Anda di halaman 1dari 8

LATAR BELAKANG

Keluarga Berencana (KB) merupakan salah satu pelayanan kesehatan preventif


untuk menekan angka kelahiran dan mengendalikan pertambahan penduduk.
Program tersebut sangat penting karena merupakan salah satu usaha untuk menurunkan angka
kesakitan dan kematian ibu yang sedemikian tinggi akibat kehamilan.
Pelayanan Keluarga Berencana yang merupakan salah satu didalam paket
Pelayanan Kesehatan Reproduksi Esensial perlu mendapatkan perhatian yang serius, karena
dengan mutu pelayanan Keluarga Berencana berkualitas diharapkan akan dapat meningkatkan
tingkat kesehatan dan kesejahteraan. Dengan telah berubahnya paradigma dalam pengelolaan
masalah kependudukan dan pembangunan dari pendekatan pengendalian populasi dan penurunan
fertilitas menjadi pendekatan yang berfokus pada kesehatan reproduksi serta hak reproduksi.
Maka pelayanan Keluarga Berencana harus menjadi lebih berkualitas serta memperhatikan hak-
hak dari klien/ masyarakat dalam memilih metode kontrasepsi yang diinginkan.
KB merupakan program yang berfungsi bagi pasangan untuk menunda
kelahiran anak pertama (post poning), menjarangkan anak (spacing) atau membatasi(limiting)
jumlah anak yang diinginkan sesuai dengan keamananOmedis serta kemungkinan kembalinya
fase kesuburan0(ferundity). Berdasarkan profil Kesehatan di Indonesia tahun 2019 metode KB
yang paling diminati adalah suntik dan pil yang sesungguhnya masih memiliki efektivitas yang
kurang.
Melihat masih banyak yang belum menggunakan KB jangka panjang yang memiliki efektivitas
yang lebih tinggi seperti implant dan IUD, maka salah satu upaya edukasi ini diharapkan
masyarakat lebih paham dalam pemilihan KB.

Permasalahan
Rendahnya pemahaman masyarakat mengenai metode-metode KB, serta rendahnya partisipasi
masyarakat dalam KB. Masih banyak masyarakat yang memilih untuk menggunakan metode KB
yang efektivitasnya masih rendah.

Perencanaan
KB Safari akan dilaksanakan pada hari Kamis, 24 Juni 2021 di Puskesmas Medan Area Selatan.
Metode KB yang akan digunakan adalah pemasangan implant, IUD, dan suntik. Setelah
pemasangan akan diberikan pengobatan dan dilakukan follow up.

Pelaksanaan
KB Safari dilaksanakan pada hari Jumat, 24 Juni 2021 di Puskesmas Medan Area Selatan.
Pemasangan dan pelepasan KB implant dan IUD dilakukan oleh Ibu Purnama dan Taruli.

Cara pelepasan dan pemasangan KB implant:


Pelepasan KB implant:
1. Minta pasien untuk mencuci lengan tempat KB implant
2. Tentukan lokasi implant di lengan pasien.
3. Lakukan tindakan antiseptik pada lengan pasien
4. Kemudian lakukan insisi di dekat ujung implant.
5. Forceps dimasukan kedalam lubang insisi dan implant didorong dengan jari tangan lain kearah
ujung forceps, selanjutnya forceps dibuka lalu kapsul dijepit dengan ujung forceps.
6. Selanjutnya implant yang sudah dijepit kemudian ditarik pelan-pelan. Kalau perlu
dibantu dengan mendorong implant dengan jari tangan lain. Adakalanya implant
sudah terbungkus dengan jaringan sekitarnya dalm hal ini dilakukan insisi pada
jaringan yang membungkus secara pelan-pelan.
7. Lakukan hal yang serupa dengna implant satu lagi.
8. Setelah itu tutup luka, berikan pengobatan berupa Amoksisilin dan Parasetamol. Lanjutkan ke
pemasangan apabila peserta ingin menggunakan implant kembali.
Pemasangan implant:
1. Minta pasien untuk mencuci lengan tempat KB implant
2. Tentukan lokasi pemasangan implant di lengan atas pasien sekitar 8 cm dari siku.
3. Lakukan tindakan antiseptik pada lengan pasien
4. Kemudian lakukan insisi.
5. Masukkan trokar dan pendorongnya melalui tempat insisi dengan sudut 45 derajat hingga lapisan subdermal
kemudian luruskan trokar sejajar dengan kulit
6. Ungkit kulit dan dorong trokar sampai batas tanda 1
7. Keluarkan pendorong
8. Masukkan kapsul pertama ke dalam trokar dengan tangan atau pinset, tadahkan tangan yang lain di bawah
kapsul sehingga dapat menangkap kapsul bila jatuh
9. Masukkan kembali pendorong dan tekan kapsul ke arah ujung dari trokar sampai terasa adanya tahanan
10. Tahan pendorong di tempatnya dengan satu tangan
11. Sambil menahan ujung kapsul di bawah kulit tarik trokar dan pendorongnya secara bersama sampai batas
tanda 2
12. Belokkan arah trokar ke samping dan arahkan ke sisi lain dari kaki segitiga terbalik
13. Cabut pendorong dan masukkan kapsil kedua, kemudian dorong kapsukl hingga terasa tahanan
14. Tahan pendorong dan tarik trokar ke arah pangkal pendorong
15. Tahan ujung kapsul kedua yang sudah terpasang di bawah kulit
16. Raba kapsul di bawah kulit untuk memastikan kedua kapsul implan-2
17. Raba daerah insisi untuk memantine seluruh kapsul berada jauh dari luka insisi
18. Tekan pada tempat insisi dengan kasa untuk menghentikan pendarahan
19. Tutup insisi dengan kasa, berikan Amoksisilin dan Parasetamol dan minta pasien untuk follow-up Jumat
minggu depan.

