Anda di halaman 1dari 131

KARYA TULIS ILMIAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.M DENGAN DIAGNOSA


MEDIS POST SECTIO CAESAREA DENGAN INDIKASI PRE
EKLAMPSIA BERAT DI RSUD BANGIL
PASURUAN

Oleh :
MUFIDA INDAH ANGGRAINI
NIM : 1601019

PROGRAM DIII KEPERAWATAN


AKADEMI KEPERAWATAN KERTA CENDEKIA
SIDOARJO
2019
KARYA TULIS ILMIAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.M DENGAN DIAGNOSA


MEDIS POST SECTIO CAESAREA DENGAN INDIKASI PRE
EKLAMPSIA BERAT DI RSUD BANGIL
PASURUAN

Sebagai Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar


Ahli Madya Keperawatan (Amd.Kep)
Di Akademi Keperawatan Sidoarjo

Oleh :
MUFIDA INDAH ANGGRAINI
NIM : 1601019

PROGRAM DIII KEPERAWATAN


AKADEMI KEPERAWATAN KERTA CENDEKIA
SIDOARJO
2019

ii
SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Mufida Indah Anggraini

NIM : 1601019

Tempat, Tanggal Lahir : Sidoarjo, 16 Desember 1997

Instansi : Akademi Keperawatan Kerta Cendekia Sidoarjo

Menyatakan bahwa Karya Tulis Ilmiah berjudul : “ASUHAN


KEPERAWATAN PADA NY.M DENGAN DIAGNOSA MEDIS POST
SECTIO CAESAREA DENGAN INDIKAS PRE EKLAMPSIA BERAT DI
RUANG NIFAS RSUD BANGIL PASURUAN” adalah bukan Karya Tulis
Ilmiah orang lain baik sebagian maupun keseluruhan, kecuali dalam bentuk
kutipan yang telah disebutkan sumbernya.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan
apabila pernyataan ini tidak benar, saya bersedia mendapat sanksi.

Sidoarjo, Juli 2018


Yang Menyatakan,

Mufida Indah Anggraini

Mengetahui

Pembimbing I Pembimbing II

Ns. Marlita Dewi Lestari, M.Kes Ns. Meli Diana, S.Kep.M.Kes

NIDN. 0709038302 NIDN. 0724098402

iii
LEMBAR PERSETUJUAN

Nama : Mufida Indah Anggraini

Judul : Asukan Keperawatan Pada Ny.M Dengan Diagnosa Medis Post

Sectio Caesarea dengan Indikasi Pre Eklampsia Berat Di RSUD

Bangil Pasuruan.

Telah disetujui untuk diujikan dihadaoan Dewan Penguji Karya Tulis Ilmiah pada

tanggal : 27 Mei 2019

Oleh :

Pembimbing I Pembimbing II

Marlita Dewi Lestari,S.Kep.Ns.,M.Kes Ns. Meli Diana, S.Kep.M.Kes


NIDN. 0709038302 NIDN. 0724098402

Mengetahui,

Direktur

Akademi Keperawatan Kerta Cendekia

Agus Sulistyowati, S.Kep., M.Kes.


NIDN. 0703087801

iv
HALAMAN PENGESAHAN

Telah di uji dan disetujui oleh Tim Penguji Karya Tulis Ilmiah pada sidang di

Program D3 Keperawatan di Akademi Keperawatan Kerta Cedekia Sidoarjo.

Tanggal : 27 Mei 2019

TIM PENGUJI

Tanda Tangan

Ketua : Ns.Kusuma Wijaya Ridi Putra S.Kep.,MNS ( )

Anggota : 1. Ns. Meli Diana, S.Kep.M.Kes ( )

2. Marlita Dewi Lestari,S.Kep.Ns.,M.Kes ( )

Mengetahui,

Direktur

Akademi Keperawatan Kerta Cendekia

Agus Sulistyowati, S.Kep., M.Kes.


NIDN. 0703087801

v
MOTTO

Perbaiki niat, niatkan segalanya untuk jihad dan menolong sesama yang

membutuhkan ilmu kita.

Sesungguhnya Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda : “Barang siapa

menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan mudahkan baginya jalan

menuju surga.” (H.R Muslim)

vi
PERSEMBAHAN

Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan ? (QS:


Ar-Rahman 13)
Niscaya Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman
diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat
(QS : Al-Mujadilah 11)

Ya Allah,
Waktu yang sudah kujalani dengan jalan hidup yang sudah menjadi takdirku,
sedih, bahagia, dan bertemu orang-orang yang memberiku sejuta pengalaman
bagiku, yang telah memberi warna-warni kehidupanku.
Engaku berikan aku kesempatan untuk bisa sampai
Di penghujung awal perjuanganku
Segala Puji bagi Mu ya Allah,

Alhamdulillah..Alhamdulillah..Alhamdulillahirobbil’alamin..
Tiada terkira, terima kasihku untuk-Mu. Kupersembahkan sebuah karya
kecil ini untuk Ayahanda dan Ibundaku tercinta, yang tiada pernah hentinya
selama ini memberiku semangat, doa, dorongan, nasehat dan kasih sayang serta
pengorbanan yang tak tergantikan hingga aku selalu kuat menjalani setiap
rintangan yang ada didepanku.
Ayah, Ibu terimkasih kau telah besarkan aku menjadi anak yang kuat dan
begitu banyak pengorbananmu untuk sebuah harapan dan cita-citaku. Kau rela
sakit-sakitan, tidurmu terganggu, kurang istirahatmu, mencari uang tanpa kenal
lelah selama beberapa tahun ini untuk membiayaiku demi menyelesaikan studiku.
Tak mampu aku membalasnya, yang mampu kulakukan hanya ingin selalu
membuat kau tetap tertawa dan tersenyum dengan apa yang kulakukan dan hasil
yang kuperoleh ini. Karya tulis ini bukti kecil sebagai kado keseriusanku mencari
ilmu untuk membalas semua pengorbananmu dalam hidupmu demi hidupku
kalian ikhlas mengorbankan segala perasaan tanpa kenal lelah, dalam lapar
berjuang separuh nyawa hingga segalanya.. Maafkan anakmu Ayah, Ibu masih
saja aku menyusahkanmu.

vii
Terimakasih kuucapkan Kepada Teman sejawat Saudara seperjuangan

Tidak lupa untuk bapak dan ibu dosen terutama ibu Ns. Marlita Dewi
Lestari, M.Kes., dan Ns. Meli Diana, S.Kep.M.Kes. Terimakasih atas bimbingan
dan ilmu yang sudah diberikan selama ini tanpa bapak dan ibu semua ini tidak
akan berarti.

Tidak lupa juga untuk sahabat-sahabat ku yang tidak bisa aku sebutkan satu
persatu atas dukuangan dan motivasinya. Untuk ribuan tujuan yang harus dicapai,
untuk jutaan impian yang akan dikejar, untuk sebuah penghargaan, agar hidup
jauh lebih bermakna, karena tragedi terbesar dalam hidup bukanlah kematian tapi
hidup tanpa tujuan. Teruslah bermimpi untuk sebuah tujuan.

viii
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah


melimpahkan rahmat, taufik serta hidayah-Nya, sehingga dapat menyelesaikan
Karya Tulis Ilmiah dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada Ny.M Dengan
Diagnosa Medis Post Sectio Caesarea Dengan Indikasi Pre Eklampsi Berat di
RS Umum Bangil Pasuruan“ ini dengan tepat waktu sebagai persyaratan
akademik dalam menyelesaikan Program D3 Keperawatan di Akademi
Keperawatan Kerta Cendekia Sidoarjo.

Penulisan Proposal ini tidak terlepas dari bantuan dan bimbingan berbagai
pihak, untuk itu kami mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1. Tuhan yang Maha Esa yang senantiasa memberikan rahmat-Nya sehingga


Karya Tulis ini selesai dengan baik
2. Orang tua tercinta yang selalu mendukung dan mendoakan sehingga semua
bisa berjalan lancar
3. Agus Sulistyowati, S. Kep., M.Kes selaku Direktur Akademi Keperawatan
Kerta Cendekia Sidoarjo
4. Ns.MarlitaDewi Lestari, M.Kes selaku pembimbing 1 dalam pembuatan
Karya Tulis Ilmiah
5. Ns. Meli Diana, S.Kep.,M.Kes selaku pembimbing 2 dalam pembuatan Karya
Tulis Ilmiah
6. Para responden keluarga pasien
7. Pihak – pihak yang turut berjasa dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini
yang tidak bisa disebutkan satu persatu

Penulis sadar bahwa Karya Tulis Ilmiah ini belum mencapai kesempurnaan,
sebagai bekal perbaikan, penulis akan berterima kasih apabila para pembaca
berkenan memberikan masukan, baik dalam bentuk kritikan maupun saran demi
kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini.

Penulis berharap Karya Tulis Ilmiah ini bermanfaat bagi para pembaca dan
bagi keperawatan.

Sidoarjo, 27 Mei 2019

Penulis

ix
DAFTAR ISI

Sampul Depan………………………………………………………….. i
Sampul dan Persyarata........................................................................... ii
Surat Pernyataan……………………………………………………… iii
Lembar Persetujuan............................................................................... iv
HalamanPengesahan…………………………………………………. v
Motto…………………………………………………………………. vi
Lembar Persembahan………………………………………………… vii
Kata Pengantar....................................................................................... ix
Daftar Isi............................................................................................... x
Daftar Tabel........................................................................................... xi
Daftar Gambar....................................................................................... xii

BAB 1 Pendahuluan ........................................................................... 1


1.1 Latar Belakang .............................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................... 4
1.3 Tujuan Penelitian .......................................................................... 4
1.4 Manfaat ......................................................................................... 5
1.5 Metode Penulisan .......................................................................... 6
1.5.1 Metode .................................................................................. 6
1.5.2 Teknik Pengumpulan Data ................................................... 6
1.5.3 Sumber Data ......................................................................... 6
1.5.4 Studi Kepustakaan ................................................................ 6
1.6 Sistematika Penulisan .................................................................... 7

BAB 2 Tinjauan Pustaka..................................................................... 8


2.1 Konsep Dasar Sectio Caesarea........................................................ 8
2.1.1 Definisi .............................................................................. 8
2.1.2 Etiologi .............................................................................. 8
2.1.3 Tanda dan Gejala.............................................................. 9
2.1.4 Patofisiologi ....................................................................... 9
2.1.5 PemeriksaanPenunjang..................................................... 10
2.1.6 Komplikasi........................................................................... 11
2.1.7 Penatalaksanaan................................................................... 11
2.1.8 DampakMasalah................................................................. 13
2.2 Konsep Pre Eklampsi Berat........................................................... 14
2.2.1 Pengertian ......................................................................... 14
2.2.2 Etiologi............................................................................... 14
2.2.3 Klasifikasi ......................................................................... 15
2.2.4 ManifestasiKlinik ........................................................... 15
2.2.5 Patofisiologi ...................................................................... 16
2.2.6 Komplikasi.......................................................................... 19
2.2.7 Pemeriksaan Penunjang...................................................... 19
2.2.8 Pencegahan......................................................................... 20
2.2.9 Penatalaksanaan.................................................................. 20
2.2.10 Dampak Masalah................................................................ 22

x
2.3 Konsep Asuhan Keperawatan Pre Eklampsi Berat........................ 23
2.3.1 Pengkajian............................................................................ 23
2.3.2 Pemeriksaan Fisik................................................................ 25
2.3.3 Analisa Data......................................................................... 27
2.3.4 Diagnosa Keperawatan......................................................... 27
2.3.5 Intervensi Keperawatan....................................................... 28
2.3.6 Implementasi Keperawatan.................................................. 34
2.3.7 Evaluasi Keperawatan.......................................................... 34
2.4 Kerangka Masalah.......................................................................... 35

BAB 3 TINJAUAN KASUS…………………………………………… 37


3.1 Pengkajian………………………………………………………….. 37
3.2 Analisa Data………………………………………………………… 52
3.3 Diagnosa Keperawatan……………………………………………... 56
3.4 Intervensi Keperawatan……………………………………………. 57
3.5 Implementasi Keperawatan………………………………………… 69
3.6 Catatan Perkembangan…………………………………………….. 83
3.7 Evaluasi Keperawatan……………………………………………… 89

BAB 4 PEMBAHASAN………………………………………………… 92
4.1 Pengkajian………………………………………………………….... 92
4.2 Diagnosa Keperawatan……………………………………………… 95
4.3 Intervensi Keperawatan……………………………………………. 100
4.4 Implementasi Keperawatan………………………………………… 103
4.5 Evaluasi Keperawatan……………………………………………… 106

BAB 5 PENUTUP……………………………………………………… 107


5.1 Kesimpulan………………………………………………………… 107
5.2 Saran………………………………………………………………… 109

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 110


LAMPIRAN........................................................................................... . 111

xi
DAFTAR TABEL

No Tabel Judul Tabel Hal

Tabel 2.1 Dx Keperawatan : Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri


fisik (pembedahan, trauma jalan lahir, episiotomi……………………..28

Tabel 2.2 Dx Keperawatan Resiko infeksi berhubungan dengan faktor


Resiko : Episiotomi, laserasi jalan lahir, bantuan pertolongan
persalinan………………………………………………………………...30

Tabel 2.3 Dx Keperawatan Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan


adanya insisi post op dengan panjang 10cm…………………………….31

Tabel 2.4 Dx Keperawatan Kurangnya perawatan diri b/d penurunan


kekuatan tubuh…………………………………………………………..32

Tabel 2.5 Dx Keperawatan Konstipasi berhubungan dengan


peristaltik usus menurun………………………………………………..33

Tabel 3.1 Riwayat kehamilan persalinan nifas yang lalu pada klien dengan
diagnosa medis post sectio caesarea pre eklampsia berat…………….39
Tabel 3.2 Pemeriksaan penunjang pada klien dengan diagnosa pre eklampsia
berat………………………………………………………………………49
Tabel 3.3 Analisa data pada klien dengan diagnosa pre eklampsia berat…….51
Tabel 3.4 Intervensi keperawatan pada klien dengan diagnosa pre eklampsia
berat…………………………………………...………………………….56
Tabel 3.5 Implementasi keperawatan pada klien dengan diagnosa pre eklampsia
berat………………………………………………………………………61
Tabel 3.6 Catatan perkembangan pada klien dengan diagnosa pre eklampsia
berat………………………………………………………………………67
Tabel 3.7 Evaluasi keperawatan pada klien dengan diagnosa pre eklampsia
berat………………………………………………………………………73

xi
DAFTAR GAMBAR

No Gambar Judul Gambar Hal

Gambar 2.1 Kerangka Masalah ....................................................................... 35

xii
1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sectio Caesarea adalah suatu persalinan buatan, dimana janin dilahirkan

melalui suatu insisi pada dinding perut dan dinding rahim dengan syarat rahim

dalam keadaan utuh serta berat janian diatas 500 gram (Mitayani, 2011). PEB

merupakan salah satu faktor yang dapat dilakukan dengan Sectio Caesarea. PEB

(Pre Eklampsi Berat) adalah suatu komplikasi kehamilan yang ditandai dengan

timbulnya hipertensi 160/110 mmHg atau lebih disertai proteinuria dan edema

pada kehamilan 20 minggu atau lebih (Hidayat, 2009). Bila tidak segera ditindak

lanjuti pre eklampsi berat akan menyebabkan kematian pada ibu dan janin.

Diagnosis ditetapkan dengan tiga dari trias pre eklampsi yaitu kenaikan berat

badan edema, kenaikan tekanan darah, dan terdapat proteinuria (Manuaba, 2012).

Diperkirakan masih banyak ibu hamil kurang mengetahui tanda-tanda pre

eklampsi berat, ketika kaki ibu hamil bengkak hanya di rendam pada air hangat

tanpa ada penanganan khusus untuk menjaga kehamilannya, seperti

memeriksakan kehamilannya ke pelayanan kesehatan. Apabila tidak ditangani

dengan cepat dapat menimbulkan dampak bagi ibu seperti plasenta tidak berfungsi

dengan baik yang bisa disebabkan oleh kelainan plasenta, selain itugizi buruk,

kadar lemak tubuh yang tinggi ketidakcukupan aliran darah ke rahim dan dapat

menyebabkan masalah yang serius bagi ibu bahkan bisa mengakibatkan kematian.

Dan menimbulkan juga dampak bagi bayi bisa mengakibatkan kekurangan nutrisi

karena tidak memadainya aliran darah rahim ke plasenta, bisa menyebabkan

keterlambatan pertumbuhan bayi dalam kandungan, kelahiran prematur, dan bayi

1
2

lahir mati (stillbirth). Karena itu semua kebanyakan ibu hamil kurang menyadari

dan memahami tanda-tanda dari pre eklampsi berat. Jadi seharusnya ibu hamil

sering melakukan pemeriksaan antenatal yang teratur untuk mencegah terjadinya

pre eklampsi berat (Benson, 2010).

Resiko persalinan pada ibu dengan Pre Eklampsi Berat (PEB) sangatlah

tinggi, angka kejadiannya menurut WHO, 0,51% - 38,4%, maka perlu dilakukan

dengan tindakan Sectio Caesarea (SC) jika dalam 24 jam tidak dapat diselesaikan

dengan persalinan pervagina. Di negara aju angka kejadian pre eklampsi berkisar

6 – 7 % dan eklampsi 0,1 – 0,7 %. Sedangkan angka kematian ibu yang

diakibatkan pre eklampsi dan eklampsi di negara berkembang masih tinggi

(Amelda, 2008). Berdasrkan Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI),

AKI di Indonesia, mempunyai angka kejadian pre eklampsi sekitar 7 – 10 % dari

seluruh kehamilan (Birawa, dkk., 2009). Penyebab AKI diantaranya pendarahan

(28%), eklampsi (24%), infeksi (11%) , komplikasi msa puerperium (8%), abortus

(5%), partus lama (5%), emboli obstetri (3%), dan lain-lain (11%) (Depkes RI,

2006). Jawa Timur tahun 2012 keadaannya berada 5 point di bawah dari target

MDGs tahun 2015 sebesar 102 per 100.000 kelahiran hidup. (Dinas Kesehatan

Jawa Timur, 2012). Di RSUD Bangil dari januari-desember 2017 sebanyak 6.2 %

yaitu 25 kasus ibu dengan persalinan sectio caesareapre eklampsi berat. (Rekam

Medik RSUD Bangil, 2017).

