Anda di halaman 1dari 11

Jurnal Ners LENTERA, Vol. 4, No.

1, Maret 2016

FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL INDIVIDU


PENDERITA KUSTA DALAM POLA PENCARIAN PENGOBATAN DI
WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUDIMORO KABUPATEN PACITAN

(The Internal and External Individual Factor of Leper in Medication Seeking


Pattern at Public Health Center of Sudimoro Pacitan)

Priyoto
Fakultas Keperawatan, STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun
Jl. Taman Praja No 25 kecamatan Taman Kota Madiun; Telp (0351) 491947
Email: priyo2014@gmail.com

ABSTRAK
Pendahuluan: Penyakit kusta merupakan penyakit menular yang tersebar
diseluruh dunia. Indonesia menempati urutan ke-3 terbanyak penderita kusta,
tahun 2013 jumlah penderita kusta sebanyak 23.169 kasus yang tercatat
mengalami kenaikan jumlah 2.025 orang atau 10,11% dari jumlah sebelumnya.
Tujuan penelitian untuk menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan
pola pencarian pengobatan diwilayah kerja puskesmas Sudimoro Kabupaten
Pacitan. Metode: Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan
rancangan cross sectional dengan melakukan wawancara menggunakan kuesioner.
Sampel penelitian adalah semua penderita kusta yang berobat kepuskesmas
Sudimoro bulan 57 responden. Hasil: Hasil penelitian menunjukkan adanya
gambaran antara dukungan keluarga dengan pola pencarian pengobatan penderita
kusta, adapaun variabel yang tidak berhubungan adalah umur, jenis kelamin,
pekerjaan, kepercayaan, pengetahuan,sikap, peran tetangga dalam pola pencarian
pengobatan, akses kelayanan kesehatan. Pembahasan: Dukungan dari keluarga
sangat menentukan sembuh atau tidak nya penderita kusta dalam menjalani
pengobatan pada proses yang lama, baik pada saat sebelum mencari pengobatan
medis maupun saat menjalani pengobatan. Kesimpulan: dari faktor eksternal
individu penderita kusta dukungan keluarga memiliki hubungan yang signifikan
terhadap pola perilaku pencarian pengobatan kusta di Puskesmas Sudimoro
Kabupaten Pacitan.
Kata Kunci: perilaku, pola pencarian pengobatan, kusta

ABSTRACT
Introduction: Leprosy represents contagious diseases which spread in all over
the world. Indonesia occupied as the third sequence of leper, in 2013 found that
the amount of leper were 23.169 cases which increased on level of 2.025 people
or 10,11% of the previous case. The purpose of this study was to analyze factors
related to medication seeking pattern in public health center of Sudimoro Pacitan
Sub-Province. Method: This study was a descriptive quantitative study using
cross-sectional design. The sample was all of leper who seek for medication at
public health center of Sudimoro, sample size was 57. Data was obtained by using
questionnaire technique of interview and analyzed by using univariate and
bivariate technique. Result: The result of this study showed there was a
correlation between family support and medication seeking pattern of leper,

40
Jurnal Ners LENTERA, Vol. 4, No. 1, Maret 2016

uncorrelated variables were age, gender, occupation, trust, knowledge, attitude,


neighbor role in medication seeking pattern and health service access. The main
related significant factors were family support with individual medication seeking
pattern of leper. Discusion: Support from family is crucial for healed or not the
treatment of lepers in the old process, either at the time before seeking medical
treatment or while undergoing treatment. Conclusion: From the external factors
of lepers, individual family support had a significant correlation with the leprosy
pattern of behavior in seeking treatment in public health center of Sudimoro
Pacitan.
Keywords: behavior, medication seeking pattern, leprosy

