MIKROTIA
Disusun oleh :
Shintadewi Rachmah Setiowati 1102016206
Pembimbing :
Dr Indah Trisnawaty Sp.THT-KL
KEPANITERAAN KLINIK PENYAKIT TELINGA HIDUNG TENGGOROKKAN KEPALA DAN LEHER
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI
PERIODE 24 JANUARI – 13 FEBRUARI 2022
BAB 1
STATUS PASIEN
STATUS PASIEN THT
IDENTIFIKASI
Nama : by A
Umur : 12 minggu
Jenis Kelamin : laki-laki
Agama : Islam
ANAMNESIS
Keluhan Utama
Tidak ada daun telinga kiri
Riwayat Tambahan
Mata kiri tidak dapat menutup sempurna, jari pada tangan kiri berjumah
enam jari
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien bayi laki-laki usia 12 minggu datang dengan keluhan tidak ada daun
telinga kiri. Bedasarkan keterangan dari ibu pasien, pasien masih dapat
merespon seperti kaget ketika mendengar suara. Keluhan lainnya yaitu, pasien
tidak dapat menutup mata kiri dengan sempurna seperti mata kanan nya.
Pasien juga memiliki kelebihan jari pada tangan kanan nya. Jumlah jari pada
tangan kanan pasien yaitu enam jari. Keluhan batuk, pilek tidak ada.
Pasien merupakan anak ke tiga dari tiga bersaudara. Pasien lahir secara
caesar di rumah sakit, ditolong oleh dokter kandungan. Pasien lahir pada usia
kandungan 38 minggu dengan berat badan lahir 2910 gram. Saat lahir pasien
langsung menangis. Riwayat kuning saat usia 2 hari dan mendapat terapi sinar
di rumah sakit selama 2 hari. pasien minum ASI sampai usia 10 hari kemudian
dilanjutkan dengan susu formula. Saat hamil ibu pasien tidak rutin periksa
kehamilan. Ibu pasien baru melakukan pemeriksaan kehamilan saat usia
kehamilan 34 minggu karena ibu pasien baru menyadari sedang hamil. Ibu
pasien minum vitamin untuk kehamilan sejak usia kandungan 34 minggu. Ibu
pasien memiliki riwayat hipertensi saat kehamilan, riwayat keputihan dan
perdarahan tidak ada. Riwayat demam saat hamil disangkal.
Riwayat Penyakit Dahulu
Kuning saat lahir
PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis
Keadaan Umum : sakit sedang
Kesadaran : compos mentis
Pemeriksaan Telinga
Kanan Kiri
Normotia Bentuk Telinga Luar Mikrotia
Hasil:
Refer
Kanan Kiri
Tidak ada deviasi Bentuk Hidung Luar Tidak ada deviasi
Tidak ada Deformitas Tidak ada
Tidak ada Nyeri Tekan Tidak ada
Tidak ada hiperemis Dahi Tidak ada
hiperemis
Tidak ada Pipi Tidak ada
pembengkakkan pembengkakkan
Tidak ada Krepitasi Tidak ada
Pemeriksaan Hidung
Vestibulum
Tidak hiperemis dan Konka Inferior Tidak hiperemis
udem dan udem
Lapang Meatus Nasi Lapang
Lapang Kavum Nasi Lapang
Tidak hiperemis Mukosa Tidak hiperemis
Tidak ada Sekret Tidak ada
Tidak deviasi Septum Tidak deviasi
PEMERIKSAAN FARING
Arkus Faring : tidak hiperemis, tidak udem
Pilar Anterior : tidak hiperemis
Palatum Molle : tidak hiperemis, tidak ada massa
Mukosa Faring : tidak hiperemis
Dinding Faring : tidak hiperemis, rata
Uvula : ditengah
Tonsil Palatina Besar : T1-T1
Warna : merah muda
Kripta : tidak membesar
Detritus : tidak ada
Perlekatan : tidak ada
Pilar Posterior : tidak hiperemis
Kelenjar Getah Bening : tidak ada pembesaran
LEHER
Bayi laki laki usia 3 bulan datang dengan keluhan tidak adanya daun telinga kiri.