Penyebab pasti pre-eklampsia berat belum diketahui, sehingga masih sulit

untuk dicegah kemunculannya. Para ahli percaya bahwa masalah kelainan

plasenta merupakan faktor utama yang menyebabkan pre eklampsia. Namun

secara umum gejala yang ditunjukkan pre eklampsia berat meliputi tekanan darah
3

160 / 110 mmHg, proteinuria. Pusing, perubahan status mental, output urine

berkurang atau tidak ada output urine, sakit kepala, mual dan muntah, nyeri di

bagian atas kanan perut. Dampak dari pre eklampsia ini dapat merusak organ-

organ dalam tubuh, seperti hati, ginjal dan otak. Pre eklampsia berat dapat

menyebabkan pembulu darah menyempit, sehingga tekanan darah menjadi tinggi.

Masalah keperawatan yang kemungkinan timbul jika tidak segera ditangani pada

pre eklampsia berat yaitu resiko tinggi terjadinya kejang akibat penurunan fungsi

organ dan peningkatan tekanan darah. Komplikasi berupa gagal ginjal, perdarahan

otak, edema paru, gagal jantung, hingga syok dan kematian (Mansjoer, 2005).

Apabila tidak ditangani dengan cara yang tepat dan cepat akan dapat

menimbulkan kematian, maka salah satu cara yang dpat dilakukan dengan operasi

sectio caesarea.

Solusi yang perlu di terapkan untuk mengurangi dampak yang disebabkan

oleh pre eklampsia berat pada ibu hamil yaitu dengan pemeriksaan antenatal yang

teratur dan secara rutin, mencari tanda-tanda pre eklampsia (Prawirohardjo, 2009).

Peran perawat dalam pencegahan pre eklampsia berat dengan mengajurkan pola

makan ibu yang beryodium rendah dan olah raga yang teratur saat kehamilan

(Pernol, 2010). Selain itu solusi dilakukannya ibu post op sectio caesarea dengan

pre eklampsia berat dianjurkan minum air putih sedikit demi sedikit 6-10 jam post

op sectio caesarea berupa air putih dan ajarkan ibu untuk mobilisasi (Syaifuddin,

2010). Ibu post op sectio caesarea merasakan sesuatu yang tidak nyaman, merasa

nyeri, takut, cemas. Pengajaran ibu relaksasi pernafasan yang teratur dapat

membantu untuk melawan keletihan, ketegangan otot yang terjadi akibat nyeri

post opsectio caesarea serta berikan Health Education tentang rawat luka sectio
4

caesarea. Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis tertarik untuk

melakukan penerapan manajemen asuhan keperawatan pada klien post sectio

caesarea dengan indikasi pre eklampsia berat di Ruang Nifas.

1.2 Rumusan Masalah

Untuk mengetahui lebih lanjut dari perawatan penyakit ini maka penulis

akan melakukan kajian lebih lanjut dengan melakukan asuhan keperaawatan Post

Sectio Caesarea atas indikasi preeklamsi berat dengan membuat rumusan masalah

sebagai berikut “Bagaimanakah asuhan keperawatan pada Ny.M dengan Post

Sectio Caesarea indikasi preeklampsi berat di ruang nifas RS Umum Bangil ?”

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Mengidentifikasi asuhan keperawatan pada klien dengan Post Sectio

Caesarea indikasi preeklamsi berat di ruang nifas RS Umum Bangil.

1.3.2 Tujuan Khusus

1.3.2.1 Mengkaji anak dengan diagnose pada Ny.M dengan Post Sectio

Caesarea indikasi preeklamsi berat di ruang nifas RS Umum Bangil

1.3.2.2 Merumuskan diagnose keperawatan pada Ny.M dengan Post Sectio

Caesarea indikasi preeklamsi berat di ruang nifas RS Umum Bangil.

1.3.2.3 Merencanakan asuhan keperawatan pada Ny.M dengan Post

SectioCaesarea indikasi preeklamsi berat di ruang nifas RS Umum

Bangil.

1.3.2.4 Melaksanakan asuahan keperawatan pada Ny.M dengan Post

SectioCaesarea indikasi preeklamsi berat di ruang nifas RS Umum

Bangil.
5

1.3.2.5 Mengevaluasi klien dengan Post Sectio Caesarea indikasi preeklamsi

berat di ruang nifas RS Umum Bangil.

1.3.2.6 Mendokumentasikan asuhan keperawatan pada Ny.M dengan Post

Sectio Caesarea indikasi preeklamsi berat di ruang nifas RS Umum

Bangil.

1.4 Manfaat Penelitian

Terkait dengan tujuan, maka tugas akhir ini diharapkan dapat memberi

manfaat :

1.4.1 Akademis, hasil studi kasus ini merupakan sumbangan bagi ilmu

pengetahuan khususnya dalam hal asuhan keperawatan pada klien

dengan Post Sectio Caesarea indikasi preeklamsi berat.

1.4.2 Secara praktis, tugas akhir ini akan bermanfaat bagi :

1.4.2.1 Bagi pelayanan keperawatan di rumah sakit

Hasil studi kasus ini, dapat menjadi masukan bagi pelayanan di RS

agar dapat melakukan asuhan keperawatan pada klien dengan Post

SectioCaesarea indikasi preeklamsi berat dengan baik.

1.4.2.2 Bagi peneliti

Hasil penelitian ini dapat menjadi salah satu rujukan bagi peneliti

berikutnya, yang akan melakukan studi kasus pada asuhan keperawatan

pada klien dengan Post Sectio Caesarea indikasi pre eklampsi berat.

1.4.2.3 Bagi profesi kesehatan

Sebagai tambahan ilmu bagi profesi keperawatan dan memberikan

pemahaman yang lebih baik tentang asuhan keperawatan pada klien

dengan Post Sectio Caesarea indikasi preeklamsi berat.


6

1.5 Metode Penulisan

1.5.1 Metode

Metode deskriptif yaitu metode yang sifatnya mengungkapkan

peristiwa atau gejala yang terjadi pada waktu sekarang yng meliputi studi

kepustakaan yang mempelajari, mengumpulkan, membahas data dengan studi

pendekatan proses keperawatan dengan langkah-langkah pengkajian,

diagnosis, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.

1.5.2 Teknik Pengumpulan Data

1.5.2.1 Wawancara

Data diambil/diperoleh melalui percakapan baik dengan klien, keluarga

maupun tim kesehatan lain

1.5.2.2 Observasi

Data uang diambil melalui pengamatan kepada klien

1.5.2.3 Pemeriksaan

Meliputi pemeriksaan fisik dan laboratorium yang dapat menunjang

menegakkan diagnose dan penanganan selanjutnya

1.5.3 Sumber Data

1.5.3.1 Data primer

Data primer adalah data yang diperoleh dari klien

1.5.3.2 Data skunder

Data skunder adalah data yang diperoleh dari keluarga atau orang terdekat

klien, catatan medic perawat, hasil-hasil pemeriksaan dan tim kesehatan

lain
7

1.5.4 Studi Kepustakaan

Studi kepustakaan yaitu mempelajari buku sumber yang berhubungan

dengan judul studi kasus dan masalah yang dibahas.

1.6 Sistematika Penulisan

Supaya lebih jelas dan lebih mudah dalam mempelajari dan memahami

studi kasus ini, secara keseluruhan di bagi menjadi tiga bagian, yaitu :

1.6.1 Bagian awal, memuat halaman judul, persetujuan pembimbing,

pengesahan, motto dan persembahan, kata pengantar, daftar isi

1.6.2 Bagian inti, terdiri dari lima bab, yang masing-masing bab terdiri dari

sub bab berikut ini :

Bab 1 : Pendahuluan, berisi latar belakang masalah, tujuan,

manfaat penelitian, sistematika penulisan studi kasus

Bab 2 : Tujuan pustaka, berisi tentang konsep penyakit dari sudut

medis dan asuhan keperawatan klien dengan diagnose struma serta

kerangka masalah

Bab 3 : Tujuan kasus berisi tentang deskripsi data hasil

pengkajian, diagnose, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi

Bab 4 : Pembahasan berisi tentang perbandingan antara teori

dengan kenyataan yang ada di lapangan

Bab 5 : Penutup, berisi tentang simpulan dan saran

1.6.3 Bagian akhir, terdiri dari daftar pustaka dan lampiran


8

BAB II

TUJUAN PUSTAKA

Dalam bab 2 ini akan diuraikan secara teoritis mengenai konsep terjadinya

Sectio Caesarea dan asuhan keperawatn pasien Post Sectio Caesarea dengan

indikasi PEB (Pre Eklampsi Berat), konsep penyakit dan diuraikan definisi,

etiologi dan cara penanganan secara medis. Asuhan keperawatan akan diuraikan

masalah-masalah yang muncul pada pasien Sectio Caesarea dengan melakukan

asuhan keperawatan terdiri dari pengkajian, diagnosa, perencanaan, pelaksanaan,

dan evaluasi.

2.1 Konsep Dasar Sectio Caesarea

2.1.1 Definisi Sectio Caesarea

Sectio Caesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan

membuat sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan perut atau

vagina (Ragil, 2014).

Sectio Caesarea adalah suatu persalinan buatan dimana janin

dilahirkan melalui insisi pada dinding perut dan dinding rahim dengan

syarat rahim dalam keadaan utuh serta berat janin di atas 500 gram

(Prawirohadjo, 2009).

2.1.2 Etiologi Sectio Caesarea

Manuaba (2010) dalam bukunya, indikasi ibu dilakukan

sectiocaesarea adalah ruptur uteri iminen, perdarahan anterpartum,

ketuban pecah dini. Sedangkan indikasi dari janin adalah fetal distres dan

8
9

janin besar melebihi 4.000 gram. Dari beberapa faktor sectio caesarea di

atas dapat diuraikan beberapa penyebab sectio caesarea sebagai berikut :

CPD (Chepalo Pelvik Disproportion), PEB (Pre Eklamsi Berat), Ketuban

Pecah Dini, Bayi Kembar, Kelainan Letak Janin.

2.1.3 Tanda dan Gejala

Menurut Nanda (2015) manifestasi klinis Sectio Caesarea antara lain :

2.1.3.1 Plasenta previa sentralis dan lateralis (posterior)

2.1.3.2 Panggul sempit

2.1.3.3 Ketuban pecah dini

2.1.3.4 Rupture uteri

2.1.3.5 Partus lama

2.1.3.6 Letak lintang

2.1.3.7 Letak bokong

2.1.3.8 Pre eklampsia

2.1.3.9 Plasenta previa

2.1.3.10 Gameli

2.1.4 Patofisiologi

Dalam bukunya Prawiroharjo (2007), patofisiologi dilakukan

sectiocaesarea yaitu adanya beberapa kelainan/hambatan pada proses

persalinan yang menyebabkan bayi tidak dapat lahir secara

normal/spontan, misalnya plasenta previa sentralis dan laterallis, panggul

sempit, disproporsi cephalo pelvic, rupture uteri mengancam, partus lama,

partus tidak maju, pre eklampsi berat, distorsia serviks, dan malpresentasi
10

janin. Kondisi tersebut menyebabkan perlu adanya suatu tindakan

pembedahan yaitu sectiocaesarea.

Dalam proses operasinya dilakukan tindakan anestesi yang akan

menyebabkan pasien mengalami imobilisasi sehingga akan menimbulkan

masalah intoleransi aktivitas. Adanya kelumpuhan sementara dan

kelemahan fisik akan menyebabkan pasien tidak mampu melakukan

aktivitas perawatan diri pasien secara mandiri sehingga timbul masalah

defisit perawatan diri.

Kurangnya informasi mengenai proses pembedahan,

penyembuhan, dan perawatan post operasi akan menimbulkan masalah

ansietas pada pasien. Selain itu, dalam proses pembedahan juga akan

dilakukan tindakan insisi pada dinding abdomen sehingga menyebabkan

terputusnya inkontinuitas jaringan, pembulu darah, dan saraf-saraf

disekitar daerah insisi. Hal ini akan merangsang pengeluaran histamin dan

prostaglandin yang akan menimbulakn rasa nyeri (nyeri akut). Setelah

proses pembedahan berakhir, daerah insisi akan ditutup dan menimbulkan

luka post op, yang tidak dirawat dengan baik akan menimbulkan masalah

resiko infeksi.

2.1.5 Pemeriksaan Penunjang

Sarwono (2006) mengatakan, ada beberapa pemeriksaan penunjang :

2.1.5.1 Elektroensefalogram (EEG)

Untuk membantu menentukan jenis dan fokus dari kejang.

2.1.5.2 Pemindaian CT

Untuk mendeteksi perbedaan kerapatan jaringan.


11

2.1.5.3 Magneti Resonance Imaging (MRI)

Menghasilkan bayangan dengan menggunakan lapangan magnetik dan

gelombang radio, berguna untuk memperlihatkan daerah-daerah otak

yang tidak jelas terlihat bila menggunakan pemindaian CT.

2.1.5.4 Pemindaian Positron Emission Tomography (PET)

Untuk mengevaluasi kejang yang memebandel dan membantu

menetapkan lokasi lesi, perubahan metabolik atau aliran darah dalam

otak.

2.1.6 Komplikasi

Menurut Achmad Feryanto (2011), komplikasi yang sering terjadi

pada ibu sectio caesarea adalah :

2.1.6.1 Infeksi Puerperial

Kenaikan suhu selama beberapa hari dalam masa nifas

2.1.6.2 Pendarahan

Pendarahan banyak bisa terjadi jika pada saat pembedahan cabang-

cabang arteri uterine ikut terbuka atau karena atonia uteri.

2.1.6.3 Kompliksi-komplikasi lainnya antara lain luka kandung kemih,

embolisme paru yang jarang terjadi.

2.1.6.4 Kurang kuatnya parut pada dinding uterus, sehingga pada kehamilan

berikutnya bisa terjadi ruptur uteri.

2.1.7 Penatalaksanaan Post Sectio Caesarea

Cuningham, F Garry (2005) mengatakan bahwa penatalaksanaan

dan perawatan setelah dilakukan sectio caesarea.


12

2.1.7.1 Perawatan Awal

1) Letakkan pasien dalam posisi pemulihan

2) Periksa kondisi pasien, cek tanda vital tiap 15 menit selama 1 jam

pertama, kemudian tiap 30 menit jam berikutnya. Periksa tingkat

kesadaran tiap 15 menit sampai sadar.

3) Yakinkan jalan nafas bersih dan cukup ventilasi

4) Transfusi jika diperlukan

2.1.7.2 Diet

Pemberian cairan perinfus biasanya dihentikan setelah penderita

flatus lalu dimulailah pemberian minuman dan makanan peroral.

Pemberian minuman dengan jumah yang sedikit sudah boleh dilakukan

pada 6-10 jam pasca operasi, berupa air putih dan air the.

2.1.7.3 Mobilisasi

Mobilisasi dilakukan secara bertahap meliputi :

1) Miring kanan dan kiri dapat dimulai sejak 6-10 jam setelah operasi.

2) Latihan pernafasan dapat dilakukan penderita sambil tidur

terlentang sedini mungkin setelah sadar.

3) Hari kedua post operasi, penderita dapat didudukkan selama 5menit

dan diminta untuk bernafas dalam lalu menghembuskannya.

4) Kemudian posisi tidur telentang dapat diubah menjadi posisi

setengah duduk (semifowler).

2.1.7.4 Selanjutnya selama berturut-turut, hari demi hari, pasien dianjurkan

belajar duduk selama sehari, belajar berjalan, dan kemudian berjalan

sendidri pada hari ke-3 sampai hari ke-5 pasca operasi.


13

2.1.7.5 Pemberian cairan

Karena selama 24 jam pertama klien diharuskan untuk puasa pasca

operasi (PPO), maka pemberian cairan perinfus harus cukup banyak dan

mengandung elektrolit yang diperlukan, agar jangan terjadi hipertermi,

dehidrasi dan komplikasi pada oergan-organ tubuh lainnya. Cairan yang

diberikan biasanya dektrosa 5-10 gram fisiologi dan ringer laktat secara

bergantian jumlah tetesan tergantung pada keadaan dan kebutuhan.

Biasanya kira-kira 20 tetes permenit. Bila kadar hemoglobin darah

rendah, berikan transfusi darah atau packed-cell sesuai dengan

kebutuhan.

2.1.7.6 Pemberian obat-obatan

1) Antibiotik, kemotrapi dan anti inflamasi

2) Obat-obatan pencegah perut kembung

Untuk mencegah perut kembung dan untuk memperlancar kerja

saluran pencernaan dapa diberikan obat-obatan secara suntikan dan

peroral, diantaranya : plasil, primperan, prostigmin dan sebagainya.

Apabila terjadi distensi abdomen yang ditandai dengan perut

kembung dan meteorismus, dllakukan dekompresi dengan

pemasangan pipa rectal dan pipa nasal. Boleh juga diberikan

supositoria.
14

2.1.8 Dampak Masalah

Wiknjosastro (2005) mengemukakan dampak jika tidak dilakukan

sectio caesarea adalah dapat menimbulkan infeksi, dapat menimbulkan

perdarahan, kurang kuatnya uterus.

2.2 Konsep Pre Eklampsia Berat

2.2.1 Pengertian

Pre eklampsi berat adalah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi,

edema, dan proteinuria yang timbul karena kehamilan (Hanifa

Wiknjosastri, 2007).

PEB (Pre Elampsia Berat) adalah suatu komplikasi yang ditandai

dengan timbulnya hipertensi 160/110 mmHg atau lebih disertai

proteinuria dan edema pada kehamilan 20 minggu atau lebih

(Hidayat,2009).

2.2.2 Etiologi

Menurut Bobak (2005) preeklampsia berat umumnya terjadi pada

kehamilan pertama, kehamilan pada usia remaja, dan kehamlan diatas

umur 40 tahun. Namun ada beberapa resiko yang dapat menyebabkan

terjadinya preeklampsia berat yaitu :

2.2.2.1 Riwayat kencing manis, kelainan pada ginjal (oliguria), lupus, atau

rematoid atritis

2.2.2.2 Riwayat tekanan darah tinggi yang kronis sebelum kehamilan

2.2.2.3 Riwayat mengalami preeklampsia sebelumnya

2.2.2.4 Pada otak (sakit kepala, kejang)

2.2.2.5 Pada plasenta (solusio plasenta, plasenta previa)


15

2.2.2.6 Pada hati (ikterius)

2.2.2.7 Hipertensi

2.2.2.8 Kegemukan

2.2.3 Klasifikasi

Menurut Mochtar (2007), dibagi menjadi dua golongan, yaitu :

2.2.3.1 Pre-eklampsia ringan, disertai keadaan sebagai berikut

1) Tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih yang diukur paa posisi

berbaring telentang atau kenaikan diastolik 15 mmHg atau lebih atau

kenaikan sistolik 30 mmHg atau lebih. Cara pengukuran sekurang-

kurangnya pada dua kali pemeriksaan dengan jarak 1 jam, sebaiknya 6

jam.

2) Edema umum, kaki jari tangan, dan muka, atau kenaikan berat badan

>1 kg per minggu.

3) Proteinuria kwantitatif >0,3 gr per liter, kwantitatif 1+ atau 2+ pada urin

kateter atau midstream.

