Anda di halaman 1dari 11

HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE DAN KEBIASAAN MINUM OBAT

PENDERITA KUSTA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS LEBITI KECAMATAN


TOGEAN KABUPATEN TOJO UNA-UNA

CORRELATION BETWEEN HYGIENE PERSONNEL AND HABIT OF TAKING


DRUG OF LEPROSY MEDICAL PATIENT AT OPERATING COUNTY OF LEBITI
PUBLIC HEALTH CENTRE (PUSKRESMAS), TOGEAN DISTRICT OF TOJO UNA-
UNA REGENCY.
1
Indra, 2Andi Bungawati, 3Hamidah
Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Muhammadiyah Palu
Email : indrandayoung12345@gmail.com
andibungawati638@yahoo.co.id
Hamidah.mida82@yahoo.com

Abstrak
Penyakit kusta adalah penyakit menular yang menahun dan disebabkan oleh kuman
kusta (mycobacterium leprae) yang menyerang saraf tepi, kulit, mukosa mulut, saluran
pernapasan bagian atas, system retikuoendotelial, mata, otot, tulang, dan testis kecuali
susunan saraf pusat. Penyakit kusta yang tidak berjalan dengan baik dikarenakan dengan
keterlambatan deteksi dini penderita kusta. Personal hygiene adalah suatu kebersihan diri
sendiri yang dilakukan untuk mempertahankan kesehatan. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui hubungan personal hygiene dan kebiasaan minum obat penderita kusta di
Wilayah Kerja Puskesmas Lebiti Kecamatan Togean Kabupaten Tojo Una-una. Jenis
penelitian ini adalah penelitian survey analitik dengan pendekatan cross sectional studi yang
digunakan untuk mengukur variabel independen dan variabel dependen secara bersamaan
untuk mengetahui hubungan personal hygiene dan kebiasaan minum obat penderita kusta.
Pengambilan sampel dilakukan dengan cara sampling jenuh/total sampling yang berjumlah
34 responden. Uji chi square menunjukkan bahwa hubungan personal hygiene dengan
penderita kusta dengan nilai ρ value = 0.596 atau ρ value >0.05 tidak ada hubungan yang
signifikan antara personal hygiene dengan penderita kusta. Sedangkan kebiasaan minum obat
dengan penderita kusta ρ value = 0.001 atau ρ value α < = 0.05 ada hubungan yang signifikan
antara kebiasaan minum obat dengan penderita kusta. Kesimpulan penelitian ini
menyarankan kepada pemegang program kusta agar tetap memberikan penyuluhan tentang
personal hygiene, penyuluhan penyakit kusta dan akibat bila tidak patuh minum obat kepada
penderita patuh/biasakan minum obat dengan bahasa yang mudah dimengerti/dipahami oleh
penderita.
Kata Kunci : Personal hygiene, kebiasaan minum obat, penderita Kusta

Abstract
Leprosy disease is chronic contaminating disease caused by mycobacterum leprae whic
attack edge of nerve, skin, oral mucosa, upper part of breathing channel, retikuoendotelial
system, eye, muscle, bone and testis except composition of central nerve. Leprosy disease
that does not run well is caused by the lateness of early detection of leprosy disese. Hygiene
personnel is self cleanliness done to maintain health. This research aims at finding out
relation of hygiene personnel and habit of taking drug of leprosy medical patient at
operating county of Lebiti Puskesmas of Togen district of Tojo Una-Una Regency. This is
analytical survey research using cross sectional studi approach to measure independent
variable and dependent variable at the same time to find out relation of hygiene personnel

63
and habit of taking drug of leprosy medical patien. Sample selection of 34 respondents was
done using total sampling technique.Chi-square test shows that relation of hygiene
personnel with leprosy medical patient at score of p value = 0,596 or p value > 0,05
indicates there is no significant correlation between hygiene personnel and leprosy medical
patient. While relation of habit of taking drug and leprosy medical patient is p value=0.001
or p value ɑ < 0,05 indicates that there is significant correlatio between habit of taking drug
and leprosy medical patient.Conclusion of this research suggests the executive of leprosy
remain giving councelling about hygiene personnel, counselling of leprosy disease and
effect if they are not obidient to take drug /habit of taking drug using language that is easily
understood by leprosy medical patient.
Keywords: hygiene personnel, habit of taking drug,leprosy medical patient.

