Anda di halaman 1dari 26

1.

F5/ 12 oktober/2021

Judul : BIAS ( Bulan Imunisasi Anak Sekolah)

Latar belakang :

Bias adalah bulan dimana seluruh kegiatan imunisasi anak sekolah dilaksanakan di seluruh
Indonesia. Imunisasi dalah pemberian vaksin dengan tujuan agar mendapatkan perlindungan
(kekebalan) dari penyakit infeksi yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I).

Tujuan pelaksanaan BIAS adalah mempertahankan Eleminasi Tetanus Neonaturum,


pengendalian penyakit Difteri dan penyakit Campak dalam jangka panjang melalui imunisasi
DT, TT dan Campak pada anak sekolah

Permasalahan :

Berdasarkan kementrian kesehatan, Indonesia berkomitmen untuk mempertahankan cakupan


BIAS sebesar 90% dikarenakan kenaikan angka kejadian difteri dan campak

Perencanaan dan pemilihan intervensi :

BIAS akan dilakukan dengan diawali pemeriksaan tinggi badan, berat badan dan skrining
dini penyakit kusta dan kemudian dilanjutkan dengan menyuntikan imunisasi tambahan
campak dan pemberian obat dimana untuk intervensi kejadian KIPI

Pelaksanaan :

Dilakukan Bias pada 26 siswa dan siswi kelas 1 SDN 002 sebatik barat

Monitor dan evalusi :

pada peserta 27 anak, dimana terdapat 1 anak yang tidak diperbolehkan mengikuti vaksin
tambahan. Diharapkan kepada orang tua siswa agar memperbolehkan dimana manfaat vaksin
lebih besar agar anak terhindar dari penyakit difteri maupun campak

2. F3/ 7 Desember 2021

Judul : Pemeriksaan Antenatal Care (ANC) Terpadu

Latar belakang :

Salah satu solusi efektif dalam menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian
Bayi (AKB) adalah dengan cara meningkatkan pertolongan persalinan yang dilakukan oleh
tenaga medis terlatih yang disediakan oleh fasilitas pelayanan kesehatan. Di samping itu,
dibutuhkan partisipasi serta kesadaran ibu terhadap pentingnya pemeriksaan
kehamilan di fasilitas pelayanan kesehatan oleh tenaga kesehatan.

Pemeriksaan ANC (Antenatal Care) merupakan pemeriksaan kehamilan yang bertujuan untuk


meningkatkan kesehatan fisik dan mental pada ibu hamil secara optimal, hingga mampu
menghadapi masa persalinan, nifas, menghadapi persiapan pemberian ASI secara eksklusif,
serta kembalinya kesehatan alat reproduksi dengan wajar.

Pemeriksaan kehamilan dilakukan minimal 6 (empat) kali selama masa kehamilan, yaitu 2
kali pemeriksaan pada trimester pertama, 1 kali pemeriksaan pada trimester kedua, dan 3 kali
pemeriksaan pada trimester ketiga.

Permasalahan :

Berdasarkan Profil Kesehatan Indonesia 2018, cakupan kunjungan ANC K4 pada ibu hamil
di Indonesia baru mendapai 88.03%. Masih ada beberapa ibu hamil yang tidak melakukan
kunjungan ANC secara lengkap di Wilayah Sebatik Barat yang ditemukan ketika ingin
melahirkan di Puskesmas Setabu

Perencanaan dan pemilihan intervensi :

Melakukan pemeriksaan ANC dengan melakukan 1. Penimbangan berat badan dan


pengukuran tinggi badan. 2. Pengukuran tekanan darah. 3. Pengukuran Lingkar Lengan Atas
(LiLA). 4. Pengukuran tinggi puncak rahim (fundus uteri). 5. Penentuan status imunisasi
tetanus dan pemberian imunisasi tetanus sesuai status imunisasi. 6. Pemberian tablet tambah
darah minimal 90 tablet selama kehamilan. 7. Penentuan presentasi janin dan denyut jantung
janin (DJJ). 8. Pelaksanaan temu wicara (pemberian komunikasi interpersonal dan konseling,
termasuk KB pasca persalinan). 9. Pelayanan tes laboratorium sederhana, minimal tes
hemoglobin darah (Hb), pemeriksaan protein urin dan pemeriksaan golongan darah (bila
belum pernah dilakukan sebelumnya). 10. Tatalaksana kasus sesuai indikasi.

Pelaksanaan :

Melakukan ANC terpadu dan memberikan KIE dengan baik dan jelas. Memberikan vitamin
dan anjuran asupan gizi yang benar di posyandu teratai terdapat 3 ibu hamil yang melakukan
ANC

Monitor dan evalusi :

Masih kurangnya kesadaran ibu dalam melakukan pemeriksaan rutin ANC diharapkan
masyarakat terutama para ibu memiliki peningkatan kesadaran mengenai fungsi dan manfaat
dari ANC terpadu. Dengan adanya peningkatan kesadaran ini, diharapkan juga terjadi
penurunan kematian ibu dan bayi karena permasalahan pada kehamilan sudah dilakukan
intervensi lebih dini

3. F5/ 1/ 12/ 21 Posyandu Seroja


Judul : Imunisasi Dasar dan Lanjutan

Latar belakang :

Seperti yang diketahui bersama, imunisasi merupakan salah satu cara yang efektif untuk
mencegah penularan penyakit dan sangat berperan dalam menanggulangi masalah kesehatan.
Dengan demikian, anak tidak mudah tertular infeksi, tidak mudah menderita sakit,
pencegahan terjadinya wabah dan mencegah kemungkinan terjadinya kematian karena suatu
penyakit. Pentingnya imunisasi didasarkan pada pemikiran paradigma sehat bahwa upaya
promotif dan preventif merupakan hal terpenting dalam peningkatan status kesehatan.
Berdasarkan hasil Riskesdas tahun 2013 cakupan pemberian imunisasi lengkap sebesar
59,2%, imunisasi tidak lengkap sebesar 32,1%, dan tidak pernah diimunisasi sebesar 8,7%.
Salah satu upaya meningkatkan cakupan imunisasi rutin adalah dengan mencanangkan
program imunisasi mulai dari rumah-rumah warga, sekolah, rumah sakit swasta,
Posyandu, Puskesmas dan sebagainya.

Permasalahan :

Berdasarkan hasil Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012, angka
kematian bayi (AKB) 34/1000 kelahiran hidup dan angka kematian balita (AKBA) 44/1000
kelahiran hidup. Hasil survei Riskesdas tahun 2013 didapatkan data cakupan imunisasi HB-0
(79,1%), BCG (87,6%), DPT-HB-3 (75,6%), Polio-4 (77,0%), dan imunisasi campak
(82,1%). Pada kalimantan utara cakupan imunisasi dasar sebesar 75% dimana target yang
dibutuhkan adalah 95 %

Perencanaan dan pemilihan intervensi :

Melakukan imunisasi, dengan melihat dan mengisi Buku Pink. Sebelum dilakukan imunisasi
bayi balita dan anak-anak dilakukan penimbangan dan dilihat apakah BB (Berat Badan ) dan
TB ( Tinggi badan) sesuai dengan usia dan diberikan penjelasan mengenai gizi anak

Pelaksanaan :

Telah dilaksanakan program imunisasi dasar dan lanjutan di Posyandu Seroja dengan peserta
sebanyak 14 balita, 2 bayi dan 3 anak yang hanya diukur BB dan TB

Monitor dan evalusi :

Dilakukan monitor dan pemantauan dengan kerjasama bersama ibu kader tentang
perkembangan bayi balita dan anak mengenai kelengkapan imunisasi dan perkembangan gizi.
Peserta yang datang cukup banyak, akan tetapi ada kendala karena hujan turun
mengakibatkan jalanan licin sehingga para ibu pulang kembali sebelum sampai di Posyandu

4. F1/ 18 Desember 2021


Judul : Penyuluhan penyakit ISK di Desa Mentikas

Latar belakang :

Infeksi saluran kemih (ISK) adalah kondisi ketika organ yang termasuk dalam sistem kemih, yaitu
ginjal, ureter, kandung kemih, dan uretra, mengalami infeksi. Umumnya, ISK terjadi pada
kandung kemih dan uretra.

