Oleh :
APRILIANI AYU LESTYANINGSIH
1701053
Oleh :
APRILIANI AYU LESTYANINGSIH
1701053
ii
iii
iv
v
MOTTO
DAN
KARENA
vi
LEMBAR PERSEMBAHAN
berbagai pihak. Maka untuk itu karya tulis ilmiah ini saya persembahkan untuk:
1. Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta hidayahnya bagi kita semua.
2. Keluarga tercinta saya yang selalu mendukung saya dalam penulisan karya tulis
ilmiah.
3. Kepada dosen pembimbing karya tulis ilmiah ini Ns. Kusuma Wijaya Ridi
Putra, MNS dan Faida Annisa, S.Kep.NS., MNS. Yang selalu memberikan
motifasi untuk saya, selalu peduli dan perhatian, ucapan terima kasih yang tak
teman-teman seperjuangan yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu terima
kasih atas gelak tawa dan solidaritas yang luar biasa sehingga membuat hari-
hari semasa kuliah lebih berarti. Semoga tak ada lagi duka nestapa didada.
By:
vii
KATA PENGANTAR
Penulisan karya tulis ilmiah ini tidak terlepas dari bantuan dan bimbingan
2. Ayah dan Ibu yang telah memberikan semua dari mulai motivasi, doa, serta
6. Pihak-pihak yang turut berjasa dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini tidak
viii
bisa disebut satu persatu.
Penulis karya tulis ilmiah ini yang belum mencapai kesempurnaan, sebagai
bekal perbaikan, penulis akan berterima kasih apabila para pembaca berkenan
kesempurnaan, sebagai bekal perbaikan, penulis akan berterima kasih apabila para
Penulis berharap karya tulis ilmiah ini bermanfaat bagi pembaca dan bagi
keperawatan.
Apriliani Ayu L
ix
DAFTAR ISI
x
2.3 Konsep Asuhan Keperawatan ..........................................................................25
2.3.1 Pengkajian .........................................................................................25
2.3.2 Diagnosa Keperawatan .....................................................................29
2.3.3 Intervensi Keperawatan .....................................................................30
2.3.4 Implementasi .....................................................................................42
2.3.5 Evaluasi .............................................................................................45
2.3.6 Pathway .............................................................................................48
xi
DAFTAR TABEL
xii
DAFTAR GAMBAR
xiii
BAB I
PENDAHULUAN
prevelensinya terus meningkat setiap tahunnya dan salah satu penyakit kronik yang
sering ditemui dan menyebabkan penyakit kronik dalam bentuk angiopati berupa
pola hidup tradisional ke pola hidup modern yang sering terjadi dimasyarakat ialah
pola makan yang tidak terkontrol dan aktifitas fisik yang jarang dilakukan sehingga
mengetahui tentang tanda gejala diabetes mellitus secara luas sehingga masyarakat
hanya menganggap remeh terhadap tanda gejalanya dan tanpa disadari penderita
sudah menderita diabetes milletus sejak lama dan baru diketahui ketika penderita
prevelensi penderita diabetes mellitus dari 6,9 % ditahun 2013 menjadi 8,5%
1
2
mencapai lebih dari 16 juta orang ( Riskesdas, 2018 ). Di daerah jawa timur prevelensi
untuk penderita diabetes mellitus sebesar 2,0 % dari semua umur yang rutin periksa
kadar gula darah selama tahun 2018 ( Riskesdas, 2018 ). Berdasarkan hasil dari data
rekam medik pasien di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kabupaten Sidoarjo
pasien penderita diabetes melitus pada bulan Januari sampai dengan Agustus 2016
sejumlah 1276 pasien dengan penderita paling banyak ialah wanita yaitu sejumlah
733 orang dan laki- laki sebanyak 543 orang ( Rekam Medis RSUD Sidoarjo dalam
Anisah, 2017 ).
obesitas, usia, tekanan darah, kurang aktivitas fisik, kadar kolesterol, stress, dan
riwayat diabetes gestasional ( Damayanti, 2015 ). Manifestasi klinis khas yang dapat
muncul pada diseluruh tipe diabetes meliputi trias poli yaitu poliuri, polidipsi, polifagia
dan dengan gejala- gejala lain seperti kelelahan, kelemahan, perubahan pengelihatan
ginjal, disfungsi saraf otonom meliputi disfungsi seksual dan neuropati dengan resiko
ulkus diabetic komplikasi yang lain ialah ketoasidosis diabetikum dan koma
diantaranya yang pertama ialah melakukan manajemen diet yang bertujuan untuk
mencapai dan mempertahankan kadar glukosa darah dan lipid mendekati normal,
mencapai dan mempertahankan berat badan dalam batas – batas normal, yang kedua
melakukan aktivitas fisik atau berolahraga yang dapat menurunkan kadar glukosa
pemakaian insulin, dan dapat memperbaiki sirkulasi darah , yang ketiga dengan
pemantauan kadar gula darah yang bertujuan untuk mendeteksi dan mencegah
menggunakan terapi insulin dan obat - obatan seperti metformin , glitazone dan lainnya.
Selain itu , seorang perawat juga dapat memberikan edukasi kesehatan kepada pasien
dan keluarga tentang manajemen diet yang benar agar kadar glukosa darah pasein tetap
dalam batas normal dan juga mengedukasi kepada keluarga pasien untuk turut menjaga
pola pikir pasien agar terhindar dari stres, karena ketika pasien mengalami stress dapat
merubah pola makan pasien dan membuat pasien tidak patuh dalam penggunaan obat
oleh karena itu edukasi tersebut bertujuan agar keluarga pasien mau membantu pasien
melakukan kajian lebih lanjut dengan melakukan asuhan keperawatan pada pasien
Diabetes Mellitus Dan Gangrene di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Sidoarjo ?
Kabupaten Sidoarjo.
Terkait dengan tujuan, maka tugas akhir ini diharapkan dapat dimanfaatkan oleh
1.4.1 Akademis, hasil tindak kasus ini merupakan sumbangan bagi ilmu pengetahuan
Karya tulis ini diharapkan dapat memberikan informasi dan menambah wacana
Diabetes Melitus.
Karya tulis ilmiah ini dapat dijadikan salah satu contoh hasil dalam melakukan
Manfaat praktis bagi instansi akademik yaitu dapat digunakan sebagai referensi
Manfaat karya tulis ilmiah ini bagi pasien dan keluarga yaitu agar pasien dan
1.5.1 Metode
terjadi pada waktu sekarang yang meliputi studi kepustakaan yang mempelajari,
evaluasi.
1.5.2.1 Wawancara
1.5.2.2 Observasi
1.5.2.3 Pemeriksaan
Meliputi pemeriksaan fisik dan laboratorium yang dapat menunjang dan
Data sekunder adalah data yang di peroleh dari keluarga atau orang
kesehatan lain.
Supaya lebih jelas dan lebih mudah dalam mempelajari dan memahami studi kasus
1.6.2 Bagian inti , terdiri dari lima bab, yang masing – masing bab terdiri dari sub
1.6.2.2 Bab 2 : Tinjauan pustaka, berisi tentang konsep penyakit dari sudut
masalah
1.6.2.3 Bab 3 : Tinjauan kasus berisi tentang diskripsi data hasil pengkajian,
TINJAUAN PUSTAKA
Dalam bab 2 ini akan diuraikan secara teoritis mengenai konsep penyakit
definisi, etiologi, dan cara penanganan secara medis. Asuhan keperawatan akan
dan evaluasi.
2.1.1 Definisi
Diabetes adalah penyakit kronis yang terjadi baik ketika pankreas tidak
memproduksi cukup insulin atau ketika tubuh tidak dapat secara efektif
menggunakan insulin yang dihasilkan. Insulin adalah hormon yang mengatur gula
darah. Hiperglikemia adalah efek umum dari diabetes yang tidak terkontrol dan dari
( WHO, 2018 )
2.1.2 Klasifikasi DM
2.1.2.1 DM tipe I
Diabetes tipe 1 dapat berkembang pada usia berapapun, tetapi paling sering
terjadi pada anak-anak dan remaja. Ketika tubuh menderita diabetes mellitus tipe 1,
tubuh memproduksi insulin sangat sedikit atau tidak ada insulin, yang berarti setiap
9
10
harinya tubuh memerlukan insulin untuk menjaga kadar glukosa darah tetap
terkendali ( IDF, 2019 ). Defisiensi insulin ini terjadi dikarenakan oleh proses
Damayanti,2015).