PENDAHULUAN Indonesia masing-masing dengan


Penyakit kusta merupakan jumlah penderita 38.170 orang dan
salah satu penyakit menular yang 21.026 orang. Program
menimbulkan masalah yang sangat pemberantasan penyakit kusta di
kompleks. Masalah yang dimaksud Indonesia saat ini ditujukan untuk
bukan hanya masalah dari segi mencapai target eliminasi kusta
medis, tapi juga meluas ke masalah tahun 2010, sesuai target yang
sosial, budaya, ekonomi, keamanan, dicantumkan oleh WHO, yaitu
dan juga ketahanan nasional tercapainya penurunan prevalensi
(Depkes, 2010). Penyakit kusta pada kusta sebesar 1 per 10.000 penduduk.
umumnya terdapat di negara yang Provinsi Jawa Timur menduduki
sedang berkembang sebagai akibat urutan pertama di Indonesia.
keterbatasan negara tersebut dalam Penemuan kasus baru di Jawa Timur
memberikan pelayanan yang sebanyak 5284 kasus atau sekitar 1/3
memadai dalam bidang kesehatan, dari jumlah seluruh penderita baru di
kesejahteraaan sosial ekonomi pada Indonesia. Wilayah yang paling
masyarakat. Penyakit kusta sampai banyak memiliki penderita kusta
saat ini masih ditakuti masyarakat, yakni di Madura dan pantai utara
keluarga termasuk sebagian petugas Pulau Jawa. (Basaria, 2007).
kesehatan ( Effendi, 2005). Hal ini Kejadian reaksi pada penderita kusta
disebabkan masih kurangnya lebih sering terjadi pada umur 15
pengetahuan atau pengertian, tahun lebih. Kejadian reaksi kusta
kepercayaan yang keliru terhadap umumnya sebesar 30,9% pada saat
kusta dan akibat yang awal kunjungan. Insiden paling
ditimbulkannya.( Leliatri, 2011). tinggi terjadi antara 6 sampai 12
Menurut laporan World bulan setelah dimulai pengobatan
Weekly Epidemiology Report MDT. ( Dinkes Pacitan, 2014)
mengenai kusta, bahwa insiden Dalam penelitian Dian (2005)
tertinggi penyakit kusta terjadi di dikabupaten Blora ditemukan
India sebanyak 87.190 orang pada penderita baru 13,0% adalah kasus
tahun 2009. Peringkat kedua dan anak dengan cacat tingkat 2,
ketiga terdapat di negara Brazil dan sehingga prevalensinya melebihi
41
Jurnal Ners LENTERA, Vol. 4, No. 1, Maret 2016

