yang dapat dilakukan keluarga
2) Motivasi pengembangan sikap dan emosi yang
mendukung dalam memberikan perawatan pada
pasien stroke
3) Gunakan sarana dan fasilitas yang ada dalam
keluarga dalam memberikan perawatan pada
pasien stroke (mis. kursi roda)
4) Informasikan pelayanan kesehatan yang ada di
lingkungan keluarga
5) Anjurkan penggunaan fasilitas kesehatan yang
ada
6) Ajarkan cara perawatan yang bisa dilakukan
keluarga dalam memberikan perawatan pada
pasien stroke (mis. mandi, makan, potong kuku)
3. Kamis, 6 1) Identifikasi proses keluarga, masalah atau
Oktober 2022 gangguan dalam proses keluarga, dan kebutuhan
16.10WIB perawatan mandiri di rumah untuk klien dan tetap
beradaptasi dengan pola hidup keluarga
2) Motivasi anggota keluarga untuk melakukan
aktivitas bersama seperti makan dan diskusi
bersama saat lebaran maupun diluar momen
lebaran
3) Jelaskan strategi mengembalikan kehidupan
keluarga yang normal kepada anggota keluarga

39
F. EVALUASI KEPERAWATAN
Dx Waktu Format SOAP
1. Minggu, 9 S:
Oktober 2022 - Klien menyatakan masih mengeluh khawatir
10.15 WIB merepotkan anak-anak untuk mengurusnya
- Keluarga lebih mengerti cara merawat anggota
keluarga sakit stoke dengan layak

O:
- Bantuan yang dilakukan keluarga masih cukup
menunjukkan hasil yang memuaskan

A: Masalah teratasi sebagian


P: Intervensi dilanjutkan (nomor 1, 2 3, dan 5)
2. Minggu, 9 S:
Oktober 2022 - Keluarga menyatakan masih kesulitan dalam
10.20 WIB menjalani proses pengobatan stroke

O:
- Keluarga masih belum mampu menerapkan
program pengobatan stroke
- Keluarga mampu mengurangi faktor risiko tirah
baring akibat stroke dengan menggunakan matras
empuk pada anggota keluarga sakit

A: Masalah teratasi sebagian


P: Intervensi dilanjutkan (nomor 2, 3, dan 5)
3. Minggu, 9 S:
Oktober 2022 - Keluarga menyatakan masih belum mampu
10.25 WIB mengungkapkan perasaan dengan leluasa pada
anggota keluarga lain

O:
- Keluarga nampak masih canggung dan belum
mampu berkomunikasi secara terbuka dengan
anggota keluarga lainnya ketika melakukan video
call
- Keluarga nampak belum mampu memenuhi
kebutuhan emosional

A: Masalah belum teratasi


P: Intervensi dilanjutkan (nomor 1, 2 dan 3)

40
BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Keluarga adalah dua atau lebih dari dua individu yang tergabung
karena hubungan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan dan
mereka hidup dalam satu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain dan
didalam perannya masing-masing menciptakan serta mempertahankan
kebudayaan. Cerebro Vaskular Acident (CVA) merupakan suatu keadaan
dimana aliran darah terganggu tau bahkan terhenti akibat ada sumbatan
atau pecahnya pembuluhdarah di serebral mengakibatkan sel-sel saraf
diotak mati atau bahkan rusak akibat kurangnya suplay O2 dan darah
dalam jaringan otak.
Penyakit stroke atau CVA yang diderita oleh salah satu anggota
keluarga dapat sangat berpengaruh pada mekanisme pelaksanaan tugas,
peran, dan fungsi keluarga. Terlebih pada kondisi stroke yang telah
memasuki hitungan tahun. Beberapa diagnosa keperawatan keluarga yang
dapat muncul diantaranya:
1. Penurunan Koping Keluarga b.d. Penyakit kronis yang menghabiskan
kemampuan dukungan orang terdekat
2. Manajemen Kesehatan Tidak Efektif b.d. Kompleksitas program
perawatan
3. Gangguan Proses Keluarga b.d. Perubahan status kesehatan anggota
keluarga