Cara pemasangan KB IUD:


1. Minta pasien untuk BAK dan membersihkan daerah kewanitaan.
2. Sebelum dilakukan pemasangan IUD maka dilakukan pemeriksaan speculum dan IVA test dahulu.
3. Masukkan lengan AKDR Cu T380A di dalam kemasan sterilnya :
 Buka sebagian plastik penutupnya dan lipat kebelakang
 Masukkan pendorong kedalam tabung inserter tanpa menyentuh benda tidak steril
 Letakkan kemasan pada tempat yang datar
 Selipkan karton pengukur dibawah lengan AKDR
 Pegang kedua ujung lengan AKDR dan dorong tabung inserter sampai ke pangkal lengan sehingga
lengan akan melipat
 Setelah lengan melipat sampai menyentuh tabung inserter, tarik tabung inserter dari bawah lipatan
lengan
 Angkat sedikit tabung inserter, dorong dan putar untuk memasukkan lengan AKDR yang sudah terlipat
tersebut ke dalam tabung inserter.
 Pastikan cincin biru sejajar dengan arah lengan AKDR, cocokkan dengan ukuran kavum uteri
 Pastikan ujung pendorong menyentuh ujung AKDR
 AKDR siap diinsersikan ke kavum uteri
4. Pasang speculum, jepit serviks dengan tenaculum.
5. Masukkan sonde dan tentukan posisi dan kedalaman uterus
6. Ukur kedalaman kavum uteri pada tabung inserter yang masih berada di dalam kemasan sterilnya
dengan menggeser leher biru pda tabung inserter, kemudian buka seluruh plastik penutup kemasan
7. Pegang tabung AKDR dengan leher biru dalam posisi horisontal (sejajar lengan AKDR). Sementara
melakukan tarikan hati-hati pada tenakulum, masukkan tabung inserter ke dalam uterus sampai leher
biru menyentuh serviks atau sampai terasa adanya tahanan.
8. Pegang serta tahan tenakulum dan pendorong dengan satu tangan
9. Lepaskan lengan AKDR dengan menggunakan teknik withdrawl yaitu menarik keluar tabung inserter
sampai pangkal pendorong dengan tetap menahan pendorong
10. Keluarkan pendorong, kemudian tabung inserter didorong kembali ke serviks sampai leher biru
menyentuh serviks atau terasa adanya tahanan
11. Keluarkan tabung inserter dan gunting benang AKDR kurang lebih 3-4 cm
12. Keluarkan tenaculum
13. Lihat apakah ada perdarahan lalu keluarkan speculum
14. Berikan pengobatan pada pasien dan minta pasien untuk follow up Jumat minggu depan

Monitoring dan evaluasi


KB Safari berjalan dengan baik diiringi dengan partisipasi masyarakat yang cukup baik.
Diharapkan dengan dilakukannya KB Safari dapat membantu menurunkan AKI, dan
meningkatkan keinginan dan partisipasi masyarakat dalam menggunakan metode KB yang
memiliki efektivitas lebih baik.