angka batas yang ditetapkan oleh Data Dinas kesehatan


WHO, hal ini menggambarkan menyebutkan penderita kusta
keterlambatan dalam pencarian terbanyak tersebar di wilayah
pengobatan penderita kusta kecamatan Sudimoro, Ngadirojo,
kelayanan kesehatan terdekat. Tulakan. Dilihat dari
Demikian halnya pada penelitian perkembangannya, jumlah wilayah
(Arief, 2006) Di Makasar terhadap itu turun dibanding tahun
pola pencarian pengobatan penderita sebelumnya, Sejauh ini, pemerintah
kusta sebanyak 151 penderita kabupaten Pacitan terus berupaya
mengugkapkan tentang penyakit memberikan pemahaman kepada
kusta adalah penyakit keturunan dan masyarakat dengan mendirikan
penyakit akibat sihir dan guna-guna. semacam lokasi khusus penanganan
Angka prevalensi yang kusta di Kecamatan Ngadirojo. Para
ditetapkan WHO yaitu sebesar 0,70 tenaga medis dan dokter yang
per 10.000 penduduk. Hampir setiap bertugas di wilayah kantong kusta
tahun ditemukan kasus baru. Untuk juga mendapatkan pelatihan,
tahun 2009 ditemukan 24 orang contohnya di wilayah kerja
penderita yang terdiri dari 6 Puskesmas Sudimoro.
penderita tipe PB dan 18 orang tipe Program pemberantasan
MB. Jumlah kasus baru ditemukan penyakit kusta dikabupaten Pacitan
sebanyak 19 orang sehingga jumlah dengan Regimen MDT (multydrug
penderita terdaftar 43 penderita. Data Therapy) telah dilaksanakan sejak
lain dari dinas Kabupaten Pacitan 1988 di 3 puskesmas, kemudian
tahun 2010 untuk tipe PB sebanyak berkembang diseluruh puskesmas
20 penderita sedangkan tipe MB yang ada kejadian kusta dipacitan
sebanyak 30 penderita sedangkan yaitu 8 Puskesmas. Kegiatan
kasus baru ada 21 penderita, untuk pemberantasan penyakit kusta
tahun 2010 total terdaftar berjumlah dilaksanakan secara integrasi dengan
71 penderita. Untuk tahun 2014 kegiatan yang ada dipuskesmas
jumlah penderita ada 19 penderita artinya pemeriksaan penderita dan
yang terdiri dari tipe PB 4 penderita, pengobatan dilakukan dipuskesmas
tipe MB berjumlah 15 penderita serta penderita tidak diisolasi. Tujuan
penemuan kasus baru berjumlah 8 jangka pendek yaitu menemukan
penderita. Data yang lain juga kasus baru dan pemberian MDT
menyebutkan proporsi dengan cacat untuk semua kasus serta menemukan
tingkat 1 dan 2 tahun 2010 sebesar angka kecacatan. Untuk tujuan
12,80 %, tahun 2011 sebesar jangka menengah eliminasi kusta
13,22%, tahun 2013 0,70%, dengan menurunkan angka kesakitan
sedangkan kasus kusta pada anak menjadi 1 per 10.000 penduduk.
mengalami penurunan hanya ada 2
penderita pada tahun 2014.

42
Jurnal Ners LENTERA, Vol. 4, No. 1, Maret 2016

BAHAN DAN METODE adanya kebebasan dalam menjawab


Jenis penelitian ini adalah kuesioner tanpa pengaruh dari orang
penelitian kuantitatif, menggunakan lain serta data sekunder yang
rancangan penelitian penjelasan meliputi laporan hasil penelitian,
Deskriptif dengan pendekatan cross jurnal, referensi atau leteratur dari
sectional. Variabel dependen berbagai sumber buku dan media,
penelitian ini adalah pola pencarian laporan jumlah penderita kusta dari
pengobatan penderita kusta, program P2M tersebut. Sedangkan
sedangkan variabel independen untuk membuktikan keabsahan
meliputi karakteristik karakteristik kuesioner yang digunakan dalam
penderita kusta yang terdiri dari penelitian ini Uji validitas dan
umur, tingkat pendidikan, status reliabilitas dilakukan kepada ibu
pernikahan, pekerjaan, pendapatan hamil yang berjumlah 30. Uji
dalam keluarga kepercayaan, Validitas dengan menggunakan uji
pengetahuan, sikap, peranan tetangga korelasi product moment, sedangkan
dalam memperoleh pengobatan, uji reliabilitas menggunakan uji
akses menuju layanan kesehatan statistik alpha cronbach (r alpha).
terdekat. Data yang telah terkumpul
Populasi dalam penelitian ini dianalisis univariat dengan cara
adalah semua penderita kusta yang distribusi frekuensi, sedangkan
berobat pada tahun 2015 di UPT analisis bivariat dengan cara tabulasi
Puskesmas Sudimoro kabupaten silang dan kemudian dilakukan
pacitan. Teknik pengambilan sampel analisis statistik menggunakan uji
yang digunakan dalam penelitian ini chi-square.
adalah Total sampling dimana
variabel terikat dalam penelitian ini
adalah pola pencarian individu
penderita kusta.
Sumber data dalam penelitian
terdiri dari data primer yaitu dari
hasil kuesioner oleh penderita kusta
dari rumah kerumah berupa
pertanyaan tertulis untuk
mengungkap pola pencarian
pengobatan penderita kusta dan