Keluhan lainnya mata kiri tidak dapat menutup sempurna, jari pada tangan kiri berjumlah
enam jari. Bedasarkan keterangan ibu pasien, pasien masih dapat merespon seperti
gerakan kaget jika ada suara. Pasien lahir secara caesar di rumah sakit, ditolong oleh
dokter kandungan. Pasien lahir pada usia kandungan 38 minggu dengan berat badan lahir
2910 gram. Saat lahir pasien langsung menangis. Riwayat kuning saat usia 2 hari dan
mendapat terapi sinar di rumah sakit selama 2 hari. pasien minum ASI sampai usia 10 hari
kemudian dilanjutkan dengan susu formula. Saat hamil ibu pasien tidak rutin periksa
kehamilan. Ibu pasien baru melakukan periksa kehamilan saat usiai kehamilan 34 minggu
karena ibu pasien baru menyadari sedang hamil dan baru minum vitamin untuk hamil.
Tidak ada riwayat sakit selama kehamilan pada ibu pasien. Pada pemeriksaan fisik pasien
didapatkan, pasien tampak sakit sedang, kesadaran compos mentis.
Pada pemerikasaan telinga luar kiri : bentuk telinga luar mikrotia, daun telinga tidak ada,
liang telinga,warna epidermis,sekret dan serumen tidak dapat dinilai. Pemeriksaan fungsi
pendengaran timpanometri menunjukan gelombang A pada telinga kanan, hasil OAE
telinga kanan refer. Pemeriksaan BERA didapatkan AD: BERA click gelombang
elektrofisiologi tidak terdeteksi hingga 80 Db, AS: BERA click gelombang V terdeteksi pada
20 dB. Hasil pemeriksaan ASSR didapatkan telinga kanan tuli sensorineural sangat berat.
DIAGNOSIS • Mikrotia grade 3 auricula sinistra
KERJA • Tuli sensorineural berat auricula dextra
RENCANA
• Computed tomography (CT) tulang
PEMERIKSAAN temporal nonkontras saat usia 4 tahun
LANJUTAN
Ad vitam : ad bonam
PROGNOSIS Ad functionam : dubia ad bonam
Ad sanactionam : dubia ad bonam
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
EMBRIOLOGI TELINGA
Telinga dalam
- ditemukan pada
mudigah berusia 22
hari
- penebalan ektoderm
Selama perkembangan
selanjutnya, setiap vesikula
terbagi menjadi:
1. Komponen ventral :
membentuk sakulus dan
duktus koklearis Gambar 6. A,B. Perkembangan vesikula otica yang menunjukkan bagian utrikulus dorsal dengan
duktus endolimfatikus dan bagian ventral sakulus. C-E. Duktus koklearis pada minggu ke-6, ke-7,
dan ke-8. c
Sadler T.W. Langman Embriologi Kedokteran. Ed.12. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins. 2012. P. 321-328
EMBRIOLOGI TELINGA
Gambar 7. Perkembangan skala timpani dan skala vestibuli. A. Duktus koklearis dikelilingi oleh
selubung kartilaginosa. B. Selama minggu ke-10, muncul vakuola-vakuola besar di selubung
kartilaginosa. C. Duktus koklearis (skala media) dipisahkan dari skala timpani dan skala vestibuli
masing-masing oleh membrana basilaris dan membrana vestibularis. Perhatikan serabut saraf
auditorik dan ganglion spirale (kokleare)
Sadler T.W. Langman Embriologi Kedokteran. Ed.12. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins. 2012. P. 321-328c
EMBRIOLOGI TELINGA
Sadler T.W. Langman Embriologi Kedokteran. Ed.12. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins. 2012. P. 321-328c
EMBRIOLOGI TELINGA
Sadler T.W. Langman Embriologi Kedokteran. Ed.12. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins. 2012. P. 321-328c
EMBRIOLOGI TELINGA
Telinga Tengah
Kavitas Timpani dan Tuba Auditiva
- Berawal di endoderm, berasal dari kantong faring pertama
Sadler T.W. Langman Embriologi Kedokteran. Ed.12. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins. 2012. P. 321-328c
EMBRIOLOGI TELINGA
Telinga Tengah
Tulang-Tulang Pendengaran
Maleus dan inkus berasal dari kartilago arkus faring pertama, dan stapes
berasal dari kartilago arkus kedua.