2.1.2.1 DM tipe II
dimana insulin dalam tubuh tidak dapat bertindak secara proporsional dengan
peningkatan gaya hidup sehat , peningkatan aktivitas fisik dan diet sehat. Sebagian
besar orang dengan DM tipe 2 membutuhkan obt-obatan dan juga insulin untuk
2.1.2.3 DM gestational
peningkatan produksi glukosa oleh hati atau penurunan penggunaan glukosa oleh
sel. Sebelumnya dikenal dengan istilah diabetes sekunder, diabetes tipe ini
syndrome chusing, karena zat kimia atau obat, infeksi dan endokrinopati.
11
( Damayanti, 2015 )
2.1.3.1 DM tipe 1
1.) Faktor genetic : Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu
3.) Faktor lingkungan : Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses
2.1.3.2 DM tipe II
resiko yang berhubungan dengan proses terjadinya diabetes tipe II ialah usia,
defisiensi insulin :
haus ( polydipsia)
12
2.1.4.5 Gejala lain yang dikeluhkan adalah kesemutan, gatal, mata kabur,
sebelum onset klinis penyakit. Lebih khusus, gangguan toleransi glukosa (TGT)
yang disebabkan oleh penurunan sekresi insulin awal fase responsive glukosa, dan
diobati, ini diketahui menyebabkan penurunan massa sel pankreas. Kerusakan sel β
Sementara pasien dalam tahap awal setelah onset penyakit terutama menunjukkan
Resistensi insulin adalah suatu kondisi di mana insulin dalam tubuh tidak
bekerja proporsional cukup untuk konsentrasi darah. Penurunan aksi insulin pada
13
organ utama seperti hati dan otot adalah fitur patofisiologi umum dari DM. Dalam
asam lemak bebas, mekanisme inflamasi, dll). Pada faktor genetik diingat bahwa
tidak hanya mencakup reseptor insulin dan insulin substrat reseptor (IRS) -1
polimorfisme gen yang secara langsung mempengaruhi sinyal insulin, tetapi juga
polimorfisme genetik seperti gen reseptor β3- adrenergic dan protein uncoupling
(UCP) gen, yang terkait dengan obesitas visceral dan peningkatan resistensi insulin.
gangguan sekresi insulin dan penurunan sinyal insulin. Perhatian ini difokuskan
pada keterlibatan zat bioaktif adiposit yang diturunkan (adipokinesis) dan resistensi
insulin. Sementara TNF-α, leptin, resistin, dan asam lemak bebas bertindak sebagai
peningkatan resistensi insulin adalah dengan memeriksa kadar glukosa darah puasa
2.1.7 Komplikasi
terjadinya gangren.
( Damayanti, 2015 )
Tabel 2.1 Kadar Glukosa Darah Sewaktu dan Puasa sebagai Patokan
( Damayanti, 2015 )
(1). Mikroalbuminuria : Urin ( Nilai normal albumin urin adalah 0-8 mg/dl )
normalnya adalah 0,5-1,5 mg/dl ) , Asam urat ( Nilai normalnya adalah 3-7
mg/dl )
(3). Kolesterol total : Plasma vena ( puasa ) ( Nilai normalnya adalah <200
mg/dl )
(4). Kolesterol LDL : Plasma vena ( puasa ) ( Nilai normalnya adalah <130
mg/dl )
16
(5). Kolesterol HDL : Plasma vena ( puasa ) ( Nilai normalnya adalah 40-60
mg/dl )
mg/dl )
2.1.9 Penatalaksanaan
kolesterol < 300 mg/hr, serat 25 gr/hr, garam dan pemanis buatan dapat digunakan
II 1300 45 35 192
V 1900 60 48 299
VI 2100 62 53 319
( Putra, 2019 )
17
plasma sehingga dapat menurunkan kadar glukosa darah. Manfaat lainnya dari
olahraga ialah memperbaiki sirkulasi darah dan tonus otot, prinsip dari latihan fisik
pasien DM sama dengan prinsip latihan jasmani pada umumnya yaitu mengikuti :
; I : Intensitas ringan dan sedang ( 60-70 % Maximum Heart Rate ); D: Durasi 30-
60 menit setiap melakukan latihan jasmani dan J: jenis latihan fisik yang dianjurkan
stamina.
( Damayanti, 2015 )
panjang. Beberapa hal yang harus dimonitor secara berkala adalah glukosa darah,
( Damayanti,2015 )
Dengan diberikan terapi insulin yang bertujuan menjaga kadar gula darah
( Damayanti, 2015 )
18
hanya belajar keterampilan untuk merawat diri sendiri guna menghindari fluktuasi
kadar glukosa darah yang mendadak, tetapi juga harus memiliki perilaku preventif
dalam gaya hidup untuk menghindari komplikasi diabetic jangka panjang. Pasien
harus mengerti mengenai nutrisi, manfaat dan efek samping terapi, latihan,
( Damayanti, 2015 )
2.2.1 Definisi
Gangren adalah keadaan yang ditandai dengan adanya jaringan mati atau
nekrosis, namun secara mikrobiologis adalah proses nekrosis yang disebabkan oleh
infeksi. Ulkus adalah kehilangan jaringan kulit yang dalam dengan tendensi
( Nurhalimah, 2013 )
2.2.2 Klasifikasi
2.2.2.1 Derajat 0 : Tidak ada lesi terbuka, kulit masih utuh dengan kemungkinan
19
2.2.2.5 Derajat IV : Gangren jari kaki atau bagian distal kaki dengan atau tanpa
selulitis.
( Wahyu, 2017 ).
2.2.3 Etiologi
neuropati, dan infeksi. Adanya neuropati perifer akan menyebabkan hilang atau
menurunya sensasi nyeri pada kaki, sehingga akan mengalami trauma tanpa terasa
yang mengakibatkan terjadinya ulkus pada kaki, gangguan motorik juga akan
mengakibatkan terjadinya atrofi pada otot kaki sehingga merubah titik tumpu yang
menyebabkan ulserasi pada kaki klien. Apabila sumbatan darah terjadi pada
pembuluh darah yang lebih besar maka penderita akan merasa sakit pada
tungkainya sesudah ia berjalan pada jarak tertentu. Adanya angiopati tersebut akan
( Wahyu, 2017 )
20
2.2.4 Patofisiologi
autonomic akan mengakibatkan berbagai perubahan pada kulit dan otot yang
Faktor aliran darah yang berkurang akan lebih lanjut menambah rumitnya
( Setiati, 2014 )
karena walaupun nekrosis, daerah akral itu tampak merah dan terasa hangat oleh
peradangan, dan biasanya teraba pulsasi arteri dibagian distal. Biasanya terdapat
pembuluh darah, sedangkan secara akut emboli akan menberikan gejala klinis 4 P,
yaitu :
2.2.5.1 Pain (nyeri)
adalah :
1) Inspeksi
kulit kaki kering, pecah, kaki/ jari (-), kalus, claw toe , Ulkus saat ditemukan
2) Palpasi
2.2.7 Penatalaksanaan
1.) Persiapkan alat : 1 set alat steril ( 2 cucing, gunting jaringan,pinset anatomi
dan siruji, kasa steril), sepasang handscoon bersih dan steril, korentang, plester/
2.) Posisikan px agak menjuntai, dan posisikan luka pas diatas timba
3.) Pakai handscoon bersih , basuh balutan dengan cairan saline, pastikan sudah
basah seluruhnya, buka balutan perlahan jika masih lengket siram lagi
menggunakan cairan,
4.) Setelah balutan dibuka, amati luka apakah terdapat granulasi atau tidak,
apakah ada tanda tanda infeksi atau tidak, amati warna pus, cek kedalaman pus,
jika terlihat ototnya masuk ke stadium 3, jika masuk ke lapisan lemak berarti
5.) Jika terdapat pus maka, satu tangan perawat memijat mengeluarkan pus,
7.) Siapkan cucing pakai korentang, masukan saflon ke dalam salah satu cucing
9.) Ambil kasa masukkan kedalam saflon lalu diperas menggunakan pinset
diatas bengkok, swab luka dari dalam keluar, jika masih ada pus, sedikit
ditekan bersihkan sampai pus menghilang , salah satu tangan on ( tidak steril ),
setelah selesai dibersihka letakkan pinset dibak intrumen dengan letak terbalik
23
yang sudah terkena tubuh px berada paling luar, jika terdapat nekrosis
setelah itu siram bagian tersebut lalu keringkan dengan kasa ( ditul-tul ).