IMUNISASI

Latar Belakang
Imunisasi adalah pemberian kekebalan tubuh terhadap suatu penyakit dengan memasukan sesuatu
ke dalam tubuh agar tubuh tahan terhadap penyakit yang sedang mewabah atau berbahaya bagi
seseorang. Imunisasi adalah investasi terbesar bagi anak di masa depan. Imunisasi adalah hak anak
yang tidak bisa ditunda dan diabaikan sedikitpun. Setiap anak berhak memperoleh imunisasi dasar
sesuai dengan ketentuan yang berlaku untuk mencegah terjadinya penyakit yang dapat dihindari
melalui imunisasi.
Pemberian vaksin melalui program imunisasi merupakan salah satu strategi pembangunan
kesehatan nasional dalam rangka mewujudkan Indonesia sehat. Menurut Undang-Undang Nomor
23 tahun 1992 tentang kesehatan bahwa program imunisasi sebagai salah satu upaya
pemberantasan penyakit menular.Upaya imunisasi telah diselenggarakan di Indonesia sejak tahun
1956.Upaya ini merupakan upaya kesehatan yang terbukti paling cost effective. Mulai tahun 1977,
upaya imunisasi dikembangkan menjadi Program Pengembangan Imunisasi dalam rangka
pencegahan penularan terhadap Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I), yaitu
tuberkulosis, difteri, pertusis, campak, polio, tetanus dan hepatitis B.
Imunisasi dasar lengkap berdasarkan rekomendasi IDAI yang terbaru diberikan pada bayi usia 0-9
bulan dengan jadwal sebagai berikut; bayi baru lahir (usia kurang dari 24 jam):
imunisasi hepatitis B (HB-1) dan polio-0, usia 1 bulan: Polio 0 dan BCG,
umur 2 bulan: DP-HiB 1, polio 1, hepatitis 2, rotavirus, PCV, usia 3 bulan:
DPT-HiB 2, polio 2, hepatitis 3, umur 4 bulan: DPT-HiB 3, Polio 3 (IPV atau
polio suntik), hepatitis 4, dan rotavirus 2, usia 6 bulan: PCV 3, influenza 1,
rotavirus 3 (petavalen), umur 9 bulan: Campak atau MR. Di Kota Tangerang
tahun 2016 persentase bayi yang mendapatkan imunisasi DPT-HB3 sebesar 95,63%,
cakupan imunisasi Polio 4 sebesar 95,52%, cakupan imunisasi Campak sebesar
94,93%, dan cakupan Imunisasi Dasar Lengkap sebesar 94,651%
Sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan derajat kesehatan bayi dan
anak maka kegiatan imunisasi harus rutin dilakukan.

Permasalahan
Dalam masa pandemic, banyak masyarakat yang takut untuk datang
membawa bayi untuk dilakukan imunisasi. Namun untuk mencapai
Universal Child Immunization, maka kegiatan imunisasi harus tetap
dilakukan di Puskesmas agar cakupan bayi yang mendapatkan imunisasi
dasar lengkap bisa mencapai 100%.

Perencanaan
Kegiatan imunisasi akan dilaksanakan di Puskesmas Kedaung Wetan
dikarenakan masa pandemi sehingga tidak bisa dilakukan di Posyandu.
Kegiatan akan dilaksanakan mulai jam 13.00 setelah pelayanan poli lain
selesai sebagai salah satu pencegahan terpapar dengan COVID-19.

Pelaksanaan
Kegiatan imunisasi dilakukan pada hari Kamis, 17 Juni 2021 di Puskesmas
Kedaung Wetan dimulai pada jam 13.00 hingga selesai. Peserta
didampingi oleh Kader setempat. Sebanyak 16 bayi yang akan diberikan
imunisasi terdiri dari vaksin BCG, Campak, DPT, dan Polio. Kegiatan
dilakukan dengan dampingan Ibu Ros.
Pelaksanaan imunisasi:
1. Lakukan tindakan antiseptic pada daerah suntikan (BCG = lengan atas
kanan, Campak = lengan atas kiri, DPT dan Polio = paha)
2. Lakukan penyuntikkan imunisasi (BCG = intradermal, Campak =
subkutan, DPT dan Polio = intramuscular), untuk OPV diberikan oral
sebanyak 2 cc
3. Pada beberapa imunisasi (DPT, campak) diberikan obat Parasetamol
sebagai antisipasi efek samping.