Berdasarkan bagian yang terinfeksi, ISK terbagi menjadi ISK atas dan ISK bawah. ISK atas
merupakan infeksi yang terjadi di bagian atas kandung kemih, yaitu di ginjal dan ureter.
Sedangkan ISK bawah adalah infeksi pada kandung kemih bagian bawah, yaitu kandung
kemih dan uretra.
ISK atas lebih berbahaya dan dapat memicu urosepsis, yaitu kondisi ketika bakteri di ginjal
yang terinfeksi menyebar ke darah. Urosepsis bisa mengakibatkan tekanan darah turun
hingga syok, bahkan kematian.Data dari Departemen Kesehatan RI tahun 2016 menunjukkan
bahwa jumlah penderita penyakit Infeksi Saluran Kemih (ISK) mencapai 90-100 kasus per
100.000 penduduk per tahun.
Permasalahan :

Masyarakat yang bekerja sebagai mabetang dan pemukat terutama wanita yang mengeluhkan
gejala ISK masih banyak yang masih sering menahan BAK maupun kurang konsumsi air
pada kesehariannya sehingga perlu diberikn edukasi mengenai penyebab dan pencegahan
ISK.

Kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai apa itu ISK, penyebab dan pencegahannya
mendorong diadakannya penyuluhan ISK di Desa Mentikas di tempat orang bekerja
mabetang

Perencanaan dan pemilihan intervensi :

Dikarenakan angka kejadian ISK pada poli umum Puskesmas Setabu, dokter internship dan
salah satu perawat sebagai penanggung jawab program menjelaskan definisi ISK, penyebab
ISK, tanda dan gejala ISK, cara pencegahan dan cara pengobatan terhadap penyakit ISK

Pelaksanaan :

Dilakukan penyuluhan mengenai Infeksi Saluran Kemih di di Desa Mentikas di tempat orang
bekerja mabetang. Peserta yang hadir yaitu para Kader dan warga yang bekerja sebagai
mabetang sekitar 20 orang

Monitor dan evalusi :

Diharapkan para warga khususnya pekerja mabetang menerapkan pola hidup bersih dan sehat
serta konsumsi air putih yang cukup dan jika ada gejala ISK segera ke dokter untuk
memeriksakan diri
5. F6/ 10 November 2021

Judul : Posbindu pada wilayah Simpang Bahagia di Desa Liang Bunyu

Latar belakang :

Berdasarkan Badan Kesehatan Dunia (WHO), istilah penyakit tidak menular merujuk
pada penyakit yang diidap dalam jangka panjang dan berkembang atau bertambah
parah secara perlahan. Penyakit tidak menular terbagi menjadi empat kelompok
berikut: penyakit kardiovaskular, contohnya sakit jantung dan  stroke, penyakit
pernapasan kronis, seperti penyakit paru-paru obstruktif kronis (PPOK), kanker,
diabetes.

Menurut WHO, penyakit tidak menular adalah penyebab kematian nomor satu di
dunia. Tiap tahun, lebih dari 60% kematian penduduk dunia disebabkan oleh penyakit
jenis ini. Diperkirakan lebih dari 36 juta orang meninggal akibat penyakit tidak
menular setiap tahunnya. 80% dari kematian tersebut terjadi di negara-negara
berkembang serta negara tertinggal.

Menurut WHO pada tahun 2015, 60 persen penyebab kesakitan dan kematian di Indonesia
disebabkan oleh penyakit tidak menular. Empat dari lima penyebab kematian terbanyak di
Indonesia saat ini adalah penyakit tidak menular. Adapun rinciannya adalah stroke (21,1
persen), jantung koroner (12,9 persen), diabetes mellitus (DM) dengan komplikasi (6,7
persen), tuberkulosis (5,7 persen), dan hipertensi dengan komplikasi (5,3 persen).

Permasalahan :

Berdasarkan dari hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018, dikatakan bahwa
Indonesia mengalami kenaikan prevalensi Penyakit Tidak Menular (PTM), dibanding tahun
2013. Bahkan PTM menjadi penyebab kematian tertinggi di Indonesia.

Masih banyak warga diwilayah Posbindu lansia di Simpang Bahagia yang mengalami
penyakit tidak menular dan putus obat dikarenakan jarak rumah dengan Puskesmas terlalu
jauh

Perencanaan dan pemilihan intervensi :

Dokter internship, perawat dan para kader melakukan melakukan program pemeriksaan
kesehatan gratis dan konsultasi di Posbindu dilakukan untuk warga wilayah Posbindu
Simpang Bahagia. Pada acara ini dilakukan pemeriksaan kesehatan berupa pemeriksaan
tekanan darah, gula darah, kolesterol dan asam urat. Setelah mendapatkan hasil pemeriksan,
warga dapat berkonsultasi mengenai hasil pemeriksaan dengan dokter untuk tatalaksana
selanjutnya apakah perlu memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan atau tidak

Pelaksanaan :
Dilakukan program pemeriksaan tensi, gula darah, kolesterol dan asam urat serta konsultasi
di Posbindu Simpang Bahagia yang di hadiri oleh 20 orang warga Desa Liang Bunyu

Monitor dan evalusi :

Pemantauan dilakukan dari pihak puskesmas bekerja sama bersama Kader-kader tiap
wilayah. Pada pemeriksaan masih ada beberapa obat yang tidak tersedia dikarenakan kosong
di Puskesmas sehingga ada warga yang tidak mendapatkan obat sesuai dengan keluhannya

6. F6/ KIE pada pasien dislipidemia di poli umum

Judul :

KIE pada pasien dislipidemia di Poli Umum

Latar belakang :

Dislipidemia diketahui sebagai faktor risiko berbagai penyakit kardiovaskular. Penyakit


kardiovaskular membunuh lebih dari 4 juta orang di Eropa setiap tahunnya dengan angka
mortalitas pada wanita lebih tinggi, sekitar 2,2 juta wanita dibandingkan 1,4 juta pada pria.
Namun, penelitian menyatakan bahwa cardiovascular death pada usia dini (<65 tahun) lebih
sering terjadi pada pria (490.000 pada pria berbanding 193.000 pada wanita). Di Indonesia,
prevalensi penyakit jantung koroner berkisar 1,5%. 

Pilar utama dalam pengelolaan dislipidemia adalah modifikasi pola hidup sehat, yaitu
modifikasi diet, latihan jasmani/olahraga, dan menjaga berat badan normal. Modifikasi pola
hidup sehat bila sudah dilakukan tetapi kadar kolesterol masih tinggi maka dapat dibantu
dengan menggunakan obat – obatan sesuai anjuran dan pengawasan dokter.

Permasalahan :

Prevalensi dislipidemia pada penduduk berusia diatas 15 tahun atas dasar pengukuran kadar
kolesterol total >200 mg/dL adalah 35,9% berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas) 2013. Data juga menunjukkan hingga 15,9% memiliki kadar LDL sangat tinggi
(≥190 mg/dL) dan 22,9% memiliki kadar HDL <40 mg/dL. Sementara itu, 11,9% penduduk
memiliki kadar trigliserida yang sangat tinggi yaitu ≥500 mg/dL.

Masih banyak warga diwilayah Puskesmas Setabu Sebatik Barat yang mengalami penyakit
dislipidemia yang berobat ke Poli Umum Puskesmas Setabu

Perencanaan dan pemilihan intervensi :

Pemberian KIE gizi pada pasien di poli PKM setabu dengan menjelaskan penyebab penyakit,
tanda dan gejala, cara pencegahan dan tatalaksana pasien dengan dislipidemia

Pelaksanaan :
Telah dilaksanakan pemberian KIE gizi pada pasien dengan Dislipidemia di Poli Umum
Puskesmas Setabu. Menganjurkan masyarakat untuk diet mediteranian: Menggunakan lemak
sehat atau lemak tidak jenuh untuk mengolah/menyiapkan makanan. Mengganti mentega,
margarine, krim, minyak goreng (minyak kelapa/minyak kelapa sawit) dengan minyak zaitun,
atau minyak kacang kedelai. Mengkonsumsi sayuran dan buah – buahan dengan porsi yang
lebih banyak setiap kali makan. Mengganti tehnik memasak yang menggunakan banyak
lemak seperti menggoreng atau kuah santan dengan memanggang, mengukus, atau menumis
dengan sedikit minyak.