10.) Setelah selesai pada luka diberi sufratul untuk merangsang pertumbuhan
sel jangan berikan sufratul pada luka yang sudah membaik, setelah itu luka
dokumentasikan tindakan.
( Putra, 2019 )
2.2.7.2 Debridement
Setelah debridement, jumlah bakteri akan menurun dengan sendirinya yang diikuti
dengan kemapuan tubuh akan membuang sendiri jaringan nekrosis atau slough
( Wahyu, 2017 )
kuman gram positif dengan gram negatif. Apabila tidak dijumpai perbaikan pada
luka tersebut, maka terapi antibiotic dapat diberikan perparenteral yang dengan
kepekaan kuman.
( Wahyu, 2017 )
24
2.2.7.4 Nutrisi
Faktor nutrisi merupakan salah satu faktor penting yang berperan dalam
dengan nilai gizi : yaitu 60% kalori karbohidrat, 20%, kalori lemak, 20% kalori
2.2.7.5 Gunakan alas kaki yang pas dan kaos kaki yang bersih setiap saat berjalan
khawatir akan proses penyakit yang dideritanya, kekhawatiran ini bukan hanya
dialami oleh penderita DM saja melainkan kecemasan ini juga dapat dialami oleh
diabetes seperti nefropati dan ulkus diabetikum akan membutuhkan perawatan yang
diakibatkan rasa putus asa dan malu akan penyakitnya yang mana terdapat
beberapa masyarakat sekitar merasa terganggu dengan bau yang ditimbulkan dari
2.3.1 Pengkajian
2.3.1.1 Identitas
1.) Usia ( DM tipe 1 usia < 30 tahun, DM tipe 2 usia > 30 tahun, cenderung
2.) Jenis kelamin : Sebagian besar dijumpai pada perempuan dibanding laki-laki,
karena faktor resiko terjadinya DM pada perempuan 3-7 kali lebih tinggi
dibandingkan pada laki-laki yaitu 2-3 kali, wanita biasanya hamil mengalami
diabetes gestasional.
kelompok etnik di singapura yang mengalami perubahan gaya hidup yang sangat
( Putra, 2019 )
kesemutan, sering kencing, takikardia, nyeri pada luka gangren, BB menurun, tiba-
sering kesemutan, adanya gatal pada kulit dan nyeri yang tak tertahankan pada luka
gangrene dikaki yang rasanya seperti tertusuk – tusuk, nyerinya muncul saat
26
melakukan aktivitas dan terdapat banyak pus sehingga menyebabkan pasien dengan
( Putra, 2019 )
1.) Perlu ditanyakan apakah didalam satu keluarga pernah ada yang menderita
2.) Penyakit DM kalau keturunan dari ibu sebanyak 50% , dari ayah 30%,
sedangkan keturunan penyakit DM dari kedua orangtua maka sang anak akan
( Putra, 2019 )
1.) Makan terlalu banyak karbohidrat dari nasi dan roti bisa menyebabkan
3.) Merokok dan minuman beralkohol dapat merusak pancreas dimana hormone
pancreas.
( Putra, 2019 )
(1). Inpeksi : Bentuk dada simetris, bisa terdapat retraksi otot bantu nafas,
terkadang ada yang membutuhkan bantu nafas O2, mungkin terjadi pernafasan
cepat dan dangkal, RR normal 18-20x/menit mungkin juga meningkat, nafas bau
aseton
(2). Palpasi : Vocal fremitus antara kiri kanan sama, susunan ruas tulang
belakang normal.
(4). Auskultasi : Tidak ada suara nafas tambahan , suara nafas vesikuler
(1). Inspeksi : Penyembuhan luka yang lama, mungkin terjadi hipertensi, tidak
(2). Palpasi : Ictus cordis tidak teraba, bisa terjadi takikardia, CRT kembali ≤ 3
detik ( bisa saja CRT > 3 detik dan terjadi sianosis ), pulsasi kuat lokasi radialis
28
(3). Perkusi : Suara perkusi jantung pekak, letak jantung masih dalam batas
3.) Brain ( B3 )
(1). Inspeksi : Kesadaran bisa baik ataupun menurun, pasien bisa pusing, merasa
4.) Bladder ( B4 )
5.) Bowel ( B5 )
(1). Inspeksi : Keadaan mukosa bibir kering atau lembab, lidah mungkin kotor,
6.) Bone ( B6 )
(1). Inspeksi : Kulit tampak kering, adakah luka ( apabila ada luka, maka harus
dilihat keadaan luka, ada pus atau tidak, kedalaman luka, luas luka ), ada oedeme
atau tidak
29
(2). Palpasi : Akral hangat, kekuatan otot dapat menurun , pergerakan sendi dan
7.) Pengindraan ( B7 )
(1). Inspeksi : Pengelihatan mulai kabur, ketajaman pengelihatan mulai
(2). Palpasi : Ada nyeri tekan pada mata, hidung, telinga atau tidak
8.) Endokrin ( B8 )
(1). Inspeksi : Mungkin ada gangrene , lokasi gangrene, ada pus, bau nya, ada
Analisa data adalah suatu prosedur pengolahan data dengan menggambarkan dan
meringkas data secara alamiah dalam bentuk table atau grafik ( Nursalam, 2013 ).
luka gangrene)
2.3.2.3 Resiko syok b.d ketidakmampuan elektrolit masuk kedalam sel tubuh,
hypovolemia
2.3.2.5 Retensi urin b.d inkomplit pengosongan kandung kemih, sfingter kuat,
dan poliuri
dalam beralih dari tingkat saat ini ke tingkat yang diinginkan dalam hasil yang
membaik.
31
3.) Luka tidak merembes 5.) Lakukan perawatan agar tidak terjadi infeksi
berkurang. septic.
nekrosis jaringan.
memahami tentang diet 4.) Pantau intake 5.) Untuk memenuhi gizi
hangat .
meningkat.
tercukupi.
33
lemah
awal gejala syok seperti 3.) Monitor tanda-tanda 4.) Untuk mencegah
nafas , kulit dingin dan 4.) Berikan cairan iv. kekuatan pompa jantung.
dengan posisi
34
trendelenburg untuk
mencegah syok.
120 mmhg
RR = 18 – 20 x/menit.
penyakit, dan faktor yang seperti cara mencuci apakah ada kenaikan atau
10.000/cmm.
adanya kemerahan
pembengkakan, panas
Tabel 2.7 Intervensi keperawatan pada px dengan diagnose retensi urin b.d
tidak terjadi retensi urin. 3.) Kolaborasi dengan 3.) Untuk membantu
seimbang.
iskemik jaringan
RR = 18 – 20 x/menit.
pucat.
detik.
Tabel 2.9 Intervensi keperawatan pada px dengan diagnose keperawatan nyeri akut
management nyeri yang management nyeri yang tanda- tanda vital px.
tentang teknik
benar .
39
normal
RR = 18 – 20 x/menit
berkurang menjadi
berskala 0-1 .
KH :
40
berenergi tinggi..
4.) Px mampu
mempraktekkan kembali
kemampuannya.
orang lain.