43
Jurnal Ners LENTERA, Vol. 4, No. 1, Maret 2016

HASIL medis ( 25,0 %) responden yang


Umur bekerja dalam melakukan pencarian
Berdasarkan hasil analisis pengobatan non medis sebesar ( 60,4
univariat terhadap 57 penderita kusta %) yang mencari pengobatan medis
dibedakan atas responden umur 18- sebesar (39,6 %).
59 tahun, dan berumur lebih dari 60 Pendapatan
tahun. Hasil penelitian menunjukkan Penghasilan beradasarkan
sebagian besar berumur 18-59 tahun Peraturan Gubernur Provinsi jawa
(68,4 %). Sedangkan umur timur nomor 176 tahun 2004 Upah
responden yang lebih dari 60 tahun Minimum Regional (UMR)
sebanyak (31,6 %). Hal ini ditetapkan berdasarkan kelompok
merupakan kelompok usia lansia pekerjaan yaitu :kelompok bangunan
dalam pola pencarian pengobatan dan pekerjaan umum perhari, kimia,
penderita kusta, responden dengan energy dan pertambangan, logam,
lansia kebanyakan menderita kusta elektronik dan mesin, otomotif,
tipe PB dimana tipe jenis ini asuransi dan perbankan, makanan
merupakan jenis yang ditularkan oleh dan minuman, farmasi dan
penderita lain. kesehatan, tekstil, sandang, kulit
Pendidikan serta pariwisata perbulan. Pada
Berdasarkan tingkat penelitian ini menunjukkan bahwa
pendidikan diperoleh hasil bahwa penghasilan keluarga semua dibawah
tingkat pendidikan penderita kusta UMR sebanyak 57 responden dengan
didapat ada yang tidak sekolah, tidak kelompok pendapatan rendah
tamat Sekolah Dasar (SD), tamat 250,000 - 500,000 responden
sekolah dasar (SD). Hasil penelitian sebanyak 47 responden, untuk
menunjukkan bahwa sebagian besar pendapatan tinggi 550,000 – 800,000
responden pada kelompok sebanyak 10 responden.
pendidikan tidak tamat sekolah dasar Pengetahuan
(SD) sebesar (43,9%) yang tidak Berdasarkan pengetahuan dari
sekolah sebanyak (36,8 %) serta penderita kusta didapatkan hasil
yang tamat sekolah dasar (SD) dalam penelitian ini untuk responden
sebesar (43,9%). dengan pengetehuan rendah
Pekerjaan sebanyak (8,8 %) sedangkan untuk
Kategori pekerjaan dibedakan pengetahuan yang tinggi sebanyak (
atas responden yang bekerja dan 91,2 %) dalam melakukan pola
tidak bekerja. Hasil penelitian pencarian pengobatan kusta
menunjukan 4 responden tidak kepalayanan non medis dengan
bekerja ( 7,0 %) dan responden yang tingkat pengetahuan yang rendah
bekerja sebanyak 53 responden ( sebesar ( 60,0 %) yang medis sebesar
93,0 %) untuk responden yang tidak (40,0 %) sedangkan pada
bekerja dan mencari pengobatan non pengetahuan yang tinggi untuk
medis sebesar (75,0 %) dan yang mencari pengobatan non medis
44
Jurnal Ners LENTERA, Vol. 4, No. 1, Maret 2016