Mengurangi konsumsi makanan dan minuman yang mengandung banyak gula dan garam,
mengganti snack manis dengan buah – buahan. Mengurangi konsumsi daging merah, diganti
dengan ikan, daging ayam tanpa kulit, kacang – kacangan. Memperbanyak penggunaan
bawang putih, bawang merah, daun bawang sebagai bumbu masak

Monitor dan evalusi :

Pasien tampak antusias. Diharapkan pasien dapat mengubah pola hidup dan pola makan.
Selanjutnya perlu dilakukan follow up dan pengecekan kembali kadar kolesterol pasien.

7. F4/ 19 Oktober 2021

Judul : Penyuluhan tentang pentingnya 1000 HPK (Hari Pertama Kehidupan) di Desa
Bambangan

Latar belakang :

Periode 1000 HPK merupakan periode yang sensitif karena akibat yang ditimbulkan terhadap
bayi pada masa ini akan bersifat permanen dan tidak dapat dikoreksi. Dampak buruk yang
dapat ditimbulkan oleh masalah gizi pada periode tersebut, dalam jangka pendek adalah
terganggunya perkembangan otak, kecerdasan, gangguan pertumbuhan fisik dan gangguan
metabolisme dalam tubuh.

Sedangkan dalam jangka panjang akibat buruk yang dapat ditimbulkan adalah menurunnya
kemampuan kognitif dan prestasi belajar, menurunnya kekebalan tubuh sehingga mudah
sakit, dan resiko tinggi untuk munculnya penyakit diabetes, kegemukan, penyakit jantung dan
pembuluh darah, kanker, stroke, dan disabilitas pada usia tua, serta kualitas kerja yang tidak
kompetitif yang berakibat pada rendahnya produktivitas ekonomi.

Permasalahan :

Berdasarkan data riskesda stunting di provinsi Kaltara pada tahun 2020 tercatat sebesar 18,15
persen. Di wilayah sebatik barat walaupun sudah mengalami penurunan kejadian angka
stunting akan tetapi masih ada anak dan balita yang mengalami stunting

Perencanaan dan pemilihan intervensi :


Dokter internship, perawat dan ahli gizi Puskesmas Setabu melakukan penyuluhan mengenai
pentingnya 1000 HPK dan penting nya gizi seimbang untuk peran pada 1000 HPK karena
sekarang tidak lagi mengacu pada empat sehat lima sempurna, tapi pedoman gizi seimbang
melalui isi piringku. Porsi Isi Piringku itu berisi makanan pokok (sumber kabohidrat) dengan
porsi 2/3 dari 1/2 piring, lauk pauk (sumber protein) dengan porsi 1/3 dari 1/2 piring, sayur-
sayuran (sumber vitamin dan mineral) dengan porsi 2/3 dari 1/2 piring dan buah-buahan
(sumber vitamin dan mineral) dengan porsi 1/3 dari 1/2 piring, dan program diakhiri dengan
tanya jawab dan konsultasi gratis mengenai 1000 HPK

Pelaksanaan :

Dilakukannya penyuluhan dan konsultasi gratis di Desa Liang Bunyu yang di hadiri oleh15
orang ibu beserta anak dan balitanya

Monitor dan evalusi :

Masih kurang kesadaran Ibu mengenai penting nya 1000 HPK sehingga masih sedikit yang
menghadiri program penyuluhan 1000 HPK. Diharapkan ibu untuk menghadiri program
penyuluhan selanjutnya

8. F4/ 13 Oktober 2021

Judul : Penyuluhan tentang pentingnya 1000 HPK (Hari Pertama Kehidupan) di Desa Setabu

Latar belakang :

Periode 1000 HPK merupakan periode yang sensitif karena akibat yang ditimbulkan terhadap
bayi pada masa ini akan bersifat permanen dan tidak dapat dikoreksi. Dampak buruk yang
dapat ditimbulkan oleh masalah gizi pada periode tersebut, dalam jangka pendek adalah
terganggunya perkembangan otak, kecerdasan, gangguan pertumbuhan fisik dan gangguan
metabolisme dalam tubuh.

Sedangkan dalam jangka panjang akibat buruk yang dapat ditimbulkan adalah menurunnya
kemampuan kognitif dan prestasi belajar, menurunnya kekebalan tubuh sehingga mudah
sakit, dan resiko tinggi untuk munculnya penyakit diabetes, kegemukan, penyakit jantung dan
pembuluh darah, kanker, stroke, dan disabilitas pada usia tua, serta kualitas kerja yang tidak
kompetitif yang berakibat pada rendahnya produktivitas ekonomi.

Permasalahan :

Berdasarkan data riskesda stunting di provinsi Kaltara pada tahun 2020 tercatat sebesar 18,15
persen. Di wilayah Desa setabu masih menjadi peringkat terbanyak balita dan anak yang
mengalami stunting

Perencanaan dan pemilihan intervensi :

Dokter internship, perawat dan ahli gizi Puskesmas Setabu melakukan penyuluhan mengenai
pentingnya 1000 HPK dan penting nya gizi seimbang untuk peran pada 1000 HPK karena
sekarang tidak lagi mengacu pada empat sehat lima sempurna, tapi pedoman gizi seimbang
melalui isi piringku. Porsi Isi Piringku itu berisi makanan pokok (sumber kabohidrat) dengan
porsi 2/3 dari 1/2 piring, lauk pauk (sumber protein) dengan porsi 1/3 dari 1/2 piring, sayur-
sayuran (sumber vitamin dan mineral) dengan porsi 2/3 dari 1/2 piring dan buah-buahan
(sumber vitamin dan mineral) dengan porsi 1/3 dari 1/2 piring, dan program diakhiri dengan
tanya jawab dan konsultasi gratis mengenai 1000 HPK

Pelaksanaan :

Dilakukannya penyuluhan dan konsultasi gratis di Desa Liang Bunyu yang di hadiri oleh 25
orang ibu beserta anak dan balitanya dan terdapat 3 ibu hamil yang menghadiri acara tersebut

Monitor dan evalusi :

Pada peserta program penyuluhan 1000 HPK tampak dan atusias. Diharapkan dengan adanya
program penyuluhan 1000 HPK dapat menambah pengetahuan ibu dan ibu hamil mengenai
1000 HPK sehingga dapat mengurangi angka kejadian stunting di Desa Setabu

9. F5/ 21 Oktober 2021/

Judul : BIAS ( Bulan Imunisasi Anak Sekolah) di SDN 007 Sebatik Barat

Latar belakang :

Bias adalah bulan dimana seluruh kegiatan imunisasi anak sekolah dilaksanakan di seluruh
Indonesia. Imunisasi dalah pemberian vaksin dengan tujuan agar mendapatkan perlindungan
(kekebalan) dari penyakit infeksi yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I).

Tujuan pelaksanaan BIAS adalah mempertahankan Eleminasi Tetanus Neonaturum,


pengendalian penyakit Difteri dan penyakit Campak dalam jangka panjang melalui imunisasi
DT, TT dan Campak pada anak sekolah

Permasalahan :

Berdasarkan kementrian kesehatan, Indonesia berkomitmen untuk mempertahankan cakupan


BIAS sebesar 90% dikarenakan kenaikan angka kejadian difteri dan campak

Perencanaan dan pemilihan intervensi :

BIAS akan dilakukan oleh tenaga kesehatan, dokter internship, perawat dan bidan, dengan
diawali pemeriksaan tinggi badan, berat badan dan skrining dini penyakit kusta dan kemudian
dilanjutkan dengan menyuntikan imunisasi tambahan campak dan pemberian obat dimana
untuk intervensi kejadian KIPI

Pelaksanaan :

Dilakukan Bias pada 4 siswa dan siswi kelas 1 SDN 007 Sebatik Barat

Monitor dan evalusi :


Pada peserta kali ini hanya 4 anak siswa dan siswi kelas 1 SDN 007 Sebatik Barat yang
mengikuti BIAS, dimana sekolah dasar tersebut adalah sekolah baru. Diharapkan untuk
kegiatan BIAS perserta BIAS akan bertambah

10. F1/ 19/ November/ 2021

Judul : Penyuluhan Nutrisi pada Balita dan Batita mengenai Gizi Kurang

Latar belakang :

Pemberian gizi yang cukup pada anak di masa emas yaitu dari bayi hingga usia lima tahun
merupakan hal yang penting. Pasalnya, pemenuhan  gizi menjadi salah satu faktor yang
berpengaruh pada kecerdasan dan juga perilaku. Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas) Kementerian Kesehatan 2018 menunjukkan 17,7% bayi usia di bawah 5 tahun
(balita) masih mengalami masalah gizi. Angka tersebut terdiri atas balita yang
mengalami gizi buruk sebesar 3,9% dan yang menderita gizi kurang sebesar 13,8%

Permasalahan :

Pada wilayah Desa Binalawan, banyak ibu yang bekerja sebagai pengikat rumput laut
sehingga para ibu yang bekerja menemukan kesulitan mempersiapkan makanan yang bergizi
untuk anak. Pada umumnya, makanan rumahan yang dimasak akan ditolak oleh anak, anak
lebih memilih mengonsumsi makanan ringan sepanjang hari. Hal ini juga diperparah karena
kurangnya pengetahuan ibu mengenai pentingnya gizi anak di usia 2-5 tahun. Para ibu yang
bekerja, seringkali menitipkan anaknya kepada tetangga/ neneknya, sehingga para kerabat
tersebut kurang memerhatikan kecukupan gizi anak, dan cenderung membiarkan anak makan
sesuai keinginannya. Para ibu juga kurang pengetahuan cara memasak masakan yang
berpenampilan menarik agar anak mau makan.