Gambar 11. A. Turunan-turunan tiga arkus faring pertama. Maleus dan inkus di ujung dorsal arkus
pertama dan stapes di ujung dorsal arkus kedua. B. Telinga tengah menunjukkan tangkai maleus
menempel ke gendang telinga. Stapes akan membentuk hubungan dengan membran di fenestra
vestibuli. Dinding kavitas timpani dilapisi oleh epitel endoderm
Sadler T.W. Langman Embriologi Kedokteran. Ed.12. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins. 2012. P. 321-328c
EMBRIOLOGI TELINGA
Telinga luar
Meatus Akustikus Eksternus
- dibentuk dari bagian dorsal celah faring pertama
Gendang Telinga atau Membrana Timpanika
- Gendang telinga dibentuk dari (1) lapisan epitel ektoderm di dasar
meatus akustikus, (2) lapisan epitel endoderm di kavitas timpani, dan (3)
lapisan intermediat jaringan ikat yang membentuk stratum fibrosum.
Gambar 12. Telinga menunjukkan meatus akustikus eksternus, telinga tengah dengan
tulang-tulang pendengarannya dan telinga dalam
Sadler T.W. Langman Embriologi Kedokteran. Ed.12. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins. 2012. P. 321-328c
EMBRIOLOGI TELINGA
Telinga luar
Aurikula
Aurikula (daun telinga) dibentuk dari enam proliferasi mesenkim di ujung
dorsal arkus faring pertama dan kedua, yang mengelilingi celah faring
pertama
Gambar 13.
A. tonjolan I, 2, dan 3 merupakan bagian dari bagian
mandibula di arkus faring pertama dan bahwa telinga
terletak secara horizontal di samping leher. Pada
tahap ini, mandibula berukuran kecil. Seiring dengan
berkembangnya mandibula ke anterior dan posterior,
maka telinga, yang terletak tepat di posterior
mandibula, akan mengalami reposisi ke lokasi
khasnya di samping kepala. C-E. Penyatuan dan
perkembangan progresif tonjolan menjadi aurikula
dewasa.
Sadler T.W. Langman Embriologi Kedokteran. Ed.12. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins. 2012. P. 321-328c
ANATOMI TELINGA
Anatomi
telinga luar
Anatomi
telinga luar
Anatomi
telinga tengah
Moore Keith L, Dalley Arthur F, Agur Anne M. R. Ed.6. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins. 2014. P. 966-974
ANATOMI TELINGA
Anatomi
telinga tengah
Anatomi
telinga dalam
Dhingra, P & Dhingra S. 2018. Diseases of Ear Nose and Throat & Head and Neck Surgery. 7th Edition. New Delhi: RELX India Pvt. Ltd.
VASKULARISASI DAN INERVASI TELINGA
Wasche J dan Paulsen F. Rektum dan canalis analis dalam sobotta atlas anatomi manusia organ-organ dalam Jilid 3. Ed
23. Jakarta: ECG. 2015. P.138-153
FISIOLOGI PENDENGARAN
Alnujaim NH, Alnujaim MH. Review of microtia: a focus on current surgical approaches. The Egyptian Journal of Hospital
Medicine. 2017 Oct 1;69(1):1698-705.
Epidemiologi Mikrotia
Mikrotia derajat 3
2. Timpanometri
• Untuk menilai kondisi telinga tengah
• Terdapat 4 jenis timpanogram
- Tipe A (normal)
-Tipe As (diskontinuitas tulang tulang pendengaran)
-Tipe As (kekakuan rangkaian tulang pendengaran)
-Tipe B (cairan di dalam telinga tengah)
-Tipe C (Gangguan fungsi tuba Eustiachius)
Gambar 27. gel. Timpanogram
Soepardi, E. A., dkk. Buku Ajar Ilmu Kesehatan: Telinga Hidung Tenggorok Kepala & Leher Edisi Ketujuh. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 2017.