2.2.3.2 Pre-eklampsia berat, bila disertai keadaan sebagai berikut :

1) Tekanan darah 160/110 mmHg atau lebih.

2) Proteinuria >5 gr per liter.

3) Oliguria, yaitu jumlah urin kurang dari 500 cc per 24 jam.

4) Adanya gangguan serebral, gangguan visus, dan rasa nyeri di

epigastrium

5) Terdapat edema paru dan sianosis.


16

2.2.4 Manifestasi Klinik

Dalam bukunya, bothamley (2011) menerangkan bahwa

kemungkinan tanda dan gejala sebagai berikut :

2.2.4.1 Penambahan berat badab yang berlebihan, terjadi kenaikan 1 kg

seminggu beberapa kali.

2.2.4.2 Edema terjadi peningkatan berat badan, pembengkakan kaki, jari tangan

dan muka.

2.2.4.3 Hipertensi (di ukur setelah pasien beristirahat selama 30 menit)

2.2.4.4 Proteinuria

1) Terdapat protein sebanyak 0,3 g/l dalam urin 24 jam atau

pemeriksaan kuwalitatif +1 / +2

2) Kadar protein > 1 g/l dalam urine yang di keluarkan dengan kateter

atau urine porsi tengah, di ambil 2 kali dalam waktu 6 jam.

2.2.5 Patofisiologi

Menurut Sofian, 2011. Pada preeklampsi terjadi spasme

pembuluh darah disertai dengan retensi garam dan air. Pada biopsi ginjal

ditemukan spasme hebat arteriola glomerolus. Pada beberapa kasus,

lumen arteriola sedemikian sempitnya sehingga hanya dapat dilalui oleh

satu sel darah merah. Jadi jika semua arteriola dalam tubuh mengalami

spasme, maka tekanan darah akan naik, sebagai usaha untuk mengatasi

kenaikan tekanan perifer agar oksigenasi jaringan dapat dicukupi.

Sedangkan kenaikan berat badan dan edema yang disebabkan

oleh penimbunan air yang berlebihan dalam ruangan interstisial belum

diketahui sebabnya, mungkin karena retensi air dan garam. Proteinuria


17

dapat disebabkan oleh spasme arteriola sehingga terjadi perubahan pada

glomerolus.

Perubahan pada organ-organ ibu hamil dengan preeklampsi berat

(PEB) adalah sebagai berikut :

2.2.5.1 Otak

Pada preeklampsi aliran darah dan pemakaian oksigen tetap dalam

batas-batas normal. Pada eklampsi, retensi pembuluh darah meninggi,

ini terjadi pula pada pembuluh darah otak. Edema yang terjadi pada

otak dapat menimbulkan kelainan serebral dan gangguan visus, bahkan

pada keadaan lanjut dapat terjadi perdarahan.

2.2.5.2 Plasenta dan rahim

Aliran darah menurun ke plasenta dan menyebabkan gangguan

plasenta, sehingga terjadi gangguan pertumbuhan janin dank arena

kekurangan oksigen terjadi gawat janin. Pada preeklampsi – eklampsia

sering terjadi peningkatan tonus rahim dan kepekaannya terhadap

rangsang, sehingga terjadi partus prematurus.

2.2.5.3 Ginjal

Filtrasi glomerolus berkurang oleh karena aliran ke ginjal menurun. Hal

ini menyebabkan filtrasi natrium melalui glomerolus menurun, sebagai

akibatnya terjadilah retensi garam dan air. Filtrasi glomerolus dapat

turun sampai 50 % dari normal sehingga pada keadaan lanjut dapat

terjadi oliguria dan anuria.

2.2.5.4 Paru-paru

Kematian ibu pada preeklampsi – eklampsia biasanya disebabkan oleh


18

edema paru yang menimbulkan dekompensasi kordis. Bisa pula karena

terjadinya aspirasi pneumonia, atau abses paru.

2.2.5.5 Mata

Dapat dijumpai adanya edema retina dan spasme pembuluh darah. Bila

terdapat hal-hal tersebut, maka harus dicurigai terjadinya preeklampsi

berat. Pada preeklampsi dapat terjadi ablasio retina yang diisebabkan

edema intraokuler dan merupakan salah satu indikasi untuk melakukan

terminasi kehamilan. Gejala lain yang dapat menunjukan tanda

preeklampsi berat yang mengarah pada eklampsi adalah adanya

skotoma, diplopia, dan ambliopia. Hal ini disebabkan oleh adanya

perubahan peredaran darah dalam pusat penglihatan di korteks serebri

atau di dalam retina.

2.2.5.6 Keseimbangan air dan elektrolit

Pada preeklampsi ringan biasanya tidak dijumpai perubahan yang nyata

pada metabolisme air, elektrolit, kristaloid, dan protein serum. Jadi

tidak terjadi gangguan keseimbangan elektrolit, gula darah, kadar

natrium bikarbonat, dan pH darah berada pada batas normal. Pada

preeklampsi berat dan eklampsi, kadar gula darah naik sementara, asam

laktat dan asam organik lainnya naik, sehingga cadangan alkali akan

turun. Keadaan ini biasanya disebabkan oleh kejang-kejang. Setelah

konvulsi selesai zat-zat organik dioksidasi, dan dilepaskan natrium yang

lalu bereaksi dengan karbonik sehingga terbentuk natrium bikarbonat.

Dengan demikian cadangan alkali dapat pulih normal.


19

2.2.6 Komplikasi

Sarwono (2007) menjelaskan, komplikasi yang dapat tewrjadi

antara lain : atonia uteri, sindrom HELLP, ablasio retina, KID (Koagulasi

Intravaskuler Diseminata), gagal ginjal, pendarahan otak, edema paru,

gagal jantung, hingga syok dan kematian.

2.2.7 Pemeriksaan Penunjang

Menurut Saifuddin (2006) pemeriksaan penunjang antara lain :

2.2.7.1 Pemeriksaan darah lengkap

1) Penurunan hemoglobin (nilai normal untuk wanita hamil dengan

hasil 12-14 gr %

2) Hematokrit meningkat (nilai normal 37-43 vol %)

3) Trombosit menurun (nilai normal 150-450 ribu?mm3)

2.2.7.2 Urinalis : ditemukan protein dalam urin

2.2.7.3 Pemeriksaan fungsi hati

1) Bilirubin meningkat (N=<1mg/dl)

2) LDH (Lactic Dehydrogenase) meningkat

3) SGPT meningkat (normal 15-45 u/ml)

4) SGOT meningkat (N=<31 u/l)

5) Total protein serum menurun (N=6,7-8,7g/dl)

2.2.7.4 Tes kimia darah : asam urat meningkat (N=2,4-2,7mg/dl)

2.2.7.5 Radilogi

1) Ultrasonografi
20

Ditemukan retardasi pertembuhan intra uterin pernafasan janin

lambat, aktifitas janin lambat, volume cairan ketuban sedikit

terlihat kehamilan kembar.

2) Kardiografi

Diketahui denyut jantung janin lemah

2.2.8 Pencegahan

Wiknjasastro (2006) menjelaskan, untuk mencegah dengan

dilakukan pemeriksaan antenatal yang teratur dan bermutu secara teliti,

mengenali tanda-tanda sedini mungkin (preeklampsi ringan), lalu

diberikan pengobatan yang cukup supaya penyakit tidak menjadi lebih

berat. Harus selalu waspada terhadap kemungkinan terjadinya

preeklampsi kalau ada faktor-faktor predisposisi. Berikan penerangan

tentang manfaat istirahat dan tidur, ketenangan, serta pentingnya

mengatur diet rendah garam, lemak, serta karbohidrat dan tinggi protein,

juga menjaga kenaikan berat badan yang berlebihan.

2.2.9 Penatalaksanaan Pre Eklampsi Berat

Manuaba (2009) menerangkan, dapat ditangani secara aktif atau

konservatif, aktif berarti kehamilan di akhiri/diterminasi dengan

pengobatan medis. Konservatif berarti kehamilan dipertahankan bersama

dengan pengobatan medis. Tetap pemantauan janin dengan klinis, USG,

kardiografi.

2.2.9.1 Penanganan aktif

1) Penderita harus segera dirawat, sebaiknya dirawat di ruangan

khusus di kamar bersalin. Penderita di tangani aktif apabila :


21

(1) Ada tanda-tanda inpending eklampsia

(2) Ada hellp syndrom

(3) Ada kegagalan penanganan konservatif

(4) Ada tanda-tanda gawat janin atau usia kehamilan lebih 35 tahun

atau lebih

2) Pengobatan medis

(1) Diberikan obat anti kejang MgSO4 dalam infus dextrose 5%

sebanyak 500cc tiap 6 jam. Cara pemberian MgSO4 : dosis awal

2 gram intravena diberikan dalam 10 menit dilanjutkan dengan

dosisi pemeliharaan sebanyak 2 gram per jam drip infus (80

ml/jam atau 15-20 tetes/menit)

(2) Obat antihipertensi diberikan bila tekanan darah sistolik lebih

dari 160 mmHg dan tekanan diastolik lebih dari 110 mmHg

(3) Obat nifedipin dengan dosis 3-4 kali 10 mg oral. Bila dalam 2

jam belum turun dapat diberi tambahan 10 mg lagi

2.2.9.2 Penanganan konservatif

1) Pada kehamilan kurang dari 35 minggu tanpa disertai tanda-tanda

impending eklampsi dengan keadaan janin baik, dikakukan

penanganan konservatif. Sama dengan pengobatan medis MgSO4

dihentikan bila ibu sudah mencapai tanda-tanda preeklampsi ringan.

Selambatnya dalam waktu 24 jam. Bila sesudah 24 jam tidak ada

perbaikan maka keadaan ini dianggap sebagai kegagalan

pengobatan dan segera dilakukan terminasi. Jangan lupa : oksigen


22

dengan nasal kanul 4-6 lpm, obstetrik : pemantauan ketat keadaan

ibu dan janin. Bila ada indikasi langsung terminasi.

2) Menjelaskan tentang manfaat istirahat dan diet berguna dalam

pencegahan. Istirahat tidak selalu berbaring di tempat tidur namun

pekerjaan sehari-hari perlu di kurangi dan dianjurkan lebih banyak

duduk dan berbaring. Diet tinggi protein dan rendah lemak,

karbohidrat, garam, dan penambahan berat badan yang tidak

berlebihan perlu dianjurkan.

Mengenal secara dini preeklamapsia dan segera merawat penderita

tanpa memberikan deuretik dan obat antihipertensi dan segera merawat

penderita tanpa memeberikan deuretik dan obat antihipertensi, memang

merupakan kemajuan yang penting dari pemeriksaan antenatal yang baik.

2.2.10 Dampak Masalah

Menurut Prawirohardjo (2007), dampak pre eklampsiberat yaitu :

2.2.10.1 Dampak dari preeklampsi berat pad ibu

1) Otak

Dapat terjadi pembengkakan pada otak sehingga timbul kejang

dengan penurunan kesadaran yang biasa disebut eklampsia. Dapat

juga terjadi pecahnya pembuluh dara di otak akibat hipertensi.

2) Paru-Paru

Bengkak yang terjadi di paru paru dapat menyebabkan sesak nafas

hebat dan bisa berakibat fatal.

3) Jantung

Terdapat payah jantung, penurunan curah jantung.


23

4) Ginjal

Ditemukan gagal ginjal

5) Mata

Bisa terjadi kebutaan akibat penekanan syaraf mata yang

disebabkan bengkak maupun lepasnya selaput retina mata.

Kebanyakan bersifat sementara dan pemulihannya membutuhkan

waktu yang lama.

6) Sistem darah

Terjadi pecahnya sel darah merah dengan penurunan kadar zat

pembekuan darah.

2.2.10.2 Akibat pada janin

Janin yang dikandung ibu hamil mengidap preeklampsia

berat akan hidup dalam rahim dengan nutrisi dan oksigen dibawah

normal. Keadaan ini bisa terjadi karena pembulu darah uang

menyalurkan darah ke plasenta menyempit. Karena buruknya

nutrisi perkembangan janin akan terhambat.

2.3 Konsep Asuhan Keperawatan Pre Eklampsi Berat

2.3.1 Pengkajian

Menurut Doenges, 2000 pengkajian merupakan tahap awal dan

landasan dalam proses keperawatan, untuk itu diperlukan kecermatan

dan ketelitian tentang masalah-masalah klien sehingga dapat

memberikan arah terhadap tindakan keperawatan. Keberhasilan proses

keperawatan sangat bergantung pada tahap ini.


24

Tahap pengkajian menurut Doenges, (2000) Sectio Caesarea dibagi

atas:

2.3.1.1 Pengumpulan data

1) Identitas

Di dalam identitas meliputi nama, umur, alamat, pendidikan, no.

regristrasi, status perkawinan, agama, pekerjaan untuk mengetahui

kemungkinan pengaruh pekerjaan terhadap permasalahan

kesehatan.

2) Keluhan Utama

Keluhan utama adalah keluhan yang harus ditanyakan dengan

singkat dengan menggunakan bahasa yang dipakai pemberi

keterangana. Keluhan utama ditanyakan untuk mengetahui alasan

klien datang. Menggunakan keterangan PQRST untuk pendekatan

perawat, biasanya pada kasusu post sc dengan preeklampsia berat

klien merasakan beberapa keluhan seperti nyeri bekas luka post sc.

3) Riwayat penyakit sekarang

Didapatkan adanaya keluhan lain yaitu nafas setelah operasi yang

berupa gangguan kerja otot nafas yang tertutup dan gangguan

nyeri pada perut bagian bawah nyeri seperti di iris-isris, dan nyeri

terasa saat digerakkan. Pada kasusu preeklampsia berat ibu merasa

sakit kepala berat, terasa sakit di ulu hati/nyeri epigastrium, mual

muntah, edema ekstremitas, proteinuria normal, kenaikan berat

badan mencapai 1 kg seminggu.

4) Riwayat penyakit dahulu


25

Pengkajian untuk menurunkan resiko pembedahan seperti

pengkajian adanya penyakit DM, tuberkolosis, kelainan

hematologi. Ibu yang menderita hipertensi sebelum kehamilan,

mempunyai riwayat preeklampsia pada riwayat kehamilan

terdahulu, ibu dengan obesitas, dan pernah menderita penyakit

ginjal kronis kemungkinan akan menigkatkan resiko terjadinya

preeklampsia.

2.3.2 Pemeriksaan Fisik

Menurut Prawirohardjo, S. (2008) tahap pemeriksaan fisik sectio

caesarea dengan indikasi pre eklampsia berat antara lain :

2.3.2.1 B1 (Breath)

Inspeksi : bentuk dada simetris, pola nafas teratur, tidak ada

retraksi dada, tidak ada alat bantu pernafasan, tidak

ada edema.

Auskultasi : suara nafas vesikuler, tidak ada suara nafas

tambahan seperti wheezing atau ronchi.

Palpasi : tidak ada nyeri tekan, vocal fremitus terdapat

getaran

Perkusi : resonan atau tidak

2.3.2.2 B2 (Blood)

Inspeksi : anemia mungkin terjadi karena perdarahan selama

proses persalinan sehingga ibu kehilangan darah

selama prosedur pembedahan, wajah pucat,


26

konjungtiva anemis. Trombosit pasien biasanya

akan turun, tekanan darah di ats 160/110 mmHg.

Auskultasi : S1 S2 tunggal, irama jantung reguler

Perkusi : dullnes (bunyi terdengar padat)

Palpasi : nadi lemah (Bradikardi)

2.3.2.3 B3 (Brain)

Inspeksi : kesadaran, orientasi, kenyamanan pada poila tidur

pasien post operasi, nyeri adekuat karena bekas

operasi yang mungkin menggangu pola istirahat.

2.3.2.4 B4 (Bladder)

Inspeksi : pada pasien setelah sectio caesarea akan

mengalami distensi kandung kemih menyebabkan

urine tidak teratur, ada penggunaan alat bantu

kateter untuk memudahkan pasien untuk membatasi

aktifitas pasien ke toilet berhubungan untuk

mengurangi rasa nyeri setelah operasi sectio

caesarea.

Palpasi : efek anestesi nyeri tekan uterus yang mungkin ada.

2.3.2.5 B5 (Bowel)

Inspeksi : bentuk abdomen simetris atau tidak, tampak ada

bekas luka post op sectio caesarea

Auskultasi : bising usus menurun akibat efek anestesi

Palpasi : abdomen nyeri post operasi sectio caesarea

Perkusi : tympani
27

2.3.2.6 B6 (Bone)

Inspeksi : terdapat luka bekas post op sectio caesarea.

Kerusakan gerakan dan tingkat anestesi spinal

epidural karena adanya rasa nyeri, intergritas kulit

baik, gangguan citra tubuh yang mungkin ada.

Terlihat mobilisasi miring kanan miring kiri.

Kekuatan otot pada ekstermitas bawah terbatas.

2.3.3 Analisa Data

Analisa data adalah data yang telah dikumpulkan dikelompokkan

dan di analisis untuk menentukan masalah kesehatan pasien. Untuk

mengelompokkan dibagi menjadi dua data yaitu data objektif dan

subjektif dan kemudian ditentukan masalah keperawatan yang timbul

(Yeni, 2008).

2.3.4 Diagnosa Keperawatan

Menurut Nanda, (2015) masalah keperawatan sectio caesarea dengan

indikasi pre eklampsia berat antara lain :

2.3.4.1 Nyeri akut berhubungan dengan diskontinuitas jaringan

2.3.4.2 Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan laserasi jalan lahir.

2.3.4.3 Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan aktivitas fisik

menurun.

2.3.4.4 Defisit perawatan diri berhubungan dengan penurunan kekuatan

tubuh.

2.3.4.5 Konstipasi berhubungan dengan peristaltik usus menurun.


28

2.3.5 Intervensi Keperawatan

Menurut Linda, 2012 intervensi keperawatan adalah tindakan yang

dirancang untuk membantu klien dalam beralih dari tingkat yang

diinginkan dalam hasil yang diharapkan.

2.3.5.1 Nyeri akut berhubungan dengan diskontinuitas jaringan.

Tujuan : setelah dilakukan tindakan 1x24 jam diharapkan nyeri dapat

berkurang.

Kriteria Hasil :

1) Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu

menggunakan tehnik non farmakologi untuk mengurangi nyeri,

mencari bantuan.

2) Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan

manajemen nyeri

3) Mampu mengenal nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda

nyeri)

4) Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang.

Tabel 2.1

Dx Keperawatan : Nyeri akut berhubungan dengan inkontuitas jaringan.