Perencanaan dan pemilihan intervensi :

Pada penyuluhan, dijelaskan kepada orangtua mengenai pentingnya gizi pada masa golden
age (usia 0-5 tahun). Nutrisi yang cukup pada masa golden age, akan berdampak pada
perkembangan otak dan fisik anak ke depannya. Mendorong ibu-ibu untuk memasak
makanan yang bergizi, sesuai model PIRINGKU. Konseling juga menekankan makan pokok
3x sehari, dengan makanan selingan 2x diantaranya. Makanan selingan hendaknya yang
bergizi seperti buah, dan susu. Para orangtua harus menghindari memberikan makanan instan
dengan pewarna dan pengawet kepada anak-anak.

Pelaksanaan :

Dilakukan penyuluhan Gizi di Pustu Desa Binalawan pada tanggal 13 Oktober 2021.
Penyuluhan gizi dilakukan terhadap 18 orang ibu yang mempunyai anak

Monitor dan evalusi :


Menyarankan orang tua pasien untuk memeriksakan tinggi badan dan berat badan anak ke
puskesmas bulan depan. Bila masih kurang, akan diberi PMT

11. F3/deteksi dini resti ibu hamil

Judul : Deteksi dini resiko tinggi pada ibu hamil dan ANC mobile

Latar belakang :

Preeklampsia dengan komplikasi merupakan penyakit obstetri dengan prevalensi tertinggi


di Indonesia sehingga dapat meningkatkan angka kematian pada ibu dan bayi. Preeklamsia
merupakan penyebab kematian ibu ke 2 dari penyebab lainnya. Preeklamsi merupakan
penyebab kematian ibu sekitar 30-40% dan kecenderungan meningkat bila disertai
komplikasi organ lain. Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia (POGI) menargetkan
tidak ada lagi kematian ibu akibat preeklamsi. Preeklamsi merupakan sasaran pertama untuk
menurunkan angka kematian ibu karena dapat dilakukan deteksi dini dan pencegahan.

Permasalahan :

Menurut Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran (PNPK) insiden preeklamsi di Indonesia


adalah 128.273/tahun atau sekitar 5,3%. Kecenderungan yang ada dalam dua dekade terakhir
ini tidak terlihat adanya penurunan yang nyata terhadap insiden preeklamsi.

Pada wilayah Puskesmas Setabu dan Nunukan masih banyak ibu hamil yang mengalami PE
dan bahkan sampai eklamsia karena terlambat di deteksi dini.

Perencanaan dan pemilihan intervensi :

Pada deteksi dini resiko tinggi ibu hamil, akan dilakukan oleh dokter dan bidan. Pertama akan
dilakukannya pemeriksaan antenatal care (ANC) dengan pengukuran tinggi badan (TB) dan
berat badan (BB), mengukur usia kehamilan, tinggi fundus uteri, denyut jantung janin dan
setelah itu dilakukannya senam ibu hamil. Kemudian dilakukannya ultrasonografi (USG)
mobile deteksi dini resiko tinggi pada ibu hamil yang dilakukan oleh dokter dan dokter
internship

Pelaksanaan :

Dilakukan ANC, USG mobile dan deteksi dini resiko tinggi ibu hamil di Desa Binalawan di
rumah salah satu bidan Puskesmas dengan jumlah peserta 20 orang

Monitor dan evalusi :

Ibu hamil tampak antusias dan diharapkan ibu hamil rutin untuk melakukan pemeriksaan
ANC ke Puskesmas maupun Pustu
12. F3/ 15/ 11/2021 pemberian tablet Fe pada ibu hamil

Judul : Pemberian Zat Besi pada ibu hamil

Latar belakang :

Prevalensi anemia pada tahun 2018 meningkat menjadi 48,9% (Riskesdas, 2018). Hal ini


merupakan hal yang buruk, dan berdampak panjang bagi kesehatan ibu dan bayi, serta dapat
meningkatkan angka kematian ibu dan bayi. Ibu hamil yang mengalami anemia berisiko lebih
tinggi mengalami persalinan prematur, kematian janin, , bayi lahir dengan berat rendah,
perdarahan pasca persalinan yang berujung pada kematian ibu.  Beberapa penelitian juga
meneliti bahwa anemia pada ibu hamil dapat meningkatkan risiko depresi postpartum.
Program pencegahan anemia pada ibu hamil di Indonesia, dengan memberikan suplemen
tablet Fe sebanyak 90 tablet selama masa 2 kehamilan. Kebanyakan ibu hamil yang menolak
atau tidak mematuhi anjuran ini karena berbagai alasan. Kepatuhan mengkonsumsi tablet Fe
dikatakan baik apabila ibu hamil mengkonsumsi semua tablet Fe yang diberikan selama
kehamilan. Kepatuhan ibu hamil mengkonsumsi tablet Fe merupakan faktor penting dalam
menjamin peningkatan kadar hemoglobin ibu hamil. Tablet Fe sebagai suplemen yang
diberikan pada ibu hamil menurut aturan harus di konsumsi setiap hari. Pengetahuan, sikap
dan tindakan ibu hamil yang kurang baik, efek samping tablet Fe yang ditimbulkan tablet Fe
tersebut dapat memicu seseorang kurang mematuhi konsumsi tablet Fe secara benar sehingga
tujuan dari pemberian tablet Fe tersebut tidak tercapai

Permasalahan :

Kebutuhan zat besi pada ibu hamil sangat meningkat, dibanding pada permpuan yang tidak
hamil. Oleh karena itu dibutuhkan suplemen zat besi tambahan untuk Ibu hamil. Hal ini
berguna untuk memproduksi darah agar mendukung pertumbuhan bayi. Kekurangan zat besi
akibat pola makan yang kurang sehat menjadi penyebab umum anemia atau sering disebut
juga kurang darah saat kehamilan.

Hasil Riskesdas (2013) menunjukkan bahwa mengkonsumsi zat tablet Fe selama kehamilan
di Indonesia sebesar 89,1%. Ibu hamil yang mengkonsumsi tablet Fe 90 hari selama
kehamilan sebesar 33,3 %. Ibu hamil yang mengkonsumsi tablet Fe kurang dari 90 hari
sebesar 34,4% dan sebesar 21,4% yang tidak mengkonsumsi tablet Fe 90 hari (Riskesdas,
2013).

Perencanaan dan pemilihan intervensi :

Dilakukan pemeriksaan kesehatan bagi ibu hamil dan pemberian tablet besi di poli KIA
Puskesmas Setabu

Pelaksanaan :

Dilakukan penyuluhan mengenai pentingnya zat besi bagi ibu hamil yakni: menambah
asupan nutrisi untuk janin, mencegah anemia defisiensi zat besi, mencegah pendarahan saat
masa persalinan, menurunkan resiko kematian pada ibu karena perdarahan pada saat
persalinan, dan dilakukan juga pemberian tablet besi kepada ibu hamil yang datang ke poli
KIA

Monitor dan evalusi :

Masih kurangnya pengetahuan tentang pentingnya tablet Fe bagi ibu hamil sehingga masih
sedikit yang datang kunjungan ke poli KIA

13. F1/ 19/11 2021 penyuluhan pada penyakit kulit di Desa Mentikas

Judul : Pemberian Zat Besi pada ibu hamil

Latar belakang :

Keluhan kulit gatal ialah salah satu keluhan yang paling sering dijumpai di poli. Keluhan ini
sangat mengganggu sehingga menyebabkan pasien mencari pertolongan. Selain itu, iklim
Indonesia yang lembap dan panas membuat masyarakat rentan terhadap penyakit kulit akibat
jamur, miliaria, dan tungau. tersebut dapat disebabkan oleh jamur, keringat berlebih dan
tungau.