sebesar ( 61,5 %) sedangkan yang praktik,dimana sikap dan tingkah


medis sebesar ( 38,5 %). laku merupakan dimensi yang
Kepercayaan individual yang berbeda dan terpisah.
Kategori kepercayaan adalah Peran Tetangga Penderita Kusta
bahwa responden memiliki Kategori peran tetangga akan
kepercayaan akan pengobatan benar mencari pengobatan kusta dibedakan
dan kepercayaan akan pengobatan atas berperan dalam mencari
yang salah, sebesar 18 responden pengobatan dan kurang berperan,
memiliki kepercayaan yang salah dan sebanyak (12,3 %) responden
39 responden memiliki kepercayaan memiliki tetangga yang kurang
yang benar. Untuk responden yang berperan dalam pola pencarian
memiliki kepercayaan yang salah pengobatan dan yang memiliki
akan pengobatan non medis tetangga yang berperan dalam pola
sebanyak (55,6 %) sedangkan pencarian pengobatan sebanyak (
pengobatan medis sebanyak ( 44,4 87,7 %), sedangkan yang memiliki
%), untuk responden dengan tetangga yang kurang berperan dalam
kepercayaan yang benar akan pengobatan non medis sebanyak
pelayanan non medis sebanyak ( 64,1 (42,9 %) dan untuk pengobatan
%) dan yang medis sebanyak (35,9 medis sebanyak ( 57,1 %) untuk
%) responden yang memiliki tetangga
Sikap yang berperan dalam pola pencarian
Kategori sikap dibedakan atas pengobatan non medis sebanyak (
sikap positif dan sikap negatif dalam 64,0 %) dan yang pengobatan medis
hal pencarian pengobatan penderita ( 36,0%)
kusta, sebanyak (21,1 %) responden Akses Menuju Layanan Kesehatan
memiliki sikap yang negatif Berdasarkan hasil analisis
sedangkan sebanyak (78,9 %) univariat sebagian besar tetangga
memiliki sikap yang positif. Dalam yang memiliki peranan yang baik
hal pencarian pengobatan non medis sejumlah 87,7% karena dalam
responden memiliki sikap negatif budaya pedesaan azas kegotong
sebanyak ( 66,7 %) sedangkan yang royongan dan kekeluargaan masih
medis sebanyak (33,3 %) untuk sangat kental didaerah kecamatan
kepercayaan yang positif dalam Sudimoro karena wilayahnya masih
pencarian pengobatan non medis dipedesaan hubungan antara
jumlah responden sebanyak ( 60,0 masyarakat dengan individu
%) dan responden yang mencari sangatlah berbeda dengan didaerah
pengobatan medis sebanyak (40,0 %) perkotaan.Hasil analisis bivariat
responden. Menurut De fleur salah usaha responden dalam hal mencari
satu bentuk hubungan antara sikap pengobatan non medis lebih besar
dan praktik pencarian pengobatan, 75,0 % dibandingkan dengan usaha
diantaranya adalah ketidakajegan dalam mencari pengobatan medis
antara hubungan sikap dan 25,0 % dalam kategori tidak mudah.
45
Jurnal Ners LENTERA, Vol. 4, No. 1, Maret 2016