2.3.4 Implementasi
Dalam menyelesaikan masalah keperawatan kerusakan integritas jaringan
perawat akan menjelaskan pada pasien tentang tanda-tanda infeksi seperti adanya
menganjurkan pasien untuk tidak menggaruk pada area yang gatal dengan
kurang dari kebutuhan tubuh perawat akan menjelaskan kepada pasien dan
keluarganya tentang diet yang harus dilakukan, menganjurkan pasien untuk makan
sedikit tapi sering, menganjurkan pasien untuk makan selagi hangat , memantau
intake makanan, berkolaborasi dengan ahli gizi dalam pemberian gizi dan diet .
menjelaskan pada pasien tentang tanda-tanda awal syok seperti nadi melemah,
tekanan darah menurun, sesak nafas , kulit dingin dan pucat, menganjurkan pasien
untuk posisi trendelenburg, memonitor tanda-tanda awal syok ( TTV, CRT, warna
kulit ), memberikan cairan iv, berkolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat
dopamin.
mengajarkan cara menghindari infeksi seperti cara mencuci tangan yang benar,
menganjurkan pasien melakukan teknik management nyeri secara mandiri apa bila
nyeri kambuh, mengajarkan teknik management nyeri yang benar, mengkaji skala
pasien untuk tirah baring dan pembatasan aktivitas, menganjurkan pasien untuk
perawat akan menjelaskan pada pasien tentang pentingnya melakukan ROM aktif
atau ROM pasif, menganjurkan pada pasien untuk melakukan ROM aktif atau
ROM pasif secara mandiri, mengajarkan pasien tentang cara melakukan ROM aktif
atau ROM pasif yang benar, mengajarkan pasien tentang teknik ambulasi yang
menilai diri positif dan mengenali masalahnya, mendukung upaya pasien untuk
2.3.5 Evaluasi
berkurangnya produksi pus, terjadi granulasi pada jaringan yang rusak,dan tidak
dan aktifitas jasmani setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam
diharapkan nutrisi tubuh pasien tercukupi, nafsu makan pasien meningkat, dan
dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan tidak terjadi syok,
TTV pasien dalam rentan normal, CRT kembali < 3 detik, dan tidak terjadi sianosis.
jaringan , proses penyakit setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam
diharapkan tidak terjadi infeksi, jumlah leukosit pasien dalam batas normal yaitu
46
4000-10.000/cmm, tidak terjadi pembengkakan, panas area sekitar luka, dan tidak
pengosongan kandung kemih, sfingter kuat, dan poliuri setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 1x24 jam diharapkan tidak terjadi retensi urin dan balance
dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam perfusi jaringan perifer kembali
efektif, TTv dalam rentan normal, CRT kembali < 3 detik, tidakterdapat oedema,
jaringan setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan skala
nyeri pasien berkurang menjadi skala 0-1, TTV dalam rentan normal, pasien
mengatakan skala nyerinya sudah berkurang menjadi skala 0-1 dan pasien sudah
tampak rileks.
luka gangrene setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan
47
kelemahan fisik.
gambaran diri pasien meningkat dan pasien sudah mulai bisa menyesuaikan diri
2.3.6 Pathway
1. faktor genetic
2. infeksi virus Kerusakan sel β Ketidakseimbangan Gula dalam darah tidak dapat
3. pengrusak imunologi produksi insulin dibawa masuk dalam sel
Dieresis osmotik
Kerusakan pada antibodi
Vikositas darah Syok hiperglikemik
meningkat
Aktivitas Perawatan
Resiko syok Penumpukan pus
terbatas kurang baik,
nutrisi
buruk, stress Nyeri akut
Hambatan
mobilitas
fisik Gangrene Gangguan citra
meluas tubuh
Kehilangan
kalori
Resiko
infeksi
Sel kekurangan
bahan untuk
metabolisme
Protein dan lemak BB menurun
dibakar
Ketidakseimbang Keletihan
an nutrisi kurang
dari kebutuhan
tubuh
Gambar 2.1 Kerangka masalah pada pasien dengan diagnose medis Diabetes
Mellitus ( Nurarif & Kusuma, 2015 )
BAB III
TINJAUAN KASUS
Gangren Pedis Sinistra maka penulis menyajikan suatu kasus yang penulis amati
mulai tanggal 27 Januari - 30 Januari 2020 dengan data pengkajian pada tanggal
27 Januari pukul 15.00 WIB. Anamnesa diperoleh dari klien , keluarga klien
3.1 Pengkajian
Data diambil pada tanggal 27 – 01 – 2020 pukul 15.00 WIB Ny. K MRS pada
tanggal 27 – 01 – 2020 dirawat diruang rawat inap mawar putih kelas III dengan
nomor rekam medis 1941677 dengan diagnose medis Diabetes Mellitus dan
pendidikan terakhir nya SMA beragama islam bertempat tinggal di Suko Rt 08/02
Sidoarjo.
1.) Keluhan utama MRS : Pasien mengatakan nyeri luka pada kaki kiri
49
50
2.) Riwayat penyakit saat ini : Pasien mengatakan sudah 1 minggu pasien
merasakan lemas, mual, demam, dan nyeri luka pada kaki kiri, rasanya cekot-
cekot, nyeri lebih sering muncul dan bertambah saat kaki digunakan
skala nyerinya 7 dan berbau sejak hari jumat tanggal 24 januari 2020, karena
semakin nyeri pasien dibawa ke IGD RSUD Sidoarjo pada tanggal 27 januari
2020 pukul 12.00 WIB dan dipindahkan ke ruang rawat inap mawar putih
3.) Keluhan saat pengkajian : Pasien mengatakan nyeri luka pada kaki kiri,
rasanya cekot-cekot, nyeri lebih sering muncul dan bertambah ketika kaki
alas kaki sehingga pada saat kaki nya terluka pasien tidak tau, pasien
mengetahui kakinya terluka pada saat sudah muncul nyeri pada kaki kirinya
dan terdapat luka seperti mata ikan dibagian telapak kaki kiri nya yang
membuat pasien harus rawat inap di RSUD Sidoarjo tahun 2018, pada saat
pasien pulang luka pada telapak kaki kirinya sudah menutup pasien
pasien sering beraktifitas tanpa mengunakan alas kaki dan membuat luka nya
muncul kembali dan bertambah luas, terdapat bau yang tidak sedap yang
keluar dari kaki dan juga terdapat nyeri yang membuat pasien harus rawat
3.) Alergi : Pasien mengatakan tidak memiliki alergi terhadap obat maupun
makanan
1.) Penyakit yang pernah diderita oleh anggota keluarga : Pasien mengatakan
orang tuanya tidak ada yang memiliki riwayat penyakit diabetes dan anak
rumahnya jauh dari TPS dan memiliki ventilasi yang cukup untuk cahaya
makan makanan berlemak dan bersantan dan pasien suka beraktifitas tanpa
setelah luka nya menutup karena dikira sudah sembuh, keluarga pasien bertanya
tentang manfaat dari insulin, penyebab diabetes mellitus dan cara menanganinya.
52
Berat badan 60 kg 55 kg
1.) Keluhan lain : Mual, muntah 2x, keluarga pasien mengatakan baju pasien
menjadi lebih longgar saat sakit nafsu makan pasien menurun, Hb ; 10 g/dl,
3.1.3.6 Genogram
: Perempuan
: Laki - laki
: Pasien
: Tinggal 1 rumah
digerakkan.
x/ menit
(1). Inspeksi : Bentuk dada pasien simetris, susunan ruas tulang belakangnya
normal tidak ada kifosis, scoliosis lordosis, irama nafasnya teratur, tidak ada
retraksi otot bantu nafas, tidak memakai alat bantu pernafasan, tidak ada
batuk, RR 20x/menit.
(2). Palpasi : Vocal fremitus nya memiliki getaran yang sama antara kiri dan
kanan.
(4). Auskultasi : Tidak ada suara nafas tambahan, bunyi nafas vesikuler
4.) B2 kardiovaskuler
(1). Inspeksi : Tidak terdapat sianosis, tekanan darah 130/70 mmhg, tidak ada
clubbing finger.
(2). Palpasi : Tidak ada pembesaran vena jugularis, ictus cordis teraba lemah
(3). Perkusi : Suara perkusi jantung pekak, letak jantung masih dalam batas
sinistra.
pupil isokor, tidak ada kaku kuduk, tidak ada nyeri kepala , tidak ada pusing
dikepala, tidak ada kelainan nervus cranialis, istirahat tidur pasien pada siang
hari 2 jam selama dirumah sakit dan saat dirumah, pada saat malam hari
istirahat tidur pasien 7 jam saat dirumah sakit dan 8 jam saat dirumah, reflek
(1). Inspeksi : Jumlahnya 2000 cc/ 24 jam, urinnya berwarna kuning , berbau
daya tampung 5 x 200 cc, keluarga pasien mengatakan pasien dalam sehari
(2). Palpasi : Tidak terdapat nyeri tekan pada area simfisis pubis.