Permasalahan :

Secara umum, penyakit kulit tidak mematikan. Namun, pasien penderita penyakit kulit dapat
mengalami gangguan dalam aktivitas sehari-hari dan penurunan kualitas hidup.

Terdapat penelitian di Eropa yang melibatkan lebih dari 3.500 pasien dengan berbagai
penyakit kulit.. Peneliti melakukan pemeriksaan fisik dan kuisioner yang menanyakan
tentang latar belakang sosial-ekonomi, serta pengalaman dengan kulit yang gatal. Dari data
tersebut diperoleh kesimpulan tentang gejala depresi, kegelisahan, dan upaya bunuh diri. Para
peneliti sepakat akan hubungan antara kondisi kulit, rasa gatal, ketimpangan suasana hati, dan
kualitas hidup. Dari penelitian tersebut, juga diketahui bahwa pasien yang mengalami gatal
kulit relatif memiliki masalah ekonomi dibanding mereka yang tidak mengalami gatal kulit.
(Florence, 2019)

Perencanaan dan pemilihan intervensi :

Karena meningkatnya kasus dermatitis/ infeksi kulit terutama pada pekerja mabetang atau
pengikat rumput laut, maka masyarakatnya sebaiknya diedukasi mengenai pencegahan
dermatitis. Penyuluhan akan dilaksanakan di Desa Mentikas

Pelaksanaan :

Penyuluhan dilaksanakan pada pekerja mabetang atau pengikat rumput laut dihadiri oleh 19
orang yang sedang melakukan mabetang dan dijelaskan berbagai macam-macam penyakit
dengan gejala kulit gatal dan pengobatan sederhana (dermatitis kontak, dermatitis atopi, infeksi
jamur, urtikaria, dan miliaria), cara merawat kulit agar tetap sehat, masyarakat cukup antusias
dalam mendengarkan penyuluhan dan setelah sesi materi dan diperkenankan untuk bertanya
Monitor dan evalusi :

Peserta tampak antusias sambil mengikat rumput laut mereka mendengarkan dengan baik dan
diharapkan agar pasien yang memiliki keluhan gatal terutama pada pekerja mabetang
memeriksakan diri ke Puskesmas

14. F3/13/ November/ 2021 Imunisasi dasar di Posyandu Teratai

Judul : Imunisasi Dasar dan Lanjutan di Posyandu teratai

Latar belakang :

Seperti yang diketahui bersama, imunisasi merupakan salah satu cara yang efektif untuk
mencegah penularan penyakit dan sangat berperan dalam menanggulangi masalah kesehatan.
Dengan demikian, anak tidak mudah tertular infeksi, tidak mudah menderita sakit,
pencegahan terjadinya wabah dan mencegah kemungkinan terjadinya kematian karena suatu
penyakit. Pentingnya imunisasi didasarkan pada pemikiran paradigma sehat bahwa upaya
promotif dan preventif merupakan hal terpenting dalam peningkatan status kesehatan.
Berdasarkan hasil Riskesdas tahun 2013 cakupan pemberian imunisasi lengkap sebesar
59,2%, imunisasi tidak lengkap sebesar 32,1%, dan tidak pernah diimunisasi sebesar 8,7%.
Salah satu upaya meningkatkan cakupan imunisasi rutin adalah dengan mencanangkan
program imunisasi mulai dari rumah-rumah warga, sekolah, rumah sakit swasta,
Posyandu, Puskesmas dan sebagainya.

Permasalahan :

Berdasarkan hasil Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012, angka
kematian bayi (AKB) 34/1000 kelahiran hidup dan angka kematian balita (AKBA) 44/1000
kelahiran hidup. Hasil survei Riskesdas tahun 2013 didapatkan data cakupan imunisasi HB-0
(79,1%), BCG (87,6%), DPT-HB-3 (75,6%), Polio-4 (77,0%), dan imunisasi campak
(82,1%). Pada kalimantan utara cakupan imunisasi dasar sebesar 75% dimana target yang
dibutuhkan adalah 95 %

Perencanaan dan pemilihan intervensi :

Melakukan imunisasi, dengan melihat dan mengisi Buku Pink. Sebelum dilakukan imunisasi
bayi balita dan anak-anak dilakukan penimbangan dan dilihat apakah BB (Berat Badan ) dan
TB ( Tinggi badan) sesuai dengan usia dan diberikan penjelasan mengenai gizi pada anak dan
jika ada anak yang memiliki gizi kurang diberikan makanan tambahan

Pelaksanaan :

Telah dilaksanakan program imunisasi dasar dan lanjutan di Posyandu Teratai dengan peserta
sebanyak 9 balita, 3 bayi dan 1 anak yang hanya diukur BB dan TB dikarenakan sudah
lengkap
Monitor dan evalusi :

Dilakukan monitor dan pemantauan dengan kerjasama bersama ibu kader tentang
perkembangan bayi balita dan anak mengenai kelengkapan imunisasi dan perkembangan gizi.
Peserta yang datang cukup antusias karena para kader membuat makanan pendamping asi
untuk peserta yang datang.

15. F6/ 16/ 11/2021 Posbindu dan posyandu pada wilayah Sebatik Barat di Desa
Binalawan

Judul : Posbindu dan posyandu pada wilayah Sebatik Barat di Desa Binalawan

Latar belakang :

Menurut WHO, penyakit tidak menular adalah penyebab kematian nomor satu di
dunia. Tiap tahun, lebih dari 60% kematian penduduk dunia disebabkan oleh penyakit
jenis ini. Diperkirakan lebih dari 36 juta orang meninggal akibat penyakit tidak
menular setiap tahunnya. 80% dari kematian tersebut terjadi di negara-negara
berkembang serta negara tertinggal.

Menurut WHO pada tahun 2015, 60 persen penyebab kesakitan dan kematian di Indonesia
disebabkan oleh penyakit tidak menular. Empat dari lima penyebab kematian terbanyak di
Indonesia saat ini adalah penyakit tidak menular. Adapun rinciannya adalah stroke (21,1
persen), jantung koroner (12,9 persen), diabetes mellitus (DM) dengan komplikasi (6,7
persen), tuberkulosis (5,7 persen), dan hipertensi dengan komplikasi (5,3 persen).

Permasalahan :

Berdasarkan dari hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018, dikatakan bahwa
Indonesia mengalami kenaikan prevalensi Penyakit Tidak Menular (PTM), dibanding tahun
2013. Bahkan PTM menjadi penyebab kematian tertinggi di Indonesia.

Masih banyak warga diwilayah Posbindu lansia di Desa Binalawan yang mengalami penyakit
tidak menular dan putus obat dikarenakan tidak ada yang mengantar untuk ke Puskesmas
sedangkan pasien sudah tidak kuat untuk berjalan

Perencanaan dan pemilihan intervensi :

Dokter internship, perawat dan para kader melakukan melakukan program pemeriksaan
kesehatan gratis dan konsultasi di Posbindu dilakukan untuk warga wilayah Posbindu
Simpang Bahagia. Pada acara ini dilakukan pemeriksaan kesehatan berupa pemeriksaan
tekanan darah, gula darah, kolesterol dan asam urat. Setelah mendapatkan hasil pemeriksan,
warga dapat berkonsultasi mengenai hasil pemeriksaan dengan dokter untuk tatalaksana
selanjutnya apakah perlu memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan atau tidak
Pelaksanaan :

Dilakukan program pemeriksaan tensi, gula darah, kolesterol dan asam urat yang berbayar
namun konsultasi dan pemberian obat dilakukan secara gratis di Posbindu Binalawan di
Rumah salah satu kader yang di hadiri oleh 17 orang warga Desa Liang Bunyu

Monitor dan evalusi :

Pemantauan dilakukan dari pihak puskesmas bekerja sama bersama Kader-kader tiap
wilayah. Pada pemeriksaan masih ada beberapa obat yang tidak tersedia dikarenakan kosong
di Puskesmas sehingga ada warga yang tidak mendapatkan obat sesuai dengan keluhannya

16. F3/ 4/ 12/21

Judul : Pemeriksaan Antenatal Care (ANC) Terpadu di Posyandu bugenville

Latar belakang :

Salah satu solusi efektif dalam menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian
Bayi (AKB) adalah dengan cara meningkatkan pertolongan persalinan yang dilakukan oleh
tenaga medis terlatih yang disediakan oleh fasilitas pelayanan kesehatan. Di samping itu,
dibutuhkan partisipasi serta kesadaran ibu terhadap pentingnya pemeriksaan
kehamilan di fasilitas pelayanan kesehatan oleh tenaga kesehatan.

