Anda di halaman 1dari 6

PROPOSAL PENGAMBILAN DATA PENYAKIT TBC DI WILAYAH

PUSKESMAS WONOAYU

( Pengambilan Data sebagai Data Pendukung Karya Tulis Ilmiah )

Oleh :

Nadyah Wulandari P27820416039

POLTEKKES KEMENKES SURABAYA

PRODI D3 KEPERAWATAN KAMPUS SIDOARJO

2018

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tuberkulosis (TBC atau TB) adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri
Mikobakterium tuberkulosa. Bakteri ini merupakan bakteri basil yang sangat kuat
sehingga memerlukan waktu lama untuk mengobatinya. Bakteri ini lebih sering
menginfeksi organ paru-paru dibandingkan bagian lain tubuh manusia.
Insidensi TBC dilaporkan meningkat secara drastis pada dekade terakhir ini di seluruh
dunia. Demikian pula di Indonesia, Tuberkulosis / TBC merupakan masalah kesehatan,
baik dari sisi angka kematian (mortalitas), angka kejadian penyakit (morbiditas),
maupun diagnosis dan terapinya. Dengan penduduk lebih dari 200 juta orang, Indonesia
menempati urutan ketiga setelah India dan China dalam hal jumlah penderita di antara
22 negara dengan masalah TBC terbesar di dunia.
Hasil survei Kesehatan Rumah Tangga Depkes RI tahun 1992, menunjukkan bahwa
Tuberkulosis (TBC) merupakan penyakit kedua penyebab kematian, sedangkan pada
tahun 1986 merupakan penyebab kematian keempat. Pada tahun 1999 WHO Global
Surveillance memperkirakan di Indonesia terdapat 583.000 penderita Tuberkulosis /
TBC baru pertahun dengan 262.000 BTA positif atau insidens rate kira-kira 130 per
100.000 penduduk. Kematian akibat Tuberkulosis / TBC diperkirakan menimpa
140.000 penduduk tiap tahun. Jumlah penderita TBC paru dari tahun ke tahun di
Indonesia terus meningkat.
Saat ini setiap menit muncul satu penderita baru TBC paru, dan setiap dua menit muncul
satu penderita baru TBC paru yang menular. Bahkan setiap empat menit sekali satu
orang meninggal akibat TBC di Indonesia. Sehingga kita harus waspada sejak dini &
mendapatkan informasi lengkap tentang penyakit TBC.
(www.agnesstikeswh2012.blogspot.com )
Tangerang, 5 Maret 2018

Kementerian kesehatan (Kemenkes) RI gelar Rapat Kerja Kesehatan Nasional


(Rakekesnas) 2018 pada 5 8 Maret 2018 di Tangerang, Banten. Rakerkesnas dilakukan
rutin setiap tahun. Tahun 2018 ini tema yang diangkat adalah Sinergisme Pusat dan
Daerah dalam Mewujudkan Universal Health Coverage melalui Percepatan Eliminasi
Tuberculosis, Penurunan Stunting, dan Peningkatan Cakupan serta Mutu Imunisasi.
Terkait TBC, sesuai data WHO Global Tuberculosis Report 2016, Indonesia menempati
posisi kedua dengan beban TBC tertinggi di dunia. Tren insiden kasus TBC di Indonesia
tidak pernah menurun, masih banyak kasus yang belum terjangkau dan terdeteksi,
kalaupun terdeteksi dan telah diobati tetapi belum dilaporkan.

Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Kemenkes Siswanto


menyebutkan berdasarkan studi Global Burden of Disease, TBC menjadi penyebab
kematian ke dua di dunia. Angka TBC di Indonesia berdasarkan mikroskopik sebanyak
759 per100 ribu penduduk untuk usia 15 tahun ke atas dengan jumlah laki-laki lebih
tinggi daripada perempuan, dan jumlah di perkotaan lebih tinggi daripada di pedesaan.

Pernyataan itu diungkapkan dalam paparannya terkait Analisi Data Percepatan


Eliminasi Tuberculosis pada praRakerkesnas, Senin (5/3). Siswanto menyebutkan solusi
yang bisa ditawarkan berupa peningkatan deteksi dengan pendekatan keluarga,
Menyelesaikan under-reporting pengobatan TBC dengan penguatan PPM,
Meningkatkan kepatuhan pengobatan TBC, Perbaikan sistem deteksi MDR TBC (Klinik
MDR TBC dengan jejaringnya) dan akses terapi TBC MDR, Edukasi TBC pada
masyarakat dan perbaikan perumahan, dan Pemenuhan tenaga analis peningkatan
sensitivitas Dx (melalui NS individual).

Kemudian terkait Stunting, masalah ini telah menjadi perhatian Presiden Joko Widodo
yang diungkapkan pada Rakerkesnas 2017 lalu. Saat itu Presiden Jokowi mengatakan
bahwa tidak boleh ada lagi gizi buruk terjadi di Indonesia.