Dukungan Keluarga Pendidikan


Berdasarkan hasil analisis Pendidikan kesehatan tidak
univariat menunjukkan bahwa hanya mencakup kegiatan
responden yang mempunyai pembelajaran dan strategi untuk
dukungan keluarga untuk mencari mengubah perilaku kesehatan
pengobatan sebanyak 9 responden individu, tetapi juga upaya
(15,8 %), dibandingkan dengan yang organisasi, arah kebijakan, dukungan
tidak memiliki dukungan keluarga ekonomi, kegiatan lingkungan,
sebanyak 48 responden (84,2 %). media massa, dan program di tingkat
Hasil uji bivariat menunjukkan masyarakat. Dua gagasan kunci dari
bahwa responden yang tidak perspektif ekologi membantu
mendapat dukungan untuk berobat langsung identifikasi titik pengaruh
kepalayanan non medis ( 49,1 %) pribadi dan lingkungan untuk
sedangkan untuk pelayanan medis ( promosi kesehatan dan intervensi
7,0 %) yang mendapat dukungan pendidikan (Ganapati, 2003).
untuk mencari pengobatan non medis Pertama, perilaku dipengaruhi oleh
sebanyak ( 12,3 %) dan yang medis beberapa tingkat pengaruh. Lima
sebanyak ( 31,6 %). tingkat pengaruh untuk perilaku dan
kondisi yang berhubungan dengan
PEMBAHASAN kesehatan telah diidentifikasi: (1)
Menurut Notoatmodjo (2010) intrapersonal, atau faktor individu;
mengemukakan bahwa umur (2) faktor interpersonal; (3) faktor
merupakan lama hidup yang dihitung kelembagaan, atau organisasi (4)
sejak dilahirkan. Semakin bertambah faktor masyarakat; dan (5) faktor
umur seseorang, semakin bertambah kebijakan publik.
pula daya tanggapnya. Melalui Pekerjaan
perjalanan umurnya semakin dewasa Hasil penelitian ini sesuai
individu yang bersangkutan akan dengan pendapat L. Green yang
melakukan adaptasi perilaku menyatakan bahwa, pekerjaan
terhadap lingkungan. Pernyataan ini termasuk kedalam faktor
menunjukkan bahwa dengan umur predisposing , faktor ini akan
responden yang makin dewasa akan berpengaruh langsung terhadap
mudah beradaptasi dengan perilaku seseorang artinya semakin
lingkungan yang ada disekitarnya banyak aktifitas seseorang dalam
dimana mereka mau mengikuti bekerja maka perilaku seseorang
perilaku dalam mengobati penyakit dalam mencari pengobatan medis
kusta, dikarenakan pengaruh akan yang basanya didalam rumah sakit
lingkungan yang ada disekitarnya atau puskesmas dengan sistem BPJS
seperti keterpaparan dengan sumber akan cenderung lama karena antrinya
informasi, suami/istri dan teman banyak sehingga akan menyita
yang akan bertambah sejalan dengan sebagian waktunya dalam melakukan
bertambahnya umur. kegiatan bekerja. Bekerja adalah
46
Jurnal Ners LENTERA, Vol. 4, No. 1, Maret 2016

salah satu upaya untuk mendapatkan Pengetahuan


pamasukan, dengan bekerja maka Hasil penelitian ini sejalan
akan meningkatkan penghasilan dengan Milliana (2013) yang
sehingga dapat memenuhi kebutuhan menyatakan bahwa tidak ada
dan meningkatkan kesejahteraan. hubungan pengetahuan dengan
Selain mendapatkan penghasilan, praktik pencarian pengobatan
lingkungan pekerjaan akan penderita kusta dengan ρ value
memberikan pengalaman dan 0.977. hasil penelitian ini tidak
pengetahuan baik secara langsung sesuai dengan pendapat L. Green
maupun tidak langsung. Sejalan yang menyatakan bahwa,
dengan penelitian yang dilakukan pengetahuan termasuk kedalam
Melliana (2013), Pengalaman yang faktor predisposing , faktor ini akan
kurang baik mendorong seseorang berpengaruh langsung terhadap
akan berusaha untuk melupakan, perilaku seseorang artinya semakin
namun jika pengalaman terhadap tinggia maka perilaku seseorang
obyek tersebut menyenangkan maka harusnya akan mencari pengobatan
secara psikologis timbul kesan yang medis atau yang lebih baik.
sangat mendalam dan membekas Kepercayaan
dalam emosi kejiwaannya, dan Hasil penelitian ini sesuai
akhimya dapat pula membentuk dengan pendapat L. Green yang
sikap positif dalam kehidupannya. menyatakan bahwa, kepercayaan
Pendapatan termasuk kedalam faktor
Pada penelitian ini predisposing , faktor ini akan
menunjukkan bahwa penghasilan berpengaruh langsung terhadap
keluarga semua dibawah UMR perilaku seseorang artinya baik
sebanyak 57 responden dengan kepercayaan responden terhadap
kelompok pendapatan rendah pengobatan kusta maka akan mencari
250,000 - 500,000 responden pengobatan medis sedangkan apabila
sebanyak 47 responden, untuk responden memiliki kepercayaan
pendapatan tinggi 550,000 – 800,000 yang salah akan pengobatan kusta
sebanyak 10 responden. Hal ini maka responden akan mencari
menunjukan bahwa pada variabel pengobatan yang non medis.
pendapatan memiliki variasi jumlah Sikap
pendapatan yang tidak sama yang Menurut De fleur salah satu
didapatkan kepala rumah tangga bentuk hubungan antara sikap dan
disetiap bulanya tidak ada yang praktik pencarian pengobatan,
mencapai 1.150,000 yang sebagian diantaranya adalah ketidakajegan
besar pekerjaan adalah petani dimana antara hubungan sikap dan
seorang petani tidak pasti untuk praktik,dimana sikap dan tingkah
pengeluaran dan pemasukanya setiap laku merupakan dimensi yang
harinya. individual yang berbeda dan terpisah.