Pemeriksaan ANC (Antenatal Care) merupakan pemeriksaan kehamilan yang bertujuan untuk


meningkatkan kesehatan fisik dan mental pada ibu hamil secara optimal, hingga mampu
menghadapi masa persalinan, nifas, menghadapi persiapan pemberian ASI secara eksklusif,
serta kembalinya kesehatan alat reproduksi dengan wajar.

Pemeriksaan kehamilan dilakukan minimal 6 (empat) kali selama masa kehamilan, yaitu 2
kali pemeriksaan pada trimester pertama, 1 kali pemeriksaan pada trimester kedua, dan 3 kali
pemeriksaan pada trimester ketiga.

Permasalahan :

Berdasarkan Profil Kesehatan Indonesia 2018, cakupan kunjungan ANC K4 pada ibu hamil
di Indonesia baru mendapai 88.03%. Masih ada beberapa ibu hamil yang tidak melakukan
kunjungan ANC secara lengkap di Wilayah Sebatik Barat yang ditemukan ketika ingin
melahirkan di Puskesmas Setabu

Perencanaan dan pemilihan intervensi :

Melakukan pemeriksaan ANC dengan melakukan 1. Penimbangan berat badan dan


pengukuran tinggi badan. 2. Pengukuran tekanan darah. 3. Pengukuran Lingkar Lengan Atas
(LiLA). 4. Pengukuran tinggi puncak rahim (fundus uteri). 5. Penentuan status imunisasi
tetanus dan pemberian imunisasi tetanus sesuai status imunisasi. 6. Pemberian tablet tambah
darah minimal 90 tablet selama kehamilan. 7. Penentuan presentasi janin dan denyut jantung
janin (DJJ). 8. Pelaksanaan temu wicara (pemberian komunikasi interpersonal dan konseling,
termasuk KB pasca persalinan). 9. Pelayanan tes laboratorium sederhana, minimal tes
hemoglobin darah (Hb), pemeriksaan protein urin dan pemeriksaan golongan darah (bila
belum pernah dilakukan sebelumnya). 10. Tatalaksana kasus sesuai indikasi.

Pelaksanaan :

Melakukan ANC terpadu dan memberikan KIE dengan baik dan jelas. Memberikan vitamin
dan anjuran asupan gizi yang benar di posyandu teratai terdapat 1 ibu hamil yang melakukan
ANC

Monitor dan evalusi :

Masih kurangnya kesadaran dan pengetahuan ibu dalam pentingnya melakukan pemeriksaan
rutin ANC sehingga sedikit yang memeriksakan kehamilannya, diharapkan masyarakat
terutama para ibu memiliki peningkatan kesadaran mengenai fungsi dan manfaat dari ANC
terpadu.

17. F6/ 3/ 11.2021 laporan tentang ispa di poli umum Puskesmas Setabu

Judul : laporan tentang ispa di poli umum Puskesmas Setabu

Latar belakang :

Infeksi saluran pernapasan akut atau ISPA adalah infeksi di saluran pernapasan, ISPA salah satu
penyakit terbanyak di poli umum. ISPA sendiri menimbulkan gejala batuk, pilek, disertai dengan
demam. ISPA sangat mudah menular dan dapat dialami oleh siapa saja, terutama anak-anak dan
lansia.

Sesuai dengan namanya, ISPA akan menimbulkan peradangan pada saluran pernapasan,
mulai dari hidung hingga paru-paru. Kebanyakan ISPA disebabkan oleh virus, sehingga dapat
sembuh dengan sendirinya tanpa pengobatan khusus dan antibiotik.
Permasalahan :

Kurangnya pemahaman masyarakat mengenai ISPA terutama penularan dan pencegahan


yang berkaitan dengan lingkungan dan kebersihan. Banyaknya penyakit ISPA di poli umum
Puskesmas Setabu

Perencanaan dan pemilihan intervensi :

Tercapainya pemahaman mengenai gejala, penyebab, resiko penularan ISPA kepada


masyarakat dengan melakukan KIE pada pasien ISPA di poli umum

Pelaksanaan :
Melakukan penyuluhan perlisan dengan menjelaskan faktor resiko penularan : tidak memakai
masker, tidak rajin mencuci tangan, tidak mengkonsumsi makan-makanan bergizi

Monitor dan evalusi :

Masyarakat memahami mengenai penyebab-penyebab ISPA, gejala, faktor resiko penularan


dan tindakan pencegahan yang dapat dilakukan.

18. F1/ 18/ 10/21

Judul : Pelatihan dan penyuluhan Menyikat Gigi untuk Siswa Sekolah di SDN 006 Sebatik
barat

Latar belakang :

Menjaga kesehatan mulut dan gigi adalah salah satu kebiasaan baik yang harus diajarkan
sejak kecil, sehingga mereka dapat menikmati kesehatan mulut seumur hidupnya. Kebiasaan
ini membantu mencegah karies dan penyakit periodontal seiring bertambahnya usia. Dengan
pembinaan yang tepat, anak bisa dengan cepat mengadopsi kebersihan mulut yang baik
sebagai bagian dari rutinitas hariannya. 

Permasalahan :

Berdasarkan Riskesdas 2018 , 93% anak usia dini, yakni dalam rentang usia 5-6 tahun,
mengalami gigi berlubang. Ini berarti hanya 7% anak di Indonesia yang bebas dari masalah
karies gigi.penyebab gigi berlubang pada 93 persen anak Indonesia bisa dipicu berbagai hal
mulai dari pemberian susu sembari tidur, pemberian makanan dan minuman tinggi gula,
hingga kurangnya kesadaran orangtua untuk mengajarkan anaknya menyikat gigi.Gigi susu
yang karies ini, pada akhirnya bisa memengaruhi kondisi gigi anak saat dewasa

Perencanaan dan pemilihan intervensi :

Untuk mengatasi permasalahan tersebut, perlu diadakan pelatihan agar anak mampu
menyikat giginya dengan benar. Pelatihan akan dilakukan di sekolah, peserta kelas 1-6,
diawali dengan materi, lalu dilanjutkan dengan pelatihan menyikat gigi dengan alat peraga.

Materi yang diberikan antara lain : Pertumbuhan gigi, hal-hal yang menyebabkan gigi
berlubang, gejala gigi berlubang, cara merawat gigi dengan baik

Pelaksanaan :

Pelatihan dilaksanakan di SDN 006 Sebatik Barat pelatihan diawali dengan perkenalan,
senam bersama lalu ditanyakan kebiasaan menyikat gigi, dilanjutkan memperagakan cara
menyikat gigi yang benar dengan peraga gigi. Kemudian anak-anak dipersilakan untuk
mencoba dengan alat peraga.
Monitor dan evalusi :

Anak-anak tampak antusias memperhatikan, tetapi masih ada anak yang tidak membawa sikat
gigi sehingga tidak bisa ikut memperagakan menyikat gigi. Diharapkan setelah ini anak-anak
mampu menjaga kesehatan giginya dengan lebih baik.

19. FI/ 23 November 2021

Judul : Penyuluhan mengenai kenali alat reproduksi dan dampak dari seks bebas (UKS) di
SMKN 1 Sebatik Barat

Latar belakang :

Selain narkoba dan HIV/AIDS, seks bebas kini menjadi masalah utama remaja di Indonesia.
Ini merupakan masalah serius karena jumlah remaja tergolong besar yaitu 26,7 persen dari
total penduduk. HIV menyebabkan AIDS dan mengganggu kemampuan tubuh melawan
infeksi. Virus ini dapat ditularkan melalui kontak dengan darah yang terinfeksi, air mani, atau
cairan vagina. Dalam beberapa minggu infeksi HIV, gejala seperti flu seperti demam, sakit
tenggorokan, dan kelelahan dapat terjadi. 