Evaluasi dan monitoring


Setelah dilakukan kegiatan imunisasi dilakukan edukasi pada orangtua
pasien dan apa yang perlu dilakukan bila ada efek samping. Monitoring
akan terus dilakukan dengan bantuan kader setempat. Pada saat
pelaksanaannya ditemukan ada beberapa pasien yang tidak jadi datang
dikarenakan kondisi yang sedang tidak sehat. Diharapkan dengan rutin
dilakukan kegiatan imunisasi, semakin banyak bayi yang mendapatkan
imunisasi wajib lengkap.

IMUNISASI
Latar Belakang
Imunisasi adalah pemberian kekebalan tubuh terhadap suatu penyakit dengan memasukan sesuatu
ke dalam tubuh agar tubuh tahan terhadap penyakit yang sedang mewabah atau berbahaya bagi
seseorang. Imunisasi adalah investasi terbesar bagi anak di masa depan. Imunisasi adalah hak anak
yang tidak bisa ditunda dan diabaikan sedikitpun. Setiap anak berhak memperoleh imunisasi dasar
sesuai dengan ketentuan yang berlaku untuk mencegah terjadinya penyakit yang dapat dihindari
melalui imunisasi.
Pemberian vaksin melalui program imunisasi merupakan salah satu strategi pembangunan
kesehatan nasional dalam rangka mewujudkan Indonesia sehat. Menurut Undang-Undang Nomor
23 tahun 1992 tentang kesehatan bahwa program imunisasi sebagai salah satu upaya
pemberantasan penyakit menular.Upaya imunisasi telah diselenggarakan di Indonesia sejak tahun
1956.Upaya ini merupakan upaya kesehatan yang terbukti paling cost effective. Mulai tahun 1977,
upaya imunisasi dikembangkan menjadi Program Pengembangan Imunisasi dalam rangka
pencegahan penularan terhadap Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I), yaitu
tuberkulosis, difteri, pertusis, campak, polio, tetanus dan hepatitis B.
Imunisasi dasar lengkap berdasarkan rekomendasi IDAI yang terbaru diberikan pada bayi usia 0-9
bulan dengan jadwal sebagai berikut; bayi baru lahir (usia kurang dari 24 jam):
imunisasi hepatitis B (HB-1) dan polio-0, usia 1 bulan: Polio 0 dan BCG,
umur 2 bulan: DP-HiB 1, polio 1, hepatitis 2, rotavirus, PCV, usia 3 bulan:
DPT-HiB 2, polio 2, hepatitis 3, umur 4 bulan: DPT-HiB 3, Polio 3 (IPV atau
polio suntik), hepatitis 4, dan rotavirus 2, usia 6 bulan: PCV 3, influenza 1,
rotavirus 3 (petavalen), umur 9 bulan: Campak atau MR. Di Kota Tangerang
tahun 2016 persentase bayi yang mendapatkan imunisasi DPT-HB3 sebesar 95,63%,
cakupan imunisasi Polio 4 sebesar 95,52%, cakupan imunisasi Campak sebesar
94,93%, dan cakupan Imunisasi Dasar Lengkap sebesar 94,651%
Sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan derajat kesehatan bayi dan
anak maka kegiatan imunisasi harus rutin dilakukan.

Permasalahan
Dalam masa pandemic, banyak masyarakat yang takut untuk datang
membawa bayi untuk dilakukan imunisasi. Namun untuk mencapai
Universal Child Immunization, maka kegiatan imunisasi harus tetap
dilakukan di Puskesmas agar cakupan bayi yang mendapatkan imunisasi
dasar lengkap bisa mencapai 100%.

Perencanaan
Kegiatan imunisasi akan dilaksanakan di Puskesmas Kedaung Wetan
dikarenakan masa pandemi sehingga tidak bisa dilakukan di Posyandu.
Kegiatan akan dilaksanakan mulai jam 13.00 setelah pelayanan poli lain
selesai sebagai salah satu pencegahan terpapar dengan COVID-19.

Pelaksanaan
Kegiatan imunisasi dilakukan pada hari Rabu, 23 Juni 2021 di Puskesmas
Kedaung Wetan dimulai pada jam 13.00 hingga selesai. Peserta
didampingi oleh Kader setempat. Sebanyak 8 bayi yang akan diberikan
imunisasi terdiri dari vaksin BCG, Campak, DPT, dan Polio. Kegiatan
dilakukan dengan dampingan Kak Sifa

Pelaksanaan imunisasi:
1. Lakukan tindakan antiseptic pada daerah suntikan (BCG = lengan atas
kanan, Campak = lengan atas kiri, DPT dan Polio = paha)
2. Lakukan penyuntikkan imunisasi (BCG = intradermal, Campak =
subkutan, DPT dan Polio = intramuscular), untuk OPV diberikan oral
sebanyak 2 tetes
3. Pada beberapa imunisasi (DPT, campak) diberikan obat Parasetamol
sebagai antisipasi efek samping.