(1). Inpeksi : Terdapat mual, muntah 2x, porsi makan habis 3-4 sendok
(2). Palpasi : Tidak ada nyeri tekan epigastrium, tidak terdapat nyeri saat
menelan.
tubuh
(1). Inspeksi : Kulit kering , tidak terdapat dislokasi, tidak ada oedema, tidak
luka terbalut kasa dipunggung kaki kiri, kondisi luka terdapat nekrosis pada
eritema basah dipunggung kaki kiri, terdapat pus, ditelapak kaki kiri terdapat
kemampuan ADL pasien parsial untuk duduk pasien harus dibantu oleh
5 5
(2). Palpasi : Turgor kulit elastis, akral hangat, kekuatan otot
5 5
mobilitas fisik
(2). Palpasi : Tidak terdapat nyeri tekan pada area mata, hidung dan telinga.
(1). Inspeksi : Terdapat luka gangrene dipunggung kaki kiri, terdapat nekrosis
pada digiti kedua, luka berdiameter 5 cm dengan kedalaman luka 0,3-0,4 cm,
terdapat eritema basah dipunggung kaki kiri, terdapat pus, terdapat bau
menyengat, ditelapak kaki kiri terdapat luka kering dengan diameter 2 cm dan
tubuhnya, tidak ada bagian anggota tubuhnya yang tidak disukai, pasien
mengatakan jika harus kehilangan sedikit bagian tubuh pasien, pasien harus
(2). Identitas :
karena memiliki anak , cucu dan menantu yang menyayanginya, dan pasien
(3). Peran :
anak cucu nya dengan memberikan nasihat nasihat dan pasien mengatakan
biasanya, pasien berharap menjadi nenek yang tidak merepotkan anak cucunya,
cucunya dan tidak merepotkan mereka, pasien berharap kondisi rumah anaknya
pasien dengan pasien lain sangat baik, pasien mendapatkan dukungan penuh
59
dan tulus untuk sembuh dari keluarganya, pasien berinteraksi dengan baik dan
kooperatif.
kekuatan pasien adalah dukungan keluarga, ibadah yang mampu pasien lakukan
secara mandiri adalah berdoa, pasien yakin bahwa pasien akan segera sembuh dan
Tabel 3.2 Hasil laboratorium Ny.K tanggal 27-01-2020 pukul 13:04 WIB
Darah Lengkap
Kimia Klinik
Elektrolit
3.1.3.11 Terapi
diuresis
dan antipiretik
mengurangi asam
lambung
darah
makan, sehingga
pemberiannya beberapa
Tabel 3.4 Analisa data pada Ny “K” dengan diagnosa medis Diabetes
Mellitus dan Gangren Pedis Sinistra
nyerinya sangat
pasien
S: Skala nyeri 6
digunakan untuk
beristirahat.
Do :
63
- Pasien tampak
kirinya digerakkan.
berdiameter 5 cm dengan
cm.
- TTV
TD : 130/70 mmhg
N : 80 x/menit
S : 36,6 ℃
RR : 20 x/menit
Do :
sendok makan
- Mual
- Muntah 2x Ketidakseimbangan
- HB : 10,0 g/dl
- IMT : 22
- Terdapat luka
gangrene pada
- Pasien tampak
menyeringai ketika
kaki diggerakkan
5 5
- Kekuatan otot
5 5
kedua, luka
dengan kedalaman
eritema basah
kering dengan
diameter 2 cm dan
0,4 cm
menghentikan pemakaian
sembuh.
Do :
- Keluarga pasien
banyak bertanya
insulin, penyebab
cara menanganinya
67
3.2.2.1 Kerusakan integritas jaringan b.d nekrosis jaringan ditandai dengan luka
gangrene
3.2.2.3 Nyeri akut b.d iskemik jaringan ditandai dengan nekrosis jaringan, gangren
3.2.2.4 Hambatan mobilitas fisik b.d nyeri luka gangrene ditandai dengan luka
gangren
Tabel 3.5 Intervensi keperawatan yang dibuat untuk menyelesaikan dua diagnosa
keperawatan Ny. K dengan diagnosa medis Diabetes Mellitus dan
Gangren Pedis Sinistra
kuku. steril.
kemerahan menghambat
normal penyembuhan
mmhg TD, N, S, RR
70
Diastol : 60 - 80
mmhg
Nadi : 60 – 100
x/menit
Suhu : 36,5℃ -
37,5℃
RR : 18 - 20 x/menit
hangat.
71
habis. mempengaruhi
yang tinggi
dapat
menghambat
proses
penyembuhan
kebutuhan.
terdapat pembengkakan,
dengan menggunakan
kuku.
73
menggunakan kuku.
kemerahan disekitar
luka,terdapat
sekitar luka).
kemerahan disekitar
luka,terdapat
sekitar luka.
balutan kasa
b.d intake
74
mampu menjelaskan
harus dilakukan.
sering
tapi sering
makanan pasien
sendok makan
75
mual muntah
- Terdapat mual
TD : 140/90 mmhg
N : 87 x/menit
S : 36,7℃
RR : 20 x/menit
sekitar luka.
kasa
pemberian obat
- Injeksi ceftriaxone 1 gr
- Injeksi omeprazole 40 gr
menggunakan sodium
steril
berdiameter 5 cm dengan
kal
makanan pasien
sendok makan
mual muntah
- Terdapat mual
TD : 120/70 mmhg
N : 82 x/menit
S : 36,8 ℃
RR : 18 x/menit
78
sekitar luka.
pada kasa
pemberian obat
- Injeksi ceftriaxone 1 gr
- Injeksi omeprazole 40 gr
79
menggunakan sodium
steril
diameter 2 cm dan
kal
makanan pasien
mual muntah
- Terdapat mual
- TD : 120/78 mmhg
- N : 72 x/menit
- S : 36,6 ℃
- RR : 20 x/menit
luka gangrene O:
- Keadaan umum
cukup
- GCS 456
- Kondisi luka
Terdapat luka
terbalut kasa
dipunggung kaki
kiri, terdapat
rembesan pada
kasa, terdapat
kedua, luka
berdiameter 5 cm
dengan kedalaman
0,3-0,4 cm,
82
terdapat eritema
basah dipunggung
kering dengan
diameter 2 cm dan
kedalaman lika
0,3-0,4 cm
- TD : 120/70 mmhg
N : 82 x/menit
S : 36,8 ℃
RR : 18 x/menit
A : Kerusakan integritas
P : Intervensi dilanjutkan
no 3,4,5,6
1. Pantau tanda-tanda
infeksi (adanya
kemerahan disekitar
luka,terdapat
pembengkakan, panas
3. Lakukan perawatan
aseptic menggunakan
4. Observasi ttv
5. Pantau GDA
sendok makan
- Mual ( + )
- Muntah ( - )
A : Ketidakseimbangan
teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
no 2-7
84
1. Anjurkan pasien
sering.
2. Berikan makanan
selagi hangat
3. Observasi intake
makanan pasien
4. Observasi mual
muntah
5. Kolaborasi dalam
pemberian diet
2300 kal
6. Kolaborasi dalam
pemberian obat
antiemetic.
7. Pantau GDA
luka gangrene O:
- Keadaan umum
cukup
- GCS 456
85
- Kondisi luka
Terdapat luka
terbalut kasa
dipunggung kaki
rembesan pada
kasa, dilakukan
pemotongan pada
berdiameter 5 cm
dengan kedalaman
0,3-0,4 cm,
terdapat eritema
basah dipunggung
terdapat pus,
terdapat luka
kering dengan
diameter 2 cm dan
kedalaman luka
0,3-0,4 cm
- TD : 120/78 mmhg
86
N : 72 x/menit
S : 36,6 ℃
RR : 20 x/menit
A : Kerusakan integritas
P : Intervensi dilanjutkan
no 3,4,5,6
1. Pantau tanda-tanda
infeksi (adanya
kemerahan
disekitar
luka,terdapat
pembengkakan,
luka).