No Intervensi Rasional

Lakukan pengkajian nyeri secara Untuk mengetahui secara jelas

komperensif termasuk lokasi, tentang nyeri yang di alami

1 karakteristik, durasi, frekuensi, pasien dan dapat melakukan

kualitas, dan faktor presipitasi tindakan menagement nyeri

untuk mengatasi nyeri yang


29

timbul.

Observasi reaksi nonverbal dari Untuk menunjang data nyeri

ketidaknyamanan pasien (wajah sudah tidak


2
menyeringai, pasien sudah

mulai belajar berjalan)

Pilih dan lakukan penanganan Dengan tindakan kolaboratif

nyeri (farmakologi, non ini dapat membantu


3
farmakologi dan interpesonal) mengurangi rasa nyeri yang

berlebihan.

Ajarkan tentang teknik non Membantu pasien agar lebih

farmakologi rileks dan tidak terlalu


4
berfokus pada nyeri yang

dialami (nafas dalam)

Kolaborasi dengan dokter jika Untuk memodifikasi tindakan

5 ada keluhan dan tindakan nyeri lain yang dapat mengurangi

tidak berhasil nyeri

2.3.5.2 Resiko infeksi berhubungan dengan laserasi jalan lahir.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan selama 2x24 jam diharapkan

tidak

terjadi resiko infeksi pada luka insisi post op.

Kriteria Hasil :

1) Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi


30

2) Mendeskripsikan proses penularan penyakit, faktor yang

mempengaruhi penularan serta penatalaksanaan

3) Menunjukan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi

4) Jumlah leukosit dalam batas normal

5) Menunjukkan perilaku hidup sehat

Tabel 2.2

Dx Keperawatan Resiko tinggi berhubungan dengan laserasi jalan lahir.

No Intervensi Rasional

Bersihkan lingkungan setelah Untuk mencegah penularan

1 dipakai pasien lain infeksi yang berasal dari

lingkungan ke manusia

Cuci tangan setiap sebelum dan Untuk mencegah terjadinya

2 sesudah tindakan keperawatan penyebaran infeksi dari pasien

satu ke pasien lainnya

Monitor tanda dan gejala Agar mengetahui lebih dini

infeksi sistemik dan lokal tanda dan gejala resiko infeksi


3
dan dapat mencegah terjadinya

infeksi

Inspeksi kondisi luka/insisi Melihat keadaan luka sudah

4 bedah kering atau masih basah dan

masih terdapat pus dan darah

Instruksikan pasien untuk Membantu mengurangi

5 minum antibiotik sesuai resep terjadinya infeksi pada luka post

insisi dan menambah antibodi


31

dalam tubuh pasien.

2.3.5.3 Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan aktivitas fisik

menurun.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan selama 2x24 jam diharapkan

pasien sudah dapat duduk dan berjalan dalam jarak pendek

atau dari kamar mandi kembali ke bad.

Kriteria Hasil :

Pasien dapat melakukan aktivitas mandirinya sendiri

Tabel 2.3

Dx Keperawatan Gangguan mobilitas fifik berhubungan dengan aktivitas

fisik menurun.

No Intervensi Rasional

Kaji kondisi luka dan pengaruh Aktivitas yang berlebihan dapat

aktivitas terhadap kondisi umum meningkatkan vaskularisasi dan

1 pasien pulsasi organ reproduksi, dan

dapat juga mempengaruhi

keadaan luka post insisi SC

Kaji tingkat kemampuan pasien Mengetahui tingkat kemampuan

2 untuk beraktivitas pasien dalam melakukan

aktivitas mandirinya

Bantu pasien dalam aktivitas Mengistirahatkan pasien secara

3 sehari-hari selama hospitalisasi optimal dan mencegah

terjadinya resiko jatuh dan


32

pendarahan pada luka post insisi

SC

Evaluasi perkembangan dan Mengetahui kondisi pasien

4 kemampuan pasien dalam

beraktivitas

Kolaborasi dengan dokter dalam Membantu mempercepat

5 pemberian terapi farmakologi kesembuhan dan mobilitas fisik

dan nonfarmakologi pasien

2.3.5.4 Defisit perawatan diri berhubungan dengan penurunan kekuatan

tubuh.

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam

diharapkan maslah perawatan diri teratasi.

Kriteria Hasil :

Pasien dpat menjaga personal hygienenya dan kekuatan tubuh pasien

kembali normal.

Tabel 2.4

Dx Keperawatan Defisit perawatan diri berhubungan dnegan penurunan

kekuatan tubuh.

No Intervensi Rasional

Kaji tingkat kemampuan diri Mengetahui kemempuan klien


1
dalam perawatan diri dalam personal hygiene

Motivasi klien untuk melakukan Mengajarkan klien untuk


2
aktivitas secara bertahap memenuhi secara mandiri
33

Libatkan keluarga dalam Keluarga adalah orang yang

pemenuhan kebutuhan klien paling penting dan tepat untuk


3
masalah ini dan membuat klien

merasa lebih diperhatikan

Ajarkan pasien latihan bertahap Dapat meningkatkan


4
kemampuan klien

2.3.5.5 Konstipasi berhubungan dengan peristaltik usus menurun.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan selama 1x24 jam diharapkan

defekasi dapat kembali normal.

Kriteria hasil :

1) Mempertahankan bentuk feses lunak setiap 1-3 hari

2) Bebas dan ketidaknyamanan dan konstipasi

3) Feses lunak dan berbentuk

Tabel 2.5

Dx Keperawatan Konstipasi berhubungan dengan peristaltik usus

menurun.

No Intervensi Rasional

Monitor tanda dan gejala Mengetahui perkembangan


1
konstipasi pasien

Monitor bising usus Mengetahui normal tidaknya


2
peristaltik

Monitor feses : frekuensi, Mengetahui perkembangan


3
konsistensi dan volume pasien
34

Ajarkan pasien / keluarga pasien Agar konsistensi padat


4
untuk diet tinggi serat

Kolaborasi pemberian laksatif Untuk meningkatkan frekuensi


5
BAB

2.3.6 Implementasi Keperawatan

Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang

dilakukan oleh perawat untuk membantu klien dari status kesehatan yang

dihadapi ke status kesehatan yang baik yang menggambarkan kriteria

hasil yang diharapkan (Gordon, 1994 dalam Potter & Perry, 1997).

Ukuran intervensi yang diberikan kepada klien terkait dengan dukungan,

pengobatan, tindakan untuk memperbaiki kondisi, pendidikan untuk klien

– keluarga atau tindakan untuk mencegah masalah kesehatan yang

muncul dikemudian hari.

2.3.7 Evaluasi Keperawatan

Evaluasi adalah suatu proses untuk menjelaskan secara sistematis

untuk mencapai objektif, efisien, dan efektif serta untuk mengetahui

dampak dari suatu kegiatan dan juga membantu pengambilan keputusan

untuk perbaikan satu atau beberapa aspek program perencanaan yang

akan datang (Putri, 2013).


2.4 Kerangka Masalah Sectio Caesarea Indikasi PEB

Kehamilan Dengan PEB

Faktor Imonologi Tekanan Darah ↑ Faktor Resiko :


1. Riwayat keluarga dengan pre eklampsia atau
eklampsia
2. Riwayat tekanan darah tinggi
Perfusi Jaringan ↓ 3. Riwayat mengalami pre eklampsia sebelumnya
4. Wanita dengan gangguan fungsi organ
5. Obesitas

Aliran Darah Berkurang Kebutuhan Nutrisi Janin Kerusakan Glomerulus Terjadi Mikro Emboli Edema
Tidak Terpenuhi Pada Hati (Kerusakan Liver)

Co2 ↓ Kemampuan Filtrasi ↓


Adanya Lesi Pada Nyeri Epigastrium Edema Paru Edema Serebral
Arteri Uteri Plasenta
Gangguan Perfusi
Jaringan
Nyeri Dispnea Spasme
Resiko Gawat Janin Proteinuria Retensi Urin Arteriolar Retina

Ketidakefektifan
Protein Plasma Dalam Tubuh ↓ Gangguan Pola Nafas Pandangan Kabur
Eliminasi Urin

Kekurangan Volume Cairan Gangguan Persepsi Sensori Penglihatan

35
Rencana dilakukan Sectio Caesarea

Dilakukan Pembedahan

Pre Sectio Caesarea Kurangnya Informasi Post Sectio Caesarea

Efek Anastesi Luka Operasi


Koping Individu Inefektif Kurangnya Pengetahuan

Kelemahan Otot Jaringan Terputus MK : Nyeri Akut


Gangguan Pola Tidur Cemas

MK : Defisit Perawatan Diri Mobilitas Fisik ↓ Aktivitas Fisik ↓


Jaringan Terbuka

Payudara Kotor Asi Keluar Sedikit Ketidakefektifan


Pemberian Asi
Kelemahan Otot MK : Peristaltik Usus ↓
Gangguan
Mobilitas
MK : Resiko Tinggi Infeksi Fisik MK : Konstipasi

Gambar 2.1 Kerangka masalah pada klien dengan diagnosa medis post op Sectio Caesarea atas indikiasi Pre Eklampsi Berat Sumber : Nanda, 2015

36
37

BAB 3

TINJAUAN KASUS

Untuk mendapatkan gambaran nyata tentang pelaksanaan asuhan

keperawatan maternitas dengan diagnosa medis post op sectio caesarea atas

indikasi preeklampsia berat, post sectio caesarea hari ke-1 maka penulis

menyajikan suatu kasus yang penulis amati mulai tanggal 1 januari 2019 dengan

data pengkajian pada tanggal 1 januari 2019 jam 15.30 anamnesa diperoleh dari

pasien dan rekam medik sebagai berikut.

3.1 Pengkajian

Tanggal Masuk : 01 Januari 2019 Jam Masuk : 04.30

Ruang / Kelas : Mawar Merah (Nifas) Kamar No. : 05

Pengkajian tanggal : 01 Januari 2018 Jam : 14.30

3.1.1 Identitas Pasien

Nama : Ny. M

Umur : 36 tahun

Suku / bangsa : Indonesia

Agama :Islam

Pendidikan : SD

Pekerjaan : IRT

37
38

Alamat : Lekok - Pasuruan

Status perkawinan : Menikah

3.1.2 Identitas Penanggung Jawab

Nama : Tn. T

Umur : 49 Tahun

Suku / bangsa : Indonesia

Agama : Islam

Pendidikan : SD

Pekerjaan : Nelayan

Alamat : Lekok - Pasuruan

Status perkawinan : Menikah

3.1.3 Riwayat Keperawatan

3.1.3.1 Keluhan Utama : Klien mengatakan nyeri pada

daerah perut bagian bawah, nyeri disebabkan oleh luka bekas operasi

Sectio Caesarea. Klien mengatakan nyeri jika dibuat bergerak. Klien

mengatakan nyeri seperti disayat-sayat dan hilang timbul dengan skala

nyeri 5 nyeri timbul setiap klien bergerak.

3.1.3.2 Riwayat Penyakit Saat Ini : Klien mengeluh keluar air dalam

lubang vagina pukul 11.30 tanggal 31 desember 2018, klien datang ke

puskesmas untuk mengetahui apa yang terejadi, pada saat di puskesmas

klien di rujuk oleh puskesmas Lekok – Pasuruan ke RSUD Bangil


39

Pasuruan jam 12.00 pada tanggal 31 desember 2018, ambulance tiba di

IGD RSUD bangil jam 00.30 pada tanggal 01 januari 2019, pada saat di

IGD klien dibawa ke ruang VK untuk dilakukan cito operasi sectio

caesarea, klien masuk ruang operasi jam 02.00 tanggal 01 januari 2019,

lalu klien keluar dari kamar operasi jam 04.30 dan dibawa ke ruang nifas

kamar 05. Klien mengeluh mengatakan nyeri pada daerah perut bagian

bawah, nyeri disebabkan oleh luka bekas operasi Sectio Caesarea. Klien

mengatakan nyeri jika dibuat bergerak. Klien mengatakan nyeri seperti

disayat-sayat dan hilang timbul dengan skala nyeri 5 nyeri timbul setiap

klien bergerak.

3.1.3.3 Riwayat Masuk Rumah Sakit : Klien mengatakan belum pernah

masuk rumah sakit, baru pertama ini masuk rumah sakit.

3.1.4 Riwayat Obstetri

3.1.4.1 Riwayat Menstruasi

1) Menarche : 14 tahun

2) Banyaknya : 1 hari ganti pembalut 3x

3) HPHT : 23 April 2018

4) Siklus : Teratur

5) Lamanya : 5-7 hari

6) Keluhan : Payudara keras atau menegang


40

3.1.4.2 Riwayat Kehamilan Persalinan yang lalu :

Daftar tabel 3.1 Riwayat kehamilan persalinan nifas yang lalu pada Ny.M dengan
diagnosa medis preeklampsia berat.

Kehamilan Persalinan Komplikasi Nifas Anak

Umur
Usi Penyaki Penolo Penyu Laser Infeks Penda
No keha Jenis Jenis BB PJ
a t ng lit asi i rahan
milan
1. 10 9 PER Norm Bidan - - - - Laki- 3.100 51
thn bulan al laki Gram Cm

3.1.4.3 Genogram

X X X

: Laki-laki
: Perempuan
: Meninggal
X
: Klien
: Bayi klien

------: Hidup dalam satu rumah

Daftar gambar 3.1 Genogram pada Ny.M dengan diagnosa medis post sectio caesarea
preeklampsia berat.
41

3.1.4.4 Persalinan Sekarang

1) Kala persalinan

(1) Kala I :Klien memasuki fase laten, pembukaan serviks klien

berlangsung lambat sampai pembukaan 3 cm dalam 7-8 jam

(2) Kala II : Klien tidak mengalami kala 11, karena dilakukan persalinan

sectio caesarea

(3) Kala III : Klien tidak mengalami kala III, karena di lakukan operasi

sectio caesarea

(4) Kala IV :

a) Lochea :

Jenis : (√) lochea rubra

( ) lochea sanguinolenta

( ) lochea serosa

( ) lochea alba

( ) lochea parulenta

( ) lochiotosis

Jumlah : sehari 4x ganti pembalut

b) TFU : 2 jari diatas pusar

c) Kontraksi uterus : ( √ ) Baik ( ) Tidak

d) Pendarahan : ( √ ) Ya ( ) Tidak

Jumlah : ± 300 cc

e) Perineum : () rupture spontan ( ) episiotomy

Lain – lain : tidak ada perlukaan pada perineum


42

(5) Keadaan Bayi

a) BB : 3.000 gram

b) TB : 48 cm

c) Pusat : ( √ ) Normal ( ) Abnormal

d) Perawatan tali pusat

( ) Alkohol 70 %

( ) Betadine

( √ ) Lainnya

e) Anus : Ada Normal (Berlubang)

f) Suhu : 36,8 °C

g) Lingkar Kepala :

Lingkaran Sub Occipito Bregnatica :

Lingkaran Fronto Occipitalis :

Lingkaran Mentro Occipitalis :

h) Kelainan Kepala :

Caput succedanum ( )

Hydrocephalus ( )

Cephal Hematoma ( )

Microcephalus ( )

Lain- lain : Tidak Ada

(6) Rencana Perawatan Bayi : (√) sendiri ( ) Orang tua ( )

lain-lain

(7) Kesanggupan dan pengetahuan


43

a) Merawat bayi : Klien sanggup merawat bayinya

yang baru lahir

b) Breast care : Klien belum mengetahui

perawatan payudara, putting berkerak meskipun anak ke-2

c) Perineal care : Klien sudah mengetahui cara

mengetahui tentang cara memebersihkan / merawat perinium

d) Nutrisi : Klien sudah memahami nutrisi

bagi anaknya

e) Senam nifas :Klien tidak mengetahui/tidak

pernah diajarkan senam nifas

f) KB : Klien sudah pernah

menggunakan KB suntik dan akan menggunakannya lagi

g) Menyusui : Klien sudah mengetahui cara

menyusuinya dengan benar

Masalah keperawatan : Defisit pengetahuan perawatan

payudara

3.1.5 Riwayat Keluarga Berencana

1) Melaksanakan KB : ( √ ) ya ( ) tidak

2) Bila ya jenis kontrasepsinya apa yang digunakan : Suntik

3) Sejak kapan menggunakan kontrasepsi : 2013 - 2017

4) Masalah yang terjadi : Tidak ada

3.1.6 Riwayat Kesehatan

1) Penyakit yang pernah dialami ibu : Tidak ada


44

2) Pengobatan yang didapat : Klien datang ke puskesmas jika

sakit

3) Riwayat penyakit keluarga :

( ) penyakit diabetes melitus

( ) Penyakit jantung

(√ ) Penyakit hipertensi

( ) penyakit lainnya

3.1.7 Riwayat Lingkungan

1) Kebersihan : Halaman rumah bersih terawat

2) Bahaya :Rumah klien sebelah laut, bahaya jika air laut pasang

3) Lainnya : Tidak ada

3.1.8 Aspek Sosial

a) Persepsi setlah melahirkan : Klien merasa senang

b) Apakah keadaan ini menimbulkan perubahan terhadap kehidupan sehari-hari :

Ya, keluarga menjadi ramai dengan bertambahnya anggota baru

c) Harapan yang ibu inginkan setelah bersalin : Dapat merawat bayinya dengan

baik

d) Ibu tinggal dengan siapa : Suami dan ibu

e) Siapa anak yang terpenting bagi ibu : Semua anaknya penting

f) Sikap anggota keluarga terhadap keadaan saat ini : Keluarga sangat mendukung

g) Keadaan mental menjadi ibu : senang anaknya sudah lahir

3.1.9 Pola kebiasaan yang mempengaruhi kesahatan

1) Merokok : Suami perokok


45

2) Minuman Keras : Tidak ada

3) Keterangan Obat : Tidak ada

3.1.10 Pemeriksaan Fisik

3.1.10.1 Keadaan umum : Baik

3.1.10.2 Tekanan darah : 140/90 mmHg

3.1.10.3 Respirasi : 23x/m

3.1.10.4 Berat Badan : 68 kg

3.1.10.5 Tinggi Badan : 165 cm

3.1.10.6 Kesadaran composmetis

3.1.10.7 Nadi : 90x/m

3.1.10.8 Suhu : 36.6°C

1) BI (Breath)

a) Bentuk dada : Simetris

b) Susunan ruas belakang : Normal (simetris)

c) Pola nafas :