64
Pendahuluan sebanyak 181.941 orang (Weekly
Penyakit kusta atau leprae adalah Epidemiological Report World Health
penyakit infeksi kronis yang disebabkan oleh Organization, 2011; WHO, 2012). Indonesia
bakteri Mycobacterium Leprae (M. leprae) dengan jumlah sebanyak 21.026 kasus
yang telah menyerang syaraf tepi dan menempati peringkat ketiga jumlah kasus
jaringan tubuh lainnya. Awalnya kuman ini kusta terbanyak di dunia setelah India dan
menyerang antara lain susunan saraf tepi, Brazil (Kurniawan, 2011 Dinas Komunikasi
kemudian menyerang kulit, mukosa, saluran dan Informatika Pemerintah Jawa Timur,
pernapasan, sistem retikuloendotelial, mata, 2012).
otot, tulang, dan testis, kecuali susunan saraf Pada tahun 2013, angka kasus kusta
pusat. Kusta atau disebut juga Morbus baru di Indonesia sebanyak 16.856 orang.
Hansen merupakan penyakit yang Angka penemuan kasus baru tersebut
menyerang kulit maupun saraf yang menjadikan Indonesia berada di peringkat
disebabkan oleh infeksi microbacterium ke-3 di dunia setelah India dan Brazil. Data
leprae. Kusta berasal dari bahasa sansekerta tahun 2013 menunjukkan 83,42% dari kasus
yaitu Kusta yang artinya kumpulan gejala baru merupakan kasus MB (Multi Basiler),
penyakit kulit secara umum (Nur Laili, 10,05% kasus cacat tk 2, dan 11,88% kasus
2016). anak. Tingginya proporsi kasus MB, cacat tk
Adapun faktor-faktor lain yang 2 dan anak di Indonesia menunjukkan masih
mempengaruhi keparahan penyakit kusta berlangsungnya penularan dan masih
adalah jenis kelamin, usia, pendidikan, tingginya angka keterlambatan dalam
pengetahuan, dan personal hygiene. Personal penemuan kasus baru (Sulteng, 2015).
hygiene penderita penyakit kusta
Provinsi Sulawesi Tengah telah
mempengaruhi tingkat keparahan pada
melaksanakan program pengendalian
penderita kusta tersebut. Personal hygiene
penyakit Kusta sejak tahun 1979 dengan
merupakan tindakan pemeliharaan
intensifikasi program pada tahun 1981
kebersihan dan kualitas kesehatan diri
dimana pada saat itu angka kesakitan
seseorang untuk kesejahteraan, baik fisik
(prevalensi) dengan random survey didapati
maupun psikisnya. Beberapa faktor yang
97/10.000 hingga 28/10.000 penduduk.
dapat mempengaruhi personal hygiene
Pengendalian penyakit kusta di Sulawesi
adalah : praktik sosial, citra tubuh, status
Tengah telah banyak mengalami kemajuan
social ekonomi, pengetahuan dan motivasi,
yaitu sejak tahun 2001 prevalensi kusta telah
budaya.
berkisar 1 – 2 / 10.000 penduduk., dan jika
Angka kejadian kusta dari tahun ke
kita melihat angka kesakitan 3 (tiga) tahun
tahun sudah menunjukkan penurunan,
terakhir (2012 s/d 2014) berangsur-angsur
namun angka tersebut masih tetap tergolong
turun, namun di akhir tahun 2015 angka
tinggi (WHO, 2010). Tahun 2009 jumlah
prevalensi (1,63/10.000 penduduk) dan
penderita kusta di dunia yang terdeteksi
penemuan kasus baru kusta (16,48/100.000
sebanyak 213.036 orang, tahun 2010
penduduk) terjadi peningkatan kasus dari
sebanyak 228.474 orang, tahun 2011
target indikator program untuk prevalensi
sebanyak 192.246 orang dan tahun 2012
65
rate <1/10.000 penduduk dan NCDR penyakit kusta Dipuskesmas Lebiti
<10/100.000 penduduk, yang dikarenakan Kecamatan Togean Kabupaten Tojo Una-
adanya kegiatan aktif penemuan kasus baru una sejumlah 34 orang. Seluruh popoulasi
digunakan sebagai sampel, tehnik
melalui Intensifikasi penemuan kasus baru di
pengambilan sampel yaitu menggunakan
5 (lima) Kabupaten/Kota yang angka metode sampling jenuh/total sampling.