2. Pantau keadaan
luka
3. Lakukan
perawatan luka
dengan teknik
aseptic
menggunakan
sodium chloride
87
steril.
4. Observasi ttv
5. Pantau GDA
½ porsi makan
- Mual ( + )
- Muntah ( - )
A : Ketidakseimbangan
teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
no 2-7
1. Anjurkan pasien
sering.
88
2. Berikan makanan
selagi hangat
3. Observasi intake
makanan pasien
4. Observasi mual
muntah
5. Kolaborasi dalam
pemberian diet
2300 kal
6. Kolaborasi dalam
pemberian obat
antiemetic.
7. Pantau GDA
89
b.d nekrosis O :
- GDA 57 mg/dl
- Kondisi luka :
nekrosis, tidak
terdapat rembesan
berdiameter 5 cm
dengan kedalaman
terdapat eritema,
dengan diameter 2 cm
0,3-0,4 cm
- TD : 110/80 mmhg
N : 80 x/menit
S : 36,7 ℃
RR : 20 x/menit
A : Kerusakan integritas
P : Intervensi dihentikan
Pasien KRS
- GDA 57 mg/dl
- Mual ( - )
- Muntah ( - )
91
A : Ketidakseimbangan
P : Intervensi dihentikan
Pasien pulang
KIE
1. Anjurkan pasien
pengobatan
2. Anjurkan pasien
3. Anjurkan pasien
saat beraktivitas
4. Menganjurkan untuk
mengurangi mengonsumsi
yang manis
5. Menganjurkan untuk
luka.
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada bab ini akan dijelaskan antara kesenjangan dengan teori dan asuhan
dan Gangren Pedis Sinistra di ruang mawar putih RSUD Sidoarjo yang meliputi
4.1 Pengkajian
penulis yaitu melaksanakan asuhan keperawatan pada klien yang meliputi pengkajian,
4.1.1 Identitas :
tidak terdapat kesenjangan. Pada tinjauan pustaka untuk usia ( DM tipe 1 usia
< 30 tahun, DM tipe 2 usia > 30 tahun, cenderung meningkat pada usia > 65
tinjauan kasus didapat data pasien berumur 60 tahun dan pada jenis kelamin
92
93
sama dengan identitas penderita Diabetes Mellitus Gangren yang mana usianya
kabur, dan banyak pus. Pada tinjauan kasus didapatkan data pasien menyeluh
nyeri luka pada kaki kiri. Pada tinjauan kasus terdapat kesenjangan dengan
pustaka terdapat kesenjangan karena keluhan utama yang dialami oleh pasien
tidak sama dengan keluhan pada penderita Diabetes Mellitus Gangren lainnya.
kencing, BB menurun, sering kesemutan, adanya gatal pada kulit dan nyeri
yang tak tertahankan pada luka gangrene dikaki yang rasanya seperti tertusuk
– tusuk, nyerinya muncul saat melakukan aktivitas dan terdapat banyak pus.
Sedangkan pada hasil dari tinjauan kasus diperoleh data pasien mengatakan
sudah 1 minggu pasien merasakan lemas, mual, demam, dan nyeri luka pada
kaki kiri, rasanya cekot-cekot, nyeri lebih sering muncul dan bertambah saat
94
pustaka terdapat kesenjangan karena riwayat penyakit saat ini yang dialami
oleh pasien tidak sama dengan riwayat penyakit saat ini pada penderita
Mellitus atau pernah menderita penyakit lainnya dan Diabetes Mellitus dapat
memiliki hiperkolesterol.
pustaka tidak terdapat kesenjangan karena pada riwayat penyakit dahulu yang
dialami oleh pasien sama dengan riwayat penyakit dahulu pada penderita
simetris, bisa terdapat retraksi otot bantu nafas, terkadang ada yang
95
aseton. Pada palpasi didapatkan vocal fremitus antara kiri kanan sama,
susunan ruas tulang belakang normal. Pada perkusi didapatkan suara sonor ,
pada auskultasi tidak ditemukan adanya suara nafas tambahan , suara nafas
simetris, susunan ruas tulang belakangnya normal tidak ada kifosis, scoliosis
lordosis, irama nafasnya teratur, tidak ada retraksi otot bantu nafas, tidak
memakai alat bantu pernafasan, tidak ada batuk, RR 20x/menit. Pada palpasi
didapatkan vocal fremitus nya memiliki getaran yang sama antara kiri dan
kanan. Perkusi thorax sonor, pada auskultasi tidak ditemukan adanya suara
JVP, pada palpasi didapatkan ictus cordis tidak teraba, bisa terjadi
takikardia, CRT kembali ≤ 3 detik ( bisa saja CRT > 3 detik dan terjadi
sianosis ), pulsasi kuat lokasi radialis, pada perkusi suara perkusi jantung
pekak, letak jantung masih dalam batas normal di ics II sternalis dextra
dengan iskemik jaringan dan penurunan suplai darah keperifer. Pada tinjaun
130/70 mmhg, tidak ada clubbing finger, pada palpasi tidak didapatkan
pembesaran vena jugularis, ictus cordis teraba lemah dengan ukuran ≤ 1 cm,
nadi 80x/menit., pada perkusi ditemukan suara perkusi jantung pekak, letak
jantung masih dalam batas normal di ics II sternalis dextra sinistra sampai
didapatkan data inspeksi yaitu kesadaran pasien bisa baik ataupun menurun,
kejang, pupil isokor, tidak ada kaku kuduk, tidak ada nyeri kepala , tidak
ada pusing dikepala, tidak ada kelainan nervus cranialis, istirahat tidur
pasien pada siang hari 2 jam selama dirumah sakit dan saat dirumah, pada
saat malam hari istirahat tidur pasien 7 jam saat dirumah sakit dan 8 jam
saat dirumah, reflek cahaya baik saat mata didekatkan cahaya pupil
Tidak adanya kesenjangan antara tinjauan pustaka dan tinjauan kasus pada
kuning, berbau khas pada palpasi tidak ada nyeri tekan pada simfisis pubis.
yaitu jumlahnya urinnya 2000 cc/ 24 jam, berwarna kuning , berbau khas,
tampung 5 x 200 cc, keluarga pasien mengatakan pasien dalam sehari ganti
pempes 2x. pada palpasi tidak ditemukan nyeri tekan pada area simfisis
didapatkan data inspeksi yaitu keadaan mukosa bibir kering atau lembab,
lidah mungkin kotor, bisa terjadi mual muntah, penurunanan BB, polifagi,
anoreksia. Pada palpasi terdapat nyeri tekan abdomen atau tidak, pada
(Bowel) tinjauan kasus didapatkan data Inpeksi terdapat mual, muntah 2x,
porsi makan habis 3-4 sendok makan, mukosa mulut lembab, kebiasaan
dikenakan pasien menjadi lebih longgar saat sakit. Pada palpasi tidak ada
nyeri tekan epigastrium, tidak terdapat nyeri saat menelan. Pada perkusi
system pencernaan.
didapatkan data inspeksi yaitu kulit tampak kering, adakah luka ( apabila ada
luka, maka harus dilihat keadaan luka, ada pus atau tidak, kedalaman luka,
luas luka ), ada oedeme atau tidak, pada palpasi didapatkan akral hangat,
kekuatan otot dapat menurun , pergerakan sendi dan tungkai bisa mengalami
kasus didapatkan data inspeksi yaitu kulit kering , tidak terdapat dislokasi,
tidak ada oedema, tidak terdapat fraktur, kemampuan pergerakan sendi dan
tungkai bebas, terdapat luka terbalut kasa dipunggung kaki kiri, kondisi luka
kedalaman 0,3-0,4 cm, terdapat eritema basah dipunggung kaki kiri, terdapat
pus, ditelapak kaki kiri terdapat luka kering dengan diameter 2 cm dan
kedalaman lika 0,3-0,4 cm, kemampuan ADL pasien parsial untuk duduk
ditempat tidur, pada palpasi turgor kulit elastis, akral hangat, kekuatan otot
5 5
, Pasien mengatakan nyeri pada kaki kirinya yang luka, rasanya cekot-
5 5
cekot, nyeri lebih sering muncul dan bertambah ketika kaki digunakan untuk
100
gangrene dan nyeri akut yang berhubungan dengan iskemik jaringan dan
pada tinjauan kasus ialah hambatan mobilitas fisik, nyeri akut dan kerusakan
integritas jaringan.