B. SARAN
Pelayanan pemberian asuhan keperawatan keluarga pada keluarga
dengan anggota keluarga stroke perlu ditingkatkan di Indonesia mengingat
stroke merupakan penyakit terminal yang membutuhkan peran perawatan
dari anggota keluarga lain.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan.
Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun dari para pembaca
sangat dibutuhkan penulis.
41
DAFTAR PUSTAKA

ADP, Gusti Salvari. (2013). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Keluarga. Jakarta:
Trans Info Media.

DWI WARDANI, S. U. S. I. (2020). STUDI LITERATUR: ASUHAN


KEPERAWATAN PADA PASIEN CVA DENGAN MASALAH
KEPERAWATAN DEFISIT PERAWATAN DIRI (Doctoral dissertation,
Universitas Muhammadiyah Ponorogo)

E. Nurmalita (2021). BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Jogjakarta: Poltekkes Jogj

Friedman. 2013. Buku Ajar Keperawatan Keluarga. Jakarta: ECG

HADI, I. G. (2018). ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN


CEREBROVASCULAR ACCIDENT DENGAN MASALAH DEFISIT
PERAWATAN DIRI.

Mubarak, Wahit Iqbal. 2011. Ilmu Keperawatan Komunitas: Konsep dan


Aplikasi. Jakarta: Salemba Medika.

Prihandini, N., Ibnu, F., & Sajidin, M. (2022). ASUHAN KEPERAWATAN PADA
PASIEN CVA DENGAN MASALAH KEPERAWATAN GANGGUAN
KOMUNIKASI VERBAL MELALUI TERAPI AIUEO DI RSUD
BANGIL (Doctoral dissertation, Perpustakaaan Universitas Bina Sehat).

PPNI SDKI Pokja Tim, 2018. Standar Diagnosa keperawatand Indonesia Edisi 1
cetakan III (revisi). Jakarta. DPP PPNI

PPNI SIKI Pokja Tim, 2018. Standar Intervensi keperawatan Indonesia pada
Edisi 1. Jakarta. DPP PPNI

PPNI SLKI Pokja Tim, 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia Edisi 1:
Jakarta: DPP PPNI

Setiadi. (2012). Konsep & penulisan dokumentasi asuhan keperawatan.


Yogyakarta: Graha Ilmu.

42
LAMPIRAN LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini kami menyatakan bahwa:

Kami memiliki copy dari makalah ini yang bisa kami reproduksi jika
makalah yang dikumpulkan hilang atau rusak. Makalah ini adalah hasil karya
kami sendiri dan bukan merupakan karya orang lain kecuali yang telah dituliskan
dalam referensi, serta tidak ada seorangpun yang membuatkan makalah ini untuk
kami. Jika kemudian hari tebukti adanya ketidakjujuran akademik, kami bersedia
mendapatkan sanksi sesuai peraturan yang berlaku.

Pare, 10 Oktober 2022

No Nama Mahasiswa NIM TTD

1. Atika Ziyana Furoida 202001011

2. Cindy Maya Nuari 202001013

3. Ega Ananda Kurnia 202001018

4. Erly Dwi Puspitasari 202001021

5. Mariska Nurmalinda Putri 202001034

6. M Agus Firmansyah R 202001036

7. Novriska Aiko Adistia 202001041

8. Wasnia Nur Affdila Yusuf 202001061

9. Yogi Fadhila Rizky Oktafiani 202001062

10. Yusuf Abdullah 202001065

11. Ina Saputri 202001066

43
Lampiran I

HASIL DOKUMENTASI

Proses anamnesa dengan Ny. Umi Nadhiroh

Proses anamnesa, observasi, dan pemeriksan fisik dengan Ny. Masriyatun

44

Anda mungkin juga menyukai