prevalensinya masih di atas 1/10.000
penduduk serta kegiatan survey cepat desa Hasil
high endemis kusta. Berdasarkan data dari pemegang
Puskesmas Lebiti merupakan salah program kusta di puskesmas lebiti
satu puskesmas yang ada di kecamatan kecamatan togean, jumlah penderita kusta
Togean dari 13 kecamata yang ada di pada tahun 2016-2017 berjumlah 29 kasus
kabupaten tojo una-una yang terus-menerus namun pada tahun 2018 menjadi 34 kasus.
terlihat bahwa kondisi kesehatan yang masih Disebabkan karena ada 2 orang penderita
butuh diperhatikan dan apa-apa saja yang yaitu, 1 orang meninggal dunia dan 1 orang
perlu di evaluasi. Berdasarkan data dari pindah desa lain. Untuk secara jelas sebaran
Puskesmas Lebiti, jumlah penderita kusta responden, maka akan dibahas karakteristik
terbanyak yaitu di kecamatan Togean responden yang meliputi umur, jenis
dengan jumlah 19 kasus pada tahun 2015, kelamin, pendidikan dan pekerjaan, seperti
kemudian meningkat jumlah penderita kusta pada tabel di bawah ini.
terbanyak di kecamatan Togean di Distribusi responden berdasarkan
puskesmas lebiti dengan jumlah 29 kasus jenis kelamin dalam penelitian ini dapat
pada tahun 2016-2017 dan 5 kasus pada dilihat pada tabel dibawah ini.
tahun 2018.(7) Tabel 5.3
Distribusi Responden Berdasarkan Jenis
Metode Penelitian
Kelamin Penderita Kusta Di Wilayah
Penelitian ini merupakan metode
Kerja Puskesmas Lebiti Kecamatan
penelitian survey analitik dengan pendekatan
Togean
Cross Sectional studi, dimana data
menyangkut data variable independen dan Jenis Frekuens Persentasi
variable dependen di kumpulkan dan diteliti No Kelamin i (f) (%)
dalam waktu bersamaan. Lokasi peneliti ini 1 lakilaki 28 82.4
di Wilayah Kerja Puskesmas Lebiti 2 Perempuan 6 17.6
Kecamatan Togean Kabupaten Tojo Una-
Total 34 100.0
una. Dan belum pernah di lakukan penelitian
yang sama sebelumnya. Penelitian ini di Sumber : Data Primer, 2019
lakukan dari bulan April-Mei 2019. Populasi kelamin laki-laki berjumlah 28
adalah sekumpulan objek yang menjadi responden (82.4%) dan responden yang
pusat penelitian yang didalamnya
berjenis kelamin perempuan berjumlah 6
terkandung informasi yang ingin diketahui.
Populasi dalam penelitian ini adalah semua responden (17.6%).
penderita kusta yang ada di Wilayah Kerja Distribusi responden berdasarkan
Puskesmas Lebiti Kecamatan Togean pendidikan dalam penelitian ini dapat dilihat
dengan jumlah 34 orang penderita.Sampel pada tabel dibawah ini.
dalam penelitian adalah semua penderita
66
Tabel 5.4 Tabel 5.5 diatas menunjukkan
Distribusi Responden Berdasarkan distribusi responden yang bekerja sebagai
Pendidikan Penderita Kust Di Wilayah URT berjumlah 4 responden (11,8%),
Kerja Puskesmas Lebiti Kecamatan
responden yang sebagaian besar bekerja
Togean
sebagai petani berjumlah 13 responden
N Pendidika Frekuen Presentasi
(38.2%), responden yang bekerja sebagai
o n si (f) (%)
1 Tidak pedagang berjumlah 3 responden (8.8%),
7 20.6 responden yang bekerja sebagai PNS
Tamat SD
2 SD 18 52.9 berjumlah 1 responden (2.9%), dan
3 SMP 7 20.6 responden ke dua terbanyak dengan
4 Sarjana 2 5.9 pekerjaan lain-lain berjumlah 13 responden
Total 34 100.0 (38.2%). Pekerjaan lain-lain yaitu,
Sumber : data primer, 2019 responden yang bekerja sebagai penjahit
berjumlah 1 responden, responden yang
Tabel 5.4 diatas menunjukkan
bekerkja sebagai nelayan berjumlah 6
distribusi responden berdasarkan pendidikan
responden, responden bekerja sebagai
bahwa responden yang tidak tamat SD
tukang batu berjumlah 2 responden,
berjumlah 7 responden (20.6%), responden
responden yang bekerja sebagai tukang kayu
yang yang berpendidikan SD berjumlah 18
berjumlah 1 responden, dan responden yang
responden (52,9%), responden yang
bekerja sebagai buruh berjumlah 3
berpendidikan SMP berjumlah 7 responden
responden.