Irama : (√ ) Teratur ( ) tidak teratur

Jenis : Vesikuler

d) Retraksi otot bantu nafas : Tidak ada retraksi otot bantu nafas

e) Alat bantu nafas : Tidak ada alat bantu nafas

f) Suara nafas : Vesikuler

Lain – lain : Tidak ada

Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan


46

2) B2 (Blood)

a) Nyeri dada : Tidak ada nyeri dada

b) Irama jantung : Teratur

c) Pulsasi : Kuat

d) Bunyi jantung : S1 – S2 Tunggal

e) CRT :< 2 detik

f) Cianosis : Tidak ada cianosis

g) Cubbing finger : Tidak ada cubbing finger

h) JVP : Tidak ada pembesaran

i) Kecepatan denyut jantung : Normal

Lain- lain : Tidak ada

Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

3) B3 (Brain)

a) Kesadaran : Composmetis

b) Orientasi : Baik

c) Kaku kuduk : Tidak mengalami kaki kuduk

d) Kejang : Tidak mengalami kejang

e) Brudsky : Tidak ada keluhan

f) Nyeri kepala : Tidak ada nyeri kepala

g) Istirahat / tidur :

Di Rumah Sakit : Tidak menentu

Di Rumah : Siang 2 jam, malam 6 jam

h) Kelainan nervous cranial : Tidak ada kelaianan


47

a) Mata : Simetris

a. Pupil : Isokor

b. Refleks cahaya : Normal

c. Kunjungtiva : Merah muda

d. Sclera : Putih

e. Palpepbra : Normal

f. Strabismus : Normal

g. Ketajaman penglihata : Berkurang, jika melihat sedikit buram

h. Alat bantu : Tidak ada alat bantu penglihatan

b) Hidung : ( √ ) normal ( ) epitaksis

a. Mukosa Hidung : Lembab

b. Secret : Tidak ada secret

c. Ketajaman penciuman : ( √ ) normal ( ) tidak

d. Kelainan lain : Tidak ada

c) Telinga : Normal, Simetris

a. Keluhan :Tidak ada

b. Ketajaman Pendengaran : Baik

c. Alat bantu pendengaran : Tidak ada

d) Perasa : (√) manis (√) pahit (√) asam (√) asin

e) Peraba : Normal

Lain-lain : Tidak ada

Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan


48

4) B4 (Bladder)

a. Bentuk alat kelamin : Normal

b. Libido:kemauan : normal ( √ ) turun ( ) meningkat ( )

Kemampuan : normal ( √ ) turun ( ) meningkat ( )

c. Kebersihan : Bersih

d. Frekuensi berkemih : Teratur

Jumlah : Waktu MRS : ± 1300 cc/hari

Warna :Kuning

e. Alat bantu yang digunakan :

Lain-lain : Tidak ada

5) B5 (Bowel)

a. Mulut : Bersih

b. Mukosa : Lembab

c. Bibir : normal ( √ ) labiokisis ( ) palaktosis ( )

d. Gigi : bersih ( ) kotor ( ) ada carises ( √ )

e. Kebiasaan gosok gigi : 2x / hari

f. Tenggorokan : Tidak ada kesulitan menelan

g. Abdomen : Nyeri tekan

h. Peristaltik : 15x/menit

i. Kebiasaan BAB : MRS : Belum BAB setelah op

Di rumah : 1x/hari

Konsisten :- Warna : - Bau: -

Tempat yang di gunakan : Toilet


49

j. Pemakaian obat pencahar : Tidak ada

Lain-lain : wajah tampak menyeringai

Masalah Keperawatan : Nyeri akut

6) B6 (Bone)

1. Kemampuan pergerakan sendi dan tungkai (ROM) : Bebas

2. Kekuatan otot : 5 5

3 3

3. Turgor kulit : Baik

4. Kulit : Lembab

5. Fraktur : Tidak mengalami fraktur

6. Warna kulit : Sawo matang

7. Akral : Hangat

8. Oedema : Tidak mengalami oedema

9. Aerolla mammae : Kotor

10. Papilla mammae : Kotor

11. Colostrum : Ada

12. Kebersihan : Kotor

13. Payudara : Keadaan putting susu menonjol, keras dan

tegang, colostrum ada tapi ASI belum lancar

Lain – lain : wajah klien bingung ketika ditanya tentang

perawatan payudara, klien bertanya bagaimana perawatan payudara, klien

tampak lemas berbaring ditempat tidur, aktivitas dibantu keluarga


50

Masalah keperawatan : Defisit perawatan payudara, dan hambatan

mobilitas fisik

3.1.11 Data Penunjang

USG : Tidak ada

Rontigen : Tidak ada

Laboratorium : Tanggal 31 Desember 2018 Jam : 24.00

Daftar tabel 3.2 Pemeriksaan penunjang pada klien dengan diagnosa pre eklampsia

berat

PEMERIKSAAN HASIL NILAI NORMAL

DARAH LENGKAP

Hemoglobin 11.5 L. 13,5-18.0 / P.11.5-16.0 g/D1

Leukosit 13.400 4.000-11.000/cmm

LED - L.0-15/P.020 mm/jaml

Diffcountj

- Segmen 83 50-70 %

- Limfosit 11 20-40 %

- Monosit 6 3-15 %

Hematokrit 34 L. 40-54 / P.35 – 47 vol%

Trombosit 238.000 150.000-450.000/cmm

FAAL HEMOSTASIS

Waktu perdarahan 1 menit 10 detik 1-5 meni

Waktu pembekuan 9 menit 25 detik 7-14 Enit


51

3.1.12 Terapi

1) Infus RL 1000cc/24 jam : Menggantikan cairan elektrolit yang hilang

2) Injeksi Neurobion 1x1 ml : Menjaga kesehatan sistem saraf,

mengandung vitamin B1, B6, dan B12

3) Injeksi Santagesik 3x2 ml : Mengatasi nyeri akut

4) Injeksi Ceftiaxon 3x3 gr : Mengatasi infeksi bakteri


52

3.2 Analisa Data

Tanggal : 01 Januari 2019

Nama Pasien : Ny. M

Umur : 36 Tahun

No. RM : 065xxx

Daftar tabel 3.3Analisa data pada Ny.M dengan diagnosa pre eklampsia berat di
ruang nifas RSUD Bangil.
No DATA ETIOLOGI PROBLEM

1 DS : Klien mengatakan Inkontinuitas Nyeri akut

nyeri pada luka post jaringan

operasi

P : Luka post operasi

Q : Nyeri seperti disayat-

sayat

R : Nyeri didaerah

abdomen

S : Berada di skala 5

T : Nyeri ketika bergerak

DO :

1. Keadaan umum

cukup

2. Wajah tampak

menyeringai
53

3. Abdomen terdapat

luka post op sc

dengan posisi laterral

4. Luka tertutup kassa

steril

5. Nyeri tekan (+)

6. TTV :

TD : 140/90 mmHg

Nadi : 890x/menit

RR : 23x/menit

Suhu : 36°C

2 DS : klien mengatakan Kurangnya Defisit pengetahuan

belum tau cara perawatan informasi tentang perawatan payudara

payudara yang benar perawatan payudara

meskipun anak-2, karena

belum pernah

mendapatkan informasi

tentang perawatan
54

payudara.

DO :

1. Payudara keras

tegang

2. ASI belum lancar

3. Wajah klien bingung

ketika ditanya

tentang perawatan

payudara

4. Aerolla dan papilla

mammae kotor

5. Klien bertanya

bagaimana perawatan

payudara
55

3 DS : Klien mengatakan Nyeri akibat luka Hambatan mobilitas

sulit miring kanan/kiri post operasi fisik

karena nyeri

DO :

1. Klien tampak lemas

2. Berbaring ditempat

tidur

3. Aktivitas dibantu

keluarga

4. ROM 5 5

3 3

5. TTV :

TD : 140/90 mmHg

Nadi : 90x/menit

RR : 23x/menit

Suhu : 36°C
56

3.3 Daftar Masalah Keperawatan

3.3.1 Nyeri akut

3.3.2 Defisit pengetahuan perawatan payudara

3.3.3 Hambatan mobilitas fisik

3.4 Daftar Diagnosa Keperawatan Berdasarkan Prioritas

3.4.1 Nyeri akut berhubungan dengan inkontinuitas jaringan

3.4.2 Defisit pengetahuan perawatan payudara berhubungan dengan kurangnya

informasi tentang perawatan payudara

3.4.3 Hambatan mobilitas fisik beruhubungan dengan nyeri akibat nyeri akibat

luka post operasi


57

3.5 Intervensi Keperawatan

Nama Pasien : Ny.M No.RM : 065xxx Tanggal : 01 Januari 2019

Daftar tabel 3.4 Intervensi keperawatan pada Ny.M dengan diagnosa pre eklampsia

berat di ruang nifas RSUD Bangil.

No. TUJUAN / KRITERIA


INTERVENSI RASIONAL
Dx HASIL

1 Tujuan : Setelah 1. Lakukan observasi 1. Untuk mengetahui

dilakuakn tindakan nyeri secara lokasi nyeri, dan

keperawatan selama komperhensif, berapa lama nyeri

1x24 jam diharapkan termasuk lokasi, berlangsung

nyeri yang dialami oleh karakteristik,

Ny.M dapat berkurang frekuensi, durasi dan

dengan krriteria hasil : kualitas nyeri

1. Mampu mengontrol 2. Observasi reaksi non 2. Guna menunjang

nyeri verbal dari data subyektif yang

2. Mampu melakukan ketidaknyamanan diperoleh dari pasien

teknik relaksasi dan akibat rasa nyeri misalnya : wajah

distraksi secara pasien tampak

mandiri menyeringai dan

3. Wajah pasien sudah pasien masih tampak

rileks memegangi perutnya


58

4. Skala nyeri sedang 3. Untuk mengetahui

sampai ringan 3. Observasi skala nyeri tingkat berat

5. Pasien mampu yang dialami pasien ringannya nyeri

menyatakan rasa yang dialami oleh

nyaman setelah pasien

nyeri berkurang 4. Untuk mengurangi

4. Ajarkan teknik non rasa nyeri yang

farmokologi untuk timbul secara tiba-

mengurangi nyeri tiba dengan cara

seperti teknik nafas dalam dan

relaksasi dan distraksi panjang atau

mengalihkan

perhatian ke sesuatu

yang dapat

mengurangi nyeri

yang timbul saat itu.

5. Guna mempercepat

5. Kolaborasi dengan proses penyembuhan

dokter dan tim medis pasien

dalam pemberian obat

anti nyeri
59

2 Tujuan : Setelah 1. Observasi keadaan 1. Mencegah terjadinya

dilakukan tindakan payudara pasien luka atau pecah

keperawatan selama puting tanpa

1x24 jam diharapkan memperhatikan

klien mengetahui tentang lamanya menyusui

perawatan payudara 2. Berikan informasi 2. Mendukung

dengan kriteria hasil : tentang pentingnya memberi ASI

1. ASI lancar gizi untuk ibu melalui pendidikan

2. Ibu dapat menyusui menyusui pasien nutrisi

bayi dengan benar 3. Berikan informasi 3. Memebantu

3. Tidak ada tentang perawatan menjamin suplai

penegangan pada payudara susu adekuat,

payudara mencegah puting

4. Payudara bersih pecah dan luka,

memberikan

kenyamanan

4. Anjurkan klien untuk 4. Kompres hangat

memberikan kompres mampu

dingin dan hangat meningkatkan

pada payudara dan pengosongan dengan

puting susu mudah secara refleks

selama pemberian
60

ASI

5. Berikan dorongan 5. Kontak awal

pada pasien untuk mempunyai efek

lebih sering menyusui positif pada durasi

bayinya menyusui kontak

kulit mulainya tugas

tugas ibu

meningkatkan ikatan

dengan bayi

6. Ajarkan perawatan 6. Menjaga kebersihan

payudara payudara dan

memperlancar ASI

3 Tujuan : Setelah 1. Ajarkan pada pasien 1. Mencegah terjadinya

dilakukan tindakan untuk mulai kekakuan pada otot

keperawatan selama menggerakan setelah post op

2x24 jam diaharapkan ekstermitas bawah,

hambatan mobilitas fisik mika miki, duduk

klien teratasi dengan sampai jalan dalam

kriteria hasil : jarak dekat

1. Pasien sudah bisa 2. Motivasi pasien agar 2. Membantu

mika miki mau belajar bergerak melenturkan otot

2. Pasien sudah dapat ekstermitas tubuh


61

duduk terutama ektermitas

3. Pasien sudah dapat bawah agar kembali

belajar berjalan seperti semula

dengan jarak 5-10 3. Batasi ativitas pasien 3. Mencegah terjadinya

meter yang terlalu berat nyeri berat sampai

4. Pasien sudah terbukanya jahitan

mampu memenuhi post sc

kebutuhan mandiri 4. Bantu pasien dalam 4. Mengistirahatkan

seperti BAK, BAB, melakukan aktivitas pasien secara

mandi di kamar mandiri pasien yang optimal dan

mandi belum bisa dilakukan mencegah terjadinya

sendiri resiko jatuh dan

perdarahan pada

luka post insisi sc

5. Kolaborasi dengan 5. Membantu

dokter dan tim medis mempercepat proses

dalam pemberian kesembuhan pasien

terapi farmokologi
62

Nama Pasien : Ny.M No.RM : 065xxx Tanggal : 02 Januari 2019

No. TUJUAN / KRITERIA


INTERVENSI RASIONAL
Dx HASIL

1 Tujuan : Setelah 1. Lakukan observasi 1. Untuk

dilakuakn tindakan nyeri secara mengetahui lokasi

keperawatan selama komperhensif, nyeri, dan berapa

1x24 jam diharapkan termasuk lokasi, lama nyeri

nyeri yang dialami oleh karakteristik, berlangsung

Ny.M dapat berkurang frekuensi, durasi

dengan krriteria hasil : dan kualitas nyer

1. Mampu mengontrol 2. Observasi reaksi 2. Guna menunjang

nyeri non verbal dari data subyektif yang

2. Mampu melakukan ketidaknyamanan diperoleh dari pasien

teknik relaksasi dan akibat rasa nyeri misalnya : wajah

distraksi secara pasien tampak

mandiri menyeringai dan

3. Wajah pasien sudah pasien masih tampak

rileks memegangi

4. Skala nyeri sedang perutnya

sampai ringan 3. Observasi skala 3. Untuk mengetahui

5. Pasien mampu nyeri yang dialami tingkat berat

menyatakan rasa pasien ringannya nyeri


63

nyaman setelah yang dialami oleh

nyeri berkurang pasien

4. Ajarkan teknik non 4. Untuk mengurangi

farmokologi untuk rasa nyeri yang

mengurangi nyeri timbul secara tiba-

seperti teknik relaksasi tiba dengan cara

dan distraksi nafas dalam dan

panjang atau

mengalihkan

perhatian ke sesuatu

yang dapat

mengurangi nyeri

5. Kolaborasi dengan yang timbul saat itu.

dokter dan tim medis 5. Guna mempercepat

dalam pemberian obat proses penyembuhan

anti nyeri pasien

2 Tujuan : Setelah 1. Observasi keadaan 1. Mencegah

dilakukan tindakan payudara pasien terjadinya luka atau

keperawatan selama pecah puting tanpa

1x24 jam diharapkan memperhatikan

klien mengetahui tentang lamanya menyusui

perawatan payudara 2. Berikan informasi 2. Mendukung


64

dengan kriteria hasil : tentang pentingnya gizi memberi ASI

1. ASI lancar untuk ibu menyusui melalui pendidikan

2. Ibu dapat menyusui 3. Berikan informasi pasien nutrisi

bayi dengan benar tentang perawatan 3. Memebantu

3. Tidak ada payudara menjamin suplai

penegangan pada susu adekuat,

payudara mencegah puting

4. Payudara bersih pecah dan luka,

memberikan

4. Anjurkan klien kenyamanan

untuk memberikan 4. Kompres hangat

kompres dingin dan mampu

hangat pada payudara meningkatkan

dan puting susu pengosongan dengan

mudah secara refleks

selama pemberian

ASI

3 Tujuan : Setelah 1. Ajarkan pada pasien 1. Mencegah

dilakukan tindakan untuk mulai terjadinya kekakuan

keperawatan selama menggerakan pada otot setelah

2x24 jam diaharapkan ekstermitas bawah, post op

hambatan mobilitas fisik mika miki, duduk


65

klien teratasi dengan sampai jalan dalam

kriteria hasil : jarak dekat

1. Pasien sudah bisa

mika miki
2. Membantu
2. Pasien sudah dapat 2. Motivasi pasien agar
melenturkan otot
duduk mau belajar bergerak
ekstermitas tubuh
3. Pasien sudah dapat
terutama ektermitas
belajar berjalan
bawah agar kembali
dengan jarak 5-10
seperti semula
meter
3. Mencegah terjadinya
4. Pasien sudah 3. Batasi ativitas pasien
nyeri berat sampai
mampu memenuhi yang terlalu berat
terbukanya jahitan
kebutuhan mandiri
post sc
seperti BAK, BAB,
4. Mengistirahatkan
mandi di kamar 4. Bantu pasien dalam
pasien secara
mandi melakukan aktivitas
optimal dan
mandiri pasien yang
mencegah terjadinya
belum bisa dilakukan
resiko jatuh dan
sendiri
perdarahan pada

luka post insisi sc


66

Nama Pasien : Ny.M No.RM : 065xxx Tanggal : 03 Januari 2019.

No. TUJUAN / KRITERIA


INTERVENSI RASIONAL
Dx HASIL

1 Tujuan : Setelah 3. Observasi skala nyeri 3. Untuk

dilakuakn tindakan yang dialami pasien mengetahui tingkat

keperawatan selama berat ringannya

1x24 jam diharapkan nyeri yang dialami

nyeri yang dialami oleh 4. Ajarkan teknik non oleh pasien

Ny.M dapat berkurang farmokologi untuk 4. Untuk mengurangi

dengan keriteria hasil : mengurangi nyeri rasa nyeri yang

1. Mampu mengontrol seperti teknik relaksasi timbul secara tiba-

nyeri dan distraksi tiba dengan cara

2. Mampu melakukan nafas dalam dan

teknik relaksasi dan panjang atau

distraksi secara mengalihkan

mandiri perhatian ke sesuatu

3. Wajah pasien sudah yang dapat

rileks 5. Kolaborasi dengan mengurangi nyeri

4. Skala nyeri sedang dokter dan tim medis yang timbul saat itu.

sampai ringan dalam pemberian obat 5. Guna

5. Pasien mampu anti nyeri mempercepat proses

menyatakan rasa penyembuhan pasien


67

nyaman setelah

nyeri berkurang

2 Tujuan : Setelah 3. Berikan informasi 3. Memebantu

dilakukan tindakan tentang perawatan menjamin suplai

keperawatan selama payudara susu adekuat,

1x24 jam diharapkan mencegah puting

klien mengetahui tentang pecah dan luka,

perawatan payudara memberikan

dengan kriteria hasil : kenyamanan

5. ASI lancar

6. Ibu dapat menyusui

bayi dengan benar

7. Tidak ada

penegangan pada

payudara

8. Payudara bersih

3 Tujuan : Setelah 1. Ajarkan pada pasien 1. Mencegah

dilakukan tindakan untuk mulai terjadinya kekakuan

keperawatan selama menggerakan pada otot setelah post

2x24 jam diaharapkan ekstermitas bawah, op

hambatan mobilitas fisik mika miki, duduk

klien teratasi dengan sampai jalan dalam


68

kriteria hasil : jarak dekat 3. Mencegah

5. Pasien sudah bisa 3. Batasi ativitas pasien terjadinya nyeri berat

mika miki yang terlalu berat sampai terbukanya

6. Pasien sudah dapat jahitan post sc

duduk

7. Pasien sudah dapat

belajar berjalan

dengan jarak 5-10

meter

8. Pasien sudah

mampu memenuhi

kebutuhan mandiri

seperti BAK, BAB,

mandi di kamar

mandi
69

3.6 Implementasi Keperawatan

Nama Pasien : Ny.M No.RM : 065xxx Tanggal : 01 Januari 2019

Daftar tabel 3.5 Intervensi keperawatan pada Ny.M dengan diagnosa pre eklampsia

berat di ruang nifas RSUD Bangil.