PEMERIKSAAN
PENDENGARAN PADA BAYI
DAN ANAK
Rundjan L, Amir I, Suwento R, Mangunatmadja I. Skrining gangguan pendengaran pada neonatus risiko tinggi. Sari Pediatri.
2016 Dec 5;6(4):149-54.
PEMERIKSAAN
PENDENGARAN PADA BAYI
DAN ANAK
4. Brainstem Evoked Response Audiometry (BERA)
• Cara pengukuran evoked potential (aktifitas listrik yang dihasilkan n. Vlll, pusat-
pusat neural dan traktus di dalam batang otak) sebagai respons terhadap
stimulus auditorik.
• Prinsip pemeriksaan ABR adalah menilai perubahan potensial listrik di otak
setelah pemberian rangsangan sensoris berupa bunyi.
Gambar 30. Berbagai gelombang BERAsesual dengan lokasl respon (neural generator)
Soepardi, E. A., dkk. Buku Ajar Ilmu Kesehatan: Telinga Hidung Tenggorok Kepala & Leher Edisi Ketujuh. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 2017.
PEMERIKSAAN
PENDENGARAN PADA BAYI
DAN ANAK
4. Brainstem Evoked Response Audiometry (BERA)
dapat mendeteksi adanya tuli konduktif dan tuli
sensorineural. Sensitivitas ABR 100% dan
spesifisitasnya 97-98%
Penilaian BERA:
1. Masa laten absolut gelombang I, III, V
2. Beda masing-masing masa laten absolut
(interwave latency I-III, III-V, I-V)
3. Beda masa Laten absolut telinga kanan dan kiri
(interaural latency)
4. Beda masa laten pada penurunan intensitas
bunyi (latency intensity function)
5. Rasio amplitudo gelombang V/I
bhattcharrya, N. 2006. Auditory Brainstem Response Audiometry. Harvard Medical School.
Soepardi, E. A., dkk. Buku Ajar Ilmu Kesehatan: Telinga Hidung Tenggorok Kepala & Leher Edisi Ketujuh. Jakarta: Balai Penerbit
FKUI. 2017.
PEMERIKSAAN
PENDENGARAN PADA BAYI
DAN ANAK
Novastuti CD, Wiyadi HM. Sensorineural Hearing Loss pada Anak. Jurnal THT-KL. 2016;9(3):118-
25.
PEMERIKSAAN
PENDENGARAN PADA BAYI
DAN ANAK
Soepardi, E. A., dkk. Buku Ajar Ilmu Kesehatan: Telinga Hidung Tenggorok Kepala & Leher Edisi Ketujuh. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 2017.
PEMERIKSAAN
PENDENGARAN PADA BAYI
DAN ANAK
Rundjan L, Amir I, Suwento R, Mangunatmadja I. Skrining gangguan pendengaran pada neonatus risiko tinggi. Sari Pediatri.
2016 Dec 5;6(4):149-54.
TATALAKSANA
Habilitasi Pendengaran
-Setelah diketahui seorang anak menderita ketulian, upaya habilitasi
pendengaran harus dilakukan sedini mungkin, karena usia kritis proses
mendengar adalah sekitar 2-3 tahun
-Bila terdapat tuli sensorineural derajat sedang atau berat, maka harus
dipasang alat bantu dengar atau implan koklea
Implan Koklea
Implan koklea merupakan alat prostetik yang dirancang untuk mengubah energi
suara mekanik menjadi sinyal elektrik yang secara langsung merangsang saraf
auditori pada penderita dengan gangguan pendengaran berat-sangat berat
Rekonstruksi Mikrotia
• minimal berumur 6 tahun karena : kartilago tulang iga sudah cukup memadai,
daun telinga mecapai 80-90% ukuran dewasa
Terdapat tiga model rangka telinga untuk operasi rekonstruksi:
- Tandur autologus menggunakan kartilalo autologus
- Prosthetic farmwork menggunakan rangka silikon atau gorotex
- Prosthetic ear replacement
Bird, P, Botting, A, Milburn, J, Murray D, Heslop, N. 2010. An Audit of Referrals to the Southern Cochlear Implant Paediatric Programme. The
New Zealand Medical Journal, 123(13), pp. 10-4.