(20,6%), dan responden yang berpendidikan
sarjana berjumlah 2 (5.9%).
Hasil Penelitian
Distribusi responden berdasarkan
Analisis Univariat dilakukan untuk
pekerjaan dalam penelitian ini dapat dilihat
melihat distribusi frekuensi dari setiap
pada tabel dibawah ini.
variabel independen yaitu Personal Hygiene
Tabel 5.5 dan kebiasaan minum obat. Sedangkan
Distribusi Responden Berdasarkan variabel dependennya yaitu penderita kusta
Pekerjaan Penderita Kusta Di Wilayah di Wilayah Kerja Puskesmas Lebiti
Kerja Puskesmas Lebiti Kecamatan Kecamatan Togean.
Togean Hasil wawancara dengan
Frekue Present menggunakan alat ukur kuisioner,
No Pekerjaan nsi (f) asi (%) didapatkan presentase dari personal hygiene
1 URT 4 11.8 dan kebiasaan minum obat penderita kusta di
2 Petani 13 38.2 Wilayah Kerja Puskesmas Lebiti Kecamatan
3 Pedagang 3 8.8 Togean.
4 PNS 1 2.9
5 Lain-lain 13 38.2
Total 34 100.0
Sumber : Data Primer, 2019

67
Tabel 5.6 2 TIDAK 2 5,9
Distribusi Frekuensi Pernyataan Total 34 100
Responden Penderita Kusta Di Wilayah Sumber : Data Primer, 2019
Kerja Puskesmas Lebiti Kecamatan
Togean Tabel 5.8 diatas menunjukkan
No Penderita Frekuensi Persentasi
distribusi responden kebiasaan minum obat
Kusta (f) (%)
1 YA 30 88,2 yang mengatakan Ya berjumlah 32
2 TIDAK 4 11,8 responden (94,1%) dan kebiasaan minum
Total 34 100 obat yang mengatakan Tidak berjumlah 2
Sumber : Data Primer, 2019 responden (5.9%).
Tabel 5.6 diatas menunjukkan
distribusi responden penderita kusta yang PEMBAHASAN
mengatakan Ya berjumlah 30 responden Berdasarkan tabel 5.6 di halaman
(88,2%) dan responden penderita kusta yang 60 menunjukkan bahwa responden yang
mengatakan Tidak berjumlah 4 responden menyatakan Ya pada kuesioner personal
(11,8%). hygiene sebanyak 34 responden (100%)
Tabel 5.7 sedangkan yang menyatakan Tidak sebanyak
Distribusi Frekuensi Pernyataan 0 (0%).
Responden Berdasarkan Personal Berdasarkan hasil uji chi square uji
Hygiene pada Penderita Kusta Di statistik ρ value = 0.596 atau ρ value >0.05
Wilayah Kerja Puskesmas Lebiti yang artinya Ho diterima menunjukkan
Kecamatan Togean
bahwa tidak ada hubungan yang signifikan
No Personal Frekuensi Persentasi
Hygiene (f) (%) antara personal hygiene dengan penderita
1 YA 34 100 kusta.
2 TIDAK 0 0 Hasil penelitian ini sejalan dengan
Total 34 100 penelitian Tia Kiki Andani (2016)
Sumber : Data Primer, 2019 menunjukkan bahwa personal hygiene
berdasarkan hasil penelitian yang berjudul
Tabel 5.7 diatas menunjukkan “Gambaran Perawatan Personal Hygiene
distribusi responden personal hygiene yang Pada Klien Penyakit Kusta Di Puskesmas
mengatakan Ya berjumlah 34 responden Padas Kabupaten Ngawi” bahwa sebagian
(100%), dan responden personal hygiene besar memiliki perawatan yang cukup. Hasil
yang mengatakan Tidak berjumlah 0 (0%). ini berarti bahwa sebagian besar responden
Tabel 5.8 telah melakukan tindakan perawatan
Distribusi Frekuensi Pernyataan personal hygiene dengan cukup baik.