Banyak faktor yang menyebabkan stunting, di antaranya dari faktor ibu yang kurang
nutrisi di masa remajanya, masa kehamilan, pada masa menyusui, dan infeksi pada ibu.
Faktor lainnya berupa kualitas pangan, yakni rendahnya asupan vitamin dan mineral,
buruknya keragaman pangan dan sumber protein hewani, dan faktor lain seperti
ekonomi, pendidikan, infrastruktur, budaya, dan lingkungan.

Pada 2010, WHO membatasi masalah stunting sebesar 20%. Sementara itu berdasarkan
Pemantauan Status Gizi 2015-2016, prevalensi Balita stunting di Indonesia dari 34
provinsi hanya ada 2 provinsi yang berada di bawah batasan WHO tersebut.
Untuk mengatasi hal tersebut, perlu intervensi spesifik gizi pada remaja, ibu hamil, bayi
0-6 bulan dan ibu, bayi 7-24 bulan dan ibu. Selain itu diperlukan juga intervensi sensitive
gizi seperti peningkatan ekonomi keluarga, program keluarga harapan, program akses
air bersih dan sanitasi, program edukasi gizi, akses pendidikan, dan pembangunan
infrastruktur.

Selanjutnya soal Imunisasi, kejadian luar biasa difteri dan campak yang baru-baru ini
terjadi membuat pemerintah harus kembali menganalisa terkait cakupan imunisasi yang
telah dilakukan, mutu atau kualitas vaksin yang ada, serta kekuatan surveilans di
berbagai daerah.

Namun demikian, cakupan imunisasi dasar lengkap di Indonesia pada 2015 hingga 2017
mengalami peningkatan. Berdasarkan data dari Direktorat Jenderal Pencegahan dan
Pengendalian Penyakit, Kemenkes RI, pada 2015 cakupan imunisasi secara nasional
mencapai 86,5%, pada 2016 mencapai 91,6%, dan pada 2017 mencapai 92,4%.

Usulan penajaman program penting dilakukan, yaitu berupa peningkatan cakupan


imunisasi, edukasi kepada masyarakat dan advokasi pada pimpinan wilayah, dan
membangun sistem surveilans yang kuat untuk deteksi kejadian penyakit yang dapat
dicegah dengan imunisasi.

Ke tiga hal tersebut (TBC, Stunting, dan Imunisasi) mendorong pemerintah melalui
Rakerkesnas ini untuk berupaya mengidentifikasi masalah dan menyusun upaya-upaya
dalam rangka percepatan Eliminasi Tuberculosis, Penurunan Stunting dan Peningkatan
Cakupan serta Mutu Imunisasi.

1.2 Dasar Kegiatan


Dasar kegiatan pengumpulan data ini adalah sebagai data penunjang untuk karya tulis
ilmiah
1.3 Tujuan Kegiatan
Tujuan dari pengumpulan data penelitian ini adalah untuk mendapatkan dan penunjang
masalah yang akan digunakan sebagai bahan deteksi dini penyakit tbc untuk karya tulis
ilmiah
1.4 Bentuk Kegiatan
Pengumpulan data dilakukan dengan mengumpulkan data penyakit tbc pada bulan
Januari 2015 – November 2018 yang telah terekap di Puskesmas Wonoayu, Sidoarjo.
Berupa data pengunjung yang menderita tuberculosis berdasarkan jenis
kelamin,usia,pengobatan rutinnya.
1.5 Pelaksanaan Kegiatan
Tempat :Puskesmas Wonoayu
Jl. Wonoayu, Kec. Wonoayu, Kab. Sidoarjo
Jawa Timur
Waktu : November 2018
1.6 Penutup
Demikian proposal pengambilan data untuk data penunjang karya tulis ilmiah ini dibuat.
Besar harapan kami agar kegiatan ini dapat terlaksana dengan lancar serta memberikan
manfaat baik semuapihak yang terlibat di dalamnya. Atas partisipasi dn dukungan semua
pihak yang membantu terlaksananya kegiatan ini kami sampaikan terimakasih .

DAFTAR PUSTAKA
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan .2018. Riset Kesehatan Dasar Jakarta :
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia

LEMBAR PENGESAHAN
PROPOSAL KEGIATAN

PENGAMBILAN DATA PENYAKIT TUBERCULOSIS SEBAGAI DATA


PENUNJANG KARYA TULIS ILMIAH

Sidoarjo,20 November 2018

Menyutujui, Hormat Kami,

Dosen Pembimbing Mahasiswa

(Krisnawati,A.Per.,Pen.,MM.) (Nadyah Wulandari)


NIP.195608071981032001 NIM. P.27820416039

Anda mungkin juga menyukai