atau tidak, ketajaman pendengaran normal, ada lesi atau tidak, pada palpasi
terdapat nyeri tekan pada mata, hidung, telinga atau tidak. Pada tinjauan
alat bantu pengelihatan, mukosa hidung lembab, tidak terdapat secret, pasien
mampu mendengar dengan jelas. Pada palpasi tidak terdapat nyeri tekan
101
pada area mata, hidung dan telinga. Pada tinjauan kasus B7 (Penginderaan)
adakah pus, bau nya, adakah polifagi, poliuri, polydipsia. Pada palpasi
masalah keperawatan retensi urin yang ditandai dengan adanya poliuri dan
terdapat luka gangrene dipunggung kaki kiri, terdapat nekrosis pada digiti
eritema basah dipunggung kaki kiri, terdapat pus, terdapat bau menyengat,
ditelapak kaki kiri terdapat luka kering dengan diameter 2 cm dan kedalaman
luka 0,3-0,4 cm. pada palpasi tidak terdapat pembesaran kelenjar thyroid,
mellitus, namun ketika gula darah pasien tidak terkontrol dan insulin dalam
tubuh sedikit atau tidak mampu bekerja dengan baik, insulin tersebut tidak
anti deuretik dan menimbulkan rasa haus, karena tubuh kehilangan banyak
antara lain:
4.2.1.1 Kerusakan integritas jaringan b.d nekrosis kerusakan jaringan ( nekrosis luka
gangrene)
4.2.1.3 Resiko syok b.d ketidakmampuan elektrolit masuk kedalam sel tubuh,
hypovolemia
4.2.1.5 Retensi urin b.d inkomplit pengosongan kandung kemih, sfingter kuat, dan
poliuri
antara lain :
4.2.2.1 Kerusakan integritas jaringan b.d nekrosis jaringan ditandai dengan luka
gangrene
4.2.2.2 Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake inadekuat
4.2.2.3 Nyeri akut b.d iskemik jaringan ditandai dengan nekrosis jaringan, gangren
4.2.2.4 Hambatan mobilitas fisik b.d nyeri luka gangrene ditandai dengan luka gangren
4.2.3.1 Kerusakan integritas jaringan b.d nekrosis jaringan ditandai dengan luka
gangrene
4.2.3.2 Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake inadekuat
integritas jaringan b.d nekrosis jaringan ditandai dengan luka gangrene dengan data
105
objektif yang mendukung yaitu terdapat luka terbalut kasa dipunggung kaki kiri, luka
merembes, kondisi luka terdapat nekrosis pada digiti kedua, luka berdiameter 5 cm
dengan kedalaman 0,3-0,4 cm, terdapat eritema basah dipunggung kaki kiri, terdapat
pus, ditelapak kaki kiri terdapat luka kering dengan diameter 2 cm dan kedalaman luka
gangguan keseimbangan insulin, makanan, dan aktifitas jasmani. Pada tinjauan kasus
kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake inadekuat ditandai dengan mual, muntah
dengan data objektif yang mendukung porsi makan habis 3-4 sendok makan , mual ,
muntah 2x, Albumin 2,6 g/dl, RBC : 3,5 10^6/ul, HB : 10,0 g/dl, GDA : 355 mg/dl,
IMT : 22.
keperawatan tinjauan pustaka dan tinjauan kasus. Pada tinjauan pustaka muncul 10
dengan diagnose keperawatan yang ditemukan pada tinjauan kasus ini dikarenakan
adanya perbedaan antara hasil pengkajian yang didapakan oleh penulis dengan tinjauan
pustaka yang berasal dari pengalaman kasus yang didapatkan oleh pengarang buku.
106
dengan tinjauan kasus disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi pasien. Pada
dengan mual muntah. Untuk intervensi keperawatan yang dibuat oleh peneliti
pada tinjauan kasus disamakan dengan intervensi keperawatan yang telah dibuat
sebelumnya pada tinjauan pustaka. Hanya saja dibuat lebih aplikatif dan
sekitar luka. Anjurkan px untuk tidak menggaruk pada area yang gatal dengan
107
Lakukan perawatan luka dengan teknik aseptic menggunakan sodium chloride 0,9
pada pasien dan keluarga tentang diet yang harus dilakukan. Anjurkan pasien
makan sedikit tapi sering. Berikan makanan selagi hangat. Pantau intake makanan
pasien . Observasi mual muntah. Kolaborasi dalam pemberian diet yang tepat diet
karena hanya membahas teori asuhan keperawatan. Sedangkan pada kasus nyata
yang menunjang dalam pelaksanaan asuhan keperawatan yaitu antara lain : adanya
kerjasama yang baik antara perawat maupun dokter ruangan dan tim kesehatan
108
pelaksanaan asuhan keperawatan dan penerimaan yang baik oleh kepala ruangan
dan tim perawatan di ruang mawar putih RSUD Sidoarjo kepada penulis. Pada
tinjauan pustaka dan tinjauan kasus nyata pelaksanaan telah disusun dan
yang nyata dilakukan pada klien. Pada pelaksanaan tindakan keperawatan tidak
dengan luka gangrene. Pada implementasi sama seperti ditinjauan kasus yaitu
sekitar luka.). Menganjurkan pasien untuk tidak menggaruk pada area yang gatal
dengan menggunakan kuku ( Pasien mengatakan mau untuk tidak menggaruk area
perawatan luka dengan teknik aseptic menggunakan sodium chloride 0,9 % dan
109
kasa steril ( Kondisi luka Terdapat luka terbalut kasa dipunggung kaki kiri, kondisi
luka terdapat nekrosis pada digiti kedua, luka berdiameter 5 cm dengan kedalaman
0,3-0,4 cm, terdapat eritema basah dipunggung kaki kiri, terdapat pus, ditelapak
kaki kiri terdapat luka kering dengan diameter 2 cm dan kedalaman lika 0,3-0,4
cm, pasien tampak menyeringai saat dilakukan rawat luka). Berkolaborasi dalam
antara lain menjelaskan pada pasien dan keluarga tentang diet yang harus
dilakukan ( Pasien tidak boleh mengonsumsi makanan yang tinggi karbohidrat dan
juga tinggi lemak karena dapat meningkatkan kadar gula dalam darah, Pasien dan
keluarga mengatakan paham dan mampu menjelaskan kembali tentang diet yang
harus dilakukan). Menganjurkan pasien untuk makan sedikit tapi sering ( pasien
mau makan sedikit tapi sering ). Menganjurkan pasien untuk makan selagi hangat
pasien ( Intake makanan 3-4 sendok makan ). Mengobservasi adanya mual muntah
Mengobservasi ttv .
kesenjangan antara tinjauan pustaka dan tinjauan kasus. Hal tersebut dikarenakan
dengan rencana tindakan (intervensi) keperawatan yang dibuat oleh peneliti yang
tetapi dibuat lebih aplikatif didasarkan pada terapi yang diintruksikan oleh dokter
ruangan.
4.5 Evaluasi
dapat dilakukan karena dapat diketahui keadaan klien dan masalah secara
langsung.
terdapat kesenjangan. Pada evaluasi hari ke tiga pada Ny. K tanggal 30 januari
jaringan ditandai dengan luka gangrene telah dilaksanakan evaluasi dengan hasil
subyektif : Pasien mengatakan nyeri luka pada kaki kirinya, obyektif : Keadaan
umum cukup, GCS 456, Terdapat luka terbalut kasa dipunggung kaki kiri, tidak
dengan kedalaman 0,3-0,4 cm, tidak terdapat eritema, tidak terdapat pus, ditelapak
kaki kiri terdapat luka kering dengan diameter 2 cm dan kedalaman luka 0,3-0,4
Pasien KRS.
tidak terdapat kesenjangan. Pada evaluasi hari ke tiga pada Ny. K tanggal 30
tubuh b.d intake inadekuat ditandai dengan mual, muntah telah dilaksanakan
evaluasi dengan hasil subyektif : Pasien mengatakan nafsu makan nya sudah
membaik habis 1 porsi makan, Obyektif : Keadaan umum cukup, GCS 456, 1 porsi
pulang .