Responden Berdasarkan Kebiasaan Perawatan diri atau kebersihan diri
Minum Obat pada Penderita Kusta Di
Wilayah Kerja Puskesmas Lebiti (personal hygiene) merupakan perawatan
Kecamatan Togean diri sendiri yang dilakukan untuk
No Penderita Frekuensi Persentasi mempertahankan kesehatan, baik secara fisik
Kusta (f) (%) maupun psikologis. Pemenuhan perawatan
1 YA 32 94,1 diri dipengaruhi oleh faktor budaya, nilai

68
sosial pada individu, pengetahuan terhadap antara lain mereka tidak melakukan
perawatan diri, serta persepsi terhadap pemeriksaan gigi secara rutin,
perawatan diri. membersihkan mulut hanya sehabis mandi,
Beberapa perawatan personal dan menggunakan pasta gigi sama dengan
hygiene pada klien kusta meliputi perawatan anggota keluarga lainnya. Distribusi jawaban
kulit, perawatan kaki dan kuku, perawatan responden perilaku perawatan rambut
mulut dan gigi, perawatan rambut, menunjukkan sebagian besar memiliki
perawatan mata, telinga dan hidung (Isro’in perilaku yang cukup.
dan Andarmoyo, 2012). Hasil penelitian ini menunjukkan
Kulit merupakan salah satu aspek bahwa sebagian besar responden memiliki
vital yang perlu diperhatikan dalam hygiene perilaku yang cukup baik dalam perawatan
perorangan. Kulit merupakan pembungkus rambut meliputi keramas secara teratur
yang elastik, yang melindungi tubuh dari minimal 2x dalam seminggu, keramas
pengaruh lingkungan sehingga diperlukan menggunakan shampoo, keringkan rambut
perawatan yang adekuat (cukup) dalam secara alami setelah keramas, menyisir
mempertahankan fungsinya (Isro’in dan rambut dengan lembut, dan memotong
Andarmoyo, 2012). Haince (2012) dalam rambut secara teratur (Isro’in dan
Endah Puspitaningrum et. al (2012) tindakan Andarmoyo, 2012). Perilaku rambut yang
yang dilakukan untuk menjaga kebersihan cukup dalam penelitian ini salah satunya
dan kesehatan kulit meliputi mandi minimal disebabkan jenis kelamin responden
2x sehari, mandi menggunakan sabun, sebagian besar laki-laki. Laki-laki pada
gunakan krim pelembab untuk tetap menjaga umumnya tidak memperhatikan keadaan
kelembapan kulit, mengkonsumsi makanan rambutnya karena dianggap bukan sebagai
yang bergizi, dan hindari pemakaian sabun, hal yang berhubungan dengan
handuk, pakaian secara berjamaah. penampilannya.
Faktor yang berhubungan dengan Penelitian Yuliana (2012) yang
perilaku perawatan mulut dan gigi yang meneliti hubungan tingkat kecacatan dengan
kurang baik adalah tidak melakukan gambaran diri (body image) pasien kusta di
pemeriksaan gigi secara rutin hanya ketika RS Kusta Donorojo Jepara, menunjukkan
mengalami masalah pada gigi, serta masih bahwa perilaku kebersihan diri responden
menggunakan pasta gigi yang juga terhadap rambut sebagian besar adalah
digunakan oleh anggota keluarga lainnya. kurang, hal ini disebabkan sebagian besar
Penelitian tentang perilaku responden penelitian adalah laki-laki.
perawatan mulut dan gigi yaitu penelitian Distribusi jawaban responden tentang
Syamsuar (2012) tentang gambaran faktor perilaku perawatan mata, telinga dan hidung
yang berhubungan dengan penderita kusta di menunjukkan sebagian besar memberikan
Kecamatan Tamalate Kota Makassar. jawaban yang kurang.