Nama /
No.
Tanggal Jam Implementasi Tanda
Dx
tangan

1 01 jan 2019 16.00 1. Melakukan observasi nyeri secara

komperhensif, termasuk lokasi,

karakteristik, frekuensi, durasi dan

kualitas nyeri

- Menanyakan nyeri biasanya

berlangsung berapa lama

- Saat apa saja nyeri itu timbul,

saat bergerak apa dibuat tidur

2. Mengobservasi reaksi non verbal

dari ketidaknyamanan akibat rasa

16.10 nyeri

- Dengan melihat wajah klien

yang tampak menyeringai

- Tangan klien yang memegangi

perut atau area luka post op


70

3. Mengobservasi skala nyeri yang

dialami oleh klien

- Dengan menggunakan face

16.15 scale atau diberi pilihan angka

yang sekiranya menunjukkan

nyeri yang di rasakan klien saat

ini

4. Mengajarkan teknik non

farmakologi untuk mengurangi

nyeri seperti teknik relaksasi dan

distraksi

16.25 - Dengan nafas dalam yang

inspirasinya di ambil dari

hidung di tahan selama 5 detik

dan waktu ekspirasi di

keluarkan melalui mulut secara

perlahan, diulangi sampai rasa

nyeri yang timbul berkurang

atau dengan cara mengalihkan

perhatian supaya lupa jika

terjadi nyeri

5. Berkolaborasi dengan dokter dan


71

tim medis dalam pemberian terapi

secara farmakologi atau pemberian

obat anti nyeri

- Dengan memberi obat analgesik

16.35 seperti santagesik

2 01 jan 2019 16.50 1. Mengobservasi payudara klien

- Dengan cara melihat bagian

putting masih berkerak apa

tidakdan melihat cairan ASI

sudah lancar apa belum

17.00 2. Memberikan informasi tentang gizi

untuk klien menyusui

- Menganjurkan ibu untuk makan

sayuran dan makan makanan

yang bergizi agar melancarkan

pengeluaran ASI

17.10 3. Memberikan informasi tentang

perawatan payudara

- Dengan melakukan pemijatan

pada payudara agar dapat

membantu proses pengeluaran

ASI
72

17.25 4. Memberikan perawatan payudara

dan puting susu serta memberikan

kompres dingin dan hangat

- Dengan menganjurkan keluarga

untuk mengkompres air dingin

dan hangat agar melancarakan

proses pengeluaran ASI

5. Memberikan dorongan pada klien

17.35 untuk lebih sering menyusui

bayinya

- Dengan membantu klien

menyusui dengan benar

menempatkan puting dan aerola

17.50 benar masuk kedalam mulut

bayi

6. Mengajarkan perawatan payudara

- Dengan mengajarkan klien

membantu klien menjaga

kebersihan payudaranya

3 01 jan 2019 18.30 1. Mengajarkan pada klien untk

menggerakan ekstermitas bawah,

mika miki, duduk sampai jalan


73

dalam jarak dekat

- Melakukan mika miki setelah 2-

3 jam keluar dari ruang

pemulihan dan di susul dengan

belajar duduk dan berjalan

secara perlahan

2. Memotivasi pasien agar mau

belajar bergerak

18.35 - Sedikit menerangkan pada klien

tahap-tahap pemulihan post op

3. Membatasi aktivitas klien yang

terlalu berat

- Tidak diperbolehkan berjalan

18.45 yang terlalu jauh atau

mengangkat benda yang berat

seperti kursi atau meja kecil

4. Membantu klien dalam melakukan

aktivitas mandiri klien yang belum

bisa dilakukan sendiri

- Meminta menggeser meja ke

18.55 sebelahnya atau meminta

didampingi saat belajar berjalan


74

karenatakut jatuh

5. Berkolaborasi dengan dokter atau

tim medis dalam pemberian terapi

farmakologi

- Seperti memberi obat-obatan

yang di butuhkan oleh pasien

19.05 dalam menunjang proses

penyembuhan pasca op
75

Nama Pasien : Ny.M No.RM : 065xxx Tanggal : 02 Januari 2019

Nama /
No.
Tanggal Jam Implementasi Tanda
Dx
tangan

1 02 jan 2019 09.50 1. Melakukan observasi nyeri secara

komperhensif, termasuk lokasi,

karakteristik, frekuensi, durasi dan

kualitas nyeri

- Menanyakan nyeri biasanya

berlangsung berapa lama

- Saat apa saja nyeri itu timbul,

saat bergerak apa dibuat tidur

10.00 2. Mengobservasi reaksi non verbal

dari ketidaknyamanan akibat rasa

nyeri

- Dengan melihat wajah klien

yang tampak menyeringai

- Tangan klien yang memegangi

perut atau area luka post op

10.15 3. Mengobservasi skala nyeri yang

dialami oleh klien

- Dengan menggunakan face


76

scale atau diberi pilihan angka

yang sekiranya menunjukkan

nyeri yang di rasakan klien saat

ini

10.30 4. Mengajarkan teknik non

farmakologi untuk mengurangi

nyeri seperti teknik relaksasi dan

distraksi

- Dengan nafas dalam yang

inspirasinya di ambil dari

hidung di tahan selama 5 detik

dan waktu ekspirasi di

keluarkan melalui mulut secara

perlahan, diulangi sampai rasa

nyeri yang timbul berkurang

atau dengan cara mengalihkan

perhatian supaya lupa jika

terjadi nyeri

10.45 5. Berkolaborasi dengan dokter dan

tim medis dalam pemberian terapi

secara farmakologi atau pemberian

obat anti nyeri


77

- Dengan memberi obat analgesik

seperti santagesik

2 02 jan 2019 10.55 1. Mengobservasi payudara klien

- Dengan cara melihat bagian

putting masih berkerak apa

tidakdan melihat cairan ASI

sudah lancar apa belum

11.05 2. Memberikan informasi tentang

perawatan payudara

- Dengan melakukan pemijatan

pada payudara agar dapat

membantu proses pengeluaran

ASI

11.15 3. Memberikan perawatan payudara

dan puting susu serta memberikan

kompres dingin dan hangat

- Dengan menganjurkan keluarga

untuk mengkompres air dingin

dan hangat agar melancarakan

proses pengeluaran ASI


78

11.25 4. Memberikan dorongan pada klien

untuk lebih sering menyusui

bayinya

- Dengan membantu klien

menyusui dengan benar

menempatkan puting dan aerola

benar masuk kedalam mulut

bayi

3 02 jan 2019 11.40 1. Mengajarkan pada klien untk

menggerakan ekstermitas bawah,

mika miki, duduk sampai jalan

dalam jarak dekat

- Melakukan mika miki setelah 2-

3 jam keluar dari ruang

pemulihan dan di susul dengan

belajar duduk dan berjalan

secara perlahan

2. Memotivasi pasien agar mau

belajar bergerak

- Sedikit menerangkan pada klien

tahap-tahap pemulihan post op

3. Membatasi aktivitas klien yang


79

11.50 terlalu berat

- Tidak diperbolehkan berjalan

yang terlalu jauh atau

mengangkat benda yang berat

12.00 seperti kursi atau meja kecil

4. Membantu klien dalam melakukan

aktivitas mandiri klien yang belum

bisa dilakukan sendiri

- Meminta menggeser meja ke

sebelahnya atau meminta

12.10 didampingi saat belajar berjalan

karenatakut jatuh

5. Berkolaborasi dengan dokter atau

tim medis dalam pemberian terapi

farmakologi

- Seperti memberi obat-obatan

yang di butuhkan oleh pasien

dalam menunjang proses

penyembuhan pasca op
80

Nama Pasien : Ny.M No.RM : 065xxx Tanggal : 03 Januari 2019

Nama /
No.
Tanggal Jam Implementasi Tanda
Dx
tangan

1 03 jan 2019 12.20 3. Mengobservasi skala nyeri yang

dialami oleh klien

- Dengan menggunakan face

scale atau diberi pilihan angka

yang sekiranya menunjukkan

nyeri yang di rasakan klien saat

ini

12.30 4. Mengajarkan teknik non

farmakologi untuk mengurangi

nyeri seperti teknik relaksasi dan

distraksi

- Dengan nafas dalam yang

inspirasinya di ambil dari

hidung di tahan selama 5 detik

dan waktu ekspirasi di

keluarkan melalui mulut secara

perlahan, diulangi sampai rasa

nyeri yang timbul berkurang


81

atau dengan cara mengalihkan

perhatian supaya lupa jika

terjadi nyeri

12.40 5. Berkolaborasi dengan dokter dan

tim medis dalam pemberian terapi

secara farmakologi atau pemberian

obat anti nyeri

- Dengan memberi obat analgesik

seperti santagesik

2 03 jan 2019 12.50 3. Memberikan perawatan payudara

dan puting susu serta memberikan

kompres dingin dan hangat

- Dengan menganjurkan keluarga

untuk mengkompres air dingin

dan hangat agar melancarakan

proses pengeluaran ASI

3 03 jan 2019 13.00 1. Mengajarkan pada klien untk

menggerakan ekstermitas bawah,

mika miki, duduk sampai jalan

dalam jarak dekat

- Melakukan mika miki setelah 2-

3 jam keluar dari ruang


82

pemulihan dan di susul dengan

belajar duduk dan berjalan

secara perlahan

13.10 3. Membatasi aktivitas klien yang

terlalu berat

- Tidak diperbolehkan berjalan

yang terlalu jauh atau

mengangkat benda yang berat

seperti kursi atau meja kecil


83

3.7 Catatan Perkembangan

Nama Pasien : Ny.M No.RM : 065xxx Tanggal : 01-02 Januari 2019

Daftar tabel 3.6 Intervensi keperawatan pada Ny.M dengan diagnosa pre eklampsia

berat di ruang nifas RSUD Bangil.

Tanggal Diagnosa Keperawatan Catatan Perkembangan Paraf

01 Jan Nyeri akut berhubungan S : Klien mengatakan nyeri

2019 dengan inkontinitas pada luka bekas post op

jaringan P : Luka Post Op

Q : Nyeri seperti disayat-

sayat

R : Nyeri didaerah

abdomen

S : Berada di skala 4

T : Nyeri ketika bergerak

O : 1. Keadaan umum

Cukup

2. Wajah menyeringai

3. Abdomen terdapat

luka post sc dengan

posisi lateral

4. Luka tertutup kasa

Steril
84

5.Nyeri tekan (+)

6.TTV :

TD : 140/90 mmHg

Nadi : 90x/menit

RR : 23x/menit

Suhu : 36°C

A : Masalah nyeri belum

teratasi

P : Intervensi dilanjutkan

pada no. 1,2,3,4,5 +

distraksi mengajak

ngobrol pasien

01 Jan Defisit pengetahuan S : Klien mengatakan ASI

2019 perawatan payudara belum keluar

berhubungan dengan O : 1. Keadaan umum cukup

kurangnya informasi 2. Payudara keras

perawatan payudara 3. Belum terlihat tanda

ASI keluar

4. Putting menonjol dan

bersih

A : Masalah
85

ketidakefektifan

pemberian ASI belum

teratasi

P : Intervensi dilanjutkan

1,2,3,4,

01 Jan Hambatan mobilitas fisik S : Klien mengatakan sudah

2019 berhubungan dengan nyeri bisa menggerakan

akibat luka post operasi kakinya tapi masih sakit

jika di buat mika/miki

O : 1. Klien tampak lemas

2. Berbaring ditempat

tidur

3. Aktivitas dibantu

keluarga

4.ROM

5 5

4 4

5. TTV :

TD : 140/90 mmHg

Nadi : 90x/menit

RR : 23x/menit

Suhu : 36°C
86

A : Masalah gangguan

mobilitas fisik belum

teratasi

P : Intervensi dilanjutkan

pada 1,2,3,4,5

02 Jan Nyeri Akut berhubungan S : Klien mengatakan nyeri

2019 dengan inkontinitas P : Luka Post Op

jaringan Q : Nyeri seperti disayat-

sayat

R : Nyeri didaerah

abdomen

S : Berada di skala 3

T : Nyeri ketika bergerak

O : 1. Keadaan umum

Cukup

2. Wajah sedikit rileks

3. Abdomen terdapat

luka post sc dengan

posisi lateral

4. Luka tertutup kasa

Steril

5.Nyeri tekan (+)


87

6.TTV :

TD : 120/80 mmHg

Nadi : 83x/menit

RR : 20x/menit

Suhu : 36°C

A : Masalah nyeri teratasi

sebagian

P : Intervensi dilanjutkan

pada no. 3,4,5

02 Jan Defisit pengetahuan S : Klien mengatakan ASI

2019 perawatan payudara sudah keluar sedikit

berhubungan dengan O : 1. Keadaan umum cukup

kurangnya informasi 2. Payudara masih keras

perawatan payudara 3. Terlihat tanda ASI

keluar sedikit

4. Puting menonjol dan

bersih

A : Masalah

ketidakefektifan

pemberian ASI belum

teratasi

P : Intervensi dilanjutkan 3
88

02 jan Hambatan mobilitas fisik S : Klien mengatakan sudah

2019 berhubungan dengan nyeri bisa menggerakan

akibat luka post operasi kakinya

O : 1. Klien tampak lemas

2. Klien tampak belajar

duduk

3. Aktivitas dibantu

keluarga

4.ROM

5 5

5 5

5. TTV :

TD : 120/80 mmHg

Nadi : 83x/menit

RR : 20x/menit

Suhu : 36°C

A : Masalah gangguan

mobilitas fisik teratasi

sebagian

P : Intervensi dilanjutkan

pada 1,3
89

3.8 Evaluasi Keperawatan

Nama Pasien : Ny.M No.RM : 065xxx Tanggal : 03 Januari 2019

Daftar tabel 3.7 Intervensi keperawatan pada Ny.M dengan diagnosa pre eklampsia

berat di ruang nifas RSUD Bangil.

Tanggal Diagnosa Keperawatan Catatan Perkembangan Paraf

03 Jan Nyeri akut berhubungan S : Klien mengatakan

2019 dengan inkontinitas nyeri

jaringan P : Luka Post Op

Q : Nyeri seperti

disayat-sayat

R : Nyeri didaerah

abdomen

S : Berada di skala 1

T : Nyeri ketika

bergerak

O : 1. Keadaan umum

baik

2. Wajah rileks

3. Abdomen terdapat

luka post sc dengan

posisi lateral
90

4. Luka tertutup kasa

Steril

5.Nyeri tekan (-)

6.TTV :

TD : 120/80 mmHg

Nadi : 80x/menit

RR : 20x/menit

Suhu : 36.3°C

A : Masalah nyeri teratasi

P : Intervensi dihentikan

03 Jan Defisit pengetahuan S : Klien mengatakan ASI

2019 perawatan payudara sudah keluar

berhubungan dengan O : 1. Keadaan umum

kurangnya informasi baik

perawatan payudara 2. Ibu sedang

menyusui bayinya

3. Terlihat tanda ASI

keluar sedikit

4. Puting menonjol
91

dan bersih

A : Masalah teratasi

P : Intervensi dihentikan

03 Jan Hambatan mobilitas fisik S : Klien mengatakan

2019 berhubungan dengan nyeri sudah bisa

akibat luka post operasi menggerakan kakinya

O : 1. Klien tidak lemas

2. Klien duduk dan

sedikit belajar jalan

3. Aktivitas mandiri

4.ROM

5 5

5 5

5. TTV :

TD : 120/80

mmHg

Nadi : 83x/menit

RR : 20x/menit

Suhu : 36°C

A : Masalah teratasi

P : Intervensi dihentikan

klien KRS
92

BAB 4

PEMBAHASAN

Pada bab ini akan dijelaskan kesenjangan antara teori dan asuhan keperawatan

secara langsung pada Ny. M dengan diagnosa medis post Sectio Caesarea dengan

indikasi Preeklampsia Berat diruang bersalin Nifas Mawar Merah No 05 RSUD

Bangil Pasuruan.

4.1 Pengkajian

Pada tahap pengumpulan data penulis tidak mengalami kesulitan karena

penulis telah mengadakan perkenalan dan menjelaskan maksud penulis yaitu untuk

melaksanakan asuhan keperawatan pada klien dan keluarga secara terbuka, mengerti

dan kooperatif.

Pada pemeriksaan fisik B1 (Breathing) menurut Sylvia & Lorrain (2006)

tinjauan pustaka didapat data, tidak ada sesak nafas, tidak ada suara nafas tambahan

seperti ronkhi dan wheezing, bentuk dada simetris. Sedangkan pada tinjauan kasusu

didapatkan data, bentuk dada noral simetris, sususnan ruas tulang belakangnormal,

pola nafas normal, respiratore rate 20x/menit, irama teratur jenis reguler, tidak

menggunakan retraksi otot bantu, perkusi thorax sonor, tidak menggunakan alat

bantu nafas, vokal fremitus normal kanan kiri sama, tidak ada suara nafas tambahan.

pada pemeriksaan fisik B1 (Breathing) tinjuan kasusu tidak ada masalah

keperawatan.

92
93

Pada pemeriksaan fisik B2 (Blood) menurut Sylvia & Lorrain (2006)

tinjauan pustaka didapat data, tidak adanyeri dada, anemia mungkin terjadi karena

perdarahan selama proses persalinan sehingga ibu kehilangan darah selama prosedur
92
pembedahan, wajah pucat, konjungtiva anemis. Trombosit pasien biasanya akan

turun, tekanan darah di ats 160/110 mmHg. Pada tinjauan kasus didapatkan data,

tidak ada nyeri dada, irama jantung teratur, pulsasi kuat, posisi ICS 5 midclavicula,

bunyi jantung lup dup S1 S2 tunggal, crt normal kembali <2 detik, tidak ada

cyanosis, tidak ada clubbing finger, jvp tidak ada kelaianan jugularis, pada

pemeriksaan fisik B2 (Blood) tinjauan kasusu tidak ada masalah keperawatan.