Permasalahan :

Kementerian Kesehatan pada 2009 pernah merilis perilaku seks bebas remaja dari hasil
penelitian di empat kota: Jakarta Pusat, Medan, Bandung, dan Surabaya. Hasilnya, sebanyak
35,9 persen remaja punya teman yang sudah pernah melakukan hubungan seksual sebelum
menikah. Bahkan, 6,9 persen responden telah melakukan hubungan seksual pranikah. Di
wilayah sebatik baratmasih ditemukannya penyakit menular seksual dan penyakit HIV

Perencanaan dan pemilihan intervensi :

Untuk mengatasi hal tersebut akan diadakannya penyuluhan yang akan dilaksanakan di
SMKN 1 Sebatik Barat dengan menjelaskan alat reproduksi wanita dan pria, penyakit apa
saja jika melakukan seks bebas, dampak apa saja yang akan didapatkan jika seks bebas

Pelaksanaan :

Penyuluhan dilaksanakan di SMKN 1 Sebatik Barat dengan peserta sebanyak 79 siswa dan
siswi. Penyuluhan diawali dengan pengisian kuis dan dilanjutkan pemberian materi dan
diakhiri pertanyaan dan konsultasi

Monitor dan evalusi :

Siswa dan siswi tampak antusias memperhatikan. Diharapkan setelah penyuluhan ini dapat
meningkatkan pengetahuan dan wawasan mengenai alat reproduksi, penyakit yang
diakibatkan oleh seks bebas dan dampak apa saja jika seks bebas
20. F2/ Upaya Kesehatan Lingkungan dari Skabies di Wilayah Sebatik Barat dengan
memberi penyuluhan yang menitikberatkan kebersihan lingkungan.

Judul :

Latar belakang :

Skabies, atau dikenal sebagai kudis, merupakan penyakit kulit yang sangat gatal, disebabkan
oleh infestasi dan sensitisasi terhadap parasit Sarcoptes scabiei var hominis dan produknya,
seperti telur, feses, saliva, atau produk sekretori lainnya. Penyakit ini bersifat menular dan
umumnya menyerang sekelompok orang, misalnya pada perkampungan padat penduduk atau
penghuni asrama. Secara epidemiologi, penyakit skabies, atau disebut juga sebagai kudis, di
seluruh dunia tercatat sebanyak 300 juta kasus setiap tahunnya. Prevalensi skabies di
Indonesia menurut Depkes RI merujuk data dari Puskesmas seluruh Indonesia pada tahun
2008 adalah sekitar 6-13% dan cenderung menurun pada tahun 2013 menjadi sekitar 4–6%.
Walau demikian, insidensi skabies juga dipengaruhi oleh lokasi, meningkat pada tempat
dengan banyaknya orang yang tinggal bersama, seperti pesantren, asrama, atau panti asuhan.

Permasalahan :

Tingginya kasus skabies yang ditemui di poli dalam praktek sehari-hari. Kurangnya
pengetahuan masyarakat mengenai skabies .

Perencanaan dan pemilihan intervensi :

Upaya Kesehatan Lingkungan dari Skabies di lingkungan pesantren dengan memberi


penyuluhan yang menitikberatkan kebersihan lingkungan.

Pelaksanaan :

Melakukan aksi upaya kesehatan lingkungan dengan mencuci sprei, selimut dengan air panas
dan menjemurnya dibawah sinar matahari, tidak menggunakan peralatan pribadi secara
bersama-sama dan alas tidur diganti bila ternyata pernah digunakan oleh penderita skabies.
Menghindari kontak langsung dengan penderita skabies.

Monitor dan evalusi :

Keluhan dan gejala penyakit skabies serta evaluasi data kekambuhan penyakit tersebut

21. F4 8/10/2021 Laporan kegiatan pemantauan tumbuh kembang balita di Posyandu


anggrek

Judul : Laporan kegiatan pemantauan tumbuh kembang balita di Posyandu anggrek

Latar belakang :
Anak dan balita masih mengalami masa pertumbuhan dan perkembangan sehingga
membutuhkan konsumsi pangan yang cukup dan bergizi seimbang. Salah satu komponen gizi
seimbang bagi anak sekolah yang harus dipenuhi adalah konsumsi pangan yang beraneka
ragam, yaitu mengandung karbohidrat, protein, lemak, air, vitamin, mineral, dan serat.

Permasalahan :

Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Kementerian


Kesehatan 2018 menunjukkan 17,7% bayi usia di bawah 5 tahun (balita) masih mengalami
masalah gizi. Angka tersebut terdiri atas balita yang mengalami gizi buruk sebesar 3,9% dan
yang menderita gizi kurang sebesar 13,8%. Di wilayah sebatik barat masih banyak anak dan
balita yang mengalami gangguan perkembangan dan pertumbuhan

Perencanaan dan pemilihan intervensi :

Tenaga kesehatan termasuk dokter internship dan ahli gizi Puskesmas Setabu melakukan
pemantauan perkembangan dan pertumbuhan balita dan anak di Posyandu Anggrek. Tujuan
dari pemantauan agar balita dapat terdeteksi dini jika mengalami gangguan pertumbuhan dan
perkembangan

Pelaksanaan :

Dilakukannya pemantauan perkembangan dan pertumbuhan dengan melihat buku pink dan
melakukan pengukuran tinggi badan dan berat badan dan pengisian kuesioner denver untuk
melihat perkembangan anak dan balita. Balita yang menghadiri beserta ibunya sebanyak 12
orang

Monitor dan evalusi :

Kurangnya pengetahuan ibu sehingga kurang nya juga cara bagaimana untuk menstimulasi
anak supaya anak bertumbuh dan berkembang sesuai usianya. Diharapkan setelah
pemantauan ini ibu dapat cepat menstimulasi balita dan anak agar berkembang dan
bertumbuh sesuai usia

22. F4 14.10.2021

Judul : Laporan kegiatan pemantauan tumbuh kembang balita di Wilayah Kerja Liang
Bunyu

Latar belakang :

Anak dan balita masih mengalami masa pertumbuhan dan perkembangan sehingga
membutuhkan konsumsi pangan yang cukup dan bergizi seimbang. Salah satu komponen gizi
seimbang bagi anak sekolah yang harus dipenuhi adalah konsumsi pangan yang beraneka
ragam, yaitu mengandung karbohidrat, protein, lemak, air, vitamin, mineral, dan serat.

Permasalahan :
Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Kementerian
Kesehatan 2018 menunjukkan 17,7% bayi usia di bawah 5 tahun (balita) masih mengalami
masalah gizi. Angka tersebut terdiri atas balita yang mengalami gizi buruk sebesar 3,9% dan
yang menderita gizi kurang sebesar 13,8%. Di wilayah sebatik barat masih banyak anak dan
balita yang mengalami gangguan perkembangan dan pertumbuhan

Perencanaan dan pemilihan intervensi :

Tenaga kesehatan termasuk dokter internship dan ahli gizi Puskesmas Setabu melakukan
pemantauan perkembangan dan pertumbuhan balita dan anak di salah satu rumah kader.
Tujuan dari pemantauan agar balita dapat terdeteksi dini jika mengalami gangguan
pertumbuhan dan perkembangan

Pelaksanaan :

Dilakukannya pemantauan perkembangan dan pertumbuhan dengan melihat buku pink yang
dilakukan oleh tenaga kesehatan dokter, kader dan ahli gizi melakukan pengukuran tinggi
badan dan berat badan dan pengisian kuesioner denver untuk melihat perkembangan anak dan
balita. Balita yang menghadiri beserta ibunya sebanyak 10 orang

Monitor dan evalusi :

Kurangnya pengetahuan ibu sehingga kurang nya juga cara bagaimana untuk menstimulasi
anak supaya anak bertumbuh dan berkembang sesuai usianya. Diharapkan setelah
pemantauan ini ibu dapat cepat menstimulasi balita dan anak agar berkembang dan
bertumbuh sesuai usia

23. F3 24/ 12/2021 Deteksi dini

Judul : Deteksi dini resiko tinggi pada ibu hamil di poli KIA di Puskesmas Setabu

Latar belakang :

Preeklampsia dengan komplikasi merupakan penyakit obstetri dengan prevalensi tertinggi


di Indonesia sehingga dapat meningkatkan angka kematian pada ibu dan bayi. Preeklamsia
merupakan penyebab kematian ibu ke 2 dari penyebab lainnya. Preeklamsi merupakan
penyebab kematian ibu sekitar 30-40% dan kecenderungan meningkat bila disertai
komplikasi organ lain. Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia (POGI) menargetkan
tidak ada lagi kematian ibu akibat preeklamsi. Preeklamsi merupakan sasaran pertama untuk
menurunkan angka kematian ibu karena dapat dilakukan deteksi dini dan pencegahan.