47
Jurnal Ners LENTERA, Vol. 4, No. 1, Maret 2016

Hasil penelitian ini sesuai tinggal penderita kusta dengan


dengan pendapat L. Green yang tempat pelayanan kesehatan seperti
menyatakan bahwa, sikap termasuk pada puskesmas masalah yang umum
kedalam faktor predisposing , faktor terjadi adalah kelangsungan dalam
ini akan berpengaruh langsung kunjungan berobat, minum obat
terhadap perilaku seseorang artinya secara teratur, petugas yang
semakin responden memiliki sikap mengawasi minum obat dll karena
yang positif maka akan mencari jarak yang jauh dari pusat layanan
pengobatan medis sedangkan yang kesehatan dengan waktu dan biaya
memiliki sikap yang negatif maka yang dikeluarkan untuk ongkos.
responden akan memilih mencari Dukungan Keluarga
pengobatan non medis Dukungan keluarga yang baik
Peran Tetangga Penderita Kusta juga berpengaruh terhadap pola
Hasil penelitian ini sesuai pencarian pengobatan penderita
dengan pendapat L. Green yang kusta, selain akses menuju layanan
menyatakan bahwa, peran tetangga kesehatan, procede and proceede
termasuk kedalam faktor reinforcing, menunjukkan perilaku yang juga
faktor ini akan berpengaruh langsung dipengaruhi oleh faktor eksternal
terhadap perilaku seseorang artinya individu dalam melakukan tindakan.
apabila seseorang memiliki tetangga Isyarat untuk bertindak adalah
yang berperan dalam pola pencarian peristiwa-peristiwa, orang, atau hal-
pengobatan maka akan semakin hal yang menggerakkan orang untuk
memilih pengobatan yang medis mengubah perilaku mereka.
dibandingkan memiliki tetangga Dukungan keluarga merupakan
yang kurang berperan dalam pola dorongan untuk bertindak bersumber
pencarian pengobatan. dari kepercayan dan hubungan
Akses Menuju Layanan Kesehatan dengan orang orang terdekat.
Jarak akses adalah suatu hal
yang berkaitan dengan responden SIMPULAN DAN SARAN
dalam mencari pengobatan baik Simpulan
medis dan non medis. Makin jauh Dari hasil penelitian dan
tempat pelayanan kesehatan, pembahasan yang telah diuraikan
masyarakat semakin malas untuk dapat disimpulkan bahwa
datang ketempat pelayanan tersebut. Sebagian besar responden sebanyak
Disebabkan bahwa pada jarak 35 responden ( 61,4 %) memilih
tertentu orang masih mau bepergian pengobatan non medis dalam
untuk mencari dan memafaatkan pengobatan kusta. Faktor yang
pelayanan kesehatan. Batas jarak berpengaruh terhadap pola pencarian
inipun dapat dipengaruhi jenis jalan, pengobatan kusta adalah dukungan
jenis kendaraan, waktu tempuh, berat keluarga dengan ρ value 0,000 (ρ <
ringannya penyakit dan kemampuan 0,05). Faktor-faktor yang
membayar transportasi. Jarak tempat menunjukkan adanya hubungan
48
Jurnal Ners LENTERA, Vol. 4, No. 1, Maret 2016