Pada pemeriksaan D3 (Brain) menurut Sylvia & Lorrain (2006) tinjauan

pustaka didapat data, keadaan umum klien terkadang baik dan terkadang lemah

dikarenekan ketidakstabilan glukosa dalam dara, kesadaran compos metis GCS 4 5

6, orientasi baik, kenyamanan pada poila tidur pasien sedikit terganggu karena luka

post operasi, nyeri adekuat karena bekas operasi yang mungkin menggangu pola

istirahat pasien. Sedangkan pada tinjauan kasus didapat data, kesadaran compos

metis, GCS 3 4 5, orientasi baik, tidak adakejang, tidak ada kaku kuduk, tidak ada

brudsky, tidak ada nyeri kepala, istirahat / tidur di rumah siang ± 3 jam / hari,

malam ± 7 jam / hari, di RS siang jarang tidur, malam ± 5 jam / hari, tidak ada

kelainan nervur cranialis, lain lain ada lingkaran hitam di sekitar mata, klien tidak

bisa tidur. Pada pemeriksaan fisik B3 (Brain) tinjauan kasus tidak ada masalah

keperawatan.

Pada pemeriksaan fisik pada B4 (Bladder) menurut Sylvia & Lorrain

(2006) tinjauan pustaka didapat data, pada pasien setelah sectio caesarea akan
94

mengalami distensi kandung kemih menyebabkan urine tidak teratur, ada

penggunaan alat bantu kateter untuk memudahkan pasien untuk membatasi aktifitas

pasien ke toilet berhubungan untuk mengurangi rasa nyeri setelah operasi sectio

caesarea. Pada tinjauan kasus didapatkan data, bentuk alat kelamin normal,

kebersihan bersih, frekuensi berkemih tidak terkaji sepenuhnya karena pasien

menggunakan kateter, jumlah 800/jam, bau khas, warna kuning, tempat yang

digunakan kateter,. Pada pemeriksaan fisik B4 (Bladder) tinjauan kasus tidak ada

masalah keperawatan.

Pada pemeriksaan fisik pada B5 (Bowel) menurut Sylvia & Lorrain

(2006) tinjauan pustaka didapat data, terdapat mual muntah dikarenakan efek

anastesi, konstipasi dapat terjadi akibat kelemahan ototyang disebebkan oleh luka

bekas operasi dehidrase, perubahan berat badan, peningkatan lingkar abdoemen, dan

pembatasan diet makanan karena pada pasien post operasi dianjurkan makan

makanan yang halus terlebih dahulu, biasanya pasein boleh makan/minum setelah

pasien flatus. Pada tinjauan kasusu didapat data, mulut bersih, mukosa lembab, bibir

normal, gigi bersih, kebiasaan gosok gigi selama di RS tidak pernah gosok gigi,

tenggorokan tidak ada kesulitan menelan, pada abdomen terdapat nyeri tekan

pristaltik : 8x/menit, kebiasaan BAB selama di RS belum BAB, terdapat luka post

operasi dengan posisi lateral dan panjang kurang lebih 10 cm, lukamasih basah

tertutup kassa steril. Ada masalah eliminasi alvi, pada pemeriksaan fisik B5 (Bowel)

tinjauan kasus terdapat masalah keperawatan nyeri akut.

Pada pemeriksaan fisik pada B6 (Bone) menurut Sylvia & Lorrain (2006)

tinjauan pustaka didapat, gangguan gerakan dan tingkat anastesi spinal epidural
95

karena adanya nyeri, gangguan citra tubuh mungkin ada. Pada tinjuaan kasus

didapat data akral hangat, turgor elastis <2 detik, kelembapan lembab, tidak ada

oedema, kebersihan kulit bersih, wajah tampak menyeringai, klien tampak lemas

dan bebaring ditempat tidur, aktivitas dibantu keluarga,Pada pemeriksaan payudara

bentuk simetris, keadaan putting susu menonjol, tegang, ASI belum lancar,

payudara kotor.Pada pemeriksaan fisik B6 (Bone) tinjauan kasus ditemukan

masalah keperawatan hambatan mobilitas fisik dan ditemukan masalah defisit

pengetahuan perawatan payudara.

Analisa data pada pada tinjauan pustaka hanya menguraikan teori saja

sedangkan pada kasus nyata disesuikan dengan keluhan nyata yang dialami klien

karena penulis menghadapi klien secara langsung.

4.2 Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan yang ada pada tinjauan pustaka menurut Nurarif dan

Kusuma Nanda Nic-Noc (2015), yaitu :

1) Nyeri akut berhubungan dengan inkontinitas jaringan.

Nyeri akut adalah keadaan ketika individu mengalami dan melaporkan

adanya rasa ketidaknyamanan yang hebat atau sensasi yang tidak

menyenangkan selama enam bulan atau kurang. Diagnosa tersebut ditegakkan

bila ada data mayor yang mendukung yaitu pengungkapan tentang deskriptor

nyeri, dan data minor yaitu ketidakaktifan fisik atau imobilitas, perubahan

pola tidur, dan perubahan kemampuan untuk melanjutkan aktifitas

sebelumnya. Diagnosa ini penulis meprioritaskan karena keluhan yang


96

dirasakan klien saat itu dan apabila masalah itu tidak segera ditangani akan

menimbulkan ketidaknyamanan bagi klien dan bisa mengganggu aktifitas

klien.

2) Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan laserasi jalan lahir.

Resiko tinggi infeksi adalah peningkatan resiko masuknya organisme

pathogen. Diagnosa tersebut dapat ditegakkan jika ada faktor – faktor resiko

yaitu ketidakadekuatan pertahanan tubuh primer (kulit tidak utuh, trauma

jaringan, penurunan kerja silia, perubahan peristaltik), ketidakadekuatan imun

buatan, malnutrisi, trauama, kerusakan jaringan. Diagnosa ini penulis

perioritaskan sebagai diagnosa kedua karena maslah tersebut belum terhadap

terjadinya infeksi, masalah ini dapat diminimalkan dengan perawatan luka

post operasi dengan teknik aseptic serta nutrisi yang adekuat sehingga tidak

menimbulkan terjadinya infeksi.

3) Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan aktivitas fisik menurun.

Hambatan mobilitas fisik adalah keterbatasan pada pergerakan fisik tubuh

atau satu atau lebih ekstermitas secara mandiri dan terarah. Diagnosa ini dapat

ditegakkan dengan data penunjang seperti klien tampak lemah, pasien sulit

membolak-balikkan posisi, nyeri, penurunan kekuatan otot. Diagnosa ini

penulis memprioritaskan dengan diagnosa ketiga karena jika tidak ditangani

akan menimbulkan komplikasi salah satunya kelemahan otot, kontraksi sendi

dan masih banyak lagi, masalah ini dapat diminimalakan dengan memberikan

pendidikan kesehatan mengenai pentingnya melakuka range of motion

(ROM).
97

4) Defisit perawatan diri berhubungan dengan penurunan kekuatan tubuh.

Defisit perawatan diri adalah suatu keadaan seseorang yang mengalami

hambatan kemampuan untuk melakukan aktivitas perawatan diri, seperti

mandi, berpakaian, makan dan elimnasi. Diagnosa ini ditegakkan dengan data

penunjang seperti kelemahan otot, nyeri post operasi, aktivitas dibantu

keluarga. Diagnosa ini tidak terlalu diprioritaskan karena masalah ini sangat

minim untuk mengancam nyawa, maslah ini dapat diminalkan dengan

memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan diri agar tidak

menimbulkan komplikasi.

5) Konstipasi berhubungan dengan peristaltik usus menurun.

Konstipasi adalah penurunan frekuensi normal defekasi, disertai kesulitan

atau pengeluaran yang sangat keras dan kering. Diagnosa ini ditegakkan bila

sesui batas karakteristik yaitu nyeri abdomen, perasaan atau penuh tekanan

pada rektum, nyeri saat defekasi, massa abdomen dapat dipalpasi, bisisng usus

hipoaktif, bunyi pekak pada saat perkusi. Diagnosa ini tidak terlalu

diprioritaskan karena tidak semua orang mengalami masalah ini setelah post

operasi , masalah ini dapat ditangani dengan pemberian obat pencahar.

Namun peneliti hanya mengambil 3 diagnosa yang actual, yaitu :

1) Nyeri akut berhubungan dengan inkontinuitas jaringan.

Alasan diagnosa tersebut diangkat karena saat pengkajian didapatkan data

subyektif yaitu klien mengatakan nyeri bagian abdomen dibekas luka post

operasi dan data obyektif yaitu : wajah klien menyeringai karena nyeri, P :
98

Luka post op, Q : Nyeri seperti disayat-sayat, R : Nyeri didaerah abdomen, S :

Berada di skala 5 T : Nyeri ketika bergerak.

Diagnosa ini penulis meprioritaskan karena keluhan yang dirasakan klien saat

itu dan apabila masalah itu tidak segera ditangani akan menimbulkan

ketidaknyamanan bagi klien dan bisa mengganggu aktifitas klien.

2) Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri akibat post operasi

Alasan diagnosa ini ditegakkan karena saat pengkajian didapatkan data

subyektif klien mengatakan sulit miring kanan/kiri karena nyeri dan data

obyektif didapatkan klien tampak lemas, berbaring ditempat tidur, aktivitas

dibantu keluarga, ROM 5 5

3 3

Diagnosa ini penulis memprioritaskan dengan diagnosa kedua karena jika

tidak ditangani akan menimbulkan komplikasi salah satunya kelemahan otot,

kontraksi sendi dan masih banyak lagi, masalah ini dapat diminimalakan

dengan memberikan pendidikan kesehatan mengenai pentingnya melakuka

range of motion (ROM).

3) Defisit pengetahuan perawatan payudara berhubungan dengan kurangnya

informasi tentang perawatan payudara.

Alasan diagnosa ini ditegakkan karena saat pengkajian didapatkan data

subyektif klien mengatakan ASInya belum lancar dan kurang memahami

perawatan payudara dan data obyektif di dapatkan payudara keras tegang, ASI

belum lancar, tidak ada benjolan dan luka, aerolla dan papilla mammae kotor

klien bertanya bagaimana cara perawatan payudara


99

Diagnosa ini penulis tambahkan karena mendapatkan data yang

menunjang untuk diamasukkan diagnosa tersebut, maslah ini dapat diatasi

dengan memberikan pendidikan kesehatan tentang perawtan payudara bagi

ibu post date.

Pada tinjauan pustaka didapatkan diagnosa Nyeri akut berhubungan dengan

inkontinuitas jaringan. Karena klien dengan luka post operasi sectio caesarea akan

mengalami nyeri akut berhubungan dengan inkontinuitas jaringan dengan data

objektif yang mendukung yaitu klien mengatakan nyeri pada daerah perut bagian

bawah, nyeri disebebkan oleh luka bekas operasi sectio caesarea. Klien mengatakan

nyeri terasa sakit apabila sedikit digerakkan dengan skala nyeri 5 nyeri timbul setiap

klien bergerak. Keadaan umum klien masih lemah, ada luka bekas post operasi

sectio caesarea posisi lateral dengan panjang kurang lebih 10 cm, luka masih basah

tertutup kassa steril.

Pada tinjauan pustaka didapatkan diagnosa hambatan mobilitas fisik

berhubungan dengannyeri akibat luka post operasi. Karena klien dengan luka post

operasi sectio caesarea akan mengalami hambatan mobilitas fisik akibat luka post

operasi sectio caesarea hari pertama dan efek anastesi SAB. Pada tinjuan kasusu

didapatkan hasil yaitu hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri akibat

luka post operasi sectio caesarea dengan data obyektif klien lemas, berbaring

ditempat tidur, aktivitas dibantu keluarga, klien belum bisa duduk dan berdiri secara

mandiri, akral klien hangat.


100

Pada tinjuan teori terdapat beberapa diagnosa dan yang tidak muncul di

tinjauan kasusu, yaitu muncul dan data yang menunjang yang ada pada pasien. Luka

bekas operasi bersih, tertutup kassa steril, dan tidak adapus. Diagnosa defisit

perawatan diri, pada tinjaun kasus juga tidak ada data yang muncul pada pasien

karena pasien diseka oleh keluarga secara rutin selama dirumah sakit. Diagnosa

konstipasi sat pengkajian klien belum BAB dan tidak ada data yang menunjang.

Diagnosa keperawatan yang ditemukan peneliti yang tidak sesui dengan

tinjuan teori dan terdapat kesenjangan pada tinjauan kasus didapatkan hasil defisit

pengetahuan payudara berhubungan dengan kurangnya informasi perawatan

payudara dengan data obyektif klien masih lemah, payudara simetris, puting susu

terjadi penengangan karena ASI belum lancar, wajah klien tampak kebingungan

ketika ditanya tentang perawatan payudara, aerolla dan papilla mammae kotor.

Kesenjangan pada diagnosa keperawatan di tinjaun pustaka terdapat beberapa

diagnosa keperawatan yang diangkat, sedangkan pada tinjuan kasus penulis hanya

berfokus pada 3 diagnosa saja.

4.3 Intervensi

Pada perumusan tinjaun antara tinjuan pustaka dengan tinjaun kasus ada

kesenjangan. Pada tinjuan pustaka perencanaan menggunakan kriteria hasil yang

mengacu pada pencapaian tujuan, sedangkan tinjauan kasus perencanaan

menggunakan sasaran dalam intervensinya dengan tujuan penulis ingin

meningkatkan kemandirian klien dan keluarga dalam pelaksanaan asuhan

keperawatan melalui peningkatan pengetahuan (kognitif), perubahan tingkah laku

(afektif), dan keterampilan menangani masalah (psikomotor).


101

4.3.1 Intervensi diagnosa keperawatan nyeri akut berhubungan dengan inkontinuitas

jaringan

Pada intervensi yang sama dengan tinjauan kasus denga alasan klien

mengeluh nyeri, nyeri seperti tersyat-sayat pada bagian luka bekas operasi sectio

caesarea, nyeri timbul ketika pasien miring kanan kiri dengan data obyektif yang

mendukung keadaan pasien lemah, kesadaran composmetis dengan hasil TTV :

140/90 mmHg, N: 90x/menit, S: 36°C, RR : 23x/menit terdapat lukabekas operasi

sectio caesarea dengan posisi lateral, luka masih basah tertutup oleh kasa steril,.

Diagnosa dijadikan prioritas karena yang paling dirasakan oleh klien. Setelah

dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan nyeri yang dialami

ileh klien dapat berkurang dengan kriteria hasil klien mampu mengontrol nyeri,

mampu melakukan teknis relaksasi dan distraksi secara mandiri, wajah klien sudah

tidak tampak menyeringai lagi dengan skala nyeri 0-3, klien mampu menyatakan

rasa nyaman setelah nyeri berkurang dan dilakukan intervensi. Lakukan pengkajian

nyeri secara komperhensif, termasuk lokasi, karakteristik, frekuensi, durasi dan

kualitas nyeri, observasi reaksi non verbal dari ketidaknyamanan akibat rasa nyeri,

observasi skala nyeri yang dialami oleh klien, ajarkan teknik non farmokologi untuk

mengurangi nyeri seperti teknik relaksasi dan distraksi, kolaborasi dengan dokter

dan tim medis dalam pemeberian terapi secara farmokologi atau pemberian obat anti

nyeri.
102

4.3.2 Intervensi diagnosa defisit pengetahuan perawatan payudara berhubungan

dengan kurangnya informasi perawatan payudara

Pada intervensi tinjauan pustaka tidak terdapat diagnosa defisit perawatan

payudara berhubungan dengan kurangnya informasi perawatan payudara dengan

data obyektif ASI belum lancar, wajah klien tampak kebingungan ketika ditanya

tentang perawatan payudara, aerolla dan papilla mammae kotor. Setelah dilakukan

tindakan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan klien mengetahui tentang

perawatan payudara dengan kriteria hasil ASI lancar, ibu dapat menyusui bayi

dengan benar, tidak adapenegangan pada payudara, payudara bersih dan dilakukan

intervensi kaji keadaan payudara klien, memberikan informasi tentang pentingnya

gizi untuk klien menyusui, memberikan informasi tentang perawatan payudara,

menganjurakan keluarga untuk memberikan kompres dingin dan hangat pada

payudara dan putting susu, memberikan dorongan pada pasien untuk lebih sering

menyusui bayinya.

4.3.3 Intervensi diagnosa keperawatan dengan hambatan mobilitas fisik

berhubungan dengan nyeri akibat luka post operasi

Pada tinjauan pustaka terdapat diagnosa gengguan mobilitas fisik

berhubungan dengan aktivitas fisik menurun dan dilakukan intervensi yang sama

dengan tinjauan kasus dengan alasan klien mengeluh sulit untuk miring kanan dan

kiri pada tinjauan kasus di dapat hasil diagnosa gangguan mobilitas fisik

berhubungan dengan aktivitas fisik menurun dengan data obyektif klien lemas,

berbaring ditempat tidur, aktivitas dibantu keluarga, klien belum bisa duduk dan

berdiri secara mandiri, akral klien hangat. Setelah dilakukan tindakan keperawatan
103

selama 2x24 jam diharapkan hambatan mobilitas fisik klien teratasi dengan kriteria

hasil, klien sudah bisa miring kananmiring kiri, klien sudah dapat duduk, klien

sudah belajar berjalan dengan jarak 5-10 meter, klien sudah mampu memenuhi

kebutuhan mandiri seperti BAK, BAB, menggosok gigi di kamar mandi. Dilakukan

intervensi keperawatan, ajarkan pada klien untuk mulai menggerakan ekstermitas

bawah, mika miki, duduk sampai jalan dalam jarak dekat, motivasi klien agar mau

belajar bergerak, batasi aktivitas klien yang terlalu berat, bantu klien dalam

melakukan aktivitas mandiri klien yang belum bisa dilakukan sendiri, kolaborasi

dengan dokter dan tim medis dalam pemberian terapi farmokologi.

Kesenjangan tentang perencanaan yang terdapat pada tinjauan pustaka yaitu

perencanaan berfokus pada beberapa diagnosa yang timbul, sedangkan pada

tinjauan kasus hanya berfokus pada perencanaan dari tiga diagnosa prioritas yang

merupakan hasil pengkajian secara langsung.

4.4 Implementasi

Kesenjangan yang terdapat antara tinjauan pustaka yaitu, pada tinjauan

pustaka membahas tentang pengertian pelaksanaan secara umum yaitu tentang

tindakan mandiri dan kolaboratif. Sedangkan pada tinjauan kasus membahas tentang

pelaksanaan yang sesui dengn perencanaan dan pelaksanaan.