Penelitian ini menunjukkan bahwa hygiene Hasil penelitian ini menunjukkan
personal pada pasien kusta sebagian besar bahwa sebagian besar responden kurang
kurang baik. Beberapa hal yang menjadikan memperhatikan perawatan mata, telinga dan
perilaku personal hygiene pasien rendah hidung yang meliputi men jadwalkan
69
pemeriksaan mata secara rutin biasanya Hasil penelitian ini sesuai dengan
dilakukan selama mandi dan membersihkan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh
dengan waslap pembersih yang dilembabkan Yuliana (2012) yang meneliti hubungan
dalm air, membersihkan serumen yang ada tingkat kecacatan dengan gambaran diri
didalam telinga dan daun telinga secara (body image) pasien kusta di RS Kusta
teratur, dan membersihkan sekret yang ada Donorojo Jepara. Penelitian ini
didalam hidung secara teratur. menunjukkan bahwa sebagian besar
faktor yang berhubungan dengan responden memiliki body image yang positif
perilaku personal hygiene pada mata, telinga terhadap dirinya, sehingga menyebabkan
dan mulut yang kurang baik karena adanya mereka rajin untuk merawat kulitnya karena
faktor ekonomi dan lingkungan. Faktor dianggap mampu mempertah-ankan keadaan
ekonomi menunjukkan sebagian besar kulitnya serta meningkatkan kualitas
responden merupakan kelompok yang tidak hidupnya. Hal ini sejalan dengan teori jenis-
bekerja sehingga dianggap memiliki jenis perawatan personal hygiene. Personal
ketergantungan ekonomi kepada orang lain hygiene dalam kehidupan sehari-hari
atau anggota keluarga lainnya. Tingkat kebersihan merupakan hal yang sangat
ekonomi yang rendah menyebabkan penting dan harus diperhatikan karena
kemampuan mereka untuk memenuhi kebersihan akan mempengaruhi kesehatan,
kebutuhan kesehatnnya menjadi berkurang. kenyamanan, keamanan dan kesejahteraan.
Mereka mungkin mengetahui harus Oleh karenanya seseorang dituntut mengerti
memeriksakan telingan hidung dan mata tentang apa kebersihan diri/personal hygiene
secara teratur, namun karena keterbatasan (Perry dan Potter, 2009).
ekonomi menyebabkan mereka tidak dapat Bedasarkan tabel 5.7 pada halaman
melakukan kegiatan tersebut. 61 diatas menunjukkan distribusi responden
Hal ini sebagaimana hasil penelitian kebiasaan minum obat yang mengatakan Ya
Tantut (2010) tentang pengalaman klien berjumlah 32 responden (94,1%) dan
dewasa menjalani perawatan kusta di kebiasaan minum obat yang mengatakan
wilayah kerja Puskesmas Jenggawah Tidak berjumlah 2 responden (5.9%).
Kabupaten Jember Jawa Timur. Penelitian Berdasarkan hasil uji statistik chi
ini menunjukkan bahwa salah satu perilaku square ρ value = 0.001 atau ρ value α < =
perawatan yang kurang baik pada pasien 0.05 yang artinya Ho ditolak menunjukkan
kusta adalah perawatan mata, telinga dan bahwa ada hubungan yang signifikan antara
hidung. Pasien merasa enggan untuk pergi kebiasaan minum obat dengan penderita
ke puskesmas untuk memeriksakan mata, kusta.
hidung, dan telinga karena menganggap Hasil penelitian ini sejalan dengan
tidak penting dan harus mengeluarkan biaya Naeli Robikhati Zakiyyah, Irwan Budiono,
transportasi ketika pergi ke Puskesmas, Intan Zainafree (2015) yang berjudul
sedangkan mereka tidak merasa ada “Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan
gangguan pada mata hidung dan telinganya Tingkat Kepatuhan Minum Obat Penderita
pada saat itu. Kusta Di Kabupaten Brebes”. Hasil analisis
yang diperoleh dari uji alternatif chi square
70
dengan penggabungan sel menunjukkan dalam menjalani hidup tanpa rasa malu dan
bahwa nilai p value 0,001 (< α = 0,05), rendah diri sehingga penderita kusta mau
sehingga Ha diterima, yang artinya ada menjalani pengobatan secara tuntas
hubungan antara dukungan keluarga (Zakiyyah, 2015).
responden dengan tingkat kepatuhan minum
KESIMPULAN DAN SARAN
obat penderita kusta di Kabupaten Brebes.