Evaluasi dan monitoring


Setelah dilakukan kegiatan imunisasi dilakukan edukasi pada orangtua
pasien dan apa yang perlu dilakukan bila ada efek samping. Monitoring
akan terus dilakukan dengan bantuan kader setempat. Pada saat
pelaksanaannya ditemukan ada beberapa pasien yang tidak jadi datang
dikarenakan kondisi yang sedang tidak sehat. Diharapkan dengan rutin
dilakukan kegiatan imunisasi, semakin banyak bayi yang mendapatkan
imunisasi wajib lengkap.

IMD 15 Juni 2021


Latar Belakang
Pada seribu hari kehidupan pertama bayi merupakan periode emas untuk mengoptimalkan
pertumbuhan otaknya. Salah satu yang mendasar agar periode emas bagi bayi tercapai adalah dengan
pemberian Air Susu Ibu (ASI). Salah satu indikator derajat kesehatan suatu bangsa adalah Angka
Kematian Bayi (AKB). Angka yang tinggi sudah dapat menjadi petunjuk bahwa pelayanan ibu dan bayi
kurang optimal. Tumbuh kembang anak dipengaruhi oleh banyak faktor salah satu yang terpenting
adalah dengan pemberian ASI. ASI merupakan makanan bayi yang pertama, utama dan terbaik bagi bayi
secara alamiah dan mengandung berbagai zat yang dibutuhkan bayi dalam tumbuh kembangnya, serta
dapat melindungi bayi dari berbagai penyakit. Pemberian ASI dapat menurunkan angka kematian bayi
akibat infeksi sebesar 80%, di samping itu menyusui dapat berkontribusi penurunan risiko stunting,
obesitas dan penyakit kronis di masa mendatang. ASI mengandung kolostrum yang kaya akan antibodi
karena mengandung protein untuk daya tahan tubuh dan bermanfaat untuk mematikan kuman dalam
jumlah tinggi sehingga pemberian ASI eksklusif dapat mengurangi risiko kematian pada bayi.ASI menjadi
penting untuk pertumbuhan bayi, permasalahan yang sering dihadapi ibu-ibu menyusui adalah ibu-ibu
merasa bahwa ASI nya tidak cukup, yang sebenarnya dipengaruhi oleh dukungan orang sekitar.
Pada tahun 2019, secara nasional persentase bayi baru lahir yang mendapat IMD yaitu
sebesar 75,58%. Berdasarkan profil Kesehatan Indonesia tahun 2019, 61,21% bayi mendapatkan IMD di
Provinsi Banten, dan 53,96% bayi mendapatkan ASI ekslusif. Jumlah bayi yang mendapatkan ASI Eksklusif di Kota
Tangerang pada tahun 2016 sebanyak 6.393 bayi (64,40%). Melihat masih banyak bayi
yang belum mendapatkan IMD, maka intervensi IMD harus ditekankan pada setiap ibu
selesai melahirkan.

Permasalahan
Rendahnya pemahaman masyarakat mengenai pentingnya IMD dan pemberian ASI ekslusif.
Selain itu masih banyak bayi yang belum mendapatkan IMD.

Perencanaan
Edukasi IMD akan dilaksanakan setiap selesai melakukan persalinan normal di Pukesmas.
Edukasi akan dilakukan secara personal sembari menekankan apa itu IMD, fungsi dan
pentingnya IMD, serta bagaimana caranya.

Pelaksanaan
Edukasi personal mengenai IMD dilakukan setelah melakukan pertolongan persalinan normal
pada ibu Nur Aini Hasanah pada tanggal 15 Juni 2021. IMD dilakukan di ruang Poned
Puskesmas Kedaung Wetan. Setelah IMD selesai dan ibu dalam proses pemulihan, edukasi
mengenai ASI ekslusif dilakukan.

Monitoring dan Evaluasi


Pasien terlihat antusias setelah melakukan IMD pada anaknya. Selain itu pasien juga
menanyakan beberapa pertanyaan mengenai cara untuk melancarkan keluarnya ASI. Diharapkan
dengan dilakukannya edukasi mengenai IMD dan ASI ekslusif pasien dapat mengerti dan
mempraktekkannya.

Anda mungkin juga menyukai