Chang S, Zhang Q. International Consensus Recommendations on Microtia, Aural Atresia and Functional Ear Reconstruction. The journal of
international advanced otology. 2019 Dec;15(3):474
Milyantono Riyan Charlie, Artono. Mikrotia.
TATALAKSANA
Leach J.L.. Ear Reconstruction. [article on internet]. 2011. Available on: http://www.emedicine.medscape.com
TATALAKSANA
Gambar 35. Pendalaman dari konka dan pembuatan tragus. Konstruksi dari tragus.
Teknik Brent tahap
4. Graft konka diambil dari dinding konka posterior dari telinga yang berlawanan.
Insisi bentuk L dibuat dan graft diamasukkan dengan permukaan kulit di bawah.
Graft sembuh dengan baik
Tahap pertama:
• Pencangkokan tulang rawan iga penderita untuk kemudian dibuat
menjadi kerangka daun telinga
• Tulang rawan dari bagian samping dipotong, dibentuk dan dijahit
sehingga berbentuk telinga
• Kerangka ini kemudian dimasukkan ke dalam kantung yang ada di kulit.
Tahap kedua:
Dilakukan elevasi kerangka yang telah ditanam dan pembuatan lekukan di
belakang telinga tujuannya : agar tinggi daun telinga apat dibuat
menyerupai telinga yang normal
Bly RA, Bhrany AD, Murakami CS, Sie KC. Microtia reconstruction. Facial Plastic Surgery Clinics. 2016 Nov
1;24(4):577-9
TATALAKSANA
Sarkissian, Raffi der. Otoplasty. In Dolan, W editor. Facial Plastic, Reconstructice, and Trauma Surgery, 2005, Marcell-
Decker, New York.
Kryger, Zol B. Mikrotia Repair. In Kryger, ZB. Practical Plastic Surgery. 2007. Landes Biosciense, Texas
KOMPLIKASI
• Infeksi
• Hematom
• Kehilangan kulit
PROGNOSIS
Sarkissian, Raffi der. Otoplasty. In Dolan, W editor. Facial Plastic, Reconstructice, and Trauma Surgery, 2005, Marcell-
Decker, New York.
Kryger, Zol B. Mikrotia Repair. In Kryger, ZB. Practical Plastic Surgery. 2007. Landes Biosciense, Texas
GANGGUAN PENDENGARAN
• Ketidakmampuan sebagian atau total untuk
mendengar suara di satu atau kedua telinga
• Menurut WHO ada 360 juta orang di dunia dengan
gangguan pendengaran, 32 juta di antaranya adalah
anak-anak
Soepardi, E. A., dkk. 2017. Buku Ajar Ilmu Kesehatan: Telinga Hidung Tenggorok Kepala & Leher Edisi Ketujuh. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
Bahmad Fayez. Update on Hearing Loss. Croatia: intech. 2015. P.40-50
GANGGUAN PENDENGARAN
Klasifikasi Gangguan pendengaran
Tuli konduktif
Pada tuli konduktif terdapat gangguan hantaran suara, disebabkan oleh
kelainan atau penyakit di telinga luar atau di telinga tengah.
Soepardi, E. A., dkk. 2017. Buku Ajar Ilmu Kesehatan: Telinga Hidung Tenggorok Kepala & Leher Edisi Ketujuh. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
GANGGUAN PENDENGARAN
Masa Perinatatal
• Berat badan lahir rendah (< 2500 gram)
• Hiperbilirubinemia
• Asfiksia (lahir tidak menangis)
Masa Postnatal
• Infeksi bakteri atau virus seperti rubela
• Campak, parotis, infeksi otak
(meningitis,mensefalitis)
• Perdarahan pada telinga tengah
• Trauma temporal
Soepardi, E. A., dkk. 2017. Buku Ajar Ilmu Kesehatan: Telinga Hidung Tenggorok Kepala & Leher Edisi Ketujuh. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
GANGGUAN PENDENGARAN
Tabel 1. Obat yang berhubungan dengan ototoksisitas