Pengetahuan responden adalah Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan
pengetahuan mengenai penyakit kusta yang bahwa : Tidak ada hubungan personal
diterima langsung dari petugas kesehatan hygiene dengan penderita kusta di Wilayah
sewaktu berobat sehingga diharapkan dapat Kerja Puskesmas Lebiti Kecamatan Togean
merubah perilaku untuk teratur berobat Kabupaten Tojo Una-una, dimana ρ value =
0.596 atau ρ value >0.05 yang artinya Ho
maupun minum obat untuk mencapai
diterima menunjukkan bahwa tidak ada
kesembuhan. Penyuluhan intensif secara hubungan yang signifikan antara personal
langsung maupun tidak langsung dapat hygiene dengan penderita kusta. Ada
meningkatkan pengetahuan yang akhirnya hubungan kebiasaan minum obat dengan
akan mendorong meningkatkan pengetahuan penderita kusta ρ value = 0.001 atau ρ value
berobat maupun minum obat. α < = 0.05 yang artinya Ho ditolak
Pengetahuan tentang pengobatan menunjukkan bahwa ada hubungan yang
signifikan antara kebiasaan minum obat
kusta yang rendah bisa diakibatkan oleh
dengan penderita kusta.
beberapa faktor, diantaranya yaitu rendahnya Berdasarkan hasil keterbatasan
pendidikan yang pernah ditempuh maupun penelitian dan simpulan penelitian, maka
kurangnya informasi tentang kusta yang peneliti dapat menyampaikan saran
diterima oleh masyarakat. Pengetahuan yang penelitian sebagai berikut : Perlu
rendah bisa berpengaruh terhadap sikap dan memberikan pelatihan bagi pemegang
perilaku masyarakat terhadap kesehatan, program kusta, memberikan apresiasi atau
dalam hal ini adalah ketidakpatuhan minum penghargaan kepada petugas kesehatan di
obat dikarenakan merasa tidak sembuh puskesmas atas hasil kerja keras mereka
sembuh atau merasa bosan. dalam melakukan pelacakan dan pengobatan
penderita kusta, menambah jumlah tenaga
Hal ini sejalan dengan teori
kesehatan baik di puskesmas pembantu
Pengobatan yaitu suatu proses
(Pustu) agar dapat meningkatkan pelayanan
menyembuhkan yakni dengan menggunakan
kesehatan kepada masyarakat serta selalu
alat bantu. Alat bantu tersebut dapat berupa
mengawasi kualitas pelayanan kesehatan di
alat bantu terapi maupun berupa obat-obatan
puskesmas, dan puskesmas pembantu
beserta lainnya, baik dilakukan dengan
(Pustu).
perlengkapan medis modern maupun
tradisional. Maka dari itu untuk mengatasi DAFTAR PUSTAKA
permasalahan yang dihadapi penderita kusta,
dibutuhkan peran keluarga yang dapat Akidah Amin., Ar, 2014. Hubungan Antara
memberikan dukungan atau semangat untuk Konsep Diri Dengan Efektifitas
Mekanisme Koping Pada Pasien
lebih meningkatkan kesadaran dan harga diri

71
Kusta Di Rs Dr Tadjuddin Chalid Direktorat Jenderal Pengendalian
Makassar . Jurnal Ilmiah Penyakit Dan Penyehatan
Kesehatan Diagnosis Volume 4 Lingkungan
Nomor 6 Tahun 2014 ● Issn :
2302-1721 Kementerian Kesehatan RI. 2012. Pedoman
Nasional Program Pengendalian
Alif Farkhanan Nur Laili, 2016. Hubungan Penyakit Kusta. Jakarta :
Dukungan Keluarga Dan Kementerian Kesehatan Republik
Pengetahuan Terhadap Indonesia.
Perawatan Diri Penderita Kusta
Di Puskesmas Grati Tahun 2016. Naeli Robikhati Zakiyyah, dkk, 2015.
The Indonesian Journal Of Public Faktor-Faktor Yang Berhubungan
Health, Vol. 12 No. 1, Desember Dengan Tingkat Kepatuhan
2016: 13–226 Minum Obat Penderita Kusta Di
Kabupaten Brebes. Unnes Journal
Andani, 2016. Gambaran Perawatan of Public Health (3) (2015.
Personal Hygiene Pada Klien
Penyakit Kusta Di Puskesmas Notoatmojo, Soekidjo. 2010. Metodeologi
Padas Kabupaten Ngawi Penelitian Kesehatan.Jakarta
Rineka Cipta
Endah Puspitaningrum et. al (2012). Jurnal
kesehatan 5 (1): 45-55 Notoatmodjo, 2003. Promosi Kesehatan dan
Teori perilaku. Rieneka cipta.