4.4.1 Implementasi diagnosa keperawatan nyeri akut berhubungan dengan

inkontinitas jaringan

Pada implementasi tinjauan pustaka sama seperti tinjauan kasus. Dilakukan

tindakan seperti membina hubungan saling percaya, melakukan pengkajian nyeri


104

secara komperhensif, termasuk lokasi, karakteristik, frekuensi, durasi dan kualitas

nyeri, menanyakan biasanya nyeri berlangsung berapa lama, saat apa saja nyeri itu

timbul, saat bergerak atau saat dibuat tidur, mengobservasi reaksi non verbal dari

ketidaknyamanan akibat rasa nyeri dengan melihat wajah pasien yang tamapak

menyeringai, tangan klien yang masih memegangi perut atau area luka post operasi,

observasi skala nyeri yang dialami oleh klien dengan menggunakan face scala atau

diberi pilihan angka yang sekiranya menunjukan nyeri yang di rasakan klien saat

saat ini, mengajarkan teknik non farmakologi untuk mengurangi nyeri seperti teknik

relaksasi dan distraksi dengan nafas dalam yang inspirasinya di ambil dari hidung di

tahan selama 5 detik dan waktu ekspirasi di keluarkan melelui melalui mulut secara

perlahan, diulangi sampai rasa nyeri yang timbul berkurang atau dengan cara

mengalihkan perhatian supaya lupa jika terjadi nyeri, berkolaborasi dengan dokter

dan tim medis dalam pemberian terapi secara farmakologi atau pemeberian obat anti

nyeri dengan memberi obat analgesik seperti antraindan terapi secara farmakologi

yaitu dengan injeksi santagesik untuk mengurangi nyeri.

4.4.2 Implementasi diagnosa keperawatan defisit pengetahuan perawatan payudara

berhubungan dengan kurangnya informasi tentang perawatan payudara

Pada implementasi tinjauan pustaka tidak ada tinjauan kasus, pada putaka

berfokus pada beberapa diagnosa yang timbul sedangkan pada tinjauan kasus terdapat

kesenjangan saat mengkaji payudara pasien dengan cara melihat bagian putting masih

berkerak apa tidak dan melihat cairan ASI sudah lancar apa belum. Memberika

informasi tentang pentingnya gizi untuk klien menyusui dengan menganjurkan ibu

untuk makan sayuran dan makan makanan yang bergizi agar melancarkan
105

pengeluaran ASI. Memberikan informasi tentang perawatan payudara dengan

melakukan pemijatan pada payudara agara dapat membantu proses pengeluaran

ASI.Memberikan perawatan payudara dan puting susu serta memberikan kompres

dingin dan hangat dengan menganjurkan keluarga untuk mengkompres air dingin dan

hangat agar melancarakan proses pengeluaran ASI. Memberikan dorongan pada klien

untuk lebih sering menyusui bayinya dengan membantu klien menyusui dengan benar

menempatkan puting dan aerola benar masuk kedalam mulut bayi. Mengajarkan

perawatan payudara dengan mengajarkan klien membantu klien menjaga kebersihan

payudaranya.

4.4.3 Implementasi diagnosa keperawatan hambatan mobilitas fisik berhubungan

dengan nyeri akibat luka operasi

Pada implementasi tinjauan pustaka samaseperti tinjauan kasus. Pada kasus

anestesi yang digunakan yaitu SAB, hari pertama post operasi. dilakukan tindakan

seperti mengajarkan pada klien untk menggerakan ekstermitas bawah, mika miki,

duduk sampai jalan dalam jarak dekat, melakukan mika miki setelah 2-3 jam keluar

dari ruang pemulihan dan di susul dengan belajar duduk dan berjalan secara perlahan.

Memotivasi pasien agar mau belajar bergerak, sedikit menerangkan pada klien tahap-

tahap pemulihan post operasi. Membatasi aktivitas klien yang terlalu berat, tidak

diperbolehkan berjalan yang terlalu jauh atau mengangkat benda yang berat seperti

kursi atau meja kecil. Membantu klien dalam melakukan aktivitas mandiri klien yang

belum bisa dilakukan sendiri, meminta menggeser meja ke sebelahnya atau meminta

didampingi saat belajar berjalan karenatakut jatuh. Berkolaborasi dengan dokter atau
106

tim medis dalam pemberian terapi farmakologi, seperti memberi obat-obatan yang di

butuhkan oleh pasien dalam menunjang proses penyembuhan pasca operasi.

4.5 Evaluasi

Kesenjangan yang terdapat antara tinjauan pustaka dan tinjauan kasus yaitu pada

tinjauan pustaka membahas tentang evaluasi secara teori. Sedangkan pada tinjauan

kasus didapatkan data pendokumentasian evaluasi yang mengacu pada hasil dari

tindakan keperawatan yang dilakukan secara langsung kepada klien.

Pada tinjauan kasus padawaktu dilakukan evaluasi tentang nyeri akut

berhubungan dengan inkontinuitas jaringan dalam waktu 3x24 jam karena tindakan

yang tepat, klien juga melakukan apa yang diajarkan oleh perawat ajarkan untuk

mengatasi nyeri dan berhasil dilaksanakan dan tujuan serta kriteria hasil telah

tercapai sebagian. Pada defisit pengetahuan perawatan payudara berhubungan

dengan kurangnya informasi tentang perawatan payudara pada waktu 3x24 jam

dilakukan evaluasi klien diajarkan perawatan payudara sendiri secara mandiri dan

pemberian pemberian penyuluhan tentang pemberian ASI dengan benar dan

perawatan payudara pada ibu setelah melahirkan. Pada hambatan mobilitas fisik

berhubungan dengan nyeri akibat luka post operasi dalam waktu 3x24 jam karena

tindakan yang tepat klien juga melatih otot yang masih lemah secara bertahap, klien

mampu bergerak miring kanan/miring kiri karena nyeri dan berhasil dilaksanakan

tujuan serta kriteria hasil telah mencapai sebagian.


107

Pada akhir evaluasi semua tujuan dan kriteria hasil dapat dicapai karena adanya

kerja sama yang baik antara perawat dan klien serta keluarga klien dan tim kesehatan

lainnya. Hasil evaluasi pada Ny. M sudah sesuai dengan harapan, masalah teratasi

dan klien KRS pulang pada tanggal 3 januari 2019 jam 11.00 WIB.
107

BAB V

PENUTUP

Setelah punulis melakukan penelitian dan melaksanakan asuhan

keperawatan secara langsung pada klien dengan diagnosa Post Operasi Sectio

Caesarea dengan indikasi Preeklampsia Berat di ruang Nifas Mawar Merah No.

05 RSUD Bangil Pasuruan, maka penulis dapat menarik kesimpulan sekaligus

saran yang dapat bermanfaat dalam meningkatkan mutu asuhan keperawatan pada

klien Post Operasi Sectio Caesarea dengan indikasi Preeklampsia Berat.

5.1 Kesimpulan

Dari hasil yang telah dilakukan asuhan keperawatan pada Ny. M dengan

diagnosa Post Operasi Sectio Caesarea dengan indikasi Preeklampsia Berat di

ruang Nifas Mawar Merah No. 05 RSUD Bangil Pasuruan maka penulis dapat

mengambil kesimpulan sebagai berikut :

5.1.1 Pengkajian sangat penting pada klien post operasi sectio caesarea dengan

indikasi preeklampsia berat yang perlu diperhatikan saat pengkajian

adalah nyeri pada luka bekas operasi, selain pengeluaran ASI pada klien,

tingkat pengetahuan klien tentang penurunan mobilitas fisik karena luka

post operasi sectio caesarea. Pada pengkajian pemeriksaan fisik klien

post operasi sectio caesarea dengan indikasi preeklampsia berat

mengalami perubahan fisik diantaranya nyeri akut, defisit perawatan

payudara, hambatan mobilitas fisik.

5.1.2 Pada klien Post Operasi Sectio Caesarea akan mengalami beberapa

masalah keperawatan yang ditemukan pada tinjauan kasus adalah nyeri

108
108

aku, defisit perawatan payudara, hambatan mobilitas fisik. Ketiga

diagnosa tersebut muncul karena didapat data-data dari keadaan klien itu

sendiri.

5.1.3 Intervensi diagnosa keperawatan yang ditampilkan antara tinjauan

pustaka dan tinjauan kasus terjadi kesamaan namun masing-masing

intervensi tetap mengacu pada sasaran, kriteria hasil dan kriteria waktu.

5.1.4 Implementasi keperawatan dilakukan secara terkoordinasi dan

terintergasi untuk pelaksanaan diagnosa pada kasus tidak semua sama

pada tinjauan pustaka.

5.1.5 Evaluasi dilakukan penulis dengan metode per 24 jam dengan harapan

penulis dapat mengetahui perkembangan yang terjadi pada pasien setiap

saat. Pada akhir evaluasi semua tujuan di capai karena adanya kerja sama

yang baik antar klien, keluarga dan tim kesehatan.

5.1.6 Discharge planning yang disarankan pada klien anatara lain : anjurkan

klien utuk meneruskan latihan aktif dan pasif yang telah diperoleh selama

klien dirawat di rumah sakit, anjurkan istirahat yang cukup, istirahat akan

membantu percepat proses penyembuhan karena akan meminimalkan

inflamasi, bengkak dan nyeri, mempertahankan sendi untuk ROM,

kekuatan otot, anjurkan klien untuk tidak melakukan aktifitas yang berat,

anjurkan klien untuk mengkonsumsi makanan bergizi sayuran dan buah

untuk melancarkan pengeluaran ASI dan untuk proses penyembuhan

luka, minum obat sesui advice dokter dan segera periksa jika ada

keluhan, kontrol sesui advice dokter.


109

5.2 Saran

Berlatarbelakang kesimpulan diatas penulis memberikan saran sebagai berikut :

5.2.1 Ketertiban klien, keluarga dan tim kesehatan yang terjalin dengan baik

perlu ditingkatkan sehingga timbul rasa saling percaya, serta untuk

mencapai hasil keperawatan yang diharapkan.

5.2.2 Perawat sebagai petugas pelayanan kesehatan hendaknya lebih berpotensi

dengan memiliki pengetahuan dan keterampilan yang cukup serta dapat

bekerja sama dengan tim kesehatan lain dalam pemberian asuhan

keperawatan.

5.2.3 Untuk meningkatkan mutu pelayanan, dengan adanya penyuluhan pada

klien Post Operasi Sectio Caesarea dengan indikasi Preeklampsia Berat

seperti perawatan luka, serta nutrisi yang baik untuk penyembuhan luka,

mobilisasi dengan belajar mengerakkan badan miring ke kanan / miring

ke kiri sedikit demi sedikit, dan perawatan luka perlu dilakukan karena

dapat mempercepat penyembuhan luka, serta dapat meningkatkan mutu

pelayanan asuhan keperawatan.

5.2.4 Pemahaman dan pengembangan konsep kesehatan perlu ditingkatkan

secara komperhensif sehingga mampu untuk menerapkan asuhan

keperawatan dengan baik.


110

DAFTAR PUSTAKA

Deje. (2012). Hubungan Kejadian Preeklampsi Berat.www.rizkydeje.co.id.


Diakses pada tanggal 17 Juli 2018 pada pukul 20.00 WIB

Frieska. (2010). Pre eklampsi dan eklampsi.www.frieska.wordpress.com. Diakses


pada tanggal 17 Juli 2018 pada pukul 23.30 WIB

Hardhi, Amin. 2015. Asuhan keperawatan berdasarkan diagnosa medis dan


Nanda NIC-NOC. Yogyakarta: Medication

Heldayani. (2014). Laporan Pendahuluan Pada Ibu.www.railgunn.blogspot.co.id.


Diakses pada tanggal 18 Juli 06.00 WIB

Manuaba, Ida Bagus Gede. (2010). Ilmu Penyakit Kandungan dan KB.Jakarta :
EGC Mochtar, Rustam. 2007. Sinopsis Obstetri. Jakarta : EGC

Nafiss. (2014). Laporan Pendahuluan Preeklampsi Berat.www.4-


nafiss.blogspot.co.id. Diakses pada tanggal 18 Juli 2018 pada pukul 15.00
WIB

Prawirohardjo, Sarwono. 2007. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Tridasa Printer

Doenges, M.E. 2000. Rencana Asuhan Perawatan Materniotas/bayi. Jakarta :


EGC

Prawirohardjo, Sarwono. 2008. Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT.Bina Pustaka


Sarwono Prawirohardjo.

Rachmaan. (2011). Preeklampsi Konsep Dasar Berat.www.blogspot.co.id.


Diakses pada tanggal 20 Agustus 2008 pada pukul 20.00 WIB

Saifuddin, Abdul Bari. 2006. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan


Maternal dan Neonal. Jakarta: YBP-SP

Srondeng. (2013). Askep Preeklampsi Berat.www.blogspot.co.id. Diakses pada


tanggal 22 Agustus 2018 pada pukul 15.00 WIB

Suparyanto. (2012). Pre Eklampsi Keracunan Kehamilan.www.dr-


suprayanto.blogspot.co.id. Diakses pada tanggal 17 September 2018 pada
pukul 21.00 WIB

Prawirohadjo, S. (2008). Ilmu Kebidanan. Jakarta : YBP

Umara. (2012). Konsep Dasar Pre Eklampsi.www.kharisumy33.blogspot.co.id.


Diakses pada tanggal 17 September 2018 pada pukul 17.00 WIB
SATUAN ACARA PENYULUHAN

PERAWATAN PAYUDARA POST PARTUM

Pokok bahasan : Perawatan payudara post partum

Hari / tanggal : Sabtu, 1 januari 2019

Tempat : Ruang Mawar Merah (Nifas) No 05 RSUD Bangil

Sasaran : Ny. M

Waktu : 20 menit

I. Tujuan Intruksional Umum

Diharapkan setelah mengikuti kegiatan penyuluhan selama 1x20 menit

diharapkan Ny. M mengerti tentang perawatan payudara post partum.

II. Tujuan Intruksional Khusus

1. Dapat menjelaskan pengertian perawatan payudara post partum

2. Dapat menyebutkan tujuan perawatan payudara post partum

3. Mengerti tentang langkah-langkah perawatan payudara post partum

III. Materi

1. Pengertian perawatan payudara post partum

2. Tujuan dari perawatan payudara

3. Waktu pelaksanaan perawatan payudara post partum

4. Alat dan bahan perawatan payudara post partum

5. Langkah-langkah perawatan payudara


IV. Metode

1. Ceramah

2. Tanya jawab

3. Praktek

V. Media

1. Leaflet

2. Alat untuk perawatan payudara

VI. Kegiatan Penyuluhan

NO FASE KEGIATAN WAKTU

1 Pra Interaksi Menyiapkan acara satuan 17.00

penyuluhan, leflet

2 Kerja 1. Pembukaan 17.05

1) Membuka kegiatan

dengan salam

2) Memperkenalkan diri

3) Menjelaskan tujuan dari

acara penyuluhan yang

akan dilakukan

4) Menyebutkan materi yang

akan di sampaikan

2. Penyampaian materi

1) Menjelaskan sekaligus
mendemostrasikan

langsung/praktik ke

pasien

3. Diskusi dan tanya jawab

1) Memberi kesempatan

untuk bertanya

2) Menjelaskan hal-hal yang

tidak dimengerti oleh

pasien

4. Kesimpulan / evaluasi

1) Menanyakan kepada

peserta mengenai materi

yang telah disampaikan

dan klien menjawab

3 Terminasi Penutup 17.15

1) Mengucapkan terimakasih

atas peran serta klien

2) Mengucapkan salam penutup

VII. Kriteria Evaluasi

1. Evaluasi struktur

2. Klien hadir

3. Evaluasi proses

1) Pasien antusias terhadap materi penyuluhan


2) Pasien menganjurkan pertanyaan dan menjawab pertanyaan secara

benar

4. Evaluasi hasil

1) Pasien mengetahui tentang perawatan payudara

2) Pasien mengetahui tujuan dari perawatan payudara

3) Pasien mngetahui waktu pelaksanaan perawatan payudara

4) Pasien mengetahui alat dan bahan perawatan payudara

5) Pasien mengetahui langkah-langkah perawatan payudara


MATERI PENYULUHAN

1. Pengertian

Perawatan payudara adalah suatu tindakan untuk merawat payudara terutama

pada masa nifas (masa menyusui) untuk memperlancar pengeluaran ASI.

2. Tujuan

a. Memelihara kebersihan payudara

b. Melenturkan dan menguatkan putting susu

c. Memperlancar produksi ASI

3. Waktu

Dilakukan dua kali sehari pada waktu mandi pagi dan sore hari

4. Alat dan Bahan

4.1 Minyak zaitun/beby oil

4.2 Handuk

4.3 Kapas/kasa

4.4 Air hangat dalam baskom

4.5 Air dingin

5. Teknik Pelaksanaan

5.1 Letakkan handuk pada pundak

5.2 Ambil kasa untuk membersihkan payudara kiri dan bergantian ke payudara

kanan, sampai bersih dari kerak

5.3 Basahi kedua tangan telapak tangan menggunakan minyak zitun/baby oil

5.4 Pijat payudara dari atas kebawah menggunakan telapak tangan sebanyak

20-30 kali
5.5 Tangan kiri diletakkan di bawah payudara sebagai penyangga, jari

kelingking tangan kanan digunakan sebagai pemijat dari arah atas,

samping, bawah terus-menerus kearah putting sebanyak 20-30 kali.

5.6 Tangan kanan mengepal dan tangan kiri tetap sebangai penyangga

payudara, dilakukan pemijatan kearah putting sebanyak 20-30 kali, kiri

dan kanan

5.7 Putting di pelintir ke arah depan untuk merangsang putting keluar.


INFORMED CONSENT

Judul : ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. M DENGAN

DIAGNOSA MEDIS POST SECTIO CAESAREA DENGAN INDIKASI

PRE EKLAMPSIA BERAT DI RSUD BANGIL PASURUAN.

Tanggal pengambilan studi kasus 01 Januari 2019

Sebelum tanda tangan dibawah, saya telah mendapatkan informasi tentang

tugas pengambilan studi kasus ini dengan jelas dari mahasiswa yang bernama

MUFIDA INDAH ANGGRAINI proses pengambilan studi kasus ini dan saya

mengerti semua yang telah dijelaskan tersebut.

Saya setuju untuk berpartisipasi dalam proses pengambilan studi kasus ini

saya telah menerima salinan dari form ini.

Saya Ny.M

Dengan ini saya memberikan kesediaan setelah mengerti semua yang telah

dijelaskan oleh peneliti terkait dengan proses pengambilan studi kasus ini dengan

baik. Semua data dan informasi dari saya sebagai partisipasi hanya akan

digunakan untuk tujuan dari studi kasus ini.

Partisipan Saksi

(…………………) (…………………)

Peneliti

(………………….)

Anda mungkin juga menyukai