Pada akhir evaluasi semua tujuan dan kriteria hasil dapat dicapai karena
adanya kerja sama yang baik antara perawat dan klien serat keluarga klien dan
tim kesehatan lainnya. Hasil evaluasi pada Ny K. sudah sesuai dengan harapan,
klien KRS pulang pada tanggal 30 januari 2020. Sebelum KRS, penulis
manis, Menganjurkan untuk rutin melakukan control gula darah dan perawatan
luka.
pustaka terdapat kesenjangan karena pada evaluasi ditinjauan kasus tidak semua
tujuan dapat dicapai , salah satu cara untuk mencapainya yaitu dengan memberikan
pesan berupa pendidikan kesehatan, di samping itu klien dan keluarga harus
melanjutkan tindakan secara mendiri demi kesembuhan klien yang selama ini
112
diajarkan oleh peneliti, mulai dari mengajarkan cara merawat luka pada kakinya
PENUTUP
secara langsung pada klien dengan diagnosa medis Diabetes Mellitus dan Gangren
Pedis Sinistra diruang mawar putih RSUD Sidoarjo. Maka penulis dapat menarik
kesimpulan sekaligus saran yang dapat bermanfaat dan meningkatkan mutu asuhan
5.1 Kesimpulan
Dari hasil uraian yang telah penulis uraikan tentang asuhan keperawatan
pada klien Diabetes Mellitus dan gangrene, maka penulis dapat mengambil
5.1.1 Pada tinjauan kasus didapatkan keluhan utama pada pengkajian, klien mengalami
nyeri dikaki kiri yang luka. Pada pemeriksaan fisik didapatkan luka terbalut kasa
dipunggung kaki kiri, luka merembes, kondisi luka terdapat nekrosis pada digiti
basah dipunggung kaki kiri, terdapat pus, ditelapak kaki kiri terdapat luka kering
5.1.2 Diagnosa keperawatan prioritas yang muncul adalah kerusakan integritas jaringan
kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake inadekuat ditandai dengan mual, muntah.
113
114
5.1.3 Pada diagnosa keperawatan prioritas yang pertama yaitu kerusakan integritas
jaringan b.d nekrosis jaringan ditandai dengan luka gangrene. Setelah dilakukan
disekitar luka, terdapat pembengkakan, panas area sekiat luka. Pasien mau untuk
tidak menggaruk pada area yg gatal dengan menggunakan kuku. Luka tidak
merembes dan produksi pus berkurang. Terjadi granulasi pada jaringan yang
5.1.4 Pada diagnosa keperawatan prioritas yang kedua ialah ketidakseimbangan nutrisi
diharapkan nafsu makan pasien meningkat. Dengan kriteria hasil pasien dan
sudah dijelaskan oleh perawat. Pasien mau makan sedikit tapi sering. Pasien mau
makan selagi makanan hangat. Nafsu makan pasien meningkat 1 porsi habis.
5.1.5 Pada akhir evaluasi tujuan dari kedua diagnosa keperawatan prioritas tersebut
dapat dicapai sesuai dengan kriteria hasil yang diharapkan karena adanya
kerjasama yang baik antara klien, keluarga dan tim kesehatan. Hasil evaluasi
pada Ny. “K” sudah sesuai dengan kriteria hasil. Klien KRS pada tanggal
115
30 januari 2020.
5.2 Saran
yang baik dan keterlibatan klien, keluarga dan tim kesehatan lainnya.
DM Gangren.
luka DM agar tidak terjadi infeksi dan dapat melakukan perawatan luka
116
117
melalui.http://safieraputri.wordpress.com/2016/02/11/makalah-
metodologi-kep-intervensi-keperawatan/.diakses tanggal 16 agustus
2019 pukul 18.00 WIB.
Putra, K.W.R.(2015). Factors Influencing Eating Behaviors among Type 2
Diabetes Mellitus Patients in Sidoarjo Sub-district, East
Java,Indonesia.diakses. melalui
http://ejournals.swu.ac.th/index.php/pharm/index. Diakses pada
tanggal 16 agustus 2019 pukul 19.20 WIB.
Kartika, R. W. ( 2017). Pengelolaan gangrene kaki diabetik, continuing medical
education, 44 (1), 18-21.diakses melalui
https://studylibid.com/doc/33376/pengelolaan-gangren-kaki-
diabetik.diakses . pada tanggal 16 agustus 2019 pukul 20.54 WIB.
118
119
Disusun oleh :
Apriliani Ayu Lestyaningsih
1701053
A. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Setelah mengikuti pendidikan kesehatan keluarga Ny. K dapat melakukan
perawatan pada penyakit DM
2. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti penyuluhan kesehatan selama 1x30 menit, Ny. K dan
keluarga dapat menjelaskan kembali tentang :
a. Pengertian DM
b. Penyebab DM
c. Tanda dan gejala DM
d. Pengelolaan DM
e. Makanan yang dipantang dan juga yang diperbolehkan.
f. komplikasi
B. MATERI
(Terlampir)
C. MEDIA
➢ Materi SAP
➢ Leafleat
121
D. METODE
➢ Ceramah
➢ Tanya jawab
➢ Diskusi
E. KEGIATAN PENYULUHAN
F. Evaluasi
a) Evaluasi terstruktur
1. Pelaksanaan penyuluhan sesuai yang telah dirumuskan pada SAP
2. Kesimpulan penyuluh termasuk kesiapan modul dan media yang
akan digunakan
3. Kesiapan audiensi meliputi kesiapan menerima penyuluhan
b) Evaluasi proses diharapkan
1. Audiensi antusias terhadap materi penyuluhan
2. Audiensi tidak meninggalkan tempat penyuluhan
3. Audiensi mengajukan pertanyaan sesuai dengan materi yang
disampaikan penyuluh
4. Penyuluh menjelaskan atau menyampaikan materi dengan jelas dan
dengan suasana rileks
c) Evaluasi hasil yang diharapkan
Audiensi dapat menjelaskan menjelaskan pengertian, penyebab,
tanda dan gejala, makanan yang diperbolehkan dan dipantang, pengelolaan
DM, dan komplikasi DM.
123
Lampiran Materi
DIABETES MELITUS
A. PENGERTIAN
Diabetes adalah penyakit kronis yang terjadi baik ketika pankreas
tidak memproduksi cukup insulin atau ketika tubuh tidak dapat secara
mengatur gula darah. Hiperglikemia adalah efek umum dari diabetes yang
pada banyak sistem tubuh , terutama pada saraf dan pembuluh darah.
( WHO, 2018 )
B. PENYEBAB
1. Keturunan
2. Usia
3. Kegemukan
4. Kurang gerak
5. Merokok
6. Gaya hidup kurang sehat
7. Alkoholisme
D. PENGELOLAAN DM
Perawatan DM dirumah saat ini sangat dianjurkan karena
pengobatan dan perawatan DM membutuhkan waktu yang lama.
Cara Perawatan Pasien DM di Rumah adalah dengan :
1. Minum obat secara teratur sesuai program
2. Olahraga yang teratur (jalan kaki, senam, sepeda santai, dsb )
3. Kontrol GDA teratur
4. Menggunakan alas kaki saat beraktivitas
5. Menganjurkan untuk mengurangi mengonsumsi makanan dan
minuman yang manis
6. Menganjurkan untuk rutin melakukan control dan perawatan luka.
F. KOMPLIKASI
Komplikasi yang dapat terjadi bila penderita DM tidak dirawat dengan baik
sehingga gula darah selalu tinggi adalah :
1. Ginjal : Gagal Ginjal,
2. Jantung : Hipertensi, Gagal Jantung
3. Mata : Glaukoma, Katarak, Retinopati
4. Syaraf : Neuropati, mati rasa
5. Kulit : Luka lama, gangren
6. Hipoglikemi
7. Ketoasidosis
DAFTAR PUSTAKA
A
A