Fahimah Ulfa,2015. Skripsi Kualitas Hidup Jakarta
Orang Yang Pernah Menderita
Kusta (Oypmk) (Studi Kasus Di Oilev oil, 2011. Teori perilaku.
Wilayah Kerja Puskesmas http://deslanik.blokspot.com/2011/
Jenggawah Dan Di Wilayah Kerja 07/teori-perilaku-psikologi.html
Puskesmas Kemuningsari Kidul diakses tagal 22 februari 2019
Kabupaten Jember) Perry, Potter, 2009. Fundamental
Haince (2012). Personal behavior and Keprawatan : Konsep, Proses,
enviroment risk and protective Dan Praktik. Jakarta : EGC
factor. Profil Kesehatan Provinsi Sulawesih
Isro’in, L. Andarmoyo, S. (2012). Personal Tengah, 2015. Pemerintah
Hygiene Konsep, Proses Dan Provinsi Sulawesi Tengah Dinas
Aplikasi Dalam Praktik Kesehatan UPT Survailan, Data
Keperawatan . Graha Ilmu: dan Informasi
Yogyakarta Pusat Data dan Informasi Kemenkes RI,
Kevin Wewengkang, dkk. 2016. 2018. InfoDatin Kusta “Hapuskan
Pencegahan Kecacatan Akibat Stigma dan Diskriminasi
Kusta Di Kota Manado. Jurnal Terhadap Kusta”. ISSN 2442-
Kedokteran Komunitas Dan 7659 Hal 2-9.
Tropic : Vol 4 No 2 Mei 2016 Qurratul Aini, 2017. Skripsi Gambaran
Kementerian Kesehatan RI, 2012. Pedoman Pelaksanaan Survailans Kusta Di
Nasional Program Pengendalian Kabupaten Jember
Penyakit Kusta. Jakarta :

72
Rejeki, S. 2015. Sanitasi Hygiene dan K3. Tukiman dan Mukhlis, 2014. Hubungan
Bandung : Penerbit Rekayasa Pengetahuan Dan Sikap Keluarga
Sains Dengan Proses Penyembuhan
Pada Penderita Kusta Di
Rimbi, N. 2014. Buku Cerdik Penyakit- Kabupaten Bengkalis Riau. Jurnal
penyakit Menular. Jogjakarta: Keluarga Sehat Sejahtera Vol. 12
Saufa. (23) Juni 2014 Issn : 1693 - 1157
Sulaeman ES, 2014. Manajemen Kesehatan. Yusi Prelian Saputri, 2017. Skripsi
Yogyakarta : Gadja Mada Hubungan Antara Dukungan
University press. Social Keluarga Dengan
Syamsuar. 2012. Pengalaman klien dewasa Kepatuhan Minum Obat Pebderita
menjalani perawatan kusta Kusta (Studi Di Kecamatan
diwilayah kerja Puskesmas Balung Dan Puger Kabupaten
Jengawah Jember Kabupaten Jember)
Jember Jawa Timur. Thesis Zulkifli, 2003. Penyakit Kusta dan Masalah
Sekolah Universitas Indonesia, yang Ditimbulkannya. Artikel [serial on
Magister Ilmu Keperawatan line].
Kekhususan Keperawatan http://library.usu.ac.id/download/fkm/fkm-
Komunitas .Diakses Tanggal 04 zulkifli2.pdf. [21 September 2014]
Januari 2015
Superzeki Zaidatul Fadilah, 2013. Skripsi
Hubungan Dukungan Keluarga
Dengan Depresi Penderita Kusta
Di Dua Wilayah Tertinggi Kusta
Di Kabupaten Jember
Sri Hidayanti, 2017. Skripsi Sanitasi Rumah
Dan Personal Hygiene Dengan
Kejadian Penyakit Kusta Tipe
Multi Basiler (Studi Di
Kecamatan Sumberbaru
Kabupaten Jember Tahun 2016)
Yuliana, 2012. Hubungan Tingkat
Pengetahuan Tentang Penyakit
Kusta dengan Perilaku Personal
Hygiene Pada Penderita Kusta Di
Puskesmas Padas Kabupaten
Ngawi, Pascasarjana Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan „Aisyiyah
Surakarta
Tia Kiki Andani, 2016. Gambaran
Perawatan Personal Hygiene
Pada Klien Penyakit Kusta Di
Puskesmas Padas Kabupaten
Ngawi
73

Anda mungkin juga menyukai