dengan pola pencarian pengobatan


kusta adalah dukungan keluarga Bakker M. Hatta M. Kwenang A.
Saran Klaster PR. Oskam L. (2005).
Epidemiology and Prevention of
Bagi keluarga penderita kusta
Leprosy: a Cohort Study In
diharapakan untuk selalu Indonesia; Epidemiology of Leprosy
mendampingi anggota keluarganya on Five Isolated Islands in The
dalam mecari pengobatan medis Flores Sea, KIT Biomedical
sehingga penanganan kusta didaerah Reseeking, Melbergdreef 39.
Sudimoro Kabupaten Pacitan dapat Netherlands. 780 -787.
di kurang angka kecacatan bagi
Brakel VWH, Lever P, Fenstra P.
penderita itu sendiri. Peneliti
(2005). Monitoring The Size of the
selanjutnya diharapkan dapat dengan Leprosy Problem: Which
jelas mendeteksi penyakit kusta yang Epidemiological Indicators Should
disebabkan oleh berbagai faktor We Use?” Indian J Public
untuk mengetahui faktor yang sangat Health.;48# (1),5 – 16.
berperan penting kenapa budaya
masyarakat dalam mencari Depkes RI, (2005). Direktorat
Jendral Pemberantasan Penyakit
pengobatan sangat dipengaruhi oleh
Menular dan Penyehatan
lingkungan yang dari luar. Lingkungan Buku Pedoman Nasional
Pemberantasan Penyakit Kusta,
KEPUSTAKAAN (Cetakan XVII).

Agusni I dan Nurjanti L. (2002). Dinkes Kabupaten Pacitan. (2014).


Berbagai Kemungkinan Sumber Profil Puskesmas Sudimoro. Dinas
Penularan Mycobacterium Leprae, Kesehatan Kabupaten Pacitan.
Jurnal Berkala Ilmu Penyakit Kulit
dan Kelamin. Volume 14; (3),288-97. Depkes. (2010). Penyakit Kusta
Masih Ditakuti. Departemen
Aliefa M & Santi W. (2013). Kesehatan Republik Indonesia.
Pemodelan Angka Prevalensi Kusta Jakarta.
dan Faktor-faktor yang
Mempengaruhi di Jawa Timur Effendi EH. (2005). Penegakan
dengan Pendekatan GWR. Jurnal Diagnosis Dermatosis Akibat
Sains dan Pomits. D275-D280. Kerja, Pertemuan Ilmiah Tahunan IV
Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit
Arief H. (2006). 812 Resep untuk dan Kelamin Indonesia. Jakarta..
Mengobati 236 Penyakit. Penebar
Swadaya. Surabaya. Ganapati R and Pai VV. (2003).
Kingsley S. Disability Prevention
Basaria L. ( 2007). Pengaruh Faktor and Management in Leprosy: A Field
Internal dan Eksternal Terhadap Experience, Indian J Dermatol
Kepatuhan Minum Obat Penderita Venereol Leprol. New Delhi.. 369 –
Kusta di Kabupaten Asahan (Tesis). 374.
Magister Promosi Kesehatan Undip.
Semarang.
49
Jurnal Ners LENTERA, Vol. 4, No. 1, Maret 2016

Harry B. (2008). Kampung Kusta.


Kumpulan Karya Jurnalistik Rida
Aword. Universitas Michigan.
Michigan..

Leliatari. (2011). Hubungan Tingkat


Pengetahuan, Sikap dan Praktik
Keluarga Penderita Kusta dalam
Upaya Pencegahan Kecacatan
dengan Kejadian Kecacatan Kusta
Dikabupaten Tegal.

Melliana. (2013). Faktor yang


Berhubungan dengan Praktik
Pencarian Pengobatan Kusta pada
Pelayanan Kesehatan Dikota
Makasar (Tesis). Hasanuddin
University. Makasar.

50

Anda mungkin juga menyukai