Permasalahan :

Menurut Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran (PNPK) insiden preeklamsi di Indonesia


adalah 128.273/tahun atau sekitar 5,3%. Kecenderungan yang ada dalam dua dekade terakhir
ini tidak terlihat adanya penurunan yang nyata terhadap insiden preeklamsi.
Pada wilayah Puskesmas Setabu dan Nunukan masih banyak ibu hamil yang mengalami PE
dan bahkan sampai eklamsia karena terlambat di deteksi dini.

Perencanaan dan pemilihan intervensi :

Pada deteksi dini resiko tinggi ibu hamil, akan dilakukan oleh dokter dan bidan. Pertama akan
dilakukannya pemeriksaan antenatal care (ANC) dengan pengukuran tinggi badan (TB) dan
berat badan (BB), mengukur usia kehamilan, tinggi fundus uteri, denyut jantung janin dan
setelah itu dilakukannya senam ibu hamil. Kemudian dilakukannya ultrasonografi (USG)
mobile deteksi dini resiko tinggi pada ibu hamil yang dilakukan oleh dokter dan dokter
internship di Poli KIA Puskesmas Setabu

Pelaksanaan :

Dilakukan ANC dan deteksi dini resiko tinggi ibu hamil di Puskesmas Setabu dengan
pengisian buku pink

Monitor dan evalusi :

Kurang nya pengetahuan ibu akan pentingnya memeriksakan dan deteksi dini preeklamsia.
Diharapkan ibu dapat memeriksakan dirinya setiap bulannya

24. F2/ Memberikan KIE kepada pasien tentang bahaya nya merokok/ 30 102021

Judul :

Latar belakang :

Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyebut Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK)
merupakan penyebab kematian ketiga terbanyak di dunia. Sebanyak 3,23 juta kematian di
tahun 2019 dengan merokok sebagai penyebab utamanya.

PPOK bukan termasuk penyakit menular, PPOK adalah penyakit paru obstruktif yang dapat
diobati, sehingga tatalaksananya lebih diupayakan pada pencegahan perburukan gejala
maupun fungsi paru. PPOK disebabkan karena adanya korelasi erat antara paparan partikel
atau gas berbahaya yang signifikan dan meningkatnya respons utama pada saluran napas dan
jaringan paru. Partikel gas berbahaya utama tersebut adalah asap rokok. Ada juga partikel
lain seperti polusi bahan kimia di tempat kerja, dan asap dapur.

Permasalahan :

Tahun 2020, Global initiative for Chronic Obstructive Lung Disease memperkirakan secara
epidemiologi di tahun 2060 angka prevalensi PPOK akan terus meningkat karena
meningkatnya jumlah angka orang yang merokok. Di Indonesia berdasarkan data riset
kesehatan dasar 2013 prevalensi ppok mencapai 3,7% atau sekitar 9,2 juta jiwa yang
mengalami PPOK

Perencanaan dan pemilihan intervensi :


Diberikan penjelasan kepada pasien yang merokok dipoli terutama pada pasien lansia
mengenai apa itu PPOK, apa tanda dan gejala PPOK, bagaimana dampak dan bahaya dari
merokok dan PPOK dan cara pencegahan PPOK. Bahaya nya merokok aktif dan fasif

Pelaksanaan :

Dilakukan penjelasan dan KIE kepada pasien dan keluarga pasien oleh dokter internship
mengenai apa itu PPOK, apa tanda dan gejala PPOK, bagaimana dampak dan bahaya dari
merokok dan PPOK dan cara pencegahan PPOK. Bahaya nya merokok aktif dan fasif

Monitor dan evalusi :

Kurang nya pengetahuan dalam bahayanya merokok pasif dan aktif dan bagaimana dampak
untuk kedepannya. Diharapkan setelah diberikan KIE dapat meningkatkan wawasan dan
pengetahuan mengenai bahaya merokok

25. F4/ 10/ Des/2021

Penyuluhan pentingnya kandungan gizi sayur dan buah untuk kesehatan di Posyandu
Manggis

Judul :

Latar belakang :

Berdasarkan data Riskesdas 2013, sebanyak 93,5 persen masyarakat Indonesia tidak
mengonsumsi sayur dan buah dengan jumlah yang dianjurkan. Padahal sayur dan buah
merupakan jenis asupan yang wajib dikonsumsi untuk memenuhi pola makan gizi
seimbang. Sayur dan buah mengandung banyak vitamin dan mineral yang dibutuhkan oleh
tubuh. Kedua zat gizi ini memiliki peran, salah satunya sebagai antioksidan yang dapat
menangkal radikal bebas.

Selain mengandung vitamin dan mineral, sayur dan buah juga mengandung serat yang
dapat menjaga kesehatan pencernaan, mencegah kegemukan, dan meningkatkan daya
tahan tubuh.

Permasalahan :

Di Indonesia, rata-rata konsumsi buah-buahan perkapita per tahun yaitu 40,06 kg, sedangkan
rata-rata konsumsi sayur-sayuran perkapita per tahun yaitu 37,94 kg (FAO, 2010).
Rekomendasi konsumsi buah dan sayur dalam sehari adalah 400 gram/hari. Berdasarkan data
rata-rata konsumsi buah dan sayur di Indonesia merupakan negara yang penduduknya kurang
2 mengonsumsi buah dan sayur dibandingkan dengan rekomendasi FAO.

Perencanaan dan pemilihan intervensi :


Menjelaskan kepada ibu balita dan anak tentang pentingnya sayur dan buah dan dijelaskan
anjuran dari Badan Kesehatan Dunia (WHO) yang menganjurkan konsumsi sayur dan
buah-buahan untuk hidup sehat sejumlah 400 gram per orang per hari, yang terdiri dari
250 gram sayur (setara dengan dua porsi atau dua gelas sayur setelah dimasak dan
ditiriskan) dan 150 gram buah, (setara dengan tiga buah pisang ambon ukuran sedang atau
satu potong pepaya ukuran sedang atau tiga buah jeruk ukuran sedang).

Pelaksanaan :

Dilakukan penjelasan mengenai pentingnya zat gizi yang terkandung dalam sayur dan buah di
Posyandu Manggis yang dihadiri oleh 7 orang ibu balita

Monitor dan evalusi :

Dilakukan pemantauan zat gizi pada anak-anak melalui posyandu setiap bulannya.

26. F5/18 ok 2021

Judul : BIAS ( Bulan Imunisasi Anak Sekolah)

Latar belakang :

Bias adalah bulan dimana seluruh kegiatan imunisasi anak sekolah dilaksanakan di seluruh
Indonesia. Imunisasi dalah pemberian vaksin dengan tujuan agar mendapatkan perlindungan
(kekebalan) dari penyakit infeksi yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I).

Tujuan pelaksanaan BIAS adalah mempertahankan Eleminasi Tetanus Neonaturum,


pengendalian penyakit Difteri dan penyakit Campak dalam jangka panjang melalui imunisasi
DT, TT dan Campak pada anak sekolah

Permasalahan :

Berdasarkan kementrian kesehatan, Indonesia berkomitmen untuk mempertahankan cakupan


BIAS sebesar 90% dikarenakan kenaikan angka kejadian difteri dan campak

Perencanaan dan pemilihan intervensi :

BIAS akan dilakukan dengan diawali pemeriksaan tinggi badan, berat badan dan skrining
dini penyakit kusta dan kemudian dilanjutkan dengan menyuntikan imunisasi tambahan
campak dan pemberian obat dimana untuk intervensi kejadian KIPI

Pelaksanaan :

Dilakukan Bias pada 20 siswa dan siswi kelas 1 SDN 006 Sebatik Barat

Monitor dan evalusi :


Pada peserta 20 anak, dimana terdapat 1 anak yang tidak mau dikarenakan takut disuntik,
akan tetapi setelah dilakukan penjelasan anak tersebut mau. Diharapkan anak-anak dapat
mengikuti imunisasi tambahan berikutnya

1. F4/ pemberian tablet Fe pada remaja


2. F1/ penyuluhan tentang covid 19
3. F6/ laporan tentang penyakit kulit
4. F6/laporan tentang ispa
5. F1/ Gizi untuk anak
6. F3/ penyuluhan kelas ibu hamil
7. F4/ pemantauan gizi anak di posyandu

Anda mungkin juga menyukai